Anda di halaman 1dari 29

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DI KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MALANG


PEMBERANTASAN JENTIK NYAMUK DEMAM BERDARAH MELALUI 4M

Untuk memenuhi tugas matakuliah


Pemberdayaan Masyarakat
Yang dibimbing Ibu Fiashriel Lundy S.Kp., M.Kes.

KELOMPOK III
1. Mochamad Firmansyah A NIM. P17211175001
2. Romida Khurotin A’Yuni NIM. P17211175007
3. Ricky Alpianor NIM. P17211175009
4. Mawardin NIM. P17211175012
5. Made Agung Eko Buwono NIM. P17211175017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN ALIH JENJANG
2017

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin banyaknya penduduk Indonesia di Kota maupun di Pedesaan, sedikit

atau padatnya penduduk yang menempati daerahnya, mereka memiliki kehidupannya

masing – masing. Rumah, pemukiman, gedung yang berjajar di tepi sungai disitulah

banyak sekali berbagai penyakit jika mereka tidak menjaga lingkungannya, salah satu

dari penyakit itu adalah Demam berdarah ( Dengue Aegypti ).

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan cirri demam tinggi mendadak disertai

manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan (syock) dan kematian

(Ditjen PPM & PL). Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat yang semakin meluas penularanya. Penyakit ini sering

menimbulkan kekhawatiran masyarakat karena perjalanan penyakitnya cepat dan dapat

menyebabkan kematian dalam waktu singkat serta dapat menimbulkan kejadian wabah

(Depkes,1997).

Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di Indonesia pada

bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang penderita DBD dengan jumlah

kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada usia

5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%. Sedangkan Dinas

Kesehatan Kabupaten Malang mencatat sebanyak 1.114 kasus demam berdarah terjadi

sepanjang 2016 lalu. Dari 33 kecamatan di wilayah Kabupaten Malang, ada 10

kecamatan yang menjadi endemik DBD karena setiap tahun selalu ada kejadian (kasus)

di wilayah itu. Ke-10 kecamatan endemik DBD itu adalah Kecamatan Pakis,
Karangploso, Dau, Singosari, Kepanjen, Turen, Bululawang, Sumberpucung, dan

Pakisaji, serta Kalipare.

Selama Januari-Februari 2016, jumlah warga Kabupaten Malang yang terindikasi

SBS mencapai 517 orang dan 184 kasus diantaranya sudah positif DBD. Namun, dari

10 kecamatan endemik DBD tesrebut, Kecamatan Pakis yang paling rentan karena

jumlah penderitanya juga paling banyak, yakni 65 pasien dan satu pasien meninggal.

Kondisi fisik rumah adalah keadaan rumah secara fisik dimana orang

menggunakanya untuk tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan

manusia. Demam Berdarah Dengue dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang buruk.

Lingkungan yang buruk tersebut dapat berupa kondisi fisik perumahan yang tidak

mempunyai syarat seperti ventilasi, suhu, kelembaban, dan tempat penampungan air.

Ketika cuaca berubah dari musim kemarau ke musim hujan sebagian besar permukaan

dan barang bekas itu menjadi sarana penampung air hujan. Bila di antara tempat atau

barang bekas itu berisi telur hibernasi maka dalam waktu singkat akan menetas menjadi

larva Aedes aegypti yang dalam waktu (9-12 hari) menjadi nyamuk dewasa (Supartha,

2008). Jumlah penderita demam berdarah dengue akan terus bertambah selama musim

hujan masih berlangsung, karena banyak tempat diluar rumah yang berpotensi ada

genangan air dan menjadi tempat bertelur nyamuk.

Cara pencegahan tersebut juga dikenal dengan istilah PSN (Pemberantasan

Sarang Nyamuk). Upaya memotivasi masyarakat untuk melaksanakan 3M secara terus

menerus telah dan akan dilakukan Pemerintah melalui kerjasama lintas program dan

lintas sektoral termasuk tokoh masyarakat dan swasta. Namun demikian penyakit ini

masih terus endemis dan angka kesakitan cenderung meningkat di berbagai daerah.

Oleh karena itu peningkatnya peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan

penanggulangan penyakit DBD merupakan kunci keberhasilan upaya pemeberantasan


penyakit DBD. Untuk mendorong meningkatnya peran aktif masyarakat, maka upaya-

upaya advokasi dan berbagai penyuluhan dilaksanakan secara intensif dan

berkesinambungan melalui berbagai media massa dan sarana.

Salah satu strategi ampuh untuk pemberantasan wabah DBD yaitu pemberdayaan

masayarakat, maka dari itulah diperlukan adanya perencanaan bentuk kegiatan nyata

yang dilakukan oleh kelompok pemberdayaan masyarakat.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pemberdayaan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

pengetahuan dan pemahaman warga mengenai 4M serta memberdayakan warga agar

dapat mandiri dalam menerapkan 4M dan pembasmian jentik nyamuk di lingkungan

masyarakat.

1.4 Manfaat

Manfaat dari pemberdayaan ini adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan di

masyarakat, dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit DBD dan pemahaman

mengenai 4M, dapat mengurangi angka kejadian DBD.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Demam Berdarah

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti

(Suriadi & Yuliani, 2001).

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disertai dengan

adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat

menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419).

Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan

ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker, 2001).

2.2 Gejala dan Tanda-Tanda DBD

Gejala dan tanda tanda demam berdarah diantaranya yaitu:

1. Demam tinggi mendadak 2-7 hari.

2. Sakit kepala, pembengkakan sekitar mata

3. Tanda-tanda perdarahan misalnya bitnik merah, mimisan, muntah darah , gusi

berdarah, hematemesis, melena, hematuria

4. Tidak ada napsu makan, diare, konstipasi.

5. Nyeri otot, tulang dan sendi, abdomen dan uluhati.

6. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan nilai hematokrit dan

penurunan angka trombosit.

7. Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.


8. Gejala syok, yaitu tekanan darah turun, gelisah, nafas cepat, ujung tangan dan kaki

terasa dingin, bibir biru, capillary reffil time lebih dari dua detik, nadi cepat dan

lemah.

2.3 Klasifikasi Demam Berdarah

DBD diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi

menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986) :

a. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji trombosit openia dan

hemokonsentrasi. tourniquet.

b. Derajat II

Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.

c. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah

(hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).

d. Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue,

yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti albopictus, Aedes polynesiensis dan

beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang

kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit

manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur

berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat

ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk

beina dapat ditularkan kepada telurnya (transsovarian transmission), namun perannya dalam
penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh

nyamuk, nyamuk tersebut akan menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh

manusia, virus memerlukan masa tunas 4-6 hari (intrinsic incubation period) sebelum

menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila

nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas

sampai 5 hari setelah demam timbul. (Depkes RI, 2004).

Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala

prodormal yang tidak khas seperti: nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah.

Demam Dengue (DD) merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua

atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:

a. Nyeri kepala.

b. Nyeri retro-orbital.

c. Mialgia / artralgia.

d. Ruam kulit.

e. Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif)

f. Leukopenia. Dan pemeriksaan serologi dengue positif

Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan criteria WHO 1997 diagnosis DBD

ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi :

a. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.

b. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut :

 Uji bendung positif

 Petekie, ekimosis, atau purpura

 Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan dari

tempat lain.

 Hematemesis atau melena.


c. Trombositopenia (jumlah trombosit< 100.000 ul)

d. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut :

 Peningkatan hematokrit> 20%

 Penurunan hematokrit> 20%

 kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.


BAB III

PEMBAHASAN

A. Tahap Persiapan
1. Membentuk keanggotaan panitia dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.
2. Melakukan perijin dalam bentuk surat kepada kepala camat dengan tembusan
surat kepada lurah, Ketua RW, Ketua RT. Sekaligus menyampaikan maksud
dan tujuan atas kegiatan yang akan dilakukan.
3. Mengatur jadwal pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat dengan tujuan
mensosialisasikan kegiatan yang akan dilaksanakan sekaligus memberikan
pemahaman kepada tokoh-tokoh masyarakat, dengan harapan mendapatkan
dukungan penuh dari tokoh-tokoh masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat, dalam melakukan pengkajian kepada masyarakat terlebih dahulu
untuk menemukan permasalahan kesehatan yang ada dimasyarakat.
4. Melakukan pengkajian kepada masyarakat di kecamatan Pakis
Adapun hal-hal yang akan dikaji data geografis dari kecamatan Pakis, data
demografi dari kecamatan Pakis.
5. Sehingga dapat menentukan solusi yang tepat untuk permasalahan yang
ditemukan nantinya.

B. Pengkajian Data
Pengkajian data yang dilakukan petugas kepada masyarakat di Kecamatan Pakis. Yaitu
sehubungan dengan tingginya angka kejadian DBD dan masih adanya rumah warga dengan
jentik nyamuk, juga banyak rumah yang terdapat larva pada penampungan airnya. Faktor –
faktor itu di pengaruhi oleh sedikitnya warga yang menguras kamar mandi atau penampungan
air. Selain itu banyaknya rumah yang tertutup sehingga tidak adanya sinar matahari.
1. Riwayat
 Identitas wilayah
Pengkajian dilaksanakan di Kecamatan Pakis
 Kondisi pemukiman
Secara umum, kondisi pemukiman di Kecamatan Pakis cukup bersih.
 Sarana untuk menuju fasilitas umum meliputi kondisi jalan yang baik, dan
alattransportasi yang digunakan meliputi sepedamotor dan mobil.
 Data Kelurahan di kecamatan Pakis Kabupaten Malang meliputi
Penduduk Penduduk Jumlah
No. Nama Desa/Kelurahan
Laki-Laki Perempuan Penduduk
1. Pakisjajar 6394 6227 12621
2. Pakiskembar 4516 13439 17955
3. Sumberpasir 3288 3368 6656
4. Asrikaton 7703 7440 15143
5. Mangliawan 9749 9708 19457
6. Ampeldento 3021 2960 5981
7. Sekarpuro 5656 5928 11584
8. Sumberkadenan 3227 3177 6404
9. Kedungrejo 2457 2592 5049
10. Banjarejo 3700 2594 6294
11. Pucangsongo 1425 1399 2824
12. Sukoanyar 3435 3418 6853
13. Tirtomoyo 4547 5716 10263
14. Bunutwetan 5089 5079 10168
15. Saptorenggo 8588 8626 17214
Jumlah 72795 81671 154466

Sumber: http://pakis.malangkab.go.id/?page_id=46

 Pengkajian
Untuk pengkajian dilaksanakan dengan teknik survey mawas diri oleh pegawai
Puskesmas dan dilaksanakan pada tanggal Rabu-Jumat, 11-13 Agustus 2017
Pukul.08.00 WIB di setiap kelurahan pada Kecamatan Pakis.
 Proses Pengkajian
Pada tahap pengkajian di setiap kelurahan pada kecamatan pakis, dengan melakukan
survey mawas serta wawancara bersama Camat, Lurah, Ketua RW dan Ketua RT
mengenai data geografis dan demografis, serta melakukan pendekatan pada
lingkungan yang menjadi target. Sebelum melakukan pengkajian, dilakukan
penyusunan alat ukur untuk melakukan pengkajiandan didalam alat pengkajian
tersebut mampu mewakili seluruh data yang menjadi permasalahan di wilayah
kecamatan Pakis.

a. Data Demografis
 Usia

Object 3

`
Dari diagram 3.1 Diagram lingkaran usia di Kecamatan Pakis.
Berdasarkan gambar 3.1 diatas dapat diketahui bahwa hampir setengah 45% (69.510
Jiwa) dengan usia 21-59 tahun.

 Jenis kelamin

Object 5

Gambar 3.2 Diagram lingkaran jenis kelamin di wilayah Kecamatan Pakis (n =154.466
Jiwa)
Berdasarkan gambar 3.2 diatas dapat diketahui bahwa hampir setengah 53% (81.671 Jiwa)
dengan jenis kelamin perempuan.

 Status Perkawinan
Object 7

Gambar 3.3 Diagram lingkaran status perkawinan di wilayah Kecamatan Pakis (n


=154.466 Jiwa)
Berdasarkan gambar 3.3 diatas dapat diketahui bahwa hampir setengah 50% (77.233Jiwa)
sudah kawin.

 Agama

Object 9

Gambar 3.4 Diagram lingkaran agama di wilayah Kecamatan Pakis (n =154.466 Jiwa)
Berdasarkan gambar 3.4 diatas dapat diketahui bahwa hampir keseluruhan 96% (148.287
Jiwa) beragama islam.

 Suku

Object 11

Gambar 3.5 Diagram lingkaran suku di wilayah Kecamatan Pakis (n =154.466 Jiwa).
Dari diagram 3.5 diketahui 100%(154.466 Jiwa) dari suku Jawa

 Pekerjaan
Object 13

Gambar 3.6 Diagram lingkaran pekerjaan di kecamatan Pakis(n=154.466 Jiwa) Bulan


Agustus 2017
Gambar 3.8 diketahui sebagian besar tidak/belum bekerja sebanyak 28%

 Tingkat pendidikan

Object 15

Gambar 3.7 Diagram lingkaran tingkat pendidikan di Kecamatan Pakis Agustus 2017
Dari diagram 3.7 diketahui sebagian besar pendidikan terakhir SMA sebanyak 28%

b. Masalah Kesehatan Saat Ini


 Penyakit dan keluhan yang dirasakan
Object 17

Gambar 3.8 Diagram lingkaran keluhan saat ini pada dewasa pekerja di lingkungan RT
8/RW 10 Kelurahan Cemorokandang.
Dari diagram 3.8 ada 8% (10) orang mengeluh linu (n =119)

c. Perilaku Kesehatan Yang Berisiko


 Mandi

Object 20

Gambar 3.10 Diagram lingkaran mandi di lingkungan Kecamatan Pakis


Dari diagram 3.10 diketahui 100% (267) orang selalu mandi 2x sehari (n=267)

 Cara pengolahan sampah

Object 23

Gambar 3.11 Diagram lingkaran cara mengolah sampah di lingkungan Kecamatan Pakis

Berdasarkan gambar 3.11 didapatkan bahwa dari 54 rumah ada lebih dari setengah atau
53% yang diambil petugas.

d. Fasilitas Layanan Kesehatan yang Menunjang


 Sarana pelayanan kesehatan
Object 25

Gambar 3.12 Diagram lingkaran sarana pelayanan kesehatan di lingkungan Ngrebo


Kecamatan Pakis

Berdasarkan gambar 3.12 didapatkan sebagian besar 77% atau 198 warga memanfaatkan
pelayanan kesehatan kepuskesmas dari 267 warga.

 Kader
Di kecamatan pakis sudah memiliki kader Posyandu, tetapi masih belum memiliki
kader jumantik.

e. Kondisi Lingkungan atau Geografi


 Identifikasi larva nyamuk

Object 27

Gambar 3.13 Diagram lingkaran identifikasi jentik nyamuk di lingkungan Kecamatan Pakis

Berdasarkan gambar 3.13 didapatkan bahwa dari 54 rumah masih ada 56 % atau 30 rumah

terdapat larva nyamuk.

 Kebiasaan menguras bak mandi


Object 30

Gambar 3.14 Diagram lingkaran kebiasaan menguras bak mandi


dilingkungan Kecamatan Pakis

Berdasarkan gambar 3.14 didapatkan bahwa dari 54 rumah sebesar 64% atau 36 rumah
menguras bak mandi 2 kali seminggu.
 Tipe bangunan

Object 32

Gambar 3.15 Diagram lingkaran tipe bangunan rumah dilingkungan


Kecamatan Pakis

Berdasarkan gambar 3.15 didapatkan bahwa dari 79 KK, semuanya atau 100% memiliki
tipe bangunan permanen.
 Ventilasi

Object 34

Gambar 3.16 Diagram lingkaran ventilasi rumah di lingkungan Kecamatan Pakis.


Berdasarkan gambar 3.16 didapatkan bahwa dari 56 rumah masih hampir dari setengah
sebesar 36% atau 25 rumah memiliki ventilasi rumah < 10% luas lantai

 Pencahayaan

Object 36

Gambar 3.17 Diagram lingkaran pencahayaan rumah di lingkungan Kecamatan Pakis

Berdasarkan gambar 3.17 didapatkan bahwa dari 54 rumah masih ada 48% atau 28 rumah
memiliki pencahayaan kurang baik.

 Kebiasaan membuka jendela


Object 38

Gambar 3.18 Diagram lingkaran kebiasaan membuka jendela di lingkungan Kecamatan


Pakis

Berdasarkan gambar 3.18 didapatkan bahwa dari 56 rumah masih ada 16 % atau 12
rumah tidak biasa membuka jendela

 Penampung air untuk masak

Object 40

Gambar 3.19 Diagram lingkaran penampung air untuk masak


di lingkungan Ngrebo Kecamatan Pakis
Berdasarkan gambar 3.19 didapatkan bahwa sebesar 73% atau 41 rumah dari 56 tidak
memiliki penampungan air untuk masak

 Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)


Object 42

Gambar 3.20 Diagram lingkaran sarana pembuangan air limbah tiap rumah di Kecamatan
Pakis
Berdasarkan gambar 3.20 didapatkan bahwa masih ada 36% atau 20 rumah membuang air
limbah di selokan

 Genangan Air di Lingkungan Rumah

Object 44

Gambar 3.21 Diagram lingkaran sarana genangan air di lingkungan tiap rumah di
Kecamatan Pakis
Berdasarkan gambar 3.21 didapatkan bahwa 64% atau 36 rumah masih memiliki
genangan air di lingkungan rumahnya

 Rumput Sekitar Rumah


Object 46

Gambar 3.22 Diagram lingkaran rumput sekitar rumah tiap rumah di Kecamatan Pakis
Berdasarkan gambar 3.22 didapatkan bahwa 57% atau 32 rumah memiliki rumput yang
rindang di lingkungan rumahnya

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat di identifikasi masalah yang dihadapi peneliti

sebagai berikut :

 Belum terbentuknya Jumantik di setiap Kelurahan pada kecamatan Pakis dan warga

belum mengetahui cara pemberantasan jentik nyamuk.

 Didapatkan bahwa dari 56 rumah masih ada 56 % atau 30 rumah terdapat larva nyamuk.

 Didapatkan bahwa dari 56 rumah masih ada 48% atau 28 rumah memiliki pencahayaan

kurang baik

 Didapatkan bahwa dari 56 rumah masih ada 16 % atau 12 rumah tidak biasa membuka

jendela

 Didapatkan bahwa masih ada 36% atau 20 rumah membuang air limbah di selokan.

 Di dapatkan data sekita 64% rumah warga yang masih memiliki genangan air.

 Terdapat data sekitar 57% rumah warga atau 32 rumah memiliki rumput yang rindang di

lingkungan rumah.

D. Penentuan Prioritas Masalah

Pada Kecamatan Pakis kami mengambil masalah Demam Berdarah Dangue (DBD).

Karena hasil observasi kami mendapatkan data baik dari masyarakat maupun instansi
kesehatan bahwa kurangnya pengetahuan dan pemahaman warga mengenai penerapan 4M

dan pemberantasan jentik nyamukdan hasil data dariObservasi serta wanawancara dengan

para tokoh masyarakat yang kami dapatkan bahwa di setiap keluirahan pada kecamatan pakis

tersebut mengalami kasus penyakit Demam Bedarah Dangue (DBD) yang meningkat.

E. Perencanaan (POA)

No. Masalah Kegiatan Sasaran Dana Waktu Penanggung


Kegiatan dan jawab
Tempat
1. Penyakit  Pendataan Seluruh Jumat,13 A. Firman
Demam Rumah Sehat Kelurahan Agustus B. Romida
Berdarah  Memberikan pada 2017 C. Ricky
pretest, Kecamatan Pulul.08.0 D. Mawardin
melakukan Pakis. 0 WIB E. Made
penyuluhan
kesehatan Anggota
tentang Kader
penyebab, Jumantik Sabtu,14
siklus hidup Yang telah di Agustus
nyamuk dan pilih. 2017
upaya Pukul.08.0
pemutusan 0 WIB
siklus hidup
nyamuk.
 Membagikan Minggu,1
ABATE dan 5 Agustus
mempraktekkan Pukul.08.0
4M 0 WIB
 Melaksanakan
Musyawarah
serta diskusi
tentang
penanggulanga Sabtu,21
n penyakit Agustus
DBD 2017
 Canangkan Pukul.08.0
“Gerak-an 0 WIB
Jum’at Bersih
Sehat.
 Pantau/ survey
jentik berkala.
 Evaluasi
Berkala
 Pembentukan
dan pelatihan
kader
JUMANTIK
 Penglibatan
organisasi-
organisasi yang
telah ada
dimasyarakat
dalam
pemberantasan
jentik nyamuk
 Pengecekan dan
pemberian
postest
 Pengesahan
kader jumantik
oleh pak lurah

F. Strategi Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

Dalam hal ini strategi yang digunakan adalah:

1. Peningkatan kesadaran masyarakat, melalui penggerakan masyarakat/

mengikutsertakan masyarakat atau terlibat aktif dalam kegiatan yang telah tercantum

di perencanaan diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku hidup

sehat dan bersih dapat meningkat sehingga dapat mengurangi angka kejadian demam

berdarah di Kecamatan Pakis.Selain mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam

kegiatan PHBS (4M, Kerja Bakti, pembagian “ABATE”, dll) juga akan diadakan

kegiatan metode diskusi ceramah dengan harapan bagi masyarakat yang tidak bisa

mengikuti kegiatan praktik PHBS dapat mengerti tentang kegiatan yang dilakukan

(sesuai dengan prinsip preventif, Promotif, Rehabilitatif), dan juga berprinsip Kuratif
bagi masyarakat yang telah terkena DBD dapat mengetahui gejala sejak dini sehingga

segera mendapat pertolongan dini dari Fasilitas kesehatan.

2. Pengembangan/ pengorganisasian, dalam hal ini akan dibentuk organisasi

“JUMANTIK” dimana organisasi ini berperan penting dalam pemberantasan jentik-

jentik nyamuk aedes aegypti. Serta organisasi yang sudah ada di masyarakat seperti

PKK, Kader, Remas dan lain-lain diikutfungsikan dalam kegiatan yang telah

direncanakan dengan harapan organisasi tersebut dapat membimbing masyarakat

dalam peningkatan kesehatan secara mandiri.

3. Peningkatan Upaya Advokasi yang mendukung masyarakat dalam memperjuangkan

kepentingannya, dalam hal ini yang perlu diperjuangkan dari kepentingan masyarakat

adalah dari segi kesehatan yang dimaksud mendapatkan fasilitas fogging/pengasapan

untuk membunuh nyamuk penyebab jentik, serta mendapatkan jatah pembagian obat

ABATE yang dapat membunuh jentik-jentik nyamuk, serta masyarakat mendapat

Pelatihan 4M (Mengubur, Menguras, Menutup, Membakar), sekaligus sosialisasi

berhubungan dengan tindakan pertama bila ada keluarga yang terkena DBD, serta

sosialisasi langsung tentang kebersihan lingkungan dan sosialisasi tentang tanaman-

tanaman yang tidak disukai oleh nyamuk dengan pihak terkait.

4. Peningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya berbasis kearifan lokal baik dana,

tenaga serta budaya. Dari kearifan lokal yang ada pada kecamatan pakis seperti

dilakukannya rapat setiap tiga bulan sekali oleh perangkat desa dapat ditambah fungsi

untuk mengevaluasi hasil kegiatan yang telah dilaksanakan setiap bulannya sehingga

dengan harapan akan menemukan solusi dan mengetahui ada permasalahan baru yang

muncul dimasyarakat, selanjutnya adalah uang iuran warga dapat digunakan

sedikitnya untuk melakukan pembangunan wilayah diharap menjadi kecamatan yang


bersih, asri dan mengurangi angka kejadian DBD, Sarasehan setiap 6 bulan sekali

yang dapat ditambah fungsinya untuk meperundingkan pembangunan wilayah.

5. Penggalangan Kemitraan dan Partisipasi lintas sektor terkait, swasta dunia usaha dan

pemangku kepentingan dalampengembangan dan pembinaan pemberdayaan

masyarakat. dalam hal ini akan dibahas secara terperinci dihalaman berikut

PENGGALANGAN KEMITRAAN DAN

PARTISIPASI LINTAS SEKTOR TERKAIT.

Definisi Kemitraan
Kemitraan sebagaimana dimaksud UU No. 9 Tahun 1995, adalah kerjasama antara
usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan prinsif saling memerlukan,
saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Kemitraan didefinisikan sebagai hubungan sukarela dan bersifat kerjasama antara
beberapa pihak, baik pemerintah maupun swasta, yang semua orang didalamnya setuju untuk
kerjasama dalam meraih tujuan bersama dan menuanikan kewajiban serta menanggung
resiko, tanggug jawab, sumber daya, kemampuan dan keuntungan secara bersama.

Kegiatan Kemitraan di Kecamatan Pakis


Dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat “Lebih Dekat dengan DBD dan Menuju
Sehat Bersama 4M serta Pembasmian Jentik Nyamuk” yang dimaksud adalah kegiatan
tersebut berfokus pada pengurangan angka kejadian DBD di wilayah kecamatan Pakis
dengan cara meningkatkan kesadaran Masyarakat akan pentingnya hidup bersih dan sehat
hinga mengurangi jentik-jentik nyamuk diwilayah tersebut, menambah pemahaman tentang
penyakit DBD dengan harapan tidak ada lagi korban jiwa penyakit DBD karena penanganan
yang terlambat, serta melatih masyarakat tentang 4M (Menguras, Menutup, Mengubur,
Membakar), serta perbaikan lingkungan diharapkan lingkungan yang kumuh menjadi bersih,
lingkungan yang terdapat banyak jentik menjadi tanpa jentik, sekaligus melatih dan memberi
sosialisasi khususnya pada Kader-kader Jumantik atau organisasi yang ada dimasyarakay dan
terlibat langsung dalam Pemberdayaan Masyarakat.
Prinsip Kemitraan pada Masyarakat Kecamatan Pakis
1. Saling pengertian
2. Kesepakatan bersama
3. Tindakan bersama

Tujuan Kemitraan Kecamatan Pakis


Tujuan dari kemitraan ini adalah:

1. Untuk mencapai Indonesia sehat yang dimulai dari Kecamatan Pakis dengan

mengurangi angka kejadian penyakit DBD

2. Untuk meningkatkan pengetahui dan pemahaman warga mengenai penyakit DBD.

3. Untuk membuat Masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan

kesehatan (pembasmian jentik nyamuk dilingkungan masyarakat).

4. Untuk membuat masyarakat mandiri 4M (Menguran, Menutup, Mengubur,

Membakar).

Manfaat/Keuntungan Kemitraan di Masyarakat Kecamatan Pakis


Manfaat dari Kemitraan ini adalah
1. Sebagai advokasi masyarakat
2. Dapat memfasilitasi dan meningkatkan potensi yang dimiliki masyarakat
3. Faktor pendorong dan pendukung masyarakat untuk dapat mandiri dalam
menerapkan 4M dan pembasmian jentik nyamuk di lingkungan masyarakat
4. Meningkatkan kesejahteraan kesehatan masyarakat.
5. Menciptakan lingkungan yang bersih dan asri.
Manfaat/Kentungan Kemitraan pihat terkait
1. Berpartisipasi dalam Visi dan Misi pemerintah dalam mewujudkan Indonesia
sehat 2025
Kerugian yang mungkin terjadi
1. Membutuhkan waktu tidak singkat dalam mewujudkan tujuan diatas.
2. Melibatkan banyak tenaga untuk pembangunan pemberdayaan Masyarakat kec.
Pakis dalam mewujudkan tujuan diatas
Rencana Kemitraan
1. DKLH :
- Membina masyarakat dalam penghijauan dan reboisasi
2. Dinas kesehatan:
- Pembinaan masyarakat dalam pelatihan dan sosialisasi 4M (Menguras, Menutup,
Mengubur, Membakar) dan penanggulangan DBD
- Pembagian dan penyediaan ABATE
- Penyediaan dan Pengadaan Fogging
3. Dinas Kebersihan dan Pertamanan
- Penyediaan truk sampah
- Membina Pengelolaan Kebersihan dan program penanaman tumbuhan anti
nyamuk.
- Mengendalikan kebersihan dan pertamanan pada kecamatan pakis
4. Dinas Sosial
- Membimbing teknis enterpreunership pada masyarakat.
5. Dinas Perikanan
- Memberikan penyuluhan pemberantasan jentik nyamuk dengan menggunakan
ikan nila merah (Oreachromis niloticus)
MOU/Surat Kerjasama *Terlampir
G. Rencana Evaluasi

Hasil pengkajian (data Hasil pengkajian Faktor


Implementasi yang sudah
No Masalah fokus) sebelum (data fokus) setelah
dilakukan Penghambat Pendukung
implementasi implementasi

1.  Banyak rumah  Memberikan Penyuluhan  Menurunnya angka 1. Banyak rumah 1. Mendapat bantuan
Resiko memiliki pencahayaan kesehatan tentang rumah memiliki yang tertutup dari kader wilayah
penyebaran kurang penyebab, siklus hidup pencahayaan kurang karena
penyakit  Banyak rumah Nyamuk dan upaya  Menurunnya angka penghuninya
terdapat larva nyamuk pemutusan siklus hidup rumah yang terdapat keluar rumah
demam
 Sangat sedikit warga nyamuk. larva nyamuk saat survey
berdarah jentik
yang menguras kamar  Memantau/ survey jentik  Meningkatnya angka
(DHF) berkala dengan kader
mandi sebanyak 2x rumah yang
sehubungan seminggu  Memberikan Penyuluhan menguras kamar
dengan masih tentang 4M dan canangkan mandi.
adanya rumah gerakan 4M dan
yang ada jentik pembagian abate
nyamuk Mendapat bantuan
Masih terbentuk kader Pelaihan kader jumantik, dari Pendataan kesetiap Perjaringan oleh
Belum dan support dari
2. posyandu ,belum adanya petugas kesehatan rumah warga, kegiatan petugas jumantik
terbentuknya terhalang karena kader posyandu dan
Kader Jumantik meliputi pembagian
kader Jumantik obat abate, pemeriksaan jika pada pagi hari kader kesehatan
jentik nyamuk. banyak warga yang lainnya, serta tokoh
tidak berada di agama dan tokoh
Menurunya angka rumah karena masyarakat.
rumah warga yang bekerja.
terdapat jenitk nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.depkes.go.id/article/print/16030700001/wilayah-klb-dbd-ada-di-11-provinsi.html
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/03/06/o3ktgk365-empat-warga-
malang-meninggal-akibat-dbd

Anda mungkin juga menyukai