Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

RITA ANRYANI

14420211059

CI LAHAN CI INSTITUSI

(…….…………………….) (…….…………………….)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
I. KONSEP KEPERAWATAN
1. Definisi Harga Diri Rendah
Menurut Abidin Harga diri merupakan konstruk yang penting
dalam kehidupan sehari-hari dan berperan dalam menentukan tingkah laku
seseorang meliputi penilaian, perasaan atau pandangan individu terhadap
dirinya atau hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan
pada dimensi positif yaitu menghargai kelebihan diri serta menerima
kekurangan yang ada dan dimensi negatif yaitu tidak puas dengan kondisi
diri, tidak menghargai kelebihan diri serta melihat diri sebagai sesuatu
yang selalu kurang (Dwi ahyu cahya utami, 2019).
Menurut Yosep Harga diri rendah adalah Adanya perasaan hilang
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan
sesuai ideal diri, perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri (Meryana, 2017).

2. Penyebab Harga Diri Rendah


1. Pola asuh keluarga
2. Tekanan/trauma
3. Keadaan fisik
4. Ketidakberfungsian secara social

3. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah


1. Afek datar
2. Tidak memiliki kemauan
3. Merasa tidak nyaman
4. Manarik diri masyarakat
5. Ketidakmampuan merawat diri sendiri
6. Tidak mampu mengekspresikan perasaan
7. Hilangnya spontanitas dan rasa ingin tahu
8. Menurunnya motivasi
9. Hilangnya kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
(Widianti, Keliat, & Wardhani, 2017)

4. Proses terjadinya Masalah


1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yang merupakan faktor pendukung harga diri

rendah meliputi penolakan dan kurangnya penghargaan diri dari

orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang

tidak benar, membenci dan tidak menerima akan mempunyai

keraguan atau ketidakpastian, kegagalan yang berulangkali, kurang

mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang

lain dan ideal diri yang tidak realistis, gagal mencintai dirinya dan

menggapai cinta orang lain, misalnya karena orang tua tidak

percaya pada anak, tekanan dari teman, dan kultur sosial yang

berubah.

2. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi munculnya harga diri rendah meliputi trauma

seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan

kejadian yang mengancam kehidupan seperti kehilangan bagian

tubuh, perubahan aturan, bentuk dan penampilan fungsi tubuh,

perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal,

adanya kegagalan yang mengakibatkan produktifitas menurun.

Selain itu faktor presipitasi lain yaitu ketegangan peran

berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana


individu mengalami frustrasi. Pada mulanya klien merasa dirinya

tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam

berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari

lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan

dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional

dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan

rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi

yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu

sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman

tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan

rasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada mencari penyebab

kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Semakin klien

menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam

mengembangkan hubungan dengan orang lain.

5. Patofisiologi
6. kegagaln perpisahan/kehilangan
Risiko gangguan persepsi sensori

Harga diri rendah

menarik diri, isolasi sosial


7. Rentang Respon
Respons Adaptif Respons Maladaptif
Aktualisasi konsep diri harga diri kercaunan depresionalisasi
Diri positif rendah identitas

Keterangan :

1.      Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif

dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

2.      Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif

dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang

negatif dair dirinya.

3.      Harga diri rendah adalah individu cendrung untuk menilai dirinya negatif

dan merasa lebih rendah dari orang lain.

4.      Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek

identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial

kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.

5.      Depresionalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap

diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak

dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping menurut Deden :
Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian
obat-obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara : (ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik).
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : (kompetisi olah raga
kontes popularitas).
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara :
(penyalahgunaan obat-obatan).

Jangka Panjang :

1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi


dari orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi
atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.
Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi,
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri
dan orang lain (Oliver, 2019).

9. Penatalaksanaan
Menurut Eko, terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang
dimaksud meliputi :
1. Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang
termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL,
Thoridazine HCL, dan Haloperridol. Obat yang termasuk generasi
kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine,
Zotatine, dan Ariprprazole.
2. Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita
bergaul lagi engan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter.
Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri lagi karena jika
pasien menarik diri dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
3. Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah pengobatan
untuk menimbulkan kejang granmall secara artifical dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau
dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang
tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
listrik 5-5 joule/ detik.
4. Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia
dan kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan
ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu
terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas
kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita
dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
5. Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri rendah menurut
Kaplan & Saddock, 2010 mengatakan, tindakan keperawatan yang
dibutuhkan pada pasien dengan harga diri rendah adalah terapi
kognitif, terapi interpersonal, terapi tingkah laku, dan terapi keluarga.
Tindakan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah bisa
secara individu, terapi keluarga, kelompok dan penanganan
dikomunikasi baik generalis keperawatanlanjutan. Terapi untuk pasien
dengan harga diri rendah yang efisian untuk meningkatkan rasa
percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain, sosial, dan
lingkungannya yaitu dengan menerapkan terapi kognitif pada pasien
dengan harga diri rendah. (Oliver, 2019)
II. PROSES KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a. Identitas klien Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan,
tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
b. Keluhan utama : Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan
klien dan keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi : Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien
pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan
atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan
pengkajiannya meliputi psikologis,  biologis, dan social budaya.Aspek
fisik/biologis : Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu,
Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
d. Aspek psikososial
1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2. Konsep diri
3. Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
4. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
e. Status mental : Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,
aktivitas motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi, dan berhitung.
f. Mekanisme koping Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain
dan asyik dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan
persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
g. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan,  pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
h. Pengetahuan Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam
masalah.
i. Aspek medik Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy
farmakologi, psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.

II.Diagnosa Keperawatan
1. Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
2. Data Yang Perlu Dikaji

a) Data Subyektif :

- Mengkritik diri sendiri atau orang lain

- Perasaan tidak mampu

- Pandangan hidup yang pesimis

- Perasaan lemah dan takut

- Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri

- Pengurangan diri / mengejek diri sendiri

- Hidup yang berpolarisasi

- Ketidakmampuan menentukan tujuan

- Mengungkapkan kegagalan pribadi

- Merasionalisasikan penolakan

b) Data Obyektif :

- Produktifitas menurun

- Perilaku destruktif pada diri sendiri dan orang lain

- Penyalahgunaan zat
- Menarik diri dari hubungan social

- Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah

- Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan)

- Tampak mudah tersinggung / mudah marah

Pohon Masalah

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Gangguan citra tubuh


III.Intervensi
1) Harga Diri Rendah Kronik
Tujuan 1
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
b) Kriteria Evaluasi: Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa
senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan
dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
c) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik
(1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
(2) Perkenalkan diri dengan sopan.
(3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien.
(4) Jelaskan tujuan pertemuan.
(5) Jujur dan menepati janji.
(6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
(7) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
d) Rasional Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk
kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
Tujuan 2
a) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki setelah dilakukan interaksi.
b) Kriteria Evaluasi
Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki:
(1) Kemampuan yang dimiliki klien.
(2) Aspek positif keluarga.
(3) Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien.
c) Intervensi
(1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
(2) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai negatif.
(3) Utamakan memberi pujian yang realistik.
d) Rasional
(1) Diskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas,
kontrol diri atau integritas ego sebagai dasar asuhan
keperawatan.
(2) Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri.
(3) Pujian yang realistis tidak menyebabkan melakukan kegiatan
hanya karna ingin mendapat pujian.
Tujuan 3
a) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan setelah dilakukan
interaksi.
b) Kriteria Evaluasi
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c) Intervensi
(1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit.
(2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan.
d) Rasional
(1) Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki
adalah prasarat untuk berubah.
(2) Pengertian tantang kemampuan yang dimiliki diri motivasi
untuk tetap mempertahankan penggunaannya.
Tujuan 4
a) Klien dapat (menetapkan) kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
b) Kriteria Evaluasi
Klien membuat rencana kegiatan harian
c) Intervensi
(1) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai:
a) Kegiatan mandiri.
b) Kegiatan dengan bantuan sebagian.
c) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
(2) Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien.
(3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
d) Rasional
(1) Klien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri
(2) Klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya
(3) Contoh peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk
melaksanakan kegiatan

IV. Implementasi
a. Untuk pasien
1. SP1P
a) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien.
b) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat
digunakan
c) Membantu pasien memilih menetapkan kegiatan yang akan
dilatih sesuai kemampuan pasien
d) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih.
e) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
f) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
2. SP2P
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien.
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
1. SP1K
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien di rumah.
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang
dialami pasien beserta proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
d. Mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah.
e. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
2. SP2K
a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat langsung
kepada pasien harga diri rendah.
3. SP3K
a. Membuat perencanaan pulang bersama keluarga dan membuat
jadwal kegiatan aktivitas di rumah termasuk minum obat
(dischrge planning ).
b. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
V. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai hasil
dari tindakan keperawatan pada klien dan dilakukan terus menerus pada
respon klien menjadi lebih baik atau tidak menggunakan pendekatan SOAP
(Muhith, 2015). klien mampu memperkenalkan diri, klien mengatakan
kegiatan positif yang dilakukan dirumah sakit adalah menata tempat tidur,
mencuci piring, menyapu halaman, obejktif klien mampu mengetahui
kegiatan positif dirumah sakit, assesment tujuan teratasi sebagian, planning
membuat daftar kegiatan positif yang dimiliki dan mampu dilakukan,
rencana tindak lanjut melatih kemampuan pertama menata tempat tidur.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi ahyu cahya utami. (2019). UPAYA AKTIVITAS MERIAS DIRI UNTUK
MENINGKATKAN HARGA DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH.
53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Meryana. (2017). Upaya Meningkatkan Harga Diri Dengan Kegiatan Positif Pada
Pasien Harga Diri Rendah. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2–14.

Oliver, J. (2019). harga diri rendah. Hilos Tensados, 1, 1–476.


https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Widianti, E., Keliat, B. A., & Wardhani, I. Y. (2017). Aplikasi Terapi Spesialis
Keperawatan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia Dengan Harga Diri Rendah
Kronis Di Rsmm Jawa Barat. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia,
3(1), 83. https://doi.org/10.17509/jpki.v3i1.7489

Anda mungkin juga menyukai