Anda di halaman 1dari 107

STUDI LITERATUR

PENGARUH CERAMAH AGAMA TERHADAP PENURUNAN STRESS

PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

Skripsi

Disusun Oleh:

WIDYA APRINIKA SARI NIM 1614201110061

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2020
STUDI LITERATUR

PENGARUH CERAMAH AGAMA TERHADAP PENURUNAN STRESS

PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL

Skripsi

Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program studi
S-1 Keperawatan

Disusun Oleh:

WIDYA APRINIKA SARI NIM 1614201110061

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini dengan judul “Studi Literatur Pengaruh Ceramah Agama terhadap
Penurunan Stress pada Lansia di Panti Sosial” oleh Widya Aprinika Sari, NIM :
161420110061, telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan akan
dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Seminar Skripsi Program Studi S.1
Keperawatan Ners A Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.

Banjarmasin, 8 Mei 2020

Pembimbing 1

Muhammad Anwari, Ns., M.Kep


NIK. 01 21111988 091 012 012

Pembimbing 2

M. Syafwani., S.Kp., M.Kep., Sp. Jiwa


NIK. 01 10091971 004 012 096

Mengetahui,
Ketua Program Studi S.1 Keperawatan

Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep


NIK. 01 07091978 017 002 002

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini berjudul Studi Literatur Pengaruh Ceramah Agama Terhadap Penurunan
Stress pada Lansia di Panti Sosial yang dibuat oleh Widya Aprinika Sari, NIM :
1614201110061, telah diujikan di depan tim penguji pada Seminar Hasil Skripsi
Program Studi S.1 Keperawatan Ners A Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin pada tanggal ..... Mei 2020.

DEWAN PENGUJI :

Penguji 1 :

Muhammad Anwari, Ns., M.Kep (Pimpinan Sidang)


NIK. 01 21111988 091 012 012

Penguji 2 :

M. Syafwani., S.Kp., M.Kep., Sp. Jiwa (Anggota)


NIK. 01 10091971 004 012 096

Mengesahkan di : Banjarmasin

Tanggal : ...... Mei 2020

Mengetahui,
Dekan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Ketua Program Studi
Kesehatan S.1 Keperawatan

Solikin, Ns., M.Kep., S.Kep.MB Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep


NIK. 01 29072979 018 003 002 NIK. 01 07091978 017 002 002

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Widya Aprinika Sari

NIM : 1614201110061

Program Studi : S1 Keperawatan Ners A

Fakultas : Keperawatan dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul Studi Literatur


Pengaruh Ceramah Agama terhadap Penurunan Stress Lansia di Panti Sosial ini
benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Banjarmasin, 04 Mei 2020


Saya yang membuat pernyataan,

Widya Aprinika Sari


NIM. 1614201110061

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Widya Aprinika Sari
NIM : 1614201110061
Prodi : S1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
Sebagai civitas akademika Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, yang turut serta mendukung pengembangan ilmu
pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Hak Bebas Royalti atas
karya ilmiah saya yang berjudul :
“Studi Litratur Pengaruh Ceramah Agama Terhadap Penurunan Stress pada
Lansia di Panti Sosial”
Dengan adanya Hak Bebas Royalti ini, maka Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan mempunyai kebebasan
secara penuh untuk menyimpan, melakukan kelolaan beruba database, serta
melakukan publikasi tugas akhir saya ini dengan pertimbangan tetap
mencantumkan nama penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta dengan
segala perangkat yang ada (bila diperlukan).
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal : 04 Mei 2020
Saya yang menyatakan,

Widya Aprinika Sari


NIM. 1614201110061

v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’alla, Yang


Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kepada setiap hamba-Nya. Atas berkat dan
rahmat-Nya jualah usaha penulis untuk menyelesaikan skripsi “Studi Literatur
Pengaruh Ceramah Agama Terhadap Penurunan Sress pada Lansia di Panti Sosial”
ini berjalan dengan lancar dan baik.

Penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang baik dari
berbagai pihak, antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M. Ag selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Banjarmasin;
2. Bapak Solikin, Ns., M. Kep., Sp. Kep. MB selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin;
3. Ibu Hj. Ruslinawati, Ns., M. Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin;
4. Bapak Muhammad Anwari, Ns., M. Kep selaku Pembimbing 1 yang telah
banyak memberikan waktunya, arahan, bimbingan, ilmu, dukungan,
motivasi dan semangat kepada penulis;
5. Bapak Muhammad Syafwani, S.Kp., M. Kep., Sp. Jiwa selaku Pembimbing
2 yang telah memberikan waktunya disela-sela kesibukan, bimbingan,
arahan serta saran yang telah diberikan kepada penulis;
6. Bapak Drs. Agus Sugiarto, Kepala Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru yang telah
memberikan izin untuk melakukan studi pendahuluan dan Kakak Aisha
Norein selaku Pengadministrai Umum Panti yang telah mebantu banyak
dalam pengumpulan data;
7. Lansia yang telah bersedia menjadi responden yang terlibat dalam studi
pendahuluan;

vi
8. Orang tua tercinta: Ayah tercinta Bapak Dwi Hari Subagyo dan Ibunda
tercinta Ibu Noor Laili, Kakek dan Nenek di Muara Komam yang selalu
dengan penuh keikhlasan mendo’akan anak-anaknya demi menggapai cita-
cita, selalu memberikan nasihat, motivasi serta mensupport segala kegiatan
dan hal-hal baik yang dilakukan oleh penulis secara moril maupun materil
selama menempuh pendidikan sampai penyusunan skripsi ini;
9. Seluruh komponen demisioner organisasi mahasiswa yang telah saya ikuti:
ILMIKI Wilayah VII, BEM UMB periode 2018/2019 Kabinet Dinamis
Bersinergi, KSR PMI Unit UMB, dan seluruh keluarga besar organisasi
kemahasiswaan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin;
10. Sahabat seperjuangan saya di kampus: Dessy, Fitria, Izam, Syarif, Sahal
Ratna, Icha, Yaya, Widia, dan Syifa yang selalu ada saat saya butuhkan dan
selalu menjadi saksi awal pada setiap tangis dan tawa. Serta teman-teman
kelas A S1 Keperawatan 2016 yang juga memberikan semangat dalam
menyelesaikan proposal sripsi ini;
11. Seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan penuh dalam bentuk apapun itu.

Semoga Allah subhanahuwata’alla selalu melindungi, memberikan keberkahan


serta rahmat-Nya kepada mereka yang telah memberikan sumbangsih yang tulus
kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam peyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan dikarenakan penulis masih dalam tahap pembelajaran, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan
skripsi ini. Semoga ide pemikiran yan tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat
untuk kita semua. Aamiin ya Rabbal alamin. Barakallahu fiik.
Wassallamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh.

Banjarmasin, 04 Mei 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... ii


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................................ v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xi
DAFTAR SKEMA .......................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xiii
ABSTRAK ...................................................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan Peneltian ............................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
1.4.1 Bagi Akademik ....................................................................................... 5
1.4.2 Bagi Responden...................................................................................... 5
1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan ...................................................................... 5
1.4.4 Bagi Peneliti ........................................................................................... 5
1.5 Penelitian Terkait........................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN TEORI .............................................................................................. 9
2.1 Konsep Lansia ................................................................................................ 9
2.1.1 Definisi Lansia ....................................................................................... 9
2.1.2 Batasan Umur Lansia ........................................................................... 10
2.1.3 Tipe-tipe Lansia.................................................................................... 10
2.1.4 Perubahan yang Terjadi pada Lansia .................................................... 11
2.2 Konsep Stress ............................................................................................... 18
2.2.1 Definisi Stress....................................................................................... 18
2.2.2 Faktor Penyebab Stress ........................................................................ 19
2.2.3 Respon Terhadap Stress ....................................................................... 22
2.2.4 Tahapan Stress ...................................................................................... 25

viii
2.2.5 Tanda dan Gejala Stress ....................................................................... 28
2.2.6 Tingkat Stress ....................................................................................... 29
2.2.7 Mekanisme Koping .............................................................................. 31
2.2.8 Intervensi Penanganan Stress Menurut Islam ....................................... 31
2.2.9 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penanganan Stress ............. 33
2.2.10 Pengukuran Tingkat Stress ................................................................. 33
2.3 Konsep Ceramah Agama ............................................................................ 34
2.3.1 Definisi Ceramah Agama ..................................................................... 34
2.3.2 Jenis Ceramah Agama .......................................................................... 36
2.3.3 Metode Ceramah Agama ...................................................................... 36
2.3.4 Sumber-sumber Ceramah Agama......................................................... 37
2.3.5 Ceramah Agama dan Permasalahannya ............................................... 38
2.3.6 Manfaat Ceramah Agama ..................................................................... 39
2.3.7 Hubungan Ceramah Agama terhadap Penurunan Stress ...................... 41
2.4 Kerangka Teori ............................................................................................ 42
2.5 Kerangka Konsep......................................................................................... 42
2.6 Hipotesis Penelitian...................................................................................... 43
BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................................... 44
3.1 Desain Penelitian .......................................................................................... 44
3.2 Definisi Operasional..................................................................................... 44
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................... 45
3.3.1 Populasi ............................................................................................ 45
3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling........................................................... 46
3.4 Waktu Penelitian.......................................................................................... 48
3.5 Teknik Pengambilan Data ........................................................................... 48
3.6 Etika Penelitian ........................................................................................... 51
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 52
4.1 Hasil Penelusuran Jurnal ............................................................................ 52
4.1.1 Jurnal Pertama ...................................................................................... 52
4.1.2 Jurnal Kedua ......................................................................................... 54
4.1.3 Jurnal Ketiga......................................................................................... 55
4.1.4 Jurnal Keempat ..................................................................................... 56
4.1.5 Jurnal Kelima ....................................................................................... 59
4.1.6 Jurnal Keenam ...................................................................................... 60

ix
4.1.7 Jurnal Ketujuh ...................................................................................... 61
4.2 Pembahasan .................................................................................................. 62
4.2.1 Keterkaitan jurnal ................................................................................. 62
4.2.2 Kesimpulan........................................................................................... 68
BAB 5 PENUTUP ........................................................................................................... 70
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 70
5.2 Saran ............................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... xv

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Alternatif Pertanyaan ................................................................................ 34

Tabel 3.1 Definisi Operasional.................................................................................. 44

Tabel 3.2 Populasi ................................................................................................... 45

Tabel 3.3 Sampel dan Teknik Sampling .................................................................... 46

Tabel 3.4 Waktu Penelitian....................................................................................... 48

Tabel 3.5 Analisis PICOT ........................................................................................ 48

xi
DAFTAR SKEMA

Skema 2. 1 Kerangka Teori ...................................................................................... 42

Skema 2. 2 Kerangka Konsep ................................................................................... 43

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi Skripsi


Lampiran 2 Surat Ijin Mengambil Data Lansia di PSTW Budi Sejahtera
Lampiran 3 Surat Ijin Studi Pendahuluan Penelitian
Lampiran 4 Permohonan Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 5 Kuisioner Penelitian
Lampiran 6 SPO Pelaksanaan Ceramah Agama
Lampiran 7 Jurnal Pertama "Effects of Islamic Spiritual Mindfulness on Stress
among Nursing Students"
Lampiran 8 Jurnal Kedua "Murottal Therapy Affects on Stress Aspects in The
Elderly at BPSTW Yogyakarta Budi Luhur Unit Kasongan Bantul"
Lampiran 9 Jurnal Ketiga "Pengaruh Terapi Meditasi (Dzikir) terhadap Tingkat Stres
pada Lansia"
Lampiran 10 Jurnal Keempat "Penerapan Wudhu sebagai Hydro Therapy terhadap
Tingkat Stress pada Lansia UPT PSLU Blitar Di Tulungagung"
Lampiran 11 Jurnal Kelima "Pengaruh Mendengarkan Terapy Shalawat terhadap
Penurunan Stress pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana
Puri Samarinda"

Lampiran 12 Jurnal Keenam "Salat Tahajud Berpengaruh terhadap Penurunan


Stres Mahasiswa"
Lampiran 13 Jurnal Ketujuh " Efektivitas Membaca Al-Qur’an Untuk
Menurunkan Stres Akademik Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1
Kebumen

xiii
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

Skripsi, Mei 2020

Widya Aprinika Sari


161410201110061

Studi Literatur Pengaruh Ceramah Agama terhadap Penurunan Stress pada


Lansia di Panti Sosial.

ABSTRAK

Latar Belakang: Banyak hal yang terjadi pada masalah psikologi dan sosial lansia
yang tinggal di panti. Lansia tidak mampu memusatkan pikirannya dan tidak dapat
membuat keputusan dimana lansia yang mengalami stress selalu menyalahkan diri
sendiri, merasakan kesedihan yang mendalam dan rasa putus asa tanpa sebab. Cara
mengendalikan stress yang bisa dilakukan oleh lansia menurut Islam ialah dengan
mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga mampu memberikan ketenangan batin.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ceramah agama
terhadap penurunan stress pada lansia di panti sosial. Metode: Dalam penelitian ini
menggunakan studi literatur. Digunakannya metode ini karena ingin mengetahui
apakah ada pengaruh ceramah agama terhadap penurunan stress pada lansia di panti
sosial dengan membandingkan dan menganalisa beberapa jurnal dan penelitian
terkait. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 323 orang. Teknik sampling yang
digunakan adala purposive sampling dan didapat jumlah sampel sebanyak 187
orang. Teknik pengambilan data menggunakan analisi PICOT pada setiap literature
yang di analisis. Hasil: Berdasarkan hasil penelusuran dan pembahasan yang sudah
dianalisis maka dapat dismpulkan bahwa ada pengaruh ceramah agama terhadap
penurunan stress pada lansia di panti sosial dengan mempertimbangkan hasil dari
studi literatur yang sudah dilakukan oleh peneliti.

Kata Kunci: Stress, lansia, ceramah agama, panti sosial


Daftar Rujukan:

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia berkembang dari ketidakberdayaan hingga menjadi manusia yang
sempurna dan mandiri dan akhirnya menjadi renta tak berdaya lagi. Akan tetapi,
pada sebagian orang yang takut dan tidak mau menerima kenyataan serta tidak
tahu harus bagaimana menghadapi masa lanjut usianya. Betapa banyak orang
lanjut usia yang merasa kesepian dan tak berguna serta tak sedikit pula yang
mengalami stress. (Syahnur, 2016).

Menurut Wolrd Health Organization (WHO) menyatakan bahwa prevalensi


lansia yang mengalami stress di dunia antara 10%-20% berdasarkan situasi
budaya (Karepowan, Wowor, & Katuuk, 2018). Sekitar 8,34% lansia di
Indonesia mengalami stress.

Lansia mengalami perubahan yang bersifat normal baik dari segi fisik maupun
mental. Sebagian orang menganggap bahwa masa lansia sebagai masa
penurunan fungsi yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Berbagai
penurunan fungsi biologis yang yang saling berkaitan, misal perubahan fisik,
psikologis dan sosial yang tidak dapat dilalui dengan baik maka akan muncul
hambatan-hambatan dalam menjalanai aktivitas sehari-hari dan berpotensi
menjadi stressor yang mengakibatkan stress pada lansia. (Moradi, 2015) dalam
jurnal Santoso & Tjhin 2018.

Faktor yang mempengaruhi stress pada lansia ada dua, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah sumber stress yang berasal dari diri seseorang
sendiri, seperti penyakit dan konflik. Sedangkan faktor eksternal adalah sumber
stress yang berasal dari luar diri seseorang seperti keluarga dan lingkungan.
(Puspasari, 2009). Lingkungan dapat menyebabkan stres pada lansia, seperti
halnya para lansia yang berada dalam panti jompo penyebab stres mereka antara
lain kangen dengan keluarga mereka karena jarang dijenguk, tidak cocok
dengan teman sepanti, dan merasa tidak dipedulikan sanak saudara serta

1
2

keluarga mereka. Namun patut diperhitungkan bahwa lansia kadang sukar


beradaptasi terhadap lingkungan maupun suasana baru dan kadang lebih
menyukai tinggal di rumahnya sendiri.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) prevalensi kejadian stress pada lansia
yang tinggal bersama keluarga di Indonesia mencapai 8,34%. Prevalensi stress
pada lansia yang menjalani perawatan di panti sosial mencapai 30%. Hasil
penelitian yang di lakukan Putri (2012) menunjukkan bahwa stress pada lansia
yang bertempat tinggal di Panti yaitu stress berat 56,5%, stres sedang 26,1%
dan yang mengalami stress ringan sebanyak 17,4%. Sedangkan stress pada
lansia yang bertempat tinggal dirumah mengalami stress ringan 56,5%, stress
sedang 30,4% dan yang mengalami stress berat 13%.

Stress yang sangat kuat dan berlangsung lama dapat melebihi kemampuan kita
untuk mengatasi (coping ability) dan menyebabkan distress emosional seperti
depresi atau kecemasan, atau keluhan fisik seperti kelelahan dan sakit kepala.
(Indriana et al, 2010).

Banyak hal yang terjadi pada masalah psikologi dan sosial lansia yang tinggal
di panti seperti merasa dirinya tidak berharga dan merasa bersalah. Lansia tidak
mampu memusatkan pikirannya dan tidak dapat membuat keputusan dimana
lansia yang mengalami stress selalu menyalahkan diri sendiri, merasakan
kesedihan yang mendalam dan rasa putus asa tanpa sebab dan lansia
mempersepsikan diri sendiri sehingga menciptakan perasaan tanpa harapan dan
ketidakberdayaan yang berkelanjutan. (Darmojo, 2003). Begitu pula berkaitan
dengan masalah sosial pada lansia yang merasakan ketiadaan kebersamaan
dengan anggota keluarga sehingga mereka merasa dicampakkan atau tersisih
kemudian menjadikan lansia tersebut mengurung diri dan akhirnya mengalami
isolasi sosial.

Cara mengendalikan stress yang bisa dilakukan oleh lansia dengan melakukan
istirahat yang cukup, mengungkapkan perasaan dengan teman di panti yang bisa
dipercayai, bersikap positif dalam manjalani hidup dan mendekatkan diri
3

kepada Tuhan sehingga mampu memberikan ketenangan batin, karena


melakukan ibadah salah satunya dengan mengikuti kegiatan ceramah agama.

Dalam beberapa jurnal berkaitan yang ditulis oleh Destarina, Vera dkk, 2014,
mengungkapkan bahwa spiritualitas merupakan dimensi kesejahteraan bagi
lansia serta bisa mengurangi stress dan kecemasan, mempertahankan
keberadaan diri sendiri dan tujuan hidup.

Spiritual menjadi suatu kebutuhan bagi lansia dalam memperoleh ketenangan


batin. (Dewi, 2014: 113). Apabila di usia tua penyerahan diri kepada Tuhan
tidak tampak, lansia akan mengalami rasa yang tidak berarti dalam
kehidupannya. (Dewi, 2014:114). Sulandari (2014) juga menekankan bahwa
lansia yang merasa lebih dekat dengan Tuhannya, makai ia akan cenderung
merasa lebih bahagia dalam keadan apapun yang sedang dialaminya.

Menurut Suadirman (2011), terdapat berbagai bentuk aktivitas keagaman yang


dapat dilakukan oleh seseorang, seperti: sholat 5 waktu dan sholat yang lain,
berpuasa, kegiatan yang berorientasi pada zakat, ibadah haji, mengikuti atau
mengadakan kegiatan pengajian serta membaca Al-Qur’an.

Pengajian merupakan salah satu bentuk dari aktivitas keagamaan yang


dilakukan umat Muslim. Aktivitas ini bukan merupakan hal yang wajib untuk
diikuti, tetapi kegiatan seperti ini banyak diminati oleh masyarakat. Kegiatan
pengajian sering diisi dengan mendengarkan ceramah, siraman rohani, belajr
lebih dalam tenang As-Sunnah dan Tadarus. (Alfisyah, 2009).

Dalam jurnal Keterlibatan Lansia dalam Pengajian (Sulandari dkk, 2017),


manfaat spiritual mampu memunculkan manfaat psikologi seperti perasaan
senang atau puas. Dengan mengikuti pengajian tersebut lansia juga dapat
menambah ilmu pengetahuan agama yang sebelumnya belum diketahui. Hal
tersebut juga didukung oleh pendapat Al Ghazali (dalam Jaapar & Azahari,
2011) menyatakan bahwa ilmu mengenal Allah SWT (ma’rifat Allah) adalah
kunci kebahagiaan. Selanjutnya, dalam hal sosial lansia dapat mempererat
hubungan pertemanan dan dapat berbagi pengetahuan serta kisahnya bersama
4

orang lain atau lansia lain yang ada di panti. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa manfaat sosial dapat membawa ke manfaat psikologis.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10


Januari 2020 di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru Provinsi
Kalimantan Selatan diperoleh informasi dari petugas mengatakan sebagian
besar lansia mengeluhkan tentang penyakitnya ke poli klinik. Hasil wawancara
dan observasi respon psikologis dari 10 orang lansia, didapatkan hasil 4 orang
mengalami stress ringan dan rutin mengikuti ceramah agama. 5 orang
mengalami stress sedang, 4 orang diantaranya rutin mengikuti ceramah agama
dan 1 orang tidak. 1 orang lansia yang mengalami mengalami stress berat tidak
rutin mengikuti ceramah agama yang biasanya dilaksanakan pukul 9-10 pagi
pada hari rabu dan kamis.

Karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengangkat judul penelitian
pengaruh pengajian dalam konteks ceramah agama sebagai psikoedukasi
spiritual untuk menurunkan stress pada lansia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah yang akan diangkat penelitian ini adalah “Apakah
ada pengaruh ceramah agama terhadap penurunan stress pada lansia di panti
sosial?”

1.3 Tujuan Peneltian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ceramah agama


terhadap penurunan stress pada lansia di panti sosial melalui penelusuran
literatur.
5

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmiah berupa
pemikiran dalam memperkaya dan memperluas pengetahuan khususnya
pada pengelolaan lansia dalam Keperawatan Gerontik.

1.4.2 Bagi Responden


Dapat memberikan informasi dan tambahan pengetahuan pada lansia
mengenai pengaruh kegiatan spiritual dalam bentuk ceramah agama
untuk mengurangi stress dan membantu lansia agar merasakan bahagia
yang mana sekaligus diharapkan dapat memenuhi kebutuhan spiritual
lansia untuk mendekatkan diri kepada Allah.

1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan


Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan peran
mandiri perawat, terutama keperawatan gerontik sehingga dapat
memberikan asuhan secara holistik kepada klien.

1.4.4 Bagi Peneliti


Sebagai salah satu sarana pengaplikasian ilmu pengetahuan yang telah
didapat selama masa perkuliahan di Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin dan merupakan wawasan yang dapat menambah ilmu serta
pengetahuan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan gerontik.
Dengan penelitian ini mudah-mudahan didapatkan metode yang lebih
baik dalam penatalaksanaan pada lansia yang mengalami stress.

1.5 Penelitian Terkait


Dari beberapa literatur dan sejauh pengetahuan peneliti belum ada penelitian
tentang pengaruh ceramah agama terhadap penurunan stress pada lansia,
namun ada beberapa penelitian sejenis dan terkait dengan penelitian ini,
seperti:
6

1.5.1 Taufik Rahman. 2015. Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap


Tingkat Stress pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejatera
Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian Pre-eksperimental (One group pretest-posttest design).
Jumlah sampel sebanyak 15 orang lansia dengan Teknik pengambilan
sampel Purposive sampling. Hasil penlitian mejelaskan ada pengaruh
Teknik relaksasi benson tehadap tingkat stress pada lansia. Dengan nilai
significancy 0,001 dibawah nilai α= 0,05 (ρ<0,05). Persamaan

penelitian ini ada pada variable terikatnya yaitu tingkat stress.


Perbedaan penelitian ini adalah pada variable bebas. Penelitian ini
menggunakan variable bebasnya kegiatan spiritual sedangkan
penelitian Taufik Rahman adalah terapi benson. Selain itu waktu
penelitian juga terdapat pebedaan. Pada penelitian ini waktunya adalah
tahun 2019-2020, dan pada penelitian Masniyah pada tahun 2015.

1.5.2 Masniyah. 2014. Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tingkat


Stres pada Lansia di Panti Sosial TresnaWerdha Budi Sejahtera
Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarbaru. Metode penelitian ini
menggunakan pedekaatan analitik menggunakan pendekatan Quasi
Eksprimental , populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang
mengikuti senam di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Provinsi Kalimanta Selatan di Banjarbaru. Teknik sampling yang
digunakan adalah Total Sampling dengan jumlah sampel 30 orang.
Instrumen penelitian ini menggunakan uji Wiloxon dengan α= 0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 100% mengalami penurunan


tingkat stress dan ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan
tingkat stress pada lansia. Persamaan penelitian ini ada pada variable
terikatnya yaitu tingkat stress. Perbedaan penelitian ini adalah pada
variable bebas. Penelitian ini menggunakan variable bebasnya kegiatan
spiritual sedangkan penelitian Masniyah adalah senam lansia. Selain itu
waktu penelitian juga terdapat pebedaan. Pada penelitian ini waktunya
7

adalah tahun 2019-2020, dan pada penelitian Masniyah pada tahun


2014.

1.5.3 Agus Rianty Rakhman. 2013. Hubungan Antara Kegiatan Spiritual


dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan Banjarbaru. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian Cross sectional dan menggunakan
Teknik Accidental Sampling dengan populasi 110 orang dan besar
sampel 60 orang. Responden yang diambil termasuk dalam kriteria:
beragam Islam, tidak memiliki gangguan pendengaran, tidak
mengalami gangguan jiwa, tidak dalam keadaan terminal, dapa
berkomunikasi dengan baik dan bersedia menjadi responden. Teknik
pengambilan responden adalah Non Probability Sampling dengan
Teknik Accidental Sampling. Hasil uji statistic ρ= 0,011 (ρ < 0,05)

artinya ada hubungan yang signifikan antara kegiatan spiritual dengan


kualitas hidup lansia. Persamaan penelitian ini adalah pada variable
bebas yaitu kegiatan spiritual. Perbedaan penelitian ini adalah pada
variable terikat yaitu pada penelitian ini adalah penurunan tingkat stress
seangkan di penelitian Agus Rianty Rakhman adalah kualitas hidup.
Selain itu waktu penelitian juga terdapat pebedaan. Pada penelitian ini
waktunya adalah tahun 2019-2020, dan pada penelitian Agus Rianty
Rakhman pada tahun 2013.

1.5.4 Mahrita Apriyani. 2017. Pengaruh Ceramah Agama Terhadap Motivasi


Beribadah Masyarakat Takisung. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan Mixed Methode dengan strategi Sequential Expanotory
yang populasinya bejumlah 120 orang dan ampelnya erjumlah 92 orang
yang dihitung melalui rumus slovin, dengan teknik proportionate
random sampling. Teknik pengumpulan data yang diunakan yaitu
angke, observasi, wawancara dan dokumentasi. Terdapat pengaruh
positif yang signifikan antara ceramah agama terhadap motivasi
beribadah mayarakat Takisung. Hasil uji f hitung (10,895) > f table
8

(3,94) dan nilai sig. 0,001 < 0,05 sehingga disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh antara ceramah agama terhadap motivasi beribadah
masyarakat Takisung.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Definisi Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok
umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut aging process atau proses penuaan.

Penuaan merupakan suatu proses natural, penuaan akan terjadi pada


semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami
kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua
merupakan gambaran yang universal, namun tidak seorangpun
mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia
menjadi tua pada usia yang berbeda-beda (Fatmawati dan Imron, 2017).

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).

Selanjutnya lanjut usia merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan


manusia. Pada tahap ini, lanjut usia akan mengalami perubahan-
perubahan pada kondisi fisik maupun psikis. Perubahan tersebut antara
lain perubahan kesehatan, perubahan fisik, kemampuan motorik, minat,
kemampuan mental, lingkungan, status sosial dan perubahan-perubahan
lainnya. (Santoso dan Ismail, 2009).

Dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai


usia 55 atau 60 tahun keatas yang telah mengalami kemunduran secara
fisiologis dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan

9
10

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki


kerusakan yang terjadi.

2.1.2 Batasan Umur Lansia


Menurut WHO, ada empat tahap. Usia pertengahan (midle age) berusia
45-59 tahun, lanjut usia (Elderly) berusia 60-74 tahun, lanjut usia tua
(old) berusia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) berusia diatas 90
tahun. Sedangkan menurut Depkes RI (2009) batasan umur lansia 46-55
tahun (massa lansia awal), 56-65 tahun (massa lansia akhir) dan > 65
tahun (massa manula).

2.1.3 Tipe-tipe Lansia


Dr. H. Syrifuddin Anwar SKM, dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammaiyah Aceh mengelompokkan lansia menjadi 5 tipe,
yaitu:

2.1.3.1 Tipe Konstruktif

Yaitu lansia yang tidak banyak mengalami gejolak atau


perubahan emosional dan psikisnya. Di mana lansia dalam tipe
ini berintegritas baik, dapat menikmati hidup, toleransi tinggi,
humoris, tenang dan mantap sampai sangat tua.

2.1.3.2 Tipe ketergantungan (dependent)

Di mana lansia tipe ini sangat dipengaruhi oleh kehidupan


keluarganya, tidak berambisi dan tidak berinisiatif. "Terkadang
tipe ini juga suka makan, dan suka berlibur dan dikuasai istrinya,"
ujar dosen kesehatan epidemiologi gizi usia lanjut tersebut.

2.1.3.3 Tipe defensif atau bertahan

Lansia tipe ini cenderung menolak bantuan orang lain, emosi


tidak terkontrol, selalu memegang teguh pada kebiasaan. Dan
biasanya lansia tipe ini juga cenderung ingin mempertahankan
11

kehidupannya dan takut akan ketuaan dan tak menyenangin masa


pensiun.

2.1.3.4 Tipe bermusuhan (hostility)

Yaitu lansia yang merasa orang lain menjadi penyebab


kegagalannya, selalu mengeluh dan takut mati, curiga pada yang
muda dan agresif.

2.1.3.5 Tipe membenci dan menyalahkan diri (self haters)

Yaitu suka menyalahkan diri, tidak berambisi dan terjadinya


penurunan sosioekonomi, merasa menjadi korban, sulit dibantu
sama orang lain atau cenderung membuat susah sendiri.

2.1.4 Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Azizah (2011) memaparkan bahwa semakin bertambahnya umur


manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak
pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan
fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial, dan seksual.

2.1.4.1 Perubahan Fisik

a. Sistem panca indera.

Perubahan sistem panca indera pada lansia antara lain sebagai


berikut:

1) Perubahan sistem penglihatan pada lansia erat kaitanya


dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitas dan kaku.
Otot penyangga lensa lemah, ketajaman penglihatan dan
daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang,
penggunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik
dapat digunakan.

2) Sistem pendengaran: presbiakusis (gangguan pada


pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)
12

pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi


suara atau nada – nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60
tahun.

3) Sistem integument: pada lansia kulit mengalami atrofi,


kendur, tidak elastis, kering dan kerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan bebercak.
Kekeringan kulit disebabkan atrofi glandula sabasea dan
glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada
pigmen kulit dikenal dengan liver spot. Perubahan kulit
lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara
lain angin dan matahari, terutama sinar ultraviolet.

b. Sistem Muskuloskeletal.

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain


sebagai berikut:

1) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen


sebagai pendukung utama pada kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan
menjadi bentangan yang tidak teratur. Perubahan pada
kolagen tersebut merupakan penyebab turunnya
fleksibelitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak
berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan
kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri,
jongkok dan berjalan dan hambatan dalam melakukan
kegiatan sehari-hari.

2) Kartilago; jaringan kartilago pada persendian lunak


mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi
menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk
regenerasi berkurang dan regenerasi yang terjadi
13

cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago


pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.
Perubahan sering terjadi pada sendi besar penumpu berat
badan, akibat perubahan itu sendi mengalami peradangan,
kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya
aktifitas sehari-hari.

3) Tulang; berkurangannya kepadatan tulang setelah di


observasi adalah bagian dari penuaan fisiologis. Dampak
berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan nyeri,
deformitas dan fraktur.

4) Otot; perubahan struktur pada otot pada penuaan sangat


bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,
peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak
pada otot mengakibatkan efek negatif, dampak perubahan
morfologis pada otot adalah penurunan kekuatan,
penurunan fleksibelitas, peningkatan waktu reaksi dan
penurunan kemampuan fungsional otot.

5) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti


tendon, ligamen dan fasia mengalami penurunan
elastisitas. Ligamen dan jaringan periarkular mengalami
penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi,
erosi, dan klasifikasi pada kartilago dan kapsul sendi.
Sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi
penurunan gerak sendi. Kelainan tersebut dapat
menimbulkan gangguan berupa bengkak, nyeri, kekakuan
sendi, gangguan jalan dan aktifitas keseharian lainnya.

c. Sistem Kardiovaskuler.
Masa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena
14

perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan


klasifikasi SA node dan jaringan ondksi berubah menjadi
jaringan ikat. Konsumsi O2 pada tingkat maksimal
berkurang sehingga kapasitas paru menurun.
d. Sistem Respirasi.
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas
total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah
untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang
mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago
dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernafasan
terganggu dan kemampuan perengangan toraks berkurang.
Umur tidak berhubungan dengan perubahan otot diafragma,
apabila terjadi perubahan otot diafragma, maka otot thoraks
menjadi tidak seimbang dan menyebabkan terjadinya distorsi
dinding toraks selama respirasi berlangsung.
e. Pencernaan dan Metabolisme.
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata.
Kehilangan gigi; penyebab utama adalah periodental disease
yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun., penyebab lain yang
meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
f. Sistem perkemihan.
Pada sistem perkemihan banyak fungsi yang mengalami
perubahan secara signifikan, seperti laju filtrasi, ekskresi,
dan reabsosi oleh ginjal. Hal ini akan memberikan efek dalam
pemberian obat pada lansia. Mereka menghilangkan
kemampuan untuk mengekskresi obat atau produk
metabolisme obat. Pola berkemih tidak normal, seperti
banyak berkemih di malam hari, sehingga mengharuskan
mereka pergi ke toilet sepanjang malam, hal ini menunjukan
15

bahwa inkontenensia meningkat (Ebersole dan Hess, 2001


dalam Azizah, 2011).
g. Sistem Saraf.
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan
atrofi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penuruanan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan
penurunan persepsi sensori dan respons motorik pada
susunan saraf pusat dan penurunan reseptor propioseptif, hal
ini terjadi karena susunan saraf pusat pada lansia mengalami
perubahan morfologis dan biokimia, perubahan tersebut
mengakibatkan penurunan fungsi kognitif. Menurut (Surini
dan Utomo, 2003 dikutip oleh Azizah, 2011).
h. Sistem Reproduksi.
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
manciutnya ovari dan oterus. Terjadi atrovi payudara. Pada
laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatosoa,
meskipun adanya penurunan secara beransur-ansur (watson,
2003 dalam azizah, 2011).
2.1.4.2 Perubahan Kognitif
a. Memory (Daya ingat, ingatan).
Pada lanjut usia, daya ingat (memory) merupakan salah satu
fungsi kognitif yang seringkali paling awal mengalami
penurunan. Ingatan jangka panjang (Long term memory) kurang
mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka pendek (short
term memory) atau seketika 0-10 menit memburuk.
b. IQ (Intellegent Quocient).
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi
matematika (analisis, linie, sekuensial) dan perkataan verbal,
tetapi persepsi dan daya membayangkan (fantasi) menurun.
Walaupun mengalami kontroversi, tes intelegensia kurang
16

memperhatikan adanya penurunan kecerdasan pada lansia


(Cockburn & Smith, 1991 dikutip oleh Lumbantobing, 2006).
c. Kemampuan belajar.
Menurut Brocklehurst dan Allen (1987); Darmojo & Martono
(2004), lanjut usia yang sehat dan tidak mengalami demensia
masih memiliki kemampuan belajar yang baik, bahkan di negara
industri maju didirikan University of the third age.
d. Kemampuan pemahaman (Compherension).
Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada
lansia mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh
konsentrasi dan fungsi pendengarannya lansia yang mengalami
penurunan.
e. Pemecahan masalah (Problem Solving).
Pada lanjut usia masalah-masalah yang dihadapi tentu semakin
banyak. Banyak hal yang dahulunya dengan mudah tanpa
dipecahkan menjadi terhambat karena terjadi penurunan fungsi
indera pada lanjut usia.
f. Pengambilan keputusan (Decission Making).
Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau
seolah-olah terjadi penundaan.
g. Kebijaksanaan (Wisdom).
Bijaksana (Wisdom) adalah aspek kepribadian (personality) dan
kombinasi dari aspek kognitif. Kebijaksanaan menggambarkan
sifat dan sikap individu yang mampu mempertimbangkan antara
baik dan buruk serta untung dan ruginya sehingga dapat
bertindak secara adil atau bijaksana. Menurut Kuntjoro (2002),
para lansia semakin bijaksana dalam menghadapi suatu
permasalahan.
i. Kinerja (Performance)
Pada lanjut usia memang akan terlihat penurunan kinerja baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan performance
17

yang membutuhkan kecepatan dan waktu mengalami penurunan


(Lumbantobing, 2006).
j. Motivasi.
Pada lanjut usia, motivasi baik kognitif maupun afektif untuk
mencapai/memperoleh sesuatu cukup besar, namun motivasi
tersebut seringkali kurang memperoleh dukungan kekuatan fisik
maupun psikologis, sehingga hal-hal diinginkan banyak
berhenti di tengah jalan.
2.1.4.3 Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam kehidupan
(Maslow, 1976); Stuart dan Sundeen, 1998). Lansia makin teratur
dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini dapat dilihat dalam berfikir
dan bertindak sehari-hari (Murray dan Zentner, dikutip Nugroho,
2000). Pada tahap perkembangan usia lanjut merasakan atau sadar
akan kematian (Sense of Awareness of Mortality).
2.1.4.4 Perubahan Psikososial
a. Pensiun.
Pensiun sering dikaitkan secara salah dengan kepasifan dan
pengasingan. Dalam kenyataannya, pensiun adalah tahap
kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan
peran, yang dapat menyebabkan stress psikososial. Meskipun
tujuan ideal pensiun adalah agar pada lansia dapat menikmati hari
tua atau jaminan hari tua, namun kenyataannya sering dirasakan
sebalikanya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan
harga diri.
b. Perubahan aspek kepribadian.
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Dengan
adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia mengalami
perubahan kepribadian. Menurut Kuntjoro (2002), kepribadian
18

lanjut usia dibedakan menjadi 5 tipe kepribadian yaitu tipe


kepribadian konstruktif (construction personality), mandiri
(independent personality), tipe kepribadian tergantung
(dependent personality), bermusuhan (hostile personality), tipe
kepribadian defensive, dan tipe kepribadian kritik diri (self hate
personality).
c. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat.
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,
gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional
atau bahkan kecacatan pada lansia, misalnya badannya menjadi
bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan semakin
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan.
d. Perubahan minat.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Bagaimana
sikap yang ditujukan apakah memuaskan atau tidak memuaskan,
hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan
pengalaman pribadinya.

2.2 Konsep Stress


2.2.1 Definisi Stress
Stress merupakan reaksi fisiologis dan psikologis yang terjadi jika
seseorang merasakan ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi
dengan kemampuan untuk mengatasi tuntutan tersebut. Stress dapat
dikatakan adalah gejala penyakit masa kini yang erat kaitannya dengan
adanya kemajuan pesat dan perubahan yang menuntut adaptasi seseorang
terhadap perubahan tersebut dengan sama pesatnya. Usaha, kesulitan,
hambatan, dan kegagalan dalam mengikuti derap kemajuan dan
perubahannya menimbulkan beraneka ragam keluhan (Rahman, 2016).
Menurut Legiran et al. (2015) stress merupakan suatu kondisi yang
disebabkan adanya interaksi antara sebuah individu dengan lingkungan,
sehingga membuat suatu jarak antara sesuatu yang ingin dicapai yang
19

berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan
sosial dari seseorang. Stress biasa dapat diartikan sebagai tekanan,
ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari
luar diri seseorang.

Stress dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan diantaranya adalah stress


normal, stress ringan, stress sedang, stress berat dan sangat berat. Stress
normal biasanya dapat dialami secara alamiah oleh setiap individu
(Susane L., 2017).

2.2.2 Faktor Penyebab Stress


Penyebab stress merupakan faktor yang multidimensi. Stress dapat
disebabkan oleh perubahan-perubahan negatif dalam kehidupan
misalnya kematian pasangan, menurunnya status sosial ekonomi,
penyakit fisik yang menyertai, isolasi sosial, lokasi tempat tinggal
tinggal dan spiritual. Demikian juga perubahan kedudukan, pensiun,
serta menurunnya kondisi fisik dan mental yang mengakibatkan
menurunnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti
membersihkan diri, toileting, menyiapkan makanan, juga dapat
mengakibatkan stress pada lansia. (Santoso & Tjhin 2018).

a. Faktor predisposisi

Faktor yang menjadi sumber terjadinya stress yang mempengaruhi


tipe dan sumber individu utuk menghadapi stress. Faktor ini akan
mempengaruhi seseorang dalam memberikan arti dan nilai terhadap
stress dan pengalaman stress yang dialaminya. Adapun macam-
macam faktor predisposisi meliputi hal berikut :

1) Fisik dan Biologis

Mencakup latar belakang genetik, status nutrisi, kepekaan biologis


kesehatan umum seperti penyakit yang sulit disembuhkan, cacat
fisik atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, wajah
20

yang tidak elok, dan postur tubuh yang dipersepsi tidak ideal
(seperti: terlalu kecil, kurus, pendek, atau gemuk).

2) Psikologis

Negative thinking atau berburuk sangka, frustrasi (kekecewaan


karena gagal memperoleh sesuatu yang diinginkan), hasud (iri hati
atau dendam), sikap permusuhan, perasaan cemburu, konflik
pribadi, dan keinginan yang di luar kemampuan.

3) Sosial dan Lingkungan

Seperti iklim kehidupan keluarga : hubungan antar anggota


keluarga yang tidak harmonis (broken home), perceraian, suami
atau istri selingkuh, suami atau istri meninggal, anak yang nakal
(suka melawan kepada orang tua, sering membolos dari sekolah,
mengkonsumsi minuman keras, dan menyalahgunakan obat-obatan
terlarang) sikap dan perlakuan orang tua yang keras, salah seorang
anggota mengidap gangguan jiwa dan tingkat ekonomi keluarga
yang rendah, lalu ada faktor pekerjaan : kesulitan mencari
pekerjaan, pengangguran, kena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja),
perselisihan dengan atasan, jenis pekerjaan yang tidak sesuai
dengan minat dan kemampuan dan penghasilan tidak sesuai dengan
tuntutan kebutuhan sehari-hari, kemudian yang terakhir ada iklim
lingkungan : maraknya kriminalitas (pencurian, perampokan dan
pembunuhan), tawuran antar kelompok (pelajar, mahasiswa, atau
warga masyarakat), harga kebutuhan pokok yang mahal, kurang
tersedia fasilitas air bersih yang memadai, kemarau panjang, udara
yang sangat panas atau dingin, suara bising, polusi udara,
lingkungan yang kotor (bau sampah dimana-mana), atau kondisi
perumahan yang buruk, kemacetan lalu lintas bertempat tinggal di
daerah banjir atau rentan longsor, dan kehidupan politik dan
ekonomi yang tidak stabil.
21

Lingkungan dapat menyebabkan stres pada lansia, seperti halnya


para lansia yang berada dalam panti jompo penyebab stres mereka
antara lain kangen dengan keluarga mereka karena jarang dijenguk,
tidak cocok dengan teman sepanti, dan merasa tidak dipedulikan
sanak saudara serta keluarga mereka. Namun patut diperhitungkan
bahwa lansia kadang sukar beradaptasi terhadap lingkungan
maupun suasana baru dan kadang lebih menyukai tinggal di
rumahnya sendiri. (Jefri Selo 2017)

Bagi lansia yang tinggal di Panti Werdha, kehadiran dan kunjungan


keluarga tentu saja memberi peran penting terhadap resiko stres
yang lebih kecil. Dukungan sosial dianggap penting bagi
kebahagiaan hidup para lanjut usia, sehingga di rasakan bahwa
keberadaannya masih berarti bagi keluarga dan orang lain di
sekitarnya (Asih et al., 1998 : 196).

Menurut Indriana, dkk. (2010), salah satu faktor yang dapat


menimbulkan stres pada lansia yang berada dalam lingkungan
panti adalah karena tidak memiliki keluarga, kesepian, dan isolasi
diri. Lansia yang pindah ke tempat tinggal yang baru seperti panti
wreda, terdapat kemungkinan munculnya kesulitan beradaptasi
sehingga mereka merasa stres, kehilangan kontrol atas hidupnya,
dan kehilangan identitas diri yang secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap Quality of Life (QoL) (Suaib, 2007).

b. Faktor presipitasi

Faktor ini adalah stimulus yang mengancam invidu. Waktu


merupakan dimensi yang juga mempengaruhi terjadinya stress, yaitu
berapa lama terpapar dan berapa frekuensi terjadinya stress. Adapun
faktor presipitasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut.
22

1) Kejadian yang menekan (stressfull)

Ada tiga cara mengkategorikan kejadian yang menekan kehidupan,


yaitu aktivitas sosial, ligkungan sosial dan keinginan sosial.
Aktivitas sosial meliputi keluarga, pekerjaan, pendidikan, sosial,
kesehatan dan keuangan. Lingkungan sosial adalah kejadian yang
djelaskan sebagai jalan asuk dan jalan keluar. Jalan masuk adalah
seseorang yang baru memasuki lingkungan sosial. Keinginan sosial
adalah keiginan secara umum seperti pernikahan.

2) Ketegangan hidup

Stress dapat meningkat karena kondisi kronis yang meliputi


ketegangan keluarga yang terus menerus, ketidakpuasan kerja dan
kesendirian. Beberapa ketegangan hidup yang sering terjadi adalah
perselisihan yang dihubungkan dengan perkawinan, perubahan
orang tua yang dihubungkan dengan remaja dan anak-anak,
ketegangan yang dihubungkan dengan ekonomi keluarga, serta
overload yang dihubungkan dengan peran.

2.2.3 Respon Terhadap Stress

Dalam Yusuf, dkk (2015) penilaian terhadap stressor meliputi


penentuan arti dan pemahaman terhadap pengaruh situasi yang penuh
dengan stress bagi individu. Penialaian teradap stressor meliputi respon
kognitif, afektif dan fisiologis. Penilaian dihubungkan dengan evaluasi
terhadap pentingnya suatu kejadian yang berhubungan dengan kondisi
sehat.

a. Respon kogitif

Respon kognitif memainkan peran sentral dalam adaptasi. Faktor


kognitif mencatat kejadian yang menekan, memilih pola koping
yang digunakan, serta emosional, fisilogis, perilaku dan reaksi sosial
seseorang. Penilaian kognitif merupakan jembatan psikologis antara
23

seseorang dengan lingkungannya dalam mengahadapi kerusakan


dan potensial kerusakan.

b. Respon afektif

Respon afektif adalah membangun perasaan. Dalam penilaian


terhadap stressor respon afektif utama adalah reaksi tidak spesifik
umumnya merupakakn reaksi kecemasan yang dalam hal ini
diekspresikan dalam bentuk emosi. Respon afektif meliputi sedih,
takut, marah, menerima, tidak percaya, anitispasi atau terkejut.
Emosi juga menggambarkan karakter yang berubah sebagai hasil
dari suatu kejadian.

c. Respon fisiologis

Respon fisiologis merefleksikan interaksi beberapa neuroendokrin


yang meliputi hormon prolaktin, hormone adrenokotikotropik
(ACTH), vasopressin, oksitosin, insulin, epineprin morepineprin dan
neurotransmitter lain di otak. Respon fisiologis melawan atau
menghindar (the fight-or-flight) menstimulasi divisi simpatik dari
sistem saraf otonom yang meningkatkan aktivitas kelenjar adrenal.
Sebagai tambahan, stress dapat mempengaruhi sistem imun dan
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melawan penyakit.

Pada umumnya, kita memiliki dua reaksi naluriah yang membentuk


respon terhadap stress. Kedua reaksi tersebut diantaranya adalah respon
“Fight or Flight (melawan atau lari)” dan “General Adaptation
Syndrome (sindrom adaptasi umum). Kedua reaksi tersebut dapat terjadi
dalam waktu yang bersamaan.

a. Fight or Flight Response (Respon Melawan atau Lari)

Walter Cannon mengidentifikasikan respon melawan atau lari (Fight


or Flight) pada tahun 1932. Respon ini merupakan respon dasar
kelangsungan hidup jangka pendek yang dipicu ketika mengalami
24

syok (shock) atau ketika kita melihat sesuatu yang kita rasakan
sebagai ancaman. Otak kita kemudian akan melepaskan hormon stres
yang mempersiapkan tubuh untuk “lari” dari ancaman atau
“melawan”nya. Ini akan memberikan kita kekuatan namun juga akan
mengakibatkan kita menjadi mudah tersinggung dan gelisah. Dalam
situasi seperti ini, menjaga diri tetap dalam kondisi tenang, rasional
dan terkendali adalah pendekatan yang tepat.

b. General Adaptation Syndrome (GAS) atau Sindrom Adaptasi Umum

General Adaptation Syndrome (GAS) atau Sindrom Adaptasi Umum


yang diidentifikasikan oleh Hans Selye pada tahun 1950 ini
merupakan respon terhadap paparan jangka panjang stres. Hans Selye
menemukan bahwa terdapat tiga fase yang berbeda dalam mengatasi
stres. Ketiga fase tersebut adalah sebagai berikut:

1) Fase Alarm (Alarm Phase), yaitu reaksi kita pada saat


menghadapi Stressor. Stressor adalah suatu keadaan atau
peristiwa yang tidak mengenakkan bagi seseorang.

2) Fase Resistansi (Resistance Phase), yaitu fase dimana kita


berusaha untuk beradaptasi dan mengatasi stressor. Tubuh kita
tidak dapat mempertahankan resistansi tanpa batas sehingga
sumber daya fisik dan emosional kita secara bertahap akan habis.

3) Fase Kelelahan (Exhaustion Phase), yaitu fase dimana kita


merasa lelah sehingga tubuh dan pikiran kita tidak dapat
berfungsi secara normal.
Menurut Yusuf, dkk (2015) ada beberapa reaksi stress atau respon
emosional yang umum terjadi pada saat stress, seperti:

- Ketakutan adalah reaksi emosional yang mengikut sertakan


ketidaknyamanan psikologis dan rangsangan fisik apabila kita
merasa terancam.
25

- Fobia adalah ketakukatan yang intensif dan irasional yang


dikaitkan dengan kejadian dan situasi khusus.

- Ansietas adalah perasaan ketidaknyamanan yang tidak jelas atau


samar-samar yang seringkali melibatkan ancman yang relatif
tidak jelas atau tidak spesifik.

- Kemarahan (anger), khususnya ketika seseorang menerima


sesuatu keadaan sebagai keadaan yang membahayakan.

2.2.4 Tahapan Stress

Penelitian Dr. Robert J. Van Amberg, mengemukakan tahapan tahapan


stres sebagai berikut:

2.2.4.1 Stress tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan


biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut.

a) Semangat bekerja keras

b) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana mestinya

c) Kemampuan menyelesaikan masalah lebih dari biasanya,


namun tanpa disadari energi dihabiskan disertai gugup
yang berlebihan.

2.2.4.2 Stress tahap II

Pada tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai


menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan
cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-
keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut:

a) Merasa letih sewaktu bangun pagi

b) Merasa lelah sesudah makan siang

c) Merasa lelah menjelang sore hari


26

d) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman

e) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-


debar)

f) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang

g) Tidak bisa santai

2.2.4.3 Sress tahap III

Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam pekerjaanya


tanpa menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana
diuraikan pada stres tahap II tersebut diatas, maka yang
bersangkutan akan menunjukan keluhan-keluhan yang
semakin nyata dan mengganggu, yaitu:

a) Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya


keluhan maag (gastritis), dan buang air besar tidak
teratur (diare).

b) Ketegangan otot-otot semakin terasa.

c) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional


semakin meningkat.

d) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk


mulai masuk tidur (early insomnia) atau terbangun
tengah malam dan sukar kembali tidur (middle
insomnia) atau bangun terlalu pagi dan tidak dapat
kembali tidur (late insomnia).

e) Koordinasi tubuh terganggu (badan merasa oyong dan


serasa mau pingsan).

Pada tahapan ini hendaknya seseorang sudah harus


berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi atau bisa
juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh
27

kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi


yang mengalami defisit.

2.2.4.4 Sress tahap IV

Ciri-ciri gejala stres tahap IV adalah:

a) Untuk bertahan sepanjang hari saja amat sulit.

b) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan


mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa
lebih sulit. Yang semula tanggap terhadap situasi
menjadikan kehilangan kemampuan untuk merespon
secara memadai (adequate).

c) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin


sehari-hari.

d) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang


menegangkan.

e) Sering kali menolak ajakan (negativisme) karena tiada


semangat dan gairah

f) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.

2.2.4.5 Sress tahap V

Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat


dijelaskan apa penyebabnya akan muncul pada tahap ini. Bila
keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres
tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut:

a) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam


(physical dan psychological exhaustion)

b) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-


hari yang ringan dan sederhana
28

c) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-


intestinal disorder)

d) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin


meningkat, mudah bingung dan panik.

2.2.4.6 Sress tahap VI

Tahapan ini disebut dengan tahapan klimaks karena


seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan
perasaan takut mati. Gambaran stres tahapan ini adalah
sebagai berikut:

a) Detak jantung teramat keras.

b) Susah bernafas (sesak dan megap-megap).

c) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat


bercucuran.

d) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan.

e) Pingsan atau kolaps (collapse)

2.2.5 Tanda dan Gejala Stress

Stres dapat mempengaruhi tubuh dan jiwa seseorang. Saat seseorang


mengalami stres tubuh, jiwa dan perilaku individu akan menampakkan
tanda-tanda dan gejala stres. Robbins (2009) dalam jurnal FE
Wulandari dkk (2017) menggambarkan suatu model yang dapat
menggambarkan faktorfaktor yang berpengaruh terhadap stress dan
dampak yang ditimbulkan dari adanya stress tersebut. Model ini
mengidentifikasikan tiga perangkat faktor yaitu lingkungan,
organisasional, dan individual yang menjadi sumber potensial dari
stress. Penderita yang mengalami stress dengan berbagai penyebabnya
akan menimbulkan dampak yang bersifat fisiologis, psikologis, dan
perilakunya.
29

Tanda dan gejala fisik yang muncul akibat stres adalah mudah lelah,
meningkatnya denyut jantung, insomnia, nyeri kepala, berdebar-debar,
nyeri dada, napas pendek, gangguan lambung, mual, tremor,
ekstremitas dingin, wajah terasa panas, berkeringat, sering flu,
menstruasi terganggu, otot kaku dan tegang terutama pada bagian leher,
bahu dan punggung.

Tanda dan gejala psikologis stres: kecemasan, ketegangan,


kebingungan dan mudah tersinggung, menangis tiba-tiba, perasaan
frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian), sensitif dan
hyperreactivity, phobia, menarik diri dari pergaulan, menghindari
kegiatan yang sebelumnya disenangi, dan kehilangan konsentrasi,
kehilangan spontanitas dan kreativitas serta menurunnya rasa percaya
diri.

Tanda dan gejala perilaku dari stres adalah: gelisah, selalu mondar-
mandir, menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas,
meningkatnya penggunaan minuman keras dan obatobatan, perubahan
pola makan mengarah ke obesitas, perilaku makan yang tidak normal
(kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan
secara tiba-tiba, berjudi, meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan
kriminalitas, menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan
keluarga dan teman serta kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

Pengalaman stres sangat individual. Stresor yang sama akan dinilai


berbeda oleh setiap individual. Demikian pula, gejala dan tanda-tanda
stres akan berbeda pada setiap individu.

2.2.6 Tingkat Stress

Klasifikasi stres dibagi menjadi 5 tingkatan yaitu stress normal, stres


ringan, stress sedang, stress berat dan stress sangat berat.

2.2.6.1 Stress normal


30

Stress ini merupakan bagian alamiah dari kehidupan seperti


dalam situasi kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut tidak
lulus ujian, merasakan detak jantung berdetak lebih keras
setelah beraktivitas.

2.2.6.2 Stress ringan

Stressor yng dihadapi secara teratur yang berlangusng beberapa


menit atau jam. Gejalanya antra lain bibir kering, kesulitan
bernapas (sering terengah-engah), kesulitan menelan, merasa
lemas, berkeringat berlebihan pada saat tidak beraktivitas dan
tremor pada tangan.

2.2.6.3 Stress sedang

Stres sedang terjadi lebih lama, dari beberapa jam hingga


beberapa hari. Respon dari tingkat stres ini didapat gangguan
pada lambung dan usus misalnya maag, buang air besar tidak
teratur, gangguan pola tidur, sulit untuk beristirahat, bereaksi
berlebihan terhadap situasi, mudah tersinggung, gelisah dan
tidak dapat memaklumi hal apapun.

2.2.6.4 Stress berat

Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu


sampai beberapa tahun. Gejala stress berat yaitu tidak dapat
merasakan hal positif, sedih dan tertekan, putus asa, kehilangan
minat akan segala hal serta merasa tidak berharga.

2.2.6.5 Stress sangat berat

Stress ini adalah situasi sangat kronis yang dapat terjadi dalam
beberapa bulan dan waktu yang tidak dapat ditentukan.
Gejalanya adalah seseorang tidak mempunyai motivasi lagi
untuk hidup dan cenderung pasrah. Seorang seperti ini biasanya
terindikasi mengalami depresi berat.
31

2.2.7 Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah suatu usaha lansgung dalam manajemen


stress. Ada tiga tipe mekanisme koping, yaitu sebagai berikut:

2.2.7.1 Mekanisme koping problem focus

Mekanisme ini terdri atas tugas dan usaha langsung untuk


mengatasi ancaman diri. Contoh: negosiasi, konfrontasi dan
mencari nasihat.

2.2.7.2 Mekanisme koping cognitively focus

Mekanisme ini berupa seseorang dapat mengotrol masalah dan


menetralisasinya. Contoh: perbandingan positif.

2.2.7.3 Mekanisme koping emotion focus

Pasien menyesuaikan diri terhadap distress emosional secara


tidak berlebihan. Contoh: menggunakan mekanisme pertahanan
ego seperti denial, supresi atau proyeksi.

Mekanisme koping dapat bersifat konstruktif dan destruktif. Mekanisme


koping konstruktif terjadi ketika kecemasan diperlakuan sebagai sinyal
peringatan dan individu menerima sebagai tantangan untuk
menyelesaikan masalah. Mekaisme koping destruktif menghindari
kecemasan tanpa menyelesaikan konflik.

Selain dapat dikategorikan dalam tiga tipe di atas, mekanisme koping


dapat dikategorikan sebagai task oriented reaction dan ego oriented
reaction. Task oriented reaction berorientasi dengan kesadaran secara
lansung dan tindakan. Sementara ego oriented reaction sering digunakan
untuk melinduni diri.

2.2.8 Intervensi Penanganan Stress Menurut Islam

Islam punya pandangan tersendiri mengenai cara menghilangkan


stress, yaitu:
32

2.2.8.1 Wudhu

Nabi Muhammad sallallahi wa ‘alaihi wassallam


menyarankan untuk berwudhu ketika amarah meguasai.
Siraman air dingin dapat membantu menenangkan saraf yang
tegang.

2.2.8.2 Sholat

Gerakan shalat adalah salah satu bentuk peregangan yang


baik untuk melancarkan peredaran darah dan produksi
hormon. Dengan menjaga sholat wajib dan menjalankan
sholat sunnah yang telah dianjurkan, turut memantu menjaga
ketentraman hati sehingga mampu mentasi segala
permasalahan emosional yang kita rasakan. Melalui sholat
pula kita bisa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta yang
mana tiada yang lebih baik selain menghadap kepada-Nya.

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan


sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (Q.S Al-Baqarah: 153)

2.2.8.3 Istighfar dan dzikir

Mengucapkan kalimat istighfar sama dengan sugesti diri


agar otak terngsang untuk melepaskan hrmon anti-stress.
Dzikir yang diniatkan karena Allah akan menjadi suatu
ketentraman hati.

2.2.8.4 Mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an

Mendengarkan ayat suci Al-Qur’an membantu menenagkan


pikiran yang gelisah, penuh amarah dan cenderung negatif.
33

2.2.8.5 Mengikuti Ceramah Agama

Manfaat yang diperoleh dalam mengikuti ceramah agama


adalah mendapatkan ilmu baru. Hal tersebut membuat
siapapun yang merasakan stress berusaha menjadi lebih baik
dengan menerapkan ilmu yang diperoleh di kehidupan
sehari-hari. Terkait dengan manfaat yang diperoleh oleh
orang yang mengalami stress tersebut dalam mengikuti
ceramah agama mampu membuat seseorang untuk merasa
bahagia.

2.2.9 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penanganan Stress

Menurut Taylor (1991) efektivitas koping tergantung pada keberhasilan


pemenuhan coping task. Setelah koping dapat memenuhi sebagian atau
semua fungsi tugas tersebut, maka dapat terlihat bagaimana coping
outcome yang dialami tiap individu. Beberapa coping outcome adalah
sebagai berikut:

a) Ukuran fungsi fisiologis, yaitu koping dinyatakan berhasil apabila


dapat mengurangi indikator stress seperti menurunnya tekanan
darah, detak jantung, nadi dan sistem pernapasan.

b) Apakah individu dapat kembali pada keadaan seperti sebelum ia


mengalami stress dan seberapa cepat ia dapat kembali. Koping
dinyatakan berhasil bila koping yang dilakukan dapat membawa
individu kembali pada keadaan awal seperti sebelum idividu
mengalami stress.

2.2.10 Pengukuran Tingkat Stress


Tingkatan stress ini diukur dengan menggunakan Depression Anxiety
Stress Scale 42 (DASS 42) dari Lovibond & Lovibond (1995).
Psychometric Properties of the Depression Anxiety Stress Scale 42
(DASS 42) terdiri 42 item pernyataan. DASS adalah seperangkat
skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional
34

negatif dari depresi, kecemasan dan stres. DASS 42 dibentuk tidak


hanya untuk mengukur secara konvensional mengenai status
emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk pemahaman,
pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun dari status
emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai stres.
DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu untuk
tujuan penelitian. DASS mempunyai tingkatan discrimant validity dan
mempunyai nilai reliabilitas sebesar 0,91 yang diolah berdasarkan
penilaian Cronbach’s Alpha.

Tingkatan stres pada instrumen ini berupa normal, ringan, sedang,


berat, sangat berat. Psychometric Properties of The Depression
Anxiety Stres Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item, mencakup 3
subvariabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan perilaku. Jumlah skor
dari pernyataan item tersebut, memiliki makna 0-29 (normal); 30-59
(ringan); 60-89 (sedang); 90-119 (berat); >120 (Sangat berat). Adapun
alternatif jawaban yang digunakan dan skala penilaiannya adalah
sebagai berikut:

Table 2.1 Alternatif pertanyaan

No Alternatif pertanyaan Skor


1 Tidak pernah 0
2 Kadang-kadang 1
3 Sering 2
4 Selalu 3

2.3 Konsep Ceramah Agama


2.3.1 Definisi Ceramah Agama
Ceramah dalam KBBI adalah pidato yang bertujuan memberikan nasehat
dan petunjuk-petunjuk dan pada audiensi yang bertindak sebagai
pendengar. Audiensi yang dimaksud disini adalah keseluruhan untuk
siapa saja.
35

Sedangkan menurut A.G Lugandi, ceramah agama adalah suatu


penyampaian informasi yang bersifat searah, yakni dari penceramah
kepada hadirin. Berbeda lagi menurut Abdul Kadir Munsyi, beliau
berpendapat bahwa ceramah adalah metode yang dilakukan dengan
maksud untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian,
penjelasan tentang suatu masalah dihadapan orang banyak.

Bila diperhatikan secara seksama, metode ceramah yang secara ril yang
mengarah pada hal itu dibicarakan dalam al-Qur’an tidaklah sepenuhnya
ditemukan. Akan tetapi bila merujuk kepada pendapat yang
dikemukakan oleh Abuddin Nata, bahwa metode ceramah bisa sebut
dengan “khutbah” maka hal itu akan ditemukan dalam al-Qur’an.
Abuddin Nata (2005:158) menyamakan metode ceramah dengan metode
khutbah. Menurutnya, metode ceramah termasuk cara yang paling
banyak digunakan dalam penyampaian atau mengajak orang lain
mengukuti ajaran yang telah ditentukan. Di dalam al-Qur’an kata-kata
khutbah diulang sembilan kali, dan di bawah ini yang sangat penting
mendasari kajian metode ceramah yang berasal dari kata ”khutbah”
adalah firman Allah SWT berikut:

” Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-


orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-
orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan”. (QS. Al-Furqan, 25: 63).

Firman Allah SWT di atas yang menunjuk pada metode ceramah dapat
dianalisa bahwa kata ”khatabahum” bermakna mengucapkan kata-kata.
Khatabahum berasal dari akar kata ”khataba” berbentuk fi’il madhi.
Kata ini bila dihubungkan dengan kata ”qalu salama” yang bermakna
mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan,
menggambarkan sebagai bentuk ucapan lisan yang mengandung
kebermaknaan dan itu sesuai dengan substansi metode ceramah.
36

Umumnya, ceramah diarahkan kepada suatu publik, lebih dari seorang.


Oleh sebab itu, metode ini disebut public speaking. Sifat komunikasinya
lebih banyak searah (monolog) dari pendakwah ke audiensi sekalipun
sering juga diselingi atau diakhiri dengan komunikasi dua arah (dialog)
dalam bentuk tanya jawab.

Jadi, yang dimaksud dengan ceramah agama yaitu suatu metode yang
digunakan oleh seorang penceramah dalam menyampaikan suatu pesan
kepada audien serta mengajak audien kepada jalan yang benar sesuai
dengan ajaran agama untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah
subhanahu ata’ala.

2.3.2 Jenis Ceramah Agama


2.3.2.1 Ceramah umum

Ceramah umum merupakan pesan yang tujuanya untuk


memberikan sebuah nasihat serta petunjuk-petunjuk yang
ditujukan terhadap khalayak ramai atau masyarakat luas.
Didalam ceramah umum semuanya bersifat menyeluruh,
maksudnya tak ada batasan-batasan apapun baik dari audien
yang sudah tua maupun yang masih muda. Selain itu, materinya
juga tidak ditentukan sesuai dengan acara.

2.3.2.2 Ceramah khusus

Ceramah khusus merupakan ceramah yang bertujuan untuk


memberikan nasihat dan petunjuk-petunjuk terhadap khalayak
tertentu dan bersifat khusus baik itu materinya ataupun yang
lainnya. Pada ceramah khusus ini, banyak batasan-batasan yang
dibuat contohnya materi yang menyesuaikan dengan keadaan
(Isra dan Mi’raj dan maulid nabi).

2.3.3 Metode Ceramah Agama


Metode ceramah atau muhadlarah atau pidato ini telah dipakai oleh
semua Rasull Allah dala menyampaikan ajaran Allah. Ibadah sholat
37

Jumat pun tidak sah jika tidak disertai ceramah agama, yaitu khutbah
Jumat. Adapun ceramah agama juga bisa dikukan pada PHBI (Peringatan
Hari Besar Islam); pengajian rutin di sejumlah masjid. Umumnya,
ceramah diarahkan kepada suatu publik yang lebih dari seorang. Oleh
sebab itu, metode ini disebut public speaking. Umumnya, pesan-pesan
dakwah yang disampaikan dengan ceramah bersifat ringan, informatif
dan tidak mengundang perdebatan. Dialog yang dilaukan juga terbatas
pada pertanyaan, bukan sanggahan.

Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemkiran untuk
mencapai suatu maksud. Landasan umum mengenai metode ceramah
agama adalah di dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 125, yang
berbunyi:

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
tersest dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapt petunjuk.” (Q.S An-Nahl; 125)

2.3.4 Sumber-sumber Ceramah Agama

Keseluruhan materi ceramah pada dasarnya bersumber pada dua sumber


pokok ajaran Islam, yaitu:

2.3.1.1 Al-Qur’an

Agama Islam adalah agama yang menganut ajaran kitab Allah


yaitu Al-Qur’an yang merupakan petunjuk sebagai landasan
Islam. Karena itu, sebagai materi utama berdakwah, Al-Qur’an
menjadi sumber utama dan pertama yang menjadi landasan untuk
berdakwah.
38

2.3.1.2 Hadis

Hadis merupakan sumber kedua dalam Islam. Hadis merupakan


penjelasan-penjelasan dari Nabi dalam merealisasikan kehidupan
berdasar Al-Qur’an.

2.3.5 Ceramah Agama dan Permasalahannya


Ceramah agama digunakan untuk memperbaiki suatu keadaan dengan
mengemukakan dalil dan bukti serta menyertakan pandangan orang lain
dalam masalah tersebut. Dalam ceramah ini pembicara mengemukakan
uraiannya dengan menggunakan kalimat yang tepat. Baik dalam pidato
maupun ceramah, pembicara dan pendengar sama sama berusaha untuk
mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.

Sekalipun metode ceramah adalah metode yang paling sering digunakan


dalam aktifitas dakwah namun juga merupakan suatu cara atau bentuk
penyampaian pesan kepada pendengar. Tentang apa pesan itu dapat
diterima atau tidak itu tergantung dari pedengar.

Beberapa kekurangan dan kelebihan ceramah agama antara lain:

2.3.5.1 Kekurangan ceramah agama

- Da’i atau mubaligh sukar untuk mengetahui pemahaman audien


terhadap bahan-bahan yang disampaikan.

- Metode ceramah hanyalah bersifat komunikasi searah saja,


maksudnya yan aktif hanya subjeknya saja atau mubalighnya,
sedang audiennya pasif belaka misal tidak ada waktu untuk
bertanya.

- Sukar menjajaki pola piker pendengar atau pusat penelitiannya.

- Penceramah atau da’i cenderung bersifat otoriter.

- Apabila penceramah tidak meperhatikan psikologis audien dan


teknik edukatif maupun teknik dakwah, maka ceramah dapat
39

terlantur-lantur dan membosankan. Sebalikya mubaligh atau


penceramah terlalu berlebihan berusaha menarik perhatian
pendengar atau audien dengan jalan memberikan humor terlalu
banyak, sehingga isi dan inti ceramahnya menjadi kabur dan
dangkal.

2.3.5.2 Kelebihan ceramah agama

- Dalam waktu yang relatif singkat dapat disampaikan bahan


atau materi dakwah sebanyak-banyaknya.

- Memungkinkan penceramah menggunakan pengalamnnya dan


kebijaksanaannya sehingga audien atau objek dakwah mudah
tertarik dan mudah menerimanya.

- Penceramah lebih mudah menguasai seluruh audien atau


pendengar.

- Bila diberikan dengan baik dapat menstimuler audien untuk


mempelajari materi atau isi kandungan yan diberikan.

- Metode ceramah ini lebih fleksibel artinya mudah disesuaikan


dengan siuasi dan kondisi serta waktu yang tersedia.

2.3.6 Manfaat Ceramah Agama


Rasulullah sallalahu ‘alaihi wassallam bersabada:

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu Rumah Allah membaca


Kitabullah dan saling megajarkan satu dan lainnya melainkan akan
turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dianungi rahmat, akan
dikelilingi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi
makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim, no. 2699)

“Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan


gundah gulana atau muncul dalam diri kami merasakan kesempitan
hidup, kami segera mendatangi beliau untuk meminta nasihat, maka
40

dengan hanya memandang wajah beliau, serta merta hilang semua


kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang,
tegar, yakin dan tenang” (Al-Wabilush Shayyib hal.48 Darul Hadits,
Syamilah)

“Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridha


pada penuntut ilmu.” (HR. Abu Daud, No.3641; Ibnu Majah, No.223;
At-Tirmidzi, no.2682. AlHafizh Abu Thahir)

Berikut manfaat mengikuti dan mendengarkan ceramah agama:

2.3.6.1 Meningkatkan iman dan taqwa

Ceramah yang mengandung banyak nasihat keagamaan secara


tidak langsung dapat mengoreksi amal ibadah kita, maka
dikatakan Rasulllah sallallahu a’laihi wassallam yaitu: “Adinu
nasihah, adinu nasihah, adinu nasihah” agama adalah nasihat.

2.3.6.2 Meningkatkan silaturrahim dan menambah pertemanan

Mengikuti ceramah agama kita dapat berinteraksi dengan orang


lain seperti rekan terdekat, bertemu dengan teman lama dan
menjaga hubungan mereka tetap harmonis bahkan orang yang
baru pertama kali bertemu. Dan kemudian manfaat silaturrahim
juga dapat memanjangkan umur dan menambah rezeky.

2.3.6.3 Menambah dan mengoreksi ilmu yang dimiliki

Manfaat yang diperoleh lansia dalam mengikuti ceramah agama


adalah mendapatkan ilmu baru. Hal tersebut membuat lansia
berusaha mennjadi lebih baik dengan menerapkan ilmu yang
diperoleh dikehidupan sehari-hari.

2.3.6.4 Berbagi pengetahuan


41

Manfaat yang dapat diperoleh dari ceramah agama adalah dapat


menyalurkan ilmu atau sharing kepada orang lain yang belum
mengetahuinya.

2.3.5.3 Merasa senang

Manfaat lain juga dapat mebuat merasa nyaman setelah


mendengarkan ceramah agama dan merasakan kepuasan lahir
dan batin. Selain itu juga mampu menghilangkan kesedihannya
karena lebih dapat menerima kondisi dirinya dan ketetapan
Allah. Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Al Ghazali
(dalam Jaapar & Azahari, 2011) menyatakan bahwa ilmu
mengenal Allah SWT (ma’rifat Allah) adalah kunci
kebahagiaan

2.3.7 Hubungan Ceramah Agama terhadap Penurunan Stress


Lansia memiliki kerentanan terhadap ketenangan dan kebahagian
hidupnya. Seiring bertambahnya usia, maka akan semakin bertambah
pula kecenderungan perasaan negatif untuk muncul (Candra, 2012;
Rafikasari, 2015). Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan oleh
lansia untuk meperoleh kebahagiaan tersebut, salah satunya adalah
dengan meningkatkan religiusitas. Hakim (2003) dalam jurnal
Keterlibatan Lansia dalam Pengajian oleh Santi dkk (2017)
menjelaskan bahwa perhatian seseorang akan keagamaan akan semakin
meningkat sejalan dengan betambahnya usia. Walaupun secara fisik
seorang lansia mengalami penurunan, tetapi dalam melakukan aktivitas
agama justru mengalami peningkatan. Sulandari (2014) dalam jurnal
yang sama menekankan bahwa lansia yang merasa lebih dekat dengan
Tuhannya, maka ia akan cenderung merasa lebih bahagia dalam
keadaan apapun yang sedang dialaminya. Manfaat spiritual mampu
memunculkan manfaat psikologi seperti perasaan senang atau puas.
Dengan mengikuti pengajian tersebut lansia juga dapat menambah ilmu
pengetahuan agama yang sebelumnya belum diketahui. Selanjutnya,
42

dalam hal sosial lansia dapat mempererat hubungan pertemanan dan


dapat berbagi pengetahuan serta kisahnya bersama orang lain atau
lansia lain yang ada di panti

2.4 Kerangka Teori


Skema 1. Kerangka Teori

2.5 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian (conceptual framework) adalah model
pendahuluan dari sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi dari
hubungan variabel-variabel yang diteliti. Kerangka konsep dibuat berdasarkan
literatur dan teori yang sudah ada. Tujuan dari kerangka konsep adalah untuk
43

mensintesa dan membimbing atau mengarahkan penlitian, serta panduan untuk


analisis dan intervensi. Fungsi kritis dari kerangka konsep adalah
menggambarkan hubungan antara variabel dan konsep yang diteliti. (Shi dalam
Swarjana, 2012). Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan dalam
skema:

Skema 2. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Ceramah Agama Tingkat stress

2.6 Hipotesis Penelitian


Adapun hipotesis yang akan diajukan adalah ada pengaruh ceramah agama
terhadap penurunan stress pada lansia di panti sosial.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan studi literatur. Digunakannya metode ini
karena ingin mengetahui apakah ada pengaruh ceramah agama terhadap
penurunan stress pada lansia di panti sosial dengan membandingkan dan
menganalisa beberapa jurnal dan penelitian terkait dimana penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh ceramah agama terhadap penurunan
stress pada lansia.

3.2 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter
yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran
merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya
(Hidayat, 2014). Definisi operasional penelitian ini terdapat pada tabel di
bawah ini:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Kategori Skala


Operasional
Independen : Metode untuk Ceramah - - -
Ceramah menyampaika agama
Agama n pesan dilakukan
dakwah yang sebanyak 2
isi pesannya kali dalam
bersumber seminggu
dari Al- dengan
Qur’an dan durasi waktu
Sunnah 1x90 menit
setiap
pertemuan
Dependen : Suatu kondisi Respon Wawancara Normal = Ordinal
Tingkat yang tidak emosi menggunak 0-14
Stress menyenangka psikolois an DASS

44
45

n dimana seperti (Depresion Stres ringan


manusia perasaan and Stress = 15-18
melihat tidak sabar, Scale) yang Stress
adanya kesal, marah terdiri dari sedang =
tuntutan dan gelisah. 14 19-25
dalam suatu pertanyaan Stress berat
situasi tentang = 26-23
sebagai beban stress Stress
atau diluar dengan sangat berat
batas rentang = 34+
kemampuan pilihan
mereka yang jawaban:
diukur dengan 0=tidak
kuisioner pernah
untuk menilai 1=kadang-
gejala yang kadang
dialami 2=sering
individu. 3=sangat
sering

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi,
populasi tidak hanya terbatas pada orang, tetapi juga benda-benda alam
yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau
subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat
yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut (Sugiono, 2004 dalam
Hidayat, 2014).
Tabel. 3.2 Populasi
No. Judul Jurnal Populasi Jumlah
Populasi
Effects of Islamic Seluruh mahasiswa Tidak
1 Spiritual Mindfulness keperawatan yang disebutkan di
on Stress among mengerjakan tesis dan dalam jurnal
Nursing Students beragama Islam
Murottal Therapy Seluruh lansia yang ada Tidak
2 Affects on Stress di BPSTW Yogyakarta disebutkan di
Aspects in The Elderly Budi Luhur Unit dalam jurnal
at BPSTW Yogyakarta Kasongan Bantul yang
mengalami stress
46

Budi Luhur Unit


Kasongan Bantul
Pengaruh Terapi Seluruh lansia di Panti 48 orang
3 Meditasi (Dzikir) Werdha Mojopahit
terhadap Tingkat Stres Mojokerto yang
pada Lansia mengalami stress.
Penerapan Wudhu Seluruh lansia yang 72 orang
4 sebagai Hydro beragama Islam di UPT
Therapy terhadap PSLU Blitar
Tingkat Stress pada Tulungagung
Lansia UPT PSLU
Blitar Di Tulungagung
Pengaruh 96 orang
5 Mendengarkan Terapy Lansia di PSTW Nirwana
Shalawat Terhadap Puri.
Penurunan Stress pada
Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha
Nirwana Puri
Samarinda
Tidak
6 Salat Tahajud Seluruh mahasiswa disebutkan di
Berpengaruh terhadap fisioterapi Ilmu dan dalam jurnal
Penurunan Stres Teknologi Poltekkes
Mahasiswa Kemenkes Jakarta
Efektivitas Membaca Siswa kelas XI SMA N 1 Tidak
7 Al-Qur’an Untuk Kebumen disebutkan di
Menurunkan Stres dalam jurnal
Akademik Pada Siswa
Kelas Xi Sma Negeri
1 Kebumen

3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling


Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2014). Sampling
merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian
dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel mewakili keseluruhan
populasi yang ada.
Tabel. 3.3 Sampel dan Teknik Sampling
No. Judul Jurnal Jumlah Sampel Teknik Sampling
Effects of Islamic Sampel ada 36 Purposive
1 Spiritual Mindfulness on mahasiswa Sampling
Stress among Nursing keperawatan yang
Students mengerjakan tesis.
47

Sampel dibagi
menjadi dua
kelompok, yaitu
kelompok
eksperimen yang
menerima
intervensi dari
perhatian spiritual
Islam (n = 18), dan
kelompok kontrol
yang tidak
menerima
intervensi (n = 18).
Murottal Therapy Affects Sampel penelitian Tidak
2 on Stress Aspects in The ini berjumlah 21 dicantumkan di
Elderly at BPSTW orang. dalam jurnal
Yogyakarta Budi Luhur
Unit Kasongan Bantul
Pengaruh Terapi Sampel yang Purposive
3 Meditasi (Dzikir) digunakan dalam Sampling
terhadap Tingkat Stres penelitian ini
pada Lansia adalah 20 orang
Penerapan Wudhu Jumlah sampel 44 Purposive
4 sebagai Hydro Therapy orang Sampling
terhadap Tingkat Stress
pada Lansia UPT PSLU
Blitar Di Tulungagung
Pengaruh Mendengarkan Sampel penelitian Purposive
5 Terapy Shalawat berjumlah 16 Sampling
Terhadap Penurunan orang
Stress pada Lansia di
Panti Sosial Tresna
Werdha Nirwana Puri
Samarinda
Salat Tahajud Sampel dalam Purposive
6 Berpengaruh terhadap penelitian ini sampling
Penurunan Stres berjumlah 30
Mahasiswa orang dengan 15
orang mahasiswa
kelompok
eksperimen dan 15
orang mahasiswa
kelompok kontrol
Efektivitas Membaca Purposive
7 Al-Qur’an Untuk Subjek penelitian sampling
Menurunkan Stres ini adalah siswa
Akademik Pada Siswa kelas XI SMA
Kelas Xi Sma Negeri 1 Negeri 1 Kebumen
Kebumen yang berjumlah 20
orang, yang dibagi
48

menjadi 10 orang
kelompok
eksperimen dan 10
orang kelompok
control

3.4 Waktu Penelitian


Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2020.

Tabel 3.4 Waktu Penelitian

No Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul


Memilih dan mengajukan
1
judul
2 Studi pendahuluan
3 Menyusun proposal
4 Seminar proposal
5 Revisi proposal
6 Prosedur etik
7 Pelaksanaan penelelitian
8 Penyusunan laporan
9 Seminar skripsi
10 Revisi skripsi

11 Pengumpulan naskah skripsi

3.5 Teknik Pengambilan Data

Tabel 3.5 Analisis PICOT


No. Judul dan Alamat Jurnal Analisis PICOT
1 Effects of Islamic Spiritual People/population:
Mindfulness on Stress 36 orang mahasiswa beragama Islam yang
among Nursing Students mengalami stress dalam mengerjakan tesis.
Problem:
https://ejournal.undip.ac.id/ Stress yang dirasakan mahasiswa dalam
index.php/medianers/articl mengerjakan tesis.
e/view/22253 Intervention:
Islamic mindfulness atau perhatian spiritual
Islam.
49

Comparation:
Effect of Mindfulness – Based Stress
Reduction on Depression in Adolescents
and Young Adults : A Systematic Review
and Meta-Analysis
Outcome:
Penelitian ini menunjukkan bahwa efek
terapi mindfulness spiritual Islam atau
perhatian Islam dapat mengurangi stres di
kalangan mahasiswa keperawatan yang
mengerjakan tesis.
Time:
Juni 2019
2 Murottal Therapy Affects People/population:
on Stress Aspects in The Seluruh lansia yang ada di BPSTW
Elderly at BPSTW Yogyakarta Budi Luhur Unit Kasongan
Yogyakarta Budi Luhur Bantul yang mengalami stress.
Unit Kasongan Bantul Problem :
Stress yang dirasakan lansia.
http://prosiding.respati.ac.i Intervention :
d/index.php/PIC/article/vie Mendengarkan murottal
w/76 Comparation :
Effect of Music Intervention on Stress-
Related outcomes : A Meta-analysis
Outcome :
terapi Murottal mempengaruhi stress secara
keseluruhan
Time :
Juli 2019
3 Pengaruh Terapi Meditasi People/population:
(Dzikir) terhadap Tingkat Seluruh lansia di Panti Werdha Mojopahit
Stres pada Lansia Mojokerto yang mengalami stress yang
berjumlah 48 orang.
https://www.ejournal.unuja Problem :
.ac.id/index.php/jkp/article/ Stress yang dirasakan lansia.
view/502 Intervention :
Terapi meditasi dzikir
Comparation :
Pengaruh Terapi Relaksasi Spiritual
terhadap Tingkat Stres Pasien Gagal Ginjal
Kronis yang Menjalani Hemodialisis
Outcome :
Terdapat pengaruh pelakasanaan terapi
meditasi (dzikir) terhadap tingkat stres pada
lansia di Panti Werdha Mojopahit
Mojokerto.
Time :
Februari 2019
4 Penerapan Wudhu sebagai People/population:
Hydro Therapy terhadap
50

Tingkat Stress pada Lansia Populasinya adalah lansia yang beragama


UPT PSLU Blitar Di islam di UPT PSLU Blitar di Tulungagung
Tulungagung dengan sampel sebanyak 44 responden.
Problem :
https://thejnp.org/index.ph Stress yang dirasakan lansia
p/jnp/article/view/19 Intervention :
Penerapan wudhu sebagai hydro theraphy
Comparation :
Pengaruh Wudhu dalam Mengatasi
Kecemasan : Studi Kasus Penelitian Siswa
SMAN 1 Cimanggung Kabupaten
Sumedang yang akan Menghadapi Ujian
Nasional
Outcome :
Setelah di berikan perlakuan wudhu
menunjukkan terjadinya penurunan tingkat
stres kepada 41 responden
Time :
Oktober 2017
5 Pengaruh Mendengarkan People/population:
Terapy Shalawat Terhadap Seluruh lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Penurunan Stress pada Nirwana Puri Samarinda sejumlah 96 orang.
Lansia di Panti Sosial Problem :
Tresna Werdha Nirwana Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Puri Samarinda Nirwana Puri Samarinda yang merasakan
stress.
Intervention :
http://journals.umkt.ac.id Menedengarkan terapi shalawat
/index.php/bsr/article/vie Comparation :
Pengaruh Pemberian Terapi Musik Religion
w/419/437
terhadap Penurunan Tingkat Stres pada
Lansia di Panti Werda Jambangan Kota
Surabaya
Outcome :
Pengaruh Shalawat secara signifikan pada
penurunan tingkat stress lansia.
Time :
2020
6 Salat Tahajud Berpengaruh People/population:
terhadap Penurunan Stres 30 orang mahasiswa fisioterapi yang
Mahasiswa mebgalami stress
Problem :
http://ejurnal.poltekkesjaka Stress yang dirasakan mahasiswa
rta3.ac.id/index.php/jitek/ar Intervention :
ticle/view/36 Sholat tahajjud
Comparation :
Pengaruh Sholat Tahajjud terhadap Depesi
Para Santri di Pesantren An-Nur 2
Bululawang Malang
Outcome :
51

Adanya pengaruh sholat tahajjud terhadap


penurunan stress pada mahasiswa
fisioterapi
Time :
September 2018
7 Efektivitas Membaca Al- People/population:
Qur’an Untuk Menurunkan Siswa kelas XI SMA N 1 Kebumen yang
Stres Akademik Pada berjumlah 20 orang sebagai sampel
Siswa Kelas Xi Sma Problem:
Negeri 1 Kebumen Stress akademik yang dirasakan siswa kelas
XI
https://journal.unnes.ac.id/ Intervention:
nju/index.php/INTUISI/arti Membaca Al-Qur’an
cle/viewFile/17386/8652 Comparation:
Pengaruh Mendengarkan Murottal Al-
Qur’an terhadap Stres dalam Menyusun
Skripsi pada Mahaiswa S1 Keperawatan
Semester VII di Universitas
Muhammadiyah Kalmantan Timur Tahun
2018
Outcome:
Membaca Al-Qur’an efektif untuk
menurunkan stress akademik pada siswa
kelas XI
Time:
Maret 2018

3.6 Etika Penelitian


Penelitian ini telah diuji etik pada bulan Maret 2020 di Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin dengan nomor sertifikat etik
042/UMB/KE/III/2020.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelusuran Jurnal


4.1.1 Jurnal Pertama
Judul jurnal : Effects of Islamic Spiritual Mindfulness on Stress
among Nursing Students
Penulis : Badrul Munif, Sri Poeranto, Yulian Wiji Utami (2019)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek terapi
mindfulness spiritual Islam untuk mengurangi stres di antara mahasiswa
keperawatan yang mengerjakan tesis. Penelitian ini menggunakan desain
quasi-eksperimental pra-post dengan kelompok kontrol. Sampel ada 36
mahasiswa keperawatan yang mengerjakan tesis. Sampel dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang menerima intervensi
dari perhatian spiritual Islam (n = 18), dan kelompok kontrol yang tidak
menerima intervensi (n = 18). Metode purposive sampling digunakan
untuk merekrut sampel. Kriteria inklusi adalah mahasiswa keperawatan
tahun terakhir yang mengerjakan tugas tesis dan mengalami stres.
Kriteria eksklusi adalah mahasiswa keperawatan tahun terakhir
mengalami stres dalam penyelesaian tesis yang memiliki terapi dan
manajemen stres lainnya mengalami gangguan mental-emosional lebih
lanjut seperti kecemasan dan depresi. Pengukuran stress menggunakan
skala DASS-42.
Intervensi dalam penelitian ini adalah perhatian spiritual Islam yang
diberikan dalam Bahasa Indonesia lima sesi selama lima hari dengan
durasi masing-masing 20 menit. Di setiap sesi, para peserta melakukan
kegiatan berikut: (1) meningkatkan keinginan untuk mengembangkan
energi spiritual dan semangat ibadah, (2) menganalisis masalah untuk
introspeksi, (3) berkembang penuh kesadaran akan kesalahan, (4)
merasakan respons hati, (5) dzikir, (6) penerimaan, dan (7) relaksasi.

52
53

Penelitian ini menunjukkan bahwa perhatian Islam dapat mengurangi


stres di kalangan mahasiswa. Hasil ini sesuai dengan pendapat Lazaridou
dan Pentaris (2016) yang mengatakan bahwa terapi perhatian yang
dilakukan dengan meningkatkan nilai-nilai spiritual sangat efektif,
karena perhatian berkaitan erat dengan kerohanian, dan keduanya
memiliki hubungan yang kuat intervensi berbasis kesadaran ini berasal
dari tradisi spiritual timur, khususnya Buddhisme (Thomas, Raynor, &
Bakker, 2016). Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian Sadipun,
Dwidiyanti, dan Andriany (2018) yang melaporkan hal itu intervensi
kesadaran berbasis spiritual memiliki efek signifikan pada peningkatan
emosi kontrol pasien dewasa dengan TB paru, di samping pengurangan
stres yang efektif. Studi lain juga menemukan bahwa mengendalikan
amarah dan menenangkan hati penderita skizofrenia klien melalui
perhatian spiritual dapat berkurang dengan risiko perilaku kekerasan
(Sari & Dwidiyanti, 2014).
Intervensi berbasis kesadaran, selain secara efektif menurunkan stres
spiritual, juga terbukti efektif dalam mengendalikan amarah dan
kepastian bagi klien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan (Sari
& Dwidiyanti, 2014). Spiritual Islam terbukti efektif memberi pengaruh
pada pencegahan depresi dan psikologis lainnya gangguan. Terapi
spiritual bertujuan membangun rasa penerimaan diri sehingga klien tidak
merasa tertekan lagi. Bahkan jika tidak, klien akan dapat
mengekspresikannya perasaan untuk hidup dan kesehatan mental yang
lebih baik. Pendekatan spiritual memainkan peran penting dalam
mengekspresikan perasaan dan memberikan kenyamanan bagi klien.
Penerimaan niat buruk mendorong klien individu untuk menjadi lebih
dekat dengan Tuhan dan menerima penyakit sebagai percobaan Tuhan.
Dalam terapi spiritual Islam, hati dan pikiran sebagai sasaran terapi di
Indonesia berurusan dengan berbagai penyakit psikologis (Mardiyono et
al., 2011; Razak et al., 2013).
54

Kesimpulannya, ada perbedaan dalam skor rata-rata tingkat stres antara


kelompok yang menerima perhatian spiritual Islam, dan kelompok yang
tidak menerima perlakuan seperti itu. Kelompok eksperimen yang
menerima perhatian spiritual Islam menunjukkan penurunan yang lebih
tinggi tingkat stres daripada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil,
direkomendasikan bahwa perawat menerapkan terapi kesadaran spiritual
Islam sebagai salah satu intervensi psikoterapi memberikan perawatan
pertama kepada klien yang mengalami stres. Perawat dapat bekerja
dengan lembaga pendidikan untuk membuka peluang untuk memberikan
intervensi psikoterapi berurusan dengan siswa yang mengalami stres
karena beban akademik.
4.1.2 Jurnal Kedua
Judul jurnal : Murottal Therapy Affects on Stress Aspects in The
Elderly at BPSTW Yogyakarta Budi Luhur Unit
Kasongan Bantul
Penulis : Endang Nurul Syafitri (2019)
Penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan Quasy Experiment
dengan pre dan posttest tanpa kontrol. Dalam penelitian ini responden
diberikan intervensi dalam bentuk terapi murottal sekali sehari selama 15
menit dalam rentang 10 hari. Penelitian ini dilakukan di BPSTW Unit
Budi Luhur Yogyakarta, Kasongan Bantul. Sampel penelitian ini
berjumlah 21 orang. Instrumen yang digunakan dalam data
pengumpulannya adalah Stress DASS (Depression Anxiety and Stress
Scale) dengan 42 kuesioner yang terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek fisik,
psikologis dan perilaku. Data itu dianalisis dengan uji Wilcoxon.
Intervensi adalah terapi murottal dengan menggunakan terapi murottal
SOP oleh mendengarkan murottal Al-Qur'an surah Ar Rahman dengan
media sistem suara, rekaman Mp3 dalam laptop yang mengandung
murottal dalam waktu 15 menit sekali sehari selama 10 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi Murottal mempengaruhi
stres secara keseluruhan. Hasil uji statistik menggunakan uji Wilcoxon
55

diperoleh nilai p 0,000 untuk total stres, aspek fisik dan perilaku, karena
nilai p kurang dari 0,05 berarti ada penurunan skor stres yang signifikan
pada responden yang telah diberi terapi. Jadi studi ini menunjukkan
bahwa itu terbukti secara signifikan dalam skor stres setelah terapi
murottal pada lansia di BPSTW Yogyakarta, Unit Budi Luhur, Kasongan
Bantul.
4.1.3 Jurnal Ketiga
Judul jurnal : Pengaruh Terapi Meditasi (Dzikir) terhadap Tingkat
Stres pada Lansia
Penulis : Suci Sutioningsih, Sri Suniawati, Suhuda
Hamsanikeda (2019)
Penelitian ini menggunakan penelitian pra eksperimen pra-pascatest
dalam satu kelompok (OneGroup Pra-test-postttest Desain). Ciri dari
penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi
sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah
intervensi dengan jumlah populasi 48 Orang. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 20 Orang, peneliti menggunakan teknik
purposive sampling dalam penentuan sampel, dimana didalam penentuan
sampel peneliti memeliki beberapa kriteria yang telah ditetapkan peneliti.
Tempat penelitian di panti werdha Mojopahit Mojokerto.
Hasil penelitian tingkat stres pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan
terapi meditasi :

Kategori Pretest (%) Posttest (%)


Tinggi 0 0 0 0
Sedang 9 45 2 10
Rendah 11 55 18 90
Std. Deviasi 0,510 0,308
Sig. < 0,05

Hasil perhitungan statistik menggunakan uji t melalui program windows


SPSS for release 16.0 diperoleh hasil ρ = 0,015 < 0,05 yang berarti H1
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nilai
56

tingkat stres pada lansia antara sebelum dan sesudah pelaksanaan terapi
meditasi. Jadi, terdapat pengaruh pelakasanaan terapi meditasi (dzikir)
terhadap tingkat stres pada lansia di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.
Menurut shafi’i (2008) yang dikutip oleh Hoiron bahwa, meditasi itu
sendiri jika dilaksanakan secara rutin maka akan menyebabkan terjadi
perubahan rata-rata denyut jantung sebesar 25% sementara itu pada
tingkat stres akan terjadi penurunan rata-rata 5-10% tingkat stres setelah
bermeditasi. Terlihat dari penurunan tingkat stres lansia yang signifikan.
Dari penelitian ini terbukti bahwa terdapat penurunan tingkat stres pada
lansia yang berarti ada pengaruh terhadap tingkat stres lansia antara
sebelum dan sesudah pelaksanaan terapi meditasi (dzikir). Dan
perbedaan-perbedaan itu disebabkan oleh berbagai faktor internal
maupun eksternal dari lansia itu sendiri. Faktor internal antara lain
keadaan kesehatan lansia, masalah pribadi, dll. Sedangkan faktor
eksternal bisa berasal dari lingkungan lansia itu sendiri atau dari orang
lain yang mempengaruhi. Dari sini terlihat faktor agama dan kesehatan
adalah faktor yang dominan yang mempengaruhi keefektifan
pelaksanaan terapi meditasi (dzikir). Karena dari segi agama, tidak semua
lansia bisa berdzikir secara lancar, sedangkan dari faktor kesehatan ada
sebagian lansia yang mudah kram, atau tidak bisa duduk bersila, dan
mengeluh pusing.
4.1.4 Jurnal Keempat
Judul jurnal : Penerapan Wudhu sebagai Hydro Therapy terhadap
Tingkat Stress pada Lansia UPT PSLU Blitar Di
Tulungagung
Penulis : Dhita Kurnia Sari, Muhamad Wahyu Mahardhyka
(2017)
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre Exsperimental Design
dengan metode rancangan penelitian One Group Pretest-Posttest design.
Populasinya adalah lansia yang beragama islam di UPT PSLU Blitar di
Tulungagung dengan sampel sebanyak 44 responden di ambil dengan
57

teknik purposive sampling. Variabel independen dalam penelitian ini


adalah pemberian terapi wudhu sedangkan variabel dependennya adalah
tingkat stres. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antar variabel di
gunakan uji wilcoxon.
Berikut tingkat stress sebelum dan sesudah diberikan intervensi :
Pretest Posttest
Tingkat stress
∑N ∑% ∑N ∑%
Normal 0 0 17 39
Ringan 6 14 14 32
Sedang 12 27 10 23
Berat 15 34 2 4
Sangat Berat 11 25 1 2
Total 44 100 44 100

Sebelum di berikan perlakuan wudhu 44 responden atau 100% responden


mengalami stres dengan kriteria ringan, sedang, berat dan sangat berat.
Sedangkan sesudah di berikan perlakuan wudhu sebanyak 41 responden
atau 93 % responden mengalami penurunan tingkat stres. Hasil uji
statistik pada tabel 4.11 menunjukkan bahwa p value<α atau 0,000<0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan antara tingkat
stres sebelum dan sesudah diberikan perlakuan wudhu. Pemberian terapi
wudhu pada lansia dapat mempengaruhi tingkat stres pada lansia
tersebut. Dari 44 responden setelah di berikan perlakuan wudhu
menunjukkan terjadinya penurunan tingkat stres kepada 41 responden.
Hal tersebut disebakan karena lansia tersebut mau mengikuti arahan yang
di sampaikan oleh peneliti untuk melakukan wudhu 8 kali sehari dalam
waktu 1 minggu secara teratur. Sementara 3 responden lain tidak
mengalami penurunan maupun peningkatan tingkat stres. Hal tersebut di
sebabkan karena 3 responden tersebut memiliki masalah berat pada
keluarga dan lingkungannya hingga menyebabkan kurang fokus terhadap
arahan dari penliti. Salah satu responden tersebut mengatakan bahwa dia
di telantarkan oleh keluarganya hingga menyebabkan dia tinggal di panti
tersebut. Keluarga dari responden tersebut juga tidak pernah menjenguk
58

responden tersebut. Di sisi lain responden tersebut tidak nyaman dengan


suasana lingkungan tempat tinggalnya. Hal tersebut yang menjadi alasan
lansia mengapa ketika peneliti melakukan penelitian tingkat stres pada
lansia tersebut tidak mengalami penurunan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof Leopold Werner Von
Ehrenfels, Dia mengatakan bahwa pusat-pusat syaraf yang paling peka
dari tubuh manusia ternyata berada di sebelah dahi, tangan dan kaki.
Pusat-pusat syaraf tersebut sangat sensitif terhadap air segar. Jika bagian-
bagian tersebut terbasuh air, maka akan tercipta kesegaran yang
mencapai pusat saraf. Ketika seseorang melakukan wudhu pasti akan
membasuh ketiga bagian tubuh tersebut. Hal ini akan menyebabkan
terjaganya kesehatan dan kebugaran tubuh hingga seseorang tersebut
tidak mudah mengalami stres (Syarif Hidayatullah, 2014).
Ketika seseorang mengalami stres, hormon kortisol dalam tubuh akan
meningkat. Dengan melakukan wudhu yang baik dan benar akan
menstimulasi hormon endorfen dalam tubuh. Hormon endorfen
merupakan hormon yang membuat manusia menjadi rileks dan bahagia.
Ketika fikiran dan tubuh kita terasa rileks maka jumlah hormon endorfin
dalam tubuh kita akan meningkat. Di sisi lain hormon kortisol atau
hormon yang menyebabkan stres dalam tubuh akan menurun.
Untuk itu sangat di anjurkan bagi lansia untuk melakukan wudhu secara
teratur. Dari uraian teori di atas dapat di ketahui bahwa sebenarnya lansia
mampu untuk mengurangi tingkat stresnya, yaitu dengan melakukan
wudhu secara benar dan teratur. Dengan teratur melakukan wudhu
kedepannya di harapkan lansia mampu untuk mengontrol tingkat
stresnya secara mandiri.
Berdasarkan tabel uji statistik wilcoxon menggunakan program SPSS
dengan α=0,05, didapatkan nilai p value=0,000 sehingga 0,000<0,05.
Dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti ada pengaruh antara
Penerapan Wudhu Sebagai Hydro Therapy Terhadap Tingkat Stres Pada
Lansia UPT PSLU Blitar di Tulungagung.
59

4.1.5 Jurnal Kelima


Judul jurnal : Pengaruh Mendengarkan Terapy Shalawat Terhadap
Penurunan Stress pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Nirwana Puri Samarinda
Penulis : Sudirman, Nida Amalia (2020)
Jenis dan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
Metode yang digunakan adalah group prestest-post-test design, desain ini
digunakan untuk menguji efek suatu perlakuan terhadap variable
dependen. Pengujian dilakukan dengan membandingkan hasil pretest dan
posttest variable dependent pada kelompok eksperimen. Jumlah populasi
penelitian ini terdapat 96 orang lansia diantaranya 54 orang laki-laki 42
orang perempuan terbagi atas 15 wisma. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lansia di panti sosial tresna werdha nirwana puri
Samarinda dengan jumlah 16 lansia yang mengalami strees hal ini sesuai
dengan jumlah sampel menurut Sugiyono dimana pada penelitian
eksperimen sederhana maka jumlah anggota sampel antara 10 sampai 20
sampel. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan untuk
mengidentifikasi tingkat stress akademik adalah Skala Depression
Anxiety and Stress Scale 42 (DASS 42). DASS berisi 14 item untuk
setiap skala, Skor depresi, kecemasan, dan stres dihitung dengan melihat
jumlah skoruntuk item yang cocok. Item skala stres adalah 1, 6, 8, 11, 12,
14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39 dari 42 item. Uji statistik dalam
penelitian ini adalah uji hipotesis menggunakan program SPSS 24.0
Paired Sample T Test pada nilai pre test – post test eksperimen dengan
taraf signifikan 5%. Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
rata nilai sebelum treatment (pre-test) dengan rata nilai setelah
diberikannya treatment (post-test) dengan mendengarkan Shalawat.

Dapat disimpulkan hasil uji asumsi normalitas sebaran terhadap variable


stress pada lansia perhitungan pre test menghasilkan nilai p = 0,071 ( p >
60

0,050), Berdasarkan kaidah hasil sebaran butir-butir variable stress


menunjukan pada pre test adalah normal. Kemudian pada hasil uji asumsi
diperoleh normalitas skala stress pada post test menghasilkan nilai p =
0,432 (p > 0,050), berdasarkan kaidah hasil sebaran butir butir variable
stress menunjukan pada post test adalah normal. Hasil uji paired sample
t test pada skala stress untuk mengetahui tingkat stress sebelum dan
setelah diberikan Shalawat, maka didapatkan hasil nilai p = 0,000
(<0,050) maka terdapat perbedaan yang sangat signifikan. Hipotesis Ha
diterima dengan terdapat perbedaan yang signifikan antara pre test dan
post test yang diberikan kepada lansia setelah mendengarkan shalawat di
panti sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada pengaruh Shalawat secara


signifikan pada penurunan tingkat stress lansia. Sejalan dengan
penelitian oleh soliman dan muhamed bahwa mendengar sholawat
dengan suasana tenang dapat menurunkan respon fisiologis dengan jalan
mengurangi rangsangan saraf otonom yang menghasilkan efek relaksasi.
Daniel X. freedman menyatakan bahwa ada 2 lembaga yang berperan
penting terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia yoitu profesi
kedokteran jiwa di satu pihak dan lembaga agama. Shalawat juga
memberikan dampak positif bagi individu dalam situasi cemas. Hal ini di
dukung penelitian oleh fuadah bahwa dzikir dapat menghasilkan
ketenangan fisik dan mental dalam menurunkan kecemasan saat
menghadapi ujian nasional.

4.1.6 Jurnal Keenam


Judul jurnal : Salat Tahajud Berpengaruh terhadap Penurunan Stres
Mahasiswa
Penulis : Azis Ritonga, Bilqis Azizah (2018)
Penelitian menggunakan pendekatan quasi eksperimental dengan
rancangan pre and post test two group design untuk membutkikan
pengaruh salat tahajud terhadap penurunan stres pada mahasiswa
61

tingkat 2 di Poltekkes Kemenkes Jakarta III Jurusan Fisioterapi


(Sugiyono, 2003). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling. Penelitian ini akan dilaksanakan di Kampus Poltekkes
Kemenkes Jakarta III Jurusan Fisioterapi bulan April sampai dengan Mei
2018. Sampel terdiri dari 15 mahasiswa kelompok eksperimental dan 15
mahasiswa kelompok kontrol yaitu mahasiswa tingkat 2 Poltekkes
Kemenkes Jakarta III Jurusan Fisioterapi. Intervensi yang diberikan
adalah Salat Tahajud dan nilai stres diukur dengan menggunakan
kuesioner DASS-42 (Depression, Anxiety, Stress Scale 42). Untuk
membandingkan perbedaan stres antara kelompok kontrol dan perlakuan
digunakan uji independent t test setelah dilakukan uji uji normalitas.
Hasil penelitian menunjukan, pada kelompok eksperimental terjadi
penurunan sress dari 17,2 menjadi 6,47 setelah Tahajud. Sedangkan pada
kelompok kontrol terjadi peningkatan rata-rata stres dari 13,0 menjadi
16,4. Hasil uji statistic dengan t-test independen menunjukkan ada
perbedaan rata-rata stress antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol. Sehingga disimpulkan bahwa Tahajud efektif untuk menurunkan
stress mahasiswa.
4.1.7 Jurnal Ketujuh
Judul jurnal : Efektivitas Membaca Al-Qur’an Untuk Menurunkan
Stres Akademik Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri 1
Kebumen
Penulis : Dian Nugraheni, dkk. (2018)
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas membaca Al-
Quran untuk menurunkan stres akademik pada siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Kebumen. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kebumen yang memiliki tingkat stres
sedang hingga tinggi. Pengambilan subyek dilakukan secara
nonprobability sampling yaitu dengan teknik simple purposive sampling.
Subyek yang digunakan dalam penelitian berjumlah 20 orang yaitu 10
orang sebagai kelompok eksperimen dan 10 orang sebagai kelompok
62

kontrol. 20 siswa tersebut dipilih menjadi subjek penelitian karena


berdasarkan pengukuran pretest (pre-experimental measurement)
menggunakan skala DASS (Depression Anxiety and Stress Scales).

Penelitian ini merupakan penelitian dengan data non parametrik, jadi


dalam perhitungan analisis data tidak perlu melakukan uji asumsi dan
langsung melakukan uji hipotesis. Hasil penelitian menggunakan uji
wilcoxon signd rank menunjukkan hasil uji pada kelompok eksperimen
sebesar z = - 2,701 dengan taraf signifikansi sebesar p = 0,007.
Sedangkan pada kelompok kontrol, nilai z = -2,264 dengan nilai
signifikansi sebesar p = 0,024. Maka dapat dikatakan bahwa hipotesis
diterima karena nilai signifikansi kelompok eksperiemn p = 0,007 lebih
kecil dari pada α = 0,05. Dan dapat disimpulkan bahwa membaca Al-
Qur‟an efektif untuk menurunkan stres akademik pada siswa kelas XI
SMA Negeri 1 Kebumen.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Keterkaitan Jurnal
4.2.1.1 Jurnal Pertama
Judul jurnal : Effects of Islamic Spiritual Mindfulness on
Stress among Nursing Students
Penulis : Badrul Munif, Sri Poeranto, Yulian Wiji
Utami (2019)
Persamaan penelitian ini adalah pada variable terikatnya yaitu
stress dan perbedaannya ialah pada penelitian jurnal dari Badrul,
Sri dan Yulian menggunakan Islamic mindfullness atau perhatian
spiritual Islam untuk mengatasi stress sedangkan pada penelitian
ini menggunakan variable bebasnya ialah ceramah agama. Pada
hasil penelitian jurnal dari Badrul, Sri dan Yulian didapatkan
pengaruh dari Islamic mindfullness untuk mengatasi stress. Hal
ini sesuai dengan pendapat Sadipun, Dwidiyanti, dan Andriany
(2018) yang melaporkan bahwa intervensi kesadaran berbasis
63

spiritual memiliki efek signifikan pada peningkatan emosi kontrol


pasien dewasa dengan TB paru, di samping pengurangan stres
yang efektif. Studi lain juga menemukan bahwa mengendalikan
amarah dan menenangkan hati penderita skizofrenia klien melalui
perhatian spiritual dapat berkurang dengan risiko perilaku
kekerasan (Sari & Dwidiyanti, 2014). Keterkaitan dengan
hipotesis pada penelitian ini adalah bahwa ceramah agama juga
termasuk dalam psikoterapi sebagai kegiatan spiritual Islam yang
mana terbukti efektif memberi pengaruh pada pencegahan
ataupun penurunan tingkat stress dan depresi.
4.2.1.2 Jurnal Kedua
Judul jurnal : Murottal Therapy Affects on Stress Aspects in
The Elderly at BPSTW Yogyakarta Budi
Luhur Unit Kasongan Bantul
Penulis : Endang Nurul Syafitri (2019)
Persamaan penelitian ini adalah pada variable terikatnya yaitu
tingkat stress dan perbedaannya ialah pada jurnal Endang
menggunakan variable bebasnya yaitu murottal sedangkan pada
penelitian ini menggunakan variable bebasnya yaitu ceramah
agama. Pada hasil penelitian jurnal dari Endang didapatkan
pengaruh dari murottal untuk membantu penurunan stress pada
lansia. Hal ini memiliki keterkaitan dengan hipotesis dari
penelitian ini yaitu ketika seorang individu mengalami penyakit,
kehilangan dan stres, kekuatan spiritual dapat membantu individu
menuju penyembuhan dan pemenuhan tujuan dengan atau
melalui pemenuhan kebutuhan spiritual.
4.2.1.3 Jurnal Ketiga
Judul jurnal : Pengaruh Terapi Meditasi (Dzikir) terhadap
Tingkat Stres pada Lansia
Penulis : Suci Sutioningsih, Sri Suniawati, Suhuda
Hamsanikeda (2019)
64

Persamaan penelitian ini adalah pada variable terikatnya yaitu


tingkat stress dan perbedaannya ialah pada jurnal Endang
menggunakan variable bebasnya yaitu meditasi berupa dzikir
sedangkan pada penelitian ini menggunakan variable bebasnya
yaitu ceramah agama. Pada hasil penelitian dari Suci, Sri dan
Suhuda didapatkan pengaruh dari meditasi (dzikir) untuk
menurunkan stress pada lansia. Hal ini memiliki keterkaitan
dengan hipotesis dari penelitian ini yaitu ketika seorang individu
mengalami penyakit, kehilangan dan stres, kekuatan spiritual
dapat membantu individu menuju penyembuhan dan pemenuhan
tujuan dengan atau melalui pemenuhan kebutuhan spiritual.
Dengan berdzikir akan sama halnya dengan mengikuti ceramah
agama apabila dalam keadaan tersebut, lansia dapat mengingat
Allah sebagai penciptanya dan yang membuat hatinya tenang
serta memperdalam ilmu mengenal Allah dalam ilmu-lmu tauhid.
Hal ini terdapat dalam Q.S Ar-Rud ayat 28 yang berbunyi :
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati mereka menjadi tentram.”
4.2.1.4 Jurnal Keempat
Judul jurnal : Penerapan Wudhu sebagai Hydro Therapy
terhadap Tingkat Stress pada Lansia UPT
PSLU Blitar Di Tulungagung
Penulis : Dhita Kurnia Sari, Muhamad Wahyu
Mahardhyka (2017)
Persamaan penelitian ini adalah pada variable terikatnya yaitu
tingkat stress dan perbedaannya ialah pada jurnal Dhita dan
Muhamad menggunakan variable bebasnya yaitu wudhu sebagai
hydro therapy sedangkan pada penelitian ini menggunakan
variable bebasnya yaitu ceramah agama. Pada hasil penelitian
dari Dhita dan Muhamad didapatkan pengaruh dari wudhu untuk
65

menurunkan stress pada lansia. Berdasarkan penelitian yang


dilakukan oleh Prof Leopold Werner Von Ehrenfels, bahwa
pusat-pusat syaraf yang paling peka dari tubuh manusia ternyata
berada di sebelah dahi, tangan dan kaki. Jika bagian-bagian
tersebut terbasuh air, maka akan tercipta kesegaran yang
mencapai pusat saraf. Ketika seseorang melakukan wudhu pasti
akan membasuh ketiga bagian tubuh tersebut. Hal ini akan
menyebabkan terjaganya kesehatan dan kebugaran tubuh hingga
seseorang tersebut tidak mudah mengalami stres (Syarif
Hidayatullah, 2014).
Hal ini memiliki keterkaitan dengan hipotesis dari penelitian ini
yaitu ketika seorang individu mengalami stress atau gangguan
psikologis lainnya, kekuatan spiritual dapat membantu individu
menuju penyembuhan dan pemenuhan tujuan dengan atau
melalui pemenuhan kebutuhan spiritual. Masaru Emoto (2007)
mengatakan bahwa kata-kata adalah getaran, dan ketika tubuh
kita bersama semua air yang terkandung di dalamnya terpapar
pada kata-kata yang baik, kita akan sehat dan sejahtera. Hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa
air yang dipaparkan kata-kata positif akan menghasilkan kristal
yang berbentuk heksagonal yang cantik. Kata-kata baik bisa
dimaksudkan niat dan do’a yang saat berwudhu. Air tersebut
mengirimkan pesan ke dalam tubuh kita agar selalu dalam
keadaan sehat. Akibatnya metabolisme dalam tubuh menjadi
sehat seta menjadikan fikiran terhindar dari stres. Begitupula
dalam ceramah agama, bila dalam konsep dakwah selalu ada niat
dan do’a – do’a yang baik, tentulah akan mempengaruhi asumsi
pendengar sebagai psikoedukasi dan menambah ilmu agama.
4.2.1.5 Jurnal Kelima
Judul jurnal : Pengaruh Mendengarkan Terapy Shalawat
Terhadap Penurunan Stress pada Lansia di
66

Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri


Samarinda
Penulis : Sudirman, Nida Amalia (2019)
Persamaan penelitian ini adalah pada variable terikatnya yaitu
stress dan perbedaannya ialah pada penelitian jurnal dari
Sudirman dan Amalia menggunakan intervensi yaitu
mendengarkan sholawat untuk mengatasi stress sebagai variable
bebas sedangkan pada penelitian ini menggunakan intervensi
ceramah agama sebagai variable bebas. Pada hasil penelitian
jurnal dari Sudirman dan Amalia didapatkan pengaruh dari
mendengarkan sholawat dapat mengatasi stress. Hal ini sesuai
dengan pendapat. Misra dkk, (2000) menyebutkan salah satu cara
mengurangi stres adalah dengan cara pendekatan agama.
Keterkaitan dengan hipotesis pada penelitian ini adalah bahwa
ceramah agama juga termasuk dalam pendekatan agama sebagai
kegiatan spiritual Islam yang mana terbukti efektif memberi
pengaruh pada pencegahan ataupun penurunan tingkat stress,
depresi dan gangguan psikologis lainnya.

4.2.1.6 Jurnal Keenam


Judul jurnal : Salat Tahajud Berpengaruh terhadap
Penurunan Stres Mahasiswa
Penulis : Azis Ritonga, Bilqis Azizah (2018)
Persamaan penelitian ini adalah pada variable terikatnya yaitu
tingkat stress dan perbedaannya ialah pada jurnal Aziz dan Bilqia
menggunakan variable bebasnya yaitu sholat tahajjud sedangkan
pada penelitian ini menggunakan variable bebasnya yaitu
ceramah agama. Pada hasil penelitian dari Aziz dan Bilqis
didapatkan pengaruh dari sholat tahajjud untuk menurunkan
stress pada mahasiswa jurusan fisioterapi. Hal ini memiliki
keterkaitan dengan hipotesis dari penelitian ini yaitu ketika
seorang individu mengalami penyakit, kehilangan dan stres,
67

kekuatan spiritual dapat membantu individu menuju


penyembuhan dan pemenuhan tujuan dengan atau melalui
pemenuhan kebutuhan spiritual.
4.2.1.7 Jurnal Ketujuh
Judul jurnal : Efektivitas Membaca Al-Qur’an Untuk
Menurunkan Stres Akademik Pada Siswa
Kelas Xi Sma Negeri 1 Kebumen
Penulis : Dian Nugraheni, dkk. (2018)
Persamaan penelitian ini adalah pada variable terikatnya yaitu
stress dan perbedaannya ialah pada penelitian jurnal dari Dian
dkk menggunakan intervensi yaitu membaca Al-Qur’an
mengatasi stress sebagai variable bebas sedangkan pada
penelitian ini menggunakan intervensi ceramah agama sebagai
variable bebas. Pada hasil penelitian jurnal dari Dian dkk
didapatkan pengaruh dari membaca Al-Qur’an dapat mengatasi
stress. Hal ini sesuai dengan pendapat. Misra dkk, (2000)
menyebutkan salah satu cara mengurangi stres adalah dengan
cara pendekatan agama. Keterkaitan dengan hipotesis pada
penelitian ini adalah bahwa di dalam ceramah agama segala
ilmunya bersumber dari Al-Qur’an dan hadist Rasulullah. Al-
Qur’an juga bisa digunakan sebagi penawar hati orang yang
membaca dan mempelajari isinya sehingga mendapatkan
ketenangan dan ketentaman (Nugraheni dkk, 2018).
Al-Qur’an disebut asy-syifa yang berarti penyembuh. Hal ini
sesuai dengan Q.S Al-Isra: 82 yang artinya,
“Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi
penyembuh dan rahmat bagi orang-orang beriman…”
Hal ini sejalan dengan yang dianjurkan Rasulullah:
“Abu Umamah ra. Berkata: Aku mendengar Rasulullah salallahu
‘alaihi wa sallam bersabda; Bacalah Al-Qur’an karena ia akan
68

datang pada hari kiamat untuk memberi syafa’at kepada orang


yang telah membaca dan mengamalkan isinya.” (HR. Muslim)
Mendalami dan mempelajari Al-Qur’an dapat difasilitasi dengan
kegiatan ceramah agama yang dibawakan oleh ustadz sebagai
pembawa materi.

4.2.2 Kesimpulan
Dari seluruh jurnal diatas, diketahui bahwa seluruh variable bebasnya ialah
intervensi yang diberikan berupa kegiatan spiritual untuk mengatasi atau
menurunkan stress. Dari beberapa hasil penelitian tersebut dapat dilihat
adanya pengaruh penurunan stress secara signifikan. Tetapi dalam hasil
secara menyeluruh juga terdapat lansia atau responden yang tidak
mengalami penurunan stress. Hasil tersebut dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor internal maupun eksternal dari lansia atau reponden itu
sendiri. Faktor internal antara lain keadaan kesehatan lansia, masalah
pribadi, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari
lingkungan lansia itu sendiri atau dari orang lain yang mempengaruhi. Dari
sini terlihat faktor agama dan kesehatan juga menjadi faktor yang dominan
yang dapat mempengaruhi keefektifan pelaksanaan intervensi seperti
contoh untuk terapi meditasi (dzikir) dan ceramah agama yang dalam
pelaksanaannya mengharuskan lansia untuk duduk di majelis dengan lama
waktu yang sudah ditentukan. Karena dari segi agama, tidak semua lansia
bisa berdzikir secara lancar, sedangkan dari faktor kesehatan ada sebagian
lansia yang mudah kram, atau tidak bisa duduk bersila dan mengeluh
pusing.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi stress pada lansia, tetapi juga
terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan lansia untuk mengatasi stress
tersebut, salah satunya adalah meningkatkan religiusitas. Manfaat spiritual
mampu memunculkan manfaat psikologis seperti perasaan senang atau
puas (Sulandari, 2019). Dengan tetap terjaganya hubungan baik antara
makhluk dan Pencipta-nya diharapkan adanya keseimbangan sikap
69

realistis terhadap dunia dan kebutuhan spiritual, sehingga perasaan negatif


yang sering muncul pada lansia seperti kesepian dapat dihindari
(Herliawati, dkk. 2014). Selain itu lansia tidak akan merasa kesepian
karena ia meyakini ada Allah yang selalu bersamanya (Yulianti, 2011).
Daniel X Freedman dalam jural Sudirman & Amalia (2020) mengatakan
bahwa ada 2 lembaga yang berperan penting terhadap kesehatan jiwa yaitu
profesi kesehatan dan lembaga agama.
Pada penelitian ini dan literatur terkait yang mana manfaat umumnya
ketika melakukan kegiatan spiritual untuk mengatasi stress pada lansia
ialah dapat membantu lansia agar merasakan bahagia yang mana sekaligus
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan spiritual lansia untuk mendekatkan
diri kepada Allah. Dengan adanya banyak keterkaitan manfaat dan
pengaruh intervensi dari variable bebas ke variable terikat, maka
berdasarkan studi literatur yang dilakukan peneliti dapat diambil
kesimpulan bahwa adanya pengaruh ceramah agama terhadap penurunan
stress pada lansia.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelusuran dan pembahasan yang sudah dianalisis pada
BAB sebelumnya maka dapat dismpulkan bahwa ada pengaruh ceramah agama
terhadap penurunan stress pada lansia di panti sosial dengan
mempertimbangkan hasil dari studi literatur yang sudah dilakukan oleh
peneliti.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Akademik

Penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan


baru dalam penanganan stress pada lansia. Sebagai saran yang
diharapkan institusi keperawatan agar dapat lebih memperdalam
pembahasan dalam bidang akademik mengenai aspek kesehatan spiritual
dalam kurikulum keperawatan sehingga mahasiswa yang nanti akan
menjadi perawat profesional mampu menerapkan asuhan spiritual secara
kompeten.

5.2.2 Bagi Profesi Keperawatan

Demikian juga dengan panti sosial terkhususnya profesi keperawatan


dapat menerapkan komunikasi yang terapeutik dalam setiap pertemuan
dengan lansia sehingga lansia dapat mengutarakan keluhan dan merasa
lebih diperhatikan serta memotivasi lansia untuk tetap berpartisipasi
dalam kegiatan panti khususnya dalam mengikuti kegiatan keagamaan.

5.2.3 Bagi Lansia

Lansia juga dapat melakukan kegiatan keagamaan lainnya untuk


menunjang penanganan stress atau gangguan psikologis lainnya

69
71

sekaligus untuk meningkatkan religiusitas mendekatkan diri kepada


Allah.

5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya perlu diadakan penelitian lebih lanjut


mengenai pengaruh ceramah agama terhadap gangguan psikologis
lainnya seperti cemas, depresi, HDR dan isolasi sosial untuk memperkuat
penelitian ini dan menganalisa peran perawat dalam pendekatan spiritual
serta diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengunakan jenis penelitian
kualitatif untuk menggali lebih dalam permasalahan psikologis dan
spiritual pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Alfisyah. 2009. Pengajian dan transformasi sosiokultural dalam masyarakat


muslim tradisionalis Banjar. Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 3(1), 75-89.
Afrian, Argiansa. 2014. Hubungan Tingkat Stress denan Strategi Koping pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUD
Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Prubalingga. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Asih et al., 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Edisi Ke Tiga.
Jakarta: EGC.
Azizah, M. L. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Badan penelitian dan pengembengan kesehatan kementerian kesehatan RI. Riset
kesehatan dasar tahun 2013. Available at:
<http//www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesd
as2013.PDF>
Badan Pusat Statistik, 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.
Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan, Semester I, 1, pp 1-16.
<http://www.depkesw.go.id/downloads/BuletinLansia.pdf>
Candra, A. 2012. Kesehatan Jiwa Lansia. Kompas. <http://kompas.com> di akses
pada 10 Desember 2019
Darmojo, B. 2003. Konsep Menua Sehat Dalam Geriatri, Jurnal Kedokteran dan
Farmasi Medika. Jakarta: Grafiti Medika Pers.
Destarina, Vera dkk. 2014. Gambaran Spiritualitas Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru. Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau. <https://media.neliti.com/media/publications/186091-ID-
gambaran-spiritualitas-lansia-di-panti-s.pdf> di akses 10 Februari 2020
Dewi, S. R. 2014. Keperawtan Gerontik. Yogyakarta. CV Budi Utama. di akses 10
Febuari 2020
Fatmawati & Imron. 2017. Perilaku Koping Pada Lansia Yang Mengalami
Penurunan Gerak Dan Fungsi.
Francis, L. J., Yablon, Y. B., & Robbins, M. 2014. Religion and happiness: A study
amongfemale undergraduate students in Israel. International Journal of
International Journal of Jewish Education Research (IJJER), 7, 77-92.
Indriana, Y. dkk. 2010. Tingkat Stres Lansia di Panti Wredha Puncak Gading.
Semarang. 8 (2): 88-90.

xv
Jaapar, N. Z., & Azahari, R. 2011. Model keluarga bahagia menurut Islam. Journal
of Fiqh, 8. 25-44.
Karepowan, S. R., Wowor, M., & Katuuk, M. 2018. Hubungan Kemunduran
Fisiologis Dengan Tingkat Stres Pada Lanjut Usia Di Puskesmas Kakaskasen
Kecamatan Tomohon Utara. E-Journal Keperawatan, 6(1), 1163–1178.
Kementrian Kesehatan RI. 2012. Penyakit tidak menular. Buletin Jendela Data
Informasi Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Kho, Budi 2018. Reaksi terhadap Stress.
<https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-stres-reaksi-terhadap-
stres/> di akses pada 12 Januari 2020
Lidya, Dini. 2015. 9 Cara Menghilangan Stress dalam Islam. Dalam
<https://www.google.com/amp/s/dalamislam.com/dasar-islam/cara-
menghilangkan-stress-dalam-islam/amp> di akses pada 18 Januari 2020
Moradi Z, et.al. 2015. Evaluation of stress factors among the elderly in the nursing
homes for the elderly (Eram and Mother). Journal of Medicine and Life.
2015;8(Spec Iss 3):146-150. PMC5348947
Munif, Badrul, dkk. 2019. Effects of Islamic Spiritual Mindfulness on Stress among
Nursing Students. Department of Nursing, Brawijaya University. Indonesia
Nurse Media Journal of Nursing, 9(1), 2019, 69-77. DOI:
10.14710/nmjn.v9i1.22253.
Nasir, Abdul. Muhith, Abdul. 2011. Dasar-dasar Keperawaan Jiwa. Salemba
Mendika. Jakarta
Nugraheni, Dian, dkk. 2018. Efektivitas Membaca Al-Qur’an untuk Menurinunkan
Stress Akademik pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kebumen. Terindeks
DOAJ: 2541-2965. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
Nurhayati, dkk. 2019. Memupuk Spiritualitas Usia Lanjut melalui Kegiatan Rutin
Keagamaan di Dusun Serut, Gedangsari, Gunungkidul Yogyakarta. ISSN
2655-7711. EISSN 26560593
Puspasari, S. 2009. Hubungan Kemunduran Fungsi Fisiologis Dengan Stres Pada
Lanjut Usia Di Kelurahan Kaliwaru Semarang. Semarang. Skripsi
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Putri, R. D. 2012. Perbedaan Tingkat Stres Pada Lansia Yang Bertempat Tinggal
di Rumah Dan Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bondowoso. Skripsi.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Jember
Rahman, Syahnur. 2016. Faktor-faktor yang Mendasari Stress pada
LansiaDepartemen Psikologi FIP Universitas Pendidikan Indonesia.
<https://media.neliti.com/media/publications/124302-ID-faktor-faktor-yang-
mendasari-stres-pada.pdf>

xvi
Ritonga, Azis dan Azizah, Bilqis. 2018. Salat Tahajud Berpengaruh terhadap
Penurunan Stres Mahasiswa. Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kesehatan Vol 6, No 1, ISSN: 2338-9095 (Print), ISSN: 2338-
9109 (online)
Santoso, Hanna & Ismail, Andar. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta:
Gunung Mulia.
Santoso & Tjhin 2018. Perbandingan tingkat Stress pada Lansia di Panti Werdha
dan di Keluarga. Jurnal Biomedika dan Kesehatan Vol. 1 No. 1 Juni 2018.
Sari, DK, Mahardhyka, MW. 2017. Penerapan Wudhu sebagai Hydro Therapy
terhadap Tingkat Stress pada Lansia UPT PSLU Blitar Di Tulungagung.
Journal Of Nursing Practice. Vol.1 No.1 Oktober 2017. hlm 24 – 32. STIKes
Surya Mitra Husada Kediri. <http://jurnal.strada.ac.id/jnp>
Scott SB, Sliwinski MJ, Blanchard Fields F. Age differences in emotional responses
to daily stress: The role of timing, severity, and global perceived stress.
Psychology and aging. 2013;28(4):10.1037/a0034000.
doi:10.1037/a0034000
Selo, J., E. Candrawati dan R. M. Putri. 2017. Perbedaan Tingkat Stres pada Lansia
di Dalam dan di Luar Panti Werdha Pangesti Lawang. Nursing News 2 (3):
522-533.
Suardiman, S. P. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Sudirman & Amalia, Nida. 2020. Pengaruh Mendengarkan Terapy Shalawat
Terhadap Penuruan Stress pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Nirwana Puri Samarinda. Borneo Student Research eISSN: 2721-5727, Vol
1, No 2. Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, Samarinda,
Indonesia
Sulandari, S. 2014. Older Indonesians’ Perceptions of The Facilitators of And
Barriers to Optimising Their Physical Activity and Social Engagement
(Thesis Program Magister tidak dipublikasikan). Australian Institute for
Primary care and Ageing La Trobe University, Australia.
Sulandari, S., Wijayanti, M., & Sari R.D.P 2017. Keterlibatan Lansia dalam
Pengajian: Manfaat Spiritual, Sosial, dan Psikologis., Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Ss280@ums.ac.id
Sutioningsih, Suci, dkk. 2019. Pengaruh Terapi Meditasi (Dzikir) terhadap Tingkat
Stres pada Lansia. Jurnal Keperawatan Profesional (JKP). Volume 7, Nomor
1 Februari 2019. p-ISSN: 2355-679X
Syafitri, Endang Nurul. 2019. Murottal Therapy Affects on Stress Aspects in The
Elderly at BPSTW Yogyakarta Budi Luhur Unit Kasongan Bantul. Nurse

xvii
Education Program University of Respati Yogyakarta. International Respati
Health Conference (IRHC). ISBN 978-623-91901-0-1
Yusuf, AH. Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika.
Jakarta <https://id.portalsatu.com/mengenal-5-tipe-lansia/> di akses pada 08
Januari 2020

xviii
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Widya Aprinika Sari


NPM : 1614201110061
Judul Penelitian : Studi Literatur Pengaruh Ceramah Agama terhadap Penurunan
Stress pada Lansia di Panti Sosial
Pembimbing 1 : Muhammad Anwari, Ns., M.Kep

No. Hari/Tanggal Materi Saran Paraf


Senin, 27 Jurnal Diganti
April 2020 ketujuh

Kamis, 30 Penulisan Tulisan di dalam tabel


April 2020 dalam tabel dirapikan dengan ukuran
huruf 11 dan spasi 1

Tambahkan kesimpulan
BAB 4 secara umum dari
beberapa jurnal tersebut

Sabtu, 02 Mei BAB 1-5 ACC


2020
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Widya Aprinika Sari


NPM : 1614201110061
Judul Penelitian : Studi Literatur Pengaruh Ceramah Agama terhadap Penurunan
Stress pada Lansia di Panti Sosial
Pembimbing 2 : M. Syafwani, S.Kp., M.Kep., Sp. Jiwa

No. Hari/Tanggal Materi Saran Paraf


Senin, 20 BAB 1 Tujuan Khusus
April 2020 dihapuskan

BAB 3 Tempat penelitian


dihapuskan

BAB 4 Lengkapi
kesimpulan yang
menjawab tujuan
penelitian pada
BAB 1

Selasa, 21 BAB 1 Perbaiki kalimat


April 2020 pada tujuan
penelitian
BAB 3
Rentang waktu
penelitian
disesuaikan dari
studi pendahuluan
BAB 4 sampai
pengumpulan
skripsi

Rabu, 22
April 2020 BAB 4 Perbaiki redaksi
kalimat kesimpulan
Tuliskan macam-
macam gangguan
psikologis yang
perlu diteliti
lanjutan
Kamis, 23
April 2020 BAB 1-5
ACC
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Assallamu’alaiakum warrahmatullahi wabarrakatuh

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Widya Aprinika Sari
Alamat : Jl. Kuripan Komplek Cempaka Putih Gg. 03 No.
07 Kec.
Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin – Kalimantan
Selatan
Kontak : 082252702330

Adalah mahasiswa program studi S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu


Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin bermaksud ingin melakukan
penelitian dengan judul “Pegaruh Ceramah Agama terhadap Penurunan Stress pada
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru Kalimantan
Selatan”.

Sehubungan dengan hal tersebut saya mohon kesediaan bapak/ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan iman dan taqwa, meningkatkan silaturrahim, menambah dan
mengoreksi ilmu yang dimiliki, berbagi pengetahuan merasa senang dan tenang.
Penelitian ini mungkin akan menimbulkan rasa bosan dan merasa penat saat duduk
mengikuti ceramah agama selama 90 menit lamanya. Semua data maupun informasi
yang didapat akan dijaga kerasahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian. Apabila saat penelitian ada kondisi atau terjadi hal yang tidak diinginkan
oleh responden, maka responden berhak mengundurkan diri.

Demikian permohonan ini saya buat, atas pasrtisipasinya saya ucapkan terimakasih.

Wassallamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh.

Banjarmasin, 14 Februari 2020


Peneliti,

Widya Aprinika Sari


LEMBAR PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Jenis Kelamin :

Tempat, tanggal lahir :

Asrama :

Besedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Ceramah


Agama terhadap Penurunan Stress pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Sejahtera Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan” oleh Widya Aprinika
Sari. Lembar ini saya tandatangani dengan keadaan sadar dan tidak ada unsur
paksaan dari siapapun. Demikian persetujuan ini saya buat dengan sebenarnya
untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Banjarmasin, ………………. 2020


Menyetujui,
Responden

(………………………………………..)
KUSIONER PENELITIAN
PENGARUH CERAMAH AGAMA TERHADAP PENURUNAN STRESS
PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI
SEJAHTERA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Inisial responden :
Umur :
Lama tinggal di panti :
Jenis kelamin :
 Laki-laki
 Perempuan
Status perkawinan :
Pendidikan :
 Dasar (SD-SMP sederajat)
 Menengah (SMA sederajat)
 Tinggi (sarjana-pasca sarjana)

Petunjuk pengisian :
1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan
2. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu sesuai dengan kondisi
yang dialami dengan memberikan tanda ceklist ( ✓ )

Keterangan :
0 : Tidak ada atau tidak pernah
1 : Kadang-kadang
2 : Sering
3 : Sangat sesuai dengan yang dialami / hampir setiap saat / sangat sering
DASS-42 (14 Point-stress)

No. Pertanyaan Tidak Kadang- Sering Sangat


pernah kadang sering
1 Menjadi marah karena hal-hal
sepele
2 Cenderung bereaksi
berlebihan pada situasi
3 Kesulitan untuk bersantai
4 Mudah merasa kesal
5 Merasa banyak menghabiskan
energi karena cemas
6 Tidak sabaran
7 Mudah tersinggung
8 Sulit untuk beristirahat
9 Mudah marah
10 Kesulitan untuk tenang
setelah sesuatu yang
menganggu
11 Sulit mentoleransi gangguan-
gangguan terhadap hal yang
sedang dilakukan
12 Berada dalam keadaan tegang
13 Tidak dapat memaklumi hal
apapun yang menghalangi
saya untuk menyelesaikan hal
yang sedang saya lakukan
14 Mudah gelisah

Keterangan :
0 = Tidak Pernah (Tidak pernah terjadi dalam 1 minggu terakhir ini)
1 = Kadang – kadang (Terjadi 1 – 2 kali dalam 1 minggu terakhir ini)
2 = Sering (Terjadi 3 – 6 kali dalam 1 minggu terakhir ini)
3 = Sangat sering (Sering terjadi setiap hari (minimal 7 kali) dalam 1 minggu
terakhir ini)

Anda mungkin juga menyukai