PENDAHALUAN
Persalinan merupakan proses alami yang sangat penting bagi seorang ibu
dimana terjadi pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup
bulan (37-42 minggu). Terdapat dua metode persalinan, yaitu persalinan lewat
vagina yang dikenal dengan persalinan alami dan persalinan Caesar atau Sectio
Caesarea (SC) (Cunningham et al., 2018).
Persalinan sectio caesarea (SC) merupakan proses pembedahan untuk
melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut dan dinding rahim.
Persalinan dengan metode SC dilakukan atas dasar indikasi medis baik dari sisi
ibu dan janin, seperti placenta previa, presentasi atau letak abnormal pada janin,
serta indikasi lainnya yang dapat membahayakan nyawa ibu maupun janin
(Cunningham et al., 2018).
waktu perbaikan dan penyembuhan bagi sistem tubuh yang sangat dibutuhkan
oleh pasien, khususnya bagi pasien pascaoperasi. Tidur merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia untuk Mencapai kualitas tidur yang baik penting
bagi kesehatan, sama halnya dengan sembuh dari penyakit Pasien yang sedang
sakit sering kali membutuhkan tidur dan istirahat yang lebih banyak dari pada
pasien yang sehat dan biasanya penyakit mencegah beberapa pasien untuk
mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat Lingkungan rumah sakit atau
fasilitas perawatan jangka panjang dan aktivitas pemberi layanan sering kali
Kualitas tidur berkaitan dengan jenis atau tipe tidur REM dan NREM.
Kualitas tidur mengandung arti kemampuan individu untuk dapat tetap tidur
dan bangun dengan jumlah tidur REM dan tidur NREM yang sesuai.
baik akan ditandai antara lain dengan tidur yang tenang, merasa sangat segar
saat bangun tidur di pagi hari dan individu merasa penuh semangat untuk
melakukan aktivitas hidup lainnya Selain itu kualitas dan kuantitas tidur juga
kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah tidur sesuai dengan
akibat insisi abdomen Tingkat dan keparahan nyeri pasca operatif tergantung
pada fisiologis dan psikologis individu dan toleransi yang ditimbulkan nyeri
Keluhan ini sebenarnya wajar karena tubuh mengalami luka dan poses
adalah hal-hal yang spesifik seperti pengaruhnya terhadap kualitas tidur, dan
aktifitas keseharian.
Masalah pada penilitian ini adalah “apakah ada hubungan nyeri dan kecemasan
1. Tujuan umum
kecemasan dengan kualitas tidur pada pasien pasca operasi sectio caesarea
2. Tujuan khusus
sectio caesarea
1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis
dan kebidanan yang dapat bermanfaat dan juga memberi wawasan bagi
2. Manfaat praktis
a) Bagi klien
Bagi insitusi
maluku, ambon
penlitian lanjut
b) Bagi perawat
seorang perawat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabangarteri ikut
terbuka, atau karena atonia uteri.
3) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru dan
sebagainya sangat jarang terjadi.
4) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan selanjutnya bisa terjadi rupture uteri.
Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah sesarea klasik.(Solehati,
2017)
5. Penatalaksanaan
1) Perawatan Pre Operasi Seksio Sesarea
a) Persiapan Kamar Operasi
- Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai.
- Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi.
b) Persiapan Pasien
- Pasien telah dijelaskan prosedur operasi
- Informed consent telah ditnda tangani oleh keluarga pasien.
- Perawat member support kepada pasien
- Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di cukur dan
sekitar abdomen telah dibersihkan dengan antiseptic)
- Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit
yang pernah diderita oleh pasien.
- Pemeriksaan laboratorium (darah, urine)
- Pemeriksan USG
- Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.
2) Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea
a) Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rat dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra
muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau
dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin.
- Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan
adalah 50 mg.
- Wanita dengan ukurn besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg
Meperidin.
- Obat-obatan antiemetic, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan
bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.
b) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi,
jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.
c) Terapi cairan dan diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama
pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian jika output
urine jauh di bawah 30 ml/jam, pasien harus segera dievaluasi kembali paling
lambat pada hari kedua.
d) Vesika Urinarius dan Usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam post operasi atau pada keesokan paginya
setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah
pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah dan usus baru aktif
kembali pada hari ketiga.
e) Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat
bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien
dapat berjalan dengan pertolongan.
f) Perawatan luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternative ringan
tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat
diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga
post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
g) Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus
segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atu keadaan
lain yang menunjukkan hipovolemia.
h) Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yng mengencangkan payudara tanpa
banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa sakit.
i) Memulangkan pasien dari Rumah Sakit
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan
pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu
seminggunya harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan
orang
. Nyeri
a. Definisi
Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi presepsi dan reaksi masing-
masing individu terhadap nyeri (Prasetyo, 2010), diantaranya :
1) Usia
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam
berespon terhadapa nyeri. Hanya beberapa budaya yang mengganggap bahwa
seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis
dibandingkan anak perempuan dalam situasi yang sama ketika merasakan nyeri.
3) Kebudayaan
Banyak yang berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu dalam
masalah nyeri adalah sama, sehingga mencoba mengira bagaimana pasien
berespon terhadap nyeri.
4) Makna nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhui pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
5) Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi
merupakan nyeri yang berat.
6) Perhatian
Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah
mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman tentang
nyeri.
c. Klasifikasi Nyeri
a) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya
b) Deep pain, yaitu nyeri yang tersa pada permukaan tubuh yang lebih dalam
d) Centralpain, yaitu nyeri yang terjadi karena pemasangan pada sistem saraf
b) Steadypain, yaitu nyeri yang timbul akan menetap serta dirasakan dalam
c) Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat
meningkat,dilatasi meningkat,tegangan
otot meningkat
a) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhirkurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan
jelas.
b) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis
tahun.
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien
dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya mengurangi
kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi
klien terhadap nyeri. Dalam mengkaji respon nyeri yang dialami klien ada beberapa
komponen yang harus diperhatikan :
1) Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T)
2 3▲ 4 5 7 8 9
0 1 ▲ 6 ▲ ▲ 10
▲ ▲ _______
▲ 1 L. __1 L 1 ▲1
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Berat Nyeri Berat
Nyeri Ringan Sedang Terkontrol Tidak
Terkontrol
Gambar 2.1 Numeric Rating Scale
3) Respon afektif
Respon ini bervariasi sesuai situasi, derajat, durasi, interpretasi, dan faktor
lain. Perawat perlu mengeksplor perasaan ansietas, takut, kelelahan, depresi,
dan kegagalan klien (Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2010).
4) Pengaruh nyeri terhadap kehidupan kita
Klien yang setiap hari merasakan nyeri akan mengalami gangguan dalam
1. Definisi Kecemasan
Pada dasarnya kecemasan adalah kondisi psikologis seseorang yang penuh dengan
rasa takut dan khawatir, dimana perasaan takut dan khawatir akan sesuatu hal
yang belum pasti akan terjadi. Kecemasan berasal dari bahasa Latin (anxius) dan
dari bahasa Jerman (anst), yaitu suatu kata yang digunakan untuk
menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis (Muyasaroh et al. 2020).
Menurut American Psychological Association (APA) dalam (Muyasaroh et al.
2020), kecemasan merupakan keadaan emosi yang muncul saat individu sedang
stress, dan ditandai oleh perasaan tegang, pikiran yang membuat individu merasa
khawatir dan disertai respon fisik (jantung berdetak kencang, naiknya tekanan
darah, dan lain sebagainya
Menurut Kholil Lur Rochman dalam (Sari 2020), kecemasan merupakan suatu perasaan
subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau
disertai perubahan fisiologis dan psikologis. Anxiety atau kecemasan merupakan pengalaman
yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan, menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya
kemungkinan bahaya atau ancaman bahaya dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau
reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik. (Suwanto 2015).
2. Tingkatan Kecemasan
Semua orang pasti mengalami kecemasan pada derajat tertentu, Menurut Peplau, dalam
(Muyasaroh et al. 2020) mengidentifikasi empat tingkatan kecemasan, yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan
teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak dapat
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional. Kecemasan ini tidak sejalan dengan
kehidupan, dan jika berlangsung lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
Tanda dan gejala dari tingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada suatu kejadian.
Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar
tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa - peristiwa atau situasi
khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah dalam
(Muyasaroh et al. 2020) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan,
diantaranya yaitu :
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang
diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak
menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja.
Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi Yang Ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk
perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah
atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
c. Sebab - Sebab Fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya
kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan semasa remaja dan
sewaktu terkena suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan
perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
Menurut (Patotisuro Lumban Gaol) dalam (Muyasaroh et al. 2020), kecemasan timbul
karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata dan sewaktu-waktu terjadi pada diri
individu serta adanya penolakan dari masyarakat menyebabkan kecemasan berada di
lingkungan yang baru dihadapi.
4. Tanda dan Gejala Kecemasan
Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk dalam (Ifdil and Anissa 2016) ada beberapa tanda-
tanda kecemasan, yaitu :
a. Tanda-T anda Fisik Kecemasan,
c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam panggung)
g. Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir berlebihan terhadap
penyakit
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan
bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang
mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah
marah.
b. Simtom Kognitif
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan
motorik menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari kaki mengetuk- ngetuk, dan sangat kaget
terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan
kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa
saja yang dirasanya mengancam.
1.4 Tinjauan umum kualitas tidur
Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang itu dapat kemudahan tidur dalam memulai tidur
dan untuk mempertahankan tidur, kualitas tidur seseorang dapat digambarkan dengan lama waktu
tidur, dan keluhan - keluhan yang dirasakan saat tidur ataupun sehabis bangun tidur. Kebutuhan tidur
yang cukup ditentukan oleh faktor kedalaman tidur ( kualitas tidur). Beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas yaitu fisiologis, psikologis,lingkungan dan gaya hidup. Dari faktor fisiologis
berdampak dengan penurunan aktivitas sehari - hari, rasa lemah, lelah, daya tahan tubuh menurun,
dan ketidakstabilan tanda- tanda vital sedangkan dari faktor psikologis berdampak depresi cemas,dan
sulit untuk konsentrasi ( Potter & Perry,2008).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian tidur adalah salah satu kebutuhan
manusia dalam keadaan tidak sadar, tenang, santai atau kondisi beristirahat yang nyaman untuk
memulihkan kondisi anggota tubuh dan pikiran yang segar dimana individu dapat dibangunkan
dengan stimulus dengan kualitas tidur yang memuaskan.
Siklus tidur terjadi secara alami dan dikontrol oleh pusat tidur yaitu dimedula,tepatnya di RAS
(retikular aetivating system) dan BSR ( bullbar synehronizing region). RAS terdiri dari neuron-
neuron di medula oblongata, pons dan midbrain. Pusat ini terlibat
dalam mempertahankan status bangun dan mempermudah beberapa tahap tidur. Perubahan-perubahan
fisiologis dalam tubuh terjadi selama tidur (Atoilah & Kusnadi, 2013).
menurut Haswita & Reni (2017) ada dua teori tentang tidur :
RAS & BSR adalah fikiran aktif kemudian menekan pusat otak secara
bergantian. RAS berhubungan dengan status jaga tubuh dan menerima sensory
input ( pendengaran, penglihatan, penghiduan, nyeri, dan perabaan)
Rangsangan sensory mempertahankan seseorang untuk bangun dan waspada,
selama tidur tubuh menerima sedikit rangsangan dari korteks serebral.
2.Perubahan Fisiologi Selama Tidur
e. Basal Metabolism Rate (BMR ) menurun 10-30% (Elang & Engkus, 2013)
Fungsi tidur tidak secara jelas tidak diketahui,akan tetapi diyakini bahwa tidur
dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan,
mengurangi stres dan paru,kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lain. Energi disimpan
selama tidur, sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi selular yang penting.
Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur,yang pertama ,efek dari sistem
saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan
diantara berbagai susunan saraf dan yang kedua efek pada struktur tubuh dengan
memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi
penurunan (Hawita & Reni, 2017).
Menurut Elang dan Engkus (2013) Fungsi tidur yaitu :
b. Tingkah laku ; tidur juga diyakini dapat menjaga keseimbangan mental dan
Tidur yang normal melibatkan 2 fase yaitu : Pergerakan mata yang tidak
cepat NREM ( Non Rapid Eye Movement) dan Pergerakan mata yang cepat REM
(Rapid Eye Movement ). Selain NREM seseorang yang tidur mengalami kemajuan
melalui 4 tahap yang memerlukan waktu kira -kira 90 menit selama siklus
tidur.Sedangkan, Tidur tahapan REM merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90
menit sebelum tidur berakhir.kondisi dari memori pemulihan psikologis terjadi pada
waktu ini, faktor yang berbeda dapat meningkatkan atau mengganggu tahapan
siklus tidur yang berbeda (Haswita & Reni,2017).
1) Tahap I :
2) Tahap II :
3) TAHAP III :
4) TAHAP IV :
a. Penyakit
banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan. Banyak juga keadaan sakit
Hyperthyroid sulit tidur dengan cepat dan Hypothyroid menganggu pada tidur
pada tahap IV.
c. Obat- obatan
sectio caesarea
1.10 Hubungan nyeri dan cemas dengan kualitas tidur sectio caesarea
Kaitan kualitas tidur sectio caesarea dilihat dari Masa nifas berkaitan dengan
gangguan pola tidur, tiga hari pertama setelah melahirkan merupakan hari yang sulit bagi
ibu karena persalinan dan kesulitan beristirahat. Penyebab kesulitan tidur diantaranya
nyeri perineum, rasa tidak nyaman di kandung kemih, serta gangguan bayi sehingga dapat
mempengaruhi daya ingat dan kemampuan psikomotor. Pola tidur akan kembali normal
dalam 2-3 minggu setelah persalinan (Marmi, 2014). Ketidaknyamanan secara fisik dapat
mengganggu tidur ibu pasca persalinan. Kelelahan psikologis yang berhubungan dengan
cemas atau depresi juga dapat di alami ibu (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2013).
Tidur merupakan perubahan kesadaran dimana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun. Aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi,
perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan respon stimulus terhadap eksternal
merupakan karakteristik tidur (Riyadi & Widuri, 2015). Waktu yang kita gunakan untuk
tidur hampir sepertiga dari waktu kita. Banyak orang yang meyakini bahwa tidur dapat
memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stress,
dan kecemasan serta meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat akan melakukan
aktivitas sehari-hari (Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015).