Anda di halaman 1dari 35

Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

MODUL PEMBELAJARAN

KEPERAWATAN KRITIS
Tim Penyusun :

MISI:

1
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

SASARAN MUTU:
Sarmut I
a. Terwujudnya penyelenggaraan pendidikan sesuai standar pelayanan pendidikan
(Standar ISO 9001:2008).
b. Terselenggaranya pengemba-ngan SDM

Sarmut II
a. Terlaksana-nya kegiatan penelitian kesehatan oleh setiap dosen minimal sekali
dalam satu tahun.
b. Keikut serta-an kegiatan proceeding penelitian baik tingkat nasional minimal
setahun sekali
c. Terselengga-ranya sosialisasi hasil penelitian dan implementasi-nya kepada
mahasiswa dan masyarakat.
d. Tersusunnya roadmap penelitian Program Studi

Sarmut III
a. Tersusunnya rencana program pengabdian kepada masyarakat.
b. Terlaksana-nya kegiatan pengabdian kepada masyarakat minimal sekali setiap
semester
c. Terbangun-nya kerjasama lintas program dan sektoral dalam program pemerintah
untuk pembangunan kesehatan masyarakat
d. Mengadakan pelatihan dan workshop terkait hasil penelitian pada kegiatan
pengabdian masyarakat.

2
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

Sarmut IV

a. Terciptanya Kegiatan pembelaja-ran dengan aman, tertib, bebas dari suasana


keributan / kebisingan
b. Meningkat-nya motivasi belajar mahasiswa di lingkung-an kampus
c. Berjalannya kegiatan kemahasis-waan yang dapat meng-akomodir terhadap
kreativitas mahasiswa
d. Tersedianya sistem keamanan & keselamatan kerja bagi seluruh civitas akademika
e. Terciptanya pergaulan sosial akademik yang menye-nangkan bagi seluruh civitas
akademik

3
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb...


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan modul praktik laboratorium ini. Modul praktik laboratorium
disusun untuk memfasilitasi dan mendukung ketercapaian kompetensi
pembelajaran praktika.
Ucapan terima kasih dan penghargaan disampaikan kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan modul ini. Akhirnya, penulis berharap
modul pembelajaran ini dapat digunakan untuk mendukung belajar
mahasiswa secara optimal dan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Pekalongan, Agustus 2017

Penulis

4
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................


Pendahuluan ............................................................
Deskripsi singkat…………………………………
Relevansi………………………………………….
Petunjuk belajar………………………………….
Tujuan……………………………………………..

PROSEDUR P E N AT A L A K S A N A A N KE P E R A W A T A N
K R I T I S K E J A N G DE M A M . . . . . . … … . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
I n d i k a t or p e m b e l a j a r a n … … … … … … … … … …
Uraian Materi……………………………………
Latihan ................................................... .

Daftar Pustaka ........................................................

5
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

TINJAUAN UMUM MK

Petunjuk pengisian: tuliskan gambaran secara umum dari mata kuliah dapat
mengacu pada RPS/Kontrak belajar, kompetensi dasar dan indikator
pembelajaran yang akan dicapai serta ada berapa pokok bahasan dan
bagaimana evaluasi pembelajaran mata kuliahnya.

MATERI INTI MODUL

Petunjuk Pengisian: Tuliskan materi inti dari modul


pembelajaran.

6
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

MODUL MATERI III


SISTEM PERSYARAFAN

DESKRIPSI SINGKAT

Modul materi III membahas tentang masalah kesehatan yang lazim terjadi
pada usia dewasa akut maupun kronik yang mencakup gangguan fungsi sistem
persyarafan. Proses pembelajaran difokuskan pada diskusi dan ceramah
dikelas dan pengalaman praktikum dilaboratorium. Penugasan individu dan
kelompok seperti seminar dan membuat pelaporan tentang praktikum
dilaboratorium akan melengkapi pengalaman mahasiswa dalam mencapai
kompetensi pembelajaran.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Umum Pembelajaran:
Setelah mengikuti pembelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan.
Tujuan Khusus Pembelajaran:
a. Mengetahui dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan sistem persyarafan akibat hipertermi, yang akan menyebabkan

kejang demam.

7
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

b. Mengetahui dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pasien dengan Kejang


Demam.

Indikator Pembelajaran

Kompetensi Dasar Indikator


1. Menjelaskan konsep a. Menjelaskan anatomi & fisiologi
dasar Kejang Demam persayarafan
b. Menjelaskan definisi Kejang Demam
c. Menjelaskan jenis Kejang Demam
d. Memahami patofisiologi, tanda gejala Kejang
Demam
e. Menjelaskan pengkajian diagnostik
f. Menjelaskan tatalaksana kasus Kejang
Demam
g. Menyebutkan komplikasi Kejang Demam

2 Melakukan asuhan a. Melakukan pengkajian pasien Kejang


keperawatan pasien Demam
Kejang Demam b. Menentukan diagnosa keperawatan Kejang
Demam
c. Menentukan perencanaan Kejang Demam
d. Melakukan tindakan keperawatan pada
pasien Kejang Demam
e. Melakukan evaluasi keperawatan pasien
Kejang Demam

8
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

Kegiatan pembelajaran
Waktu Tahap KBM Kegiatan

Meto
Dosen Mahasiswa
de/
Media
5 menit Pembukaan 1) Membuka Menjawab salam ceram

pelajaran dengan ah,

mengucapkan salam. Memperhatikan tanya


penjelasan dari jawab
2) Menjelaskan
dosen , dan
tujuan, isi, proses dan sistem
diskus

9
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

evaluasi pembelajaran. Menyimak dan i


menjawab
3) Apersepsi
materi pelajaran yang terkait.
40 mnt Kegiatan Inti Teori: Mendengarkan

4) Dosen
menjelaskan materi, peserta
didik mencatat dan menyimak

5) Dosen
memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menanyakan
materi yang diberikan.

6) Dosen
menjelaskan materi selanjutnya,
peserta didik mencatat dan
menyimak

7) Dosen
memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menanyakan
materi yang diberikan

8) Dosen
menugaskan kepada peserta
didik untuk mendiskusikan
materi yang telah diberikan.
5 menit Penutup Dosen bersama peserta didik Menyimak dan

menyimpulkan materi pelajaran menjawab

Melakukan evaluasi secara lisan,

10
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

menjawab kuis dan menilai


laporan studi kasus.

Memberikan tugas membaca


materi terkait untuk tugas
kelompok.

Menutup pelajaran dengan


salam.

URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN: KEJANG DEMAM

A. Anatomi Fisiologi Sistem Persyarafan

Seperti yang dikemukakan Syaifuddin (1997), bahwa system saraf terdiri dari
system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri dari cerebellum, medulla
oblongata dan pons (batang otak) serta medulla spinalis (sumsum tulang belakang),
system saraf tepi (peripheral nervous system) yang terdiri dari nervus cranialis (saraf-
11
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

saraf kepala) dan semua cabang dari medulla spinalis, system saraf gaib (autonomic
nervous system) yang terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan parasymphatis
(sistem saraf parasimpatis).
Otak berada di dalam rongga tengkorak (cavum cranium) dan dibungkus oleh
selaput otak yang disebut meningen yang berfungsi untuk melindungi struktur saraf
terutama terhadap resiko benturan atau guncangan. Meningen terdiri dari 3 lapisan
yaitu duramater, arachnoid dan piamater.

Sistem saraf pusat (Central Nervous System) terdiri dari :

1. Cerebrum (otak besar)

Merupakan bagian terbesar yang mengisi daerah anterior dan superior rongga
tengkorak di mana cerebrum ini mengisi cavum cranialis anterior dan cavum
cranialis media.

Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu : Corteks cerebri dan medulla cerebri.
Fungsi dari cerebrum ialah pusat motorik, pusat bicara, pusat sensorik, pusat
pendengaran / auditorik, pusat penglihatan / visual, pusat pengecap dan
pembau serta pusat pemikiran.

Sebagian kecil substansia gressia masuk ke dalam daerah substansia alba


sehingga tidak berada di corteks cerebri lagi tepi sudah berada di dalam
daerah medulla cerebri. Pada setiap hemisfer cerebri inilah yang disebut
sebagai ganglia basalis.

Yang termasuk pada ganglia basalis ini adalah :

12
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

o Thalamus

Menerima semua impuls sensorik dari seluruh tubuh, kecuali impuls


pembau yang langsung sampai ke kortex cerebri. Fungsi thalamus
terutama penting untuk integrasi semua impuls sensorik. Thalamus
juga merupakan pusat panas dan rasa nyeri.

o Hypothalamus

Terletak di inferior thalamus, di dasar ventrikel III hypothalamus


terdiri dari beberapa nukleus yang masing-masing mempunyai
kegiatan fisiologi yang berbeda. Hypothalamus merupakan daerah
penting untuk mengatur fungsi alat demam seperti mengatur
metabolisme, alat genital, tidur dan bangun, suhu tubuh, rasa lapar dan
haus, saraf otonom dan sebagainya. Bila terjadi gangguan pada tubuh,
maka akan terjadi perubahan-perubahan. Seperti pada kasus kejang
demam, hypothalamus berperan penting dalam proses tersebut karena
fungsinya yang mengatur keseimbangan suhu tubuh terganggu akibat
adanya proses-proses patologik ekstrakranium.

o Formation Reticularis

Terletak di inferior dari hypothalamus sampai daerah batang otak


(superior dan pons varoli) ia berperan untuk mempengaruhi aktifitas
cortex cerebri di mana pada daerah formatio reticularis ini terjadi
stimulasi / rangsangan dan penekanan impuls yang akan dikirim ke
cortex cerebri.

13
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

2. Serebellum

Merupakan bagian terbesar dari otak belakang yang menempati fossa cranial
posterior. Terletak di superior dan inferior dari cerebrum yang berfungsi
sebagai pusat koordinasi kontraksi otot rangka.

System saraf tepi (nervus cranialis) adalah saraf yang langsung keluar dari
otak atau batang otak dan mensarafi organ tertentu.

Nervus cranialis ada 12 pasang :

o N. I : Nervus Olfaktorius
o N. II : Nervus Optikus
o N. III : Nervus Okulamotorius
o N. IV : Nervus Troklearis
o N. V : Nervus Trigeminus
o N. VI : Nervus Abducen
o N. VII : Nervus Fasialis
o N. VIII : Nervus Akustikus
o N. IX : Nervus Glossofaringeus
o N. X : Nervus Vagus
o N. XI : Nervus Accesorius
o N. XII : Nervus Hipoglosus.

System saraf otonom ini tergantung dari system sistema saraf pusat dan
system saraf otonom dihubungkan dengan urat-urat saraf aferent dan efferent.

14
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

Menurut fungsinya system saraf otonom ada 2 di mana keduanya mempunyai


serat pre dan post ganglionik yaitu system simpatis dan parasimpatis.

Yang termasuk dalam system saraf simpatis adalah :

o Pusat saraf di medulla servikalis, torakalis, lumbal dan seterusnya


o Ganglion simpatis dan serabut-serabutnya yang disebut trunkus
symphatis
o Pleksus pre vertebral : Post ganglionik yg dicabangkan dari ganglion
kolateral.

System saraf parasimpatis ada 2 bagian yaitu :

o Serabut saraf yang dicabangkan dari otak atau batang otak


o Serabut saraf yang dicabangkan dari medulla spinalis

B. Definisi Kejang Demam

Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu


tubuh (Rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Ngastiyah, 1997: 229). Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh rectal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh
suatu proses ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434). Kejang demam
adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di
atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam
sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada
15
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu
awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus.
(Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yaitu 38 o C
yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.

C. Klasifikasi Kejang Demam

Menurut Ngastiyah ( 1997: 231), klasikfikasi kejang demam adalah :


a.      Kejang demam sederhana : yaitu kejang berlangsung kurang dari 15
menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang demam
sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu :
-          umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
-          kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
-          Kejang  bersifat umum
-          Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
-          Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal
-          Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu
normal tidak menunjukan kelainan.
-          Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
b.      Kejang kompleks :
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh
criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang
kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit,
fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya
16
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau


tanpa kejang dalam riwayat keluarga.

D. Patofisiologi, tanda gejala Kejang Demam

Kelangsungan hidup sel atau organ otak memerlukan energi yang


merupakan hasil metabolisme. Pada keadaan demam, metabolisme dan
kebutuhan oksigen terjadi peningkatan. Pada anak kebutuhan sirkulasi otak
lebih besar dibandingkan orang dewasa. Oleh karena itu kondisi perbedaan
potensial membran terganggu akan terjadi lebih besar pada anak
dibandingkan pada orang dewasa sebagai dampak terganggunya
metabolisme. Dampak dari terganggunya potensial membran akan
menyebabkan terjadinya pelepasan muatan listrik. Lepasnya muatan listrik
dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan
bantuan neurotarnsmiter sehingga menimbulkan kejang.
Tanda Dan Gejala
Tanda dan Gejala klien dengan kejang demam antara lain :
a.      Suhu tubuh > 38⁰c
b.      Serangan kejang biasanya berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
c.       Sifat bangkitan dapat berbentuk :
-          Tonik : mata ke atas, kesadaran hilang dengan segera, bila berdiri jatuh
ke lantai atau tanah, kaku, lengan fleksi, kaki/kepala/leher ekstensi, tangisan
melengking, apneu, peningkatan saliva

17
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

-          Klonik : gerakan menyentak kasar pada saat tubuh dan ekstremitas
berada pada kontraksi dan relaksasi yang berirama, hipersalivasi, dapat
mengalami inkontinensia urin dan feses
-          Tonik Klonik
-          Akinetik : tidak melakukan gerakan
d.      Umumnya kejang berhenti sendiri, anak akan terbangun dan sadar
kembali tanpa adanya kelainan saraf

E. Pengkajian Diagnostik
Pemeriksaan cairan cerebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang
pertama. Pada bayi- bayi kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga
pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan, dan
dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan. Elektroensefalografi
( EEG ) ternyata kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal tidak
dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau
kejang demam berulang di kemudian hari. Pemeriksaan laboratorium rutin
tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumberi infeksi.

F. Penatalaksanan kasus Kejang Demam

a. Primary Survey :
  Airway : Kaji apakah ada muntah, perdarahan, benda asing dalam mulut
seperti lendir dan dengarkan bunyi nafas.
  Breathing : kaji kemampuan bernafas klien

18
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

  Circulation : nilai denyut nadi

Menilai koma (coma = C) atau kejang (convulsion = C) atau kelainan status


mental lainnya
Apakah anak koma ? Periksa tingkat kesadaran dengan skala AVPU:
A: sadar (alert)
V: memberikan reaksi pada suara (voice)
P: memberikan reaksi pada rasa sakit (pain)
U: tidak sadar (unconscious)

Tindakan primer dalam kegawat daruratan dengan kejang demam adalah :


  Baringkan klien pada tempat yang rata dan jangan melawan gerakan klien
saat kejang
  Bila klien muntah miringkan klien untuk mencegah aspirasi ludah atau
muntahan.
  Bebaskan jalan nafas dengan segera :
-      Buka seluruh pakaian klien
-      Pasang spatel atau gudel/mayo (sesuaikan ukuran pada anak)
-     Bersihkan jalan nafas dari lendir dengan suction atau manual dengan cara
finger sweep dan posisikan kepala head tilt-chin lift (jangan menahan bila
sedang dalam keadaan kejang)
  Oksigenasi segera secukupnya
  Observasi ketat tanda-tanda vital

19
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

  Kolaborasikan segera pemberian therapy untuk segera menghentikan


kejang
Menurut Ngastiyah (1997 : 232-235) dan Hasan & Alatas (195 : 850-854) :

Segera Berikan Diazepam Intravena                               dosis rata-rata 0,3


mg/kg
atau diazepam rektal                                                       dosis < 10 kg = mg/kg

                                                                                                   > 10 kg = 10


mg
Bila kejang tidak berhenti dapat diulangi dengan cara/dosis yang sama
Kejang Berhenti

Berikan dosis awal Fenobarbital Neonatus = 10 mg IM

1 bln - 1 thn = 50 mg IM> 1 thn = 50 mg IM

Pengobatan Rumah 4 Jam kemudian

Hari I+II = fenobaritol 8-10 mg/kg dibagi dlm 2 dosis

Hari berikutnya = fenobaritol 4-5 mg/kg dibagi dlm 2 dosis

Bia diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan dosis


awal selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.
  memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10
menit) dengan IV : D5 1/4,  D5 1/5, RL.

20
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

G. Menyebutkan komplikasi Kejang Demam

Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula –
mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas.
Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang
demam :
a.      Pneumonia aspirasi
b.      Asfiksia
c.       Retardasi mental

Asuhan keperawatan pasien Kejang Demam


A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut
Greenberg (1980 : 122 – 128), Paula Krisanty (2008 : 223) :
1.      Riwayat Kesehatan :
a.      Saat terjadinya demam : keluhan sakit kepala, sering menangis, muntah
atau diare, nyeri batuk, sulit mengeluarkan dahak, sulit makan, tidak tidur
nyenyak. Tanyakan intake atau output cairan, suhu tubuh meningkat, obat
yang dikonsumsi
b.      Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga

21
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

c.       Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia,
gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.
d.      Adanya riwayat trauma kepala
2.      Pengkajian fisik
a.       Tanda-tanda vital
b.      Status hidrasi
c.       Aktivitas yang masih dapat dilakukan
d.      Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba
hangat
e.       Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
f.       Adanya kelemahan dan keletihan
g.      Adanya kejang
h.  Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan
kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
3.      Riwayat Psikososial atau Perkembangan
a.       Tingkat perkembangan anak terganggu
b.      Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun
panas
c.       Akibat hospitalisasi
d.      Penerimaan klien dan keluarga terhadap penyakit
e.       Hubungan dengan teman sebaya
4.      Pengetahuan keluarga
a.       Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
b.      Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam

22
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

c.       Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh


d.      Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
5.      Pemeriksaan Penunjang (yang dilakukan) :
a.      Fungsi lumbal
b.      Laboratorium : pemeriksaan darah rutin, kultur urin dan kultur darah
c.       Bila perlu : CT-scan dan EEG

B. Diagnosa Keperawatan Kejang Demam

Menurut Doengoes, dkk (1999 : 876), Angram (1999 : 629 – 630), carpenito
(2000 : 132) dan Krisanty P., dkk (2008 : 224) diagnosa yang mungkin muncul
pada pasien dengan kejang demam :
1.      Resiko terhadap cidera b.d aktivitas kejang
2.      Defisit volume cairan bd kondisi demam
3.      Hipertermia bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
4.      Perfusi jaringan cerebral tidak efektif  bd reduksi aliran darah ke otak
5.      Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,
penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi

C. Intervensi Keperawatan

1.      DX 1           : Resiko terhadap cidera b.d aktivitas kejang

23
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

Tujuan  : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama poroses


keperawatan diharapkan resiko cidera dapat di hindari, dengan kriteria hasil :

NOC: Pengendalian Resiko


a.      Pengetahuan tentang resiko
b.      Monitor lingkungan yang dapat menjadi resiko
c.       Monitor kemasan personal
d.      Kembangkan strategi efektif pengendalian resiko
e.      Penggunaan sumber daya masyarakat untuk pengendalian resiko
Indkator skala :
1        = tidak adekuat
2    = sedikit adekuat
3    = kadang-kadang adekuat
4    = adekuat
5    = sangat adekuat
NIC : mencegah jatuh
a.      Identifikasi faktor kognitif atau psikis dari pasien yang dapat menjadiakn
potensial jatuh dalam setiap keadaan
b.      Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial
jatuh
c.       monitor cara berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi
d.      instruksikan pada pasien untuk memanggil asisten kalau mau bergerak
2.      DX 2 : defisit volume cairan bd kondisi demam
Tujuan : devisit volume cairan teratasi, dengan kriteria hasil :

24
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

a.       Turgor kulit membaik


b.      Membran mukosa lembab
c.       Fontanel rata
d.      Nadi normal sesuai usia
e.       Intake dan output seimbang
3.      DX 3 : Hipertermi b.d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu dalam rentang norma
NOC :  Themoregulation
a.       Suhu tubuh dalam rentang normal
b.      Nadi dan RR dalam rentang normal
c.       Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit dan tidak pusing
Indicator skala
1 : ekstrem
2 : berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada gangguan
NIC :   Temperatur regulation
a.       Monitor suhu minimal tiap 2 jam
b.      Rencanakan monitor suhu secara kontinyu
c.       Monitor tanda –tanda hipertensi
d.      Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
e.       Monitor nadi dan RR

25
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

4.      DX 4 : Perfusi jaringan cerebral tidakefektif berhubungan dengan reduksi 


aliran darah ke otak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan suplai darah ke otak dapat kembali normal , dengan kriteria
hasil :
NOC : status sirkulasi
a.       TD sistolik dbn
b.      TD diastole dbn
c.       Kekuatan nadi dbn
d.      Tekanan vena sentral dbn
e.       Rata- rata TD dbn
Indicator skala :
1        = Ekstrem
2        = Berat
3    = Sedang
 4    = Ringan
 5    = tidak terganggu
NIC : monitor TTV:
a.       monitor TD, nadi, suhu, respirasi rate
b.      catat adanya fluktuasi TD
c.       monitor jumlah dan irama jantung
d.      monitor bunyi jantung
e.       monitor TD pada saat klien berbarning, duduk, berdiri
NIC II : status neurologia

26
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

a.       monitor tingkat kesadran


b.      monitor tingkat orientasi
c.       monitor status TTV
d.      monitor GCS
5.      DX 4 : Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis,
penatalaksanaan dan kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang
kondisi pasien
NOC :  knowledge ; diease proses
a.       Keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit kondisi prognosis
dan program pengobatan
b.      Keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
c.       Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim
kesehatan lainya
Indicator skala :
1.      Tidak pernah dilakukan
2.      Jarang dilakukan
3.      Kadang dilakukan
4.      Sering dilakukan
5.      Selalu dilakukan
NIC :   Teaching : diease process
a.       Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik

27
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

b.      Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi fisiologi dengan cara yang tepat
c.       Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
d.      Identifikasikan kemungkinan dengan cara yang tepat

D. Evaluasi Keperawatan

Merupakan fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap


asuhan keperawatan yang diberikan (Gaffar, 1997). Evaluasi asuhan
keperawatan adalah tahap akhir proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai hasil akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang dilakukan.
Hasil akhir yang diinginkan dari perawatan pasien Kejang Demam   meliputi
pola pernafasan kembali efektif, suhu tubuh kembali normal, anak
menunjukkan rasa nymannya secara verbal maupun non verbal, kebutuhan
cairan terpenuhi seimbang, tidak terjadi injury selama dan sesudah kejang
dan pengatahuan orang tua bertambah.                          
Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus
menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga evaluasi
tujuan jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang
dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan yang pencapaian tujuan
jangka panjang.
Komponen tahapan evaluasi :
a.      Pencapaian kriteria hasil

28
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

Pencapaian dengan target tunggal merupakan meteran untuk


pengukuran. Bila kriteria hasil telah dicapai, kata “ Sudah Teratasi “ dan
datanya ditulis di rencana asuhan keperawatan. Jika kriteria hasil belum
tercapai, perawat mengkaji kembali klien dan merevisi rencana asuhan
keperawatan.
b.      Keefektifan tahap – tahap proses keperawatan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pencapaian kriteria hasil dapat
terjadi di seluruh proses keperawatan.
1)      Kesenjangan informasi yang terjadi dalam pengkajian tahap satu.
2)      Diagnosa keperawatan yang salah diidentifikasi pada tahap dua
3)      Instruksi perawatan tidak selaras dengan kriteria hasil pada tahap tiga
4)      Kegagalan mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan tahap
empat.
5)      Kegagalan mengevaluasi kemajuan klien pada tahap ke lima.

29
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

LATIHAN

Soal: buatlah scenario kasus Kejang Demam, kemudian aplikasikan kedalam asuhan
keperawatan pada pasien DM.

RANGKUMAN
30
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

Sindrom yg disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tuntutan & suplai


Insulin yg ditandai oleh Hiperglikemia. Disebabkan difisensi insulin / kerja
insulin yg tidak adekut.
RISK FACTORS for DM
 Family history of diabetes (keturunan)
 Obesitas
 Usia (umur lebih dari 45 thn)
 Hyperlipidemia
 History of Gestational DM
Types of Diabetes Mellitus
 Type 1: Insulin dependent diabetes mellitus (IDDM).
 Type 2 : Non-insulin dependet diabetes mellitus (NIDDM).
 Diabetes melitus sekunder
 Diabetes mellitus gestational (GDM)
Symptoms:
 Penurunan berat badan (akibat katabolisme protein & lemak)
 Fatigue / kelelahan
 Gangguan penglihatan
 Kulit kering, gatal (itchy skin)
 Pengkajian diagnostik
 Gula Darah : gula darah puasa > 140mg/dl; gula darah sewaktu > 200
mg/dl; gula darah 2 jam post prandial > 200 mg/dl.
 Urin (urine glucose & urine ketones).
 Hemoglobin glikosilat diatas rentang normal (rentang normal 5 – 6 %).
Nursing Management of DM

31
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

The main goal is to NORMALISE insulin activity & blood glucose level by:
1. Diet
2. Physical activity (exercise)
3. Farmakologi ( Insulin therapi)
4. Penyuluhan kesehatan

TES
FORMATIF

Setelah anda membaca seluruh materi kegiatan dalam kegiatan pembelajaran.


Selanjutnya kerjakan soal berikut ini.

Petunjuk Soal : Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda silang
(X) pada salah satu option jawaban yang benar pada lembar jawaban
yang telah disediakan!

Kasus 1 (untuk soal nomor 1 - 5)

Ny. D. umur 52 tahun, dirawat di ruang seruni RSUD Kraton Pekalongan dengan
keluhan adanya luka pada tumit kanan yang tidak sembuh – sembuh. Berat badannya
sepuluh hari yang lalu 60 kg dan saat ini 50 kg. Ny D. merasa asing dengan tumitnya
dan tidak mau melihatnya, setiap kali ada keluarga yang mengunjunginya luka pada
tumitnya ditutupi pakai selimut. Diagnosa medis : Diabetes Melitus.

1. Keluhan lain yang bisa dirasakan Ny. D adalah …


a. Kurang minum
32
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

b. Merasa kenyang
c. Kurang napsu makan
d. Sering Buang Air Kecil
e. Sering Buang Air Besar
2. Berdasarkan data pada kasus masalah keperawatan yang utama pada Ny. D
adalah…
a. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
b. Perubahan konsep diri
c. Kurangnya pengetahuan
d. Resiko defisit volume cairan
e. Resiko gangguan integritas kulit
3. Intervensi keperawatan pada Ny. D terkait dengan dietnya adalah …
a. Rendah gula
b. Rendah garam
c. Tinggi kalori
d. Pantang buah
e. Tinggi kalori rendah lemak
4. Masalah keperawatan yang terkait dengan kondisi psikologis Ny. D adalah…
a. Gangguan konsep diri
b. Kecemasan
c. Harga diri rendah
d. Perubahan citra tubuh
e. Semua benar
5. Menjelang kepulangan Ny. D, yang perlu diajarkan bila tiba – tiba tubuhnya
merasa lemah, berkeringat dingin, dan mata berkunang – kunang adalah …
a. Istirahat

33
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

b. Makan
c. Minum manis
d. Minum dingin
e. Bawa ke rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Utami, Prapti. Solusi Sehat Mengatasi Diabetes. Agromedia Pustaka, Jakarta. 2009.

2. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta, Jakarta. 2007.

3. Kardika, Ida Bagus Wayan, dkk. Preanalitik dan Interpretasi Glukosa Darah untuk Diagnosis
Diabetes Melitus. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali.
2009.

4. American Diabetes Association., Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes


Care volume 35 Supplement 1 : 64-71. 2012.

34
Mata Kuliah:KEPERAWATAN KRITIS

5. Biswas, Animesh. Prevention of Type 2 Diabetes – Life style modification with diet and
physical activity Vs activity alone, Karolinka Institute.2006. Available From:
http://ki.se/content/1/c6/04/90/19/AnimeshBiswas.pdf.

6. Purnamasari, D., Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. In: Sudoyo, Aru W., Bambang
Setyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata, Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid III Ed 5. Jakarta: Interna Publishing. 2009.

7. Suyono S. Patofisiologi Diabetes Mellitus. Penerbit FKUI, Jakarta. 2005.

8. Waspadji S. Diabetes Mellitus : Mekanisme dasar dan pengelolaannya yang rasional. Penerbit
FKUI, Jakarta. 2005.

A.
B.
C. GLOSARIUM/SENARAI

Petunjuk Pengisian: Glosarium: daftar kata-kata khusus atau istilah penting


Senarai: pustaka pelengkap yang digunakan memperkaya
materi.

35

Anda mungkin juga menyukai