Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Persalinan merupakan serangkaian proses pengeluaran bayi yang cukup


bulan maupun yang hampir cukup bulan, kemudian selanjutnya
pengeluaran plasenta dari rahim ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain dengan bantuan maupun tanpa bantuan (Trirestuti, 2018). Salah satu
cara persalinan dengan bantuan adalah sectio caesarea yaitu proses
persalinan dengan melalui pembedahan dengan melakukan irisan di
abdominal (laparatomi) dan rahim (histekrotomi). Sectio caesarea
umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan karena berisiko komplikasi medis lainnya (Hartati, 2015;
Amalia & Mafticha, 2015).

Berdasarkan kondisi pasien, tindakan Sectio Caesarea (SC) dibedakan


menjadi dua yaitu, sectio caesarea terencana (elektif) dan sectio caesarea
darurat (cito). Sectio caesarea terencana (elektif) merupakan tindakan
operasi yang sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya sedangkan
sectio caesarea darurat (cito) adalah tindakan operasi yang didasarkan
pada kondisi ibu saat tersebut (Basmanelly. Sari & Malini, 2017).

Sectio Caesarea dilakukan atas 2 faktor indikasi yaitu faktor ibu dan
faktor janin. Faktor ibu antara lain panggul sempit dan distosia mekanis,
pembedahan sebelumnya pada uterus, riwayat SC, perdarahan, KPD, PEB,
dan toxemiagravidarum. Faktor janin antara lain gawat janin, cacat atau
kematian janin sebelumnya, insufisiensi plasenta, malpresentasi, janin
besar, inkompatibilitas rhesus, postmortem caecarean, dan infeksi virus
herpes (Forte & Oxorn, 2010).

Angka kelahiran dengan Sectio caesarea telah jauh melebihi proses


persalinan normal, yang mencapai 9.105 kasus. World Health
Organization (WHO) (2013) menyatakan bahwa ibu hamil yang dilakukan
tindakan operasi sectio caesarea meningkat 5 kali lipat dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya. Selain itu menurut WHO prevalensi sectio
caesarea meningkat 46% di Cina dan 25% di Asia, Eropa, dan Amerika
Latin. Penelitian yang dilakukan oleh Suryati (2012) bahwa angka
persalinan sectio caesarea di Indonesia sudah melewati batas maksimal
standar WHO sebesar 5-15%. Standar sectio caesarea di rumah sakit
pemerintah kira-kira 11% sementara rumah sakit swasta bisa lebih dari
30% (Rikesdas, 2018)
Berdasarkan data SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit 2017) di Dinas
Kesehatan Provinsi Banten, dari total persalinan di Banten sebanyak
22.965 pada pada tahun 2017, sekitar 58,5 persen dilakukan lewat operasi
Sectio caesarea.Menurut data SIRS, selama tahun 2017, kasus kelahiran
melalui cesar terbanyak terjadi di kota Serang (4.918 kasus). Disusul
kemudian Kabupaten Serang (2.577 kasus cesaria).

Berdasarkan hasil data yang didapatkan pada saat melakukan praktek


lapangan di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara ibu yang melakukan proses
persalinan secara Sectio caesarea lebih banyak dengan atas indikasi KPD
(Ketuban Pecah Dini) sebanyak 65 pasien dalam 3 bulan terakhir. Pada
kasus ini sangat mempunyai banyak resiko bagi ibu maupun janin
komplikasi yang dapat menimbulkan komplikasi bagi ibu yaitu infeksi
sefsis, asidosis dengan gangguan elektrolit, syok, robekan jalan lahir, dan
nyeri hebat postpatum. Sementara pada janin yaitu gawat janin, lahir
dalam keadaan asfiksia berat, trauma persalinan dan bahkan bisa
menyebabkan kematian janin.

Berdasarkan fenomena tersebut, peran perawat sebagai pelaksana


keperawatan dan edukator sangat penting untuk mencegah terjadinya
resiko infeksi pada bekas luka klien dengan post sectio caesarea, nyeri
hebat yang dirasakan dan membantu klien dalam memberikan rasa aman
dan nyaman bagi klien serta membantu dalam aktivitas kesehariannya agar
bisa terpenuhi. Dalam uraian diatas penulis sangat tertarik untuk
mengangkat masalah tersebut untuk dibentuk dalam satu Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Postpartum Dengan Sectio
Caesarea Pada Ny. S Dengan Teknik Relaksasi Napas Dalam Di Ruang
Wijaya Kusuma RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara Tahun 2022”.

B. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Untuk menjelaskan Asuhan Keperawatan pada postpartum Sectio
Caesarea dengan pemberiaan teknik relaksasi napas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri post SC di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr.
Dradjat Prawiranegara.
2) Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian yang didapatkan pada
klien postpartum dengan Sectio Caesarea
b. Mampu mendeskripsikan hasil analisa data yang dilakukan pada
klien postpartum dengan Sectio Caesarea
c. Mampu mendeskripsikan hasil intervensi keperawatan yang
dilakukan pada klien postpartum dengan Sectio Caesarea dalam
pemberian tekinik relaksasi napas dalam
d. Mampu mendeskripsikan hasil implementasi keperawatan yang
dilakukan pada klien postpartum dengan Sectio Caesarea dalam
pemberian teknik relaksasi napas dalam untuk menurunkan tingkat
nyeri post SC berdasarkan EBP (Evidence based practice).
e. Mampu mendeskripsikan hasil evaluasi keperawatan asuhan
keperawatan postpartum sectio saesarea dengan teknik relaksasi
napas dalam.

C. Manfaat Penelitan
1) Manfaat kelimuan
Untuk memberikan gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada
postpartum dengan sectio caesarea pada Ny. S dengan teknik relaksasi
napas dalam di ruang wijaya kusuma RSUD dr. Dradjat Prawiranegara
2022.
2) Manfaat Aplikatif
a. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan serta
mengaplikasikan asuhan keperawatan tentang ibu dengan post
partum sectio caesarea dengan gagal induksi di kalangan
masyarakat dan difasilitas kesehatan.
b. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian asuhan
keperawatan terkait dengan post partum sectio caesarea dan dapat
digunakan sebagai standar operasional prosedur dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan post partum sectio
caesarea.
c. Bagi Masyarakat/ pasien
Intervensi asuhan keperawatan diharapkan dapat diterapkan oleh
pasien atau masyarakat dalam menurunkan rasa nyeri postpartum
dengan sectio caesarea dan dapat menambah wawasan serta
informasi masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1. Pengertian
Sectio Caesarea ialah proses persalianan dengan melakukan sebuah
irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus
untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan
ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-
komplikasi kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti
kelahiran normal (Mitayani, 2012). Sectio Caesarea merupakan suatu
persalinan buatan, yaitu janin dilahirkan melalui insisi pada dinding
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
bobot janin diatas 500 gram (Solehati, 2015). Beberapa pengertian
tentang Sectio Caesarea diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Sectio
Caesarea adalah suatu tindakan operasi yang tujuannya untuk
mengeluarkan janin di dalam uterus melalui insisi pada dinding rahim
dengan syarat uterus harus dalam keadaan utuh dan bobot janin diatas
500 gram

2. Etiologi
Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea antara lain perdarahan
antepartum, panggul sempit, riwayat SC dan ketuban pecah dini.
Indikasi dari janin adalah fetal distress dan janin besar melebihi 4.000
gram (Forte & Oxorn, 2010). Dari beberapa factor diatas dapat
diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1) Faktor Ibu
a). Chepalo Pelvik Disproportion (CPD)
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) merupakan ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus
dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul
yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakkukan tindakan oprasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b). Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37
minggu, sedangkan dibawah 36 minggu. Ketuban dinyatakan
pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric
berkaitandengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya
infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis, yang meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi
ibu.Ketuban pecah dini disebebkan oleh berkurangnya kekuatan
membrane atau meningkatnya tekanan intrauterine. Berkurangnya
kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Penanganan ketuban pecah dini
memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada
komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan
(Sarwono Prawirohardjo, 2012).
c). Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Caesarea. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar
pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
sulit untuk dilahirkan secara normal.
d). Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernapas.
e). PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih
belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
2) Faktor Janin/ Bayi
a) letak kepala tengadah
Bagaian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelianan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan
panggul.
b). Presentasi Muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5 %.
c). Presentasi Dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi. Dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan menjadi letak muka atau letak belakang
kepala.
e). Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada
dibagaian bawah kavum uteri.dikenal beberapa jenis sungsang,
yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna,
presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
(Saifuddin, 2012).
f). Letak Lintang
Letak lintang ialah jika letak anak di dalam Rahim sedemikian
rupa hingga paksi tubuh anak melintang terhadap paksi Rahim.
Sesungguhnya letak lintang sejati (paksi tubuh anak tegak lurus
pada Rahim dan menjadikan sudut 90°) jarang terjadi (Eni Nur
Rahmawati, 2011). Pada letak lintang, bahu biasanya berada diatas
pintu atas panggul sedangkan kepala terletak pada salah satu fosa
iliaka dan bokong pada fosailiaka yang lain. Pada keadaan ini,
janin biasa berada pada presentase bahu atau acromion (Icesmi
Sukarni, 2013).
3) Mekanisme klinis
Menurut Doenges (2011) manifestasi klinis sectio caesarea diantaranya
sebagai berikut:
a) Nyeri akibat luka pembedahan
b) Adanya luka insisi pada abdomen
c) Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
d) Pengaruh anastesi dapat menimbulkan mual dan muntah
e) Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
f) Lokea tidak keluar banyak
4) Patofisiologi
Pada operasi sectio caesarea transperitonia ini terjadi perlukaan pada
dinding abdomen (kulit dan otot perut) dan pada dinding uterus.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan dari luka
operasi antara lain adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan
adanya supply darah yang baik akan berpengaruh terhadap kecepatan
proses penyembuhan sebagai berikut: Sewaktu incise (kulit diiris),
maka beberapa sel epitel, sel dermis dan jaringan kulit akan mati.
Runag incise akan diisi oleh gumpalan darah dalam 24 jam pertama
akan mengalami reaksi radang mendadak. Dalam 2-3 hari kemudian,
eksudat akan mengalami resolusif proliferasi (pelipat gandaan)
fibroblast mulai terjadi.Pada hari ke 3-4 gumpalan darah mengalami
organisasi , Pada hari ke 5 tensile strength (kekuatan untuk mencegah
terbuka kembali luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi
dehiscence (merekah). Pada hari 7-8, epitelisai terjadi dan luka akan
sembuh. Kecepatan epitelisasi adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari
tepi luka kea rah tengah atau terjadi dari sisa-sisa epitel dalam
dermis.Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya 1/5 maksimum.
Tensile strength mencapai maksimum dalam 6 minggu. Untuk itu pada
seseorang dengan riwayat Sectio Caesarea dianjurkan untuk tidak
hamil pada satu tahun pertama setelah operasi.
5) Pathway
Indikasi sectio caesarea

CPD, Ketuban Pecah Bayi kembar, Kelainan


dini, Pre eklamsi letak janin, Factor
hambatan jalan lahir

Sectio Caesarea

Post Sectio Caesarea

Pos anastesi Luka pos op Masa Nifas

Penurunan saraf Jaringan terputus Jaringan terbuka Uterus Laktasi Psikologis


Otonom
Merasang area Proteksi Kurang Kontraksi uterus Progesteron & estrogen Perubahan psikologis
Penurunan saraf motorik sensorik Menurun
Vegetatif Invasi Bakteri Adekuat Pertambahan anggota
Nyeri Akut prolaktin meningkat baru
Penurunan Peristaltik Resiko infeksi Pengeluaran desidua
Usus Oksitosin meningkat Kebutuhan meningkat
Lokea
Konstipasi Ejeksi ASI perubahan peran

Asi Tidak Adekuat Kesiapan menjadi


Menyusui tidak efektif orang tua
10

6). Penetalaksanaan
a. Pemberian Cairan
Karena 6 jam pertama klien puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak
terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya.
Cairan yang biasa diberikan DS 10%, garam fisiologis dan RL secara
bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfuse darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan intravena biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah ynag sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-8 jam pasca
operasi, berupa air putih dan teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan bertahap meliputi miring kanan dan kiri dapat dimulai
sejak 6-8 jam setelah operasi, latihan pernapasan dapat dilakukan sambil
tidur terlentang dsedini mungkin setelah sadar. Hari pertama post operasi
pasien dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam
lalu menghembuskannya, kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah
menjadi posisi semifowler dan selanjutnya selama berturut-turut, hari demi
hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri dan pada hari ke-3 pasca operasi pasien dapat
dipulangkan.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan mneyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpaang 24-48 jam / lebih lama tergantung jeis operasi.
e. Pemberian obat-obatan
a). Antibiotic
Cara pemilihan dan pemberian sangat berbeda disetiap institusi dan
berdasarkan resep dokter.
b). Analgetik dan obat pencahar
untuk memperlancar kerja saluran pencernaan supositoria (ketopropen
sup 2x / 24 jam), oral (tramadol tipa 6 jam / paracetamol), Injeksi
pentidine
90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
c). Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum pasien dapat diberikan
caboransia seperti Neurobion I vit C.
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
g. Perawatan Rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi dan pernafasan.
11

h. Menyusui
Menyusui dapat dimulai pada hari pasca operasi Sectio Caesarea.
i. Keluarga berencana
Keluarga Berencana adalah salah satu usaha membantu keluarga/individu
merencanakan kehidupan berkeluarganya dengan baik, sehingga dapat
mencapai keluarga berkualitas.
j. Perawatan Payudara
Sebaiknya perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya
puting lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan menyusui bayinya.
k. Perawatan Perineum
Apabila setelah buang air kecil atau besar perineum dibersihkan secara
rutin, dengan lembut dari sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Untuk cara
mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontamitasi

B. Konsep dasar masalah keperawatan


1. Pengertian
Post partum / masa nifas merupakan masa pemulihan setelah melalui
masa kehamilan dan persalinan yang dimulai sejak setelah lahirnya
plasenta dan erakhir ketika alat-alat reproduksi kembali dalam kondisi
wanita yang tidak hamil, rata-rata berlangsung selama 6 minggu atau 42
hari (Handayani & Pujiastuti, 2016)
2. Kondisi klinis terkait
Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/
komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan
atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu
(Pusdiknakes ,2003). 1) Perdarahan
Post Partum Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari
500-
600 ml dalam masa 24 jam. Menurut waktu terjadinya di bagi atas 2
bagian, Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum
Hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan. Penyebab
utama adalah atonia uteri, retensio placenta, sisa placenta dan robekan
jalan lahir. Darah yang keluar terbanyak dalam 2 jam pertama.
Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage)
yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai
15 post partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa
placenta (Prawirohardjo, 2002). Menurut Manuaba (2005), perdarahan
post partum merupakan penyebab penting kematian maternal
khususnya di negara berkembang. Faktor-faktor penyebab perdarahan
post partum antara lain karena Grandemultipara., Jarak persalinan
pendek kurang dari 2 tahun, Persalinan yang di lakukan dengan
12

tindakan: pertolongan kala uri sebelum waktunya, pertolongan


persalinan oleh non medis, dan persalinan dengan tindakan paksa.

2). Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)


Lochea adalah cairan yang keluar melalui vagina pada masa nifas sifat
lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir
waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas
melekatnya placenta).Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada
yang biasanya kemungkinan, tertinggalnya placenta atau selaput janin
karena kontraksi uterus yang kurang baik, ibu yang tidak menyusui
anaknya sehingga pengeluaran lochea rubra lebih banyak karena
kontraksi uterus dengan cepat dan Infeksi jalan lahir, membuat
kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama mengeluarkan
lochea dan lochea berbau anyir atau amis. Bila lochea bernanah dan
berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah kemungkinan
diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi uterus setelah
persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian
ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi
abses pelvik, peritonitis, syok septik (Rustam Mochtar, 2002).
3). Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)
Involusi adalah pengengembalian uterus pada posisi semula sebelum
hamil. Bila pengembalian ini kurang baik atau terganggu di sebut sub
involusi. Faktor penyebab sub-involusi antara lain: sisa plasenta dalam
uterus, endometritis, dan adanya mioma uteri. Pada pemeriksaan
bimanual ditemukan uterus lebih besar dan lebih lembek dari
seharusnya, fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak
jarang terdapat pula perdarahan (Prawirohardjo, 2005).
4). Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi
nifas seperti: peritonitis. Peritonitis yaitu peradangan pada peritonium,
peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh
kematian karena infeksi. Menurut Rustam Mochtar (2002) gejala
klinis peritonitis dibagi 2 yaitu Peritonitis pelvio berbatas pada daerah
pelvisTanda dan gejalanya demam, nyeri perut bagian bawah tetapi
keadaan umum tetap baik, pada pemeriksaan dalam kavum daugles
menonjol karena ada abses. Peritonitis umumt anda dan gejalanya:
suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan, pucat muka
cekung, kulit dingin, anorexsia dan kadang-kadang muntah.
5). Pusing dan lemas yang berlebihan
Menurut Manuaba (2005), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada
nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena tekanan darah rendah Sistol
kurang lebih 160 mmHg dan distolnya 110 mmHg. Pusing dan lemas
yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila kadar
haemoglobin kurang. Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-
tanda bahaya, dimana keadaan lemas disebabkan oleh kurang istirahat
13

dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat serta


tekanan darah rendah.

6). Suhu Tubuh Ibu > 38°C


Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik
antara 37-37,8°C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim
dan mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu
adalah normal. Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 38°C
beturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas
adalah keadaan peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas
(Rustam Mochtar, 2002).

C. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori


Asuhan keperawatan merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat
kepada pasien dalam menentukan kebutuhan pasien dengan melakukan
pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, serta pengevaluasian hasil asuhan yang telah diberikan dengan
berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan (Falentina, 2019).
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah suatu proses untuk mengumpulkan
informasi dari pasien, membuat data dasar tentang pasien, dan membuat
catatan tentang respons kesehatan pasien. Pengkajian yang komprehensif
atau menyeluruh, sistematis dan logis akan mengarah dan mendukung
pada identifikasi masalah-masalah pasien. Masalah-masalah ini dengan
menggunakan data pengkajian sebagai dasar formulasi yang dinyatakan
sebagai diagnosa keperawatan yang meliputi sebagai berikut:
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status pernikahan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Pada umumnya Ibu dengan post sectio caesarea mengeluh nyeri pada
daerah luka bekas operasi. Karakteristik nyeri dikaji dengan istilah
PQRST.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang pengkajian data yang
dilakukan untuk menentukan sebab dari dilakukannya operasi sectio
caesarea misalnya letak bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian
sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan
plasenta previa, bayi kembar (multiple pregnancy), preeklampsia
eklampsia berat, ketuban pecah dini yang nantinya akan membantu
membuat rencana tindakan terhadap pasien.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Hal yang perlu dikaji dalam riwayat penyakit dahulu adalah penyakit
yang pernah diderita pasien khusunya, penyakit konis, menular, dan
14

menahun seperti penyakit hipertensi, jantung, DM, TBC, hepatitis dan


penyakit kelamin. Ada tidaknya riwayat operasi umum/ lainnya maupun
operasi kandungan (sectio caesarea, miomektomi, dan sebagainya).
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga apakah keluarga pasien memiliki riwayat
penyakit kronis, seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, serta
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan penyakit kelamin yang
mungkin penyakit tersebut diturunkan pada pasien.
6) Riwayat Obstetri
Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan,
persalinan, maupun abortus yang dinyatakan dengan kode GxPxAx
(Gravida, Para, Abortus), berapa kali ibu hamil, penolong persalinan,
cara persalinan, penyembuhan luka persalinan, keadaan bayi saat baru
lahir, berat badan lahir anak jika masih ingat. Riwayat menarche,
siklus haid, ada tidaknya nyeri haid atau gangguan haid lainnya.
7) Riwayat Kontrasepsi
Hal yang dikaji dalam riwayat kontrasepsi untuk mengetahui apakah
ibu pernah ikut program kontrasepsi, jenis yang dipakai sebelumnya,
apakah ada masalah dalam pemakaian kontrasepsi tersebut, dan setelah
masa nifas apakah akan menggunakan kontrasepsi kembali.
8) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada pasien nifas biasanya terjadi
peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui
bayinya.
9) Pola Aktifitas
Pada pasien post Sectio Caesarea aktifitas masih terbatas, ambulasi
dilakukan secara bertahap, setelah 6 jam pertama dapat dilakukan
miring kanan dan kiri. Kemudian ibu dapat diposisikan setengah duduk
atau semi fowler. Selanjutnya ibu dianjurkan untuk belajar duduk
selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
hari ke tiga sampai hari ke lima pasca operasi.
10) Pola Eliminasi
Pada pasien post Sectio Caesarea sering terjadi adanya konstipasi
sehingga pasien takut untuk melakukan BAB.
11) Istirahat dan Tidur
Pada pasein post Sectio Caesarea terjadi perubahan pada pola istirahat
dan tidur karena adanya kehadiran bayi dan nyeri yang dirasakan akibat
luka pembedahan.
12) Pola Sensori
Pasien merasakan nyeri pada abdomen akibat luka pembedahan yang
dilakukan.
13) Pola Status Mental
Pada pemeriksaan status mental meliputi kondisi emosi, orientasi pasien,
proses berpikir, kemauan atau motivasi, serta persepsi pasien.
14) Pola Reproduksi dan Sosial
Pada pasien post Sectio Caesarea terjadi disfungsi seksual yaitu
15

perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak
adekuat karena adanya proses persalinan dan masa nifas.

b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala Pemeriksaan
kepala meliputi bentuk kepala, kebersihan kepala, apakah ada
benjolan atau lesi, dan biasanya pada ibu post partum terdapat
chloasma gravidarum.
2) Mata
Pemeriksaan mata meliputi kesimetrisan dan kelengkapan mata,
kelopak mata, konjungtiva anemis atau tidak, ketajaman penglihatan.
Biasanya ada keadaan dimana konjungtiva anemis karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan.
3) Hidung
Pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi,
kondisi lubang hidung, apakah ada sekret perdarahan atau tidak,
serta sumbatan jalan yang mengganggu pernafasan.
4) Telinga
Pemeriksaan telinga meliputi bentuk, kesimetrisan, keadaan lubang
telinga, kebersihan, serta ketajaman telinga.
5) Leher
Pemeriksaan leher meliputi kelenjar tiroid, vena jugularis, biasanya
pada pasien post partum terjadi pembesaran kelenjar tiroid karena
adanya proses menerang yang salah.
6) Dada
a) Jantung Bunyi jantung I dan II regular atau ireguler, tunggal
atau tidak, intensitas kuat atau tidak, apakah ada bunyi
tambahan seperti murmur dan gallop.
b) Paru-paru Bunyi pernafasan vesikuler atau tidak, apakah ada
suara tambahan seperti ronchi dan wheezing. Pergerakan dada
simetris, pernafasan reguler, frekuensi nafas 20x/menit.
7) Payudara
Pemeriksaan meliputi inspeksi warna kemerahan atau tidak, ada
oedema atau tidak, dan pada hari ke-3 postpartum, payudara
membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena
peningkatan prolaktin pada hari I-III). keras dan nyeri, adanya
hiperpigmentasi areola mamae serta penonjolan dari papila mamae.
Ini menandai permukaan sekresi air susu dan apabila aerola mamae
dipijat, keluarlah cairan kolostrum. Pada payudara yang tidak
disusui, engorgement (bengkak) akan berkurang dalam 2-3 hari,
puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui
akan mengecil pada 1-2 hari. Palpasi yang dilakukan untuk menilai
apakah adanya benjolan, serta mengkaji adanya nyeri tekan.
8) Abdomen
16

Pemeriksaan meliputi inspeksi untuk melihat apakah luka bekas


operasi ada tanda-tanda infeksi dan tanda perdarahan, apakah
terdapat striae dan linea, apakah ada terjadinya Diastasis Rectus
Abdominis yaitu pemisahan otot rectus abdominis lebih dari 2,5 cm
pada tepat setinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon
terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding
abdomen, cara pemeriksaannya dengan memasukkan kedua jari kita
yaitu jari telunjuk dan jari tengah ke bagian dari diafragma dari perut
ibu. Jika jari masuk dua jari berarti diastasis rectie ibu normal. Jika
lebih dari dua jari berarti abnormal. Auskultasi dilakukan untuk
mendengar peristaltik usus yang normalnya 5-35 kali permenit,
palpasi untuk mengetahui kontraksi uterus baik atau tidak. Intensitas
kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir kemudian terjadi
respons uterus terhadap penurunan volume intra uterine kelenjar
hipofisis yang mengeluarkan hormone oksitosin, berguna untuk
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus dan mengkrompesi
pembuluh darah. Pada 1-2 jam pertama intensitas kontraksi uterus
berkurang jumlahnya dan menjadi tidak teratur karena pemberian
oksitosin dan isapan bayi.
9) Genitalia
Pemeriksaan genetalia untuk melihat apakah terdapat hematoma,
oedema, tanda-tanda infeksi, pemeriksaan pada lokhea meliputi
warna, bau, jumlah, dan konsistensinya.
10) Anus
Pada pemeriksaan anus apakah terdapat hemoroid atau tidak.
11) Integumen
Pemeriksaan integumen meliputi warna, turgor, kelembapan, suhu
tubuh, tekstur, hiperpigmentasi. Penurunan melanin umumnya
setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hiperpigmentasi kulit.
12) Ekstrimitas
Pada pemeriksaan kaki apakah ada: varises, oedema, reflek patella,
nyeri tekan atau panas pada betis. Adanya tanda homan, caranya
dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan di lakukan tekanan
ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan nyeri pada betis
dengan tindakan tersebut, tanda Homan (+).
c. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada ibu dengan post partum sectio caesarea
yang ditemukan dari data-data hasil pengkajian adalah: menyusui tidak
efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai asi. Nyeri akut
berhubungan dengan diskontiunitas jaringan. Kesiapan peningkatan
menjadi orang tua ditandai dengan perubahan peran. Resiko infeksi
dibuktikan dengan faktor risiko efek prosedur invasi. Konstipasi
berhubungan dengan efek agen farmakologis ditandai dengan peristaltik
usus menurun.
17

d. Intervensi keperawatan

No Dx Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi/aktivitas

1 Menyusui tidak efektif b.d Setelah dilakukan intervensi Edukasi menyusui


ketidakadekuatan suplai asi selam... x24 jam maka status -identifikasi kesiapan
menyusui membaik dengan dan kemampuan
kriteria hasil menerima informasi
-suplai Asi adekuat meningkat -sediakan materi dan
- intake bayi meningkat media pendidikan
-hisapan bayi meningkat kesehatan
-dukung ibu
meningkatkan
kepercayaan diri dalam
menyusui
-jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu dan
bayi
-ajarkan 4 posisi
menyususi dan
perlekatan
-ajarkan perawatan
payudara
2 Nyeri akut b.d agen pecendera fisik Setelah dilakukan asuahan Manajemen nyeri
keperawatan selama.... x24 -identifikasi lokasi,
jam maka tingkat nyeri karakteristik,diurasi
menurun dengan kriteria hasil frekuensi, kualitas
-keluahan nyeri menurun intensitas nyeri
-frekuensi nadi membaik -identifikasi
-tekanan darah membaik sekalanyeri
-pola tidur membaik -berikan tekinik non
farmakologi
-fasilitasi istirahat dan
tidur
-ajarkan tenik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
3 Konstipasi berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Manajemen
efek agen farmakologis ditandai keperawatan selama ... x24 konstipasi
dengan peristaltik usus menurun. jam maka eliminasi fekal -periksa tanda dan
membaik dengan kriteria hasil gejala konstipasi
-peristaltik usus membaik -periksa pergerakan
-keluhan defekasi lama dan usus, karakteristik
sulit menurun feses
- frekuensi defekasi membaik Momitor tanda dan
gelaja ruptur usus
-anjurkan diet tinggi
serat
-ajarkan cara
mengatasi konstipasi
18

Kolaborasi
penggunaan obat
pencahar jika perlu
4 Kesiapan peningkatan menjadi Setelah dilakukan asuhan Promosi pengasuhan
orang tua ditandai dengan keperawatan selama....x24 -identifikasi keluarga
perubahan peran jam maka peran menjadi risiko tinggi dalam
orang tua membaik dengan program tindak lanjut
kriteria hasil -fasilitasi orang tua
-Bounding attachment dalam menerima
meningkat transisi peran
-perilaku positif menjadi -tingkatkan interaksi
orang tua meningkat orang tua anak
-ajarkan orang tua
untuk menanggapi
isyarat bayi
5 Resiko infeksi dibuktikan dengan Setelah dilakukan asuhan Pencegahan infeksi
faktor risiko efek prosedur invasi keperawatan selama....x24 -monitor tanda dan
jam maka tingkat infeksi gejala infeksi lokal dan
menuru dengan kriteria hasil sistemik
-kadar sel darah putih -batasi jumlah
membaik pengunjung
-demam menurun -cuci tangan
-kemerahan menurun -Anjurkan
-nyeri dan bengkak menurun meningkatkan nutrisi
dan cairan

e. Implementasi
Keperawatan Implementasi yang dilakukan pada pasien dengan
Post Partum sectio caesarea adalah sesuai dengan perencanaan
berdasarkan SIKI
f. Evaluasi
Keperawatan Evaluasi keperawatan adalah sesuai dengan kriteria
hasil yang ada dalam setiap diagnosa keperawatan berdasarkan
SLKI
19

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. DATA UMUM KLIEN


1. Initial Klien : Ny S Initial Suami : Tn. J
2. Usia : 31 tahun Usia : 29 Tahun
3. Status Perkawinan : Kawin Status Perkawinan : Kawin
4. Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Wiraswasta
5. Pendidikan Terakhir : SMA Pendidikan Terakhir : SMA

Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu

Tipe Jenis BB Keadaan


No Tahun Penolong Ket
persalinan kelamin lahir Bayi waktu

1 - - - - - - -
2
3

Pengalaman menyusui : - berapa lama : -

Riwayat Kehamilan Saat Ini


1. Berapa Kali Periksa Hamil : Rutin posyandu selama 9 bulan
2. Masalah Kehamilan : klien mengatakan memiliki hemoroid

Riwayat Persalinan
Jenis persalinan: SC a/I KPD 6 JamTgl/jam 23 November 2021 jam 20.12
Wib
Jenis Kelamin Bayi : Laki-laki, BB/PB : 2760 gram/49 cm, A/S : 9/10
20

Perdarahan : - cc
Masalah Dalam Persalinan KPD 6 selama 6 jam
Riwayat Ginekologi:
1. Masalah Ginekologi:-
2. Riwayat KB:-

B. DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


Status Obstetrik : P1.A0 .Bayi Rawat Gabung : ya
Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran : composmentis
BB/TB : 57 Kg/ 151 cm
Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg Nadi : 92x/menit Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 22 x/menit
Kepala Leher
Kepala : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan,
Mata : Konjungtiva ananemis seklera ikterik
Hidung: bersih tidak ada sekret
Mulut : tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi
Telinga : tidak ada hambatan pendengaran
Leher : tidak ada peningkatan JVP, tidak ada hiperpigmentasi
Masalah Khusus : konjungtiva ananemis dan sklera ikterik

Dada
Jantung : SI dan S2 Reguler
Paru : Suara paru Vesikuler, sonor
Payudara : tidak ada hiperpigmentasi aerola, tidak bengkak
Putting susu : menonjol
Pengeluaran ASI : Asi keluar sedikit
Masalah Khusus : Asi keluar sedikit
Abdomen
Involusi uterus:
21

Tinggi Fundus uterus : 2 jari dibawah umbilical Kontraksi :


kuat
Diastaksis Rektus abdominis: lebar - cm
Masalah Khusus : Tidak ada masalah

Luka SC: (jelaskan kondisi luka REEDA)


R: Kemerahan : ya
E: bengkak : tidak
E: echimosis : tidak
D: discharge : darah
A: approximate : baik

Perineum dan Genital


Vagina : integritas kulit (–)edema(-)memar(-).heamtom (-)
Perineum : Utuh
Kebersihan : Bersih
Lokia : Jumlah : Rubra (250 cc)
Jenis/warna : merah segar
Konsistensi : bagus
Bau : amis
Hemoroid: derajat :... lokasi dubur Berapa lama 6 hari sebelum
melahirkan nyeri : tidak
Masalah khusus: Terdapat tanda-tanda REEDA di luka pos sc
Ekstremitas
Ekstremitas Atas: edema: tidak
Ekstremitas bawah:
Edema: tidak, lokasi
Varises: tidak
Tanda human: (-)
Masalah khusus: Tidak ada
22

Eliminasi
Urin : Kebiasaan BAK 5-6 kali sehari
BAK saat ini jarang (3x sehari) nyeri : tidak
BAB : Kebiasaan 1 kali setiap pagi
BAB saat ini Sudah BAB sekali Konstipasi : Tidak ada
Masalah khusus : Tidak ada

Istirahat dan Kenyamanan


Pola tidur , lama 8 Jam, frekuensi sore dan malam
Pola tidur saat ini bisa tidur meskipun tidak nyenyak seperti rumah
Keluhan ketidaknyamanan : ya lokasi di luka jahitan pos sc
Sifat nyeri intensitas sedang tapi hilang timbul
Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi : duduk, jalan ke kamar mandi
Latihan / senam : (-)
Masalah khusus : nyeri post sc
Nutrisi dan cairan
Asupan Nutrisi : Nafsu makan : baik
Asupan cairan : Cukup
Masalah khusus : Tidak ada
Keadaan mental
Keadaan psikologis : ibu merasa senang
Penerimaan terhadap bayi: klien mengatakan bahagia karna
bayinya lahir selamat
Masalah Khusus : (-)
Kemampuan menyusui: asi keluar sedikit
Obat – obatan :
Hasil pemeriksaan penunjang
Hemoglobin 11,9 g/dl 11-16,1 (Normal)
Hematokrit 36 % 35.0-47,0 (normal)
Leukosit 12,30 /ul 4.400-11,300 (meningkat)
Trombosit 229.000/ul 150000-450000 (normal)
23

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: Pasien mengatakan nyeri Luka pos sc Nyeri Akut
di daerah pos sc
Jaringan terputus
Do: Klien tanpak meringis
Skala nyeri sedang 4 Merangsang pengeluaran
Td 130/90 mmhg, N/RR : resptor kimia histamin,
92/22x/menit, suhu 36,7 prostaglandin

Nyeri

Nyeri akut

2 Ds : klien mengatakan nyeri Luka pos sc Resiko infeksi


di daerah pos sc
Jaringan terbuka
Do: Terdapat tanda-tanda
REEDA di luka sc terdapat Kurang proteksi
darah dan kemerahan,
jumlah leukosit meningkat Invasi bakteri
(12,30 /ul)
Resiko infeksi

Diagnosa keperawatan prioritas

1. Dx: Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat, pola napas
berubah
2. Dx: Risiko infeksi d.d faktor risiko efek prosedur invasi

Perencanaan

No Dx Tujuan Intervensi Aktivitas


keperawata
n
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri -identifikasi lokasi,
b.d agen asuahan keperawatan karakteristik,diurasi
pencedera selama 3 x24 jam frekuensi, kualitas
fisik d.d maka tingkat nyeri intensitas nyeri
mengeluh menurun dengan -identifikasi
nyeri, pola kriteria hasil sekalanyeri
napas -keluahan nyeri -berikan tekinik non
berubah, nadi menurun farmakologi
24

meningkat, -frekuensi nadi -fasilitasi istirahat dan


tekanan membaik tidur
darah -tekanan darah -ajarkan tenik non
meningkat membaik farmakologi untuk
-pola tidur membaik mengurangi rasa nyeri
-pola napas membaik
Risiko Setelah dilakukan Pencegahan -monitor tanda dan
infeksi d.d asuhan keperawatan infeksi gejala infeksi lokal dan
faktor risiko selama.3x24 jam sistemik
efek prosedur maka tingkat infeksi -batasi jumlah
invasi menuru dengan pengunjung
kriteria hasil -cuci tangan
-kadar sel darah putih -lakukan perawatan
membaik luka
-demam menurun -Anjurkan
-kemerahan menurun meningkatkan nutrisi
-nyeri dan bengkak dan cairan
menurun

Implementasi

Nama pasien : Ny. S Diagnosa Medis: G1P0A0


No RM Ruang: wijaya kusuma

Tanggal & Implementasi Paraf


Jam
24 November - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,diurasi frekuensi,
2021 kualitas intensitas nyeri
- Mengidentifikasi sekalanyeri
- Memberikan tekinik non farmakologi
- Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Mengajarkan tenik non farmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri
24 November - Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
2021 - Membatasi jumlah pengunjung
- Mencuci tangan
- Melakukan perawatan luka
- Menganjurkan meningkatkan nutrisi dan cairan

Evaluasi

Nama pasien : Ny. S Diagnosa Medis: G1P0A0


No RM Ruang: wijaya kusuma
25

Tanggal & Evaluasi Paraf


Jam
24 November S: Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
2021
O: klien tidak tampak meringis, skala nyeri 3, Td 120/80
s: 36,7 c N/RR 88/20 x/menit

A: Nyeri akut teratasi

P : Intervensi dihentikan
24 November S: Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
2021
O: klien tidak tampak meringis, skala nyeri 3, Td 120/80
s: 36,7 c N/RR 88/20 x/menit, tanda- tanda REEDA
berkurang

A: Risiko infeksi teratasi

P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai