TRAUMA ABDOMEN
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik
dan segi tata cara penulisan dan bahasa yang dipergunakan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
ilmu pengetahuan yang dimiliki anggota kelompok. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga dapat
bermanfaat khususnya bagi anggota kelompok selaku penyusun, mahasiswa kesehatan serta
masyarakat luas.
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...........................................................................................................................4
1.2. Tujuan.........................................................................................................................................5
1.3. Manfaat......................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................................6
2.1. Konsep Teori Trauma Abdomen...............................................................................................6
2.1.1 Definisi.......................................................................................................................................6
2.1.2. Etiologi......................................................................................................................................7
2.1.3. Klasifikasi............................................................................................................................8
2.1.4. Manifestasi Klinis................................................................................................................9
2.1.5. Patofisiologi.........................................................................................................................9
2.1.6. Pathway.............................................................................................................................10
2.1.7. Komplikasi.........................................................................................................................11
2.1.8. Penatalaksanaan.................................................................................................................11
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................................................15
2.2.1. Pengkajian..........................................................................................................................15
2.2.2. Diagnosis...........................................................................................................................16
2.2.3. Intervensi...........................................................................................................................17
2.2.4. Implementasi......................................................................................................................24
2.2.5. Evaluasi.............................................................................................................................25
BAB III.....................................................................................................................................................26
PENUTUP................................................................................................................................................26
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui devinis trauma abdomen
2. Untuk me ngetahui etiologi truma abdomen
3. Untuk mengetahui patofisiologi trauma abdomen
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik trauma abdomen
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan trauma abdomen
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang trauma abdomen
7. Untuk mengetahui Komplikasi trauma abdomen
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan trauma abdomen
1.3. Manfaat
1. Bagi mahasiswa keperawatan
Dapat membantu mahasiswa dalam melakukan asuahan keperawatan. Sehingga
mahasiswa atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan osteoporosis
dan Artritis
2. Bagi klien dan keluarga
Manfaat bagi keluarga dan pasien yaitu pasien dan keluarga dapat mengetahui gambaran
umum tentang trauma abdomen beserta perawatan yang benar bagi klien agar penderita
mendapat perawatan yang tepat dalam keluarganya
3. Bagi petugas Kesehatan
Manfaat praktis bagi petugas kesehatan yaitu agar petugas kehantan tersebut dapat
mengaplikasikan tentang trauma abdomen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Etiologi
Kerusakan pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tembus, biasanya dapat
berupa tikaman atau tembakan serta trauma tumpul akibat kecelakaan mobil, pukulan
langsung ataupun jatuh (Boswick, 2014) dalam (Irtawati, dkk. 2019). Kecelakaan atau
trauma yang terjadi pada abdomen umumnya banyak disebabkan oleh trauma tumpul.
Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan yang tidak terkontrol merupakan
kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terbentur dengan setir kendaraan
atau benda tumpul lainnya. Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka
tembak sehingga terjadi kerusakan pada bagian abdomen. Selain luka tembak, trauma
abdomen dapat juga disebabkan oleh luka tusuk yang dapat menyebabkan trauma pada
organ internal di abdomen. Menurut (Mallapasi, 2014) dalam (Irtawati, dkk. 2019) trauma
pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak antara lain :
1. Trauma penetrasi
1) Trauma benda tumpul : Merupakan trauma abdomen penetrasi ke dalam
rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh,
kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera akibat
berolahraga, benturan, ledakan deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman.
Trauma ini 50 % disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2) Trauma tembus : Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam
rongga peritoneum yang disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan
kerusakan yang besar dan serius di dalam rongga abdomen. Selain itu dapat
juga diakibatkan oleh luka tusuk. Dibandingkan dengan luka tembak, luka
tusuk menyebabkan trauma yang sedikit pada organ internal di abdomen.
2. Trauma non penetrasi
1) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
2) Hancur (tertabrak mobil)
3) Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut
4) Cedera akselerasi atau deserasi karena kecelakaan olahraga
2.1.3. Klasifikasi
Trauma pada abdomen dibedakan menjadi:
1. Trauma penetrasi : trauma tembak, trauma tusuk
2. Trauma non penetrasi atau trauma tumpul
1) Tenaga kompresi (hantaman) atau (compression or concussive forces), Berupa
hantaman langsung atau kompresi eksternal terhadap objek yang terfiksasi.
Seperti hancur akibat kecelakaan, atau sabuk pengaman yang salah (seat belt
injury). Hantaman dapat menyebabkan sobek dan hematom subkapsular pada
organ padat visera, dan peningkatan tekanan intralumen pada organ berongga
sehingga ruptur.Pengeluaran darah yang banyak dapat berlangsung di dalam
cavum abdomen tanpa atau dengan adanya tanda yang dapat diamati pemeriksa,
kegagalan dalam mengenali perdarahan intraabdominal akan menyebabkan
kematian dini pasca trauma.
2) Trauma tajam abdomen, Suatu ruda paksa mengakibatkan luka pada permukaan
tubuh dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum yang disebabkan oleh
tusukan benda tajam. Terdapat tiga bentuk luka:
Luka iris atau luka sayat (vulnus scissum)
Luka tembak atau luka tusuk (vulnus punctum)/terpotong luka tembak
kecepatan rendah yang mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi,
Luka tusuk sering mengenai hati sekitar 40%, mengenai usus halus 30%,
mengenai diafragma 20%, dan mengenai colon 15%.Luka tembak dapat
menyebabkan kerusakan yang lebih besar seperti mengenai usus halus 50%,
mengenai colon 40%, mengenai 30%, dan mengenai pembuluh darah
abdominal 25% (Wijaya, 2019).
Luka bacok (vulnus caesum).
3) Trauma tumpul, Terkadang tidak menimbulkan kelainan yang jelas pada
permukaan tubuh, tetapi mengakibatkan cedera berupa kerusakan daerah organ
sekitar, patah tulang iga, cedera perlambatan (deselerasi), cedera kompresi,
peningkatan mendadak tekanan darah, pecahnya viskus berongga, kontusi atau
laserasi jaringan maupun organ dibawahnya. Terjadinya trauma tumpul
disebabkan oleh deselerasi cepat dan adanya organ-organ yang tidak mempunyai
kelenturan (non compliance organ) seperti hati, lien, pankreas, dan ginjal.
2.1.5. Patofisiologi
Ketika kekuatan eksternal bekerja pada tubuh manusia (melalui kecelakaan lalu
lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga, dan jatuh dari ketinggian), tingkat keparahan
trauma adalah hasil dari interaksi antara faktor fisik kekuatan dan jaringan tubuh. Berat
ringannya trauma yang terjadi tergantung pada kemampuan benda statis (yang dipukul)
menahan tubuh. Pada titik benturan akibat perbedaan pergerakan jaringan tubuh,
mengakibatkan kerusakan jaringan. Sifat-sifat permukaan tempat tubuh bersandar juga
penting.
Trauma juga tergantung pada elastisitas dan viskositas dari jaringan tubuh.
Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya.
Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada
benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut..
Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat
melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut
dapat terjadi cedera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
1. Peningkatan tekanan intra-abdomen yang tiba-tiba dan tajam karena tekanan
eksternal, seperti benturan dengan roda kemudi atau sabuk pengaman yang tidak
terpasang dengan benar menyebabkan pecahnya organ padat dan berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrata atau struktur tulang dinding toraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya
robek pada organ dan pedikel vaskuler
2.1.6. Pathway
2.1.7. Komplikasi
Komplikasi pada trauma abdomen yaitu :
1. Perdarahan dan syok hipovolemik
Setiap trauma abdomen (baik trauma tumpul dan trauma tembus) dapat
menimbulkan perdarahan. Yang paling banyak terkena robekan pada trauma adalah
alat-alat parenkim,mesenterium, dan ligamenta; sedangkan alat-alat traktus
digestivus pada trauma tumpul biasanya tidak terkena.
2. Perforasi
Gejala perangsangan peritoneum yang terjadi dapat disebabkan oleh zat kimia atau
mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas, misalnya lambung, maka
terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah trauma dan timbul gejala
peritonitis hebat.
3. Menurunnya atau menghilangnya fungsi organ
Penurunan fungsi organ dapat disebabkan karena terjadinya perdarahan yang masif
tanpa penanganan yang adekuat sehingga pasokan darah ke organ tertentu menjadi
berkurang sehingga dapat mengakibatkan penurunan fungsi organ, bahkan fungsi
organ bisa menghilang.
4. Infeksi dan sepsis
Peradangan dan penumpukan darah dan cairan pada rongga peritoneal dapat
menyebabkan mudahnya bakteri untuk menginfeksi sehingga risiko terjadinya
infeksi sangat tinggi, dan apabila infeksi tak terkendali, mikroorganisme penyebab
infeksi dapat masuk ke dalam darah dan mengakibatkan syok sepsis.
2.1.8. Penatalaksanaan
1. Penanganan Awal (Pre Hospital)
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa,
harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin
harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya,
maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada
indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
1) Airway (dengan kontrol Tulang Belakang) : Membuka jalan napas
menggunakan teknik ‘head tilt chin ligt’ atau menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang mengakibatkan tertutupnya
jalan napas, muntah, makanan, adanya darah atau benda asing lainnya.
2) Breathing (dengan Ventilasi Yang Adekuat) : Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat-dengan rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak, Selanjutnya lakukan pemeriksaan
status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidak nya pernapasan).
3) Circulation (dengan Kontrol Perdarahan Hebat) : Jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika
tidak ada tanda-tanda sirkulasi lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio
kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15:2 (15
kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas)
Penanganan awal trauma non-penetrasi (trauma tumpul) antara lain :
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis
b. Penanganan bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan
kain kasa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga
tidak memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang
keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban
bersih.
a) Mobilisasi Pasien
b) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
c) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang
d) Kirim ke rumah sakit
2.2.3. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan guna
mencapai setiap tujuan khusus yang meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian
rangkaian asuhan keperawatan kepada pasien berdasarkan analisis pengkajian agar
masalah kesehatan serta keperawatan pasien dapat teratasi.
Observasi
Kolaborasi:
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis.pereda nyeri, antiemetic),
jika perlu
2.2.4. Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari
tindakan mandiri, saling ketergantungan atau kolaborasi, dan tindakan rujukan atau
ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering implementasi jauh berbeda dengan
rencana. Hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis
dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu
apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan.
Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal, dan juga
tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan klien sesuai dengan kondisi saat ini. Perawat juga ternilai diri sendiri, apakah
mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknik sesuai dengan tindakan yang
dilaksanakan.
2.2.5. Evaluasi
Evaluasi ini berpacu pada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Dalam tahap ini,
perawat menemukan penyebab sesuatu proses keperawatan dapat berhasil atau
sebaliknya. Perawat menemukan reaksi pasien terhadap intervensi keperawatan yang
telah diberikan dan menetapkan sesuatu yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan
yang dapat diterima Evaluasi yaitu perbandingan sebuah hasil/perbuatan dengan standar
yang sudah ada tujuan untuk pengambilan keputusan yang pas dan sejauh mana tujuan
tersebut akan tercapai.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat
menyebapkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelaianan
imonologi dan gangguan faal berbagai organ penyebab trauma abdomen antara lain
Penyebap trauma penetrasi dan Penyebap trauma non-penetrasi, trauma abdomen ini bisa
menimbulkan manifestasi kilinis meliputi: nyeri tekanan diatas daera abdomen, distensi
abdomen, demam, anoreexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri
spontan.penatalaksanaannya adalah Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan
dalam rongga peritoneum, merupakan indikasi untuk laparotomy, Pemasanggan NGT
memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen dan Pemberian antibiotic
mencegah infeksi. pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan trauma abdomen adalah
Pemriksaan rontgen dan Diagnostik peritoneol lavage (DPL), komplikasi yang disebabkan
karena adanya trauma pada abdomen adalah dalam waktu segera dapat terjadi syok
hemoragik dan cidera, pada fase lanjut dapat teradi infeksi, thrombosis vena, emboli
pulmonar
DAFTAR PUSTAKA
Barokah, T., 2012. Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Diagnosa Trauma Abdomen Post
Laparotomi atas Indikasi Internal Bleeding di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD.
DR. Moewardi di Surakarta.
Irtawati, dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Trauma Abdomen. Stikes Nani
Hasanuddin, Makassar.
Wijaya. dkk, A. S. (2019). Kegawatdaruratan Dasar. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.
Taufik, T. F., & Darmawan, F. (2020). Laporan Kasus: Trauma Tusuk Abdomen Dengan
Eviserasi Usus Pada Anak Laki-laki Usia 16 Tahun. MAJORITY, 9(2), 68-72.
Napitupulu, D. S., Situmorang, P. R., Bangun, S. R., & br Tarigan, R. V. (2021). TRAUMA
ABDOMEN dan PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEGERA TERKAIT TRAUMA
PADA ABDOMEN. Jurnal Pengabdian Kesehatan (JUPKes), 1(1), 28-42.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia