Anda di halaman 1dari 122

LAPORAN DESIMINASI AKHIR

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK


DI UPTD GRIYA WERDHA JAMBANGAN
PERIODE III
(14 – 25 JANUARI 2019)

DISUSUN OLEH:
PERIODE III
KELOMPOK C2

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbinganNya kami dapat menyusun laporan desiminasi awal di UPTD Griya
Werdha Jambangan Surabaya dalam rangka menyelesaikan Program Pendidikan
Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga stase Keperawatan
Gerontik. Penyusunan desiminasi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu bersama dengan ini perkenankanlah penyusun untuk mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs., (Hons) selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Program Pendidikan Profesi Ners.
2. Ibu Rista Fauziningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penanggung jawab
profesi keperawatan stase keperawatan gerontik dan dosen keperawatan
gerontik yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, motivasi, dan
arahan selama proses penyusunan desiminasi ini.
3. Ibu Septarti Hendartini, S. Sos selaku Kepala UPTD Griya Werdha
Jambangan Surabaya yang telah memberikan kesempatan kami untuk
melakukan menyelesaikan profesi keperawatan stase keperawatan gerontik
di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
4. Pembimbing klinik UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya yang telah
memberikan koreksi dan masukan yang membangun.
Semoga Allah membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan
kesempatan dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Saya sadari
bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, tetapi saya berharap skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Surabaya, 23 Januari 2019

Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Desiminasi Akhir Praktik Profesi Keperawatan Gerontik yang


telah dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2019 dalam rangka pelaksanaan
Profesi Keperawatan Gerontik.
Telah disetujui untuk dilaksanakan Desiminasi Akhir Praktik Profesi
Keperawatan Gerontik di Griya Werdha Jambangan Surabaya

Disahkan tanggal,
23 Januari 2019

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Rista Fauziningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep Sumariyanah, Amd.Kep


NIP. 198707172015042002

Mengetahui,
Kepala UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya

Septarti Hendartini, S.Sos


NIP. 19660918198901200
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia merupakan tahap akhir dari fase kehidupan manusia dan dikatakan
sebagai usia emas karena tidak semua orang mampu mencapai tahapan usia
tersebut (Maryam et al. 2008). Tahap ini individu mengalami banyak perubahan
secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan
kemampuan yang pernah dimilikinya. Tubuh akan rentan terhadap penyakit
sehingga dapat menyebabkan kehilangan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan penurunan metabolisme pada sel. Proses ini menyebabkan
adanya penurunan fungsi tubuh dan komposisi tubuh. Selain itu individu akan
kehilangan peran dan kedudukan sosial yang telah dicapai sebelumnya (Soejono,
2010).
Lansia usia 60-64 tahun di Provinsi Jawa Timur berjumlah 1.582.165 jiwa dan
usia 65 tahun keatas sebanyak 2.901.231 jiwa. Tahun 2015, jumlah penduduk
lansia di kota Surabaya didapatkan sebanyak 187.995 jiwa (Badan Pusat Statistik
Kota Surabaya, 2015).
Jumlah lansia yang semakin bertambah dapat meningkatkan peluang seorang
lansia untuk tinggal di panti werdha. Panti werdha merupakan salah satu penyedia
jasa yang dapat memberikan pelayanan berkualitas bagi lansia. Terdapat
perbedaan sosio-kultural didalam panti werdha mengharuskan lansia untuk
beradaptasi, dimana hal tersebut akan berpengaruh pada kelangsungan hidupnya
sehari-hari (Hutapea, 2015).
Masalah yang ditemukan oleh kelompok selama praktik di UPTD Griya
Werdha Jambangan antara lain yaitu kecemasan, gatal – gatal dan nyeri sendi
pada lansia. Kecemasan yang timbul akibat kejenuhan lansia dan merasa kesepian
saat berada di griya werdha Jambangan, gatal – gatal yang diderita oleh lansia
diakibatkan oleh personal hygiene, dan nyeri sendi yang dirasakan merupakan
penurunan fungsi tubuh akibat penuaan. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya
memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan meningkatkan usaha
preventif promotif dalam meningkatkan kesejahteraan lansia serta mengatasi
masalah aktual dan potensial yang muncul.Masalah yang diderita oleh lansia
merupakan masalah secara fisik sehingga dalam mengimplementasikan kelompok
menggunakan asuhan keperawatan melalui pendekatan dengan teori Doroty Orem
(Self Care).
Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya Angkatan A14 akan melaksanakan program guna
menatalaksanai masalah yang terjadi di UPTD Griya Werdha Jambangan
diantaranya pembuatan lotion anti gatal, melakukan senam reumatik serta
melakukan Progressive Muscle Relaxation.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan terhadap klien usia lanjut secara profesional
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan di UPTD Griya Werdha
Jambangan
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian di UPTD Griya WerdhaJambangan.
b. Mengidentifikasi rnasalah kesehatan yang timbul pada klien lanjut usia
yang tinggal di lingkungan UPTDGriya WerdhaJambangan, baik yang
bersifat aktual, potensial dan resiko.
c. Menetapkan rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi rnasalah yang
terjadi pada lanjut usia yang tinggal di UPTD Griya Werdha Jarnbangan.
d. Mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai rencana yang dibuat.
e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
f. Menyampaikan hasil evaluasi dan rekomendasi program yang dapat
diimplementasikan di UPTD Griya Werdha Jambangan
1.3 Manfaat
Manfaat kegiatan praktik keperawatan gerontik antara lain:
a. Bagi lanjut usia di UPTD Griya Werdha
1) Lansia mendapat pelayanan keperawatan sesuai kebutuhannya
2) Lansia rnendapatkan penjelasan tentang kesehatannya.
3) Lansia mengetahui masalah kesehatan yang dideritanya.
4) Lansia merasa aman, nyaman dan bahagia di usianya.
b. Bagi Institusi UPTD Griya Werdha
1) Dapat rnengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia yang
tinggal di UPTD Griya Werdha.
2) Mendapatkan masukan masalah kesehatan tentang lansia, situasi
UPTD Griya Werdha, dan alternatif pelayanan.
3) Mendapatkan rekomendasi program yang dapat diimplementasikan di
UPTD Griya Werdha
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lansia
Lansia (masa dewasa tua) dimulai setelah pension, yaitu biasanya antara usia
65 tahun dan 75 tahun (Potter, 2005). Sedangkan menurut Undang-Undang No. 4
tahun 1965 pasal 1 dalam Nugroho (2000), merumuskan bahwa “Seseorang dapat
dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain”, tetapi telah diperbaharui dan saat ini berlaku Undang-Undang RI No. 13
tahun 1998 adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik
masih berkemampuan (potensial) maupun karena permasalahannya tidak lagi
mampu berperan secara kontributif dalam pembangunan (non potensial).
2.2 Batasan Lansia
WHO dalam Kunaifi (2009) membagi lansia menurut usia ke dalam empat
kategori, yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
b. Lansia (elderly) : 60-74 tahun
c. Usia tua (old) : 75-89 tahun
d. Usia sangat lanjut (very old) : lebih dari 90 tahun
2.3 Teori Penuaan
Ada empat teori pokok dari penuaan menurut Klatz dan Goldman, (2007),
yaitu:
a. Teori Wear and Tear
Tubuh dan sel mengalami kerusakan karena telah banyak digunakan
(overuse) dan disalahgunakan (abuse).
b. Teori Neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
yaitu dimana hormon yang dikeluarkan oleh beberapa organ yang
dikendalikan oleh hipotalamus telah menurun.
c. Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus pada genetik memprogram genetik DNA, dimana kita
dilahirkan dengan kode genetik yang unik, dimana penuaan dan usia hidup
kita telah ditentukan secara genetik.
d. Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi
akumulasi kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang
waktu.Radikal bebas sendiri merupakan suatu molekul yang memiliki
elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat reaktivitas
tinggi, karena kecenderungan menarik elektron dan dapat mengubah suatu
molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya
satu elektron pada molekul lain.
2.4 Tahapan Proses Penuaan
Proses penuaan dapat berlangsung melalui tiga tahap sebagai berikut
(Pangkahila, 2007):
a. Tahap Subklinik (usia 25-35 tahun)
Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun,
yaitu hormon testosteron, growth hormon dan hormon estrogen.
Pembentukan radikal bebas dapat merusak sel dan DNA mulai
mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar,
karena itu pada usia ini dianggap usia muda dan normal.
b. Tahap Transisi (usia 35-45 tahun)
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25%. Massa otot berkurang
sebanyak satu kilogram tiap tahunnya. Pada tahap ini orang mulai merasa
tidak muda lagi dan tampak lebih tua. Kerusakan oleh radikal bebas mulai
merusak ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti
kanker, radang sendi, berkurangnya memori, penyakit jantung koroner dan
diabetes.
c. Tahap Klinik (usia 45 tahun ke atas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormone terus berlanjut yang meliputi
DHEA, melatonin, growth hormon, testosteron, estrogen dan juga hormon
tiroid. Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan
makanan, vitamin dan mineral. Penyakit kronis menjadi lebih nyata,
sistem organ tubuh mulai mengalami kegagalan.
2.5 Perubahan Fisik dan Psikososial pada Lansia
a. Perubahan Fisik pada Lansia
Menurut Maryam (2008), perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lanjut
usia adalah:
1) Sel
Perubahan sel pada lanjut usia meliputi: terjadinya penurunan jumlah sel,
terjadi perubahan ukuran sel, berkurangnya jumlah cairan dalam tubuh dan
berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot,
ginjal, darah, dan hati, penurunan jumlah sel pada otak, terganggunya
mekanisme perbaikan sel, serta otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-
10%.
2) Sistem Persyarafan
Perubahan persyarafan meliputi: berat otak yang menurun 10-20% (setiap
orang berkurang sel syaraf otaknya dalam setiap harinya), cepat menurunnya
hubungan persyarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi
khususnya dengan stress, mengecilnya syaraf panca indra, berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan
perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan ketahanan terhadap
sentuhan, serta kurang sensitif terhadap sentuan.
3) Sistem Pendengaran
Perubahan pada sistem pendengaran meliputi: terjadinya presbiakusis
(gangguan dalam pendengaran) yaitu gangguan dalam pendengaran pada
telinga dalam terutama terhadap bunyi suara, nada-nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kta,50% terjadi pada umur diatas 65
tahun. Terjadinya otosklerosis akibat atropi membran timpani. Terjadinya
pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratinin.
Terjadinya perubahan penurunan pendengaran pada lansia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stress.
4) Sistem Penglihatan
Perubahan pada sistem penglihatan meliputi: timbulnya sklerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), terjadi
kekeruhan pada lensa yang menyebabkan katarak, meningkatnya ambang,
pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah
melihat pada cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang, serta menurunnya daya untuk membedakan warna biru atau hijau.
Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun
dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi, lensa
menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan
katarak, sehingga memengaruhi kemampuan untuk menerima dan
membedakan warna-warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam, dan
marun tampak sama. Pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap
kegelapan berkurang (sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia
pada risiko cedera. Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri
dan membatasi kemampuan untuk membedakan objek-objek dengan jelas,
semua hal itu dapat mempengaruhi kemampuan fungsional para lansia
sehingga dapat menyebabkan lansia terjatuh.
5) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi: terjadinya penurunan
elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal dan menjadi kaku,
menurunnya kemampuan jantung untuk memompa darah yang menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan
posisi yang dapat mengakibatkan tekanan darah menurun (dari tidur ke duduk
dan dari duduk ke berdiri) yang mengakibatkan resistensi pembuluh darah
perifer.
6) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Perubahan pada sistem pengaturan tempertur tubuh meliputi: pada
pengaturan sistem tubuh, hipotalamus dianggap bekerja sebagai thermostat,
yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor
yang mempengaruhinya, perubahan yang sering ditemui antara lain temperatur
suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik kurang lebih 35°C, ini
akan mengakibatkan metabolisme yang menurun. Keterbatasan refleks
mengigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
rendahnya aktivitas otot.
7) Sistem Respirasi
Perubahan sistem respirasi meliputi: otot pernapasan mengalami
kelemahan akibat atropi, aktivitas silia menurun, paru kehilangan elastisitas,
berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri menurun, karbon
dioksida pada arteri tidak berganti, reflek dan kemampuan batuk berkurang,
sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun, sering terjadi
emfisema senilis, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot
pernapasan menurun seiring pertambahan usia.
8) Sistem Pencernaan
Perubahan pada sistem pecernaan, meliputi: kehilangan gigi, penyebab
utama periodontal disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, indra
pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin,
asam dan pahit, esofagus melebar, rasa lapar nenurun, asam lambung
menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun, peristaltic
lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi melemah, hati semakin
mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah berkurang.
9) Sistem Perkemihan
Perubahan pada sistem perkemihan antara lain ginjal yang merupakan alat
untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urine, darah masuk
keginjal disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron
(tempatnya di glomerulus), kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus
berkurang, akibatnya, kemampuan mengkonsentrasi urine menurun, berat
jenis urine menurun. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, sehingga
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan buang air seni
meningkat. Vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga terkadang
menyebabkan retensi urine.
10) Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin meliputi: produksi semua
hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya
pertukaran zat menurun. Produksi aldosteron menurun, Sekresi hormon
kelamin, misalnya progesterone, estrogen, dan testoteron menurun.
11) Sistem Integumen
Perubahan pada sistem integumen, meliputi: kulit mengerut atau keriput
akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit cenderung kusam, kasar,
dan bersisi. Timbul bercak pigmentasi, kulit kepala dan rambut menipis dan
berwarna kelabu, berkurangnya elestisitas akibat menurunnya cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, jumlah dan fungsi kelenjar
keringat berkurang.
12) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal meliputi: tulang kehilangan
densitas (cairan) dan semakin rapuh, kekuatan dan stabilitas tulang menurun,
terjadi kifosis, gangguan gaya berjalan, tendon mengerut dan mengalami
sklerosis, atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi
lamban, otot kram, dan menjadi tremor, aliran darah keotot berkurang sejalan
dengan proses menua. Semuaperubahan tersebut dapat mengakibatkan
kelambanan dalam gerak, langkah kaki yang pendek, penurunan irama. Kaki
yang tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah,
perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah atau
terlambatmengantisipasi bila terjadi gangguan terpeleset, tersandung, kejadian
tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh.
b. Perubahan Psikososial pada Lansia
Berdasarkan beberapa evidence based yang telah dilakukan terdapat
perubahan psikososial yang dapat terjadi pada lansia antara lain:
1) Kesepian
Septiningsih dan Na’imah (2012) menjelaskan dalam studinya bahwa
lansia rentan sekali mengalami kesepian. Kesepian yang dialami dapat
berupa kesepian emosional, situasional, kesepian sosial atau gabungan
ketiga-tiganya. Berdasarkan penelitian tersebut beberapa hal yang dapat
memengaruhi perasaan kesepian pada lansia diantaranya: a) merasa tidak
adanya figur kasih sayang yang diterima seperti dari suami atau istri, dan
atau anaknya; b) kehilangan integrasi secara sosial atau tidak terintegrasi
dalam suatu komunikasi seperti yang dapat diberikan oleh sekumpulan
teman, atau masyarakat di lingkungan sekitar. Hal itu disebabkan karena
tidak mengikuti pertemuan-pertemuan yang dilakukan di kompleks
hidupnya; c) mengalami perubahan situasi, yaitu ditinggal wafat pasangan
hidup (suami dan atau istri), dan hidup sendirian karena anaknya tidak
tinggal satu rumah.
2) Kecemasan Menghadapi Kematian
Ermawati dan Sudarji (2013) menyimpulkan dalam hasil penelitiannya
bahwa terdapat 2 tipe lansia memandang kematian. Tipe pertama lansia
yang cemas ringan hingga sedang dalam menghadapi kematian ternyata
memiliki tingkat religiusitas yang cukup tinggi. Sementara tipe yang kedua
adalah lansia yang cemas berat menghadapi kematian dikarenakan takut
akan kematian itu sendiri, takut mati karena banyak tujuan hidup yang
belum tercapai, juga merasa cemas karena sendirian dan tidak akan ada
yang menolong saat sekarat nantinya.
3) Depresi
Lansia merupakan agregat yang cenderung depresi. Menurut Jayanti,
Sedyowinarso, dan Madyaningrum (2008) beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya depresi lansia adalah: a) jenis kelamin, dimana
angka lansia perempuan lebih tinggi terjadi depresi dibandingkan lansia
laki-laki, hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan hormonal, perbedaan
stressor psikososial bagi wanita dan laki-laki, serta model perilaku tentang
keputusasaan yang dipelajari; b) status perkawinan, dimana lansia yang
tidak menikah/tidak pernah menikah lebih tinggi berisiko mengalami
depresi, hal tersebut dikarenakan orang lanjut usia yang berstatus tidak
kawin sering kehilangan dukungan yang cukup besar (dalam hal ini dari
orang terdekat yaitu pasangan) yang menyebabkan suatu keadaan yang
tidak menyenangkan dan kesendirian; dan c) rendahnya dukungan sosial.
2.6 Tipologi Lansia
Ada beberapa macam tipologi menurut Sunaryo et al. 2015 pada lansia antara
lain:
a. Tipe mandiri: pada tipe ini laiisia tersebut akan mencoba kegiatan-kegiatan
baru selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan.
b. Tipe tidak puas: pada tipe ini lansia cenderung memiliki adanya konflik
lahir batin. lansia tipe ini biasanya akan menentang proses penuaan dan
tidak menerima jika adanya perubahan dalam nilai kecantikan, daya tarik
jasmani, kekuasaan, status, teman yang disayangi. Pada lansia tipe ini akan
mudah memiliki sifat yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.
c. Tipe pasrah: lansia dengan tipe pasrah cenderung menerima danmenunggu
akan nasib yang baik. Lansia tipe ini biasanya lebih aktif dalam kegiatan
beribadah dan suka beraktivitas.
d. Tipe bingung: pada tipe ini lansia cendening memiliki sifat yang mudah
kaget, menarik diri, minder, merasakan penyesalan, pasif, dan acuh
2.7 Masalah Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan
lanjut usiamenurut Setiabudi T (1999) antara lain:
a. Permasalahan umum
1) Makin besar junilah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga aliggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
b. Permasalahan khusus:
1) Berkurangnya interaksi sosial lanjut usia.
2) Rendahnya produktifïtas lansia.
3) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
4) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
5) Adanya dampak negatif dan proses pembangunan yang dapat
mengganggukesehatan fisik lansia
6) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun social
2.8 Sindrom Geriatri 14i
Untuk memahami pasien geriatric, Kane & Ouslander merumuskannya dalam
Geriatric Giants (14 I) yaitu:
a. Immobility (imobilisasi), adalah keadaan tidak bergerak/ tirah baring (bed
rest) selama 3 hari atau lebih. Kondisi ini sering dijumpai pada lansia
akibat penyakit yang dideritanya seperti infeksi yang berat, kanker, selain
akibat penyakit yang diderita, imobilisasi juga sering ditemukan pada
lansia yang “dikekang” untuk melakukan segalanya sendiri oleh keluarga
yang merawatnya, sehingga ia hanya tidur dan duduk, atau juga ditemukan
pada lansia yang “manja”. Banyak gangguan yang dapat ditimbulkan
akibat imobilisasi seperti ulkus dekubitus (koreng pada punggung karena
luka tekan dan sulit disembuhkan) dan ulkus-ulkus di permukaan tubuh
lainnya, trombosis vena (bekuan darah pada pembuluh darah balik) yang
dapat menyumbat aliran darah (emboli) pada paru-paru yang berujung
pada kematian mendadak. 
b. Instability (instabilitas) dan jatuh, dapat terjadi akibat penyakit
muskuloskeletal (otot dan rangka) seperti osteoartritis, rematik, gout, dsb.,
juga dapat disebabkan oleh penyakit pada sistem syaraf seperti Parkinson,
sequellae (penyakit yang mengikuti) stroke. Akibat dari instabilitas dan
jatuh ini dapat berupa cedera kepala dan perdarahan intrakranial (di dalam
kepala), patah tulang, yang dapat berujung pada kondisi imobilisasi. 
c. Incontinence (inkontinensia) urine dan alvi. Inkontinensia adalah kondisi
dimana seseorang tidak dapat mengeluarkan “limbah” (urin dan feses)
secara terkendali atau sering disebut ngompol. Inkontinensia dapat terjadi
karena melemahnya otot-otot dan katup, gangguan persyarafan, kontraksi
abnormal pada kandung kemih, pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna seperti yang terjadi pada hipertrofi (pembesaran) prostat,
sedangkan pada inkontinensia alvi dapat terjadi akibat konstipasi, penyakit
pada usus besar, gangguan syaraf yang mengatur proses buang air,
hilangnya refleks anal. 
d. Irritable bowel (usus besar yang sensitif -mudah terangsang-) sehingga
menyebabkan diare atau konstipasi/ impaksi (sembelit). Penyebabnya
tidak jelas, tetapi pada beberapa kasus ditemukan gangguan pada otot
polos usus besar, penyeab lain yang mungkin adalah gangguan syaraf
sensorik usus, gangguan sistem syaraf pusat, gangguan psikologis, stres,
fermentasi gas yang dapat merangsang syaraf, kolitis. 
e. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh), banyak hal
yang mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh pada usia lanjut
seperti atrofi thymus (kelenjar yang memproduksi sel-sel limfosit T)
meskipun tidak begitu bermakna (tampak bermakna pada limfosit T CD8)
karena limfosit T tetap terbentuk di jaringan limfoid lainnya. Begitu juga
dengan barrier infeksi pertama pada tubuh seperti kulit dan mukosa yang
menipis, refleks batuk dan bersin -yang berfungsi mengeluarkan zat asing
yang masuk ke saluran nafas- yang melemah. Hal yang sama terjadi pada
respon imun terhadap antigen, penurunan jumlah antibodi. Segala
mekanisme tersebut berakibat terhadap rentannya seseorang terhadap
agen-agen penyebab infeksi, sehingga penyakit infeksi menempati porsi
besar pada pasien lansia. 
f. Infection (infeksi), salah satu manifestasi akibat penurunan sistem
kekebalan tubuh dan karena kemampuan faali (fisiologis) yang berkurang.
Sebagai contoh, agen penyebab infeksi saluran pernafasan dapat
dikeluarkan bersama dahak melalui refleks batuk, tetapi karena
menurunnya kemampuan tubuh, agen tersebut tetap berada di paru-paru.
Selain itu, pada pasien usia lanjut, gejala-gejala infeksi yang tampak tidak
seperti pada orang dewasa-muda. Pada pasien lansia, demam sering tidak
mencolok, bahkan dalam keadaan sepsis beberapa menunjukkan
penurunan temperatur - hipotermia - bukan demam. Contoh lain pada
pneumonia, gejala yang tampak bukan demam, batuk, sesak nafas, dan
leukositosis (jumlah sel darah putih meningikat) melainkan nafsu makan
turun, lemah, dan penurunan kesadaran, gejala inilah yang umumnya
tampak pada penyakit infeksi pada lansia, ditambah dengan inkontinensia
dan jatuh (akibat penurunan kesadaran). Sehingga terkadang pasien
dengan infeksi yang datang ke instalasi gawat darurat karena penurunan
kesadaran atau jatuh disalah-artikan sebagai serangan stroke. 
g. Iatrogenics(iatrogenesis), karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu
multipatologik, seringkali menyebabkan pasien tersebut perlu
mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat yang
ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat
tersebut yang dapat mengancam jiwa. Pemberian obat pada lansia haruslah
sangat hati-hati dan rasional karena obat akan dimetabolisme di hati
sedangkan pada lansia terjadi penurunan fungsi faal hati sehingga
terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat obat. Selain penurunan faal hati
juga terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus berkurang), dimana
sebagaian besar obat dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa
metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek
toksik. 
h. Intellectual impairment (Intelektual menurun) dan demensia, banyak hal
yang terkait dengan terjadinya penurunan fungsi intelektual dan kognitif
pada usia lanjut. Mulai dari menurunnya jumlah sel-sel syaraf (neuron)
hingga penyakit yang berpengaruh pada metabolisme seperti diabetes
melitus dan gangguan hati dimana semua metabolisme terjadi disini. Otak
adalah organ yang sangat tergantung pada glukosa sebagai sumber energi
sehingga pada diabetes melitus -terjadi gangguan metabolisme glukosa-
pasokan energi untuk otak terganggu. Selain diabetes, hipertensi juga
mempengaruhi fungsi otak karena sirkulasi darah ke otak terganggu,
gangguan respirasi seperti Chronic Obstructive Pulmonary Disease/
Penyakit Paru Obstruktif Menahun (COPD/PPOM) juga dapat
menurunkan jumlah oksigen ke otak. Penyebab lain penurunan fungsi
intelektual adalah iatrogenesis. 
i. Isolation (terisolasi) dan depresi, penyebab utama depresi pada usia lanjut
adalah kehilangan seseorang yan disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan
binatang peliharaan. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari
lingkungan, menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga
yang mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien
akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat
melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan. 
j. Impairment of vision and hearing (gangguan peglihatan dan
pendengaran), gangguan penglihatan disebabkan oleh mengendornya otot
dan kuit kelopak mata, perubahan sistem lakrimal (air mata), proses
penuaan pada kornea (organ yang menerima rangsang cahaya), penurunan
produksi aqueous humor, perubahan refraksi, perubahan struktur dalam
bola mata, katarak, dan glaukoma. Sedangkan gangguan fungsi
pendengaran dapat terjadi karena, penurunan fungsi syaraf-syaraf
pendengaran, perubahan organ-organ di dalam telinga. Penurunan fungsi
kedua panca indera ini mengakibatkan sulitnya komunikasi bagi lansia,
sehingga akibat lainnya adalah penderita terisolasi atau mengisolasi diri. 
k. Inanition (malnutrisi), diakibatkan oleh pengaruh perubahan faal organ-
organ pencernaan seperti air liur, atrofi kuncup kecap, penurunan syaraf-
syaraf penciuman dan pusat haus, gangguan menelan karena otot yang
melemah, Gastro-Esophageal Reflux Disease (GERD), sekresi HCl yang
meningkat, penurunan aktivitas enzim, dsb. Banyak penyakit yang dapat
timbul akibat kurangnya asupan gizi atau lebihnya asupan gizi, selain itu
lansia juga perlu menjaga pola makan sehat dengan mengurangi makanan-
makanan yang dapat memperburuk keadaan lansia tersebut. Banyaklah
mengkonsumsi sayur, buah dan air, serta mineral-mineral seperti besi,
yodium dan kurangi konsumsi minyak, lemak dan kolesterol. 
l. Insomnia, dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit
juga dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan
hiperaktivitas kelenjar thyroid, gangguan neurotransmitter di otak juga
dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat
menjadi penyebabnya. 
m. Impotency (Impotensi), ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual
pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti
gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah. Ereksi terjadi karena
terisinya penis dengan darah sehingga membesar, pada gangguan vaskuler
seperti sumbatan plak aterosklerosis (juga terjadi pada perokok) dapat
menyumbat aliran darah sehingga penis tidak dapat ereksi. Penyebab
lainnya adalah depresi. 
n. Impecunity (kemiskinan), usia lansia dimana seseorang menjadi kurang
produktif (bukan tidak produktif) akibat penurunan kemampuan fisik
untuk beraktivitas. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya
mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya. Pada dasarnya seorang
lansia masih dapat bekerja, hanya saja intensitas dan beban kerjanya yang
harus dikurangi sesuai dengan kemampuannya, terbukti bahwa seseorang
yang tetap menggunakan otaknya hingga usia lanjut dengan bekerja,
membaca, dsb., tidak mudah menjadi “pikun”. Selain masalah finansial,
pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat, berarti interaksi sosialpun
berkurang memudahakan seorang lansia mengalami depresi. 
2.9 Kebutuhan Lansia
Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuban manusia pada umumnya. yaitu
kebutuhan makan, perlindungan perawatan, kesehatan dan kebutuhan sosial.
Kebutuhan sosial mencakup beberapa aspek yaitu hubungan dengan orang lain.
Hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan
dengan organisasi sosial. Berikut penjelasan kebutuhan lansia:
a. Kebutuhan utama
1) Kebutuhan biologis/fïsiologis: seperti makanan yang bergizi,
kebutuhan pakaian, perumahan/tempat berteduh dan kebutuhan seksual
2) Kebutuhan ekonomi: berupa penghasilan yang memadai atau
kreatifitas yang bisa menghasilkan
3) Kebutuban kesehatan fisik, mental, perawatan dan pengobatan
4) Kebutuhan psikologis: berupa kasih sayang. adanya tanggapan dan
orang lain. ketentraman. merasa berguna. memiliki jati diri, serta status
yang jelas
5) Kebutuhan social: berupa peranan dalam hubungan dengan orang lain,
hubungan pribadi dan selain keluarga, teman teman sebaya, dan
hubungan dengan organisasi sosial
b. Kebutuhan sekunder
1) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas
2) Kebutuhan dalam mengisi waktu luang
3) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informasi dan
pengetahuan
4) Kebutuhan yang bersifat politis yaitu meliputi status,
perlindunganhukum. partisipasi dan keterlibatan dalam kegiatan -
kegiatan kemasyarakatan
5) Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual
2.10 Perawatan dan Pelayanan untuk Lansia
Merujuk pada masalah dan kebutuhan yang dihadapi lansia, lansia
memerlukan pelayanan yang terkait dengan masalah dan kebutuhan mereka,
meliputi: pelayanan dasar, pelayanan kesehatan, pelayanan yang terkait dengan
kondisi sosial emosional, psikologis, dan finansial. Jika merujuk pada Peraturan
Menteri Sosial No. 19 tahun 2012 telitang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut
Usia.pada pasal 7 tercantum bahwa pelayanan dalam panti dilakukan clengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan, dan terpenuhinya
kebutuhan dasar lanjut usia. Adapun pelayanan yang diberikan dalam panti,
meliputi: 1) pemberian tempat tinggal yang layak: 2) jaminan hidup berupa
makan, pakaian. pemeliharaan kesehatan: 3) pengisian waktu luang teniiasuk
rekreasi: 4) bimbingan mental, sosial, keterampilan, agama dan pengurusan
pemakaman atau sebutan lain.
a. Tempat tinggal yang layak bagi lansia adalah yang bersih, sehat, aman,
nyaman, dan memiliki akses yang mudah pada fasilitas yang dibutuhkan
lansia. Sehinggadengan kondisi kemampuan fisiknya yang makin menurun
masih memungkinkandapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan
aman, dan tidak sangat tergantung pada orang lain. Umumnya lanjut usia
dihadapkan pada masalahhunian sebagai berikut: lokasi kamar yang
berjauhan dengan lokasi kamar mandi, keadaan kamar mandi yang kurang
mendukung, penggunaan tangga. Permukaanlantai yang tidak rata. dan
alur sirkulasi hunian terhadap fasilitas lingkungankurang menunjang.
Tempat tinggal yang layak bagi lansia adalah yang lapang dan barrier free.
Hal ini sangat bermanfaat bagi lansia, terutama dalampergerakan dan
aksesibilitas dalam rumah, bahkan ketika mereka harusmenggunakan kursi
roda. Kumniadi (2012) merinci karakterik rumah yang ramah lansia.
Secara garis besar. terbebas dan tangga dan lantai yang tidak rata atau
licin, pencahayaan yang baik, kamar mandi dekat dengan kamar dan
memungkinkankursi roda dapat masuk, dan aman karena mereka kurang
mampu melindungidirinya terhadap bahaya. Kondisihunian di dalam panti
pun seyogyanya memperhatikan kebutuhan lansia tersebut
b. Para lansia seyogyanya mendapatkan makanan yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Oleh karena itumakanan untuk lansia sebaiknya dikontrol
atas rekomendasi ahli gizi. Ahli gizi berkerjasama dengan dokter untuk
mengetahui kondisi kesehatan lansia atau jenis penyakit yang diderita,
untuk menentukan apa yang boleh atan tidak boleh dimakan. Dengan
demikian, makanan untuk masing-masing lansia kemungkinan berbeda
dengan cara mengolah. Pakaian yang digunakan sebaiknya bersih, layak
dan nyaman dipakai.Untuk pemeliharaan kesehatan seyogyanya terdapat
fasilitaskesehatan berupa poliklinik yang buka 24 jam dan memberikan
pelayanan kegawat daruratan yang mudah diakses. Apabila dirujuk,
tersedia fasilitas ambulans yang siap setiap saat. Biasanya diperlukan
fasilitas fisioterapi.
c. Pemanfaatan waktu luang merupakan suatu upaya untuk memberikan
peluang dan kesempatan bagi lansia untuk mengisi waktu luangnya
dengan berbagai kegiatan atau aktivitas yang positif, bermakna, dan
produktif bagi dirinya maupun orang lain. Kegiatan-kegiatan yang mereka
lakukan sesuai dengan minat bakat, dan potensi yang mereka miliki
(Annubawati. 2014). Tidak hanya sekedarmengisi waktu luang tetapi
sesuatu yang menyenangkan, akan lebih baik jikaproduktif: sehingga dapat
berfungsi sebagai terapi masalah psikososial dan emosional yang mungkin
dialami oleh lansia. Demikian juga dengan kegiatan rekreasi, seyogyanya
tidak hanya menyenangkan tetapi merupakan kesempatan untuk
berinteraksi dengan lingkungan di panti sehingga mereka merasa
tidakterisolasi tetapi masih terhubung dengan lingkungan di sekitarnya.
d. Bimbingan mental dan agama lebih ditujukan untuk mengatasi masalah
emosional dan psikologis. Berdasarkan informasi dan Tim Kajian Bentuk
Pelayanan Lanjut Usia di Daerah Istiniewa Yogyakarta, banyak lansia
yang tinggal di panti werdha yang kesepian, sedih, menarik diri dan
pergaulan dan kegiatan, pasif, murung, mengalami emosi negative,
bermusuhan dengan sesama penghuni panti, dan sebagainya. Untuk
membantu mengatasi niasalah tersebut kegiatan bimbingan mental dan
keagamaan melalui kegiatan konseling dapat membantu mereka,
sementara itu, bimbingan sosial lebih ditujukan untuk mengatasi masalah
relasisosial dengan keluarga atan lingkungan sosialnya. Terkait dengan
pelaksanaan bimbingan sosial di panti werdha. Tim Kajian Bentuk
Pelayanan Lansia di DIY (2014) menemukan bahwa di panti werdha ada
kecenderungan pelayanan bimbingan sosial ini relatif sama dengan
bimbingan psikologis: belum diarahkan untuk memfasilitasi interaksi atau
komunikasi antar penghuni panti sosial maupun dengan warga masyarakat
lainnya. Masalah relasi sosial seringkali menjadi penyebab atau saling
mempengaruhi dengan masalah emosional dan psikologis, sehinga
memperbaiki relasi sosial dengan keluarga atau lingkungan sosial lainnya
akan membantu memecahkan masalah emosional dan psikologis juga
e. Pelayanan bagi lansia dalam panti diberikan sampai dengan lansia
meninggal. Pelayanan yang diberikan menipakan perawatan jangka
panjang (Long-Term care).Oleh karena itu, pelayanan pengurusan
pemakaman pun turut menjadi tanggung jawab panti.sesuai dengan agama
yang dianutnya masing-masing.
2.11 Peran dan Tanggung Jawab Perawat Gerontik
Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua
macam. yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum
yaitupadaberbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas,
dengan menyediakan perawatan kepada individu clan keluarganya (Hess, Touhy,
& Jett,2005). Perawat bekerja di berbagai macam bentuk pelayanan dan bekerja
samadengan para ahli dalam perawatan kiien mulai dan perencanaan hingga
evaluasi.
Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu perawat gerontik
spesialis klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat
gerontik pe1aksana, geriatric nurse practirioner (GNP). Peran CNS yaitu perawat
klinis secara langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus,
dan peneliti dalam perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan
bagi klien lansia dan keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan
jangka panjang, outreach programs, dan independent consultant. Sedangkan
peran GNP yaitu memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan
intervensi untuk promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status
kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori,
fasilitas jangka panjang, dan independent practice. Hal ini sedikit berbeda dengan
peran perawat gerontik spesialis klinis. Perawat gerontik spesialis klinis memiliki
peran, diantaranya:
a. Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah
sakit dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka
panjang. Lansia biasanya memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat
rumit diagnose dan perawatannya. Maka perawat klinis perlu memahami
tentang proses penyakit dan sindrom yang biasanya muncul di usia lanjut
termasuk faktor resiko, tanda dan gejala, terapi medikasi, rehabilitasi, dan
perawatan di akhir hidup
b. Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau
baccalaureate level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien
dengan metode evidence based practice. Penelitian dilakukan dengan
mengikuti literature terbaru, membacanya, dan mempraktekkan penelitian
yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang berada pada level
undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti membantu
melakukan pengumpulan data
c. Manajer Perawat
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan,
manajemen waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi
perubahan. Sebagai konsultan dan sebagai role model bagi staf perawat dan
memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan dan melaksanakan
program perawatan khusus dan protokol untuk orang tua di rumah sakit.
Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan kualitas
hidup yang mendorong perawat menerapkan perubahan inovatif dalam
pemberian asuhan keperawatan di panti jompo dan setting perawatan jangka
panjang lainnya
d. Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering
terjadi di masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil
berdasarkan umur seseorang. Seringkali para lansia mendapat perlakuan yang
tidak adil atau tidak adanya kesetaraan terhadap berbagai layanan masyarakat
termasuk pada layanan kesehatan. Namun, perawat gerontology harus ingat
bahwa menjadi advokat tidak berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi
member kekuatan mereka untuk tetap mandiri dan menjaga martabat,
meskipun di dalam situasi yang sulit
e. Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama
sehubungan dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi
konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai usia tua. Perawat harus
mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan berat badan,
keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen stres
untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Perawat
juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk mengurangi risiko
penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes, alzheimer, dementia,
bahkan kanker
f. Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh
kesehatan optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga
berperan sebagai innovator yakni dengan mengembangkan strategi untuk
mempromosikan keperawatan gerontik serta melakukan riset/ penelitian untuk
mengembangkan praktik keperawatan gerontik.
g. Manajer Kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi
penurunan fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit.
Umumnya, manajemen kasus disediakan bagi klien yang mendapatkan
berbagai perawatan yang berbeda.
2.12 Profil Panti Werdha
UPTD Griya Werdha Jambangan merupakan panti yang dikelola oleh Dinas
Sosial Pemerintah Surabaya, dan terletak di jalan Jambangan Baru Tol 15A,
Jambangan, Surabaya.UPTD Griya Werdha Jambangan diresmikan oleh Walikota
Surabaya Tri Rismaharini pada bulan Januari 2017.
Panti werdha ini ditujukan untuk warga Surabaya lanjut usia (umur 60 tahun
ke atas) yang tidak mampu secara ekonomi/miskin, terlantar, tidak mempunyai
keluarga. Persyaratan untuk masuk ke panti ini yaitu lansia miskin terlantar
berusia 60 (Enam puluh) tahun ke atas yang telah terjaring dalamkegiatan
razia/penertiban terpadu dan telah ditampung di Liponsos Keputih atau yang
lansia miskin terlantar yang ditemukan oleh pihak masyarakat atau pemangku
wilayah, pria/wanita minimal usia 60 tahun, sehat jasmani dan rohani, dan dapat
mengisi berkas administrasi dengan lengkap. Jika setelah disurvei lansia
memenuhi syarat-syarat barulah lansia dapat tinggal di Griya Werdha
Jambangan.Panti ini memiliki kapasitas lansia yaitu 150 orang, sekarang masih
terisi sekitar 146 orang. Bangunan Panti merupakan bangunan permanen dengan
dinding tembok, lantai keramik, atap genteng, ventilasi dan pencahayaan cukup.
1) Visi Panti Werdha Jambangan: Melayani dengan Hati menuju Lansia
Sejahtera dan Bermartabat
2) Misi Panti Werdha Jambangan:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan mental social dalam suasana
kenyamanan,ketentraman dan kebahagiaan.
b. Mengembalikan fungsi social lanjut usia miskin, terlantar, menjadi
manusia seutuhnya yang bermartabat.
c. Meningkatkan kesadaran, kepedulian dan peran masyarakat terhadap
lanjut usia miskin dan terlantar di lingkungannya.
3) Tujuan Panti Werdha Jambangan:
a. Para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman, tenteram dan
sejahtera
b. Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani maupun rohani.
c. Terciptanya jaringan kerja pelayanan lanjut usia.
d. Terwujudkan kualitas pelayanan.
6) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia di Panti Griya Werdha yaitu :
(1) Pos Satpam (14) Parkiran
(2) Ruang makan (15) Musolah
(3) Kamar Melati (16) Kamar Wijaya Kusuma
(4) Kamar Tulip (17) Kamar Kamboja
(5) Laundry (18) Toilet
(6) Kamar Kenanga (19) Ruang Perawatan
(7) Ruang Seketariatan (20) Ruang Mahasiswa
(8) Gudang (21) Kamar Seruni
(9) Kamar sedap malam (22) Kamar Dahlia
(10) Kamar Bougenvile (23) Kamar Sakura
(11) Kamar Teratai (24) Kamar Anggrek
(12) Kamar Mawar (25) Kamar Lavender
(13) Lapangan (26) Taman
7) Kegiatan dalam Panti
(1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (daily living)
(2) Pemeriksaan status Gizi (BB dan TB)
(3) Pengukuran tekanan darah
(4) Pemeriksaan GDA, Asam Urat, dan Kolesterol
(5) Rujukan ke Puskesmas KebonSari, RSUD Dr. Soewandi, RS. MM, RSU
Haji, dan RSUD Dr. Soetomo
(6) Penyuluhan dari Posyandu dan Mahasiswa Praktek di UPTD Driya
Werdha
(7) Pemberian Makanan 3x sehari dan PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
(8) Kegiatan Olahraga : senam dan jalan-jalan
(9) Kegiatan Rekreasi diadakan 1 tahun sekali
(10) Bimbingan Keagamaan
8) Hubungan Lintas Program dan Sektoral
(1) Lintas Program
1) Bidang Kesehatan (Puskesmas KebonSari, RSUD Dr. Soewandi, RSU
Haji, RS. MM, dan RSUD Dr. Soetomo).
2) Sekolah / Perguruan Tinggi / Akademi dalam rangka pengembangan
ilmu pengetahuan dan sebagai pusat informasi masyarakat.
3) Keamanan (LINMAS).
(2) Lintas Sektoral
Saat ini UPTD Griya Werdha Surabaya sedang membuka kerjasama
seluas-luasnya untuk mencapai visi dan misi.
9) Distribusi Pendanaan
(1) Swadana : Pendanaan berasal dari APBD II Pemkot Surabaya
10) Struktur organisasi “UPTD Griya Werdha Surabaya” adalah sebagai
berikut: Ka.UPTD Griya Werdha
& Babat Jerawat
Septarti Hendartini S.Sos

Kasub Bag TU

Koor.Sekretariat Koor. Bimbingan Koor.Juru Koor. Keamanan Koor. Kebersihan Koor.


& Bendahara mental masak Catur Amirul Dwi Mujianto Pendamping/
Murtiari Alamul Huda Pujiatun perawat

Adm Barang & Penerimaan Administrasi Ketua


Gudang barang Hanif Koordinator
Dhea.R Suminto Sumariyanah

Wakil Ketua Bendahara


Bagus Ariwati S

Koor. Program Koor. Obat & Alkes Koor. Adm.Lansia Koor. BK.Perawat
Oki S.N.C Nasiatul.K Ana. P.H & mahasiswa
Zakaria

Koor. Humas
Lusiana. E.P Koor. Adm Perawat
Noky. A

SDM yang ada di “UPTD Griya Werdha Surabaya” ada 56 pegawai dengan
perincian sebagai berikut:
1. Tenaga PNS
a. Kepala UPTD : 1 orang
b. Staff : 2 orang
2. Tenaga Honorer
a. Perawat : 26 orang
b. Admin : 2 orang
c. Keamanan : 5 orang
d. Bimbingan Mental/ Rohani : 2 orang
e. Juru Masak : 4 orang
f. Petugas Kebersihan :9orang
Denah UPTD Griya Werdha Jambangan

Pos satpam dan parkiran

Dapur, ruang makan dan aula Mushola dan tempat wudhu

Lapangan Kamar Melati


Kamar Sakura

Kamar Teratai
Kamar Wijaya Kusuma
Kamar Bougenville
Kamar Mawar
 Kamar Tulip

Kamar Dahlia
Kamar Anggrek Gazebo
 Kamar Kamboja

Kamar Sedap Malam Kamar Lavender Taman dan Kolam ikan


Laundry dan toilet

 Kamar
 Kamar Seruni  Ruang Kebersihan
 Ruang Mahasiswa  Ruang Perawat
 Ruang Sekretariat Kamar Kenanga
Matahari

Gudang

11) Kegiatan Lansia Panti Griya Werdha Jambangan Surabaya

JADWAL HARIAN LANSIA


PANTI GRIYA WERDHA JAMBANGAN

No Pukul Nama Kegiatan

1 06:00 - 07:00 Mandi Pagi

2 07:00 - 07:30 Sarapan / Makan Pagi

3 08:00 - 09:00 Observasi Tanda-tanda vital

4 10:00 – 11:00 Rawat Luka

5 11:30 – 12:00 Ibadah Sholat Dhuhur

6 12:00 – 12:30 Makan Siang

7 13:00 – 14:00 Mandi

8 14:00 – 15:00 Tidur Siang

9 15:00 – 15:30 Shalat Ashar

10 16:00 – 16:30 Makan

11 18:00 – 19:00 Shalat Mahgrib + Kegiatan Kerohanian

12 19:00 – 19:30 Shalat Isya

13 19:30 Makan Snack Malam

14 20:00 Tidur Malam

15 02:00 – 03:00 Sholat Tahajud

16 04:00 – 04:40 Sholat Subuh + Snack Pagi


BAB 3
HASIL PENGKAJIAN

3.1 Pengkajian Kelompok Lansia


Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 Januari2019 di UPTD Griya
Werdha Jambangan Surabaya meliputi jumlah lansia, perhitungan jenis
kelamin, usia, agama, kemampuan ADL indeks Barthel, aspek kognitif,
pengkajian depresi, dan status nutrisi. Total lansia yang berhasil dikaji
sejumlah 150 orang.

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan


Surabaya tanggal 14 Januari 2019
No Ruangan F %
.
1. Anggrek 10 7%
2. Melati 12 8%
3. Wijaya Kusuma 13 9%
4. Teratai 9 6%
5. Kenanga 17 11%
6. Kamboja 11 7%
7. Mawar 10 7%
8. Seruni 13 9%
9. Bougenvil 10 7%
10. Lavender 14 9%
11. Tulip 13 9%
12. Sedap Malam 8 5%
13. Dahlia 10 7%
Total 150 100
Berdasar tabel 3.1 lansia terbanyak tinggal di ruang Kenanga yaitu 11% (17
orang), lansia paling rendah tinggal di Ruang Sedap Malam yaitu sebanyak 5% (8
orang)

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan jenis kelamin di UPTD Griya
Jambangan Surabaya tanggal 14 Januari 2019
No Jenis Kelamin F %
.
1. Laki laki 61 41%
2. Perempuan 89 59%
Total 150 100
Sebagian besar lansia yakni 69% sebanyak 89 lansia adalah perempuan,
sedangkan sisanya 41% sebanyak 61 adalah laki-laki.

Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Usia Menurut WHO di UPTD
Griya Werdha Jambangan Surabaya tanggal 14 Januari 2019
No. Usia F %
1. Old (60 - 74 tahun) 67 45%
2. Elderly (75 - 89 tahun) 90 60%
3. Very Old (>90 tahun) 3 2%
Total 150 100
Berdasarkan tabel 3.3 diketahui jumlah Lansia di UPTD Griya Werdha sebagian
besar berusia di 75- 89 tahun yakni 60% (90 lansia).

Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Agama yang dianut di UPTD
Griya Werdha Jambangan Surabaya tanggal 14 Januari 2019
No. Agama F %
1. Islam 132 90%
2. Kristen-Katolik 17 12%
3. Hindu 1 1%
Total 150 100
Berdasarkan Tabel 3.4 agama yang dianut lansia di UPTD Griya Werdha
Jambangan Surabaya tanggal 14 Januari 2019. Didapatkan mayoritas lansia
beragama Islam yaitu sebanyak 132 lansia (90%).

Tabel 3.5a Distribusi frekuensi keaktifan ibadah pada lansia yang beragama Islam
di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya, pengkajian dilakukan tanggal 14
Januari 2019.
No. Keterangan F %
1. Sholat 88 67%
2. Tidak Sholat 44 33%
Total 132 100
Berdasarkan tabel 3.5a diketahui hasil pengkajian kepada seluruh lansia yang
beragama Islam sebanyak 88 lansia (33%) aktif beribadah sholat.

Tabel 3.5b Distribusi frekuensi keaktifan ibadah pada lansia yang beragama
Kristen, Katolik, danHindu di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya,
pengkajian dilakukan tanggal 14 Januari 2019.
No. Keterangan F %
1. Aktif beribadah 18 100%
2. Tidak aktif beribadah 0 0%
Total 18 100
Berdasarkan tabel 3.5b diketahui hasil pengkajian kepada seluruh lansia sebanyak
18 lansia (100%) yang aktif beribadah.
Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Aspek Kognitif berdasarkan Mini Mental State
Exam (MMSE) di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
No Keterangan F %
1. Tidak ada gangguan kognitif 57 38%
2. Gangguan Kognitif Ringan 22 15%
3. Gangguan Kognitif Berat 10 7%
4. Tidak dilakukan MMSE 61 41%
Total 150 100
Berdasarkan tabel 3.6 diatas diketahui bahwa hasil dari pengukuran MMSE yang
dapat dilakukan terhadap 85 lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya,
didapatkan bahwa terdapat 10 lansia (7%) yang mengalami gangguan kognitif
berat dan 22 lansia (15%) yang mengalami gangguan kognitif ringan.

Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Kemampuan Baca Tulis di UPTD Griya Werdha
Jambangan Surabaya
No Keterangan F %
1. Mampu Baca Tulis 87 58%
2. Tidak Bisa Baca Tulis 63 42%
Total 150 100
Berdasarkan tabel 3.7 diatas diketahui bahwa hasil pengkajian kepada seluruh
lansia. Hasil menunjukkan bahwa lansia di Griya Werdha Jambangan sebanyak 87
lansia (58%) mampu membaca dan menulis.

Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Indikasi Depresi berdasarkan Geriatric


Depresion Scale di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
No Keterangan F %
1. Indikasi Depresi 31 21%
2. Tidak ada Indikasi Depresi 119 79%
Total 150 100
Berdasarkan tabel 3.9 diatas didapatkan hasil dari pengukuran tingkat depresi
lansia di Griya Werdha Jambangan bahwa sebagian besar lansia sebanyak 119
(79%) tidak terindikasi mengalami depresi.

Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Lansia Berdasarkan Indeks


Barthel pada Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
No Keterangan F %
1. Ketergantungan Total 13 9%
2. Ketergantungan Berat 15 10%
3. Ketergantungan Sedang 8 5%
4. Ketergantungan Ringan 18 12%
5. Mandiri 96 64%
Total 150 100
Berdasarkan tabel 3.10 diatas didapatkan hasil dari pengukuran Barthel Indeks
yang menunjukkan bahwa sebanyak 96 lansia (64%) merupakan lansia yang
secara mandiri dapat memenuhi kebutuhan ADL.

Tabel 3.11 Frekuensi Risiko Jatuh Time Up to Go Test (TUGT) yang dialami
lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya tanggal 14 Januari 2019.
No. Keterangan F %
1. Tidak Berisiko Jatuh 80 53%
2. Risiko Tinggi Jatuh 26 17%
3. Jatuh dalam Kurun Waktu 6 Bulan 13 9%
4. Butuh bantuan Total dalam Mobilisasi 31 21%
Total 150 100
Berdasarkan tabel 3.11 diketahui hasil pengkajian kepada seluruh lansia sebanyak
80 orang (53%) yang tidak berisiko jatuh.

Tabel 3.12 Distribusi frekuensi tingkat kualitas tidur Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI) yang dialami lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
tanggal 14 Januari 2019.
No. Keterangan F %
1. Kualitas baik 115 77%
2. Kualitas buruk 35 23%
Total 150 100
Berdasarkan tabel 3.12 diketahui bahwa hasil pengukuran tingkat kualitas tidur
lansia sebagian besar mempunyai kualitas tidur baik sebanyak 115 lansia (77%)

Tabel 3.13 Distribusi frekuensi status nutrisi mini nutritional assessment (MNA)
pada lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya, pengkajian dilakukan
tanggal 14 Januari 2019.
No. Keterangan F %
1. Normal 147 98%
2. Risiko malnutrisi 3 2%
3. Malnutrisi 0 0%
Total 150 100
Berdasarkan tabel 3.13 diketahui hasil pengkajian status nutrisi kepada seluruh
lansia sebagian besar lansia memiliki nutrisi normal sebanyak 147 orang (98%).

Tabel 3.14 Distribusi frekuensi keluhan utama yang dialami lansia di UPTD Griya
Werdha Jambangan Surabaya tanggal 14 Januari 2019.
No. Keluhan F %
1. Nyeri sendi 13 9%
2. Gatal-gatal 16 11%
3. Kelemahan ekstremitas (parese/paralise) 3 2%
4. Penurunan nafsu makan 3 2%
5. Pusing 8 5%
6. Batuk 1 1%
7. Cemas 31 21%
8. Terdapat luka 1 1%
9. Gangguan pengelihatan 9 6%
10. Gangguan pendengaran 7 5%
11. Tidak dapat menahan kencing 0 0%
12. Tidak ada keluhan 58 39%
Total 150 100
Berdasarkan tabel 3.14 dapat diketahui bahwa hasil pengkajian kepada seluruh
lansia. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar lansia di Griya Werdha
Jambangan tidak memiliki keluhan dengan jumlah 58 lansia (39%). Diketahui
lansia yang mengeluh gatal sebanyak 16 orang (11%) sisanya 130 orang tidak
mengeluhkan gatal.

Tabel 3.15 Distribusi frekuensi penyebab gatal pada lansia di UPTD Griya
Werdha Jambangan Surabaya, pengkajian dilakukan tanggal 14 Januari 2019
No. Keterangan F %
1. Air 3 19%
2. Personal hygine kurang 1 6%
3. Gigitan Nyamuk 0 0%
4. Tidak diketahui 12 75%
Total 16 100
Berdasarkan tabel 3.15 diketahui hasil penyebab gatal kepada 16 lansia, sebagian
besar tidak diketahui penyebabnya sebanyak 12 orang (75%). Sisanya 130 lansia
tidak mengeluhkan gatal-gatal.
3.2 Analisa Data
No Analisa Data Masalah Keperawatan
1. DS: Nyeri Kronis
1. Pasien mengatakan pusing/sakit kepala
2. Pasien mengatakan linu-linu/cekot-cekot

Do:
1. Hasil pengkajian menyatakan bahwa sebanyak
13 lansia (9%) mengeluhkan nyeri sendi.
2. Hasil pengkajian menyatakan bahwa sebanyak 8
lansia (5%) mengeluhkan pusing
3. Pasien tampak memijat area yang nyeri (kaki
atau kepalanya)
4. Pasien tampak meringis
2. DS: pasien mengatakan gatal-gatal Gangguan integritas kulit

DO:
1. Hasil pengkajian menyatakan bahwa sebanyak
16 lansia (11%) mengeluhkan gatal-gatal.
2. Tampak Luka pada kulit klien
3. DS: Gangguan pola tidur
1. Pasien mengatakan sulit tidur
2. Pasien mengatakan terbangun saat malam dan
tidak bisa tidur kembali
DO:
1. Hasil pengkajian PSQI menyatakan sebanyak
35 lansia (24%) memiliki kualitas tidur yang
buruk.
2. Hasil pengkajian menyatakan bahwa sebanyak
8 lansia (5%) mengeluhkan pusing
3. Pasien tampak beberapa kali menguap
4. Pasien tampak letih
5 DS: - Gangguan mobilitas fisik
DO:
1. Hasil pengkajian Index Barthel menyatakan
sebanyak 13 lansia (9%) mengalami
ketergantungan total, 15 lansia (10%)
ketergantungan berat, 6 lansia (4%)
ketergantungan sedang dan 17 lansia
mengalami ketergantungan ringan (12%).
2. Pasien menggunakan alat bantu jalan dan kursi
roda
No Analisa Data Masalah Keperawatan
2 DS: Gangguan memori
1. Pasien mengatakan “mboh nduk dino opo”
2. Pasien mengatakan “gak ngerti aku ki wes ket
jaman londo”

DO:
1. Hasil pengkajian MMSE yang dilakukan
terhadap 85 lansia menyatakan sebanyak 30
lansia mengalami gangguan kognitif. 21 lansia
(25%) mengalami gangguan kognitif ringan
sedangkan 9 lansia (11%) mengalami gangguan
kognitif berat.
1. DS: Resiko distress spiritual
Pasien mengatakan tidak sholat

DO:
1. Sebanyak 44 orang (34%) lansia yang
beragama Islam tidak melakukan ibadah solat.
7. DS: Depresi
Pasien mengatakan tidak senang di panti

DO:
1. Hasil pengkajian menyatakan bahwa sebanyak
31 lansia (21%) diindikasikan mengalami
depresi melalui pengkajian GDS.
8. DS: - Risiko jatuh
DO:
1. Hasil pengkajian menyatakan bahwa sebanyak
26 lansia (18%) memiliki risiko tinggi jatuh

3.3 Prioritas Diagnosa


1. Nyeri Kronis
2. Gangguan integritas kulit
3. Gangguan pola tidur
4. Gangguan mobilitas fisik
5. Gangguan memori
6. Resiko distress spiritual
7. Depresi
8. Resiko Jatuh
BAB 4
PLANNING OF ACTION (POA)

No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Sasaran Waktu/Tempat Penanggung


Keberhasilan Jawab
1. a. Distress Setelah dilakukan 1. Penyuluhan 1. Lansia mampu 1. Lansia bed 1. Waktu : Faizah
Spiritual intervensi lansia tata cara mengikuti rest dan a. Selasa, 22 Maulidiyah,
ditandai dapat : bersuci dan kegiatan partial Januari S.Kep
dengan 44 1. Meningkatkan beribadah penyuluhan muslim di 2019 pukul (Muslim)
(33%) lansia keimanan dan sesuai sampai selesai UPTD 05.30 (sesi
yang ingin ketaqwaan dengan 2. Lansia mampu Griya 1) dan Elisa Maria
melakukan terhadap Tuhan kemampua mengaplikasik Werdha 15.30 (sesi Wahyuni,
ibadah namun YME n an cara sholat Jambangan 2) S.Kep
karena 2. Dapat membina 2. Konseling walaupun 2. Lansia b. Minggu, 20 (Kristen)
keterbatasan kerukunan serta pendampin dalam keadaan beragama Januari
fisik tidak ketentraman gan dzikir bedrest Kristen di 2019 dan
mampu dalam hidupnya 3. Persekutua 3. Lansia mampu UPTD Senin 21
melakukan 3. Memiliki n doa mengaplikasik Griya Januari
ibadah dan motivasi untuk an berdzikir Werdha 2019
merasa tidak melakukan untuk selalu Jambangan c. Tempat : Ruang
berdaya, ibadah bertaqwa Kenanga
kurangnya 4. Mendekatkan diri terhadap (pendampingan
pengetahuan kepada Tuhan Tuhan YME dzikir), Ruang
tentang pada fase akhir 4. Lansia mampu Kamboja,
penting dan kehidupannya mengikuti Lavender, dan
tata cara kegiatan Seruni
beribadah ibadah sampai (penyuluhan),
dalam keadaan selesai dan Aula UPTD

32
No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Sasaran Waktu/Tempat Penanggung
Keberhasilan Jawab
kelemahan 5. Meningkatnya Griya Werdha
tubuh, serta hubungan Jambangan
kejawen. spiritual lansia (persekutuan
b. Potensi dengan Tuhan doa)
spiritual dan sesama
ditandai lansia lainnya
dengan 15 6. Dapat
(100%) lansia memotivasi
Nasrani rutin lansia
melakukan lainnnya untuk
ibadah dan doa melakukan
bersama. ibadah
bersama
2. Gangguan Setelah lansia Pembuatan 1. Lansia mampu 1. Lansia 1. Waktu : Senin, Intan Rulinita
integritas kulit menggunakan lotion lotion ekstrak bekerjasama partial- 21 Januari 2019 Sari, S.Kep
ditandai dengan ekstrak daun daun kemangi dengan minimal pukul 16.30
sebanyak 16 kemangi, diharapkan sebagai mahasiswa care WIB,
(11%) lansia : antiseptik dan untuk membuat 2. Lansia pemakaian
mengeluh gatal 1. Keluhan gatal- pengurang rasa lotion ekstrak yang lotion
akibat air, gatal berkurang. gatal daun kemangi memiliki digunakan
personal hygiene 2. Tidak terjadi 2. Lansia keluhan setiap hari
yang kurang dan kemerahan dan menyatakan gatal-gatal setelah mandi
penyebab yang luka akibat senang pukul 13.00
tidak jelas garukan. diberikan lotion WIB
3. Meningkatkan ekstrak daun 2. Tempat : Aula
kelembaban kulit kemangi dan Kamar tidur

33
No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Sasaran Waktu/Tempat Penanggung
Keberhasilan Jawab
4. Meningkatkan 3. Keluhan gatal Griya Werdha
kualitas tidur berkurang Jambangan
lansia. 4. Lansia dapat
menggunakan
hasil olahan
lotion ekstrak
daun kemangi
sehari-hari
3. Nyeri kronik Setelah di beri 1. Senam 1. Lansia Lansia 1. Waktu : Minggu, Febriana
ditandai dengan latihan senam Rheumatik menyatakan partial- 20 Januari 2019 Permitasari,
13 (9%) lansia rheumatik, 2. Terapi senang dengan minimal care pukul 06.30 WIB S.Kep
mengalami nyeri diharapkan : Progressiv senam yang yang 2. Tempat : halaman
dan kekakuan 1. Berkurangnya e Muscle diadakan memiliki utama Griya
sendi akibat keluhan nyeri pada Relaxation 2. Lansia keluhan nyeri Werdha
proses penuaan, sendi menunjukkan sendi dan Jambangan
dan sebanyak 8 2. Terdapat keadaan yang pusing di
(5%) lansia peningkatan rileks Griya
mengeluh sering mobilitas fisik 3. Lansia Werdha
pusing dan nyeri lansia menyatakan Jambangan
kepala. 3. Terdapat nyeri sendi dan
peningkatan pusing
kognitif pada berkurang
lansia.
4. Cemas ditandai Setelah dilakukan Terapi 1. Lansia dapat Lansia yang 1. Waktu : Jumat, 18 Haris
dengan 31 (21%) terapi Progressive Progressive mengikuti memiliki Januari 2019 Arganata,
lansia mengeluh Muscle Relaxation, Muscle kegiatan dengan keluhan pukul 15.00 WIB S.Kep

34
No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Sasaran Waktu/Tempat Penanggung
Keberhasilan Jawab
tidak betah di diharapkan lansia Relaxation baik hingga cemas di 2. Tempat : Aula
panti. mampu: selesai Griya Griya Werdha
1. Menurunkan 2. Lansia merasa Werdha Jambangan
kecemasan, dan rileks setelah Jambangan
meningkatkan melakukan
kualitas tidur. terapi PMR
2. Merilekskan otot 3. Lansia mampu
yang tegang. mengaplikasika
n PRM sehari-
hari
5. Potensial kognitif Setelah diberikan Terapi 1. Lansia Lansia 1. Waktu : Sabtu, 19 Eva Surya
ditandai dengan kegiatan terapi, Reminiscence menyatakan partial- Januari 2019 Oktaviana,
55 (38%) lansia diharapkan: Film senang dengan minimal care pukul 09.00 WIB S.Kep
yang tidak 1. Dapat ikut kegiatan ini di Blok B dan 2. Tempat : Aula
memiliki meningkatkan dan sebagai terapi C Griya Griya Werdha
gangguan mempertahankan reminiscence Werdha Jambangan
kognitif, fungsi kognitif 2. Lansia dapat Jambangan
sedangkan 21 lansia. menyelesaikan
lansia mengalami 2. Lansia terapi dari awal
gangguan kognitif mempunyai rasa hingga selesai
ringan. percaya diri dengan baik
3. Menumbuhkan 3. Lansia mampu
kembali menceritakan
penerimaan diri kembali
potongan-
potongan

35
No Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Sasaran Waktu/Tempat Penanggung
Keberhasilan Jawab
kejadian di
dalam film
6. Risiko jatuh Setelah dilakukan Senam 1.Lansia Lansia 1. Waktu : Rabu, Latansa
ditandai dengan senam lansia Keseimbangan menyatakan dengan 23 Januari 2019 Hayyil Islam,
26 (18%) lansia diharapkan dapat: senang dengan masalah pukul 06.30 S.Kep
dengan 1. Menekan angka senam risiko jatuh di WIB
pengakajian kejadian jatuh pada keseimbangan Griya 2. Tempat :
TUGT yang lansia yang diadakan Werdha Halaman
dinilai memiliki 2. Meningkatkan 2.Lansia Jambangan Utama Griya
risiko jatuh tinggi. keseimbangan menunjukkan Werdha
lansia keadaan yang Jambangan
3. Meningkatkan rileks
kebugaran lansia 3.Lansia
menyatakan
merasa lebih
baik dalam
menjaga
keseimbangan
4.Lansia tidak
menunjukkan
tanda-tanda
risiko jatuh

36
BAB 5
PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Waktu
No Pelaksanaan
Masalah Kegiatan / Peserta Hasil Kegiatan Hambatan Solusi
. Kegiatan
Tempat
1. Distress Bimbingan Setiap Lansia yang 1) Persiapan alat Pada kegiatan ini Beberapa Mendukung
Spiritual Dzikir Hari beragama 2) Pengondisian pesertamaumengikutpeserta tidak dan
Asmaul mulai Islam, dengan peserta i dan menirukan mampu memfasilitasi
Husnah pada tanggal kategori total 3) Pemutaran asmaul dzikir yang melafalkan lansia untuk
Pasien Bed 18 – 24 care husna dibimbing dengan dengan benar melakukan
Rest Januari 4) Bimbingan Dzikir perlahan kalimat dzikir. ibadah
2019 Sebagian dzikir secara
besar lansia rutin dan
05.00 total care terus
WIB mengalami menerus
atau gangguan
18.00 kognitif
WIB sehingga sulit
Kamar untuk
Kenang diarahkan dan
a mengingat
yang sudah di
ajarkan.
Penyuluhan Selasa, 27 Lansia yang 1) Persiapan alat Pada kegiatan ini Beberapa Mendukung
tata cara Januari beragama 2) Pengondisian pesertamaumengiku peserta dan
bersuci dan 2019 Islam, dengan peserta ti dan mengalihkan memfasilitas
beribadah kategori 3) Penyuluhan tata memperhatikan apa pembicaraan i lansia

37
Waktu
No Pelaksanaan
Masalah Kegiatan / Peserta Hasil Kegiatan Hambatan Solusi
. Kegiatan
Tempat
diatas tempat 1. 05.30 partial care cara bersuci dan yang disamaikan tentang untuk
tidur WIB beribadah diatas saat penyuluhan bersuci dan melakukan
(Kamar tempat tidur beribadah. ibadah
Kamboja Sebagian sesuai
dan besar lansia dengan
Lavender) partial care kemampuan
2. 15.30 mengalami
WIB gangguan
(Kamar mobilitas dan
Seruni) menggunakan
pampers,
lansia merasa
dirinya tidak
bisa bersuci
degan
kondisinya
dan juga susah
untuk
melakukan
sholat dengan
berdiri
2. Gangguan Pembuatan Senin, 9 orang lansia Daun Kemangi Lansia mengikuti Tidak ada Tidak ada
integritas lotion 21 dicuci hingga bersih kegiatan dengan baik
kulit Januari kemudian dan dapat
2019 dihaluskan menghasilkan lotion

38
Waktu
No Pelaksanaan
Masalah Kegiatan / Peserta Hasil Kegiatan Hambatan Solusi
. Kegiatan
Tempat
menggunakan sesuai dengan
blanderkemudian harapan.
diekstrak
denganmenggunaka
n kertas saring. Hasil
ekstrak kemudian
dicampurkan dengan
susu pembersih
denganperbandingan
1 (susu pembersih) :
1,5 (ekstrak).

Penggunaan Selasa, Lansia yang Mengoleskan lotion Sebanyak 10 lansia Tidak ada Tidak ada
Lotion Daun 22 mengalami ekstrak daun merasa lebih relaks hambatan
Kemangi Januari gatal pada kemangi kepada
2019 kulit tanpa lansia yang
luka terbuka. mengalami gatal
tanpa luka terbuka
setelah mandi.
Gatal-gatal pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan pemberian lotion ekstrak daun kemangi:
Pre pemberian lotion ekstrak daun kemangi :
- Kulit klien terlihat kering dan bersisik
- Terdapat ruam merah pada kulit
- Terdapat bekas luka garukan

39
Waktu
No Pelaksanaan
Masalah Kegiatan / Peserta Hasil Kegiatan Hambatan Solusi
. Kegiatan
Tempat
- Klien mengatakan sering menggaruk-nggaruk kulit
- Klien kurang nyaman

Before After

Post pemberian lotion ekstrak daun kemangi :


- Pertemuan 1:
1. Kulit terlihat lembab
2. Ruam merah masih ada
3. Masih terasa gatal

40
Waktu
No Pelaksanaan
Masalah Kegiatan / Peserta Hasil Kegiatan Hambatan Solusi
. Kegiatan
Tempat
- Pertemuan 2:
1. Kulit terlihat lembab
2. Ruam merah masih ada
3. 4 orang lansia mengatakan gatal berkurang
3. Gangguan Terapi Senin, Semua lansia a. Persiapan alat Lansia terlihat Tidak ada Diharapkan
kognitif Reminiscenc 21 partial b. Penjelasan senang setelah hambatan kegiatan ini
e Film Januari maupun tujuan dan mengikuti kegiatan akan terus
2019 mandiri di manfaat ini, mereka senang dilakukan
pukul Panti Griya c. Pemutaran film dengan guna untuk
19.30 Werdha d. Diskusi bersama diingatkannya melatih
WIB / dengan masa – masa kemampuan
Ruang dulu dimana ludruk kognitif
Makan, masih sering lansia.
Griya ditonton. Dari
Werdha evaluasi yang telah
Kota dilakukan, terdapat
Surabay 5-10 lansia yang
a masih mampu
mengingat cuplikan
dari film yang telah
diputarkan.
4. Risiko Senam Selasa, Lansia di 1) Persiapan alat Kegiatan berjalan Tidak sesuai Kegiatan
Jatuh keseimbanga 22 UPTD Griya 2) Senam dengan lancer. waktu yang diundur pada
n Januari Werdha keseimbangan Peserta antusias dan direncanakan pukul 10.00
2019 Jambangan semangat mengikuti yang WIB setelah

41
Waktu
No Pelaksanaan
Masalah Kegiatan / Peserta Hasil Kegiatan Hambatan Solusi
. Kegiatan
Tempat
pukul terutama kegiatan. seharusnya tempat
10.00 lansia yang terlaksana tersedia
mandiri pada pukul
hingga 06.30 WIB
ketergantunga dikarenakan
n ringan (yang tempat yang
masih dapat belum
berdiri) memungkinka
n untuk
digunakan
kegiatan
5. ADL Terapi Selasa, Lansia parsial a. Persiapan alat Kegiatan Sebagian Memfasilitas
lansia Okupasi 22 dan Mandiri dan bahan dilaksanakan dengan besar lansia i lansia untuk
(Packaging) Januari care di Panti b. Penjelasan lancar. Lotion masuk tidak bisa membuka
2019 Griya Werdha tujuan packaging ke botol dengan rapi, membuka sticker,
pukul c. Mengajari lansia hanya sebagian kecil sticker. lansia tinggal
10.00 untuk packaging yang tumpah. Stiker menempelka
WIB / lotion ditempel dengan n ke botol.
Ruang tepat, hanya
Sakura, sebagian kecil yang
Griya kurang tepat. Botol
Werdha yang sudah diisi
Kota lotion dan ditempel
Surabay sticker sebanyak 27
a botol.

42
Waktu
No Pelaksanaan
Masalah Kegiatan / Peserta Hasil Kegiatan Hambatan Solusi
. Kegiatan
Tempat
6. Nyeri Senam Rabu, 19 orang Acara dimulai Lansia mengikuti Tidak ada Tidak ada
Kronis rematik 23 lansia dengan mengajak kegiatan senam dari
Januari lansia untuk awal sampai akhir
2019 berkumpul di ruang dengan baik dan
sakura, kemudian dapat diikuti
lansia yang dapat gerakannya.
berdiri di taruh
barisan depan lalu ke
belakang, lansia
yang tidak dapat
berdiri diberi kursi
di barisan samping,
setiap baris akan
diisi oleh 1
mahasiswa sebagai
fasilitator.
Kemudian acara
dimulai dengan
pemanasan
dilanjutkan dengan
senam rematik.
Tahapan gerakan
pada senam rematik
ada 25 gerakan
persendian dan

43
Waktu
No Pelaksanaan
Masalah Kegiatan / Peserta Hasil Kegiatan Hambatan Solusi
. Kegiatan
Tempat
senam dilaksanakan
selama 7 menit.
7. Cemas Terapi Rabu, 20 orang Acara dimulai Lansia mengikuti Lansia sulit Mengulang
Progressive 23 lansia dengan mengajak kegiatan dengan baik menghafal kembali
Muscle Januari lansia dikumpulkan dan dapat mengikuti urutan dari terapi yang
Relaxation 2019 di Aula dan arahan dari terapis, langkah- telah
(Pmr) diarahkan untuk lansia juga langkah PMR dilakukan
duduk dengan rapi mengatakan bahwa sehingga
menghadap badannya lebih memudahkan
kedepan, lalu terapis enteng setelah lansia untuk
berada di depan melakukan PMR mengingat
menghadap para langkah-
lansia. Terapi ini langkah
diberikan untuk para PMR
lansia yang
mengalami depresi /
kecemasan.Kemudia
n acara dimulai
dengan menjelaskan
menganai
Progressive Muscle
Relaxation (PMR)
oleh terapis.

44
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil intervensi program pelaksanaan praktik klinik
keperawatan gerontik oleh mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga periode 14 – 25 Januari 2019 di Griya
Werdha Jambangan Kota Surabaya, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa
masalah keperawatan yang dapat diberikan intervensi dalam program kegiatan
sebagai berikut:

1. Distres Spiritual
Berdasarkan hasil pengkajian awal terhadap 146 lansia di Griya Werdha
Jambangan, didapatkan sebanyak 44 (33%) lansia mengalami distress spiritual
ditandai dengan keinginan beribadah pada lansia yang terhambat oleh keadaan
fisik yang lemah dan ketidakmampuan melakukan ibadah. Setelah diberikan
intervensi berupa peyuluhan tata cara bersuci dan beribadah sesuai dengan
kemampuan pada lansia partial care di kamar kamboja, lavender dan seruni,
didapatkan sebanyak 21 lansia (47.7%) dengan masalah distress spiritual
mendapatkan intervensi dan mengalami perbaikan spiritualitas dalam hal bersuci
dan beribadah. Selain penyuluhan tentang tata cara bersuci dan beribadah pada
lansia partial care, mahasiwa memberikan intervensi kepada lansia total
care/bedrest di kamar kenanga dengan pendampingan dzikir asmaul husna.
Sebanyak 16 lansia (36.4%) mendapatkan intervensi dan mengalami peningkatan
spiritualitas. Masalah distress spiritual mengalami penurunan menjadi 7 lansia
(4.8%).

2. Gangguan Integritas Kulit


Gangguan integritas kulit merupakan masalah keperawatan yang dialami oleh
16 lansia (11%) di Griya Werdha Jambangan dengan keluhan gatal serta
kemerahan. Sebayak 3 lansia (19%) mengatakan gatal karena air, 1 lansia (6%)
mengatakan karena kurangnya personal hygiene, serta sisanya sebanyak 12 lansia
(75%) mengatakan gatal karena penyebab yang tidak jelas. Setelah diberikan
intervensi berupa pemberian lotion kemangi yang berfungsi sebagai antiseptic
dan pengurang gatal sebanyak 2 kali, didapatkan sebanyak 4 lansia (25%) dari 16
lansia yang mengeluh gatal mengatakan keluhan gatal berkurang, sebanyak 16
lansia (100%) mengatakan kulit menjadi lebab. Masalah gangguan integritas kulit
mengalami penurunan menjadi 12 lansia (8.2%).

3. Gangguan Kognitif
Berdasarkan hasil pengkajian pada 85 lansia di Griya Werdha Jambangan,
yang dilakukan pengkajian MMSE didapatkan 30 lansia mengalami gangguan
kognitif. Diantaranya sebanyak 21 lansia (25%) mengalami gangguan kognitif

45
ringan sedangkan 9 lansia (11%) mengalami gangguan kognitif berat. Sisanya
sebanyak 55 lanisa (38%) didapatkan tidak ada ganguan kognitif. Hal ini dinilai
mahasiwa menjadi potesi lansia yang perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
Setelah diberikan intervensi berupa terapi reminiscence film dengan melihat film
ludruk secara bersama-sama, sebanyak 27 lansia (90%) berpartisipasi dalam
terapi dan sebanyak 10 lansia (37%) diantaranya mampu menjelaskaan cuplikan
dari film yang mengindikasikan berfungsinya memori jangka pendek pada lansia
yang dapat meningkatkan fungsi kognitif lansia.

4. Risiko Jatuh
Risiko jatuh merupakah salah satu masalah keperawatan yang dialami oleh 26
lansia (18%) dengan pengkajian TUGT yang dinilai memiliki risiko tinggi jatuh,
dan sebanyak 12 lansia (8%) diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan.
Setelah dilakukan intervensi berupa senam keseimbangan untuk lansia partial
care dengan masalah risiko jatuh, didapatkan 9 lansia (23.7%) mampu melakukan
senam dengan baik dan menjaga keseimbangan tubuh untuk pencegahan jatuh.
Sehingga masalah risiko jatuh mengalami penurunan menjadi 29 lansia (19.9%).

5. Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan masalah keperawatan yang dialami oleh 13 lansia
(9%) dengan keluhan nyeri sendi akibat proses penuaan dan sebanyak 8 lansia
(5%) mengeluhkan nyeri kepala. Setelah dilakukan intervensi dari mahasiswa
berupa senam rematik untuk mengurangi nyeri sendi pada lansia, didapatkan
sebanyak 19 lansia yang berpartisipasi mengikuti senam. Setelah mengikuti
senam, mahasiswa mengevaluasi skala nyeri lansia dan didapatkan hasil 2 lansia
(10.5%) mengalami penurunan 1 skala, 7 lansia (36.8%) mengalami penurunan 2
skala nyeri, 9 lansia (477.4%) mengalami penurunan 3 skala nyeri dan 1 lansia
(5.2%) mengalami penurunan 4 skala nyeri. Sehingga masalah nyeri kronik yang
dikeluhkan lansia menurun menjadi 2 lansia (1.4%).

6. Cemas
Masalah keperawatan cemas didapatkan pada 31 lansia (21.2%) di Griya
Werdha Surabaya. Setelah dilakukan intervensi berupa terapi Progressive Muscle
Relaxation yang bertujuan untuk merilekskan otot dan pikiran lansia, serta untuk
mengurasi kecemasan, didapatkan sebanyak 20 lansia (64.5%) lansia dengan
masalah kecemasan merasakan rileks, tenang dan lebih bugar. Sehingga masalah
kecemasan pada lansia di Griya Werdha Jambangan berkurang menjadi 11 lansia
(7.5%).

6.2 Saran
Semua intervensi yang telah dilakukan untuk menangani masalah
keperawatan yang muncul pada lansia di Griya Werdha Jambangan tidak dapat

46
memberikan dampak yang signifikan bagi lansia apabila tidak mendapat
dukungan dan tindak lanjut dari pihak pengurus Griya Werdha Jambangan,
Surabaya. Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Kelompok C2 memberikan saran perbaikan sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan pendampingan dzikir asmaul husna kepada lansia total
care/bedrest dilanjutkan oleh perawat, sebab dengan didengarkan lantutan
dzikir asmaul husna, secara tidak langsung hati lansia akan terbmbing untuk
menirukan. Dengan demikian, lansia-lansia yang mengalami masalah
keterbatasan beribadah dapat tetap terpenuhi kebutuhan spiritualitasnya
walaupun hanya dengan berdzikir. Hal ini juga dapat membantu lansia untuk
berpasrah pada Tuhan nya.
2. Bimbingan pembuatan lotion ekstrak daun kemangi sebagai antiseptic dan
pengurang rasa gatal agar tetap dilaksanakan. Fungsinya untuk memfasilitasi
lansia untuk melakukan kegiatan dan mempertahankan fungsi kognitif serta
kreatif. Dengan melakukan aktivitas pembuatan lotion, lansia dapat
menghasilkan sesuatu yang tidak hanya bermanfaat namun juga bernilai.
3. Pemberian lotion ekstrak kemangi sebagai antiseptic dan pengurang rasa gatal
agar tetap diberikan kepada lansia dengan masalah gatal dan gangguan
integritas kulit. Karena untuk mendapatkan efek dari lotion ekstrak kemangi
perlu dilakukan secara teratur, tidak cukup dengan pemberian 1-2 kali saja.
4. Pelaksanaan terapi reminenscence menonton film sebagai terapi untuk
mempertahankan fungsi kognitif lansia agar dilakukan secara berkala, rutin
minimal 2 minggu sekali. Sebagian besar lansia yang mengikuti terapi
tersebut mengatakan senang dan berharap terapi ini tetap terlaksana. Selain
untuk mempertahankan fungsi kognitif lansia, terapi ini juga berfungsi
sebagai rekreasi atau upaya penghilangan kepenatan yang dirasakan oleh
lansia.
5. Kegiatan senam keseimbangan dan senam rematik baiknya dapat dilakukan
kembali secara bergantian. Dilaksanakannya senam keseimbangan maupun
senam rematik dapat memfasilitasi lansia untuk melakukan olahraga ringan
yang terbimbing, sehingga lansia tetap mendapatkan efek dari senam dan
meminimalkan cidera akibat kesalahan gerakan.
6. Terapi progressive muscle relaxation agar dilakukan kemudian oleh perawat
tidak hanya kepada lansia dengan masalah kecemasan, namun bisa juga
dilakukan untuk lansia dengan masalah gangguan pola tidur. Karena, efek
dari terapi ini adalah merilekskan otot dan pikiran serta menambah kebugaran
lansia.

47
PRE PLANNING
TERAPI REMINISCENCE FILM UNTUK MENINGKATKAN FUNGSI
KOGNITIF LANSIA

Hari/Tanggal : Senin, 21 Januari 2019


Tempat : Griya Werdha Kota Surabaya
Waktu : 19.30
Kegiatan : Terapi Reminiscence Film untuk Meningkatkan Fungsi Kognitif
Lansia
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Proses penuaan (aging process) merupakan suatu proses yang alami
ditandai dengan adanya penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses menua dapat
menurunkan kemampuan kognitif dan kepikunan. Masalah kesehatan kronis dan
penurunan kognitif serta memori (Handayani, dkk, 2013). Gejala penurunan
kognitif ringan berupa melambatnya proses pikir, kurang menggunakan strategi
memori yang tepat, kesulitan memusatkan perhatian, mudah beralih pada hal yang
kurang perlu, memerlukan waktu yang lebih lama untuk belajar sesuatu yang
baru. Gejala tersebut biasa dan wajar dialami oleh lansia padahal gejala tersebut
dapat mengakibatkan demensia dan kepikunan yang dapat mempengaruhi
kehidupan sehari-hari. Prevalensi gangguan kognitif termasuk demensia
meningkat sejalan bertambahnya usia, kurang dari 3 % terjadi pada kelompok usia
65-75 dan lebih dari 25 % terjadi pada kelompok usia 85 tahun ke atas (WHO,
1998). Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 1998 menyatakan bahwa kira-
kira 5% usia lanjut 65-70 tahun akan menderita demensia dan meningkat dua kali
lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. (Harianti,
2008; Wibowo, 2007).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif lansia yaitu usia,
kemampuan regenerasi pada otak, ketidak adekuatan vaskularisasi ke otak dan
hormone sehingga dapat menyebabkan kualitas hidup menurun, status fungsional
yang tidak optimal dan berpengaruh pada perasaan bahagia serta kreativitas
(Santoso & Rohmah, 2011).
Dalam mengatasi masalah penurunan fungsi kognitif yang berdampak
buruk pada lansia, perawat sebagai tenaga kesehatan dapat menggunakan metode
terapi dalam mengurangi gangguan fungsi kognitif pada lansia. Salah satu metode
terapi yaitu dengan terapi kenangan (reminiscence therapy). Reminiscence adalah
teknik yang digunakan untuk mengingat dan membicarakan tentng kehidupan
seseorang. (Stinson,2006). Salah satu terapi kenangan yang akan digunakan
adalah bedah film. Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang
unik, film mampu memberikan pengalaman dan perasaan yang berbeda kepada
para penontonnya melalui tayangan cerita yang ditampilkan dalam film tersebut.

48
Cerita yang ada dalam suatu film dapat mewakili satu atau lebih dari satu tema
film (genre) yang ada. Seperti film yang bertema drama, tetapi ada juga film yang
bertemakan drama komedi. Melalui film, penonton dapat memperoleh informasi,
pengetahuan, dan hiburan. Terapi ini digunakan untuk lansia yang mengalami
gangguan kognitif, kesepian dan pemulihan psikologis (Ebersole et.al,2001).
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Setelah diberikan kegiatan terapi, diharapkan dapat meningkatkan
fungsi kognitif lansia
2.2 Tujuan Khusus
a. Lansia mempunyai rasa percaya diri
b. Menyatukan kembali ingatan masa lalu
c. Menumbuhkan penerimaan diri
B. Plan of Action
1. Rencana Strategis
Kegiatan bedah film dilakukan pada pukul 19.30 WIB. Kegiatan ini diikuti
oleh klien yang telah selesai sholat isya dengan kategori mandiri dan partial
care. Setelah menonton film akan dilakukan sesi diskusi untuk membantu
memperbaiki kognitif lansia dengan beberapa pertanyaan dan meminta
menceritakan isi film dengan singkat. Film yang akan diputarkan yaitu film-
film yang disukai lansia dan mengandung isi cerita yang mudah dipahami
seperti si doel, ludruk atau wayang. Pemutaran film dapat dilakukan
berkelanjutan tiap 1 atau 2 minggu sekali, ini bertujuan agar lansia tidak bosan
dan dari sisi kognitif tetap dapat dilakukan dengan mereview isi film tiap
setelah pemutaran.
2. Tindakan
a. Berkoordinasi dengan Kepala UPTD, Perawat Griya, Pembimbing
Akademik
b. Menyiapkan peralatan dan tempat
c. Menjelaskan tujuan kegiatan
3. Pengorganisasian Kelompok
a. Penanggung jawab kegiatan: Eva Diana, Istinur Alifah, Eva Surya
Oktaviana
b. Fasilitator : Semua mahasiswa FKP Kelompok C2 yang sedang
berdinas
4. Sasaran
Semua lansia di Panti Griya Werdha dengan kategori mandiri dan partial
care.
5. Metode
Menonton film, kemudian diskusi.

6. Susunan Acara

49
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan
20 Januari 2019 Terapi Reminiscence Menjelaskan tujuan dan
19.30 menonton film dan manfaat lalu memutar
berdiskusi untuk film yang telah
Meningkatkan fungsi disiapkan. Setelah itu
Kognitif Lansia. berdisukusi bersama.
7. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Kesiapan Materi
2) Kesiapan pre planning
3) Peserta bersedia untuk menonton film dan berdiskusi
b. Evaluasi Proses
1) Kegiatan dilakukan tepat waktu
2) Peserta antusias terhadap kegiatan acara
3) Suasana kegiatan tertib
4) Tidak ada peserta yang menolak
c. Evaluasi Hasil
1) Lansia menyatakan senang dengan dengan ikut kegiatan ini
sebagai terapi kenangan
Daftar Pustaka
Ebersole & Hess 2001, Geriatric Nursing and Healthy Aging, Mosby Year
Book, ST Louis.
Handayani 2013, 'Pesantren Lansia sebagai Upaya Meminimalkan Risiko
Penurunan Fungsi /Kognitif pada Lansia di Balai Rehabilitasi Sosoal Lanjut
Usia Unit II Pucang Gading Semarang', Jurnal Keperawatan Komunitas, vol
1, no. 1.
Santosa, BT & Rohmah, AS 2011, 'Ganguan Gerak dan Fungsi Kognitif pada
Wanita Lanjut usia', Jurnal Kesehatan , vol 4, no. 1, pp. 41-57.

Surabaya, 20 Januari 2019


Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S. Kep


NIM. 131813143073

Mengetahui,

Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S. Kep. Ns., M. Kep


NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

50
FORMAT RESUME KEGIATAN
RESUME KEGIATAN: TERAPI REMINISCENCE FILM

Hari/Tanggal : Senin/ 21 Januari 2019


Tempat :Aula Griya Wreda Jambangan
Waktu :19.30 – 20.30
Kegiatan :Terapi Reminiscence Film

A. Acara diikuti oleh :27 lansia (partial dan mandiri), dengan tidak ada gangguan
kognitif maupun gangguan kognitif ringan
B. PelaksanaanKegiatan
No. Waktu Kegiatan Pelaksana
Kegiatan ini
dilaksanakan dengan
menjelaskan tujuan dan
manfaat terlebih dahulu,
Terapi Reminiscence Menonton Film kemudian diputarkan
21 Januari
1 untuk Meningkatkan Fungsi Kognitif film yang telah
2019
Lansia disiapkan. Setelah itu
dilakukan diskusi
bersama untuk melatih
memori jangka pendek
lansia
C. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, terlebih dahulu telah dilakukan
konsultasi terhadap pembimbing akademik dan klinik. Pembuatan
proposal pre planning dan pemilihan film dibuat dengan teliti atas dasar
saran dan masukan dari pembimbing. Selama kegiatan dilaksanakan,
lansia menyatakan kesediaannya untuk menonton dan berdiskusi bersama.
2. Evaluasi Proses
Kegiatan menonton film ini dimulai pukul 19.30 dan berakhir
pukul 21.00 bertempat di aula (ruang makan) UPTD Griya Wreda
Jambangan Kota Surabaya. Film yang diputarkan yaitu film ludruk dengan
durasi 1 jam pemutaran. Lansia yang hadir menonton sejumlah 27 lansia
meliputi kategori lansia mandiri dan partial. Lansia terlihat antusias dan
sangat menikmati isi dari film yang diputarkan. Mereka terbawa suasana
film hingga ikut tertawa sesuai dengan isi dan pesan yang disampaikan.
Suasana kegiatan berlangsung tertib, tidak terdapat lansia yang menolak
atau yang membuat suasana menjadi ricuh. Setelah selesai pemutaran,
dengan dipandu satu mahasiswa memulai untuk berdiskusi terkait dengan
isi film. Hal ini bertujuan untuk melatih kemampuan mengingat memori

51
jangka pendek yang dimiliki. Terdapat tiga lansia yang berhasil menjawab
dengan cepat dan tepat.
3. Evaluasi Hasil
Lansia terlihat senang setelah mengikuti kegiatan ini, mereka
senang dengan diingatkannya dengan masa – masa dulu dimana ludruk
masih sering ditonton. Dari evaluasi yang telah dilakukan, terdapat 5-10
lansia yang masih mampu mengingat cuplikan dari film yang telah
diputarkan. Hal ini sangat bagus untuk kognitif lansia yaitu dilatih untuk
mengingat-ingat kembali hal-hal yang dilakukan sebelumnya (memori
jangka pendek). Diharapkan kegiatan ini akan terus dilakukan guna untuk
melatih kemampuan kognitif lansia.

Surabaya, 21 Januari 2019

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Ketua

Rista Fauziningtyas,S.Kep.,Ns.,M.Kep Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIP. 198707172015042002 NIM. 131813143073

52
PELAKSANA KEGIATAN
Tanggal :21 Januari 2019
a. Ketua : Eva Surya, S.Kep
b. Fasilitator : Intan Rulinita Sari, S.Kep
Istinur Alifah, S.Kep
Elisa Maria Wahyuni, S.Kep
Emha Rafi, S.Kep
Fitriana Nur Aidah, S. Kep
Febriana Permita Sari, S. Kep
Haris Arganata, S. Kep
Indah Febriana Nila, S. Kep
Lailaturrohmah K., S. Kep
Lucy Kartika Dewi, S. Kep
Ika Lusdiana, S. Kep
Kartika Harsaktiningtyas, S. Kep

c. Dokumentasi : Elyta Zuliyanti, S.Kep

DOKUMENTASI

53
PRE PLANNING
“Penyuluhan Tata Cara Bersuci dan Beribadah di Atas Tempat Tidur”

Hari/Tanggal : Selasa, 22 Januari 2019


Rabu, 23 Januari 2019

Tempat : Griya Werdha Jambangan


Waktu : 09.00 – 10.00 WIB
Kegiatan : Penyuluhan tata cara bersuci dan beribadah diatas tempat tidur

A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah suatu tahap lanjut dari proses kehidupan yang
ditandai dengan dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan system
tubuh secara alamiah atau fisiologis agar mampu beradaptasi dengan stress
lingkungan. tanda proses penuaan pada umumnya mulai tampak sejak usia 45
tahun dan akan menimbulkan permasalahan pada umur sekitar usia 45 tahun dan
akan menimbulkan masalah di usia 60 tahun (Pudjiastutik, 2003). Lanjut usia
merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, semua orang akan mengalami
proses penuaan dan masa tua adalah masa hidup seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap (Depkes, 2013). Perubahan
tersebut mnimbulkan konsekuensi salah satunya yaitu penurunan fungsi kognitif.
Penurunaan fungsi kognitif pada lansia bisa dicegah melalui kegiatan yang
berhubungan dengan proses piker, salah satunya adalah meningkatkan nilai
mental spiritualnya dengan cara bersuci dan beribadah, kehidupa spiritual sangat

54
penting kaitannya dengan kesehatan mental, karena spiritual menghindarkan
seseorang dari stress dan membuat pikiran seseorang dapat berfikir secara
rasional. Kondisi spiritual yang sehat diyakini mampu menghindarkan rasa stress
bahkan depresi.
Shalat adalah salah satu dari kewajiban yang dibebankan Allah SWT kepada
orang-orang yang mengaku dirinya sebagai muslim. Kewajiban shalat harus
dikerjakan seorang muslim secara rutin dalam sehari semalam sebanyak lima
waktu, tidak boleh ditinggalkan walau dalam kondisi dan situasi apapun, seperti:
kondisi sibuk bekerja, dalam perjalanan, maupun dalam kondisi sakit. Dalam
kondisi dan situasi tertentu yang tidak bisa dihindarkan oleh manusia, Allah SWT
memberikan beberapa keringanan/rukhshah dalam mengerjakan shalat, misalnya:
saat menjadi musafir atau menempuh perjalanan jauh, shalat dapat dilakukan
dengan cara jamak qashar/digabung dan diringkas. Dalam kondisi sakit, shalat
dapat dilakukan dengan cara duduk, berbaring, dan isyarat. Bahkan jika tidak ada
air atau karena sakit yang tidak diperbolehkan kena air, maka wudhu dapat diganti
tayamum dengan debu.

55
B. Tujuan
Setelah dilakukan intervensi lansia dapat meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan dan dapat membina kerukunan serta ketentraman
dalam hidupnya.
C. Plan Of Action
1. Rencana Strategis
Penyuluhan tata cara bersuci dan beribadah sesuai kemampuan pada
pasien total care dan partial care untuk memnuhi kebutuhan spiritualnya
dan menambah keyakinannya pada kuasa Allah SWT dengan
memfasilitasi cara bersuci dan beribadah di tempat tidur
2. Tindakan
Berkoordinasi dengan Kepala ruangan dan pembimbing klinik dan
akademik serta pemuka agama di panti dalam rencana pelaksanaan
kegiatan.
a) Mengajari lansia dengantotal care dan partial care tentang tata cara
bersuci dan beribadah diatas tempat tidur.
b) Memotivasi lansia dengan total care dan partial care dalam rutin
melakukan ibadah dan bersuci sebelum beribadah
3. Pengorganisasian Kelompok
Ketua : Faizah Maulidiyah
Pelaksana : semua mahasiswa profesi FKp Unair yang praktik
Fasilitator : Elfira, Elyta, Evi, Lusdi
Dokumentasi : Nia
4. Sasaran
Lansia total care dan patial care di Griya Werdha Jambangan
5. Media
Poster
6. Metode
Pada kegiatan ini dilaksanakan untuk lansia menjadi lebih medekatkan diri
kepada Tuhan dan menjadikan ketenangan batin lansia.
7. Materi
Terlampir
8. Susunan Acara
No PJ
Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta
. Pelaksanaan
Mempraktikan cara
Selasa, Ketua
1 Penyuluhan bersuci dan beribadah
22 Januari 2019 pelaksanan
diatas tempat tidur
Mempraktikan cara
Rabu, Ketua
2 Penyuluhan bersuci dan beribadah
23 Januari 2019 pelaksanan
diatas tempat tidur

56
9. Susunan Tempat
Ruang Kenanga, Blok A
Ruang Seruni, Blok C
10. Evaluasi Kegiatan
a) Evaluasi Struktur
1) Kesiapan Materi
2) Kesiapan pre planning
3) Peserta yang bersedia mengikuti kegiatan
b) Evaluasi Proses
1) Kegiatan dilaksanakan tepat waktu
2) Suasana kegiatan tertib
3) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat selama kegiatan
berlangsung
c) Evaluasi Hasil
1) Lansia mampu mengikuti kegiatan.
2) Lansia mampu mengaplikasikan kegiatan dalam sehari hari.

Surabaya, 20 Januari 2019

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073

Mengetahui,

Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

57
Lampiran materi
“Penyuluhan Tata Cara Bersuci dan Beribadah di Atas Tempat Tidur”
1. Bersuci
Orang yang sakit wajib melakukan kegiatan bersuci seperti orang yang sehat
berupa bersuci dengan air dari hadats kecil dan besar, berwudhu dari hadats
kecil dan mandi dari hadats besar.
Sebelum berwudhu, harus terlebih dahulu beristinja dengan air atau
istijmar dengan batu, atau yang serupa dengan batu terhadaporang yang kencing
atau buang air besar.
 Istijmar harus dengan tiga biji batu yang suci
 Istijmar tidak boleh dengan kotoran, tulang, makanan dan segala
sesuatu yang dihormati.
 Yang paling utama adalah istijmar dengan batu atau yang serupa
seperti tissu (sapu tangan), tanah, dan semisalnya, kemudian
diteruskan dengan air, karena batu menghilangkan benda najis dan
air mensucikannya, maka lebih sempurna.
 Manusia diberi pilihan di antara istinja dengan air atau istijmar
dengan batu dan semisalnya. Jika ia ingin salah satunya maka air lebih
utama karena ia lebih mensucikan tempat dan menghilangkan
benda ('ain) atau bekas. Ia lebih membersihkan.
 Jika ia hanya ingin memakai batu saja, cukup tiga biji batu apabila
sudah bisa membersihkan tempat. Jika belum membersihkan,
menambah empat dan lima hingga benar-benar bersih dan yang
utama adalah dalam bilangan ganjil.
 Tidak boleh istijmar dengan tangan kanan, kecuali Jika tangan kiri
terputus atau patah atau sakit atau yang lainnya maka, istijmar
dengan tangan kanannya diperbolehkan.

1. Apabila orang yang sakit tidak mampu berwudhu dengan air karena
lemah atau karena takut bertambah sakit, atau terlambat sembuhnya,
maka ia boleh bertayammum.
 Tayammum: adalah memukul kedua telapak tangannya di atas
tanah yang suci satu kali pukulan, kemudian mengusap mukanya
dengan bagian dalam telapak tangannya, dan mengusap kedua
telapak tangannya.
 Boleh bertayammum dengan sesuatu yang suci yang ada debunya,
sekalipun tidak berada di atas tanah. Maka jika debu beterbangan
di dinding atau semisalnya, maka ia boleh bertayammum pada
dinding tersebut. Jika masih suci dari tayammum yang pertama, ia
boleh shalat (yang kedua) dengannya sama seperti wudhu,
sekalipun beberapa kali shalat. Ia tidak wajib mengulangi

58
tayammumnya, karena iaadalah pengganti wudhu, dan pengganti sama
seperti hukum yang diganti.
 Tayammum batal dengan segala hal yang membatalkan wudhu,
mampu menggunakan air atau adanya air bagi yang tidak
mendapatkan air.

2. Apabila sakitnya ringan dan berwudlu menggunakan air atau bisa


menggunakan air hangat tidak berbahaya atasnya dan tidak
menyebabkan terlambat sembuh, bertambah sakit dan tidak khawatir
sesuatu yang jelek, seperti sakit kepala, sakit gusi dan semisalnya, maka
tidak boleh bertayammum baginya, karena boleh dan tidaknya
bertayamum di karenakan untuk menolak bahaya atasnya, dan jika ia
sudah menemukan air maka ia harus menggunakan air.

3. Apabila orang yang sakit susah berwudhu atau bertayammum sendiri, ia


diwudhukan atau ditayammumkan oleh orang lain dan cukuplah hal
itu baginya.

4. Orang yang terluka, dengan luka bernanah, atau patah, yang


berbahaya jika terkena air, lalu ia dalam keadaan junub, ia boleh
bertayammum. Jika ia bisa membasuh yang sehat dari tubuhnya, ia
harus melakukan hal itu dan bertayammum untuk yang lain.

5. Barangsiapa yang luka di salah satu anggota bersuci (seperti di


tangan), maka ia membasuhnya dengan air. Jika ia merasa sulit
membasuhnya atau berbahaya, ia mengusapnya dengan air saat
membasuh anggota wudhu yang ada luka menurut urutan tertib
wudhu. Jika ia susah mengusapnya atau berbahaya, ia boleh
bertayammum dan cukuplah untuknya.

6. Orang yang memakai pembalut (karena luka atau patah), yaitu orang
yang di salah satu anggota tubuhnya ada yang patah yang sedang di
Gips, maka ia cukup mengusapnya dengan air, sekalipun ia tidak
meletakkan dalam keadaan suci (maksudnya: tidak berwudhu saat
memakainya).

7. Apabila orang yang sakit ingin shalat, ia harus bersungguh-sungguh


menjaga kesucian badan, pakaian, dan tempat shalatnya dari segala
najis. Jika ia tidak mampu, ia shalat apa adanya dan tidak mengapa
atasnya.

59
8. Apabila orang sakit menderita silsil baul (kencing terus menerus) dan
belum sembuh dengan pengobatannya, maka ia harus ber istinja,
berwudhu untuk setiap shalat setelah masuk waktunya, mencuci yang
mengenai badannya dan menjaga pakaiannya tetap suci untuk shalat
jika tidak memberatkannya. Dan jika tidak bisa niscaya dimaafkan
darinya, dan ia menjaga semaksimal mungkin agar air seninya tidak
mengenai pakaian, tubuhnya atau tempat shalatnya dengan
membungkus zakarnya dengan sesuatu yang bisa menahan air seni.

2. Beribadah
1. Orang yang sakit harus shalat berdiri tegak sebatas kemampuannya.
2. Siapa yang tidak mampu shalat berdiri, ia shalat dengan posisi
duduk, dan yang utama adalah bersila di setiap tempat berdiri.
3. Jika ia tidak mampu shalat duduk, ia shalat di atas lambungnya
sambil
4. menghadap kiblat dengan wajahnya, dan yang sunnah adalah di
atas lambungnya yang kanan.
5. Jika tidak mampu shalat di atas lambungnya, ia shalat bertelentang.
6. Barangsiapa yang mampu berdiri dan tidak bisa ruku' atau sujud,
7. kewajiban berdiri tidak gugur darinya, tetapi ia shalat berdiri lalu
8. memberi isyarat dengan ruku', kemudian ia duduk dan memberi
isyarat dengan sujud.
9. Jika ada penyakit di matanya, dan dokter yang dipercaya berkata:
Jika engkau shalat bertelentang niscaya bisa mengobatimu, dan
jika tidak maka tidak (bisa mengobatimu). Maka ia boleh
shalatbertelentang.
10. Barangsiapa yang lemah melakukan ruku' dan sujud, ia memberi
isyarat dengannya dan menjadikan sujud lebih rendah dari ruku'.
11. Jika ia hanya tidak bisa sujud, ia ruku' dan memberi isyarat
dengan sujud.
12. Jika ia tidak bisa menundukkan punggungnya hingga lehernya,
jika punggungnya melengkung, maka jadilah ia seolah-olah ruku',
maka jika ia ingin ruku', ia menambah tunduknya sedikit dan
mendekatkan wajahnya sedikit ke bawah di dalam sujud sebatas
kemampuannya.
13. Jika ia tidak bisa memberi isyarat dengan kepalanya, ia bertakbir
dan membaca, berniat dengan hatinya ruku, bangkit darinya,
sujud, bangkit darinya, duduk di antara dua sujud, dan duduk
untuk tasyahhud serta membaca zikir-zikir yang mesti dibaca.
Adapun yang dilakukan sebagian orang yang sakit berupa isyarat
dengan jemarinya maka hal itu tidak ada dasarnya.

60
14. Apabila orang yang sakit mampu di saat shalatnya melakukan
sesuatu yang sebelumnya ia tidak mampu melakukannya berupa
berdiri atau duduk atau ruku' atau sujud atau memberi isyarat, ia
berpindah kepadanya dan meneruskan shalatnya.
15. Apabila orang yang sakit atau selainnya ketiduran atau lupa
shalat, ia harus segera shalat saat bangun dari tidur atau saat
teringatnya, dan ia tidak boleh meninggalkannya hingga masuk
waktu yang lain untuk melaksanakan shalatnya.
16. Tidak boleh meninggalkan shalat dalam kondisi apapun. Begitu
juga dengan setiap mukalaf, ia harus bersungguh-sungguh
terhadap shalat dalam segala kondisinya, saat sehat dan sakitnya,
karena ia adalah tiang Islam dan rukun yang paling penting setelah
dua kalimah syahadah. Bagi seorang muslim, tidak boleh
meninggalkan shalat wajib, sekalipun ia sakit, selama akalnya
sehat. Bahkan ia harus melakukannya tepat waktu menurut kadar
kemampuannya menurut cara yang telah disebutkan. Adapun yang
dilakukan sebagian orang sakit berupa menunda shalat hingga
sembuh dari sakitnya, maka hal itu tidak boleh, dan tidak ada
dasarnya dalam syari'at yang suci.
17. Apabila orang yang sakit merasa susah menunaikan shalat tepat
waktu maka ia boleh menjama' di antara zuhur dan ashar, di
antara maghrib dan isya secara jama' taqdim atau ta'khir menurut
yang termudah baginya. Jika ia menghendaki, ia mendahulukan
ashar (dari waktunya) bersama zuhur dan jika menghendaki ia
boleh mendahulukan isya (dari waktunya) bersama shalat
maghrib. Dan jika ia menghendaki, ia bisa menunda maghrib
(dari waktunya) bersama shalat isya. Adapun shalat fajar maka
tidak bisa digabungkan dengan shalat sebelum dan sesudahnya,
karena waktunya terpisah dari shalat sebelum dan sesudahnya.
Berikut ini tata cara shalat bagi orang yang kami ringkaskan dari
penjelasan Syaikh Sa’ad bin Turki Al-Khatslan[4] dan Syaikh Muhammad bin
Shalih Al Utsaimin
1. Tata cara shalat orang yang tidak mampu berdiri
Orang yang tidak mampu berdiri, maka shalatnya sambil duduk. Dengan
ketentuan sebagai berikut:
 Yang paling utama adalah dengan cara duduk bersila. Namun jika tidak
memungkinkan, maka dengan cara duduk apapun yang mudah untuk
dilakukan.
 Duduk menghadap ke kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap
kiblat maka tidak mengapa.

61
 Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam
keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga dan
setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri.
 Cara rukuknya dengan membungkukkan badan sedikit, ini merupakan
bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua telapak tangan di
lutut.
 Cara sujudnya sama sebagaimana sujud biasa jika memungkinkan. Jika
tidak memungkinkan maka, dengan membungkukkan badannya lebih
banyak dari ketika rukuk.
 Cara tasyahud dengan meletakkan tangan di lutut dan melakukan tasyahud
seperti biasa.
2. Tata cara shalat orang yang tidak mampu duduk
Orang yang tidak mampu berdiri dan tidak mampu duduk, maka shalatnya
sambil berbaring. Shalat sambil berbaring ada dua macam:
a. ‘ala janbin (berbaring menyamping)
Ini yang lebih utama jika memungkinkan. Tata caranya:
 Berbaring menyamping ke kanan dan ke arah kiblat jika memungkinkan.
Jika tidak bisa menyamping ke kanan maka menyamping ke kiri namun
tetap ke arah kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat
maka tidak mengapa.
 Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam
keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga dan
setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri.
 Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan bentuk
imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan diluruskan ke arah
lutut.
 Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika
rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
 Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari telunjuk
tetap berisyarat ke arah kiblat.
b. mustalqiyan (telentang)
Jika tidak mampu berbaring ‘ala janbin, maka mustalqiyan. Tata caranya:
 Berbaring telentang dengan kaki menghadap kiblat. Yang utama, kepala
diangkat sedikit dengan ganjalan seperti bantal atau semisalnya sehingga
wajah menghadap kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap
kiblat maka tidak mengapa.
 Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam
keadaan berdiri. Yaitu tangan diangkat hingga sejajar dengan telinga dan
setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri.

62
 Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan bentuk
imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan diluruskan ke arah
lutut.
 Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika
rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut.
 Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari telunjuk
tetap berisyarat ke arah kiblat.
3. Tata cara shalat orang yang tidak mampu menggerakkan anggota
tubuhnya (lumpuh total)
Jika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya namun bisa
menggerakkan mata, maka shalatnya dengan gerakan mata. Karena ini masih
termasuk makna al-imaa`. Ia kedipkan matanya sedikit ketika takbir dan rukuk,
dan ia kedipkan banyak untuk sujud. Disertai dengan gerakan lisan ketika
membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak mampu digerakkan, maka bacaan-
bacaan shalat pun dibaca dalam hati.
Jika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya sama sekali namun masih
sadar, maka shalatnya dengan hatinya. Yaitu ia membayangkan dalam hatinya
gerakan-gerakan shalat yang ia kerjakan disertai dengan gerakan lisan ketika
membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak mampu digerakkan, maka bacaan-
bacaan shalat pun dibaca dalam hati.

Riset Ilmiah Dan Fatwa dari kitab al-Fatawa alMuta'alliqah bith thibhal 29-66

63
RESUME KEGIATAN
PENYULUHAN TATA CARA BERSUCI DAN BERIBADAH DIATAS
TEMPAT TIDUR

Hari/Tanggal :Selasa, 27 Januari 2019


Tempat : Kamar Kamboja, Lavender dan Seruni
Waktu : 05.30 WIB (sesi 1)
15.30 WIB (sesi 2)
Kegiatan : Penyuluhan tata cara bersuci dan beribadah diatas tempat tidur

A. Acara diikuti oleh


Lansia yang beragama Islam di UPTD Griya Werdha Jambangan, dengan
kategori partial care
B. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu Kegiatan Pelaksana
Hari/tanggal: Selasa, 27 Penyuluhan tata cara Terlampir
Januari 2019 bersuci dan beribadah
diatas tempat tidur
Waktu :
05.30 WIB (sesi 1)
15.30 WIB (sesi 2)

C. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
1) Kesiapan Alat dan Bahan
Peralatan yang dibutuhkan adalah poster
2) Kesiapan Pre-Planning
Peralatan sudah siap.
3) Peserta yang Hadir
Peserta pasien partial care di kamar kamboja, lavender dan seruni
2. Evaluasi Proses
1) Kegiatan dilaksanakan lebih maju dari jadwal dan diikuti perlahan
oleh peserta meskipun peserta mengeluh mengalami gangguan
mobilitas dan menggunakan pampers, lansia merasa dirinya tidak
bisa bersuci degan kondisinya dan juga susah untuk melakukan
sholat dengan berdiri
2) Beberapa peserta mengalihkan pembicaraan tentang bersuci dan
beribadah.
3) Kegiatan evaluasi materi yang disampaikan dijawab oleh peserta
dengan dibimbing
3. Evaluasi Hasil
Pada kegiatan bimbingan penyuluhan tata cara bersuci dan
beribadah diatas tempat tidur perlu diberikan motivasi dan fasilitas

64
lebih lanjut kepada peserta agar mau untuk melakukan sholat secara
rutin dan terus menerus.

Surabaya, 22 Januari 2019


Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073

Mengetahui,

Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

65
PELAKSANA KEGIATAN
Tanggal :22 Januari 2019
d. Ketua : Faizah Maulidiyah, S.Kep
e. Fasilitator : Elfira Fitria Rohma, S.Kep
Elyta Zuliyanti, S.Kep
Evi Nur Laily R. K., S.Kep
Ika Lusdiana, S.Kep
f. Dokumentasi : Lailaturohmah Kurniawati, S.Kep

DOKUMENTASI

66
PRE PLANNING
PEMBUATAN LOTION EKSTAK DAUN KEMANGI SEBAGAI ANTI
BAKTERI DAN PELEMBAB KULIT

Hari/Tanggal : Senin, 21 Januari 2019


Tempat : Griya Werdha Kota Surabaya
Waktu : 09.00
Kegiatan : PembuatanLotion Daun Kemangi Sebagai anti bakteri dan
pelembab kulit
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kulit merupakan organ tubuh pada manusia yang sangat penting karena
terletak pada bagian luar tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan
seperti sentuhan, rasa sakit dan pengaruh lainnya dari luar (Nuraeni, 2016). Kulit
merupakaaan organ yang sangat rentan terkena infeksi bakteri yang dapat
merugikan kesehatan. Bakteri yang dapat menyebabkan beberapa infeksi lokal
pada kulit diantaranya adalah Staphylococcus aureus. Dengan demikian perlu
dikembangan suatu pengobatan yang dapat mencegah perkembangan infeksi
bakteri.
Tanaman kemangi merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan
sebagai antibakteri. Ekstrak etanol daun kemangi memiliki aktivitas antibakteri
terhadap Staphylococcusaureus dan Escherichia colisehingga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pada kulit. Dengan demikian diharapkan penggunaan
minyak dari ekstrak daun kemangi dapat membantu mengurangi infeksi. Selain itu
daun kemangi juga dapat meringankan rasa gatal di kulit sehingga menurunkan
rasa ingin menggaruk kulit yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan
kulit.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rakhmi (2016) tentang
formulasi salep minyak atsiri kemangi terhadap aktivitas bakteri menunjukkan
bahwa salep minyak atsiri kemangi memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcusaureus.Penelitian yang dilakukan oleh Manaf (2012) tentang
efektifitas minyak daun kemangi sebagai bahan aktif lotion anti nyamuk
menunjukkan hasil lotion dari minyak daun kemangi dapat digunakan untuk
menghalau nyamuk. Implikasi dari penelitian ini adalah lotion ekstrak daun
kemangi bisa dipertimbangkan menjadi bahan alternatif untuk mengurangi rasa
gatal dan melembabkan kulit.
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Setelah diberikan olesan lotion daun kemangi, diharapkan mengurangi
kerusakan integritas kulit pada lansia.
2.2 Tujuan Khusus
1. Lansia menjadi lebih nyaman karena gatal-gatal berkurang

67
2. Tidak terjadi kemerahan
3. Meningkatkan kelembaban kulit
B. Plan Of Action
1. Rencana Strategis
Daun Kemangi dicuci hingga bersih kemudian dihaluskan menggunakan
blanderkemudian diekstrak denganmenggunakan kertas saring. Hasil
ekstrak kemudian dicampurkan dengan susu pembersih
denganperbandingan 1 (susu pembersih) : 1,5 (ekstrak).
2. Tindakan
a. Berkoordinasi dengan Kepala UPTD, Perawat Griya, Pembimbing
Akademik.
b. Menyiapkan peralatan dan tempat.
c. Menjelaskan tujuan pemberian lotion daun kemangi
3. Pengorganisasian Kelompok
a. Penanggung jawab kegiatan: Gilang Dwi Kuncahyo, S. Kep
b. Fasilitator: Semua mahasiswa FKP Kelompok C2 yang sedang
berdinas
4. Sasaran
Semua lansia di Panti Griya Werdha.
5. Metode
Mahasiswa dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan kemudian mengundang lansia untuk datang ke tempat
pembuatan. Setelah lansia berkumpul mahasiswa menjelaskan prosedur
yang akan dilakukan kemudian mendampingi lansia untuk membuat lotion
tersebut.
6. Susunan Acara
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan
21 Januari 2019 Pembuatan Lotion Menjelaskan tujuan dan
09.00 Ekstak Daun Kemangi manfaat lalu menoleskan
Sebagai Pelembab Kulit lotion ekstrak daun
kemangi ke kulit.

7. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Kesiapan Materi
2) Kesiapan pre planning
3) Peserta bersedia dilakukan pemberian lotion daun kemangi dalam
menguragi rasa gatal pada kulit.
b. Evaluasi Proses
1) Kegiatan dilakukan tepat waktu
2) Peserta antusias terhadap kegiatan acara
3) Suasana kegiatan tertib

68
4) Tidak ada peserta yang menolak
c. Evaluasi Hasil
1) Lansia menyatakan senang dengan pemberian Lotion Ekstak Daun
Kemangi Sebagai Pelembab Kulit

DAFTAR PUSTAKA
Manaf, Syalfinaf, Helmiyetti,Ely Gustiyo. 2012. Efektivits miyak astiri daun
kemangi (ocimum basillicum) sebagai bahan aktif lotion anti nyamuk. Jurnal
Ilmiah Konservsi Hayati Vol. 08 No 02. Oktober 2012.

Surabaya, 20Januari 2019


Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073

Mengetahui,

Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

69
RESUME KEGIATAN
PEMBUATAN LOTION EKSTRA DAUN KEMANGI
Hari/Tanggal : Senin, 21 Januari 2019
Tempat : UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Waktu : 09.00 WIB
Kegiatan : Pembuatan Lotion Ekstra Daun Kemangi
A. Acara Diikuti Oleh :
1. Mbah yuli
2. Mbah sri
3. Mbah damira
4. Mbah anik
5. Mbak cece
6. Mbah musamah
7. Mbah murtingrum
8. Mbah habibah
9. Mbah kastipah

B. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu Kegiatan Pelaksanaan
Senin, 21 Januari 2019 Pembuatan Lotion Ekstra Semua Anggota
09.00 WIB Daun Kemangi Kelompok C2 yang
berdinas shift pagi pada
hari pelaksanaan

C. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan Materi
Peralatan yang diperlukan :
- Daun kemangi
- Susu pembersih/lotion
- Baskom
- Blander
- Sendok
- Saringan
b. Kesiapan Pre Planning
Peralatan sudah siap H-1.
c. Peserta Yang Hadir
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan
b. Suasana Kegiatan berjalan tertib semarak antusias dan lancar tanpa
hambatan dan peserta bersedia mengikuti kegiatan hingga akhir
c. Tidak ada peserta yang menolak berpartisipasi dalam kegiatan ini

70
3. Evaluasi Hasil
Selama pelaksanaan kegiatan pembuatan lotion ekstrak daun kemangi
semua lansia merasa sangat senang dan antusias sekali
Surabaya, 22 Januari 2019
Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073

Mengetahui,
Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns.,


M.Kep
NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

71
PELAKSANA KEGIATAN
Hari : Senin, 21 Januari 2019
a. Ketua sie kesehatan : Intan Rulinita Sari, S.Kep
b. Ketua proker : Gilang Dwi Kuncahyo, S.Kep
c. Fasilitator : Evi Nur Laili R.K, S.Kep
d. Pelaksana : Kiki Ayu Kusuma, S.Kep
Elfira Fitria R, S.Kep
Irsa Alfiani, S.Kep
Eva Diana, S.Kep
Iftitakhur Rohmah, S.Kep
Hafida Oktavia, S.Kep
Latansa Hayyil Islam, S.Kep

DOKUMENTASI

72
PRE PLANNING
TERAPI OKUPASI (PACKAGING) UNTUK MENINGKATKAN
KEMANDIRIAN DAN PRODUKTIVITAS LANSIA

Hari/Tanggal : Selasa, 22 Januari 2019


Tempat : Griya Werdha Kota Surabaya
Waktu : 09.00
Kegiatan : Terapi Okupasi (Packaging) untuk Meningkatkan Produktivitas
Lansia
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Usia manusia akan terus bertambah seiring bergantinya waktu. Bersamaan
dengan meningkatnya usia, beberapa fungsi vital dalam tubuh ikut mengalami
kemunduran. Pendengaran mulai menurun, penglihatan kabur, dan kekuatan
fisiknya pun mulai melemah. Kenyataan itulah yang dialami para lansia.
Kemunduran fisik dan menurunnya fungsi organ dapat menyebabkan lansia
menjadi tergantung kepada orang lain (Nugroho, 2008). Fenomena ini
menimbulkan permasalahan global. Permasalahan ini disebabkan keterbatasan
lansia terutama karena faktor usia dan biologis. Salah satu contoh
permasalahan yang ditimbulkan dari peningkatan jumlah penduduk lansia
adalah peningkatan rasio ketergantungan lanjut usia (old age dependency
ratio). Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak
penduduk lansia (Komisi nasional lanjut usia, 2010).
Meskipun lansia secara alamiah mengalami penurunan dan kemunduran
fisik, tetapi tidak menutup kemungkinan lansia dapat melakukan aktivitas dan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri. Ketersediaan bantuan
sepanjang waktu di rumah atau institusi layanan kesehatan atau rawatan rumah
bersifat melindungi kebutuhan lansia untuk tetap tinggal di rumahnya dan
mempertahankan kemandiriannya selama mungkin (Friedman, 2010).
Kemandirian pada lansia dinilai dari kemampuannya untuk melakukan
aktifitas sehari-hari (Activities of Daily Living / ADL). Activitiy of Daily
Livingadalah suatu bentuk pengukuran kemampuan seseorang untuk
melakukan Activitiy of Daily Living secara mandiri, sehingga dapat
meminimalkan morbiditas lansia (Maryam, 2008). Faktor yang mempengaruhi
activity of daily living lansia dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari,
seperti: umur dan statusperkembangan, kesehatan fisiologis, fungsi kognitif,
fungsi psikososial, tingkatstres, ritme biologi dan status mental (Hardywinoto,
2007).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif lansia yaitu usia,
kemampuan regenerasi pada otak, ketidak adekuatan vaskularisasi ke otak dan
hormone sehingga dapat menyebabkan kualitas hidup menurun, status

73
fungsional yang tidak optimal dan berpengaruh pada perasaan bahagia serta
kreativitas (Santoso & Rohmah, 2011).
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi
waktu luang bagi lansia (Maryam, 2008). Terapi modalitas juga berarti
suatukegiatan dalam memberikan asuhan keperawatan baik di institusi
pelayanan maupun di masyarakat yang bermanfaat bagi kesehatan lansia dan
berdampakterapeutik. Tujuan spesifik dari terapi modalitas menurut
Gostetamy (1973) yaitu 1) menimbulkan kesadaran terhadap salah satu
perilaku klien, 2) mengurangi gejala, 3) memperlambat kemunduran, 4)
membantu adaptasi dengan situasi yang sekarang, 5) membantu keluarga dan
orang-orang yang berarti, 6) mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri,
7) meningkatkanaktifitas, 8) meningkatkan kemandirian (Riyadi dan
Purwanto, 2009).
Salah satu jenis kegiatan terapi modalitas yang akan dilakukan untuk
mengetahui adanya pengaruh terapi modalitas yaitu terapi okupasi. Terapi
kerjaatau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseoranguntuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini
berfokuspada pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang,
pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk seseorang agar
mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto,
2009). Terapiokupasi juga berfokus pada kemampuan fungsional klien dan
cara untuk meningkatkan fungsi klien, misalnya bekerja dalam bidang seni
dan kerajinantangan serta berfokus pada keterampilan psikomotor (Videbeck,
2008).
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Setelah diberikan kegiatan terapi, diharapkan dapat meningkatkan
kemandirian dan produktivitas lansia
2.2 Tujuan Khusus
a) Mengisi waktu luang bagi lansia
b) Meningkatkan kesehatan dan kemandirian lansia
c) Meningkatkan produktifitas lansia
d) Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
B. Plan Of Action
1. Rencana Strategis
Menyiapkan alat untuk packaging yaitu botol lotion dan kertas stiker.
Lotion yang sudah jadi, dimasukkan kedalam botol yang sudah disiapkan.
Kemudian diberi stiker di bagian depan botol.
2. Tindakan
a. Berkoordinasi dengan Kepala UPTD, Perawat Griya, Pembimbing
Akademik
b. Menyiapkan peralatan dan tempat

74
c. Menjelaskan tujuan kegiatan
3. Pengorganisasian Kelompok
a. Penanggung jawab kegiatan: Eva Diana, Istinur Alifah, Eva Surya
Oktaviana
b. Fasilitator : Semua mahasiswa FKP Kelompok C2 yang sedang
berdinas
4. Sasaran
Semua lansia di Panti Griya Werdha.
5. Metode
Mahasiswa dimulai dengan menyiapkan lotion, botol dan kertas stiker,
kemudian mulai untuk dipackage.
Contoh botol untuk packaging:

6. Susunan Acara
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan
21 Januari 2019 Terapi Okupasi Menjelaskan tujuan dan
10.00 (Packaging) untuk manfaat lalu mengajari
Meningkatkan lansia untuk packaging
Produktivitas Lansia lotion.

7. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Kesiapan Materi
2) Kesiapan pre planning
3) Peserta bersedia untuk membuat karya
b. Evaluasi Proses
1) Kegiatan dilakukan tepat waktu

75
2) Peserta antusias terhadap kegiatan acara
3) Suasana kegiatan tertib
4) Tidak ada peserta yang menolak
c. Evaluasi Hasil
1) Lansia menyatakan senang dengan dengan ikut kegiatan ini
sebagai terapi kenangan

Daftar pustaka
Friedman, Marilyn. 2010. Keperawatan Keluarga: Teori Praktik. Edisi 5. Jakarta:
EGC
Hardywinoto, Setiabudhi. 2007. Panduan Gerontologi. Jakarta: Pustaka Utama
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika
Nugroho, H. Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Edisi 3.
Jakarta: EGC
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuham Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Santosa, BT & Rohmah, AS 2011, 'Ganguan Gerak dan Fungsi Kognitif pada
Wanita Lanjut usia', Jurnal Kesehatan , vol 4, no. 1, pp. 41-57.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Surabaya, 21 Januari 2019


Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073
Mengetahui,

Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

76
FORMAT RESUME KEGIATAN
RESUME KEGIATAN: TERAPI OKUPASI (PACKAGING)

Hari/Tanggal : Selasa/ 22 Januari 2019


Tempat : Ruang Sakura, Griya Wreda Jambangan
Waktu : 10.00 – 10.30
Kegiatan : Terapi Okupasi (Packaging) untuk Meningkatkan Produktivitas

A. Acara diikuti oleh : 9 lansia (partial dan mandiri)


B. Pelaksanaan Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Pelaksana
Kegiatan ini
dilaksanakan dengan
menjelaskan tujuan dan
22 Januari Terapi Okupasi (Packaging) untuk
1 manfaat terlebih dahulu,
2019 Meningkatkan Produktivitas Lansia
kemudian mengajari
lansia untuk packaging
lotion.

C. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, terlebih dahulu telah dilakukan
konsultasi terhadap pembimbing akademik dan klinik. Pembuatan
proposal pre planning dibuat dengan teliti atas dasar saran dan masukan
dari pembimbing. Selama kegiatan dilaksanakan, lansia menyatakan
kesediaannya untuk mengikuti kegiatan.

2. Evaluasi Proses
Kegiatan packaging ini dimulai pukul 10.00 dan berakhir pukul
10.30 bertempat di ruang sakura UPTD Griya Wreda Jambangan Kota
Surabaya. Botol yang sudah diisi lotion dan ditempel sticker sebanyak 27
botol. Lansia yang hadir sejumlah 9 lansia meliputi kategori lansia mandiri
dan partial. Lansia terlihat antusias.Suasana kegiatan berlangsung tertib,
tidak terdapat lansia yang menolak atau yang membuat suasana menjadi
ricuh.

3. Evaluasi Hasil
Lansia terlihat senang setelah mengikuti kegiatan ini, mereka
senang mendapat lotion yang dikemas sendiri. Packaging terlihat rapi,
hanya sebagian kecil yang tumpah. Stiker ditempel dengan tepat, hanya
sebagian kecil yang kurang tepat. Diharapkan kegiatan ini akan terus
dilakukan guna untuk melatih kemandirian lansia.

77
Surabaya, 22 Januari 2019

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Ketua

Rista Fauziningtyas,S.Kep.,Ns.,M.Kep Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIP. 198707172015042002 NIM. 131813143073

78
PELAKSANA KEGIATAN
Hari : Selasa, 22 Januari 2019
a. Ketua sie kesehatan : Intan Rulinita Sari, S.Kep
b. Ketua proker : Hafida Oktavia, S.Kep
c. Fasilitator : Iftitakhur Rohmah, S.Kep
d. Pelaksana : Elyta Zuliyanti, S.Kep
Elfira Fitria Rohma, S.Kep
Irsa Alfiani, S.Kep
Istinur Alifah, S.Kep
Elisa Maria Wahyuni, S.Kep
Latansa Hayyil Islam, S.Kep

DOKUMENTASI

79
PRE PLANNING
“Bimbingan Dzikir Asmaul Husnah pada Pasien Bed Rest”

Hari/Tanggal : Setiap Hari


Tempat : Griya Werdha Jambangan
Waktu : Selesai Sholat maghrib dan Sholat Subuh (30 menit)
Kegiatan : Bimbingan Dzikir Asmaul Husnah pada Pasien Bed Rest

A. Latar Belakang

Berdoa dan berdzikir sangat penting untuk diterapkan khususnya bagi umat
Muslim, karena kedua aktivitas tersebut merupakan hubungan antara seorang
hamba dengan Tuhannya, Allah SWT. Namun dalam prakteknya antara dzikir dan
doa jarang sekali diterapkan, walau mungkin ada itu pun hanya sebagian manusia
yang selalu menerapkannya.

Kebanyakan orang mengamalkan doa dan dzikir pada saat waktu dan keadaan
tertentu. Seperti halnya berdoa, berdoa hanya dilakukan oleh manusia saat ada
kemauan (menginginkan sesuatu) yang dimana dia berpikir hanya Allah SWT. lah
yang bisa membantu merealisasikan keinginannya itu. Begitupun dengan
berdzikir, jarang sekali manusia mengamalkan dzikir dalam kehidupan sehari-
hari, terkadang manusia berdzikir dan mengingat Allah SWT. hanya saat dalam
kesusahan dan tertimpa masalah saja.

Dzikir adalah suatu kegiatan atau cara yang dilakukan oleh seorang hamba
dalam mengingat Allah SWT. Dalam dzikir seorang hamba memuji dan
mengagungkan kebesaran Allah SWT. dengan merasa bahwa kita hanyalah
seorang hamba yang lemah tak berdaya dan hanya Allah SWT. lah yang Maha
Kuasa. Maka dari itu, kita seorang hamba-Nya hanyalah bagian kecil dari
kekuasaan-Nya.

Doa adalah suatu cara atau aktivitas seorang hamba dengan Allah SWT.
dimana seorang hamba memohon dan meminta kepada Allah SWT. dengan
maksud dalam hati bahwa keinginannya dapat terkabulkan.

Kita diperbolehkan berdoa hanya kepada Allah SWT. karena sebagaimana kita
tahu bahwa Allah SWT. merupakan satu-satunya Tuhan yang wajib disembah dan
hanya satu-satunya tempat bagi seorang hamba untuk mengadu, mengeluh dan
memohon pertolongan. Karena tiada daya dan upaya selain kekuasaan dan
pertolongan Allah SWT.

B. Tujuan
Setelah dilakukan intervensi lansia dapat meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan dan dapat membina kerukunan serta ketentraman
dalam hidupnya.
C.Plan Of Action
a. Rencana Strategis

80
Bimbingan dzikir asmaul husnah pada pasien bed rest untuk memnuhi
kebutuhan spiritualnya dan menambah keyakinannya pada kuasa Allah
SWT dengan memfasilitasi dzikir dengan menyebut nama-nama Allah
SWT/

b. Tindakan
Berkoordinasi dengan Kepala ruangan dan pembimbing klinik dan
akademik serta pemuka agama di panti dalam rencana pelaksanaan
kegiatan.
- Mendampingi lansia yang bed rest untuk mendengarkan suara
asmaul husna dan berdzikir
- Menyiapkan dan memotivasi pasien untuk mendengarkan dan
menirukan

c. Pengorganisasian Kelompok
Ketua : Faizah Maulidiyah
Pelaksana : semua mahasiswa profesi FKp Unair yang praktik
Fasilitator : Elfira, Elyta, Evi, Lusdi
Dokumentasi : Nia

d. Sasaran
Lansia bed rest ruang kenanga Griya Werdha Jambangan

e. Media
Seperangkat alat shalat

f. Metode
Pada kegiatan ini dilaksanakan untuk lansia menjadi lebih medekatkan
diri kepada Tuhan dan menjadikan ketenangan batin lansia.

g. Susunan Acara
No PJ
Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta
. Pelaksanaan
2 kali sehari
1. Ba’da
Solat mendengarkan dan
Maghrib Pendampinga Ketua pelaksanan
1 menirukan asmaul
n
2. Ba’da husna
Solat
Subuh

h. Susunan Tempat
Ruang Kenanga, Blok A

i. Evaluasi Kegiatan

81
1. Evaluasi Struktur
a) Kesiapan Materi
b) Kesiapan pre planning
c) Peserta yang bersedia mengikuti kegiatan
2. Evaluasi Proses
a) Kegiatan dilaksanakan tepat waktu
b) Suasana kegiatan tertib
c) Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat selama kegiatan
berlangsung

j. Evaluasi Hasil
a. Lansia mampu mengikuti kegiatan.
b. Lansia mampu mengaplikasikan kegiatan dalam sehari hari.

Surabaya, 15 Januari 2019


Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073

Mengetahui,

Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

82
RESUME KEGIATAN
BIMBINGAN DZIKIR ASMAUL HUSNAH PADA PASIEN BED REST

Hari/Tanggal : Setiap Hari mulai tanggal 18 – 24 Januari 2019


Tempat : Kamar Kenanga
Waktu : 05.00 WIB atau 18.00 WIB
Kegiatan : Bimbingan Dzikir asmaul husnah pada pasien bed rest

A. Acara diikuti oleh


Lansia yang beragama Islam di UPTD Griya Werdha Jambangan, dengan
kategori total care.
B. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu Kegiatan Pelaksana
Hari/tanggal: Setiap Bimbingan Dzikir Terlampir
hari mulai tanggal 18 – asmaul husnah
24 Januari 2019

C. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a) Kesiapan Alat dan Bahan
Peralatan yang dibutuhkan adalah sound.
b) Kesiapan Pre-Planning
c) Peralatan sudah siap.
d) Peserta yang Hadir
Peserta pasien total care di kamar kenanga
2. Evaluasi Proses
a) Kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal dan diikuti perlahan
oleh peserta meskipun pelafalan kalimat dzikir beberapa
peserta tidak jelas dan kadang mudah beralih.
b) Kegiatan dilakukan di jam 05.00 WIB atau 18.00 WIB
sekali dalam sehari
3. Evaluasi Hasil
Pada kegiatan bimbingan dzikir perlu diberikan motivasi lebih
lanjut kepada peserta agar mau untuk melakukan dzikir secara rutin
dan terus menerus.
Surabaya, 22 Januari 2019
Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


Mengetahui,
Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

83
PELAKSANA KEGIATAN
Tanggal : 18 – 24 Januari 2019
a. Ketua : Faizah Maulidiyah, S.Kep
b. Fasilitator : Elfira Fitria Rohma, S.Kep
Elyta Zuliyanti, S.Kep
Evi Nur Laily R. K., S.Kep
Ika Lusdiana, S.Kep
c. Dokumentasi : Lailaturohmah Kurniawati, S.Kep

DOKUMENTASI

84
PRE PLANNING
PENGGUNAAN LOTION EKSTAK DAUN KEMANGI SEBAGAI ANTI
BAKTERI DAN PELEMBAB KULIT

Hari/Tanggal : 22-25 Januari 2019


Tempat : Griya Werdha Kota Surabaya
Waktu : 19.30
Kegiatan : Penggunaan Lotion Daun Kemangi Sebagai Anti Bakteri dan
Pelembab Kulit
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kulit merupakan organ tubuh pada manusia yang sangat penting
karena terletak pada bagian luar tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsangan seperti sentuhan, rasa sakit dan pengaruh lainnya dari luar
(Nuraeni, 2016). Kulit merupakaaan organ yang sangat rentan terkena
infeksi bakteri yang dapat merugikan kesehatan. Bakteri yang dapat
menyebabkan beberapa infeksi lokal pada kulit diantaranya adalah
Staphylococcus aureus. Dengan demikian perlu dikembangan suatu
pengobatan yang dapat mencegah perkembangan infeksi bakteri.
Tanaman kemangi merupakan salah satu tanaman yang dapat
digunakan sebagai antibakteri. Ekstrak etanol daun kemangi memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcusaureus dan Escherichia
colisehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada kulit. Dengan
demikian diharapkan penggunaan minyak dari ekstrak daun kemangi dapat
membantu mengurangi infeksi. Selain itu daun kemangi juga dapat
meringankan rasa gatal di kulit sehingga menurunkan rasa ingin
menggaruk kulit yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan kulit.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rakhmi (2016)
tentang formulasi salep minyak atsiri kemangi terhadap aktivitas bakteri
menunjukkan bahwa salep minyak atsiri kemangi memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Staphylococcusaureus. Implikasi dari penelitian ini
adalah lotion ekstrak daun kemangi bisa dipertimbangkan menjadi bahan
alternatif untuk mengurangi rasa gatal dan melembabkan kulit.
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Setelah diberikan olesan lotion daun kemangi, diharapkan
mengurangi kerusakan integritas kulit pada lansia.
2.2 Tujuan Khusus
1) Lansia menjadi lebih nyaman karena gatal-gatal berkurang
2) Tidak terjadi kemerahan
3) Meningkatkan kelembaban kulit

85
B. Plan Of Action
1. Rencana Strategis
Daun Kemangi dicuci hingga bersih kemudian dihaluskan
menggunakan
blanderkemudian diekstrak denganmenggunakan kertas saring. Hasil
ekstrak kemudian dicampurkan dengan susu pembersih
denganperbandingan 1 (susu pembersih) : 1,5 (ekstrak).
2. Tindakan
a. Berkoordinasi dengan Kepala UPTD, Perawat Griya, Pembimbing
Akademik
b. Menyiapkan peralatan dan tempat
c. Menjelaskan tujuan pemberian lotion daun kemangi
3. Pengorganisasian Kelompok
a. Penanggung jawab kegiatan : Intan Rulinita Sari, S. Kep
b. Fasilitator : Semua mahasiswa FKP Kelompok C2 yang sedang
berdinas
4. Sasaran
Semua lansia di Panti Griya Werdha yang mengalami gatal pada kulit
tanpa luka terbuka.
5. Metode
Mahasiswa dimulai dengan menyiapkan tempat tidur dan
pengalas lalu mengoleskan tangan dan kaki dengan lotion. Penggunaan
lotion diberikan pada lansia setelah selesai mandi.
6. Susunan Acara
Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan
20 Januari 2019 Penggunaan Lotion Menjelaskan tujuan dan
09.00 Ekstak Daun Kemangi manfaat lalu
Sebagai Pelindung mengoleskan lotion
Gigitan Nyamuk ekstrak daun kemangi ke
kulit.

7. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Kesiapan Materi
2) Kesiapan pre planning
3) Peserta bersedia dilakukan pemberian lotion daun kemangi
dalam menguragi rasa gatal pada kulit.
b. Evaluasi Proses
1) Kegiatan dilakukan tepat waktu
2) Peserta antusias terhadap kegiatan acara
3) Suasana kegiatan tertib

86
4) Tidak ada peserta yang menolak
c. Evaluasi Hasil
1) Lansia menyatakan senang dengan pemberian Lotion Ekstak
Daun Kemangi Sebagai Pelembab Kulit

Surabaya, 20 Januari 2019


Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073

Mengetahui,

Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

87
RESUME KEGIATAN
PEMAKAIAN LOTION EKSTRA DAUN KEMANGI
Hari/Tanggal : Selasa, 22 Januari 2019
Tempat : UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Waktu : 15.00 WIB
Kegiatan : Pemakaian Lotion Ekstra Daun Kemangi
A. Acara Diikuti Oleh :
Lansia yang mengalami gatal pada kulit tanpa luka terbuka
B. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu Kegiatan Pelaksanaan
Selasa, 22 Januari 2019 Penggunaan Lotion Semua Anggota
15.00 WIB Ekstra Daun Kemangi Kelompok C2 yang
berdinas shift pagi pada
hari pelaksanaan

C. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan Materi
Peralatan yang diperlukan :
- Lotion ekstrak daun kemangi
b. Kesiapan Pre Planning
Peralatan sudah siap H-1.
c. Peserta Yang Hadir
- Selasa, 22 Januari 2019
Diikuti 16 lansia yang terdaftar
- Rabu, 23 Januari 2019
Diikuti 16 lansia yang terdaftar
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan
b. Suasana Kegiatan berjalan tertib semarak antusias dan lancar tanpa
hambatan dan peserta bersedia mengikuti kegiatan hingga akhir
c. Tidak ada peserta yang menolak berpartisipasi dalam kegiatan ini
3. Evaluasi Hasil
Post pemberian lotion ekstrak daun kemangi :
Pertemuan 1:
1. Kulit terlihat lembab
2. Ruam merah masih ada
3. Masih terasa gatal
Pertemuan 2:
1. Kulit terlihat lembab
2. Ruam merah masih ada
3. 4 orang lansia mengatakan gatal berkurang

88
Surabaya, 22 Januari 2019
Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073
Mengetahui,
Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

PELAKSANA KEGIATAN
Hari : Selasa, 22 Januari 2019
a. Intan Rulinita Sari, S.Kep
b. Gilang Dwi Kuncahyo, S.Kep
c. Evi Nur Laili R.K, S.Kep
d. Febriana Permita S, S.Kep
e. Indah Febriana, S.Kep
f. Eva Dwi Agustin, S.Kep
g. Faizah Maulidiyah, S.Kep
h. Elvanda Vandina R, S.Kep
i. Lailaturohmah, S.Kep
j. Emha Rafi P, S.Kep

DOKUMENTASI

89
PRE PLANNING
SENAM KESEIMBANGAN

Hari/Tanggal : Selasa, 22 Januari 2019


Tempat : Halaman Utama Griya Werdha Kota Surabaya
Waktu : 06.30 WIB
Kegiatan : Senam Keseimbangan
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Pada lansia terjadi penurunan fisiologis sistem muskuloskeletal, yaitu
penurunan jumlah dan ukuran serabut otot (Pudjiastuti& Utomo, 2003)
sehingga terjadi penurunan kekuatan otot ekstremitas bawah, ketahanan,
koordinasi serta terbatasnya range of motion (ROM) (Miller, 2004).
Keseimbangan adalah komplek pertahanan posisi, terhadap gangguan dari luar
(Berg, 1989 dalam Maryam 2010). Gangguan keseimbangan dan gaya
berjalan serta lemahnya otot ekstremitas bawah menyebabkan jatuh pada
lansia (Shobha, 2005). Madureira et al (2006) menyatakan bahwa latihan
keseimbangan efektif dalam menurunkan frekuensi terjatuh pada wanita lansia
dengan osteoporosis. Balance Exercise 3 kali seminggu selama 3 minggu
secara signifikan dapat meningkatkan stabilitas postural (Kusnanto dkk,
2007).
Gangguan keseimbangan pada lansia berimbas pada timbulnya
permasalahan baru yakni risiko jatuh dan cidera. Terapi yang dirancang
berupa senam keseimbangan yang dapat membantu lansia melatih
keseimbangan tubuh secara bertahap dan perlahan. Dengan melakukan senam
keseimbangan yang dilakukan secara terpimpin diharapkan dapat menekan
angka kejadian jatuh pada lansia dengan gangguan keseimbangan.
2. Tujuan
2.1 Tujuan umum
Setelah dilakukan senam lansia diharapkan dapat menekan angka
kejadian jatuh pada lansia di Griya Werdha Jambangan.

2.2 Tujuan khusus


a. Mengatasi masalah risiko jatuh pada lansia
b. Meningkatkan keseimbangan lansia
c. Meningkatkan kebugaran lansia
B. Plan of Action
1. Rencana strategis
Lansia yang memiliki masalah risiko jatuh dan gangguan keseimbangan
dikumpulkan di halaman utama Griya Werdha Jambangan untuk
mengikuti senam keseimbangan secara terbimbing.

90
2. Tindakan
a. Berkordinasi dengan bagian keperawatan Griya Werdha, Kepala
UPTD, pembimbing akademik
b. Menyiapkan peralatan dan tempat
c. Menjelaskan tujuan kegiatan
3. Pengorganisasian kelompok
a. Penanggung jawab kegiatan: Latansa Hayyil Islam, S.Kep
b. Fasilitator: Semua mahasiswa profesi ners unair yang sedang bertugas
4. Sasaran
Lansia yang memiliki masalah gangguan keseimbangan dan risiko jatuh
berdasarkan hasil skrining di Griya Werdha
5. Metode
Acara dimulai setelah lansia yang sesuai kriteria berkumpul di halaman
utama. Setiap lansia diberikan kursi dan didampingi oleh fasilitator.
Kemudian, mahasiswa akan menjelaskan tujuan dilakukannya senam
keseimbangan. Seorang mahasiswa bertugas sebagai instruktur senam,
mahasiswa lainnya yang bertugas sebagai fasilitator mendampingi lansia
selama proses senam keseimbangan dan mengarahkan tahap-tahap dari
awal hingg akhir. Berikut adalah tahapan senam keseimbangan, meliputi:
a. Berdiri, menoleh ke kanan dank e kiri masing-masing sebanyak 5 kali
b. Berdiri, tangan di panggul putar badan ke kanan dan ke kiri sebanyak
5 kali
c. Duduk, letakkan beban pada pergelangan kaki dan gerakkan lutut ke
atas dan ke bawah sebanyak 10 kali masing-masing kaki kanan dan
kiri
d. Berdiri, letakkan beban pada pergelangan kaki, berpegangan pada
kursi dan gerakkan tungkai ke samping atas dan bawah sebanyak 10
kali masing-masing kaki kanan dan kiri
6. Susunan acara
Waktu Kegiatan Pelaksanaan
Pelaksanaan

Selasa, 22 Januari Senam Memfasilitasi lansia


2019 Keseimbangan untuk melakukan senam
pukul 06.30 WIB keseimbangan

7. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
a) Kesiapan Materi
b) Kesiapan pre planning
c) Peserta bersedia mengikuti senam keseimbangan
b. Evaluasi Proses

91
a) Kegiatan dilakukan tepat waktu
b) Peserta antusias terhadap kegiatan acara
c) Suasana kegiatan tertib
d) Tidak ada peserta yang meninggalkan kegiatan di tengah-tengan
acara
c. Evaluasi Hasil
b. Lansia menyatakan senang dengan senam keseimbangan yang
diadakan
c. Lansia menunjukkan keadaan yang rileks
d. Lansia menyatakan merasa lebih baik dalam menjaga
keseimbangan
e. Lansia tidak menunjukkan tanda-tanda risiko jatuh
8. Setting tempat

Fasilitator Utama

: Peserta : Fasilitator

Surabaya, 20 Januari 2019


Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S. Kep


NIM. 131813143073

Mengetahui,
Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S. Kep. Ns., M. Kep

92
NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002
RESUME KEGIATAN
SENAM KESEIMBANGAN

Hari/Tanggal : Selasa, 22 Januari 2019


Tempat : UPTD Griya Werdha Jambangan
Waktu : 10.00 WIB
Kegiatan : Senam keseimbangan

A. Acara diikuti oleh :


Lansia yang mandiri dan dengan alat bantu tongkat yang berada di UPTD
Griya Werdha Jambangan Surabaya

B. PelaksanaanKegiatan
No. Waktu Kegiatan Pelaksana
Selasa, 22
Januari
1. Senam keseimbangan Terlampir
2019 pukul
10.00 WIB

C. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan alat dan materi
Adapun persiapan alat dan materi yang telah dilakukan dalam
pelaksanaan senam antara lain;
1) Gerakan senam
2) Musik
3) Lokasi
4) Sound system
b. Persiapan pre planning
Kesiapan pre planning telah disiapkan sejak hari pertama di panti dan
pelaporan hasil survey mengindikasikan masih terdapat banyak lansia
yang tidak beresiko jatuh dan beresiko jatuh dalam kurun waktu 6
bulan untuk dilakukan pencegahan dini pada lansia agar tidak terjadi
jatuh sehingga dilakukan senam di pagi hari, yang kemudian dibentuk
struktur pengorganisasian, pembagian dan pelatihan fasilitator yang
akan memandu senam lansia. Kegiatan dilaksanakan pada Selasa, 22
Januari 2019. Senam keseimbangan ini digunakan sebagai sarana
olahraga dan rekreasi bagilansia.
c. Peserta yang hadir
Peserta yang telah hadir pada kegiatan senam pada tanggal 22 Januari
2019 sebanyak 9 lansia.

93
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan dimulai tidak tepat pada waktunya karena bertepatan dengan
kegiatan caring dan tempat yang masih dibersihkan
b. terdapat satu lansia yang tidak mengikuti kegiatan hingga selesai
c. Proses kegiatan berjalan tertib dan peserta antusias mengikuti kegiatan
3. Evaluasi Hasil
lansia antusias dengan kegiatan senam dan bergerak aktif mengikuti
gerakan yang dicontohkan oleh instruktur senam. Sebagian besar lansia
meminta untuk dilakukan senam kembali.

Surabaya, 22 Januari 2019


Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073

Mengetahui,
Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

94
DOKUMENTASI

95
PRE PLANNING
SENAM REMATIK

Hari/Tanggal : Minggu, 20 Januari 2019


Tempat : Griya Werdha Kota Surabaya
Waktu : 06.30-07.30
Kegiatan : Senam Rematik Lansia
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Pada saat seseorang memasuki lansia, akan mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar,
persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat.
Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan (Azizah, 2011).
Nyeri ketika melakukan aktivitas sehari-hari, pembengkakan pada
sendi, kaku sendi, kelelahan, bahkan kelainan bentuk tubuh sering dialami
orang yang menderita rematik, fokus penangan penderita rematik adalah
mengontrol rasa nyeri, mengurangi kerusakan sendi, serta
mempertahankan fungsi kualitas gerak. Pada orang yang normal gerakan
menjadi terjaga karena dapat bergerak aktif sementara pada penderit
rematik, terjadi kesulitan untuk menggerakkan tubuh karena nyeri. Bila
tidak digerakkan dalam jangka waktu lama sendi menjadi lengket dan
sama sekali tidak bisa digerakkan. Masalah ini yang harus dicegah dengan
melakukan olah fisik seperti senam rematik karena latihan sendi yang
teratur merupakan salah satu upaya menjaga kebugaran dan kesehatan
tubuh lansia. Jika lansia enggan mengikuti kegiatan senam, justru dapat
menyebabkn kekakuan tulang dan sendi yang menjadi penyebab timbulnya
nyeri persendian pada lansia. Senam rematik merupakan suatu aktivitas
olahraga bagi lansia yang membantu tubuh tetap lentus dan juga
memperkuat otot dan ligamen yang menstabilkan sendi. Kapasitas
konsentrasi senam rematik terletak pad gerakan sendi yang meregangkan
dan menguatkan otot, karena otot-otot itulah yang membantu sendi untuk
menopang tubuh. Senam yang diberikan kepada lansia tidak perlu terlalu
berat, cukup dengan gerakan pelan dan dapat diikuti oleh lansia serta
mengandung unsur pemanasan dan pendinginan. Di dalam senam rematik
untuk lansia sudah mengandung unsur yang melibatkan kontraksi otot
yang dinamis dan melibatkan banyak otot yang dapat meningkatkan
volume curah jantung. Senam rematik memiliki 6 tahapan yaitu pemanan,
latihan persendian, latihan kardio, dan perengangan.

96
Kelebihan senam rematik tidak hanya pada gerakan yang aktif,
berulang, dan mudah dilakukan. Sesudh melakukan gerakan senam
rematik lansia terlihat rileks, nyaman, dan menunjukkan ekspresi wajah
tersenyum. Menurut penelitian Bender et al., (2007), latihan atau senam
dalam hal ini termasuk senam rematik memiliki dampak psikologis
langsung yakni membantu memberi perasaan santai, mengurangi
ketegangan, dan meningkatkan perasaan senang karena saat senam
kelenjar pituitri menambah produksi atau meningkatkan level beta-
endorfin. Hal ini didukung oleh Nursalam dan Kurniawati (2014), selain
produksi beta-endorfin, senam juga meningkatkan aktivitas penyaluran
saraf didalam otak yaitu peningkatan neurotransmitter parasimpatis
(norepinephrine, dopamine dan serotonin). Peningkatan konsentrasi beta-
endorfin di dalam darah dan saraf parasimpatis menurunkan denyut
jantung dan denyut nadi sehingga menyebabkan nyeri yang memunculkan
kekakuan sendi berkurang.
2. Tujuan
2.1 Tujuan umum
Setelah di beri latihan senam rematik, diharapkan peningkatan
mobilitas fisik lansia, berkurangnya keluhan nyeri pada sendi, dan
peningkatan kognitif pada lansia
2.2 Tujuan khusus
a. Lansia mengalami peningkatan mobilitas fisik
b. Tidak terjadi kekakuan sendi
c. Mengurangi rasa nyeri yang muncul
d. Meningkatkan fungsi kognitif
B. Plan of Action
1. Rencana strategis
Lansia dikumpulkan di lapangan tengah membentuk barisan dari depan ke
belakang, lalu instrukstur berada di depan menghadap para lansia. Senam
ini dilakukan untuk para lansia yang sering mengalami nyeri pada sendi.
2. Tindakan
a. Berkordinasi dengan bagian keperawatan Griya Werdha, Kepala
UPTD, pembimbing akademik
b. Menyiapkan peralatan dan tempat
c. Menjelaskan tujuan kegiatan senam
3. Pengorganisasian kelompok
a. Penanggung jawab kegiatan: Fitriana Nur Aidah S.Kep, Febriana
Permita Sari S.Kep, Eva Dwi Agustin S.Kep
b. Fasilitator : Semua mahasiswa profesi ners unair yang sedang bertugas
4. Sasaran
Lansia yang memiliki masalah gangguan kognitif dan nyeri sendi
berdasarkan hasil skrining di Griya Werdha

97
5. Metode
Acara dimulai dengan mengajak lansia untuk berkumpul di lapangan
tengah, kemudian lansia yang dapat berdiri di taruh barisan depan lalu ke
belakang, lansia yang tidak dapat berdiri diberi kursi di barisan samping,
setiap baris akan disi oleh 1 mahasiswa sebagai fasilitator. Kemudian acara
dimulai dengan pemanasan dilanjutkan dengan senam rematik. Tahapan
gerakan pada senam rematik ada 25 gerakan persendian dengan irama
114/menit (Allegretto), antara lain:
a. Kaki kiri dibuka selebar bahu kedua telapak kaki sejajar dan kedua
tangan diletakkan di pinggang, kepala menoleh ke kiri dan ke kanan,
lalu kepala ditundukkan ke depan dan kebelakang, selanjutnya
miringkan kepala ke kiri dan ke kanan, lalu memutar kepala (bagian
leher belakang termasuk bagian yang rawan, sehingga lenturkan sesuai
kemampuan jangan dipaksa).
b. Kedua lengan dijulurkan kedepan setinggi bahu dan pergelangan
tangan di ayunkan ke atas dan ke bawah.
c. Meleturkan pergelangan tangan ke arah badan bersamaan dengan
melenturkan lutut turun naik. Tidak menggunakan tenaga siku, gerakan
telapak tangan harus menghadap kedada, pandangan mata lurus ke
depan.
d. Telapak tangan dilenturkan kedepan, lenturan siku tidak melebihi
ujung jari kaki.
e. Putar bahu ke depan dan ke belakang. Lengan pasif dan hanya
mengikuti gerak bahu berputar, posisi badan tegap tidak membungkuk.
f. Busungkan dada. Gerakan tidak dihentakkan dan siku setinggi bahu.
g. Telapak tangan di lenturkan ke arah bawah. Kedua tangan didepan
dada, jari-jati berhadapan.
h. Lenturkan dengan rentangkan tangan. ayunan rentangan tangan lentur
sesuai dengan irama dan padangan lurus ke depan.
i. Dorong tangan ke atas. Telapak tangan di hadapkan ke atas seperti
mendorong benda ke atas dan jari- jari terbuka
j. Ayukan telapak tangan ke depan lalu putarkan pinggang ke samping
kanan lalu ke kiri, tetapi lutut tidak ikut berputar.
k. Ayukan tangan ke bawah dan posisi siku membentuk L seperti
bermain piano.
l. Kaki kanan majukan ke depan, posisi badan miring ke samping, dan
rentangkan tangan lalu telapak tangan berputar-putar dan sebaliknya.
m. Angkat lutut sesuai kemampuan dan tidak meloncat.
n. Tumit maju ke depan secara bergantian dan mengayun lengan tangan
ke atas posisi siku lurus.
o. Tumit kesamping dan tangan secara bergantian ke atas.

98
p. Lalu kaki di dorong kebelakang dan lengan tangan ke atas secara
bergantian.
q. Kaki dilipat dan lutut kaki tumpuan sedikit di tekuk, pinggang ke atas
di pilin ke samping dan tidak di paksa.
r. Tepuk tangan dan kaki diayunkan ke samping kanan kiri.
s. Tumit diangkat dan kedua ujung kaki tidak terangkat.
t. Jalan ditempat paha diangkat horisontal, lengan di ayun dan telapak
tangan terbuka lurus, jari-jari rapat, pandangan lurus ke depan.
6. Susunan acara
Waktu Kegiatan Pelaksanaan
Pelaksanaan

Minggu, 20 Januari Senam Rematik Mengelompokkan lansia


2019 Lansia sesuai kemampuan
06.30-07.30 kemudian mengajak
senam rematik

7. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Kesiapan Materi
2) Kesiapan pre planning
3) Peserta bersedia mengikuti senam rematik
b. Evaluasi Proses
1) Kegiatan dilakukan tepat waktu
2) Peserta antusias terhadap kegiatan acara
3) Suasana kegiatan tertib
4) Tidak ada peserta yang menolak
c. Evaluasi Hasil
1) Lansia menyatakan senang dengan senam yang diadakan
2) Lansia menunjukkan keadaan yang rileks
3) Lansia menyatakan nyeri berkurang
Surabaya, 21 Januari 2019
Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073
Mengetahui,

Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

99
RESUME KEGIATAN
SENAM REMATIK
Hari/Tanggal : Rabu, 23 Januari 2019
Tempat : UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Waktu : 10.00 WIB
Kegiatan : Senam Rematik
a. Acara Diikuti Oleh :
1. Mbah aisyah (kamar teratai)
2. Mbah markamah (kamar teratai)
3. Mbah murtiningrum (kamar anggrek)
4. Mbah habibah (kamar mawar)
5. Mbah mursamah (kamar anggrek)
6. Mbah aminah (kamar mawar)
7. Mbah pranti (kamar anggrek)
8. Mbah saenah (kamar mawar)
9. Mbah leginem (kamar mawar)
10. Mbah kasmi (kamar teratai)
11. Mbah sumidjah (kamar mawar)
12. Mbah utari (kamar teratai)
13. Mbah anik (kamar teratai)
14. Mbah harmadi (kamar melati)
15. Mbah gusti (kamar melati)
16. Mbah sunarti (kamar teratai)
17. Mbah yuli (kamar anggrek)
18. Mbah sugiarti (kamar teratai)
19. Mbah sudarto (kamar melati)
b. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu Kegiatan Pelaksanaan
Rabu, 23 Januari 2019 Senam Rematik Semua Anggota
10.00 WIB Kelompok C2 yang
berdinas shift pagi pada
hari pelaksanaan
c. Evaluasi Kegiatan
I. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan Materi
Peralatan yang diperlukan :
- Sound system
- Video senam
b. Kesiapan Pre Planning
Peralatan sudah siap H-1.
c. Peserta Yang Hadir
Jumlah peserta yang hadir ada 19 orang

100
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan
b. Suasana Kegiatan berjalan tertib semarak antusias dan lancar tanpa
hambatan dan peserta bersedia mengikuti kegiatan hingga akhir
c. Tidak ada peserta yang menolak berpartisipasi dalam kegiatan ini
3. Evaluasi Hasil
Selama pelaksanaan kegiatan senam rematik semua lansia merasa sangat
senang dan antusias sekali dalam melakukan gerakan senam rematik
SKALA NYERI SEBELUM DAN SESUDAH SENAM REMATIK
23 JANUARI 2019
NO
Pre Post
1 4 3
2 6 4
3 7 4
4 5 3
5 5 2
6 6 4
7 6 3
8 6 3
9 4 2
10 5 2
11 7 4
12 6 5
13 6 4
14 8 5
15 7 3
16 6 3
17 5 2
18 4 2
19 4 2
Surabaya, 22 Januari 2019
Ketua
Elvanda Vandina Romanda, S.Kep
NIM. 131813143073
Mengetahui,
Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

101
PELAKSANA KEGIATAN
Hari : Rabu, 23 Januari 2019
a. Ketua sie rekreasi dan olahraga : Febriana Permita Sari, S.Kep
b. Ketua proker : Febriana Permita Sari, S.Kep
c. Fasilitator : Fitriana Nur Aida, S.Kep
d. Pelaksana : Elyta Zuliyanti, S.Kep
Intan Rulinitasari, S.Kep
Elisa Maria Wahyuni, S.Kep
Evi Nur Laili R.K, S.Kep

DOKUMENTASI

102
PRE PLANNING
TERAPI PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR)
Hari/Tanggal : Jumat, 18 Januari 2019
Tempat : Griya Werdha Kota Surabaya
Waktu : 15.00-15.45 WIB
Kegiatan : Terapi Progressive Muscle Relaxation (PMR)
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Proses menua adalah proses sepanjang hidup, tidak dimulai dari waktu
yang pasti seperti misalnya sejak umur 55 tahun atau umur 60 tahun atau sejak
umur 65 tahun sebagai batas umur usia lanjut tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Proses menua merupakan suatu proses perkembangan yang
dimulai sejak kehidupan janin, berkembang ke kehidupan bayi, balita, ank-
anak, remaja, dewasa muda, dewasa tua dan akhiirnya proses menua ini akan
sampai pada segmen akhir kehidupan.
Waktu seseorang memasuki masa usia lanjut, terjadi berbagai perubahan
baik yang bersifat fisik, mental, maupun sosial. Jadi, memasuki usia lanjut
tidak lain adalah upaya penyesuaian terhadap perubahan-perubahan tersebut.
Sebagai proses alamiah, perkembangan manusia sejak periode awal hingga
masa usia lanjut merupakan kenyataan yang tidak bisa dihindari. Perubahan-
perubahan menyertai proses perkembangan termasuk ketika memasuki masa
usia lanjut. Ketidaksiapan dan upaya melawan perubahan-perubahan yang
dialami pada masa usia lanjut justru akan menempatkan individu usia ini pada
posisi serba kalah yang akhirnya hanya menjadi sumber akumulasi stress dan
frustasi belaka (Indriata, 2008).
Tahun 2005 lansia di Indonesia berjumlah 17,7 juta jiwa atau 7,97%.
Diperkirakan pada tahun 2010 akan meningkat menjadi 19,9 juta jiwa atau
8,48% dari total penduduk Indonesia. Jumlah penduduk lanjut usia di dunia
pada tahun 2007 sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541
pada tahun 2009 Jumlah penduduk lanjut usia di indonesia pada tahun 2006
sebesar 19 juta jiwa atau 8,9% dengan usia harapan hidup 66,2 tahun dan pada
tahun 2010 meningkat sebesar 23,9 juta jiwa atau 9,77% dengan usia harapan
hidup 67,4 tahun sedangkan pada tahun 2015 sendiri jumlah lanjut usia
diperkirakan mencapai 24,5 juta orang (Badan Pusat Statistik, 2010).
Usia lanjut dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh
penderitaan berbagai dengan masa penyakit dan keudzuran serta kesadaran
bahwa setiap orang akan mati, maka kecemasan akan kematian menjadi
masalah psikologis yang penting pada lansia, khususnya lansia yang
mengalami penyakit kronis. Pada orang lanjut usia biasanya memiliki
kecenderungan penyakit kronis (menahun/berlangsung beberapa tahun) dan
progresif (makin berat) sampai penderitanya mengalami kematian.
Kenyataannya, proses penuaan dibarengi bersamaan dengan menurunnya daya

103
tahan tubuh serta metabolisme sehingga menjadi rawan terhadap penyakit,
tetapi banyak penyakit yang menyertai proses ketuaan dewasa ini dapat
dikontrol dan diobati. Masalah fisik dan psikologis sering ditemukan pada
lanjut usia. Faktor psikologis diantaranya perasaan bosan, keletihan atau
perasaan depresi (Nugroho, 2008).
Orang usia lanjut, gangguan depresif merupakan suasana alam perasaan
yang utama pada orang usia lanjut dengan penyakit fisik krinik dan kerusakan
fungsi kognitif yang disebabkan oleh adanya penderitaan,disabilitas, perhatian
keluarga yang kurang serta bertambah buruknya penyakit fisik yang banyak
dialaminya (Blazer, 2003). Selain itu proses-proses sehubungan dengan
ketuaan dan penyakit fisik yang dialaminya akan mempengaruhi integritas
jalur frontostriatal, amygdale, serta hypocampus, dan meningkatkan
kerentanan untuk depresi atau stres.(Alexopoulos, 2002).
Mengurangi stress yang muncul dalam diri setiap individu, yang pertama
dan utama adalah mengetahui penyebab timbulnya stress. Dengan mengetahui
penyebabnya, akan mempermudah dalam menentukan cara mengurangi stress
yang muncul pada diri individu.Latihan relaksasi. Relaksasi sangat diperlukan
baik secara fisik maupun psikis. Bagi olahragawan yang mengandalkan
aktifitas fisik perlu melakukan massage secara rutin. Hal itu dimaksudkan
untuk mengembalikan dan memperlancar simpul syaraf yang tidak dalam
posisinya pada saat berolahraga.
Menurut Lake (2004) Relaksasi otot progresif adalah salah satu metode
untuk membantu menurunkan tegangan sehingga otot tubuh menjadi rilek.
Relaksasi otot progresif bertujuan menurunkan kecemasan, stres, otot tegang
dan kesulitan tidur. Relaksasi bertujuan menurunkan sistem saraf simpatis,
meningkatkan aktifitas parasimpatis, menurun kan metabolisme, menurunkan
tekanan darah dan denyut nadi, menurunkan konsumsi oksigen. Relaksasi
memberikan aktivitas yang berlawanan dengan efek terus menerus yang
negatif dari stres kronis. Beberapa berubahan akibat teknik relaksasi adalah
menurunkan tekanan darah, menurunkan frekuensi jantung, mengurangi
distimia jantung, mengurangi kebutuhan oksigen dan konsumsi oksigen,
mengurangi ketegangan otot, menurunkan laju metabolik, meningkatkan
gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar, tidak memfokuskan
perhatian dan rileks, meningkatkan kebugaran, meningkatkan konsentrasi dan
memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stressor (Perry & Poter, 2005).
2. Tujuan
2.1 Tujuan umum
Setelah di berikan penyuluhan mengenai Progressive Muscle
Relaxation(PMR) dapat mengurangi kecemasan.
2.2 Tujuan khusus
a. Meningkatkan kualitas tidur lansia
b. Mengurangi kecemasan

104
B. Plan of Action
1. Materi
1) Definisi
Progressif Muscle Relaxation (PMR) adalah Salah satu teknik
dalam terapi perilaku untuk mengurangi ketegangan, kecemasan,
dan nyeri.Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh
berespon pada kecemasan yang merangsang pikiran dan kejadian
dengan ketegangan otot, oleh karena itu dengan adanya relaksasi
otot progresif yang bekerja melawan ketegangan fisiologis yang
terjadi sehingga kecemasan bisa teratasi ( Davis dkk, 1995).
2) Tujuan
a) Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan
punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju
metabolic.
b) Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen
c) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien
sadar dan tidak memfokuskan perhatian serta relaks
d) Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi;
e) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress
f) Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme
otot, fobia ringan, gagap ringan, dan
g) Membangun emosi positif dari emosi negative.
3) Manfaat
a) Meningkatkan kualitas hidup pasien.
b) Merilekskan otot yang tegang, relaksasi saluran pencernaan dan
kardiovaskular sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi
normal, sakit kepala menjadi hilang, pencernaan menjadi
normal
c) Menurunkan kecemasan, menghilangkan depresi, mengatasi
kesulitan tidur dan menghilangkan insomnia
4) Indikasi
a) Klien lansia yang mengalami gangguan tidur (insomnia).
b) Klien lansia yang sering mengalami stress
c) Klien lansia yang mengalami kecemasan.
d) Klien lansia yang mengalami depresi.
5) Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
a) Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat
melukai diri sendiri.
b) Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot
relaks.
c) Perhatikan posisi tubuh. Lebih nyaman dengan mata tertutup.
Hindari dengan posisi berdiri.

105
d) Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
e) Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian
kiri dua kali.
f) Memeriksa apakah klien benar-benar relaks.
g) Terus-menerus memberikan instruksi.
h) Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu
lambat.
2. Rencana strategis
Lansia dikumpulkan di Alula dan diarahkan untuk duduk dengan rapi
menghadap kedepan, lalu terapis berada di depan menghadap para
lansia. Terapi ini diberikan untuk para lansia yang mengalami depresi /
kecemasan.
3. Tindakan
a. Berkordinasi dengan bagian keperawatan Griya Werdha, Kepala
UPTD, pembimbing akademik
b. Menyiapkan peralatan dan tempat
c. Menjelaskan tujuan kegiatan penyuluhan
4. Pengorganisasian kelompok
a. Penanggung jawab kegiatan: Haris Arganata, S.Kep Indah
Febriana, S.Kep, Emha Rafi Pratama, S.Kep.
b. Fasilitator : Semua mahasiswa profesi ners unair yang sedang
bertugas
5. Sasaran
Lansia yang mengalami depresi / kecemasan berdasarkan hasil
skrining di Griya Werdha
6. Metode
Acara dimulai dengan mengajak lansia dikumpulkan di Aula dan
diarahkan untuk duduk dengan rapi menghadap kedepan, lalu terapis
berada di depan menghadap para lansia. Terapi ini diberikan untuk
para lansia yang mengalami depresi / kecemasan.Kemudian acara
dimulai dengan menjelaskan menganai Progressive Muscle Relaxation
(PMR) oleh terapis.
Langkah-langkah:
1) Gerakan ini selama 4 hitungan.
Tutup mata dan ambil nafas dengan perut. Lakukan Hembuskan
nafas lewat mulut secara perlahan-lahan. Lakukan gerakan ini
selama 4 hitungan.

106
2) Menggenggam jari – jari tangan. Lakukan gerakan ini selama 4
hitungan
Merelaksasikan otot telapak tangan dengan membuka jari–jari
tangan. Lakukan gerakan ini selama 4 hitungan.

3) Merelaksasikan otot tangan dengan menekuk siku – siku tangan.


Lakukan gerakan ini selama 4 hitungan.

107
4) Meregangkan otot bahu dengan menarik ke atas. Lakukan gerakan
ini selama 4 hitungan.

5) Mengencangkan otot wajah. Lakukan gerakan ini selama 4


hitungan.

Merelaksasikan otot wajah dengan tersenyum. Lakukan


gerakan ini selama 4 hitungan.

108
6) Menggerakkan otot kepala ke atas. Lakukan gerakan ini selama 4
hitungan.

7) Menggerakkan otot kepala ke bawah sampai menempel dagu.


Lakukan gerakan ini selama 4 hitungan.

8) Regangkan kaki dengan menekuk telapak kaki s/d hitungan ke 4.

109
Lalu relakskan dengan meluruskan telapak kaki.

9) Tarik nafas dalam dan tahan perut s/d hitungan ke 4. Kemudian


hembuskan melalui mulut sambil membuka mata.

110
7. Susunan acara
Waktu Kegiatan Pelaksanaan
Pelaksanaan

Jumat, 18 Januari Terapi Mengelompokkan lansia


2019 Progressive yang mengalami depresi /
15.00-15.45 WIB Muscle kecemasan
Relaxation
(PMR)
8. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
a) Kesiapan Materi
b) Kesiapan pre planning
c) Peserta bersedia mengikuti senam rematik
b. Evaluasi Proses
a) Kegiatan dilakukan tepat waktu
b) Peserta antusias terhadap kegiatan acara
c) Suasana kegiatan tertib
d) Tidak ada peserta yang menolak
c. Evaluasi Hasil
1. Lansia tidak mengalami kesulitan tidur
2. Lansia menyatakan badannya lebih bugar

111
9. Setting tempat

ITerapis

: Peserta : Fasilitator

DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulos, G.S.: Frontostriatal and Limbic Dysfunction in Late Life
Depression; The American Journal of Geriatric Psychiatry.
Badan Pusat Statistik. 2010. Data Statistik Indonesia: Jumlah penduduk
menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi dan Kabupaten/Kota 2010.
Blazer, D.G.: Depression in late life: Review and Commentary; the
Journals of Gerontology: Mar 2003; 58A,3.
Indriana, Y. (2008). Gerontologi: Memahami Kehidupan Usia Lanjut.
Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.
Lake, David. 2004. Stress: How to Cope with Pressure. Singapore:
TheSingapore Women’s WeeklyHealth Series.
Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Potter, PA. Dan Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktik, E/4, Vol 2. EGC, Jakarta.

Surabaya, 21 Januari 2019


Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073
Mengetahui,

Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

112
RESUME KEGIATAN
TERAPI PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR)
Hari/Tanggal : Rabu/23 Januari 2019
Tempat : UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Waktu : 16.30 WIB
Kegiatan : Terapi Progressive Muscle Relaxation (PMR)
A. Acara Diikuti Oleh :
20 orang lansia UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
B. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu Kegiatan Pelaksanaan
Rabu, 23 Januari 2019 Terapi Progressive Semua Anggota
16.30 WIB Muscle Relaxation (Pmr) Kelompok C2 yang
berdinas shift siang pada
hari pelaksanaan

C. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a) Kesiapan Materi
Persiapan alat :
- LCD
- Laptop
- Video Gerakan PMR
- Sound system
- Microphone
b) Kesiapan pre planning
Persiapan kegiatan dilakukan pada H-1
c) Peserta bersedia mengikuti terapi PMR
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan
b. Suasana Kegiatan berjalan tertib semarak antusias dan lancar tanpa
hambatan dan peserta bersedia mengikuti kegiatan hingga akhir
d. Tidak ada peserta yang menolak berpartisipasi dalam kegiatan ini
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan Terapi Progressive Muscle Relaxation (PMR), lansia
megatakan badan terasa lebih bugar jika langkah-langkah dilakukan
dengan benar.

113
Surabaya, 22 Januari 2019
Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073

Mengetahui,
Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns.,


M.Kep
NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

PELAKSANA KEGIATAN
Hari : Rabu, 23 Januari 2019
Haris Arganata, S.Kep
Elfira Fitria R, S.Kep
Indah febriana, S.Kep
Irsa Alfiani, S.Kep
Iftitakhur R, S.Kep
Gilang Dwi K, S.Kep
Kartika H, S.Kep
Faizah Mauidiyah, S.Kep
Elvanda Vandina R, S.Kep
Lucy Kartika, S.Kep
Latansa Hayyil I, S.Kep
Lailaturohmah, S.Kep
Elsa Yunita M, S.Kep

114
DOKUMENTASI

115
SATUAN ACARA KEGIATAN

Bidang Studi : Keperawatan Gerontik


Tema : Persekutuan Doa
Sasaran : Lansia yang beragama Kristen-Katolik di UPTD Panti Werdha
Jambangan Surabaya.
Tempat : Ruang UPTD Panti Werdha Jambangan Surabaya
Hari/Tanggal : Sabtu, 19 Januari 2019 (Pukul 10.00 WIB) dan Minggu, 20
Januari 2019 (Pukul 16.30)

A. Tujuan Instruksional Umum


Menurunkan dan mencegah terjadinya depresi pada lansia yang beragama
Kristen-katolik di UPTD Panti Werdha Jambangan Surabaya.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan kegiatan Kebaktian Kelompok Besar selama 30 menit
diharapkan:
1. Penurunan tingkat depresi pada lansia
2. Lansia dapat terdistraksi akan kesedihan mereka.
3. Risiko terjadinya depresi pada lansia dapat diminimalisir
4. Lansia dapat lebih meningkatkan nilai spiritual dan mendekatkan diri
dengan Tuhan Yang Maha Esa
C. Metode Pembelajaran
Ketrampilan
D. Pelaksanaan
Penanggung
No. Waktu Kegiatan peserta
Jawab
1. 5 menit Pembukaan:
1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan
Elisa Maria
salam
Wahyuni,
2. Memperkenalkan diri
S.Kep
3. Menjelaskan tujuan dari kegiatan
4. Mengontrak waktu
2. 30 Pelaksanaan: Elisa Maria
menit Menyanyikan pujian rohani Kristen Wahyuni,
Mendengarkan khotbah S.Kep
3. 20 Pelaksanaan: Elisa Maria
menit Melakukan sharing kehidupan lansia Wahyuni,
S.Kep
3. 5 menit Terminasi: Elisa Maria
1. Mengucapkan terima kasih Wahyuni,
2. Mengakhiri dengan salam S.Kep

E. Pengorganisasian
2. Moderator :Natalia Haris Krisprimada, S.Kep
3. Dokumentasi : Elyta Zuliyanti, S.Kep
4. Pembimbing : Mbak Anne, Mas Noki, Mas Benny

116
F. Setting Tempat

Peserta Moderator
Peserta

Peserta Pembimbing Peserta

Peserta Peserta

117
G. Uraian tugas
Moderator : Membuka dan memimpin jalanya acara dimulai dari
pembukaan, penentuan jalannya kegiatan inti, evaluasi
dan terminasi.
Notulen : Membuat catatan singkat tentang jalannya kegiatan dan
merangkum isi kegiatan secara tertulis
Fasilitator : Memfasilitasi jalannya acara dan memotivasi peserta
serta lansia lain untuk ikut serta dalam kegiatan.
Pengamat : Mengobservasi jalannya acara dari awal sampai akhir,
mengobservasi performa setiap anggota
pengorganisasian, dan mengobservasi keantusiasan
peserta.
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Lansia mengikuti kegiatan ibadah kelompok besar dengan baik
b. Penyelenggaraan kegiatan dilakukan oleh mahasiswa keperawatan
c. Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
2. Evaluasi Proses
a. Lansia aktif terhadap kegiatan ibadah kelompok besar
b. Lansia tidak meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung.
c. Lansia terlibat aktif dalam kegiatan.
3. Evaluasi Hasil
Lansia mampu membangun hubungan pribadi yang kuat dengan Tuhan dan saling
menguatkan iman dengan sesama lansia lainnya.
Surabaya, 15 Januari 2019
Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073

Mengetahui,
Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns., M.Kep


NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

118
RESUME KEGIATAN
PERSEKUTUAN DOA
Hari/Tanggal : Minggu, 20 Januari 2019
Tempat : UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Waktu : 17.00 WIB
Kegiatan : Persekutuan Doa
A. Acara Diikuti Oleh :
1. Opa Otto
2. Opa Ongko
3. Opa Bambang
4. Opa Suroso
5. Opa Nicholas
6. Opa Sadikun
7. Oma Sara
8. Oma Yuliana
9. Oma Yatemi
10. Oma Riani
11. Oma Leginem
B. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu Kegiatan Pelaksanaan
Minggu, 20 Januari 2019 Persekutuan Doa Semua Anggota
17.00 WIB Kelompok C2 yang
berdinas shift sore pada
hari pelaksanaan
C. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan Materi
Peralatan yang diperlukan :
- Alkitab
b. Kesiapan Pre Planning
Peralatan sudah siap H-1.
c. Peserta Yang Hadir
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan
b. Suasana Kegiatan berjalan tertib semarak antusias dan lancar tanpa
hambatan dan peserta bersedia mengikuti kegiatan hingga akhir
c. Tidak ada peserta yang menolak berpartisipasi dalam kegiatan ini
3. Evaluasi Hasil
Selama pelaksanaan kegiatan persekutuan doa semua lansia merasa
sangat sukacita dan antusias sekali

119
Surabaya, 22 Januari 2019
Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073

Mengetahui,
Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns.,


M.Kep
NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

PELAKSANA KEGIATAN
Hari : Minggu, 20 Januari 2019
e. Ketua sie kerohanian : Faizah Maulidiyah, S.Kep
f. Ketua proker : Elisa Maria Wahyuni, S.Kep
g. Fasilitator : Elisa Maria Wahyuni, S.Kep
h. Pelaksana : Elisa Maria Wahyuni, S.Kep

DOKUMENTASI

120
RESUME KEGIATAN
PERSEKUTUAN DOA
Hari/Tanggal : Senin, 21 Januari 2019
Tempat : UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Waktu : 18.00 WIB
Kegiatan : Persekutuan Doa
A. Acara Diikuti Oleh :
1. Opa Otto
2. Opa Ongko
3. Opa Bambang
4. Opa Nicholas
5. Opa Sadikun
6. Oma Sara
7. Oma Yatemi
8. Oma Riani
9. Oma Leginem

B. Pelaksanaan Kegiatan
Waktu Kegiatan Pelaksanaan
Senin, 21 Januari 2019 Persekutuan Doa Semua Anggota
18.00 WIB Kelompok C2 yang
berdinas shift sore pada
hari pelaksanaan

C. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan Materi
b. Peralatan yang diperlukan: Alkitab
c. Kesiapan Pre Planning
Peralatan sudah siap H-1.
d. Peserta Yang Hadir
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan
Pelaksanaan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan
b. Suasana Kegiatan berjalan tertib semarak antusias dan lancar tanpa
hambatan dan peserta bersedia mengikuti kegiatan hingga akhir
c. Tidak ada peserta yang menolak berpartisipasi dalam kegiatan ini
3. Evaluasi Hasil
Selama pelaksanaan kegiatan persekutuan doa semua lansia merasa sangat
sukacita dan antusias sekali

121
Surabaya, 22 Januari 2019
Ketua

Elvanda Vandina Romanda, S.Kep


NIM. 131813143073

Mengetahui,
Kepala UPTD GriyaWerdha Pembimbing Akademik

Septarti Hendartini, S. Sos Rista Fauziningtyas, S.Kep. Ns.,


M.Kep
NIP. 19660918198901200 NIP. 198707172015042002

PELAKSANA KEGIATAN
Hari : Senin, 21 Januari 2019
a. Ketua sie kerohanian : Faizah Maulidiyah, S.Kep
b. Ketua proker : Elisa Maria Wahyuni, S.Kep
c. Fasilitator : Elisa Maria Wahyuni, S.Kep
d. Pelaksana : Elisa Maria Wahyuni, S.Kep

DOKUMENTASI

122

Anda mungkin juga menyukai