Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

TRAUMA ABDOMEN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Amila Dinan Farihan (003STYC20) Nori Saputra (033STYC20)


Dea Wulandari (010STYC20) Ria Salfiani (039STYC20)
Fikri Arjimansani (015STYC20) Tomy (045STYC20
Jibran Ibrani (021STYC20) Pica Intia Dewi (051STYC20
Meyga Yunika Indahsari (027STYC20)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak-Nya
lah Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dengan judul "Makalah Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat Trauma Abdomen". Selain untuk tugas mata kuliah, kami sangat
berharap hasil makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan
kita serta dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia kesehatan terkhusus konsep
penatalaksanaan kegawatdaruratan pada trauma abdomen.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik
dan segi tata cara penulisan dan bahasa yang dipergunakan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
ilmu pengetahuan yang dimiliki anggota kelompok. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga dapat
bermanfaat khususnya bagi anggota kelompok selaku penyusun, mahasiswa kesehatan serta
masyarakat luas.

Mataram, 26 Juni 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...........................................................................................................................4
1.2. Tujuan.........................................................................................................................................5
1.3. Manfaat......................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................................6
2.1. Konsep Teori Trauma Abdomen...............................................................................................6
2.1.1 Definisi.......................................................................................................................................6
2.1.2. Etiologi......................................................................................................................................7
2.1.3. Klasifikasi............................................................................................................................8
2.1.4. Manifestasi Klinis................................................................................................................9
2.1.5. Patofisiologi.........................................................................................................................9
2.1.6. Pathway.............................................................................................................................10
2.1.7. Komplikasi.........................................................................................................................11
2.1.8. Penatalaksanaan.................................................................................................................11
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................................................15
2.2.1. Pengkajian..........................................................................................................................15
2.2.2. Diagnosis...........................................................................................................................16
2.2.3. Intervensi...........................................................................................................................17
2.2.4. Implementasi......................................................................................................................24
2.2.5. Evaluasi.............................................................................................................................25
BAB III.....................................................................................................................................................26
PENUTUP................................................................................................................................................26
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kasus-kasus kegawatdaruratan pada sistem pencernaan bisa disebabkan karena trauma
dan non trauma. Untuk kasus kegawatdaruratan sistem cerna ini biasa disebut dengan akut
abdomen. Akut abdomen adalah suatu keadaan klinik akibat kegawatan di rongga abdomen
biasanya timbul secara mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama yang memerlukan
penanganan segera. Salah satu kegawatdaruratan pada system pencernaan adalah disebabkan
oleh trauma. Trauma merupakan suatu kejadian fisik atau emosional serius yang
menyebabkan kerusakan substansial terhadap fisik dan psikologis seseorang dalam rentangan
waktu yang relatif lama (Taufik & Darmawan, 2020)
Trauma merupakan keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera yang bersifat holistic
dan dapat menyebabkan hilngnyaproduktifitas seserang. Trauma merupakan penyebab uama
kematian pada kelompok usia muda dan pproduktif di seluruh dunia. Seharusnya angka
kematian ini dapat di turunkan melalui upaya dan pencegahan yang optimal yang diberikan
sedini mungkin pada koebannya.
Menurut World Healthy Organization trauma merupakan masalah kesehatan yang
semakin signifikan di seluruh dunia. Setiap hari 16.000 oranng meniinggal karena luka-luka,
dan banyak juga dari mereka yang memiliki cacat permanen. Terhitung kasuus trauma
merupakan 16% dari beban penyakit dunia. Sekitar 90% dari total ttersebut kasus ini paling
banyak terdapat di Negara-negara yang berppenghasilan rendah dan menenggah.
Berdasarkan klasifikasinya, trauma dapat menyerupau cipitis, trauma thoraks, trauma
abdomen, trauma pelvis, trauma tulang belakang dan trauma musculoskeletal. Dan kasus
trauma abdomen mencapai peringkat ketiga penyebab kematian yang diakibatkan oleh
trauma. Kematian akibat trauma abdomennn seharusnya dapat di cegah namun kejadian ini
sering terlewatkan oleh karena adanya intoksikasi maupun sering di dahukui kasus trauma
capitis.
Trauma abdomen terbagi atas dua, yaitu: Trauma tembus (tajam) dan trauma tumpul.
Pada traumat embus (tajam) sering disebabkan oleh luka tusukan atau luka tembakan peluru
dan organ yang paling sering mengalami kerusaka adalah hatidan usus halus . Pada trauma
tumpul biasanya disebabkan oleh kecelakaan kendraan bermotor, terjatuh dan kekerasan ,
dan organ yang paling sering terkena adalah hati dan lien.

1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui devinis trauma abdomen
2. Untuk me ngetahui etiologi truma abdomen
3. Untuk mengetahui patofisiologi trauma abdomen
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik trauma abdomen
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan trauma abdomen
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang trauma abdomen
7. Untuk mengetahui Komplikasi trauma abdomen
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan trauma abdomen

1.3. Manfaat
1. Bagi mahasiswa keperawatan
Dapat membantu mahasiswa dalam melakukan asuahan keperawatan. Sehingga
mahasiswa atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan osteoporosis
dan Artritis
2. Bagi klien dan keluarga
Manfaat bagi keluarga dan pasien yaitu pasien dan keluarga dapat mengetahui gambaran
umum tentang trauma abdomen beserta perawatan yang benar bagi klien agar penderita
mendapat perawatan yang tepat dalam keluarganya
3. Bagi petugas Kesehatan
Manfaat praktis bagi petugas kesehatan yaitu agar petugas kehantan tersebut dapat
mengaplikasikan tentang trauma abdomen
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teori Trauma Abdomen


2.1.1 Definisi
Trauma adalah cedera fisik dan psikis atau kekerasan yang mengakibatkan cedera. Trauma
abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebapkan
perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelaianan imonologi dan
gangguan faal berbagai organ. Trauma pada abdomen dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:(sjamsuhidyat 2010)
a. Trauma penetrasi
- Luka tembak
- Luka tusuk
b. Trauma non-penetrasi
- Kompresi
- Hancurkan akibat kecelakan
- Sabuk pengaman
- Cedera akselerasi
c. Trauma pada dinding abdomen terdiri dari:
a) Kontusi
kontisio di dinding abdomen disebapkan trauma nonpenetrasi. Kontusio dinding
abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis
atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai
tumor
b) Laserasi; jiak terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi atau terjadi karena treauma penetrasi.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut sjamsuhidayat (2010) terdiri dari:
a) Perforasi organ visireal intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh bukti adanya cedera pada
dinding abdomen.

b) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen


Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
c) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diagfragma,
atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.

2.1.2. Etiologi
Kerusakan pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tembus, biasanya dapat
berupa tikaman atau tembakan serta trauma tumpul akibat kecelakaan mobil, pukulan
langsung ataupun jatuh (Boswick, 2014) dalam (Irtawati, dkk. 2019). Kecelakaan atau
trauma yang terjadi pada abdomen umumnya banyak disebabkan oleh trauma tumpul.
Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan yang tidak terkontrol merupakan
kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terbentur dengan setir kendaraan
atau benda tumpul lainnya. Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka
tembak sehingga terjadi kerusakan pada bagian abdomen. Selain luka tembak, trauma
abdomen dapat juga disebabkan oleh luka tusuk yang dapat menyebabkan trauma pada
organ internal di abdomen. Menurut (Mallapasi, 2014) dalam (Irtawati, dkk. 2019) trauma
pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak antara lain :
1. Trauma penetrasi
1) Trauma benda tumpul : Merupakan trauma abdomen penetrasi ke dalam
rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh,
kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat
berolahraga, benturan, ledakan deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman.
Trauma ini 50 % disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2) Trauma tembus : Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam
rongga peritoneum yang disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan
kerusakan yang besar dan serius di dalam rongga abdomen. Selain itu dapat
juga diakibatkan oleh luka tusuk. Dibandingkan dengan luka tembak, luka
tusuk menyebabkan trauma yang sedikit pada organ internal di abdomen.
2. Trauma non penetrasi
1) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
2) Hancur (tertabrak mobil)
3) Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut
4) Cedera akselerasi atau deserasi karena kecelakaan olahraga

2.1.3. Klasifikasi
Trauma pada abdomen dibedakan menjadi:
1. Trauma penetrasi : trauma tembak, trauma tusuk
2. Trauma non penetrasi atau trauma tumpul
1) Tenaga kompresi (hantaman) atau (compression or concussive forces), Berupa
hantaman langsung atau kompresi eksternal terhadap objek yang terfiksasi.
Seperti hancur akibat kecelakaan, atau sabuk pengaman yang salah (seat belt
injury). Hantaman dapat menyebabkan sobek dan hematom subkapsular pada
organ padat visera, dan peningkatan tekanan intralumen pada organ berongga
sehingga ruptur.Pengeluaran darah yang banyak dapat berlangsung di dalam
cavum abdomen tanpa atau dengan adanya tanda yang dapat diamati pemeriksa,
kegagalan dalam mengenali perdarahan intraabdominal akan menyebabkan
kematian dini pasca trauma.
2) Trauma tajam abdomen, Suatu ruda paksa mengakibatkan luka pada permukaan
tubuh dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum yang disebabkan oleh
tusukan benda tajam. Terdapat tiga bentuk luka:
 Luka iris atau luka sayat (vulnus scissum)
 Luka tembak atau luka tusuk (vulnus punctum)/terpotong luka tembak
kecepatan rendah yang mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi,
Luka tusuk sering mengenai hati sekitar 40%, mengenai usus halus 30%,
mengenai diafragma 20%, dan mengenai colon 15%.Luka tembak dapat
menyebabkan kerusakan yang lebih besar seperti mengenai usus halus 50%,
mengenai colon 40%, mengenai 30%, dan mengenai pembuluh darah
abdominal 25% (Wijaya, 2019).
 Luka bacok (vulnus caesum).
3) Trauma tumpul, Terkadang tidak menimbulkan kelainan yang jelas pada
permukaan tubuh, tetapi mengakibatkan cedera berupa kerusakan daerah organ
sekitar, patah tulang iga, cedera perlambatan (deselerasi), cedera kompresi,
peningkatan mendadak tekanan darah, pecahnya viskus berongga, kontusi atau
laserasi jaringan maupun organ dibawahnya. Terjadinya trauma tumpul
disebabkan oleh deselerasi cepat dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai
kelenturan (non compliance organ) seperti hati, lien, pankreas, dan ginjal.

2.1.4. Manifestasi Klinis


Terdapat beberapa manifestasi klinis yang terjadi pada kasus trauma abdomen
yang mana menurut (Sjamsuhidayat, 2010) dalam (Barokah, 2012) meliputi : nyeri tekan
di atas daerah abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu
tubuh, nyeri spontan. Pada trauma non penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi
biasanya terdapat adanya jejas atau ruptur di bagian dalam abdomen: terjadi perdarahan
intra abdominal. Apabila trauma terkena usus, motilitas usus terganggu sehingga fungsi
usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual,
muntah, dan BAB hitam (melena). Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai
beberapa jam setelah trauma. Cedera serius dapat terjadi walaupun tidak terlihat tanda
kontusio pada dinding abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat : terdapat luka
robekan pada abdomen, luka tusuk sampai menembus abdomen, biasanya organ yang
terkena penetrasi bias perdarahan memperparah keadaan keluar dari dalam abdomen.

2.1.5. Patofisiologi
Ketika kekuatan eksternal bekerja pada tubuh manusia (melalui kecelakaan lalu
lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga, dan jatuh dari ketinggian), tingkat keparahan
trauma adalah hasil dari interaksi antara faktor fisik kekuatan dan jaringan tubuh. Berat
ringannya trauma yang terjadi tergantung pada kemampuan benda statis (yang dipukul)
menahan tubuh. Pada titik benturan akibat perbedaan pergerakan jaringan tubuh,
mengakibatkan kerusakan jaringan. Sifat-sifat permukaan tempat tubuh bersandar juga
penting.
Trauma juga tergantung pada elastisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya.
Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada
benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut..
Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat
melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut
dapat terjadi cedera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
1. Peningkatan tekanan intra-abdomen yang tiba-tiba dan tajam karena tekanan
eksternal, seperti benturan dengan roda kemudi atau sabuk pengaman yang tidak
terpasang dengan benar menyebabkan pecahnya organ padat dan berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrata atau struktur tulang dinding toraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya
robek pada organ dan pedikel vaskuler
2.1.6. Pathway

2.1.7. Komplikasi
Komplikasi pada trauma abdomen yaitu :
1. Perdarahan dan syok hipovolemik
Setiap trauma abdomen (baik trauma tumpul dan trauma tembus) dapat
menimbulkan perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada trauma adalah
alat-alat parenkim,mesenterium, dan ligamenta; sedangkan alat-alat traktus
digestivus pada trauma tumpul biasanya tidak terkena.
2. Perforasi
Gejala perangsangan peritoneum yang terjadi dapat disebabkan oleh zat kimia atau
mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya lambung, maka
terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma dan timbul gejala
peritonitis hebat.
3. Menurunnya atau menghilangnya fungsi organ
Penurunan fungsi organ dapat disebabkan karena terjadinya perdarahan yang masif
tanpa penanganan yang adekuat sehingga pasokan darah ke organ tertentu menjadi
berkurang sehingga dapat mengakibatkan penurunan fungsi organ, bahkan fungsi
organ bisa menghilang.
4. Infeksi dan sepsis
Peradangan dan penumpukan darah dan cairan pada rongga peritoneal dapat
menyebabkan mudahnya bakteri untuk menginfeksi sehingga risiko terjadinya
infeksi sangat tinggi, dan apabila infeksi tak terkendali, mikroorganisme penyebab
infeksi dapat masuk ke dalam darah dan mengakibatkan syok sepsis.

2.1.8. Penatalaksanaan
1. Penanganan Awal (Pre Hospital)
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa,
harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin
harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya,
maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada
indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
1) Airway (dengan kontrol Tulang Belakang) : Membuka jalan napas
menggunakan teknik ‘head tilt chin ligt’ atau menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang mengakibatkan tertutupnya
jalan napas, muntah, makanan, adanya darah atau benda asing lainnya.
2) Breathing (dengan Ventilasi Yang Adekuat) : Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat-dengan rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak, Selanjutnya lakukan pemeriksaan
status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidak nya pernapasan).
3) Circulation (dengan Kontrol Perdarahan Hebat) : Jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika
tidak ada tanda-tanda sirkulasi lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio
kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15:2 (15
kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas)
Penanganan awal trauma non-penetrasi (trauma tumpul) antara lain :

a. Stop makanan dan minuman


b. Imobilisasi
c. Pemeriksaan Fisik
d. Memberikan kompres
e. Masuk RS
f. Diagnostic peritoneal Lavage (DPL), dilakukan pada trauma abdomen
perdarahan intra abdomen, tujuan dari DPL adalah untuk mengetahui lokasi
perdarahan intra abdomen. Indikasi untuk melakukan DPL, antara lain:
a) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
b) Trauma pada bagian bawah dari dada
c) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
d) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat alcohol,
cedera otak)
e) Pasien cedera abdominalis dan cedera medulla spinalis (sumsum
tulang belakang)
f) Patah tulang pelvis, pemeriksaan DPL dilakukan melalui anus, jika
terdapat darah segar dalam BAB atau sekitar anus berarti trauma non-
penetrasi (trauma tumpul) mengenai kolon atau usus besar, dan
apabila darah hitam terdapat pada BAB atau sekitar anus berarti
trauma non-penetrasi (trauma tumpul). usus halus atau lambung.
Apabila telah diketahui hasil Diagnostic Peritoneal lavage (DPL),
seperti adanya darah pada rektum atau pada saat BAB. Perdarahan
dinyatakan positif bila sel darah merah lebih dari 100.000 sel/mm3,
empedu atau amylase dalam jumlah yang cukup juga merupakan
indikasi untuk cedera abdomen. Tindakan selanjutnya akan dilakukan
prosedur laparotomi. Kontra indikasi dilakukan diagnostik peritoneal
lavage (DPL), antara lain
 Hamil
 Pernah operasi abdominal
 Operator tidak berpengalaman
 Bila hasilnya tidak akan merubah piñata-laksanaan

Penanganan awal trauma penetrasi (trauma tajam)

a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis
b. Penanganan bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan
kain kasa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga
tidak memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban
bersih.
a) Mobilisasi Pasien
b) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
c) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang
d) Kirim ke rumah sakit

2. Penanganan Rumah Sakit (Hospital)


1) Trauma Penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, harus dilakukan
memeriksa luka secara lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini
sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
a. Skrining pemeriksaan rontgen Foto rontgen torak tegak berguna untuk
menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk
menemukan adanya udara intraperitoneum. Serta rontgen abdomen sambil
tidur (supine) untuk menentukan ,jalan peluru atau adanya udara
Retroperitoneum.
b. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning ini dilakukan untuk
mengetahui jenis cedera ginjal yang ada.
c. Uretrografi : dilakukan untuk mengetahui adanya ruptur uretra
d. Sistografi Ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada:
a) Fraktur pelvis
b) Trauma non-penetrasi
2) Penanganan pada trauma benda tumpul (non penetrasi)
a. Pengambilan contoh darah dan urin, Darah diambil dari salah satu vena
permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk
pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potassium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen, Pemeriksaan rontgen servikal lateral, toraks,
anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada
penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retroperitoneal atau udara bebas dibawah diafragma, yang
keduanya memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal, Dilakukan pada cedera yang
meliputi daerah duodenum, kolon asendens atau desendens dan dubur.

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
Menurut (Paula 2015) berikut konsep dasar asuhan keperawatn dari trauma abdomen:
1. Primary Survery
1) Airway : memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya sumbatan atau
obstruksi
2) Breathing : Memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas teratur,
tidak ada dyspnea, tidak adanya napas cuping hidung, serta suara napas
vaskuler
3) Circulation : Nadi lemah atau tidak teraba, cepat >100x/menit, tekanan darah
dibawah normal bila terjadi syok, pucat karena perdarahan, sianosis, kaji
jumlah perdarahan dan lokasi, capillary refill >2 detik apabila ada perdarahan,
serta penurunan kesadaran
4) Disability : Kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil anisokor apabila
adanya diskontinuitas saraf yang berdampak pada medulla spinalis.
5) Exposure atau Environment : Apabila ada Fraktur terbuka di femur dekstra,
luka laserasi pada wajah dan tangan, memar pada abdomen dan perut tegang.
2. Secondary Survey
1) Kepala : wajah, kulit kepala, tulang tengkorak, mata, telinga, dan mulut.
Temuan yang dianggap kritis : apabila terdapat patah tulang tengkorak (terbuka
atau tertutup), robekan/laserasi pada kulit kepala, adanya darah atau muntah
atau kotoran di dalam mulut, adanya pengeluaran cairan serebrospinal dari
telinga maupun hidung.
2) Leher : lihat pada bagian depan, trakea, otot leher bagian belakang, vena
jugularis. Temuan yang dianggap kritis : apabila terdapat distensi vena
jugularis deviasi trakea atau tugging serta emfisema kulit.
3) Dada : lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otot-otot aksesoris,
pergerakan dada serta suara paru. Temuan yang dianggap kritis : adanya
luka terbuka, sucking chest wound (open pneumothorax), flail chest
dengan gerakan dada paradoksal, suara paru hilang atau melemah, gerakan
dada sangat lemah dengan pola napas yang tidak adekuat (disertai dengan
gangguan otot aksesoris).
4) Sirkulasi : ditemukannya keadaan bradipneu, takipneu, hipoventilasi atau
hiperventilasi.
5) Abdomen : memar pada abdomen dan tampak semakin tegang, lakukan
auskultasi dan palpasi serta perkusi pada abdomen. Temuan yang dianggap
kritis : ditemukannya penurunan bising usus, nyeri tekan pada abdomen bunyi
dullnes.
6) Pelvis : daerah pubik, stabilitas pelvis, krepitasi dan nyeri tekan. Temuan yang
dianggap kritis : ditemukannya pelvis yang lunak, nyeri tekan dan stabilitas
serta pembengkakan di daerah pubik.
7) Ekstremitas : ditemukannya fraktur terbuka di femur dextra , ada luka laserasi
pada tangan, denyut nadi, fungsi motorik, serta fungsi sensori. Temuan yang
dianggap kritis : melemah atau menghilangnya denyut nadi, menurun atau
hilangnya fungsi motorik atau sensori.
8) Eliminasi : Adanya inkontinensia kandung kemih atau usus mengalami
gangguan fungsi.
9) Neurosensory : kehilangan kesadaran sementara,vertigo, kehilangan kesadaran
sampai koma, perubahan status mental serta kesulitan dalam menentukan
posisi.
2.2.2. Diagnosis
Berikut beberapa diagnosis yang dapat muncul berdasarkan Tim Pokja PPNI SDKI,
(2018) yang mana terjadi pada pasien dengan adanya trauma abdomen, baik trauma
abdomen tumpul maupun trauma abdomen tajam. Dimana diagnosis tersebut didapatkan
dari tuntutan masalah yang muncul pada pathway trauma abdomen.
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik ( misalnya abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma serta latihan fisik
berlebihan)
2. Resiko infeksi d.d dengan prosedur 21 invasive, peningkatan paparan organisme
lingkungan
3. Resiko syok
4. Deficit nutrisi

2.2.3. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan guna
mencapai setiap tujuan khusus yang meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian
rangkaian asuhan keperawatan kepada pasien berdasarkan analisis pengkajian agar
masalah kesehatan serta keperawatan pasien dapat teratasi.

No SDKI SLKI SIKI


.
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan diharapkan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
keluhan nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Idenfitikasi respon nyeri non
2. Meringis menurun verbal
3. Sikap protektif 4. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan memperingan
4. Gelisah menurun nyeri
5. Kesulitan tidur 5. Identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
6. Frekuensi nadi 6. Identifikasi pengaruh budaya
membaik terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetic
Terapeutik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Resiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi Manajemen imunitas/vaksinasi
keperawatan selama 1x24 Observasi
jam maka Tingkat infeksi
1. Identifikasi riwyat kesehatan
Menurun dengan Kriteria
dan riwayat alergi
hasil :
2. Identifikasi kontraindikasi
1. Demam (5)
pemberian imunisasi (mis.
2. Kemerahan (5)
Rekasi anafilaksis terhadap
3. Nyeri (5)
4. Bengkak (5)
vaksin sebelumnya dan sakit
5. Fesikel (5)
parah dengan tanpa dengan
6. Caran berbau busuk (5)
3. Identifikasi status imunisasi
7. Sputum berwarnaa
setiap kunjungan kepeayanan
hijau (5)
kesehatan
8. Drainase purulent (5)
Terapeutik
9. Piuna (5)
1. Berikan suntikan suntikan
10. Periode malaise (5)
pada bayi di bagian paha
11. Periode mengigil (5)
anterolateral
12. Latergi (5)
2. Dokumnetasikan
informasi vaksinasi (mis.nama
produsen, tanggal
kadaluwarsa)
3. Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi

1. Jelaskan tujuan, manfaat ,


reaksi yang terjadi, jadwal,
efek samping
2. Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah (mis.
Hepatitis B, BCG, ifterik,
tetanus, pertussis, H influenza,
folio, campak, measles,
rubella)
3. Informasikan imunisasi yang
melindungi terhadap penyakit
namun aat ii tidak diwajibkan
emerintah (mis. Influenza
dan pneumokokus)
4. Informasikan vaksinasi untuk
kejadian kasus (mis. Rabies
dan tetanus)
5. Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
Pencegahan infeksi

Observasi

1. Monitor tanda dan gejala infeksi


local dan sistemik
Terapeutik
1. Batasi pengunjung
2. Berikan perawaatn kulit pada
area edema
3. Cuci tangan sebelum dan
sedudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
4. Pertahankan tehnik aseptic
pada pasien beresiko tinggi
Edukasi

1. Jelaskan tanda dan gejala


infeksi

2. Ajarkan cara cuci tangan


dengan benar
3. Ajarkan etika batuk

4. Ajarkan cara meeriksa kondisi


luka atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
3. Resiko syok Setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan
1. Monitor status kardiopulmonal
selama 1x24 jam tingkat
(frekuensi dan kekuatan nadi,
syok menurun dengan
frekuensi nafas, TD, MAP)
kriteria hasil:
2. Monitor status oksigenasi
1. Kekuatan nadi
(oksimetri nadi,AGD)
meningkat
3. Monitor status cairan (masukan
2. Tingkat kesadaran
dan haluaran, tugor kulit, CRT)
meningkat
4. Monitor tingkat kesadaran dan
3. Pucat menurun
respon pupil
4. Akral dingin menurun 5. Periksa riwayat alergi

5. Tekanan diastol Terapeuktik:


membaik
1. Berikan oksigen untuk
6. Takanan nadi
mempertahankan saturasi >94%
membaik
2. Persiapkan intubasi fentilasi
7. Frekuensi nadi
mekanis, jika perlu
membaik
3. Pasang jalur IV, jika perlu
8. Frekuensi nadi
4. Pasang kateter urine untuk menilai
membaik
produksi urine, jika perlu
5. Lakukan skin texs untuk mencegah
reaksi alergi
Edukasi:
1. Jelaskan penyebap/ faktor resiko
syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
3. Anjurkan melapor jika
menemukan/ tanda dan gejala awal
syok
4. Anjurkan memperbanyakasupan
cairan oral
5. Anjurkan menghindari alergen

Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian IV, jika


perlu

2. Kolaborasi transpusi darah, jika


perlu

3. Kolaborasi pemberian antinflamasi,


jika perlu
4. Defisit Nutrisi Luaran Utama : status Intervensi Utama :
nutrisi Manajemen Nutrisi
Luaran Tambahan : Observasi
1. Berat badan 1. Identifikasi status nutrisi
2. Eliminsai fekal 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
3. Fungsi gastrointestinal makanan
4. Nafsu makan 3. Identifikasi makanan yang disukai
5. Perilaku meningkatkan
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
berat badan
jenis nutrient
6. Status menelan
5. Identifikasi perlunya
7. Tingkat depresi
penggunaan selang nasogastric
8. Tingkat nyeri
6. Monitor asupan makanan
Ekspektasi : membaik
Kriteria Hasil : 7. Monitor berab badan
1. Berat badan (5)
8. Monitor hasil pemeriksaan
2. Indeks masa tubuh (5)
laboratorium
3. Frekuensi makanan
Terapeutik
(5)
4. Nafsu makan (5)
1. Lakukan oral hygiene
5. Bising usus (5)
sebelum makan, jika perlu
6. Tebal lipatan kulit
2. Fasilitasi menentukan
trisep (5)
pedoman diet(mis. Piramida
7. Membrane mukosa
makanan)
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
7. Hentikan pemberian makanan
makanan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang di
programkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis.pereda nyeri, antiemetic),
jika perlu

2. Kolaborasi dengn ahli gizi


untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

2.2.4. Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari
tindakan mandiri, saling ketergantungan atau kolaborasi, dan tindakan rujukan atau
ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering implementasi jauh berbeda dengan
rencana. Hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis
dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu
apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan.

Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal, dan juga
tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan klien sesuai dengan kondisi saat ini. Perawat juga ternilai diri sendiri, apakah
mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknik sesuai dengan tindakan yang
dilaksanakan.

2.2.5. Evaluasi
Evaluasi ini berpacu pada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Dalam tahap ini,
perawat menemukan penyebab sesuatu proses keperawatan dapat berhasil atau
sebaliknya. Perawat menemukan reaksi pasien terhadap intervensi keperawatan yang
telah diberikan dan menetapkan sesuatu yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan
yang dapat diterima Evaluasi yaitu perbandingan sebuah hasil/perbuatan dengan standar
yang sudah ada tujuan untuk pengambilan keputusan yang pas dan sejauh mana tujuan
tersebut akan tercapai.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat
menyebapkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelaianan
imonologi dan gangguan faal berbagai organ penyebab trauma abdomen antara lain
Penyebap trauma penetrasi dan Penyebap trauma non-penetrasi, trauma abdomen ini bisa
menimbulkan manifestasi kilinis meliputi: nyeri tekanan diatas daera abdomen, distensi
abdomen, demam, anoreexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri
spontan.penatalaksanaannya adalah Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan
dalam rongga peritoneum, merupakan indikasi untuk laparotomy, Pemasanggan NGT
memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen dan Pemberian antibiotic
mencegah infeksi. pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan trauma abdomen adalah
Pemriksaan rontgen dan Diagnostik peritoneol lavage (DPL), komplikasi yang disebabkan
karena adanya trauma pada abdomen adalah dalam waktu segera dapat terjadi syok
hemoragik dan cidera, pada fase lanjut dapat teradi infeksi, thrombosis vena, emboli
pulmonar

DAFTAR PUSTAKA

Barokah, T., 2012. Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Diagnosa Trauma Abdomen Post
Laparotomi atas Indikasi Internal Bleeding di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD.
DR. Moewardi di Surakarta.

Irtawati, dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Trauma Abdomen. Stikes Nani
Hasanuddin, Makassar.
Wijaya. dkk, A. S. (2019). Kegawatdaruratan Dasar. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.

Taufik, T. F., & Darmawan, F. (2020). Laporan Kasus: Trauma Tusuk Abdomen Dengan
Eviserasi Usus Pada Anak Laki-laki Usia 16 Tahun. MAJORITY, 9(2), 68-72.

Napitupulu, D. S., Situmorang, P. R., Bangun, S. R., & br Tarigan, R. V. (2021). TRAUMA
ABDOMEN dan PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEGERA TERKAIT TRAUMA
PADA ABDOMEN. Jurnal Pengabdian Kesehatan (JUPKes), 1(1), 28-42.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai