Anda di halaman 1dari 62

STUDI LITERATURE HUBUNGAN KONSUMSI KOPI DENGAN

KLASIFIKASI TEKANAN DARAH TINGGI PADA DEWASA


PERTENGAHAN

Proposal Skripsi

Disusun Oleh

Muhammad Fikri Khairani NPM: 1614201110093

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2020
STUDI LITERATURE HUBUNGAN KONSUMSI KOPI DENGAN
KLASIFIKASI TEKANAN DARAH TINGGI PADA DEWASA
PERTENGAHAN

Proposal Skripsi

Disusun Oleh

Muhammad Fikri Khairani NPM: 1614201110093

Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program studi
S-1 Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini dengan judul Hubungan Konsumsi Kopi Dengan Klasifikasi


Tekanan Darah Tinggi Pada Dewasa Pertengahan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pekauman Banjarmasin Tahun 2020 oleh Muhammad Fikri Khairani
1614201110093 telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing, dan akan
dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Seminar Proposal Skripsi Program
Studi S.1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.

Banjarmasin, 2020

Pembimbing 1

Solikin, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.MB

NIDN. 1129077901

Pembimbing 2

Sukarlan, SKM.M.Kes

iii
NIDK.8815260017

Mengetahui,

Kaprodi S.1 Keperawatan

Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep


NIDN. 1107097801

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Fikri Khaiarani

NPM : 1614201110093

Program Studi : S 1 Keperawatan

Fakultas/Program : Keperawatan dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir/Skripsi yang berjudul ini


judul Stuid Literature Hubungan Konsumsi Kopi Dengan Klasifikasi Tekanan

iv
Darah Tinggi Pada Dewasa Pertengahan benar-benar hasil karya sendiri, bukan
merupakan pengambilalihan tulisan atau fikiran orang lain yang saya akui sebagai
tulisan atau fikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Tugas Akhir/Skripsi ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Banjarmasin, 2020

Saya yang membuat pernyataan,

(Muhammad Fikri Khairani)

(NPM.1614201110093)

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Pengasih serta Penyayang, yang melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah
kepada insan yang mau berusaha dan berdo’a kepada-Nya, karena berkat izin-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan propossal skripsi yang
berjudul “Studi Literature Hubungan Konsumsi Kopi Dengan Klasifikasi Tekanan
Darah Tinggi Pada Dewasa”.Shalawat beriringan salam penulis mohonkan kepada
Allah SWT, semoga disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menjadi suri tauladan bagi manusia untuk keselamatan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang baik dari
berbagai phak, antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Bapak Solikin, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.MB selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
dan selaku pembimbing 1 yang telah banyak memberikan arahan, ilmu,
bimbingan, dukungan, motivasi, dan semangat kepada penulis.
3. Ibu Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep selaku Ketua Program Study S1
Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasi
4. Bapak Sukarlan, SKM.M.Kes selaku Pembimbing II tentang metodologi
penelitian sekaligus pembimbing teknik penulisan yang telah memberikan
bimbingan dengan penuh kesabaran.

vi
5. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar yang selama ini banyak memberikan bekal
pengetahuan kepada penulis dan telah membantu demi lancarnya segala
urusan dalam proposal skripsi.
6. Kepala Puskesmas Pekauman Banjarmasin beserta seluruh staf yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan
proposal skripsi ini.
7. Paman dan Acil saya yang tidak pernah lelah memberikan uang untuk saya
memprint perbaikan proposal selama ini dan untuk membeli map.
8. Orang tua saya yang tidak pernah lelah mendo’akan dan selalu memberi
dukungan adalah bukti perjuangan saya dalam meraih impian.
9. Sahabat saya, teman-teman yang mau menampung saya dikos atau
rumahnya saat mengerjakan proposal, teman-teman angkatan 2016, teman
satu tema saya Anita Rahman dan Nurul Jannah . Terima kasih untuk do’a,
perhatian, semangat,motivasi, bantuan, dan nasihat selama ini Semoga kita
selalu diberi kelancaran dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam terselesaikannya skripsi ini.
11. Terima kasih atas do’a, dan partisipasinya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposa skripsi ini. Penulis menyadari bahwa proposal
skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Banjarmasin, 20 Februari 2020

Penulis,

(Muhammad Fikri Khairani)

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR SKEMA...................................................................................................x
LAMPIRAN............................................................................................................xi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................8
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................................8
1.3.1. Tujuan Umum....................................................................................8
1.3.2. Tujuan Khusus...................................................................................8
1.4. Manfaat Penelitian................................................................................9
1.4.1. Bagi Pengkonsumsi Kopi.................................................................9
1.4.2. Bagi Keperawatan.............................................................................9
1.4.3. Untuk Peneliti Selanjutnya...............................................................9
1.5. Keaslian Penelitian................................................................................9

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS


2.1. Konsep Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi).......................................11
2.1.1. Definisi Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)...............................11
2.1.2. Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)..........................12
2.1.3. Etiologi Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)...............................13

viii
2.1.4. Faktor Resiko Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi).....................14
2.1.5. Patofisiologi Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi).......................19
2.1.6. Manifestasi Klinik Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi).............20
2.2. Konsep Kopi........................................................................................23
2.2.1. Definisi Kopi dan Sejarah Kopi....................................................23
2.2.2. Kandungan Kopi.............................................................................24
2.2.3. Dampak Positif dan Negatif Mengkonsumsi Kopi......................27
2.3. Kerangka Konsep................................................................................28
2.4. Hipotesis..............................................................................................29

BAB 3 METODE PENELITIAN..........................................................................30


3.1. Rancangan Penelitian..........................................................................30
3.2. Definisi Operasional............................................................................30
3.3. Populasi dan Sampel...........................................................................32
3.3.1. Populasi............................................................................................32
3.3.2. Sampel..............................................................................................32
3.3.3. Sampling..........................................................................................33
3.4. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................33
3.5. Instrumen Penelitian............................................................................33
3.5.1. Konsumsi Kopi................................................................................33
3.5.2. Kejadian Hipertensi........................................................................34
3.6. Teknik Pengumuplan Data..................................................................34
3.7. Teknik Pengolahan Data.....................................................................35
3.7.1. Teknik Pengolahan Data................................................................35
3.7.2. Teknik Analisis Data......................................................................36
3.8. Etika Penelitian...................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.................................................................................................................12

Tabel 2.2.................................................................................................................12

Tabel 2.3.................................................................................................................29

Tabel 2.4.................................................................................................................31

Tabel 3.1.................................................................................................................

x
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1...............................................................................................................28

xi
LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Surat Rekomendasi Pelaksanaan Pendataan/Penelitian/Survey dari
Pemerintahan Kota Banjarmasin Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik Kota Banjarmsin.
Lampiran 3 Surat Balasan Permohonan Permintaan Data Penelitian dari
Pemerintahan Kota Banjarmasin Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin.
Lampiran 4 Surat Balasan Puskesmas Pekauman Banjarmasin
Lampiran 5 Lembar Observasi
Lampiran 6 Lembar Konsultasi Bimbingan Proposal Skripsi
Lampiran 7 Lembar Penjelasan PSP
Lampiran 8 Lembar Informed Consent

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Penyakit hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan salah satu
penyakit penyabab kematian dini diseluruh dunia. Penyakit hipertensi ini
dimana tekanan darah lebih tinggi dari140/90 milimeter merkuri (mmHg).
Angka 140 mmHg merujuk pada tekanan darah sistolik, ktika jantung
memompa keseluruh tubuh. Sementara itu, angka 90 mmHg mengacu pada
bacaan diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang
bilik-biliknya dengan darah. Hipertensi ini juga salah satu penyakit yang
sering disebut “pembunuh diam-diam” karena penyakit ini tidak
menyebabkan gejala jangka panjang. Dan juga hipertensi diebut pembunuh
diam-diam karena penederita hipertensi sering tanpa adanya keluhan,
sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan
baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Penyakit ini mungkin
mengakibatkan komplikasi yang mengacam nyawa layaknya penyakit
jantung.

Menurut World Health Organization (WHO, 2016), 1 dari 3 orang dewasa


diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi atau bisa di disebut
hipertensi. Kemudian 1 dari 5 orang perempuan terdiagnosa hipertensi, lalu
untuk laki-laki 1 dari 4 orang terdiagnosa hipertensi . Proporsinya
meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, yaitu satu dari sepuluh orang
berusia 20-an dan 30-an sampai lima dari sepuluh orang berusia 50-an.
Orang dewasa di beberapa negara berpedapatan rendah semisal di Afrika
memiliki tekanan darah tinggi dengan presentase tertinggi didunia
prevalensi untuk berbagai benua di dunia untuk Afrika (27%), Americas

1
(18%), Europe (23%), South East Asia (25%), Eastern Mediterranean
(26%)

2
2

dan Western Pacific (19%). Kemudian untuk data prepalensi menyeluruh


dunia penderita kasus hipertensi sebanyak 22% dan di katakan juga
sebanyak 1,13 miliar orang mendapat diagnosa kasus hipertensi. Dan juga
dikatakan oleh WHO angka kematian yang disebabkan oleh hipertensi ini
mencapai 10,44 juta jiwa pertahunnya dan terus meningkat setiap tahunnya
(WHO, 2016).

Dari data AHA 2017 di Amerika Serikat (AS) di dapati kasus penderita
hipertensi sekitar 108 juta kasus atau 45% jumlah orang dewasa yang
mendrita hipertensi. Kemudian hanya 1 dari 4 orang dewasa (24%) kasus
hipertensi yang terkendali. Kemudian 37 juta orang dewas di Amerika
Serikat didiagnosa kasus hipertensi yang tidak terkontrol memiliki tekanan
darah 140/90 mmHg. Untuk angka kematian tahun 2017 penderita kasus
hipertensi di Amerika Serikat sebanyak 472.000 orang atau hampir 1300
kematian setiap harinya (AHA. 2017)

Dan dari data American Medical Association (AMA) didapati kasus


penderita hipertensi di Canada tahun 2018 sebanyak 252.279 orang . dan
144.348 diderita oleh orang dewasa laki-laki dan 107.931 adalah orang
dewasa perempuan (AMA, 2018). Kemudian karena tidak dicantumkannya
angka kematian yang diakibatkan hipertensi di canada saya sendiri tidak
dapat memasukan data tersebut di paraghraf ini .

Dari data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia di dapatkan data pada


tahun 2016 terdapat 63.309.620 kasus hipertensi dan angka kemtian dari
kasus hipertensi ini sebanyak 427.218 jiwa dan untuk penderita hipertensi
tertinggi terdapat di wilayah Jawa barat (65,5%) dan yag terendah Papua
(24,3%). Dan untuk prevalansi hipertensi dari tahun 2013 yang hanya 25,8
persen dan untuk tahun 2016 mengalami peningkatan ke angka 32,4 persen.
Untuk data dari riskesdas juga prevalansi untuk hipertensi dari jenis kelamin
didapatkan hasil 48,6% untuk laki-laki, dan untuk perempuan 43,7%. Untuk
3

data dari segi umur pada tahun 2016 umur dibawah 20 tahun didapatkan
nilai 10,7%, umur 20-29 tahun 17,9%, umur 30-39 tahun 27,5% umur 40-49
tahun 39,1%, umur 50-59 tahun 49,2% dan untuk umur lebih dari 60 tahun
63,0%.Dari data tersebut indonesia dalam kurun waktu setiap tahun
mengalami penginkatan penderita kasus hipertensi sebesar tujuh persen
(Riskesdas, 2016).

Data Kasus tahun 2018 yang saya dapatkan datanya sebanyak 87.112.439
jiwa untuk penderia hipertensi dan untuk prevalansi data dari riskesdas yang
di dapatkan data di indonesia mendapatkan mengalami kenaikan penderita
hipertensi sebanyak 8,4% dan dari data tersebut didapatkan juga untuk
provinsi tertinggi pada tahun 2018 untuk Sumatra Utara mengalami
kenaikan prevalansi sebanyak 13,2% dan yang teerendah masih di tempati
Papua dengan nilai prevalansi 4,7%. (Riskesdas, 2018)

Data kasus jumlah penderita penyakit hipertensi di Kalimantan Selatan pada


tahun 2016 di dapatkan data 57.875 jiwa dan dari data tersebut untuk
kabupaten yang mendapatkan penderita teringgi yaitu kabupaten Banjar
dengan jumlah penderita sebanyak 10.352 jiwa dan yang terendah di tempati
kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan jumlah penderita 533 jiwa.
Kemudian pada tahun 2017 didapatkan data penderita hipertensi 181.507
dan dari data tesebut didapatkan kabupaten tertinnggi para penderita
hipertensi yaitu Kabupaten Banjar dengan jumlah kasus hipertensi sebanyak
31.232 jiwa dan yang terendah di temapti oleh kabupaten Tapin degan
jumlah penderita hipertensi 4003. Pada tahun 2018 didapatkan data
penderita hipertensi 280.036 jiwa, dengan kabupaten yang diapati kasus
hipertensi terbanyak didapati oleh Kota Banajrmasin dengan jumah
penderita 20.396 jiwa dan yang terendah untuk penderita hipertensi di
kalimantan selatan di dapati di Hulu Sungai Selatan dengan jumlah
penderita hipertensi sebanyak 1266 jiwa . Untuk data Jumlah kematian
penderita hipertensi pada tahun 2016 tidak didapatkan data jumlah
4

kematian. Kemudian data pada tahun 2017 didapati jumlah kematian untuk
enderita kasus hipertensi sebanyak 734 orang meninggal. Kemudian untuk
taun 2018 jumlah kematian yang di akibatkan oleh hipertensi di Kalimantan
selatan sebanyak 986 meningggal. (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan)

Untuk data Kabupaten/Kota yang akan saya teliti yaitu Kota Banjarmasin
sendiri di dapatkan data penderita hipertensi pada dari tahun 2016 yaitu
untuk kasus baru sebanyak 20020 jiwa dan untuk kasus lama sebanyak
57257 kasus, dan untuk kasus kematian akibat hipertensi sebanyak 4 orang.
Tahun 2017 didapatkan data kasus hipertensi baru sebanyak 20839 dan
untuk kasus lama sebanyak 53797 kasus dan untuk jumlah kematian akibat
kasus hipertensi didapatkan data sebanyak 299 jiwa . Pada tahun 2018
didapati data kasus hipertensi baru sebanyak 7526 kasus dan untuk kasus
lama sebanyak 19579 kasus dan untuk angka kematian pada pedenrita
hipertensi pada tahun 2018 di Banjarmasin di dapati data sebanyak 0 kasus .
untuk tahun 2019 didapati data kasus penderita hipertensi baru sebanyak
22785 kasus kemudian untuk kasus hipertensi lama sebanyak 56052 kasus
untuk angka kematian akibat hipertensi di tahun 2019 tidak di dapati
kematian pada tahun 2018 (Dinas Kesehatan Kota Kalimantan Selatan)

Untuk melengkapi data saya mengambil data di Puskesmas Pekauman di


dapati data pada tahun 2016 didapati kasus hipertensi baru sebanyak 987
kasus dan unuk kasus hipertensi lama didapati kasus sebanyak 811 kasus,
untuk angka keamatian pada tahun 2016 tidak didapati angka kematian.
untuk data tahun 2017 didapati data untuk kasus hiprtensi baru sebanyak
2711 kasus dan untuk kasus hipertensi lama didapati data sebanyak 2392
kasus, kemudian untuk angka kematian hipertensi pada tahun 2017 tidak
didapati kasus kematian untuk puskesmas pekauman. Untuk tahun 2018
didapati data kasus hipertensi baru sebanyak 2640 kasus dan untuk data
hipertensi lama didapati kasus 2537 kasus, kemudian tidak didapati kasus
5

kematian pada tahun 2018. Data tahun 2019 didapati kasus hipertensi baru
sebanyak 3326 kasus dan untuk kasus hipertensi lama didapapati kasus
hipertensi sebanyak 2193 kasus, kemudian tidak didapati kasus kematian
pada tahun itu.

Dari data-data yang sudah di sebutkan diatas tadi, kejadian hipertensi dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yang dibagi menjadi dua faktor, yaitu
faktor yang tidak dapat dikontrol meliputti usia, jenis kelamin,
keturunan/genetik. Untuk faktor yang dapat dikontrol meliputi garam,
kolesterol, obesitas, stress, merokok, alkohol, kurang olahraga, dan
kebiasaan minum kopi (irianto, 2015). Berdasarkan faktor-faktor yang
sudah di sebutkan tadi, saya sebagai calon peneliti pemula disini saya
tertarik untuk meneliti kebiasaan minum kopi. Karena sebab itu jua lah,
karena peningkaan pengkonsumsi kopi disetiap tahunnya semakin
meningkat dari kalangan dewasa (Kemenperin, 2014).

Kopi menjadi salah satu minuman yang populer dan di gemari semua
kalangan yang salah satunya para anak muda ataupun para dewasa serta
diatasnya lagi. Kopi terdiri dari berbagai macam jenis cara penyajian
contohnya yaitu kopi instan (kopi sachetan) dan kopi murni dimana kopi
murni yaitu seperti kopi yang di sajikan secara di seduh dengan berbagai
cara penyeduhan dan langsung dari biji yang digiling sendiri. Disisi lain
kopi sering dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko penyakit jantung
koroner, dan juga termasuk peningkatan tekanan darah dan juga kadar
kolestrol darah. Karena kopi mengandung kandungan polifenol, alium dan
kafein. Kafein dikatakan sebagai penyebab berbagai penyakit dan
khususnya juga penyakit hipetensi. Tapi, masih banyak kalangan anak muda
ataupun para dewasa yang tidak mengetahui hal tersebut bahkan walaupun
mereka tahu hal tersebut mereka akan tetap mengkonsumsi kopi tersebut
(Zhang, 2011).
6

Berikut data data para pengkonsumsi dunia yang pada tahun 2016/2017 di
ambil dari International Coffee Organization (ICO) menunjukan bahwa
konsumsi kopi dunia pada tahun itu sebanyak 157,38 juta karung atau naik
1,98 % . kemudian untuk tahun 2018/2019 data para pengkonsumsi diliat
dari hasil karung yaitu sebanyak 164,99 juta karung kopi . catatan untuk
satu karung kopi di dapati 60kg kopi (ICO, 2019).

Untuk data konsumsi kopi di indonesia pada tahun 2016 sebanyak 249.824
ton biji kopi. Dan untuk tahun 2107 sebayak 276.167 ton biji kopi
mengalami pertumbuhan 10,54% dari tahun 2016. Untuk tahun 2018 sendiri
kopi ssebanyak 314.365 ton biji kopi mengalami pertumbuhan 13,83% dari
tahun 2017. Untuk tahun 2019 konsumsi kopi nasional 335.540 ton biji kopi
mengalami pertumbuhan 6,74% pada ahun 2018. (outlook kopi tahun 2018)
Untuk daerah Kalimantan Selatan sediri untuk jumlah konsumsi kopi di
tahun 2016 sebanyak 1929 ton kopi, untuk tahun 2017 mengalami kenaikan
menjadi 2035 ton biji kopi, dan untuk tahun 2018 jumlah konsumsi kopi di
Kalimantan selatan mengalami penurunan yaitu sebanyak 1552 ton biji kopi
(outlook kopi tahun 2018)

Mengkonsumsi kopi disini menjadi kebiasaan yang tidak asing lagi dalam
kehidupan. Kopi dapat di temui diberbagai temapt untuk sekarang, dari
warung kopi pinggir jalan yang menyediakan kopi instan dan juga kedai-
kedai kopi maupun cafe-cafe. Kopi yang diminum pun beraneka ragam
mulai dari kopi tubruk (kopi murni), dan juga kopi instan (kopi sachetan).
Dari kopi murni ini banyak ragam caradan teknik untuk menyajikan kopi ke
penikmat kopi pada umumnya. Dan juga setiap kopi ini mempunyai
penggemar tersendiri, namun bagi penkmat kopi, secangkir kopi
mempunyai kenikmatannya tersendiri. Dari minum kopi itu sendiri kopi
dapat merangsang asam lambung lebih banyak dari normal. Asam lambung
yang berlebihan dapaat menimbulkan penyakit lambung.dua cangkir kopi
dapat merangsang pengeluaran asam lambung selama lebih dari satu jam
7

(anwar & khomsan, 2009). Kandungan terbesar dalam kopi yaitu kafein,
yang memiliki efek terhadap tekanan darah secara akut, terutama pada
penderita hipertensi (martiani, 2012). dan untuk kafein yang terkandung di
secangkir kopi itu sendiri merupakan salah satu faktor penyebab tekanan
darah tinggi jika konsumsinya berlebih. Kandungan kafein ini dapat
meningktkan tekanan darah ketika kafein mengikat reseptor adesonin
kemudian mengaktifasi sistem saraf simpatik. Hal ini brdampak pada
vasokontruksi dan meningktkan total resistensi perifer yang menyebabkan
tekanan darah naik (Martiani dan Lelyana, 2012).

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada hari senin tanggal 3
februari 2020 di Puskesmas Pekauman Banjarmasin, didapati data penderita
hipertensi sebanyak 2193 orang yang menderita hipertensi. Dari data
tersebut didapati pula untuk dewasa penderita hipertensi sebanyak 164
orang dan tercatat memiliki tekanan darah tinggi. Kemudian saya
melakukan sedikit wawancara kepada para penderita tersebut dan di dapati
responden yang saya wawancarai sebanyak 15 orang dengan rentang umur
26 – 45 tahun, dari 15 responden yang saya wawancarai ke 15 responden ini
tercatat juga sebagai penderita penyakit hipertensi. Dari 15 responden yang
saya wawancarai terdapat 9 dari 15 atau 60% responden ini mengatakan
memilliki keseharian meminum kopi pagi, siang, atau malam hari dengan
niatan untuk menambah tenaga dan untuk menahan rasa kantuk saat
melakukan aktivitas di hari hari tersebut. Dari 9 orang yang saya
wawancarai yang sudah mengatakan mengkonsumsi kopi ini terdapat 4
orang yang mengkonsumsi kopi setiap hari dengan skala minum kopinya 3-
4 cangkir kopi instan ataupun kopi murni seharinya. Kemudian ada 3 orang
yang rutin mengkonsumsi kopi setiap hari dengan skala 1 cangkir kopi
setiap harinya. 2 orang sisanya dari 9 orang ini mengatakan mengkonsumsi
kopi 4-5 kali dalam seminggu dan dengan skala 1-2 cangkir kopi instan
ataupun kopi murni perharinya. Dan untuk 6 atau 40% responden sisanya
tidak menyatakan mengkonsumsi kopi atau bisa disebut karena faktor
8

lainnya selain mengkonsumsi kopi dalam kesehariannya akan tetapi tercatat


bahwa responden ini menderita hipertensi.

Berdasarkan uraian dan masalah di atas saya sebagai calon peneliti awal
tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungaan antara
mengkonsumsi kopi dengan klasifikasi tekanan darah tinggi (hipertensi)
pada dewasa pertengahan.
1.2. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini rumusan masalah yang dapat diuraikan apakah terdapat
hubungan antara mengkonsumsi kopi dengan klasfikasi tekanan darah tinggi
(hipertensi) pada dewasa pertengahan ?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara mengkonsumsi kopi dengan klasfikasi tekanan
darah tinggi (hipertensi) pada dewasa pertengahan

1.3.2. Tujuan Khusus


1.3.2.1. Mengidentifikasi pengkonsumsi kopi pada dewasa
pertengahan
1.3.2.2. Mengklasifikasi penderita tekanan darah tinggi
(hipertensi) pada dewasa pertengahan
1.3.2.3. Menganalisis hubungan antara pengkonsumsi kopi dengan
klasifikasi tekanan darah tinggi (hipertensi) pada dewasa
pertengahan

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Pengkonsumsi Kopi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan pengetahuan
pada pengkomsumsi kopi mengenai tekanan darah tinggi
9

(hipertensi) yang terjadi bila mengkonsumsi kopi berlebihan dalam


kesehariannya

1.4.2. Bagi Keperawatan


Penelitian ini dapat dijadikan informasi dasar bagi pelayanan
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan dan
pendidikan kesehatan sehingga dapat lebih komperhensif dalam
pelaksanaannya terutama pada kasus tekanan darah tinggi yang
berhubungan dengan konsumsi kopi

1.4.3. Untuk Peneliti Selanjutnya


Peneltian ini dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian
dengan tema tekanan arah tinggi di usia dewasa dan hubungan
mengkonsumsi kopi
1.5. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran, ada beberapa penelitian terkait yang dengan
penelitian yang akan saya lakukan nanti, diantaranya :

Penelitian yang dilakukan Oleh Indra Y., Veryudha E.P., Tria W di tahun
2019 yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pisang Ambon Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi “. Dari Penelitian ini digunakan
Design penelitian Pra Experiment dengan pendekatan one gruop pre test-
post test design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita
hipertensi didusun Mojogeneng-Mojokarang, Dlanggu-Mojokeerto. Dan
besar sampel di penelitian ini sebanyak 31 sampel lansia. Variabel
independen adalah pisang ambon dan variabel dipendennya adalah tekanan
darah. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi pre-
post pemberian pisang ambon. Dan untuk hasil uji wilcoxon diketahui nilai
p (0,000) < a (0,05) maka ho ditolak yang artinya terdapat pengaruh
konsumsi pisang ambon terhadap tekana darah lansia. Dan hasil serta
10

simpulan dari penelitian ini adalah pisang ambon dapat menurunkan


tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.

Adapun perbedaan deengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan


oleh Muhammad Fikri K pada tahun 2020 dengan judul penelitian “
Hubungan Konsumsi Kopi Dengan Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi Pada
Dewasa Pertengahan Diwilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin
Tahun 2020” . Dengan metode penelitian menggunakan deskriptif
korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh dewasa yang berobat ke puskesmas Pekauman
Banajrmasin Kalimantan Selatan Dari Bulan April-Juni Tahun 2020. Dan
untuk variabel independent di penelitian ini menggunakan konsumsi kopi .
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)


2.1.1. Definisi Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan
angka morbiditas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukan
fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90
mmHg menunjuka fase darah yang kembali kejantung
(Triyanto,2014).

Kemuadian menurut Sudarto tahun 2013 hipertensi merupakan


gangguan pada sistem pendarahan yang sering terjadi pada lansia,
dengan kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, tekanan sistolik 150-155
mmHg dianggap masih normal pada lansia.

Dan menurut Smeltzer, Bare, Hinkle,& Cheever pada tahun (2012)


hipertensi merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler
aterosklerosis, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal ditandai dengan
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekana darah
diastolik lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran
atau lebih.

Berdasarkan pengertian oleh beberapa sumber tersebut, maka dapat


ditarik kesimpulan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik dan diastolik dengan tekanan darah lebih dari 140
mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg, hipertensi juga merupakan

11
12

faktor resiko utama bagi penyait kardiovaskuler aterosklerosis, gagal


jantung, stroke dan gagal ginjal.

2.1.2. Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)


Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekaanan darah sistolik dan
tekanan darah diastolik menurut American Heart Association
(AHA)/American College of Cardiology (ACC) tahun 2017, adapun
klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Klasifikasi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik

Tekanan darah Tekanan darah


Kategori
sistolik (mmHg) diastolik (mmHg)
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120-139 mmHg < 80 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg 80-89 mmHg
Stadium 2 ≥ 140 mmHg ≥ 90mmHg
Stadium 3 ≥ 180 mmHg ≥ 180 mmHg
Sumber : (AHA, 2017)

Hipertensi juga dapat di klasifikasikan dari tekanan darah sistolik dan


diastolik menurut Joint National Committe (JNC) VIII adapun
klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 :

Tabel 2.2
Klasifikasi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang Dewasa

Tekanan darah Tekanan darah


Kategori
sistolik (mmHg) diastolik (mmHg)
Optimal <120 mmHg <80 mmHg
Normal <130 mmHg <85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 (ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 (berat) ≥180 mmHg ≥110 mmHg
13

Sumber : (JNC VIII)

2.1.3. Etiologi Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)


Penyebab hipertensi sesuai dengan tipe masing-mmasing hipertensi :

2.1.3.1. Hipertensi esensial atau primer

Penyebab hipertensi esensial disebabkan oleh berbagai


faktor antara lain seperti, bertambahnya umur, stres, asupan
gizi yang tidak seimbang dan hereditas (keturunan). Kurang
lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi primer
sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder (Agoes
et al, 2011)

Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat


diketahui, sementara penyebab sekunder dari hipertensi
esensial juga tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial
tidak ditemukan penyakit lainnya, genetik serta ras menjadi
bagian dari penyebab timbulnya hipertensi esensial
termausk stress, intake alkohol moderat, merokok,
lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)

2.1.3.2. Hipertensi sekunder

Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui


antara lai obat-obatan, gangguan ginjal, endokrin, berbagai
penyakit neorolgik, dan lain-ain (Agoes et al, 2011)

Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti


kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
14

(hipertiroid), hiperaldosteronisme, penyakit parenkimal


(Buss&Labus, 2013)

2.1.4. Faktor Resiko Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)


2.1.4.1. Faktor yang tidak bisa dikontrol
a. Genetik
Faktor keturunan mempunyai pernanan penting, jika
orang tua menderita atau mempunyai riwayat penyakit
tekanan darah tinggi (hipertensi) maka garis keturunan
berikutnya memiliki resiko hipertensi lebih besar
(Whidarto, 2007)

Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap


angka kejadian hipertensi. Penderita hipertensi esensial
sekitar 70-80 % lebih banyak pada kembar monozigot
(satu telur) dari pada heterozigot (beda telur). Riwayat
keluarga yang menderita hipertensi juga menjadi
pemicu seseorang menderita hipertensi, oleh sebab itu
hipertensi disebut penyakit turunan (Triyanto, 2014).

b. Umur
Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang, maka
memiliki resiko teinggi mengalami tekanan darah.
Tekanan darah sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan akan tekanan diastoliknya akan terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun (Ira, 2014)

Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang


berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya usia maka semakin tinggi pula resiko
mendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat
15

sering dengan bertambahnya usia, hal ini disebabkan


oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang
mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung
(Triyanto,2014)

c. Jenis Kelamin
Dikarenakan laki-laki dianggap lebih rentan terekena
penyakit hipertensi dibandingkan dengan perempuan.
Hal ini disebabkan oleh gaya hidu yang buruk dan
tingkat stres yang di hadapi laki-laki daripada
perempuan (Jaya, 2009)

Menurut Tambayong (2012) wanita lebih cenderung


menderita hipertensi pada saat atau mengalami
menopauase. Prevalansi kejadian hipertensi pada laki-
laki dan perempuan itu sama.

d. Ras
Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar
menderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar
renin plasma yang rendah mengurangi kemampuan
ginjal untuk mengekstrasikan kadar natrium yang
berlebih (Kowalk, Weish, & Mayer 2011)

Menurut Black dan Hawks (2009) tingkat kematian


hipetensi terendah sampai tertinggi akibat hiertensi
adalah perempuan berkulit puttih yaitu 4,7%, laki-laki
berkulit putih yaitu 6,3%. Laki-laki berkulit hitam yaitu
22,5% dan perempuan berkulit hitam yaitu 29,3%.
Alasan tingginya prevalansi hipertensi pada ras berkulit
hitam belum diketahui secara jelas, tetapi peningkatan
16

ini dipengaruhi oleh kadar renin yang rendah.


Sensitivitas terhadap vasopressin yang lebih tinggi,
masukan garam ang banyak, dan stress lingkungan yang
lebih tonggi.

2.1.4.2. Faktor yang bisa dikontrol


a. Lingkungan (Stres)
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh
terhadap hipertensi. Hubungan antara stress dengan
hipertensi melalui saraf simpatis, dengan adanya
peningkatan aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan
tekanan darah secara intermitten (Triyanto, 2014).

Stres terjadi karena ketidakmampuan mangatasi


ancamanyang dihadapi mental, fisik, emosional, dan
spiritual seseorang. Hubungan stres dengan hipertensi,
diduga terjadi melalui saraf simpatis. Peningkatan
aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan
darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stres
berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi (Widyanto dan Triwibowo, 2013)

b. Obesitas
Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah
kegemukan atau obesitas. Perenderita obesitas dengan
hipertensi memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan penderita yang memiliki berat badan normal
(Triyanto, 2014)
17

Obesitas mempengaruhi terjadinya peningkatan


kolesterol didalam tubuh, dan akan memicu terjadinya
aterosklerosis. Aterosklerosis menyebabkan pembuluh
darah menyempit sehingga meningkatkan tahanan
perifer dalam pembuluh darah. Penderita hipertensi
dengan obesitas memiliki curah jantung dan sirkulasi
volume darah lebih tinggi dibanding dengan penderita
hipertensi yang memiliki badan normal (Sutanto, 2010,
Nguyen & Lau, 2012 dalam Aripin, 2016)

c. Merokok
Merokok juga dapat tekanan darah menjadi tinggi.
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan diabetes,
serangan jantung, dan stroke. Karena itu, kebiasaaan
merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki
tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang
berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan jantung dan darah (Iriyanto, 2015)

Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus


pelepasan katekolamin. Katekolamin yang mengalami
peningkatan dapat menyebabkan peningkatan denyut
jantung, iritabilitas miokardial serta terjadi
vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah
(Ardiansyah, 2012).

Seorang perokok aktif maupun pasif dapat mengalami


peningkatan tekanan darah. Individu yang merokok
lebih dari satu pak perhari menjadi dua kali lebih rentan
terhadap penyakit aterosklerosis koroner daripada
mereka yang tidak merokok. Hal ini karena pengaruh
18

nikotin yang terdapat dalam rokok merangsang saraf


otonom untuk mengeluarkan katekolamin, yang dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah
(Ignativicius & workman, 2010)

d. Konsumsi alkohol
Hipertensi akan meninggi jika meminum alkohol lebih
dari tiga kali dalam sehari. Dan mengkonsumsi alkohol
sedang (moderate) diperkirakan punya efek protektif
(Bustan, 2015)

Alkohol dapat merusak jantung dan juga pembuluh


darah. Ini akan menyebabkan tekanan darah meningkat
(Fauzi, 2014)

e. Konsumsi kopi
Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein.
Kafein sebagai anti-adenosine (adenosine berperan
untuk mengurangi kontraksi otot jantung dan relaksasi
pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah
turun dan memberikan efek rileks) menghambat
reseptor untuk berikatan dengan adenosine sehingga
menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan
pembuluh darah mengalami konstriksi disusul dengan
terjadinya peningkatan tekanan darah(Blush, 2014).

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu


cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein, dimana
dalam satu cangkir tersebut berpotrnsi meningkatkan
tekanan darah 5-10 mmHg. Konsumsi kopi
menyebabkan curah jantung meningkat dan terjadi
19

peningkatan sistole yang lebih besar dan tekanan darah


diastole. Hal ini terlihat paa orang yang bukan peminum
kopi yang menghentikannya paling sedikit 12 ja,
sebelumnya (Winarti, 2011)

2.1.5. Patofisiologi Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)


Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein sebagai
anti-adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi kontraksi otot
jantung dan relaksasi pembuluh darah sehingga menyebabkan
tekanan darah turun dan memberikan efek rileks) menghambat
reseptor untuk berikatan dengan adenosine sehingga menstimulus
sistem saraf simpatis dan menyebabkan pembuluh darah mengalami
konstriksi disusul dengan terjadinya peningkatan tekanan
darah(Blush, 2014).

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat
vasomotor yang dihantarkan dalam bentuk impuls bergerak menuju
ganglia simpatis melalui saraf simpatis. Saraf simpatis bergerak
melanjutkan ke neuron preganglion untuk melepaskan asetilkolin
sehingga merangsang saraf pascaganglion bergerak ke pembuluh
darah untuk melepaskan norepineprin yang mengakibatkan kontriksi
pembuluh darah. Mekanisme hormonal sama halnya dengan
mekanisme saraf yang juga ikut bekerja mengatur tekanan pembuluh
darah (Smeltzer & Bare, 2008). Mekanisme ini antara lain :

a. Mekanisme vasokonstriktor norepineprin-epineprin


Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan eksitasi
pembuluh darah juga menyebabkan pelepasan norepineprin dan
epineprin oleh medulla adrenal ke dalam darah. Hormon
norepineprin dan epineprin yang berada di dalam sirkulasi darah
20

akan merangsang pembuluh darah untuk vasokonstriksi. Faktor


seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor (Saferi &
Mariza, 2013).

b. Mekanisme vasokonstriktor renin-angiostensin


Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma menjadi
substrat renin untuk melepaskan angiotensin I, kemudian dirubah
menjadi angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor kuat.
Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama hormon ini masih
menetap didalam darah (Guyton, 2012).

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah


perifer memiliki pengaruh pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada lanjut usia (Smeltzer & Bare, 2008). Perubahan
struktural dan fungsional meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan kemampuan relaksasi otot
polos pembuluh darah akan menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah, sehingga menurunkan kemampuan
aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer(Saferi
& Mariza, 2013).

2.1.6. Manifestasi Klinik Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)


Manisfestasi klinik menurut Ardiansyah (2012)muncul setelah
penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya
antara lain :

a. Terjadi kerusakan sususnan saraf pusat yang menyebabkan


ayunan langkah tidak mantap
21

b. Nyeri kepala okksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari


karena peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan
muntah
c. Epistaksis karena kalainan vaskuler akibat hipertensi yang
diderita
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan
fungsi perfusi darah akibat vasokontriksi pembuluh darah
e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak
hipertensi
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari
peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh
glomelurus

Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun


tanda-tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan
pada dua kali pengukuran tekanan darah secara berturutan dan bruits
(bising pembuluh darah yang terdengar di daerah aorta abdominalis
atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan oleh
stenosis atau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi
sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan dengan
keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah
sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae
berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami
sakit kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang
sangat banyak(Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).

2.1.7. Komplikasi Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)


Kompliasi pada penderita hipertensi menurut Corwin (2009)
menyerang organ-organ vital antara lain :
22

a. Jantung
Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark
miokard menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak
terpenuhi kemudian menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah
infark.

b. Ginjal
Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan
kerusakan progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada
glomerulus menyebabkan aliran darah ke unit fungsional juga ikut
terganggu sehingga tekanan osmotik menurun kemudian
hilangnya kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan
nokturia.

c. Otak
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas
dari pembuluh darah di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat
terjadi apabila terdapat penebalan pada arteri yang memperdarahi
otak, hal ini menyebabkan aliran darah yang diperdarahi otak
berkurang.

Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi


berbahaya menurut Price dan Wilson (2006), Corwin (2009), Setiati,
Alwi, Sudoyo, Simadibrata, dan Syam (2014), Irianto (2014) seperti :

a. Payah jantung
Payah jantung adalah kondisi jantung tidak mampu lagi
memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi
karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik jantung

b. Stroke
23

Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena


tekanan darah ang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh
darah yag sudah lemah menjadi pecah. Bila halini terjadi pada
pembuluh darah otak, maka terjadi pendarah otak yang dapat
berakibatkan kematian. Stroke juga terjadi akibat sumbatan dari
gumpalan darah yang macet dipembuluh darah yang sudah
menyempit. Stroke umumnya di sebabkan oleh suatu kebocoran
darah atau leaking blood atau suatu gumpalan darah dari
pembuluh darah ang mensuplai keotak.

c. Kerusakan ginjal
Hipertensi adalah salah satu penyebab penyakit ginjal kronis
dimana hipertensi membuat ginjal brkerja lebih keras dan
mengakibatkan sel-sel pada ginjal cepat rusak. Hipertensi dapat
menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal,
yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya
gangguan tersebut ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan
membuangnya kembali kedarah.

2.2. Konsep Kopi


2.2.1. Definisi Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah
lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun,
kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman
tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian
selatan Arab (Rahardjo, 2012).

Kopi merupakan salah satu minuman yang digemari dan paling


banyak dikonsumsi diseluruh dunia. Umumnya kopi tidak dianggap
sebagai bagian dari gaya hidup sehat karena kandungan kafein,
24

stimulan, namun, kopi merupakan sumber yang kaya antioksidan dan


senyawa bioaktif lainnya (Farah, 2012)

Klasifikasi kopi berdasarkan tingkatan taksonomi, dapat dijelaskan


sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffea L.
Spesies :Coffea canephora Pierre ex Froehner
(USDA, 2018).

2.2.2. Sejarah Kopi


Kopi merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan, selain sebagai sumberpenghasilan rakyat, kopi
menjadi komoditas andalan ekspor dan sumber pendapatan devisa
negara. Meskipun demikian, komoditas kopi sering mengalami
fluktuasi harga sebagai akibat ketidakseimbangan antara permintaan
dan persediaan komoditas kopi dunia. Konsumsi kopi dunia mncapai
70%mberasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari kopi
robusta. Kopi arabika (coffe arabica) berasal dari afrika, yaitu daerah
pegunungan di Etiopi. Namun demikian, kopi arabika baru dikenal
oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan diluar
daerah asalnya, yaitu Yaman dibagian selatan Jazirah Arab. Melalui
saudagar arab, minuman tersebut menyebar kedaratan lainnya.
Dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, buah kopi
25

dimanfaatkan menjadi minuman kopi saat seperti ini. Masyarakat


arab menyebut minuman yang berasal dari biji kopi tersebut sebagai
qahwa yang berarti pencegah rasa kantuk. Kata qahwa (qahwain)
berasal dari turki, yaitu kahven. Adapun istilah kopi untuk tiap
negara berbeda-beda, yaitu kaffe (Jerman), coffe (Inggris), cafe
(Perancis), koffie (Belanda), dan kopi (Indonesia) (Raharjo,2012)

Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika Belanda


membawa kopi dari Malabar, India, ke Jawa. Mereka
membudidayakan tanaman kopi tersebut di Kedawung, sebuah
perkebunan yang terletak dekat Batavia. Namun upaya ini gagal
kerena tanaman tersebut rusak oleh gempa bumi dan banjir. Upaya
kedua dilakukan pada tahun 1699 dengan mendatangkan stek pohon
kopi dari Malabar. Pada tahun 1706 sampel kopi yang dihasilkan dari
tanaman di Jawa dikirim ke negeri Belanda untuk diteliti di Kebun
Raya Amsterdam. Hasilnya sukses besar, kopi yang dihasilkan
memiliki kualitas yang sangat baik. Selanjutnya tanaman kopi ini
dijadikan bibit bagi seluruh perkebunan yang dikembangkan di
Indonesia. Belanda pun memperluas areal budidaya kopi ke
Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di
Indonesia. Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika
Belanda membawa kopi dari Malabar, India, ke Jawa. Mereka
membudidayakan tanaman kopi tersebut di Kedawung, sebuah
perkebunan yang terletak dekat Batavia. Namun upaya ini gagal
kerena tanaman tersebut rusak oleh gempa bumi dan banjir. Upaya
kedua dilakukan pada tahun 1699 dengan mendatangkan stek pohon
kopi dari Malabar. Pada tahun 1706 sampel kopi yang dihasilkan dari
tanaman di Jawa dikirim ke negeri Belanda untuk diteliti di Kebun
Raya Amsterdam. Hasilnya sukses besar, kopi yang dihasilkan
memiliki kualitas yang sangat baik. Selanjutnya tanaman kopi ini
dijadikan bibit bagi seluruh perkebunan yang dikembangkan di
26

Indonesia. Belanda pun memperluas areal budidaya kopi ke


Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di
Indonesia.

Pada tahun 1878 terjadi tragedi yang memilukan. Hampir seluruh


perkebunan kopi yang ada di Indonesia terutama di dataran rendah
rusak terserang penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix (HV).
Kala itu semua tanaman kopi yang ada di Indonesia merupakan jenis
Arabika (Coffea arabica). Untuk menanggulanginya, Belanda
mendatangkan spesies kopi liberika (Coffea liberica) yang
diperkirakan lebih tahan terhadap penyakit karat daun. Sampai
beberapa tahun lamanya, kopi liberika menggantikan kopi arabika di
perkebunan dataran rendah. Di pasar Eropa kopi liberika saat itu
dihargai sama dengan arabika. Namun rupanya tanaman kopi liberika
juga mengalami hal yang sama, rusak terserang karat daun.
Kemudian pada tahun 1907 Belanda mendatangkan spesies lain yakni
kopi robusta (Coffea canephora). Usaha kali ini berhasil, hingga saat
ini perkebunan-perkebunan kopi robusta yang ada di dataran rendah
bisa bertahan. Pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945, seluruh
perkebunan kopi Belanda yang ada di Indonesia di nasionalisasi.
Sejak itu Belanda tidak lagi menjadi pemasok kopi dunia. (Cecep,
2019).

Sejak kemerdekaan hingga saat ini kopi menjadi sangat popular di


Indonesia. Adapun beberapa kopi Indonesia yang kini dikenal
sebagai kopi khas Indonesia diantaranya adalah Kopi Aceh Gayo,
Kopi Sumatra Mandheling, Kopi Lintong, Kopi Kalosi Toraja, Kopi
Lampung, Kopi Kintamani Bali, Kopi Java Preanger, dan Kopi
Papua. Selain itu Indonesia juga memiliki kopi luwak yang dikenal
sebagai kopi termahal didunia. (Coffindo Indonesia, 2017). Pada
tahun 2017 Kopi Indonesia menempati peringkat keempat terbesar
27

dunia dari segi hasil produksi. Volume ekspor tahun 2017 sebesar
467,8 ton dari produksi total 667 ton. Produksi total tersebut
dihasilkan dari luas areal kopi sebesar 1.205 juta Ha. Provinsi
produsen kopi terbesar di Indonesia adalah Sumatra Selatan,
Lampung, Aceh, Sumatera Utara, dan Jawa Timur. (Badan Pusat
Statistik, 2018).

2.2.3. Jenis Kopi


2.2.3.1. Kopi Arabika
Nama ilmiah kopi arabika adalah Coffea arabica. Carl
Linnaeus, ahli botani asal Swedia, menggolongkannya ke
dalam keluarga Rubiaceae genus Coffea. Sebelumnya
tanaman ini sempat diidentifikasi sebagai Jasminum
arabicum oleh seorang naturalis asal Perancis. Kopi arabika
diduga sebagai spesies hibrida hasil persilangan dari Coffea
eugenioides dan Coffea canephora (Hamni,2013).

Kopi arabika (Coffea arabica L.) merupakan jenis kopi


yang pertama kali dibudidayakan di Indonesia pada sekitar
abad ke-17. Memasuki abad ke-20 tanaman kopi arabika di
Indonesia terserang penyakit karat daun (Hemileia
vastatrix) yang hampir memusnahkan seluruh perkebunan
kopi. Pemerintah Belanda mendatangkan kopi Liberika
untuk menanggulangi penyakit tersebut, tetapi varietas ini
tidak begitu populer dan juga terserang penyakit karat daun.
Didatangkan lagi jenis kopi robusta (Coffea cenephora)
yang mempunyai karakteristik tahan terhadap penyakit
karat daun dan produksinya tinggi (Rukmana, 2014).

Berikut ciri-ciri kopi arabika :


28

a. Aromanya wangi sedap mirip pencampuran bunga dan


buah. Hidup di daerah yang sejuk dan dingin.
b. Memiliki rasa asam yang tidak dimiliki oleh kopi jenis
robusta.
c. Memiliki bodi atau rasa kental saat disesap di mulut.
d. Rasa kopi arabika lebih mild atau halus.
e. Kopi arabika juga terkenal pahit.

2.2.3.2. Kopi Robusta


Kopi robusta ditemukan pertama kali di Kongo pada tahun
1981 oleh ahli botani dari Belgia. Robusta merupakan
tanaman asli Afrika yang meliputi daerah Kongo, Sudan,
Liberia, dan Uganda. Robusta mulai dikembangkan secara
besar-besaran di awal abad ke-20 oleh pemerintahan
kolonial Belanda di Indonesia. Kopi jenis ini memiliki sifat
lebih unggul dan sangat cepat berkembang, oleh karena itu
jenis ini lebih banyak dibudidayakan oleh petani kopi di
Indonesia. Beberapa sifat penting kopi robusta yaitu
resisten terhadap penyakit (HIV) dan tumbuh sangat baik
pada ketinggian 0-900 meter dari permukaan laut. Namun
idealnya ditanam pada ketinggian 400-800 meter. Suhu
rata-rata yang dibutuhkan tanaman ini sekitar 26°C dengan
curah hujan 2000-3000 mm per tahun. Tanaman ini tumbuh
dengan baik pada tanah yang memiliki tingkat keasaman
(pH) sekitar 5-6,5(Panggabean, 2011).
Kopi robusta (Coffea cenephora) mulai diperkenalkan di
Indonesia tahun 1900-an. Kopi robusta atau Robusta
Coffee, biasa disebut Conillon merupakan spesies kopi
yang berasal dari Afrika Barat. Kopi robusta banyak
ditanam di Afrika dan Asia, termasuk Indonesia. Dikenal 3
29

varietas C. canephora yaitu var. robusta, kouilou, dan


ugandae (Rukmana, 2014).
2.2.4. Kandungan Kimia Biji Kopi
Biji kopi mengandung ribuan komponen kimia dengan karakteristik
yang berbedabeda. Setiap jenis biji kopi memiliki komponen kimia
yang berbeda dan dipengaruhi faktor luar seperti lingkungan tempat
tumbuh, tingkat kematangan dan kondisi penyimpanan. Proses
penyangraian biji kopi dapat mengubah komponen yang labil
menjadi bentuk komponen yang kompleks (Aditya et al, 2015).

Komposisi kimia dari biji kopi bergantung pada spesies dan varietas
dari kopi tersebut serta factor-faktor lain yang berpengaruh antara
lain lingkungan tempat tumbuh, tingkat kematanagan dan kondisi
penyimpanan. Proses pengolahan juga akan mempengaruhi
komposisi kimia dari kopi. Misalnya penyangraian akan mengubah
komponen yang labil yang terdapat pada kopi sehingga membentuk
komponen yang kompleks (Panggabean, 2011).

Tabe2.3 . Komposisi Kandungan Kimia Yang Terdapat Pada Biji


Kopi Arabika Dan Robustas

Komponen Konsentrasi (G/100g) Konsentrasi (G/100g)


Green Roasted Green Roasted
Coffea Coffea Coffea Coffea
Arabica Arabica Canephora Canephora
Sukrosa 6,0-9,0 4,2-tr 0,9-4,0 1,6-tr
Gula 0,1 0,3 0,4 0,3
Pereduksi
Polisakarida 34-44 31-33 48-55 37
Lignin 3,0 3.0 3,0 3,0
Pectin 2,0 2,0 2,0 2,0
Protein 10,0-11,0 7,5-10,0 10,0-11,0 7,5-1,0
Asam 0,5 - 0,8-1,0 -
Amino
Bebas
30

Kafein 0,9-1,3 1,1-1,3 1,5-2,5 2,4-2,5


Trigonelline 0,6-2,0 1,2-0,2 0,6-0,7 0,7-0,3
Asam - 0,016- - 0,014-
Nikotinik 0,026 0,025
Minyak 15,0-17,0 17,0 7,0-10,0 11,0
Kopi
Diterpen 0,5-1,2 0,9 0,2-0,8 0,2
Mineral 3,0-4,2 4,5 4,4-4,5 4,7
Asam 4,1-7,9 1,9-2,5 6,1-11,3 3,3-3,8
Klorogenat
Asam 1,0 1,6 1,0 1,6
Alifatik
Asam 0,4 0,8 0,4 1,0
Quinic
Melanoidins - 25 - 25
Sumber : Farah, 2012

Tabel 2.4
Kadar Kadar Kafein dalam Kopi

No Jenis Minuman Kadar Kafein


1 1 Cangkir (180ml) kopi saring 150 mg
2 1 Cangkir (180ml) kopi perkolasi 75-150 mg
3 1 Cangkir (180ml) kopi instan 50-130 mg
4 1 Cangkir (45-60ml) kopi espresso 100mg
Sumber : weinberg. BA & Bealer. BK, 2010. The miracle of
caffeine : manfaat tak terduga kafein berdasarkan penelitan paling
mutahir

2.2.5. Dampak Positif dan Negatif Mengkonsumsi Kopi


31

Kopi memiliki dampak positif bagi para penikmatnya seperti


memberikan energi untuk menghidari rasa mengantuk, memberikan
energi semangat pada saat beraktivitas, kopi dapat meningkatkan
konsentrasi saat beraktivitas (Samsura, 2012).

Menurut beberapa penelitian, konsumsi minuman yang mengandung


kafein (Kopi) memeiliki manfaat pada tubuh. Manfaat konsumsi
kafein yang ada dikopi yang mengkonsumsinya secara reguler
mengurangi resiko menderita penyakit parkinson sebanyak 80%.
Konsumsi dua cawan kopi sehari dapat mengurangi resiko kanker
kolon sebanyak 20%. Pada orang yang konsumsi kopi sebanyak 2
cawan dalam sehari resiko sirosis hati berkurang sebanyak 80%. Dan
konsumsi 2 cawan kopi setiap hari dapat mengurangkan pula
pembentukan batu empedu sebanyak 50% (Kirchheimer, 2012)

Adapun dampak negatif dari konsumsi kopi bila dikonsumsi dalam


dosis tinggi kopi dapat meningkatkan tekanan darah, detak jantung
lebih cepat, melemahkan daya tahan tubuh. Karena efek cafein
didalam kopi dapat menyerap mineral dan vitamin yang diperlukan
tubuh (Farah A, 2012)

Mengkonsumsi kopi banyak manfaatnya bagi tubuh selama kita tidak


berlebihan dala mngkonsumsinya. Stuudi mrnunjukan jika meminum
kopi lebih dari 28 gelas akan mempertinggi resiko kematian dengan
angka prevalansi 21%. Resiko ini juga ;ebih banyak terjadi pada
orang dengan usia diatas 50 tahun dan juga wanita yang sedang
hamil. Mengkonsumsi kopi secara berlebihan juga dapat
meningkatkan risiko jantung koroner (Wachamo, 2017)

Mengkonsumsi secara berlebihan dapat menmbulkan insomnia atau


susah tidur. Karena kandungan kopi dapat menghambat reseptor
32

adenosinyang berdampak buruk bagi kesehatan. Pada ibbu hamil


mengkonsumsi kopi 1-3 cangkir/hari dapat meningkatkan resiko
keguguraan, dan melahirkan bayi cacat (abnormal) akibat
mengkonsumsi kopi lebih dari 8 cangkir atau lebih / hari. Asam pada
kopi dapat meningkatkan pengeluaran asam lambung, mengiritasi
saluran cerna sehingga berbahaya jika dikonsumsi saat perut masih
kosong (Yazid, 2015).
2.2.6. Kategori Konsumsi Kopi
Kategori tinggi dengan konsumsi kopi ± 5 cangkir/hari, sedang
dengan konsumsi kopi ± 3 cangkir/hari, dan rendah dengan 1
cangkir/hari (jurnal darma agung husada, volume vi, nomor 2, 2019)

Mengambil data dari Dietary Guidelines for Americans 2015-2020


edisi kedelapan, sumber kafein untuk orang dewasa sebagian besar
berasal dari kopi dan teh, yang menyediakan sekitar 70 hingga 90
persen dari total asupan kafein di semua kelompok usia dewasa.
Secara proposisi, lebih dari 95 persen orang dewasa mengonsumsi
kafein dari makanan dan minuman. Asupan rata-rata kafein di
kalangan orang dewasa, berdasarkan kelompok jenis kelamin,
berkisar antara 110 mg (wanita usia 19 hingga 30 tahun) hingga 260
mg (pria usia 51 hingga 70 tahun) per hari.

Jumlah ini secara substansial kurang dari 400 mg per hari. Angka
tersebut masuk dalam kategori jumlah konsumsi kopi yang aman dan
dapat dikategorikan ke dalam pola makan sehat.

2.2.7. Jenis Gelas Untuk Kopi


Adapun beberapa jenis gelas yang untuk menyajikan kopi sebagai
berikut :

2.2.7.1.Shot glass
33

Dimana gelas ini berukuran 55 ml, di gunakan untuk


menyajikan espresso. Selain di gunakan sebagai gelas
Espresso gelas ini digunakan juga untuk gelas gelas wine.
2.2.7.2.Gelas lilin
Dimana gelas ini berukuran 80ml, di gunakan untuk
menyajikan Espresso double shot.
2.2.7.3.Gelas mug
Gelas ini berukuran 200ml, dimana gelas ini digunakan untuk
menyajikan berbagai jenil Latte. Dan gelas ini memiliki
varian warna dan juga dibuat dari keramik
2.2.7.4.Gelas belimbing
Dimana gelas ini berukuran 210-225ml, dimana gelas ini
digunakan untuk menyajikan kopi sachet yang ada di
warung-warung pinggiran. Dan juga bisa digunakan untuk
menyajikan teh.
2.2.7.5.Gelas Cendol
Dimana gelas ini berukuran 412ml, gelas ini sering di
temukan di warung, di rumah, dan di tempat-tempat makan
secara umumnya. Karena gelas ini dapat digunakan untuk
keadaan dingin, hangan, dan panas. Gelas ini sering
digunakan untuk menyajikan minuman kopi sachet dengan
di campur es ataupun digunakan untuk menyajikan teh es
2.2.7.6.Rocks Glass
Dimana gelas ini berukuran kisaran 180-200 ml, gelas ini
sering digunakan oleh kedai-kedai kopi maupun coffee shop
untuk menyajikan kopi murni panas dengan suhu tinggi yang
akan disajikan kepelanggan

1.
2.3. Kerangka Konsep
34

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap topik yang dipiliih


sesuai dengan identifikasi masalah. Kerangka konsep harus didukung
landasan teori kuat serta di tunjang oleh informasi yang bersumber pada
berbagai laporan ilmiah, hasil penelitian, dan lain-lain (Hidayat,2014)

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau
kaitan antara konsep-konsep atau vaiabel-variabel yang akan diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012)

Skema 2.1 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variavel Dependen Hasil

 Normal
Kounsumsi Kejadian  Prahipertensi
 Stadium 1
Kopi Hipertensi  Stadium 2
 Stadium 3

2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil
sementara kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo,
2010)

Hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban atau dugaan sementara


terhadap rumusan masalah penelitian diamana rumusan penelitian tela
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiono,2010)

Dalam penelitian ini rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :


35

Ada hubungan konsumsi kopi dengan klasifikasi tekanan darah tinggi


(hipertensi) pada dewasa diwilayah kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin Kalimantan Selatan.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian,
memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi akurasi suatu hasil. Rancangan penelitian merupakan hasil
akhir dari suatu tahap keputusan yang di buat oleh peneliti berhubungan
dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan . rancangan penelitian ini
pada hakikatnya merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian
yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti
pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2015)

Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional dengan


pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional dilakukan dengan
menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan
dependen hanya satu kali satu saat (Nursalam, 2013)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi kopi dengan


klasifikasi tekanan darah tinggi (hipertensi) pada dewasa pertengahan
diwilayah kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin Kalimantan Selatan
tahun 2020

3.2. Definisi Operasional


Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
(diukur) yang memungkinkan peneliti melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang
kemmudian dapat diulangi lagi oleh orang lain. Jadi, definisi operasional

30
dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi
(Nursalam, 2015).

31
31

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasional

Definisi Alat
Variabel Parameter Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur
Variabel Responden 1. Tidak mengkonsumsi Kuesi Nomi 1. Tidak
Indepen yang kopi 0 cangkir perhari oner nal mengkonsumsi
dent : memiliki 2. Konsumsi kopi kopi bila 0
Konsum riwayat Rendah 1 cangkir cangkir perhari
si kopi konsumsi perhari 2. Mengkonsumsi
kopi dan 3. Konsumsi kopi kopi bila 1-5
masih rutin Sedang 2-3 cangkir cangkir perhari
mengkonsu perhari
msi kopi 4. Konsumsi kopi Tinggi
hingga 4-5 cangkir perhari
sekarang (jurnal darma agung
husada, volume vi,
nomor 2, 2019)
Variabel Meningkatn 1. Normal, sistolik <120 Lemb Ordi 1. Hipertensi bila
depende ya tekanan mmHg dan diastol ar nal tekanan darah
nt : darah yang <80 mmHg Obser sistolik >140
Kejadian sudah 2. Prahipertensi, sistolik vasi mmHg dan
Hiperten diklasifikasi 120-139 mmHg dan diastolik >90
si kan diastolik <80 mmHg mmHG
3. Stadium 1, sistolik 2. Tidak
140-159 mmHg dan hipertensi bila
diastol 80-89 mmHg tekanan darah
4. Stadium 2, sistolik diastoliknya
≥140 mmHg dan <140 mmHg
diatolik ≥90 mmHg dan
5. Stadium 3, sistolik diastoliknya
≥180 mmHg dan <90 mmHg
diastoliknya
32

≥110mmHg
(AHA, 2017)

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Merupakan unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan.
Idealnya penelitian dilakukan pada populasi, karena dapat melihat
gambaran seluruh populasi sebagai unit dimana hasi peneitian di
terapkan. Populasi adalah keseluruhn subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditentukan (Nursalam, 2014)

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek


ang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
( Sugioyono, 2014)

Populasi penelitian ini adalah seluruh dewasa yang berobat ke


Puskesmas Pekauman Banjarmasin Kalimantan Selatan dari bulan
April-Juni tahun 2020
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sekelompok individu yang merupakan bagian dari
populasi terjangkau dimana peneliti langsung mengumpulkan data
atau melakukan pengamatan/pengukuran pada unit ini. Sampel adalah
bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling (Nursalam, 2014)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasii (Sugiyno, 2014)
33

Sampel pada penelitian ini adalah orang yang memenuhi kriteria


berikut :
3.3.2.1. Bersedia dijadikan sampel penelitian
3.3.2.2. Dewasa pertengahan berusia 26 tahun sampai 45 tahun
3.3.2.3. Dapat berkomunikasi dengan baik
3.3.2.4. Tidak merokok
3.3.2.5. Tidak obesitas
3.3.2.6. Tidak mengkonsumsi alkohol

3.3.3. Sampling
Sampling merupakan proses penyeleksi porsi dari populasi untuk
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang
ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang
benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian ( Nursalam,
2015)

Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan nonprobability


sampling dengan aksidental sampling yaitu suatu teknik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi yang sesuai
degan kehendak peneliti (Nursalam, 2013)

3.4. Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama
penelitian berlangsung ( Notoatmojo, 2010 ). Tempat dan waktu penelitian
yang akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskemas Pekauman Banjarmasin
Kalimantan Selatan dari Bulan Maret – Juni 2020.

3.5. Instrumen Penelitian


Intsrumen penelitian alat atau fasilitas yang digunakan untuk
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik
34

dalam arti lebih lengkap, cermat, dan sistematis sehingga mudah diolah
(Arikontu, 2007)
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri
dari :

3.5.1. Konsumsi Kopi


Intrumen pengumpulan data pada dewasa yang mengkonsumsi kopi
diketahui melalui kuesioner untuk mengukur responden
mengkonsumsi kopi atau tidak mengkonsumsi kopi

3.5.2. Kejadian Hipertensi


Instrumen pengumpulan data pada kejadian hipertenssi digunakan
pengukuran melalui lembar observasi untuk melihat status rekam
medik responden apakah responden hipertensi atau tidak hipertensi

3.6. Teknik Pengumuplan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2015). Pengambilan data dilakukan dengan teknik kuesioner
kepada responden dengan langkah-langkah sebagai berikut :

6.3.1. Meminta surat izin dari Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan tentang rekomendasi
melakukan penelitian diwilayah kerja Puskesmas Pekauman
Bajarmasin

6.3.2. Setelah mendapat surat persetujuan dari Kepala Puskesmas


Pekauman Banajrmasin, peneliti melakukan peneitian terhadap
responden dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang
maskud dan tujuan penelitian
35

6.3.3. Memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden dan jika


responden menetujui untuk jadi responden kemudian diminta untuk
menandatangani persetujuan untuk menjadi responden

6.3.4. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara kepada


responden

6.3.5. Peneliti saat melakukan wawancara kepada responden dan saat


wawancara peneliti sambil mengisi lembar observasi dan
menyerahkan lembar kuesioner yang sudah disiapkan

6.3.6. Lembar observasi dan lembar kuesioner yang telah diisi, kemudian
dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya oleh peneliti, kemudian
dilakukan analisis.

3.7. Teknik Pengolahan Data


3.7.1. Teknik Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus
di tempuh (Hidayat, 2014), diantaranya :

3.7.1.1. Editing
Hasil kuesioner dari lapanganteah dilakukan penyntingan
(editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah
merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuesioner tersebut.

3.7.1.2. Coding sheet (membuat lembaran kode)


Setelah semua kuesioner di edit atau disuntinf, selanjutnya
dilakukan peng “kodean” atau “coding” yakni mengubah
daa berbentu kalimat atau huruf menjadi angka atau
bilangan
36

3.7.1.3. Data Entry (memasukan data)


Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing
responden yang dalam bentuk “kode (angka atau huruf)
dimsukan ke dalam program atau “ softwer” komputer.
Data yang telah di edit serta diberi kode dan skor tersebut
di entry dengan menggunakan bantuan komputer program
pengolah data statistik

3.7.1.4. Cleaning (pembersihan data)


Setelah semua data dari setiap sumber data atau responden
selesai dimaskan, dicek kembali untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan
kode. Kegiatan ini merupakan kegiatan pembersihan data
dengan cara pemeriksaan kembali data yang sudah dientry,
apakah ada kesalahan atau tidak, pemeriksaan ini meliputi
pemeriksaan ulang terhadap data dan pengkodean.

3.7.2. Teknik Analisis Data


Analisis dalam penelitian ini dibedakan menjadi :
3.7.2.1. Analisis Univariat
Analisa univariat adalah untuk satu variabel penelitian
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmojo, 2010).
Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian untuk mengetahui distribusi, frekuensi dan
persentase dari tiap konsumsi kopi dan tekanan darah tinggi
(hipertensi).

3.7.2.2. Analisis Bivariat


37

Analisa bivariat adalah analisis terhadap dua variabel untuk


melihat hubungan antar variabel. Analisa bivariat berguna
untuk menganalisis hubungan masing-masing variabel
(Notoatmojo, 2010). Analisis ini dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan (menguji hipotesis)
yakni mengetahui hubungan konsumsi kopi dengan tekanan
darah tinggi (hipertensi) dengan menggunakan uji
Spearman Rank. Analisis ini dilakukan dengan bantuan
perangkat komputer dengan menggunakan tingkat
kepercayaan 95%.

Interpretasi hasil penelitian yaitu :


1. Jika p ≤ 0,05 maka hipotesis diterima yang berarti ada
hubungan antara konsumsi kopi dengan tekanan darah
tinggi (hipertensi).
2. Jika p > 0,05) maka hipotesis ditolak yang berarti tidak
ada hubungan antara konsumsi kopi dengan tekanan
darah tinggi (hipertensi).
3.8. Etika Penelitian
Penelitian ini telah melalui uji etik oleh Komisi Etik Penelitian Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin. Adapun etika dalam penelitian ini mengacu
pada Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional
(KEPPKN) oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2017
antara lain:
3.8.1. Menghormati martabat subjek penelitian (respect for persons)
Menghormati martabat responden dalam penelitian ini akan dilakukan
dengan cara pada saat pelaksanaan penelitian, peneliti terlebih dahulu
mengenalkan diri kepada para dewasa untuk mengajukan permohonan
menjadi responden sambil memberikan informasi yang sebenar-
sebenarnya tujuan penelitian, menjelaskan manfaat serta dampak yang
akan didapat jika menjadi responden, setelah secara detail
38

menjelaskan hal-hal tersebut kemudian para dewasa tersebut diminta


tanda tangan bagi yang bersedia menjadi responden dan bagi Para
dewasa yang tidak bersedia maka peneliti menerima keputusan para
responden dewasa tersebut dengan baik tanpa ada unsur paksaan
sedikitpun. Bagi para dewasa yang bersedia menjadi responden tetapi
tiba-tiba ingin mengundurkan diri karena alasan apapun maka peneliti
juga menerima keputusan tersebut.

3.8.2. Prinsip berbuat baik (beneficence) dan tidak merugikan (non


maleficence)
Prinsip etik berbuat baik dalam penelitian ini menyangkut membantu
untuk mengetahui keterkaitan antara kecemasan dengan kejadian
hipertensi pada para dewasa , sehingga secara tidak langsung akan
meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada para
dewasa. Penelitian ini akan dilaksanakan karena lebih banyak
mendapatkan manfaat dibandingkan resiko yang akan didapatkan.
Manfaat tersebut tidak hanya semata-mata untuk peneliti tetapi juga
pda para dewasa yang menjadi responden itu sendiri, institusi
pendidikan serta wilayah kerja Puskemas Pekauman Banajrmasin.

3.8.3. Berkeadilan (justice)


Peneliti selama pelaksanaan penelitian berusaha sebaik mungkin dapat
berlaku adil yaitu tidak memilih para dewasa yang menjadi responden
hanya karena kenal dekat dengan lansia tersebut, memberikan
informasi sedetail mungkin pada setiap responden dengan porsi yang
sama, semua para dewasa yang menjadi responden diberikan
kebebasan yang sama jika ingin mengundurkan diri, serta peneliti
akan menjaga kerahasiaan semua responden tanpa terkecuali dan akan
diberi pertanggung jawaban yang sama jika berdampak negatif bagi
responden tersebut.
39
40

DAFTAR PUSTAKA

Almina, R. T., Zulhaida, L., Syarifah. (2018). Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan
Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di Desa Hulu Kecamatan
Pancur Batu Tahun 2016. Jurnal Kesehatan., Vol.11. No 1
Asikin, M., Nuralamsyah. M, Susaldi. (2016). Keperawatan Medikal Bedah
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Erlangga
Asmak, A. S.TP., M. P. (2018). Teknologi Pengolahan Kopi Terkini.
Yogyakarta : CV Budi Utama
Arikunto. 2006. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Difran. N. B., Yanis. K,. (2018). Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Kopi
dengan Tekanan Darah Pada Dewasa Muda. Jurnal Kesehatan Vokasional
Vol. 3 No 1
Evi, K., Andi N. M. I. (2016). Pengaruh Kopi Terhadap Hipertensi. Majority
Vol.5 No.2
Fera, Y., Sri, M. D., Eunike, R. R,. (2017). Korelasi Asupan Makanan,
Stres, dan Aktivitas Fisik Dengan Hipertensi Pada Usia Menopase. Unnes
Journal Of Public Health Vol.6 No1
Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Indra, Y., Veryudha, E. P., Tria, W. (2019). Pengaruh Pemberian Pisang Ambon
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi. Jurnal Ners
dan Kebidanan, Vol. 6 No.1
Irianto, K. (2017). Anatomi dan Fisiologi, Alfabet
Jennifer P, Kowalak. (2014) Buku ajar Patofisiolgi. Jakarta : EGC
Klabunde, RE. (2015). Konsep Fisiologi Kardiovaskuler Edisi. Terjemahan
Zumilda Djanun. Jakarta : Penerbot Buku Kedokteran EGC
Kemenkes RI. (2016). Profil Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI 2017
Kemenkes RI. (2018). Profil Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI 2019
M. Ramadhani, F., Rustam,. (2017). Hubungan Merokok dan Konsumsi Kopi
dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan., Vol.7
No 2
41

Netha, D., Erna, H., Muazir,. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Penatalaksanaan Hipertensi Oleh Penderita Diwilayah Kerja Puskesmas
Sekernan Ilir Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2018. Jurnal Ners dan
Kebidanan Vol.5 No.3
Notoatmodjo, S. (2010). Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.
Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Nurlatifah, A. A., Ummu, K. M. (2018). Pengaruh Konsumsi Kopi Terhadap
Peningkatan Tekanan Darah. Jurnal Unimus Vol.1 No.5
Nursalam, (2014). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Oldry, E. M., F.L.Fredrik G. L., Afnal. A. (2018) Hubungan Antara Kebiasaan
Minum Kopi Dengan Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Paniki Bawah Kota Manado. Jurnal KESMAS, Vol. 7 No. 5
Outlook Kopi Komiditas Pertanian Sebsektor Perkebunan. Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal, Kementrian Pertenian,. (2017).
Outlook Kopi Komiditas Pertanian Sebsektor Perkebunan. Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal, Kementrian Pertenian,. (2018).
Outlook Kopi Komiditas Pertanian Sebsektor Perkebunan. Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal, Kementrian Pertenian,. (2019).
Ridwan M. (2010). Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer “Hipertensi”.
Semarang : Pustaka Widyyarma
Smeltzer, SC. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner dan
Suddart. Terjemahan Devi Yulianti. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Sugiono. (2017). Metode Penelitiaan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
CV Alfabeta
Tilong. A. D., (2014). Waspada Penyakit-Penyakit Mematikan Tanpa Gejala
Menyolok. Yogyakarta : Buku Biru
United States Department Of Agriculture. (2019). Coffee : World Markets and
Trade. Journal of Foreign Agriculture Service/USDA Office Of Global
Analysis
Wendi, M. F. (2018). Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan Kejadian
Hiperrtensi Pada Usia Dewasa Muda Di Desa Lamakan Kecamatan
Karamat Kabpaten Boul. Jurnal KESMAS, Vol.7 No.6
42

Yogiantoro, M . (2014). Pendekatan Klinis Hipertensi, In : Buku Ajar Ilmu


Penyakit Edisi ke Enam Jilid II. Jakarta : Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai