Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tropis merupakan salah satu bentuk penyakit yang sering terjadi di
daerah beriklim tropis dan subtropis. Tidak hanya di Indonesia, tapi hampir di
semua negara miskin dan berkembang, penyakit tropis ini dapat mewabah dengan
cepat dan menjadi salah satu faktor peningkat angka kematian. Untuk mengurangi
angka kematian tersebut, perlu adanya penanggulangan guna menekan
penyebarluasan penyakit tropis yang ternyata semakin lama semakin mewabah.

Penyakit kurang lazim di daerah beriklim sedang, sebagian karena terjadinya


musim dingin, yang mengontrol populasi serangga dengan memaksa hibernasi.
Serangga seperti nyamuk dan lalat yang jauh pembawa penyakit yang paling
umum, atau vektor. Serangga ini dapat membawa parasit, bakteri atau virus yang
menular kepada manusia dan hewan. Paling sering penyakit ditularkan oleh
"menggigit" serangga, yang menyebabkan transmisi agen menular melalui
pertukaran darah subkutan. Vaksin tidak tersedia untuk salah satu penyakit yang
tercantum di sini. Manusia eksplorasi hutan hujan tropis, deforestasi, imigrasi naik
dan perjalanan udara meningkat internasional dan wisata lainnya ke daerah tropis
telah menyebabkan peningkatan insiden penyakit tersebut.

Virus Novel corona penyebab dari timbulnya penyakit yang sering disebut
mers. Oleh karena itu, butuh kajian lebih jauh mengenai kedua penyakit tropis ini.

1
1.2 Tujuan laporan
1. untuk mengetahui tentang definisi dari mers
2. untuk mengetahui tentang etiologi dari mers
3. untuk mengetahui tentang klasifikasi dari mers
4. untuk mengetahui tentang manifestasi klinik dari mers
5. untuk mengetahui patofisiologi dari mers
6. untuk mengetahui prognosis dari mers
7. untuk mengetahui penatalaksanaan dari mers
8. untuk mengetahui tentang pencegahan dari mers
9. untuk mengetahui diagnosis keperawatan dari mers

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Mers

Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) adalah


suatu strain baru dari virus corona yang belum pernah ditemukan menginfeksi
manusia sebelumnya. Virus corona merupakan keluarga besar dari virus yang
dapat menimbulkan kesakitan maupun kematian pada manusia dan hewan. Virus
corona dapat menimbulkan kesakitan pada manusia dengan gejala ringan sampai
berat seperti selesma (common cold), Sindroma Saluran Pernapasan Akut yang
berat (SARS/ Severe Acute Respiratory Syndrome).

MERS-CoV adalah penyakit


sindroma pernapasan yang disebabkan
oleh virus Corona yang menyerang
saluran pernapasan mulai dari yg ringan
s/d berat. Gejalanya adalah demam,
batuk dan sesak nafas, bersifat akut,
biasanya pasien memiliki penyakit ko-
morbid. Median usia 61 tahun (range 2-94 tahun), kasus laki – laki : Perempuan =
1 : 1 , 47% kasus laki – laki dengan usia >40 tahun . Masa inkubasi 2-14 hari..

Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok Corona virus (Novel
Corona Virus). Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan September 2012 di
Arab Saudi. Virus SARS tahun 2003 juga merupakan kelompok virus Corona dan
dapat menimbulkan pneumonia berat akan tetapi berbeda dari virus MERS CoV.
Virus ini termasuk baru dan hingga kini belum ditemukan vaksin untuk
mencegahnya. Namun, virus ini cepat menghilang di udara. Virus Corona sangat
mudah menyebar melalui udara.

Beberapa negara di Timur Tengah telah melaporkan kasus infeksi MERS-


CoV pada manusia, antara lain Jordania, Qatar, Saudi Arabia, dan Uni Emirat
Arab. Beberapa kasus juga dilaporkan dari negara-negara di Eropa antara lain

3
Inggris, Perancis, Italia, dan Tunisia. Hampir semua kasus di Eropa dan Tunisia
mempunyai kesamaan yaitu timbulnya gejala penyakit setelah melakukan
perjalanan ke negara tertentu di Timur Tengah yang diikuti dengan adanya
penularan terbatas di lingkungan keluarga. Di samping itu penularan MERS-CoV
antar manusia juga terjadi di rumah sakit pada petugas yang merawat kasus
konfirmasi MERS-CoV. Namun demikian, sejauh ini belum dapat dibuktikan
adanya penularan yang berkelanjutan. MERS-CoV pertama kali dilaporkan Sept.
2012 di Saudi Arabia. WHO ( 22 Mei ) 632 Kasus, 193 + ( 30,54 % ). Pada bulan
Maret - April 2014 terjadi peningkatan kasus signifikan.

Berdasarkan data WHO, kasus MERS-CoV sebagian besar menunjukkan


tanda dan gejala pneumonia. Hanya satu kasus dengan gangguan kekebalan tubuh
(immunocompromised) yang gejala awalnya demam dan diare, berlanjut
pneumonia. Komplikasi kasus MERS-CoV adalah pneumonia berat dengan gagal
napas yang membutuhkan alat bantu napas non invasif atau invasif, Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan kegagalan multi-organ yaitu
gagal ginjal, Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC) dan perikarditis.
Beberapa kasus juga memiliki gejala gangguan gastrointestinal seperti diare. Dari
seluruh kasus konfirmasi, separuh diantaranya meninggal dunia.

Ada beberapa hal yang bisa kita ketahui dalam rangka mengenali apa saja
yang menjadi tanda-tanda orang terkena virus yang satu ini. Karena menyerang
saluran pernafasan maka berikut tanda-tanda penyakit MERS antara lain adalah
sebagai berikut :

 Gangguan pernapasan (napas pendek dan susah bernapas)


 Demam tinggi di atas 38 derajat celcius, bukan panas dalam yang
biasa
 Batuk-batuk dan bersin-bersin berkelanjutan
 Keluar mucus (lendir) yang berlebihan dari hidungnya
 Sakit dada dan sering terasa nyeri
 Mengalami pneumonia
 Mengalami diare
 Gagal ginjal

4
2.2 Etiologi Penyakit Mers

Middle East Respiratory Syndrome atau disingkat MERS adalah penyakit


virus pada pernapasan yang disebabkan oleh corona virus yang disebut MERS-
Cov. Virus ini pertama kali dilaporkan mewabah di Arab Saudi pada tahun 2012.
Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada
manusia dan hewan. Pada orang, corona virus dapat menyebabkan penyakit mulai
dalam tingkat keparahan seperti flu biasa hingga Sindroma Pernapasan Akut atau
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). MERS Coronaviruses pertama kali
terdeteksi pada bulan April 2012, ini merupakan virus baru (novel coronaviruses)
yang belum pernah terlihat pada manusia sebelumnya. Pada kebanyakan
kasus,virus ini telah menyebabkan penyakit yang parah, bahkan setengah dari
kasus yang tercatat mengalami kematian.

Hingga kemudian, corona virus ini dikenal sebagai Middle East


Respiratory Syndrome Coronaviruses (MERS-Cov). Nama itu diberikan
Coronavirus Study Group of the International Committee di Taxonomy of Viruses
pada May 2013. Karena penyebarannya yang semakin meluas sejak April 2012
hingga awal tahun 2013, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan
peringatan sejak Mei lalu untuk mewaspadai ancaman penyebarannya. Arab Saudi
adalah sumber penularan pertama, dengan jumlah kasus mencapai 378 dan 107
kematian. Tetapi sedikitnya ada 14 negara yang juga melaporkan kasus penyakit
ini, antara lain Mesir, Jordania, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Tunisia,
Malaysia, Oman, Perancis, Yunani, Italia, Inggris, Filipina, dan kini Amerika
Serikat. Sampai saat ini, masih terus dilakukan investigasi mengenai pola
penularan MERS-Cov, karena telah ditemukan adanya penularan dari manusia ke
manusia yang saling kontak dekat dengan penderita. Penularan dari pasien yang
terinfeksi kepada petugas kesehatan yang merawat juga diamati. Selain itu, cluster
dari kasus infeksi MERS-Cov di Arab Saudi, Jordania, the United Kingdom,
Prancis, Tunisia, dan Italia juga diinvestigasi.

5
Mekanisme penyebaran virus Corona dari hewan ke manusia masih diteliti
sampai saat ini, meskipun ada dugaan bahwa manusia pertama yang terinfeksi
mungkin pernah secara tidak sengaja menghirup debu kotoran kering Kelelawar
yang terinfeksi. Saat ini, para peneliti masih menyelidiki kemungkinan hewan lain
yang menjadi mediator penularan virus Corona guna menangani meluasnya
penyebaran penyakit ini, mengingat bahwa jenis virus ini dikatakan lebih mudah
menular antar-manusia dengan dampak yang lebih mematikan dibandingkan
SARS. Untuk itu juga para pejabat di badan kesehatan dunia (WHO) seperti
informasi yang dilansir dari www.voaindonesia.com juga menyatakan serta
prihatin prihatin bahwa virus MERS mungkin akan menular ke para peziarah
kaum muslimin yang diperkirakan akan mengunjungi tempat-tempat suci di Arab
Saudi bulan depan dalam bulan Ramadan, atau jutaan lagi diperkirakan akan
datang bulan Oktober untuk menunaikan ibadah Haji di Mekah.

6
2.3 Klasifikasi Penyakit Mers
1. Kasus dalam penyelidikan (underinvestigated case)
a. Seseorang dengan infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
dengan tiga keadaan berikut :
 Demam (≥ 38°C) atau ada riwayat demam
 Batuk
 Pneumonia berdasarkan gejala klinis atau gambaran
radiologis yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
b. Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah
(Negara terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum sakit kecuali
ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
c. Adanya petugas kesehatan yang sakit dengan gejala yang sama
setelah merawat pasien ISPA berat (SARI/ Severe Acute
Respiratory Infection), terutama pasien yang memerlukan
perawatan intensif tanpa memperhatikan tempat tinggal atau
riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit
lain.
d. Adanya klaster pneumonia (gejala penyakit yang sama) dalam
periode 14 hari tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat
bepergian, kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
e. Adanya perburukan perjalanan klinis yang mendadak meskipun
dengan pengobatan yang tepat , tanpa memperhatikan tempat
tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan
etiologi/penyebab penyakit lain.
f. Seseorang dengan infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
ringan sampai berat yang memiliki riwayat kontak erat dengan
kasus konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV dalam
waktu 14 hari sebelum sakit.
2. Kasus Probable
a. Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti klinis,
radiologis atau hispatologis

7
b. Seseorang dengan pneumonia atau ARDS bukti klinis radiologis
atau hispatologis
3. Kasus Konfirmasi
a. Seseorang yang terinfeksi MERS-CoV dengan hasil
pemeriksaan laboratorium positif.
b. Klaster adalah bila terdapat dua orang atau lebih memiliki
penyakit sama, dan mempunyai riwayat kontak yang sama
dalam jangka waktu 14 hari. Kontak dapat terjadi pada keluarga
atau rumah tangga dan berbagai tempat lain seperti rumah sakit,
ruang kelas, tempat kerja, barak militer, tempat rekreasi dan
lainnya.

2.4 Manifestasi Klinik Penyakit Mers

Beberapa gejala yang diakibatkan oleh koronavirus MERS adalah demam,


batuk, napas yang pendek-pendek, serta munculnya pneumonia dalam beberapa
kasus. MERS merupakan salah satu bentuk koronavirus yang masih misterius.
Hingga saat ini peneliti masih mencari tahu bagaimana koronavirus baru ini bisa
menginfeksi manusia

Mula-mula gejalanya mirip seperti flu dan bisa mencakup: demam,


myalgia, lethargy, gejala gastrointestinal, batuk, radang tenggorokan dan gejala
non-spesifik lainnya. Satu-satunya gejala yang sering dialami seluruh pasien
adalah demam di atas 38 °C (100.4 °F). Sesak napas bisa terjadi kemudian.Gejala
tersebut biasanya muncul 2–10 hari setelah terekspos, tetapi sampai 13 hari juga
pernah dilaporkan terjadi. Pada kebanyakan kasus gejala biasanya muncul antara
2–3 hari. Sekitar 10–20% kasus membutuhkan ventilasi mekanis.

Awalnya tanda fisik tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada.
Beberapa pasien akan mengalami tachypnea dan crackle pada auscultation.
Kemudian, tachypnea dan lethargy kelihatan jelas.

8
2.5 Patofisiologi Penyakit Mers

Sampai saat ini, masih terus dilakukan investigasi mengenai pola


penularan MERS-Cov, karena telah ditemukan adanya penularan dari manusia ke
manusia yang saling kontak dekat dengan penderita. Penularan dari pasien yang
terinfeksi kepada petugas kesehatan yang merawat juga diamati. Selain itu, cluster
dari kasus infeksi MERS-Cov di Arab Saudi, Jordania, the United Kingdom,
Prancis, Tunisia, dan Italia juga diinvestigas.

Karena penyebarannya yang semakin meluas sejak April 2012 hingga


awal tahun 2013, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan
sejak Mei lalu untuk mewaspadai ancaman penyebarannya. Peneliti belum
mengetahui secara pasti cara virus MERS ditularkan ke manusia, namun virus ini
sudah ditemukan pada kelelawar dan unta. Para pakar mengatakan unta
kemungkinan besar menjadi binatang pembawa, yang kemudian menularkannya
pada manusia.

Penyakit itu awalnya diyakini telah berpindah dari unta ke manusia,


pertama kali tampaknya menular lewat kontak yang dekat dengan hewan-hewan
itu. Akan tetapi akhir-akhir ini, para petugas kesehatan yang merawat penderita
MERS juga jatuh sakit akibat virus itu.

Kesimpulan dicapai setelah para peneliti menemukan adanya kecocokan


genetik 100 persen pada virus yang menginfeksi kelelawar jenis tersebut dengan
manusia pertama yang terinfeksi. Spekulasi lain yang terdapat di kalangan para
peneliti menyebutkan bahwa selain Kelelawar, Unta juga diduga kuat berkaitan
dengan asal mula dan penyebaran virus Corona, dimana ditemukan antibodi
terhadap virus ini dalam tubuh hewan khas Timur Tengah itu.

Mekanisme penyebaran virus Corona dari hewan ke manusia masih diteliti


sampai saat ini, meskipun ada dugaan bahwa manusia pertama yang terinfeksi
mungkin pernah secara tidak sengaja menghirup debu kotoran kering Kelelawar
yang terinfeksi.

9
2.6 Prognosis Penyakit Mers

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang bersifat spesifik, pengobatan
hanya bersifat suportif tergantung kondisi keadaan pasien. WHO tidak
merekomendasikan pemberian steroid dosis tinggi. Belum ada vaksin tersedia
untuk MERS-CoV.

2.7 Penatalaksanaan Penyakit Mers

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang bersifat spesifik, pengobatan
hanya bersifat suportif tergantung kondisi keadaan pasien. WHO tidak
merekomendasikan pemberian steroid dosis tinggi. Belum ada vaksin tersedia
untuk MERS-CoV.

Perawatan medis hanya bersifat supportive untuk meringankan gejala. Tes


laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk MERS-Cov tersedia di
Kementerian Kesehatan dan beberapa laboratorium internasional, namun tes
tersebut bukan tes rutin.

Belum ada vaksin yang tersedia. Pengobatan anti viral yang bersifat
spesifik belum ada, dan pengobatan yang dilakukan tergantung dari kondisi
pasien. Pencegahan dengan menjalankan pol hidup yang sehat dengan melakukan
PHBS (pola hidup bersih dan sehat), dan juga menghindari kontak erat dengan
penderita, serta menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan dengan sering
mencuci tangan dengan sabun dan menerapkan etika batuk ketika sakit perlu
untuk diterapkan dengan baik pula.

2.8 Pencegahan Penyakit Mers

Penyakit ini dapat dicegah dengan selalu menjalankan pola hidup yang
bersih dan sehat, diantaranya yaitu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
higienis, beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, selalu mencuci tangan dengan

10
sabun menggunakan air mengalir, memakai masker atau menutup mulut dan
hidung saat mengalami flu dan usahakan untuk tidak berada di luar rumah untuk
sementara untuk mencegah penularan terhadap orang lain. Selain itu sering-
seringlah berkunjung ke dokter untuk melakukan cek kesehatan terutama jika
mengalami gejala penyakit seperti batuk, demam, dan kesulitan bernapas dalam
jangka waktu empat belas hari khususnya jika dalam waktu dekat akan
berkunjung ke tempat wabah MERS berada periksalah ke dokter setiap 6 minggu
sekali dan melakukan vaksinasi meningitis terlebih dahulu.

Pencegahan dengan PHBS, menghindari kontak erat dengan penderita,


menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan
dengan memakai sabun dan menerapkan etika batuk ketika sakit. Beberapa cara
pencegahan yaitu :

1. Pencegahan transmisi droplet


Gunakan masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter dari
pasien. Tempatkan pasien dalam kamar tunggal, atau berkelompok dengan
diagnosis penyebab penyakit yang sama. Jika diagnosis penyebab
penyakit tidak mungkin diketahui, kelompokkan pasien dengan diagnosis
klinis yang sama dan berbasis faktor risiko epidemiologi yang sama
dengan pemisahan minimal 1 meter. Batasi gerakan pasien dan pastikan
bahwa pasien memakai masker medis saat berada di luar kamar.
2. Pencegahan standar
Pada setiap pasien yang diketahui atau dicurigai memiliki infeksi
pernafasan akut, termasuk pasien dengan dicurigai, probable atau
terkonfirmasi MERS-CoV.
3. Dimulai dari triase
Pada pasien dengan gejala infeksi pernapasan akut yang disertai
demam.
4. Pengaturan ruangan dan pemisahan tempat tidur minimal 1 meter
antara setiap pasien yang tidak menggunakan APD.
5. Pastikan triase dan ruang tunggu berventilasi cukup.
6. Terapkan etika batuk.

11
7. pencegahan airborne
Digunakan untuk prosedur yang menimbulkan penularan aerosol
(intubasi trakea, pemasangan ventilasi non-invasif, tracheostomi dan
bantuan ventilasi dengan ambu bag sebelum intubasi). Pastikan bahwa
petugas kesehatan menggunakan APD (sarung tangan, baju lengan
panjang, pelindung mata, dan respirator partikulat (N95 atau yang setara))
ketika melakukan prosedur tindakan yang dapat menimbulkan aerosol.
Kontak dekat dengan pasien yang mengalami gejala pernapasan
(misalnya batuk atau bersin) pada saat memberikan pelayanan, gunakan
pelindung mata karena semprotan sekresi dapat mengenai mata.
8. Pencegahan jarum suntik atau cedera benda tajam,

9. Pengelolaan limbah yang aman; pembersihan dan disinfeksi


peralatan serta pembersihan lingkungan

World Travel Advice On Mers - C0V For Pilgrimages :

a. Tujuh Anjuran Persiapan Sebelum Berangkat


 Calon Jamaah Penyakit Kronik, Perlu Periksa dulu
 Anjuran Hidup Sehat
o CTPS
o Masker Dan Respirasi
o Jarak 1 (Satu ) Meter dengan Pasien
o Keamanan Pangan
o Kebersihan Perorangan
 Penyuluhan Melalui Travel, Bandara dan Pesawat
 Buku Pedoman Penanganan Pasien
 Labolatorium
 Bila ISPA Berat, Sembuhkan Dulu
 Kemampuan Petugas Kesehatan
b. Anjuran di arab saudi
 Gangguan saluran nafas, demam dan batuk (
cukup berat mengganggu aktifitras ) :
o Segera berobat

12
o Menutup mulut dan hidung ketika batuk
o Masker dikrumunan
 Jamaah jangan kontak langsung dengan unta, jangan kunjungi
peternakan unta, jangan minum susu unta mentah.
c. Anjuran Setelah Pulang
 Gangguan saluran nafas, demam dan batuk ( cukup berat mengganggu
aktifitras ) :
o Segera berobat
o Koordinasisi dengan dinas kesehatan terkait
o Menutup mulut dan hidung ketika batuk
o Membatasi kontak dengan orang lain
 Petugas Kesehatan perlu :
o Waspada dan tanggap
o Mengenal Klinis, termasuk artifical
o IHR

2.9 Diagnosa Keperawatan Penyakit Mers

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan


sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan O2 dalam
udara inspirasi.
3. Hipertermi berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, muntah,
hiperventilasi).
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder,
anoreksia
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
ketidaksembangan antara suplai dan kebutuhan O2
7. Resiko penularan infeksi berhubungan dengan proses penyak

13
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-CoV) adalah suatu


strain baru dari virus corona yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia
sebelumnya. Virus corona merupakan keluarga besar dari virus yang dapat
menimbulkan kesakitan maupun kematian pada manusia dan hewan. Virus corona
dapat menimbulkan kesakitan pada manusia dengan gejala ringan sampai berat
seperti selesma (common cold), Sindroma Saluran Pernapasan Akut yang berat
(SARS/ Severe Acute Respiratory Syndrome).

MERS-CoV adalah penyakit sindroma pernapasan yang disebabkan oleh


virus Corona yang menyerang saluran pernapasan mulai dari yg ringan s/d berat.
Gejalanya adalah demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya pasien
memiliki penyakit ko-morbid. Median usia 61 tahun (range 2-94 tahun), kasus
laki – laki : Perempuan = 1 : 1 , 47% kasus laki – laki dengan usia >40 tahun .
Masa inkubasi 2-14 hari.

1.2 Saran

Kepada para pembaca, semoga setelah melihat isi makalah ini, dapat
segera memperbaiki cara hidup yang mungkin selama ini kurang bersih. Pembaca
dapat mencegah berbagai penyakit yang terinfeksi dari cara hidup ataupun pola
hidup pembaca sendiri. Penyakit tropis ini sangat mudah terinfeksi, oleh sebab itu,
jagalah pola hidup sehat dan pola hidup bersih serta meningkatkan kebutuhan
nutrisi untuk tubuh. Penulis sangat menunggu saran dan perbaikan dari makalah
ini jikalau ada yang salah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine., Dinah Gould. 2003. Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat.

Jakarta : EGC

Corwin, 2000, Hand Book Of Pathofisiologi, EGC, Jakarta.

Doenges, M.E. Geisler, A.C. Moorhouse, M.F., 2000, Rencana Keperawatan

https://www.academia.edu/8074213/MAKALAH_PENYAKIT_MERS

https://www.academia.edu/9489493/Jurnal_Penyakit_Menular

Mandal, B.K., dkk. 2008. Penyakit Infeksi Edisi Enam. Jakarta : Erlangga

Nanda, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi,

Prima Medika, Jakarta.

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Buku Ajar :

Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara

Tambayong, Jan. 2000. Mikrobiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Widya

Medika

15

Anda mungkin juga menyukai