Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CARDIAC ARREST (HENTI JANTUNG)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik

Keperawatan Gawat Darurat

Oleh :

IBAD BADRUDIN

4180170121

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

CARDIAC AREST (HENTI JANTUNG)

A. Definisi
Henti jantung atau Cardiac arrest ialah keadaan dengan sirkuasi yang
tidak efektif dari jantung ke seluruh tubuh. Hal ini menandakan penderita
dalam keadaan gawat. Sekitar 90% henti jantung dasarnya ialah mekanis
asistole dan elektrik komplet sedangkan 10% lainnya mempunyai fibrilasi
ventrikel.
Henti jantung adalah kondisi dimana jantung tiba – tiba berhenti
berdetak. Ketika ini terjadi darah berhenti mengalir ke otak dan organ vital
lainnya. Henti jantung dapat menyebabkan kematian jika tidak diobati dalam
beberapa menit.
B. Etiologi
Penyebab henti jantung yang paling umum adalah gangguan listrik di
dalam jantung. Jantung memiliki sistem konduksi listrik yang mengontrol
irama jantung tetap normal. Masalah dengan sistem konduksi dapat
menyebabkan irama jantung yang abnormal, disebut aritmia. Ada empat ritme
listrik jantung yang menyebabkan terjadinya henti jantung, yaitu pulseless
ventricular tachycardia (VT), ventricular fibrilation (VF), pulseless electric
activity (PEA), dan asystole. Ritme-ritme jantung tersebut menyebabkan
jantung tidak dapat memompa untuk membuat darah mengalir secara
signifikan.
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan serangan jantung mendadak :
1. Penyakit jantung coroner
PJK terjadi ketika Plak mempersempit arteri dan mengurangi aliran darah
ke otot jantung Anda. Akhirnya, area plak dapat pecah,
menyebabkan bekuan darah terbentuk pada permukaan plak.
Sebuah bekuan darah sebagian atau seluruhnya dapat memblokir aliran
darah yang kaya oksigen ke bagian otot jantung makan oleh arteri. Hal ini
menyebabkan serangan jantung. Selama serangan jantung, beberapa sel
jantung mati dan digantikan oleh jaringan parut. Ini merusak sistem listrik
jantung. Jaringan parut dapat menyebabkan sinyal listrik untuk
menyebarkan abnormal seluruh hati.Perubahan ini meningkatkan risiko
aritmia ventrikel berbahaya dan serangan jantung mendadak.
2. Stres fisik
aktivitas fisik yang intens. Hormon adrenalin dilepaskan selama aktivitas
fisik yang intens. Hormon ini bisa memicu serangan jantung mendadak
pada orang yang memiliki masalah jantung lainnya.

C. Faktor risiko
1. Sebuah riwayat pribadi atau keluarga dari serangan jantung mendadak
atau kelainan bawaan yang membuat Anda rentan terhadap aritmia
2. Sejarah memiliki aritmia
3. Serangan jantung
4. Gagal jantung
5. Penyalahgunaan obat atau berlebihan alkohol asupan

D. Tanda gejala
1. Pusing
2. Penurunan Kesadaran
3. Mual dn muntah
4. Nyeri dada
5. Sesak nafas
E. Patofisiologi
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya.
Namun, umumnya mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai
akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya
peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-
organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen,
termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,
menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.
Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5
menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit (Sudden cardiac
death).
Berikut akan dibahas bagaimana patofisiologi dari masing-masing
etiologi yang mendasari terjadinya cardiac arrest.
1. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner menyebabkan Infark miokard atau yang
umumnya dikenal sebagai serangan jantung. Infark miokard merupakan
salah satu penyebab dari cardiac arrest. Infark miokard terjadi akibat
arteri koroner yang menyuplai oksigen ke otot-otot jantung menjadi keras
dan menyempit akibat sebuah materia(plak) yang terbentuk di dinding
dalam arteri. Semakin meningkat ukuran plak, semakin buruk sirkulasi ke
jantung. Pada akhirnya, otot-otot jantung tidak lagi memperoleh suplai
oksigen yang mencukupi untuk melakukan fungsinya, sehingga dapat
terjadi infark. Ketika terjadi infark, beberapa jaringan jantung mati dan
menjadi jaringan parut. Jaringan parut ini dapat menghambat sistem
konduksi langsung dari jantung, meningkatkan terjadinya aritmia dan
cardiac arrest.
2. Stress Fisik
Stress fisik tertentu dapat menyebabkan sistem konduksi jantung
gagal berfungsi, diantaranya:
a. Perdarahan yang banyak akibat luka trauma atau perdarahan dalam
b. Sengatan listrik
c. Kekurangan oksigen akibat tersedak, penjeratan, tenggelam ataupun
serangan asma yang berat
d. Kadar kalium dan magnesium yang rendah
e. Latihan yang berlebih. Adrenalin dapat memicu sca pada pasien
yang memiliki gangguan jantung.
f. Stress fisik seperti tersedak, penjeratan dapat menyebabkan vagal
refleks
akibat penekanan pada nervus vagus di carotic sheed.
3. Kelainan Bawaan
Ada sebuah kecenderungan bahwa aritmia diturunkan dalam
keluarga. Kecenderungan ini diturunkan dari orang tua ke anak mereka.
Anggota keluarga ini mungkin memiliki peningkatan resiko terkena
cardiac arrest. Beberapa orang lahir dengan defek di jantung mereka yang
dapat mengganggu bentuk(struktur) jantung dan dapat meningkatkan
kemungkinan terkena SCA.
4. Perubahan struktur jantung
Perubahan struktur jantung akibat penyakit katup atau otot jantung
dapat menyebabkan perubahan dari ukuran atau struktur yang pada
akhirnrya dapat mengganggu impuls listrik. Perubahan-perubahan ini
meliputi pembesaran jantung akibat tekanan darah tinggi atau penyakit
jantung kronik. Infeksi dari jantung juga dapat menyebabkan perubahan
struktur dari jantung.
5. Obat-obatan
Antidepresan trisiklik, fenotiazin, beta bloker, calcium channel
blocker, kokain, digoxin, aspirin, asetominophen dapat menyebabkan
aritmia. Penemuan adanya materi yang ditemukan pada pasien, riwayat
medis pasien yang diperoleh dari keluarga atau teman pasien, memeriksa
medical record untuk memastikan tidak adanya interaksi obat, atau
mengirim sampel urin dan darah pada laboratorium toksikologi dapat
membantu menegakkan diagnosis.
6. Tamponade jantung
Cairan yang yang terdapat dalam perikardium dapat mendesak
jantung sehingga tidak mampu untuk berdetak, mencegah sirkulasi
berjalan sehingga mengakibatkan kematian.
7. Tension pneumothorax
Terdapatnya luka sehingga udara akan masuk ke salah satu cavum pleura.
Udara akan terus masuk akibat perbedaan tekanan antara udara luar dan
tekanan dalam paru. Hal ini akan menyebabkan pergeseran mediastinum.
Ketika keadaan ini terjadi, jantung akan terdesak dan pembuluh darah
besar (terutama vena cava superior) tertekan, sehingga membatasi aliran
balik ke jantung.
F. Pemeriksaan
1. EKG
Mendeteksi aktifitas listrik jantung dan menentukan sumber penyebab
masalah henti jantung
2. Echocardiografy
Pemeriksaan ini menggunakan aliran gelombang untuk membuat
gambaran bentuk jantung, ukuran dan seberapa baik katup janutng bekerja
3. MRI
untuk mendapatkan gambar dari detak jantung dan untuk melihat struktur
dan fungsi jantung.
4. Kateterisasi Jantung
prosedur yang digunakan untuk mendiagnosa dan mengobati kondisi
jantung tertentu
5. Tes Darah
untuk mengecek kadar potassium, magnesium, dan bahan kimia lainnya
dalam darah Anda yang memainkan peran penting dalam sinyal listrik
jantung
G. Penatalaksanaan
1. CPR
Hasil penelitian Adielson et al menunjukan bahwa data perspefktif
jangka panjang antara pasien yang mengalami irama VF atau VT diberi
tindakan CPR memiliki kelangsungan hidup yang baik. Hasil penelitian
Berdowski dan rekan penggunalan defibrillator dapat meningkatkan
kelangsungan hidup neurologis dari 14,3% menjadi 49,6%. Mekanisme
awal terjadinya henti jantung di mulai dengan irama VT dan VF.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa kompresi dada yang
segera dan defibrilasi merupakan intervensi yang paling penting untuk
meningkatkan hasil dari serangan jantung mendadak dibandingkan
dengan diberikan ventilasi.
2. Ventrikel Aritmia (VF dan VT)
Penatalaksanaan VF atau VT muncul pada pasien henti jantung diberikan
obat Epinefrin (1 mg q3-5min) atau vasopresin (40 U dosis tunggal) yang
diberikan. Amiodaron (push 300 mg IV dan 150 mg ulangi IV dorongan
jika diperlukan) dan lidocaine (1 mg / kg mendorong IV q3-5min sampai
3 dosis) dapat digunakan sebagai obat antiaritmia jika defibrilasi tidak
mengontrol VF / VT. Dalam kasus VT polimorfik atau dicurigai
hypomagnesemia, 1-2 g dorongan IV magnesium dianjurkan
3. PEA (Pulsuless Electrical Activity)
Epinefrin (1 mg q3-5min) dapat digunakan karena tidak ada bukti yang
mendukung penggunaan vasopressin di PEA. Atropin (1 mg q3-5min)
harus digunakan dalam kasus bradikardia. Natrium bikarbonat (1 meq /
kg) harus diberikan jika ada dikaitkan hiperkalemia dan penggunaannya
dapat dianggap dalam interval penangkapan panjang dan diduga asidosis
metabolik.
4. Asistol
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa vasopressin lebih efektif
dibandingkan dengan efinefrin
H. Algoritma Cardiac Arrest
I. Epidemiologi
Kematian yang tak terduga karena penyebab jantung yang terjadi dalam
waktu yang singkat (umumnya dalam waktu 1 jam dari onset gejala) pada
orang dengan penyakit jantung diketahui atau tidak diketahui. Diperkirakan
bahwa lebih dari 7 juta jiwa per tahun seluruh dunia, termasuk lebih dari
300.000 di Amerika Serikat
J. Prognosis
Cardiac arrestdengan penatalaksanaan awal yang baik, dilakukan oleh
penolong berpengalaman dan terampil, angka survival dapat meningkat dari
7,5% menjadi 22,4%.15 Pada cardiac arrest arrhythmia, insiden berulangnya
mencapai 36,0%, dengan angka survival yang tentunya akan menurun jika
dibandingkan dengan serangan pertama (23,1%).
K. Asuhan keperawatan
PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
AIRWAY/JALAN NAPAS
Pemeriksaaan/pengkajian menggunakan metode look,listen,feel.
Tindakan yang harus di lakukan perawat adalah :
a. Penilaian untuk memastikan tingkat kesadaran adalah dengan
menyentuh, menggoyang dan di beri rangsangan atau respon nyeri.
b. Periksa dan atur jalan napas untuk memastikan kepatenan.
c. Periksa apakah anak/bayi tersebut mengalami kesulitan bernapas.
d. Buka mulut dengan ibu jari dan jari-jari anda untuk memegang lidah
dan rahang bawah dan tengadah dengan perlahan.
e. identifikasi dan keluarkan benda asing ( darah,muntahan,
sekret,ataupun  benda asing) yang menyebabkan obstruksi jalan napas
baik parsial maupun total dengan cara memiringkan kepala pasien ke
satu sisi (bukan pada trauma kepala).
f. Pasang orofaringeal airway/nasofaringeal airway untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas.
g. Pertahankan dan lindungi tulang servikal.

BREATHING/PERNAPASAN
Pemeriksaan/pengkajian menggunakan metode look listen, feel.
Tindakan yang harus dilakukan perawat adalah :
a. Atur posisi pasien untuk memaksimalkan ekspansi dinding dada.
b. Berikan therapy O2 (oksigen).
c. Beri bantuan napas dengan menggunakan masker/bag valve mask
(BMV)/endo tracheal tube (ETT) jika perlu.
d. Tutup luka jika didapatkan luka terbuka pada dada.
e. Kolaborasi therapy untuk mengurangi bronkhospasme/adanya edema
pulmonal
CIRCULATION/SIRKULASI
Pemeriksaan/pengkajian :
a. Periksa denyut nadi karotis dan brakhialis pada (bayi),kualitas dan
karakternya
b. Periksa perubahan warna kulit seperti sianosis tindakan yang harus di
lakukan perawat : lakukan tindakan CPR/defibrilasi sesuai dengan
indikasi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi adalah pemeriksaan di mulai dari status keseluruha pasien.
Apakah pasien sadar atau tidak, penampilan secara umum pasien
(general apperance) Rapi atau berantakan, melihat apakah pasien
bernapas dengan tersengal-sengal, bagaimana warna kulit dan
mukosa, apakah ada memar, perdarahan, atau bengkak. Perhatiakan
postur dan pergerakan tuuh apakah ada nyeri, gangguan
neurologis,orthopedi, dan status mental.
b. Auskultasi adalah di gunakan untuk pemeriksaan paru-paru, jantung
dan suara peristaltik. Periksa kualitas suara, intensitas, dan durasi.
Lakukan pemeriksaan auskultasi sebelum di lakukan palpasi dan
perkusi.
c. Palpasi adalah di periksa untuk karasteristik permukaan seperti,
tekstur kulit,sensitifitas, tugor dan suhu tubuh. Gunakan palpasi ringan
untuk memeriksa denyut nadi, deformitas, kekuatan otot, sedangkan
palpasi dalam dapat di gunakan untuk mengidentifikasi adanya massa,
nyeri, ukuran, organ dan adanya kekakuan.
d. Perkusi adalah dapat di lakukan untuk mengevaluasi organ atau
kepadatan tulang dan dapat di gunakan untuk membedakan struktur
padat, berongga, atau adanya cairan.

3. Pengkajian Kardiovaskuler
Gunakan EKG 12 lead untk mengetahui atau menilai adanya abnormalitas
irama.
a.       Suara jantung.
b.      Murmur.
c.       Efusi perikat/tamponade.
d.      Perfusi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Intoleran aktifitas
4. Penurunan curah jantung
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa NOC NIC


1. Nyeri akut  Pain control  Pain Management
 Pain level 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Setelah dilakukan tindakan keperawatan komprehensif termasuk lokasi,
selama pasien tidak mengalami nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dengan kriteria hasil: dan faktor presipitasi
1. Mampu mengenali serangan nyeri 2. Observasi reaksi nonverbal dari
2. Mampu melaporkan nyeri ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
4. Kurangi faktor presipitasi nyeri
5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
6. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
8. Tingkatkan istirahat
9. Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
10. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Medication Management
1. Menentukan obat apa yang di perlukan
dan mengelola sesuai dengan
kewenangannya.
Analgesic Administration
1) Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2) Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
3) Memonitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic pertama
kali
4) Evaluasi efektivitas analgesic, tanda
dan gejala
2. Intoleransi Aktifitas Activity tolerance Activity therapy
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi
selama klien mampu mempertahankan aktivitas yang mampu dilakukan
tingkat energi yang adekuat tanpa stress 2. Bantu klien untuk memilih aktivitas
tambahan dengan Kriteria Hasil : konsisten yang sesuai dengan
1. Tanda-tanda vital normal kemampian fisik, psiologi dan sosial
2. Sirkulasi status baik 3. Monitor respon fisik, emosi, social,
3. status kardiopulmonari adekuat dan spiritual
4. status respirasi : pertukaran gas dan Energy management
ventilasi adekuat 1. Monitor respon kardiovaskuler
terhadap aktifitas
2. Mengajarkan aktifitas yang cukup
3. Ketidakefektifan Pola nafas  Respiratory Status : Ventilation  Respiratory Monitoring
 Respiratory Status : Airway 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman,
Patency dan usaha pada pernapasan
2. Monitor dyspnea dan peristiwa yang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan meningkatkan dan memperburuk
selama ketidakefektifan pola napas  Airway Management
teratasi, dengan kriteria hasil: 1. Berikan bronkodilator jika perlu.
1. Respiratory rate dalam rentang 2. Monitor respirasi dan status O2.
normal 18 – 20 x/m 3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
2. Irama respirasi reguler ventilasi
3. TTV 120/80 mmHg 4. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
5. Buka jalan nafas gunakan teknik chin
lift and jaw thrust bila perlu

 Oxygen Therpy
1. Mempertahankan kepatenan jalan
napas
2. Atur peralatan oksigenasi
3. Monitor aliran oksigen
4. Pertahankan posisi pasien
4. Penurunan Curah Jantung  Cardiac Pump effectiveness Cardiac care
setelah di lakukan tindakan keperawatan 1. Monitor adanya dispnea
selama menunjukkan penurunan curah 2. Mengevaluasi adanya nyeri dada
jantung dalam rentang normal (intensitas, lokasi, durasi)
Kriteria hasil : 3. Mencatat adanya disritmia
- Tanda-tanda vital dalam rentang 4. Memonitor status kardiovaskuler
normal (tekanan darah , nadi, 5. Memonitor adanya perubahan
respirasi) tekanan darah
- Dapat mentoleransi aktivitas, tidak 6. Atur periode latihan dan istirahat
ada kelelahan untuk menghindari keletihan
- Tidak ada edema paru dan perifer 7. Anjurkan untuk menurunkan stress
8. Melakukan terapi infuse RL 16tpm
Vital Signs Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama dan sesudah aktifitas
4. Monitor jumlah dan irama jantung
5. Monitor bunyi jantung.
6. Beri digoksin sesuai program
7. Beri obat penurun afterload sesuai
program
8. Beri diuretik sesuai program
DAFTAR PUSTAKA

I Komang Adhi Parama Harta. Penatalaksanaan Kasus Henti Jantung. 2010 idi
jembrana. all rights reserved. maintained by rumahmedia
johny bayu fitantra. Henti Jantung: Algoritma Tatalaksana Henti Jantung Pada
Dewasa. march 29, 2015 : medicinesia

Ali A Sovari, MD, FACP; Chief Editor: Jeffrey N Rottman. Sudden Cardiac
Death Treatment & Management. Medscape : Updated: Apr 28, 2014

Sudden Cardiac Arrest 2016 WebMD, Inc. All rights reserved.


eMedicineHealth does not provide medical advice, diagnosis or treatment.

Anda mungkin juga menyukai