Anda di halaman 1dari 90

STUDI LITERATUR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE

Skripsi

Disusun Oleh :

Gilang Rumana Fauzy NPM. 1614201110022

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020
STUDI LITERATUR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE

Skripsi

Diajukan kepada
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program studi
S-1 Keperawatan

Disusun Oleh:

Gilang Rumana Fauzy NPM. 1614201110022

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini dengan judul Studi Literatur Faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Pencegahan Penyakit Diare oleh Gilang Rumana Fauzy, NIM:
1614201110022, telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing, dan akan
dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Seminar Skripsi Program Studi S.1
Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin

Banjarmasin, 21 Juli 2020

Pembimbing 1

Alit Suwandewi, Ns., M.Kep


NIK: 0102051988093012012

Pembimbing 2

Hiryadi, Ns.,M.Kep.,Sp.Kom
NIK: 010311197701011099

Mengetahui

Ketua Program Studi S.1 Keperawatan

Izma Daud, Ns.,M.Kep


NIK: 01 16071984 048 003 010

iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi ini oleh:
Nama : Gilang Rumana Fauzy
NIM : 1614201110022
Judul Skripsi : Studi Literatur Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Pencegahan Penyakit Diare
Telah melaksanakan ujian skripsi pada tanggal 21 Juni 2020, dan dinyatakan
berhasil mempertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi
S.1 Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.

DEWAN PENGUJI:

Penguji 1:

Alit Suwandewi, Ns., M.Kep (Pimpinan Sidang)


NIK: 0102051988093012012
Penguji 2:

Hiryadi, Ns.,M.Kep.,Sp.Kom (Anggota)


NIK: 010311197701011099

Penguji 3:

Sukamto, SKM.,M.Kes (Anggota)


NIK:

Mengetahui,
Dekan Fakultas Keperawatan dan Ilmu Ketua Program Studi
Kesehatan S.1 Keperawatan

Solikin, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB Izma Daud, Ns.,M.Kep


NIK.01 29071979 018 003 002 NIK: 01 16071984 048 003 010

iv
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Gilang Rumana Fauzy
NIM : 1614201110022
Prodi : S.1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi

Sebagai civitas akademika Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas


Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, yang turut serta mendukung pengembangan
ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Hak
Bebas Royalti atas karya ilmiah saya yang berjudul:
”Studi Literatur Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan Penyakit
Diare”
Dengan adanya Hak Bebas Royalti ini maka, Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan mempunyai kebebasan
secara penuh untuk menyimpan, melakukan editing, mengalihkan ke
format/media yang berbeda, melakukan kelolaan berupa database, serta
melakukan publikasi tugas akhir saya ini dengan pertimbangan dengan tetap
mencantumkan nama penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta dengan
segala perangkat yang ada (bila diperlukan)
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal : 21 Juli 2020

Saya yang menyatakan,

Gilang Rumana Fauzy


NIM 1614201110022

vi
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

Skripsi, Juli 2020

Gilang Rumana Fauzy


NIM 1614201110022

Studi Literatur Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan


Penyakit Diare

Abstrak

Penyakit diare adalah merupakan utama kematian kedua pada balita.Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi diare di Indonesia sebesar 8%
sedangkan di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 6,5%. Penyakit diare dapat
dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan keluarga. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pencegahan diare diantaranya tingkat pendidikan, pengetahuan
dan sikap.
Tujuan penelitian mengetahui Mengetahui faktor yang berhubungan dengan
perilaku penggunaan air bersih untuk mencegah penyakit diare berdasarkan
beberapa literature review.
Desain penelitian adalah pustaka (library research). Populasi dan sampel adalah
seluruh jurnal yang terpilih menjadi literature berjumlah 7 jurnal. Teknik
pengambilan sistem PICOT. Analisa data melalui narasi.
Hasil penelitian menunjukka tingkat pendidikan ibu sebagian besar tingkat
pendidikan dasar, pengetahuan ibu tentang diare sebagian besar baik, sikap ibu
terhadap diare sebagian besar dengan kategori positif, perilaku pencegahan diare
sebagian besar baik.Ada hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan
sikap dengan perilaku pencegahan diare. Ada hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku pencegahan diare.
Bagi petugas kesehatan di fasilitas kesehatan dapat memberikan penyuluhan bagi
masyarakat mengenai perilaku pencegahan diare dan faktor yang
mempengaruhinya.

Kata Kunci : Diare, Pengetahuan, Sikap, Tingkat Pendidikan.


Daftar Rujukan : 45 (2010 -2020)

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Studi Literatur Faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Pencegahan Penyakit Diare”. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi
sebagian syarat kelulusan untuk memperleh gelar Sarjana Keperawatan di
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.

Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun tidak
langsung kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai, terutama
kepada yang saya hormati:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Khairuddin, M.Ag  Rektor Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin
2. Bapak Solikin, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB Dekan Fakultas Keperawatan dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Ibu Izma Daud, Ns.,M.Kep Ketua Program Studi S.1 Keperawatan Fakultas
Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
4. Ibu Alit Suwandewi, Ns., M.Kep Pembimbing I yang telah banyak membantu
dan memberikan kemudahan-kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Hiryadi, Ns., M.Kep., Sp.Kom Pembimbing II yang telah banyak
memberikan petunjuk dan arahan, bimbingan dan perbaikan dalam hal
metodologi maupun saran kepada penulis.
6. Bapak Sukamto, SKM., M.Kes selaku Penguji Utama yang telah banyak
memberikan saran demi perbaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar beserta Staf Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin yang selama ini banyak memberikan bekal pengetahuan kepada
penulis dan telah membantu demi lancarnya segala urusan dalam skripsi ini.

viii
8. Bapak, Ibu beserta Keluarga besar, yang terus mendoakan dan memberikan
dukungan serta memfasilitasi untuk keberhasilan penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
9. Teman-teman mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin dan
semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberi dukungan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam
penyusunan skripsi ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak pada umumnya dan penulis sendiri khususnya.

Banjarmasin, 21 Juli 2020

Gilang Rumana Fauzy


NIM 1614201110022

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI........................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI............................................................ iv
PERNYATAAN ORISINILITAS PENELITIAN ......................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vi
ABSTRAK..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................ 4
1.5 Penelitian Terkait................................................................. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teori Diare........................................................................... 7
2.2 Teori Perilaku Sehat............................................................. 10
2.3 Teori Tingkat Pendidikan..................................................... 14
2.4 Teori Pengetahuan................................................................ 15
2.5 Teori Sikap........................................................................... 19
2.6 Kerangka Konsep................................................................. 27
2.7 Hipotesis............................................................................... 28

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian.................................................................. 29
3.2 Definisi Operasional............................................................. 29
3.3 Populasi, Sampel dan Sampling........................................... 30
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian.............................................. 31
3.5 Teknik Pengambilan Data.................................................... 31
3.6 Teknik Analisis Data............................................................ 35
3.7 Etika Penelitian……………………………......................... 35

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


4.1 Hasil Penelusuran Jurnal...................................................... 37
4.2 Pembahasan.......................................................................... 37

x
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................... 59
5.2 Saran..................................................................................... 59

DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional............................................................................... 30
3.2 Populasi................................................................................................... 31
3.3 Sampel..................................................................................................... 32
3.4 Alat Pengumpul Data.............................................................................. 34

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Kerangka Konsep.................................................................................... 27

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare merupakan salah satu penyakit yang berulang-ulang buang air besar
yang sifatnya encer (cair). Bila seseorang menderita penyakit ini ia akan
sering kali ke belakang (toilet) untuk membuang hajat yang memang sifatnya
cair dan tidak bisa ditahan. Gejala-gejala yang bisa timbul dalam penyakit
diare ini adalah perut terasa sakit dan terasa mulas. Peningkatan frekuensi
volume cairan dalam kotoran semakin tinggi (Saydam, 2011).

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization


(WHO) (2017) penyakit diare adalah penyebab utama kematian kedua pada
anak di bawah lima tahun. Ini bisa dicegah dan diobati. Setiap tahun diare
membunuh sekitar 525.000 anak balita. Secara global, ada hampir 1,7 miliar
kasus penyakit diare anak-anak setiap tahun (WHO, 2017).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi diare menurut
diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia sebesar 8% dari jumlah penduduk
(1.017.290 jiwa). Prevalensi tertinggi diare terdapat di Provinsi Sulawesi
Tengah sebanyak 10,3% dan prevalensi yang terendah terdapat di Provinsi
Riau sebesar 4.3% sedangkan di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 6,5%
dari jumlah penduduk (Kemenkes RI, 2018).

Pencegahan penyakit diare dapat dilakukan dengan mengelola kegiatan


rumah pemotongan hewan dengan benar untuk mengurangi kontaminasi
daging oleh kotoran binatang, pasteurisasi susu dan produk susu, radiasi
daging sapi sampai matang dengan suhu yang cukup terutama daging sapi
giling, lindungi dan lakukan pemurnian dan klorinasi air PAM, lakukan
klorinasi kolam renang dan pastikan bahwa kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan pada pusat penampungan anak, terutama sering

1
2

mencuci tangan dengan sabun dan air sudah menjadi budaya sehari-hari
(Kunoli, 2013).

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan penyakit diare yaitu


dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai cara penyimpanan dirumah,
makanan yang wadah atau tempat makan minum yang dicuci dengan air yang
tercemar. Perilaku mencuci tangan kurang baik seperti tidak mencuci tangan
dengan air yang mengalir dapat memudahkan masuknya kuman ke saluran
pencernaan yang berakibat timbulnya diare (Fatmawati, 2017).

Sebuah keluarga yang dapat mengambil air dari sumber air bersih yang baik
menunjukkan angka penurunan terjadinya diare yang lebih baik dari pada
keluarga yang tidak menggunakan air bersih. Bagi manusia air bersih
merupakan salah satu kebutuhan utama untuk berbagai keperluan rumah
tangga, mengingat berbagi penyakit dapat di bawa oleh air kepada manusia
pada saat memanfaatkannya maka tujuan perilaku penggunaan air bersih atau
air minum bagi keluarga adalah mencegah penyakit bawaan air. Dengan
demikian di harapkan semakin baik perilaku masyarakat dalam penggunaan
air bersih maka akan semakin turun morbiditas penyakit bawaan air yang
salah satunya adalah diare (Yunita, 2013).

Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2014) perilaku hidup bersih dan
sehat termasuk penggunaan air bersih untuk mencegah penyakit diare
ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor antara lain faktor-faktor pendukung
(enabling factors) terwujud dalam lingkungan fisik (tersedia atau tidak
tesedianya fasilitas atau sarana kesehatan), faktor-faktor pendrong
(reinforcing factors) terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat serta faktor predisposisi (predisposing factors) terwujud dalam
3

umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai


dan sebagainya.

Perilaku keluarga berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita. Hal ini di
mungkinkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri.
Salah satunya pendidikan, seseorang yang menempuh pendidikan formal
memiliki wawasan lebih terutama tentang kesehatan dan pentingnya
penggunaan air bersih sehingga kejadian diare pada balita bisa berkurang.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih berperilaku yang positif
tentang penggunaan air bersih terutama untuk memasak dan minum sehingga
di peroleh juga tingkat keajadian diare sedikit (Yunita, 2013).

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya


tindakan seseorang. Karena jika seseorang tidak mengetahui sebuah obyek,
obyek tersebut tidak akan menarik bagi seseorang. Begitu juga dengan
kejadian diare, pada saat seseorang tidak mengetahui tentang penyebab diare
dalam hal ini penggunaan air bersih baik defenisi, syarat, sumber dan
pengolahan air bersih, maka seseorang akan memandang sebelah mata
terhadap fungsi dan manfaat air bersih Padahal Penggunaan air bersih
mempunyai dampak pada kebersihan makanan dan minuman serta higiene
perseorangan. Penggunaan air bersih berpengaruh baik terhadap kesehatan
(Salca, 2015).

Sikap yang sudah baik diharapkan dapat mengubah perilaku. Sikap yang baik
apabila didukung dengan sarana dan prasarana yang mendukung akan
menghasilkan suatu tindakan, dalam hal ini adalah penggunaan air bersih.
Semakin baik sikap individu maka semakin baik individu tersebut
menggunakan air bersih (Paramitha, 2015).
4

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang “Studi


Literatur Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan Penyakit
Diare”

1.2 Rumusan Masalah


Faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit
diare?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan air
bersih untuk mencegah penyakit diare berdasarkan beberapa literatur.
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat pendidikan ibu .
1.3.2.2 Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang penyakit diare
1.3.2.3 Mengidentifikasi sikap ibu terhadap penyakit diare.
1.3.2.4 Mengidentifikasi perilaku pencegahan penyakit diare
1.3.2.5 Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku
pencegahan penyakit diare.
1.3.2.6 Menganalisis hubungan pengetahuan dengan perilaku
pencegahan penyakit diare.
1.3.2.7 Menganalisis hubungan sikap dengan perilaku pencegahan
penyakit diare.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan keperawatan mengenai faktor perilaku pencegahan
penyakit diare.
5

1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Insitusi Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan
masukan dalam memberikan pendidikan kesehatan terhadap
masyarakat agar mereka dapat melakukan pencegahan diare.
1.4.2.2 Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai bahan untuk menambah informasi tentang
pencegahan, diare diperpustakaan yang mana biasa
dimanfaatkan oleh mahasiswa lain untuk menjadi sumber atau
bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian tentang
diare selanjutnya, dan sebagai tambahan referensi tentang
perilaku pencegahan diare.
1.4.2.3 Peneliti
Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman, serta dapat menjadi acuan bagi penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan masalah diare.

1.5 Penelitian Terkait


Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan
penelitian ini adalah:
1.5.1 Penelitian Rini (2015) yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Sikap
dengan Perilaku Pencegahan Diare di Gampong Kuala Langsa
Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.
Perbedaan:
Perbedaan penelitian tersebut terletak pada metode, variabel, tempat
dan tahun penelitian. Metode penelitian ini adalah analitik dengan
pendekatan cross sectional sedangkan metode penelitian ini adalah
library research (studi literatur). Variabel bebas penelitian tersebut
terdiri dari pengetahuan dan sikap sedangkan variabel bebas penelitian
ini terdiri dari tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap.
6

1.5.2 Penelitian Khasanah (2016) yang berjudul Hubungan Tingkat


Pengetahuan Ibu tentang Diare dengan Perilaku Pencegahan Diare pada
Balita.
Perbedaan:
Perbedaan penelitian tersebut terletak pada metode, variabel, tempat
dan tahun penelitian. Metode penelitian ini adalah analitik dengan
pendekatan cross sectional sedangkan metode penelitian ini adalah
library research (studi literatur). Variabel bebas penelitian tersebut
terdiri dari pengetahuan sedangkan variabel bebas penelitian ini terdiri
dari tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap.
1.5.3 Penelitian oleh Widyastuti (2012) yang berjudul Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Pencegahan Diare pada Anak
Balita di Puskesmas 4 Ulu Palembang.
Perbedaan:
Perbedaan penelitian tersebut terletak pada metode, variabel, tempat
dan tahun penelitian. Metode penelitian ini adalah analitik dengan
pendekatan cross sectional sedangkan metode penelitian ini adalah
library research (studi literatur). Variabel bebas penelitian tersebut
terdiri dari pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan dan persepsi
keseriusan sedangkan variabel bebas penelitian ini hanya terdiri dari
tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Diare


2.1.1 Pengertian Diare
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari
(Kemenkes RI, 2011). Diare adalah buang air besar dengan frekuensi
yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek
dan cair (Suharyono, 2013).

Pengertian diare menurut Musliha (2010) yaitu suatu keadaan ketika


seseorang mengalami buang air besar yang tidak normal atau lebih dari
3 kali sehari dengan tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai
darah atau lendir sedangkan menurut Putra (2012) mengemukakan
bahwa diare merupakan buang air besar dengan frekuensi lebih sering
(lebih dari 3 kali sehari) dan bentuk tinja lebih cair dari biasanya.

2.1.2 Penyebab Diare


Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan
besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit),
malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab
lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara
klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan (Kemenkes
RI, 2011). Strain Escherichia coli penyebab diare terdiri enam kategori
utama Entero-Hemorrhagic, Enterotoxigenic, Enteroinvasive,
Enteropathogenic, Enteroaggregative, Diffuse Adherent (Kunoli, 2013).

7
8

2.1.3 Jenis-Jenis Diare


Diare memiliki beberapa jenis. Menurut Kemenkes RI (2011) diare
terbagi menjadi dua jenis, yaitu diare akut, diare persisten atau diare
kronik. Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,
sementara diare persisten atau diare kronis adalah diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari. Sedangkan menurut Abata (2014)
istilah diare dibagi menjadi berbagai macam bentuk diantaranya:
2.1.3.1 Diare akut: kurang dari 2 minggu
2.1.3.2 Diare persisten: lebih dari 2 minggu
2.1.3.3 Disentri: diare disertai darah dengan ataupun tanpa lender
2.1.3.4 Kholera: diare dimana tinjanya terhdapa bakteri Choler

2.1.4 Gejala Diare


Menurut Wijayaningsih (2013) manifestasi klinis diare sebagai berikut:
2.1.4.1 Mula-mula anak/bayi cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang.
2.1.4.2 Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,
kadang disertai wial dan wiata
2.1.4.3 Warna tinja berubah menjadi kehijau-hiajuan karena bercampur
empedu
2.1.4.4 Anus dan sekitarnya lecet karena sering difekasi dan tinja
menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
2.1.4.5 Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas
kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa
kering dan disertai penurunan berat badan
2.1.4.6 Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekanan
darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas,
kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai
akibat hipovokanik.
2.1.4.7 Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria)
9

2.1.4.8 Bila terjadi asidosis metabolic klien akan tampak pucat dan
pernafasan cepat dan dalam (kusmaul).

2.1.5 Cara Pencegahan Diare


Menurut Putra (2012) langkah-langkah pencegahan diare yang dapat
diambil adalah sebagai berikut:
2.1.6.1 Teruskan pemberian air susu ibu (ASI)
2.1.6.2 Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian
makanan pendamping ASI setelah bayi berusia 6 bulan
2.1.6.3 Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui
tangan/serangga, maka menjaga kebersihan dengan menjadikan
kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga.
Cucilah tangan sebelum makan atau menyediakan makanan
untuk si kecil.
2.1.6.4 Selalu ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau
minuman yang kita makan. Juga, kebersihan perabotan makan
ataupun alat bermain si kecil.

Pencegahan penyakit diare dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan,


khususnya cuci tangan dengan bersih sebelum makan atau memakan
makanan yang bersih, demikian pula dengan alat-alat dapur dan bahan-
bahan makanan harus bersih dari kuman-kuman dengan mencucinya
dengan baik dan sempurna. Tindakan pencegahan yang umum harus
dilakukan seperti menutup makanan dan minuman dengan tudung saji
untuk mencegah hinggapnya lalat dabu. Makanan sebaiknya dimasak
dan segera setelah dimasak jangan dibiarkan terlalu lama hingga mudah
tercemar. Juga tindakan berjaga-jaga yang perlu dilakukan adalah
menjaga kebersihan rumah dan halaman untuk menghindari
beterbangannya lalat-lalat yang membawa penyakit, serta yang harus
dilakukan sejak awal adalah membuang sampah pada tempatnya.
(Saydam, 2011).
10

2.2 Teori Perilaku Sehat


2.2.1 Pengertian perilaku sehat
Pengertian perilaku sehat menurut Mubarak (2011) yaitu suatu
tanggapan seseorang yang berhubungan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Sedangkan
definisi perilaku kesehatan menurut Maulana (2013) diartikan suatu
respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang
berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman serta lingkungan.

2.2.2 Klasifikasi perilaku kesehatan


Menurut Mulana (2014) perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
diklasifikasikan sebagai berikut:
2.2.2.1 Perilaku hidup sehat
Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan
dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya. Hal ini mencakup makan dengan menu
seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum
minuman keras dan narkoba, istirahat cukup, mengendalikan
stres, selain itu perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi
kesehatan (misalnya tidak berganti-ganti pasangan, adaptasi
dengan lingkungan).
2.2.2.2 Perilaku sakit
Perilaku ini merupakan respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang
penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan usaha-
usaha untuk mencegah penyakit.
2.2.2.3 Perilaku peran sakit
Perilaku peran sakit adalah segala aktifitas individu yang
menderita sakit untuk memperoleh kesembuhan, dari segi
sosiologi orang sakit mempunyai peran yang meliputi hak dan
11

kewajiban orang sakit. Perilaku peran sakit meliputi hal-hal


berikut:
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
b. Mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan
atau penyembuhan penyakit yang layak
c. Mengetahui hak (misalnya memperoleh perawatan,
memperoleh pelayanan kesehatan) dan kewajiban orang
sakit (memberi tahu penyakitnya pada orang lain terutama
petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya pada
orang lain).

2.2.3 Unsur-unsur perilaku kesehatan


Menurut Lestari (2014) rangsangan yang terkait dengan perilaku
kesehatan terdiri dari empat unsur, yaitu:
2.2.3.1 Perilaku terhadap sakit dan penyakit
Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit
dan penyakit yang bersifat respons internal (berasal dari dalam
dirinya) maupun ekstrenal (dari luar dirinya), baik respons pasif
(pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun aktif (praktik) yang
dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku
seseorang terhadap sakit dan penyakit sesuai dengan tingkatan-
tingkatan pemberian pelayanan kesehatan yang menyeluruh atau
sesuai dengan tingkatan pencegahan penyakit, yaitu:
a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health
promotion behavior)
b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)
c. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
d. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation
behavior).
12

2.2.3.2 Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan


Perilaku ini adalah respons individu terhadap sistem pelayanan
kesehatan modern maupun tradisional, meliputi:
a. Respons terhadap fasilitas pelayanan kesehatan
b. Respons terhadap cara pelayanan kesehatan
c. Respons terhadap petugas kesehatan
d. Respons terhadap pemberian obat-obatan
Respons tersebut terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap
dan penggunaan fasilitas, petugas maupun penggunaan obat-
obatan.
2.2.3.3 Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental
behaviour)
Perilaku ini adalah respons individu terhadap lingkungan
sebagai determinant (faktor penentu) kesehatan manusia.
Lingkup perilaku ini sesuai lingkungan kesehatan lingkungan,
yaitu:
a. Perilaku terhadap air bersih, meliputi manfaat dan
penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor atau
kotoran, disini menyangkut pula hygiene, pemeliharaan,
teknik dan penggunaannya.
c. Perilaku sehubungan dengan pembuangan limbah, baik
limbah cair maupun padat. Dalam hal ini termasuk sistem
pembuangan sampah dan air limbah yang sehat dan dampak
pembuangan limbah yang tidak baik.
d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat. Rumah sehat
menyangkut ventilasi, pencahayaan, lantai dan sebagainya.
e. Perilaku terhadap pembersihan sarang-sarang vektor.
13

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan


Menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2014) membedakan adanya
dua determinan masalah kesehatan tersebut, yaitu behavioral factor
(faktor perilaku) dan non behavioral factors (non perilaku). Kemudian
selanjutnya Green menganalisa, bahwa faktor perilaku sendiri
ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu:
a. Faktor-faktor disposisi (disposing factors) yaitu faktor-faktor yang
memudahkan atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,
antara lain pendidikan, pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,
nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) adalah faktor-faktor
yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan.
Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan
prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya
puskesmas, posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan sampah,
tempat olahraga, rumah sakit, makanan bergizi, uang dan
sebagainya.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Terkadang
seseorang mengetahui dan mampu untuk berperilaku sehat tetapi
tidak melakukannnya. Dalam hal ini untuk berperilaku sehat
memerlukan contoh dari para tokoh masyarakatnya.

2.3 Teori Tingkat Pendidikan


2.3.1 Pengertian tingkat pendidikan
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,
endidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
14

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan


negara (Ihsan, 2013).

2.3.2 Tingkat pendidikan


Tingkat pendidikan menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 8 dalam Ihsan (2013) adalah
tahapan dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 13 Ayat 1 mengatur
tentang jalur pendidikan yaitu terdiri dari pendidikan formal,
pendidikan non-formal, dan pendidikan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya. Khusus untuk pendidikan formal terdiri
atas:
2.3.2.1 Pendidikan dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap
dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dimasyarakat.
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9
tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi
pendidikan menengah.
2.3.2.2 Pendidikan menengah
Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan
kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan
tinggi.
2.3.2.3 Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah
yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi
15

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik


dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan /atau
kesenian. Pendidikan tinggi mencakup program pendidkan
diploma, sarjana, magister, doktor, spesialis yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

2.4 Teori Pengetahuan


2.4.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behavior) (Maulana, 2014).

Pengetahuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Budiman &


Riyanto (2013) pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan
dengan proses pembelajaran sedangkan dalam Wikipedia pengetahuan
adalah informasi atau maklumat yang diketauhi atau disadari oleh
seseorang.

2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Mubarak (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang antara lain:
2.5.3.1 Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada
orang lain terhadap seseuatu hal agar mereka dapat memahami.
Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada
akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan
16

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap


penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang diperkenalkan.
2.5.3.2 Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung.
2.5.3.3 Umur
Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada asfek
fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara
garis besar ada empat kategori perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini
terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis
atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
2.5.3.4 Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba
dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh
pengetahuan yang mendalam.
2.5.3.5 Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada
kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan
berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap
objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan
timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi
kejiwaannya dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif
dalam kehidupannya.
2.5.3.6 Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam
suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan
17

lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya


mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan
2.5.3.7 Informasi
Kemudahan untuk memperoleh informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang
baru.

Menurut Wawan dan Dewi (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi


pengetahuan antara lain:
2.5.5.1 Faktor internal
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat
informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan
dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama untuk sikap berperan
serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,
berulang dan banyak tantangan sedangkan bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruhi terhadap kehidupan keluarga.
18

c. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja.
2.5.5.2 Faktor eksternal
a. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok
b. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2.5.6 Pengukuran Tingkat Pengetahuan


Menurut Skinner, bila seseorang mampu menjawab mengenai materi
tertentu, baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang
tersebut mengetahui bidang tersebut. Pengukuran dapat dilakuakn
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang diukur dari subjek penelitian atau responden (Budiman & Riyanto,
2013).
Menurut Arikunto (2006) dalam Budiman & Riyanto (2013) membuat
kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang
didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut:
2.5.6.1 Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%
2.5.6.2 Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56-74%
2.5.6.3 Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya ≤55%
19

2.6 Teori Sikap


2.6.1 Pengertian sikap
Menurut Zonna dan Rempel (1988) dalam Sarwono (2014) sikap
merupakan reaksi evaluatif yang disukai atau tidak disukai terhadap
sesuatu atau seseorang, menunjukkan kepercayaan, perasaan atau
kecenderungan perilaku seseorang. Sikap adalah suatu proses penilaian
yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek.

Sikap merupakan reaksi afektif yang bersifat negatif, positif atau


campuran antara keduanya yang mengandung perasaan-perasaan kita
terhadap suatu objek. Sikap merupakan kecenderungan berperilaku
dengan cara tertentu terhadap suatu objek tertentu dan reaksi kognif
sebagai penilaian kita terhadap suatu objek yang didasarkan pada
ingatan, pengetahuan dan kepercayaan yang relevan (Rahman, 2013).

Sikap berkaitan dengan tingkat perasaan, yakni derajat efek positif atau
negatif seseorang pada objek-objek fisik, psikologis dan sosial yang
dinyatakan dalam unsur senang atau tidak senang, bahagia atau tidak
bahagia dan setuju atau tidak setuju. Sikap adalah kesiapan seseorang
untuk bereaksi pada objek dengan cara-cara tertentu (Pieter dkk, 2011).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan. Sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari
dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu,
terhadap suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek
tertentu (Maulana, 2014).

2.6.2 Struktur sikap


Menurut Pieter dkk (2011) berdasarkan pada struktur, maka sikap
terdiri dari tiga komponen, yaitu:
20

2.6.2.1 Komponen kognitif


Komponen kognitif berisikan persepsi, kepercayaan dan sterotip
yang dimiliki oleh individu mengenai sesuatu objek. Kerap kali
komponen kognitif disamakan dengan opini atau pandangan
terutama jika menyangkut masalah isu atau problem
kontroversional. Pertanyaannya mengapa orang memiliki sikap
percaya dan bagaimana sikap percaya dapat mempengaruhi
pembentukan perilaku seseorang.
Sebenarnya sikap percaya tersebut datang dari apa yang pernah
kita lihat atau yang pernah kita ketahui sebelumnya.
Berdasarkan apa yang telah kita lihat kemudian membentuk
suatu gagasan atau kalimat sikap percaya itu membentuk suatu
gasan atau ide mengenai sifat atau karakteristik umum tentang
objek. Sering kali sering percaya itu membentuk pengetahuan
seseorang mengenai sesuatu. Tanpa ada sesuatu yang kita
percayai, maka niscaya kita tidak mampu memahami dunia
sekitar. Melalui sikap percaya kita mampu menyederhanakan
dan mengatur apa yang kita percayai, maka niscaya kita tidak
mampu memahami dunia sekitar. Melalui sikap percaya kita
mampu menyederhanakan dan mengatur apa yang kita lihat.
Akan tetapi, tidak semua kepercayaan memberikan hasil yang
akurat. Terkadang kepercayaan terbentuk akibat tidak adanya
informasi yang tepat mengenai objek yang dihadapi. Misalnya
bagi orang yang belum pernah mencicipi daging kuda goreng
yang menganggap bahwa daging kuda goreng tidak enak
ditambah pula orang tersebut vegetarian.
2.6.2.2 Komponen afektif
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif
seseorang terhadap objek sikap. Secara umum komponen afektif
disamakan dengan pengertian perasaan yang dimiliki seseorang.
21

Sebenarnya pengertian perasaan pribadi sering kali sangat


berbeda dalam perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.
2.6.2.3 Komponen konatif
Komponen konatif sering juga disebut sebagai komponen
perilaku. Komponen ini menunjukkan bagaimana perilaku dan
kecenderungan perilaku dalam diri seseorang yang berkaitan
dengan objek sikap yang dihadapinya. Asumsi dasarnya adalah
bahwa kepercayaan dan perasaan dapat mempengaruhi perilaku
seseorang yakni bagaimana dia berperilaku pada situasi tertentu.
Kecenderungan berperilaku konsisten, selaras dengan
kepercayaan dan perasaan akan membentuk sikap individual.
Karena itu adalah logis untuk mengharapkan sikap seseorang
akan dicerminkan dalam bentuk perilaku. Pengertian
kecenderungan perilaku menunjukkan komponen konatif
sebagai bentuk perilaku yang tidak hanya dilihat secara
langsung, namun meliputi bentuk-bentuk perilaku berupaya
pernyataan atau perkataan yang diucapkan seseorang.
Kesimpulannya bahwa seseorang memiliki sikap positif adalah
bila diikuti oleh pernyataan konatifnya.
Konsistensi antara komponen kognitif, afektif dan konatif
merupakan dasar dalam penyimpulan sikap melalui observasi
perilaku yang dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap.
Tidak tepat juga jika mengganggap bahwa komponen konatif
merupakan komponen yang paling mudah diukur atau diungkap.

Menurut Sunaryo (2015) struktur sikap terdiri dari tiga komponen


sebagai berikut:
2.6.2.1 Komponen kognitif
Komponen kognitif dapat disebut juga dengan komponen
persepsual, yang berisi kepercayaan individu. Kepercayaan
tersebut berhubungan dengan hal-hal bagaimana individu
22

mempersepsikan objek sikap dengan apa yang dilihat dan


diketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan, pikiran,
pengalaman pribadi, kebutuhan emosional dan informasi dari
orang lain. Misalnya individu mengetahui bahwa kesehatan itu
sangat berharga karena ia menyadari bahwa apabila sakit,
dirinya akan merasakan betapa nikmatnya sehat.
2.6.2.2 Komponen afektif (komponen emosional)
Komponen ini merujuk pada dimensi emosional subjektif
individu, terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa senang)
maupun negatif (rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak
dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang
benar terhadap objek sikap tersebut. Misalnya, individu senang
(sikap positif) terhadap profesi keperawatan, berarti ia
melukiskan perasaannya terhadap keperawatan; masyarakat
umumnya tidak senang (sikap negatif) terhadap tindakan
kekerasan, perjudian, pelacuran dan kejahatan.
2.6.2.3 Komponen konatif
Komponen konatif disebut juga komponen perilaku yaitu
komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang
dihadapinya. Misalnya, individu mengetahui bahwa profesi
keperawatan adalah pekerjaan yang mulia sehingga banyak
lulusan SMA yang masuk Akademi Keperawatan remaja putri
lulusan SMA banyak memilih untuk melanjutkan sekolah ke
Akademi Kebidanan karena lulusan Akademi Kebidanan
menjanjikan pekerjaan yang jelas.

2.6.4 Tingkatan sikap


Menurut Maulana (2014) sikap terdiri dari empat tingkatan antara lain:
2.6.4.1 Menerima (receiving)
23

Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang


diberikan / objek (misalnya sikap terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian terhadap ceramah-ceramah gizi).
2.6.4.2 Merespons (responding)
Memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap.
Terlepas dari benar atau salah, hal ini berarti individu menerima
ide tersebut.
2.6.4.3 Menghargai (valuing)
Pada tingkat ini, individu mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
2.6.4.4 Bertanggungjawab (responsible)
Merupakan sikap yang paling tinggi, dengan segala risiko
bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih,
meskipun mendapat tantangan dari keluarga. Pengukuran sikap
dapat dilakukan secara langsung (langsung ditanya) dan tidak
langsung.

2.6.5 Fungsi sikap


Fungsi sikap menurut Sarwono (2014) adalah sebagai berikut:
2.6.5.1 Fungsi pengetahuan
Sikap membantu kita untuk menginterpretasikan stimulus baru
dan menampilkan respon yang sesuai. Contohnya, anak-anak
diajari agar waspada, sehingga ia mengadopsi sikap dari orang
tuanya agar tidak cepat percaya dan langsung menyukai orang
asing yang baru dikenal, untuk menghindari penculikan anak.
2.6.5.2 Fungsi identitas
Sikap terhadap kebangsaan Indonesia (nasionalis) yang kita
nilai tinggi mengekpresikan nilai dan keyakinan serta
mengomunikasikan “siapa kita” dalam acara-acara resmi di luar
negeri, orang Indonesia memakai pakaian nasional seperti batik
24

dan peci bagi pria serta kain kebaya bagi wanita untuk
menunjukkan identitas kita sebagai bangsa Indonesia.
2.6.5.3 Fungsi harga diri
Sikap yang kita miliki mampu menjaga atau meningkatkan
harga diri. Misalnya mahasiswa Universitas Indonesi (UI)
bangga memakai jaket kuning. Misalnya, sikap patuh terhadap
aturan-aturan protokoler pada acara-acara resmi, bertujuan agar
kita tidak berperilaku menyimpang untuk menjaga harga diri
kita di depan publik.
2.6.5.4 Fungsi pertahanan diri (ego defensive)
Sikap berfungsi melindungi diri dari penilaian negatif tentang
diri kita. Misalnya memakai benda merk agar tidak dinilai
rendah oleh kawan-kawan arisan. Banyak perbuatan yang
disebabkan oleh sikap melindungi diri agar diterima dalam
kelompok teman-teman sebaya, misalnya merokok dianggap
perbuatan yang keren dikalangan remaja.
2.6.5.5 Fungsi memotivasi pesan (impression motivation)
Sikap berfungsi mengarahkan orang lain untuk memberikan
penilaian atau kesan yang positif tentang diri kita. Contohnya,
memelihara janggut dan berbaju koko agar dianggap orang alim
serta wanita memakai jilbab dan berbaju muslim bila berada di
wilayah Aceh Darussalam agar diterima dan dihormati oleh
masyarakat

2.6.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap


Menurut Pieter dkk (2011) berbagai faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah sebagai berikut:
2.6.6.1 Pengalaman pribadi
Apa yang dialami akan membentuk dan mempengaruhi
penghayatan terhadap setiap stimulus. Tanggapan akan menjadi
salah satu dasar dalam terbentuknya sikap, untuk bisa
25

mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus


memiliki pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
Apakah penghayatan itu akan membentuk sikap positif atau
negatif akan tergantung pada berbagai faktor lainnya. Tidak
adanya pengalaman sama sekali dengan objek psikologis
cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek
tersebut.
2.6.6.2 Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Seseorang dianggap penting bagi kita apabila orang setuju
terhadap pandangan dan gerak-gerik tindakan yang kita
harapkan. Seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau orang
yang berarti khusus bagi kita sering mempengaruhi
pembentukan sikap kita terhadap sesuatu objek sikap.
Diantaranya orang-orang yang selalu kita anggap penting pada
umumnya tertuju kepada orang tua, istri atau suami, anak, orang
yang memiliki status sosial yang lebih tinggi, teman sebaya,
sahabat, guru atau teman kerja. Pada umumnya dia cenderung
memiliki sikap komformis, searah, berafiliasi dan menghindari
konflik dengan orang yang dianggapnya penting, seperti sikap
anak yang cenderung sama dengan sikap orang tua sepanjang
hidupnya. Namun seiring dengan bertambahnya umur, maka
sikap anak akan dipengaruhi oleh teman atau orang lain yang
dianggap sebagai anggota sosialnya.
2.6.6.3 Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita berada dan dibesarkan memiliki
pengaruh yang besar pada pembentukan sikap. Apabila kita
hidup dalam budaya masyarakat yang memiliki norma yang
longgar bagi pergaulan heteroseksual memungkinkan kita
memiliki sikap yang mendukung terhadap kebebasan pergaulan
heterokseksual. Jika kita hidup dalam budaya yang
mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin
26

mempunyai sikap negatif pada kehidupan individualisme yang


mengutamakan kehidupan perorangan. Tanpa kita sadari bahwa
kebudayaan telah menanamkan garis-garis besar sikap kita
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakat karena memberikan corak pengalaman
kepada masing-masing individu. Hanya kepribadian individu
yang kuat atau salah yang memudarkan dominasi kebudayaan
dalam pembentukan sikap.
2.6.6.4 Pengaruh lembaga pendikan dan agama
Lembaga pendidikan dan agama mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman
baik dan buruk, garis pemisah antara boleh dan tidak dilakukan,
diperoleh melalui pendidikan dan ajaran agama. Oleh karena
konsep moral dan ajaran dan ajaran agama sangat menentukan
sistem kepercayaan, maka tidak mengherankan jika pada
gilirannya akan menentukan pembentukan sikap. Apabila
terdapat hal yang bersifat kontroversional biasanya orang akan
mencari informasi lain yang data memperkuat posisi sikapnya
untuk mengambil sikap memihak.
2.6.6.5 Pengaruh emosional
Kadang kala sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi
sebagai salah satu penyaluran frustasi atau pengalih mekanisme
pertahanan ego. Sikap ini merupakan bentuk sikap yang
sementara dan segera berlalu begitu frustasinya telah hilang.
Salah satu bentuk sikap yang didasari oleh emosi adalah
prasangka. Prasangka seringkali membentuk sikap negatif yang
didasari oleh kelainan kepribadian pada orang yang frustasi.
Prasangka buruk ini merupakan proyeksi dari ketakutan dan
ketidakberdayaan yang terselubung terhadap ancaman
otoritasnya.
27

2.7 Kerangka Konsep


Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Umur

Tingkat
Pendidikan
Faktor
Pengetahuan
predisposisi
i Sikap

Kepercayaan

Keyakinan Perilaku
Pencegahan Diare
Nilai-nilai pada Balita

Faktor Fasilitas atau


pendukung sarana kesehatan

tenaga
kesehatan
Faktor
pendorong
Petugas lainnya

= diteliti = tidak diteliti


Gambar 2.1 Kerangka Konsep

2.8 Hipotesis
2.8.1 Ada hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan
penyakit diare.
2.8.2 Ada hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit
diare.
2.8.3 Ada hubungan sikap dengan perilaku pencegahan penyakit diare.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka (library
research). Menurut Charcel (2018) penelitian pustaka (library research)
adalah penelitian yang hanya berdasarkan atas karya tertulis, termasuk hasil
penelitian baik yang telah dipublikasikan maupun yang belum dipublikasikan.

3.2 Definisi Operasional


Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Kategori/Hasil
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala
Ukur
Tingkat Jenjang pendidikan yang Literatur Ordinal 1.Dasar (SD-
pendidikan telah ditempuh ibu balita jurnal SMP)
2.Menengah
(SMA)
3.Tinggi
(Perguruan
tinggi)
Pengetahuan Segala yang diketahui oleh Literatur Ordinal 1. Kurang
ibu balita tentang penyakit jurnal 2. Cukup
diare 3. Baik
Sikap Tanggapan ibu balita Literatur Ordinal 1.Negatif
terhadap penyakit diare jurnal 2.Positif

Perilaku Cara atau kegiatan yang Literatur Ordinal 1. Kurang


Pencegahan dilakukan ibu untuk jurnal 2. Cukup
diare mencegah penyakit diare 3. Baik

3.3 Populasi, Sampel dan Sampling


3.3.1 Populasi
Populasi adalah objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2014). Populasi penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 3.2.

28
29

Tabel 3.2 Populasi Penelitian


No. Judul Populasi Jumlah Populasi
1 Pengetahuan Ibu Berhubungan Ibu yang memiliki 98 orang
dengan Perilaku Pencegahan anak usia presscholl
Diare pada Anak Usia Presscool
2 Faktor-Faktor yang Berhubungan Ibu yang memiliki 223 orang
dengan Upaya Ibu dalam balita di Desa
Melakukan Pencegahan Diare Kamal Wilayah
pada Balita di Desa Kamal Kerja Puskesmas
Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat
Kairatu Barat
3 Hubungan Pengetahuan dan Orang tua yang 47 orang
Sikap Orang Tua dengan memiliki anak umur
Perilaku Pencegahan Diare pada 1 bulan -12 tahun di
Anak Umur 1 bulan – 12 Tahun RSU Bethesda
GMIM Tomohon
4 Analisis Faktor yang Ibu yang memiliki 367 orang
Mempengaruhi Intensi Keluarga balita Kecamatan
dalam Pencegahan Diare pada Batee Kabupaten
Balita di Kecamatan Batee Pidie
Kabupaten Pidie
5 Hubungan antara Tingkat Ibu balita 1.650 orang
Pendidikan, Pengetahuan, Sikap Puskesmas Bancak
dengan Perilaku Ibu Balita dalam Kabupaten
Pencegahan Penyakit Diare di Semarang
Puskesmas Bancak Kabupaten
Semarang
6 Factors Assosiated with Mother Ibu balita di wilayah 223 orang
in Doing Diarhea Prevention kerja Puskesmas
Efforts in Todler Village Lha Amahai Maluku
Work Area Community Health
Center Amahai
7 Predictive Factors of Diarhea Pengasuh anak 6-12 768 orang
Preventive Practice vy bulan di Provinsi
Carakteres Chitwan Nepal

3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang akan
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Hidayat, 2014).
Sampling dan teknik sampling dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 3.3.
30

Tabel 3.3 Sampel Penelitian


No. Judul Jumlah Sampel Sampling
1 Pengetahuan Ibu Berhubungan 98 orang Simple random
dengan Perilaku Pencegahan sampling
Diare pada Anak Usia Presscool
2 Faktor-Faktor yang Berhubungan 33 orang Purposive
dengan Upaya Ibu dalam sampling
Melakukan Pencegahan Diare
pada Balita di Desa Kamal
Wilayah Kerja Puskesmas
Kairatu Barat
3 Hubungan Pengetahuan dan 47 orang Total sampling
Sikap Orang Tua dengan
Perilaku Pencegahan Diare pada
Anak Umur 1 bulan – 12 Tahun
4 Analisis Faktor yang 79 orang Proporsional
Mempengaruhi Intensi Keluarga Random
dalam Pencegahan Diare pada Sampling
Balita di Kecamatan Batee
Kabupaten Pidie
5 Hubungan antara Tingkat 311 orang Purposive
Pendidikan, Pengetahuan, Sikap sampling
dengan Perilaku Ibu Balita dalam
Pencegahan Penyakit Diare di
Puskesmas Bancak Kabupaten
Semarang
6 Factors Assosiated with Mother 33 orang Simple random
in Doing Diarhea Prevention sampling
Efforts in Todler Village Lha
Work Area Community Health
Center Amahai
7 Predictive Factors of Diarhea 384 orang Clustered
Preventive Practice by Random
Carakteres Sampling dan
Simple random
sampling

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Banjarmasin pada bulan Juni 2020.

3.5 Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan penulusuran
literature jurnal menggunakan sistem PICOT. Adapun langkah-langkah dalam
pengambilan data adalah sebagai berikut:
31

3.5.1 Persiapan
Peneliti mengajukan permohonan ke Komisi Etik Penelitian Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin, kemudian akan dilakukan sidang Komisi
Etik Penelitian oleh pengurus komisi etik untuk dikoreksi dan
diputuskan berkas yang telah diajukan.
3.5.2 Pelaksanaan
3.5.2.1 Pelaksanaan penelitian diawali dengan pencarian jurnal terkait
berdasarkan sistem PICOT.
P = populasi
I = Intervensi
C = Intervensi pembanding
O = Outcoume
T = Time frame atau batas waktu
3.5.2.2 Peneliti melakukan penelusuran jurnal atau artikel publikasi
menggunakan kata kunci yang dipilih yakni : tingkat
pendidikan, pengetahuan, sikap, perilaku pencegahan diare.
Berdasarkan penelusuran jurnal yang terkait adalah sebagai
berikut:
a. Jurnal 1. Pengetahuan Ibu Berhubungan dengan Perilaku
Pencegahan Diare pada Anak Usia Presschool
P = populasi (ibu yang memiliki anak usia preschool)
I = Intervensi ((pengetahuan)
C = Intervensi pembanding (tingkat pendidikan,
pengetahuan, sikap)
O = Outcoume (perilaku pencegahan diare)
T = Time frame atau batas waktu (tahun 2020)
b. Jurnal 2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Upaya
Ibu dalam Melakukan Pencegahan Diare pada Balita di
Desa Kamal Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat
P = populasi (ibu yang memiliki balita )
I = Intervensi (tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap)
32

C = Intervensi pembanding (tingkat pendidikan,


pengetahuan, sikap)
O = Outcoume (upaya ibu dalam melakukan pencegahan
diare)
T = Time frame atau batas waktu (tahun 2018)
c. Jurnal 3. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua
dengan Perilaku Pencegahan Diare pada Anak Umur 1
bulan – 12 Tahun
P = populasi (orang tua )
I = Intervensi (pengetahuan, sikap)
C = Intervensi pembanding (tingkat pendidikan,
pengetahuan, sikap)
O = Outcoume (perilaku pencegahan diare)
T = Time frame atau batas waktu (tahun 2017)
d. Jurnal 4. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Intensi
Keluarga dalam Pencegahan Diare pada Balita di
Kecamatan Batee Kabupaten Pidie.
P = populasi (ibu balita)
I = Intervensi (sikap)
C = Intervensi pembanding (sikap)
O = Outcoume (pencegahan diare)
T = Time frame atau batas waktu (tahun 2017)
e. Jurnal 5. Hubungan antara Tingkat Pendidikan,
Pengetahuan, Sikap dengan Perilaku Ibu Balita dalam
Pencegahan Penyakit Diare di Puskesmas Bancak
Kabupaten Semarang.
P = populasi (ibu balita)
I = Intervensi (tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap)
C = Intervensi pembanding (tingkat pendidikan,
pengetahuan, sikap)
O = Outcoume (perilaku pencegahan penyakit diare)
33

T = Time frame atau batas waktu (tahun 2012)


f. Jurnal 6. Factors Assosiated with Mother in Doing Diarhea
Prevention Efforts in Todler Village Lha Work Area
Community Health Center Amahai.
P = populasi (ibu balita)
I = Intervensi (tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap)
C = Intervensi pembanding (tingkat pendidikan,
pengetahuan, sikap)
O = Outcoume (perilaku pencegahan penyakit diare)
T = Time frame atau batas waktu (tahun 2019)
g. Jurnal 7. Predictive Factors of Diarhea Preventive Practice
vy Carakteres.
P = populasi (pengasuh anak 6-12 tahun)
I = Intervensi (pengetahuan, sikap)
C = Intervensi pembanding (tingkat pendidikan,
pengetahuan, sikap)
O = Outcoume (perilaku pencegahan penyakit diare)
T = Time frame atau batas waktu (tahun 2018)
3.5.2.3 Alamat website jurnal yang dianalisis
Alat pengumpul data adalah hasil penelitian orang lain yang
telah dipublikasikan berupa jurnal yang dapat dilihat pada tabel
3.4.

Tabel 3.4 Alat Pengumpul Data


No. Judul Alat Pengumpul Data
1. Pengetahuan Ibu Berhubungan dengan http://ojs.stikesmuhkend
Perilaku Pencegahan Diare pada Anak al.ac.id/index.php/jsm/ar
Usia Presscool ticle/view/54/50
2 Faktor-Faktor yang Berhubungan https://jurnal.csdforum.c
dengan Upaya Ibu dalam Melakukan om/index.php/GHS/artic
Pencegahan Diare pada Balita di Desa le/view/283/131
Kamal Wilayah Kerja Puskesmas
Kairatu Barat
3 Hubungan Pengetahuan dan Sikap http://jurnal.unsrittomoh
Orang Tua dengan Perilaku on.ac.id/index.php?
Pencegahan Diare pada Anak Umur 1 journal=jurnalprint&pag
34

bulan – 12 Tahun e=article&op=view&pat


h%5B%5D=280&path
%5B%5D=252
4 Analisis Faktor yang Mempengaruhi https://journal.unnes.ac.i
Intensi Keluarga dalam Pencegahan d/sju/index.php/edugeo/a
Diare pada Balita di Kecamatan Batee rticle/view/19052
Kabupaten Pidie
5 Hubungan antara Tingkat Pendidikan, http://stikeswh.ac.id:808
Pengetahuan, Sikap dengan Perilaku 2/journal/index.php/jitk/
Ibu Balita dalam Pencegahan Penyakit article/view/74
Diare di Puskesmas Bancak Kabupaten
Semarang
6 Factors Assosiated with Mother in http://downloads.hindaw
Doing Diarhea Prevention Efforts in i.com/journals/jeph/2019
Todler Village Lha Work Area /5490716.pdf
Community Health Center Amahai
7 Predictive Factors of Diarhea https://www.ncbi.nlm.ni
Preventive Practice vy Carakteres h.gov/pubmed/31455943

3.5.2.4 Artikel atau jurnal yang sesuai dengan penelitian ini


selanjutnya dianalisis.

3.6 Teknik Analisis Data


Studi literatur ini di analisis menggunakan metode naratif dengan
mengelompokkan data-data hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil
yang diukur untuk menjawab tujuan jurnal penelitian yang sesuai kemudian
dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti, tahun
terbit jurnal, judul penelitian, metode dan ringkasan hasil atau temuan.
Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi yang
terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil/temuan penelitian. Data yang
sudah terkumpul kemudian dicari persamaan dan perbedaannya lalu dibahas
untuk menarik kesimpulan.

3.9 Etika Penelitian


Penelitian ini telah melalui proses uji etik oleh Komisi Etik Penelitian
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. Adapun etika dalam penelitian
ini antara lain:
3.10.1 Menghormati martabat subjek penelitian (Respect of Person)
35

Penelitian yang dilakukan harus menjunjung tinggi martabat


seseorang (subyek penelitian). Peneliti mempertimbangkan hak-hak
subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan
jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan
dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
penelitian (autonomy).
3.10.2 Asas kemanfaatan (Beneficence- non maleficence)
Penelitian yang dilakukan mempertimbangkan manfaat dan resiko
yang mungkin terjadi. Peneliti melaksanakan penelitian sesuai
dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat
semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan dapat
digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence). Peneliti
meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek (non
maleficence). Apabila intervensi penelitian berpotensi
mengakibatkan cedera atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan
dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera,
kesakitan, stres maupun kematian subyek penelitian.
3.10.3 Berkeadilan (Justice)
Setiap orang diberlakukan sama berdasar moral, martabat dan hak
asasi manusia. Hak dan kewajiban peneliti maupun subyek juga
harus seimbang.  Peneliti mengkondisikan lingkungan pada saat 
penelitian agar memenuhi prinsip keterbukaan yaitu kejelasan
prosedur penelitian dan akan membagikan keuntungan dan beban
secara merata.
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelusuran Jurnal


Berdasarkan hasil penelusuran jurnal yang terkait dengan faktor yang
berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit diare antara lain:
4.1.1 Jurnal pertama
Judul:
Pengetahuan Ibu Berhubungan dengan Perilaku Pencegahan Diare pada
Anak Usia Presshcool
Peneliti:
Putra, B. A. A., Utami, T. A.
Publikasi:
Tahun 2020.
Metodologi:
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, dengan
menggunakan kuesioner. Sampel penelitian adalah ibu yang memiliki
anak usia preschool sebanyak 80 responden. Uji statistik yang
digunakan dengan uji kendall tau c.
Hasil:
4.1.1.1 Pengetahuan tentang pencegahan diare
Pengetahuan tentang pencegahan diare pada anak preschool di
Posyandu Kelurahan Johar Baru Jakarta Pusat sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pengetahuan tentang Pencegahan Diare pada Anak
Preschool di Posyandu Kelurahan Johar Baru Jakarta
Pusat
No. Pengetahuan Frekuensi Persentase
1 Baik 28 35
2 Cukup 26 32,5
3 Kurang 26 32,5
Jumlah 80 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa pengetahuan


tentang pencegahan diare pada anak preschool di Posyandu

36
37

Kelurahan Johar sebagian besar dengan kategori baik sebanyak


35%.

4.1.1.2 Perilaku pencegahan penyakit diare


Perilaku pencegahan diare pada anak preschool di Posyandu
Kelurahan Johar Baru Jakarta Pusat sebagai berikut:
Tabel 4.2 Perilaku Pencegahan Diare pada Anak Preschool di
Posyandu Kelurahan Johar Baru Jakarta Pusat
No. Perilaku Frekuensi Persentase
1 Baik 53 66,3
2 Buruk 27 33,8
Jumlah 80 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa perilaku


pencegahan diare pada anak preschool di Posyandu Kelurahan
Johar sebagian besar dengan kategori baik sebanyak 66,3%.

4.1.1.3 Hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan diare


Hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan diare
pada anak preschool di Posyandu Kelurahan Johar Baru
Jakarta Pusat sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan
Diare pada Anak Preschool di Posyandu Kelurahan Johar
Baru Jakarta Pusat
Perilaku Pencegahan
Diare Jumlah
No. Pengetahuan
Baik Buruk
f % f % f %
1 Baik 28 100 0 0 28 100
2 Cukup 16 61,5 10 38,5 26 100
3 Kurang 9 34,6 17 65,4 26 100
Jumlah 43 66,3 27 33,8 80 100
p value = 0,000

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan


baik tentang diare seluruhnya memiliki perilaku yang baik
untuk mencegah diare sebesar 100%, dari ibu yang memiliki
pengetahuan cukup tentang diare seluruhnya memiliki perilaku
38

pencegahan diaere yang baik sebesar 61,5% sedangkan ibu


yang memiliki pengetahuan kurang tentang diare sebagian
besar memiliki perilaku yang buruk dalam mencegah diare
sebanyak 65,4%.

Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara


pengetahuan dengan perilaku pencegahan diare pada anak
preschool di Posyandu Kelurahan Johar (nilai p value = 0,000
< α 0,05).

4.1.2 Jurnal kedua


Judul:
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Upaya Ibu dalam Melakukan
Pencegahan Diare pada Balita di Desa Kamal Wilayah Kerja
Puskesmas Kairatu Barat.
Peneliti:
Hasanela, N., Asih, D., Fitri, I. K
Publikasi:
Tahun 2017
Metodologi:
Metode yang digunakan adalah analitik korelasi, sampel berjumlah 33
responden dengan teknik pengambilan sampel menggunankan
Purposive Random Sampling. Instrumen yang digunakan kuisioner.
Pengolahan data dengan SPSS 16, menggunakan uji Chi-Square dengan
tingkat kemaknaan 0,05.
Hasil:
4.1.2.1 Tingkat pendidikan ibu
Tingkat pendidikan ibu dari balita di Desa Kamal Wilayah
Kerja Puskesmas Kairatu Barat sebagai berikut:
39

Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Ibu Balita di Desa Kamal


Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Dasar (SD-SMP) 20 60,6
2 Menengah (SMA) 6 18,2
3 Tinggi (perguruan 7 21,2
tinggi)
Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan


ibu pada balita di Desa Kemal Wilayah Kerja Puskesmas
Kairatu Barat sebagian besar tingkat dasar (SD-SMP)
sebanyak 60,6%.

4.1.2.2 Pengetahuan ibu tentang diare


Pengetahuan ibu tentang diare pada balita di Desa Kamal
Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat sebagai berikut:
Tabel 4.5 Pengetahuan Ibu tentang Diare pada balita di Desa
Kamal Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat
No. Pengetahuan Frekuensi Persentase
1 Baik 25 75,8
2 Cukup 3 9,1
3 Kurang 5 15,1
Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu


tentang diare pada balita di Desa Kemal Wilayah Kerja
Puskesmas Kairatu Barat sebagian besar dengan kategori baik
sebanyak 75,8%.

4.1.2.3 Sikap ibu tentang diare


Sikap ibu tentang diare pada balita di Desa Kamal Wilayah
Kerja Puskesmas Kairatu Barat sebagai berikut:
40

Tabel 4.6 Sikap Ibu tentang Diare pada balita di Desa Kamal
Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat
No. Sikap Frekuensi Persentase
1 Positif 5 15,2
2 Negatif 28 84,8
Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sikap ibu tentang


diare pada balita di Desa Kemal Wilayah Kerja Puskesmas
Kairatu Barat sebagian besar dengan kategori negatif sebanyak
84,8%.

4.1.2.4 Upaya pencegahan penyakit diare


Upaya pencegahan diare pada pada balita di Desa Kamal
Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat sebagai berikut:
Tabel 4.7 Upaya Ibu tentang Pencegahan Diare pada balita di
Desa Kamal Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu
Barat
No. Upaya Frekuensi Persentase
1 Baik 16 48,5
2 Cukup 3 9,1
3 Kurang 14 42,4
Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa upaya ibu dalam


pencegahan diare pada balita di Desa Kemal Wilayah Kerja
Puskesmas Kairatu Barat sebagian besar dengan kategori baik
sebanyak 48,5%.

4.1.2.5 Hubungan tingkat pendidikan dengan upaya pencegahan diare


Hubungan tingkat pendidikan dengan upaya pencegahan diare
pada balita di Desa Kemal Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu
Barat sebagai berikut:
41

Tabel 4.8 Hubungan tingkat pendidikan dengan upaya pencegahan


diare pada balita di Desa Kemal Wilayah Kerja
Puskesmas Kairatu Barat
Upaya Pencegahan Diare
Jumlah
No. Pendidikan Baik Cukup Kurang
F % f % f % f %
1 Dasar 6 30 1 5 13 65 20 100
2 Menengah 4 66,7 2 33,3 0 0 6 100
3 Tinggi 6 85,7 0 0 1 14,3 7 100
Jumlah 16 48,5 3 9,1 14 42,4 7 100
p value = 0,005

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan dasar


sebagian besar memiliki upaya pencegahan diare yang kurang
sebesar 65%, dari ibu dengan pendidikan menengah sebagian
besar memiliki upaya pencegahan diare yang baik sebesar
66,7% sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan tinggi
sebagian besar memiliki upaya pencegahan diare yang baik
sebesar 85,7%.

Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan tingkat


pendidikan dengan upaya pencegahan diare pada balita di Desa
Kemal Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat (p value =
0,005)

4.1.2.6 Hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan diare


Hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan diare pada
balita di Desa Kemal Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat
sebagai berikut:
42

Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan


Diare pada Balita di Desa Kemal Wilayah Kerja
Puskesmas Kairatu Barat
Upaya Pencegahan Diare
Jumlah
No. Pengetahuan Baik Cukup Kurang
F % f % f % f %
1 Baik 15 60 3 12 7 28 25 100
2 Cukup 1 33,3 0 0 2 66,7 3 100
3 Kurang 0 0 0 0 5 100 5 100
Jumlah 16 48,5 3 9,1 14 42,4 7 100
p value = 0,045

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa ibu dengan pengetahuan baik


sebagian besar memiliki upaya pencegahan diare yang baik
sebesar 60%, dari ibu dengan pengetahuan cukup sebagian
besar memiliki upaya pencegahan diare yang kurang sebesar
66,7% sedangkan ibu dengan pengetahuan kurang seluruhnya
memiliki upaya pencegahan diare yang kurang sebesar 42,4%.

Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan


pengetahuan dengan upaya pencegahan diare pada balita di
Desa Kemal Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat (p value
= 0,045).

4.1.2.7 Hubungan sikap dengan upaya pencegahan diare


Hubungan sikap dengan upaya pencegahan diare pada balita di
Desa Kemal Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat sebagai
berikut:
Tabel 4.10 Hubungan Sikap dengan Upaya Pencegahan Diare
pada Balita di Desa Kemal Wilayah Kerja
Puskesmas Kairatu Barat
Upaya Pencegahan Diare
Jumlah
No. Sikap Baik Cukup Kurang
F % f % f % f %
1 Positif 2 40 2 40 1 20 5 100
2 Negatif 14 50 1 3,6 13 46,4 28 100
Jumlah 16 48,5 3 9,1 14 42,4 7 100
p value = 0,031
43

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa ibu dengan sikap positif


sebagian memiliki upaya pencegahan diare yang baik sebesar
40%, sedangkan ibu dengan sikap negatif sebagian besar
memiliki upaya pencegahan diare yang baik sebesar 48,5%.

Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan sikap


dengan upaya pencegahan diare pada balita di Desa Kemal
Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat (p value = 0,031)

4.1.3 Jurnal ketiga


Judul:
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Perilaku
Pencegahan Diare pada Anak Umur 1 bulan – 12 Tahun.
Peneliti:
Mende, F. A., Nursalam., Mongdong, J.
Publikasi:
Tahun 2017
Metodologi:
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan rancangan
penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 47 responden,
pengambilan sampel dengan teknik total sampling. penelitian ini
dilaksanakan di RSU Bethesda GMIM Tomohon. Penelitian ini di
laksanakan mulai tanggal 18 februari 2016 hingga17 maret 2016.
Hasil:
4.1.3.1 Pengetahuan ibu tentang diare
Pengetahuan ibu tentang diare pada anak umur 1 bulan – 12
tahun di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSU Bethaseda
GMIM Tomohon sebagai berikut:
44

Tabel 4.11 Pengetahuan Ibu tentang Diare pada Anak Umur 1


bulan – 12 tahun di Ruang Instalasi Gawat Darurat
RSU Bethaseda GMIM Tomohon Diare
No. Pengetahuan Frekuensi Persentase
1 Baik 5 11
2 Cukup 28 59
3 Kurang 14 30
Jumlah 47 100

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu


tentang diare pada pada anak umur 1 bulan – 12 tahun di
Ruang Instalasi Gawat Darurat RSU Bethaseda GMIM
Tomohon Diare sebagian besar dengan kategori cukup
sebanyak 59%.

4.1.3.2 Pencegahan diare


Pencegahan diare pada anak umur 1 bulan – 12 tahun di Ruang
Instalasi Gawat Darurat RSU Bethaseda GMIM Tomohon
sebagai berikut:
Tabel 4.12 Pencegahan Diare pada Anak Umur 1 bulan – 12
tahun di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSU
Bethaseda GMIM Tomohon Diare
No. Pencegahan Frekuensi Persentase
1 Baik 11 23
2 Cukup 28 60
3 Kurang 8 17
Jumlah 47 100

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa pencegahan diare


pada anak umur 1 bulan – 12 tahun di Ruang Instalasi Gawat
Darurat RSU Bethaseda GMIM Tomohon sebagian besar
dengan kategori cukup sebanyak 60%.

4.1.3.3 Hubungan pengetahuan dengan pencegahan diare


Hubungan pengetahuan dengan pencegahan diare pada anak
umur 1 bulan – 12 tahun di Ruang Instalasi Gawat Darurat
RSU Bethaseda GMIM Tomohon sebagai berikut:
45

Tabel 4.13 Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan


Diare pada anak umur 1 bulan – 12 tahun di Ruang
Instalasi Gawat Darurat RSU Bethaseda GMIM
Tomohon
Pencegahan Diare
Jumlah
No. Pengetahuan Baik Cukup Kurang
F % f % f % f %
1 Baik 2 42,5 5 10,6 7 14,8 14 29,7
2 Cukup 4 85,5 21 44,7 3 6,4 28 59,6
3 Kurang 2 42,5 2 42,5 1 2,12 5 100
Jumlah 8 17 28 59,5 11 23,4 47 100
p value = 0,312

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa ibu dengan pengetahuan baik


sebagian besar memiliki pencegahan diare yang baik sebesar
10,6%, dari ibu dengan pengetahuan cukup sebagian besar
memiliki pencegahan diare yang baik sebesar 85,5%
sedangkan ibu dengan pengetahuan kurang sebagian memiliki
pencegahan diare yang baik sebesar 42,5%.

Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan


pengetahuan dengan pencegahan diare pada anak umur 1 bulan
– 12 tahun di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSU Bethaseda
GMIM Tomohon (p value = 0,312).

4.1.3.4 Hubungan sikap dengan pencegahan diare


Hubungan sikap dengan pencegahan diare pada anak umur 1
bulan – 12 tahun di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSU
Bethaseda GMIM Tomohon sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hubungan Sikap dengan Pencegahan Diare pada
anak umur 1 bulan – 12 tahun di Ruang Instalasi
Gawat Darurat RSU Bethaseda GMIM Tomohon
Pencegahan Diare
Jumlah
No. Sikap Baik Cukup Kurang
F % f % f % f %
1 Baik 1 2,12 2 4,25 3 6,48 6 12,77
2 Cukup 3 6,40 17 36,17 7 14,8 27 57,46
3 Kurang 4 8,51 9 19,14 1 2,12 14 29,77
Jumlah 8 17 28 59,5 11 23,4 47 100
p value = 0,039
46

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa ibu dengan sikap yang baik


sebagian besar memiliki pencegahan diare yang kurang sebesar
6,48%, dari ibu dengan sikap yang cukup sebagian besar
memiliki pencegahan diare yang cukup sebesar 36,17%
sedangkan ibu dengan sikap yang kurang sebagian memiliki
pencegahan diare yang cukup sebesar 19,14%.

Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan sikap


dengan pencegahan diare pada anak umur 1 bulan – 12 tahun
di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSU Bethaseda GMIM
Tomohon (p value = 0,039).

4.1.4 Jurnal keempat


Judul:
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Intensi Keluarga dalam
Pencegahan Diare pada Balita di Kecamatan Batee Kabupaten Pidie.
Peneliti:
Junaidi., Abubakar., Suyanta.
Publikasi:
Tahun 2017
Metodologi:
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 367 orang, dengan jumlah sampel 79 responden yang dipilih
menggunakan metode proportional random sampling. Instrumen
penelitian menggunakan angket, uji statistik yang digunakan pada
analisa bivariat berupa regresi logistik sederhana (simple logistic
regression), sedangkan analisa multivariat menggunakan uji regresi
logistik berganda (multiple logistic regression analysis).
47

Hasil:
4.1.4.1 Sikap terhadap pencegahan diare
Sikap terhadap pencegahan diare pada balita di Kecamatan
Batee Kabupaten Pidie sebagai berikut:
Tabel 4.15 Sikap terhadap pencegahan diare pada balita di
Kecamatan Batee Kabupaten Pidie
No. Sikap Frekuensi Persentase
1 Baik 42 53,16
2 Kurang 37 46,84
Jumlah 79 100

Berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan bahwa sikap ibu terhadap


pencegahan diare pada balita di Kecamatan Batee Kabupaten
Pidie sebagian besar dengan kategori baik sebanyak 53,16%.

4.1.4.2 Intensi keluarga dalam pencegahan penyakit diare


Intensi keluarga dalam pencegahan diare pada balita di
Kecamatan Batee Kabupaten Pidie sebagai berikut:
Tabel 4.16 Intensi Keluarga dalam Pencegahan Diare pada pada
Balita di Kecamatan Batee Kabupaten Pidie
Intensi
No. Frekuensi Persentase
Keluarga
1 Baik 43 54,43
2 Kurang 36 45,57
Jumlah 79 100

Berdasarkan tabel 4.16 menunjukkan bahwa intensi keluiarga


dalam pencegahan diare pada balita di Kecamatan Batee
Kabupaten Pidie sebagian besar dengan kategori baik sebanyak
54,43%.

4.1.4.3 Hubungan sikap dengan intensi keluarga dalam pencegahan


diare
Hubungan sikap dengan intensi keluarga dalam pencegahan
diare pada balita di Kecamatan Batee Kabupaten Pidie sebagai
berikut:
48

Tabel 4.17 Hubungan Sikap dengan Intensi Keluarga dalam


Pencegahan Diare pada Balita di Kecamatan Batee
Kabupaten Pidie
Intensi Pencegahan
Diare Jumlah
No. Sikap
Baik Kurang
f % f % f %
1 Baik 39 88,6 4 11,4 44 100
2 Kurang 4 11,4 31 88,6 35 100
Jumlah 43 54,4 36 45,6 79 100
p value = 0,001

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki sikap baik


tentang diare sebagian besar intensi keluarga dalam
pencegahan diare dengan kategori baik sebesar 88,6%
sedangkan ibu yang memiliki sikap kurang tentang diare
sebagian besar intensi keluarga dalam mencegah diare dengan
kategori yang baik sebanyak 54,4%.

Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara sikap


dengan intensi keluarga dalam pencegahan diare pada balita di
Kecamatan Batee Kabupaten Pidie (nilai p value = 0,001 < α
0,05).

4.1.5 Jurnal kelima


Judul:
Hubungan antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Sikap dengan
Perilaku Ibu Balita dalam Pencegahan Penyakit Diare di Puskesmas
Bancak Kabupaten Semarang
Peneliti:
Arwani., Retnaningsih, D., Mashuri.
Publikasi:
Tahun 2012
49

Metodologi:
Rancangan penelitian yang digunakan adalah belah lintang (cross
sectional). Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Bancak
Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah.
Populasi yang diambil adalah ibu balita yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Bancak yaitu sejumlah 1.650 orang dan sampel sebanyak
311 orang balita. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
tehnik Purposive Sampling. Uji statistik menggunakan Spearman Rank.
Hasil:
4.1.5.1 Tingkat pendidikan ibu
Tingkat pendidikan ibu dari balita di wilayah kerja Puskesmas
Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang sebagai
berikut:
Tabel 4.18 Tingkat Pendidikan Ibu Balita di wilayah kerja
Puskesmas Bancak Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Dasar (SD-SMP) 144 46,3
2 Menengah (SMA) 152 48,9
3 Tinggi (perguruan 169 4,8
tinggi)
Jumlah 311 100

Berdasarkan tabel 4.18 menunjukkan bahwa tingkat


pendidikan ibu pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bancak
Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang sebagian besar
tingkat menengah (SMP) sebanyak 48,9%.

4.1.5.2 Pengetahuan ibu tentang diare


Pengetahuan ibu tentang diare pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang
sebagai berikut:
50

Tabel 4.19 Pengetahuan Ibu tentang Diare pada balita di


wilayah kerja Puskesmas Bancak Kecamatan
Bancak Kabupaten Semarang
No. Pengetahuan Frekuensi Persentase
1 Baik 170 54,7
2 Cukup 102 32,8
3 Kurang 39 12,5
Jumlah 311 100

Berdasarkan tabel 4.19 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu


tentang diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bancak
Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang sebagian besar
dengan kategori baik sebanyak 54,7%.

4.1.5.3 Sikap ibu tentang diare


Sikap ibu tentang diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang sebagai
berikut:
Tabel 4.20 Sikap Ibu tentang Diare pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Bancak Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang
No. Sikap Frekuensi Persentase
1 Kurang 16 5,2
mendukung
2 Cukup 126 40,5
mendukung
3 Mendukung 169 54,3
Jumlah 311 100

Berdasarkan tabel 4.20 menunjukkan bahwa sikap ibu tentang


diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bancak
Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang sebagian besar
dengan kategori cukup mendukung sebanyak 40,5%.
51

4.1.5.4 Perilaku pencegahan penyakit diare


Perilaku diare pada pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang sebagai
berikut:
Tabel 4.21 Perilaku Pencegahan Diare pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Bancak Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang
No. Perilaku Frekuensi Persentase
1 Kurang 29 9,3
2 Cukup 115 37
3 Baik 167 53,7
Jumlah 311 100

Berdasarkan tabel 4.21 menunjukkan bahwa perilaku ibu


dalam pencegahan diare pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang
sebagian besar dengan kategori baik sebanyak 53,7%.

4.1.5.5 Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan


diare
Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan
diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bancak
Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang sebagai berikut:
Tabel 4.22 Hubungan tingkat pendidikan dengan Perilaku
pencegahan diare pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten
Semarang
Perilaku Pencegahan Diare
Jumlah
No. Pendidikan Kurang Cukup Baik
F % f % f % f %
1 Dasar 26 18,1 92 63,8 26 18,1 14 100
2 Menengah 3 2 23 15,1 126 82,9 152 100
3 Tinggi 0 0 0 0 15 100 15 100
Jumlah 29 9,3 115 37 167 53,7 311 100
p value = 0,000

Tabel 4.22 menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan dasar


sebagian besar memiliki perilaku pencegahan diare yang cukup
sebesar 63,8%, dari ibu dengan pendidikan menengah sebagian
52

besar memiliki perilaku pencegahan diare yang baik sebesar


82,9% sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan tinggi
seluruhnya memiliki perilaku pencegahan diare yang baik
sebesar 100%.

Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan tingkat


pendidikan dengan perilaku pencegahan diare pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Bancak Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang (p value = 0,000)

4.1.5.6 Hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan diare


Hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan diare
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bancak Kecamatan
Bancak Kabupaten Semarang sebagai berikut:
Tabel 4.23 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku
pencegahan diare pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Bancak Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang
Perilaku Pencegahan Diare
Jumlah
No. Pengetahuan Kurang Cukup Baik
F % f % f % f %
1 Kurang 14 35,9 23 58,9 2 5,1 39 100
2 Cukup 7 6,9 46 45,1 49 48 102 100
3 Baik 8 4,7 46 27,1 116 68,2 170 100
Jumlah 29 9,3 115 37 167 53,7 311 100
p value = 0,000

Tabel 4.23 menunjukkan bahwa ibu dengan pengetahuan


kurang sebagian besar memiliki perilaku pencegahan diare
yang cukup sebesar 58,9%, dari ibu dengan pengetahuan cukup
sebagian besar memiliki perilaku pencegahan diare yang baik
sebesar 48% sedangkan ibu dengan pengetahuan baik sebagian
besar memiliki perilaku pencegahan diare yang baik sebesar
68,2%.
53

Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan


pengetahuan dengan perilaku pencegahan diare pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Bancak Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang (p value = 0,000)

4.1.5.7 Hubungan sikap dengan perilaku pencegahan diare


Hubungan sikap dengan perilaku pencegahan diare pada balita
di wilayah kerja Puskesmas Bancak Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang sebagai berikut:
Tabel 4.24 Hubungan Sikap dengan Perilaku pencegahan diare
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bancak
Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang
Perilaku Pencegahan Diare
Jumlah
No. Sikap Kurang Cukup Baik
F % f % f % f %
1 Kurang 6 37,5 6 37,5 4 25,0 16 100
mendukung
2 Cukup 14 11,1 66 52,4 46 36,5 126 100
mendukung
3 Mendukung 9 5,3 43 25,4 117 69,2 169 100
Jumlah 29 9,3 115 37 167 53,7 311 100
p value = 0,000

Tabel 4.24 menunjukkan bahwa ibu dengan sikap kurang


mendukung sebagian besar memiliki perilaku pencegahan
diare yang cukup sebesar 37,5%, dari ibu dengan sikap cukup
mendukung sebagian besar memiliki perilaku pencegahan
diare yang cukup sebesar 52,4% sedangkan ibu dengan sikap
yang mendukung sebagian besar memiliki perilaku pencegahan
diare yang baik sebesar 69,2%.

Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan sikap


dengan perilaku pencegahan diare pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang
(p value = 0,000)
54

4.1.6 Jurnal keenam


Judul:
Factors Assosiated with Mother in Doing Diarhea Prevention Efforts in
Todler Village Lha Work Area Community Health Center Amahai.
Peneliti:
Rumaolat, W., Lihi, M., Hamka., Umanailo, M. B.
Publikasi:
Tahun 2019
Metodologi:
Metode yang digunakan adalah korelasi analitik, sampel sebanyak 33
responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple
random samplin. Instrumen yang digunakan daftar pertanyaan.
Menggunakan uji Chi square dengan tingkat signifikansi 0:05.
Hasil:
4.1.6.1 Tingkat pendidikan ibu
Tingkat pendidikan ibu dari balita di wilayah kerja Puskesmas
Amahai sebagai berikut:
Tabel 4.25 Tingkat Pendidikan Ibu Balita di wilayah kerja
Puskesmas Amahai
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Dasar (SD-SMP) 20 60,6
2 Menengah (SMA) 6 18,2
3 Tinggi (perguruan 7 21,2
tinggi)
Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.25 menunjukkan bahwa tingkat


pendidikan ibu pada balita di wilayah kerja Puskesmas Amahai
sebagian besar tingkat dasar (SD-SMP) sebanyak 60,6%.

4.1.6.2 Pengetahuan ibu tentang diare


Pengetahuan ibu tentang diare pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Amahai sebagai berikut:
55

Tabel 4.26 Pengetahuan Ibu tentang Diare pada balita di


wilayah kerja Amahai
No. Pengetahuan Frekuensi Persentase
1 Baik 25 75,8
2 Cukup 3 9,1
3 Kurang 5 15,1
Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.26 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu


tentang diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Amahai
sebagian besar dengan kategori baik sebanyak 75,8%.

4.1.6.3 Sikap ibu tentang diare


Sikap ibu tentang diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Amahai sebagai berikut:
Tabel 4.27 Sikap Ibu tentang Diare pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Amahai
No. Sikap Frekuensi Persentase
1 Positif 5 15,2
2 Negatif 28 84,8
Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.27 menunjukkan bahwa sikap ibu tentang


diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Amahai sebagian
besar dengan kategori negatif sebanyak 84,8%.

4.1.6.4 Perilaku pencegahan penyakit diare


Perilaku diare pada pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Amahai sebagai berikut:
Tabel 4.28 Perilaku Pencegahan Diare pada balita di wilayah
kerja Amahai
No. Perilaku Frekuensi Persentase
1 Baik 16 48,5
2 Cukup 3 9,1
3 Kurang 14 42,4
Jumlah 33 100
56

Berdasarkan tabel 4.28 menunjukkan bahwa perilaku ibu


dalam pencegahan diare pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Amahai dengan kategori baik sebanyak 48,5%.

4.1.6.5 Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan


diare
Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan
diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bancak Amahai
sebagai berikut:
Tabel 4.29 Hubungan tingkat pendidikan dengan Perilaku
pencegahan diare pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Amahai
Perilaku Pencegahan Diare
Jumlah
No. Pendidikan Baik Cukup Kurang
f % f % f % f %
1 Dasar 6 30 1 5 13 65 20 100
2 Menengah 4 66,7 2 33,3 0 0 6 100
3 Tinggi 6 85,7 0 0 1 14,3 7 100
Jumlah 16 48,5 3 9,1 14 42,4 33 100
p value = 0,005

Tabel 4.29 menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan dasar


sebagian besar memiliki perilaku pencegahan diare yang
kurang sebesar 65%, dari ibu dengan pendidikan menengah
sebagian besar memiliki perilaku pencegahan diare yang baik
sebesar 66,7% sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan tinggi
sebagian memiliki perilaku pencegahan diare yang baik
sebesar 85,7%.

Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan tingkat


pendidikan dengan perilaku pencegahan diare pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Amahai (p value = 0,005)
57

4.1.6.6 Hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan diare


Hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan diare
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Amahai sebagai
berikut:
Tabel 4.30 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku
pencegahan diare pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Amahi
Perilaku Pencegahan Diare
Jumlah
No. Pengetahuan Baik Cukup Kurang
f % f % f % f %
1 Baik 15 60 3 12 7 28 25 100
2 Cukup 1 33,3 0 0 2 66,7 3 100
3 Kurang 0 0 0 0 5 100 5 100
Jumlah 16 48,5 3 9,1 14 42,4 33 100
p value = 0,045

Tabel 4.30 menunjukkan bahwa ibu dengan pengetahuan


kurang seluruhnya memiliki perilaku pencegahan diare yang
kurang sebesar 100%, dari ibu dengan pengetahuan cukup
sebagian besar memiliki perilaku pencegahan diare yang
kurang sebesar 66,7% sedangkan ibu dengan pengetahuan baik
sebagian besar memiliki perilaku pencegahan diare yang baik
sebesar 60%.

Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan


pengetahuan dengan perilaku pencegahan diare pada balita di
Puskesmas Amahai (p value = 0,045).

4.1.6.7 Hubungan sikap dengan perilaku pencegahan diare


Data tabel hubungan sikap dengan perilaku pencegahan diare
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Amahai tidak tidak
termuat pada jurnal hanya disebutkan bahwa ada hubungan
antara sikap dengan perilaku pencegahan diare pada balita di
Puskesmas Amahai (p value = 0,031).
58

4.1.7 Jurnal ketujuh


Judul:
Predictive Factors of Diarhea Preventive Practice vy Carakteres
Peneliti:
Pathak, P., Munswaengsub., C., Nanthamongkolchai, S.
Publikasi:
Tahun 2019
Metodologi:
Desain Survey analitic dengan pendekatan cross sectional. Sampel
adalah pengasuh anak 6-12 bulan di Provinsi Chitwan sebanyak 384
orang. Sampling Clustered Random Sampling dan Simple random
sampling . Analisis data Chi-square.
Hasil:
Hasil penelitian tidak digambarkan dengan rinci distribusi frekuensi
tiap-tiap variabel. Analisis data bivariat menunjukkan ada hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit diare pada
usia 6-12 bulan (p value = 0,001).

4.2 Pembahasan
4.2.1 Tingkat pendidikan responden
Berdasarkan penelusuran jurnal diatas maka didapatkan penelitian yang
meniliti tingkat pendidikan adalah penelitian Hasanel dkk (2019),
Arwani dkk (2012) dan Roamulat dkk (2019). Persamaan ketiga jurnal
tersebut dengan penelitian ini adalah meneliti tingkat pendidikan
sebagai variabel bebas dan seluruhnya membagi hasil ukur tingkat
pendidikan diklasifikasikan menjadi tingkat dasar (SD-SMP),
menengah (SMA) dan tinggi (perguruan tinggi).

Penelitian Hasanela dkk (2019) mendapatkan bahwa tingkat pendidikan


ibu pada balita di Desa Kemal Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat
sebagian besar tingkat dasar (SD-SMP) sebanyak 60,6%. Penelitian
59

Arwani dkk (2012) mendapatkan bahwa tingkat pendidikan ibu pada


balita di wilayah kerja Puskesmas Bancak Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang sebagian besar tingkat menengah (SMA)
sebanyak 48,9%. Penelitian Roamulat dkk (2019) menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan ibu pada balita di wilayah kerja Puskesmas Amahai
sebagian besar tingkat dasar (SD-SMP) sebanyak 60,6%. Berdasarkan
jurnal-jurnal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita
yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat
pendidikan dasar (SD-SMP), tidak ada hasil penelitian tersebut yang
didominasi responden dengan pendidikan tinggi (perguruan tinggi).

Tingkat pendidikan ibu balita sebagian besar di dominasi oleh tingkat


dasar (SD-SMP) dapat disebabkan karena adanya pemahaman yang
salah tentang pendidikan anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi
bisa menjadi penyebab rendahnya tingkat pendidikan mereka, karena
mereka beranggapan bahwa anak perempuan pada umumnya hanya
bertugas disekitar dapur, selain itu juga dapat disebabkan karena
keterbatasan ekonomi yang orang mereka tidak mampu membiayai
kebutuhan pendidikan sehingga mereka dinikahkan dini agar tidak
menjadi beban keluarga lagi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Arwani dkk (2012) bahwa penyebab dari rendahnya pendidikan
masyarakat adalah pada umumnya mempunyai tingkat sosial ekonomi
menengah ke bawah, faktor sosial budaya yang menganggap
pendidikan untuk wanita tidak perlu sampai ke jenjang tinggi, serta
letaknya yang jauh dari perkotaan sehingga akses untuk masuk
perguruan tinggi sangat sulit. Hal ini ikut mendukung sedikitnya ibu
balita yang mencapai pendidikan tinggi.

Jurnal penelitian Hasanela dkk (2012) menambahkan teori tingkat


pendidikan untuk menambah pembahasan penelitian. Teori tersebut
diantaranya teori Notoatmodjo (2010) yang mengemukakan bahwa
60

Notoatmodjo (2010) adalah ilmu yang mempelajari serta memproses


perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang.
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

4.2.2 Pengetahuan tentang diare


Jurnal yang meneliti variabel pengetahuan tentang diare adalah
penelitian Putra dan Utami (2020), Hasanela dkk (2017), Mende dkk
(2017), Arwani dkk (2012), Roumaulat dkk (2019) dan penelitian
Pathak dkk (2019). Persamaan dari seluruh jurnal penelitian tersebut
dengan penelitian studi literatur ini adalah meneliti pengetahuan tentang
diare sebagai variabel bebas. Persamaan lainnya terletak pada
pembagian hasil ukur dari variabel pengetahuan tersebut yaitu baik,
cukup dan kurang.

Penelitian Putra dan Utami (2020) mendapatkan pengetahuan tentang


pencegahan diare pada anak preschool di Posyandu Kelurahan Johar
sebagian besar dengan kategori baik sebanyak 35%. Penelitian
Hasanela dkk (2017) mendapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang
diare pada balita di Desa Kemal Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu
Barat sebagian besar dengan kategori baik sebanyak 75,8%. Penelitian
Mende dkk (2017) mendapatkan pengetahuan ibu tentang diare pada
pada anak umur 1 bulan – 12 tahun di Ruang Instalasi Gawat Darurat
RSU Bethaseda GMIM Tomohon Diare sebagian besar dengan kategori
cukup sebanyak 59%. Penelitian Arwani dkk (2012) pengetahuan ibu
tentang diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bancak
Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang sebagian besar dengan
61

kategori baik sebanyak 54,7%. Penelitian Romaulat dkk (2019) yang


mendapatkan bahwa pengetahuan ibu tentang diare pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Amahai sebagian besar dengan kategori baik
sebanyak 75,8%. Berdasarkan hasil penelitian enam jurnal tersebut
sebagian besar pengetahuan responden tentang diare dengan kategori
baik.

Pengetahuan responden sebagian besar dengan kategori baik dalam


jurnal-jurnal tersebut dapat diartikan bahwa responden sudah banyak
mengetahui tentang pengertian, penyebab, penularan, tanda dan gejala,
dampak dan pengobatan diare. Banyaknya pengetahuan responden yang
baik tentang diare dapat disebabkan karena pengalaman diri sendiri
responden tersebut atau dapat informasi dari tetangga ataupun dari
petugas kesehatan.

Penelitian Hasanela dkk (2017) telah menambahkan teori untuk


mendukung hasil penelitiannya. Teori tersebut adalah teori dari
Notoatmodjo (2010) yang mengemukakan bahwa pengetahuan adalah
hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra pengindraan yang dimiliknya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya).

Penelitian Arwani dkk (2012) telah menambahkan hasil penelitian


orang lain yang telah dilakukan peneliti sebelumnya untuk memperkuat
dan mendukung hasil penelitiannya. Penelitian yang telah
disebutkannya dalam pembahasan jurnal tersebut adalah hasil penelitian
oleh Kuswantiningsih (2007) mengenai pengetahuan responden yaitu
proporsi responden yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak
65,5% dan yang kurang sebanyak 5,1%.
62

4.2.3 Sikap tentang diare


Jurnal yang meneliti sikap terhadap penyakit diare diantaranya adalah
penelitian Hasanela dkk (2017), Mande dkk (2017), Junaidi dkk (2017),
Arwani dkk (2012) dan Romaulat (2019). Persamaan penelitian tersebut
dengan studi literatur ini adalah variabel sikap terhadap penyakit diare
merupakan variabel bebas. Perbedaan jurnal tersebut dengan studi
literatur penelitian ini adalah pada pembagain hasil ukur. Penelitian
Mande dkk (2017) dan Junaidi dkk (2017) membagi sikap menjadi
baik, cukup dan kurang, penelitian Arwani dkk (2012) membagi sikap
menjadi kurang mendukung, cukup mendukung dan mendukung
sedangkan penelitian studi literatur ini membagisi sikap dengan
kategori sikap positif dan sikap negatif.

Penelitian Hasanela dkk (2017) yang mendapatkan bahwa sikap ibu


tentang diare pada balita di Desa Kemal Wilayah Kerja Puskesmas
Kairatu Barat sebagian besar dengan kategori negatif sebanyak 84,8%.
Mande dkk (2017) sikap ibu tentang diare pada pada anak umur 1 bulan
– 12 tahun di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSU Bethaseda GMIM
Tomohon Diare sebagian besar dengan kategori cukup sebanyak 59%.
Junaidi dkk (2017) sikap ibu terhadap pencegahan diare pada balita di
Kecamatan Batee Kabupaten Pidie sebagian besar dengan kategori baik
sebanyak 53,16%. Arwani dkk (2012) sikap ibu tentang diare pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Bancak Kecamatan Bancak
Kabupaten Semarang sebagian besar dengan kategori cukup
mendukung sebanyak 40,5%. Romaulat dkk (2019) sikap ibu tentang
diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Amahai sebagian besar
dengan kategori negatif sebanyak 84,8%. Berdasarkan hasil jurnal-
jurnal tersebut maka didapatkan sebagian besar sikap responden
terhadap penyakit diare dengan kategori negatif. Sikap yang dimaksud
negatif ini yaitu reaksi atau respon dari Ibu balita mengenai terhadap
pencegahan dan penanganan penyakit diare kurang mendukung atau
63

kurang menyukai kegiatan-kegiatan yang dapat mencegah penyakit


diare.

Sikap yang positif terdapat kecenderungan untuk mendekati,


menyenangi, mengharapkan objek tertentu sedangkan sikap yang
negatif terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari atau tidak
menyukai objek tertentu dalam hal ini adalah pencegahan penyakit
diare. Sikap responden sebagian besar negatif ini dikarenakan
responden sebagian besar memiliki tingkat pendidikan rendah dan
sebagian juga masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang diare
sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi sikapnya.

Menurut penelitian Arwani dkk (2012) sebagian besar responden


bersikap negatif terhadap penyakit diare disebabkan karena adanya
tingkat pendidikan yang rendah. Pernyataan tersebut telah
ditambahkannya teori dari Kuncoro Ningrat (1992) bahwa semakin
tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah menerima informasi
sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

4.2.4 Perilaku pencegahan diare


Berdasarkan hasil penelusuran seluruh jurnal tersebut diatas pada
dasarnya meneliti mengenai perilaku pencegahan diare. Perbedaannya
pada masing-masing jurnal terletak pada hasil ukur dari variabel
tersebut. Penelitian Putra dan Utami (2020) membagi perilaku
pencegahan diare hanya berdasarkan 2 klasifikasi yaitu baik dan buruk
dan penelitian Junaidi dkk (2017) membagi intensi keluarga dalam
pencegahan diare diklasifikasikan menjadi baik dan kurang sedangkan
penelitian studi literatur ini membagi perilaku pencegahan diare
diklasifikasikan menjadi baik, cukup dan kurang.
64

Penelitian Putra dan Utami (2020) mendapatkan bahwa perilaku


pencegahan diare pada anak preschool di Posyandu Kelurahan Johar
sebagian besar dengan kategori baik sebanyak 66,3%. Penelitian
Hasanela dkk (2017) mendapatkan bahwa upaya ibu dalam pencegahan
diare pada balita di Desa Kemal Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu
Barat sebagian besar dengan kategori baik sebanyak 48,5%. Penelitian
Mande dkk (2017) pencegahan diare pada anak umur 1 bulan – 12
tahun di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSU Bethaseda GMIM
Tomohon sebagian besar dengan kategori cukup sebanyak 60%.
Penelitian Junaidi dkk (2017) intensi keluiarga dalam pencegahan diare
pada balita di Kecamatan Batee Kabupaten Pidie sebagian besar dengan
kategori baik sebanyak 54,43%. Penelitian Arwani dkk (2012)
mendapatkan bahwa perilaku ibu dalam pencegahan diare pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten
Semarang sebagian besar dengan kategori baik sebanyak 53,7%.
Penelitian Romaulat dkk (2019) mendapatkan bahwa perilaku ibu
dalam pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Amahai dengan kategori baik sebanyak 48,5%. Berdasarkan hasil
penelitian jurnal-jurnal tersebut maka sebagian besar responden telah
melakukan pencegahan diare dengan baik. Pencegahan-pencegahan
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya selalu
menjaga kebersihan diri dan keluarga, menjaga kebersihan makanan
sehingga anak terhindar dari penyakit diare.

Penelitian Arwani dkk (2012) telah menambahkan teori pada bagian


pembahasan jurnal sehingga dapat mendukung hasil penelitiannya.
Teori tersebut adalah dari Notoatmodjo (2003) bahwa perilaku adalah
aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan dengan lingkungannya.
Perilaku baru terjadi bila ada sesuatu yang diperlukan untuk
menimbulkan reaksi keseimbangan. Perilaku kesehatan adalah segala
bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya yang
65

menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakan


yang berhubungan dengan kesehatan.

4.2.5 Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan diare


Hasil penelitian Putra dan Utami (2010) mendapatkan bahwa tidak ada
hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku ibu untuk
mencegah diare pada anak usia preschol (p value = 0,0920). Hasil
penelitian Hasanela dkk (2017) menyatakan bahwa ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan upaya pencegahan diare (p value =
0,0005). Hasil penelitian Arwani dkk (2012) mendapatkan bahwa ada
hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan diare
(p value = 0,000). Hasil penelitian Romaulat dkk (2019) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan dan pengetahuan
terhadap perilaku pencegahan diare (p value = 0, 0005). Berdasarkan
hasil jurnal-jurnal tersebut didapatkan bahwa sebagian menyatakan
bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku ibu
untuk mencegah diare. Hasil penelitian sebagian besar jurnal tersebut
berarti sejalan dengan hipotesis penelitian ini yaitu juga menyatakan
bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku
pencegahan diare. Tingkat pendidikan yang tinggi responden akan
menentukan kesadaran responden untuk memelihara kesehatan diri,
keluarga dan lingkungan serta membawa perilaku positif untuk
melakukan upaya pencegahan penyakit khususunya penyakit diare.

Tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap bagaimana


responden tersebut menerima informasi tentang diare, sehingga
membangun pengetahuan, bagaimana menyikapinya untuk selanjutnya
dimanifestasikan dalam wujud perilakunya dalam pencegahan diare.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin baik tingkat pengetahuannya, dan semakin sadar
66

pula untuk berperilaku hidup sehat, termasuk diantaranya perilaku


dalam pencegahan penyakit diare.

Seseorang yang memiliki latar belakang tingkat pendidikan tinggi akan


lebih memperhatikan kesehatan diri maupun keluarganya. Ibu yang
berpendidikan tinggi umumnya mengetahui bagaimana cara untuk
menjaga kesehatan termasuk dalam mencegah terjadinya diare pada
anak. Seseorang yang mempuyai latar belakang pendidikan yang tinggi
tentunya lebih memperhatikan kesehatan. Semakin tinggi pendidikan
ibu maka akan semakin baik perilaku pencegahan diare. Ibu yang
memiliki pendidikan yang lebih tinggi tentunya memiliki pengetahuan
yang lebih dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan yang lebih
rendah. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
lebih mudah memahami sehingga mampu untuk melakukan kegiatan-
kegiatan yang dapat bermanfaat untuk mencegah diare.

Peneliti pada jurnal Arwani dkk (2012) memperkuat hasil penelitian


dengan menambahkan teori dan hasil penelitian orang lainnya
sebelumnya. Teori tersebut dari Notoatmodjo (2003) yang menyatakan
bahwa tingkat pendidikan seseorang merupakan faktor predisposisi
terbentuknya perilaku seseorang. Sedangkan hasil penelitian
sebelumnya yaitu hasil penelitian Santoso (2009) yang menyatakan ada
hubungan dengan tingkat korelasi yang kuat antara pendidikan formal
ibu dengan perilaku pencegahan diare pada anak (r=0,611). Hasil
penelitian juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Firman
(2008) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan tindakan pencegahan diare pada balita dengan p
value 0,000.

Adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan upaya pencegahan


diare dalam jurnal Hasanela dkk (2017) pada bagian pembahasan
67

ditambahkan beberapa hasil penelitian orang lain sebelumnya yang


sama dengan hasil jurnal tersebut diantaranya penelitian oleh
Murniwaty (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan pengasuh balita dengan angka kejadian diare pada balita
dengan p-value = 0,023. Hasil penelitian ini sejalan pula dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Evayanti (2014) menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare
pada balita yang berobat ke badan Rumah Sakit Umum Tabanan dengan
p-value = 0,019.

4.2.6 Hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan diare


Penelitian Putra dan Utami (2020) mendapatkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan diare pada anak
preschool di Posyandu Kelurahan Johar (nilai p value = 0,000 < α 0,05).
Penelitian Hasanela dkk (2017) menunjukkan ada hubungan
pengetahuan dengan upaya pencegahan diare pada balita di Desa Kemal
Wilayah Kerja Puskesmas Kairatu Barat (p value = 0,045). Hasil
analisis statistik penelitian Mende dkk (2017) menunjukkan tidak ada
hubungan pengetahuan dengan pencegahan diare pada anak umur 1
bulan – 12 tahun di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSU Bethaseda
GMIM Tomohon (p value = 0,312). Penelitian Arwani dkk (2012)
mendapatkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan perilaku
pencegahan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bancak
Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang (p value = 0,000). Penelitian
Rumaolat (2019) ada hubungan pengetahuan dengan perilaku
pencegahan diare pada balita di Puskesmas Amahai (p value = 0,045).
Penelitian Pathak dkk (2019) Analisis data bivariat menunjukkan ada
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan penyakit
diare pada usia 6-12 bulan (p value = 0,001).
68

Berdasarkan hasil jurnal-jurnal diatas maka didapatkan bahwa sebagian


besar hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan pencegahan diare. Hal ini sejalan dengan hipotesis
penelitian yang juga menyatakan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku pencegahan diare. Pengetahuan ibu sangat
berpengaruh dalam perilaku pencegahan diare, dimana ibu yang
memiliki pengetahuan baik akan mengerti cara melakukan pencegahan
terhadap diare, sementara ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang,
memiliki perilaku pencegahan yang kurang, hal ini dikarenakan ibu
yang memiliki pengetahuan baik selalu mencari tahu hal-hal atau
informasi yang baik tentang cara memenuhi kebutuhan kesehatan,
terutama dalam hal pencegahan diare.

Pengetahuan ibu tentang perilaku kesehatan yang baik akan membentuk


perilaku positif tentang pentingnya mencegah kebersihan diri, keluarga,
dan lingkungan sehingga ibu mampu dan mau melakukan upaya
pencegahan diare yang sesuai dengan standar yang tepat. Menurut
asumsi peneliti pengetahuan tentang pencegahan diare merupakan salah
satu indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
seseorang yang disebabkan karena ketika diare terjadi pada anak
memungkinkan orang tua tidak tahu melakukan pencegahannya.
Responden tidak mengetahui bahwa dengan membiasakan mencuci
tangan dengan sabun berpengaruh terhadap terjadinya diare pada balita.
Hal ini disebabkan karena balita sangat rentan terhadap mikroorganisme
dan berbagai agen infeksius, segala aktifitas anak dibantu oleh orang
tua khususnya ibu, sehingga cuci tangan sangat diperlukan oleh seorang
ibu sebelum dan sesudah kontak dengan anak, yang bertujuan
menurunkan terjadinya diare pada anak. Pengetahuan mengenai
pencegahan diare sangat penting diketahui oleh ibu karena dapat
dijadikan sebagai upaya pencegahan untuk mencegah terjadinya diare.
69

Perilaku pencegahan diare ditentukan dari seberapa besar


pengetahuannya mengenai diare itu sendiri, dan sikap ini mendasari dan
mendorong responden ke arah sejumlah perbuatan atau perilaku yang
berkenaan dengan penyakit diare. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perilaku responden dalam pencegahan diare sangat dipengaruhi oleh
seberapa besar informasi dan pengetahuan ibu mengenai cara
pencegahan diare.

Pengetahuan tentang diare baik dari aspek pengertian, penyebab, gejala


termasuk upaya yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya diare
dan menangani balita yang menderita diare. Sehingga rendahnya
pengetahuan ibu adalah rendahnya pemahaman ibu balita tentang diare
dan upaya penanganannya. Selanjutnya, rendahnya informasi tersebut
tentunya akan mempengaruhi tingkat pemahaman ibu terhadap diare
terutama jika terjadi pada balita. Pengetahuan yang rendah tentang
diare, seorang ibu cenderung kesulitan untuk melindungi dan mencegah
balitanya dari penularan diare. Pengetahuan diperlukan oleh masyarakat
khususnya ibu balita adalah tentang tindakan pencegahan dan
pengobatan balita yang menderita diare. Kedua informasi ini diperlukan
bagi ibu melakukan secara mandiri segala bentuk upaya pencegahan
dan dapat memberikan penanganan secara lebih dini kepada balitanya
jika mengalami diare sehingga mencegah kejadian diare.

4.2.7 Hubungan sikap dengan perilaku pencegahan diare


Hasil penelitian Hasanella dkk (2017) mendapatkan bahwa ada
hubungan sikap dengan upaya pencegahan diare (p value = 0,031).
Hasil penelitian Mende dkk (2017) yang mendapatkan bahwa ada
hubungan antara antara sikap dengan pencegahan diare (p value =
0,039). Hasil penelitian Junaidi dkk (2017) menyatakan bahwa ada
hubungan sikap dengan intensi keluarga dalam pengendalian diare pada
balita di Kecamatan Batee Kabupaten Pidie (p value = 0,0001). Hasil
70

penelitian Arwani dkk (2012) mendapatkan bahwa ada hubungan antara


sikap dengan perilaku pencegahan diare (p value = 0,000).

Faktor sikap pada jurnal penelitian ini juga mempengaruhi perilaku


pencegahan diare. Menurut peneliti sikap ibu yang dibangun dari
seberapa banyak pengetahuannya mengenai diare akan mendasari dan
mendorong ibu ke arah perbuatan-perbuatan yang berkenaan dengan
penyakit diare itu sendiri. Ketika ibu mempunyai sikap yang positif
mengenai pencegahan penyakit diare, ibu merasa hal tersebut berguna,
maka ia akan melaksanakan pencegahan diare dengan baik. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku ibu dalam pencegahan
penyakit diare sangat dipengaruhi dari bagaimana sikap ibu tersebut
terhadap pencegahan penyakit diare itu sendiri.

Penelitian-penelitian menunjukkan sesorang yang memiliki sikap yang


negatif cenderung tidak melakukan pencegahan diare sedangkan
seseorang yang mempunyai sikap positif cenderung melakukan
pencegahan diareb dengan baik. Semakin positif sikap seorang ibu
terhadap pencegahan dan penanganan diare maka akan semakin kecil
risiko balitanya mengalami diare. Umumnya seseorang cenderung
untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap yang dianggapnya
penting, dengan demikian ibu yang memiliki sikap negatif dalam
pencegahan dan penanganan diare berarti tidak melakukan pencegahan
diare dengan baik.

Penelitian Arwana dkk (2012) dalam jurnalnya menambahkan teori


sebagai pendukung penelitiannya yaitu dari Slameto (2003) yang
mengemukakan bahwa sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek, dan
sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif bila obyek
bernilai dalam pandangannya, dan negatif bila obyek dalam
pandangannya tidak bernilai atau merugikan Sikap ini kemudian
71

mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan. Hasil penelitian


sebelumnya yang senada dengan hasil penelitian ini juga telah
ditambahkan oleh peneliti jurnal ini untuk memperkuat hasil
penelitiannya yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Askrening
(2007) yang menyatakan bahwa sikap berhubungan dengan perilaku
(p= 0,01).

BAB 5
72

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi literatur jurnal terkait maka dapat disimpulkan bahwa
tingkat pendidikan ibu pada jurnal penelitian sebagian besar pada tingkat
pendidikan dasar, pengetahuan ibu tentang diare pada jurnal penelitian
sebagian besar dengan kategori baik, sikap ibu terhadap diare sebagian besar
pada jurnal penelitian dengan kategori positif dan perilaku pencegahan diare
sebagian besar jurnal penelitian pada kategori baik. Ada hubungan antara
tingkat pendidikan dengan perilaku pencegahan diare. Ada hubungan antara
pengetahuan dengan perilaku pencegahan diare. Ada hubungan antara sikap
dengan perilaku pencegahan diare.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat disarankan sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Instistusi Kesehatan
Bagi institusi kesehatan hendaknya dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat khususnya pasien diare dengan cara
memberikan informasi atau pendidikan kesehatan mengenai faktor risiko
yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit diare, dalam hal ini tingkat
pendidikan, pengetahuan dan sikap misalnya melalui pembagian leaflet,
selebaran dan melalui media lainnya.
5.2.2 Bagi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Bagi institusi pendidikan disarankan dapat memberikan program kepada
mahasiswa keperawatan untuk melakukan promosi kesehatan mengenai
hubungan tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap dengan terjadinya
diare pada saat praktek keperawatan komunitas atau praktek
keperawatan lainnya dengan cara melaksanakan penyuluhan atau
membagikan selebaran mengenai diare.

5.2.3 Bagi peneliti selanjutnya


73

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang analisis faktor-faktor yang


berhubungan dengan perilaku pencegahan diare melalui desain
penelitian yang lain misalnya survey analitik dengan pendekatan cross
sectional, serta dapat melakukan penelitian dengan variabel lain yang
juga diduga turut serta mempengaruhi.

DAFTAR RUJUKAN
74

Abata, Q. A. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Madiun: Yayasan PP Al-Furqon.

Agegnehu, M. D. (2019). Diarrhea Prevention Practice and Associated Factors


among Caregivers of Under-Five Children in Enemay District. Hindawi
Journal of Environmental and Public Health, 2019, May, pp.1-9.

Arwani. (2012). Hubungan antara Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Sikap


dengan Perilaku Ibu Balita dalam Pencegahan Penyakit Diare di
Puskesmas Bancak Kabupaten Semarang. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kesehatan, 3(1), Januari, pp. 30-37.

Budiman., & Riyanto. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Gumilar, G. (2017). Hubungan antara Pengetahuan tentang Sumber Daya Air dan
Sikap Terhadap Penggunaan Air dengan Perilaku dalam Memanfaatkan Air
(Studi pada Masyarakat di Desa Linggasirna Kecamatan Sariwangi
Kabupaten Tasikmalaya). Jurnal Bumi Lestari, 17(2), Agustus, pp. 132-140.

Hardoko, E. (2017). WHO 2 Milyar Penduduk Dunia Gunakan Air


Terkontaminasi. (Internet), tersedia dalam
<https://internasional.kompas.com/read/2017/04/13/08481061/who.2.miliar.
penduduk.dunia.gunakan.air.terkontaminasi?page=all> (diakses tanggal 25
Februari 2020)

Hasanela, N. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Upaya Ibu dalam


Melakukan Pencegahan Diare pada Balita di Desa Kamal Wilayah Kerja
Puskesmas Kairatu Barat. Tunas-Tunas Riset Kesehatan, 7 (Nomor Khusus
Hari Kesehatan Nasional) November, pp. 20-27.

Hidayat. A. A. A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis


Data. Jakarta: Salemba Medika.

Ihsan, F. (2013). Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Junaidi. (2017). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Intensi Keluarga dalam


Pencegahan Diare pada Balita di Kecamatan Batee Kabupaten Pidie.
Jukema, 3(2), Oktober, pp. 268-273.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lima Langkah
Tuntaskan Diare. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
75

Kementrian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. (Internet),
tersedia dalam http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf (diakses
tanggal 25 Februari 2020).

Khasanah, U. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Perilaku


Pencegahan Diare pada Balita. Jurnal Kesehatan Samudra Ilmu, 7(2) Juli,
pp. 149-160.

Kunoli, F. J. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: TIM.

Lestari, T. (2014). Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Maryunani, A. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: TIM.

Maulana. (2014). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Mende, F. A. (2017). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan


Perilaku Pencegahan Diare pada Anak Umur 1 Bulan – 12 Bulan. Buletin
Sariputra Indonesia Tomohon, 7 (1) Februari, pp. 67-69.

Mubarak, W. I. (2011). Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba


Medika.

Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoatmodjo, S. (2010). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni Jakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pathak, P. (2019). Predictive Factors of Diarhea Preventive Practice vy


Carakteres. Journal Nepal Health Res Counc, 17(43), Juni, pp. 247-252,

Pieter dkk. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta:


Kencana.

Pramitha, R. D. (2015). Sikap Kepala Keluarga Mempengaruhi Rendahnya


Penggunaan Jamban di RW 02 Desa Gempolklutuk Kecamatan Tarik
Kabupaten Sidoardjo. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 8(2) Juli, pp. 184-194.
76

Proverawati., & Rahmawati. (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Yogayakarta: Nuha Medika.

Putra, B. A. P. (2020). Pengetahuan Ibu Berhubungan dengan Perilaku


Pencegahan Diare pada Anak Preschool. Jurnal Surya Muda, 2(1), pp. 28-
38.

Putra, S. R. (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Yogkarta: D-Medika.

Putra, S. R. (2013). Pengantar Ilmu Gizi dan Diet. Yogjakarta: D-Medika.

Rahman, A. A. (2013). Psikologi Sosial Integrasi Pengetahuan Wahyu dan


Pengetahuan Empirik. Jakarta: Rajawali Pers.

Romaulat, W. (2019). Factors Assosiated with Mother in Doing Diarhea


Prevention Efforts in Todler Village Lha Work Area Community Health
Center Amahai. International Journal of Scientific & Tecnology Research,
8(10), Oktober, pp. 1447-1451.

Rini, E. (2015). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan


Diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.
(Internet), tersedia dalam
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/49746?show=full (diakses
tanggal 12 April 2020).

Sarwono, S. W. (2014). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Medika.

Saydam, G. (2011). Memahami Berbagai Penyakit Pernapasan dan Gangguan


Pencernaan. Bandung: Alfabeta.

Suharyono. (2013). Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunaryo. (2015). Sosiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika.

Susila., & Suyanto. (2015). Metodologi Penelitian Cross Sectional. Klaten:


Bosscript.

Wawan., & Dewi. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku di Lengkapi Contoh Kuesioner. Jakarta: Nuha Medika.

Widyastuti, T. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


Pencegahan Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas 4 Ulu
Palembang (Internet), tersedia dalam <http://repository.um-
palembang.ac.id/id/eprint/384/1/SKRIPSI224-1704136738.pdf?> (diakses
tanggal 28 Mei 2020).
77

Wijayaningsih K.S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Info Media

World Health Organization (WHO). (2017). Diarhoeal Disease (Internet),


tersedia dalam <https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/diarrhoeal-disease> (diakses tanggal 25 Februari 2020).

Yunida, S. M. (2018). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Budaya dengan


Perilaku Penggunaan Air Sungai (Studi di wilayah kerja Puskesmas
Martapura 2). The Indonesia Journal Public Health Lisence, 13(2),
Desember, pp. 232-243.

Yunita, S. (2013). Hubungan Perilaku Keluarga tentang Penggunaan Air Bersih


dengan Kejadian Diare pada Balita di Dusun Bareng Desa Bareng
Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang. Jurnal Metabolisme. Vol.3 (1).
Hal. 1-7.

Anda mungkin juga menyukai