K
(38 TAHUN) P3A0, DENGAN POST NATAL SECTIO
CAESAREA
DI RUANG MATERNITY RUMAH SAKIT SILOAM
LIPPO VILLAGE
NAMA: NIM
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin yaitu caedere yang berarti
memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada tindakan
pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding perut dan rahim
ibu (Lia et al, 2010).
Dari uraian diatas, praktikan ingin membuat dan melakukan asuhan keperawatan
kepada pasien dengan sectio caesarea disertai dengan pengkajian, penentuan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, melakukan implementasi keperawatan,
dan evaluasi keperawatan.
Menurut Manuaba (2010) Sectio Caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada
dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gr atau
umur kehamilan > 28 minggu.
Sectio Caesarea merupakan metode yang paling umum untuk melahirkan bayi, tetapi
masih merupakan prosedur operasi besar, dilakukan pada ibu dalam keadaan sadar
kecuali dalam keadaan darurat (Hartono, 2014).
2.1.2 Klasifikasi
Jenis-jenis operasi dari sectio caesarea
1. Sectio Caesarea Abdomen
2. Sectio Caesarea Vaginalis
Menurut arah sayatan dapat dilakukan:
a) Sayatan memanjang ( longitudinal) menurut Kronig
b) Sayatan melintang ( transversal) menurut Ker
c) Sayatan huruf T ( T- incision)
3. Sectio Caesarea Klasik ( Corporal).
Berupa sayatan memanjang pada korpus uteri kurang lebih sepanjang 10
cm. Jarang digunakan karena banyak terjadi perlengketan, sehingga
memerlukan operasi berulang.
4. Sectio Caesarea Ismika ( Profunda)
Berupa sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim (low cervical
tranferal) kurang lebih 10 cm.
2.1.3 Etiologi
1. Etiologi berasal dari Ibu
Penyebab Sectio Caesarea yang berasal dari ibu menurut Manuaba ( 2012)
yaitu :
a. Kehamilan dan persalinan yang buruk
b. Panggul sempit
c. Plasenta previa terutama pada primigravida
d. Solusio plasenta tingkat I- II
e. Komplikasi kehamilan
f. Kehamilan disertai penyakit (jantung, DM)
g. Gangguan perjalanan persalinan ( kista ovarium, mioma ueri, dan
lainnya)
h. Chepalo Pelvik Disproportion
i. Pre-Eklamsi Berat
j. Ketuban Pecah dini
k. Faktor Hambatan Jalan Lahir.
2. Etiologi Berasal dari Janin
Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali
pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps
ekstraksi (Nurarif & Kusuma, 2015).
Uterus berfungsi sebagai tempat ovum yang telah dibuahi secara normal
tertanam dan tempat normal dimana organ selanjutnya tumbuh dan
mendapat makanan sampai bayi lahir
c) Tuba Fallopi
Terdapat di tepi atas ligamentum latum, tuba fallopi merupakan tabula
muskuler dengan panjang ± 12 cm dan diameternya antara 8-9 cm.
Berfungsi membawa ovum dari ovarium ke kavum uteri dan mengalirkan
sprematozoa dalam arah berlawanan dan tempat terjadinya fertilisasi.
d) Ovarium
Ovarium terdapat dua buah, yaitu kanan dan kiri:
- Korteks ovani mengandung folikel primodial
- Medula ovani terdapat pembuluh darah diantara kedua kembar
ligamentum latum.
4. Ovulasi
Pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari, sesudah
terjadinya menstruasi, tidak berapa lama sebelum ovulasi, dinding luar
folikel yang menonjol akan membengkak dengan cepat. Dalam waktu 30
menit kemudian cairan akan mulai mengalir dari folikel ke stigma. Sekitar 2
menit kemudian, folikel menjadi lebih kecil karena kehilangan cairan.
Stigma akan robek cukup besar dan cairan yang lebih kental yang terdapat di
bagian tengah folikel akan mengalami evaginasi keluar dan kedalam
abdomen. Cairan kental ini membawa ovum yang dikelilingi oleh beberapa
ratus sel granulose kecil yang disebut corona radiata.
5. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses dari bentuk betina gametogenesis yang setara
dengan jantan yakni spermatogenesis. Oogenesis berlangsung melibatkan
pengembangan berbagai tahap reproduksi telur sel betina yang belum
matang.
Gambar 3. Oogenesis
2.1.5 Patofisiologi
Beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak
dapat lahir secara normal atau spontan, seperti plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama,
partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC). Dalam proses operasi dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi yang akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri sehingga timbul masalah defisit
perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, saat
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi, yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi (Manuaba, 2010).
6. Kateterisasi
Pasien post operasi sectio caesar memerlukan pemasangan kateter selama
24-48 jam, hal ini dikarenakan kandung kemih yang penuh akan
menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada pasien, sehingga dapat
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
7. Pemberian Obat-obatan
a) Antibiotik
b) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
c) Obat-obatan lain.
8. Perawatan rutin
Monitor vital sign seperti pemeriksaan suhu, tekanan darah, nadi, dan
pernapasan.
2.1.9 Komplikasi
Menurut Mochtar (2011) komplikasi pada Sectio Caesarea:
1. Infeksi Puerferal ( Nifas)
a) Ringan dengan kenaikan suhu hanya beberapa hari saja.
b) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi , disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
c) Berat dengan peritonitis, sepsis dan illeus paralitik, infeksi berat sering
kita jumpai pada partus terlantar, sebelum timbul infeksi nifas, telah
terjadi infeksi intra partum karena ketuban pecah terlalu lama.
2. Perdarahan
Terjadi karena:
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b) Atonia Uteri
c) Perdarahan pada placenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi. Kemungkina ruptur uteri spontan pada
kehamilan mendatang.
2.2 Tinjauan Teoritis Keperawatan
2.2.1 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada kasus post operasi sectio caesarea
menurut Nanda (2018) adalah :
1. Nyeri b.d agen injuri fisik
2. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasive
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
4. Defisit perawatan diri: mandi/kebersihan diri, makan, toileting b.d kelelahan
post partum
Kriteria hasil :
NOC :
a. Skala nyeri berkurang
b. Wajah tampak rileks
c. Tidak menunjukan nyeri baik verbal dan non verbal
d. TTV dalam batas normal
NIC:
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Observasi reaksi non verbal
c. Kurangi faktor presipitasi nyeri
d. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
e. Berikan analgesic untuk mengurangi nyeri
2. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasive
Tujuan : setelah dilakukan pengkajian keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil
NOC :
a. Tidak terdapat adanya tanda-tanda risiko infeksi
b. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh pasien
NIC :
a. Batasi pengunjung bila perlu
b. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
c. Pertahankan lingkungan aseptic selama tindakan keperawatan
d. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Kriteria hasil
NOC :
a. Keluhan lelah menurun
b. Frekuensi nadi 60-100x/menit
c. Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
NIC :
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang menyebabkan kelelahan
b. Monitor tanda vital
c. Monitor kelelahan fisik dan emosional
d. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
e. Lakukan rentang gerak aktif/pasif
f. Anjurkan tirah baring
g. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
h. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kriteria hasil
NOC :
Klien dapat melakukan perawatan diri secara mandiri meliputi makan
berpakaian, ambulasi, toileting, dan sebagainya
NIC :
a. Pantau kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri
b. Pantau kebutuhan klien untuk penggunaan penyesuaian alat personal hygiene
c. Sediakan barang-barang yang diperlukan pasien
d. Bantu klien untuk mandiri dan berikan bantuan seminimal mungkin
e. Menentukan aktivitas perawatan diri yang sesuai
BAB III
LAPORAN KASUS (ASKEP)
Format Pengkajian Postnatal
A. IDENTITAS / BIODATA
1. Inisial pasien : Ny. K
2. Usia : 38 tahun
3. Status perkawinan : Kawin
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : IRT
6. Pendidikan terakhir : S1
7. Alamat : Komp Bugel Indah D6/1 Tangerang
8. Inisial suami : Tn.A
9. Usia : 39 tahun
10. Agama : Islam
11. Pekerjaan : Wiraswasta
12. Pendidikan terakhir : S1
13. Alamat : Komp Bugel Indah D6/1 Tangerang
2. Riwayat menstruasi
Haid pertama : Usia 13 tahun
Siklus : Teratur (28 hari)
Banyaknya : Pasien mengatakan dalam sehari bisa habis 4 pembalut
Dismenore : pasien mengatakan jarang dismenore
Kebersihan :
Keputihan : Ya/tidak
Jenis :-
Warna :-
Bau :-
Hemoroid : pasien tidak memiliki hemoroid
Derajat :-
Lokasi :-
Nyeri : Ya/tidak
No Tgl lahir/ Usia Jenis Tempat Penolong Bayi Masa nifas
Umur Kehamilan Persalinan persalina
n
BB/ Keadaan Keadaan Laktasi
PB saat lahir
1 21 April 9 bulan Sectio Rumah Dokter dan 3450 baik dan Keluar cairan Asi lancar
2010/ 10 caesarea Sakit perawat gr sehat berupa darah dari
tahun vagina biasa
dinamakan
dengan lochia
lubra, rasa sakit
pada payudara
dan keluarnya
ASI, kesulitan
BAK.
2 9 Agustus 9 bulan Sectio Rumah Dokter dan 3750 baik dan Keluar cairan Asi lancar
2013/ 7 caesarea Sakit perawat gr sehat berupa darah dari
tahun vagina biasa
dinamakan
dengan lochia
lubra, rasa sakit
pada payudara
dan keluarnya
ASI, kontraksi,
kesulitan BAK
3 21 9 bulan Sectio Rumah Dokter dan 3450 baik dan Keluar cairan Asi lancar,
September caesarea Sakit perawat gr sehat berupa darah dari bayi
2020/ 2 vagina biasa menghisap
hari dinamakan dengan baik
dengan lochia
lubra, rasa sakit
pada payudara
dan keluarnya
ASI, kontraksi,
kesulitan BAK
3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas (termasuk kehamilan sekarang):
2. Muka
Edema : Ada Tidak ada
Konjungtiva : anemis
Sklera mata : Anikterik
3. Dada
Kesimetrisan : Simetris Tidak simetris
Mamae :
Bendungan : tidak ada
Asi/kolostrum : asi keluar dengan lancar
4. Pinggang (periksa ketuk : costro-vertebra-angel tenderness)
Nyeri : ada/tidak
5. Ekstremitas
a. Edema tangan dan jari : Ada/ Tidak ada
b. Edema tibia kaki : Ada/ Tidak ada
c. Betis merah/ keras : Ada/ Tidak ada
d. Varices tungkai : Ada/ Tidak ada
e. Reflex patella : Ada/ Tidak ada, lemah/ kuat
6. Abdomen
a. Bekas luka : Ada/ Tidak ada
b. Diastasis rectus abdominis : -
c. Bentuk perut : Bulat dan terdapat lipatan
d. TFU : 1 cm dibawah umbilicus
e. Kontraksi : kuat/ lemah
f. Konsistensi : lembek/ keras
7. Genitalia
Vulva dan vagina
a. Inspeksi (kebersihan vagina, lochea, REEDA) : ada bercak darah yang keluar
melalui vagina, berwarna merah segar.
b. Varises : Ada/ tidak ada
c. Luka : Ada/ tidak ada
d. Kemerahan : Ada/ tidak ada
e. Nyeri : Ada/ tidak ada
Perineum
a. Bekas luka/ luka parut : Ada/ tidak ada
b. Episiotomi : Ada/ tidak ada
D. ASPEK PSIKOLOGIS
1. Taking in : Pasien masih bergantung kepada perawat untuk
melakukan perawatan kepada bayinya, dikarenakan kondisi yang masih lemah.
Tetapi pasien, dibeberapa jam kelahiran sudah bisa untuk menyusui bayinya
walaupun masih terlihat lemah
2. Taking hold :-
3. Letting go :-
E. RIWAYAT SOSIAL
Status perkawinan : Menikah Tidak menikah
Kawin 1 :
Umur : 27 tahun, dengan suami umur 28 tahun
Kehamilan : ѵ Direncanakan Tidak direncanakan
Diterima Tidak diterima
G. UJI DIAGNOSTIK
Lab 22/9/2020
Keton : -
Hb : 9,60 g/dL
Ht : 27,50 %
Golongan darah : A
Rhesu :+
H. TERAPI YANG DIBERIKAN
• Ceftriaxon IV, 1 gr BD
• Tramal IV, 100 gr BD
• Pronalges sup, 1 supp BD
ANALISA DATA
No Data Subjektif & Objektif Etiologi Masalah
Keperawatan
1) DS : Pengeluaran janin Nyeri melahirkan
- Pasien mengatakan
mengeluh nyeri dibagian
abdomen setelah operasi
sectio caesarea
- Keluhan dirasakan sejak
setelah operasi yaitu
tanggal 21 September
2020
DO :
- TTV : TD= 1 20/70; nadi
83x/menit, RR=
22x/menit; suhu= 36,5oC
- Eskpresi wajah ibu
tampak meringis saat
bergerak
- Tampak luka operasi
tertutup kassa steril pada
abdomen
- TFU : 1 jari dibawah
pusat
- Kontraksi uterus baik
- Tampak pengeluaran
lochia rubra
- Pengkajian nyeri :
P = nyeri saat akan
bergerak dari tempat
tidur
Q = nyeri seperti diiris-
iris
R = nyeri dirasakan
diatas simpisis pubis
S = skala nyeri 3/1
T = NSAID
Obat-obatan :
- Tramal IV, 100 gr BD
- Pronalges sup, 1 supp BD
2) DS : Kelemahan Intoleransi
- Pasien mengeluh lelah aktivitas
setelah operasi sectio
caesarea
- Pasien mengatakan
merasakan mual setelah
operasi dan itu tidak
berlangsung lama
- Pasien mengatakan
belum bisa miring kanan
dan miring kiri dari
tempat tidur
- Pasien mengatakan kaki
kesemutan dan sulit
digerakan setelah operasi
DO :
- Pasien terlihat lemas
- Terdapat edema dengan
grade 1 pada bagian
bawah estremitas pasien
- Kongjungtiva : anemis
- Hasil lab : 22/9/2020
Hb : 9,60 g/dL
Ht : 27,50 %
DO :
- Tampak luka operasi
tertutup tegaderm pad
- Tidak ada tanda-tanda
infeksi
- TTV : TD= 120/70; nadi
83x/menit, RR=
22x/menit; suhu= 36,5oC
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DP 1. Nyeri melahirkan b.d pengeluran janin d.d pasien mengeluh nyeri, skala nyeri 3/1
DP 2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d pasien mengeluh lelah
DP 3. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa NOC NIC Rasional
1 Nyeri melahirkan b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi : - Monitor tanda-tanda vital untuk
pengeluran janin d.d pasien keperawatan selama 2x24 jam - Monitor tanda-tanda vital mengetahui keadaan umum ibu
mengeluh nyeri, skala nyeri diharapkan tingkat nyeri yang - Observasi TFU, kontraksi dan dan memudahkan mengambil
3/1 dirasakan Ny.K menurun dengan pengeluaran lochia tindakan selanjutnya.
kriteria hasil : - Monitor kondisi luka dan balutan
- Meringis menurun - Observasi reaksi non verbal dari - Observasi TFU, kontraksi dan
- Keluhan nyeri dengan pengeluran lochia sebagai
ketidaknyamanan
kontraksi menurun indikator untuk
Nama Preseptor/HN/CI :
Tanggal :
Tandatangan :
PEMBAHASAN KASUS
Ny. K (38 tahun) datang ke Rumah Sakit pada tanggal 20 September 2020. Pasien
datang dengan keluhan perut mulai kencang-kencang( kontraksi), hal ini mulai sering
dirasakan sekitar pukul 20.00 selama 3 hari berturut-turut sebelum pergi ke Rumah
Sakit. Ny. K sedang hamil anak ke 3 dengan status obstetric G3P2A0. Usia kehamilan
pasien 38-39 minggu. Keadaan umum pasien : GCS 15 (compos mentis), TD
120/80x/menit, Nadi 78x/menit, suhu 36,50C, Pernapasan 18x/menit, LILA 28 cm, TB
163 cm, BB sebelum hamil 51 kg, BB sesudah hamil 77,1 kg. Pasien mengatakan
memiliki riwayat persalinan sectio caesarea (sc) sebanyak dua kali, alasan memilih
persalinan sc dikehamilan pertama ialah karena posisi sungsang pada bayi, selanjutnya
pada anak kedua karena bayi terlalu besar, dan dikehamilan ketiga ini karena keinginan
sendiri. Pasien melakukan persalinan sc pada tanggal 21 September 2020, pukul 09.00
WIB. Persalinan berjalan dengan lancar, bayi lahir dengan sehat pukul 10.00 WIB
dengan jenis kelamin laki-laki dan berat bayi 3540 gram.
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Amrusofin dalam Nanda Nic-Noc, 2015).
Sectio caesarea merupakan tindakan medis yang diperlukan untuk membantu
persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal akibat masalah kesehatan ibu dan
janin. Ada beberapa indikasi yang menyebabkan seorang ibu dilakukan sectio caesarea,
seperti indikasi dari ibu yaitu : Kehamilan dan persalinan yang buruk, panggul sempit,
plasenta previa terutama pada primigravida, solusio plasenta tingkat I- II, komplikasi
kehamilan dan lain sebagainya. Indikasi dari anak seperti : gawat janin, mal presentasi,
dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi (Nurarif & Kusuma, 2015). Namun
demikian, tindakan sectio caesarea tidak lagi dilakukan semata-mata karena
pertimbangan medis, tetapi juga termasuk permintaan pasien sendiri, seperti yang pasien
saya juga inginkan ketika dikaji.
Diagnosa keperawatan utama yang kami angkat pada kasus post sectio caesarea Ny.K
yaitu Nyeri Melahirkan. Diagnosa ini kami tegakkan karena tindakan insisi pada
dinding abdomen menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah,
dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merasangsang area sensorik
sehingga menimbulkan rasa nyeri pada luka operasi.
Diagnosa kedua yang kami tegakkan yaitu Intoleransi Aktivitas, dimana dalam proses
operasi dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami
imobilisasi yang akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas, hal ini juga bisa
disebabkan karena kelemahan setelah operasi sectio caesarea
Diagnosa ketiga yang kami tegakkan yaitu Resiko Infeksi yang dimana setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasi,
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sectio caesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan di mana
irisan dilkakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerektomi) untuk
mengeluarkan bayi. Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal
melalui vagina tidak memungkinkan karena beresiko kepada komplikasi medis lainnya
(Purwoastuti, Dkk, 2015). Namun demikian, tindakan sectio caesarea tidak lagi
dilakukan semata-mata karena pertimbangan medis, tetapi juga termasuk permintaan
dari pasien, seperti kasus dari pasien saya sendiri yang menginginkan persalinan secara
caesarea dan memiliki riwayat dilakukannya sectio caesarea sebanyak dua kali.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi ibu (pasien)
1. Diharapkan pada setiap ibu sectio caesarea senantiasa menjaga kebersihan diri
terutama pada daerah bekas operasi agar luka tidak infeksi.
2. Diharapkan ibu dapat mengkonsumsi makanan bergizi seperti sayuran hijau, lauk-
pauk, buah, dan terlebih lagi makanan yang tinggi protein untuk membantu
mempercepat proses regenerasi sel dan menyembuhkan luka.
Ensor, T., Cooper, S., Davidson, L, Fitzmaurice, A. and Graham, W.J. (2010). The
Impact of Economic Recession on Maternal, and Infant Mortality: Lessons from
History. BMC Public Health, 10: 727 retrieved from :
https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2458-10-727
Lang, J and Rothman, K.J. (2011). Field Test Results of The Motherhood Method to
Measure Maternal Mortality. Indian J Med Res, 133: 64-69 retrieved from :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3100148/
Lia, X., Zhua, J., Dai, L., Li, M., Miao, L., Liang, J. and Wang, Y. (2010). Trends in
Maternal Mortality Due to Obstetric Hemorrhage in Urban, and Rural China, 1996–
2005. J. Perinat. Med. 39: 35–41 DOI: 10.1515/jpm.2010.115