Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN

DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT JIWA


GRHASIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Hening Sucahya, S. Kep


193203012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIV


FALKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN


DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT JIWA
GRHASIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Telah disetujui pada


Hari :
tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Rahayu Iskandar, S. Kep., Ns .,M. Kep) (Nur Fauzin, S. Kep., Ns) (Hening Sucahya, S. Kep)

2
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

A. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap
diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri ,
merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai keinginan
sesuai ideal diri. Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif
seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung, (Keliat, dkk, 2011).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
(Yosep. 2009).
Menurut patricia D. Barry dalam mental health an mental illness
(2003), harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak
diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya.
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang
lama (NANDA, 2005). Individu cenderung untuk menilai dirinya negatif
dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).

B. Rentang respon
Respon adaptif Respon maladaptif

Konsep diri positif Kekacauan identitas

Aktualisasi Harga diri rendah Depersonalisasi

3
Gambar 1. Rentang respon terhadap konsep diri
 Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat
diterima.
 Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi dan menyadari hal positif dan negatif
dalam dirinya.
 Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
 Kerancuan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan
aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan. Aspek
psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
 Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan asing
terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan
serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

C. Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan
dapat terjadi secara : Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba,
misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan,
dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi
harga diri rendah, karena : Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya :
pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal). Harapan
akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/ sakit/ penyakit. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak
menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan,
berbagai tindakan tanpa persetujuan. Kronik Yaitu perasaan negatif
terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien

4
ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat
akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan
pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
Dalam tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan
tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak
diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok. Tanda dan
Gejalanya : Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan
meminta bantuan orang lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa
bila diajak melakukan sesuatu. Data objektif : tampak ketergantungan
pada orang lain, tampak sedih dan tidak melakukan aktivitas yang
seharusnya dapat dilakukan, wajah tampak murung.

D. Akibat

Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun
tidak mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial :
menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian
yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial. Tanda dan gejala: Data
Subyektif : Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan
Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain Data
Obyektif: Kurang spontan ketika diajak bicara Apatis Ekspresi wajah
kosong Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal Bicara dengan
suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara

E. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya hatga diri rendah adalah:
1) Penolakan orang tua yang tidak realistis
2) Kegagalan berulang kali
3) Kurang mampunyai tanggung jawab personal
4) Ketergantungan pada orang lain
5) Ideal diri yang tidak realistis
6) Faktor biologis

5
karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak,
contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan
klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena
klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak
berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus
harga diri rendah kronis adalah:
a) System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada
klien dengan harga diri rendah yang kadang berubah
seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal
terus menerus.
b) Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi,
karena melihat kondisi klien dengan harga diri rendah
yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan
dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah
dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien
mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah
dijadwalkan tersebut.
c) Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi
untuk mengatur arus informasi sensori yang berhubungan
dengan perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks.
Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila
ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi
sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah
sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan
perasaan negatif yang ada selalu mendominasi pikiran dari
klien.
d) Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
7) Faktor psikologis , harga diri rendah konis sangat berhubungan
dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran

6
dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang
tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya, peran yang
tidak sesuai dengan jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan
8) Faktor sosial
Secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses
terjadinya harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan,
tempat tinggal didaerah kumuh dan rawan, kultur social yang
berubah misal ukuran keberhasilan individu.

9) Faktor kultural
Tuntutan peran sesuai kebudayaan sering meningkatkan
kejadian harga diri rendah kronis antara lain : wanita sudah
harus menikah jika umur mencapai duapuluhan, perubahan
kultur kearah gaya hidup individualisme.
F. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah:
1) Kehilangan bagian tubuh
2) Perubahan penampilan/ bentuk tubuh
3) Produktivitas yang menurun
4) Ketegangan peran;
5) Transisi Perkembangan
Perubahan norma dan nilai yang berkaitan dengan
perkembangan individu
6) Trauma;
Trauma fisik, psikologis, seksual yang dialami sejak kecil
G. Pohon masalah
Risiko tinggi perilaku kekerasan

Perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Koping individu tidak efektif

Traumatik tumbuh kembang

7
H. Tanda dan Gejala
1. Mengejek dan mengkritik diri
2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri
3. Mengalami gejala fisik, misal; tekanan darah tinggi, gangguan
penggunaan zat
4. Menunda keputusan
5. Sulit bergaul
6. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas
7. Menarik diri dari realitas, panik, cemas, cemburu, curiga, halusinasi
8. Merusak diri; harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri
hidup
9. Merusak/ melukai orang lain
10. Perasaan tidak mampu
11. Pandangan hidup yang pesimis
12. Tidak menerima pujian
13. Penurunan produktivitas
14. Penolakan terhadap kemampuan diri
15. Kurang memperhatikan perawatan diri
16. Berpakaian tidak rapih
17. Tidak berani menatap lawan bicara
18. Lebih banyak merunduk
19. Bicara lambat dengan nada suara lemah

I. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologis
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak
digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat
golongan antidepresan, karena fungsi dari obat anti depresan adalah
memblok pengambilan kembali neurotransmitter norepineprin dan
serotonin, meningkatkan konsentrasinya pada sinaps dan mengkoreksi
defisit yang diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis.
Hal ini sesuai dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh
klien dengan harga diri rendah yaitu adanya penurunan
neurotransmitter seperti serotonin, norepineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri
rendah kali ini pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak
dalam jenis Tricyclic Anti Depresan (TCA) : Amitriptiline,
Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan fungsi dari
obatnya yaitu untuk meningkatkan reuptake seorotonin dan

8
norepinefrin sehingga meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan
indikasinya yaitu pengobatan yang diberikan pada klien dengan
depresi tetapi juga mengalami skizofrenia sehingga mempunyai efek
pengobatan yang saling meningkatkan.
2. Terapi Penunjang
Alat untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat
digunakan adalah:
a) Electroencephalogram (EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
b) CT Scan, Untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi
c) Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT), Melihat
wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan
menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
d) Magnetic Resonance Imaging (MRI), Suatu tehnik radiologi
dengan menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer
untuk mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat
mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh
atau otak. Beberapa prosedur menggunakan kontras gadolinium
untuk meningkatkan akurasi gambar
Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan
akan ditemukan ketidakseimbangan neurotransmitter di otak
seperti:
a) Acetylcholine (ACh), untuk pengaturan atensi dan
mood, mengalami penurunan.
b) Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat
perhatian dan orientasi; mengatur“fight-flight” dan proses
pembelajaran dan memori, mengalami penurunan yang
mengakibatkan kelemahan dan depresi.
c) Serotonin, mengatur status mood, mengalami
penurunan yang mengakibatkan klien lebih dikuasai oleh pikiran-
pikiran negatif dan tidak berdaya.
d) Glutamat, mengalami penurunan, terlihat dari kondisi
klien yang kurang energi, selalu terlihat mengantuk. Selain itu

9
berdasarkan diagnosa medis klien yaitu skizofrenia yang sering
mengindikasikan adanya penurunan glutamat.
Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang
dapat digunakan adalah:
a) Positron Emisssion Tomography (PET), mengukur emisi/
pancaran dari bahan kimia radioaktif yang diberi label dan telah
disuntik ke dalam aliran darah untuk menghasilkan gambaran dua
atau tiga dimensi melalui distribusi dari bahan kimia tersebut di
dalam tubuh dan otak. PET dapat memperlihatkan gambaran aliran
darah, oxigen, metabolisme glukosa dan konsentrasi obat dalam
jaringan otak. Yang merefleksikan aktivitas otak sehingga dapat
dipelajari lebih lanjut tentang tentang fisiologi dan neuro-kimiawi
otak
b) Transcranial Magnetic Stimulations (TMS) dikombinasikan
dengan MRI, para ahli dapat melihat dan mengetahui fungsi
spesifik dari otak. TMS dapat menggambarkan proses motorik dan
visual dan dapat menghubungkan antara kimiawi dan struktur otak
dengan perilaku manusia dan hubungannya dengan gangguan jiwa.

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Pengkajian keperawatan kesehatan jiwa:
(1) Identitas klien.
(2) Keluhan utama/ alasan masuk.
(3) Faktor predisposisi.
(4) Aspek fisik/ biologis.
(5) Aspek psikososial.
(6) Status mental.
(7) Kebutuhan persiapan pulang.
(8) Mekanisme koping.
(9) Masalah psikososial dan lingkungan.
(10) Pengetahuan.
(11) Aspek medic.
2) Data subjektif
Klien mengatakan; saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.

10
3) Data obyektif
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri sendiri/ ingin
mengakhiri hidup.
2. Masalah Keperawatan
a) Harga diri rendah.

11
Rencana Tindakan
No. Diagnosis Tujuan
Tindakan (Pasien) Tindakan (Keluarga)

1 Harga Diri TUM : Tindakan Psikoterapeutik SP I


Rendah

Setelah dilakukan 1) Bina hubungan saling percaya. 1. Diskusikan masalah yg


tindakan keperawatan, dirasakan dalam
diharapkan mampu merawat pasien.
meningkatkan harga 2) Adakan kontak sering dan
diri klien. singkat secara bertahap.
2. Jelaskan pengertian,
tanda & gejala, dan
TUK: 3) Observasi tingkah laku klien. proses terjadinya harga
diri rendah (gunakan
booklet).
Setelah melakukan 4) Tanyakan keluhan yang
interaksi dengan klien dirasakan klien.
selama … s.d. …. kali, 3. Diskusikan
diharapkan harga diri kemampuan atau aspek
5) Lakukan strategi pelaksanaan
klien meningkat positif pasien yang
psikoterapeutik :
dengan kriteria hasil: pernah dimiliki
sebelum dan setelah
SP I sakit.

TUK SP 1 : Klien 1. Identifikasi kemampuan 4. Jelaskan cara merawat


dapat membina melakukan kegiatan dan aspek harga diri rendah
hubungan saling positif pasien (buat daftar terutama memberikan
percaya dengan kegiatan). pujian semua hal yang
perawat, klien dapat positif pada pasien.
mengidentifikasi
kegiatan dan aspek 2. Bantu pasien menilai kegiatan
positif, klien dapat yang dapat dilakukan saat ini 5. Latih keluarga
meningkatkan harga (pilih dari daftar kegiatan) : memberi tanggung
diri dengan buat daftar kegiatan yang dapat jawab kegiatan
mempraktikan dilakukan saat ini. pertama yang dipilih
kegiatan yang pasien: bimbing dan
disenangi. beri pujian.
3. Bantu pasien memilih salah
satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk dilatih. 6. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan memberikan
4. Latih kegiatan yang dipilih pujian.
(alat dan cara melakukannya).

5. Masukan pada jadwal kegiatan


untuk latihan 2 kali per hari.
TUK SP 2 : Klien SP II SP II
dapat mempraktikan
dan memasukkan cara
meningkatkan harga 1. Evaluasi kegiatan pertama yang 1. Evaluasi kegiatan
diri dengan kegiatan telah dilatih dan berikan pujian. keluarga dalam
ke-2 yang disenangi membimbing pasien
dalam jadwal harian. melaksanakan kegiatan
2. Bantu pasien memilih kegiatan pertama yang dipilih
kedua yang akan dilatih. dan dilatih pasien. Beri
pujian.
3. Latih kegiatan kedua kedua
(alat dan cara). 2. Bersama keluarga
melatih pasien dalam
melakukan kegiatan
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
kedua yang dipilih
untuk latihan: dua kegiatan
pasien.
masing2 2 kali per hari.

3. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan memberi pujian.
TUK SP 3 : Klien SP III SP III
dapat mempraktikan
dan memasukkan cara
meningkatkan harga 1. Evaluasi kegiatan pertama dan 1. Evaluasi kegiatan
diri dengan kegiatan kedua yang telah dilatih dan keluarga dalam
ke-3 yang disenangi berikan pujian. membimbing pasien
dalam jadwal harian. melaksanakan kegiatan
pertama dan kedua
2. Bantu pasien memilih kegiatan yang telah dilatih. Beri
ketiga yang akan dilatih. pujian.

3. Latih kegiatan ketiga (alat dan 2. Bersama keluarga


cara). melatih pasien
melakukan kegiatan
ketiga yang dipilih.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan: tiga kegiatan,
masing-masing dua kali per 3. Anjurkan membantu
hari. pasien sesuai jadwal
dan berikan pujian.
TUK SP 4 : Klien dapat SP IV SP IV
mempraktikan dan
memasukkan cara 1. Evaluasi kegiatan pertama, 1. Evaluasi kegiatan
meningkatkan harga diri kedua, dan ketiga yang telah keluarga dalam
dengan kegiatan ke-4 dilatih dan berikan pujian. membimbing pasien
yang disenangi dalam melaksanakan kegiatan
jadwal harian. 2. Bantu pasien memilih kegiatan pertama, kedua dan

keempat yang akan dilatih. ketiga. Beri pujian.

3. Latih kegiatan keempat (alat 2. Bersama keluarga

dan cara). melatih pasien


melakukan kegiatan
keempat yang dipilih.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan: empat kegiatan
masing-masing dua kali per 3. Jelaskan follow up ke

hari. RSJ/PKM, tanda


kambuh, rujukan.

4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan memberikan
pujian.
DAFTAR PUSTAKA

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Yosep, Iyus. Keperawatan Jiwa. 2009. Bandung: PT Refika Aditama.


Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi
3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya:


Airlangga University Press.

Keliat, Budi Anna dll. (2011). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.


EGC: Jakarta.

Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
(LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.

Stuart G.W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Alih Bahasa Kapoh R, P dan
Komara E.Y. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai