Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN SECTIO CAESARIA

Disusun Oleh
Nama : Rita Anryani
Nim : 14420211059

Preceptor :
1. Preceptor Klinik
A.Masnidar, S.Kep., Ns ( )
2. Preceptor Institusi
Sudarman, S.Kep., Ns. M.Kes ( )

DEPARTEMEN KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT DAN KRITIS NURSING
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022

A. Konsep Medis

1. Definisi SC

Operasi Caesaria atau biasa disebut dengan Sectio Caesaria


adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan/ pada dinding perut
atau section caesaria adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janji
dan dalam Rahim (Lubis, 2018).
Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan
janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus perslinan buatan,
sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding
janin agar anka lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Dwi Astuti et al.,
2017).
Ibu post Sectio Caesaria adalah ibu yang melahirkan janin
dengan cara proses pembedahan dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus dalam waktu sekitar kurang lebih enam minggu organ-
organ reproduksi akan kembali pada keadaan tidak hamil
(Pragholapati, 2020).
2. Macam-macam operasi Sectio Caesarea

a. Abdomen (sectio caesarea abdominalis) (Lubis, 2018)

1) Sectio caesarea transperitonealis:

a) Sectio caesarea klasik atau corporal (dengan insisi


memanjang pada corpus uteri). Dilakukan dengan
membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira- kira
10 cm.
Kelebihan :

(1) Mengeluarkan janin dengan cepat.

(2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih


tertarik.
(3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan :

(1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal


karena tidak ada reperitonealis yang baik.
(2) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi
ruptur uteri spontan.
2) Sectio caeasarea ismika atau profundal (low servical dengan
insisi pada segmen bawah rahim). Dilakukan dengan
melakukan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim (low servical transversal) kira- kira 10 cm.
Kelebihan :

(1) Penjahitan luka lebih mudah.

(2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.

(3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk


menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
(4) Perdarahan tidak begitu banyak.

(5) Kemungkinan ruptur uteri spontan berkurang atau lebih


kecil.
Kekurangan :

(1) Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga


dapat menyebabkan uteri pecah sehingga mengakibatkan
perdarahan banyak.
(2) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.

3) Sectio caesarea ektra peritonealis yaitu tanpa membuka


peritoneum perietalis dengan demikian tidak membuka cavum
abdominal.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis) menurut sayatan pada rahim,

sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut, (Lubis, 2018) :

1) Sayatan memanjang (longitudinal).


2) Sayatan melintang (transversal).

3) Sayatan huruf T (T insicion).

3. Etiologi

Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri


iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000
gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut, (Dwi Astuti et al.,
2017):
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )

Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar


panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus
dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul
yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang


langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih
belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini
amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar
tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat


tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu.
Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37
minggu, sedangkan di bawah 36 minggu
d. Bayi Kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini


karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar
pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga
sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir Adanya gangguan pada jalan lahir,
misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya
pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir,
tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin

1) Kelainan pada letak kepala

a) Letak kepala tengadah Bagian terbawah adalah puncak


kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling
rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka Letak kepala tengadah (defleksi),
sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah
muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi Posisi kepala antara fleksi dan defleksi,
dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan.
Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan
berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2) Letak Sungsang Letak sungsang merupakan keadaan dimana
janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa
jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi
bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak
sempurna dan presentasi kaki
4. Manifestais Klinis

Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan


yang lebih komprehensif yaitu perawatan post operatif dan post
partum, manifestasi klinis Sectio Caesarea menurut Dongoes 2010
yaitu, (Pragholapati, 2020) :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan

b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen

c. Fundus uterus terletak di umbilicus

d. Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan

e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 –


1000
f. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan

g. Biasanya terpasang kateter urinarius

h. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah

i. Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan

j. Bonding attachment pada anak yang baru lahir

5. Patofisiologis

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di


atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi
uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak
lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum
baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang
informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak
adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari
insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri
adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman (Lubis, 2018).
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga
kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat
diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri
berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk
pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat
sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup.
Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus (Lubis, 2018).
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung
akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus.
Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh
energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga
menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena
reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko
terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu
motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi
yaitu konstipasi (Dwi Astuti et al., 2017).
6. Pathway/Penyimpangan KDM

Panggul sempit (disproporsi sefaloperlvik)


- Plasenta previa - Preklamsia/ekslamsia
- Letak lintang - Infeksi intrapartum
- Tumor jalan lahir - gawat janin
- Solusio plasenta - kehamilan DM

Sectio
Ceassaria

Stres Terputusnya Kelahiran Adanya Luka operasi


s kontinuitas bayi
jaringan
Kurang Kurangnya Port entre kuman Imobilisasi
Informa ransangan
si otot
stressor Rusaknya Kelemaha Meransang
Terpajan pembuluh Perdarahan n fisik pengeluaran
dengan Ansietas darah zat bradikinin
dan histamine polos payudara Kurangnya
oleh bayi Informasi Perkembangan Pristaltik
Meransang kuman patogen Usus
reseptor ASI tdak menurun
nyeri efektiif Risiko
Infeksi Konstipasi

Ketidakmampu Hypothalam Difisit


an merawat diri us Pengetahua
n
Difisit
Nyeri Akut
Perawatan
Diri
7. Pemeriksaan Penunjang

a. Elektroensefalogram ( EEG )

Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang

b. Pemindaian CT

Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

c. Magneti resonance imaging (MRI)

Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan


magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan
daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan
pemindaian CT (Dwi Astuti et al., 2017).
d. Pemindaian positron emission tomography ( PET )

Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu


menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah
dalam otak
e. Uji laboratorium

1) Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler

2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan


hematokrit
3) Panel elektrolit

4) Skrining toksik dari serum dan urin

5) AGD

6) Kadar kalsium darah

7) Kadar natrium darah

8) Kadar magnesium darah


8. Komplikasi

Yang sering terjadi pada ibu SC adalah, (Pragholapati, 2020) :

a. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam


masa nifas dibagi menjadi :
1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi


dan perut sedikit kembung
3) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.

b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat


pembedahan cabangcabang arteri uterine ikut terbuka atau karena
atonia uteri.
c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
d. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri
e. Yang sering terjadi pada ibu bayi :Kematian perinatal

9. Penatalaksanaan

a. Perawatan awal

1) Letakan pasien dalam posisi pemulihan

2) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1


jam pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa
tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
3) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi

4) Transfusi jika diperlukan

5) Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan


transfusi, segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan
terjadi perdarahan pasca bedah
b. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah


penderita flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan
peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah
boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih
dan air teh.
c. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah


operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5
pasca operasi.
d. Pembalutan dan perawatan luka

1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan


tidak terlalu banyak jangan mengganti pembalut
2) Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri
plester untuk mengencangkan
3) Ganti pembalut dengan cara steril

4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih

5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat


jahitan kulit dilakukan pada hari kelima pasca SC
B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat


ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan
persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan
plasenta previa (Sari, 2019).
a. Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis
kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan
diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau menular dan


menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis,
penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat pada saat sebelun
inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan
secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan
3) Riwayat kesehatan keluarga: Adakah penyakit keturunan
dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit
kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan
kepada klien.
d. Pola-pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat karena kurangnya


pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah
dalam perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada klien nifas biasanaya
terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk
menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas Pada pasien pos partum klien dapat melakukan
aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami
kelemahan dan nyeri.
4) Pola eleminasi Pada pasien pos partum sering terjadi adanya
perasaan sering /susah kencing selama masa nifas yang
ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi
konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.
5) Istirahat dan tidur Pada klien nifas terjadi perubagan pada
pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan
nyeri epis setelah persalinan
6) Pola hubungan dan peran Peran klien dalam keluarga meliputi
hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
7) Pola penagulangan sters Biasanya klien sering melamun dan
merasa cemas
8) Pola sensori dan kognitif Pola sensori klien merasakan nyeri
pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat
involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
9) Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan
terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep
diri antara lain dan body image dan ideal diri
10) Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi seksual yaitu
perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual
yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
e. Pemeriksaan fisik

1) Kepala Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-


kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada
benjolan
2) Leher Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar
tioroid, karena adanya proses menerang yang salah
3) Mata Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak,
bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari
telinga.
5) Hidung Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum
kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper
pigmentasi areola mamae dan papila mamae
7) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitaliua Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air
ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang
dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan
letak anak.
9) Anus, Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus
karena ruptur
10) Ekstermitas Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-
kelainan karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia
atau karena penyakit jantung atau ginjal.
11) Tanda-tanda vital Apabila terjadi perdarahan pada pos partum
tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu
tubuh turun.
2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dapat muncul (Tim Pokja SDKI DPP


PPNI, 2016a) :
a. Ansietas

b. Difisit perawatan diri

c. Nyeri akut

d. Defisit pengetahuan

e. Konstipasi

f. Resiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang diangkat, (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

DIAGNOSA LUARAN KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL TINDAKAN

Ansietas Setelah dilakukan intervensi Terapi Relaksasi: Terapi Relaksasi:


selama …. maka diharapkan Observasi Observasi
tingkat ansietas menurun, 1. Identifikasi penurunan tingkat 1. Kecemasan dapat dinilai dari
dengan kriteria hasil: energi, ketidakmampuan adanya gejala-gejala seperti
- Verbalisasi kebingungan berkonsentrasi, atau gejala lain ketidakmampuan berkonsentrasi
(menurun) yang mengganggu kemampuan dll.
- Verbalisasi khawatir kognitif 2. Berikan pilihan pada pasien
akibat kondisi yang 2. Identifikasi teknik relaksasi yang teknik relaksasi yang nyaman
dihadapi (menurun) pernah efektif digunakan bagi pasien sendiri
- Perilaku gelisah 3. Identifikasi kesediaan, 3. Menggunakan terapi apapun
(menurun) kemampuan, dan penggunaan harus dengan persetujuan pasien
- Perilaku tegang Teknik sebelumnya dan keluarganya
(menurun) 4. Periksa ketegangan otot, frekuensi 4. Tanda-tanda vital dipengaruhi
- Keluhan pusing menurun nadi, tekanan darah, dan suhu oleh aktivitas yang sudah
sebelum dan sesudah latihan dilakukan
- Anoreksia (menurun)
5. Monitor respon terhadap terapi 5. Respon pasien terhadap terapi
- Palpitasi (menurun)
- Frekuensi pernapasan relaksasi dapat menggambarkan
(menurun) kenyamanan pasien saat terapi
Terapeutik
- Frekuensi nadi (menurun) Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan
- Tekanan darah (menurun) 1. Lingkungan tenang, kenyamanan
tanpa gangguan dengan
dapat mengurangi kecemasan
- Diaphoresis (menurun) pencahayaan dan suhu ruang
yang sedang dialami pasien
nyaman, jika memungkinkan
- Tremor (menurun)
2. Setiap tindakan harus
2. Berikan informasi tertulis tentang
- Pucat (menurun) menyertakan dokumentasi
persiapan dan prosedur Teknik
3. Menjaga suhu kulit dan
- Konsentrasi (membaik) relaksasi
kenyamanan pasien
3. Gunakan pakaian longgar
- Pola tidur (membaik)
4. Agar pasien merasa nyaman
4. Gunakan nada suara lembut
- Perasaan keberdayaan dengan komunikasi
dengan irama lambat dan berirama
(membaik) 5. Tidak bergantung pada
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi
- Kontak mata (membaik) pengobatan farmakologi
penunjang dengan analgetik atau
Edukasi
- Pola berkemih (membaik)
tindakan medis lain, jika sesuai
1. Untuk memberikan pengetahuan
- Orientasi (membaik) Edukasi
kepada pasien tentang tujuan,
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
manfaat, dan jenis-jenis relaksasi
dan jenis relaksasi yang tersedua
2. Agar pasien dapat mengetahui
(mis. musik, meditasi, napas
dalam, relaksasi otot progresif) teknik yang dilakukan pada
intervensi yang dipilih
2. Jelaskan secara rinci intervensi
3. Agar pasien dapat melakukan
relaksasi yang dipilih
terapi dengan nyaman
3. Anjurkan mengambil posisi
4. Rileks saat terapi berlangsung
nyaman
dapat mempengaruhi keberhasilan
4. Anjurkan rileks dan merasakan
terapi
sensasi relaksasi
5. Agar terapi yang dilakukan dapat
5. Anjurkan sering mengulangi atau
memberikan hasil yang maksimal
melatih Teknik yang dipilih
6. Agar pasien lebih mudah
6. Demonstrasikan dan latih teknik
memahami terapi yang diberikan
relaksasi (mis. napas dalam,
peregangan, atau imajinasi
terbimbing)
Difisit Setelah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan Diri Dukungan Perawatan Diri
perawatan diri selama …. maka diharapkan Observasi : Observasi :
tingkat ansietas menurun, 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas 1. Jika klien tidak mampu
dengan kriteria hasil : perawatan diri sesuai usia perawatan diri , perawat maupun
1. Kemampuan mandi 2. Monitor tingkat kemandirian keluarga membatu dalm
perawatan diri
(meningkat) 3. Indentifikasi kebutuhan alat bantu
2. Kemampuan kebersihan diri, berpakaian, 2. Agar mengetahui kemampuan
mengenakan pakaian berhias, dan makan klien dalam melakukan
(meningkat) Terapeutik : perawatan diri
3. Kemampuan ke toilet 3. Agar paasien tampak bersih dan
1. Siapkan keperluan pribadi (mis.
(BAB/BAK) rapi
perfume, sikat gigi, dan sabun
(meningkat) Terapeutik :
mandi)
4. Vebralisasi keinginan
2. Dampingi dalam melakukan 1. Membantu dalam merencanakan
kenginan melakukan
perawatan diri sampai mandiri pemenuhan secara individual dan
perawatan diri
3. Jadwalkan rutinitas perawatan diri pemenuhan mandi
(meningkat)
2. Meningkatjan kemampuan dalam
Edukasi :
5. Minat melakukan
pemenuhan perawatan diri
perawatan diri 1. Anjurkan melakukan perawatan
3. Untuk mengetahui kemampuan
(meningkat) diri secara konsisten sesuai
dalam melakukan keberishan diri
6. Mempertahankan kemampuan
secara teratur
kebersihan diri
Edukasi :
(meningkat)
1. Meningkatkan kemandirian
7. Mempertahankan
kebersihan mulut
(meningkat)
Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
selama …. maka diharapkan Observasi : Observasi :
tingkat nyeri menurun, dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Mengindikasikan kebutuhan untuk
kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, intervensi dan juga tanda-tanda
- Kemmapuan menuntaskan intensitas nyeri perkembangan penyakit
aktifitas (meningkat) 2. Identifikasi skala nyeri (perubahan dalam lokasi/intensitas
- Keluhan nyeri (menurun) tidak umum namun dapat
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
menunjukkan adanya komplikasi)
- Meringis (menurun)
4. Identifikasi faktor yang
2. Agar dapat memberikan intervensi
- Sikap protektif (menurun) memperingan dan memperberat
sesuai kebutuhan
nyeri
- Gelisah (menurun) 3. Meringis atau menangis adalah
5. Identifikasi pengetahuan tentang
respon non verbal terhadap nyeri
- Kesulitan tidur (menurun)
dan keyakinan tentang nyeri
yang bisa digunakan untuk
- Menarik diri (menurun) 6. Identifikasi pengaruh budaya
mengukur tingkat nyeri
terhadap respon nyeri
- Berfokus pada diri sendiri 4. Untuk memudahkan intervensi
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
(menurun) perlu mengkaji faktor yang
kualitas hidup
- Diaphoresis (menurun) memperberat dan memperingan
8. Monitor keberhasilan terapi
nyeri
- Perasaan depresi
komplementer yang sudah
5. Pengetahuan klien tentang nyeri
(tertekan) (menurun)
diberikan
- Perasaan takut mengalami
cedera berulang
(menurun) 9. Monitor efek samping penggunaan dapat mempermudah intervensi
analgetik
- Anoreksia (menurun) 6. Individu belajar tentang apa yang
Terapeutik :
diharapkan dan diterima oleh
- Perineum terasa tertekan
1. Berikan teknik nonfarmakologis budayanya termasuk bagaimana
(menurun)
untuk mengurangi nyeri (mis. reaksi terhadap nyeri
- Uterus teraba membulat
Terapi musik, terapi pijat, 7. Mengetahui pengaruh nyeri
(menurun)
aromaterapi, kompres terhadap kualitas hidup klien,
- Ketegangan otot
hangat/dingin) perawatan dapat menegakkan
(menurun)
2. Kontrol lingkungan yang intervensi yang berhubungan
- Pupil dilatasi (menurun)
memperberat nyeri (mis. suhu 8. Agar dapat menentukan intervensi
- Muntah (menurun)
ruangan, pencahayaan, dan selanjutnya
- Mual (menurun) kebisingan) 9. Untuk melihat apakah efek dari
3. Fasilitasi istrahat tidur analgesic tidak memperburuk
- Frekuensi nadi (membaik)
kondisi klien
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
- Pola napas (membaik)
Terapeutik :
nyeri dalam pemilihan strategi
- Tekanan darah (membaik)
meredakan nyeri 1. Meningkatkan relaksasi dan
- Proses berpikir (membaik) Edukasi : menurunkan ketegangan otot,
1. Jelaskan penyebab, periode, dan dapat menurunkan nyeri secara
- Focus (membaik)
pemicu nyeri alami
- Fungsi berkemih
(membaik)
- Perilaku (membaik)
- Nafsu makan (membaik) 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 2. Mengurangi faktor penyebab nyeri

- Pola tidur (membaik) 3. Anjurkan monitor nyeri secara 3. Istirahat dan tidur merupakan salah
mandiri satu peralihan nyeri
4. Anjurkan menggunakan analgetik 4. Pemilihan strategi yang sesuai
secara cepat kebutuhan dari tingkat nyeri klien
5. Ajarkan teknik nonfarmakologi Edukasi :
untuk mengurangi nyeri
1. Pasien mengetahui tentang nyeri
Kolaborasi :
dapat meningkatkan
1. Kolaborasi pemberian analgesik, kewaspadaannya dan menghindari
jika perlu hal-hal yang memperberat nyeri
2. Pasien bisa mandiri dalam hal
penurunan nyeri
3. Agar skala nyeri tidak bertambah

4. Analgesic dapat memblok


lintasan nyeri sehingga nyeri akan
berkurang
5. Membantu mengontrol nyeri dan
mengurangi ketergantungan
terhadap analgesic
Kolaborasi :

1. Analgetik berfungsi untuk


menurunkan nyeri dan perasaan
tidak nyaman
Defisit Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan Edukasi Kesehatan
pengetahuan selama …. maka diharapkan Observasi Observasi
tingkat pengetahuan membaik, 1. Identifikasi kesiapan kemampuan 1. Kesiapan pasien menerima
dengan kriteria hasil: menerima informasi informasi mempengaruhi
- Perilaku sesuai anjuran 2. Identifikasi faktor-faktor yang penerimaan informasi
(meningkat) dapat meningkatkan dan 2. Dapat mengetahui factor pencetus
- Verbalisasi minat dalam menurunkan motivasi perilaku yang dapat menurunnkan
belajar (meningkat) hidup bersih dan sehat motivasi perilaku hidup bersih
- Kemampuan menjelaskan Terapeutik dan sehat
pengetahuan tentang suatu Terapeutik
1. Sediakan materi dan media
topic (meningkat)
pendidikan kesehatan 1. Mempermudah menyampaikan
- Kemampuan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan
menggambarkan
sesuai kesepakatan 2. Agar pasien yang akan diberikan
pengalaman sebelumnya
3. Berikan kesempatan untuk pendidikan kesehatan dapat ikut
yang sesuai dengan topik
serta
bertanya
(meningkat) Edukasi 3. Mengetahui sebagaimana paham
pasien mengenai penjelasan yang
- Pertanyaan tentang 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
telah kita berikan
masalah yang dihadapi mempengaruhi kesehatan
Edukasi
(menurun) 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
- Persepsi yang keliru sehat 1. Agar pasien mampu menghindari
terhadap masalah menurun 3. Ajarkan strategi yang dapat atau mencegah risiko penyakit
- Menjalani pemeriksaan digunakan untuk meningkatkan 2. Perilaku hidup bersih dan sehat
yang tidak tepat perilaku hidup bersih dan sehat dapat membuat pasien terhindar
(menurun) dari berbagai penyakit
- Perilaku (membaik) 3. Agar pasien mampu menerapkan

perilaku hidup bersih dan sehat


Konstipasi Setelah dilakukan intervensi Manajemen konstipasi Manajemen konstipasi
selama …. maka diharapkan Observasi: Observasi:
eliminasi fekal membaik , 1. Periksa tanda dan gejala konstipasi 1. Untuk mengetahui tanda dan
dengan kriteria hasil: gejala konstipasi
2. Periksa pergerakan usus,
- Kontrol pengeluaran 2. Untuk memonitor karakteristik
karakteristik feses (mis:
feses (meningkat) dari feses
konsistensi, bentuk, volume, warna)
- Keluhan defekasi lama 3. Untuk mengetahui faktor risiko
3. Identifikasi faktor risiko konstipasi
dan sulut (menurun) terjadinya kosntipasi
(mis: obat, tirah baring, diet rendah
- Mengejan saat defekasi serat) Terapeutik:
(menurun)
Terapeutik: 1. Makanan tinggi serat dapat
- Distensi abdomen
membantu melancarkan defekasi
1. Anjurkan diet tinggi serat
(menurun)
2. Pemberian irigasi dapat
- Nyeri abdomen 2. Berikan enema atau irigasi, jika
membantu melancarkan defekasi
(menurun) perlu
Edukasi:
- Kram abdomen Edukasi:
1. Agar pasien mengetahui sebab
(menurun)
1. Jelaskan etiologi masalah dan
terjadinya konstipasi yang
- Konsistensi feses
alasan tindakan
diderita
(membaik)
2. Ajarkan peningkatan asupan cairan,
2. Peningkatan asupan cairan dapat
- Frekuensi defekasi
jika tidak ada kontraindikasi merangsang dan mempermudah
(membaik)
pengeluaran defekasi
- Peristaltic usus Kolaborasi:
Kolaborasi:
(membaik)
1. Kolaborasi penggunaan obat
1. Pemberian obat pencahar
pencahar, jika perlu
dapat membantu untuk
melancarkan defekasi
Resiko infeksi Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi
selama ….. jam. Maka tingkat Observasi : Observasi :
infeksi menurun, dengan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Adanya peningkatan suhu
kriteria hasil : infeksi lokal dan sistemik menunjukkan adanya tanda-
tanda infeksi
- Kebersihan tangan Terapeutik
(meningkat)
1. Batasi jumlah pengunjung
Terapeutik :
- Kebersihan badan
2. Berikan perawatan kulit pada
(meningkat) 1. Agar tidak terjadi
area edema
- Nafsu makan peningkatan resiko infeksi
3. Cuci tangan sebelum dan
(meningkat) 2. Mengurangi resiko infeksi
sesudah kontak dengan pasien
- Demam (menurun)
3. Untuk mencegah kontaminasi
dan lingkungan pasien
- Kemerahan (menurun) kuman masuk ke luka
Edukasi :
sehingga menurunkan resiko
- Bengkak (menurun)
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Kadar sel darah putih infeksi
Edukasi :
membaik 2. Ajarkan cara mencuci tangan
1. Mampu mencegah terjadinya
dengan dengan benar
infeksi
3. Ajarkan etika batuk
2. Mampu menerapkan prinsip
4. Anjurkan meningkatkan
steril, bersih dan seha
asupan nutrisi
3. Cara batu atau beritika batuk
5. Anjurkan meningkatkan
yang benar dapat mengurangi
asupan cairan
terjadinya penularan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat , 4. Peningkatan nafsu makan
dapat membuat stamina
jika perlu
pasien membaik
5. Peningkatan cairan dapat
membuat kulit pasien baik
Kolaborasi :

1. Pemberian obat dapat


mempepat penyembuhan
pasien
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Sari,
2019).
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain (Sari, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Astuti, Y., Dewi, A., & Arini, M. (2017). Evaluasi Implementasi Clinical
Pathway Sectio Caesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jurnal
Medicoeticolegal Dan Manajemen Rumah Sakit, 6(2), 97–111.
https://doi.org/10.18196/jmmr.6133

Lubis, D. S. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Riwayat Persalinan Sectio


Caesarea (SC) Di RSIA Norfa Husada Bangkinang Tahun 2018. Doppler, 2(2),
62–69.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/doppler/article/view/198

Pragholapati, A. (2020). Effect Of Progressive Muscle Relaxation Technique On Pain


In Post Sectio caesarea. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi, 8(2), 112–122.
https://doi.org/10.36858/jkds.v8i2.216

Sari, K. J. (2019). “Pedoman Dalam Melaksanakan Implementasi Keperawatan.”

https://doi.org/10.31227/osf.io/nckbj

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016a). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai