Anda di halaman 1dari 142

STUDI LITERATUR

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES ALOE VERA TERHADAP


PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK USIA SEKOLAH
(6-12 TAHUN) YANG MENGALAMI DEMAM

HALAMAN SAMPUL

Skripsi
Disususn Oleh:

RIRIN KHAIRINA NIM 1614201110046

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020
STUDI LITERATUR
PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES ALOE VERA TERHADAP

i
PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK USIA SEKOLAH
(6-12 TAHUN) YANG MENGALAMI DEMAM

HALAMAN JUDUL

Skripsi
Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program studi
S-1 Keperawatan

Disusun Oleh:
RIRIN KHAIRINA NIM 1614201110046

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020

ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini dengan judul “Studi Literatur Pengaruh Pemberian Kompres


Aloe Vera Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Usia Sekolah (6-12
Tahun) Yang Mengalami Demam” oleh Ririn Khairina, NIM :
1614201110046, telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan akan
dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Seminar Skripsi Program Studi S.1
Keperawatan Ners A Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin

Banjarmasin, 25 juli 2020


Pembimbing 1

Dewi Kartika Wulandari, Ns, M.Kep


NIK. 01 23041989 119 006 014

Pembimbing 2

Hj. Jum’ah, Ns, M.Kep


NIP. 1974031519980320007

Mengetahui,
Ketua Program Studi S.1 Keperawatan

Izma Daud, Ns, M.Kep


NIK.01 16071984 048 003 010

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini oleh


Nama : Ririn Khairina
NIM : 1614201110046
Judul Skripsi : Studi Literatur Pengaruh Pemberian Kompres Aloe Vera
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Usia Sekolah
(6-12 tahun) Yang Mengalami demam
Telah melaksanakan ujian skripsi pada tanggal 25 Juli 2020, dan
dinyatakan berhasil mempertahankan dihadapan Dewan Penguji dan
diterima sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Keperawatan Pada Program Studi S.1 Keperawatan Fakultas Keperawatan
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
Penguji 1

Dewi Kartika Wulandari, Ns, M.Kep (Pimpinan Sidang)


NIK. 01 23041989 119 006 014

Penguji 2

Hj. Jum’ah, Ns, M.Kep (Anggota)


NIP. 1974031519980320007

Penguji 3

Dr. Isnawati. SKM., M.Kes (Anggota)


NIP. 1974031519980320007

Mengesahkan di : Banjarmasin
Tanggal :
Mengetahui,
Dekan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Kaprodi S.1 Keperawatan

Izma Daud, Ns., M. Kep


Solikin, Ns., M. Kep. Sp. Kep., MB NIK. 01 16071984048 003 010
NIDN: 1129077901

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ririn Khairina

NIM : 1614201110046

Program Studi : S1 Keperawatan Ners A

Fakultas : Keperawatan dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul Studi Literatur


Pengaruh Pemberian Kompres Aloe Vera Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
Pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) Yang Mengalami Demam ini benar-
benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Banjarmasin, 20 Juli 2020


Saya yang membuat
pernyataan,

Ririn Khairina
NIM. 1614201110046

v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ririn Khairina

NIM : 1614201110046

Program Studi : S1 Keperawatan Ners A

Jenis Karya : Skripsi

Sebagai civitas akademika Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, yang turut serta mendukung
pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu
Kesehatan Hak Bebas Royalti atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Studi Literatur Pengaruh Pemberian Kompres Aloe Vera Terhadap


Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) Yang
Mengalami Demam”

Dengan adanya Hak Bebas Royalti ini, maka Universitas Muhammadiyah


Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan mempunyai
kebebasan secara penuh untuk menyimpan, melakukan kelolaan berupa
database, serta melakukan publikasi tugas akhir saya ini dengan
pertimbangan tetap mencantumkan nama penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta dengan segala perangkat yang ada (bila diperlukan).
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal : 20 Juli 2020
Saya yang menyatakan,

Ririn Khairina
NIM. 1614201110046

vi
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’alla,


Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kepada setiap hamba-Nya. Atas
berkat dan rahmat-Nya jualah usaha penulis untuk menyelesaikan skripsi
“Studi Literatur Pengaruh Pemberian Kompres Aloe Vera Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) Yang
Mengalami Demam” ini berjalan lancar dan baik
Penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang baik
dari berbagai pihak, antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag selaku Rektor


Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Bapak Solikin, Ns., M. Kep., Sp. Kep. MB selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin;
3. Ibu Izma Daud, Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin;
4. Ibu Dewi Kartika Wulandari, Ns., M.Kep selaku Pembimbing I
yang telah banyak memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan,
dukungan, motivasi dan semangat kepada penulis;
5. Ibu Hj. Jum’ah, Ns., M.Kep selaku Pembimbing II tentang
metodologi penelitian sekaligus pembimbing teknik penulisan yang
telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran.
6. Kepala Puskesmas Pekauman Banjarmasin beserta seluruh staf yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitas yang telah membantu
banyak dalam pengumpulan data.
7. Keluarga saya yang tidak pernah lelah mendo’akan saya selama ini
8. Seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan penuh dalam bentuk apapun itu.

vii
Penulis menyadari bahwa dalam peyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dikarenakan penulis masih dalam tahap pembelajaran, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
menyempurnakan skripsi ini. Semoga ide pemikiran yan tertuang dalam
skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin ya Rabbal alamin.
Wassallamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh.

Banjarmasin, 20 Juli 2020

Penulis

viii
ABSTRAK

Latar belakang : Demam pada anak dibutuhkan penanganan yang berbeda


bila dibandingkan dengan orang dewasa. Jika penanganan tidak tepat dan
lambat akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan terganggu dan
membahayakan keselamatan anak. Demam bisa mengakibatkan dehidrasi
(kekurangan cairan tubuh), kekurangan oksigen dan demam di atas 42°C
jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan komplikasi
lain seperti, hipertermi, kejang dan penurunan kesadaran. Dari studi
pendahuluan di Puskesmas Pekauman Banjarmasin didapatkan 354 anak
yang mengalami demam
Tujuan : Untuk mengetahui apakah pemberian kompres aloe vera dapat
menurunkan suhu tubuh pada anak usia sekolah (6-12 tahun) yang
mengalami demam.
Metode : Penelitian ini menggunakan studi literatur. Digunakannya metode
ini karena ingin mengetahui apakah ada pengaruh pemberian kompres aloe
vera dapat menurunkan suhu tubuh pada anak usia sekolah (6-12 tahun)
yang mengalami demam. Dengan membandingkan dan menganalisa 7
jurnal. Teknik pengambilan data menggunakan analisa VIA pada setiap
literatur yang dianalisa.
Hasil : Dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian kompres aloe vera
terhadap penurunan suhu tubuh pada anak usia sekolah (6-12 tahun) yang
mengalami demam. Dengan mempertimbangkan hasil studi literatur.

Kata Kunci : Kompres aloe vera, anak usia sekolah, suhu tubuh, demam
Daftar Rujukan : 58 (2009-2017)

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
HALAMAN JUDUL..........................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..............................................v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................vi
KATA PENGANTAR......................................................................................vii
ABSTRAK.........................................................................................................ix
DAFTAR ISI.......................................................................................................x
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiii
DAFTAR SKEMA..........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................6
1.4.1 Manfaat Teoritis........................................................................6
1.4.2 Manfaat Aplikatif......................................................................6
1.5 Penelitian Terkait...............................................................................7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................10
2.1 Konsep Anak Usia Sekolah..............................................................10
2.1.1 Definisi Anak Usia Sekolah....................................................10
2.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah............11
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang.....................12
2.1.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah...........15
2.1.5 Masalah Pada Anak Usia Sekolah...........................................18
2.2 Konsep Suhu Tubuh.........................................................................21
2.2.1 Definisi Suhu Tubuh...............................................................21
2.2.2 Suhu Tubuh Normal................................................................22

x
2.2.3 Sistem Pengaturan Suhu Tubuh..............................................23
2.2.4 Proses Kehilangan Panas Pada Tubuh....................................24
2.2.5 Alat Pengukur Suhu Tubuh.....................................................25
2.2.6 Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh.............................................28
2.3 Konsep Demam................................................................................30
2.3.1 Definisi Demam......................................................................30
2.3.2 Etiologi Demam......................................................................31
2.3.3 Manifestasi klinis Demam.......................................................32
2.3.4 Patofisiologi Demam...............................................................32
2.3.5 Mekanisme Tubuh terhadap Demam......................................33
2.3.6 Definisi Terapi Non Farmakologis..........................................34
2.3.7 Penatalaksanaan Terapi Non Farmakologis............................35
2.4 Kompres Aloe Vera..........................................................................35
2.4.1 Kompres Aloe Vera.................................................................35
2.4.2 Tujuan dan manfaat.................................................................37
2.4.3 Kandungan Aloe vera..............................................................38
2.4.4 Waktu pemberian Kompres Aloe Vera...................................38
2.4.5 Cara pengukuran suhu tubuh...................................................38
2.4.6 Efek Kompres Aloe Vera........................................................38
2.4.7 Metode Kompres Aloe Vera...................................................39
2.5 Kerangka Teori.................................................................................40
2.6 Kerangka Konsep.............................................................................40
2.7 Hipotesis...........................................................................................41
BAB 3 METODOLOGI...................................................................................42
3.1 Desain Penelitian..............................................................................42
3.2 Definisi Operasional.........................................................................42
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................44
3.3.1 Populasi...................................................................................44
3.4 Sampel dan Teknik Sampling..........................................................46
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................48
3.5.1 Tempat Penelitian....................................................................48
3.5.2 Waktu Penelitian.....................................................................49
3.6 Teknik Pengambilan Data................................................................49
3.7 Instrumen Penelitian.........................................................................50
3.8 Teknik Analisa Data.........................................................................55
3.9 Etik Penelitian..................................................................................56

xi
BAB 4 PEMBAHASAN...................................................................................57
4.1 Hasil Penelusuran Jurnal..................................................................57
4.1.1 Jurnal Pertama.........................................................................57
4.1.2 Jurnal Kedua............................................................................63
4.1.3 Jurnal Ketiga...........................................................................69
4.1.4 Jurnal Keempat........................................................................74
4.1.5 Jurnal Kelima..........................................................................77
4.1.6 Jurnal Keenam.........................................................................80
4.1.7 Jurnal Ketujuh.........................................................................87
4.2 Pembahasan......................................................................................92
4.2.1 Keterkaitan Jurnal Dengan Hipotesis Penelitian.....................92
BAB 5 PENUTUP...........................................................................................106
5.1 Kesimpulan....................................................................................106
5.2 Saran...............................................................................................107
5.2.1 Bagi Puskesmas.....................................................................107
5.2.2 Bagi Petugas Kesehatan........................................................107
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan......................................................107
5.2.4 Bagi Orang Tua.....................................................................107
5.2.5 Bagi Peneliti Selanjutnya......................................................107
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................108

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional..........................................................................57
Tabel 3.2 Populasi.............................................................................................59
Tabel 3.3 Sampel dan Sampling........................................................................61
Tabel 3.4 Alat Pengumpulan Data..................................................................65Y
Tabel 4.1 Analisis VIA Jurnal Pertama.............................................................72
Tabel 4.2 Analisis VIA Jurnal Kedua................................................................78
Tabel 4.3 Analisis VIA Jurnal Ketiga...............................................................84
Tabel 4.4 Analisis VIA Jurnal Keempat............................................................89
Tabel 4.5 Analisis VIA Jurnal Kelima..............................................................93
Tabel 4.6 Analisis VIA Jurnal Keenam.............................................................96
Tabel 4.7 Analisis VIA Jurnal Ketujuh...........................................................103

xiii
DAFTAR SKEMA
YSkema 2.1 Kerangka Teori.................................................................................
Skema 2.2 Kerangka konsep.............................................................................57

xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Termometr Air Raksa Kaca..........................................................42
Gambar 2.2 Termometer infra merah...............................................................43
Gambar 2.3 Termometer temporal...................................................................43
Gambar 2.4 Termometer strip plastik...............................................................44
Gambar 2.5 Termometer Digital......................................................................45

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Surat Rekomendasi Pelaksanaan
Pendataan/Penelitian/Survey dari Pemerintahan Kota
Banjarmasin Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota
Banjarmsin.
Lampiran 3 Surat Balasan Permohonan Permintaan Data Penelitian dari
Pemerintahan Kota Banjarmasin Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin.
Lampiran 4 Surat Balasan Puskesmas Pekauman Banjarmasin
Lampiran 5 Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran 6 Surat Pernyataan Persetujuan Subjek Penelitian (Informed
Consent)
Lampiran 7 Lembar Observasi
Lampiran 8 Standar Prosedur Operasional
Lampiran 9 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi
Lampiran 10 Jurnal Pertama “Aloe Vera Barbadensis Miller As An
Alternative Treatment For Children With Fever”
Lampiran 11 Jurnal Kedua “The Effect Of Onion (Allium Ascalonicum L.)
Compres Toward Body Temperature Of Children With
Hipertermia In Bougenville Room Dr. Haryoto Lumajang
Hospital”
Lampiran 12 Jurnal Ketiga “Pengaruh Pemberian Kompres Aloe Vera
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia 3-6
Tahun Di Puskesmas Nusukan.”
Lampiran 13 Jurnal Keempat “Pengaruh Kompres Aloe Vera Terhadap
Suhu Tubuh Anak Usia Pra Sekolah Dengan Demam Di
Puskesmas Siantan Hilir.”
Lampiran 14 Jurnal Kelima “Perbedaan Suhu Tubuh Pada Anak Demam
Usia Sekolah Sebelum Dan Sesudah Kompres Daun Lidah
Buaya Di Rsud Ungaran Kabupaten Semarang.”

xvi
Lampiran 15 Jurnal Keenam “Perbedaan Efektivitas Kompres Daun Kelor
Dan Kompres Bawang Merah Terhadap Perubahansuhu
Tubuh Balita Demam Di Rs Uns Surakarta”
Lampiran 16 Jurnal Ketuju “Pengaruh Pemberian Tumbukan Bawang
Merah Sebagai Penurun Suhu Tubuh Pada Balita Demam Di
Puskesmas”

xvii
18

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri
yang berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini
dikarenakan, apabila tindakan dalam mengatasi demam tidak tepat dan
lambat maka akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak
terganggu. Demam dapat membahayakan keselamatan anak jika tidak
ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan komplikasi lain
seperti, hipertermi, kejang dan penurunan kesadaran (Maharani, 2011).
Demam membuat orang tua menjadi risau karena suhu tubuh anak yang
meningkat. Demam pada anak sering menimbulkan pobia tersendiri bagi
banyak ibu. Oleh karna itu seorang ibu harus siap siaga jika anaknya
terkena demam (Puspa Swara, 2016). Demam didefinisikan sebagai
respon fisiologis tubuh terhadap penyakit yang diperantarai oleh
kuman/bakteri dan ditandai dengan peningkatan suhu pusat tubuh
(Tamsuri, 2010).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus


penyakit yang disertai dengan demam pada tahun 2013 mencapai 62%
dengan jumlah kasus terbanyak terjadi pada penyakit pneumonia dan
infeksi sistemik seperti bakteri, virus, dan parasit. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh dunia
mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya
(Setyowati, 2013). Jumlah kasus demam tifoid diseluruh dunia di
perkirakan terdapat 21 juta kasus dengan 128.000 sampai 161.000
kematian setiap tahun, kasus terbanyak terdapat di Asia Selatan dan Asia
Tenggara (WHO, 2018). Di taiwan, sebesar 20-40% anak mencari
pengobatan medis akibat demam setiap tahunnya (Li-Chuan, 2016).
Anak paling rentan terkena demam, walaupun gejala yang dialami anak
19

lebih ringan dari dewasa. Di hampir semua daerah endemik, insiden


demam banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun (Niken, 2011).

Di Indonesia, penyakit demam bersifat endemic (penyakit yang selalu


ada di masyarakat sepanjang waktu walaupun dengan angka kejadian
yang kecil). Prevalensi nasional untuk demam (berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan) adalah 1,60%. Sebanyak 14 provinsi mempunyai
prevalensi demam thypoid diatas prevalensi nasional yaitu urutan ke-1
Nanggroe Aceh Darussalam (2,96%) dan urutan ke-7 Kalimantan
Selatan (1,95%). Prevalensi demam banyak ditemukan pada kelompok
umur sekolah (5-24 tahun) yaitu 1,9%, dan terendah pada bayi yaitu
0,8% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,


prevalensi demam di Indonesia mencapai 1,7%. Distribusi prevalensi
tertinggi adalah pada usia 5-14 tahun (1,9%), usia 1-4 tahun (1,6%), usia
15-24 tahun (1,5%) dan usia <1 tahun (0,8%). Demam dapat
menurunkan produktivitas kerja, meningkatkan angka ketidak hadiran
anak sekolah, karena masa penyembuhan dan pemulihannya yang cukup
lama, dan dari aspek ekonomi, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit
(Poulos C et al., 2011).

Berdasarkan dari data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin kasus demam


dibanjarmasin pada tahun 2017 sebanyak 1834, pada tahun 2018
sebanyak 1902, dan pada tahun 2019 sebanyak 1457. Dari data Dinas
Kesehatan Kota Banjarmasin tahun 2019 didapatkan data jumlah kasus
demam dari 25 puskesmas sebanyak 1457 anak yang mengalami
demam. Puskesmas Pekauman adalah urutan pertama dengan kasus anak
demam terbanyak yaitu 144 anak mengalami demam.

Peningkatan suhu tubuh pada anak terjadi karena adanya aktivitas


berlebihan yang akan mempengaruhi suhu tubuh dan peningkatan suhu
tubuh pada anak (Fatkularini, 2014). Salah satu dampak yang dapat
terjadi ketika demam tidak segera diatasi dan suhu tubuh meningkat
20

terlalu tinggi yaitu dapat menyebabkan dehidrasi, letargi, penurunan


nafsu makan, hingga kejang yang mengancam kelangsungan hidup anak
(Reiga, 2010).

Dampak dari demam pada anak antara lain dehidrasi (kekurangan cairan
tubuh), kekurangan oksigen dan demam di atas 42°C bisa menyebabkan
neurologis. Anak dibawah 5 tahun (balita) terutama umur 6 bulan dan 3
tahun berada pada resiko kejang demam. Demam sering kali disertai
dengan gejala lain seperti sakit kepala, nafsu makan menurun
(anoreksia), lemas dan nyeri otot. Apabila tindakan dalam mengatasi
demam tidak tepat dan lambat maka akan mengakibatkan pertumbuhan
dan perkembangan anak terganggu. Demam dapat membahayakan
keselamatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan
menimbulkan komplikasi lain seperti, hipertermi, kejang dan penurunan
kesadaran (Maharani, 2011). Demam yang mencapai suhu 41°C angka
kematiannya mencapai 17%, dan pada suhu 43°C akan koma dengan
kematian 70%, dan pada suhu 45°C akan meninggal dalam beberapa jam
(Said, 2014).

Suhu tubuh normal dipengaruhi oleh lingkungan, usia, jenis kelamin,


aktivitas fisik, dan suhu udara, tergantung pada tempat di bagian tubuh
mana pengukuran dilakukan. bagian tubuh yang berbeda memiliki
temperatur yang berbeda. Suhu tubuh akan lebih rendah 0,5°C dari rata-
rata pada pagi hari, dan meningkat pada sore hari. Oleh karena itu tidak
ada nilai mutlak suhu tubuh. Suhu tubuh anak yang normal (dalam
keadaan sehat) adalah berkisar 36-37°C. Suhu tubuh ini bervariasi
dengan kisaran 0,5-1,0°C. Sama halnya dengan usia, untuk suhu tubuh
usia 6-15 tahun 36,7-37,2°C (Sodikin, 2012), dan anak dikatakan
demam jika suhu tubuhnya diatas 37,2°C disertai tanda dan gejala
penyerta (Hidayat, 2011).

Penanganan demam terbagi menjadi dua tindakan yaitu tindakan


farmakologi dan non farmakologi. Tindakan farmakologi yaitu tindakan
pemberian obat sebagai penurun demam atau yang sering disebut
21

dengan antipiretik. Pada zaman sekarang ini banyak orang tua apabila
anaknya mengalami demam langsung memberikan obat farmakologi,
padahal pengobatan farmakologi tidak hanya memiliki efek samping
yang buruk, bahkan sulit dikonsumsi oleh anak karena rasa yang pahit
atau adanya trauma ketika dipaksa untuk minum obat (As Assegaf,
2017).

Pengobatan non farmakologi seperti pemberian kompres lidah buaya


dapat menjadi alternatif pilihan yang dapat dipertimbangkan untuk
menurunkan demam pada anak. Pemberian terapi lidah buaya dipilih
karena 95% kandungan yang terdapat didalam lidah buaya adalah air
dan lidah buaya mengandung senyawa lignin yang meniliki kemampuan
penyerapan yang tinggi sehingga lebih cepat menembus masuk ke dalam
pori dan sel, serta berguna sebagai media pembawa zat-zat nutrisi yang
diperlukan oleh kulit (As Assegaf, 2017).

Ditunjang juga oleh karakteristik lidah buaya yang memiliki tingkat


keasaman (pH) yang normal, hampir sama dengan (pH) kulit manusia
sehingga dapat menghindari terjadinya alergi kulit pada manusia. Lidah
buaya juga memiliki kandungan asam amino dan enzim yang masing-
masing berfungsi untuk membantu perkembangan sel-sel baru dengan
kecepatan luar biasa dan menghilangkan sel-sel yang telah mati dari
epidermis (As Assegaf, 2017).

Pada studi pendahuluan tanggal 29 januari-04 februari 2020 di


Puskesmas Pekauman Banjarmasin, didapatkan data kasus anak demam
usia 6-12 tahun pada tahun 2019 sebanyak 354 anak. Pada saat
dilakukan wawancara kepada 11 orang tua anak yang mengalami
demam tidak ada yang mengetahui tentang kompres aloe vera. 7 dari 11
orang tua mengatakan mengobati anaknya dengan menggunakan
kompres air hangat, dan memberikan obat paracetamol. Sedangkan 4
dari 11 orang tua mengatakan langsung memberikan obat paracetamol.
22

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian tentang “Pengaruh Pemberian Kompres Aloe Vera Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Usia Sekolah (6-12 tahun) Yang
Mengalami Demam Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin?“

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut rumusan masalah penelitian ini “Apakah
Ada Pengaruh Pemberian Kompres Aloe Vera Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Pada Anak Usia Sekolah (6-12 tahun) Yang mengalami
Demam Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin?”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui apakah
pemberian kompres aloe vera dapat menurunkan suhu tubuh pada
anak usia sekolah (6-12 tahun) yang mengalami demam di wilayah
kerja puskesmas pekauman Banjarmasin

1.3.2Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi kompres aloe vera pada anak usia sekolah
(6-12 tahun) yang mengalami demam
1.3.2.2 Mengetahui pengaruh kompres aloe vera terhadap
penurunan suhu tubuh pada anak usia sekolah (6-12 tahun)
yang mengalami demam
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1Manfaat Teoritis
Dari penelitian ini dapat diterapkan penanganan pertama orang tua
dalam mengatasi anak dengan kenaikan suhu tubuh di atas batas
normal >37,2°C dan bisa diterapkan dalam intervensi asuhan
keperawatan pada anak dengan kenaikan suhu tubuh di atas batas
normal >37,2°C.
23

1.4.2Manfaat Aplikatif
1.4.2.1 Puskesmas
Dapat dijadikan tambahan informasi bagi puskesmas dan
dapat dijadikan acuan dalam memberikan penyuluhan
tentang pemanfaatan dari tanaman lidah buaya sebagai
terapi dalam menurunkan suhu tubuh pada anak demam.
1.4.2.2 Petugas kesehatan
Sebagai bahan pertimbangan untuk perawat dalam
memberikan tindakan yang tepat kepada pasien anak dan
dapat memberikan perubahan perilaku orang tua dalam
menghadapi anak demam.
1.4.2.3 Institusi pendidikan
Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan ajar
tentang terapi non farmakologi seperti pemberian
kompres aloe vera untuk menurunkan suhu tubuh pada
anak demam.
1.4.2.4 Bagi orang tua
Diharapkan dari penelitian kompres aloe vera bisa
diterapkan untuk penanganan pertama pada anak dengan
kenaikan suhu tubuh di atas normal >37,2°C dan dapat
menambah pengetahuan orang tua bahwa tidak hanya
dengan pengobatan farmakologi saja yang bisa mengatasi
kenaikan suhu tubuh pada anak tapi juga dengan
pengobatan non farmakologi yaitu dengan cara kompres
aloe vera.
1.4.2.5 Bagi peneliti selanjutnya
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan referensi tentang
pengobatan non farmakologi selain dengan pemberian
kompres air hangat, juga ada pemberian kompres aloe vera
untuk mengatasi kenaikan suhu tubuh pada anak dan
menjadi acuan untuk peneliti selanjutnya, dengan merubah
salah satu variabel penelitian.
24

1.5 Penelitian Terkait


Penelitian terkait yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu :

Nurul Fajriyah, (2016). “Perbedaan Suhu Tubuh Pada Anak Usia


Sekolah Sebelum dan Sesudah Kompres Daun Lidah Buaya” Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan suhu tubuh pada anak
demam usia sekolah sebelum dan sesudah kompres daun lidah buaya di
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Populasi yang diteliti adalah anak
demam usia sekolah yang menjalani rawat inap di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang, rata-rata jumlah anak yang mengalami demam
perbulan selama tahun 2015 sebanyak 87 anak. Sampel yang diteliti
adalah anak demam usia sekolah yang menjalani rawat inap di RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang sebanyak 15 orang. Hasil uji paired t test
didapatkan nilai p-value sebesar 0,001, artinya ada perbedaan suhu
tubuh pada anak demam usia sekolah sebelum dan sesudah kompres
daun lidah buaya di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang yang
dilakukan selama 15 menit. Desain penelitian menggunakan metode
preeksperimen dengan pre-posttest dalam satu kelompok (One-Group
Pre-test-post test Design). Pada penelitian ini dilakukan pemberian
kompres daun lidah buaya di daerah axila, selama 15 menit.

Perbedaan penelitian ini terdapat pada Judul “Pengaruh Pemberian Aloe


Vera Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Usia Sekolah (6-12
tahun) Yang Mengalami Demam Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pekauman Banjarmasin” Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
apakah pemberian kompres aloe vera dapat menurunkan suhu tubuh
pada anak usia sekolah. Populasi yang diteliti dari penelitian ini adalah
semua anak usia sekolah (6-12 tahun) yang mengalami demam di
wilayah kerja puskesmas pekauman banjarmasin sebanyak 30
responden. Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah yang
mengalami demam di wilayah kerja puskesmas pekauman banjarmasin.
25

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi


eksperimen dengan One group Pretest-Postest. Penelitian ini
menggunakan jenis statistik parametrik dengan uji statistik Paired-
sample t-Test merupakan prosedur yang digunakan untuk
membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu group. Pada penelitian
ini dilakukan pemberian kompres aloe vera di dahi, aksila, dan lipatan
paha selama 15 menit. Metode pengambilan sampling dengan
menggunakan teknik nonprobability sampling dengan menggunakan
purposive sampling

Eva Muzdhalifah As Seggaf, (2017). “Pengaruh Kompres Aloe Vera


Terhadap Suhu Tubuh Anak Usia Pra Sekolah Dengan Demam” Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kompres lidah buaya
terhadap perubahan suhu tubuh penderita demam usia pra sekolah di
wilayah kerja puskesmas siantan hilir. Populasi dari penelitian ini
seluruh anak yang berusia 3-6 tahun yang mengalami demam dan
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hilir. Jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebesar 16 responden kelompok
intervensi dengan kriteria inklusi yaitu: Orang tua yang memiliki anak
usia 3-6 tahun dan bersedia menjadi responden, demam dalam rentang
waktu 1-3 hari, anak dengan kategori demam sub febris (37,6-38,4°C).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan hasil uji statistic Wilcoxon dengan
nilai p = 0,001 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan antara suhu tubuh
sebelum intervensi kompres lidah buaya dan sesudah intervensi kompres
lidah buaya. Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif
dengan menggunakan pendekatan pre experiment dengan rancangan one
group pre and post test. Pada penelitian ini dilakukan pemberian
kompres lidah buaya di daerah dahi, selama 15 menit.

Perbedaan penelitian ini terdapat pada Judul “Pengaruh Pemberian Aloe


Vera Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Usia Sekolah (6-12
tahun) Yang Mengalami Demam Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pekauman Banjarmasin” Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
26

apakah pemberian kompres aloe vera dapat menurunkan suhu tubuh


pada anak usia sekolah. Populasi yang diteliti dari penelitian ini adalah
semua anak usia sekolah (6-12 tahun) yang mengalami demam di
wilayah kerja puskesmas pekauman banjarmasin sebanyak 30
responden. Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah yang
mengalami demam di wilayah kerja puskesmas pekauman banjarmasin.
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
eksperimen dengan One group Pretest-Postest. Penelitian ini
menggunakan jenis statistik parametrik dengan uji statistik Paired-
sample t-Test merupakan prosedur yang digunakan untuk
membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu group. Pada penelitian
ini dilakukan pemberian kompres aloe vera di dahi, aksila, dan lipatan
paha selama 15 menit. Metode pengambilan sampling dengan
menggunakan teknik nonprobability sampling dengan menggunakan
purposive sampling.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Anak Usia Sekolah
2.1.1Definisi Anak Usia Sekolah
Menurut WHO (World Health Organization) adalah golongan anak
yang berusia antara 6-12 tahun. Anak usia sekolah adalah anak-
anak yang dianggap sudah mulai mampu bertanggung jawab atas
perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orangtua mereka,
teman sebaya dan orang lain. Usia sekolah merupakan masa anak
memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh
keterampilan tertentu. Anak pada usia ini telah memiliki fisik
yang lebih kuat sehingga kebutuhan untuk melakukan aktivitas
tampak menonjol. Penampilannya dan pertumbuhan menjadi
mantap pada diri anak tersebut (Adriani, 2012).

Anak usia sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun yang sudah
dapat mereaksikan rangsang intelektual atau melaksanakan tugas-
tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau
kemampuan kognitif (seperti: membaca, menulis, dan
menghitung). Umumnya pada permulaan usia 6 tahun anak mulai
masuk sekolah, dengan demikian anak mulai mengenal dunia baru,
anak-anak mulai berhubungan dengan orang-orang di luar
keluarganya dan mulai mengenal suasana baru di lingkungannya.
(Yusuf , S. 2011).

27
28

Periode usia sekolah berakhir dengan usia kurang lebih 12 tahun,


pada priode ini terdapat priode pra-remaja dan priode pra-pubertas
dan priode ini diakhiri dengan tanda awitan pubertas. Anak usia
sekolah berada pada pola perkembangan yang rawan yaitu usia 10-
12 tahun atau tahap usia sekolah dasar. Pada usia 10-12 tahun anak
sedang dalam perkembangan pra-remaja, yang mana secara fisik
maupun psikologis, pada masa ini anak sedang menyongsong
pubertas. Anak usia sekolah masih dalam perkembangan aspek
fisik, kognitif, emosional, mental, dan sosial, sehingga dibutuhkan
cara-cara tentang penyampaian tentang pengetahuan seks dan
kesehatan reproduksi. Freud mengatakan kelompok usia sekolah
ada pada usia (6-12 tahun) masuk dalam tahapan fase laten.
Selama fase ini, anak-anak berfokus pada perkembangan aktivitas
fisik dan intelektual, dan sementara kecenderungan seksual seolah
ditekan (Kozier et al., 2011).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa anak usia


sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun yang ada dalam masa
perkembangan aspek intelektual, fisik, kognitif, emosional, mental,
dan sosial anak.

2.1.2Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah


Menurut (Soetjiningsih, 2013) Tumbuh kembang adalah sebagai
berikut :
Pertumbuhan (grow) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif,
yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel,
organ, maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara
fisik, melainkan juga bertambahnya ukuran dan struktur organ
tubuh dan otak. Jadi anak tumbuh baik secara fisik maupun mental.
Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah pertambahan
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.
Perkembangan dapat juga diartikan sebagai perubahan secara
29

berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh,


meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui
pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan
pembelajaran (learning). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
perkembangan bersifat kualitatif sehingga sulit diukur.
Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progresif,
terarah, dan terpadu. Progresif mengandung arti bahwa perubahan
yang terjadi mempunyai arah tertentu dan cenderung maju ke
depan, tidak mundur ke belakang. Terarah dan terpadu
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pasti antara
perubahan yang terjadi pada saat ini, sebelumnya dan berikutnya
(Soetjiningsih, 2013).
2.1.2.1. Pertumbuhan Fisik
Anak laki-laki usia 6 tahun, cenderung memiliki berat
badan sekitar 21 kg, kurang lebih 1 kg lebih berat daripada
anak perempuan. Periode ini, perbedaan individu pada
kenaikan berat badan disebabkan oleh faktor genetik dan
lingkungan. Tinggi badan anak usia 6 tahun, baik laki-laki
maupun perempuan memiliki tinggi badan yang sama,
yaitu kurang lebih 115 cm. Setelah usia 12 tahun, tinggi
badan kurang lebih 150 cm. Pertumbuhan wajah bagian
tengah dan bawah terjadi secara bertahap. Kehilangan gigi
desidua (bayi) merupakan tanda maturasi yang lebih
dramatis, mulai sekitar usia 6 tahun setelah tumbuhnya
gigi-gigi molar pertama. Pergantian dengan gigi dewasa
terjadi pada kecepatan sekitar 4/tahun. Kekuatan otot,
koordinasi dan daya tahan tubuh meningkat secara terus-
menerus. Kemampuan menampilkan pola gerakan-gerakan
yang rumit seperti menari, melempar bola, atau bermain
alat musik. Kemampuan perintah motorik yang lebih
tinggi adalah hasil dari kedewasaan maupun latihan
(Kozier et al., 2011).
30

2.1.2.2. Perkembangan Biologis


Saat umur 6-12 tahun, pertumbuhan serata 5 cm/tahun
untuk tinggi badan dan meningkat 2-3 kg/tahun untuk
berat badan. Selama usia tersebut anak laki-laki dan
perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-
laki cenderung kurus dan tinggi sedangkan anak
perempuan cenderung gemuk. Pada usia 6-12 tahun,
pembentukan jaringan lemak lebih cepat perkembangannya
dari pada otot (Sulistiyawati, A. 2014).
2.1.2.3. Perkembangan Psikososial
Pada masa ini terjadi perkembangan rasa industri yaitu
dicapai antara usia 6 tahun dan masa remaja. Anak-anak
usia sekolah ingin sekali mengembangkan keterampilan
dan berpartisipasi dalam pekerjaan yang berarti dan
berguna secara sosial. Mereka mendapatkan rasa
kompetensi personal dan interpersonal, menerima instruksi
sistematik yang digambarkan oleh budaya individual
mereka, dan mengembangkan keterampilan yang
dibutuhkan untuk menjadi orang yang berguna, yang
mereka konstribusikan dalam komunikasi sosial mereka
(Sulistiyawati, A. 2014).
2.1.2.4. Perkembangan Kognitif
Ketika anak mampu menggunkana proses berfikir untuk
mengalami peristiwa dan tindakan muncullah pemikiran
egosentrik yang kaku pada tahun-tahun prasekolah yang
digantikan dengan proses berpikir, yang memungkinkan
anak melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Pada
tahapan ini anak mampu memahami hubungan antara ide
dan suatu hal. Anak mengalami kemajuan dari membuat
penilaian berdasarkan apa yang dia lihat, kemampuan anak
meningkat dalam menggunakan simpanan memori
mengenai pengalaman masa lalu mereka untuk
31

mengevaluasi dan menginterprestasikan masa kini


(Sulistiyawati, A. 2014).
2.1.2.5. Perkembangan Moral
Perkembangan moral pada anak usia sekolah adalah bahwa
anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari
orangtua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini
(usia 11 atau 12 tahun), anak sudah dapat memahami
alasan yang mendasari suatu peraturan. Disamping itu,
anak sudah dapat mengasosialisasikan setiap bentuk
perilaku dengan konsep benar salah atau baik buruk
(Ahmad Susanto, 2013). Anak usia sekolah yang lebih
besar lebih mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat
dibandingkan akibat yang dihasilkannya (Sulistiyawati, A.
2014).
2.1.2.6. Perkembangan spiritual
Anak-anak usia dini berpikir dalam batasan konkret tetapi
merupakan pelajaran yang baik dan memiliki kemampuan
besar untuk mempelajari tuhan. Anak usia sekolah
menginginkan segala sesuatunya adalah konkret atau nyata,
mereka mulai tertarik terhadap surga dan neraka sehingga
cenderung melakukan atau mematuhi peraturan karena
takut masuk neraka. Pada perkembangan spiritual anak
mulai belajar tentang alam nyata sehingga konsep religius
perlu disajikan secara konkret atau nyata dan juga mencoba
menghubungkan fenomena yang terjadi dengan logika.
Oleh karenanya, konsep agama harus dijelaskan kepada
anak dalam istilah yang konkret. Mereka merasa nyaman
dengan berdoa atau melakukan ritual agama dan jika
aktivitas ini merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari
anak, hal ini dapat membantu anak melakukan koping
dalam menghadapi situasi sehari-hari (Sulistiyawati, A.
2014).
32

2.1.2.7. Perkembangan Sosial


Salah satu agent sosial penting dalam kehidupan anak usia
sekolah adalah kelompok teman sebaya. Akhir masa kanak-
kanak sering disebut usia berkelompok, yang ditandai
dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan
meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai
anggota kelompok. Wujud dari aktivitas ini banyak orang
menyebut sebagai geng anak, tetapi berbeda tujuannya
dengan geng remaja. Tujuan dari geng anak-anak
diantaranya memperoleh kesenangan dengan bermain
(Sulistiyawati, A. 2014).
2.1.2.8. Perkembangan Konsep Diri
Istilah konsep diri merujuk pada pengetahuan yang disadari
mengenai berbagai persepsi diri, seperti karakteristik fisik,
kemampuan, nilai, ideal diri dan pengharapan serta ide-ide
dirinya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain,
konsep diri juga termasuk citra tubuh, seksualitas dan harga
diri seseorang. Konsep diri yang positif membuat anak
merasa senang, berhagra dan mampu memberikan
kontribusi dengan baik (Sulistiyawati, A. 2014).

2.1.3Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


Menurut (Sulistiyawati, A. 2014) menyatakan bahwa secara umum
ada faktor utama yang berpengaruhi terhadap tumbuh kembang
anak, yaitu:
2.1.4.2 Faktor Herediter
Faktor Herediter atau keturunan merupakan faktor yang
tidak dapat dirubah ataupun dimodifikasi, ini merupakan
modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses
tumbuh kembang pada anak usia sekolah. Melalui instruksi
genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah
dibuahi dapatlah ditentukan kualitas dan kuantitas
33

pertumbuhan. Termasuk dalam faktor genetik ini adalah


jenis kelamin dan suku bangsa atau ras. Misalnya, anak
keturunan bangsa Eropa akan lebih tinggi dan lebih besar
jika dibandingkan dengan keturunan Asia termasuk
Indonesia, pertumbuhan postur tubuh wanita akan berbeda
dengan laki-laki (Sulistiyawati, A. 2014).
2.1.4.3 Faktor Lingkungan
a. Lingkungan internal
Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan
emosi. Ada 4 hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan anak (Sulistiyawati, A. 2014).
1. Hormon somatotropin merupakan hormon yang
mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel
otak pada masa pertumbuhan, berkurangnya
hormon ini dapat menyebabkan gigantisme.
2. Hormon tiroid akan mempengaruhi pertumbuhan
tulang, kekurangan hormon ini akan menyebabkan
kretinesme.
3. Hormon gonadotropin yang berfungsi untuk
merangsang perkembangan seks laki-laki dan
memproduksi spermatozoa.
4. Hormon estrogen merangsang perkembangan seks
sekunder wanita dan produksi sel telur, jika
kekurangan hormon gonadotropin ini akan
menyebabkan terhambatnya perkembangan seks.
Terciptanya hubungan yang hangat dengan orang
lain seperti ayah, ibu, saudara, teman sebaya, guru
dan sebagainya akan berpengaruh besar terhadap
perkembangan emosi, sosial dan intelektual anak.
Cara seorang anak dalam perkembangan emosi,
sosial dan intelektual anak. Cara seorang anak
dalam berinteraksi dengan orang tua akan
34

mempengaruhi interaksi anak diluar rumah. Pada


umumnya anak yang tahap perkembangannya baik
akan mempunyai intelegensi yang tinggi
dibandingkan dengan anak yang tahap
perkembanganya terhambat.
b. Lingkungan Eksternal
Dalam Lingkungan eksternal ini ada 5 pengaruh
(Sulistiyawati, A. 2014) .
1. Kebudayaan
Kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi
kepercayaan, adat kebiasaan dan tingkah laku
dalam bagaimana orang tua mendidik
anaknya.
2. Status sosial ekonomi keluarga
Orang tua yang ekonomi menengah ke atas
dapat dengan mudah menyekolahkan anaknya
di sekolah-sekolah yang berkualitas, sehingga
mereka dapat menerima atau mendapat cara-
cara baru, bagaimana cara merawat anak
dengan baik.
3. Status nutrisi
Orang tua dengan status ekonomi lemah
bahkan yang tidak mampu memberikan
makanan tambahan untuk anaknya, bisa
mengakibatkan anak kekurangan asupan
nutrisi, yang berdampak pada daya tahan
tubuh anak dan akhirnya anak akan mudah
jatuh sakit.
4. Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan sirkulasi darah
dalam tubuh, meningkatkan aktifitas fisiologi
dan meningkatkan stimulasi terhadap
35

perkembangan otot baik pada anak-anak


maupun orang dewasa.
5. Posisi anak dalam keluarga
Anak pertama akan menjadi pusat perhatian
orang tua, sehingga semua kebutuhan
dipenuhi dengan baik maupun itu kebutuhan
fisik, emosi maupun social.

2.1.4 Masalah Pada Anak Usia Sekolah


2.1.5.1 Masalah Kesehatan
a. Diare
Diare adalah keadaan dimana tubuh kehilangan
banyak cairan dan elektrolit melalui feses. Diare
dapat juga didefinisikan sebagai buang air besar cair
lebih dari 3 kali dalam sehari (24 jam). Penyebab
diare secara klinis dapat dikelompokan dalam 6
golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh
bakteri, virus), malabsorbsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Jenis diare
ada dua yaitu diare akut dan diare kronik. Diare akut
adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,
sementara diare kronik adalah diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari (Widoyono, 2011).
b. Cacingan
Cacingan umumnya disebabkan oleh tanah, iklim
atau suhu, kelembaban, dan angin. Cacing dapat
masuk ke tubuh manusia karena anak-anak
seringkali bermain di tanah dengan tidak
memperhatikan kebersihan diri seperti mencuci
tangan setelah bermain di tanah sehingga cacing
yang terdapat di kuku jari dapat masuk ke tubuh,
selain itu juga anak yang sering bermain tanpa
menggunakan alas kaki yang dapat menyebabkan
36

cacingan. Anak-anak seringkali tidak mencuci


tangan dengan sabun setelah BAB dan bisa
menyebabkan cacingan karena cacing juga terdapat
pada feses manusia. Cacingan dapat mengakibatkan
menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan
produktivitas penderita sehingga secara ekonomi
dapat menyebabkan banyak kerugian yang pada
akhirnya dapat menurunkan kualitas sumber daya
manusia (Wintoko 2014).
c. Demam Tifoid
Demam tifoid adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica
khususnya turunannya, Salmonella typhi (Alba et
al., 2016). Penularan demam tifoid melalui fecal dan
oral yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Mogasale et al,. 2016). Umur penderita penyakit ini
di indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun. Angka
kejadian pada penyakit ini tidak berbeda antara anak
laki-laki dan anak prempuan (Rampengan T.H.,
2010).
d. ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah
suatu kelompok penyakit yang menyerang saluran
pernapasan. Penyebab utama ISPA adalah virus atau
infeksi gabungan virus dan bakteri (Depkes RI.,
2012). ISPA dibagi menjadi 2 bagian yaitu, ISPA
bagian bawah dan ISPA bagian atas. Infeks saluran
pernapasan yang menyerang bagian bawah adalah
influenza brochitis dan pneumonia, sedangkan yang
menyerang bagian atas adalah influenza, sakit
37

telinga, radang tenggorokan, dan sinusitis (Sinsyeba


et al., 2018).
e. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli) dan mempunyai gejala
batuk, sesak nafas, ronki, dan infiltrat pada foto
rontgen. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali
bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut
disebut bronkopneumonia (Sugihartono & Nurjazuli,
2012).
f. DBD (Demam Berdarah Dengue)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit
menular yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti. Data dari seluruh dunia menunjukkan
Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita DBD setiap tahunnya. Di Indonesia pada
tahun 2016 terdapat jumlah kasus DBD sebanyak
204.171 kasus dengan jumlah kematian sebanyak
1.598 orang. Jumlah kasus DBD tahun 2016
meningkat dibandingkan jumlah kasus tahun 2015
yaitu 129.650 kasus (Depkes RI., 2016).
g. Kegemukan
Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan
pada kelenjar, tetapi akibat banyaknya karbohidrat
yang di konsumsi. Bahaya kegemukan yang
mungkin terjadi:
1. Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain
sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai
keterampilan yang penting untuk keberhasilan
social.
38

2. Teman-temannya sering mengganggu dan


mengejek dengan sebutan-sebutan gendut atau
sebutan lain sehingga anak merasa rendah diri.
3. Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk
bermain yang menghasilkan keterampilan
tertentu. Orang tua perlu memperhatikan bahaya
dari kecelakaan yang bisa berdampak pada
psikologis anak dan menyebabkan anak merasa
takut terhadap kegiatan fisik. Bila hal ini terjadi
dapat berkembang menjadi rasa malu yang
mempengaruhi hubungan sosial pada anak.
4. Kecanggungan
Pada keadaan ini anak sering membandingkan
kemampuan dirinya dengan teman sebayanya.
Bila muncul perasaan tidak mampu dapat
menjadi dasar untuk rendah diri (Health Secret,
2013)

2.2 Konsep Suhu Tubuh


2.2.1Definisi Suhu Tubuh
Suhu adalah pengukuran keseimbangan antara panas yang
dihasilkan oleh tubuh dan panas yang hilang dari tubuh. Suhu
tubuh mencerminkan keseimbangan antara produksi dan
pengeluaran panas dari tubuh yang diukur dalam unit panas yang
disebut derajat (Kozier et al., 2011).
Suhu tubuh merupakan tanda atau suatu ukuran penting yang dapat
memberi petunjuk mengenai keadaan tubuh seseorang, Untuk
menentukan suhu tidak dapat menggunakan panca indera
(perabaan tangan), alat yang dapat digunakan untuk mengukur
suhu tubuh adalah termometer (Hidayat, 2011).
Suhu adalah keadaan panas dan dingin yang diukur dengan
menggunakan termometer. Di dalam tubuh terdapat 2 macam suhu,
yaitu suhu inti dan suhu kulit. Suhu inti adalah suhu dari tubuh
39

bagian dalam dan besarnya selalu dipertahankan konstan, sekitar ±


1 ̊F (± 0,6 ̊C) dari hari ke hari, kecuali bila seseorang mengalami
demam. Sedangkan suhu kulit berbeda dengan suhu inti, dapat
naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan. Bila dibentuk panas
yang berlebihan di dalam tubuh, suhu kulit akan meningkat.
Sebaliknya, apabila tubuh mengalami kehilangan panas yang besar
maka suhu kulit akan menurun (Guyton & Hall, 2012).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suhu tubuh
ialah keadaan tubuh merasakan panas dan dingin yang
mencerminkan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran
panas.

2.2.2Suhu Tubuh Normal


Suhu tubuh normal manusia dikenal sebagai normothermia adalah
sebuah konsep yang tergantung pada tempat di bagian tubuh mana
pengukuran dilakukan. Suhu tubuh normal dipengaruhi oleh
lingkungan, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan suhu udara,
tergantung pada tempat di bagian tubuh mana pengukuran
dilakukan, bagian tubuh yang berbeda memiliki temperatur yang
berbeda. Suhu tubuh akan lebih rendah 0,5°C dari rata-rata pada
pagi hari, dan meningkat pada sore hari. Oleh karena itu tidak ada
nilai mutlak suhu tubuh. Bagian tubuh yang berbeda memiliki
temperatur yang berbeda, sama halnya dengan usia, untuk usia 6-
15 tahun 36,7-37,2°C (Sodikin, 2012).

Anak diartikan demam jika suhu badannya >37,2°C disertai tanda


dan gejala penyerta. Pemberian obat penurun panas diindikasikan
untuk anak demam dengan suhu 38°C, banyak orang tua
memberikan obat penurun panas untuk membuat anak merasa
nyaman dan mengurangi kecemasan orang tua (Hidayat 2011).
Ikatan Dokter Anak Indonesia menetapkan suhu tubuh normal
untuk bisa dilakukkan tindakan non farmakologi berkisar antara
>37,2-37,8°C. Pada demam tinggi 38°C dianjurkan langsung
40

membawa ke dokter atau rumah sakit karena dapat mengakibatkan


alkalosis respiratorik, asidosis metabolik, kerusakan hati, kelainan
EKG, dan berkurangnya aliran darah otak. Dampak lain yang
dapat ditimbulkan jika demam tidak ditangani dapat menyebabkan
kerusakan otak, hiperpireksia yang akan menyebabkan syok,
epilepsi, retardasi mental atau ketidakmampuan belajar (IDAI,
2011)

2.2.3Sistem Pengaturan Suhu Tubuh


Suhu tubuh manusia diatur oleh suatu mekanisme umpan balik
(feelback) yang berada dipusat pengaturan suhu (hipotalamus).
Pengaturan suhu suatu mekanisme pada saat pusat temperatur di
hipotalamus mendeteksi adanya suhu tubuh yang terlalu panas,
maka tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme
umpan balik ini akan terjadi bila suhu tubuh inti sudah melewati
ambang batas toleransi tubuh yang mempertahankan suhu atau
yang disebut titik tetap (setpoint). Set point (titik tetap) tubuh akan
dipertahankan supaya suhu inti tubuh tetap konstan pada kisaran
37°C. Pada saat suhu meningkat melebihi titik tetap (setpoint),
maka keadaan ini akan merangsang hipotalamus untuk melakukan
berbagai mekanisme agar suhu mampu dipertahankan dengan cara
menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas
sehingga suhu kembali pada titik tetap (Sodikin, 2012).

2.2.4Proses Kehilangan Panas Pada Tubuh


Menurut (Kozier et al., 2011) kehilangan panas pada tubuh dapat
terjadi dengan 4 cara yaitu :
2.2.4.1 Radiasi
Perpindahan panas dari permukaan salah satu benda ke
permukaan benda ke permukaan benda yang lain tanpa
kontak langsung antar kedua benda tersebut, sebagian besar
dalam bentuk sinar inframerah.
2.2.4.2 Konduksi
41

Proses perpindahan panas dari satu molekul ke molekul


yang lain yang suhunya lebih rendah. Perpindahan panas
secara konduksi tidak dapat terjadi tanpa adanya kontak
langsung antara molekul tersebut dan biasanya
menyebabkan kehilangan panas yang sangat sedikit,
kecuali misalnya ketika tubuh direndam dalam air yang
dingin. Jumlah perpindahan panas bergantung pada
perbedaan suhu dan jumlah serta lama kontak antara
molekul.
2.2.4.3 Konveksi
Merupakan penyebaran panas melalui aliran udara. Tubuh
biasanya memiliki sedikit udara hangat di sekelilingnya.
Udara hangat ini naik dan diganti oleh udara yang lebih
dingin, sehingga individu akan selalu kehilangan sedikit
panas lewat konveksi.
2.2.4.4 Evaporasi
Proses evaporasi kelembaban yang kontinu dari saluran
pernafasan, mukosa mulut, dan kulit. Kehilangan air yang
terusmenerus dan tidak terdeteksi ini disebut kehilangan air
yang tidak disadari (insensible water loss), dan kehilangan
panas yang terjadi bersamaan dengan proses itu disebut
sebagai kehilangan panas yang tidak disadari (insensible
heat loss). Sepuluh persen dari kehilangan panas basal
adalah insensible heat loss. Ketika suhu tubuh meningkat,
vaporasi menyebabkan kehilangan panas yang lebih besar.

2.2.5Alat Pengukur Suhu Tubuh


Menurut (Sodikin, 2012) menyatakan bahwa termometer sering
digunakan untuk mengukur suhu tubuh seseorang, termasuk
anak. Jenis termometer yang sering digunakan diantaranya
termometer kaca atau raksa, termometer digital.
2.2.5.1 Termometer air raksa-kaca
42

Termometer ini terdiri dari atas tabung gelas tertutup


yang berisi cairan air raksa atau merkuri. Di tepi ujung
terlihat garis-garis yang menunjukkan skala temperatur.
Bila suhu meningkat, air raksa dalam tabung sempit
akan naik. Titik dimana air raksa tersebut berhenti naik
menunjukkan berapa suhu pengguna saat itu (Sodikin,
2012).

Gambar 2.1 Termometr Air Raksa Kaca

2.2.5.2 Termometer infra merah (Infraced Sensing ear


Thermometer) Menurut (Sodikin, 2012) menyatakan
termometer jenis ini digunakan untuk mengukur radiasi
termal dari aksila, saluran telinga (membran timpani). Suhu
tubuh hasil pengukuran akan terlihat ±1 detik. Hal
mendasar dari termometer inframerah adalah semua objek
akan memancarkan energi inframerah. Semakin panas
suatu benda, maka molekul-molekul yang ada didalamnya
semakin aktif serta semakin banyak inframerah yang
dipancarkan.

Gambar 2.2 Termometer infra merah


43

2.2.5.3 Termometer temporal


Termometer ini termometer jenis menggunakan
pemindai infra merah untuk mengukur suhu dari arteri
temporal yang ada di dahi. Termometer ini merekam
temperatur waktu ± 6 detik. (Sodikin, 2012).

Gambar 2.3 Termometer temporal

2.2.5.4 Termometer strip plastik (termograf)


Perubahan warna yang terjadi merupakan respon untuk
menunjukkan perubahan suhu. Cara penggunaan
termometer strip plastik adalah dengan menempatkan
strip pada dahi sampai terjadi perubahan warna,
biasanya memerlukan waktu ± 15 detik beberapa strip
dapat digunakan seperti termometer air raksa oral.
44

Meskipun penggunaanya mudah, tapi tingkat


keakuratannya agak rendah khususnya pada bayi dan
anak kecil (Sodikin, 2012).

Gambar 2.4 Termometer strip plastik

2.2.5.5 Termometer Digital


Termometer digital prinsip kerjanya sama dengan
termometer yang lainnya yaitu pemuaian. Pada termometer
digital terdapat logam yang berfungsi sebagai sensor suhu ,
yang kemudian akan memuai dan pemuaian ini diartikan
oleh rangkaian elektronik dan ditampilkan dalam bentuk
angka yang tertera pada termometer digital. Cara kerja
kedua jenis termometer antara termometer klinik dengan
menggunakan air raksa dan termometer digital adalah
sama. Kedua jenis alat ini tentunya juga sudah memenuhi
persyaratan dimana sebelum dijual di pasaran akan melalui
kalibrasi untuk menentukan keakuratan hasil dari kedua
45

alat tersebut. Hasil penelitian Dolkar, Kapoor, Singh, dan


Suri (2013) yang meneliti dengan judul a comparative
study on the recording of temperature by the clinical
mercury thermometer and digital thermometer,
menemukan bahwa hasil dari kedua jenis termometer
tersebut secara klinik tidak ada perbedaan yang signifikan.
Artinya bahwa kedua termometer tersebut memiliki
keakuratan yang sama dan dapat digunakan untuk
mengukur suhu tubuh. Keunggulan dari termometer jenis
ini adalah praktis, mudah dibaca dan hasil pengukuran
sangat cepat. Seperti termometer air raksa pengukuran suhu
digital bisa dilakukan dibeberapa tempat yaitu mulut,
ketiak dan anus. Cara pengukurannya sama dengan cara
pengukuran dengan memakai termometer air raksa.
(Sodikin, 2012).

Gambar 2.5 Termometer Digital

2.2.6Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh


Ada beberapa macam lokasi pengukuran suhu tubuh yaitu :
2.2.6.1 Pengukuran di aksila (ketiak)
Pengukuran suhu aksila (ketiak) merupakan pengukuran
suhu yang paling aman untuk memeriksa apakah anak
menderita demam. Keuntungan dari pemeriksaan suhu di
aksila ini aman dan mudah dilakukan bagi orang tua atau
pengasuh, nayamn bagi anak, dapat dilakukan pada semua
usia termasuk bayi baru lahir. Kerugiannya korelasi antara
suhu aksila dengan suhu pusat tubuh (core temperature)
rendah (Fransisca Handy, 2016).
46

2.2.6.2 Pengukuran suhu di anus (rektal)


Perhatikan bahwa suhu rektal tidak boleh diukur jika anak
mengalami diare atau kurang dari 1 tahun. Keuntungan dari
pemeriksaan suhu di anus tidak dipengaruhi oleh suhu
lingkungan. Kerugiannya tidak nyaman bagi anak, kadang
menimbulkan keraguan bagi orang tua atau pengasuh untuk
melakukannya, khawatir akan menyakiti anak, hasil
pengukuran tergantung seberapa dalam thermometer
dimasukkan ke dalam anus (Fransisca Handy, 2016).
2.2.6.3 Pengukuran di telinga
Menurut (Sodikin, 2012) mengemukakan secara teori
membran timpani merupakan tempat untuk pengukuran
suhu inti, hal ini karena adanya arteri yang berhubungan
dengan pusat termoregulasi. Termometer membran timpani
yang dikembangkan saat ini menggunakan metode infared
radiationemitted detectors (IRED). Walaupun dari segi
kenyamanan cukup baik, pengukuran suhu membran
timpani sehingga saat ini jarang dipergunakan karena
variasi nilai suhu yang berkorelasi dengan suhu oral atau
rektal cukup besar. Pengukuran suhu tubuh dengan lokasi
membran timpani memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan :
a. Tempat mudah dicapai.
b. Perubahan posisi yang dibutuhkan minimal.
c. Waktu pengukuran cepat hanya 2-5 detik.
d. Dapat dilakukan tanpa membangunkan klien.
Kekurangan
a. Alat bantu dengar harus dikeluarkan terlebih dahulu
sebelum dilakukan pengukuran.
b. Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami
bedah telinga (membran timpani).
47

c. Impaksi serumen dan otitis media dapat mengganggu


pengukuran suhu. Ke akuratan pada bayi baru lahir dan
anak-anak masih diragukan.
2.2.6.4 Pengukuran di arteri pulmonalis
Diantara berbagai tempat pengukuran suhu tubuh, tempat
yang paling dianggap mendekati suhu yang terukur oleh
thermostat di hipotalamus adalah suhu darah arteri
pulmonalis. Tetapi cara ini memilik berbagai keterbatasan,
seperti pengukuran tersebut merupakan cara invasif,
menggunakan arteri pulmonalis sehingga cara ini hanya
sesuai untuk perawatan invasif (Sodikin, 2012).
2.2.6.5 Pengukuran di esophagus
Suhu pada esopagus juga dianggap sebagai suhu yang
mendekati suhu inti, karena dekat dengan arteri yang
membawa dari jantung ke otak. Tetapi kelemahannya
adalah suhu di esofagus tidak sama di sepanjang esopagus.
Dimana esopagus dibagian atas akan dipengaruhi udara
trakea (Sodikin, 2012).

2.3 Konsep Demam


2.3.1Definisi Demam.
Anak dikatakan demam apabila suhu tubuhnyaa diatas normal dan
ada tanda atau gejala penyerta. Batasan suhu normal pada anak
tergantung dari cara tempat pengukuran suhu. Secara umum, kita
dapat menggunakan acuan demam suhu pada pengukuran diketiak
diatas 37,2°C (Sodikin, 2012). Anak diartikan demam jika suhu
badannya diatas 37,2°C disertai tanda dan gejala penyerta (Hidayat
2011).

Demam didefinisikan sebagai respon fisiologis tubuh terhadap


penyakit yang diperantarai oleh kuman atau bakteri dan ditandai
dengan peningkatan suhu pusat tubuh (Tamsuri, 2010). Suhu tubuh
yang mencapai 41°C berada pada angka kematian 17%, suhu tubuh
48

yang mencapai 43°C akan mengalami keadaan koma dengan angka


kematian 70%, dan suhu tubuh 45°C akan meninggal dalam
beberapa jam (Said, 2014).

Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan


titik ambang regulasi hipotalamus. Pusat pengatur panas yaitu
hipotalamus, hipotalamus berfungsi sebagai pusat pengatur suhu
tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor
neuronal perifer dingin dan panas. Faktor pengaturan lainnya
adalah suhu darah yang bersirkulasi dalam hipotalamus. Integrasi
sinyal-sinyal ini mempertahankan agar suhu didalam tubuh normal
pada titik ambang 37,0°C (98,0°F) dan sedikit berkisar antara 1-
1,5°C. Suhu aksila mungkin 1,0°C lebih rendah dari dalam tubuh
(Nelson, 2012).

Berdasarkan definisi diatas disimpulkan anak dikatakan demam


ketika suhu tubuh lebih dari 37,2°C, sebagai respon fisiologis
tubuh terhadap penyakit yang diperantarai oleh kuman/bakteri dan
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh.

2.3.2Etiologi Demam
Menurut (Febry dan Marendra, 2010) penyebab demam dibagi
menjadi 3 yaitu:
1. Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan
demam berdarah) dan infeksi bakteri (demam tifoid dan
pharingitis).
2. Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau
adanya penyakit autoimun (penyakit yang disebabkan system
imun tubuh itu sendiri).
3. Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi),
suhu udara terlalu panas dan kelelahan setelah bermain disiang
hari.
49

Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering menyerang


anak adalah demam akibat infeksi virus maupun bakteri (Febry
& Marendra, 2010).

2.3.3Manifestasi klinis Demam


Tanda dan gejala terjadinya demam (suhu >37,2°C) (Sodikin,
2012) adalah:
a. Anak rewel
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi

2.3.4Patofisiologi Demam
Demam terjadi akibat adanya infeksi atau peradangan. Sebagai
respon masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu (makrofag)
mengeluarkan suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen. Selain efek-efeknya dalam melawan infeksi juga bekerja
pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan
patokan termostat. Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu
ditingkat yang baru dan tidak mempertahankannya di suhu normal
tubuh. Jika, sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik
patokan menjadi 38,9°C (102°F), maka hipotalamus mendeteksi
bahwa suhu normal pra demam terlalu dingin sehingga bagian otak
ini memicu mekanisme-mekanisme respon dingin untuk
meningkatkan suhu menjadi 38,9°C. Secara spesifik, hipotalamus
memicu menggigil agar produksi panas segera meningkat dan
mendorong suhu naik dan menyebabkan menggigil yang sering
terjadi pada permulaan demam. Setelah suhu baru tercapai maka
suhu tubuh diatur sebagai normal dalam respon terhadap panas dan
dingin tetapi dengan patokan yang lebih tinggi. Karena itu, terjadi
50

demam sebagai respon terhadap infeksi adalah tujuan yang


disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme
termoregulasi. Selama demam, pirogen endogen meningkatkan
titik patokan hipotalamus dengan memicu pelepasan lokal
prostaglandin, yaitu mediator kimiawi lokal yang bekerja langsung
pada hipotalamus. Aspirin mengurangi demam dengan
menghambat sintesa prostaglandin. Tanpa adanya pirogen endogen
maka di hipotalamus tidak terdapat prostaglandin dalam jumlah
bermakna (Sherwood, 2012).

2.3.5Mekanisme Tubuh terhadap Demam


Mekanisme tubuh terhadap demam menurut (Guyton & Hall,
2012) yaitu:
2.3.5.1 Vasodilatasi
Pembuluh darah mengalami dilatasi dengan kuat. Hal ini
disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada
hipotalamus posterior yang menyebabkan vasokonstriksi.
Vasokontriksi penuh akan meningkatkan kecepatan
pemindahan panas kke kulit seanyak delapan kali lipat.
2.3.5.2 Berkeringat
Dari peningkatan temperatur yang menyebabkan
berkeringat. Peningkatan temperatur tubuh 1oC
menyebabkan keringat cukup banyak untuk membuang 10
kali lebih besar kecepatan metabolisme basal dari
pembentukan panas tubuh.
2.3.5.3 Penurunan pembentukan panas
Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas
berlebihan, seperti menggigil dan termogenesis kimia,
dihambat dengan kuat.
51

2.3.6 Definisi Terapi Non Farmakologis


Terapi non Farmakologi merupakan tindakan dengan
menggunakan terapi fisik, seperti penanganan pada anak demam,
menempatkan anak diruang bersuhu dan bersirkulasi baik,
mengganti pakaian anak dengan pakaian tipis dan menyerap
keringat, memberikan hidrasi yang adekuat, dan memberikan
kompres (Widodo, 2010).

Terapi non farmakologi diartikan sebagai terapi tambahan selain


hanya mengonsumsi obat-obatan. Manfaat dari terapi non
farmakologi yaitu meningkatkan efikasi obat, mengurangi efek
samping, serta memulihkan keadaan pembuluh darah dan jantung.
Bentuk terapi non farmakologi adalah terapi alternatif dan
komplementer. Pengobatan alternatif adalah pengobatan yang
dipilih sebagai pengganti terhadap pengobatan medis sedangkan
pengobatan komplementer adalah pengobatan yang digunakan
bersama-sama dengan pengobatan medis (Nurul, 2016).

Terapi non farmakologi adalah tindakan yang dapat dilakukan


dengan pemberian kompres air hangat, air dingin. Pemberian
kompres tidak harus selalu menggunakan air hangat atau pun air
dingin, tapi bisa juga dengan menggunakan kompres lidah buaya
(Wardiah et al., 2016).

Berdasarkan definisi diatas disimpulkan bahwa terapi non


farmakologi diartikan sebagai terapi tambahan, dengan
menggunakan terapi fisik, bukan hanya dengan obat-obatan saja.

2.3.7Penatalaksanaan Terapi Non Farmakologis


Terapi non farmakologi seperti pemberian kompres lidah buaya
dapat menjadi alternatif pilihan yang dapat dipertimbangkan untuk
menurunkan demam pada anak. Pemberian terapi lidah buaya
52

dipilih karena 95% kandungan yang terdapat didalam lidah buaya


adalah air dan lidah buaya mengandung senyawa lignin yang
meniliki kemampuan penyerapan yang tinggi sehingga lebih cepat
menembus masuk ke dalam pori dan sel, serta berguna sebagai
media pembawa zat-zat nutrisi yang diperlukan oleh kulit. Di
dalam tanaman lidah buaya juga mengandung saponin yang
bermanfaat dalam penurunan suhu tubuh. Ketika lidah buaya
ditempelkan pada dahi, aksila dan lipatan paha anak yang
mengalami demam, maka saponin yang ada didalam lidah buaya
akan memvasodilatasi kulit, sehingga akan mempercepat kerja
lignin yang memiliki kemampuan penyerapan tinggi dalam
menurunkan suhu tubuh dalam menembus masuk ke pori.
Ditunjang juga oleh karakteristik lidah buaya yang memiliki
tingkat keasaman (pH) yang normal, hampir sama dengan pH kulit
manusia sehingga dapat menghindari terjadainya alergi kulit pada
manusia. Lidah buaya juga memiliki kandungan asam amino dan
enzim yang masing-masing berfungsi untuk membantu
perkembangan sel-sel baru dengan kecepatan luar biasa dan
menghilangkan sel-sel yang telah mati dari epidermis (As Seggaf,
2017).

2.4 Kompres Aloe Vera


2.4.1Kompres Aloe Vera
Kompres adalah salah satu tindakan non farmakologis untuk
menurunkan suhu tubuh bila anak mengalami demam. Pemberian
kompres tidak harus menggunakan air hangat, salah satu metode
kompres lain yang juga dapat diberikan pada anak yang
mengalami demam adalah metode kompres dengan lidah buaya
(Aloe vera). Lidah buaya merupakan salah satu komoditi produk
pertanian yang dijadikan komoditi unggulan di Provinsi
Kalimantan Barat (Aseng, 2015).
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu
tubuh anak yang mengalami demam. Pemberian kompres pada
53

daerah pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan


rangsangan pada area preoptic hipotalamus agar menurunkan suhu
tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini akan menuju area
hipotalamus merangsang preoptik mengakibatkan pengeluaran
sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya
pengeluarn panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme
yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter &
Perry, 2010).
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat
atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres
merupakan tindakan alternative selain dengan mengonsumsi obat-
obatan. Masih banyak orang tua yang enggan melakukan tindakan
pengompresan pada anaknya, karena merasa obat-obatan lebih
cepat dalam penyembuhan (Maharani, 2011).
Lidah buaya mengandung air sebanyak 95%. Adanya kandungan
air yang besar dalam lidah buaya dapat dimanfaatkan untuk
menurunkan demam melalui mekanisme penyerapan panas dari
tubuh dan mentransfer panas tersebut ke molekul air kemudian
menurunkan suhu tubuh. Penurunan suhu demam dapat terjadi
karena air memiliki kapasitas panas penguapan yang cukup besar
yaitu sekitar 0,6 kilokalori per gram (Fajariyah, 2016).

Pemberian kompres dengan cara lain untuk mengurangi suhu


tubuh karena infeksi (hipertermi) adalah dengan menggunakan
Aloe vera. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa dengan
pemberian kompres aloe vera (lidah buaya) dapat berpengaruh
yang signifikan untuk mengurangi suhu tubuh pada penderita
demam (As Assegaf, 2017).
54

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kompres aloe


vera adalah kompres yang menggunakan tumbuhan aloe vera yang
didalamnya terkandung air 95%.

2.4.2Tujuan dan manfaat


2.4.2.1 Tujuan Kompres Aloe Vera
Tujuan kompres lidah buaya adalah untuk menurunkan
suhu tubuh yang meningkat, karena didalam lidah buaya
mengandung air sebanyak 95% adanya kandungan air yang
besar dalam lidah buaya dapat dimanfaatkan untuk
menurunkan demam melalui mekanisme penyerapan panas
dari tubuh dan mentransfer panas tersebut ke molekul air
kemudian menurunkan suhu tubuh. Penurunan suhu
demam dapat terjadi karena air memiliki kapasitas panas
penguapan yang cukup besar yaitu sekitar 0,6 kilokalori per
gram (As Seggaf, 2017).
2.4.2.2 Manfaat Kompres Aloe Vera
Di dalam tanaman aloe vera mengandung Saponin yang
bermanfaat dalam penurunan suhu tubuh. Ketika lidah
buaya ditempelkan pada dahi anak yang mengalami
demam, maka saponin yang ada didalam lidah buaya akan
memvasodilatasi kulit, sehingga akan mempercepat kerja
lignin yang memiliki kemampuan penyerapan tinggi dalam
menurunkan suhu tubuh dalam menembus masuk ke pori.
Lidah buaya memiliki sel cairan keasaman (pH) yang
natural, mirip dengan pH kulit manusia, hal ini dapat
menghindari terjadinya alergi kulit bagi pemakaianya,
terutama pada anak anak yang memiliki kulit sensitive (As
Aseggaf, 2017).

2.4.3Kandungan Aloe vera


2.4.3.1 Saponin
55

Bermanfaat untuk penurunan suhu tubuh. Saponin bekerja


untuk memvasodilatasi kulit sehingga akan mempercepat
kerja lignin. Saponin bekerja melebarkan pembuluh darah
dapat mempercepat pengeluaran panas (As Aseggaf, 2017).
2.4.3.2 Lignin
Lignin memiliki kemampuan penyerapan tinggi dalam
menurunkan suhu tubuh dalam menembus masuk ke pori
lignin yang memiliki kemampuan penyerapan tinggi dalam
menurunkan suhu tubuh dalam menembus masuk ke pori
(As Seggaf, 2017).

2.4.4Waktu pemberian Kompres Aloe Vera


Pemberian kompres aloe vera dapat dilakukan selama 10-15 menit
(Fajariyah, 2016).

2.4.5Cara pengukuran suhu tubuh


Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pemberian kompres
aloe vera, dengan menggunakan termometer digital pada aksila,
pengompresan dilakukan pada bagian dahi dan bagian dada.

2.4.6Efek Kompres Aloe Vera


Lidah buaya mengandung air sebanyak 95 %. Adanya kandungan
air yang besar dalam lidah buaya dapat dimanfaatkan untuk
menurunkan demam melalui mekanisme penyerapan panas dari
tubuh dan mentransfer panas tersebut ke molekul air kemudian
menurunkan suhu tubuh. Penurunan suhu demam dapat terjadi
karena air memiliki kapasitas panas penguapan yang cukup besar
yaitu sekitar 0,6 kilokalori per gram (Fajariyah, 2016). Di dalam
tanaman aloe vera mengandung Saponin yang bermanfaat dalam
penurunan suhu tubuh. Ketika lidah buaya ditempelkan pada dahi
anak yang mengalami demam, maka saponin yang ada didalam
lidah buaya akan memvasodilatasi kulit, sehingga akan
mempercepat kerja lignin yang memiliki kemampuan penyerapan
tinggi dalam menurunkan suhu tubuh dalam menembus masuk ke
56

pori. Lidah buaya memiliki sel cairan keasaman (pH) yang natural,
mirip dengan pH kulit manusia, hal ini dapat menghindari
terjadinya alergi kulit bagi pemakaianya, terutama pada anak anak
yang memiliki kulit sensitif (As Seggaf, 2017).

2.4.7Metode Kompres Aloe Vera


Lidah buaya dipotong dengan ukuran 5x15 cm, dan kemudian
dicuci dengan air mengalir dan sedikit tambahan garam untuk
menghilangkan lendir yang ada pada lidah buaya tersebut.
Pemberian kompres dilakukan selama 15 menit dan dilakukan
pengukuran suhu pada sebelum dan setelah pemberian kompres
lidah buaya menggunakan termometer digital yang diletakan pada
area axila (As Seggaf, 2017).
57

2.5 Kerangka Teori


Skema 2.1 Kerangka Teori

Infeksi atau peradangan


Anak Usia Sekolah (6-12 tahun)
didalam tubuh

Pirogen endogen

Hipotalamus

Menggigil

Manifestasi Klinis
a. Anak rewel Suhu tubuh
b. Kulit kemerahan
Demam
c. Hangat/panas pada
sentuhan
d. Peningkatan frekuensi
Pemberian Kompres Aloe Vera
pernapasan
e. Menggigil Kandungan Aloe Vera
a. Saponin
f. Dehidrasi b. Lignin

Memvasodilatasi kulit dan


mempercepat kemampuan
penyerapan

2.6 Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan bagan terhadap rancangan penelitian yang
akan dil akukan, meliputi siapa yang akan diteliti atau subjek penelitian.
Variabel yang akan diteliti atau subjek penelitian. Variabel yang akan
58

diteliti dan variabel yang mempengaruhi dalam penelitian (Hidayat,


2015).

Skema 2.2 Kerangka konsep


Variabel Independen

Pemberian Kompres
Aloe Vera

Variabel dependen

Suhu tubuh sebelum Suhu tubuh setelah


diberikan Kompres diberikan Kompres
Aloe Vera Aloe Vera

2.7 Hipotesis
Hipotesis yang diterapkan dalam penelitian ini “Ada Pengaruh
Pemberian Kompres Aloe Vera Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada
Anak Usia Sekolah Yang Mengalami Demam Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekauman Banjarmasin?”
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Desain Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan studi literatur. Studi literatur adalah
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca dan mencatat, serta mengolah bahan penelitian
(Nursalam, 2016). Digunakannya metode ini karena ingin mengetahui
apakah ada pengaruh pemberian kompres aloe vera terhadap penurunan
suhu tubuh pada anak usia sekolah dengan membandingkan dan
menganalisa beberapa jurnal dan penelitian terkait.

3.2 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang
dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional.
Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam,
2017).

59
60

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor
operasional
Variabel Metode Tehnik ini - - -
Independen pengompresan berlangsung
: pada dahi, aksila, selama 15
Kompres dan lipatan paha menit
Aloe Vera menggunakan
aloe vera yang
dikupas dan
diambil
dagingnya,
pengompresan
dilakukan
selama 15
menit .
Variabel Suhu tubuh Suhu tubuh - - -
Dependen merupakan tanda
:Penurunan atau suatu
suhu tubuh ukuran penting
yang dapat
memberi
petunjuk
mengenai
keadaan tubuh
seseorang, Untuk
menentukan
suhu tidak dapat
menggunakan
panca indera
(perabaan
tangan), alat
yang dapat
digunakan untuk
mengukur suhu
tubuh adalah
thermometer.
Diharapkan
setelah
diberikannya
tindakan
kompres aloe
vera suhu tubuh
anak mengalami
penurunan.
61

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1Populasi
Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu
atau obyek yang merupakan sifat-sifat umum. (Arikunto, S., 2010)
menjelaskan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Sedangkan menurut (Sugiyono, 2010) populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Tabel 3.2 Populasi


No
Judul Jurnal Populasi Jumlah Populasi
.

Aloe Vera Barbadensis Miller Semua anak demam Tidak disebutkan di


As An Alternative Treatment di Wilayah Kerja dalam jurnal
1.
For Children With Fever. Puskesmas Doplang
Blora

The Effect Of Onion (Allium Semua pasien anak- Tidak disebutkan di


Ascalonicum L.) Compres anak yang dirawat di dalam jurnal
Toward Body Temperature Of Space Bougenville
2. Children With Hipertermia In dr. Haryato
Bougenville Room Dr. Haryoto Lumajang yang
Lumajang Hospital memiliki tanda-
tanda hipertermia.

Pengaruh Pemberian Kompres Anak usia 3-6 tahun Tidak disebutkan di


Aloe Vera Terhadap Penurunan dengan demam di dalam jurnal
3. Suhu Tubuh Anak Demam Usia Puskesmas Nusukan
3-6 Tahun Di Puskesmas
Nusukan.
62

Pengaruh Kompres Aloe Vera Seluruh anak yang Tidak disebutkan di


Terhadap Suhu Tubuh Anak berusia 3-6 tahun dalam jurnal
Usia Pra Sekolah Dengan yang mengalami
Demam Di Puskesmas Siantan demam dan tinggal
4. Hilir. di wilayah kerja
Puskesmas Siantan
Hilir

Perbedaan Suhu Tubuh Pada Anak demam usia 87 anak


Anak Demam Usia Sekolah sekolah yang
Sebelum Dan Sesudah menjalani rawat inap
5.
Kompres Daun Lidah Buaya di RSUD Ungaran
Di Rsud Ungaran Kabupaten Kabupaten
Semarang. Semarang
Perbedaan Efektivitas Kompres Seluruh balita yang Tidak disebutkan di
Daun Kelor Dan Kompres mengalami demam dalam jurnal
6. Bawang Merah Terhadap Di Rs Uns
Perubahan suhu Tubuh Balita Surakarta
Demam Di Rs Uns Surakarta

Balita demam yang Tidak disebutkan di


Pengaruh Pemberian berobat ke poli anak dalam jurnal
Tumbukan Bawang Merah di Puskesmas Lubuk
Sebagai Penurun Suhu Tubuh Buaya Kota Padang
7.
Pada Balita Demam Di
Puskesmas Lubuk Buaya Kota
Padang Tahun 2018.

3.4 Sampel dan Teknik Sampling


Sampel merupakan penarikan atau pembuatan sampel dari populasi
untuk mewakili populasi disebabkan untuk mengangkat kesimpulan
penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto, S., 2010).
Sampling merupakan teknik yang digunakan untuk pemilihan sampel
agar sampel yang di pilih dapat memenuhi kriteria yang diinginkan
sesuai (Fathur Sani K, 2016).

Tabel 3.3 Sampel dan Sampling

No Judul Jurnal Jumlah Sampel Teknik Sampling


.
63

1. Aloe Vera Barbadensis 40 responden Purposive Sampling


Miller As An Alternative (20 kompres aloe vera
Treatment For Children With dan 20 kompres air
Fever. hangat)

2. The Effect Of Onion (Allium 20 responden Purposive Sampling


Ascalonicum L.) Compres (10 sampel untuk
Toward Body Temperature kompres air hangat dan
Of Children With 10 sampel untuk kompres
Hipertermia In Bougenville bawang merah)
Room Dr. Haryoto Lumajang
Hospital

3. Pengaruh Pemberian 12 responden Purposive Sampling


Kompres Aloe Vera Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Anak
Demam Usia 3-6 Tahun Di
Puskesmas Nusukan.

4. Pengaruh Kompres Aloe Vera 16 responden Purposive Sampling


Terhadap Suhu Tubuh Anak
Usia Pra Sekolah Dengan
Demam Di Puskesmas
Siantan Hilir.

5. Perbedaan Suhu Tubuh Pada 15 responden Accidental Sampling


Anak Demam Usia Sekolah
Sebelum Dan Sesudah
Kompres Daun Lidah Buaya
Di Rsud Ungaran Kabupaten
Semarang.

6. Perbedaan Efektivitas 28 responden Consecutive


Kompres Daun Kelor Dan (14 kelompok kompres Sampling
Kompres Bawang Merah daun kelor dan 14
Terhadap Perubahansuhu kelompok kompres
Tubuh Balita Demam Di Rs bawang merah)
Uns Surakarta

7. Pengaruh Pemberian 16 responden Purposive Sampling


Tumbukan Bawang Merah
64

Sebagai Penurun Suhu Tubuh


Pada Balita Demam Di
Puskesmas Lubuk Buaya
Kota Padang Tahun 2018.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian


3.5.1Tempat Penelitian
No
Judul Jurnal Tempat Penelitian
.
Aloe Vera Barbadensis Miller As An Wilayah Kerja Puskesmas Doplang
1. Alternative Treatment For Children Blora
With Fever.
The Effect Of Onion (Allium Rumah Sakit Lumajang Haryato
Ascalonicum L.) Compres Toward
Body Temperature Of Children With
2.
Hipertermia In Bougenville Room
Dr. Haryoto Lumajang Hospital
Pengaruh Pemberian Kompres Aloe Puskesmas Nusukan
Vera Terhadap Penurunan Suhu
3. Tubuh Anak Demam Usia 3-6 Tahun
Di Puskesmas Nusukan.
Pengaruh Kompres Aloe Vera Ruangan Poli Umum Wilayah Kerja
Terhadap Suhu Tubuh Anak Usia Pra Puskesmas Siantan Hilir
4. Sekolah Dengan Demam Di
Puskesmas Siantan Hilir.
Perbedaan Suhu Tubuh Pada Anak RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Demam Usia Sekolah Sebelum Dan
Sesudah Kompres Daun Lidah Buaya
5.
Di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang.
Perbedaan Efektivitas Kompres Daun Rumah Sakit UNS Surakarta
Kelor Dan Kompres Bawang Merah
6. Terhadap Perubahansuhu Tubuh
Balita Demam Di Rs Uns Surakarta
Pengaruh Pemberian Tumbukan Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang
Bawang Merah Sebagai Penurun
7. Suhu Tubuh Pada Balita Demam Di
Puskesmas Lubuk Buaya Kota
Padang Tahun 2018.
65

3.5.2Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan sejak bulan Desember 2019
sampai dengan Juli 2020 dimulai dengan penyusunan proposal
penelitian sampai dengan pelaporan hasil penelitian.

3.6 Teknik Pengambilan Data


Menggunakan penelusuran literature jurnal menggunakan VIA
V : Validitas (kebenaran) bukti yang diperoleh dari sebuah riset
tergantung dari cara peneliti memilih subjek/ sampel pasien penelitian,
cara mengukur variabel, dan mengendalikan pengaruh faktor ketiga
yang disebut faktor perancu (confounding factor). Untuk memperoleh
hasil riset yang benar (valid), maka sebuah riset perlu menggunakan
desain studi yang tepat.
I : Important bukti yang disampaikan oleh suatu artikel tentang intervensi
medis perlu dinilai tidak hanya validitas (kebenaran)nya tetapi juga
apakah intervensi tersebut memberikan informasi diagnostik ataupun
terapetik yang substansial, yang cukup penting (important), sehingga
berguna untuk menegakkan diagnosis ataupun memilih terapi yang
efektif.
A : Bukti tentang kemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu
intervensi, baik secara klinis maupun statistik, seperti yang ditunjukkan
pada situasi riset yang sangat terkontrol. Suatu intervensi menunjukkan
efikasi jika efek intervensi itu valid secara internal (internal validity),
dengan kata lain intervensi itu memberikan efektif ketika diterapkan
pada populasi sasaran (target population).

3.7 Instrumen Penelitian


Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa karya tulis atau hasil penelitian yang telah dipublikasikan
(evidance based) terkait variabel yang diteliti. Alat pengumpulan data
pada jurnal yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
3.4.
66

Tabel 3.4 Alat Pengumpulan Data

No Judul Jurnal Alat Pengumpulan Data


.

Aloe Vera Barbadensis Miller As An Intervensi


1. Alternative Treatment For Children
With Fever. Instrumen penelitian ini Kelompok
eksperimen diberi kompres lidah buaya.
Jenis lidah buaya yang digunakan adalah
aloe vera barbarensis miller dengan
lebar ± 6cm dan panjang ± 11cm.
Peneliti memilih lidah buaya segar dan
bersih, kemudian mengupas lidah buaya
dengan melepas kulit daun dan
menaruhnya di dahi, ketiak (aksila), dan
lipatan pangkal paha selama 15 - 20
menit. Sedangkan kelompok control
hanya diberi kompres air hangat (37°C-
40°C) pada kain basah dan diletakkan
dahi, ketiak (aksila), dan lipatan pangkal
paha selama 15 - 20 menit. Termometer
rektal digital digunakan untuk mengukur
suhu. Dianggap demam jika suhunya
>37,3°C. Pengukuran dilakukan
beberapa kali (setelah 5 menit, 10 menit,
15 menit, dan 20 menit intervensi).
2. Intervensi
The Effect Of Onion (Allium Kelompok perlakuan diberikan kompres
Ascalonicum L.) Compres Toward bawang merah yang dihancurkan lalu
Body Temperature Of Children With diletakkan di daerah aksila selama 10
Hipertermia In Bougenville Room menit sedangkan kelompok control
Dr. Haryoto Lumajang Hospital diberikan kompres hangat di daerah
aksila selama 10 menit karna memiliki
pembuluh darah yang besar.
Pengaruh Pemberian Kompres Aloe Observasi
3. Vera Terhadap Penurunan Suhu Tehnik tersebut dilakuakan dengan cara
Tubuh Anak Demam Usia 3-6 Tahun responden mengetahui suhu tubuhnya
Di Puskesmas Nusukan. sebelum dan sesudah pemberian
kompres Aloe Vera.

Pengaruh Kompres Aloe Vera Observasi


4. Terhadap Suhu Tubuh Anak Usia Pra Dilakukan langsung ke pasien dan
Sekolah Dengan Demam Di dibantu oleh satu orang perawat.
Puskesmas Siantan Hilir. Sebelum pelaksanaan perawat tersebut
sudah diberikan penjelasan oleh peneliti
mengenai tindakan kompres lidah
67

buaya. Setelah subjek yang dicari telah


memenuhi syarat dalam kriteria inklusi
baru dilaksanakan tindakan mandiri
keperawatan berupa pemberian kompres
lidah buaya. Lidah buaya dipotong
dengan ukuran 5x 15cm, dan kemudian
dicuci dengan air mengalir dan sedikit
tambahan garam untuk menghilangkan
lendir pada lidah buaya tersebut.
Pemberian kompres dilakukan selama
15 menit dan dilakukan pengukuran
suhu pada sebelum dan sesudah
pemberian kompres lidah buaya
menggunakan thermometer digital yang
dilakukan pada area axila.

Lembar Observasi
5. Perbedaan Suhu Tubuh Pada Anak Yang diisi oleh petugas untuk
Demam Usia Sekolah Sebelum Dan mendapatkan hasil apakah kompres
Sesudah Kompres Daun Lidah Buaya daun lidah buaya dilakukan atau tidak
Di Rsud Ungaran Kabupaten dilakukan. Metode yang digunakan
Semarang. dalam penelitian ini adalah
preeksperimen dengan pre-posttest
dalam satu kelompok (One-Group
Pretest-Posttest Design). Peneliti
memberikan perlakuan kompres daun
lidah buaya pada anak demam untuk
mengetahui suhu tubuh sebelum dan
sesudah dilakukan kompres

Intervensi
6. Perbedaan Efektivitas Kompres Daun
Instrument penelitian ini menggunakan
Kelor Dan Kompres Bawang Merah
kain basah daun kelor dan bawang
Terhadap Perubahan suhu Tubuhmerah yang sebelumnya telah ditumbuk
Balita Demam Di Rs Uns Surakarta
halus. Takaran daun kelor dan bawang
merah berat masing-masing 50 gram
kemudian haluskan dicampurkan
dengan 1 buah jeruk nipis peras, 1
sendok makan minyak kelapa, kemudian
campur semua bahan, aduk rata dan
kompreskan pada dahi anak selama 15
menit. Alat untuk pengukuran suhu
tubuh adalah termometer raksa.
Sebelum diberikan terapi komplementer,
peneliti menilai suhu tubuh balita
apakah balita mengalami hipertemi.
Lembar Observasi
7. Pengaruh Pemberian Tumbukan Pemberian tumbukan bawang merah
Bawang Merah Sebagai Penurun dilakukan di rumah anak yang telah
68

berobat ke poli anak, sebelumnya


Suhu Tubuh Pada Balita Demam Di diberikan pertanyaan sesuai dengan
Puskesmas Lubuk Buaya Kota kriteria inklusi dan ekslusi diluar
Padang Tahun 2018. ruangan poli sebelum anak dipanggil ke
dalam ruangan untuk diperiksa dan
mendapatkan terapi yang akan
diberikan. Penelitian dengan
menggunakan tumbukan bawang merah
yang ditempelkan pada punggung balita
demam ini dapat menurunkan suhu
tubuh.

3.8 Teknik Analisa Data

Analisa data adalah suatu proses atau upaya untuk mengolah data
menjadi informasi baru sehingga karakteristik data menjadi lebih mudah
dipahami dan berguna untuk solusi masalah, terutama terkait dengan
penelitian.

Teknik Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode naratif.


Metode naratif adalah metode dimana peneliti mengumpulkan
pengalaman dan peristiwa yang sudah pernah dialami atau yang sedang
dialami tentang kehidupan individu seperti yang diceritakan melalui
kisah-kisah pengalaman mereka, termasuk diskusi tentang makna
pengalaman-pengalaman bagi individu (Nursalam, 2017).

3.9 Etik Penelitian


Penelitian ini telah diuji etik pada bulan Mei 2020 di Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin dengan nomor sertifikat etik
081/UMB/KE/V/2020.
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelusuran Jurnal


4.1.1Jurnal Pertama
Judul : Aloe Vera Barbadensis Miller As An Alternative
Treatment For Children With Fever (Aloe Vera Barbadensis
Miller Sebagai Alternatif Pengobatan Untuk Anak-anak Dengan
Demam).
Peneliti : Siti Choirul Dwi Astuti, Suhartono, Ngadiyono,
Supriyana

69
Publikasi : Jurnal Keperawatan Belitung. 2017 Oktober; 3 (5):
595-602 Diterima: 11 Maret 2017
Tahun : 2017

Tabel 4.1 Analisis VIA Jurnal Pertama


No. Judul Jurnal dan Alamat Validity Important Applicabel

1. Metode Karakteristik 1. Lidah buaya juga


Aloe Vera Barbadensis Penelitian: Respoden adalah termasuk tanaman
Miller As An Alternative Eksperimen anak-anak lokal yang
Treatment For Children Semu (pretest- dengan demam dibudidayakan
With Fever (Aloe Vera posttest) (37,3°C-38,5°C) sehingga mudah
Barbadensis Miller Sebagai Teknik laki-laki dan didapat dan
Alternatif Pengobatan Sampling: perempuan yang harganya
Untuk Anak-anak Dengan Purposive berusia 1-5 tahun terjangkau
Demam). Sammpling memiliki status 2. Didalam lidah
Jumlah gizi baik dengan buaya terdapat
https://belitungraya.org/BR Sampel: p-value 0,05 kandungan saponin
P/index.php/bnj/article/vie 40 responden yang dapat
w/196 menyebab kan
vasodilatasi,
sehingga
mempercepat
penurunan suhu
tubuh setelah
pemberian kompres
lidah buaya.
Penelitian ini juga
mendukung
penelitian yang
menemukan bahwa
lidah buaya
memiliki fitokimia
dalam bentuk
saponin dan
digunakan untuk
menurunkan suhu
tubuh pada pasien
luka bakar
3. Lidah buaya juga
mengandung lignin
yang dapat
menembus ke
dalam kulit, yang
membantu
mencegah

70
hilangnya cairan
tubuh dari
permukaan kulit.

71
72

Hasil Penelitian
Untuk menguji efek aloe vera barbarensis miller pada demam
dilakukan pembagian sampling diantara kelompok eksperimen dan
kontrol dengan menggunakan analisis data independent t-test dan
paired t-test.
1. Karakteristik responden
Responden Kelompok Kelompok Nilai-P
Kompres Air Kompres Lidah
Hangat Buaya
Umur (bulan) 0.802
Mean 37.55 38.2
Median 34.5 37
Min 27 22
Max 60 59
±SD 7.937 9.563
Kelamin 0,736
Laki-laki 14 (70%) 13 (65%)
Perempuan 6 (30%) 7 (35%)
Status nutrisi 0.705
Baik 16 (80%) 15 (75%)
Tidak Baik 4 (20%) 5 (25%)

Dapat diketahui bahwa mayoritas anak-anak dalam penelitian


ini berusia 37-38 bulan dan memiliki status gizi yang baik,
dengan nilai p> 0,05, yang menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara karakteristik responden
dengan kelompok eksperimen dan kontrol.

2. Waktu untuk mencapai suhu normal


Waktu Kelompok Kelompok Total
Kompres Air Kompres Lidah
Hangat Buaya
N % N % N %
5 menit 1 5% 8 40% 9 22.5%
10 4 20% 18 90% 2 55%
menit
15 12 60% 20 100% 32 80%
menit
73

20 20 100% 20 100% 40 100%


menit
Total 20 100% 20 100% 40 100%

Dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dalam


kelompok kompres air hangat mencapai suhu normal dalam
waktu 20 menit berjumlah 20 orang dan dalam kelompok
kompres aloe vera mencapai suhu normal lebih cepat dari pada
kemompok kompres hangat, yaitu dalam waktu 15 menit
berjumlah 20 orang.

3. Perbedaan suhu tubuh sebelum dan sesudah intervensi


menggunakan paired t-test
Intervensi
Kompres Air Hangat Kompres Lidah Buaya
Waktu Pengukuran
Perbedaan Rata- Nilai-P Perbedaan Rata- Nilai-P
Rata Berpasangan Rata Berpasangan
Sebelum dan sesudah 0.26 0.001 0.55 0.0001
5 menit
Sebelum dan sesudah 0.44 0.001 1.065 0.0001
10 menit
Sebelum dan sesudah 0.71 0.001 1.415 0.0001
15 menit
Sebelum dan sesudah 1.085 0.001 1.435 0.0001
20 menit

Dapat diketahui bahwa ada penurunan suhu tubuh yang


signifikan dalam kelompok eksperimen dan kontrol dalam empat
kali pengukuran dengan p-value <0.05. Namun, kelompok
kompres lidah buaya menunjukkan penurunan suhu tubuh yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kompres air hangat
di masing-masing pengukuran. Misalnya, perbedaan suhu tubuh
setelah 20 menit pada kelompok eksperimen adalah 1,435
sedangkan pada kelompok kontrol hanya 1.085. Dapat dikatakan
bahwa kompres lidah buaya lebih efektif dari pada kompres air
hangat.
74

4. Perbedaan suhu tubuh sebelum dan sesudah diberikan intervensi


dalam percobaan
Waktu Pengukuran Mean;±SD; Median; Min±Max Nilai-P
Kompres Aloe Vera Kompres Air Hangat
Pretest 37.9±0.37; 38.0; 37.3±38.5 37.8±0.20; 37.8; 37.4±38.2 0.141
Posttest (5 menit) 37.4±0.37; 37.4; 36.9±38.0 37.5±0.23; 37.6; 36.9±37.9 0.141
Posttest (10 menit) 36.9±0.34; 37.0; 36.3±38.0 37.3±0.29; 37.4; 36.6±37.9 0.001
Posttest (15 menit) 36.5±0.24; 36.5; 36.2±37.1 37.1±0.34; 37.1; 36.4±37.9 0.001
Posttest (20 menit) 36.5±0.25; 36.5; 36.2±37.1 36.7±0.23; 36.7; 36.4±37.2 0.013
Mean difference 1.43±0.32; 1.40; 0.80±2.20 1.08±0.14; 1.10; 0.90±1.40 0.001

Dapat diketahui bahwa hasil independent t-test menunjukkan bahwa


tidak ada perbedaan yang signifikan dalam suhu tubuh pretest dan
posttest (5 menit) dengan p-value> 0,05. Namun, ada perbedaan
yang signifikan secara statistik dalam suhu tubuh antara kelompok
eksperimen dan kontrol setelah 10 menit (p = 0,001), 15 menit (p =
0,001) dan 20 menit intervensi (0,013). Ada sedikit perbedaan suhu
tubuh antara kedua kelompok, yang hanya 0,2ºC.

Kekurangan dari jurnal ini tidak mencantumkan berapa jumlah


populasi dalam penelitian.
Kelebihan dari jurnal ini peneliti menggunakan kelompok
eksperimen dan kontrol untuk mengetahui intervensi mana yang
lebih efektif dalam mengatasi penurunan suhu tubuh pada anak yang
mengalami demam, dan hasilnya kelompok eksperimen yang lebih
efektif. Sehingga memudahkan orang tua dalam memilih tindakan
mana yang lebih efektif dalam mengatasi penurunan suhu tubuh
pada anak demam.

Dari intervensi kelompok kompres lidah buaya dan kompres air


hangat dapat disimpulkan bahwa kompres lidah buaya lebih efektif
dari pada kompres air hangat karena kompres lidah buaya memiliki
efek yang signifikan dalam menurunkan suhu tubuh pada anak-anak
dengan demam disbanding kompres air hangat.
75

4.1.2 Jurnal Kedua

Judul : The Effect Of Onion (Allium Ascalonicum L.) Compres


Toward Body Temperature Of Children With Hipertermia In
Bougenville Room Dr. Haryoto Lumajang Hospital.
Peneliti : Pragita Reza Riyady
Publikasi : ISBN 978-602-60569-3-1
Tahun : 2016

Tabel 4.2 Analisis VIA Jurnal Kedua

No. Judul Jurnal dan Alamat Validity Important Applicabel


2. Metode Karakteristik 1. Bawang merah
The Effect Of Onion Penelitian: Responden anak-anak sering digunakan
(Allium Ascalonicum L.) Eksperimen usia 1-5 tahun yang dalam kegiatan
Compres Toward Body Semu (pretest- memiliki tanda sehari-hari dalam
Temperature Of Children posttest) hipertermi rendah, masyarakat
With Hipertermia In Teknik sedang, tinggi dan sehingga sangat
Bougenville Room Dr. Sampling: memenuhi kriteria mudah
Haryoto Lumajang Purposive inklusi yang ditemukan di
Hospital Sampling ditetapkan oleh masyarakat
Jumlah peneliti. Peneliti 2. Bawang merah
https://ura.unej.ac.id/han Sampel: membagi sampel adalah ramuan
dle/123456789/68561 20 responden menjadi kelompok multiguna yang
kontrol dan dapat digunakan
perlakuan. untuk
menurunkan
suhu tubuh
3. Bawang merah
memiliki
kandungan
flavonoid,
allylcysteine
sulfoxide (alliin)
yang dapat
melancarkan
sirkulasi darah
sehingga panas
dari tubuh bisa
lebih mudah
didistribusikan
ke pembuluh
darah perifer.

Hasil Penelitian
76

1. Data suhu tubuh sebelum dan setelah intervensi kelompok


perlakuan kompres bawang merah
No Kategori Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
. Jumlah % Jumlah %
1. Hipertermi 0 0 0 0
Tinggi
2. Hipertermi 0 0 0 0
Sedang
3. Hipertermi 0 0 4 40
Normal
4. Hipertermi 5 50 5 50
Rendah
5. Hipertermi 4 40 1 10
Sedang
6. Hipertermi 1 10 0 0
Tinggi
Total 10 100 10 100

Dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan suhu tubuh sebelum


kompres bawang merah 40% dalam kategori hipertermi sedang.
Setelah dikompres bawang merah, suhu tubuhmenurun pada
kategori hipertermi sedang adalah 1 orang (10%).

2. Perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah intervensi kelompok


perlakuan kompres bawang merah
Kode Suhu Tubuh
Responden Sebelum Kategori Sesudah Kategori Perbedaan
P.1 37,6 Hipertermi Rendah 36.5 Hipertermi Normal -1.1
P.2 37,7 Hipertermi Rendah 36.6 Hipertermi Normal -1.1
P.3 37.8 Hipertermi Rendah 36.8 Hipertermi Normal -1.0
P.4 37.9 Hipertermi Rendah 36.9 Hipertermi Normal -1.0
P.5 38.0 Hipertermi Rendah 37.5 Hipertermi Rendah -0.5
P.6 38.4 Hipertermi Sedang 37.7 Hipertermi Rendah -0.7
P.7 38.7 Hipertermi Sedang 37.0 Hipertermi Normal -1.7
P.8 38.7 Hipertermi Sedang 37.5 Hipertermi Rendah -1.2
P.9 38.9 Hipertermi Sedang 37.4 Hipertermi Rendah -1.5
P.10 39.5 Hipertermi Tinggi 38,4 Hipertermi Sedang -1.1
Total 383.2 372.3 -10.9
Mean 38.32 37.23 -1.09
77

Dapat diketahui bahwa ada penurunan rata-rata suhu tubuh pada


kelompok yang diberi perlakuan 1,09ºC dari rata-rata sebelum
diberi bawang kompres sebesar 38,32ºC diberi kompres 37,23ºC
setelah bawang. Tanda negatif pada kolom perbedaan
menunjukkan bahwa ada penurunan suhu tubuh responden pada
kelompok perlakuan

3. Data suhu tubuh sebelumdan setelah intervensi Kelompok


kontrol kompres air hangat
No Kategori Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
. Jumlah % Jumlah %
1. Hipertermi 0 0 0 0
Tinggi
2. Hipertermi 0 0 0 0
Sedang
3. Hipertermi 0 0 2 20
Normal
4. Hipertermi 6 60 6 60
Rendah
5. Hipertermi 4 40 2 20
Sedang
6. Hipertermi 0 0 0 0
Tinggi
Total 10 100 10 100

Dapat diketahui bahwa suhu tubuh pada kelompok kontrol


pretest lebih dari setengahnya yaitu 6 responden (60%) berada
dalam kategori hipertermia rendah sedangkan 4 responden (40%)
berada dalam kategori hipertermia sedang. Pada saat post-test
dapat diketahui penurunan suhu pada kategori hipertermia
awalnya 4 menjadi 2 responden berada pada kategori hipertermia
sedang.

4. Perbedaan suhu tubuh sebelum dan setelah intervensi kelompok


kontrol kompres air hangat
Kode Suhu Tubuh
Responden Sebelum Kategori Sesudah Kategori Perbedaan
P.1 37,6 Hipertermi Rendah 37.2 Hipertermi Rendah -0.4
78

P.2 37,7 Hipertermi Sedang 38.1 Hipertermi Rendah -0.6


P.3 37.9 Hipertermi Sedang 38.6 Hipertermi Sedang -0.3
P.4 38.6 Hipertermi Sedang 37.8 Hipertermi Rendah -0.8
P.5 37.9 Hipertermi Rendah 36.5 Hipertermi Normal -1.4
P.6 38.6 Hipertermi Sedang 38.5 Hipertermi Sedang -0.1
P.7 37.8 Hipertermi Rendah 37.0 Hipertermi Rendah -0.8
P.8 38.2 Hipertermi Rendah 37.1 Hipertermi Rendah -1.1
P.9 37.7 Hipertermi Rendah 37.0 Hipertermi Rendah -0.7
P.10 37.2 Hipertermi Rendah 36,9 Hipertermi Normal -0.3
Total 381.2 374.3 -6.5
Mean 38.12 37.43 -0.65

Dapat diketahui bahwa penurunan suhu tubuh rata-rata pada


kelompok kontrol 0,65ºC dari pretest rata-rata untuk 38,12ºC
menjadi 37,47ºC setelah posttest. Tanda negatif pada perbedaan
kolom menunjukkan bahwa ada penurunan suhu tubuh pada
kelompok kontrol.

5. Perbedaan suhu tubuh kelompok perlakuan dan kontrol


Mean Mean
Variabel Sebelum Sesudah Differenc
e
Kelompok 38.32 37,23 -1.0900
Perlakuan
Kelompok 38.14 37.47 -0.6500
Kontrol

Dapat diketahui suhu pada kelompok bwang merah mengalami


penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok air
hangat, yaitu penurunan 1,09ºC pada kelompok perlakuan
sedangkan kelompok kontrol 0,65ºC.

Kekurangan dari jurnal ini tidak mencantumkan berapa jumlah


populasi dalam penelitian dan tidak mencantumkan keseluruhan
kandungan dalam intervensi penelitian.
Kelebihan dari jurnal ini peneliti menggunakan kelompok
perlakuan dan kontrol untuk mengetahui intervensi mana yang
mengalami penurunan suhu tubuh lebih besar pada anak yang
79

mengalami demam, dan hasilnya kelompok perlakuan


mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih besar dari
kelompok kontrol. Sehingga memudahkan orang tua dalam
memilih tindakan mana yang lebih efektif dalam mengatasi
penurunan suhu tubuh pada anak demam.

Dari intervensi kelompok kompres bawang merah dan kelompok


kompres air hangat di dapatkan hasil setelah kompres bawang
merah didapatkan rerata perbedan: 1.09ºC dan setelah kompres
air hangat didapatkan rerata perbedaan: 0,65ºC. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kompres bawang merah lebih berpengaruh
dalam menurunkan suhu tubuh.

4.1.3 Jurnal Ketiga


Judul : Pengaruh Pemberian Kompres Aloe Vera Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia 3-6 Tahun Di
Puskesmas Nusukan
Peneliti : Bagus Purnomo, Yuli Widyastuti, Siti Sarifah
Publikasi : Tidak disebutkan didalam jurnal
Tahun : 2019

Tabel 4.3 Analisis VIA Jurnal Ketiga

No. Judul Jurnal dan Alamat Validity Important Applicabel


3. Pengaruh Pemberian Metode Karakteristik 1. Kompres tidak
Kompres Aloe Vera Penelitian: Responden terbanyak harus selalu
Terhadap Penurunan Quasi berada pada rentang menggunkan
Suhu Tubuh Anak eksperimen umur 4-5 tahun kompres hangat
Demam Usia 3-6 Tahun Teknik sejumlah 6 atau dingin,
Di Puskesmas Nusukan Sampling: responden, umur 3-4 namun dapat
Purposive tahun sejumlah 4 juga
http://repository.itspku.ac Sampling responden, dan paling menggunakan
.id/130/ Jumlah sedikit berada pada kompres aloe
Sampel: rentang umur 5-6 vera.
12 Responden tahun sejumlah 2 2. Salah satu
responden. responden metode untuk
rata-rata berjenis menurunkan
kelamin laki-laki suhu tubuh dari
sejumlah 7 responden luar tubuh,
80

dan 5 responden dengan cara


perempuan. meletakkan
daging Aloe vera
yang telah
dikupas dan
dicuci untuk
menghilangkan
gelnya dibagian
axila atau ketiak
responden.
3. Didalam jurnal
ini mengatakan
bahwa aloe vera
terbukti memiliki
efek sebagai
antipiretik

Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Setelah dilakukan pengambilan data pada setiap responden
sebanyak 12 responden. Hasil analisa Univariatnya dapat
disajikan dalam bentuk yaitu :
a. Umur

Umur Frekuensi Presentase (%)


3.0-3.9 4 33.3
4.0-4.9 6 50.0
5.0-6.0 2 16.7
Total 12 100.0

Dapat diketahui bahwa responden terbanyak pada rentan usia


4,0-4,9 tahun sejumlah 6 responden, umur 3,0-3,9 tahun
sejumlah 4 responden, dan responden paling sedikit pada
rentang usia 5,0-6,0 tahun sejumlah 2 responden.

b. Jenis Kelamin
Jenis Frekuensi Presentase (%)
Kelamin
Laki-laki 7 58.3
Perempua 5 41.7
n
81

Total 12 100.0

Dapat diketahui bahwa responden jenis kelamin laki-laki


sejumlah 7 responden dan perempuan sejumlah 5 responden.

c. Suhu Sebelum Pemberian Kompres Aloevera

Me Med Df Min Max

Sebelum Perlakuan 38.10 38.00 0.3029 37.8 38.6

Dapat diketahui bahwa rata-rata suhu tubuh responden


sebelum diberikan kompres aloe vera yaitu 38,108ºC dengan
suhu terendah yaitu 37,8ºC dan suhu teringgi yaitu 38,6ºC.

d. Suhu Sesudah Pemberian Kompres

Me Med Df Min Max

Sesudah Perlakuan 37.425 37.450 0.1712 37.1 37.6

Dapat diketahui bahwa rata-rata suhu tubuh responden


sebelum diberikan kompres aloe vera yaitu 37,425ºC dengan
suhu terendah yaitu 37,1ºC dan suhu teringgi yaitu 37,6ºC.

e. Statistik Deskriptif

Me Med Df Min Max

Sebelum Perlakuan 38.10 38.00 0.3029 37.8 38.6

Sesudah Perlakuan 37.425 37.450 0.1712 37.1 37.6

Dapat diketahui bahwa rata-rata suhu sesudah perlakuan lebih


rendah yaitu 37,425ºC dibandingkan rata-rata suhu sebelum
perlakuan yaitu 37,450ºC maka disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh pemberian kompres Aloevera terhadap penurunan suhu
tubuh pada anak.
82

2. Analisis Bivariat
a. Uji Normalitas Data

Shapiro wilk
Statistic Df Sig
Suhu Sebelum .854 12 .041
Pemberian
Suhu Sesudah .894 12 .135
Pemberian

Dapat diketahu bahwa suhu tubuh sebelum dan sesudah


pemberian kompres Aloe vera mempunyai nilai signifikan p
= 0,041 dan p = 0,135, dimana p <0.050. Maka, dapat
dinyatakan bahwa data suhu sebelum pemberian kompres
aloe vera berdistribusi normal, sedangkan data suhu sesudah
pemberian kompres aloe vera berdistribusi tidak normal,
sehingga uji analisis yang digunakan adalah uji non
parametrik Wilcoxon.

b. Uji Hipotesis

Test Statistics Skor Post Test-


Skor Pre Test
Z -37.075
Asymps. Sig. (2-tailed) .002

Dapat diketahui bahwa hasil uji non parametrik Wilcoxon,


diperoleh hasil nilai Z hitung -3,075 dan hasil nilai signifikan
p = 0,002 dimana nilai p <0.050, hasil tersebut menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh pemberian kompres aloe vera
terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam.

Kekurangan dari jurnal ini tidak mencantumkan berapa


jumlah populasi dalam penelitian dan tidak menyertakan
tanggal
83

Kelebihan dari jurnal ini hasil dan pembahasan lebih lengkap


dari pada jurnal pertama dan kedua. Dalam penelitian ini
juga menyertakan jurnal pembanding sehingga memudahkan
peneliti selanjutnya dalam mengumpulkan refrensi.

Dari jurnal diatas didapatkan hasil bahwa adanya penurunan


suhu tubuh anak setelah diberikan kompres aloe vera yaitu
nilai rata-rata suhu anak yang semula 38,12ºC nilai rata-rata
suhu anak menjadi 37,425ºC. Jadi dapat disimpulkan bahwa
adanya penurunan suhu tubuh anak setelah diberikan
kompres aloe vera.

4.1.4Jurnal Keempat
Judul : Pengaruh Kompres Aloe Vera Terhadap Suhu Tubuh Anak
Usia Pra Sekolah Dengan Demam Di Puskesmas Siantan Hilir
Peneliti : Eva Muzdhalifah As Seggaf, Ramadhaniyati, Desy
Wulandari
Publikasi : Tidak disebutkan didalam jurnal
Tahun : 2017

Tabel 4.4 Analisis VIA Jurnal Keempat


No. Judul Jurnal dan Alamat Validity Important Applicabel
4. Metode Karakteristik Pemberian kompres
Pengaruh Kompres Aloe Penelitian: Responden adalah tidak harus selalu
Vera Terhadap Suhu Kuantitatif kelompok usia diberikan
Tubuh Anak Usia Pra (pre responden anak pra menggunakan air
Sekolah Dengan Demam eksperimen sekolah sebagian hangat, salah satu
Di Puskesmas Siantan dengan besar adalah metode kompres lain
Hilir rancangan one responden berusia 3 yang juga dapat
group pre dan tahun yaitu sebanyak diberikan pada anak
http://jurnal.untan.ac.id/i post test) 9 orang (56,3%). yang mengalami
ndex.php/jmkeperawatan Teknik Sedangkan demam adalah
FK/article/view/27688 Sampling: berdasarkan jenis metode kompres
Purposive kelamin, jumlah dengan lidah buaya.
Sampling responden terbanyak
Jumlah adalah berjenis
Sampel: kelamin perempuan
16 Responden yaitu sebanyak 9
orang (56,3%).
84

Hasil Penelitian
1. Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin
Karakteristik Responden F Presentase (%)
Usia
3 tahun 9 56.3
4 tahun 2 12.5
5 tahun 4 25
6 tahun 1 6.3
Jenis Kelamin
Laki-laki 7 43.8
Perempuan 9 56.3

Dapat diketahui bahwa kelompok usia responden anak pra


sekolah sebagian besar adalah responden berusia 3 tahun yaitu
sebanyak 9 orang (56,3%). Sedangkan berdasarkan jenis
kelamin, jumlah responden terbanyak adalah berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 9 orang (56,3%).

2. Suhu tubuh sebelum pemberian kompres lidah buaya


Deskriptif Suhu Tubuh
Mean 38.144
Median 38.250
Modus 38.4
Standar Deviasi 0.2502

Dapat diketahui bahwa rata-rata suhu tubuh sebelum diberikan


kompres lidah buaya adalah 38.144 dengan standar deviasi
0.2502.

3. Suhu tubuh setelah pemberian kompres lidah buaya


Deskriptif Suhu Tubuh
Mean 37.656
Median 37.7
Modus 37.8
Standar Deviasi 0.3705
85

Dapat diketahui bahwa rata-rata suhu tubuh sebelum diberikan


kompres lidah buaya adalah 37.656 dengan standar deviasi
0.3705.

4. Hasil uji wilcoxon suhu tubuh sebelum dan setelah dilakukan


pemberian kompres lidah buaya
Variabel Median SD P-Value
Suhu Sebelum 38,250 0.2502 0.001
Suhu Setelah 37.7 0.3705 0.001

Dapat diketahui bahwa hasil uji statistic Wilcoxon dengan nilai p


= 0,001 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan antara suhu tubuh
sebelum intervensi kompres lidah buaya dan sesudah intervensi
kompres lidah buaya sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh pemberian kompres lidah buaya terhadap perubahan
suhu tubuh pada anak usia pra sekolah yang mengalami demam
di Puskesmas Siantan Hilir.

Kekurangan dari jurnal ini tidak mencantumkan berapa jumlah


populasi dalam penelitian
Kelebihan dari jurnal ini hasil, pembahasan dan penjelasan
kandungan yang terdapat didalam aloe vera lebih lengkap dari
pada jurnal pertama dan ketiga. Didalam penelitian ini juga lebih
lengkap menjelaskan tentang bagaimana intervensi yang
dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini juga menyertakan jurnal
pembanding sehingga memudahkan peneliti selanjutnya dalam
mengumpulkan refrensi.

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat


pengaruh yang signifikan pada hasil pengukuran suhu tubuh
sebelum dan setelah pemberian kompres lidah buaya pada
penderita demam di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hilir
Kecamatan Pontianak Utara
86

4.1.5Jurnal Kelima
Judul : Perbedaan Suhu Tubuh Pada Anak Demam Usia Sekolah
Sebelum Dan Sesudah Kompres Daun Lidah Buaya Di Rsud
Ungaran Kabupaten Semarang
Peneliti : Nurul Fajariyah, Umi Aniroh, Faridah Aini
Publikasi : Tidak disebutkan didalam jurnal
Tahun: 2016

Tabel 4.5 Analisis VIA Jurnal Kelima


No. Judul Jurnal dan Alamat Validity Important Applicabel
5. Perbedaan Suhu Tubuh Metode Karakteristik 1. Kompres lidah
Pada Anak Demam Usia Penelitian: Responden adalah buaya salah satu
Sekolah Sebelum Dan preeksperimen anak usia sekolah tindakan non
Sesudah Kompres Daun dengan pre- yang menjalani rawat farmakologi
Lidah Buaya Di Rsud posttest dalam inap, perawatan yang yang dapat
Ungaran Kabupaten satu kelompok kebetulan ada atau menurunkan
Semarang (One-Group dijumpai saat suhu tubuh pada
https://adoc.tips/artikel- Pre-test- penelitian. Jenis anak demam.
perbedaan-suhu-tubuh- posttest). kelamin laki-laki 2. Obat antipiretik
pada-anak-demam-usia- Teknik berjumlah 4 orang hanya dianjurkan
sekolah-se.html Sampling: dan perempuan 11 jika dengan
Accidental orang. tindakan non
Sampling farmakologi
Jumlah tidak dapat
Sampel: mengatasi
15 responden penurunan suhu
tubuh pada anak

Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Distribusi Responden Berdasar Umur
Karakteristik n Mi Maks Mea SD 95% CI
n n
Umur 15 5 9 6,67 1,291 5,95 7,38

b. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Karakteristik F %
Laki-laki 4 26,7
Jenis Kelamin
Perempuan 11 73,3
87

c. Distribusi Frekuensi Suhu Tubuh Pada Anak Demam


Sebelum Kompres Daun Lidah Buaya
Karakteristik n Min Maks Mean SD 95% CI
Lower Upper
Suhu Tubuh 15 38,0 38,9 38,460 0,3312 38,27 38,643
Pretest 7

d. Distribusi Frekuensi Suhu Tubuh Pada Anak Demam


Sesudah Kompres Daun Lidah Buaya
Karakteristik n Min Maks Mean SD 95% CI
Lower Upper
Suhu Tubuh 15 37,7 38,9 38,327 0,3693 3,122 3,531
Posttest

2. Analisis Bivariat
Perbedaan Suhu Tubuh Pada Anak Demam Usia Sekolah
Sebelum dan Sesudah Kompres Daun Lidah Buaya di RSUD
Ungaran
Intervensi n Mean SD t hitung p-value
4,0000 0,001
Sebelum 15 38,460 0,3312
Sesudah 15 38,327 0,3693

Kekurangan dari jurnal ini dalam pembahasan analisis univariat


dan bivariat tidak diseratakan tabel seperti jurnal pertama, kedua,
ketiga dan keempat sehingga lebih sulit dalam memahami hasil
penelitiannya.
Kelebihan dari jurnal ini menyertakan jumlah populasi, dan
dibagian metodologi penelitian lebih lengkap.

Dari hasil penelitian diatas didapatkan dahwa sebelum diberikan


kompres daun lidah buaya paling suhu rendah 38,0ºC dan paling
tinggi 38,9ºC dengan rata-rata 38,460ºC dan standar deviasi
0,3312. Sedangkan suhu setelah diberikan kompres daun lidah
buaya paling rendah 37,7ºC dan paling tinggi 38,9ºC dengan
rata-rata 38,327ºC dan standar deviasi 0,3693. Jadi dapat
88

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan suhu tubuh pada anak


demam usia sekolah sebelum dan sesudah kompres daun lidah
buaya di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, dengan p-value
sebesar 0,001.

4.1.6Jurnal Keenam
Judul : Perbedaan Efektivitas Kompres Daun Kelor Dan Kompres
Bawang Merah Terhadap Perubahan suhu Tubuh Balita Demam Di
Rs Uns Surakarta
Peneliti : Lis Hartanti, Atiek Murharyati, Innez Karunia
Mustikarani
Publikasi : Tidak disebutkan didalam jurnal
Tahun : 2017

Tabel 4.6 Analisis VIA Jurnal Keenam


No. Judul Jurnal dan Alamat Validity Important Applicabel
6. Metode Karakteristik 1. Tanaman obat
Perbedaan Efektivitas Penelitian: Responden yang dapat
Kompres Daun Kelor Quasi 1. Umur digunakan untuk
Dan Kompres Bawang eksperiment rata-rata umur mengendalikan
Merah Terhadap (eksperimen kelompok demam adalah
Perubahan suhu Tubuh semu) kompres daun daun kelor
Balita Demam Di Rs Uns Teknik kelor adalah maupun bawang
Surakarta Sampling: 27,50 ± 7,67 merah Hasil
Consecutive bulan, dengan penelitian
http://digilib.ukh.ac.id/re Sampling umur termuda 18 2. Menurunkan
po/disk1/34/01-gdl- Jumlah bulan dan tertua atau
lishartant-1652-1- Sampel: 44 bulan mengendalikan
wordart-i.pdf 28 responden 2. Jenis Kelamin demam pada
kelompok anak dapat
kompres daun dilakukan
kelor paling dengan berbagai
banyak adalah cara, diantaranya
perempuan dapat dilakukan
masing-masing dengan
64,3% responden pemberian
kompres bawang nonfarmakologi
merah antara laki- kompres,
laki dan didalam
perempuan sama penelitian ini
banyak masing- menggunakan
masing 50%. non farmakologi
89

3. Suhu Tubuh kompres daun


Sebelum kelor dan air
rata-rata suhu hangat untuk
tubuh responden mengetahui
sebelum diberi tindakan mana
kompres daun yang lebih
kelor sebesar efektif mengatasi
38,64±0,41°C, demam.
rata-rata suhu
tubuh responden
sebelum diberi
kompres bawang
merah sebesar
38,96±0,51°C,
median sebesar
38.96°C, dan
modus 39.20°C.
4. Suhu Tubuh
Setelah rata-rata
suhu tubuh
responden
sesudah diberi
kompres daun
kelor sebesar
37,21±0,48°C,
rata-rata suhu
tubuh responden
sesudah diberi
kompres bawang
merah sebesar
37,15±0,71°C

Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Karakteristik responden berdasarkan umur balita di RS UNS
Surakarta

Umur Rata- SD Media Modu Mi Mak


(tahun) rata n s n s
(bulan)
Kelompok 27.50 7.67 25 23 18 44
Kompres
Daun kelor
Kelompok 34.71 8.14 36 33 19 45
Kompres
Bawang
Merah
90

Dapat diketahui bahwa rata-rata umur kelompok kompres


daun kelor adalah 27,50 ± 7,67 bulan, dengan umur termuda
18 bulan dan tertua 44 bulan.

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada


penelitian di RS UNS

Jenis Kelamin Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi


Jumlah % Jumlah %
Laki-laki 5 35.7 7 50.0
Perempuan 9 64.3 7 50.0
Total 14 100.0 10 100.0

Dapat diketahui bahwa responden baik kelompok kompres


daun kelor paling banyak adalah perempuan masing-masing
64,3% responden kompres bawang merah antara laki-laki
dan perempuan sama banyak masing-masing 50%.

c. Karakteristik berdasarkan suhu tubuh responden sebelum


diberi terapi pada penelitian di RS UNS Surakarta

Suhu Tubuh Kelompok Terapi Kelompok Kompres


Sebelum Terapi Daun Kelor (ºC) Bawang Merah (ºC)
Rata-rata 38.64 38.96
SD 0.41 0.51
Median 38.65 38.96
Modus 39.10 39.20
Min 37.90 37.80
Maks 39.20 39.50

Dapat diketahui bahwa ratarata suhu tubuh responden


sebelum diberi kompres daun kelor sebesar 38,64±0,41ºC,
Rata-rata suhu tubuh responden sebelum diberi kompres
bawang merah sebesar 38,96±0,51ºC, median sebesar
38.96ºC dan modus 39.20ºC.

d. Karakteristik suhu tubuh


91

Suhu Tubuh Kelompok Terapi Kelompok


Sebelum Terapi Daun Kelor (ºC) Kompres Bawang
Merah (ºC)
Rata-rata 32.21 37.15
SD 0.48 0.71
Median 37.00 37.22
Modus 39.20 37.25
Min 36.50 36.20
Maks 38.28 38.50

Dapat diketahui bahwa rata-rata suhu tubuh responden


sesudah diberi kompres daun kelor sebesar 37,21±0,48ºC,
Rata-rata suhu tubuh responden sesudah diberi kompres
bawang merah sebesar 37,15±0,71ºC.

2. Analisis Bivariat
a. Berdasarkan uji analisis bivariat perbedaan suhu tubuh
responden sebelum dan sesudah diberi kompres daun kelor
pada penelitian di RS UNS Surakarta

Variabel Mean (ºC) Z P


Pre Terapi 38.64 - 0.001
Post Terapi 37.21 3.2
97

Dapat diketahui bahwa hasil rata suhu tubuh sebelum terapi


kompres daun kelor adalah 38,64ºC dan sesudah terapi
adalah 37,21ºC. Hasil uji Wilcoxon pada suhu tubuh
responden diketahui nilai Z= -3,297 dan p= 0.001. Nilai Z =
3,297 <-1.96 (nilai tabel normalitas) dan p<0,05) sehingga
disimpulkan ada perbedaan suhu tubuh antara sebelum dan
sesudah diberi kompres daun kelor.

b. Berdasarkan Perbedaan Suhu Tubuh Responden Sebelum


Dan Sesudah Diberi Kompres Bawang Merah Pada
Penelitian di RS UNS Surakarta

Variabel Mean (ºC) Z P


Pre Terapi 38.96 - 0.001
92

Post Terapi 37.15 3.29


6

Dapat diketahui bahwa rata-rata suhu tubuh responden


setelah terapi kompres daun kelor adalah 37,21ºC sedangkan
ratarata suhu tubuh responden setelah terapi bawan merah
adalah 37,15ºC. Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai Z=
-1,425dan p= 0,164. Nilai Z= -1,425 > -1.96 (nilai table
normalitas) dan p>0,05) sehingga disimpulkan tidak ada beda
pengaruh efektivitas pemberian kompres daun kelor maupun
kompres bawang merah terhadap perubahan suhu balita
demam pada penelitian di RS UNS Surakarta tahun 2017.
Tidak adanya beda pengaruh efektivitas dari kompres daun
kelor mapun kompres bawang merah mempunyai arti bahwa
kedua bahan kompres baik daun kelor maupun bawang
merah sama-sama dapat digunakan sebagai media penurun
demam balita.

Kekurangan dari jurnal ini tidak mencantumkan berapa


jumlah populasi dalam penelitian, tidak menyertakan
tanggal/tahun penelitian dan tidak menjelaskan kandungan
pada intervensi dengan jelas.
Kelebihan dari jurnal ini melakukan 2 intervensi untuk
mengetahui yang mana lebih efektif untuk mengatasi demam.

Dari jurnal diatas didapatkan hasil suhu sesudah dilakukan


kompres bawang merah adalah 38,96±0,51ºC. Suhu sesudah
diberi kompres daun kelor sebesar 37,21±0,48ºC. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kompres bawang merah lebih efektif
dalam perubahan suhu tubuh balita dari pada kompres daun
kelor.
93

4.1.7Jurnal Ketujuh
Judul : Pengaruh Pemberian Tumbukan Bawang Merah Sebagai
Penurun Suhu Tubuh Pada Balita Demam Di Puskesmas Lubuk
Buaya Kota Padang Tahun 2018
Peneliti : Faridah BD, Elda Yusefni, Ingges Dahlia Myzed
Publikasi : Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Oktober 2018, Volume 2
Nomor 2 P-ISSN : 2597-8594, E-ISSN :2580-930X.
Tahun : 2018

Tabel 4.7 Analisis VIA Jurnal Ketujuh

No. Judul Jurnal dan Alamat Validity Important Applicabel


7. Metode Karakteristik Masih banyak orang
Pengaruh Pemberian Penelitian: Responden tua yang
Tumbukan Bawang Quasi 1. Balita demam menggunakan obat-
Merah Sebagai Penurun eksperimen yang berobat di obatan kimia sebagai
Suhu Tubuh Pada Balita Teknik puskesmas Lubuk penurun suhu tubuh
Demam Di Puskesmas Sampling: Buaya Kota anaknya ketika
Lubuk Buaya Kota Purposive Padang, anak demam. Obat oral
Padang Tahun 2018 Sampling yang telah atau obat makan
Jumlah berobat ke poli yang didapatkan dari
http://jik.stikesalifah.ac.i Sampel: anak, sebelumnya puskesmas ternyata
d/index.php/jurnalkes/art 16 responden diberikan banyak
icle/view/128 pertanyaan sesuai menggunakan obat-
dengan kriteria obatan kimia sebagai
inklusi dan penurun suhu tubuh
ekslusi diluar anaknya ketika
ruangan poli demam. Obat oral
sebelum anak atau obat makan
dipanggil ke yang didapatkan dari
dalam ruangan puskesmas ternyata
untuk diperiksa banyak.
dan mendapatkan
terapi yang akan
diberikan.
2. Lokasi penelitian
dilakukan di
puskesmas Lubuk
Buaya Kota
Padang dengan
cara mendapatkan
data atau alamat
responden dari
wawancara yang
94

telah dilakukan
kepada
responden.
3. Sampel pada
penelitian ini
adalah anak
demam usia
dibawah 2 tahun,
karena anak usia
dibawah 2 tahun
susah untuk diberi
obat oral, anak
usia dibawah 2
tahun lebih
cenderung
terkena demam
karena masih
memiliki sistem
imun tubuh yang
rendah dan
sebaiknya dari
sedini mungkin
anak-anak
dihindari dari
pemberian obat-
obatan yang
mengandung
kimia.

Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Rerata suhu tubuh sebelum diberikan tumbukan bawang
merah pada balita demam

Variabel N Mean Standar Min Maks


Deviasi
Suhu Tubuh Sebelum Di 1 37.91 0.15 37.7 38.3
Berikan Tumbukan Bawang 6
Merah

Dapat diketahui bahwa dari 16 responden, di dapatkan hasil


pengukuran suhu tubuh minimum sebelum dilakukan
pemberian tumbukan bawang merah adalah 37,7ºC dan hasil
pengukuran suhu tubuh maksimum adalah 38,3ºC. Di
95

dapatkan rata-rata suhu tubuh sebelum dilakukan pemberian


tumbukan bawang merah adalah 37,91ºC, sedangkan standar
deviasi suhu tubuh sebelum dilakukan pemberian tumbukan
bawang merah adalah 0,15.

b. Rerata suhu tubuh sesudah diberikan tumbukan bawang


merah pada balita demam

Variabel N Mean Standar Min Maks


Deviasi
Suhu Tubuh Sesudah Di 1 37.42 0.13 37.1 37,6
Berikan Tumbukan Bawang 6
Merah

Dapat diketahui bahwa dari 16 responden, di dapatkan hasil


pengukuran suhu tubuh minimum setelah dilakukan
pemberian tumbukan bawang merah adalah 37,1ºC dan hasil
pengukuran suhu tubuh maksimum adalah 37,6ºC.
Didapatkan rata-rata suhu tubuh setelah dilakukan pemberian
tumbukan bawang merah adalah 37,42ºC, sedanglan standar
deviasi suhu tubuh setelah dilakukan pemberian tumbukan
bawang merah adalah 0,13.

2. Analisis Bivariat
a. Pengaruh Pemberian Tumbukan Bawang Merah pada Balita
Demam

Variabel N Mean Standar P value


Deviasi
Suhu Tubuh Sebelum dan 1 0.487 0.1408 0.000
Sesudah Pemberian 6 5
Tumbukan Bawang Merah

Dapat diketahui bahwa dari 16 responden, didapatkan hasil


penurunan rata-rata suhu tubuh adalah 0,4875, nilai standar
deviasi 0,1408 dan nilai p value = 0,000 < 0,005.
96

Kekurangan dari jurnal ini tidak mencantumkan berapa


jumlah populasi dalam penelitian.
Kelebihan dari jurnal ini lebih lengkap tentang penjelasan
kandungan tumbukan bawang merah yang memiliki
kandungan sama dengan aloe vera yaitu saponin, sedangkan
di jurnal kedua dan keenam kurang spesifik tentang
penjelasan kandungan yang ada didalam intervensinya.

Dari jurnal diatas didapatkan hasil rerata suhu tubuh sebelum


diberikan tumbukan bawang merah adalah 37,91ºC. Rerata
suhu tubuh setelah diberikan tumbukan bawang merah adalah
37,42ºC. Hasil rerata perbedaan suhu tubuh sebelum dan
sesudah dilakukan pemberian tumbukan bawang merah
adalah 0,48. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pemberian tumbukan bawang merah untuk menurunkan suhu
tubuh

4.2 Pembahasan
4.2.1Keterkaitan Jurnal Dengan Hipotesis Penelitian
4.2.1.1 Jurnal Pertama
Judul : Aloe Vera Barbadensis Miller As An Alternative
Treatment For Children With Fever
Peneliti : Siti Choirul Dwi Astuti, Suhartono, Ngadiyono,
Supriyana
Tahun : 2017
Persamaan penelitian ini pada variabel bebas yaitu aloe
vera dan perbedaannya ialah pada jurnal Siti, Suhartono,
Ngadiyono, dan Supriyana menggunakan variable terikat
yaitu untuk anak-anak dengan demam. Pada hasil
penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
kompres Aloe Vera Barbadensis Miller terhadap penurunan
suhu tubuh dibandingkan dengan kompres air hangat
dikarenakan lidah buaya memiliki kandungan saponin dan
97

lignin yang akan memberikan efek relaksasi sehingga


mengirimkan sinyal ke hipotalamus posterior. Fungsi
hipotalamus posterior adalah untuk mengurangi produksi
panas. Sedangkan kompres hangat hanya menggunakan air
hangat sebagai media untuk memberikan rasa kehangatan
yang akan membuat hipotalamus anterior memberi sinyal
untuk vasodilatasi. Fungsi hipotalamus anterior adalah
untuk meningkatkan pengeluaran panas.

Hal ini memiliki keterkaitan dengan hipotesis dari


penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah kompres aloe
vera bisa menurunkan suhu tubuh anak-anak demam
dengan hasil intervensi ada pengaruh yang signifikan
kompres Aloe Vera Barbadensis Miller terhadap penurunan
suhu tubuh dibandingkan dengan kompres air hangat.
Kandungan saponin dalam lidah buaya dapat menyebabkan
vasodilatasi, sehingga mempercepat penurunan tingkat
flebitis setelah 8 jam pemberian kompres lidah buaya.
Penelitian ini juga mendukung penelitian yang menemukan
bahwa lidah buaya memiliki senyawa fitokimia dalam
bentuk saponin dan digunakan sebagai kompres untuk
menurunkan suhu tubuh pada pasien luka bakar. Selain itu,
lidah buaya juga mengandung lignin yang dapat menembus
ke dalam kulit, yang membantu mencegah hilangnya cairan
tubuh dari permukaan kulit.

Kandungan senyawa saponin di lidah buaya yang berfungsi


melebarkan pembuluh darah bisa mempercepat
pengeluaran panas. Itu membuat sirkulasi darah lancar
sehingga panas dari tubuh bisa lebih mudah disalurkan ke
pembuluh darah perifer. Dengan demikian, lidah buaya
digunakan untuk menangani demam dengan cara mengupas
98

daun lidah buaya dan digunakan sebagai kompres. Ketika


daun lidah buaya digunakan sebagai media kompres, maka
panas yang ada pada tubuh akan menguap sehingga demam
akan perlahan-lahan berkurang karena percepatan
panasnya. Terlebih lagi, lidah buaya juga termasuk
tanaman lokal yang dibudidayakan sehingga mudah didapat
dan harganya terjangkau

4.2.1.2 Jurnal Kedua


Judul : The Effect Of Onion (Allium Ascalonicum L.)
Compres Toward Body Temperature Of Children With
Hipertermia In Bougenville Room
Peneliti : Pragita Reza Riyady
Tahun : 2016
Persamaan penelitian ini pada variable terikat yaitu suhu
tubuh dan perbedaannya ialah pada penelitian jurnal dari
Pragita menggunakan intervensi yaitu kompres bawang
merah sebagai variable bebas. Pada hasil penelitian jurnal
dari Pragita didapatkan pengaruh dari kompres bawang
merah dapat menurunkan suhu tubuh pada anak dengan
hipertermia.

Hal ini memiliki keterkaitan dengan hipotesis dari


penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah pengaruh dari
kompres bawang merah dapat menurunkan suhu tubuh
pada anak. Didalam kompres bawang merah, ada dua
kandungan yaitu senyawa allylcysteine sulfoxide (allicin)
dan flavonoid. Zat aktif allicin yang terkandung dalam
bawang memiliki efek bakteriostatik dan bakterisida.
Allylcysteine sulfoxide (allicin) yang berfungsi
menghancurkan pembentukan gumpalan darah. Ini
membuat sirkulasi darah lancar sehingga panas dari tubuh
99

bisa lebih mudah didistribusikan ke pembuluh darah


perifer. Bawang merah juga mengandung flavonoid yang
memiliki manfaat antara lain untuk melindungi struktur sel,
meningkatkan efektifitas vitamin C, antiinflamasi,
mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik (Utami
dan Mardiana, 2013). Selain mengandung Allylcysteine
sulfoxide (allicin) dan flavonoid bawang merah juga
mengandung asam fenol, sterol, saponin, pektin, serta kaya
vitamin B1, B2 dan C.

Kandungan dalam bawang merah memiliki kesamaan


dengan aloe vera yaitu kandungan saponin yang dapat
menurunkan peningkatan suhu tubuh. Kandungan senyawa
saponin pada lidah buaya yang berfungsi melebarkan
pembuluh darah dapat mempercepat pengeluaran panas.
Hal tersebut membuat peredaran darah lancar sehingga
panas dari dalam tubuh dapat lebih mudah disalurkan ke
pembuluh darah tepi. Kandungan saponin yang akan
memberikan efek relaksan sehingga mengirimkan sinyal ke
hipotalamus posterior (Asmar. SR., 2013).

4.2.1.3 Jurnal Ketiga


Judul : Pengaruh Pemberian Kompres Aloe Vera Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia 3-6 Tahun Di
Puskesmas Nusukan
Peneliti : Bagus Purnomo, Yuli Widyastuti, Siti Sarifah
Tahun : Tidak disebutkan didalam jurnal
Persamaan penelitian ini pada variable bebas kompres aloe
vera dan variable terikat penurunan suhu tubuh. Pada hasil
penelitian ini menyatakan ada pengaruh pemberian
kompres aloe vera terhadap penurunan suhu tubuh anak
demam usia 3-6 tahun.
100

Hal ini memiliki keterkaitan dengan hipotesis dari


penelitian ini yaitu untuk mengetahui Pengaruh Pemberian
Kompres Aloe Vera Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
Anak Demam. Aloe vera terbukti memiliki efek sebagai
antipiretik (Fajariyah, 2016). Pemberian terapi aloe vera
dipilih karena 95% kandungan yang terdapat didalam lidah
buaya adalah air, sehingga dapat menghindari terjadinya
alergi kulit bagi pemakainya.

Pemberian kompres Aloevera akan menyebabkan


vasodilatasi pada tubuh. Vasodilatasi inilah yang
menyebabkan pelepasan panas dari dalam tubuh melalui
kulit sehingga suhu tubuh akan turun. Metode pengeluaran
panas dengan kompres lidah buaya ini menggunakan
prinsip konduksi. Melalui metode tersebut, panas dari
tubuh responden dapat pindah kedalam lidah buaya.
Konduksi terjadi antara suhu lidah buaya dengan jaringan
sekitarnya termasuk pembuluh darah sehingga suhu darah
yang melalui area tersebut dapat menurun. Kemudian darah
tersebut akan mengalir kebagian tubuh lain dan proses
konduksi terus berlangsung sehingga setelah dilakukan
kompres menggunakan lidah buaya, suhu tubuh pasien
dapat menurun (Fatkularini, 2014).

Selain mengandung air aloe vera juga mengandung saponin


dan lignin yang dapat menurunkan suhu tubuh. Kandungan
lignin dapat menembus ke dalam kulit sehingga membantu
mencegah hilangnya cairan tubuh dari permukaan kulit
(Heyne G., 2011). Lignin berfungsi sebagai penyerap panas
yang ada didalam tubuh kemudian mentransfer panas
tersebut ke molekul air yang ada pada lidah buaya dan
101

kemudian dapat menurunkan suhu tubuh. Penyerapan


panas ini dapat terjadi karena lignin memiliki sifat 5 kali
lebih cepat menembus masuk kedalam pori-pori dan sel,
sehingga penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami
demam dapat terjadi (Muzdhalifah, 2017).

Kandungan senyawa saponin pada lidah buaya yang


berfungsi melebarkan pembuluh darah dapat mempercepat
pengeluaran panas. Hal tersebut membuat peredaran darah
lancar sehingga panas dari dalam tubuh dapat lebih mudah
disalurkan ke pembuluh darah tepi. Kandungan saponin
yang akan memberikan efek relaksan sehingga
mengirimkan sinyal ke hipotalamus posterior (Asmar. SR.,
2013).

4.2.1.4 Jurnal Keempat


Judul : Pengaruh Kompres Aloe Vera Terhadap Suhu
Tubuh Anak Usia Pra Sekolah Dengan Demam Di
Puskesmas Siantan Hilir
Peneliti : Eva Muzdhalifah As Seggaf, Ramadhaniyati,
Desy Wulandari
Tahun : 2017
Persamaan penelitian ini pada variable bebas kompres aloe
vera dan variable terikat penurunan suhu tubuh. Pada hasil
penelitian ini menyatakan Ada pengaruh yang signifikan
pada suhu tubuh penderita demam sebelum dan setelah
pemberian kompres lidah buaya di Wilayah Kerja
Puskesmas Siantan Hilir.

Hal ini memiliki keterkaitan dengan hipotesis dari


penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kompres
aloe vera terhadap suhu tubuh anak usia pra sekolah
102

dengan demam untuk. Pada penelitian ini, sebagian besar


responden mengatakan kepada peneliti dan orang tuanya
bahwa pemberian kompres lidah buaya memberikan efek
dingin pada area dahi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fajariyah (2016) tentang Perbedaan Suhu Tubuh pada
Anak Demam Usia Sekolah Sebelum dan Sesudah
Kompres Daun Lidah Buaya yang menyatakan bahwa lidah
buaya mengandung air sebanyak 95%. Banyaknya
kandungan air dalam lidah buaya ini dapat memberikan
efek dingin pada saat bersentuhan dengan kulit. Kandungan
air yang besar dalam lidah buaya juga dapat dimanfaatkan
untuk menurunkan demam melalui mekanisme penyerapan
panas dari tubuh dan mentransfer panas tersebut ke
molekul air kemudian menurunkan suhu tubuh.

Pemberian kompres ini juga akan menyebabkan terjadinya


proses vasodilatasi pada tubuh. Vasodilatasi ini yang
menyebabkan pembuangan atau pelepasan panas dari
dalam tubuh melalui kulit sehingga suhu tubuh akan
menurun. Hal ini merupakan efek yang diharapkan dari
pemberian kompres yaitu menurunkan suhu tubuh. Lidah
buaya mengandung lignin yang berfungsi sebagai penyerap
panas yang ada didalam tubuh kemudian mentransfer panas
tersebut ke molekul air yang ada pada lidah buaya dan
kemudian dapat menurunkan suhu tubuh. Penyerapan
panas ini dapat terjadi karena lignin memiliki sifat 5 kali
lebih cepat menembus masuk kedalam pori – pori dan sel,
sehingga penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami
demam dapat terjadi (Fajariyah, 2016).
103

Lidah buaya juga mengandung saponin yang juga


bermanfaat dalam penurunan suhu tubuh. Ketika lidah
buaya ditempelkan pada dahi anak yang mengalami
demam, maka saponin yang ada didalam lidah buaya akan
memvasodilatasi kulit, sehingga akan mempercepat cara
kerja lignin dalam menurunkan suhu tubuh (Muzdhalifah,
2017).

4.2.1.5 Jurnal Kelima


Judul : Perbedaan Suhu Tubuh Pada Anak Demam Usia
Sekolah Sebelum Dan Sesudah Kompres Daun Lidah
Buaya Di Rsud Ungaran Kabupaten Semarang
Peneliti : Nurul Fajariyah, Umi Aniroh, Faridah Aini
Tahun : 2016
Persamaan penelitian ini pada variable bebas kompres aloe
vera dan variable terikat penurunan suhu tubuh. Pada hasil
penelitian ini menyatakan ada perbedaan suhu tubuh pada
anak demam usia sekolah sebelum dan sesudah kompres
daun lidah buaya di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.

Hal ini memiliki keterkaitan dengan hipotesis dari


penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada
perbedaan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah
sebelum dan sesudah kompres daun lidah buaya. Lidah
buaya mengandung air sebanyak 95%. Adanya kandungan
air yang besar dalam lidah buaya dapat dimanfaatkan untuk
menurunkan demam melalui mekanisme penyerapan panas
dari tubuh dan mentransfer panas tersebut ke molekul air
kemudian menurunkan suhu tubuh. Penurunan suhu
demam dapat terjadi karena air memiliki kapasitas panas
penguapan yang cukup besar yaitu sekitar 0,6 kilokalori per
gram (Muttaqin, 2011).
104

Komponen lignin dalam lidah buaya yang memiliki


kemampuan penyerapan yang tinggi sehingga lebih cepat
menembus masuk ke dalam pori dan sel. Lidah buaya juga
memiliki kandungan saponin yang bermanfaat dalam
penurunan suhu tubuh. Ketika lidah buaya ditempelkan
pada dahi anak yang mengalami demam, maka saponin
yang ada didalam lidah buaya akan memvasodilatasi kulit,
sehingga akan mempercepat cara kerja lignin dalam
menurunkan suhu tubuh. Lidah buaya juga memiliki
kandungan asam amino dan enzim yang masing-masing
berfungsi untuk membantu perkembangan sel-sel baru
dengan kecepatan luar biasa dan menghilangkan sel-sel
yang telah mati dari epidermis. Cairan lidah buaya
memiliki keasaman (pH) yang natural, mirip dengan pH
kulit manusia, hal ini dapat menghindari terjadinya alergi
kulit bagi pemakainya (Muzdhalifah, 2017).

4.2.1.6 Jurnal Keenam


Judul : Perbedaan Efektivitas Kompres Daun Kelor Dan
Kompres Bawang Merah Terhadap Perubahan Suhu Tubuh
Balita Demam Di Rs Uns Surakarta
Peneliti : Lis Hartanti, Atiek Murharyati, Innez Karunia
Mustikarani
Tahun : 2017
Persamaan penelitian ini pada variable terikat yaitu suhu
tubuh dan perbedaannya ialah pada penelitian jurnal dari
Lis, Atiek, dan Innez menggunakan intervensi yaitu
kompres daun kelor dan kompres bawang merah. Pada
hasil penelitian ini menyatakan penurunan suhu pada
kelompok kompres bawang merah signifikan dibandingkan
dengan kelompok kompres daun kelor.
105

Hal ini memiliki keterkaitan dengan hipotesis penelitian ini


yaitu ingin mengetahui perbedaan efektivitas kompres daun
kelor dan kompres bawang merah terhadap perubahan suhu
tubuh balita demam. Menurut peneliti suhu tubuh
responden turun setelah diberikan kompres daun kelor
ataupun bawang merah adalah kompres yang diberikan di
dahi menjadi media penghantar panas dari panas di tubuh
menuju di kompres daun kelor ataupun bawang merah,
sementara daun kelor dan bawang merah yang
mengandung saponin yang berfungsi dapat menurunkan
suhu tubuh responden. Daun kelor Moringa oleifera
mengandung saponin dan polifenol. Daun kelor juga
mengandung minyak atsiri. Daun kelor berguna untuk
mengurangi demam karena memiliki efek farmakologis
yaitu antiinflamasi, antipiretik, dan antiskorbut.

Hasil penelitian ibu dengan pengetahuan, dan pengalaman


kurang, serta perilaku yang masih buruk dalam penanganan
demam pada balita menyebabkan tingginya angka pasien
demam di Rawat di Puskemas Pekauman Banjarmasin.
Penurunan suhu tubuh juga dapat dilakukan secara fisik
(non farmakologik) yaitu dengan penggunaan energi panas
melalui metoda konduksi dan evaporasi, yaitu perpindahan
panas dari suatu objek lain dengan kontak langsung. Ketika
kulit hangat menyentuh yang hangat maka akan terjadi
perpindahan panas melalui evaporasi, sehingga
perpindahan energi panas berubah menjadi gas. Metode
konduksi dan evaporasi dapat dilakukan dengan
penggunaan dengan obat tradisional (Marwan, 2017).
106

Penggunaan bawang merah sebagai bahan kompres dapat


menurunkan anak yang mengalami febris usia 1-5 tahun di
Posyandu Boegenvile 1 di Dusun Tertek Desa Tertek
Kecamatan Pare. Menurut peneliti suhu tubuh responden
turun setelah diberikan kompres daun kelor ataupun
bawang merah adalah kompres yang diberikan di dahi
menjadi media penghantar panas dari panas di tubuh
menuju di kompres daun kelor ataupun bawang merah,
sementara daun kelor dan bawang merah yang
mengandung saponin yang berfungsi dapat menurunkan
suhu tubuh responden.

Kandungan dalam daun kelor memiliki kesamaan dengan


aloe vera yaitu saponin yang berkhasiat untuk menurunkan
suhu tubuh yang meningkat. Saponin mempunyai manfaat
sebagai antivirus, antifungi dan antialergenik (Sulistyani N,
Kurniati E, Yakup et al., 2016). Saponin di lidah buaya
berfungsi melebarkan pembuluh darah bisa mempercepat
pengeluaran panas. Itu membuat sirkulasi darah lancar
sehingga panas dari tubuh bisa lebih mudah disalurkan ke
pembuluh darah perifer. Maka saponin akan
memvasodilatasi kulit, sehingga akan mempercepat cara
kerja lignin dalam menurunkan suhu tubuh (Muzdhalifah,
2017)

4.2.1.7 Jurnal Ketujuh


Judul : Pengaruh Pemberian Tumbukan Bawang Merah
Sebagai Penurun Suhu Tubuh Pada Balita Demam Di
Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2018
Peneliti : Faridah BD, Elda Yusefni, Ingges Dahlia Myzed
Tahun : 2018
107

Persamaan penelitian ini pada variable terikat yaitu suhu


tubuh dan perbedaannya ialah pada penelitian jurnal dari
Faridah, Elda, dan Ingges menggunakan intervensi yaitu
tumbukan bawang merah. Pada hasil penelitian ini
menyatakan tumbukan bawang merah efektif sebagai
penurun suhu tubuh pada balita demam. Hal ini memiliki
keterkaitan dengan hipotesis penelitian ini yaitu ingin
mengetahui apakah ada pengaruh pemberian tumbukan
bawang merah sebagai penurun suhu tubuh pada balita
demam. Bawang merah memiliki kandungan minyak atsiri,
sikloaliin, metilaiin, dihidrolaiin, flavongikosida, kuersetin,
saponin.

Dalam bawang merah mengandung asam glutamate yang


merupakan natural essence (penguat rasa alamiah),
terdapat juga senyawa propil disulfide dan propil metal
disulfide yang mudah menguap. Jika dimanfaatkan sesuai
dosis yang tepat, maka bawang merah dapat digunakan
sebagai penurun suhu tubuh khususnya pada anak usia 1-5
tahun yang mengalami peningkatan suhu tubuh. Propil
disulfide dan propil metal disulfide yang mudah menguap
ini jika dibalurkan pada tubuh akan menyebabkan
vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan
percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit (Suryono,
2017).

Kandungan dalam bawang merah memiliki kesamaan


dengan aloe vera yaitu kandungan saponin yang dapat
menurunkan peningkatan suhu tubuh. Kandungan senyawa
saponin pada lidah buaya yang berfungsi melebarkan
pembuluh darah dapat mempercepat pengeluaran panas.
Hal tersebut membuat peredaran darah lancar sehingga
108

panas dari dalam tubuh dapat lebih mudah disalurkan ke


pembuluh darah tepi. Kandungan saponin yang akan
memberikan efek relaksan sehingga mengirimkan sinyal ke
hipotalamus posterior (Asmar, SR., 2013).

Dari seluruh jurnal diatas, diketahui bahwa variable bebasnya


adalah intervensi yang diberikan berupa kompres aloe vera,
kompres daun kelor dan bawang merah yang juga memiliki
kandungan saponin yang sama seperti aloe vera yang mampu
menurunkan suhu tubuh pada anak dari usia 1-12 tahun dengan
jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dari ketujuh jurnal
menyatakan bahwa ada pengaruh dari tiap intervensi yang
diberikan didalam penelitian. Dari jurnal 1 dan 4 menyatakan
adanya pengaruh penurunan suhu tubuh secara signifikan setelah
diberikannya kompres aloe vera. Dari jurnal 3 dan 5 menyatakan
adanya penurunan suhu tubuh anak sesudah diberikan kompres
aloe vera. Aloe vera memiliki kandungan saponin dan lignin yang
memberikan efek relaksasi sehingga lebih mudah memberikan
sinyal ke hipotalamus posterior untuk mengurangi produksi panas
yang berlebih. Untuk jurnal 2, 6 dan 7 juga didapatkan hasil
adanya pengaruh dari kompres bawang merah terhadap perubahan
suhu tubuh. Tetapi dalam hasil secara menyeluruh juga terdapat
hasil penurunan suhu tubuh yang tergolong masih rendah seperti
pada jurnal 5 dan 7.

Hasil tersebut dapat dipengaruhui faktor internal seperti ketidak


mampuan mekanisme pengeluaran panas tubuh untuk
mengimbangi produksi panas yang berlebih sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh, untuk faktor internal bisa disebabkan
karena farmakologi yang tidak sesuai, penggunaan obat
memerlukan pengawasan yang lebih besar. Obat sering dianggap
lebih praktis dan efektif, akan tetapi masih banyak orang tua yang
109

tidak tepat dalam penggunaan obat, karena kesalahan


penggunaannya dapat mengakibatkan berbagai efek yang justru
dapat membahayakan tubuh. Ada banyak dampak yang
ditimbulkan dari peningkatan suhu tubuh, tetapi masih kurangnya
pengetahuan orang tua tentang tindakan non farmakologi, salah
satunya dengan tindakan non farmakologi kompres aloe vera, yang
memiliki banyak manfaat, yang mengandung saponin yang juga
bermanfaat dalam penurunan suhu tubuh.

Ketika lidah buaya ditempelkan pada dahi anak yang mengalami


demam, maka saponin yang ada didalam lidah buaya akan
memvasodilatasi kulit, sehingga akan mempercepat cara kerja
lignin dalam menurunkan suhu tubuh, lignin yang berfungsi
sebagai penyerap panas yang ada didalam tubuh kemudian
mentransfer panas tersebut ke molekul air yang ada pada lidah
buaya dan kemudian dapat menurunkan suhu tubuh. Penyerapan
panas ini dapat terjadi karena lignin memiliki sifat 5 kali lebih
cepat menembus masuk kedalam pori-pori dan sel, sehingga
penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami demam dapat
terjadi dan kandungan air yang besar dalam lidah buaya juga dapat
dimanfaatkan untuk menurunkan demam melalui mekanisme
penyerapan panas dari tubuh dan mentransfer panas tersebut ke
molekul air kemudian menurunkan suhu tubuh.

Pada penelitian ini dan literatur terkait yang mana manfaat umunya
ketika melakukan kompres aloe vera dapat menurunkan suhu
tubuh pada responden yang mengalami demam, membantu
pengetahuan para orang tua tentang tindakan non farmakologi
selain kompres air hangat. Dengan adanya banyak keterkaitan
manfaat dan pengaruh intervensi dari variable bebas ke variable
terikat, maka berdasrkan studi literatur yang dilakukan peneliti
dapat diambil kesimpulan bahwa adanya pengaruh pemberian
kompres aloe vera terhadap penurunan suhu tubuh dengan demam.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian “Studi Literatur Pengaruh Pemberian Kompres
Aloe Vera Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Usia Sekolah
(6-12 tahun) Yang Mengalami Demam” disimpulkan sebagai berikut :
5.1.1 Dari ketujuh jurnal pada jurnal 1,3,4 dan 5 yang meneliti tentang
kompres aloe vera semua berpengaruh dalam menurunkan suhu
tubuh tapi yang memiliki penurunan signifikan ada pada jurnal 1
dan 4. Pada jurnal yang juga memiliki kandungan yang sama
seperti aloe vera yaitu saponin pada jurnal 2, 6 dan 7 semua
berpengaruh dalam menurunkan suhu tubuh. Tetapi dalam hasil
secara menyeluruh juga terdapat hasil penurunan suhu tubuh yang
tergolong masih rendah seperti pada jurnal 5 dan 7.
5.1.2 Berdasarkan hasil penelusuran dan pembahasan yang sudah
dianalisa dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian
kompres aloe vera terhadap penurunan suhu tubuh dengan
mempertimbangkan hasil dari studi literatur yang sudah dilakukan
oleh peneliti.

110
111

5.2 Saran
5.2.1Bagi Puskesmas
Dapat dijadikan tambahan informasi bagi puskesmas dan dapat
dijadikan acuan dalam memberikan penyuluhan tentang
pemanfaatan dari tanaman lidah buaya dipotong dengan ukuran
5x15 cm, dan kemudian dicuci dengan air mengalir dan sedikit
tambahan garam untuk menghilangkan lendir yang ada pada lidah
buaya tersebut. Pemberian kompres dilakukan selama 15 menit
dan dilakukan pengukuran suhu pada sebelum dan setelah
pemberian kompres lidah buaya menggunakan termometer digital
yang diletakan pada area axila sebagai terapi dalam menurunkan
suhu tubuh pada anak demam.
5.2.2Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai bahan pertimbangan untuk perawat dalam memberikan
tindakan yang tepat kepada pasien anak dan dapat memberikan
perubahan perilaku orang tua dalam menghadapi anak demam.
5.2.3Bagi Institusi Pendidikan
Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan ajar tentang terapi
non farmakologi seperti pemberian kompres aloe vera untuk
menurunkan suhu tubuh pada anak demam.
5.2.4Bagi Orang Tua Anak
Diharapkan dari penelitian kompres aloe vera bisa diterapkan
untuk penanganan pertama pada anak dengan kenaikan suhu tubuh
di atas normal >37,2°C dan dapat menambah pengetahuan orang
tua bahwa tidak hanya dengan pengobatan farmakologi saja yang
bisa mengatasi kenaikan suhu tubuh pada anak tapi juga dengan
pengobatan non farmakologi yaitu dengan cara kompres aloe vera.
5.2.5Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan referensi tentang
pengobatan non farmakologi selain dengan pemberian kompres air
hangat, juga ada pemberian kompres aloe vera untuk mengatasi
112

kenaikan suhu tubuh pada anak dan menjadi acuan untuk peneliti
selanjutnya.
113

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah


Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Alba, S., Bakker, M. I., Hatta, M., Scheelbeek, P. F. D., Dwiyanti, R.,
Usman, R., and Smits, H. L., (2016). Risk Factors of Typhoid
Infection in the Indonesian Archipelago. PLoS ONE, 11(6): 1–14

Anochie and Ifesinachi, P., (2013). Mechanisms of Fever in Humans,


International Journal of Microbiology and Immunology

Arikunto, S., (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Aseng, (2015). Uji aktivitas antibakteri kombinasi infusa daun mangga


bacang (mangifera foetida l.) Dan infusa lidah buaya (aloe vera l.)
Terhadap staphylococcus aureus. Jurnal Mahasiswa PSPD FK
Universitas Tanjungpura.

As Seggaf, E.M. (2017). Pengaruh Kompres Aloe Vera Terhadap Suhu


Tubuh Anak Usia Pra Sekolah Dengan Demam Di Puseksmas
Siantan Hilir. Universitas Tanjungpura Pontianak.

Burgoyne LN, O’Flynn S, Boylan GB., (2010). Undergraduate medical


research : the student perspective. Med Educ Online.

Depkes RI., (2012). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan


Akut. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.

Depkes RI., (2016). Petunjuk Teknis Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian


Luar Biasa Hepatitis A dan E, Diare, dan Tifoid. Kementerian
Kesehatan RI.
114

Ernawati Rini, (2012). Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh Menggunakan


Kompres Air Suhu Hangatpada Anak Demam Di Ruang Cempaka
RSUD Dr.Goeteng Purbalingga.

Fajariyah, N.. (2016). Perbedaan suhu tubuh pada anak demam usia
sekolah sebelum dan sesudah kompres daun lidah buaya di rsud
ungaran kabupaten semarang. Program Studi Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran.

Fathur Sani K., (2016). Metodelogi Penelitian Farmasi Komunitas dan


Eksperimental: Dilengkapo dengan Analisis Data Program SPSS.
Yogyakarta: CV Budi Utama.

Fatkularini, D., Asih, SHM., Solecham, A., (2014). Efektivitas kompres air
suhu biasa dan kompres plester terhadap penurunan suhu tubuh
pada anak demam usia prasekolah di rsud ungaran semarang.
Karya ilmiah S1 Ilmu Keperawatan.

Febry, A. B., & Marendra, d. Z., (2010). Smart Parent: Pandai Mengatur
Menu dan Tanggap Saat Anak Sakit. Jakarta Selatan: Gagas
Medika.

Guyton A.C., Hall J.E., (2012). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.H.

Hamid, Mohammad Ali, (2011). “Keefektifan Kompres Tepid Sponge yang


Dilakukan Ibu dalam Menurunkan Demam pada Anak, Randomized
Control Trial di Puskesmas Mumbulsari Kabupaten Jember.
Universitas Sebelas Marte Surakarta

Hartanto, Agus, (2009). Penanganan Cepat Pada Anak Yang Mengalami


Demam, Edisi 6. Jakarta: EGC.

Hidayat, A.A. Aziz Alimul, (2011). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia


Jakarta : Salemba Medika.
115

Hidayat, A.A., (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis


data. Jakarta: Salemba Medika.

Jantika & Saptoningsih, (2009). Meraup laba d lidah buaya. Jakarta: Agro
Media Pustaka.

Kozier, Erb, Berman, & Snyder, (2011). Buku Ajar Fundemantal


Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik (7 ed., Vol I). Jakarta:
EGC.

Li-Chuan C., Ping-Ing L., Nai-Wen G. Mei-ChinG. (2016). Effectiveness of


simulation-based education on childhood fever management by
taiwanese parents. Pediatrics and Neonatology.

Maharani, Lindya, (2011). Perbandingan efektifitas pemberian kompres


hangat dan tepid water sponge terhadap penurunan suhu tubuh
balita yang mengalami demam di Puskesmas Rawat Inap Karya
Wanita Rumbai Pesisir, Skripsi, Universitas Riau.

Marni, (2016). Asuhan Keperawatan Anak pada Penyakit Tropis. :


Erlangga

Marwan. R. (2017) Faktor yang Berhubungan dengan Penanganan


Pertama Kejadian Kejang Demam pada Anak Usia 6 Bulan – 5
Tahun di Puskesmas. Caring-Nursing Journal. ISSN : 2580-0078
Vol. 1 No. 1.

Mogasale, V., Mogasale, V. V., Ramani, E., Lee, S.L., Park, J.Y., Lee, K.S.,
dan Wierzba, T.F. (2016). Revisiting typhoid fever surveillance in
low and middle income countries: lessons from systematic literature
review of population-based longitudinal studies. BMC infectious
Diseases. 16(35): 1-12

Murti B, Prof, dr, MPH, MSc, PhD (2011). Makalah “Pengantar Evidence-
Based”. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret.
116

Muttaqin Arif, (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Salemba Medika.

Nelson, W. E. (2012). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

Niken, (2011). Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Nursalam, (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis. Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis. (P. P. Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika

Ochiai, R.L., Acosta, C.J., Danovaro, H.M.C., Baiqing, D., Bhattacharya,


S.K., dan Agtini, M.D. (2009). A Study of typhoid fever in five Asian
Countries: Disease burden and Implications for controls. Bulletin of
the World Health Organization.

Poulos C, Riewpaiboon A, Stewart JF, et al. (2011). Cost of illness due to


typhoid fever in five Asian countries. Trop Med and Int Health.

Rampengan T.H. (2010). Penyakit Infeki Tropik Pada Anak (edisi


2).Jakarta:EGC Rekam Medik dan SIRS RSUD Kota Kendari

Redaksi Health Secret. (2013). Seri Bunda Berdaya Mengatasi Penyakit &
Masalah Belajar Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun). Jakarta : PT
Elex Media Komputindo

Reiga, (2010). Regulasi Suhu Tubuh. http://Reiga.wordpress.com Diakses


pada 21 Desember 2019

Said, (2014). Perb edaan Pengetahuan Ibu Sebelum Dan Sesudah


Diberikan Penyuluhan Tentang Penaganan Anak Dengan Demam
117

Panas Di Wilayah Kerja Puskesmas Manggala Kabupaten Tulang


Bawang.

Setiawati, (2009). Interaksi Obat dalam Ganswara, S.G., Farmakologi dan


Terapi, Edisi IV, 862, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.

Sherwood L. (2012). Fisiologi manusia d sel ke sistem. 6th ed. Jakarta:


EGC.

Sinsyeba, T., Angkit, K., Maria Dyah, K. (2018). Hubungan Antara


Aktivitas Fisik Dengan Kekambuhan Ispa Pada Anak Usia Sekolah
Di Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Jurnal Keperawatan
Respati Yogyakarta.

Sodikin, (2012). Prinsip Perawatan Demam PadaAnak, Pustaka Belajar,


Yogyakarta.

Sulistyawati, A. (2014). Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta Selatan :


Salemba Medika.

Sulistyani N, Kurniati E, Yakup, Cempaka AR., (2016). Aktivitas


Antibakteri Infusa Daun Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller).
Jurnal Penelitian Saintek; 21(2).

Sumarmo, Poorwo, et al. (2010). Buku Ajar Infeksi & Pediatrik Tropis Edisi
Kedua. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia

Suryono (2012). Efektifitas Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu


Tubuh Pada Anak Febris Usia 1–5 Tahun. Jurnal AKP No . 6

Sugihartono, Nurjazuli.(2012) Analisis faktor risiko kejadian pneumonia


pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sidorejo Kota Pagar Alam. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia.
118

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sujarweni, V. W. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:


Gava Media

Soetjiningsih, (2013). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Tamsuri, Anas (2010). Tanda Tanda Vital: Suhu Tubuh. Jakarta: EGC.

Utami, P., Mardiana, L., Tim Penulis PS. 2013. Umbi Ajaib Tumpas
Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wardiah, A., Setiawati., Setiawan., D. (2016). Perbandingan efektifitas


pemberian kompres hangat dan tepidsponge terhadap penurunan
suhu tubuh anak yang mengalami demam rsud dr. H. Abdul moeloek
provinsi lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan.

Widodo, Rahayu (2010). Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada


Anak. Jakarta: EGC.

Widoyono, (2011). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan,


dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Wintoko, R. (2014). Hubungan aspek personal hygiene dan aspek perilaku


dengan kontamniasi telur cacing pada kuku siswa kelas 3, 4 dan 5 di
sdn 2 rajabasa kabupaten bandar lampung tahun ajaran 2012/2013.
Juke Unila, 4(7): 136-41.

Yusuf, A. M., (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif &


Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Yusuf, S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:


Remaja Rosdakarya
119

No Kegiatan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul


Memilih dan
1. mengajukan                
judul
Studi
2.                
pendahuluan
Menyusun
3.                
proposal
4. Seminar proposal                
5. Revisi proposal                
6. Prosedur etik                
Pelaksanaan
7.                
penelelitian
Penyusunan
8.              
laporan
9. Seminar skripsi                
10. Revisi skripsi                
Pengumpulan
11                
naskah skripsi
120
121
122
123
124

PENJELASAN PENELITIAN

Banjarmasin, Mei 2020


Kepada Yth.
Bapak/ibu/saudara/I
(sebagai responden)
Di tempat

Assalamualaikum, wr. Wb.


Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ririn Khairina


NIM : 1614201110046
Status : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan A Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin
Kontak : 085705708552

Akan melaksanakan penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Kompres


Aloe Vera Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Sekolah (6-12
Tahun) Yang Mengalami Demam Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
pemberian kompres aloe vera dapat menurunkan suhu tubuh pada anak usia
sekolah (6-12 tahun) yang mengalami demam di wilayah kerja puskesmas
pekauman Banjarmasin.
Peneliti akan menjamin kerahasiaan identitas dan semua informasiyang
diberikan akan dijaga dan hanya akan digunakan untuk kepentingan
penelitian ini saja. Metode penelitian ini dengan melakukan pengompresan
aloe vera yang akan dilakukan sesuai SOP terhadap anak usia sekolah (6-12
tahun) yang mengalami demam di wilayah kerja puskesmas pekauman
banjarmasin.
Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian dan pengaruh apapun
terhadap diri maupun pekerjaan Bapak/Ibu/Sdr/i. Namun, bila menimbulkan
125

ketidaknyamanan bagi Bapak/ibu/saudara/I, maka peneliti memohon maaf


sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan selama proses penelitian.
Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini,
dipersilahkan kepada Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden. Bapak/Ibu/Sdr/I juga diberikan kebebasan
untuk mengundurkan diri jika selama penelitian ini merasakan
ketidaknyamanan dengan terlebih dahulu memberikan informasi kepada
peneliti.

Demikian atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i saya sampaikan


terimakasih.

Peneliti,

(Ririn Khairina)
126

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini telah mendapat penjelasan dan
memahami maksud dan tujuan dari penelitian ini. Keikutsertaan saya
menjadi responden, mudah-mudahan dapat memberikan informasi yang
benar dan membawa manfaat bagi pelayanan keperawatan.
Setelah menandatangani lembar persetujuan ini, saya secara sukarela, sadar,
tanpa ada unsur paksaan menyatakan bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.

Banjarmasin,
2020
Saya yang menyatakan

(Tanda tangan)
127

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN


(INFORMED CONSENT)

Setelah membaca dan memahami penjelasan dari proses penelitian diatas


maka saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Diagnose Medis :

Untuk turut serta sebagai subjek dalam penelitian, saya atas nama Ririn
Khairina NIM 1614201110046 yang akan melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Pemberian Kompres Aloe Vera Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Pada Anak Usia Sekolah (6-12 tahun) Yang Mengalami
Demam Diwilayah Puskesmas Pekauman Banjarmasin“ dan menyatakan
tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.
Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh
kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Banjarmasin,................... 2020
Orang Tua / Wali Pasien

(.........................................)
LEMBAR OBSERVASI

A. Identitas Responden
Nama :
128

Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Diagnosa Medis :
Apa tindakan ibu untuk mengatasi demam pada anak :

B. Hasil Pengukuran
No. Suhu Pre Test Suhu Post Test
1.
2.
3.
4.
5.
129

Standar Operasional Prosedur (SOP)


Kompres Aloe Vera

No. Langkah-Langkah
Pra Interaksi
1. Cuci tangan 6 langkah
2. Persiapan alat
a. Aloe Vera ukuran 5x15cm
b. Termometer
c. Tisu Basah/Handuk
d. Kapas alcohol
e. Hands Crub
f. Sarung tangan
Tahap Orientasi
1. Ucapakan salam dan perkenalan diri
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
3. Tanyakan kesiapan pasien
4. Persiapkan alat
Tahap Kerja
1. Baca basmalah
2. Periksa suhu tubuh sebelum dilakukan tindakan pengompresan pada
anak
3. Lepaskan baju anak sebelum dilakukan tindakan pengompresan
4. Letakkan kompres aloe vera dengan ukuran 5x15cm pada dahi, aksila,
dan lipatan paha selama 15 menit
5. Periksa kembali suhu tubuh setelah tindakan pengompresan selesai
dengan termometer, apakah suhu sudah normal
6. Jika suhu tubuh mengalami penurunan atau pun tidak mengalami
penurunan, hentikan prosedur.
7. Keringkan badan anak menggunakan handuk/tisu dan pakaikan baju
anak kembali
8. Rapikan alat
Tahap Terminasi
1. Cuci Tangan
2. Evaluasi respon/ tanyakan kenyamanan anak
3. Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan.
4. Berpamitan pada pasien atau keluarga. (Marni, 2016)
130
131
132
133
134

LEMBAR KONSULTASI
135

Nama : Ririn Khairina


NPM : 1614201110046
Judul Penelitian : Studi Literature Pengaruh Pemberian Kompres
Aloe Vera Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
Pada Anak Usia Sekolah (6-12 tahun) Yang
Mengalami Demam
Pembimbing 1 : Dewi Kartika Wulandari, Ns., M.Kep

No Hari/Tanggal Materi Saran Paraf


Selasa, Skripsi 1. Tambahkan publikasi pada
14.07.20 BAB IV tiap jurnal
2. Perbaiki penulisan
3. Perbaiki applicable

Kamis, BAB IV 1. Tambahkan kesimpulan dari


16.07.20 tiap jurnal
2. Untuk penomoran applicable
dalam tiap jurnal kembali
dimulai dari 1
3. Tambahkan table penelitian
pada tiap jurnal

Jum’at BAB IV 1. Bagi beberapa parafgarf


17.07.20 ditiap pembahasan
2. Cari refrensi baru dari buku
maksimal 2009/2010 dan
jurnal 2016/2017

Sabtu BAB III 1. Tambahkan pengertian studi


18.07.20 literatur
2. Perbaiki spasi antar
paragraph
3. Sesuaikan sub bab judul
dengan format
4. Perbaiki alat pengumpulan
data
5. Tambahkan gambar etik pada
etik penelitian
Senin, BAB V
20.07.20 1. Perbaiki kesimpulan
BAB III
BAB IV 1. BAB III ACC
BAB V 1. BAB IV ACC
136

1. BAB V ACC
137
138
139

LEMBAR KONSULTASI
140

Nama : Ririn Khairina


NPM : 1614201110046
Judul Penelitian : Studi Literature Pengaruh Pemberian Kompres
Aloe Vera Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
Pada Anak Usia Sekolah (6-12 tahun) Yang
Mengalami Demam
Pembimbing 2 : Hj. Jum’ah, Ns., M.Kep

No Hari/Tanggal Materi Saran Paraf


Kamis, Skripsi - Desain penelitian, kalimat
18.06.20 BAB III terlalu Panjang, pecah
menjadi 2/3 kalimat
- Tambahkan 2jurnal lagi
- Waktu penelitian
ditambahkan
- Tambahkan alat
pengumpulan data
- Tambahkan langkah-langkah
pengambilan data dalam
penelitian mulai dari
Senin, BAB IV persiapan s.d pelaksanaan
13.07.20 - Analisis PICOT masukkan
dibab IV bukan bab III
- Tambahkan Teknik Analisa
data
BAB V
- Tambahkan pembahasan
Selasa BAB III tentang tema judul penelitian,
14.07.20 berdasarkan hasil
perbandingan dengan 7 jurnal
Sabtu BAB IV yang dibahas
18.07.20 - Dikesimpulan masukkan dulu
kesimpulan dari 7 jurnal,
baru kita simpulkan hasil
penelitiannya.

- BAB III ACC

- Dibagian Applicabel jangan


BAB V mengambil penelitian yang
lain, harusnya mengambil
dari jurnal ditiap
penelitiannya saja
141

- Dibagian kesimpulan
sebutkan berapa jumlahnya,
apakah ke 7 jurnal yang
berpengaruh atau tidak
- Dibagian kesimpulan ambil
dari jurnal yang menjadi
Sabtu BAB IV bahan/instrument review
18.07.20 (13.57) - Cari refrensi baru dari
kesimpulan
BAB V
(14.31) - Dibagian kesimpulan hanya
menyimpulkan jurnal yang
direview saja, bukan
penelitian lainnya.
- Dari ke tujuh jurnal yang
menjadi bahan review,
berapa yang menyatakan
berpengaruh dan beraa yang
menyatakan tidak
berpengaruh.
- Tidak usah dimasukkan teori
lagi, karna ini kesimpulan

- BAB IV ACC

- BAB V ACC

Anda mungkin juga menyukai