Disusun Oleh :
RITA ANRYANI
14420211059
CI LAHAN CI INSTITUSI
(…….…………………….) (…….…………………….)
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang
lain dan ideal diri yang tidak realistis, gagal mencintai dirinya dan
percaya pada anak, tekanan dari teman, dan kultur sosial yang
berubah.
2. Faktor Presipitasi
rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi
5. Patofisiologi
6. kegagaln perpisahan/kehilangan
Risiko gangguan persepsi sensori
Keterangan :
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
3. Harga diri rendah adalah individu cendrung untuk menilai dirinya negatif
5. Depresionalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping menurut Deden :
Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian
obat-obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara : (ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik).
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : (kompetisi olah raga
kontes popularitas).
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara :
(penyalahgunaan obat-obatan).
Jangka Panjang :
9. Penatalaksanaan
Menurut Eko, terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang
dimaksud meliputi :
1. Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang
termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL, dan Haloperridol. Obat yang termasuk generasi
kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine,
Zotatine, dan Ariprprazole.
2. Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita
bergaul lagi engan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter.
Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri lagi karena jika
pasien menarik diri dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
3. Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah pengobatan
untuk menimbulkan kejang granmall secara artifical dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau
dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang
tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
listrik 5-5 joule/ detik.
4. Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia
dan kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan
ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu
terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas
kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita
dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
5. Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri rendah menurut
Kaplan & Saddock, 2010 mengatakan, tindakan keperawatan yang
dibutuhkan pada pasien dengan harga diri rendah adalah terapi
kognitif, terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi keluarga.
Tindakan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah bisa
secara individu, terapi keluarga, kelompok dan penanganan
dikomunikasi baik generalis keperawatanlanjutan. Terapi untuk pasien
dengan harga diri rendah yang efisian untuk meningkatkan rasa
percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain, sosial, dan
lingkungannya yaitu dengan menerapkan terapi kognitif pada pasien
dengan harga diri rendah. (Oliver, 2019)
II. PROSES KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a. Identitas klien Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan,
tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
b. Keluhan utama : Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan
klien dan keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi : Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien
pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan
atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan
pengkajiannya meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.Aspek
fisik/biologis : Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu,
Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
d. Aspek psikososial
1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2. Konsep diri
3. Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
4. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
e. Status mental : Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,
aktivitas motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi, dan berhitung.
f. Mekanisme koping Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain
dan asyik dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan
persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
g. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
h. Pengetahuan Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam
masalah.
i. Aspek medik Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy
farmakologi, psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
II.Diagnosa Keperawatan
1. Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
2. Data Yang Perlu Dikaji
a) Data Subyektif :
- Merasionalisasikan penolakan
b) Data Obyektif :
- Produktifitas menurun
- Penyalahgunaan zat
- Menarik diri dari hubungan social
Pohon Masalah
Isolasi Sosial
IV. Implementasi
a. Untuk pasien
1. SP1P
a) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien.
b) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan
c) Membantu pasien memilih menetapkan kegiatan yang akan
dilatih sesuai kemampuan pasien
d) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.
e) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
f) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
2. SP2P
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien.
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
1. SP1K
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien di rumah.
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang
dialami pasien beserta proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
d. Mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah.
e. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
2. SP2K
a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung
kepada pasien harga diri rendah.
3. SP3K
a. Membuat perencanaan pulang bersama keluarga dan membuat
jadwal kegiatan aktivitas di rumah termasuk minum obat
(dischrge planning ).
b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
V. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai hasil
dari tindakan keperawatan pada klien dan dilakukan terus menerus pada
respon klien menjadi lebih baik atau tidak menggunakan pendekatan SOAP
(Muhith, 2015). klien mampu memperkenalkan diri, klien mengatakan
kegiatan positif yang dilakukan dirumah sakit adalah menata tempat tidur,
mencuci piring, menyapu halaman, obejktif klien mampu mengetahui
kegiatan positif dirumah sakit, assesment tujuan teratasi sebagian, planning
membuat daftar kegiatan positif yang dimiliki dan mampu dilakukan,
rencana tindak lanjut melatih kemampuan pertama menata tempat tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi ahyu cahya utami. (2019). UPAYA AKTIVITAS MERIAS DIRI UNTUK
MENINGKATKAN HARGA DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH.
53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Meryana. (2017). Upaya Meningkatkan Harga Diri Dengan Kegiatan Positif Pada
Pasien Harga Diri Rendah. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2–14.
Widianti, E., Keliat, B. A., & Wardhani, I. Y. (2017). Aplikasi Terapi Spesialis
Keperawatan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia Dengan Harga Diri Rendah
Kronis Di Rsmm Jawa Barat. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia,
3(1), 83. https://doi.org/10.17509/jpki.v3i1.7489