PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sectio Caesarea dilakukan atas 2 faktor indikasi yaitu faktor ibu dan
faktor janin. Faktor ibu antara lain panggul sempit dan distosia mekanis,
pembedahan sebelumnya pada uterus, riwayat SC, perdarahan, KPD, PEB,
dan toxemiagravidarum. Faktor janin antara lain gawat janin, cacat atau
kematian janin sebelumnya, insufisiensi plasenta, malpresentasi, janin
besar, inkompatibilitas rhesus, postmortem caecarean, dan infeksi virus
herpes (Forte & Oxorn, 2010).
B. Tujuan Penelitian
1) Tujuan Umum
Untuk menjelaskan Asuhan Keperawatan pada postpartum Sectio
Caesarea dengan pemberiaan teknik relaksasi napas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri post SC di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr.
Dradjat Prawiranegara.
2) Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian yang didapatkan pada
klien postpartum dengan Sectio Caesarea
b. Mampu mendeskripsikan hasil analisa data yang dilakukan pada
klien postpartum dengan Sectio Caesarea
c. Mampu mendeskripsikan hasil intervensi keperawatan yang
dilakukan pada klien postpartum dengan Sectio Caesarea dalam
pemberian tekinik relaksasi napas dalam
d. Mampu mendeskripsikan hasil implementasi keperawatan yang
dilakukan pada klien postpartum dengan Sectio Caesarea dalam
pemberian teknik relaksasi napas dalam untuk menurunkan tingkat
nyeri post SC berdasarkan EBP (Evidence based practice).
e. Mampu mendeskripsikan hasil evaluasi keperawatan asuhan
keperawatan postpartum sectio saesarea dengan teknik relaksasi
napas dalam.
C. Manfaat Penelitan
1) Manfaat kelimuan
Untuk memberikan gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada
postpartum dengan sectio caesarea pada Ny. S dengan teknik relaksasi
napas dalam di ruang wijaya kusuma RSUD dr. Dradjat Prawiranegara
2022.
2) Manfaat Aplikatif
a. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan serta
mengaplikasikan asuhan keperawatan tentang ibu dengan post
partum sectio caesarea dengan gagal induksi di kalangan
masyarakat dan difasilitas kesehatan.
b. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pemberian asuhan
keperawatan terkait dengan post partum sectio caesarea dan dapat
digunakan sebagai standar operasional prosedur dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan post partum sectio
caesarea.
c. Bagi Masyarakat/ pasien
Intervensi asuhan keperawatan diharapkan dapat diterapkan oleh
pasien atau masyarakat dalam menurunkan rasa nyeri postpartum
dengan sectio caesarea dan dapat menambah wawasan serta
informasi masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Sectio Caesarea ialah proses persalianan dengan melakukan sebuah
irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus
untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan
ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-
komplikasi kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti
kelahiran normal (Mitayani, 2012). Sectio Caesarea merupakan suatu
persalinan buatan, yaitu janin dilahirkan melalui insisi pada dinding
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
bobot janin diatas 500 gram (Solehati, 2015). Beberapa pengertian
tentang Sectio Caesarea diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Sectio
Caesarea adalah suatu tindakan operasi yang tujuannya untuk
mengeluarkan janin di dalam uterus melalui insisi pada dinding rahim
dengan syarat uterus harus dalam keadaan utuh dan bobot janin diatas
500 gram
2. Etiologi
Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea antara lain perdarahan
antepartum, panggul sempit, riwayat SC dan ketuban pecah dini.
Indikasi dari janin adalah fetal distress dan janin besar melebihi 4.000
gram (Forte & Oxorn, 2010). Dari beberapa factor diatas dapat
diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1) Faktor Ibu
a). Chepalo Pelvik Disproportion (CPD)
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) merupakan ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus
dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul
yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakkukan tindakan oprasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b). Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37
minggu, sedangkan dibawah 36 minggu. Ketuban dinyatakan
pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric
berkaitandengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya
infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis, yang meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi
ibu.Ketuban pecah dini disebebkan oleh berkurangnya kekuatan
membrane atau meningkatnya tekanan intrauterine. Berkurangnya
kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Penanganan ketuban pecah dini
memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada
komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan
(Sarwono Prawirohardjo, 2012).
c). Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Caesarea. Hal ini
karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar
pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
sulit untuk dilahirkan secara normal.
d). Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor, dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernapas.
e). PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang
langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih
belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu
mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
2) Faktor Janin/ Bayi
a) letak kepala tengadah
Bagaian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelianan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan
panggul.
b). Presentasi Muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5 %.
c). Presentasi Dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi. Dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan menjadi letak muka atau letak belakang
kepala.
e). Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada
dibagaian bawah kavum uteri.dikenal beberapa jenis sungsang,
yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna,
presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
(Saifuddin, 2012).
f). Letak Lintang
Letak lintang ialah jika letak anak di dalam Rahim sedemikian
rupa hingga paksi tubuh anak melintang terhadap paksi Rahim.
Sesungguhnya letak lintang sejati (paksi tubuh anak tegak lurus
pada Rahim dan menjadikan sudut 90°) jarang terjadi (Eni Nur
Rahmawati, 2011). Pada letak lintang, bahu biasanya berada diatas
pintu atas panggul sedangkan kepala terletak pada salah satu fosa
iliaka dan bokong pada fosailiaka yang lain. Pada keadaan ini,
janin biasa berada pada presentase bahu atau acromion (Icesmi
Sukarni, 2013).
3) Mekanisme klinis
Menurut Doenges (2011) manifestasi klinis sectio caesarea diantaranya
sebagai berikut:
a) Nyeri akibat luka pembedahan
b) Adanya luka insisi pada abdomen
c) Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
d) Pengaruh anastesi dapat menimbulkan mual dan muntah
e) Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
f) Lokea tidak keluar banyak
4) Patofisiologi
Pada operasi sectio caesarea transperitonia ini terjadi perlukaan pada
dinding abdomen (kulit dan otot perut) dan pada dinding uterus.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan dari luka
operasi antara lain adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan
adanya supply darah yang baik akan berpengaruh terhadap kecepatan
proses penyembuhan sebagai berikut: Sewaktu incise (kulit diiris),
maka beberapa sel epitel, sel dermis dan jaringan kulit akan mati.
Runag incise akan diisi oleh gumpalan darah dalam 24 jam pertama
akan mengalami reaksi radang mendadak. Dalam 2-3 hari kemudian,
eksudat akan mengalami resolusif proliferasi (pelipat gandaan)
fibroblast mulai terjadi.Pada hari ke 3-4 gumpalan darah mengalami
organisasi , Pada hari ke 5 tensile strength (kekuatan untuk mencegah
terbuka kembali luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi
dehiscence (merekah). Pada hari 7-8, epitelisai terjadi dan luka akan
sembuh. Kecepatan epitelisasi adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari
tepi luka kea rah tengah atau terjadi dari sisa-sisa epitel dalam
dermis.Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya 1/5 maksimum.
Tensile strength mencapai maksimum dalam 6 minggu. Untuk itu pada
seseorang dengan riwayat Sectio Caesarea dianjurkan untuk tidak
hamil pada satu tahun pertama setelah operasi.
5) Pathway
Indikasi sectio caesarea
Sectio Caesarea
6). Penetalaksanaan
a. Pemberian Cairan
Karena 6 jam pertama klien puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintravena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak
terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya.
Cairan yang biasa diberikan DS 10%, garam fisiologis dan RL secara
bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah
diberikan transfuse darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan intravena biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah ynag sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-8 jam pasca
operasi, berupa air putih dan teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan bertahap meliputi miring kanan dan kiri dapat dimulai
sejak 6-8 jam setelah operasi, latihan pernapasan dapat dilakukan sambil
tidur terlentang dsedini mungkin setelah sadar. Hari pertama post operasi
pasien dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam
lalu menghembuskannya, kemudian posisi tidur terlentang dapat diubah
menjadi posisi semifowler dan selanjutnya selama berturut-turut, hari demi
hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri dan pada hari ke-3 pasca operasi pasien dapat
dipulangkan.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan mneyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpaang 24-48 jam / lebih lama tergantung jeis operasi.
e. Pemberian obat-obatan
a). Antibiotic
Cara pemilihan dan pemberian sangat berbeda disetiap institusi dan
berdasarkan resep dokter.
b). Analgetik dan obat pencahar
untuk memperlancar kerja saluran pencernaan supositoria (ketopropen
sup 2x / 24 jam), oral (tramadol tipa 6 jam / paracetamol), Injeksi
pentidine
90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
c). Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum pasien dapat diberikan
caboransia seperti Neurobion I vit C.
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
g. Perawatan Rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi dan pernafasan.
11
h. Menyusui
Menyusui dapat dimulai pada hari pasca operasi Sectio Caesarea.
i. Keluarga berencana
Keluarga Berencana adalah salah satu usaha membantu keluarga/individu
merencanakan kehidupan berkeluarganya dengan baik, sehingga dapat
mencapai keluarga berkualitas.
j. Perawatan Payudara
Sebaiknya perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya
puting lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan menyusui bayinya.
k. Perawatan Perineum
Apabila setelah buang air kecil atau besar perineum dibersihkan secara
rutin, dengan lembut dari sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Untuk cara
mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontamitasi
perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak
adekuat karena adanya proses persalinan dan masa nifas.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala Pemeriksaan
kepala meliputi bentuk kepala, kebersihan kepala, apakah ada
benjolan atau lesi, dan biasanya pada ibu post partum terdapat
chloasma gravidarum.
2) Mata
Pemeriksaan mata meliputi kesimetrisan dan kelengkapan mata,
kelopak mata, konjungtiva anemis atau tidak, ketajaman penglihatan.
Biasanya ada keadaan dimana konjungtiva anemis karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan.
3) Hidung
Pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi,
kondisi lubang hidung, apakah ada sekret perdarahan atau tidak,
serta sumbatan jalan yang mengganggu pernafasan.
4) Telinga
Pemeriksaan telinga meliputi bentuk, kesimetrisan, keadaan lubang
telinga, kebersihan, serta ketajaman telinga.
5) Leher
Pemeriksaan leher meliputi kelenjar tiroid, vena jugularis, biasanya
pada pasien post partum terjadi pembesaran kelenjar tiroid karena
adanya proses menerang yang salah.
6) Dada
a) Jantung Bunyi jantung I dan II regular atau ireguler, tunggal
atau tidak, intensitas kuat atau tidak, apakah ada bunyi
tambahan seperti murmur dan gallop.
b) Paru-paru Bunyi pernafasan vesikuler atau tidak, apakah ada
suara tambahan seperti ronchi dan wheezing. Pergerakan dada
simetris, pernafasan reguler, frekuensi nafas 20x/menit.
7) Payudara
Pemeriksaan meliputi inspeksi warna kemerahan atau tidak, ada
oedema atau tidak, dan pada hari ke-3 postpartum, payudara
membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena
peningkatan prolaktin pada hari I-III). keras dan nyeri, adanya
hiperpigmentasi areola mamae serta penonjolan dari papila mamae.
Ini menandai permukaan sekresi air susu dan apabila aerola mamae
dipijat, keluarlah cairan kolostrum. Pada payudara yang tidak
disusui, engorgement (bengkak) akan berkurang dalam 2-3 hari,
puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui
akan mengecil pada 1-2 hari. Palpasi yang dilakukan untuk menilai
apakah adanya benjolan, serta mengkaji adanya nyeri tekan.
8) Abdomen
16
d. Intervensi keperawatan
Kolaborasi
penggunaan obat
pencahar jika perlu
4 Kesiapan peningkatan menjadi Setelah dilakukan asuhan Promosi pengasuhan
orang tua ditandai dengan keperawatan selama....x24 -identifikasi keluarga
perubahan peran jam maka peran menjadi risiko tinggi dalam
orang tua membaik dengan program tindak lanjut
kriteria hasil -fasilitasi orang tua
-Bounding attachment dalam menerima
meningkat transisi peran
-perilaku positif menjadi -tingkatkan interaksi
orang tua meningkat orang tua anak
-ajarkan orang tua
untuk menanggapi
isyarat bayi
5 Resiko infeksi dibuktikan dengan Setelah dilakukan asuhan Pencegahan infeksi
faktor risiko efek prosedur invasi keperawatan selama....x24 -monitor tanda dan
jam maka tingkat infeksi gejala infeksi lokal dan
menuru dengan kriteria hasil sistemik
-kadar sel darah putih -batasi jumlah
membaik pengunjung
-demam menurun -cuci tangan
-kemerahan menurun -Anjurkan
-nyeri dan bengkak menurun meningkatkan nutrisi
dan cairan
e. Implementasi
Keperawatan Implementasi yang dilakukan pada pasien dengan
Post Partum sectio caesarea adalah sesuai dengan perencanaan
berdasarkan SIKI
f. Evaluasi
Keperawatan Evaluasi keperawatan adalah sesuai dengan kriteria
hasil yang ada dalam setiap diagnosa keperawatan berdasarkan
SLKI
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
1 - - - - - - -
2
3
Riwayat Persalinan
Jenis persalinan: SC a/I KPD 6 JamTgl/jam 23 November 2021 jam 20.12
Wib
Jenis Kelamin Bayi : Laki-laki, BB/PB : 2760 gram/49 cm, A/S : 9/10
20
Perdarahan : - cc
Masalah Dalam Persalinan KPD 6 selama 6 jam
Riwayat Ginekologi:
1. Masalah Ginekologi:-
2. Riwayat KB:-
Dada
Jantung : SI dan S2 Reguler
Paru : Suara paru Vesikuler, sonor
Payudara : tidak ada hiperpigmentasi aerola, tidak bengkak
Putting susu : menonjol
Pengeluaran ASI : Asi keluar sedikit
Masalah Khusus : Asi keluar sedikit
Abdomen
Involusi uterus:
21
Eliminasi
Urin : Kebiasaan BAK 5-6 kali sehari
BAK saat ini jarang (3x sehari) nyeri : tidak
BAB : Kebiasaan 1 kali setiap pagi
BAB saat ini Sudah BAB sekali Konstipasi : Tidak ada
Masalah khusus : Tidak ada
Analisa Data
Nyeri
Nyeri akut
1. Dx: Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah meningkat, pola napas
berubah
2. Dx: Risiko infeksi d.d faktor risiko efek prosedur invasi
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi
P : Intervensi dihentikan
24 November S: Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
2021
O: klien tidak tampak meringis, skala nyeri 3, Td 120/80
s: 36,7 c N/RR 88/20 x/menit, tanda- tanda REEDA
berkurang
P : Intervensi dihentikan