Anda di halaman 1dari 127

PROPOSAL SKRIPSI

PERBEDAAN PEMBERIAN “SEMETON”


(SENAM DISMENORE TOLAK NYERI) DAN KOMPRES
HANGAT DENGAN HEAT PAD TERHADAP PENURUNAN
TINGKAT NYERI DISMENORE REMAJA PUTRI DI
LINGKUNGAN SEMBALUN TANJUNG KARANG

Disusun untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Program


Pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan Jurusan
Kebidanan Tahun Akademik 2022/2023

OLEH

Baiq Dhiya Salsabila


NIM : P07124122004A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MATARAM
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL SKIRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Program Sarjana
Terapan Kebidanan (Str. Keb) Kesehatan Jurusan Kebidanan
Tahun Akademik 2022/2023

Oleh :

BAIQ DHIYA SALSABILA


NIM. P07124122004A

Mataram, 2023

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Baiq Yuni Fitri Hamidiyanti, S.SiT., M. Keb. Mutiara Rachmawati Suseno, M. Keb.
NIP : 198606152008122005 NIP : 198406222012122001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Dipertahankan didepan Tim penguji Skripsi Politeknik Kesehatan


Kemenkes Mataram Jurusan Kebidanan dan Diterima untuk
Menyelesaikan Program Pendidkan Sarjana Terapan
Kebidanan Jurusan Kebidanan
Tahun Akademik 2022/2023

Mengesahkan
Ketua Jurusan Kebidanan

Dr. Sudarmi,SST.,M.Biomed
NIP.198012282001122001

Ketua Penguji
1. Fitra Arsy Nur Coryah, SST., M. Keb
NIP.198605252008012001

Penguji l
2. Mutiara Rachmawati Suseno, M. Keb.
NIP : 198406222012122001

Penguji II
3. Baiq Yuni Fitri Hamidiyanti, S.SiT., M. Keb.
NIP :
198606152008122005

Tanggal Lulus :

iii
HALAMAN PERNYATAAN

PLAGIASI SKRIPSI

Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Mataram, saya yang


bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Baiq Dhiya Salsabila
NIM : P07124122004A
Program Studi : Sarjana Terapan Kebidanan
Jurusan : Kebidanan
Dengan ini menyatakan skripsi yang berjudul :
“Perbedaan Pemberian “Semeton” (Senam Dismenore Tolak Nyeri) dan
Kompres Hangat dengan Heat Pad Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Dismenore Remaja Putri Di Lingkungan Sembalun Tanjung Karang”.

Adalah benar-benar hasil rancangan, tulisan dan pemikiran saya sendiri,


dan bukan merupakan hasil plagiat atau menyalin, atau menyadur karya
ilmiah orang lain baik berupa artikel, skripsi, tesis, maupun disertasi.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, jika
dikemudian hari ternyata terbukti bahwa Skripsi yang saya tulis adalah
hasil plagiat maka saya bersedia menerima sanksi apapun atas perbuatan
saya dan bertanggung jawab secara mandiri tanpa ada sangkut pautnya
dengan Dosen Pembimbing dan Institusi Poltekkes Kemenkes Mataram.

D
i buat di :
P
ada tanggal:
Y
ang menyatakan,

iv
(Baiq
Dhiya Salsabila)

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke

hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat,

karunia serta inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

“Perbedaan Pemberian “Semeton” (Senam

Dismenore Tolak Nyeri) dan Kompres Hangat

dengan Heat Pad Terhadap Penurunan Tingkat

Nyeri Dismenore Remaja Putri Di Lingkungan

Sembalun Tanjung Karang” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih

kepada:

1. Bapak Moh. Amin, selaku Kepala Lingkungan

Sembalun

2. Bapak dr. Yopi Harwinanda Ardesa, M. Kes.,

selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes

Mataram

3. Ibu Dr. Sudarmi, SST., M. Biomed, selaku Ketua

Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Mataram

4. Ibu Imtihanatun Najahah, SST,.M.Kes ,selaku

Ketua Prodi D-IV Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Mataram

vi
5. Ibu Baiq Yuni Fitri Hamidiyanti, SSiT., M.

Keb. ,selaku pembimbing utama yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada para

penulis sehingga Proposal ini dapat

terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Mutiara Rachmawati Suseno, M.

Keb. ,selaku pembimbing pendamping yang

telah banyak juga memberikan masukan

terhadap penulisan Proposal ini.

7. Yang penulis cintai dan Hormati, yakni kepada

kedua orang tua yang sudah bersusah payah

dan mendukung saya serta memberikan

motivasi yang tiada hentinya.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsil ini masih

banyak kekurangannya, oleh karena itu saran

dan kritik yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Demikian, semoga skripsi ini bisa bermanfaat

dan menambah wawasan bagi penulis dan para

pembaca pada umumnya.

vii
Mataram

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................II

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................III

HALAMAN PERNYATAAN PLAGIASI SKRIPSI....................................IV

KATA PENGANTAR...................................................................................V

DAFTAR ISI...............................................................................................VII

DAFTAR TABEL......................................................................................VIII

DAFTAR GAMBAR....................................................................................IX

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A Latar belakang masalah.....................................................................1

B Rumusan masalah..............................................................................5

C Tujuan penelitian.................................................................................6

D Manfaat penelitian...............................................................................7

E Hipotesis penelitian.............................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................9

A Pemberian Senam Dismenore dan Kompres Hangat........................9

B Penurunan Tingkat Nyeri Dismenore Remaja Putri..........................30

C Kerangka Teoritis..............................................................................52

D Kerangka Konsep.............................................................................53

ix
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................41

A Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................41

B Rancangan Penelitian.......................................................................41

C Instrument Penelitian........................................................................42

D Populasi dan Sampel........................................................................43

E Variabel Penelitian............................................................................44

F Definisi Operasional..........................................................................45

G Jenis dan Cara Pengumpulan Data..................................................46

H Alur Penelitian...................................................................................47

I Cara Pengolahan dan Analisa Data.................................................48

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................59

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Suhu Kompres Panas dan Dingin……………………………… 21


Tabel 3.1 Desain Penelitian………………………………………………… 36

Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian………………………………… 39

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gerakan Pemanasan ……………………………………………… 13

Gambar 2.2 Gerakan Inti……………………………………….......................... 14

Gambar 2.3 Gerakan Pendinginan………………………………………........... 15

Gambar 2.4 Skala Nyeri NRS……………………………………………………. 21

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pada saat menstruasi, beberapa gangguan masalah sering

terjadi, salah satu gangguan pada saat menstruasi disebut

Dismenore. Dampak dari dismenore selain menganggu aktivitas

sehari – hari dan menurunnya kinerja yaitu mengalami mual, muntah,

dan diare. Masih banyak wanita yang menganggap nyeri haid sebagai

hal yang biasa, mereka beranggapan 1 – 2 hari sakitnya akan hilang.

Padahal nyeri haid bisa menjadi tanda dan gejala suatu penyakit

misalnya endometritis yang bisa mengakibatkan sulitnya mendapat

keturunan (Wiknjosastro, 2014).

Menurut data dari WHO tahun 2018 bahwa angka kejadian

dismenorea di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50%

perempuan di setiap negara mengalami dismenorea primer(Chayati,

2019). Prevalensi dismenore di setiap negara berbeda-beda.

Prevalensi di Amerika Serikat kurang lebih sekitar 85%, di Italia

sebesar 84,1% dan di Australia sebesra 80%. Prevalensi rata-rata di

Asia kurang lebih sekitar 84,2% dengan spesifikasi 68,7% terjadi di

Asia Timur laut, 74,8% di Asia Timur Tengah, dan 54,0% di Asia Barat

laut. Prevalensi di negara-negara Asia Tenggara juga berbeda, angka

1
2

kejadian di Malaysia mencapai 69,4%, Thailand 84,2%. Angka

kejadian dismenore di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari

54,89% mengalami dismenore primer dan 9,36% mengalami

dismenore sekunder (Lubis, 2018)

.Angka kejadian dismenore di Indonesia 64,25% terdiri dari

54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder.( Tsamara,

Gina dkk, 2020 ). Di NTB didapatkan 1,07 % - 1,31 % dari jumlah

penderita disminorea datang kebagian kebidanan ( harun riyanto,

2008).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada

remaja putri di TPQ Raudatul Jannah dengan metode kuesioner

didapatkan hasil dimana dari 12 remaja putri yang mengisi kuesioner,

9 diantaranya mengalami nyeri pada perut hingga ke pinggang setiap

kali haid, dan tidak melalukan intervens.

Dismenore bisa terjadi akibat prostaglanding yang dikandung

oleh endometrium berada pada jumlah yang tingggi, hal ini disebabkan

oleh progesterone selama fase luteal pada siklus haid, prostaglandin

mencapai tingkat maksimum pada awal haid, sehingga menyebabkan

kontraksi miometrium yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh

darah, menyebabkan iskemia, disintegrasi endometrium, perdarahan

dan nyeri (Manuaba, 2015). Dismenore dapat menghambat aktivitas

remaja yang berdampak pada penurunan prestasi remaja di sekolah

karena ketidakhadirannya dalam proses pembelajaran. Studi yang lain


3

melaporkan bahwa dismenore menyebabkan 14% remaja sering tidak

masuk sekolah (Perry dan Potter, 2015).

Penanganan nyeri menstruasi terbagi dua kategori yaitu

pendekatan farmakologi dan non farmakologi. Penanganan nyeri

secara farmakologis nyeri menstruasi dapat ditangani dengan terapi

analgesik yang merupakan metode paling umum digunakan untuk

menghilangkan nyeri. Obat analgesik dapat menghilangkan nyeri

dengan efektif namun penggunaan analgesik akan berdampak

ketagihan dan akan memberikan efek samping obat yang berbahaya

bagi penggunanya (Mirbagher, 2013). Akan tetapi terapi farmakologis

memberikan efek samping terhadap saluran cerna yang sering timbul

misalnya dyspepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.

Efek ketidaknyamanan bagi wanita akan timbul bila nyeri haid tidak

diatasi, untuk itu maka perlu metode penanganan yang cukup praktis

dan tidak menimbulkan efek samping yaitu dengan cara non

farmakologis (Maidarti dkk., 2018).

Terapi non-farmakologis berupa kompres hangat, pijatan pada

pinggang, olahraga, nutrisis yang baik. Pijatan pinggang memerlukan

waktu yang lama serta membutuhkan bantuan orang lain, olahraga

merlukan gerakan fisik, dimana olahraga yang dianjurkan untuk

mengurangi nyeri haid antara lain berjalan kaki, lari, senam pilates,

senam aerobic dan senam yoga (Akmarawita dalam Puspitasari dkk,

2017). Adapun nutrisi memerlukan biaya untuk menyediakan


4

makanan yang dapat mengurangi dismenorea. Beberapa zat gizi yang

dapat mengurangi nyeri dismenorea adalah kalsium, magnesium, zink,

folat, sodium dan potassium, serta vitamin A,E, B6, B12 dan C

(Afoakwa dalam Dhilon & Rahmadona, 2020).

Senam dismenore merupakan salah satu bentuk relaksasi yang

sangat dianjurkan. Tujuan dilakukannya senam dismenore adalah

mengurangi dismenore yang dialami oleh beberapa wanita tiap

bulannya (Suparto,2015). Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga

atau senam, tubuh akan menghasilkan hormon endorphin. Endorphin

dihasilkan oleh otak dan susunan saraf tulang belakang. Hormon ini

berperan sebagai obat penenang alami yang diproduksi oleh otak

sehingga menimbulkan rasa nyaman (Haruyama, 2014). Pada

seorang atlet yang teratur berolahraga memiliki tingkat prevalensi

kejadian dismenore lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang

mengalami obesitas, dan pada wanita yang memiliki siklus menstruasi

yang tidak teratur (Laila, 2015).

Pada penelitian yang dilakukan oleh (Nuraisyah dkk., 2021)

mengenai “Pengaruh Senam Dismenore Dan Kompres Hangat

Terhadap Penurunan Nyeri Haid (Dismenore) Pada Remaja Putri Di

Sma N 1 Sorkam Barat”, berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil

p= 0,000 atau p< 0,05 maka ditarik kesimpulan bahwa Senam

dismenore dan kompres hangat dapat menurunkan skala nyeri

dismenore.Kedua intrvensi ini sama-sama efektif dalam menurunkan


5

skala nyeri dimenore bermanfaat atau berpengaruh secara signifikan

pada remaja putri.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Nurpartiwi dkk., 2021)

mengenai “Efektivitas Senam Dismenore Dan Abdominal Stretching

Exercise Terhadap Intensitas Nyeri Haid Pada Remaja Dismenore

Primer” diperolah hasil penelitian bahwa pemberian senam dilakukan

selama 4 hari berturut-turut sebelum menstruasi hari pertama yang

dilakukan pada sore hari dengan durasi 10-15 menit berpengaruh

terhadap penurunan dismenore. Penelitian ini menemukan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.001) pada intensitas nyeri

kelompok senam dismenore dan abdominal stretching exercise.

Kelompok senam dismenore dan abdominal stretching exercise

berada pada intensitas nyeri ringan-sedang sedangkan kelompok

kontrol berada pada intensitas nyeri sedang-berat

Dari uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “ Perbedaan Pemberian “Semeton”

(Senam Dismenore Tolak Nyeri) Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri

Dismenore Remaja Putri Di Lingkungan Sembalun Tanjung Karang”

2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat judul Perbedaan Pemberian “Semeton” (Senam

Dismenore Tolak Nyeri) dan Kompres Hangat dengan Heat Pad

terhadap penurunan nyeri dismenorea?


6

3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Perbedaan Pemberian “Semeton” (Senam

Dismenore Tolak Nyeri) dan Kompres Hangat dengan Heat Pad

terhadap penurunan nyeri dismenorea

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karkteristik responden meliputi usia menarch,

hari datang nyeri haid, dan siklus haid.

b. Mengidentifikasi rata-rata nilai penurunan nyeri dismenorea

sebelum dan setelah pemberian Semeton (Senam Dismenore

Tolak Nyeri) pada kelompok intervensi.

c. Mengidentifikasi rata-rata nilai penurunan nyeri dismenorea

sebelum dan setelah kompres hangat dengan Heat Pad pada

kelompok kontrol.

d. Menganalisis pengaruh pemberian Semeton (Senam

Dismenore Tolak Nyeri) terhadap penurunan nyeri dismenorea

e. Menganalisis pengaruh pemberian kompres hangat dengan

Heat Pad terhadap penurunan nyeri dismenorea


7

4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi dalam

ilmu kebidanan terkait terapi nonfarmakogis yang dapat digunakan

dalam mengatasi nyeri dismenorea.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini dapat menjadikan Semeton (Senam

Dismenore Tolak Nyeri) sebagai alternatif terapi

nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri dismenorea.

b. Bagi institusi

Penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan bagi

instutusi tentang terapi nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri

dismenore yaitu dengan Semeton (Senam Dismenore Tolak

Nyeri)

c. Bagi Remaja

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

remaja mengenai terapi nonfarmakologis yaitu Semeton

(Senam Dismenore Tolak Nyeri) untuk mengatasi nyeri

dismenorea dan dapat diterapkan pada saat mengalami

dismenorea
8

d. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan Senam Dismenore untuk mengatasi nyeri

dismenorea.

5. Hipotesis Penelitian

H0 : tidak ada pengaruh pemberian Semeton (Senam Dismenore

Tolak Nyeri) terhadap penurunan nyeri dismenorea

Ha : terdapat pengaruh pemberian Semeton (Senam Dismenore

Tolak Nyeri) terhadap penurunan nyeri dismenorea


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Pemberian Senam Dismenore dan Kompres Hangat

2. Konsep Senam Dismenore


a. Definisi Senam Dismenore

Senam dismenore adalah senam

yang fokusnya membantu

peregangan seputar otot

perut,panggul dan pinggang, selain

itu senam tersebut dapat

memberikan sensasi rileks yang

berangsur-angsur serta mengurangi

nyeri jika dilakukan secara teratur

(Badriyah &Diati, 2016). Senam

merupakan salah satu teknik relaksasi

yang dapat digunakan untuk

mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan

saat melakukan senam tubuh akan

menghasilkan endhorpin. Endhorpin

adalah neuropeptide yang dihasilkan

tubuh pada saat relaks atau tenang.

Endhorpin dihasilkan di otak dan

susunan syaraf tulang belakang.

9
10

Hormon ini dapat berfungsi sebagai

obat penenang alami yang produki

otak yang melahirkan rasa nyaman

dan mengurangi rasa nyeri pada saat

kontraksi. Sehingga senam akan

efektif dalam mengurangi masalah

nyeri terutama dismenore. (Lina,

2017)

b. Fisiologi Senam Dismenore

Tubuh akan bereaksi saat mengalami stres, sehingga

menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda

pertama yang menunjukkan keadaan stres adalah reaksi

meregangnya otot tubuh individu dipenuhi hormon stres

yang menyebabkan suhu tubuh, detak jantung,

pernapasan dan tekanan darah meningkat. Disisi lain saat

stres, tubuh akan memproduksi hormone adrenalin,

estrogen, progesterone serta prostaglandin yang

berlebihan. Hormon estrogen dapat menyebabkan

peningkatan kontraksi uterus yang berlebihan, sedangkan

hormon progesterone bersifat penghambat kontraksi.

Peningkatan kontraksi yang berlebihan akan

menyebabkan rasa nyeri hormon adrenalin dapat

menyebabkan otot tubuh termasuk otot rahim menjadi


11

tegang sehingga dapat menimbulkan nyeri ketika haid.

Penyebab pasti dismenorea hingga kini belum diketahui

secara pasti (idiopatik), namun beberapa faktor

ditengarai sebagai pemicu terjadinya nyeri menstruasi,

diantaranya faktor psikis (seperti mudah mengalami

emosi yang tidak stabil). Faktor endokrin (Timbulnya

nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim (uterus)

yang berlebihan). Faktor prostaglandin (Nyeri menstruasi

timbul karena peningkatan produksi prostaglandin oleh

dinding rahim saat menstruasi). Anggapan ini mendasari

pengobatan dengan antiprostaglandin untuk meredakan

nyeri menstruasi (Proverawati & Misaroh, 2017).

c. Tujuan Senam Dismenore

Menurut (Nurul, 2012) tujuan senam

dismenore antara lain:

1). Membantu remaja yang mengalami dismenore untuk

mengurangi dan mencegah dismenore.

2). Alternative terapi dalam mengatasi dismenore

3). Intervensi yang nanti dapat diterapkan untuk

memberikan pelayanan asuhan keperawatan bagi

masalah dismenore yang sering dialami remaja

d. Manfaat Senam Dismenore


12

Berikut beberapa manfaat senam

dismenore (Nurul, 2012):

1). Perempuan yang berolahraga

secara rutin dan teratur dapat

meningkatkan sekresi hormon

khususnya estrogen.

2). Senam secara teratur bagi remaja putri pelepasan β-

endorphin ke aliran darah sehingga dapat mengurangi

dismenore, selain itu menjadikan tubuh terasa segar dan

dapat menimbulkan perasaan senang.

3). Senam yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan

jumlah dan ukuran pembuluh darah, yang menyalur ke

seluruh tubuh termasuk organ reproduksi.

4). Meningkatkan volume darah yang mengalir ke tubuh

termasuk organ reproduksi, hal tersebut dapat

memperlancar pasokan oksigen ke dalam tubuh yang

mengalami vasokontriksi, sehingga nyeri haid dapat

berkurang.

5). Senam yang teratur menjadi otot-otot jauh lebih kuat

karena kreatin yang merupakan unsur kimia yang

terdapat dalam otot diaktifkan, sehingga pertumbuhan

otot terpicu, hal ini sangat baik untuk menunjang

pertumbuhan remaja.
13

6). Senam dapat meningkatkan kemampuan otak

berfungsi secara optimal pada remaja, karena senam

dapat merangsang peredaran darah, sehingga dapat

membawa lebih banyak oksigen ke otak, selain itu

produksi neurotransmitter akan terpicu sehingga fungsi

otak dapat terpelihara

7). Memperlancar metabolisme tubuh dan membantu

menurunkan jumlah partikel lemak dalam darah serta

memperlambat aterosklerosis.

e. Teknik Senam Dismenore

Teknik pergerakan senam

dismenore terdiri dari pemanasan inti

dan pendinginan (Nurul, 2012):

1). Gerakan Pemanasan (warming-up)

a) Tarik nafas dalam melalui hidung dan tangan kiri

terangkat. Tahan sampai beberapa detik dan

hembuskan nafas lewat mulut

b) Kedua tangan di samping perut,

tunduk dan tegakkan kepala (8

hitungan 2x)

c) Kedua tangan di samping

perut, patahkan leher ke kiri–

ke kanan (8 hitungan 2x)


14

d) Kedua tangan di samping

perut, tengokkan kepala ke

kanan-kiri (8 hitungan 2x)

e) Putar bahu bersamaan

keduanya (8 hitungan 2x)

Gambar 2.1 Gerakan Pemanasan

(Susanti, 2017)

2). Gerakan Inti

a) Gerak badan I

(1) Berdiri dengan tangan

direntangkan ke samping

dan kaki diregangkan kira-


15

kira sampai 30 cm sampai

35 cm

(2) Bungkukkan ke pinggang

berputar kearah kiri,

mencoba meraba kaki

kiri dengan tangan kanan

tanpa membengkokkan

lutut

(3) Lakukan hal yang sama

dengan tangan kiri

menjamah kaki kanan

(4) Ulangi masing-masing

sebanyak 4x

b) Gerak badan II

(1) Berdirilah dengan tangan

di samping dan kaki

sejajar

(2) Luruskan tangan dan

angkat sampai melewati

kepala. Pada waktu yang

sama tendangkan kaki kiri

dengan kuat ke belakang


16

(3) Lakukan bergantian

dengan kaki kanan

(4) Ulangi empat kali masing-

masing kaki

Gambar 2.2. Gerakan

Inti

(Susanti, 2017)

3). Gerakan pendinginan

a) Lengan dan tangan,

genggam tangan kerutkan

lengan dengan kuat tahan,

lepaskan

b) Tungkai dan kaki, luruskan

kaki (dorsi fleksi), tahan

beberapa detik lepaskan

c) Seluruh tubuh, kontraksikan

atau kencangkan semua otot

sambal nafas dada pelan


17

teratur lalu relaks (bayangkan

hal yang menyenangkan)

Gambar 2.3. Gerakan Pendinginan (Susanti, 2017)

f. Pengaruh Senam Dismenore Terhadap Tingkat Nyeri Haid

Senam dismenore di lakukan pada

minggu ketiga setelah menstruasi

terakhir yang dilakukan dengan durasi

10 menit serta 2 kali sehari selama 3

hari sebelum jadwal menstruasi

dilakukan saat pagi dan sore hari

(Sormin, 2014). Saat melakukan

senam dismenore maka β endorphin

akan keluar dan ditangkap oleh

reseptor di dalam hipotalamus dan

sistem limbik yang berfungsi untuk

mengatur emosi. Peningkatan β

endorphin terbukti berhubungan erat


18

dengan penurunan rasa nyeri,

peningkatan daya ingat, memperbaiki

nafsu makan, kemampuan seksual,

tekanan darah dan pernafasan.

Senam untuk mengatasi dismenore

yaitu senam yang fokusnya membantu

peregangan otot perut, panggul dan

pinggang serta senam sebaiknya

dilakukan sebelum haid, sehingga

senam akan efektif dalam mengurangi

masalah dismenore (Nurul, 2012).

3. Konsep SEMETON ( Senam Dismenore Tolak Nyeri)


a. Definisi

Teknik relaksasi yang

dapat digunakan dalam

mengatasi atau menurunkan nyeri

menstruasi atau dismenore adalah

dengan melakukan senam dismenore

. Senam dismenore adalah senam

yang dilakukan untuk membantu

peregangan pada otot perut,

panggul dan pinggang yang dapat

memberikan perasaan nyaman dan


19

mengurangi nyeri menstruasi

(Nurjanah, 2019). Senam dismenore

merupakan aktivitas fisik berupa

gerakan-gerakan yang dapat

mengurangi nyeri saat haid.

Ketika seseoreng dilakukan

gerakan senam dismenore maka

hormon endorphin yang diproduksi

oleh kelenjar pituitari berfungsi

menjadi analgesik dengan cara

berikatan dengan reseptor opioid pada

kedua pre dan post sinaps terminal

saraf yang dapat menghambat

transmisi nyeri. Hormon endorfin

juga menghambat pelepasan

gamma-aminobutric-acidsehingga

meningkatkan produksi dopamin

yang menyebabkan rasa senang

dan relaks (Trisnawati, 2020).

Semeton adalah singkatan dari

Senam Dismenore Tolak Nyeri yang

diambil dari Bahasa sasak dengan arti

Saudara. Mekanisme senam ini sama


20

seperti senam dismenore pada

umumnya namun memiliki perbedaan

pada iringan musik pengantarnya,

yaitu musik tradisional suku sasak.

Senam ini dilakukan 3 kali pada 7 hari

sebelum menstruasi selama 20 menit.

b. Tujuan

Tujuan dari senam dismenore adalah

meningkatkan ketegangan otot-otot

dan pembuluh darah yang jarang

sekali bisa menurunkan tegangan

darah tinggi Dengan pemberian

kompres air dingin Peningkatan

volume darah yang mengalir keseluruh

tubuh, termasuk organ reproduksi.

Dengan olahraga rutin atau senam

terjadi peningkatan volum darah yang

mengalir keseluruh tubuh, termasuk

organ reproduksi sehingga

memperlancar pasokan oksigen ke

pembuluh darah yang mengalami

vasokontraksi, sehingga nyeri haid


21

dapat berkurang. (Ingka Kristina,

2021)

c. Manfaat

Manfaat melakukan senam dismenore

adalah mengurangi ketegangan otot,

memperbaiki peredaran darah,

mengurangi kecemasan dan perasaan

tertekan, mengurangi kelelahan, serta

membuat perasaan menjadi lebih baik

(Lina, 2017).

d. Teknik

Senam dismenore tolak nyeri memiliki

perbedaan dengan senam dismenore

biasa pada iringan musik

pengantarnya, yaitu musik tradisional

suku sasak. Gerakan-gerakan senam

meliputi pamanasan, gerakan inti dan

pendinginan. Seperti berikut ini

Persiapan

1. Persiapan tempat: usahakan

pemilihan tempat yang luas

2. Pakailah pakaian yang menyerap

keringat
22

Pelaksanaan

3. Tarik nafas dalam melalui hidung,

sampai perut menggelembung dan

tangan kiri terangkat. Tahan

sampai beberapa detik dan

hembuskan lewat mulut.

4. Kedua tangan di pinggang, tunduk

dan tegakkan kepala (2x8

hitungan)

5. Kedua tangan di pinggang,

tengokan kepala ke kanan-kiri (2x8

hitungan).

6. Kedua tangan di pinggang,

tempelkan telinga ke pundak ke

kiri-ke kanan (2x8 hitungan)

7. Putar bahu bersamaan kedunya

(2x8 hitungan)

8. Gerakan badan ke-1

a. Berdiri dengan tangan

direntangkan ke samping dan

kaki direnggangkan kira-kira

30-35 cm.
23

b. Bungkukkan di pinggang dan

berputar ke arah kiri, mencoba

menjamah kaki-kiri dengan

tangan kanan tanpa

membengkokkan lutut.

c. Lakukan hal yang sama

dengan tangan kiri menjamah

kaki kanan.

d. Ulangi masing-masing posisi

sebanyak empat kali.

9. Gerakan badan ke-2

a. Berdirilah dengan tangan di

samping dan kaki sejajar.

b. Luruskan tangan dan angkat

sampai melewati kepala. Pada

waktu yang sama sepakkan

kaki kiri dengan kuat ke

belakang.

c. Lakukan bergantian dengan

kaki kanan.

d. Ulangi masing-masing posisi

sebanyak empat kali


24

10. Lengan dan tangan, genggam

tangan kerutkan lengan dengan

kuat tahan, lepaskan.

11. Tungkai dan kaki, luruskan kaki

(dorsi fleksi), tahan beberapa detik,

lepaskan.

12. Seluruh tubuh, kontraksikan/

kencangkan semua otot sambil

nafas dada pelan teratur lalu relaks

(bayangkan hal yang

menyenangkan).

4. Konsep Kompres
a. Kompres Hangat

1) Pengertian Kompres hangat

Kompres hangat dapat

memberikan rasa hangat pada

klien dengan menggunakan cairan

atau alat yang menimbulkan

hangat pada bagian tubuh yang

memerlukannya. Kompres hangat

adalah suatu metode dalam

penggunaan suhu hangat

setempat yang dapat menimbulkan


25

beberapa efek fisiologis. Efek

pemberian terapi hangat terhadap

tubuh antara lain meningkatkan

aliran darah ke bagian tubuh yang

mengalami cedera; untuk

meningkatkan pengiriman leukosit

dan antibiotik ke daerah luka;

untuk meningkatkan relaksasi otot

dan mengurangi nyeri akibat

spasme atau kekakuan;

meningkatkan aliran darah; dan

juga meningkatkan pergerakan zat

sisa dan nutrisi (Perry and Potter,

2014). Sedangkan menurut

(Yulita, 2015) kompres hangat

adalah memberikan rasa hangat

pada daerah tertentu dengan

menggunakan cairan atau alat yag

menimbulkan hangat pada bagian

tubuh yang memerlukan.

2) Manfaat Efek Kompres Hangat

Manfaat terapi kompres hangat

antara lain:
26

a) Meningkatkan relaksasi otot-

otot (Susanti & Putri, 2016).

b) Mengurangi nyeri akibat

spasme atau kekakuan serta

memberikan rasa hangat lokal

c) Efek hangat dari kompres

dapat menyebabkan

vasodilatasi pada pembuluh

darah yang nantinya akan

meningkatkan aliran darah ke

jaringan (Mahua dkk, 2018).

d) Memberikan ketenangan pada

klien (Khairiyatul, 2015).

3) Prinsip Fisiologi Kompres Hangat

Prinsip fisiologi pemberian

kompres hangat akan terjadi

pelebaran pembuluh darah,

sehingga akan memperbaiki

peredaran darah di dalam jaringan

tersebut. Cara ini penyaluran zat


27

asam dan bahan makanan ke sel-

sel diperbesar dan pembuangan

dari zat-zat yang dibuang akan

diperbaiki, jadi akan timbul proses

pertukaran zat yang lebih baik

maka akan terjadi peningkatan

aktivitas sel sehingga akan

menyebabkan penurunan rasa

nyeri. Pemberian kompres hangat

pada daerah tubuh akan

memberikan signal hypothalamus

dirangsang, sistem efektor

mengeluarkan signal yang

memulai berkeringat dan

vasodilator perifer. Perubahan

ukuran pembuluh darah akan

memperlancar sirkulasi oksigenasi

mencegah terjadinya spasme otot,

memberikan rasa hangat membuat

otot tubuh lebih rileks dan

menurunkan rasa nyeri. Kompres

hangat dapat dilakukan dengan

menempelkan ke daerah tubuh


28

yang nyeri di perut bagian bawah

atau pinggang bagian belakang

(Mahua dkk, 2018)

4) Indikasi Terapi Kompres Panas

Arovah (2016)

mengungkapkan bahwa terapi

panas dapat dipergunakan untuk

mengatasi berbagai keadaan

seperti:

a) Kekakuan otot,

b) Arthritis (Radang Persendian),

c) Hernia discus interveterbra,

d) Nyeri bahu,

e) Tendinitis (radang tendo),

f) Bursitis (radang bursa),

g) Sprain (robekan ligamen

sendi),

h) Strain (robek otot),


29

i) Nyeri pada mata yang

mengakibatkan oleh

peradangan kelopak mata

j) Gangguan sendi temporo

mandibular

k) Nyeri dada yang disebabkan

oleh nyeri pada tulang rusuk

l) Nyeri perut dan pelvis

m) Gangguan nyeri kronis seperti

pada lupus dan nyeri

myofascial,

n) Asthma.

5) Kontraindikasi Terapi Panas

Beberapa hal yang tidak boleh

dilakukan terapi panas menurut

Arovah, (2016) yaitu:

a) panas dapat meningkatkan

aliran darah dan dapat

memperparah pembengkakan

pada fase akut


30

b) memperlama proses

penyembuhan bila fase akut

c) sedang dilakukan terapi radiasi

atau yang mengalami kanker

d) orang yang memiliki gangguan

sensasi saraf seperti orang

diabetes untuk menghindari

terjadinya luka bakar, dan

e) wanita hamil karena

menimbulkan kecacatan pada

bayi

6) Cara Pemakaian Terapi Kompres

Hangat

Teknik kompres hangat

menurut Mahua, dkk (2018)

dilakukan dengan cara berikut:

a) Menyiapkan buli-buli dan air

hangat yang sudah diukur

menggunakan thermometer air

b) Mengisi buli-buli dengan air

hangat

c) Membalut buli-buli dengan

kain, lalu ditempelkan pada


31

bagian yang nyeri seperti perut

bagian bawah dan punggung

bagian belakang

d) Kompres hangat dilakukan

selama 20 menit dengan

selang 10 menit pergantian air

hangat untuk

mempertahankan suhunya.

Menurut Sriyanti (2016),

langkah-langkah pemberian

terapi kompres hangat adalah

sebagai berikut :

Persiapan alat dan bahan

a) Botol atau kain yang

menyerap air

b) Air hangat dengan suhu 40°C

Tahap kerja

a) Cuci tangan

b) Jelaskan pada klien prosedur

yang akan dilakukan

c) Ukur suhu air dengan

thermometer
32

d) Isi botol dengan air hangat,

kemudian dikeringkan

dibungkus/lapisi botol dengan

kain

e) Sedangkan menggunakan

Warm Water Zack (WWZ) isi

dengan air hangat kemudian

tempelkan pada area yang

nyeri

f) Bila menggunakan kain,

masukan kain pada air

hangat, lalu diperas

g) Tempatkan botol berisi air

hangat atau kain yang sudah

di peras pada daerah yang

akan dikompres

h) Angkat Botol air hangat dan

Warm Water Zak (WWZ)

setelah 15-20 menit, dan

lakukan kompres ulang jika

nyeri belum teratasi

i) Kaji perubahan yang terjadi

selama kompres dilakukan


33

7) Suhu yang Direkomendasikan

untuk Kompres Panas dan Dingin

menurut Kozier (2018).

Tabel 2.1 Suhu Kompres Panas dan


Dingin
B
e
n
t
u
k
D
e
d
s S
a
k u
n Indika
r h
si
i u
k
p
e
s
g
i
u
n
a
a
n

Pasie
S n
D
a pasca
i K
n opras
b a
g i otot
a n
a maup
w t
t un
a o
sendi
h n
D seper
g
i ti
1
n opras
5 e
g i
° s
i sendi
C
n dan
lutut
D 1 K Ceder
i 5 e a akut
n - m seper
34

a
s
a
n

p
e
n ti
d terkilir
1
g i , dan
8
i n otot
n g yang
°
i tertari
C
n k
K
o
m
p
r
e
s
K
o
m
1
p
8
r
S - Rada
e
e ng
s
j 2 dan
u 7 mem
d
k ar
i
°
n
C
g
i
n
H 2 M Pasie
a 7 a n
n - n deng
g d an
a 3 i tiroide
t 7 ktomi
s (prasi
k ° p peng
a C o angka
k n tan
u s kelenj
35

a
l
c ar
o tiroid)
h
o
l
M
Klien
a
yang
n
kedin
d
ginan
i
suhu
tubuh
d
yang
e
renda
n
H h,
g
a Klien
a
n 37- 40 yang
n
g °C meng
a alami
a
t perad
i
anga
r
n
seper
h
ti
a
radan
n
g
g
perse
a
ndian
t
P 4 B Pada
a 0 e pasie
n - r n
a e yang
s 4 n mem
6 d punya
a i
° m diabet
C es,ob
d esitas
a dan
l nyeri
a sendi
m
36

a
i
r

p
a
n
a
s
,

i
r
i
g
a
s
i
,

k
o
m
p
r
e
s

p
a
n
a
s
S D K peng
a i a obata
n a n n
g t t nyeri
a a o dan
t s n merel
g aksas
P 4 ikan
a 6 a otot –
n i otot
a ° r
s C
u
37

n
t
u
k
d
e
w
a
s
a

b. Kompres Dingin

1) Pengertian

Menurut Arovah (2016), terapi

dingin atau cold therapy adalah

pemberian dingin untuk mengobati

nyeri dan gangguan kesehatan

lainnya. Menurut Ernst dalam

Nurjanah (2016: 24) bahwa inti dari

terapi dingin adalah menyerap kalori

area lokal cedera sehingga terjadi

penurunan suhu. Semakin lama

waktu terapi, penetrasi dingin

semakin dalam. Umumnya terapi

dingin pada suhu 3,5o C selama 10

menit dapat mempengaruhi suhu

sampai dengan 4 cm dibawah kulit.


38

Jaringan otot dengan kandungan air

yang tinggi merupakan konduktor

yang baik sedangkan jaringan

lemak merupakan isolator suhu

sehingga menghambat penetrasi

dingin.

2) Efek Fisiologis Terapi Dingin

Arovah (2016) mengungkapkan

pada terapi dingin, efek pendinginan

yang terjadi tergantung jenis

aplikasi terapi dingin, lama terapi

dan konduktivitasnya. Pada

dasarnya agar terapi dapat efektif,

lokal cedera harus dapat diturunkan

suhunya dalam jangka waktu yang

mencukupi. Secara fisiologis, pada

15 menit pertama setelah

pemberian aplikasi dingin (suhu

10°C) terjadi vasokontriksi arteriola

dan venula secara lokal.

Vasokontriksi ini disebabkan oleh

aksi reflek dari otot polos yang

timbul akibat stimulasi sistem saraf


39

otonom dan pelepasan epinerphin

dan norepinephrin. Walaupun

demikian apabila dingin tersebut

terus diberikan selama 15 sampai

dengan 30 menit akan timbul fase

vasodilatasi yang terjadi intermiten

selama 4 sampai 6 menit. Periode

ini dikenal sebagai respon hunting.

Respon hunting terjadi untuk

mencegah terjadinya kerusakan

jaringan akibat dari jaringan

mengalami anoxia jaringan (Arovah,

2016).

3) Indikasi Terapi dingin

Terapi dingin dapat ditangani

dengan berbagai kondisi antara lain:

a) cedera (sprain, strain, dan

kontusi),

b) sakit kepala 18 (migrain, tension

headache dan clustes headache

c) gangguan temporomandibular

(TMJ disorder)

a) testicular dan scrotal pain


40

b) nyeri post operasi

c) fase akut arthritis (peradangan

pada sendi

d) tendinitis dan bursitis

e) nyeri lutut

f) nyeri sendi, dan

g) nyeri perut (Arovah, 2016).

4) Persiapan Melaksanakan Terapi

Kompres Dingin

Persiapan alat dan bahan:

a) Handuk good morning

b) Potongan es batu secukupnya

c) Kantung plastik

d) Karet gelang

Cara kerja melaksanakan terapi

kompres dingin menurut Aprillia

Yesie (2014).

a) Cuci tangan

b) Nilai skala nyeri yang dilami ibu

bersalin

c) Jelaskan pada pasien mengenai

prosedur yang akan dilakukan


41

d) Isi kantung plastik dengan air es

atau potongan es batu

kemudian ikat dengan karet

gelang

e) Bungkus / lapis plastik berisi es

dengan handuk good morning

f) Letakkan pada lumbo-sakral

dengan posisi ibu miring ke kiri

saat kontraksi untuk meredakan

sakit selama persalinan

g) Angkat kantung plastik setelah

20 menit, kemudian isi lagi

kantung plastik dengan air es

atau es batu lakukan kompres

ulang jika ibu menginginkannya.

h) Mengkaji perubahan yang

terjadi selama kompres

dilakukan pada menit ke 20

i) Mencatat hasil pengkajian pada

lembar observasi.

j) Cuci tangan
42

5. Penurunan Tingkat Nyeri Dismenore Remaja Putri

1. Konsep Nyeri
a. Definisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensorik

atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan actual atau

fungsional, dengan onset atau lambat

dan berinensitas ringan hingga berat

yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Tanda dan gejala mayor nyeri adalah

mengeluh nyeri, tampak meringis,

bersikap protektif, frekuensi nadi

meningkat, dan sulit tidur. Tanda dan

gejala minor nyeri adalah tekanan

darah meningkat, pola nafas berubah,

nafsu makan berubah, proses berpikir

terganggu, berfokus pada diri sendiri

dan diaphoresis (Anjasmara, 2018).

b. Klasifikasi nyeri

Menurut Perry & Potter (2014)

nyeri dapat dijelaskan berdasarkan

durasi, lokasi, atau etiologi.


43

1) Nyeri berdasarkan durasi :

a) Nyeri akut yaitu nyeri yang

hanya dirasakan tiba-tiba atau

yang lambat dan tanpa

memperhatikan intensitasnya.

b) Nyeri kronis yaitu nyeri yang

berlangsung berkepanjangan,

biasanya nyeri berulang atau

menetap sampai enam bulan

atau lebih dan mengganggu

fungsi tubuh.

2) Nyeri berdasarkan lokasi :

a) Nyeri kutaneus adalah nyeri

yang berasal dari kulit atau

jaringan subkutan

b) Nyeri somatik dalam adalah

nyeri yang berasal dari ligamen,

tendon, tulang, pembuluh

darah, dan saraf. Nyeri tersebut

menyebar dan cenderung dan

berlangsung lebih lama

dibanding nyeri kutaneus.


44

c) Nyeri viseral adalah nyeri yang

berasal dari stimulasi reseptor

nyeri di rongga abdomen,

kranial, dan torak.

d) Nyeri radiasi (menyebar) adalah

nyeri yang dirasakan pada

tempat sumber nyeri dan

menyebar ke jaringan

sekitarnya.

e) Nyeri alih adalah nyeri yang

dirasakan pada bagian tubuh

yang jauh dari jaringan yang

menyebakan nyeri.

f) Nyeri phantom adalah nyeri

yang sangat menyakitkan pada

bagian tubuh yang hilang.

c. Pengukuran Tingkat Nyeri

Cara untuk mengetahui skala

nyeri menggunakan skala assessment

nyeri tunggal dan multidimensi. Skala

assessment nyeri tunggal hanya

mengukur intensitas nyeri dan sosok

untuk nyeri akut. Skala assessment


45

nyeri tunggal meliputi Visual Analog

Scale (VAS), Verbal Rating Scale

(VRS), Numeric Rating Scale (NRS)

dan Wong baker pain rating scale.

Sedangkan Skala Multidimensi

mengukur intensitas dan afektif nyeri

dan diaplikasikan untuk nyeri kronis.

Skala multi dimensi terdiri dari McGill

Pain Questionnaire (MPQ), The Brief

Pain Inventory (BPI), memorial Pain

Assesment Card dan catatan harian

nyeri (pain daily) (Yudiyanta, K, &

Wahyu, 2015). Pada penelitian ini,

peneliti menggunakan skala nyeri

Numeric Rating Scale (NRS) yaitu

suatu alat ukur yang meminta pasien

untuk menilai rasa nyerinya sesuai

dengan level intensitas nyerinya pada

skala numeral dari 0-10 atau 0-100.

Angka 0 berarti “no pain” dan 10 atau

100 berarti “savere pain” (nyeri hebat).

NRS digunakan sebagai alat

pendeskripsi kata. Skala paling


46

efektif digunakan saat mengkaji

intensitas nyeri sebelum dan

setelah intervensi terapeutik

(Rakhma, 2012) .

Gambar 2.4 . Skala nyeri


NRS

2. Konsep Dismenorea
a. Pengertian Dismenorea

Dismenore adalah nyeri saat

haid, rasa kram dan terpusat di

abdomen bawah. Keluhan nyeri haid

dapat terjadi bervariasi mulai dari yang

ringan sampai yang berat keparahan

dismenore berhubungan langsung

dengan lama dan jumlah darah haid.

Haid hampir selalu diikuti dengan rasa

mulas atau nyeri (Husna, 2018).

Dismenore atau dalam bahasa

kedokteran dikenal dengan

dysmenorrhea, merupakan salah satu


47

gangguan yang dialami wanita ketika

menstruasi. Dysmenorrhea

merupakan keadaan nyeri yang hebat

dan dapat mengganggu aktivitas sehri-

hari. Dysmenorrhea merupakan suatu

fenomena simptomatik meliputi nyeri

abdomen, kram, dan sakit punggung

(Nur et al., 2020).

b. Klasifikasi dismenorea

Dismenore dibagi menjadi dua

menurut Mahua, dkk (2018), yaitu

dismenore primer dan dismenore

sekunder

1) Dismenorea Primer

Dismenore primer merupakan

sebuah kondisi yang berhubungan

dengan meningkatnya aktivitas

uterus yang disebabkan karena

meningkatnya produksi

prostaglandin. Dampak dismenore

primer adalah ketika proses

menstruasi dimulai zat


48

prostaglandin yang diproduksi oleh

uterus merangsang kontraksi untuk

melepaskan lapisan rahim,

sehingga menyebabkan kram.

Prostaglandin memicu kontraksi dan

spasme otot polos di saluran

gastrointestinal, sehingga

menimbulkan mual, muntah, dan

diare. Prostaglandin juga memicu

aliran darah haid dapat

memperburuk rasa nyeri karena

gumpalan darah atau aliran darah

menstruasi yang deras harus

melalui bukaan sempit leher rahim,

peregangan leher rahim oleh aliran

tersebut menyebabkan wanita

merasa kesakitan hebat bahkan

pingsan (Agustina, 2019).

2) Dismenorea Sekunder

Dismenore sekunder pada

umumnya terjadi akibat kelainan

structural ataupun anatomi serviks

atau uterus, benda asing seperti


49

alat kontrasepsi dalam rahim (IUD),

endometriosis atau endometritis.

Endometriosis merupakan suatu

kondisi dimana implantasi jaringan

endometrium ditemukan pada lokasi

ektopik dalam rongga peritoneum

(Nur et al., 2020).

c. Etiologi Disminorea

Etiologi dismenore menurut

Kuswandi (2013) dibedakan menjadi

dua, yaitu

1) Dismenore Primer

a) Faktor Psikologis

Remaja yang

mempunyai emosional tidak

stabil dapat mempengaruhi

ambang nyeri yang rendah,

sehingga dengan

rangsangan nyeri maka akan

merasakan kesakitan.

b) Faktor Endrokrin

Dismenore dihubungkan

dengan kontraksi uterus yang


50

tidak bagus. Hal ini sangat

erat kaitannya dengan

pengaruh hormonal.

Peningkatan produksi

prostaglandin akan

menyebabkan terjadinya

kontraksi uterus yang tidak

terkoordinasi, sehingga

menimbulkan nyeri.

Penyebab utama dismenore

primer adalah adanya

prostaglandin yang

dihasilkan di endometrium.

Prostaglandin merupakan

hormon yang diperlukan

untuk menstimulasi kontraksi

uterus selama menstruasi.

2) Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder disebabkan

karena adanya masalah penyakit

fisik seperti endometritis, polip

uteri, stenosis serviks atau

Penyakit Radang Punggung


51

(PRP), perdarahan uterus

disfungsional, prolapse uterus dan

produk kontrasepsi yang tertinggal

setelah abortus spontan.

d. Manifestasi Klinis

Nyeri yang tidak lama timbul

sebelum atau bersama-sama dengan

permulaan haid dan berlangsung

beberapa jam atau lebih. Rasa mual,

muntah, sakit kepala, diare dan

sebagainya (Oktarini, 2019) .

e. Derajat dismenorea

Derajat dismenorea Setiap

menstruasi menyebabkan rasa nyeri,

terutama pada awal menstruasi

namun dengan kadar nyeri yang

berbeda-beda.

Derajat dismenorea menurut Hakim

(2016)

1) Derajat 0, tanpa rasa nyeri,

aktivitas sehari-hari tidak

terpengaruh.
52

2) Derajat I, nyeri ringan, jarang

memerlukan analgesik, aktivitas

sehari- hari jarang terpengaruh.

3) Derajat II, nyeri sedang,

memerlukan analgesik, aktivitas

sehari-hari terganggu.

4) Derajat III, nyeri berat, nyeri tidak

banyak berkurang dengan

analgesik, timbul keluhan, nyeri

kepala, kelelahan, mual, muntah

dan diare.

f. Pencegahan Dismenorea

Pencegahan dismenorea

menurut Anurogo dalam Lubis (2018)

yaitu menghindari stres, miliki pola

makan yang teratur dengan asupan

gizi yang memadai, memenuhi standar

2 sehat 5 sempurna, hindari makanan

yang cenderung asam dan pedas saat

menjelang haid, istirahat yang cukup,

menjaga kondisi agar tidak terlalu

lelah, dan tidak menguras energi yang

berlebihan, tidur yang cukup sesuai


53

standar keperluan masing-masing 6-8

jam dalam sehari, lakukan olahraga

ringan secara teratur.

g. Penanganan Nyeri Haid (Dismenorea)

Tujuan dari penatalaksanaan

nyeri adalah menurunkan nyeri sampai

tingkat yang dapat ditoleransi .Upaya

farmakologis dan non-farmakologis

dilalukan berdasarkan pada kebutuhan

dan tujuan pasien secara individu.

Semua intervensi akan sangat berhasil

bila dilakukan sebelum nyeri menjadi

parah (Perry and Potter, 2014).

1) Intervensi Farmakologis

Dilakukan melalui kolaborasi

dengan dokter atau pemberi

perawatan utama lainnya dan

pasien. Sebelum memberikan obat

apa saja, pasien ditanyakan

mengenai alergi terhadap medikasi

dan sifat dari segala respon alergi

sebelumnya. Pereda nyeri

farmakologis dibagi menjadi tiga


54

yakni golongan opioid, non-opioid

dan anestetik.Anestesi lokal yang

bekerja dengan memblok konduksi

saraf, dapat diberikan langsung ke

tempat yang cedera, atau langsung

ke serabut saraf melalui suntikan

atau saat pembedahan.Golongan

opioid (narkotik) dapat diberikan

melalui berbagai rute, yang

karenanya efek samping

pemberian harus dipertimbangkan

dan diantisipasi, diantaranya

adalah depresi pernafasan, sedasi,

mual dan muntah, konstipasi,

pruritus dan peningkatan risiko

toksik pada penderita hepar atau

ginjal.Jenis opioid diantaranya

adalah morfin, kodein,

meperidine.Sedang golongan

nonopioid diantaranya adalah obat-

obatan antiinflamasi nonsteroid

(NSAID) yang menurunkan nyeri

dengan menghambat produksi


55

prostaglandin dari jaringan yang

mengalami trauma atau

inflamasi.Jenis NSAID diantaranya

adalah ibuprofen (Perry and Potter,

2014).

2) Intervensi Non-Farmakologis

Saat nyeri hebat berlangsung

selama berjam-jam atau berhari-

hari, mengkombinasikan teknik

nonfarmakologis dengan obat-

obatan mungkin cara yang efektif

untuk menghilangkan nyeri,

diantaranya adalah stimulasi dan

massage kutaneus, terapi es dan

panas, stimulasi saraf elektris

transkutan, distraksi, teknik

relaksasi, imajinasi terbimbing dan

hipnosis.Stimulasi kutaneus dan

massage bertujuan menstimulasi

serabutserabut yang

mentransmisikan sensasi tidak

nyeri, memblok atau menurunkan

transmisi impuls nyeri. Massage


56

dapat membuat pasien lebih

nyaman karena massage

membuat relaksasi otot (Perry and

Potter, 2014).

a) Terapi es dan panas

Bekerja dengan

menstimulasi reseptor tidak

nyeri dalam bidang reseptor

yang sama seperti pada

cedera, terapi es dapat

menurunkan prostaglandin

dengan menghambat proses

inflamasi. Penggunaan panas

mempunyai keuntungan

meningkatakan aliran darah ke

suatu area dan kemungkinan

dapat turut menurunkan nyeri

dengan mempercepat

penyembuhan.Terapi panas

dan es harus digunakan

dengan hati-hati dan dipantau

dengan cermat untuk

menghindari cedera kulit.


57

Menurut Kozier dan

Gleniora dalam Maidartati dkk

(2018) bahwa “Pemberian

kompres hangat yang

memakai prinsip

penghantaran panas melalui

cara konduksi yaitu dengan

menempelkan handuk hangat

pada daerah yang nyeri

akan melancarkan sirkulasi

darah dan menurunkan

ketegangan otot sehingga

menurunkan nyeri pada

wanita dengan dismenorea

primer, karena wanita nyeri

haid mengalami kontraksi

uterus dan kontraksi otot

polos. Panas dapat

menyebabkan pelebaran

pembuluh darah yang

mengakibatkan peningkatan

sirkulasi darah. Secara

fisiologis respon tubuh


58

terhadap panas yaitu

menyebabkan pelebaran

pembuluh darah, menurunkan

kekentalan darah,

menurunkan ketegangan otot,

meningkatkan metabolisme

jaringan dan meningkatkan

permeabilitas kapiler. Respon

dari panas inilah yang

digunakan untuk keperluan

terapi pada berbagai kondisi

dan keadaan yang terjadi

dalam tubuh. Panas

menyebabkan pelebaran

pembuluh darah dalam waktu

20-30 menit.

Menurut Dewi dalam

Maidartati dkk (2018) teknik

kompres hangat dilakukan

dengan cara pemberian botol

berisi air dengan dengan suhu

40 - 46°C yang sebelumnya

diukur dengan menggunakan


59

termometer air yang disimpan

pada daerah pada bagian

perut bawah yang dilakukan

pada remaja yang sedang

nyeri haid selama 20 menit

dengan selang 10 menit

pergantian air panas untuk

mempertahankan suhunya.

b) Stimulasi saraf elektris

transkutan (TENS)

Menggunakan unit yang

dijalankan oleh baterai dengan

elektroda yang dipasang pada

kulit untuk menghasilkan

sensasi kesemutan,

menggetar atau mendengung

pada area nyeri. TENS

menurunkan nyeri dengan

menstimulasi reseptor tidak

nyeri dalam area yang sama

sperti pada serabut yang

mentransmisikan nyeri.

c) Teknik relaksasi
60

Teknik relaksasi dapat

menurunkan nyeri dengan

merilekskan ketegangan otot

yang menunjang nyeri.Teknik

relaksasi yang sederhana

terdiri atas napas abdomen

dengan frekuensi lambat,

berirama.Pasien dapat

memejamkan matanya dan

bernapas dengan perlahan

dan nyaman, irama yang

konstan dapat dipertahankan

dengan menghitung dalam hati

dan lambat bersama setiap

inhalasi dan ekhalasi. Pada

saat mengajarkan teknik ini,

akan sangat membantu bila

menghitunng dengan keras

bersama pasien pada awalnya.

d) Imajinasi terbimbing

Menggunakan imajinasi

seseorang dalam suatu cara

yang dirancang secara


61

khusus untuk mencapai efek

positif tertentu. Imajinasi

terbimbing untuk meredakan

nyeri dan relaksasi dapat

terdiri atas menggabungkan

napas berirama lambat

dengan suatu bayangan

mental relaksasi dan

kemyamanan.Dengan mata

terpejam, individu

diinstruksikan untuk

membayangkan bahwa

dengan setiap napas yang

diekshalasi secara lambat,

ketegangan otot dan

ketidaknyamanan

dikeluarkan, menyebabkan

tubuh rileks dan

nyaman.Setiap kali napas

dihembuskan, pasien

diinstruksikan untuk

membayangkan bahwa udara

yang dihembuskan membawa


62

pergi nyeri dan

ketegangan.Pasien harus

diinformasikan bahwa

imajinasi terbimbing dapat

berfungsi hanya pada

beberapa orang.

e) Hipnosis

Hipnotis efektif dalam

meredakan nyeri dan

menurunkan jumlah analgesik

yang dibutuhkan pada nyeri

akut dan kronis, mekanisme

kerja hipnosis tampak

diperantarai oleh sistem

endorphin, keefektifan

hypnosis tergantung pada

kemudahan hipnotik individu,

bagaimanapun pada

beberapa kasus teknik ini

tidak akan bekerja

f) Distraksi

Memfokuskan perhatian

pasien pada sesuatu selain


63

nyeri merupakan mekanisme

yang bertanggung jawab

terhadap teknik kognitif.

Distraksi menurunkan

persepsi dengan

menstimulasi system kontrol

desenden, yang

mengakibatkan lebih sedikit

stimulasi nyeri yang

ditransmisikan ke otak,

keefektifan distraksi

tergantung kemampuan

pasien untuk menerima dan

membangkitkan input sensori

selain nyeri, distraksi berkisar

dari hanya pencegahan

monoton hingga

menggunakan aktivitas fisik

dan mental seperti misalnya

kunjungan keluarga dan

teman, menonton film,

melakukan permainan catur.

g) Olahraga
64

Latihan-latihan olahraga

yang ringan seperti berjalan

kaki, lari, senam pilates,

senam aerobik dan senam

yoga sangat dianjurkan

untukmenguranginyeri haid.

Latihan olahraga yang bisa

digunakan untuk mengurangi

nyeri haid yang mudah dan

praktis yaitu senam. Senam

yang mudah dilakukan dan

mudah di ikuti yaitu senam

pilates dan senam yoga.

Senam pilates dan senam

yoga merupakan salah satu

teknik relaksasi yang dapat

digunakan untukmengurangi

nyeri karena saat melakukan

senam, otak dan susunan

saraf tulang belakang akan

menghasilkan endorphin,

hormon yang berfungsi

sebagai obat penenang alami


65

dan menimbulkan rasa

nyaman (Puspitasari, 2017).

h) Abdominal Stretching

Abdominal Stretching

adalah latihan peregangan

dalam memelihara dan

mengembangkan fleksibiltas

atau kelenturan daerah perut

untuk mengurangi intensitas

nyeri haid (dismenore) (Nisak,

2018)

3. Konsep Remaja
a. Pengertian Remaja

Menurut WHO, remaja adalah

penduduk dalam rentang usia 10

hingga 19 tahun. Menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI nomor 25

tahun 2014, remaja adalah penduduk

dalam rentang usia 10-18 tahun.

Sementara itu, menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN),

rentang usia remaja adalah 10-24


66

tahun dan belum menikah.

Perbedaan definisi tersebut

menunjukkan bahwa dak ada

kesepakatan universal mengenai

batasan kelompok usia remaja

(Kusumaryani, 2017).

Masa remaja diasosiasikan

dengan masa transisi dari anak-anak

menuju dewasa. Masa ini merupakan

periode persiapan menuju masa

dewasa yang akan melewati

beberapa tahapan perkembangan

dalam hidup. Selain kematangan fisik

dan seksual, remaja juga mengalami

tahapan menuju kemandirian sosial

dan ekonomi, membangun iden tas,

akuisisi kemampuan (skill) untuk

kehidupan masa dewasa serta

kemampuan bernegosiasi (abstract

reasoning) (WHO, 2015).

b. Perkembangan Remaja

Dalam tumbuh kembangnya

menuju dewasa, berdasarkan


67

kematangan psikososial dan seksual,

semua remaja akan melewati

tahapan sebagai berikut

1) Masa remaja awal/dini (early

adolescence): umur 10–13 tahun

a) Tampak dan memang merasa

lebih dekat dengan teman

sebaya

b) Tampak dan merasa ingin

bebas,

c) Tampak dan memang lebih

banyak memperhatikan

keadaan tubuhnya dan mulai

berfikir khayal (abstrak).

2) Masa remaja pertengahan (middle

adolescence): umur 14–16 tahun

a) Tampak dan merasa ingin

mencari identitas diri,

b) Ada keinginan untuk

berkencan atau tertarik pada

lawan jenis,

c) Timbul perasaan cinta yang

mendalam,
68

d) Kemampuan berfikir abstrak

(berkhayal) makin

berkembang,

e) Berkhayal mengenai hal-hal

yang bekaitan dengan seksual

3) Masa remaja lanjut (late

adolescence): umur 17–19 tahun

a) Menampakkan pengungkapan

kebebasan diri,

b) Dalam mencari teman sebaya

lebih selektif,

c) Memiliki citra (gambaran,

keadaan, peranan) terhadap

dirinya,

d) Dapat mewujudkan perasaan

cinta,

e) Memiliki kemampuan berfikir

khayal atau abstrak (Rahayu

dkk, 2017).

c. Ciri-ciri Masa Remaja

Pada masa ini terjadi perubahan

yang cepat. Disebut jiga masa

puber. Ciri-ciri masa remaja yaitu: 1.


69

Perubahan emosional secara cepat

2. Perubahan yang cepat secara fisik

3. Terjadi perubahan dalam

keterkaitan terhadap sesuatu

(Ahyani & Astuti, 2018).

d. Perubahan Pada Masa Remaja

1) Perubahan ukuran tubuh

Perubahan fisik pada masa puber,

yaitu perubahan pada tinggi dan

berat badan. Anak-anak

perempuan rata-rata mengalami

peningkatan tinggi per tahun

sebelum haid 7,5 cm. Setelah

haid, tingkat pertumbuhan

menurun kira-kira 2,5 cm per

tahun dan berhenti sekitar usia 18

tahun. Pada anak laki-laki,

permulaan periode pertumbuhan

pesat tinggi tubuh dimulai rata-

rata usia 12,8 tahun dan berakhir

pada usia 15,3 tahun dengan

puncaknya pada usia 14 tahun.

Setelah itu, terjadi perlambatan


70

pertumbuhan hingga usia 20-21

tahun.

2) Perubahan proporsi tubuh

Daerah-daerah tubuh tertentu

yang mulanya terlampau kecil,

sekarang menjadi membesar

karena kematangan lebih cepat

dari daerahdaerah tubuh yang

lain. Ini tampak jelas pada hidung,

kaki dan tangan. Badan yang

kurus dan panjang mulai melebar

di bagian pinggul dan bahu,

ukuran pinggang berkembang

3) Perubahan pada ciri-ciri seks

primer

Pada pria, gonad atau testes,

yang terletak di dalam scrotum

atau sac, di luar tubuh, pada usia

14 tahun baru sekitar 10% dari

ukuran matang. Kemudian terjadi

pertumbuhan pesat selama 1 atau

2 tahun, setelah itu pertumbuhan

menurun. Testes sudah


71

berkembang penuh pada usia 20

atau 21 tahun. Segera setelah

pertumbuhan pesat testes terjadi,

maka pertumbuhan penis

meningkat pesat. Mula-mula

adalah panjangnya, kemudian

berangsur-angsur besarnya.

Sementara pada wanita, semua

organ reproduksi wanita tumbuh

selama masa puber. Berat uterus

anak usia 11 atau 12 tahun

berkisar 5,3 gram, pada usia 16

tahun sekitar 43 gram. Tuba

falopi, telur-telur dan vagina juga

tumbuh pesat pada saat ini.

Petunjuk pertama bahwa

mekanisme reproduksi anak

perempuan menjadi matang

adalah datangnya haid, yaitu

pengeluaran darah, lendir dan

jaringan sel yang hancur dari

uterus secara berala. Haid terjadi

kira-kira setiap 28 hari hingga


72

perempuan mencapai masa

menopause, yakni pada akhir usia

40 tahunan atau awal 50 tahunan.

(Ahyani & Astuti, 2018).

4) Perubahan pada ciri-ciri seks

sekunder

a) Rambut kemaluan timbul sekitar 1 tahun setelah

testes dan penis mulai membesar.

b) Rambut ketiak dan rambut di wajah timbul setelah

hampir selesainya pertumbuhan rambut kemaluan,

demikian pula rambut tubuh.

c) Perubahan pertumbuhan rambut ini terjadi lebih

gelap, lebih kasar, lebih subur dan agak keriting.

d) Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai

akibat membesarnya tulang pinggul dan

berkembangnya lemak di bawah kulit.

e) Kulit mejadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat

dan pori-pori meluas.

f) Payudara mulai berkembang.

g) Puting susu membesar dan menonjol. Dengan

berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi

lebih besar dan bulat.


73

h) Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak

dalam kulit semakin membesar dan menjadi lebih

aktif, sehingga dapat menimbulkan jerawat.

i) Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan

payudara berkembang. Bulu ketiak dan bulu wajah

mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali

rambut wajah menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih

gelap dan agak keriting.

j) Otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga

memberi bentuk lengan, tungkai kaki dan bahu. Kulit

menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan pori-

pori bertambah besar.

k) Mula-mula suara menjadi serak, kemudian tinggi

suara menurun, volumenya meningkat hingga

mencapai nada yang lebih dalam.

l) Kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif,

sehingga menyebabkan munculnya jerawat.

m) Benjolan-benjolan kecil di sekitar kelenjar susu pria

tumbuh sekitar usia 12-14 tahun. Ini berlangsung

selama beberapa minggu dan kemudian menurun

baik jumlahnya maupun besarnya.

n) Otot semakin besar dan kuat, sehingga memberikan

bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.


74

o) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu

(Ahyani & Astuti, 2018).

e. Faktor Perkembangan Remaja

Menurut pandangan Gunasa

dalam Wati (2017) bahwa secara

umum ada 2 faktor yang

mempengaruhi perkembangan

remaja: faktor endogen (nature) dan

faktor ekogen (murture).

1) Faktor Endogen (nature)

Dalam pandangan ini dinyatakan

bahwa perubahan-perubahan

fisik maupun psikis dipengaruhi

oleh faktor internal yang bersifat

herediter yaitu yang diturunkan

oleh orang tuanya.

2) Faktor Ekogen (murture)

Pandangan faktor exogen

menyatakan bahwa perubahan

dan perkembangan individu

sangat dipengaruhi oleh faktor-

faktor yang berasal dari luar diri

individu itu sendiri. Faktor ini


75

diantaranya berupa lingkungan

fisik maupun lingkungan social.

4. Kerangka Teoritis

Penyebab Dismenore Derajat Dismenore


1. Dismenore Primer : Remaja yang 1) Derajat 0, tanpa rasa
mempunyai emosional tidak stabil nyeri, aktivitas sehari-hari
dapat mempengaruhi ambang tidak terpengaruh.
nyeri yang rendah, dan 2) Derajat I, nyeri ringan,
peningkatan produksi jarang memerlukan
prostaglandin akan menyebabkan analgesik, aktivitas
terjadinya kontraksi uterus yang sehari- hari jarang
tidak terkoordinasi, sehingga terpengaruh.
menimbulkan nyeri 3) Derajat II, nyeri sedang,
memerlukan analgesik,
aktivitas sehari-hari
2. Dismenore Sekunder: karena terganggu.
adanya masalah penyakit fisik 4) Derajat III, nyeri berat,
seperti endometritis, polip uteri, nyeri tidak banyak
stenosis serviks atau Penyakit berkurang dengan
Radang Punggung (PRP), analgesik, timbul keluhan,
perdarahan uterus disfungsional, nyeri kepala, kelelahan,
prolapse uterus dan produk mual, muntah dan diare.
kontrasepsi yang tertinggal
setelah abortus spontan.
Penatalaksaan Dismenore

Non Farmakologi: Farmakologi:

1. Transecutaneus Elektrikal 1. Opioid


2. Nerve Stimulaton (Tens) 2. Non-opiod
3. Relaksasi 3. anestetik
4. Imajinasi Terbimbing
5. Hipnosis
6. Distraksi
7. Adominal Stretching Ket:
: tidak diteliti
8. Kompres Hangat
9. Olahraga( Senam Disemenore) : diteliti

Tubuh menghasilkan hormon endorphin sebagai obat penenang alami


yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman

Penurunan intensitas dismenore


76

Sumber: (Lina,2017), (Mahua dkk, 2018), (Hakim, 2016), dan (Perry and Potter, 2014)

5. Kerangka Konsep

Penurunan Intervensi non


Nyeriintensitas
Dismenorenyeri farmakologi
Dismenore menggunakan
“Semeton” dan
Kompres Hangat
dengan Heat Pad
BAB III

METODE PENELITIAN

A Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Lingkungan

Sembalun wilayah kerja Puskesmas Tanjung

Karang .

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Februari– April 2023

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini quasi experiment dengan

racangan Nonequivalent Control Group Design.

Dimana pada penelitian ini, peneliti

menggunakan dua kelompok yaitu kelompok

intervensi dan kelompok kontrol yang tidak dipilih

secara random, kemudian dilakukan pre-test

untuk mengetahui keadaan awal selanjutkan

diberikan post-test untuk mengetahui adakah

perbedaan anatara kelompok intervensi dan

kontrol. Pada kelompok intervensi berupa

Semeton ( Senam Disminore Tolak Nyeri ) dan

pada Kelompok kontrol diberikan perlakuan

41
42

berupa kompres hangat dengan Heat Pad

instan. Dua kelompok diobservasi sebelum dan

sesudah diberi eksperimen kemudian dinilai

intensitas nyeri dismenorea sebelum dan

sesudah dilakukan eksperimen.

Tabel 3.1 Desain penelitian


Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test

Kontrol O1 X1 O2
Eksperimen O3 X2 O4

Keterangan:

O1 :Nilai pretest sebelum pemberian terapi

kompres hangat dengan Heat Pad Instan

O2 :Nilai posttest setelah pemberian terapi

kompres hangat dengan Heat Pad Instan

O3 : Nilai pretest sebelum pemberian Semeton

( Senam Disminore Tolak Nyeri )

O4 : Nilai Posttest setelah pemberian Semeton

( Senam Disminore Tolak Nyeri )

X1 : Pemberian Semeton ( Senam Dismenore

Tolak Nyeri)
43

X2 : Pemberian terapi kompres hangat dengan

Heat Pad Instan

3. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu Kuesioner karakteristik responden,

Lembar instrumen nyeri dengan Numeric Rating

Scale( NRS), daftar tilik untuk menguji

keterampilan responden melakukan Semeton

( Senam Disminore Tolak Nyeri ) dan kompres

hangat, Lagu daerah Sasak, heat pad instan.

4. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah

remaja putri pada Lingkungan Sembalun

yang berjumlah 52 orang.

2. Sampel

a. Cara pengambilan sampel

Sampel pada penelitian ini diambil

secara Nonprobability Sampel dimana

peneliti tidak memberi

peluang/kesempatan yang sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel. Tehnik sampling


44

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Purposive Sampling yaitu suatu

tehnik penetapan sampel dengan cara

memilih sampel diantara populasi sesuai

dengan yang dikehendaki peneliti

(Hardani dkk, 2020)

Adapun kriteria yang ditentukan adalah

sebagai berikut :

3. Kriteria inklusi

a) Tinggal di Lingkungan Sembalun

Tanjung Karang

b) Bersedia menjadi responden

dalam penelitian

c) Remaja perempuan yang berusia

10-19 tahun

d) Mengalami nyeri saat menstruasi

setiap bulan.

e) Siklus menstruasi teratur

f) Memiliki akun WA / kontak yang

bisa dihubungi

4. Kriteria eksklusi
45

a) Remaja yang mengalami

disminorea sekunder ataupun

perdarahan diluar siklus haid.

b. Besar sampel

Menurut Brog dan Gall (1979) dan

cohen, et al (2007) penelitian korelasi

menggunakan ≥ 30 sampel, penelitian

kausal-komparatif dan metode ekperimen

menggunakan ≥ 15 sampel, dan penelitian

survey harus menggunakan ≥100 sampel

untuk setiap bagian besarnya dan 20-50

sampel untuk tiap bagian kecilnya.

Menurut nursalam (2015) sampel

adalah bagian dari populasi yang di teliti.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh

baley dan Mahmud bahwa penelitian yang

menggunakan analisis data statistik,

ukuran sampel paling minimum adalah 30

sampel. Sehingga besar sampel yang

digunakan pada penelitian ini adalah

sebanyak 30 sampel yang terdiri dari 15

sampel kelompok eksperimen dan 15

sampel kelompok kontrol.


46

5. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu:

1. Variabel Independent (Bebas)

Variabel independent dalam penelitian ini

adalah Semeton ( Senam Disminore Tolak

Nyeri ) dan Kompres Hangat dengan Heat

Pad instan

2. Variabel Dependent (Terikat)

Variabel dependent dalam penelitian ini

adalah nyeri menstruasi (dismenorea) pada

remaja putri di TPQ Raudhatul Jannah

wilayah kerja Puskesmas Tanjung Karang.

6. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional Pengaruh


Pemberian Semeton ( Senam Disminore Tolak
Nyeri ) dan Kompres Hangat dengan Heat Pad
instan Terhadap Penurunan Nyeri menstruasi
(dismenorea) Pada Remaja Putri
Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil ukur Skala
Operasional

Karakteristik

Usia Menarch Perkembangan dan Kuesioner < 12 tahun Ordinal


pertumbuhan organ ≥ 12 tahun
fisik maupun
biologisnya seperti
payudara yang
membesar, pinggul
yang membesar,
atau terjadinya
menstruasi pertama
47

kali

Hari dimana Hari 1


Hari Datang
responden mulai Kuesioner Hari 2 Ordinal
Nyeri Haid
merasakan nyeri haid Hari 3

Rentang hari sejak


<21 hari
hari pertama haid
Siklus Haid Kuesioner 21-35 hari Ordinal
hingga hari pertama
>35 hari
haid berikutnya

Variabel
Independen
Semeton G Daftar tilik a) Nilai 2, Ordinal
( Senam e apabila telah
Disminore r dilaksanakan
Tolak Nyeri ) a dengan
k
sepenuhnya
a
n tepat
b) Nilai 1,
s apabila
e dilaksanakan
n hanya
a sebagian dan
m perlu
perbaikan
y
c) Nilai 0,
a
n apabila
g tidak
dilakukan
b sama sekali
e
r
f
o
k
u
s

p
a
d
a

p
e
r
e
g
a
n
g
a
n

o
t
48

o
t

p
e
r
u
t
,

p
i
n
g
g
u
l

d
a
n

p
i
n
g
g
a
n
g
.

D
i
l
a
k
u
k
a
n

k
a
l
i

p
a
d
a

h
a
r
i
49

s
e
b
e
l
u
m

h
a
i
d

s
e
l
a
m
a

2
0

m
e
n
i
t
Kompres Kompres hangat
hangat dengan adalah memberikan
Heat Pad rasa hangat pada
instan bagian tubuh tertentu
yang diberikan
menggunakan Heat
Pad instan dilakukan - Heat Pad
Nominal
dengan
menempelkan ke
bagian tubuh yang
nyeri di area kulit
yaitu pada perut
selama 15-20 menit
Variabel
Dependen
Nyeri Nyeri dismenorea Skala nyeri Tidak Nyeri Ordinal
menstruasi merupakan nyeri di Numeric Nyeri Ringan
(dismenorea) perut bagian bawah, Rating Nyeri Sedang
pada remaja terkadang menjalar Scale Nyeri Berat
putri sampai ke pinggang (NRS)
dan paha yang timbul
sebelum atau selama
menstruasi dan
berlangsung selama
beberapa jam
sampai beberapa
hari.
Nyeri yang dirasakan
remaja putri sebelum
50

dan sesudah
dilakukan perlakuan
berupa kompres
hangat dilakukan
penilaian dengan
lembar penilaian
skala nyeri yaitu
NRS.

7. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data primer dan sekunder. Data primer

pada penelitian ini adalah remaja putri pada TPQ

Raudhatul Jannah wilayah kerja Puskesmas

Tanjung Karang yang mengalami nyeri

dismenorea yang dikumpulkan langsung oleh

peneliti melalui kuesioner (Suryabrata dalam

Junaidi, 2018). Sedangkan data sekunder

adalah jumlah remaja putri usia 10-19 tahun

pada Lingkungan Sembalun Tanjung Karang

yang diambil dari catatan jumlah remaja

berjumlah 52 orang.

8. Alur Penelitian

1. Mengurus ethical clearance sebelum

penelitian ke Poltekkes Kemenkes Mataram

2. Mengurus izin penelitian dengan membawa

surat izin dari Poltekkes Kemeneks Mataram

ke BANGKESBANGPOL lalu membawa surat


51

pengantar BANGKESBANGPOL ke Dinas

Kesehatan Kota Mataram dan surat

tembusan ke Kepala Lingkungan Sembalun

3. Melalui datang ke Lingkungan Sembalun,

peneliti akan menentukan calon responden

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4. Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur, serta

hak dan kewajiban kepada calon responden

terhadap penelitian yang akan dilakukan.

Jika calon responden sudah paham dan

bersedia menjadi responden maka

dipersilahkan menandatangani inform

consent.

5. Membagi sampel menjadi 2 kelompok yakni

15 untuk kelompok eksperimen dan 15 untuk

kelompok kontrol.

6. Memberikan kuesioner karakteristik

responden dan lembar pengukuran skala

nyeri numerik (Pre-test) .

7. Menjelaskan calon responden tentang cara

melakukan Semeton ( Senam Dismenore

Tolak Nyeri ) dan kompres hangat dengan

Heat Pad instan .


52

8. Setiap responden kelompok intervensi akan

dilakukan Semeton sebanyak 3 kali pada 7

hari sebelum menstruasi selama 20 menit

tiap pertemuan, dan responden kelompok

lainnya diberikan Heat Pad instan yang

kemudian akan digunakan untuk melakukan

kompres hangat sendiri saat nyeri

dismenorea datang sesuai dengan tehnik

kompres yang telah dijelaskan.

9. Melalui WA grup peneliti akan mengingatkan

responden untuk melaporkan jika responden

mengalami menstruasi dan mengingatkan

untuk kompres hangat dengan Heat Pad

instan sesuai yang telah dijelaskan. Jika

perlu responden dapat mengirimkan foto

pada saat melakukan kompres sebagai bukti

bahwa responden telah melakukan kompres.

10. Setelah melakukan Semeton dan kompres

hangat pada saat mengalami dismenorea,

responden akan mengisi lembar penilaian

skala nyeri (Post Test) yang telah diberikan

pada pertemuan akhir untuk mengetahui

skala nyeri desmenorea yang dirasakan

responden setelah diberikan Semeton


53

( Senam Dismenore Tolak Nyeri ) dan

kompres hangat dengan Heat Pad instan.

11. Melakukan pengolahan dan Analisa data

serta membuat laporan hasil penelitian.

9. Cara Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut Notoadmodjo dalam Wati

(2017), pengolahan data meliputi :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk

memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing

dapat dilakukan pada tahap pengumpulan

data atau setelah data terkumpul.

Setelah data terkumpul data diperiksa

kembali untuk memeriksa kebenaran data

contohnya jika ditemukan kesalahan

penulisan nama atau jumlah maka

dilakukan editing untuk memperbaiki

kesalahan.

b. Coding

Setelah data diedit atau disunting,

selanjutnya dilakukan peng”kodean” atau

“coding” yakni mengubah data berbentuk


54

kalimat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan

1) Usia Menarch diberikan kode sebagai

berikut

< 12 tahun diberi kode 1

≥ 12 tahun diberi kode 2

2) Hari datang nyeri haid

Hari ke-1 diberi kode 1

Hari ke-2 diberi kode 2

Hari ke-3 diberi kode 3

3) siklus mentruasi

<21 hari diberi kode 1

21-35 hari diberi kode 2

>35 hari diberi kode 3

4) skala nyeri berdasarkan Numeric

Rating Scale (NRS)

Skala Nyeri

0 Tidak Nyeri Kode 1

1-4 Nyeri Ringan Kode 2

5-7 Nyeri Sedang Kode 3

8-10 Nyeri Berat Kode 4

Keterangan:
55

Nilai 0 tidak nyeri

Nilai 1 nyeri ringan

Nilai 2 sedikit gangguan, kadang

terasa seperti tusukan kecil

Nilai 3 gangguan cukup dihilangkan

dengan pengalihan perhatian

Nilai 4 nyeri dapat diabaikan dengan

beraktivitas atau melakukan

pekerjaan, masih dapat dialihkan

Nilai 5 rasa nyeri tidak bisa diabaikan

lebih dari 30 menit diberi

Nilai 6 rasa nyeri tidak bisa diabaikan

untuk waktu yang lama, tapi masih

bisa bekerja

Nilai 7 sulit berkonsentrasi,tetapi

dengan diselingi istirahat atau tidur,

kamu masih bisa bekerja atau

berfungsi dengan sedikit usaha

Nilai 8 beberapa aktivitas fisik

terbatas. Kamu masih bisa membaca

dan berbicara dengan

usaha.Merasakan mual dan pusing

kepala
56

Nilai 9 tidak bisa berbicara, menangis,

mengerang, dan merintih, tak dapat

dikendalikan, penurunan kesadaran

Nilai 10 sudah tidak mampu

berkomunikasi, hanya istirahat dan

ada yang sampai pingsan (tidak

sadarkan diri)

5) Gerakan “SEMETON”

Nilai 2, apabila telah dilaksanakan dengan sepenuhnya tepat

Nilai 1, apabila dilaksanakan hanya sebagian dan perlu

perbaikan

Nilai 0, apabila tidak dilakukan sama sekali

c. Data Entry

Peneliti memasukkan jawaban dari

masing-masing responden kedalam

software computer.

d. Cleaning

Apabila semua data dari setiap

sumber atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk

melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidaklengkapan dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau


57

koreksi. Proses ini disebut pembersihan

data atau cleaning. Contohnya jika dalam

penelitian ini, setelah mendapatkan hasil

penelitian dan data telah di entry pada

software komputer maka data diperiksa

kembali dan jika terdapat data yang

kurang atau kekeliruan dalam penulisan

maka dilakukan cleaning atau pembetulan

data.

e. Tabulating

Tabulating yakni membuat tabel-tabel

data sesuai dengan tujuan penelitian atau

yang diinginkan oleh peneliti Tabel yang

akan ditabulasi adalah tabel yang berisikan

data yang sesuai dengan kebutuhan

analisis. Pada penelitian ini, data yang

telah di entry dikelompokkan dalam bentuk

tabel yaitu tabel usia responden,

pendidikan, siklus menstruasi, dan skala

nyeri.

2. Analisa Data

Analisis data yang akan dilakukan antara lain:

a. Analisa Univariat
58

Analisis univariat bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian

(Agusata dalam Yunianingrum, 2018).

Analisis univariat dalam penelitian ini

adalah mendeskripsikan karakteristik

reponden seperti usia, hari datang nyeri

haid, siklus menstruasi, dan intensitas

nyeri dismenorea sebelum dan sesudah

intervensi.

∑f
P= x 100 %
N

Keterangan :

P = Presentase

N = Jumlah populasi

ƒ = Frekuensi

b. Analisa bivariat

Penelitian ini menggunakan analisa

bivariat untuk melihat adakah perbedaan

pengaruh Semeton ( Senam Dismenore

Tolak Nyeri ) dan kompres hangat dengan

Heat Pad instan terhadap penurunan

nyeri dismenorea dengan melihat selisih

skala nyeri sebelum diberikan intervensi

dan setelah diberikan itervensi.


59

Pada penelitian ini menggunakan

skala data interval sehingga sebelum

menentukan uji statistik yang digunakan,

dilakukan uji normalitas terlebih dahulu

menggunakan uji Shapiro Wilk.

Berdasarkan hasil uji normalitas

menunjukkan p < 0,05 sehigga data

dikatakan tidak berdistribusi normal maka

pada penelitian ini digunakan uji non

parametrik yaitu Uji Mann Whitney U Test

(Yuantari & Handayani, 2017).


59

DAFTAR PUSTAKA

Abdurakhman, R. N., Indragiri, S., & Setiyowati, L. N.

(2020). Pengaruh Terapi Kompres Hangat Dengan

Wwz (Warm Water Zack) Terhadap Nyeri Pada

Pasien Dyspepsia. Jurnal Kesehatan, 11(1), 1462–

1468. https://doi.org/10.38165/jk.v11i1.201

Agustina. (2019). Perbedaan Pengaruh Abdominal

Streching Exercise dengan Kompres Hangat

terhadap Penurunan Nyeri Haid pada Mahasiswi

Fisioterapi. Jurnal Kesehatan

Ahyani, L. N., & Astuti, R. D. (2018). Buku Ajar

Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Universitas Muria Kudus, January 2019, 81.

A.Potter, P., & Perry, A. G. (2011). Buku Ajar Fundamental.

Keperawatan :Konsep,Proses dan Praktik. Jakarta: ECG.

Badriah & Diati. 2011. Be Smart Girl : Petunjuk Islami Kesehatan

ReproduksiBagi Remaja. Jakarta : Gema Insani

Arovah, N. I. Fisioterapi olahraga. Jakarta: EGC; 2016.

Dahlan, A. (2016). Pengaruh Terapi Kompres Hangat

Terhadap Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Siswi

Smk Perbankan Simpang Haru Padang. Jurnal

Iptek Terapan, 10(2).

https://doi.org/10.22216/jit.2016.v10i2.621
60

Dhilon, D. A., & Rahmadona, N. (2020). Pengaruh

Pemberian Susu Coklat Terhadap Penurunan

Intensitas Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri.

4(1), 18–26.

Hakim, W. 2016. Hubungan Antara Olahraga Dengan

Dismenorea Pada Mahasiswi Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Tahun 2016

Hardani, H., Medica, P., Husada, F., Andriani, H.,

Sukmana, D. J., & Mada, U. G. (2020). Buku

Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Issue

March).

Husna. (2018). Perbedaan Intensitas Nyeri Haid

Sebelum dan Sesudah Diberikan Kompres Hangat

pada Remaja Putri di Universitas Dharmas

Indonesia. Journal for Quality in Women’s Health,

Kusumaryani, M. (2017). Brief notes : Prioritaskan

kesehatan reproduksi remaja untuk menikmati

bonus demografi. Lembaga Demografi FEB UI, 1–

6.

http://ldfebui.org/wp-content/uploads/2017/08/BN-

06-2017.pdf

Lina, M. (2017). The Effectiviness of Dysmenorrhea


61

Gymnastics as an Alternative Therapy in Reducing

Menstrual Pain Efektivitas Senam Dismenore

Sebagai Terapi Alternatif Menurunkan Tingkat

Nyeri Haid Tinjauan Sistematis Penelitian Tahun

2011-2016 The Effectiviness of Dysme. 1(April), 1–

6. https://doi.org/10.29080/jhsp.v1i1.12

Lubis, putri yanti. (2018). Skripsi Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Dismenore Primer

Pada Remaja Siswi Sma Dharma Sakti Medan.

Mahua, H., Mudayatiningsih, S., & Perwiraningtyas, P.

(2018). Pengaruh Pemberian Kompres Air Hangat

Terhadap Dismenore Pada Remaja Putri Di SMK

Penerbangan Angkasa Singosari Malang Hawa.

Nursing News, 3(1), 259–268.

https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/vi

ew/787

Maidarti, Hayati, S., & Hasanah, A. P. (2018).

Efektivitas Terapi Kompres Hangat Terhadap

Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Di

Bandung. Jurnal Keperawatan BSI, VI(2), 156–

164.

Nisak, Y. (2018). Pengaruh Abdominal Stretching

Terhadap Intensitas Nyeri Haid Pada Remaja Putri


62

Di SMK Kesehatan Bakti Indonesia Medika

Jombang.

Nurjanah, Ida, Yuniza, and Miranti Florencia

Iswari. (2019) “Nyeri Menstruasi Pada Mahasiswi

Asrama Pendahuluan Dismenore Hampir

Dialami Seluruh Dismenore Yang Angka

Kejadian Dengan Kejadian Dismenore Mengalami

Dalam Keadaan Nyeri Menstruasi . Semua Bisa

Menurunkan Juga Tumor Atau Kelainan Uterus ,

Stres Atau Cemas.” 10(1)

Nurul, L. (2012). Perbedaan Tingkat Nyeri Haid (Dismenore)

Sebelum dan Sesudah Senam Dismenore padda Remaja Putri

di SMAN 2 Jember. Universitas Jember.

Perry dan Potter. (2015). Buku Ajar Fundamental

Keperawatan : Konsep,. Proses,dan Praktik. Alih

Bahasa : Renata. Komalasari, dkk. Jakarta: EGC

Pihandini, E. (2019). Perbedaan Terapi Kompres

Hangat Menggunakan Botol Kaca Dan Kompres

Water Warm Zack (Wwz) Terhadap Intesitas Nyeri

Sendi Pada Lansia Di Panti Werdhawisma Asih

Madiun.

Puspitasari, I., Rumini, & Mukarromah, S. (2017).

Pengaruh Latihan Senam dan Daya Tahan Tubuh


63

terhadap Respon Nyeri Haid ( Dysmenorrhea ).

Journal of Physical Education and Sport, 6(2),

165–171.

Proverawati, A. & Misaroh, S. 2017. Menarche

Menstruasi Pertama Penuh Makna. Cet. 1.

Yogyakarta : Nuha Medika.

Rahayu, A., Noor, M. Sy., Yulidasari, F., Rahman, F., &

Putri, A. O. (2017). Kesehatan Reproduksi Remaja

& Lansia. In Journal of Chemical Information and

Modeling (Vol. 53, Issue 9).

Rahayu, Suryani, & Marlina. (2014). Efektifitas Senam

Dismenore dalam Mengurangi Dismenore pada

Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Solusi, 2.

Rahmadhayanti, E., Afriyani, R., & Wulandari, A.

(2017). Pengaruh Kompres Hangat terhadap

Penurunan Derajat Nyeri Haid pada Remaja Putri

di SMA Karya Ibu Palembang. Jurnal Kesehatan,

8(3), 369. https://doi.org/10.26630/jk.v8i3.621

Rakhma, A. (2012). Gambaran Derajad Dismenore dan

Upaya Penanganannya pada Siswi Sekolah

Menengah Kejujuran Arjuna Depok Jawa Barat.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.
64

Soeratno, Lincolin Arsyad (1995), Metodologi

Penelitian, Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Sugani, Surya dan Lucia Priandarini. 2011. Cara Cerdas Untuk Sehat.

Jakarta : Trans Media.

Susanti, L. (2017). Pengaruh Senam Dismenore terhadap Peneurunan

Dismenore pada Mahasiswi Tingkat II Keperawatan. STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun.

Suwondo, B. S., Meliala, L., & Sudadi. (2017). Buku

Ajar Nyeri 2017. Yogyakarta: Perkumpulan Nyeri

Indnesia

Trisnawati, Yeti, and Ani Mulyandari. (2020)

“Gorontalo.” Gorontalo Journal Of Publich Health

3(2): 171–91.

Trimayasari, D dan Kuswandi, K. (2013). Hubungan

usia menarche dan status gizi siswi SMP kelas 2

dengan kejadian dismenore. Jurnal Obstretika

Scientia Vol.2, No.2 ISSN 2337-6120

Wati, restiyana saras. (2017). Pengaruh Pemberian

Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri

Menstruasi (Dismenore) Pada Remaja Putri Siswi

Kelas Vii Smpn 3 Kecamatan Maospati Kabupaten

Magetan.

Wilujeng, R. D. (2013). Modul Kesehatan Reproduksi.


65

Griya Akbid Husada, 1–68.

Wiknjosastro, H., Saifuddin, A. B., Rachimhadhi, T. Ilmu Kebidanan.

Edisi IV. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. 2014

Wahit Iqbal dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2.

Jakarta : Salemba Medika.

Yulita. 2015. Efektifitas Kompres Hangat. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka. 

Yuantari, C. and Handayani, S. (2017) Buku Ajar

Statistik Deskriptif & Inferensial.

Lampiran 1

PERSETUJUAN SETELAH
PENJELASAN
(INFORMED CONSENT) SEBAGAI
RESPONDEN PENELITIAN

Yang terhormat calon responden penelitian, Saya meminta

kesediannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan

dari penelitian ini bersifat sukarela/tidak memaksa. Mohon untuk dibaca

penjelasan dibawah dengan seksama dan disilahkan bertanya bila ada

yang belum dimengerti.

J Perbedaan Pemberian “Semeton” (Senam


Dismenore Tolak Nyeri) dan Kompres Hangat
u
66

d dengan Heat Pad Terhadap Penurunan Tingkat


Nyeri Dismenore Remaja Putri Di Lingkungan
u
Sembalun Tanjung Karang
l

P Baiq Dhiya Salsabila

I Poltekkes Kemenkes

n Mataram

t
67

L Lingkungan Sembalun

o Tanjung Karang

Peneliti menjamin kerahasiaan semua data peserta penelitian ini

dengan menyimpannya dengan baik dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian. Kepesertaan responden dapat menolak untuk


68

menjawab pertanyaan yang diajukan pada penelitian atau

menghentikan kepesertaan dari penelitian kapan saja tanpa ada sanksi.

Jika setuju untuk menjadi sampel penelitian ini, responden diminta

untuk menandatangani formulir ‘Persetujuan Setelah Penjelasan

(Informed Consent) Sebagai Sampel Penelitian’ setelah responden

benar-benar memahami tentang penelitian ini. Responden akan diberi

salinan persetujuan yang sudah ditandatangani ini.

Bila selama berlangsungnya penelitian terdapat

perkembangan baru yang dapat mempengaruhi keputusan responden

untuk kelanjutan kepesertaan dalam penelitian,peneliti akan

menyampaikan hal ini kepada responden . Bila ada pertanyaan yang

perlu disampaikan kepada peneliti, silakan hubungi peneliti: Baiq

Dhiya Salsabila dengan No HP 083857469409

Tanda tangan Ibu dibawah ini menunjukkan bahwa responden

telah membaca, telah memahami dan telah mendapat kesempatan

untuk bertanya kepada peneliti tentang penelitian ini dan menyetujui

untuk menjadi peserta *penelitian.

Peserta

/Subjek

Peneliti

an
69

……

……

……

……

……

….

Tand

tanga

n dan

nama

Tanggal: / / 2022

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Usia :
Alamat :
No. Responden ( disi oleh peneliti ) :
70

Menyatakan ketersediaan untuk turut berpartisipasi untuk menjadi responden


penelitian yang dilakukan oleh Baiq Dhiya Salsabila mahasiswi Program
Sarjana Terapanan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram dengan judul penelitian
“Perbedaan Pemberian “Semeton” (Senam Dismenore Tolak Nyeri) dan
Kompres Hangat dengan Heat Pad Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
Dismenore Remaja Putri Di Lingkungan Sembalun Tanjung Karang”
Persetujuan ini saya buat dengan sukarela, tanpa paksaan dan tekanan dari
pihak manapun karena saya mengetahui bahwa keterangan yang akan saya
berikan
sangat besar manfaatnya bagi kelanjutan penelitian peneliti.
Mataram, …………………2022

R
e
s
p
o
n
d
e
n

( ……………………………….)

Lampiran 3

Lembar Karakteristik Responden


Nama :
71

Umur :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

1. Apakah anda sudah menstruasi?

a. Ya b. Tidak

2. Umur berapa anda pertama kali menstruasi ?

a. <12 tahun b. ≥12 tahun

3. Berapa rata-rata lama siklus haid anda?

a. 21-35 hari

b. <21 hari

c. > 35 hari

4. Apakah Menstruasi anda teratur (menstruasi anda

selama minimal 3x berturut-turut pada rentang

siklus yang sama)?

a. Ya b. tidak

5. Kapan waktu biasanya anda mengalami nyeri haid?

a. Hari ke-1 haid

b. Hari ke-2 haid

c. Hari ke-3 haid

d. Lainnya ……..

6. Tanggal berapa hari pertama menstruasi anda di

bulan yang lalu?


72

7. Apa yang anda lakukan untuk mengurangi

dismenore (nyeri haid)?

a. Di diamkan saja

b. Pergi ke Klinik

c. Dikompres

d. Diberi obat (Asam mefenamat, paracetamil,

aspirin atau ibuprofen) atau minuman pereda

nyeri

8. Apakah anda mengalami nyeri diluar siklus

menstruasi?

a. Ya b. Tidak
73

Lampiran 4

KUISIONER

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN

DISMINORE

A. Data Identitas

Nama :

Usia :

B. Nyeri Dismenore

Berilah tanda √ sesuai skala nyeri Numerical Rating

Scale (NRS) 0-10 dengan rasa nyeri yang saudari

rasakan pada saat hari pertama dismenorea!

Skal Karatkteristik Tanda


a
0 Tidak nyeri
1 Sedikit gangguan, kadang terasa seperti tusukan
kecil
2 Sedikit gangguan, terasa seperti tusukan yang
lebih dalam
3 Gangguan cukup dihilangkan dengan pengalihan
perhatian
4 Nyeri dapat diabaikan dengan beraktivitas atau
melakukan pekerjaan, masih dapat dialihkan
5 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan lebih dari 30 menit
6 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan untuk waktu yang
lama, tapi masih bisa bekerja
74

7 Sulit berkonsentrasi, tetapi dengan diselingi


istirahat atau tidur, kamu masih bisa bekerja atau
berfungsi dengan sedikit usaha
8 Beberapa aktivitas fisik terbatas. Kamu masih bisa
membaca dan berbicara dengan usaha.
Merasakan mual dan pusing kepala
9 Tidak bisa berbicara, menangis, mengerang, dan
merintih, tak dapat dikendalikan, penurunan
kesadaran
10 Sudah tidak mampu berkomunikasi, hanya
istirahat dan ada yang sampai pingsan (tidak
sadarkan diri)
75

Lampiran 5

CEKLIST SENAM DISMINORE

Penilaian :
d) Nilai 2, apabila telah dilaksanakan dengan sepenuhnya tepat
e) Nilai 1, apabila dilaksanakan hanya sebagian dan perlu perbaikan
f) Nilai 0, apabila tidak dilakukan sama sekali

NO GERAKAN Nilai
0 1 2

PERSIAPAN
1. Persiapan tempat: usahakan pemilihan
tempat yang luas
2. Pakailah pakaian yang menyerap
keringat
PELAKSANAAN
GERAKAN PEMANASAN
3. Tarik nafas dalam melalui hidung,
sampai perut menggelembung dan
tangan kiri terangkat. Tahan sampai
beberapa detik dan hembuskan lewat
mulut.
4. Kedua tangan di pinggang, tunduk dan
tegakkan kepala (2x8 hitungan)
5. Kedua tangan di pinggang, tengokan
kepala ke kanan-kiri (2x8 hitungan).
6. Kedua tangan di pinggang, tempelkan
telinga ke pundak ke kiri-ke kanan (2x8
hitungan)
7. Putar bahu bersamaan kedunya (2x8
hitungan)
GERAKAN INTI
8. GERAKAN BADAN KE-1
a. Berdiri dengan tangan direntangkan
ke samping dan kaki direnggangkan
kira-kira 30-35 cm.
b. Bungkukkan di pinggang dan
76

berputar ke arah kiri, mencoba


menjamah kaki-kiri dengan tangan
kanan tanpa membengkokkan lutut.
c. Lakukan hal yang sama dengan
tangan kiri menjamah kaki kanan.
d. Ulangi masing-masing posisi
sebanyak empat kali.

9. GERAKAN BADAN KE-2


a. Berdirilah dengan tangan di
samping dan kaki sejajar.
b. Luruskan tangan dan angkat sampai
melewati kepala. Pada waktu yang
sama sepakkan kaki kiri dengan
kuat ke belakang.
c. Lakukan bergantian dengan kaki
kanan.
d. Ulangi masing-masing posisi
sebanyak empat kali
GERAKAN PENDINGINAN
10. Lengan dan tangan, genggam tangan
kerutkan lengan dengan kuat tahan,
lepaskan.
11. Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dorsi
fleksi), tahan beberapa detik, lepaskan.
12. Seluruh tubuh, kontraksikan/
kencangkan semua otot sambil nafas
dada pelan teratur lalu relaks
(bayangkan hal yang menyenangkan).

Total nilai: nilai yang didapat x 100 %


24
77

Lampiran 6

DUMMY TABEL
Tabel. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Berdasarkan Usia Menarch,
Hari datang nyeri haid, dan Siklus
Menstruasi di Lingkungan Sembalun Tahun
2023
Karakteristik Ibu Hamil n %

Usia Menarch
< 12 Tahun
≥12 Tahun
Total
Hari Datang Nyeri Haid

Hari 1

Hari 2

Hari 3

Total

Siklus menstruasi

<21 hari

21-35 hari

>35 hari

Total
78

Tabel.2 Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum dan


Sesudah Pemberian “SEMETON” di
Lingkungan SembalunTahun 2023
Kriteria Pengetahuan Sebelum Sesudah
n % n %
Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat
Total

Tabel.3 Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum dan


Sesudah Pemberian Kompres Hangat
dengan Heat Pad di Lingkungan
SembalunTahun 2023
Kriteria Pengetahuan Sebelum Sesudah
n % n %
Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat
Total

Tabel.4 Menganalisis Pengaruh Pemberian


“SEMETON” terhadap Nyeri Dismenore di
Lingkungan SembalunTahun 2023
Min Max x P Value
Pretest
Posttest

Tabel.5 Menganalisis Pengaruh Pemberian Kompres


Hangat dengan Heat Pad terhadap Nyeri
Dismenore di Lingkungan SembalunTahun
2023
Min Max x P Value
Pretest
Posttest

Anda mungkin juga menyukai