Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PANCASILA

“ HAM DAN RULE OF LAW ”

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Perioperatif 3


yang dibina oleh Ibu Rossyana

Kelompok 2

Mochamad Imron Rosadi P17211175008


Selvi Indra Putri Kurniawati P17211175014
Vivid Ika Fitrianingrum P17211175019

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
DIV KEPERAWATAN ALIH JENJANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena


atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah “HAM dan Rule of
Law” dengan tepat waktu.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terikamakasih
kepada :
1. Budi Susatia, S.Kp,M.Kes., selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Malang.
2. Imam Subekti, S.Kp., M.Kep,Sp.Kom., selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
3. Rudi Hamarno, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi D4
Keperawatan Malang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Malang.
4. Rossyana selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini.
Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam
penyelesaian makalah ini .
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Oktober 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak Asasi Manusia atau HAM adalah hak-hak yang sudah dipunyai oleh
seseorang sejak ia masih dalam kandungan. Hak asasi manusia dapat berlaku
secara universal. Dasar-dasar HAM yang tertuang dalam deklarasi kemerdekaan
Amerika Serikat atau Declaration of Independence of USA serta yang tercantum
dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti yang terdapat pada pasal 27 ayat 1,
pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 31 ayat 1, serta pasal 30 ayat 1.
Dalam teori perjanjian bernegara, terdapat Pactum Unionis serta Pactum
Subjectionis. Pactum unionis merupakan suatu perjanjian antarindividu guna
membentuk negara, sedangkan pactum subjectionis merupakan suatu perjanjian
antara individu serta negara yang dibentuk. Thomas Hobbes mengakui Pactum
Subjectionis dan tidak mengakui Pactum Unionis. John Lock mengakui keduanya
yaitu Pactum Unionis dan Pactum Subjectionis, sedangkan JJ Roessaeu hanya
mengakui Pactum Unionis. Ketiga paham ini berpendapat demikian. Namun pada
dasarnya teori perjanjian tersebut mengamanahkan adanya suatu perlindungan
Hak Asasi Warga Negara yang wajib dijamin oleh penguasa dan bentuk jaminan
tersebut haruslah tertuang dalam konstitusi.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, HAM merupakan hak fundamental yang
tidak dapat dicabut karena ia adalah seorang manusia. HAM yang dirujuk
sekarang merupakan seperangkat hak yang dikembangkan PBB sejak awal
berakhirnya perang dunia II. Sebagai konsekuensinya, negara-negara tidak dapat
berkelit untuk tidak melindungi hak asasi manusia yang bukan warga negaranya.
Selama masih menyangkut persoalan HAM pada masing-masing negara, tanpa
kecuali, pada tataran tertentu mempunyai tanggung jawab, khususnya terkait
pemenuhan hak asasi manusia pribadi-pribadi yang terdapat pada jurisdiksinya,
termasuk orang asing. Oleh karena itu, pada tataran tertentu, akan menjadi sangat
salah untuk menyamakan antara hak asasi manusia dengan hak-hak lainnya yang
dimiliki oleh warga negara. Hak asasi manusia sudah dimiliki oleh siapa saja.
Alasan di atas pula yang dapat menyebabkan hak asasi manusia merupakan
bagian integral dari tiap kajian dalam disiplin ilmu hukum internasional. Oleh
karena itu bukan sesuatu yang kontroversial lagi apabila suatu komunitas
internasional mempunyai kepedulian yang serius dan bersifat nyata terhadap
berbagai isu tentang hak asasi manusida tingkat domestik.
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hukum, mulai dari
norma, nilai, tata krama, hingga hukum perundang-undangan dalam peradilan.
Sayangnya hukum di Negara Indonesia masih kurang dalam proses
penegakkannya, terutama penegakkan hukum di kalangan pejabat-pejabat
dibandingkan dengan penegakkan hukum dikalangan menengah ke bawah. Hal ini
terjadi karena di Negara kita, hukum dapat dibeli dengan uang. Siapa yang
memiliki kekuasaan, dia yang memenangkan peradilan. Dengan melihat
kenyataan seperti itu, pembenahan peradilan di Negara kita dapat dimulai dari diri
sendiri dengan mempelajari norma atau hukum sekaligus memahami dan
menegakkannya sesuai dengan keadilan yang benar. Dalam bahasan ini dibahas
supaya keadilan dapat ditegakkan, maka akan terkait semua aspek yang ada
didalamnya yang mempengaruhi dan menjadi penentu apakah keadilan dapat
ditegakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia?
2. Bagaimana perkembangan Hak Asasi Manusia?
3. Apa ciri-ciri Hak Asasi Manusia?
4. Apa macam-macam Hak Asasi Manusia?
5. Apa yang dimaksud dengan Rule of Law?
6. Bagaimana prinsip dasar Rule of Law?
7. Bagaimana hubungan Rule of Law dengan Negara?
8. Bagaimana hubungan Rule of Law dengan Hak Asasi Manusia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Hak Asasi Manusia
2. Mengetahui perkembangan Hak Asasi Manusia
3. Mengetahui ciri-ciri Hak Asasi Manusia
4. Mengetahui macam-macam Hak Asasi Manusia
5. Mengetahui definisi dari Rule of Law
6. Mengetahui prinsip-prinsip Rule of Law
7. Mengetahui hubungan Rule of Law dengan Negara
8. Mengetahui hubungan Rule of Law dengan Hak Asasi Manusia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hak Asasi Manusia


Secara harfiah hak asasi manusia (HAM) dapat dimaknakan sebagai hak-hak
yang dimiliki seseorang karena keberadaannya sebagai manusia. Hak-hak ini
bersumber dari pemikiran moral manusia dan diperlukan untuk menjaga harkat
dan martabat suatu individu sebagai seorang manusia. Dengan kata lain, HAM
secara umum dapat diartikan sebagai hak-hak yang melekat pada diri segenap
manusia sehingga mereka diakui keberadaannya tanpa membedakan seks, ras,
warna kulit, bahasa, agama, politik, kewarganegaraan, kekayaan, dan kelahiran.
Pengertian Hak Asasi Manusia menurut para ahli antara lain
1. UU No. 39 Tahun 1999
Menurut UU No. 39 tahun 1999 HAM ialah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat setiap keberadaan manusia yang merupakan makhluk Tuhan
Yang Maha Esa. Hak merupakan anugerah-Nya yang haruslah untuk
dihormati, dijunjung tinggi, serta dilindungi oleh Negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang untuk kehormatan serta perlindungan harkat
martabat manusia.
2. John Locke
HAM merupakan suatu hak yang diberikan langsung oleh Tuhan yang
bersifat kodrati. Artinya adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia
menurut kodratnya dan tidak dapat dipisahkan hakikatnya, sehingga
sifatnya adalah suci.
3. David Beetham dan Kevin Boyle
Hak asasi manusia dan kebebasan fundamental adalah hak-hak individual
dan berasal dari berbagai kebutuhan serta kapasitas-kapasitas manusia.
4. Haar Tilar
HAM adalah hak yang melekat pada diri tiap insan, apabila tiap insan
tidak memiliki hak-hak itu maka setiap insan tersebut tidak bisa hidup
seperti manusia. Hak tersebut didapatkan pada saat sejak lahir ke dunia.
5. Komnas HAM
HAM adalah Hak asasi manusia yang mencakup dari berbagai bidang
kehidupan manusia, baik itu sipil, politik, sosial dan kebudayaan, ataupun
ekonomi. Bidang-bidang tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dan
yang lainnya. Hak-hak asasi politik dan sipil tidak mempunyai makna
apabila rakyat masih harus saja bergelut dengan kemiskinan serta
penderitaan. Tetapi, pada lain pihak, persoalan kemiskinan, keamanan, dan
alasan yang lainnya tidak dapat digunakan untuk melakukan pelanggaran
hak asasi manusia serta kebebasan politik dan sosial masyarakat. HAM
tidak mendukung adanya individualisme, melainkan membendungnya
dengan cara melindunginya individu, kelompok, ataupun golongan , di
tengah-tengah kekerasan kehidupan yang modern. Hak asasi manusia
merupakan tanda solidaritas yang bersifat nyata dari suatu bangsa dengan
warganya yang lemah.
2.2 Perkembangan Hak Asasi Manusia
Perkembangan HAM dibagi dalam 4 generasi, yaitu :
1. Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat
pada bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama
pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang
dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru
merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
2. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis
melainkan juga hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi
pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan pengertian konsep
dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis
kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan
hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
3. Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi
ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya,
politik dan hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak
melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran
HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi
penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi
menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga
menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang
dilanggar.
4. Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant
dalam proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi
dan menimbulkan dampak negative seperti diabaikannya aspek
kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang dijalankan
tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan
memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat
dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983
melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of the
basic Duties of Asia People and Government

Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari:


a. Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di
kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain
memuat pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute
(raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat dengan
hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat
diminta pertanggung jawabannya dimuka hukum(Mansyur Effendi,1994).
b. The American declaration
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The
American Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau
dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka
sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia
harus dibelenggu.
c. The French declaration
Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (Deklarasi
Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana
dimuat dalam The Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada
penangkapan tanpa alasan yang sah. Dalam kaitan itu berlaku prinsip
presumption of innocent, artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian
ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah, sampai ada
keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia
bersalah.
d. The four freedom
Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak
kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama
yang diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian
setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan
sejahtera bagi penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi
usaha, pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada
dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap Negara lain
( Mansyur Effendi,1994).
Perkembangan pemikiran Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia, periode
sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indiche Partij adalah
mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama hak
kemerdekaan. Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah
berlaku tiga Undang-Undang Dasar dalam empat periode, yaitu:
a. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945,
b. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi
Republik Indonesia Serikat,
c. Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950,
d. Periode 1959 sampai sekarang, berlaku kembali UUD 19445.
Komnas HAM dibentuk sebagai lembaga mandiri yang memiliki kedudukan
setingkat dengan lembaga negara lainnya dan berfungsi melaksanakan
pembangunan nasional. Secara teoritis Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah
merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui
aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum.
Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu dan
pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), Namun pada
kenyataannya, Negara Indonesia yang telah mengatur tentang Hak Asasi Manusia
seolah-olah tak ada bekasnya, mengingat saat ini gejolak atau perselisihan yang
terjadi antara aparatur Negara, yaitu pemerintah sipil (KPK) dengan militer
Negara (Polri). Tentu permasalahan ini menjadi bukti konkrit bahwa banyaknya
pelanggaran Hak Asasi Manusia, karena tentu masalah-masalah tersebut terjadi
karena tidak saling menghormati hak, dan menyalah gunakan hak yang dimiliki.
Selain itu, permasalahan HAM yang terjadi saat ini adalah kasus kekerasan
terhadap anak. Menurut John Locke Hak Asasi Manusia adalah hak yang dibawa
sejak lahir yang secara kodrati melekat pada setiap manusia dan tidak dapat
diganggu gugat (bersifat mutlak). "Prof. Darji Darmodiharjo, S.
H. "Mengatakan : hak – hak asasi manusia adalah dasar atau hak – hak pokok
yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugrah tuhan yang maha esa. Hak – hak
asasi itu menjadi dasar dari hak dan kewajiban – kewajiban yang lain. "Miriam
Budiardjo" Berpendapat bahwa hak asasi manusia adalah hak yang dimiliki
manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahirannya di
dalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa
perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin dan karena itu bersifat
universal. Dari banyaknya definisi tentang HAM. Intinya adalah HAM merupakan
hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental
sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi.
Namun arti HAM yang sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dimaknai oleh
masyarakat Indonesia. Banyak sekali permasalahan saat ini yang mementingkan
hak diri sendiri dan tidak mementingkan orang lain bahkan banyak kasus
masyarakat yang menuntut hak berlebihan dengan berdalih menuntut HAM, yang
seharusnya HAM adalah hak pokok atau hak dasar bukan hak segala-galanya.
Realita lain permasalahn HAM dinegara Indonesia saat ini yang masih sangat
sering terjadi adalah seperti: Penindasan dan merampas hak orang-orang dan
oposisi dengan sewenang-wenang. Hukum, aturan dan undang-undang
diperlakukan tidak adil dan tidak manusiawi.Manipulatif dan membuat aturan
pemilu sesuai dengan keinginan penguasa partai dan tirani / otoriter tanpa diikuti /
tidak dihadiri oposisi. Aparat penegak hukum dan keamanan melakukan
kekerasan / anarkis terhadap rakyat dan oposisi di mana saja. Padahal HAM telah
diatur dalam peraturan dan hukum yang berlaku di Indonesia, seperti sanksi
pelanggaran HAM dan peradilan HAM. Banyaknya kasus pelanggaran HAM
yang terjadi di Indonesia juga bukan semata-mata terjadi karena kesalahan
pemerintah yang masih belum mampu melakukan penegakan HAM di negara kita
ini. Namun dalam kenyataannya, kasus pelanggaran HAM terjadi karena ada
beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan pelanggaran HAM,
diantaranya :
1. Ketidaktahuannya tentang masalah penghormatan HAM orang lain,
2. Adanya pandangan HAM bersifat individulistik yang akan mengancam
kepentingan umum (dikhotomi antara individualisme dan kolektivisme),
3. Kurang berfungsinya lembaga – lembaga penegak hukum (polisi, jaksa
dan pengadilan),
4. Pemahaman belum merata tentang HAM baik dikalangan sipil maupun
militer,
5. Kekuasan yang tidak seimbang,Masayarakat warga yang belum
berdaya,Good Governence masih bersifat retorika, Corporete Governence
masih bersifat retorika,
6. Masih kuatnya budaya korup,Terjadinya praktek–praktek penyalahgunaan
kekuasaan.
7. Kurangnya keberanian masyarakat untuk melaporkan kasus-kasus
pelanggaran HAM
8. Tidak ditanganinya kasus pelanggaran HAM dengan serius, karena itulah
banyak masyarakat yang merasa tidak percaya dengan para penegak
hukum.
Oleh karena banyaknya pelanggaran HAM atau undang-undang pemerintah
yang masih banyak di langgar, maka dari itu dapat dievaluasi bagaimana untuk
mengatasi pelanggaran HAM yang terjadi. Maka dari itu diperlukan sikaf
pemerintah yang tegas, yaitu lebih menegakkan lagi hukum tentang pelanggaran
HAM. Selain itu diperlukannya kesadaran masyarakat tentang HAM, dengan
begitu hak asasi manusia dapat dijunjung tinggi dan bukan hanya sekedar tulisan
dalam sebuah peraturan. Oleh sebab itu perlu ada kebijakan tegas yang mampu
menjamin dihormatinya HAM di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut: Meningkatkan profesionalisme lembaga
keamanan dan pertahanannegara, Menegakkan hukum secara adil, konsekuen, dan
tidak diskriminatif, Meningkatkan kerja sama yang harmonis antar kelompok atau
golongandalamasyarakat agar mampu saling memahami dan menghormati
keyakinan dan pendapat masing-masing, Memperkuat dan melakukan konsolidasi
demokrasi. Dengan begitu, HAM dapat dijunjung tinggi dan masyarakat
Indonesia dapat menghargai hak antar sesama dan tidak menyalahgunakan atau
salah mengartikan HAM yang dimiliki, memberanikan diri melaporkan tindakan
pelanggaran HAM pada pihak yang berwajib.
2.3 Ciri Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia atau HAM mempunya beberapa ciri-ciri khusus jika
dibandingkan dengan hak-hak yang lainnya. Berikut ciri khusus hak asasi
manusia.
1. Tidak dapat dicabut, HAM tidak dapat dihilangkan atau diserahkan.
2. Tidak dapat dibagi, semua orang berhak untuk mendapatkan semua hak,
baik itu hak sipil, politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya.
3. Hakiki, HAM merupakan hak asasi semua manusia yang sudah pada saat
manusia itu lahir.
4. Universal, HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status, suku,
jenis kelamin, atau perbedaan yang lainnya. Persamaan merupakan salah
satu dari berbagai ide hak asasi manusia yang mendasar.
2.4 Macam-macam Hak Asasi Manusia
Ada bermacam-macam hak asasi manusia dan secara garis besar, hak asasi
manusia dapat digolongkan menjadi 6 macam. Berikut macam-macam HAM.
1. Hak Asasi Pribadi
Hak asasi pribadi ialah hak yang masih berhubungan dengan kehidupan
pribadi manusia. Contoh dari hak asasi pribadi sebagai berikut :
o Hak kebebasan untuk dapat bergerak, bepergian, serta berpindah-
pindah tempat.
o Hak kebebasan dalam mengeluarkan atau menyatakan suatu
pendapat.
o Hak kebebasan dalam memilih dan juga aktif berorganisasi.
o Hak kebebasan dalam memilih, memeluk, dan menjalankan agama
yang diyakini oleh tiap-tiap manusia.
2. Hak Asasi Politik
Hak asasi politik ialah hak yang berhubungan dengan kehidupan politik.
Contoh dari hak asasi politik sebagai berikut :
o Hak dalam memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan umum.
o Hak ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintahan.
o Hak guna dalam membuat dan mendirikan partai politik serta
mendirikan organisasi politik lainnya.
o Hak untuk membuat serta mengajukan usulan petisi.
3. Hak Asasi Hukum
Hak asasi hukum ialah kesamaan kedudukan dalam hukum dan juga
pemerintahan, yaitu hak yang berhubungan dengan berbagai kehidupan
hukum dan juga pemerintahan. Contoh dari hak asasi hukum sebagai
berikut :
o Hak guna mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum serta
pemerintahan.
o Hak menjadi pegawai negeri sipil atau PNS.
o Hak untuk mendapat layanan dan perlindungan hukum.
4. Hak Asasi Ekonomi
Hak asasi ekonomi ialah hak yang berhubungan dengan berbagai kegiatan
perekonomian. Contoh dari hak asasi ekonomi sebagai berikut :
o Hak kebebasan dalam melakukan berbagai kegiatan jual beli.
o Hak kebebasan dalam mengadakan perjanjian kontrak.
o Hak kebebasan dalam menyelenggarakan kegiatan sewa-menyewa
atau utang piutang.
o Hak kebebasan untuk mempunyai sesuatu.
o Hak memiliki serta mendapatkan pekerjaan yang layak.
5. Hak Asasi Peradilan
Hak asasi peradilan ialah hak untuk diperlakukan sama terhadap tata cara
pengadilan. Contoh dari hak asasi peradilan sebagai berikut :
o Hak dalam mendapatkan pembelaan hukum di depan pengadilan.
o Hak persamaan dalam perlakuan penggeledahan, penahanan,
penyelidikan, penangkapan di muka hukum.
6. Hak Asasi Sosial Budaya
Hak asasi sosial budaya ialah hak yang brhubungan dengan kehidupan
dalam bermasyarakat. Contoh hak asasi sosial budaya sebagai berikut :
o Hak dalam memilih, menentukan, serta mendapatkan pendidikan.
o Hak mendapatkan pengajaran.
o Hak dalam mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan
juga minat.
HAM ialah hak dasar yang sudah dimiliki oleh semua manusia. Sejak lahir,
tiap-tiap manusia/individu sudah memilikinya dan itu merupakan anugerah dari
Tuhan Yang Maha Esa. Tentunya dalam kalangan bermasyarakat, kita seharusnya
menghormati hak-hak orang lain. Namun pada kenyataanya sekarang masih
banyak terjadi berbagai pelanggaran dengan masalah hak asasi manusia.
Jika dilihat pada masa lampau sudah banyak terdapat berbagai peristiwa yang
sudah menyalahi hak asasi manusia, seperti misalnya penjajahan yang dilakukan
pernah terjadi yang dilakukan oleh Belanda dan Jepang terhadap Indonesia
2.5 Pengertian Rule of Law
Gerakan masyarakat yang menghendaki bahwa kekuasaan raja maupun
penyelenggaraan negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu peraturan
perundang-undangan dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala
peraturan perundang-undangan itulah yang sering diistilahkan dengan Rule of
Law. Misalnya gerakan revolusi Perancis serta gerakan melawan absolutisme di
Eropa lainnya, baik dalam melawan kekuasaan raja, bangsawan maupun golongan
teologis. Oleh karena itu menurut Friedman, antara pengertian negara hukum atau
rechtsstaat dan Rule of Law sebenarnya saling mengisi (Friedman, 1960: 546).
Berdasarkan bentuknya sebenarnya Rule of Law adalah kekuasaan publik yang
diatur secara legal. Setiap organisasi atau persekutuan hidup dalam masyarakat
termasuk negara mendasarkan pada Rule of Law. Dalam hubungan ini pengertian
Rule of Law berdasarkan substansi atau isinya sangat berkaitan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam suatu negara.
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule Of
Law. Rechsstaat atau Rule Of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk
perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi
dan negara hukum merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan. Negara
Indonesia pada hakikatnya menganut prinsip “Rule of Law, and not of Man”,
yang sejalan dengan pengertian nomocratie, yaitu kekuasaan yang dijalankan oleh
hukum atau nomos. Dalam negara hukum yang demikian ini, harus diadakan
jaminan bahwa hukum itu sendiri dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-
prinsip demokrasi. Karena prinsip supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu
sendiri pada hakikatnya berasal dari kedaulatan rakyat. Oleh karena itu prinsip
negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan menurut prinsip-prinsip
demokrasi atau kedaulatan rakyat atau democratische rechstssaat. Hukum tidak
boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan dan ditegakkan dengan tangan besi
berdasarkan kekuasaan belaka atau machtsstaat. Karena itu perlu ditegaskan pula
bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilakukan menurut Undang-
Undang Dasar atau constitutional democracy yang diimbangi dengan penegasan
bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang berkedaulatan rakyat atau
demokratis (democratische rechtsstaat) Asshid diqie, 2005: 69-70).
2.6 Prinsip Dasar Rule of Law
Prinsip-prinsip secara formal (in the formal sense) Rule Of Law tertera dalam
UUD 1945 dan pasal-pasal UUD negara RI tahun 1945. Inti dari Rule Of Law
adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakatnya, khususnya keadilan
sosial.Prinsip-prinsip Rule of Law Secara Formal (UUD 1945)
1. Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1: 3)
2. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu tanpa
kecuali (pasal 27:1)
3. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan sama di hadapan hukum (pasal 28 D:1)
4. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja ( pasal 28 D: 2)
Prinsip-prinsip Rule of Law secara Materiil/ Hakiki :
a. Berkaitan erat dengan the enforcement of the Rule of Law
b. Keberhasilan the enforcement of the rule of law tergantung pada
kepribadian nasional masing-masing bangsa (Sunarjati Hartono, 1982)
c. Rule of law mempunyai akar sosial dan akar budaya Eropa (Satdjipto
Rahardjo, 2003)
d. Rule of law juga merupakan suatu legalisme, aliran pemikiran hukum,
mengandung wawasan sosial, gagasan tentang hubungan antarmanusia,
masyarakat dan negara.
e. Rule of law merupakan suatu legalisme liberal (Satdjipto Rahardjo, 2003).
2.7 Hubungan Rule of Law Dengan Negara
Pelaksanaan Rule of Law di Indonesia seharusnya mempertimbangkan hal-
hal
1. Keberhasilan the enforcement of the rue of law tergantung pada sejarah
dan corak masyarakat hukum dan pada kepribadian masing-masing
bangsa.
2. Rule of Law adalah suatu institusi sosial, memiliki struktur sosiologis dan
akar budaya sendiri.
2.8 Hubungan Rule of Law Dengan Hak Asasi Manusia
Peerenboom menyatakan bahwa yang menjadi persoalan bukanlah prinsip-
prinsip rule of law, tetapi adalah kegagalan untuk menaati prinsip-prinsip tersebut.
Akan tetapi yang jelas menurutnya adalah bahwa rule of law bukanlah ‘obat
mujarab’ yang dapat mengobati semua masalah. Bahwa rule of law saja tidak
dapat menyelesaikan masalah. Peerenboom menyatakan bahwa rule of law
hanyalah satu komponen untuk sebuah masyarakat yang adil. Nilai-nilai yang ada
dalam rule of law dibutuhkan untuk jalan pada nilai-nilai penting lainnya. Dengan
demikian rule of law adalah jalan tetapi bukan ‘tujuan’ itu sendiri.
Berkaitan dengan hak asasi manusia sendiri, terutama hak ekonomi, sosial dan
budaya, adalah menarik bahwa Peerenboom menyatakan rule of law sangat dekat
dengan pembangunan ekonomi. Selanjutnya dia menyatakan bahwa
memperhitungkan pentingnya pembangunan ekonomi bagi hak asasi manusia
maka dia menyatakan agar gerakan hak asasi manusia memajukan pembangunan.
Di sini sangat penting untuk diingat bahwa menurut Peerenboom sampai
sekarang kita gagal untuk memperlakukan kemiskinan sebagai pelanggaran atas
martabat manusia dan dengan demikian hak ekonomi, sosial dan budaya tidak
diperlakukan sama dalam penegakan hukumnya seperti hak sipil dan politik.
Dalam pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya, menurutnya rule of law saja
tidak akan cukup untuk dapat menjamin pemenuhan hak ekonomi, sosial dan
budaya tanpa adanya perubahan tata ekonomi global baru dan adanya distribusi
sumber alam global yang lebih adil dan seimbang. Oleh karena itu menurutnya
pemenuhan hak ekonomil, sosial dan budaya juga memerlukan perubahan yang
mendasar pada tata ekonomi dunia. Terakhir yang harus dicatat adalah peringatan
Peerenboom tentang bahaya demokratisasi yang prematur. Menurutnya kemajuan
hak asasi manusia yang signifikan hanya dapat tercapai dalam demokrasi yang
consolidated, sementara demokrasi yang prematur mengandung bahaya yang
justru melemahkan rule of law dan hak asasi manusia terutama pada negara yang
kemudian terjadi kekacauan sosial (social chaos) atau pun perang sipil (civil war).
Hal lain yang penting dikemukakan oleh Peerenboom adalah bahwa rule of law
membutuhkan stabilitas politik, dan negara yang mempunyai kemampuan untuk
membentuk dan menjalankan sistem hukum yang fungsional. Stabilitas politik
saja tidak cukup. Dalam hal ini dibutuhkan hakim yang kompeten dan peradilan
yang bebas dari korupsi.
Pada intinya Peerenboom menyatakan bahwa walaupun rule of law bukanlah
obat mujarab bagi terpenuhinya hak asasi manusia, namun demikian, adalah benar
pelaksanaan rule of law akan menyebakan kemajuan kulitas hidup dan pada
akhirnya terpenuhinya hak asasi manusia.
BAB III
CONTOH KASUS
3.1 Contoh Kasus Hak Asasi Manusia
1. Kasus Bom Bali

Kasus Bom Bali juga menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM terbesar di
Indonesia. Peristiwa ini terjadi pada 12 November 2002, di mana terjadi
peledakan bom oleh kelompok teroris di daerah Legian Kuta, Bali. Total ada 202
orang yang meninggal dunia, baik dari warga lokal maupun turis asing
mancanegara yang sedang berlibur. Akibat peristiwa ini, terjadi kepanikan di
seluruh Indonesia akan bahaya teroris yang terus berlangsung hingga tahun-tahun
berikutnya.

Korban terbanyak adalah warga Australia yang sedang berlibur di Bali. Hal ini
juga sempat membuat hubungan Indonesia dengan Australia retak karena
pemerintah kita tak kunjung berhasil mengeksekusi mati pelaku peledakan bom di
Bali tersebut.

2. Tragedi Trisakti

Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis
finansial Asia sepanjang 1997 - 1999. Mahasiswa pun melakukan aksi
demonstrasi besar-besaran ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa
Universitas Trisakti.

Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung


Nusantara pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade
dari Polri dan militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba
bernegosiasi dengan pihak Polri.

Akhirnya, pada pukul 5.15 sore hari, para mahasiswa bergerak mundur, diikuti
bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan
peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian
besar berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan
penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.
Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade
Mobil Kepolisian RI, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri
Pertahanan Udara Kostrad, Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru
HaraKodam seta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air
mata, Styer, dan SS-1.

Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu
orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah
menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan
peluru tajam. Hasil sementara diprediksi peluru tersebut hasil pantulan dari tanah
peluru tajam untuk tembakan peringatan.

3.2 Contoh Kasus Rule of Law


Situasi Hukum Kasus yang Menjerat Komjen. (Pol) Susno Duadji
a. Pernyataan Kontroversial Susno Duadji
Susno Duadji yang merupakan mantan Kabareskrim Mabes Polri saat ini
menjadi pusat perbincangan karena pernyataan-pernyataan
kontroversialnya, yang menurut masyarakat umum merupakan salah satu
bentuk reformasi hukum di negara kita. Berikut kontroversi Susno yang
diuraikan secara kronologis.
 Juli 2009: Menyebut analogi cicak dan buaya untuk lembaga Polri
dan KPK
 10 Juli 2009: Bertemu dengan Anggoro Widjojo, buron KPK, di
Singapura
 9 September 2009: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
menyatakan akan berniat mengkaji ulang atas dugaan keterlibatan
Susno Duadji dalam kaitanya dengan kasus Bank Century saat itu.
 5 Oktober 2009: Dimintai keterangan oleh Itwasum Polri terkait
laporan dugaan penyalahgunaan wewenang
 29 Oktober 2009: Bareskrim Mabes Polri menahan Bibid Samad
Rianto dan Chandra M hamzah.
 3 November 2009: Nama Susno Duadji disebut-sebut dalam
rekaman KPK yang diperdengarkan di Mahkamah Konstitusi yang
saat itu diduga Anggodo merupakan dalang dari semuanya.
 4 November 2009: Saat terbentuk Tim 8 yang dipimpin oleh
Adnan Buyung Nasution meminta supaya Kapolri menonaktifkan
Susno Duadji.
 5 November 2009: Ternyata tanpa diduga-duga dengan sendirinya,
Susno Duadji menyatakan mengundurkan diri dari Jabatan sebagai
Kabareskrim Mabes Polri.
 6 November 2009: Di depan Komisi III DPR, Susno menegaskan
tidak menerima uang Rp 10 Miliar dalam kasus bank Century
 24 November 2009: Setelah mengundurkan diri tersebut, ternyata
oleh Polri, Susno Duadji di copot dari Jabatanya sebagai
Kabareskrim.
 30 November 2009: Jabatan Kabareskrim yang sebelumnya
dipegang Susno Duadji diserahkan kepada Irjen Ito Sumardi
 6 Januari 2010: Menjadi saksi dalam sidang perkara Antasari
Azhar dengan berpakaian dinas kepolisian, padahal belum ada
surat tugas dari Kapolri. Hal ini dikatakan sebagai pelanggaran
kode etik Polri.
 11 Januari 2010: Menerima ancaman pembunuhan melalui pesan
singkat. Susno memilih tinggal di rumah.
 20 Januari 2010: Memberikan kesaksian di Pansus Angket Bank
Century.
 12 Maret 2010: Mengungkap dugaan makelar kasus di tubuh Polri.
Sejumlah jenderal dituding terlibat dalam perkara pajak senilia Rp
25 Miliar.
 22 Maret 2010: Diperiksa Propam Mabes Polri.
 23Maret 2010: Ditetapkan sebagai tersangka pelanggaran disiplin
dan pencemaran nama baik.
b. Dari beberapa pernyataan kontroversial Susno Duadji tersebut hingga yang
belakangan beliau mengungkap Kasus Korupsi pajak yang diduga
melibatkan Gayus Tambunan dan beberapa perwira di Mabes Polri,
membuat nama beliau semakin tenar di publik. Para jenderal yang
disebutkan namanya membantah tudingan tersebut dan melaporkan Susno
Duadji melakukan fitnah dan pencemaran nama baik. Pengungkapan
Jenderal Susno Duadji tentang praktek makelar kasus di Mabes Polri
dianggap mencemarkan nama institusi. Esensi permasalahannya sendiri,
yaitu ada atau tidak praktek makelar kasus dan mafia hukum, yang
dianggap oleh publik lebih penting dan harus segera dituntaskan,
tampaknya akan terbentur-bentur.
Susno Diadji dan Makelar Kasus di Kepolisian. Tidak ada yang
menduga, tudingan yang dilancarkan mantan Kabareskrim Mabes Polri
Komjen (Pol) Susno Duadji dalam konferensi pers di sebuah Rumah
Makan Padang di Jalan Veteran, Jakarta Pusat, 18 Maret 2010, berhasil
mengguncangkan sendi-sendi hukum di Indonesia. Seperti disiarkan oleh
beberapa media massa, sebenarnya waktu itu Susno Duadji tidak bersedia
menunjuk hidung langsung siapa pejabat Mabes Polri yang terlibat markus
pajak Rp 25 miliar dengan aktor Gayus Tambunan, PNS golongan III A
Ditjen Pajak. Namun, karena desakan para wartawan, akhirnya Susno
Duadji menunjuk langsung meski dengan nama inisial, yakni lima perwira
yang terdiri dari 2 brigjen, 1 kombes, 1 AKBP, dan 1 kompol. Untuk
kedua brigjen dengan inisial RE dan EI, jelas keduanya adalah Brigjen
(Pol) Raja Erizman, Direktur II Eksus Bareskrim Mabes Polri, dan Brigjen
(Pol) Edmond Ilyas, Kapolda Lampung. Sekarang Edmond Ilyas sudah
dicopot, sedangkan Raja Erizman sedang menunggu giliran.
Namun, kejanggalannya, sebelum keduanya diperiksa oleh tim
khusus yang dipimpin Irjen (Pol) Matius Salempang (Kapolda Kaltim),
justru Susno yang melaporkan kasus korupsi dan terbukti sekarang benar
sudah ditetapkan terlebih dahulu sebagai tersangka dengan dugaan
pencemaran nama baik dan pelanggaran kode etik oleh Divisi Propam
Mabes Polri. Dengan ditetapkan sebagai tersangka, Susno selain terancam
ditangkap sewaktu-waktu juga diwajibkan setiap hari melapor ke Mabes
Polri.
Senin 22 Maret 2010, Propam akan memanggil mantan Wakil
Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) ini
untuk diperiksa. Polemik terbuka antara Susno dengan jenderal Polri
lainnya ini, secara langsung atau tidak langsung memberikan informasi
lebih dalam mengenai borok ditubuh Polri.
Bantah-membantah dan persaingan tidak sehat di antara para
jenderal Polri sepertinya tidak lagi dapat dikontrol oleh Kapolri, sebagai
pimpinan tertinggi Polri. Publik melihat ada kesan mengaburkan persoalan
utama, yakni dugaan makelar kasus (markus) di Jalan Trunojoyo, Jakarta
Selatan, (Mabes Polri). Perseteruan Susno Duaji, Mabes Polri dan dua
perwira tinggi secara kasat mata menggambarkan ada masalah di tubuh
Polri.
Implikasi Situasi Hukum Susno Duadji Terhadap Penegakan Rule
of law di Indonesia
Penetapan status tersangka terhadap Komjen (Pol) Susno Duadji
oleh Mabes Polri dinilai keliru oleh ahli hukum. Polri tergesa - gesa dan
ceroboh. Tuduhan yang dilontarkan Susno harus terlebih dahulu
dibuktikan ketidakbenarannya, baru setelah itu Susno dapat dikenakan
pasal pencemaran nama baik. Hal ini harus sesuai dengan pola sistem
demokrasi yang kita anut. Dalam sebuah negara demokrasi, setiap orang
bebas mengeluarkan pendapatanya yang diikat dalam sebuah aturan
hukum. Pasal 28 UUD 1945 menyebutkan, “kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang”. Artinya bahwa setiap individu
memiliki jaminan kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya, idenya,
sepanjang tidak bertentangan dengan aturan hukum yang ada. Kemudian
dalam amandemen yang ke-II terhadap UUD 1945 pasal 28 F disebutkan
juga bahwa, Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia. Indonesia sebagai salah satu pilar demokrasi di dunia ini
sepatutnya harus menjunjung tinggi demokrasi tersebut. Dan Polri sebagai
institusi penegak hukum seyogianya lebih menjunjung tinggi hukum dan
bukan kekuasaan karena Indonesia adalah negara hukum (rechstaat).
Pernyataan-pernyataan Susno Duadji itu dapat dilihat dari berbagai
perspektif. Pada perspektif proses konsolidasi demokratik, dinamika yang
meliputi proses reformulasi dan restrukturisasi atas posisi orang, peran,
cakupan fungsi, tugas, dan wewenang menjadi sesuatu yang tak
terelakkan. Dalam konteks penegakan hukum, proses yang dimaksud dapat
terjadi di antara dan bahkan di dalam lembaga penegakan hukum itu
sendiri. Itu sebabnya, rivalitas dan dinamika yang intensif di antara
lembaga kepolisian, kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi
menjadi sesuatu yang lumrah dan lazim.
Pernyataan Susno, yang menuding kolega dan sebagian pimpinan
Polri justru menjadi pelaku kriminal, tidak dapat dilihat semata-mata
dengan mempersoalkan siapa yang membongkar kasus tersebut sembari
melacak motif di balik tindakannya tersebut. Dalam sejarah politik
penegakan hukum di Indonesia, inilah pertama kalinya jenderal bintang
tiga membuka "aib" institusinya sendiri. Perihal kebenaran atau
ketidakbenaran pernyataannya adalah ketentuan berikutnya yang akan
diselidiki oleh tim penyelidik. Sepatutnya kita mengapresiasi upaya yang
telah dilakukan oleh Susno, sebagai langkah awal reformasi institusi dan
hukum Indonesia.
Tentu saja, semua pihak yang berani membuat pernyataan
seyogianya mempunyai data dan bukti yang material dan relevan dengan
validitas yang tidak diragukan serta siap mengambil risiko terburuk bila
tak dapat meyakinkan publik dan membuktikan sinyalemen-nya. Di sisi
lain, siapa pun pihak yang dituding pasti akan marah, melakukan tindakan
pembelaan, dan bahkan sebagiannya "meradang" karena merasa terluka
serta teraniaya. Indikasi kejahatan seperti yang telah diungkapkan di atas
yang belum sepenuhnya benar mempunyai peluang untuk dimanfaatkan
bagi kepentingan kemaslahatan yang lebih substantif.
Dalam lakon penggelapan pajak oleh Gayus, kita mendapat
gambaran sangat utuh tentang bagaimana oknum birokrat dan para
penegak hukum melakukan kejahatan terhadap negara dan rakyat. Gayus
mencuri uang pajak, polisi merekayasa berkas acara pemeriksaan (BAP),
jaksa membuat dakwaan yang meringankan dan pengadilan pun
membebaskan Gayus. Kalau tak diungkap Susno Duadji, uang negara dari
pajak akan hilang dan pencurinya hidup mewah.
Maka, dalam konteks kasus Susno Duadji di atas, kita
sesungguhnya baru mencapai tahap menemukan apa yang menjadi salah
satu kesalahan dalam penegakan hukum. Kita menemukannya, tetapi kita
belum tahu cara paling efektif untuk memperbaiki semua kebobrokan itu.
Kita lebih senang memperdebatkan semua ketidakberesan itu, lalu bingung
ketika memilih jurus apa yang paling mujarab untuk menegakan hukum.
Dalam kasus Susno, penegak hukum harus berani mendahulukan substansi
kasus, seperti korupsi, suap, serta pemerasan di semua lini birokrasi dan
profesi. Perkara periferi, seperti pelanggaran etika atau pencemaran nama
baik, jangan malah dijadikan tembok untuk membongkar kasus yang lebih
besar, yang indikasinya (walau mungkin “kecil”) sudah dilansir peniup
peluit. Jika kita mengutip kalimat dari Cicero, “Omnium enim rerum
principia parva sunt (awal dari semuanya kecil)”.
Reformasi Polri bukanlah suatu yang manis untuk diucapkan, melainkan
juga butuh keberanian besar untuk menerapkannya secara proporsional
dan profesional. Semoga gonjang-ganjing politik internal di tubuh Polri
cepat selesai dan Polri kembali mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.Pembahasan Kasus Hak Asasi Manusia


Dari Kasus 1.
 Polisi sebagai aparat penegak hukum sudah saatnya meningkatkan kualitas
intelijennya untuk menghadapi terorisme yang juga semakin kompleks modus
operasinya. Sudah saatnya polisi maupun pihak terkait memiliki kemampuan
untuk mengendus jaringan-jaringan yang mampu dan memiliki kemungkinan
untuk melakukan aksi terorisme, sehingga penanggulangan yang dilaksanakan
bukan hanya reaktif pasca terjadinya terorisme saja.
 Peran serta masyarakat, baik masyrakat Indonesia pada umumnya maupun
masyarakat Bali pada khususnya dalam memberantas terorisme juga sangat
dibutuhkan. Karena teroris juga hidup di dalam masyarakat, sehingga
seharusnya masyarakat sudah mengenali sejak awal gerak-gerik serta karakter
orang disekitarnya. Kemudian segera laporkan kepada pihak berwajib apabila
terdapat keanehan serta kejanggalan di sekitar kita. Namun, meskipun
demikian pihak yang berwajib tersebut tidak seharusnya langsung begitu saja
menangkap orang yang dicurigai, selidiki dulu apakah benar mereka adalah
teroris. Jangan sampai penangkapan dan penyergapan teroris menjadi salah
sasaran dan melanggar hak asasi manusia.

Dari Kasus 2.

Salah satu hak yang dilanggar dalam peristiwa tersebut adalah hak dalam
kebebasan menyampaikan pendapat. Hak menyampaikan pendapat adalah
kebebasan bagi setiap warga negara dan salah satu bentuk dari pelaksanan sistem
demokrasi pancasila di Indonesia. Peristiwa ini menggoreskan sebuah catatan
kelam di sejarah bangsa Indonesia dalam hal pelanggaran pelaksanaan demokrasi
pancasila.. Dari awal terjadinya peristiwa sampai sekarang, pengusutan masalah
ini begitu terlunta-lunta. Sampai sekarang, masalah ini belum dapat terselesaikan
secara tuntas karena berbagai macam kendala. Sebenarnya, beberapa saat setelah
peristiwa tersebut terjadi, Komnas HAM berinisiatif untuk memulai untuk
mengusut masalah ini. Komnas HAM mengeluarkan pernyataan bahwa peristiwa
ini adalah pelanggaran HAM yang berat. Masalah ini pun selanjutnya dilaporkan
ke Kejaksaan Agung untuk diselesaikan. Namun, ternyata sampai sekarang
masalah ini belum dapat diselesaikan bahkan upayanya saja dapat dikatakan
belum ada. Belum ada satupun langkah pasti untuk menyelesaikan masalah ini.
Alasan terakhir menyebutkan bahwa syarat kelengkapan untuk melakukan siding
belum terpenuhi sehingga siding tidak dapat dilaksanakan. Seharusnya jika
pemerintah benar-benar menjunjung tinggi HAM, seharusnya masalah ini harus
diselesaikan secara tuntas agar jelas agar segala penyebab terjadinya peristiwa
dapat terungkap sehingga keadilan dapat ditegakan.

Agar masalah ini dapat cepat diselesaikan, diperlukan partisipasi masyarakat


untuk ikut turut serta dalam proses penuntasan kasus ini. Namun, sampai sekarang
yang masih berjuang hanyalah para keluarga korban dan beberapa aktivis
mahasswa yang masih peduli dengan masalah ini. Seharusnya masyarakat dan
mahasiswa tidak tinggal diam karena pengusutan kasus ini yang belum
sepenuhnya selesai. Walaupun sulit untuk menuntaskan kasus tersebut secara
sepenuhnya, tetapi jika masyarakat dan mahasiswa ingin bekerjasama dengan
pihak terkait seharusnya masalah bisa diselesaikan, dengan catatan stakeholder
yang bersangkutan harus jujur dalam memberikan informasi

4.2.Pembahasan Kasus Role of Law


Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
a) Rule of Law merupakan suatu konsep formal dalam mengartikan adanya
proses penegakan hukum di Indonesia, baik secara formal maupun
hakiki/materiil. Rule of law dilaksanakan dengan berdasar pada beberapa
syarat dan prinsip tertentu, terlebih lagi Indonesia sebagai suatu bentuk
negara demokrasi.
b) Kasus markus di tubuh Ditjen Pajak yang menjerat beberapa oknum dalam
institusi Polri, Jaksa, dan Kementerian Keuangan seperti yang telah
diungkapkan oleh Susno Duadji menjadi kasus yang rumit karena melibatkan
institusi penegak hukum sendiri, sehingga jika kasus ini ditangani oleh Polri
maka timbul kekhawatiran penanganannya tidak akan objektif. Kasus ini
mengungkap Kasus Korupsi pajak yang diduga melibatkan Gayus Tambunan
dan beberapa perwira di Mabes Polri, yang oleh oknum-oknum tersebut
dinilai sebagai pencemaran nama baik.
c) Adanya pernyataan Susno Duadji yang dinilai cukup berani membongkar aib
institusinya sendiri dinilai sebagai suatu usaha mengevaluasi lembaga
penegak hukum dalam hal penegakan supremasi hukum (rule of law) di
Indonesia. Perlu adanya reformasi hukum di dalam instansi-instansi negara
ini dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengayom masyarakat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Secara teoritis Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan
upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi
keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum.
Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu,
pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer).
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal
yang perlu kita ingat bahwa jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang
lain.Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-
undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam
Undang-Undang pengadilan HAM.

Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik


kesimpulan tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :

a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian
dari manusia secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,
agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM
walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau
melanggar HAM.
d. Rule of law sangat diperlukan untuk Negara seperti Indonesia karena akan
mewujudkan keadilan. Tetapi harus mengacu pada orang yang ada di
dalamnya yaitu oranr-orang yang jujur tidak memihak dan hanya
memikirkan keadilan tidak terkotori hal yang buruk. Ada tidaknya rule of
law pada suatu negara ditentukan oleh “kenyataan”, apakah rakyat
menikmati keadilan, dalam arti perlakuan adil, baik sesame warga Negara
maupun pemerintah.
e. Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua yaitu: Pertama,
pengertian secara formal (in the formal sence) diartikan sebagai kekuasaan
umum yang terorganisasi (organized public power), misalnya nrgara.
Kedua, secara hakiki/materiil (ideological sense), lebih menekankan pada
cara penegakannya karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan
buruk (just and unjust law). Prinsip-prinsip rule of law secara formal
tertera dalam pembukaan UUD 1945. Penjabaran prinsip-prinsip rule of
law secara formal termuat didalam pasal-pasal UUD 1945. Agar kita dapat
menikmati keadilan maka seluruh aspek Negara harus bersih, jujur,
mentaati undang-undang, juga bertanggung jawab, dan menjalankan UU
1945 dengan baik.
f. Rule of Law juga mempunyai kaitan erat dengan HAM ( Hak Asasi
Manusia), dimana jika pelaksanaan Rule of Law benar akan menyebakan
kemajuan kulitas hidup dan pada akhirnya terpenuhinya hak asasi
manusia.
DAFTAR PUSTAKA

http://woocara.blogspot.com/2015/10/pengertian-ham-macam-macam-ham-
contoh-pelanggaran-ham.html#ixzz4w1LRyWHT
Anonym.2015.Hak Asasi Manusia. Tersedia : http//www.scribd.com/schoolwork.
Diakses pada tanggal 3 Maret 2015 pada pukul 13.00 WITA.

Hidayat, Komarudin dan Azyumardi Azra. 2008. Pendidikan Kewargaan (Civic


Education) Edisi Ketiga Demokrasi Hak Asasi Manusia dan
Masyarakat Madan. Jakarta: ICCE UIN.

Majda, El-Muhtaj.2007. Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia.Jakarta :


Kencana.

Muzaffar ,Chandra . 1993. Hak Asasi Manusia Dalam Tata Dunia Baru. Bandung
: Mizan Pustaka.

Prasetyohadi, Wisnuwardhani, Savitri. 2008. Penegakan HAM Dalam 10 Tahun


Reformasi. Jakarta : Komnas HAM.

Wahab, Abdul Azis dkk. 1993. Materi Pokok Pendidikan Pancasila. Jakarta:
Universitas Terbuka DEPDIKBUD
Kusmiaty, Dra, dkk. 2000. Tata Negara. Jakarta : PT Bumi Aksara
Kaelan dkk. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Paradigma

Anda mungkin juga menyukai