Anda di halaman 1dari 23

A.

Pengertian Keperawatan Maternitas


1. Keperawatan Maternitas merupakan persiapan persalinan serta kwalitas
pelayanankesehatan yang dilakukan dan difokuskan kepada kebutuhan bio-fisik dan
psikososial dariklien, keluarga , dan bayi baru lahir (May & Mahlmeister, 1990).
2. Keperawatan Maternitas merupakan sub system dari pelayanan kesehatan
dimanaperawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk membantu
beradaptasi padamasa prenatal, intranatal, postnatal, dan masa interpartal (Auvenshine
& Enriquez,1990).
3. Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan yang sangat luas, dimulai dari
konsepsisampai dengan enam minggu setelah melahirkan (Shane,et.al.,1990).
4. Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan professional berkwalitas yang
difokuskanpada kebutuhan adaptasi fisik dan psikososial ibu selama proses konsepsi /
kehamilan,melahirkan, nifas, keluarga, dan bayi baru lahir dengan menekankan pada
pendekatankeluarga sebagai sentra pelayanan (Reede, 1997).
5. Keperawatan Maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukankepada wanita usia subur (WUS) yang berkaitan dengan masa diluar
kehamilan, masakehamilan, masa melahirkan, masa nifas sampai enam minggu, dan
bayi yang dilahirkansampai berusia 40 hari beserta keluarganya. Pelayanan berfokus
pada pemenuhankebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial
dengan menggunakanpendekatan proses keperawatan (CHS/KIKI, 1993).

B. Sejarah Keperawatan Maternitas


a. Sejarah keperawatan maternitas di Indonesia
1. Sebelum Abad ke-20
1. Persalinan dilakukan oleh dukun
2. Dokter dipanggil jika terjadi masalah dalam persalinan
3. Tempat persalinan di rumah
4. Angka kematian tinggi
5. Bayi : lahir premature, dehidrasi, kontak dengan penyakit
6. Ibu : perdarahan post partum, infeksi post partum, demam nifas, toxemia
2. Akhir Abad ke-19
1. Teknologi sudah berkembang
2. Terjadinya dokter dan asisten
3. Keperawatan belum terjadi karena :
a. Biaya pengobatan masih tinggi
b. Fungdi perawat msih berkurang
c. Perawatan antenatal sampai pestnatal dilakukan oleh dokter
d. Peran ibu dalam persalinan tidak ada
e. Angka ke,atian turun secara perlahan.

3. Awal Pertengahan Abad ke-20


1. Terjadinya perubahan dalam keperawatan maternitas
2. Persalinan dilakukan di RS atau Klinik bersalin
3. Terjadi pengontrolan biaya persalinan
4. Angka Kematian menurun
5. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikologis
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

b. Sejarah keperawatan maternitas di Dunia

Merawat orang sama tuanya dengan keberadaan umat manusia. Oleh karena itu
perkembangan keperawatan, termasuk yang kita ketahui saat ini, tidak dapat dipisahkan
dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.
Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama-agama besar dunia serta kondisi
sosial ekonomi masyarakat.

1. Perkembangan Keperawatan Masa Sebelum Masehi

Pada masa sebelum masehi perawatan belum begitu berkembang, disebabkan


masyarakat lebih mempercayai dukun untuk mengobati dan merawat penyakit. Dukun
dianggap lebih mampu untuk mencari, mengetahui, dan mengatasi roh yang masuk ke
tubuh orang sakit. Demikian juga di Mesir yang bangsanya masih menyembah Dewa Iris
agar dapat disembuhkan dari penyakit. Sementara itu bangsa Cina menganggap penyakit
disebabkan oleh setan atau makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang lain
menyentuh orang sakit tersebut.

2. Perkembangan Keperawatan Masa Setelah Masehi

Kemajuan pradaban manusia dimulai ketika manusia mengenal agama. Penyebaran


agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia, sehingga berdampak
positif terhadap perkembangan keperawatan.

a. Perkembangan Kperawatan Masa Penyebaran kristen


Pada permulaan Masehi, Agama Kristen mulai berkembang. Pada masa itu,
keperawatan mengalami kemajuan yang berarti, seiring dengan kepesatan
perkembangan Agama Kristen. Ini dapat di lihat pada masa pemerintahan Lord
Constantine, yang mendirikan Xenodhoeum atau hospes (latin), yaitu tempat
penampungan orang yang membutuhkan pertolongan terutama bagi orang-orang sakit
yang memerlukan pertolongan dan perawatan.

b. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Islam


Pada pertengahan Abad VI Masehi, Agama Islam mulai berkembang. Pengaruh
Agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak terlepas dari keberhasilan
Nabi Muhammad SAW menyebarkan Agama Islam. Memasuki Abad VII Masehi
Agama Islam tersebar ke berbagai pelosok Negara. Pada masa itu di Jazirah Arab
berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti: ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene dan
obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti pentingnya menjaga
kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang secara pesat. Tokoh
keperawatan yang terkenal dari dunia Arab pada masa tersebut adalah “Rafida”.

c. Perkembangan Keperawatan Masa Kekuasaan


Pada permulaan Abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami
perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kepada kekuasaan,
yaitu: perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Pada masa itu
telah terjadi kemunduran terhadap perkembangan keperawatan, dimana gereja dan
tempat-tempat ibadah ditutup, sehingga tenaga perawat sangat jauh berkurang. Untuk
memenuhi kekurangan tenaga tersebut maka digunakanlah bekas wanita jalanan
(WTS) yang telah bertobat sebagai, sehingga derajat seorang perawat turun sangat
drastis dipandangan masyarakat saat itu.

3. Perkembangan Keperawatan Di Inggris

Perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting untuk kita pahami, karena


Inggris melalui Florence Nightingle telah membuka jalan bagi kemajuan dan
perkembangan keperawatan yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain.

Florence Nightingle, lahir dari keluarga kaya dan terhormat pada tahun 1820 di
Flronce (Italia). Setahun setelah kelahirannya, keluarga Florence kembali ke Inggris. Di
Inggris Florence mendapatkan pendidikan sekolah yang baik sehingga ia mampu
menguasai bahasa Perancis, Jerman, dan Italia. Pada usia 31 tahun Florence mengikuti
kursus pendidikan perawat di Keiserwerth (Italia) dan Liefdezuster di Paris, dan setelah
pendidikan ia kembali ke Inggris.

Pada saat Perang Krim (Crimean War) terjadi di Turki tahun 1854, Florence
bersama 38 suster lainnya di kirim ke Turki. Berkat usaha Florence dan teman-teman,
telah terjadi perubahan pada bidang hygiene dan keperawatan dengan indikator angka
kematian turun sampai 2%.

Kontribusi Florence Nightingle bagi perkembangan keperawatan adalah


menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan keperawatan,
meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit,
mengidentifikasi kebutuhan personal klien dan peran perawat untuk memenuhinya,
menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan suatu standar okupasi
bagi klien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan, menetapkan 2 (dua)
komponen keperawatan, yaitu: kesehatan dan penyakit. Meyakinkan bahwa
keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dan berbeda dengan profesi kedokteran dan
menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan
untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih
kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang
kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang
profesional.

Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya


keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan
pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan
intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang
luas dan menguasi perkembangan Iptek.

Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan
akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan
kesehatan, maka solusi yang harus ditempuh dalam keperawatan maternitas adalah:

1. Pengembangan pendidikan keperawatan.

Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan


perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan
pendidikan keperawatan berkelanjutan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata
dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang
pendidikan.

2. Memantapkan system pelayananperawatan professional

Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi


dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik
keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di
lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan

Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis


serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan
organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan
manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna
menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya
melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik
serta meningkat.

Peran perawat dalam keperawatan maternitas :

1. Peran perawat dalam keperawatan maternitas menurut Reeder (1997):

a) Pelaksana
Perawat yang bekerja sebagai member asuhan keperawatan di tempat pelayanan
kesehatan.
b) Pendidikan
Pendidikan dapat sebagai dosen bagi pasien maupun perawat yang memberikan
pendidikan kepada klien.
c) Konselor
Perawata berperan sebagai orang yang mempunyai keahlian dalam melakukan
konseling kepada klien, konselor bertanggung jawab memberikan layanan dan
konseling.
d) Role model bagi para ibu
Dimana perawat berperan sebagai panutan bagi ibu-ibubyang sedang menjalani
keperawatan maternitas.
e) Role model bagi teman sejawat
Sebagai panutan bagi sesama perawat atau saling bekerja sama atau kolaborasi
sesame perawat.
f) Perumus masalah
Mengetahui masalah-masalah yang muncul pada pasien dan merumuskan masalah
tersebut.
g) Ahli keperawatan
h) Perawat harus ahli dalam melaksanakan tugas keperawatan.

C. Paradigma Keperawatan

Paradigma keperawatan merupakan suatu cara pandang dari profesi keperawatan untuk
melihat suatu kondisi dan fenomena yang terkait secara langsung dengan aktifitas yang
terjadi dalam profesi tersebut.

Paradigma keperawatan pada keperawatan maternitas meliputi manusia, lingkungan,


sehat dan keperawatan.(Konfensi sedunia IV tentang wanita,beijing 1995).

1. Manusia
Terdiri dari wanita usia subur wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan
sistem reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru
lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya adalah anggota keluarga yang unik dan
utuh, merupakan mahluk bio-psikososial dan spiritual yang memiliki sifat berbeda
secara individual dan dipengaruhi oleh usia dan tumbuh kembangnya. Salah satu tugas
perkembangan wanita adalah pengalaman melahirkan danak yang dapat merupakan
krisis situasi dalam keluarga tersebut apabila tidak mampu beradaptasi dengan baik.
2. Lingkungan
Sikap, nilai dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan
social disamping pengaruh fisik. Proses kehamilan danpersalinan serta nifas akan
melibatkan semua anggota keluarga dan masyarakat. Proses kelahiran merupakan
permulaan suatu bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting, sehingga
pelayanan maternitas akan mendorong interaksi yang positif dari orang tua, bayi dan
angota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber dalam keluarga.
3. Sehat
Sehat adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar, bersifat dinamis dimana
perubahan-perubahan fisik dan psikososial mempengaruhi kesehatan seseorang. Setiap
individu memiliki hak untuk lahir sehat sehingga WUS dan ibu memiliki hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
4. Keperawatan ibu
Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan professional yang ditujukan
kepada wanita usia subur wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan
system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru
lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya yang berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Keperawatan ibu memberikan asuhan keperawatan
holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien
dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya.

Model Konsep

1. FCMC (Family Centered Maternity Care):


a. Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal orang tua.
b. Mengikut serta keluarga dalam perawatan kehamilan, persalinan, dan nifas.
c. Mengikut sertakan keluarga dalam operasi.
d. Mengatur kamar bersalin sepeti suasana rumah.
e. Menetapkan peraturan yang flexibel.
f. Menjalankan system kunjungan tidak ketat.
g. Mengadakan kontrak dini bayi dan orang tua.
h. Menjalankan rooming-in (Ruang rawat gabung untuk ibu hamil)
i. Mengikut sertakan anak-anak dalam proses perawatan.
j. Melibatkan keluarga dalam perawatan NICU.
k. Pemulangan secepat mungkin dengan diikuti Follow-up.

2. Tradisional Care:
a. Memisahkan ibu dari keluarga selama proses persalinan.
b. Memindahkan klien: dari ruang penerimaan ke ruang persalinan.
c. Melarang ibu beraktifitas selama proses persalinan.
d. Melakukan tindakan rutin: episitomi, obat-obatan.
e. Tidak ada keluarga ikut dalam proses persalinan & operasi.
f. Kontak orang tua & anak kurang.
g. Pemberian susu bayi dibatasi.
h. Waktu berkunjung dibatasi.
i. Rooming-in dibatasi.
j. Tidak ada Follow-up ke rumah.
k. Kontrol postpartum rutin pada hari minggu ke enam.

3. Model Konsep “Self Care Orem” :


a. Penekanan pada aktifitas mandiri kemudian mencapai kesejahteraan ibu &
bayi.
b. Pada Maternal: mampu mandiri dalam perawatan diri.
c. Melihat dari kemampuan.
d. Berdasarkan kondisi.

4. Model Konsep “Adaptasi” :


a. Mempunyai kemampuan adaptasi dalam rangka mencapai kebutuhan.
b. Manusia selalu konstan berinteraksi dengan lingkungan (selalu berubah).
c. Maternal sepanjang proses konsepsi sampai postpartum terjadi perubahan fisik,
psikologis, dan social.

5. Model Konsep “I King” :


a. Personal.
b. Interpersonal.
c. Social (Dinamik, interaksi mudah diberikan informasi & memberikan
informasi).

D. Tujuan Keperawatan Maternitas


a. Membantu WUS dan keluarga dalam menghadapi masa kehamilan.
b. Membantus PUS untuk memahami kehamilan, persalinan, dan nifas adalah normal.
c. Memberi dukungan agar ibu memandang kehamilan, persalinan, dan nifas adalah
pengalaman positif dan menyenangkan.
d. Memberi informasi tentang kebutuhan calon orang tua.
e. Membantu mendeteksi secara dini penyimpangan abnormal pada klien.
f. Memahami keadaan sosial dan ekonomi klien.

E. Lingkup Kewenangan dan Tanggung Jawab


Kemajuan ilmu dan teknologi terutama di bidang biologi dan kedokteran telah
menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etik dan legalitas kesehatan yang
sebagian besar belum teratasi (catalano, 1991).Isu etik dan legal keperawatan mencakup
banyak hal,sesuai dengan kewenangan perawat,sesuai dengan bidang kerjanya. Dalam
bidang keperawatan maternitas beberapa isu etik dan legal atau hukum yang muncul adalah
sebagai berikut:

1. Fertilisasi In Vitro dan Transfer Embrio


Fertilisasi In Vitro dan Transfer Embrio adalah sebuah proses pemindahan sebuah
atau beberapa sel telur dari ovarium wanita, dibuahi (difertilisasi) oleh sperma dalam
sebuah cawan laboratorium, dikultur kemudian dipindahkan kembali kedalam uterus
wanita ketika embrio telah mencapai tingkat 4-6 sel. IVF adalah satu-satunya metode
reproduksi yang ada untuk wanita yang tuba falopiinya rusak atau hilang. IVF juga
dapat digunakan oleh para istri yang suaminya hanya memiliki sedikit sperma, wanita
yang mucus serviknya menolak sperma, dan wanita yang mengalami infertilitas
dengan penyebab yang tidak diketahui (Holmes, 1988; Ellis et al.,1995; Prattke et
al.,1993).
Setelah bertahun-tahun masalah etik dan hukum telah berubah. Masalah mengenai
IVF/ET sekarang dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Status moral janin. Embrio manusia harus dihargai, tetapi penghargaan tersebut
tidak selalu mencakup seluruh peraturan hukum dan hak moral yang diberikan
kepada seseorang. Sebagian besar spesialis etika dan para teolog umunya setuju
bahwa IVF/ET tidak bermasalah selama pedoman EAB (Ethics Advisory Board)
diikuti. Akan tetapi, teolog yang konservatif, meyakini bahwa setiap usaha yang
merusak proses reproduksi adalah tidak alami dan tidak boleh dilakukan.
Akibatnya, penggunaan embrio manusia dalam penelitian tetap menjadi sebuah
masalah.
b. Keamaanan dan efektifitas. Selama akhir tahun 1970’an hanya ada pemahaman
terbatas mengenai risiko yang terdapat dalam prosedur ini. Sesuai dengan data
yang telah dikumpulkan, terdapat sebuah indikasi baik (tetapi tidak meyakinkan)
bahwa tidak terdapat pola abnormalitas atau risiko jangka pendek pada penelitian
laboratorium dengan hewan atau pada percobaan klinis dengan manusia.

c. Lereng licin (The Slippery Slote). persoalan ini berhubungan dengan rasa takut
bahwa prosedur penelitian yang dilakukan pada spesies mamalia non manusia
akan dilakukan pada embrio manusia dengan hasil yang mungkin menyebabkan
aplikasi klinis yang tidak diinginkan. Sebagian spesialis menaruh perhatian pada
perluasan prosedur kepada individu yang belum menikah, seperti ibu pengganti
(surrogate mother) dan donor selaku pihak ketiga. Mereka memandang bahwa
hubungan mendasar antara suami dan istri serta institusi pernikahan dalam
keadaan terancam. Ini merupakan persoalan yang sama seperti yang ditimbulkan
oleh inseminasi beberapa decade yang lalu.

d. Pendanaan dan biaya. Secara umum diketahui bahwa prosedur ini mahal.
Walaupun sebagian orang meyakini bahwa proyek penelitian yang berhubungan
dengan IVF ini layak dibiayai oleh pemerintah federal, proyek tersebut tidak
menjadi nasional karena masih banyak masalah kesehatan nasional lainnya yang
jauh lebih mendesak. Mereka yang menentang prosedur mengatakan bahwa lebih
baik berupaya untuk menemukan dan mencegah penyebab infertilitas dan
obstruksi tuba.

1. Legalitas Fertilisasi In Vitro dan Transfer Embrio dalam Kondisi Khusus menurut
Undang-Undang

Pengaturan hukum terkait dengan bayi tabung ini dapat kita temui dalam Pasal 127
ayat (1) UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam pasal tersebut diatur bahwa
upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri
yang sah dengan ketentuan:
1) Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan
dalam rahim istri dari mana ovum berasal;
2) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
3) Pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
4) Jadi, pada dasarnya sperma dan ovum dalam upaya kehamilan melalui bayi tabung
adalah milik suami istri yang sah yang pembuahannya dilakukan di luar rahim. Hal ini
dilakukan oleh para pasangan suami-istri yang sperma dan ovumnya sulit melakukan
pembuahan di dalam rahim. Sehingga harus dilakukan pembuahan di luar rahim
dengan bantuan tenaga kesehatan dan teknologi yang ada. Kemudian hasil pembuahan
tersebut ditanamkan kembali ke rahim istri dari mana ovum itu berasal. Jadi, anak atau
bayi hasil pembuahan melalui bayi tabung ini adalah anak kandung suami istri itu
sendiri.

Pertimbangan EtikFertilisasi In Vitro


Komisi Etik dari berbagai Negara memberi pandangan dan pegangan terhadap hak
reproduksi dan etika dalam rana reproduksi manusia dengan memperhatikan beberapa
asas yaitu:
1. Niat untuk berbuat baik.
2. Bukan untuk kejahatan.
3. Menghargai kebebasan individu untuk mengatasi takdir.
4. Tidak bertentangan dengan kaidah hukum yang berlaku.

Melakukan bayi tabung melalui sperma dari pasangan nikah yang sah. Karena hal
tersebut tidak melanggar etika, dan secara biologis anak yang nanti lahir dari hasil
bayi tabung merupakan anak kandung, yang secara psikologis memiliki hubungan
kasih sayang timbal balik yang sempurna antara anak dan orang tua. Dari pada anak
yang dilahirkan dari sperma donor akan menimbulkan hubungan kasih sayang semu
antara anak dan orang tuanya.

2. Aborsi
Aborsi dalam keadaan darurat dapat dilakukan sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis
tertentu. Maksud dari kalimat ‘tindakan medis tertentu’ salah satunya adalah aborsi.
Selain pengertian diatas disebutkan pula bahwa aborsi atau pengguguran kandungan
adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja (abortus provocatus). Yakni,
kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi pengguguran.
Sedangkan keguguran adalah kehamilan berhebti karena factor-faktor alamiah (abortus
spontaneous).

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:


a) Aborsi Spontan/ Alamiah atau Abortus Spontaneus
Yaitu abortus yang terjadi tanpa disengaja. Kebanyakan disebabkan karena kurang
baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
b) Aborsi Buatan/ Sengaja atau Abortus Provocatus Criminalis
yaitu pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu
akibat tindakan yang disengaja oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam
hal ini dokter, bidan, atau dukun beranak).
c) Aborsi Terapeutik/ Medis atau Abortus Provocatus Therapeuticum.
yaitu pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Contohnya
calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit hipertensi menahun atau
penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun
janin yang dikandungnya.Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang
dan tidak tergesa-gesa.
Legalitas Aborsi dalam Kondisi Khusus menurut Undang-Undang No 36 Tahun
2009
1. Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetic
berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

2. Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid
terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang
memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
3. Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan
tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Pasal 194

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 349 dinyatakan sebagai berikut:
5. Pasal 346
“Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun”.
6. Pasal 347
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
7. Pasal 348
(1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancamdengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
8. Pasal 349
“Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam
pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat dditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana
kejahatan dilakukan”.

Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:


1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain,
diancam hukuman empat tahun penjara.

2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa
persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu
hamil tersebut mati, diancam 15 tahun penjara.
3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan
bila ibu hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara.

4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang
dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah
sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut.

3. KB ( Keluarga Berencana )
Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan nasional
dan bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial
penduduk Indonesia.Tujuan program KB adalah memperkcil angka kelahiran, menjaga
kesehatan ibu dan anak, serta membatasi kehamilan jika jumlah anak sudah
mencukupi.Macam – macam program KB adalah
1. Kondom
Kondom adalah sarung karet tipis penutup alat kelamin laki-laki yang
menampung cairan sel mani saat pria ejakulasi.
2. Pil KB
Pil ini adalah hormon yang mengandung estrogen dan progesteron yang diminum
tiap hari.Keuntungannya yaitutidak mengganggu hubungan seksual, mengurangi rasa nyeri
waktu haid, mudah menggunakannya. Kerugiannya yaituharus diminum tiap hari, tidak
dianjurkan pada wanita usia > 50 tahun dan perokok karena akan mempengaruhi
keseimbangan metabolisme tubuh.
3. Suntik KB
Adalah obat yang disuntikkan ke bokong ibu. Suntik KB ada 2 macam yaitu : 3
bulan dan 1 bulan. Alat kontrasepsi suntikan mempunyai keuntungan seperti klien tidak
perlu menyimpan obat suntik dan jangka pemakaiannya bisa dalam jangka panjang. Efek
sampingnya yaitu haid tidak teratur, mual dan sakit kepala, berat badan bertambah.

4. IUD / AKDR
Adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim, umumnya berbentuk
T.Keuntungan dari alat kontrasepsi ini adalah metode jangka panjamg 5-10 tahun, tidak
mempengaruhi ASI, kesuburan akan segera kembali jika alat dikeluarkan. Sedangkan
kerugiannya adalah terdapat bercak darah, dapat terjadi infeksi. Efek sampingnya sangat
kecil yaitu nyeri/kram saat haid, keputihan.

F. Family Centred Maternity Care


1. Keluarga, Suatu Unit Perawatan

Setiap bayi yang baru lahir kedunia dikelilingi oleh sebuah keluarga,baik keluarga
dengan orang tua tunggal maupun keluarga besar. Tanpa memperhatikan struktur suatu
keluarga, perawat maternitas berada pada posisi yang unik untuk mempengaruhi
perawatan dan kesejahteraan keluarga tersebut. Dengan demikian, peraawat mengikuti
unit keluarga sebagai fokus perawatan.

Keluarga adalah salah satu institusi masyarakat yang paling penting. Keluarga
mewakili kelompok sosial primer yang mempengaruhi dan dipengaruhioleh individu
dan institusi lain. Individu mengakui keluarga sebagai unit sosial dasar karena
kebanyakan individu mempunyai kontak yang lebih kontinu dengan kelompok sosial ini
daripada dengan kelompok sosial lain.keluarga menggemban tanggung jawab utama
dalam memperkenalkan dan mensosialisasi individu. Keluarga menerusskan latar
belakang budaya dasar suatu keluarga kepada anggota-anggotanya. Meskipun ada
tekanan dan ketegangan di jaman modern, keluarga membentuk suatu jaringan sosial
yang berperan sebagai sistem pendukung yang kuat bagi anggota-anggotanya.

Untuk memberikan perawatan yang aman, komprehensif, dan holistik dalam


konteks proses keperawatan, perawat yang bekerja bersama keluarga usia subur
memerlukan pemahaman yang jelas tentang keluarga sebagai suatu institusi dalam
masyarakat kita.

2. MENDEFINISIKAN KELUARGA
Keluarga didefinisikan dalam banyak cara. Definisi keluarga meliputi penjelasan
tentang struktur, fungsi, unsur, dan ikatan kasih dalaam keluarga. Orang yang
menempati sebuah unit rumah membentuk suatu rumah tangga. Meskipun sebagian
besar rumah tangga terdiri dari jenis keluarga living arragement banyak keluarga yang
tidak demikian. Biro sensus amerika serikat tahun 1992 mengidentifikasi dua kategori
utama rumah tanggga sebagai keluarga dan bukan keluarga. Sebuah keluarga atau suatu
rumah tangga berbentuk keluarga membutuhkan kehadiran sekurang kurangnya 2 orang,
seorang kepala keluarga dan satu atau lebih anggota keluarga lain yang mempunyaia
hubungan dengan kepala keluarga tersebut melalui kelahiran adopsi atau pernikahan.
Sebuah rumah tangga yang bukan keluarga terdiri dari seorang kepala keluarga yang
hidup sendiri atau dengan orang yang tidak mempunyai hungunan dengan dirinya.
Friedmann (1992) mendiskripsikan keluarga secara luas menekankan pentingnya
keterlibatan emosi sebagai karakteristik yang penting. Menurutnya keluarga adalah dua
individu atau lebih yang bergabung bersama karena ada ikatan untuk saling berbagi dan
ikatan kedekatan emosi yang mengidentifikasi diri mereka sebagai keluarga. Difinisi
mencangkup berbagai bentuk keluarga, seperti keluarga besar yang tinggal didalam dua
keluarga atau lebih, pasangan hidup bersama, keluarga tanpa anak, keluarga gay dan
lesbian, dan keluarga dengan oranng tua tunggal.
3. KELUARGA INTI
Keluarga inti terdiri dari orang tua dan anak, yang bergantung kepada mereka.
Keluarga ini hidup berpisah dari keluarga asal suami dan keluarga asal istri dan
biasanya mandiri dalam hal keuangan.
Sejak lama, keluarga inti meewakili keluarga amerika “tradisional”. Dalam
kelompok keluarga ini orang tua dengan jenis kelamin bnerbeda diharapkan memainkan
peran untuk saling melengkapi sebagai suami istri dan ayah ibu dalam memberikan
dukungan emosi dan dukungan fisik kepada satu sama lain dan kepada anak anak
mereka. Namun, peran terbaru dalam masyarakat koneporer telah menciptakan banyak
variasi dalam struktur keluarga sering dianggap “ideal” ini. Gambaran ideal dua orang
tua dan dua orang anak dalam keluarga inti, dimana ayah adalah pencari nafkah tunggal
dan ibu adalah ibu rumah tangga, adalah mitos masa lalu. Libman (1988) mengatakan
bahwa saat ini pasangan dalam perkawinan utam yang utuh dengan dua anak dan ibu
berada di rumah mewakili hanya 8% dari seluruh keluarga di amerika.
4. KELUARGA BESAR
Keluarga besar terdiri dari keluarga inti dan individu lain yang mempunyai
hubungan darah. Individu ini dikenal sebagai “sanak saudara” dan mencangkup kakek,
nenek, paman, dan sepupu. Friedmann (1992). Keluarga adalah fokus sentral semua
anggota yang tinggal bersama sebagai suatu kelompok. Melalui jaringan pertalian
keluarga, keluarga besar menjadi model peran dan dukungan bagi semua anggota.
Selalu terdapat variasi pada keluarga inti tradisional dan keluarga besar
tradisional. Dewasa ini kabnyakan bentuk keluarga alternatif dianggap menyimpang
dari norma. Kini, menjadi orang tua tunggal, baik tidak sengaja atau direncanakan,
menjadi pilihan yang dapat diterima di Amerika Serikat. Menjadi orangtua tunggal
dapat merupakan pilihan sukarela yang tidak menyebabkan kehilangan pekerjaan.
Selain itu, menjadi orang tua biologi dan orang tua adopsi bagi wanita dan pria yang
memilih untuk tidak menikah semakin diterima secara sosial; menjadi orangtua lesbian
dan gay juga merupakan alternatif lain (Evans,dkk,1989). Timbulnya orangtua tunggal
sebagai pilihan yang direncanakan mencerminkan keyakinan bahwa individu
mempunyai “hak” untuk memilih menjadi orangtua.
5. KELUARGA ORANGTUA TUNGGAL
Keluarga orangtua tunggal menjadi struktur yang semakin dikenal dalam
masyarakat kita. Keluarga orangtua tunggal muncul karena kehilangan pasangan akibat
meninggal, bercerai, berpisah, atau ditinggalkan; karena kelahiran seorang anak diluar
nikah; atau karena mengadopsi anak. Biro sensus amerika serikat 1992 menunjukan
bahwa pada tahun 1990 terdapat 10,7 juta kelompok keluarga orangtua tunggal (rumah
tangga wanita tanpa suami). Dari seluruh anak berusia 17 tahun atau kurang, sekirar
26% tinggal dalam keluarga dengan orangtua tunggal, dengan kerabat lain, atau dengan
seorang yang bukan kerabat. Kurang dari 4% hidup bersama ayah dalam rumah tangga
orangtua tunggal (Evolving American Family, 1993).
Keluarga orangtua tunggal cenderung rapuh secara ekonomi dan sosial. Apabila
tidak ditopang oleh masyarakat yang peduli,hal ini dpat menciptakan lingkungan yang
merugikan dan tidak stabil bagi potensi pertumbuhan anak (Norton, Glick, 1986).
Untuk orang dewasa yang lain, keluarga orangtua tunggal merupakan gaya hidup
yang dipilih untuk menciptakan sistem yang terbuka dan bebas bagi perkembangan
orangtua dan anak. Dalam keluarga ini, pengambilan keputusan dan komunikasi terlihat
sebagai komitmen bersama antara orang tua dan anak, dan hubunganorangtua dan anak
dianggap sebagai sumber utama pemenuhan hidup.
6. KELUARGA CAMPURAN
Keluarga campuran juga dikenal dengan “keluarga rekonstitusi” atau “keluarga
kombinasi”, yang terdiri dari orangtua tiri dan anak tiri. Berpisah, bercerai, dan menikah
kembali merupakan hal yang umum diamerika serikat. Bercerai dan menikah kembali
dapat terjadi setiap saat dalam siklus kehidupan keluarga, sehingga memberi pengaruh
yang berbeda pada fungsi keluarga. Setiap saat dibutuhkan upaya untuk menstabilkan
kembali kelompok keluarga yang baru. Upaya emosional ini harus dilakukan sebelum
perkembangan keluarga dan perkembangan individu dapat berproses.
7. KELUARGA HOMOSEKSUAL
Keluarga homoseksual semakin dikenal dalam masyarakat barat. Anak anak
dalam keluarga ini dapat merupakan keturunan dari hubungan heteroseksual
sebelumnya, dikandung oleh salah satu anggota pasangan lesbian melalui inseminasi
artifisial, atau di adopsi. Pasangan homoseksual mempunyai kebutuhan biologis dan
psikologis yang sama dengan pasangan heteroselsual. Mereka juga mencari perawatan
berkualitas untuk diri mereka dan anak anak mereka.
8. UNIT KELUARGA
Meskipun sulit untuk mendefinisikan keluarga secara tepat, namun anggota
keluarga dapat menguraikan komposisi keluarganya dengan mudah. Anggota keluarga
mengetahui siapa yang merupakan sanak saudara dan siapa yang bukan, bagaimana
keluarga mempengaruhi hidup mereka, dan apa gaya keluarga yang mereka yakini.
Apapun definisi keluarga, suatu unit keluarga tidak lengkap tanpa orang dewasa.
Keluarga dapat terdiri dari orang orang dengan berbagai tingkatan usia atau jenis
kelamin yang diikat oleh hubungan darah atau kasih. Dari prespektif anak, keluarga
adalah seperangkat hubungan antara anak yang bergantung dan satu atau lebih orang
dewasa yang memberi perlindungan. Tanpa memperhatikan bentukkeluarga atau
masyarakat tempat keluarga berada, keluarga memiliki karakteristik abadi yang
memiliki efek sosial dan personal yang dalam.

9. FUNGSI KELUARGA
Sejalan dengan kemjuan keluarga dalam siklus kehidupannya, dari dewasa muda
menuju komitmen dua individu untuk berbagi hiudp dan mengakhirinya dengan
perpisahan keluarga karena kematian atrau perpisahan lain, keluarga mengemban
fungsi-fungsi tertentu untuk kesejahteraan anggota-anggota keluarga. Fungsi keluarga
mencangkup lima bidang dasar; biologi, ekonimo, pendidikan, psikologi, dan sosio-
budaya (WHO,1978). Fungsi fungsi interdependen ini tergantung kepada kesehatan
fisaik dan mental anggota keluarga. Setiap keluarga mengembangkan keyakinan, nilaim
dan perasaan bersama yang digunakan sebagai kriteria dalam memilih tindakan
alternatif.
Fungsi biologis meliputi reproduksi, upaya merawat dan membesarkan anak,
nutrisi, pemeliharaan kesehatan, dan rekreasi. Kemampuan untuk menjalankan fungsu-
fungsi ini secara tidak langsung membutuhkan persyaratan tertentu; keturunan genetik
yang sehat, penatalaksanaan fertilitas, perawatan selama siklus maternitas, perilaku diet
yang baik, pemanfaatan pelayanan kesehatan yang optimal, persahabatan dan perawatan
anggota keluarga.
Fungsi ekonomi meliputi mencari nafkah yang cukup untuk menjalankan fungsi-
fungsi lain, mengembangkan anggaran keluarga, dan memastikan keamanan keuangan
anggoota keluarga. Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas ini, keluarga harus memiliki
keterampilan, kesempatan, dan pengetahuan yang diperlukan.
Fungsi pendidikan meliputi mengajarkan keterampilan, sikap, dan pengetahuan
yang berhubungan dengan fungsi-fungsi lain. Anggota keluarga harus mempunyai akses
ke berbagai sumber dan memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memanfaatkan
sumber-sumber ini agar mampu melaksanakakn fungsi ini.
Fungsi psikologis keluarga diharapksn memberi lingkungann yang meningkatkan
perkembangan kepribadian secara alami. Keluarga harus memberi perlindungan
psikologis yang optimal dan meningkatkan kemampuan untuk membangun hubungan
dengan orang-orang di luar lingkungan keluarga. Tugas-tugas ini membutuhkan
kesehatan emosi yang stabil, ikatan kasih bersama juga kemampuan untuk saling
mendukung, menoleransi stres, dan mengatasi krisis.
Fungsi sosio-budaya berhubungan dengan sosialisasi anak-anak. Fungsi ini
meliputi penyampaian nilai-nilai yang berhubungan dengan perilaku, tradisi, agama, dan
sikap moral masyarakat yang sebelumnya atau yang sedang berlaku. Akibatnya, anggota
keluarga tunduk pada berbagai norma perilaku yang ditetapkan oleh masyarakat
mereka, yang berlaku untuk semua tahap kehidupan orang dewasa. Untuk melakukan
fungsi ini, keluarga harus memiliki “standar yang diterima” dan peka terhadap berbagai
kebutuhan sosial anak sesuai tingkatan usia mereka. Sebuah keluarga juga harus
menerima dan memberi contoh norma-norma perilaku masyarakat dan mau
menjelaskan, mempertahankan, dan meningkatkan standar-standar ini. Meskipun
fungsi-fungsi tertentu dihilangkan atau lebih ditekankan pada salah satu fase siklus
kehidupan keluarga (misalnya, perawatan dan sosialisasi anak anak adalah bagian dari
fase masa usia subur dan membesarkan anak), banyak fungsi-fungsi tersebut bersifat
kontinu untuk kelangsungan hidup dan kemajuan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/mobile/document/343373430/maternitas

https://id.scribd.com/mobile/doc/290168485/Konsep-Dasar-Keperawatan-Maternitas

Ali, Zaidin. 2002. Dasar- Dasar Keperawatan, Profesional. Widya Medika : Jakarta.
Deitra Leonard Lowdermik, dkk. 1999. Maternity Nursing, fifth edition. St.Louis: Mosby.
Emily Slone McKinney, dkk. 2000. Maternal-Child Nursing. W.B.Saunders Company.

Anda mungkin juga menyukai