Oleh :
NI LUH GEDE WAHYU SRI ARINI
NIM. 19J10111
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2019/2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas Karya Ilmiah Akhir (KIA)
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada pasien Pneumonia di Ruang UGD RSUP
Sanglah Denpasar”.
Dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini, penulis banyak mendapat
bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga Karya Ilmiah Akhir
(KIA) ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu kelompok ingin
menyampaikan ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak I Gede Putu Dharma Suyasa, K.Kep., M.Ng., Ph.D. selaku Rektor Institut
Teknologi Dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
2. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto.,S.Kep.,MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali yang memberi dukungan moral kepada
penulis..
3. Ibu AAA Yuliati Darmini, S.Kep.,Ns.,MNS selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners yang memberikan kami ijin untuk mengikuti Program Profesi Ners tahap II
4. Bapak Ns. Dewa Adi Surya Antara, M. Kep. selaku CI dan Pembimbing
Ruangan IGD yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi dalam
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir (KIA).
5. Ibu Ni Putu Ayu J. Sastamidhyani,S.Kep.M.Kep. selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan
Karya Ilmiah Akhir (KIA).
ii
6. Kedua orang tua I Made Arjaya dan Ni Made Artini Asih serta anggota Keluarga
lainnya yang telah banyak memberikan doa, dukungan dan semangat dalam
penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini masih
belum sempurna, untuk itu masukan dan saran yang membangun dari berbagai
pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan Karya Ilmiah Akhir
(KIA) Asuhan Keperawatan Pada pasien Peumonia di Ruang UGD RSUP
Sanglah Denpasar ini.
Denpasar, Maret 2020
Penulis
iii
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
ANALISIS PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN
PENATALAKSANAAN TEKNIK LATIHAN NAFAS DALAM DAN BATUK
EFEKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENGELUARAN SPUTUM
PADA PASIEN PNEUMONIA DI IGD RSUP SANGLAH
ABSTRAK
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................II
ABSTRAK........................................................................................................IV
DAFTAR ISI.....................................................................................................V
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................1
B. Tujuan .........................................................................................3
C. Manfaat .......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................5
A.Konsep Dasar Pneumonia ............................................................5
B.Konsep dasar asuhan teoritis ......................................................13
C.Konsep Dasar Latihan Nafas Dalam ..........................................21
D.Konsep Dasar Batuk Efektif ......................................................23
BAB III ANALISA KEGIATAN/KASUS.................................................26
A. Profil Lahan Praktik .......................................................................26
B. Pengkajian ......................................................................................28
C. Diagnosa .........................................................................................28
D. Intervensi ........................................................................................29
E. Implementasi...................................................................................30
F. Evaluasi ..........................................................................................32
BAB IV PEMBAHASAN ...........................................................................33
BAB V PENUTUP.....................................................................................36
A. KESIMPULAN .............................................................................36
B. SARAN ..........................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA).
Dengan gejala batuk disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksi
seperti virus, bakteri, mycoplasma (fung), dan aspirasi subtansi asing, berupa
radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat
melalui gambaran radiologis (Nanda, 2015). Komplikasi meliputi hipoksemia,
gagal respiratorik, efusipleura, empiema, abses paru, dan bakteremia, disertai
penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain yang menyebabkan meningitis,
endokarditis,dan perikarditis.
Pneumonia adalah penyakit yang banyak terjadi yang menginfeksi
kira- kira 450 juta orang pertahun dan terjadi di seluruh penjuru dunia.
Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian pada semua kelompok
yang menyebabkan jutaan kematian (7% dari kematian total dunia) setiap
tahun. Angka ini paling besar terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari
lima tahun, dan dewasa yang berusia lebih dari 75 tahun (Langke, dkk, 2016).
Angka period prevalence pneumonia atau angka penderita pneumonia pada
waktu tertentu di Indonesia cenderung meningkat dari 2,1% pada tahun 2007
menjadi 2,7% pada tahun 2013 (Depkes, 2013). Pada tahun 2015, terjadi
920.136 kematian akibat pneumonia, 16% dari seluruh kematian anak usia
kurang dari 5 tahun (WHO, 2016).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2017
ditemukan 10 besar penyakit pada pasien rawat inap di RSU Provinsi Bali
yaitu salah satunya Pneumonia berjumlah 2683 orang. Dari pengamatan
lapangan harian yang dilakukan dalam kurun waktu 2015-2016 ini di Ruang
1
2
B. Epidemiologi/Insiden Kasus
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus
tipe 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan
pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. Angka kejadian tertinggi ditemukan
pada usia kurang dari 4 tahun dan berkurang dengan meningkatnya umur.
Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumokokus dan ditemukan
pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan bronchopneumonia lebih sering
dijumpai pada anak kecil dan bayi.
Pneumonia sebenarnya bukan peyakit baru. Tahun 1936 pneumonia
menjadi penyebab kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik,
membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun
2000, kombinasi pneumonia dan influenza kembali merajalela. Di Indonesia,
pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler
dan TBC. Kasus pneumonia ditemukan paling banyak menyerang anak balita.
Menurut laporan WHO, sekitar 800.000 hingga 1 juta anak meninggal dunia
5
6
D. Patofisiologi
Pneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan
oleh bakteri yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan
paru. Bakteri pneumococcus ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah
mulut dan tenggorokkan, menembus jaringan mukosa lalu masuk ke
pembuluh darah mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru dan selaput
otak. Akibatnya timbul peradangan pada paru dan daerah selaput otak.
Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman
sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan
mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi.
Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi
surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga
pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah
tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan
frekuensi nafas, hipoksemia, asidosis respiratorik, sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Pathway
terlampir
E. Klasifikasi
Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia tahun 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia, yaitu:
Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
a) Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b) Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial
pneumonia)
c) Pneumonia aspirasi
d) Pneumonia pada penderita immunocompromised.
Berdasarkan bakteri penyebab:
a) Pneumonia bakteri/tipikal.
8
b. Palpasi
Denyut nadi meningkat dan bersambungan (bounding), nadi biasanya
meningkat sekitar 10 kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat
celcius, turgor kulit menurun, peningkatan taktil fremitus di sisi yang
sakit, hati mungkin membesar.
c. Perkusi
Perkusi pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
d. Auslkutasi
Terdengar stridor, bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial, egofoni
(bunyi mengembik yang terauskultasi), bisikan pektoriloquy (bunyi
bisikan yang terauskultasi melalui dinding dada), ronchii pada lapang
paru. Perubahan ini terjadi karena bunyi ditransmisikan lebih baik
melalui jaringan padat atau tebal (konsolidasi) daripada melalui jaringan
normal.
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus);
infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau
penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia
mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada
c. Pemeriksaan darah.
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah netrofil)
Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000/m dengan
pergeseran LED meninggi.
d. LED meningkat.
11
H. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dada dengan menggunakan
stetoskop, akan terdengar suara ronchi. Selain itu juga didukung oleh
pemeriksaan penunjang seperti: rontgen dada, pembiakan dahak, hitung
jenis darah, gas darah arteri.
12
I. Therapy
a. Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.
b. Pemberian oksigen tambahan
c. Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
d. Antibiotik sesuai dengan program
e. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
f. Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1
ditambah larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse.
g. Obat-obatan :
- Antibiotika berdasarkan etiologi.
- Kortikosteroid bila banyak lender.
- Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan
Eritromicin 4 X 500 mg sehari atau Tetrasiklin 3-4 hari mg sehari.
Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan
terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA
(Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer
seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simptomatik seperti :
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di
rumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris,
diberikan broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus
berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai
dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit.
J. Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat, akan mengakibatkan komplikasi.
Komplikasi dari pneumonia / bronchopneumonia adalah :
13
a. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang
berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara,
kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
b. Efusi pleura
c. Abses otak
d. Endokarditis
e. Osteomielitis
f. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
g. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
h. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
i. Infeksi sitemik.
j. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
k. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
K. Prognosis
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas
dapat diturunkan sampai 1%. Pasien dalam keadaan malnutrisi energi
protein dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih
tinggi.
1) Pengkajian
a. Data Subjektif
a) Klien mengatakan badan demam
b) Klien mengatakan merasa nyeri di daerah dada yang terasa
tertusuk-tusuk, terutama saat bernafas atau batuk
c) Klien mengatakan tenggorokan terasa sakit, sakit kepala, dan
mialgia
14
c. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya
eksudat pada alveoli akibat infeksi
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi
dalam alveoli.
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-capiler
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologikal
5. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolik.
d. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya
eksudat pada alveoli akibat infeksi
Tujuan:
Setelah diberikan askep selama ... x ... jam, diharapkan bersihan jalan nafas
klien kembali efektif dengan kriteria hasil:
Respiratory status: airway patency (status pernapasan: kepatenan jalan
napas)
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20x/mnt) (skala 5 = no
deviation from normal range)
- Irama pernapasn normal (skala 5 = no deviation from normal range)
- Kedalaman pernapasan normal (skala 5 = no deviation from normal
range)
- Klien mampu mengeluarkan sputum secara efektif (skala 5 = no
deviation from normal range)
- Tidak ada akumulasi sputum (skala 5 = none)
Intervensi:
Respiratory monitoring
1) Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha respirasi
Rasional: mengetahui tingkat gangguan yang terjadi dan membantu
dalam menetukan intervensi yang akan diberikan.
16
Memfasilitasi ventilasi
Serangan asma akut adalah suatu keadaan terjadinya spasme bronkus yang
reversibel yang ditandai dengan batuk mengi dan sesak nafas.
d. Deformitas struktur dinding dada dan tulang belakang.
Secara historis RSUP Sanglah mulai dibangun pada tahun 1956 dan
diresmikan pada tanggal 30 Desember 1959 oleh Presiden Ir. Soekarno
sebagai RS kelas C dengan kapasitas 150 tempat tidur. Pada tahun 1962,
RSUP Sanglah memulai membangun kerjasama dengan FK Unud sebagai RS
Pendidikan bagi calon dokter. Selanjutnya pada tahun 1978, status RSUP
Sanglah berubah menjadi rumah sakit pendidikan tipe B serta sebagai Rumah
Sakit Rujukan untuk Bali, NTB, NTT, Timor Timur (SK Menkes RI
No.134/1978).
Dalam perkembangannya, RSUP Sanglah mengalami beberapa kali
perubahan status. Dimulai pada tahun 1993 dimana status rumah sakit
menjadi rumah sakit swadana (SK Menkes No. 1133/Menkes/SK/VI/1994).
Kemudian tahun 1997 menjadi Rumah Sakit PNBP (Pendapatan Negara
Bukan Pajak). Pada tahun 2000 berubah status menjadi Perjan (Perusahaan
Jawatan) sesuai peraturan pemerintah tahun 2000. Terakhir pada tahun 2005
berubah menjadi PPK BLU (Kepmenkes RI NO.1243 tahun 2005 tgl 11
Agustus 2005) dan ditetapkan sebagai RS Pendidikan Tipe A sesuai
Permenkes 1636 tahun 2005 tertanggal 12 Desember 2005.
Seperti halnya organisasi lain, RSUP Sanglah Denpasar juga
memiliki visi sebagai arah yang akan dituju, menjadi Rumah Sakit Unggulan
dalam bidang Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian tingkat Nasional dan
Internasional. Dalam mewujudkan visi tersebut RSUP Sanglah dalam
memberikan pelayanan selalu berusaha dengan segala upaya agar
pelayanannya prima sehingga dapat memuaskan masyarakat yang
membutuhkan pelayanan. Apalagi RSUP Sanglah adalah merupakan rumah
sakit rujukan utama untuk wilayah Bali, NTB dan NTT. Disamping itu RSUP
Sanglah juga selalu mengedepankan pemberdayaan sumber daya yang
26
27
B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan di ruang IGD RSUP Sanglah Denpasar, dengan
metode observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi (rekam medis).
Dari hasil pengkajian didapatkan bahwa pasien di diagnosa medis Pneumonia.
Pasien datang ke IGD dengan mengeluh sesak sejak 3 hari yang lalu, batuk
berdahak sejak 2 minggu dan dahaknya susah keluar, serta lemas. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan hasil bahwa TD : 130/90mmHg, S : 37’2C N :
88x/menit frekuensi pernafasan pasien 26 x/menit, terdapat retraksi otot dada dan
dari pemeriksaan auskultasi terdengar suara ronchi serta saturasi (SPO 2) pasien
berada pada rentang 97%, kesadaran pasien composmentis. Saat dibawa ke IGD
pasien tampak dibantu oleh keluarga.
C. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian didapatkan diagnosa keperawatan fokus pada pasien
Pneumonia yang datang ke IGD RSUP Sanglah Denpasar yaitu
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan ditandai dengan pasien mengeluh sesak sejak 3 hari yang lalu, batuk
29
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tindakan
Kriteria Hasil Rasional
Keperawtan Keperawatan
E. Implementasi
F. Evaluasi
PEMBAHASAN
Pada kasus di atas dari hasil pengkajian pasien mengeluh sesak sejak 3
hari yang lalu, batuk berdahak sejak 2 minggu dan dahaknya susah keluar,
serta lemas. Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil bahwa TD :
130/90mmHg, S : 37’2C N : 88x/menit frekuensi pernafasan pasien 26
x/menit, terdapat retraksi otot dada dan dari pemeriksaan auskultasi terdengar
suara ronchi serta saturasi (SPO2) pasien berada pada rentang 97%,
kesadaran pasien composmentis. Saat dibawa ke IGD pasien tampak dibantu
oleh keluarga.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus diatas yaitu
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas, batuk berdahak dan
dahaknya susah dikeluarkan. Adapun intervensi berdasarkan masalah dalam
kasus: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi
yang tertahan. Penulis memberikan intervensi yaitu : Monitor status
pernafasan dan oksigenasi, berikan posisi semi fowler, kolaborasi dalam
pemberian terapi oksigen, instruksikan bagaimana agar bisa melakukan nafas
dalam dan batuk efektif dan kolaborasi dalam pemberian terapi inhalasi
nebulizer.
Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan pada Laporan
Karya Ilmiah Akhir (KIA) di IGD RSUP Sanglah Denpasar tentang pengaruh
terapi non farmakologi yaitu latihan nafas dalam dan batuk efektif terhadap
pengeluaran sekret pada pasien Pneumonia didapatkan hasil bahwa pasien
mengatakan sesaknya sudah berkurang dan dahaknya sudah mau keluar.
Dapat disimpulkan bahwa latihan nafas dalam dan batuk efektif dapat
membantu mengurangi sesak nafas serta meningkatkan pengeluaran sekret
pada pasien pneumonia.
33
34
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang Pengaruh pemberian latihan
nafas dalam dan batuk efektif terhadap Pengeluaran Sekret pada Pasien
Pneumonia di Ruang IGD RSUP Sanglah Denpasar, maka dapat
disimpulkan bahwa latihan nafas dalam dan batuk efektif dapat
meningkatkan pengeluaran sekret pada pasien Pneumonia di Ruang IGD
RSUP Sanglah Denpasar. Hal ini dikarenakan Teknik napas dalam dan
batuk efektif ini berfungsi untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol
dan efisien serta untuk mengurangi kerja napas serta meningkatkan
mobilisasi sekresi sehingga sputum mudah dikeluarkan dari jalan napas.
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan yang diharapkan pada praktik klinik
lapangan atau sedang melaksanakan profesi ners diharapkan senantiasa
selalu memperhatikan keluhan pasien sehingga pengetahuan dan informasi
terkini tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien Pneumonia
sesuai dengan perkembangan ilmu terbaru.
36
37
DAFTAR PUSTAKA
Alie, Y., & Rodiyah. (2013). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran
Sputum Pada Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Peterongan
Kabupaten Jombang. Jurnal Metabolisme, 2(3), 15–21.
https://doi.org/10.1111/jce.12992.This
Hasaini, A. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam dan Batuk Efektif
Terhadap Bersihan Jalan Napas Pada Klien dengan TB Paru Di
Ruang Al-Hakim RSUD Ratu Zalecha Martapura Tahun
2018. DINAMIKA KESEHATAN JURNAL KEBIDANAN DAN
KEPERAWATAN, 9(2), 240-251.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan Jilid 3. (D. Nur
Fitriani, O. Tampubolon, & F. Diba, Eds.) (7th ed.). Jakarta:
Salemba Medika.
Rochimah. (2011). Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: CV. Trans Info
Media.