OLEH :
NURYENNY MADURI,S.Kep
19511081
A. Definisi
Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama
(NANDA, 2015).
Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif kemudian mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespons terhadap suatu kejadian seperti kehilangan dan
perubahan (Carpenito, 2009).
Harga diri rendah situasional adalah perasaan diri/ evaluasi diri negatif
yang berkembang sebagai respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan
diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif dan bila tidak
dapat diatasi dapat menyebabkan harga diri rendah kronis (Suliswati, 2O14).
Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami trauma
yang terjadi secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, cerai, putus
sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi, misalnya
korban pe merkosaan, dituduh KKN, dipenjara secara tiba-tiba (Dalami dkk,
2009).
B. Faktor Terjadinya Harga Diri Rendah
1. Faktor predisposisi menurut Stuart & Sundeen (2013) ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai
berikut:
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistik.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah stereotipik peran seks,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran kultural.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang
tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.
2. Faktor pencetus terjadinya HDR situasional dapat ditimbulkan dari sumber
internal dan eksternal, yaitu:
a. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan peran atau posisi yang diharapkan di mana
individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu
transisi peran perkembangan, transisi peran situasi, dan transisi peran sehat-
sakit.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala harga diri rendah situasional dapat dilihat dari perilaku
klien sehari-hari. Menurut NANDA 2009-2011, batasan karakteristik dari harga
diri rendah situasional diantaranya adalah :
1. Tidak bisa mengevaluasi diri ketika menghadapi masalah.
2. Tidak bisa mengevaluasi diri ketika menghadapi situasi
3. Adanya ekspresi tidak berdaya
4. Adanya ekspresi tidak berguna
5. Adanya keragu-raguan
6. Adanya perilaku nonasertif
7. Sering merendahkan diri sendiri
Sedangkan menurut Carpenito, tanda dan gejala yang harus terdapat pada
klien dengan harga diri rendah situasional :
1. Kekambuhan episodik dari penghargaan diri negatif yang sebelumnya
memiliki evaluasi diri positif
2. Pengungkapan diri negatif mengenai diri
Dan tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada klien dengan harga diri
rendah situasional:
1. Ekspresi malu atau rasa bersalah
2. Mengkritik diri sendiri
3. Perasaan tidak mampu atau pandangan hidup yang pesimis
Selain dari data diatas, perawat dapat mengamati penampilan seorang yang
mengalami harga diri rendah melihat dari kurang memperhatikan perawatan diri,
berpakaian yang tidak rapi, selera makan menurun, tidak beran menatap lawan
bicara, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.
D. Proses Terjadinya Masalah
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga
diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena
individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien
sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi
respon negative mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya
individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis). individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa
diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Penilaian
individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran
adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi
dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus-
menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.
E. Rentang Respon
Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana
aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart & Laraia, 2013).
Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna
patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari, menjadi pervasive dan mucul
bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2015) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai
perilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi
mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus
menerus, mengekspresikan sikap malu/minder/rasa bersalah, kontak mata
kurang/tidak ada, selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba
sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang
dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik
negative mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri
rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus. Kegiatan
mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok social, keagamaan dan
politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu
kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti
identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang
diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang,
antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi
identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. identitas negative, dimana asumsi yang
bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. disasosiasi, isolasi, proyeksi,
mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain. terjadinya
gangguan konsep diri harga diri rendah juga dipengaruhi beberapa factor
predisposisi seperti factor biologis, psikologis, social dan cultural.
Factor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat
mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun
dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri rendah semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh
pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri
rendah adalah :
1. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga
diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna
atau gagal terus menerus.
2. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi
klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan
dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan
bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan
latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus
informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah
berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah
apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang
masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan yang
mengakibatkan perasaan negative yang ada selalu mendominasi pikiran dari
klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk reaksi emosi.
F. Asuhan Keperawatan
1. Data yang perlu dikaji
Data yang perlu dikaji untuk klien yang mengalami harga diri rendah
situasional sebagai berikut.
a. Data Sujektif
Contoh: “Setelah kaki saya diamputasi saya sudah tidak berharga lagi.”
“Saya tidak mampu menjadi atlet yang dibanggakan keluarga setelah
kehilangan kaki saya.”
“Saya tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagai kepala
keluarga lagi.”
b. Data Objektif:
1) Perasaan negatif terhadap diri sendiri
2) Menarik diri dari kehidupan
3) Kritik terhadap diri sendiri
4) Destruktif terhap diri sendiri dan orang lain
5) Mudah tersinggung/ mudah marah
6) Produktivitas menurun
7) Penolakan terhadap diri sendiri
8) Keluhan fisik
3. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah situasional
b. Ketidakefektifan koping
c. Gangguan citra tubuh
d. Gangguan identitas personal
e. Ketidakberdayaan
f. Keputusasaan
4. Pohon Masalah
Keputusasaan
Ketidakberdayaan
NIM : 19511081
Informasi Umum
Usia : 54 tahun
Suku : Jawa
A. Biologis :
1. Latar Belakang Genetik:
Klien tidak mempunyai riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, cacat tubuh,
tidak ada memiliki keluarga dengan riwayat depresi dan riwayat trauma
kehamilan dan persalinan.
2. Status Nutrisi
Saat dilakukan pengkajian klien tampak sering melamun, dan banyak diam.
Klien mengatakan nafsu makannya menurun dan klien mengatakan dirinya
merasa tidak berguna bagi keluarga semenjak ia sering sakit-sakitan.
Klien tidak menggunakan zat-zat tertentu dan tidak ada menggunakan obat-
obatan jiwa.
B. Psikologis :
1. Intelegensia:
Klien sulit memberi penilaian dan keputusan terhadap suatu hal, jika klien
merasa dirinya tidak berguna, klien lebih banyak diam dan melamun.
2. Kemampuan verbal:
Klien tidak memiliki gangguan persepsi sensori dan pendengaran, tidak ada
kerusakan motoric ketika berbicara.
3. Konflik moral:
Klien tidak memiliki riwayat depresi, hanya saja klien memiliki rasa tidak
berguna, dan terlalu berfikiran negative terhadap dirinya.
Pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu saat orang tua dan suami klien
meninggal.
C. Konsep diri :
1. Gambaran diri
Klien berfikir negative terhadap dirinya sendiri dan merasa dirinya tidak
berguna
2. Identitatas diri
Klien sebagai seorang ibu dan nenek
3. Peran diri
Sebelumnya klien pernah ikut dalam kegiatan wirid, tetapi semenjak sakit-
sakitan klien tidak aktif dalam mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan
masyarakat, klien lebih banyak berada di rumah dan berperan sebagai ibu
rumah tangga.
4. Ideal diri
Klien berharap agar dirinya selalu diterima oleh masyarakat, klien berharap
agar dirinya bisa berguna bagi keluarga dan masyarakat, saat ini klien tidak
mampu menjalankan perannya sebagai seorang ibu dan seorang nenek.
5. Harga diri
Klien mengatakan selalu berfikir negative terhadap dirinya dan terhadap
kegiatan yang dilakukannya, klien merasa dirinya tidak berguna lagi.
6. Motivasi terhadap kesehatan atau dalam menyelesaikan masalah
Klien mengatakan jika ia dan anak-anaknya sakit selalu berobat ke klinik atau
puskesmas untuk segera berobat.
7. Pertahanan psikologis / self kontrol
Klien tidak bisa mengontrol fikiran negatifnya, klien sering terdiam dan
melamun.
8. Riwayat adanya tugas perkembangan yang belum terpenuhi
Klien mengatakan tidak ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi.
D. Sosial budaya:
1. Pendidikan
Klien tamatan SMEA
2. Pekerjaan
Klien tidak bekerja, klien merupakan IRT
3. Pernikahan
Klien menikah sah dengan almarhum suaminya, dan sebelumnya klien tidak
pernah memiliki masalah dalam pernikahannya.
4. Status sosial
Klien sudah tidak aktif dalam kegiatan sosial dan klien jarang berinteraksi
dengan tetangga atau masyarakat sekitar.
5. Latar belakang budaya
Tidak ada nilai budaya yang bertentangan dengan nilai kesehatan.
6. Agama dan keyakinan
Tidak ada yang bertentangan antara agama dengan status kesehatan, klien
beragama islam dan berkeyakinan bahwa Tuhan-Nya adalah Allah SWT dan
nabiNya adalah Nabi Muhammad SAW.
7. Pengalaman sosial
Klien sebelumnya pernah mengikuti kegiatan wirid bersama masyarakat
sekitar dan sebelumnya klien berinteraksi dengan masyarakat.
E. Genogram :
= Klien
= Perempuan
= Laki - Laki
= Meninggal
= Tinggal Serumah
ANALISA DATA
N ANALISA DATA DIAGNOSA
O KEPERAWATAN
1 Ds:
Klien mengatakan merasa dirinya Harga Diri Rendah
tidak berguna semenjak sering sakit- Situasional
sakitan
Klien mengatakan lebih suka
dirumah dan berdiam diri
Klien mengatakan merasa dirinya
hanya menyusahkan anak-anaknya
DS:
Klien tampak masih enggan
berkomunikasi dengan orang lain
Klien lebih sering menyendiri dan
melamun
A. Kondisi Klien
Ny.T masih sering melamun dan nafsu makan berkurang. Ny.T
mengatakan dirinya sudah tidak berguna bagi keluarganya karena Ny.T
sering sakit-sakitan.
B. Diagnose Keperawatan
Harga Diri Rendah
C. Tujuan Khusus
Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
D. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
saat ini
2. Bantu klien menyebutkan dan memberi apresiasi terhadap
kemampuan diri yang di ungkapkan
3. Memperhatikan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif
E. Proses pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Orientasi
“Assalamualaikum, selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?
Bagaimana perasaan ibu hari ini? Wah tampak baik ya bu. Bagaimana
bu, sudah di rapikan tempat tidur pagi ini? Bagus, sudah ibu lakukan
dengan baik. Baik bu, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua,
masih ingat apa kegiatan itu bu? Ya benar, kita akan latihan menyapu,
waktunya sekitar 5 menit, mari kita kedalam bu”
2. Kerja
“Bu, sekarang kita menyapu kita persiapkan dulu/kita ambil
perlengkapannya yaitu sapu dan sekop sampah untuk membersihkan
rumah ini. Sekarang ibu bisa mencobanya ya. Bagus bu, sekarang
mulai bisa melakukannya. Ibu bisa kapan saja menyapu sampah tidak
hanya saat sampah sudah banyak baru ibu bersihkan, itu tidak benar ya
bu”.
3. Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita menyapu rumah? Saya
senang jika ibu menyukai dan mulai bisa melakukan kegiatan
menyapu di rumah seperti dulu”.
b. Tindak lanjut
“Bu, selama nanti kita tidak bertemu, ibu bisa melakukan kegiatan
menyapu seperti yang sudah kita praktekkan tadi. Besok kita akan
latihan kemampuan diri yang ketiga setelah menyapu dan
merapikan tempat tidur. Masih ingat kegiatan apa lagi bu? Ya
benar bu latihan memasak”.
c. Kontrak waktu yang akan datang
“Baiklah sekarang saya permisi dulu ya bu, besok kita akan
bertemu kembali dan melakukan kegiatan ketiga yaitu memasak,
ibu ingin bertemu dimana? Baik bu, kita akan bertemu kembali di
teras rumah ini jam 10.00 ya bu kemudian besok kita ke dapur
untuk memasak, apakah ibu setuju? Baik saya permisi ya bu”
A. Kondisi Klien
Ny.T sudah mau berbicara dan tidak sering melamun lagi, nafsu makan
sudah membaik. Ny.T mengatakan dirinya sedikit berguna sejak
melakukan kegiatan yang dapat dilakukan.
B. Diagnose Keperawatan
Harga Diri Rendah
C. Tujuan Khusus
Membantu klien memilih dan menetapkan kemampuan yang akan dilatih
D. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan dengan klien berapa kegiatan yang dapat dilakukan dan
yang dipilih sebagai kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari.
2. Bantu klien menetapkan kegiatan mana yang dapat dilakukan secara
mandiri, mana yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan
kegiatann apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau
lingkungan. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat
dilakukan, susun bersama klien dalam kegiatan sehari-hari.
E. Proses pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Orientasi
“Assalamualaikum bu, kita bertemu lagi pagi ini. Sesuai janji saya
kemarin saya datang lagi. Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana
dengan perasaan negative yang ibu rasakan, apakah sudah berkurang?
Bagus, ibu sekarang telah semangat. Bagaimana dengan jadwalnya?
Boleh saya lihat? Yang merapikan tempat tidur sudah dikerjakan?
Bagus sekali ya bu, untuk menyapu apa ibu ulangi? Iya bagus ya bu.
Baik bu, hari ini jadwal hari ketiga yang mana kita memasak ya bu,
memasak sayur kesukaan ibu”.
2. Kerja
“Baik, menurut ibu apa yang kita perlukan untuk memasak? Bagus,
sebelum kita mulai memasak kita haru siapkan bahan-bahan yang akan
digunakan terlebih dahulu. Disini ibu ingin memasak sayur apa? Baik
bu, ibu akan memasak sayur tumis kangkung ya bu. Ibu bisa memetik
sayurnya dulu kemudian siapkan bumbu-bumbunya. Mantap bu,
sayurnya sudah jadi dan tampak lezat. Bagaimana perasaan ibu setelah
memasak? Bagus sekali, dengan memasak ibu lebih bisa meningkatkan
nafsu makan ibu”.
4. Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita memasak? Nah, besok ibu
bisa mengulangi lagi memasak yang lain yang sesuai selera ibu”
b. Tindak lanjut
“Sekarang mari kita masukkan dalam jadwal harian ibu. Mau
berapa kali ibu memasak dalam sehari? Baik bu, setiap hari pagi
dan sore ya bu. Ibu bisa masak apapun sesuai selera ibu untuk
meningkatkan nafsu makan ibu”.
d. Kontrak waktu yang akan datang
“Baik, saya akan kembali lagi besok untuk melatih kemampuan ibu
yang keempat. Jika ibu bersedia, jam berapa? Baik, jam 11.00 ya
bu. Tempatnya dimana bu? Baik seperti tempat biasa ya bu. Jadi
besok kita bertemu lagi, permisi bu”.
A. Kondisi Klien
Ny.T sudah mau berbicara dan tidak sering melamun lagi, nafsu makan
sudah membaik. Ny.T mengatakan dirinya merasa sudah berguna sejak
melakukan kegiatan yang dapat dilakukan.
B. Diagnose Keperawatan
Harga Diri Rendah
C. Tujuan Khusus
Melatih kemampuan yang dipilih
D. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan dengan klien untuk melatih kemampuan pertama yang
dipilih.
2. Melatih kemampuan pertama yang dipilih
3. Berikan dukungan dengan latihan yang dilakukan
E. Proses pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Orientasi
“Assalamualaikum bu, sesuai janji saya kemarin saya datang lagi.
Bagaimana perasaan ibu siang ini? Bagaimana dengan perasaan
negative yang ibu rasakan, apakah sudah berkurang? Bagus, berarti
perasaan tidak berguna itu sudah tidak begitu ibu rasakan. Bagaimana
dengan jadwalnya? Boleh saya lihat? Bagus sekali, ibu mengerjakan
semua kegiatan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Lalu apa manfaat
yang ibu rasakan setelah melakukan tindakan secara terjadwal? Baik
bu, sekarang kita akan lanjutkan kegiatan yang keempat. Hari ini kita
mau latihan menjahit? Tujuan kita melakukan kegiatan ini agar ibu
tidak sering melamun lagi.
2. Kerja
“Baik, menurut ibu apa yang kita perlukan untuk menjahit? Bagus,
sebelum kita mulai menjahit kita harus punya benang, jarum dan kain
yang akan di jahit terlebih dahulu. Disini ibu ingin menjahit apa? Baik
bu, ibu akan menjahit baju ibu yang robek ya bu. Bagus bu, ibu bisa
menjahit baju ibu sendiri. Bagaimana perasaan ibu setelah menjahit?
Bagus sekali, dengan menjahit ibu tidak akan melamun lagi”
3. Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan menjahit? Nah, nanti
ibu bisa mengulangi lagi saat waktu luang. Bagus bu, semangat
terus ya bu”.
b. Tindak lanjut
“Sekarang kita akan masukkan dalam jadwal harian ibu. Ibu ingin
berapa kali menjahit dalam sehari? Baik bu, setiap ada waktu
kosong dan tidak ada teman berbincang ibu bisa menjahit”
c. Kontrak waktu yang akan datang
“Baik bu, saya akan kembali lagi besok untuk membicarakan
kegiatan kita lagi ya? Kita akan bertemu pukul 14.00, apa ibu
bersedia? Baiklah, kita akan bertemu dirumah ibu lagi ya bu di
teras rumah ini lagi. Saya permisi dulu ya bu, Assalamualaikum
wr,wb”
RENCANA KEPERAWATAN
Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2013). Prinsip dan Praktik Keperawatan
Psikiatri . Edisi 7. Jakarta : EGC