Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN PENGKAJIAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

PRAKTIK LAPANGAN MANAJEMEN

Clinical Teacher : Ahmad Juliadi, Ns., M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 15
Muhammad Norhidayat 1614201110094
M. Arif Widyana 1614201110088
Muhammad Fikri Khairani 1614201110093
Ribka Yuliana 1614201110106
Risnawati 1614201110048
Siti Aisyah AM 1614201110054

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Dengan ini laporan Praktek Pengkajian Fungsi Manajemen di Rumah Sakit


Daerah Idaman Banjarbaru Ruang Merak Pada Tanggal 20 April s.d 02 Mei
2020 Praktik Pre Ners Manajemen Keperawatan Program Studi S1 Keperawatan
Semester VIII Universitas Muhammadiyah Banjarmasin telah dipertanggung
jawabkan kepada pembimbing Akademik.

Banjarmasin, …...........................2020

Menyetujui,
Pembimbing Akademik

(……………………………….)

Mengetahui,
Koordinator Praktik Pre Ners
Komprehensif

(……………………………….)
BAB 1
TINJAUAN TEORITIS
1. Fungsi Manajemen
1.1 Pengertian Manajemen Keperawatan

John D. Millet (Sukarna, 2011: 2), dalam buku Management In The Public
Service menyatakan Management Is The Process Oif Directing And
Facilitating The Work Of People In Formal Group To Achieve A Desired
End. (Manajemen adalah proses pembimbingan dan pemberian fasilitas
terhadap pekerjaan orang-orang yang terorganisir dalam kelompok formil
untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki).

Manajemen menurut Hasibuan, 2000 (Torang, 2013: 165) adalah ilmu dan
seni untuk mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu.
Sejalan dengan pendapat diatas, Miller (Torang, 2013:166) menyatakan
bahwa manajemen adalah proses memimpin dan melancarkan pekerjaan bagi
orang-orang yang terorganisir secara formal sebagai kelompok untuk
memperoleh tujuan yang diinginkan.

Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan


keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. (Gillies, 2006).

Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen keperawatan adalah suatu tugas


khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber –
sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien,
keluarga dan masyrakat.
1.2 Fungsi – Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu


melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer
dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Kemudian
menurut Manulang (2002) fungsi manajemen adalah serangkaian tahap
kegiatan atau pekerjaan sampai akhir tercapainya tujuan kegiatan atau
pekerjaan.

Menurut G.R Terry dalam Winardi menyatakan, fungsi-fungsi manajemen


adalah serangkaian sub bagian tubuh yang berada di manajemen sehinga
bagian-bagian tubuh tersebut dapat melaksanakan fungsi dan mencapai tujuan
organisasi. Fungsi manajemen terdiri dari : Perencanaan (Planing),
Pengorganisasian (Organizing), Pengaturan Staf (Staffing), Pengarahan
(Actuating) dan Pengawasan (Controlling).

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi manajemen


adalah serangkaian bagian-bagian dalam manajemen yang harus diaplikasikan
sehinga tujuan serta visi dan misi organisasi dapat tercapai.

Secara ringkas fungsi manajemen adalah sebagai berikut :

1.2.1 Perencanaan (Planing)


Perencanaan merupakan unsur yang sangat penting dan merupakan fungsi
fundamental manajemen, karena organizing, stafing, actuating dan
controlling harus terlebih dahulu direncanakan. Adapun pengertian
perencanaan adalah kegiatan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan
membuat, serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan
datang dalam hal memvisualisasikan serta merumuskan aktifitas-aktifitas
yang diusulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang
diinginkan. (Siagan, 2012)
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan, perencanaan adalah suatu
kegiatan membuat urutan-uratan tentang tindakan yang akan dilaksanakan
agar tujuannya dapat tercapai. Dalam perencanaan harus diusahakan untuk
menjawabenam pertanyaan yaitu : apa yang harus dikerjakan, mengapa ia
harus dikerjakan, bagaimana ia harus dikerjakan, di mana ia harus
dikerjakan dan kapan ia harus dikerjakan. Karena perencanaan yang baik
akan memperlancar proses visi dan misi perusahaan yang hendak di capai.
Dean R. Spizer dalam Munir dan Wahyu menyebutkan “Those who fail to
plan, plan to fail” (siapa yang gagal dalam membuat rencana,
sesungguhnya ia sedang merencanakan kegagalannya).
Salah satu cara menilai kegiatan perencanaan yang bermacam-macam
menurut Terry ialah meninjau dari dimensi waktu yaitu. a.) Perencanaan
jangka panjang. b.) Perencanaan jangka menengah c.) Perencanaan jangka
pendek. Sedangkan ditinjau dari substansi perencanaan tersebut yaitu. a)
objective (sasaran). b) policy (kebijakan). c) procedure (prosedur). d)
method (metode). e) standard (ukuran baku) f). budget (anggaran).
Adapun perencanaan menurut dimensi waktu sebagai berikut.:
a. Perencanaan jangka panjang.
Perencanaan jangka panjang biasanya mempunyai jangka waktu lima
sampai sepuluh tahun bahkan lebih, tergantung besar tidaknya suatu
perusahaan, organisasi maupun lembaga itu sendiri. Perencanaan jangka
panjang memuat rencana-rencana yang umun, global serta belum
terperinci.
b. Perencanaan jangka menengah.
Perencanaan jangka menengah biasanya mempuyai jenjang waktu dua
sampai lima tahun. Perencanaan jangka menengah merupakan
repeletika dari perencanaan jangka panjang. Didalamnya tercantunkan
tujuan dan target secara lebih jelas sehingga memberikan dasar-dasar
yang pasti bagi kegiatan yang direncanakan.
c. Perencanaan jangka pendek.
Perencanaan jangka pendek biasanya mempunyai jangka waktu satu
tahun sampai dengan tiga tahun. Salah satu yang sering kita temukan
dari perencanaan jangka pendek adalah rencana tahunan. Perencanaan
tahunan sering juga disebut perencanaan opersional dan merupakan
suatu siklus yang sering berulang setiap tahunnya.

Adapun perencanaan dilihat dari substansi perencanaan tersebut adalah


sebagai berikut.:
a. Objective (Sasaran)
Rencana yang berbentuk objective ini sebenarnya merupakan bentuk
khusus dari tujuan (goal, end). Sasaran tersebut tergantung pada
kegiatan masing-masing yang terdapat dalam perusahaan, seperti
sasaran-sasaran, pemasaran produksi, kepegawaian, dan sebagainya.
Jadi, dalam sasaran ini di-pertimbangkan aktivitas-aktivitas masa
mendatang, tinjauan ke masa depan, menentukan proyeksi, dan bagian
integral dari aktivitas perencanaan secara keseluruhan. Tujuan
dirumuskan oleh pimpinan tingkat atas berdasarkan pernilaian ekonomi,
sosial, dan politik sesuai dengan garis-garis pengarahan strategi dan
kebijaksanaan.
b. Policy (kebijakan)
Ialah pernyataan umum tentang perilaku dari organisasi dalam
menentukan pedoman untuk pengambilan keputusan mengenai sumber-
sumber yang diperlukan. Kebijakan membatasi ruang lingkup dalam
pembuatan keputusan dan menjamin keputusan yang diperlukan akan
memberikan sumbangan terhadap penyelasian tujuan yang menyeluruh.
c. Procedure (prosedur)
Sama halnya dengan kebijakan, tetapi prosedur banyak ditekankan
dalam menetukan jawaban yang tertentu dalam mengendalikan kegiatan
untuk waktu yang akan datang. Pada dasarnya prosedur-prosedur
menggambarkan urutan-urutan yang bersifat kronologis dari tindakan
yang harus dilakukan.
d. Method (metode)
Metode merencanakan atau cara bagaimana setiap tugas dari suatu
prosedur akan diselenggarakan oleh seorang pekerja. Jadi ringkasnya,
metode adalah cara melaksanakan atau melakukan sesuatu.
e. Standard (ukuran baku)
Suatu standard merupakan suatu nilai yang dalam manajemen
digunakan sebagai norma atau sebagai dasar rujukan. Standard dapat
dianggap sebagai suatu hal yang perlu diikuti atau digunakan sebagai
model guna maksud perbandingan. Disamping itu standard juga
digunakan sebagai alat-alat untuk diidentifikasi, perbandingan, apakah
produk atau hasil yang diinginkan sesuai dengan ukuran atau nilai yang
telah ditetapkan.
f. Budget (anggaran)
Budget adalah rencana yang mempunyai dua segi yaitu segi penerimaan
dan pengeluaran. Suatu budget merupakan kategori penting dari
rencana sehingga kadang- kadang dianggap segi terpenting pada setiap
perusahaan. Suatu budget terdiri dari data yang diatur secara logis, yang
menunjukan apa yang diharapkan untuk dicapai dalam periode tertentu.

1.2.2 Pengorganisasian (organizing)


Pengorganisasian merupakan serangkaian pekerjaan yang melibatkan
banyak orang untuk menempati unit-unit tertentu, seperti kerja-kerja
manajerial, teknis dan lain sebagainya (Djati, 1998). Sebagaimana
diungkapkan Malayu (1989) pengorganisasian adalah suatu proses
penentuan pengelompokan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas
yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada
setiap aktifitas, menetapkan wewenang yang secara relative didelegasikan
kepada setiap individu yang akan melakkukan aktivitas-aktivitas tersebut.

Jika kita menggunakan pengorganisasian dengan pengertian dan


pendekatan di atas maka akan terlihat ada empat tipe model
pengorganisasian sebagai berikut. (Siagan, 2012):
a. Pengorganisasian lini.
Gambar. 2.1
Tipe Pengorganisasian lini

Pimpinan

Staf Staf Staf Staf

Tipe pengorganisasian lini merupakan tipe simpel dan hanya


membutuhkan bidang atau anggota yang sangat sedikit. Adapun tipe ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut.:
 Organisasi berukuran kecil.
 Jumlah karyawan sedikit.
 Komunikasi pimpinan dan bawahan bersifat langsung.
 Saling mengenal secara pribadi.
 Struktur organisasi sederhana.
 Pemilik menjadi pimpinan tertinggi.
 Tujuan yang di capai tidak terlalu rumit.

Tipe pengorganisasian ini pada umumnya sangat cocok digunakan oleh


organisasi kecil dan sederhana dikarenakan sebagai berikut :
a) Proses pengambilan keputusan dapat berjalan dengan cepat sebab
permasalahan yang dihadapi tidak terlalu rumit dan jika pimpinan
organisasi menggunakan pendekatan yang partisipatif dalam artian
mengikut sertakan para bawahannya dalam proses pengambilan
keputusan, jumlah orang yang perlu di ikut sertakan pun sedikit
sehingga tidak terlalu sukar mencapai kesepakatan tentang cara
terbaik untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
b) Situasi para anggota organisasi yang saling mengenal, relaif mudah
untuk mengembangkan solidaritas dikalangan mereka, yang pada
gilirannya menumbuhkan iklim keserasian dalam interpenggerakan
antara seseorang dengan orang lain.
c) Adanya campur tangan antara lini satu dan yang lainnya jika salah
satunya mengalami kesulitan.

b. Pengorganisasian Lini dan Staf.

Gambar. 2.2
Tipe Pengorganisasian lini dan staf

Pimpinan

Staf

Staf Staf

Staf Staf Staf Staf


Pengorganisasian lini dan staf mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut (Siagan, 2012) :
 Organisasinya besar.
 Terlibat dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang komplek.
 Jumlah pekerja yang relative banyak dengan pemilikan pengetahuan
dan keterampilan yang beraneka ragam.
 Hubungan kerja yang bersifat langsung antara atasan dan bawahan
tidak mungkin selalu dilakukan, baik karena jumlah anggota
organisasi yang besar, maupun karena lokasi yang berbeda dan
berjauhan.
 Diperlukan tingkat spesialisasi manajerial dan teknis operasional
yang tinggi dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan yang beraneka
ragam.

Dalam tipe pengorganisasian lini dan staf, para anggota dikelompokkan


menjadi dua katagori besar berikut:
1. Mereka yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
tugas pokok yang harus dilakukan dalam dan oleh organisasi untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Mereka ini biasanya dikenal dengan isitilah karyawan lini (line
personal). Dalam satu organisasi niaga, misalnya kelompok
karyawan lini antara lain adalah mereka yang bekerja dibagian
produksi, pemasaran, dan penjualan yang tugas pokoknya adalah
menghasilkan barang dan jasa tertentu yang dipasarkan dengan cara
tehnik promosi dan mengunakan berbagai media, baik media cetak
maupun media elektronik.
2. Mereka yang menyelenggarakan kegatan penunjang guna
mendukung pelaksanaan tugas pokok organisasi. Orang-orang inilah
yang biasa dengan orang-orang staf (staf personal). Para karyawan
staf dapat digolongkan kepada dua katagori sebagai berikut.:
a) Mereka yang menyelenggarakan pelayanan internal bagi seluruh
satuan kerja yang terdapat dalam organisasi, seperti bidang
keuangan, kepegawaian, logistik, ketatausahaan umum, dan
sebagainya sehinggga penyelengaraan tugas pokok berjalan
dengan lancara. Mereka memberikan apa yang biasa disebut
sebagai auxiliary services.
b) Sekolompok orang karena pengalaman, keahlian dan
pendidikannya ditugaskan menjadi bagi manajemen. Istilah yang
umum digunakan untuk mengidentifikasikan kelompok ini ialah
staf ahli dan biasanya diperbantukan pada kelompok pimpinan
dalam organisasi.
c. Pengorganisasian fungsional.

Gambar. 2.3
Tipe Pengorganisasian fungsional

Direktur Utama

Direktur Direktur Direktur Direktur


Produksi Pemasarann Penjualan Administrasi

Pengorganisasian tipe fungsional adalah tipe pengorganisasian yang


dalam bagian strukturnya pertimbangan utama yang digunakan adalah
pengelompokan fungsi-fungsi tertentu yang sejenis, baik itu merupakan
tugas pokok maupun tugas penunjang.
Ciri-ciri utama dalam pengorganisasian fungsional khususnya yang
bergerak dibidang penelitian dan pengembangan ialah sebagai berikut
(Siagan, 2012):
 Tidak terlalu besar ukuran organisasinya.
 Kegiatan organisasi dilaksanakan oleh orang-orang yang memiliki
keahlian dengan tingkat ilmiah yang tinggi.
 Jenjang karier para anggota organisasi tidak terikat pada tingkat
pangkat dan jabatan struktural yang diperuntukkan bagi mereka yang
memimpin satuan-satuan kerja yang melakukan kegiatan penunjang.
 Orientasi ilmiah menonjol oleh sebab itu kebebasan bertindak
dikalangan anggotanya biasanya besar.
 Pengendalian pemimpin biasanya tida terlalu ketat.

d. Pengorganisasian matriks.

Gambar. 2.4
Tipe pengorganisasian matriks

Kegiatan
Akademik
Pengabdian
Penelitian
Satuan Kerja S1 S2 S3 Masyarakat

Purek I

Purek II

Purek III

Fakultas

Badan
Lembaga

Pengorganisasian matriks adalah penggambaran struktur yang langsung


dikaitkan dengan kegiatan yang perlu dilakukan. Dewasa ini bentuk ini
banyak digunakan karena dalam organisasi yang kegiatan-kegiatan
tertentu diselenggarakan oleh lebih dari satu unit organisasi, keahlian
tenaga-tenaga spesialis dengan memungkinkan koordinasi yang mantap
terselenggara.
e. Pengorganisasian tipe panitia
Pengorganisasian tipe panitia mempunyai beberapa ciri antara lain.:
 Keberadaanya berupa penugasan kepada sekelompok orang yang
dipandang mampu menyelesaikan tugas-tugas tambahan tertentu
disamping tugas fungsional yang sudah menjadi tanggung jawab
utama masing-masing.
 Merupakan satuan kerja yang bersifat extra struktural dengan
wewenang yang sangat terbatas.
 Keanggotaan berdasarkan kemampuan dan keahlian para anggota
yang di perkirakan akan mampu membagi waktunya antara
melakukan tugas fungsionalnya dan tugas tambahan yang dipercayai
kepadanya.
 Karena sifatnya yang sementara, hubungan antara anggota biasanya
informal.
 Produktifitas kerja panitia tinggi, bukan saja karena kejelasan acuan
tugas. Tetapi juga karena menyangkut reputasi professional yang
bersangkutan di samping tekanan kuat dari faktor waktu.

1.2.3 Penyusunan personalia (Staffing)


Penyusunan personalia yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas/pekerjaan setelah disusun struktur pekerjaan, dipahami bidang-
bidang pekerjaan yang akan dilakukan dan penempatan tenaga-tenaga
yang sesuai.
1. Pengertian Staffing (Penyusunan personalia)
Penyusunan personalia atau staffing menurut Janet B. Parks (2007: 338)
adalah Recruiting, selecting, orienting, training, developing, and
replacing employees to produce goods and services in the most
effective and efficient manner.

Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan


personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja,
pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga kerja
memberikan daya guna yang maksimal bagi organisasi. Di dalam
menyusun sebuah organisasi, perlu sekali pembagian tugas yang sebaik-
baiknya dan memberi wewenang-wewenang yang tepat, namun
demikian yang lebih penting lagi ialah menempatkan orang secara tepat
pada tempat-tempat sesuai struktur organisasi yang telah ditetapkan.
Perlu disadari bahwa manusia adalah unsur terpenting dalam
keberhasilan suatu organisasi.

Susanto (1997 :13) mengatakan bahwa aset organisasi yang paling


penting dan harus diperhatikan oleh manajemen adalah manusia
(sumber daya manusia atau human resources). Hal ini bermuara pada
kenyataan bahwa manusia merupakan elemen yang selalu ada dalam
setiap organisasi. Manusia membuat tujuan-tujuan, inovasi, dan
mencapai tujuan organisasi. Manusia merupakan satu-satunya sumber
daya yang dapat membuat sumber daya lainnya bekerja dan berdampak
langsung terhadap kesejahteraan organisasi.

Menurut Terry (1961: 112) menyebutkan bahwa staffing merupakan


kegiatan merekrut, memilih, mempromosikan, memindahkan dan
pengunduran diri dari para staf organisasi. Dan sumber daya manusia
Indonesia (termasuk aparatur pemerintahan) yang dibutuhkan menurut
Tangkilisan (2005: 189) harus memiliki tiga kualifikasi, yaitu pertama,
melekat sifat-sifat loyalitas, dedikasi, dan motivasi kerja dalam
mengemban tugas-tugasnya. Kedua, dimilikinya kemampuan dan
keahlian profesional. Ketiga, dilaksanakannya sikap-sikap mental yang
berorientasi pada etos kerja yang tertib, jujur, disiplin, produktif, dan
bekerja tanpa pamrih.

Menurut Notoatmodjo (1998: 25) menyatakan bahwa dalam


penyusunan pegawai perlu melihat kepada dua aspek yaitu pendidikan
yang merupakan faktor untuk menentukan penempatan formasi atau
jabatan dalam suatu organisasi, dan keterampilan (ability) berkaitan
dengan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
secara efisien, tepat dan efektif. Staffing (penyusunan pegawai)
biasanya dalam melaksanakannya organisasi yang membidangi
kepegawaian akan memberikan bantuan teknis dan menunjang
keinginan serta wewenang pimpinan di semua tingkatan yang
mempunyai tugas-tugas tertentu.

Perkembangan dalam organisasi di bidang kepegawaian tidak hanya


sebagai unit yang bersifat administrasi dalam penyusunan pegawai
tetapi juga pengembangan sumber daya manusia (Rachbini, 2001: 113).
Penambahan fungsi tersebut, diharapkan dapat mengkaji kebutuhan
pegawai masa sekarang dan yang akan datang sehingga penyusunan
pegawai bukan dianggap sekedar pekerjaan rutinitas dan upaya
menyesuaikan keinginan dan selera pimpinan, tetapi lebih kepada
kesiapan untuk menjamin keberlangsungan organisasi dalam
menghadapi tantangan perubahan lingkungan eksternal organisasi yang
seringkali berubah drastis, ekstrim dan tak terkendali.
2. Tujuan Penyusunan Personalia
Menurut Janet B. Parks (2007: 338) tujuan penyusunan personalia
adalah:
a. Terwujudnya sinergitas pekerja sesuai dengan seluruh tugas dan
kewajibannya.
b. Terwujudnya mekanisme kerja yang kooperatif, efektif dan terpadu.
c. Memudahkan pekerja dengan keahlian pada bidang masing-masing
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
d. Mendorong pekerja untuk memberikan daya guna dan hasil guna
yang maksimal bagi organisasi.
3. Prinsip Penyusunan personalia
Menurut Janet B. Parks (2007: 339) dalam penempatan berlaku prinsip
utama yaitu : “The right man in the right place and time” yang berarti
bahwa setiap personel ditempatkan pada unit kerja yang sesuai dengan
keahlian dan kecakapannya, dengan demikian suatu perkerjaan/tugas
dalam unit kerja dilakukan oleh orang yang tepat dan mendapat hasil
pekerjaan yang optimal. Jika prinsip ini tidak diterapkan, dan
menempatkan personel pada tugas dan jenis pekerjaan yang bukan
keahliannya, maka akan menghambat upaya pencapaian tujuan
administrasi itu sendiri, sebab hasil dari pekerjaan tersebut cenderung
kurang berdaya guna bagi organisasi.
Hal ini sering terjadi pada unit kerja yang kekurangan karyawan,
sehingga memaksa seorang karyawan membawahi dan mengerjakan
beberapa jenis pekerjaan yang bukan pada bidang keahliannya, atau
bisa terjadi karena menempatkan seseorang atas pendekatan nepotisme
tanpa memperhatikan keahlian orang tersebut, tindakan nepotisme ini
tentu akan membuka peluang kolusi dan korupsi yang berakibat buruk
terhadap kemajuan unit organisasi kerja itu sendiri.
4. Bentuk Penyusunan Personalia
Proses fungsi staffing dapat dilihat dalam suatu rangkaian langkah yang
berkesinambungan untuk selalu mengisi perusahaan dengan orang-
orang yang tepat dan waktu yang tepat.
Menurut T. Hani Handoko (2000: 230) langkah-langkah dalam proses
staffing meliputi beberapa aspek yaitu :
a. Perencanaan sumber daya manusia
Pemenuhan kebutuhan organisasi untuk mengisi posisi tertentu,
untuk itu perlu adanya perencanaan yang terdiri atas; (1) penentuan
jabatan yang akan diisi, kemampuan yang dibutuhkan, serta jumlah
yang dibutuhkan, (2) pemahaman pasar tenaga kerja potensial, (3)
pertimbangan kondisi permintaan dan penawaran karyawan. Apabila
suatu perusahaan membutuhkan tenaga kerja baru, maka perusahaan
akan mencari orang yang cakap dan terampil untuk mengisi tugas
yang kosong tersebut serta mempunyai motivasi untuk melaksanakan
misi dan tujuan perusahaan tersebut. Perusahaan bisa memperoleh
tenaga kerja tersebut melalui 2 sumber yaitu sumber dari dalam
perusahaan (intern) dan sumber dari luar perusahaan (ekstern),
sumber dari dalam perusahaan yaitu dengan menggunakan orang-
orang yang bekerja dalam perusahaan tersebut terutama dalam
rangka promosi dan mutasi jabatan, sedangkan sumber yang berasal
dari luar perusahaan seperti dari sekolah-sekolah, departemen tenaga
kerja, iklan, teman pegawai perusahaan, dan lain-lain.

b. Penarikan tenaga kerja


Rekrutmen karyawan dilakukan untuk menggantikan pekerja lama
yang telah berhenti dikarenakan pensiun, meninggal, mengundurkan
diri atau diberhentikan karena suatu kebijakan tertentu. Pada
organisasi fitnes center, penambahan dan rekrutmen jumlah
karyawan/ instruktur juga disesuaikan dengan penambahan jumlah
members baru.
c. Penyeleksian tenaga kerja
Seleksi adalah kegiatan untuk mendapatkan tenaga kerja yang paling
cakap dan memenuhi persyaratan jabatan. Dalam proses seleksi ini
diadakan penilaian sifat-sifat dan karakteristik calon pegawai yang
diterima, yaitu calo yang memenuhi syarat sebagaimana telah di
tentukan. Dalam rekrutmen karyawan, terjadi tahapa pengumuman
pendaftaran, tahapan pendaftaran sesuai bidang yang dibutuhkan,
serangkaian tes/seleksi, dan pengumuman kelulusan. Para peserta
yang lulus seleksi akhir dinyatakan sebagi karyawan baru yang siap
berkontribusi pada organisasi.
d. Pengenalan dan orientasi organisasi
Orientasi atau masa pengenala pegawai baru perlu diadakan, tetapi
bukan dengan melempar pegawai begitu saja dalam kelompok kerja
yang masih asing tanpa ada bimbingan dan persiapan mental. Calon
pegawai baru melalui masa percobaan dan hendaknya dipandang
sebagai salah satu fase dalam proses seleksi. Pada masa percobaan
ini atasan dapat menilai kualitas pegawai baru orientasi pegawai
sangat penting terutama bagi perusahaan besar di mana pimpinan
tidak mungkin mengadakan pengawasan langsung. Masa percobaan
ini merupakan proses penerimaan pegawai dari penerimaan sampai
diterimanya pegawai tersebut menjadi pegawai tetap atau secara
resmi.

e. Latihan dan pengembangan karyawan


Tenaga kerja perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat
melaksanakan pekerjaanya dengan baik. Manfaat dari latihan dan
pengembangan adalah untuk mempermudah seseorang melakukan
tugasnya. Dengan adanya latihan dan pengembangan yang baik,
perusahaan akan memperoleh tenaga kerja yang cakap dan terlatih
sehingga dapat melakukan pekerjaannya dengan efisien. Dalam
melaksanakan tugasnya, seorang karyawan tidak mungkin statis,
tetapi harus dinamis serta senantiasa berusaha untuk dapat
meningkatkan prestasi dan hasil karyanya, oleh karena itu
keterampilan dan pengetahuan karyawan perlu dikembangkan
melalui “in service training”.
f. Penilaian pelaksanaan kerja karyawan
Pada dasarnya penilaian pegawai mempunyai manfaat ganda karena
dapat digunakan sebagai alat dalam mengambil keputusan seperti
untuk pembayaran upah, gaji, bonus, alat dan pemberian nasehat
kepada pegawai. Penilaiannya sebaiknya dilakukan oleh suatu tim
yang terdiri dari atasan langsung sebagai ketua, psikolog, dan
seorang lainnya sebagai anggota. Penilaian karyawan mengacu pada
sistem karier dan hasil prestasi kerja. Pada sistem karier yang dilihat
adalah kecakapan karyawan yang bersangkutan, pengalamannya
dalam bekerja, kesetiaan pada organisasi, pengabdian dari segi
lamanya waktu bekerja dan syarat objektif lainnya.
g. Pemberian balas jasa dan penghargaan
Kompensasi diberikan sebagai balas jasa dan penghargaan kepada
karyawan. Kompensasi yang diberikan perusahaan bisa sebagai alat
untuk memotivasi pegawai agar bekerja dengan lebih baik.
Kompensasi merupakan komponen biaya yang besar bagi
perusahaan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian agar biaya yang
dikeluarkan tidak sia-sia. Pemberian balas jasa disini meliputi
pembayaran insentif/gaji harus adil, layak, tepat waktu sesuai dengan
peraturan yang berlaku, dan memberikan kepuasan kepada semua
pihak baik karyawan maupun atasan atau pimpinan.

Dengan adanya langkah-langkah tersebut, perusahaan mengharapkan


bisa memperoleh tenaga kerja yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan dan dapat bekerja dengan efisien dan efektif sehingga terjadi
peningkatan produktivitas kerja dan sebagai dampak akhirnya
perusahaan mencapai tujuannya.
1.2.4 Penggerakan (actuating)
Fungsi penggerakan merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerja sama
di antara staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai
secara efektif dan efisien (Ibnu Syamsi, 1998). Fungsi penggerakan tidak
terlepas dari fungsi manajemen lainnya. Fungsi penggerak dan
pelaksanaan dalam istilah lainnya yaitu motivating (membangkitkan
motivasi), directing (memberikan arah), influencing (mempengaruhi) dan
commanding (memberikan komando atau perintah) (Siagan, 2012).
a) Tujuan fungsi Penggerakan (actuating)
Fungsi Penggerakan (actuating) haruslah dimulai pada pimpinan
organisasi. Seorang pemimpin harus mampu bersikap yaitu objektif
dalam menghadapi berbagai persoalan organisasi melalui pengamatan,
objektif dalam menghadapi perbedaan dan persamaan karakter stafnya
baik sebagai individu maupun kelompok manusia. Pemimpin
mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan, peka terhadap lingkungan
dan adanya kemampuan bekerja sama dengan orang lain secara
harmonis.

Dengan kata lain, pemimpin harus peka dengan kodrat manusia yaitu
mempunyai kekuatan dan kelemahan, tidak mungkin akan mampu
bekerja sendiri dan pasti akan memerlukan bantuan orang lain, manusia
mempunyai kebutuhan yang bersifat pribadi dan sosial, dan pada diri
manusia kadang-kadang muncul juga sifat-sifat emosional. Berikut ini
adalah tujuan dari fungsi Penggerakan (actuating) :
 Menciptakan kerja sama yang lebih efisien.
 Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf.
 Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.
 Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan.
motivasi dan prestasi kerja staf.
 Membuat organisasi berkembang secara dinamis.
b) Tahapan Penggerakan (actuating)
Tindakan Penggerakan dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1) Memberikan semangat, motivasi, inspirasi atau dorongan sehingga
timbul kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja dengan
baik. Tindakan ini juga disebut motivating.
2) Pemberian bimbingan melalui contoh-contoh tindakan atau teladan.
3) Tindakan ini juga disebut directing yang meliputi beberapa tindakan,
seperti: pengambilan keputusan, mengadakan komunikasi antara
pimpinan dan staf, memilih orang-orang yang menjadi anggota
kelompok dan memperbaiki sikap, pengetahuan maupun ketrampilan
staf.
4) Pengarahan (directing atau commanding) yang dilakukan dengan
memberikan petunjuk-petunjuk yang benar, jelas dan tegas. Segala
saran-saran atau instruksi kepada staf dalam pelaksanaan tugas harus
diberikan dengan jelas agar terlaksana dengan baik terarah kepada
tujuan yang telah ditetapkan.

1.2.5 Pengawasan (controlling)


Pengawasan diartikan sebagai usaha menentukan apa yang sedang
dilaksanakan dengan cara menilai hasil atau prestasi yang dicapai dan
kalau terdapat penyimpangan dari standar yang telah ditentukan, maka
segera diadakan usaha perbaikan, sehingga semua hasil atau prestasi yang
dicapai sesuai dengan rencana (Soewarno, 2007). Dari definisi tersebut ada
kemungkinan timbul anggapan bahwa kegiatan pengawasan itu bersifat
negatif dan merupakan penghambat, karena pengawasan dilihat sebagai
kegiatan mencari dan memperbaiki penyimpangan yang sedang atau telah
terjadi. Mengingat bahwa pada dasarnya dalam kegiatan apa pun sering
terjadi kekeliruan, melemahnya usaha, ketidak efektifan petunjuk-
petunjuk, sehingga terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan, maka
fungsi pengawasan mutlak diperlukan.
Pengawasan merupakan kegiatan positif, karena mengarahkan kegiatan
sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan, atau mengarahkan kegiatan
kearah standar yang telah ditentukan sesuai dengan rencana yang dibuat
(Sarwoto, 1991).
a. Proses pengawasan
Proses pengawasan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.:
1. Mengukur hasil
Mengukur berarti menentukan dengan tepat jumlah dan kapasitas
keseluruhan. Tanpa pengukuran, manajer akan bertindak meraba-
raba saja sehingga tidak bisa dipercayai. Untuk itu perlu dibuat unit
pengukuran dan diadakan perhitungan berapa kali jumlah unit
tersebut dibandingkan dengan keseluruhan jumlah.

Dalam mengukur jumlah keseluruhan selalu dipertanyakan apa ciri-


cirinya. Secara umum pengukuran keseluruhan dikelompokkan
dalam dua kelompok :
a) Kelompok yang berkaitan dengan pencapain seluruh program.
b) Kelompok yang berkaitan dengan keluaran per unit yang
dikerjakan.

Cakupan kelompok pertama lebih luas, dia menyangkut kemajuan


menyeluruh dan ditangani pihak pimpinan. Pengukurannya bisa
dilakukan secara objektif dengan menggunakan jumlah keuntungan
dan biaya. Kelompok kedua bersifat lebih mendetail sehingga bisa
menggunakan ukuran yang lebih tepat, karena lebih mudah
mengukurnya. Pengukuran juga bisa dibedakan atas pengukuran
yang nyata dan pengukuran yang tidak nyata. Unit yang dihasilkan,
kartu, dan distribusi sampel merupakan pengukuran yang nyata.
Sedangkan kemajuan eksekutif, membentuk semangat pekerja dan
lain-lain merupakan pengukuran yang tidak nyata.
2. Membandingkan hasil yang dicapai dengan hasil yang diinginkan
Kegiatan ini merupakan kegiatan menilai hasil yang dicapai, kalau
ada hasil berbeda antara yang dicapai dengan standar yang
ditentukan, harus diputuskan pemecahan mana yang akan dilakukan.
Tetapi harus diingat bahwa ada derajat perbedaan antara
penyimpangan yang tak berarti dengan penyimpangan yang relatif
berarti. Untuk menentukan apakah penyimpangan tersebut berarti
atau tidak, tergantung pada manajer sendiri setelah dia menganalisis
dan menilai hasilnya. Dalam menentukan penyimpangan dapat
dimintakan bantuan seperti mengetahui tentang umpan balik
(informasi) yangmasuk dan atau meminta pendapat dari mereka yang
melaksanakan pekerjaan.
Di samping itu, diperhatikan juga data yang tidak bisa dikontrol,
semuanya itu untuk mendapatkan data yang lebih mendekati
kenyataan.
Dalam membandingkan hasil dengan standar yang ditentukan akan
lebih menghemat waktu, kalau pimpinan cukup memperhatikan pada
hal-hal yang berbeda saja. Ini merupakan exception principle
(prinsip pengecualian. Dengan melihat pada hal-hal yang berbeda
saja, maka perhatian diteruskan untuk mencari tahu penyebabnya,
mirip dengan prinsip pengecualian adalah kegiatan pengawasan
dengan memperhatikan hanya pada pembanding kunci (key points).
Beraneka ragam kegiatan lain dalam perusahan tidak perlu
diperhatikan, pembanding kunci tersebut akan berbeda untuk setiap
jenis perusahaan, dalam melihat pembanding kunci tersebut tidak
boleh dilupakan bagian lain yang berkaitan dengannya.
3. Memperbaiki penyimpangan
Ini merupakan langkah terakhir dalam proses pengawasan. Tujuan
utama langkah ini adalah untuk mendapatkan hasil yang sesuai
dengan hasil yang diinginkan. Hasil yang berbeda harus segera
diperbaiki dan tidak boleh ditunda, dimaafkan atau dikompromikan,
karena hal tersebut merupakan suatu keharusan. Tindakan perbaikan
dilakukan oleh orang yang berrtanggung jawab atas hasil akhir.
Mungkin tindakan tersebut berupa perbaikan perencanaan seperti
perubahan dalam memotivasi karyawan untuk mendapatkan
pandangan baru terhadap kebijaksanaan yang ada, atau perubahan
dalam prosedur ataupun cara mengecek hasil yang ada. Cara
mendapatkan hasil terbaik, perbaikan penyimpangan harus disertai
dengan tanggung jawab dari individu. Satu tugas, satu tanggung
jawab merupakan kebijaksanaan terbaik yang perlu untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan.

2. Model Praktek Keperawatan Profesional


2.1 Pengertian Model Praktik Keperawatan Profesional
Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(Struktur, Proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan,
yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Murwani & Herlambang,
2012).

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem


(struktur, proses, dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat
profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan
tempat asuhan tersebut diberikan (Sitorus, 2006).

2.2 Tujuan Model Praktik Keperawatan Profesional


 Meningkatkan mutu askep melalui penataan sistem pemberian asuhan
keperawatan.
 Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan
praktik keperawatan profesional.
 Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan
penelitian keperawatan (Murwani & Herlambang, 2012).

2.3 Tingkatan dan Spesifikasi MPKP


Menurut Sitorus (2006) terdapat beberapa tingkatan MPKP yang tertuang
dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Tingkatan dan Spesifikasi MPKP


Metode
Praktik Aspek
Tingkat Pemberian Ketenagaan Dokumentasi
keperawatan Penelitian
Askep
MPKP Mampu Modifikasi Jumlah sesuai Standar renpra
Pemula memberikan keperawat kebutuha n (masalah
asuhan an primer Skp/Ners aktual)
keperawatan (1:25-30
profesional klien) sebagai
tingkat pemula clinical care
manajem en
(CCM)
D III
keperawatan
sebagai
perawat
primer pemula
SPK/D III
keperaw atan
sebagai PA
MPKP I Mampu Modifikasi Jumlah sesuai Standar renpra Penelit ian
memberikan keperawat kebutuhan (masalah aktual deskrip tif
asuhan an primer Ners spesialis dan oleh PN
keperawatan (1:25-30 masalah resiko) (primar y
profesional klien) sebagai nurse)
tingkat I CCM Identifi kasi
Skp/Ners masala h
sebagai PP peneliti an
D III Peman
Keperawa tan faatan hasil
sebagai PA peneliti an
MPKP II Mampu Manajeme n Jumlah sesuai Clinical Penelit ian
memberikan kasus kebutuha n pathway eksperi men
modifikasi dan Spesialis Ners standar renpra oleh Ners
keperawatan keperawat (1:1 PP) spesial is
primer/asuha n an sebagai CCM Identifi kasi
keperawatan Skp/Ners masala h
profesional sebagai PP penelit ian
tingkat II D III Peman
Keperawa tan faatan hasil
sebagai
PA
MPKP III Mampu Manajeme n Jumlah sesuai Clinical Peneliti an
memberikan kasus kebutuha n pathway/stan eksperi men
modifikasi Doktor dar renpra lebih banyak
tingkat keperawatan Identifik asi
primer/asuha n klinik masalah
keperawatan (konsultan) Pemanf
profesional Ners spesialis aatan hasil
tingkat III (1:1 PP)
sebagai CCM
Skp/Ners
sebagai PP
D III
Keperawa tan
sebagai
PA

2.4 Praktik keperawatan


Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui
kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkungan wewenang dan
tanggung jawabnya (Nursalam, 2011). Praktik keperawatan diberikan melalui
asuhan keperawatan untuk klien individu, keluarga, masyarakat dan
kelompok khusus dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana sampai
komplek baik sehat maupun sakit sepanjang rentang kehidupan manusia
(Dikti, 2012).

Standar praktik keperawatan menurut American Nursing Association (ANA):


 Standar I : Perawat mengumpulkan data tentang kesehatan klien
 Standar II : Perawat menetapkan diagnosa keperawatan
 Standar II : Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap
klien
 Standar IV : Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang
berisi rencana tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan
 Standar V : Perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah
ditetapkan dalam rencana asuhan keperawatan
 Standar VI Perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai
hasil akhir yang sudah ditetapkan (Sitorus, 2006).

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik


keperawatan baik langsung atau tidak langsung diberikan kepada sistem klien
di sarana dan tatanan kesehatan lainnya, dengan menggunakan pendekatan
ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan.
Asuhan keperawatan langsung merupakan tindakan yang ditetapkan dan
dilakukan oleh perawat secara mandiri atas dasar justifikasi ilmiah
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar klien maupun tindakan
kolaborasi yang merupakan tindakan dari hasil konsultasi dengan profesi
kesehatan lain dan atau didasarkan pada keputusan pengobatan oleh tim
medik. Asuhan keperawatan tidak langsung merupakan kegiatan yang
menunjang dan memfasilitasi keterlaksanaan asuhan keperawatan (Dikti,
2012).

Tahapan proses keperawatan menurut (Ilyas, 2009):


a. Pengkajian. Tahap ini merupakan awal dari proses keperawatan tahap
pengkajian memerlukan kecermatan dan ketelitian untuk mengenal masalah.
Keberhasilan proses keperawatan berikutnya sangat bergantung pada tahap
ini. Pengumpulan data merupakan kegiatan menghimpun dan mencatat data
untuk menentuksn kebutuhan dan masalah kesehatan/keperawatan.
b. Pengelompokan data atau analisa data. Setelah data pasien terkumpul,
selanjutrnya data dipisah-pisahkan ke dalam kelompok-kelompok
tertentu.setelah pengelompokan data, langkah selanjutnya adalah
menentukan masalah yang terjadi pada pasien.
c. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti,
tentang masalah pasien serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau
diubah melalui tindakan keperawatan.
d. Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan, untuk menanggulangi masalah sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditentukan.
e. Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah
ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.
f. Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang
rencana keperawatan.

Catatan keperawatan merupakan dokumen yang penting bagi asuhan


keperawatan di rumah sakit. Jadi, perlu diingat perawat bahwa dokumen
asuhan keperawatan merupakan:
a. Bukti dari pelaksanaan keperawatan yang menggunakan metode pendekatan
proses keperawatan
b. Catatan tentang tanggapan/respons pasien terhadap tindakan medis,
tindakan keperawatan, atau reaksi pasien terhadap penyakit
2.5 Metode Pemberian Askep
Penerapan sistem pemberian asuhan keperawatan. Merupakan metode
penugasan yang dipilih dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan
sesuai dengan kondisi yang ada di Rumah Sakit. Sistem pemberian asuhan
keperawatan harus merefleksikan falsafah organisasi, struktur, pola
ketenagaan dan karakteristik populasi pasien yang dilayani.

Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) menutur Nursalam (2011)


ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada
dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren
pelayanan keperawatan.
1. Fungsional (bukan metode MAKP).
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuan keperawatan
dengan cara membagi habis tugas pada perawat yang berdinas.
Kelebihan metode fungsional
 Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan baik
untuk RS yang kekurangan tenaga.
 Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial sedangkan
perawat junior bertanggung jawab pada perawatan pasien.
Kelemahan metode fungsional
 Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang terpisah-
pisah atau tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
 Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan
saja.
2. MAKP tim.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda- beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang
saling membantu.
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total kepada
sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari tenaga
profesional, teknikal dan pembantu.
Konsep metode tim
 Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik kepemimpinan.
 Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.
 Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
Kelebihan metode tim
 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
 Mendukung pelaksanaan proses perawatan
 Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik mudah
diatasi
 Memberikan kepuasan pada anggota tim
Kelemahan metode tim
 Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi tim yang sulit
terbentuk pada waktu-waktu sibuk.
3. MAKP primer.
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Medorong praktik kemandirian perawat,
ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Metode primer yaitu metode pemberian asuan asuhan kerawatan


komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik keperawatan
profesional. Setiap perawat profesional bertanggunng jawab terhadap
asuhan keperwatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

Konsep dasar metode primer


 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
 Ada otonomi
 Ketertiban pasien dan keluarga.
 Ketenagaan metode primer
 Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
 Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
 Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya maupun non
profesional sebagai perawat asisten.
Kelebihan metode keperawatan primer
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif
 Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri.
Kelemahan metode keperawatan primer
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dan kriteria assertife, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin.
4. MAKP kasus.
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif,
dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat
privat/pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus
isolasi dan intensive care.
5. Modifikasi: MAKP tim-primer.
Model MAKP tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem.
Sedangkan jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997)
dan Marquis & Houston (1998), antara lain :
1. Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II. Pada saat
itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi (merawat luka
kepada semua pasien di bangsal).
Gambar 2.3 Skema Model Fungsional

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat Visite


Pengobatan Perawatan Menyuntik
Luka

Pasien

2. Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi dalam group kecil yang saling membantu.
Gambar 2.4 Skema Model Tim

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Tim Anggota Tim

Pasien Pasien
3. Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit.

Gambar 2.5 Skema Model Primer

Dokter Kepala Ruang Penunjang


Primary Nurse

Pasien

Tugas Gilir Tugas Gilir Tugas Gilir


Sore Malam Sesuai
Kebutuhan

4. Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift
dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan 1 pasien 1
perawat, dan hal ini umumnya dilakukan untuk perawat privat atau
keperawatan khusus seperti isolasi dan intensive care.

5. Model Tim Primer.


Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S.
Sudarsono (2000), penerapan model ini didasarkan pada beberapa alasan
yaitu : Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni
karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada
berbagai tim. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
kontinuitas asuhan keprawatan dan accountabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer.

Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan metode


pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Houston, 1998), yaitu :
 Sesuai dengan visi dan misi institusi
 Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
 Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
 Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
 Kepuasan kinerja perawat
 Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
BAB 2
TINJAUAN LAHAN
2.1 Profil/Gambaran Umum Rumah Sakit
2.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit
Rumah Sakit  Umum Daerah Kota Banjarbaru berdiri
pada tahun 1965 adalah sebuah Usaha Kesehatan Ibu
dan Anak (UKIDA) milik Pemerintah Provinsi Kalimantan
Selatan, pembentukannya bertujuan agar para ibu dan
anak terhindar dari berbagai penyakit menular yang
mewabah, kemudian pada tahun 1965 ditingkatkan
menjadi Balai Kesehatan Ibu dan Anak  (BKIA) Pada
tahun 1971 dengan  respon masyarakat yang sangat
tinggi   dikembangkan lagi    dan ditetapkan menjadi
sebuah Rumah Sakit Umum  type “D” oleh Pemerintah
Provinsi Kalimantan Selatan dengan jumlah tempat tidur
40 buah.
Kemudian RSUD banjarbaru berdasarkan
Kepmenkes.104/menkes/SK/I/1995, tanggal 30 Januari
1995 tentang peningkatan kelas RSUD Banjarbaru
ditingkatkan statusnya menjadi Rumah sakit type “ C “
dengan kapasitas 75 tempat tidur.

2.1.2 Falsafah, Motto, Visi, Misi, dan Tujuan


a. Falsafah : -
b. Motto : “Kesehatan dan Keselamatan Anda Prioritas
Kami”
c. Visi : “RUMAH SAKIT UNGGUL DALAM PELAYANAN DAN
BERKARAKTER”
d. Misi :
 Mengembangkan kompetensi Sumber Daya
Manusia di seluruh unit pelayanan Rumah Sakit
dalam hal pengembangan skill,
knowlegde dan attitude (keterampilan dan perilaku
yang baik) di semua lini pelayanan.
 Mengembangkan bangunan Rumah Sakit
yang menarik.
 Menyediakan peralatan medis yang canggih
dan mutakhir sesuai Ilmu Pengetahuan dan
Tekhnologi Kedokteran.
 Mengembangkan perangkat manajemen
yang inovatif dan responsif yang mampu menjawab
tantangan Rumah Sakit di masa yang akan datang.
 Memberikan pelayanan yang berkualitas
standar dan dikemas dengan sikap yang santun.
 Berperan aktif dalam menurunkan kematian
ibu dan bayi di Rumah Sakit sebagai daya dukung
dalam penurunan kematian ibu dan bayi di kota
Banjarbaru dan sebagai penyelenggara dalam
upaya penurunan penyakit menular TB Paru (DOTs).
e. Tujuan :
Memberikan pelayanan bermutu sesuai dengan yang
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.

2.2 Fungsi Manajemen Keperawatan di Ruangan


2.2.1 Fungsi Perencanaan
1) Visi ruangan
Terwujudnya pelayanan keperawatan anak yang holistic meliputi
bio, psiko, sosial, cultural, dengan konsep carring sebagai landasan
mutu asuhan keperawatan.
2) Misi ruangan
a. Menyediakan dan mengembangkan sumber daya keperawatan
yang memiliki kompetensi handal.
b. Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dengan
senyum, salam, sapa, sopan, santun, dan tidak membeda-bedakan
pasien
c. Meningkatkan kinerja perawat dengan berpedoman pada standar
praktik keperawatan, standar asuhan keperawatan dan kebidanan,
dalam membantu kebutuhan klien secara optimal selama dirawat
sampai dengan pulang
d. Menciptakan suasana yang kondusif bagi pasien dan tenaga
keperawatan serta menjalin kerjasama dengan semua anggota tim
kesehatan yang ada di Rumah Sakit dalam pelayanan kepada
pasien
e. Mengembangkan penelitian keperawatan secara
berkesinambungan
f. Mengembangkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelayanan
keperawatan.

3) Tujuan : -
4) Fungsi Ruang perawatan :-
5) Uraikan pelayanan yang ada di ruangan ini!
a. Fasilitas untuk klien
Fasilitas yang dapat di manfaatkan oleh klien di ruang Merak
dengan kondisi yang masih baik namun masih ada beberapa
barang yang memang harus di tambah dan diperbaiki karna masih
dalam kondisi kurang memadai untuk digunakan oleh klien
seperti kamar mandi dan wc yang ada disemua ruangan masih
bagus dan bisa digunakan, walaupun ada sebagian kamar mandi
dan wc pasien yang kurang rapi, washtafel berfungsi dengan baik.
Untuk fasilitas lain timbangan, bak sampah, lemari klien sudah
cukup memadai untuk digunakan oleh klien dan keluarga.
b. Fasilitas dalam pelayanan kesehatan
Pada pelayanan kesehatan yang didapatkan, tidak terlihat pada
pemberian obat tidak diberikan etiket pada obat yang tidak
tersedia dan Pada observasi yang kami lihat didapatkan pada
botol cairan infus tidak di berikan tanggal pemberiannya dan
tidak ditulis sudah berapa kali dalam pemberiannya.

c. Fasilitas untuk petugas kesehatan meliputi :


 Ruang Kepala Ruangan yang terpisah dengan nurse station
 Kamar mandi dan WC terpisah dengan ruang nurse station dan
ruang kepala ruangan
 Ruang konsultasi dokter gabung dengan nurse station
 Ruang dokter spesialis terpisah dengan nurse station
 Tempat sampah Medis: 3 buah, Sampah needle: 3 buah,
 Kipas angin 1 buah di nurse station

d. Fasilitas dan Sarana Kesehatan Yang ada di Ruang Merak di RSD


Idaman Banjarbaru
Fasilitas dan sarana kesehatan yang terdapat diruang Merak
sebagaian besar sudah cukup untuk dapat dimanfaatkan dan
digunakan oleh klien dan keluarga namun memang ada beberapa
bagian dari sarana dan fasilitas tadi yang masih harus di tambah
karna dalam kondisi rusak dan kurang ideal dalam sebuah
ruangan.

6) Standar operasional prosedur dan Standar Asuhan keperawatan


SOP dan SAK
1. SOP Mengukur Pertumbuhan Fisik Bayi/Anak
2. Mengukur Suhu Tubuh Anak
3. Menghitung pernafasan Bayi/Anak
4. Mengukur Nadi
5. Mengukur Tekanan Darah Pada Anak/Bayi
6. Memandikan Bayi/Anak
7. Pemasangan Naso Gastric Tube (NGTT) Pada Bayi/Anak
8. Memberikan Nutrisi Melalui Pipa Lambung/Naso Gastric Tube
(NGT)
9. Menyiapkan dan Memberikan Terapi Nebulizer
10. Pemberian Obat Oral Pada Anak
11. Pedoman Pemberian Obat Injeksi Pada Anak
12. Pemberian Obat Pada Mata, Telinga dan Hidung
13. Pemasangan Cateter Urine Pada Anak
14. Perawatan Colostomy/Ostomy
15. Pemberian Huknah/Lavament/Enema Pada Bayi/Anak
16. Pengambilan Palitan Tenggorokan
17. Penggunaan dan Pemberian Restrains (Pengekang) Pada Anak
18. Punksi Vena Untuk Pengambilan Darah
19. Melakukan Fisioterapi Dada
20. Menampung Urine dengan Urine Kolektor
21. Memberikan Makan Padat
22. Memberikan Oksigen
23. Menghisap Lendir
24. Menghisap Lendir Bayi Baru Lahir dengan Dee Lee
25. Memberikan Imunisasi BCG
26. Memberikan Imunisasi Polio
27. Memberikan Imunisasi Hepatitis B Jenis Uniject
28. Memandikan Bayi dengan Air
29. Mengganti Poppok Bayi (BAB/BAK)
30. Menimbang Berat Badan Bayi
31. Mengukur Suhu Tubuh Pada Neonatus
32. Mengambil Darah Kapiler Pada Bayi
33. Merawat Bayi dengan Terapi Sinar/Phototherapy
34. Memberikan Minum dengan Menggunakan Sendok
35. Memasang Pipa Lambung/Orogastric Tube Pada Bayi/Neonatus
36. Memberikan Nutrisi Melalui Pipa Lambung/Orogastric Tube
37. Pengukuran Antropometri
38. Penyuntukan K1 Pada Bayi Baru Lahir
39. Pemberian Salep Mata Pada Bayi
40. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
41. Perawatan Tali Pusat
42. Pemakaian Inkubator
43. Pelayanan Kriteria Keluar Masuk Picu/Nicu

7) Standar kinerja
a. Standar I : Jaminan Mutu
Perawat secara sitematis melakukan evaluasi mutu dan efektifitas
praktek keperawatan.
Rasional:
Evaluasi mutu asuhan keperawatan melalui penilaian praktek
keperawatan merupakan suatu cara untuk memenuhi suatu
kewajiban profesi yaitu menjamin klien mendapat asuhan yang
bermutu.
1. Kriteria Struktur
a. Adanya kebijakan institusi untuk mendukung terlaksananya
jaminan mutu .
b. Tersedia mekanisme telaah sejawat dan program evaluasi
terdisiplin di tatanan praktek.
c. Perawat menjadi anggota telaah sejawat dan angggota
program  evaluasi terdisiplin untuk menilai hasil akhir
asuhan kesehatan
d. Tersediannya rencana pengembangan jaminan  mutu
berdasarkan standar praktek yang sudah ditetapkan untuk
memantau mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien.
2. Kriteria Proses
Perawat berperan serta secra teratur dan sistematis pada
evaluasi praktek keperawatan  melalui :
a. Penetapan indikator kritis dan alat pemantauan.
b. Pengumpulan data dan analisi data.
c. Perumusan kesimpulan, umpan balik dan rekomendasi.
d. Penyebaran informasi.
e. Penyusunan rencana tindak lanjut.
f. Penyusunan rencana dan pelaksanaan nilai secara periodik.
Perawat memanfaatkan usulan-usulan yang sesuai, yang
diperoleh melalui program evaluasi praktek keperawatan.
3. Kriteria Hasil
a. Adanya hasil pengendalian mutu.
b. Adanya tindakan perbaikan terhadap kesenjangan yang di
identifikasi melalui program evaluasi baik pada individu
perawat,unit atau organisasi.

b. Standar II : Pendidikan
Perawat bertanggung jawab untuk memperoleh ilmu pengetahuan
mutakhir dalam praktek keperawatan.
Rasional :
Perkembangan ilmu dan teknologi, sosial, ekonomi, politik dan
penddikan masyarakat menuntut komitme perawat untuk terus
menerus meningkatkan pengetahuan sehingga memacu
pertumbuhan profesi.
1. Kriteria Struktur
a. Adanya kebijakan di tatanan praktek untuk tetap memberi
peluang dan fasilitas pada perawat untuk mengikuti
kegiatan yang terkait dengan pengembangan keperawatan.
b. Terseduanya peluang dan fasilitas belajar pada tatanan
praktek.
c. Adanya peluang untuk berpartisipasi dalam kegiatan
organisasi profesi untuk mengembangkan profesi.
2. Kriteria Proses
a) Perawat mempunyai prakarsa untuk belajar mandiri agar
dapat mengikuti pengembangan ilmu dan meningkatkan
keterampilan.
b) Perawat berperan serta dalam kegiatan pemantapan
ditempat kerja (insevice) seperti diskusi ilmiah, ronde
keperawatan.
c) Perawat mengikuti pelatihan, seminar atau pertemuan
profesional lainnya.
d) Perawat membantu sejawat mengidentifikasi kebutuhan
belajar.
3. Kriteria Hasil
a) Adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan perawat
tentanf ilmu keperawatan dan teknologi mukhtahir.
b) Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi mutahir
dalam praktek klinik.

c. Standar III : Penilaian Kinerja


Perawat mengevaluasi prakteknya berdasarkan standar praktek
profesional dan ketentuan lain yang terkait.
Rasional :
Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk menjamin
tercapainya standar praktek keperawatan dan ketentuan lain yang
terkait.
1. Kriteria struktur
a) Adanya kebijakan penilaian kinerja perawat .
b) Adanya perawat penilai sebagai anggota penilai kerja.
c) Adanya standar penilaian kerja.
d) Adannya rencana penilaian kinerjaberdasarkan standar yang
telah ditetapkan.
2. Kriteria proses
1) Perawat berperan serta secara teratur dan sistematis pada
penilaian kinerja melalui
a) Penetapan mekanisme dan alat penilaian kinerja
b) Pengkajian kinerja berdasarkan kriteria yang
ditetapkan.
c) Perumusan hasil penilaian kinerja meliputi area yang
baik dan yang kurang
d) Pemberian umpan balik dan rencana tindak lanjut
2) Perawat memanfaatkan hasil penilaian umtuk memperbaiki
dan mempertahankan kinerja.
3. Kriteria Hasil
a) Adanya hasil penilaian kerja.
b) Adanya tindakan perbaikan terhadap kesenjangan yang
didentifikasi melalui kegiatan penilaian kinerja.

d. Standar IV : Kesejawatan (Collegial)


Rasional
Kolaborasi antara sejawat melalaui komunikasi efektif
meningkatkan kualitas pemberian pelayanan asuhan pelayanan
kesehatan pada klien.
1. Kriteria Struktur
a) Tersedianya mekanisme untuk telaah sejawat yang
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
b) Adanya perawat yang berperan sebagai telaah sejawat yang
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
c) Perawat berperan aktif dalam kolaborasi sejawat.
2. Kriteria Proses
a) Perawat berperan serta aktif dalam melaksanakan
kolanorasi antar terdisiplin melalaui mekanisme telaah
sejawat.
b) Perawat memanfaatkan hasil kolaborasi sejawat dan
melaksanakan asuhan keperawatan.
3. Kriteria Hasil
a) Adanya kesepakatan antar sejawat.
b) Dilakukan perbaikan tindakan berdasarkan hasil pertemuan
kolaborasi sejawat

e. Standar V : Etik
Keputusan dan tindakan perawat atas nama klien ditentukan
dengan cara yang etis (sesuai dengan norma, nilai budaya, modul
dan idelialisme profesi).
Rasional :
Kode etik perawat merupakan parameter bagi perawat dalam
membuat penilaian etis. Berbagai isu spesipik tentang etik yang
menjadi kepedulian perawat meliputi : Penolakan pasien terhadap
pengobatan, “informed-consen”, pemberhentian bantuan hidup,
kerahasiaan klien.
1. Kriteria Struktur
a) Adanya komite etik keperawatan
b) Adanya kriteria masalah etik
c) Adanya mekanisme penyelesaian masalah etik
d) Adanya program pembinaan etik profesi keperawatan.
2. Kriteri Proses
a) Praktek perawat berpedoman pada kode etik
b) Perawat menjaga kerahasiaan klien
c) Perawat bertindak sebagai advokat klien
d) Perawat memberikan asuhan dengan “tanpa menghakimi”
(non-judgement), tanpa diskriminasi
e) Perawat memberikan asuhan dengan melindungi otonomi,
martabat dan hak-hak klien.
f) Perawat mencari sumber-sumber yang tersedia untuk
membantu menetapkan keputusan etik.
3. Kriteria Hasil
a) Ada bukti dalam catatan tentang klien, bahwa isu-isu etik
ditemukan dan dibahas didalam pertemuan tim.
b) Sasaran dalam pembinaan keperawatan berkelanjutan
mencerminkan diterapkannya konsep-konsep yang ada
dalam kode etik.

f. Standar VI : Kolaborasi
Perawat berkolaborasi dengan klien, keluarga dan semua pihak
terkait serta tim multi disiplin kesehatan dalam memberikan
keperawatan klien.
Rasional :
Kerumitan dalam pemberian asuhan membutuhkan pendekatan
multi disiplin untuk memberikan asuhan kepada klien. Kolaborasi
multi disiplin mutlak diperlukan untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas asuhan dan untuk membantu klien mencapai
kesehatan optimal. Melalui proses kolaboratif kemampuan yang
khusus dari pemberian asuhan kesehatan digunakan untuk
mengkomunikasikan , merencanakan , menyelesaikan masalah
dan mengevaluasi pelayanan.
1. Kriteria struktur
a) Adanya kebijakan kerja tim dalam memberikan asuhan
terhadap klien.
b) Perawat dilibatkan dalam menetapkan kenijakan yang
terkait dengan asuhan klien.
c) Adanya jadwal pertemuan berkala.
d) Tersediannya mekanisme untuk menjamin keterlibatan klien
dalam pengambilan keputusan tim.
2. Kriteria proses
a) Perawat berkonsultasi dengan profesi lain dalam kebutuhan
untuk memberikan asuhan yang optimal bagi klien.
b) Perawat mengkonsultasikan pengetahuan dan keterampilan
keperawatan sehinggasejawat dapat mengintergrasikannya
dalam asuhan klien.
c) Perawat melibatkan klien dalam tim multidisiplin
d) Perawat berfungsi sebagai advokat klien
e) Perawat berkolaborasi dengan tim multi disiplin dalam
program pengajaran, supervisi dan upaya-upaya penelitian.
f) Perawat mengaku dan menghormati sejawat dan kontribusi
mereka.
3. Kriteria Hasil
a) Adanya bukti bahwa perawat merupakan anggota atau
bagian integral dari tim multi disiplin.
b) Adanya bukti terjadinya kolaborasi multi disiplin, seperti
tercermin dalam rencana terapi.

g. Standar VII : Riset


Perawat menggunakan hasil riset dalam praktek keperawatan
Rasional :
Perawat sebagai profesional mempunyai tanggung jawab untuk
mengembangkan pendekatan baru dalam praktek keperawatan
melalui riset.
1. Kriteria Struktur
a) Tersediannya kebijakan institusi tentang rise
b) Tersediannya pedoman riset
c) Tersedia kesempatan bagi perawat untuk melakukan  dan
atau berpartisipasi dalam riset sesuai tingkat pendidikan
d) Tersedia peluang dan fasilitas untuk menggunakan hasil
riset.
2. Kriteria Proses
a) Perawat mengidentifikasi masalah keperawatan terkait
praktek yang memerlukan riset
b) Perawat menggunakan hasil riset yang dapat dipertanggung
jawabkan dalam upaya investigasi.
c) Perawat melaksanakan riset.
d) Perawat menggunakan hasil riset
e) Perawat menjamin adanya mekanisme untuk melndungi
manusia sebagai subjek.
f) Perawat mengembangkan, mengimplementaskan dan
mengevaluasi telaah riset sesuai tingkat pendidikan.
g) Perawat berkewajiban dalam mendiseminasikan hasil riset.
3. Kriteria Hasil
a) Masalah klien terindentifikasi dan ditanggulangi melalui
upaya riset
b) Adanya bukti landasan pengetahuan keperawatan secara
terus menerus diuji dan dimutakhirkan dengan hasil-hasil
riset yang relevan.
c) Praktek perawat mencerminkan digunakannya temuan riset
mutakhir yang tersedia.
d) Telah dipublikasikan kontribusi perawat terhadap
pengembangan teori, praktek dan riset.

h. Standar VIII : Pemanfaatan Sumber-Sumber


Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait dengan
keamanan, efektifitas dan biaya dalam perencanaan dan
pemberian asuhan klien.
Rasional:
Pelayanan keperawatan menuntut upaya untuk merancang pogram
pelayanan keperawatan yang lebih efektif dan efisien. Perawat
berpartisipasi dalam menggali dan memanfaatkan sumber-sumber
bagi klien.
1. Kriteria Struktur
a) Tersediannya kebijakan  ukuran produktif yang digunakan
dipelayanan keperawatan dan unit keperawatan.
b) Tersediannya sumber dana sesuai dengan anggaran yang
disetujui.
c) Tersediannya standar kinerja  yang jelas dan mekanisme
penyelesaian konflik
d) Tersediannya sistem informasi manajemen yang digunakan
oleh berbagai tingkat manajerial keperawatan, untuk
menerima, mengatur, menganalisa dan menyampaikan serta
menyimpan informasi yang diperlukan untuk merencanakan
pelaksanaan keperawatan , mengatur tenaga keperawatan,
mengarahkan kegiatan keperawatan dan evaluasi keluaran
keperawatan.
e) Tersediannya program K3 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) di institusi.
f) Tersediannya protokol penting penanggulangan biaya.
g) Tersediannya alat-alat yang dibutuhkan klien.
2. Kriteria Proses
a) Perawat mengelola menyiapkan dan menatalaksanaan
program anggran unit
b) Perawat bertanggung jawab untuk mendistribusikan sumber
daya yang tersedia dengan cara yang paling efektif dan
tidak boros.
c) Perawat mengontrol penggunaan sebagaian besar dari
sumber daya institusi yang menjadi tanggung jawab
keperawatan.
d) Perawat menganalisa laporan bulanan anggaran untuk
mengevaluasi pola pengeluaran dan dapat menyesuaikan
penggunaannya pada situasi berubah.
e) Perawat pengelola menyesuaikan jumlah beban kerja unit
dengan setiap tenaga kerja purna waktu.
f) Menetapkan tugas pokok dan  fungsi keperawatan dengan
tepat (menyusun jejaring yang mendukung kesejawatan
bagi perawat dan menanggapi dengan tepat semua keluhan
dan konflik perawat dengan sejawat, ketidak serasian
keluarga dengan jadual kerja, ketidak adilan penugasan
kerja dan kurang memadai orientasi kerja ).
g) Perawat bertanggung jawab untuk menjamin ketersediaan
alat-alt yang berfungsi baik.
h) Perawat bertangguang jawab menjamin K3 institusi/unit
keperawatan.
3. Kriteria Hasil
a) Tersediannya laporan bulanan anggaran untuk memberikan
gambaran pola pengeluaran dan penyesuaian anggaran.
b) Terwujudnya loyaritas karyawan terhadap kelompok
kerjanya, karena kepuasan kerja dan kontribusi
pekerjaannya diakui dan dihargai.
c) Adanya otonomi dalam pengaturan sumber daya yang
diperoleh dari masyarakat.
d) Pemanfaatan sumber-sumber pelayanan kesehatan di
masyarakat.
e) Terwujudnya pelayanan yang memperhatikan keamanan,
efektifitas,dan biaya yang sesuai.

2.2.2 Fungsi pengorganisasian


1) Struktur Organisasi
Wawancara: Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan didapatkan bahwa struktur organisasi diruang Merak
sudah ada supervisi khusus untuk ruangan, Pada pembagian
tugas masing perawat sudah melakukan tugas dan fungsinya
masing-masing. Sedangkan pada pengaturan pengorganisasian
pasien dibagi menjadi 3 tim.

Observasi: Berdasarkan hasil observasi diruangan Merak sudah


terdapat struktur organisasi ruangan dalam pembagian tugas
masing-masing perawat dan sudah melakukan tugas beserta
fungsingnya masing-masing dalam pengelolaan pasien 3 tim.

Gambarkan struktur organisasi yang ada di ruangan!


KEPALA RUANGAN MERAK

Venny Christiani, S.Kep.,Ns.

SUPERVISOR MERAK
Novie Norhayati, AMK.

KETUA TIM 1 KETUA TIM 2 KETUA TIM 3


Eka Nopi Sari, AMK Sri Karmiyati, AMK Rizki Septa Maulia,
Skep.,Ns.
Eva Metalita, S.Kep.,Ns. Heni Wijayanti, Amd.Kep. Dewi Lestari W, S.Kep., Ns.
Yamani, S.Kep.,Ns. Rivaldi Aipassha, S.Kep. Meryta Hayati, S.Kep.,Ns.
Lutfia Inayatillah, Amd.Kep. M. Andi Zulkifli, Amd.Kep. Basma Rohmatika, AMK.
Yuyun Muchtar, AMK Ira Paulina, S.Kep.,Ns. Midiyannor, AMK.
Jalindarussari, S.Kep.,Ns. Eny Susanti, AMK. M. Yusuf AMK.
M. Ilkham, Amd.Kep. Nuning Ari Indarti, AMK. Marawwiyah, S.Kep.,Ns.
Sri Rahayu, AMK. Lyla Farida, S.Kep.,Ns.

2) Uraian tugas : -
Wawancara: Uraikan hasil penjelasan kepala ruangan tentang
penentuan uraian tugas di ruangan
Observasi: uraikan temuan mengenai job description yang ada
di ruangan

3) Pengorganisasian Perawatan klien/metode asuhan keperawatan


yang digunakan
a. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Ruangan
Model Asuhan Keperawatan yang digunakan di Ruang RSD.
IDAMAN Banjarbaru adalah Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional (SP2KP).
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan
profesional yang merupakan pengembangan dari MPKP
( Model Praktek Keperawatan Profesional ) dimana dalam
SP2KP ini terjadi kerjasama profesional antara perawat
primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga kesehatan
lainnya.
Pada SP2KP yang diterapkan pada Ruang Merak (Anak),
sudah dilaksanakan akan tetapi dalam impelemtasinya masih
banyak hambatan yang terjadi dalam pelaksanaannya
sehingga model asuhan keperawatan yang ingin diterapkan
belum terwujud secara maksimal.
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi
keperawatan primer (kombinasi metode tim dan metode
keperawatan primer). Penetapan metode ini didasarkan pada
beberapa alasan sebagai berikut :
1. Pada metode keperawatan primer, pemberian asuhan
keperawatan dilakukan secara berkesinambungan sehingga
memungkinkan adanya tanggung jawab dan tanggung
gugat yang merupakan esensi dari suatu layanan
profesional.
2. Terdapat satu orang perawat professional yang disebut PP,
yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
asuhan keperawatan yang diberikan. Pada SP2KP ,
perawat primer adalah perawat lulusan sarjana
keperawatan/Ners.
3. Pada metode keperawataan primer , hubungan
professional dapat ditingkatkan terutama dengan profesi
lain.
4. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni
karena membutuhkan jumlah tenaga Skp/Ners yang lebih
banyak, karena setiap PP hanya merawat 4-5 klien dan
pada metode modifikasi keperawatan primer , setiap PP
merawat 9-10 klien.
5. Saat ini terdapat beberapa jenis tenaga keperawatan
dengan kemampuan yang berbeda-beda. Kombinasi
metode tim dan perawat primer menjadi penting sehingga
perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi mampu
mengarahkan dan membimbing perawat lain di bawah
tanggung jawabnya.
6. Metode tim tidak digunakan secara murni karena pada
metode ini tanggung jawab terhadap asuhan keperawatan
terbagi kepada semua anggota tim, sehingga sukar
menetapkan siapa yang bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas semua asuhan yang diberikan.

Pada model ini, PP dan PA membangun kontrak dengan


klien/keluarga sejak klien/keluarga masuk ke suatu ruangr
rawat yang merupakan awal dari penghargaan atas harkat dan
martabat manusia. Hubungan tersebut akan terus dibina
selama klien dirawat di ruang rawat, sehingga klien/keluarga
menjadi partner dalam memberikan asuhan keperawatan.
Pelaksanaan dan evaluasi renpra, PP mempunyai otonomi
dan akuntabilitas untuk mempertanggung jawabkan asuhan
yang diberikan termasuk tindakan yang dilakukan PA di
bawah tanggung jawab untuk membina performa PA agar
melakukan tindakan berdasarkan nilai-nilai professional.

Model ini memberlakukan manajemen SDM, artinya ada


garis komunikasi yang jelas antara PP dan PA. performa PA
dalam satu tim menjadi tanggung jawab PP. PP adalah
seorang manajer asuhan keperawatan yang harus dibekali
dengan kemampuan manajemen dan kepemimpinan sehingga
PP dapat menjadi manajer yang efektif dan pemimpin yang
efektif.Metode pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan adalah modifikasi keperawatan primer sehingga
keputusan tentang renpra ditetapkan oleh PP. PP akan
mengevaluasi perkembangan klien setiap hari dan membuat
modifikasi pada renpra sesuai kebutuhan klien.

Hubungan professional dilakukan oleh PP dimana PP lebih


mengetahui tentang perkembangan klien sejak awal masuk ke
suatu ruang rawat sehingga mampu member informasi
tentang kondisi klien kepada profesi lain khususnya dokter.
Pemberian informasi yang akurat tentang perkembangan
klien akan membantu dalam penetapan rencana tindakan
medic.

Metode modifikasi Perawat Primer-Tim yaitu seorang PP


bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan pada sekelompok pasien mulai
dari pasien masuk sampai dengan bantuan beberapa orang
PA. PP dan PA selama kurun waktu tertentu bekerjasama
sebagai suatu tim yang relative tetap baik dari segi kelompok
pasien yang dikelol, maupun orang-orang yang berada dalam
satu tim tersebut . Tim dapat berperan efektif jika didalam
tim itu sendiri terjalin kerjasama yang professional antara PP
dan PA. selain itu tentu saja tim tersebut juga harus mampu
membangun kerjasama professional dengan tim kesehatan
lainnya.

Pada SP2KP yang diterapkan pada Ruang Merak (Anak)


sudah terjalin kerjasama yang baik antara perawat primer
(PP) dan perawat asosiet (PA). Metode SP2KP pada Ruang
Merak (Anak) menggunakan tim yang terdiri dari anggota
yang yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok klien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 3 tim.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah
dilakukan di Ruang Merak (Anak) RSD Idaman Banjarbaru
telah menerapkan Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan
Profesional (SP2KP). Ruang Merak (Anak) ini mempunyai
satu orang supervisor, mempunyai satu orang kepala ruangan,
dan 25 orang tenaga keperawatan. Dalam hal penerapan
SP2KP di Ruang Merak (Anak) sudah dilakukan namun
masih ada hal yang kurang. Dalam pelaksanaan SP2KP,
Komunikasi yang efektif merupakan kunci keberhasilan
dalam melakukan kerjasama profesional tim antara PP-PA.
Komunikasi tersebut dapat melalui renpra, konferensi, dan
ronde keperawatan yang terstruktur dan terjadwal.
Berdasarkan hasil pengkajian Di Ruang Merak (Anak) ronde
keperawatan belum dilakukan secara maksimal dan hanya
dilakukan saat mahasiswa berpraktek manajemen saja .

2.2.3 Pengaturan Staf


Rekapitulasi tenaga kerja di ruang perawatan ini:
a) Berdasarkan jenis dan tingkat pendidikan
No Jenis Tenaga Tetap Kontrak %
1 Medis 3 1 10,8%
2 Keperawatan
a. Perawat Profesional
4 6 29,4%
(Ners)
b. Perawat Profesional
- 1 2,94%
(S.Kep)
c. Perawat Mahir (DIII-SKM) - - -
d. Perawat Mahir (DIII) 5 9 41,17%
e. Perawat Kesehatan (SPK-
- - -
SKM)
f. Perawat Kesehatan (SPK) - - -
g. Bidan - - -
h. Perawat Gigi - - -
3 Non Keperawatan - - -
4 Non Medis - 5 14,7%
Total 12 22 100%
b) Berdasarkan pelatihan yang diikuti
Jumla
No Jenis Pelatihan %
h
1 BTCLS 14 28,58
2 BHD 14 28,58
3 DM tipe 1 1 2,04
4 CI 2 4,08
5 Komunikasi Efektif 1 2,04
6 Manajemen Bangsal 1 2,04
7 Perseptor Shif 2 4,08
8 Pelatihan Gizi Buruk 1 2,04
9 BTLS 1 2,04
10 BLS 1 2,04
11 ICU dasar 2 4,08
12 PICU 1 2,04
13 Kegawatdaruratan anak 1 2,04
14 PPGD 4 8,16
15 Perawatan luka 1 2,04
16 ICCU dasar 1 2,04
17 Imunisasi 1 2,04
Total 49 100%

1) Sistem penghitungan tenaga


Penentuan kebutuhan tenaga perawat menurut lokakarya PPNI
dengan mengubah satuan hari dengan minggu. Selanjutnya
jumlah hari kerja efektif dihitung dalam minggu sebanyak 41
minggu dan jumlah kerja perhari selama 40 jam per minggu.
PPNI berusaha menyesuaikan lama kerja dan libur yang berlaku
di Indonesia:
(A x 52 mg) x 7 hr (TT x BOR)
Tenaga Perawat = + 25%
41 mg x 40 jam

Jumlah Tenaga = A x 52 x 7 ( TT x BOR ) + 25 %


41 Minggu x 40 Jam
= 4,5 x 52 x 7 ( 44 x 51,1 % ) + 25 %
KATIM
-

-Renina Wahyu,
AMK
-M. Rivan Farit,
AMK
-M. Fahmi Rizal,
41
AMKMinggu x 40 Jam
-Sabrina Rudhini,
= 1638 x (22,484 ) + 25 %
AMK
1640 Yudhina,
-Citra
AMK
= 38.828,792 + 25 %
-Suci Kurnia
1640
S.Kep.,Ns
= 29,59 = 29-30 orang
Keterangan :
A : Jumlah Jam Perawatan
TT : Tempat Tidur
BOR : Bed Occupancy rate
Rawat Inap : Klien Penyakit dalam 3,5 jam
Klien Bedah 4 jam
Klien Gawat 10 jam
Klien Anak 4,5 jam
Klien Kebidanan 2,5 jam

Berdasarkan perhitungan di atas, didapatkan kebutuhan tenaga


perawat di Ruang Merak (Anak) yaitu 30 orang. Ruang Merak
(Anak) saat ini memiliki 27 orang tenaga perawat yang sudah
terhitung karu dan supervisor, itu berarti di ruangan ini
kekurangan 3 orang tenaga perawat.

Hasil observasi pada tanggal 1 Januari 2019 didapatkan bahwa


tidak semua tempat tidur klien terisi 38 dari 44 tempat tidur
yang ada ditempati klien dan tingkat ketergantungan klien rata -
rata adalah partial care.

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan dan tenaga


perawat yang ada di Ruang Merak (Anak) mereka merasa
cukup mampu untuk melakukan pelayanan karena dengan
membagi perannya masing - masing sehingga dapat melakukan
pelayanan, karena perawat ruangan bisa melakukan pelayanan
meskipun menurut jumlah lokakarya masih kekurangan jumlah
perawat, tetapi di ruangan tidak semua bed klien penuh sehingga
dengan kemampuan yang dimiliki perawat dengan jumlah 25
orang mampu memberikan pelayanan secara optimal selama 24
jam dengan bergantian shif, serta tingkat ketergantungan klien di
Ruang Merak (Anak) rata-rata parsial care sehingga
memudahkan perawat dalam memberikan pelayanan.
Selain itu dengan adanya mahasiswa dengan jumlah yang cukup
untuk membantu memberikan asuhan keperawatan kepada klien
selama 24 jam dengan bergantian shif sehingga hal tersebut juga
dapat mengurangi beban kerja perawat ruangan merak.

Tabel. Kebutuhan Tenaga perawat di Ruang Merak tanggal 1 januari 2019

Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Jumlah
Ketergantungan klien Pagi Sore Malam

Minimal 0 0x0,17= 0 0x0,14=0 0x0,07= 0


Parsial 37 37x0,27=9,99 37x0,15=5,55 37x0,10= 3,7
Total 1 1x0,36=0,36 1x0,30=0,3 1x0,20=0,2
Jumlah 38 10,35 5,58 3,9

Total Kebutuhan tenaga perawat perhari :


Pagi : 10,35
Sore : 5,55
Malam : 3,9
Sehingga total keseluruhan adalah 19,8

Jumlah perawat yang dibutuhkan = 19-20 orang perhari


Penambahan untuk loss day : 1/3 x 25 orang = 8,3 orang Jadi
total jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 25 + 8 = 33 orang.
2) Pengaturan jadual dinas
Di Ruangan Merak (anak), pengaturan jadwal dinas dilakukan
oleh Kepala Ruangan dengan menempatkan KATIM pada shift
pagi dan perawat pelaksana paling banyak yang dinas pada shift
pagi. Pembagian perawat yang berdinas setiap harinya seimbang
anatara shift pagi, siang, dan malam, selalu ada perawat
penanggung jawab disetiap shift. Apabila shift pagi, maka
perawat penanggung jawab adalah KATIM, dan untuk shift
siang dan malam yang bertanggung jawab adalah perawat yang
berdinas dan diserahi tanggung jawab oleh KATIM.

3) Orientasi perawat baru


Tata cara mempersiapkan perawat baru yang berhubungan
dengan lingkungan kerja baru dalam suatu organisasi, meliputi
organisasi tata laksana, kebijakan, petugas, fungsi, tanggung
jawab, dan wewenang bagi pegawai baru. Dengan tujuan
sebagai berikut :
a. Mendapatkan informasi dan pandangan mengenai visi, misi,
tujuan organisasi dirumah sakit
b. Memahami jenis-jenis pelayanan yang ada dan unit-unit
dalam organisasi rumah sakit
c. Mengetahui lingkungan rumah sakit untuk memudahkan
adaptasi sebelum memulai pekerjaan dalam waktu yang
singkat.
d. Memahami pentingnya menjalin hubungan profesional antara
perawat dan tim kesehatan lainnya.
e. Meningklatkan kemampuan kinerja klinis perawat dalam
memberikan asuhan atau pelayanan prima
Kebijakannya sebelum bertugas dirumah sakit, perawat baru
perlu menjalani orientasi selama 6 minggu sebagai persiapan
melaksanakan tugas. Dirumah sakit Idaman Banjarbaru
khususnya diruang Merak (anak) setiap perawat baru diorientasi
selama kurang lebih 3 bulan. Selama 3 bulan itu, 2 minggu
roling /ruangan yang ada di RSD Idaman Banjarbaru Selama
diorentasi diruangan ada lembar penilaian khususnya yang
menyangkut etik dan skill. Hasil dari nilai tersebut dijadikan
acuan dasar kridensial dan penempatan tiap ruangan.

4) Metode Pembagian tim pengelolaan pasien


Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan
didapatkan bahwa struktur organisasi diruang Merak sudah ada
supervisi khusus untuk ruangan, Pada pembagian tugas masing
perawat sudah melakukan tugas dan fungsinya masing-masing.
Sedangkan pada pengaturan pengorganisasian pasien dibagi
menjadi 3 tim.
Berdasarkan hasil observasi diruangan Merak sudah terdapat
struktur organisasi ruangan dalam pembagian tugas masing-
masing perawat dan sudah melakukan tugas beserta fungsingnya
masing-masing dalam pengelolaan pasien 3 tim.

2.2.4 Fungsi pengarahan


Uraikan fungsi pengarahan kepala ruangan atau supervisor
terhadap pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan memastikan
pelaksanaanya sesuai dengan SOP dan SAK
berdasarkan hasil wawancara dan observasi.
1) Operan/TimbangTerima
Timbang terima adalah metode untuk mengkomunikasikan
informasi keperawatan dan merupakan fasilitas untuk
menyampaikan informasi penting tentang pasien dalam
memberikan asuhan keperawatan sehari-hari dan berkelanjutan.
Timbang terima harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat tentang keadaan klien saat itu,
tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan,
masalah keperawatan yang mungkin muncul, intervensi
kolaboratif dan perkembangan klien saat itu. Mekanisme
laporan dikerjakan ketika pergantian shift sebagai kesatuan
proses komunikasi dalam menyampaikan informasi tentang
kondisi klien saat itu, sebagai wujud professional perawat dan
bentuk tanggung jawab perawat kepada klien. Informasi yang
disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan baik. Timbang terima
dilakukan di nurse station yang diikuti oleh perawat dari kedua
shift dinas, kemudian dilanjutkan dengan kunjungan langsung
ke pasien untuk validasi data dan memantau kondisi pasien
secara langsung.

Berdasarkan observasi tanggal 01-02 Desember 2019


didapatkan operan dilakukan 3 kali dalam sehari, yaitu pada
pergantian shift malam ke pagi, pagi ke sore, sore ke malam.
Timbang terima sudah dijalankan secara maksimal. Timbang
terima dilakukan dan diikuti oleh semua/hanya sebagian perawat
yang telah dinas di nurse station. Setelah timbang terima di
ruangan, sebagian perawat keliling untuk melihat keadaan
pasien. Timbang terima di ruang Merak menekankan pada terapi
medis atau tindakan kolaboratif yang belum atau sudah
dilaksanakan, dan keluhan pasien saat perawat ruangan keliling.

2) Pre dan post conferent


a. PreConferent
Pre conferent adalah komunikasi katim dan perawat
pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada
shif tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab tim.
Berdasarkan observasi pre conference dilakukan setiap
pergantian shif, semua perawat di ruangan mengikuti namun
di beberapa pergantian shif ada perawat yang tidak
mengikuti. Saat wawancara perawat diruangan mengatakan
isi dari pre conference adalah rencana tindak lanjut. Waktu
pergantian shift malam ke pagi sekitar pukul 08.00 wita, pagi
ke sore sekitar 14.00 wita, sore ke malam sekitar 21.45 wita.
b. Post Conferent
Post conferent adalah komunikasi katim dan perawat
pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shif dan sebelum
operan kepada shif berikut. Isi post conferment adalah hasil
keperawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).
Berdasarkan observasi post conference dilakukan setiap
pergantian shif, semua perawat di ruangan mengikuti namun
di beberapa pergantian shif ada perawat yang tidak
mengikuti. Saat wawancara perawat diruangan mengatakan
isi dari post conference adalah hasil tindak lanjut. Waktu
pergantian shift malam ke pagi sekitar pukul 08.00 wita, pagi
ke sore sekitar 14.00 wita, sore ke malam sekitar 21.45 wita.

3) Penerimaan Pasien Baru


Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 01 dan 02 Januari 20
19 pada perawat diruang Merak (anak) didapatkan data bahwa p
ada saat penerimaan pasien baru dilakukan terlihat perawat men
gkaji pasien baru dengan mewawancari keluarga pasien dan me
mberi penjelasan tentang fasilitas dan memperkenalkan lingkun
gan serta ruangan tempat pasien sedangkan belum terlihat peraw
at memperkenalkan identitas dan petugas-petugas ruangan. Berd
asarkan hasil wawancara yang dipilih secara acak pada perawat
diruangan didapatkan hasil yaitu pada penerimaan pasien baru m
asuk dikaji dan diberi penjelasan tentang lingkungan ruangan da
n apabila pasien umum akan dijelaskan lebih rinci tentang fasilit
as dan lingkungan rungan, serta alur pasien, sedangkan hasil wa
wancara dengan kepala ruangan didapatkan hasil untuk penerim
aan pasien baru dilaksanakan dan para perawat juga telah diberit
ahukan untuk alur penerimaan pasien baru, dan perawat ruangan
juga telah mendapatkan sosialisasi sebelumnya tentang Standar
Prosedur Operasional (SPO) Penerimaan pasien baru namun sosi
alisasi tidak ada berkelanjutan.

4) Sentralisasi Obat
Di ruang Merak tidak memiliki buku dan buku pengambilan
obat diapotik. Pada pelayanan kesehatan yang didapatkan, tidak
terlihat pada pemberian obat tidak diberikan etiket pada obat
yang tidak tersedia dan Pada observasi yang kami lihat
didapatkan pada botol cairan infus tidak di berikan tanggal
pemberiannya dan tidak ditulis sudah berapa kali dalam
pemberiannya.

Setelah dilakukan observasi dan perhitungan secara langsung


untuk kelengkapan obat emergency dan alat emergency yang
dapat langsung digunakan oleh klien tanpa harus mengambil ke
depo. Penyimpanan obat sudah teratur yang disimpan dalam
kotak namun terpisah dari alat emergency.

Tabel. 2.16. Daftar nama obat

Nama Obat Injeksi Jumlah


Aminopiline 2ampul
Citicolin 1 ampul
Dexamethasone 3 ampul
Diphenhydramine 1 ampul
Dobutamin 2 ampul
Dopamin 2 ampul
Epineprine 3 ampul
Furosemide 2 ampul
Norages 1 ampul
Ondansentron 2 ampul
Phenytoin 1 ampul
Sulfas Atropin 2 ampul

Obat-obatan yang sudah diletakkan pada ruangan ber AC


sehingga suhu ruangan dapat disesuaikan dengan standarisasi
anjuran suhu obat yang telah ditetapkan.
Ruangan sudah mempunyai lemari khusus untuk menyimpan
obat injeksi.
Pada ruang Merak (anak) penyimpanan obat injeksi dan oral
sudah disediakan ditempat penyimpanan yang memadai perawat
sudah berhati-hati dalam memberikan obat-obatan yaitu
memvalidasi kembali obat yang diberikan dengan pasien obat-
Obatan pasien sudah disimpan ditempatnya masing-masing yang
sudah diberi identitas pasien dan nomor bed.

5) Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan metode untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi
pada pasien dengan melibatkan tim keperawatan, kepala
ruangan, dokter, ahli gizi dan melibatkan pasien secara langsung
sebagai fokus kegiatan.
Hasil wawancara dari kepala ruangan, ronde keperawatan yang
dilaksanakan di Ruang Merak dilakukan belum maksimal, bila
terdapat klien yang memiliki masalah khusus dalam
perawatannya, maka dilakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
yang lain untuk mengatasi masalah tersebut. Pelaksanaan ronde
keperawatan juga terkendala dengan terbatasnya staf yang
berlatar belakang keperawatan yang mempunyai tingkat
pendidikan dan pengetahuan yang bervariasi serta terkendala
sulit mengumpulkan tenaga medis yang lain. Perawat ruangan
mengatakan belum ada aspek legal dalam pelaksanaan ronde
keperawatan

6) Motivasi kepada perawat


Bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk
mendapatkan kepuasan. Aktifitas ini melibatkan fisik dan
mental, bekerja itu merupakan proses fisik dan mental manusia
dalam mencapai tujuannya. Sementara itu pengertian motivasi
kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk
membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara prilaku yang
berhubungan dengan lingkungan kerja (Mangkunegara, 2000: 94
dalam Nursalam, 2015).
Kepala ruangan memotivasi katim dan perawat pelaksana saat
timbang terima pergantian dinas malam ke pagi sekitar pukul
08.00 wita dan kadang-kadang saat pergantian dinas pagi ke
sore.

7) Pendelegasian
Pendelegasian yang baik bergantung pada keseimbangan antara
tiga komponen utama, yaitu: tanggung jawab, kemampuan dan
wewenang. Tanggung jawab (Responsibility) adalah suatu rasa
tanggung jawab terhadap penerimaan suatu tugas. Kemampuan
(accountability) adalah kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas yang didelegasikan. Wewenang (authority)
adalah pemberian hak dan kekuasaan kepada delegasi untuk
mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang dilimpahkan
(Nursalam, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan 01-02
Desember 2019, pendelegasian sudah berjalan dengan baik
dengan mementingkan tanggung jawab, kemampuan dan
wewenang. Saat observasi pendelegasian dari kepala ruangan ke
katim dan katim ke perawat pelaksana serta mahasiswa yng
berdinas berjalan baik sesuai dengan tiga komponen.

8) Supervisi
Supervisi merupakan pengawasan partisipatif dalam bentuk
komunikasi yang bertujuan untuk memastikan kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan cara melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan. Untuk memastikan
pelaksanaan kegiatan sesuai standar.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan 01-02
Desember 2019, supervisi belum dilakukan oleh ruangan. Saat
wawancara tugas supervisi dilakukan katim. Saat shif sore ke
malam supervisi tidak dilakukan.

2.2.5 Fungsi Pengendalian


Uraikan mengenai upaya ruangan untuk mengevaluasi pencapaian
visi, misi, dan standar pelayanan ruangan
1) Indikator mutu yang ditetapkan di ruangan
Keselamatan pasien
a) Sasaran I : ketetapan identifikasi pasien
Kajian data
Diruangan Merak (anak) pasien sudah menggunakan nomor bed
pasien masing-masing. Perawat memastikan kembali identitas
pasien saat perawat akan memberikan obat oral, obat suntikan
intra vena, mengambil darah dan melakukan tindakan perawat
terlebih dahulu menanyakan identitas pasien untuk pencocokan
data. Namun ketika diobservasi masih ada sebagian yang hanya
mengedintifikasi pasien berdasarkan nama dan bed pasien.
b) Sasaran II : peningkatan komunikasi yang efektif
Kajian data
Perawat diruang Merak (anak) sebagian besar sudah melakukan
komunikasi kepada pasien saat akan melakukan tindakan
keperawatan, seperti memasang infus dan tindakan yang lainnya
yang berhubungan langsung dengan pasien. Namun sebagian
yang lain menurut pengakuan pasien masih ada perawat yang
tidak mengenalkan diri dan memberikan penjelasan sebelum
melakukan tindakan dan pengobatan kepada pasien. Perawat
diruang Merak (anak) melakukan komunikasi dengan rekan
perawat lain saat melakukan timbang terima setiap pergantian
shif.
c) Sasaran III : peningkatan keamaanan obat yang perlu
diwasaspadai
Kajian data
Pada ruang Merak (anak) penyimpanan obat injeksi dan oral
sudah disediakan ditempat penyimpanan yang memadai perawat
sudah berhati-hati dalam memberikan obat-obatan yaitu
memvalidasi kembali obat yang diberikan dengan pasien obat-
Obatan pasien sudah disimpan ditempatnya masing-masing yang
sudah diberi identitas pasien dan nomor bed.
d) Sasaran IV : Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien.
Kajian data.
Ruang Merak (anak) sudah menggunakan tanda identitas
ruangan untuk pria dan wanita dalam melakukan tindakan
keperawatan dan tindakan keperawatan dan tindakan kolaboratif
perawat melakukan sesuai prosedur. Dalam pemberian obat oral
dan obat injeksi sudah melakukan tindakan dengan benar,
memberikan obat sesuai dosis dan sesuai jam pemberian.
e) Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan.
Kajian Data
Perawat menggunakan APD seperti handscone saat memberikan
tindakan keperawatan. Di Ruang Merak (anak) pengadaan
wastafel untuk hand hygiene di sediakan oleh Rumah Sakit.
Rumah Sakit sudah menggalakkan di semua ruangan untuk
membudayakan cuci tangan 6 langkah yang sudah
disosialisasikan oleh Tim PPI (Pengendalian dan Pencegahan
Infeksi).
f) Sasaran VI : Pengurangan resiko pasien jatuh
Kajian Data
Semua tempat tidur yang ada di ruang Merak (anak) dalam
kondisi baik, pagar masih terpasang dengan kuat dan setiap
pasien baru selalu dikaji terkait resiko jatuh. Dan jika memang
terindikasi memiliki resiko jatuh, pasien akan mendapat gelang
identitass berwarna selain selain gelan identitas yang telah
dimiliki biru ataupun merah muda.

2) Penetapan Standar Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala
ruangan didapatkan bahwa untuk audit dokumentasi asuhan
keperawatan di ruangan Merak (anak) sudah ada pengauditan
dokumentasi asuhan keperawatan, tetapi audit dokumentasi
langsung dilakukan oleh Kabid Keperawatan Rumah Sakit, yaitu
dengan cara melihat kelengkapan dari dokumentasi di ruangan
yang sudah diisi saat melakukan asuhan keperawatan.

3) Penetapan Standar Kepuasan


a. Instrumen kepuasan pasien
Jawaban

T
i
No Pertanyaan Y
d
a
a
k
1 Apakah perawat selalu memperkenalkan 6 2 1 73
diri 6 7 ,9
,
1
2 Aakah perawat melarang 5 2 1 78
anda/pengunjung merokok di ruangan 1 8 ,3
,
7
3 Apakah perawat selalu menanyakan 1 6 8 34
bagaimana nafsu makan anda 5 5 ,8
,
2
4 Apakah perwat pernah menanyakan 1 7 7 30
pantangan dalam hal makanan kepada 6 0
anda
5 Apakah perawat menanyakan atau 1 6 8 34
memperhatikan berapa jumlah makanan 5 5 ,8
dan makanan yang anda habiskan ,
2
6 Apabila anda/keluarga anda tidak mampu 1 5 1 47
makan sendiri apakah perawat membantu 2 2 1 ,8
menyuapi ,
2
7 Pada saat and/keluarga anda dipasang 2 1 0 0
infuse, apakah perawat selalu memeriksa 3 0
cairan infuse/tetesannya dan area sekita 0
pemasangan jarum infuse
8 Apabila anda/keluarga anda mengalammi 1 7 6 26
kesulitan buang air besar apakah perawat 7 3 ,1
menganjurkan makan buah-buahan, ,
sayuran, minum yang cukup dan banyak 9
bergerak
9 Pada saat perawat membantu ada/keluaga 1 6 8 34
anda buang air besar/buang air kecil, 5 5 ,8
apakah perawat memasang ,
sampiran/selimut, menutup pintu/jendela. 2
Mempersilahkan pengunjung keluar
ruangan
10 Apakah ruangan tidur anda/keluarga anda 2 1 0 0
selalu dijaga kebersihannya dengan 3 0
disapu/dipel setiap hari 0
11 Apakah lantai kamar mandi/wc selalu 1 7 5 21
bersih, tidak licin, tidak berbau dan cukup 8 8 ,7
terang ,
3
12 Selama anda/keluarga anda belum 8 3 1 65
mampu mandi dalam keadaan istirahat 4 5 ,2
total apakah dimandikan oleh perawat ,
8
13 Apakah anda/keluarga anda dibantu oleh 5 2 1 78
perawat jika tidak mampu memgosok 1 8 ,3
gigi, membersihkan mulut atau ,
mengganti pakaian atau menyisir rambut 7
14 Apakah alat tenun seperti seprei, selimut 1 7 7 30
diganti setiap kotor 6 0
15 Apakah perawat memberikan penjelasan 1 5 1 47
akibat dari kurang bergerak, atau 2 2 1 ,8
berbaring terlalu lama ,
2
16 Pada saat anda/keluarga anda masuk 4 1 1 82
rumah sakit, apakah perawat memberikan 7 9 ,6
penjelasan tetang fasilitas yang tersedia ,
dan cara penggunaanya. Peraturan/tat 4
tertib yang berlaku di rumah sakit
17 Selama anda/keluarga anda dalam 2 9 2 8,
perawatan apakah perawat memanggil 1 1 7
nama dengan benar ,
3
18 Selama anda/keluarga anda dalam 2 8 3 13
perawatan apakah perawat mengawasi 0 7
keadaan anda secara teratur pada pagi
sore maupun malam hari
19 Selama anda/keluarga anda dalam 2 1 0
perawatan apakah perawat memberi 3 0
bantuan bila diperlukan. 0
20 Apakah perawat bersikap sopan, ramah 2 9 1 4,
2 5 3
,
7
21 Apakah anda/keluarga anda mengetahui 1 5 1 47
perawat yang bertanggung jawab setiap 2 2 1 ,8
kali pergantian dinas ,
2
22 Apakah perawat selalu member 2 9 2 8,
penjelasan sebelum melakukan tindakan 1 1 2
perawatan/pengobatan ,
3
23 Apakah perawat selalu bersedia 2 9 2 8,
mendengarkan dan memperhatikan setiap 1 1 2
keluhan anda/keluarga anda ,
3
24 Dalam hal memberikan obat apakah 1 7 6 26
perawat membantu 7 3 ,1
menyiapkan/meminumkan obat ,
9
25 Selama anda/keluarga anda dirawat 1 8 4 17
apakah diberikan penjelasan tentang 9 2 ,4
perawatan/pengobatan/pemeriksaan ,
lanjutan setelah andakeluarga anda 6
diperbolehkan pulang

N Persentasi
Kepuasan pasien N
O (%)
1 Puas 2 82
0
2 Kurang Puas 3 13
Jumlah 2 100
3
Berdasarkan tabel diatas kuesioner kepuasaan pasien di dapat data puas
sebanyak 23 orang (87%).
Berdasarkan hasil survei yang diberikan kepada pasien pada
tanggal 1 januari 2019 mengenai kepuasan pasien terhadap
kinerja perawat. Didapatkan hasil kuesioner tentang Kepuasan
Pasien terhadap Pelayanan Perawat yang dibagikan kepada 38
responden secara umum menyatakan bahwa pelayanan perawat
di Ruang Merak adalah puas yaitu sebanyak 23 orang (82%).
Sebanyak 3 orang (13%) menyatakan tidak puas terhadap
fasilitas dan pemberian informasi yang disampaikan kepada
pasien dan keluarga pasien terhadap tindakan yang dilakukan.
Tetapi di sortir dari pertanyaan kuesioner kepuasaan pasien ada
1 pertanyaan yang mendaptkan hasil tidak tertinggi, pertanyaan
no 16 yaitu sebanyak 19 orang (%)

b. Kepuasan perawat PNS


Persent
NO Kepuasan perawat
asi (%)
1 Sangat Puas
2 Puas 100
3 Cukup Puas
4 Tidak Puas
5 Sangat Tidak Puas
Jumlah 100
Berdasrakan tabel diatas kuesioner kepuasan perawat yang
berstatus PNS di dapatkan data puas sebanyak 3 orang (100%)

c. Kepuasan Perawat TKK


NO Kepuasan pasien N Persentas
i (%)
1 Sangat Puas
2 Puas 66,7
3 Cukup Puas 33,3
4 Tidak Puas
5 Sangat Tidak Puas
Jumlah 100
Berdasrakan tabel diatas kuesioner kepuasan perawat yang
berstatus PNS di dapatkan data puas sebanyak 2 orang (66,7%)
4) Survey Masalah Pasien
a. Angka Kejadian Dekubitus

Tanggal
No Variabel Observasi Total
(1 Januari 2019)
1 Jumlah Kejadian Dekubitus 0 0
Jumlah pasien beresiko
2 0 0
terjadi dekubitus
Berdasarkan tabel di atas, tidak ada kejadian dekubitus pada klien
b. Angka Kejadian Kesalahan dalam Pemberian Obat

Faktor ketidaksesuaian/ Tanggal Obervasi Total


No
kesalahan (1 Januari 2019)
1 Salah Pasien
  Salah nama dan tidak sesuai 0 0

  dengan identitas
2 Salah waktu
  Terlambat pemberian obat 0 0
  Pemberian obat terlalucepat 0 0
Obat stop tetap dilanjutkan 0 0
 
3 Salah Cara pemberian/route
Cara oral 0 0
 
Intra vena 0 0
  Intra Muskuler 0 0
  Lain-lain

 
4 Salah dosis
Dosis kurang 0 0
 
Dosis lebih 0 0
 
5 Salah obat 0 0
6 Salah dokumentasi 0 0
JUMLAH KESALAHAN 0 0
JUMLAH PASIEN 38

Angka Kejadian Dalam Pemberian Obat oleh Perawat

= Jumlah Kesalahanx 100% = 0%


Jumlah Pasien

c. Angka Kejadian Pasien Jatuh


Tanggal Observasi
Faktor ketidak sesuaian/ Total
No (12 -13 Maret
kesalahan
2018)
1. Jumlah pasien jatuh 0 0
Jumlah pasien yang berisiko 0 0
2.
jatuh adalah pasien baru
Angka kejadian pasien jatuh
= Jumlah pasien jatuhx100% = 0%
Jumlah pasien yang berisiko jatuh
Angka kejadian Patient Safety di Ruang Merak sudah
terdokumentasikan secara terperinci melalui software IPCN
(Infection Prevention and Control Nurse).
Pada tanggal 1 Januari pencatatan patient safety meliputi
kajadian dekubitus 0%, sedangkan untuk kesalahan
pemberian obat 0%. Untuk kejadian jatuh tidak ada terjadi
hal ini dikarenakan klien ditunggu oleh keluarga masing-
masing serta sidetrail setiap bed dapat berfungsi dengan baik.
Selain itu untuk klien dengan risiko jatuh sudah dipasangkan
gelang dengan warna kuning sebagai tanda untuk klien
dengan risiko jatuh.

d. Efisiensi ruang rawat (BOR, LOS,BTO, TOI) (standar dan


pencapaian)
Berdasarkan wanwancara diruangan evaluasi kinerja perawat
rutin dilakukan diruangan bersama ketua tim dan perawat
pelaksana. Perhitungan BOR, ALOS, TOI dilakukan tiap
triwulan pada etiap tahun dan untuk infeksi nasokomial
dilakukan oleh tim PPI di rumah sakit. Namun setiap ruang
memiliki perawat yang diberikan pelatihan PPI guna melakukan
pencegahan infeksi nasokomial di rtiap ruangan rumah sakit
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat
tidur)
BOR ( Bed Occupancy Ratio/ Angka penggunaan tempat
tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah “The Ratio Of Patient
Service Days To Inpatient Bed Count Days In A Period
Under Consideration”.Sedangkan menurut Depkes RI (2005)
BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu.Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%
(Depkes RI, 2005).

Rumus :(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%


(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu
periode)

Adapun tingkat keefisienan ruang penyakit dalam RSD


Idaman Banjarbaru yang dihitung dari data yang didapat 2
bulan terakhir yakni November – Desember 2018 adalah
sebagai berikut :
BOR (Bed Occupancy Rate)
Desember
a. Ruang merak
1225
: x 100 %
43 x 31
1225
: x 100 %=0,91 %
1333
BOR Rata-rata = 0,91 %
Hasil ini tidak sesuai sesuai standar Depkes yaitu 60 – 80 %.

b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya


pasien dirawat)
LOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan
gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran
mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu
dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih
lanjut.Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari
(Depkes, 2005).

Rumus : (jumlah lama dirawat)


(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

Dengan perhitungan sebagai berikut :

LOS ( Lengh Of Stay)


Novpember - Desember
1225
: =2,8 hari
432
Rata-rata = 2,8 atau 3 Hari
Hasil ini sesuai dengan standar normal yaitu lama hari
perawatan (Depkes) 6-9 hari.

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI (Turn Over Interval/Tenggangperputaran)
TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana
tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya.Indikator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus: ((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

Perhitungan sebagai berikut:


TOI (Turn Over Interval)
November - Desember

( 43 x 61 ) −1225
Merak:
432

1333−1225
: = 0,25 hari
432
Rata-rata : 0,25 hari
Hasil ini tidak sesuai nilai normal (Depkes) 1-3 hari

d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO (Bed Turn Over/ Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian
tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur
dipakai dalam satu satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu
tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Rumus :Jumlah pasien keluar RS (hidup + mati)


(jumlah tempat tidur)
Dengan perhitungan sebagai berikut:
BTO ( Bed Turn Over)
432
: =10,0 kali
43
Rata-rata :
Hasil ini tidak sesuai dengan standar BTO menurut Depkes
yaitu 40-50x/bulan.

e. NDR (Net Death Rate) : -


NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar
(hidup + mati)) X 1000 permil
f. GDR (Gross Death Rate) : -
GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien
keluar (hidup + mati)) X 1000 permil
BAB 3
PENUTUP
a. Simpulan
Berdasarkan data yang didapat dari hasil pengkajian maka dapat disimpulkan :
1. Fungsi perencanaan, secara keseluruhan fungsi manajemen di ruangan
merak sudah cukup bagus, yang mana dalam ruangan tersebut sudah
terdapat visi, misi, SOP dan standar kinerja. Namun masih ada beberapa
poin yang belum optimal dalam fungsi perencanaan yaitu tidak adanya
SAK, tujuan rungan, dan fungsi ruang perawatan. Oleh karena itu,
diharapkan karu dan tim agar lebih mengoptimalkan fungsi perencanaan,
yaitu dengan cara membuat dan menetapkan SAK, kemudian juga
menetapkan tujuan rungan, serta membuat dan menyusun fungsi ruang
perawatan. Selain itu karu dan tim juga harus menjalankan fungsi
perencanaan yang sdh di tetapkan dan meningkatkan fungsi perencanaan
yang sudah ada sehingga proses pelayanan dan kegiatan keperawatan di
rungan dapat otimal dan dapat meningkatkan kepuasan pasien dan mutu
pelayanan.
2. Fungsi pengorganisasian di ruang Merak sudah cukup bagus, dimana sudah
terdapat struktur organisasi dan metode asuhan keperawatan yang
digunakan, hanya saja tidak terdapat uraian tugas, seharusnya dalam
pengorganisasian harus ditetapkan uraian tugas untuk setiap anggota/staf
sehingga masing-masing staf mengetahui tugasnya dan melaksanakan tugas-
tugasnya secara maksimal. Jadi, untuk mengoptimalakan fungsi
pengorganisasian yang ada diruangan perlu dibuat uraian tugas baik itu
karu, katim maupun perawat pelaksana.
3. Fungsi pengaturan staf, berdasarkan data yang didapat jumlah tenaga
keperawatan yang ada diruangan masih kurang namun dinilai masih
optimal, hal ini akan berpengaruh pada beban kerja perawat sehingga peran
karu dan juga RS harus lebih bijak dalam menetapkan jumlah tenaga
keperawatan. Selebihnya fungsi pengaturan staf diruangan sudah cukup
bagus, dimana sudah ada penetapan jadwal dinas yang seimbang antara shif
pagi, siang, dan malam, kemudian telah dilakukan juga orientasi perawat
baru yang betujuan untuk mempersiapkan perawat yang akan bekerja di
ruanagan, dan juga pembagian tim dalam pengelolaan pasien.
4. Fungsi pengarahan, semua fungsi pengarahan yang ada diruangan merak
sudah dijalankan dengan baik mulai dari timbang terima sampai dengan
supervisi. Namun masih ada beberapa kegiatan yang belum optimal seperti :
 Pre dan post confrence yang mana masih ada perawat yang tidak ikut
dalam kegitan tsb
 Sentralisasi obat masih belum maksimal seperti pada botol cairan infus
tidak diberikan tanggal pemberian dan tidak ditulis sudah berapa kali
pemberian, seharusnya pengelolaan obat harus lebih diperhatikan.
 Ronde keperawatan juga masih belum optimal karena terbatasnya staf
yang berlatarbelakang pendidikan dan pengetahan yang bervariasi,
kemudian terkendala sulitnya mengumpulkan tenaga medis.
5. Fungsi pengendalian, secara keseluruhan sudah lumayan bagus, hal ini dapat
dilihat dari :
 Indikator mutu yang ditetapkan yaitu keselamatan pasien namun hal ini
perlu ditingkatkan karena masih ada beberapa indikator mutu lainnya
yang belum di cantumkan.
 Telah dilakukan juga audit dokumentasi asuhan keperawatan oleh Kabid
keperawatan.
 Standar kepuasan pasien didapatkan bahwa sebagian besar (87%) pasien
puas yaitu dari hasil koesioner yang diberikan kepada 23 orang.
 Tidak terdapat masalah dalam survei masalah pasien seperti angka
kejadian dekubitus = 0%, angka kejadian kesalahan pemberian obat =
0%, dan angka pasien jatuh = 0%.
Namun untuk efesiensi ruang rawat masih belum optimal, hal itu dapat
dilihat dari nilai BOR = 0,91% (60-08%), TOI = 0,25 hari (1-3 hari), BTO =
10 kali (40-50 kali) dan tidak dilakukan perhitungan nilai NDR dan GDR.
Kegiatan-kegiatan diatas perlu dikaji dan ditingkatkan, bahkan bila perlu
dirumuskan kembali agar fungsi-fungsi manajamen dapat berjalan sesuai
kehendak dan tujuan organisasi
DAFTAR PUSTAKA
Djati Juliatriasa dan Jhon Suprihanto. 1998. Manajemen Umum Sebuah
Pengantar. Yogyakarta: BPFF.
Gillies, D. A. (2006). Manajemen Keperawatan Suatu Pendekatan Sistem Edisi
Kedua. Terjemahan Illiois W. B. Saunders Company
Ibnu Syamsi.1998. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Bina
Aksara.
Malayu S.P Hasibuan. 1989. Manajemen dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta:
Gunung Agung.
Manulang. 2002. Dasar-dasar manajemen. Yogyakarta : Gadjah Mada university
press.
Munir dan Wahyu.2006. Manajemen dakwah. Jakarta:Kencana.
Notoatmodjo. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Parks Janet B., Zanger Beverly R. K., & Quarterman Jerome. (2007).
Contemporary sport management third edition. USA: Human Kinetics.
Rachbini. (2001). Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Grasindo.
Sarwoto. 1991. Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalian
Indonesia.
Siagan Sondang. 2012. Fungsi-fungsi manajemen. Jakarta: bumi aksara.
Soewarno Handayaningrat. 2007. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Management. Jakarta: Bina Aksara.
Sukarna. 2011. Dasar-Dasar Manajemen. CV. Mandar Maju. Bandung
Susanto. (1997). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: CV. Miswa.
T. Hani. Handoko (2000). Manajemen edisi 2. Yogyakarta: BPFE
Tangkilisan. (2005). Manajemen Publik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Terry Alih Bahasa olehWinardi. 1986. Asas-Asas Manajemen. Bandung : Alumni.
Terry, George R. (1961). Principles of Management. Homewood-Illinois: Richard
D. Irwin, Inc.
Torang, Syamsir. 2013. Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya
& Perubahan Organisasi. Alfabeta. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai