Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta “kulawarga”. Kata kula berarti “ras” dan
warga yang berarti “anggota”. Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa
orang yang masih memiliki hubungan darah.
Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki
hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu
tersebut.
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten di mana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolic 90 mmHg.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di negara-negara
maju. Di Indonesia prevalensi untuk menderita hipertensi masih rendah presentasinya.
Walaupun demikian bukan berarti ancaman penyakit hipertensi diabaikan begitu saja.
Bagi masyarakat golongan atas hipertensi benar-benar menjadi momok yang
menakutkan (Sri Rahayu : 2000).
Prevalensi penyakit hipertensi di negara maju seperti Amerika Serikat rata-rata 20
%.Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat. Di negara
Indonesia rata-rata 6-15 %.Presentasi ini mungkin masih tinggi karena jumlah anak di
bawah 15 tahun di negara Indonesia lebih kurang 15 % dari populasi (Rahayu : 2000).
Hipertensi merupakan faktor risiko, primer yang menyebabkan penyakit jantung
dan stroke. Hipertensi disebut juga sebagai The Silent Disease karena tidak ditemukan
tanda –tanda fisik yang dapat dilihat (Gede Yasmin: 1991).
Banyak ahli beranggapan bahwa hipertensi lebih tepat disebut sebagai
Heterogenus Group of Disease dari pada single disease.Hipertensi yang tidak terkontrol
akan menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti otak, ginjal, mata dan jantung serta
kelumpuhan anggota gerak. Namun kerusakan yang paling sering adalah gagal jantung
dan stroke serta gagal ginjal (Susi Purwati: 2000).
Untuk menghindari hal tersebut perlu pengamatan secara dini. Hipertensi sering
ditemukan pada usia tua/lanjut kira-kira 65 tahun ke atas (Sri Rahayu: 2000: 7).
Untuk mencegah komplikasi diatasi sangat diperlukan perawatan dan pengawasan
yang baik. Banyak kasus penderita dan kematian akibat penyakit kardiovaskular dapat
dicegah jika seorang merubah perilaku kebiasaan yang kurang sehat dalam
mengonsumsi makanan yang menyebabkan terjadinya hipertensi, selalu berolah raga
secara teratur serta merubah kebiasaan hidup lainnya yang dapat mencetus terjadinya
penyakit hipertensi seperti merokok, minum-minuman beralkohol. Adapun faktor dietik
dan kebiasaan makan yang mempengaruhi tekanan darah yang meliputi, cara
mempertahankan berat badan ideal, Natrium klorida, Kalium, Kalsium, Magnesium,
lemak dan Alcohol. (Dr. Wendra Ali. 1996: 3, 20, 21).
Apabila dalam satu keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi, maka mungkin dapat timbul beberapa masalah seperti:
1. Ke tidak patuthan diit rendaah garam dan rendah
lemak.
2. Resiko terjadinya komplikasi bagi penderita.
3. Sumber daya keluarga kurang.
4. Perubahan fisiologi (mudah marah dan tersinggung)
5. Keadaan ekonomi (bertambahnya pengeluaran dan
berkurangnya pendapatan. Keluarga).
Masalah yang muncul adalah bagaimana hal tersebut bisa muncul, bagaimana
manifestasinya, dan bagaimana penanganan yang dapat dilakukan untuk kasus ini masih
memerlukan kajian yang lebih mendalam.

Anda mungkin juga menyukai