MODUL PEMBELAJARAN
KEPERAWATAN KRITIS
Tim Penyusun :
MISI:
1
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
SASARAN MUTU:
Sarmut I
a. Terwujudnya penyelenggaraan pendidikan sesuai standar pelayanan pendidikan
(Standar ISO 9001:2008).
b. Terselenggaranya pengemba-ngan SDM
Sarmut II
a. Terlaksana-nya kegiatan penelitian kesehatan oleh setiap dosen minimal sekali
dalam satu tahun.
b. Keikut serta-an kegiatan proceeding penelitian baik tingkat nasional minimal
setahun sekali
c. Terselengga-ranya sosialisasi hasil penelitian dan implementasi-nya kepada
mahasiswa dan masyarakat.
d. Tersusunnya roadmap penelitian Program Studi
Sarmut III
a. Tersusunnya rencana program pengabdian kepada masyarakat.
b. Terlaksana-nya kegiatan pengabdian kepada masyarakat minimal sekali setiap
semester
c. Terbangun-nya kerjasama lintas program dan sektoral dalam program pemerintah
untuk pembangunan kesehatan masyarakat
d. Mengadakan pelatihan dan workshop terkait hasil penelitian pada kegiatan
pengabdian masyarakat.
2
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
Sarmut IV
3
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
KATA PENGANTAR
Penulis
4
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
DAFTAR ISI
PROSEDUR P E N AT A L A K S A N A A N KE P E R A W A T A N
K R I T I S K E J A N G DE M A M . . . . . . … … . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
I n d i k a t or p e m b e l a j a r a n … … … … … … … … … …
Uraian Materi……………………………………
Latihan ................................................... .
5
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
TINJAUAN UMUM MK
Petunjuk pengisian: tuliskan gambaran secara umum dari mata kuliah dapat
mengacu pada RPS/Kontrak belajar, kompetensi dasar dan indikator
pembelajaran yang akan dicapai serta ada berapa pokok bahasan dan
bagaimana evaluasi pembelajaran mata kuliahnya.
6
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
DESKRIPSI SINGKAT
Modul materi III membahas tentang masalah kesehatan yang lazim terjadi
pada usia dewasa akut maupun kronik yang mencakup gangguan fungsi sistem
persyarafan. Proses pembelajaran difokuskan pada diskusi dan ceramah
dikelas dan pengalaman praktikum dilaboratorium. Penugasan individu dan
kelompok seperti seminar dan membuat pelaporan tentang praktikum
dilaboratorium akan melengkapi pengalaman mahasiswa dalam mencapai
kompetensi pembelajaran.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum Pembelajaran:
Setelah mengikuti pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan.
Tujuan Khusus Pembelajaran:
a. Mengetahui dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan sistem persyarafan akibat hipertermi, yang akan menyebabkan
kejang demam.
7
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
8
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
Kegiatan pembelajaran
Waktu Tahap KBM Kegiatan
Meto
Dosen Mahasiswa
de/
Media
5 menit Pembukaan 1) Membuka Menjawab salam ceram
9
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
4) Dosen
menjelaskan materi, peserta
didik mencatat dan menyimak
5) Dosen
memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menanyakan
materi yang diberikan.
6) Dosen
menjelaskan materi selanjutnya,
peserta didik mencatat dan
menyimak
7) Dosen
memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menanyakan
materi yang diberikan
8) Dosen
menugaskan kepada peserta
didik untuk mendiskusikan
materi yang telah diberikan.
5 menit Penutup Dosen bersama peserta didik Menyimak dan
10
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
URAIAN MATERI
Seperti yang dikemukakan Syaifuddin (1997), bahwa system saraf terdiri dari
system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri dari cerebellum, medulla
oblongata dan pons (batang otak) serta medulla spinalis (sumsum tulang belakang),
system saraf tepi (peripheral nervous system) yang terdiri dari nervus cranialis (saraf-
11
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
saraf kepala) dan semua cabang dari medulla spinalis, system saraf gaib (autonomic
nervous system) yang terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan parasymphatis
(sistem saraf parasimpatis).
Otak berada di dalam rongga tengkorak (cavum cranium) dan dibungkus oleh
selaput otak yang disebut meningen yang berfungsi untuk melindungi struktur saraf
terutama terhadap resiko benturan atau guncangan. Meningen terdiri dari 3 lapisan
yaitu duramater, arachnoid dan piamater.
Merupakan bagian terbesar yang mengisi daerah anterior dan superior rongga
tengkorak di mana cerebrum ini mengisi cavum cranialis anterior dan cavum
cranialis media.
Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu : Corteks cerebri dan medulla cerebri.
Fungsi dari cerebrum ialah pusat motorik, pusat bicara, pusat sensorik, pusat
pendengaran / auditorik, pusat penglihatan / visual, pusat pengecap dan
pembau serta pusat pemikiran.
12
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
o Thalamus
o Hypothalamus
o Formation Reticularis
13
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
2. Serebellum
Merupakan bagian terbesar dari otak belakang yang menempati fossa cranial
posterior. Terletak di superior dan inferior dari cerebrum yang berfungsi
sebagai pusat koordinasi kontraksi otot rangka.
System saraf tepi (nervus cranialis) adalah saraf yang langsung keluar dari
otak atau batang otak dan mensarafi organ tertentu.
o N. I : Nervus Olfaktorius
o N. II : Nervus Optikus
o N. III : Nervus Okulamotorius
o N. IV : Nervus Troklearis
o N. V : Nervus Trigeminus
o N. VI : Nervus Abducen
o N. VII : Nervus Fasialis
o N. VIII : Nervus Akustikus
o N. IX : Nervus Glossofaringeus
o N. X : Nervus Vagus
o N. XI : Nervus Accesorius
o N. XII : Nervus Hipoglosus.
System saraf otonom ini tergantung dari system sistema saraf pusat dan
system saraf otonom dihubungkan dengan urat-urat saraf aferent dan efferent.
14
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu
awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus.
(Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yaitu 38 o C
yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
17
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
- Klonik : gerakan menyentak kasar pada saat tubuh dan ekstremitas
berada pada kontraksi dan relaksasi yang berirama, hipersalivasi, dapat
mengalami inkontinensia urin dan feses
- Tonik Klonik
- Akinetik : tidak melakukan gerakan
d. Umumnya kejang berhenti sendiri, anak akan terbangun dan sadar
kembali tanpa adanya kelainan saraf
E. Pengkajian Diagnostik
Pemeriksaan cairan cerebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang
pertama. Pada bayi- bayi kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga
pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan, dan
dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan. Elektroensefalografi
( EEG ) ternyata kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal tidak
dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau
kejang demam berulang di kemudian hari. Pemeriksaan laboratorium rutin
tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumberi infeksi.
a. Primary Survey :
Airway : Kaji apakah ada muntah, perdarahan, benda asing dalam mulut
seperti lendir dan dengarkan bunyi nafas.
Breathing : kaji kemampuan bernafas klien
18
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
19
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
20
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula –
mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas.
Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang
demam :
a. Pneumonia aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
21
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
c. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia,
gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.
d. Adanya riwayat trauma kepala
2. Pengkajian fisik
a. Tanda-tanda vital
b. Status hidrasi
c. Aktivitas yang masih dapat dilakukan
d. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba
hangat
e. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
f. Adanya kelemahan dan keletihan
g. Adanya kejang
h. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan
kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
3. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
a. Tingkat perkembangan anak terganggu
b. Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun
panas
c. Akibat hospitalisasi
d. Penerimaan klien dan keluarga terhadap penyakit
e. Hubungan dengan teman sebaya
4. Pengetahuan keluarga
a. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
b. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
22
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
Menurut Doengoes, dkk (1999 : 876), Angram (1999 : 629 – 630), carpenito
(2000 : 132) dan Krisanty P., dkk (2008 : 224) diagnosa yang mungkin muncul
pada pasien dengan kejang demam :
1. Resiko terhadap cidera b.d aktivitas kejang
2. Defisit volume cairan bd kondisi demam
3. Hipertermia bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
4. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif bd reduksi aliran darah ke otak
5. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,
penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi
C. Intervensi Keperawatan
23
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
24
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
25
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
26
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
27
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi fisiologi dengan cara yang tepat
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
d. Identifikasikan kemungkinan dengan cara yang tepat
D. Evaluasi Keperawatan
28
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
29
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
LATIHAN
Soal: buatlah scenario kasus Kejang Demam, kemudian aplikasikan kedalam asuhan
keperawatan pada pasien DM.
RANGKUMAN
30
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
31
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
The main goal is to NORMALISE insulin activity & blood glucose level by:
1. Diet
2. Physical activity (exercise)
3. Farmakologi ( Insulin therapi)
4. Penyuluhan kesehatan
TES
FORMATIF
Petunjuk Soal : Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda silang
(X) pada salah satu option jawaban yang benar pada lembar jawaban
yang telah disediakan!
Ny. D. umur 52 tahun, dirawat di ruang seruni RSUD Kraton Pekalongan dengan
keluhan adanya luka pada tumit kanan yang tidak sembuh – sembuh. Berat badannya
sepuluh hari yang lalu 60 kg dan saat ini 50 kg. Ny D. merasa asing dengan tumitnya
dan tidak mau melihatnya, setiap kali ada keluarga yang mengunjunginya luka pada
tumitnya ditutupi pakai selimut. Diagnosa medis : Diabetes Melitus.
b. Merasa kenyang
c. Kurang napsu makan
d. Sering Buang Air Kecil
e. Sering Buang Air Besar
2. Berdasarkan data pada kasus masalah keperawatan yang utama pada Ny. D
adalah…
a. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
b. Perubahan konsep diri
c. Kurangnya pengetahuan
d. Resiko defisit volume cairan
e. Resiko gangguan integritas kulit
3. Intervensi keperawatan pada Ny. D terkait dengan dietnya adalah …
a. Rendah gula
b. Rendah garam
c. Tinggi kalori
d. Pantang buah
e. Tinggi kalori rendah lemak
4. Masalah keperawatan yang terkait dengan kondisi psikologis Ny. D adalah…
a. Gangguan konsep diri
b. Kecemasan
c. Harga diri rendah
d. Perubahan citra tubuh
e. Semua benar
5. Menjelang kepulangan Ny. D, yang perlu diajarkan bila tiba – tiba tubuhnya
merasa lemah, berkeringat dingin, dan mata berkunang – kunang adalah …
a. Istirahat
33
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
b. Makan
c. Minum manis
d. Minum dingin
e. Bawa ke rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Utami, Prapti. Solusi Sehat Mengatasi Diabetes. Agromedia Pustaka, Jakarta. 2009.
2. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta, Jakarta. 2007.
3. Kardika, Ida Bagus Wayan, dkk. Preanalitik dan Interpretasi Glukosa Darah untuk Diagnosis
Diabetes Melitus. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali.
2009.
34
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS
5. Biswas, Animesh. Prevention of Type 2 Diabetes – Life style modification with diet and
physical activity Vs activity alone, Karolinka Institute.2006. Available From:
http://ki.se/content/1/c6/04/90/19/AnimeshBiswas.pdf.
6. Purnamasari, D., Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. In: Sudoyo, Aru W., Bambang
Setyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata, Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III Ed 5. Jakarta: Interna Publishing. 2009.
8. Waspadji S. Diabetes Mellitus : Mekanisme dasar dan pengelolaannya yang rasional. Penerbit
FKUI, Jakarta. 2005.
A.
B.
C. GLOSARIUM/SENARAI
35