DISUSUN OLEH :
Dina Ayu Septiani (011 STYC20)
Lalu Mohamad Naufal Rifqi (024 STYC20)
MeygaYunikaIndahsari (029 STYC20)
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
1.1 KEWARGANEGARAAN.................................................................................3
1.3 DEMOKRASI...................................................................................................18
3
PEMBAHASAN
1.1 KEWARGANEGARAAN
A. Pengertian Kewarganegaraan
Pengertian kewarganegaraan dapat dibedakan dalam dua arti yaitu
kewarganegaraan dalam arti formal dan kewarganegaraan dalam arti material.
Kewarganegaraan dalam arti formal menunjuk pada hal ikhwal masalah
kewarganegaraan yang umumnya berada pada ranah hukum publik.
Kewarganegaraan dalam arti formal membicarakan hal ikhwal masalah
kewarganegaraan seperti siapakah warga negara, bagaimana cara memperoleh
kewarganegaraan, pewarganegaraan, bagaimana kehilangan kewarganegaraan,
dan seterusnya.
Sedangkan kewarganegaraan dalam arti material adalah akibat hukum
dari pengertian kewarganegaraan itu sendiri. Kewarganegaraan dalam arti
material menunjuk pada akibat hukum dari status kewarganegaraan yaitu adanya
hak dan kewajiban warga negara. Kewarganegaraan dalam arti material ini
merupakan isi dari kewarganegaraan itu sendiri yaitu masalah hak dan
kewajiban warga negara.
Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki
pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan.
B. Penentuan Kewarganegaraan
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang dikenal dengan adanya
asas kewarganegaraan yaitu asas ius soli dan asas ius sanguinis.
Asas ius adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
menurut daerah atau negara tempat dimana orang tersebut dilahirkan.Asas ius
soli disebut juga asas daerah kelahiran. Sedang asas ius sanguinis ialah asas
yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut pertalian daerah atau
keturunan dari orang yang bersangkutan.
Asas ius solidan asas ius sanguinis dianggap sebagai asas yang utama
dalam menentukan status hukum kewarganegaraan. Pada sekarang ini
umumnya negara menganut kedua asas tersebut secara simultan.
Negara-negara imigran yaitu negara yang sebagian besar warganya
merupakan kaum pendatang atau cenderung didatangi orang asing, maka
4
kecenderungannya menggunakan asas ius soli sebagai asas
kewarganegaraannya. Adapun dasar pertimbangannya adalah negara
menghendaki warga baru segera melebur diri sebagai warga negara di negara
tersebut. Contoh: Amerika Serikat menerapkan asas ius soli , yaitu
menentukan kewarganegaraan berdasarkan faktor tanah kelahiran.
Sebaliknya negara-negara emigran yaitu negara yang warganya cenderung
keluar dari negara, maka kecenderungannya lebih menggunakan asas ius
sanguinis. Penentuan asas kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap
warga negara dapat menimbulkan masalah kewarganegaraan bagi seorang
warga. Masalah kewarganegaraan tersebut adalah timbulnya apatride dan
bipatride.
Apatride berasal dari kata a yang artinya tidak dan patride yang artinya
kewarganegaraan. Jadi patride adalah orang-orang yang tidak memiliki
kenegaraan. Apatride ini bisa dialami oleh orang yang dilahirkan dari orang
tua yang negaranya menganut asas ius soli dinegara atau dalam wilayah negara
yang menganut asas ius sanguinis. Kemudian Bipatride berasal dari kata bi
yang artinya dua dan patride yang berarti kewarganegaraan. Jadi bipatride
adalah orang-orang yang memiliki kewarganegaraan rangkap (ganda).
Bipatride ini bisa dialami pada orang yang dilahirkan dari orang tua yang
negaranya menganut asas ius sanguinis didalam wilayah negara yang
menganut asas ius soli. Oleh negara asal orang tuanya orang itu dianggap
sebagai warga negara karena ia adalah keturunan dari warga negaranya.
C. Cara Memperoleh dan Kehilangan Kewarganegaraan
Ada beberapa cara orang memperoleh status kewarganegaraan dan
kehilangan kewarganegaraan. Cara memperoleh kewarganegaraan adalah:
Citizenship by birth, memperoleh kewarganegaraan karena kelahiran. Jadi setiap
orang yang lahir diwilayah negara dianggap sah sebagai warga negara karena
suatu negara menganut asas ius sanguinis.
1. Citizenship by descent, memperoleh kewarganegaraan karena keturunan. Jadi
orang yang lahir diluar wilayah negara dianggap sebagai warga negara
apabila orangtuanya adalah warga negara dari negara tersebut karena
negaranya menganut asas ius sanguinis.
5
2. Citizenship by naturalization, pewarganegaraan orang asing atas kehendak
sendiri atas permohonan menjadi warga negara suatu negara dengan
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
3. Citizenship by registration, pewarganegaraan bagi mereka yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu yang dianggap cukup dilakukan melalui
prosedur asministrasi yang lebih sederhana dibandingkan naturalisasi.
4. Citizenship by incorporation of territory, proses kewarganegaraan karena
terjadi perluasan wilayah negara.
Selanjutnya orang dapat kehilangan kewarganegaraan karena tiga
kemungkinan/cara, yaitu:
1. Renunciation, tindakan sukarela seseorang untuk meninggalkan status
kewarganegaraan yang diperoleh di dua negara atau lebih.
2. Termination, penghentian status kewarganegaraan sebagai tindakan hukum
karena yang bersangkutan mendapat kewarganegaraan negara lain.
3. Deprivation, pencabutan secara paksa status kewarganegaraan karena yang
bersangkutan dianggap telah melakukan kesalahan, pelanggaran atau
terbukti tidak setia kepada negara berdasar undang-undang.
D. Warga Negara Dan Kewarganegaraan Di Indonesia
a. Warga Negara Indonesia
Negara Indonesia telah menetukan siapa saja yang menjadi warga negara di
dalam konstitusinya. Ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 26 UUD
1945 yang berbunyi sebagai berikut:
1. Yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-
undang sebagai warga negara”.
2. Penduduk ialah warga indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di indonesia”.
3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-
undang”.
Ketentuan pasal 26 ayat 1 tersebut memberikan penegasan bahwa untuk
orang-orang bangsa indonesia asli secara otomatis merupakan warga negara,
6
sedangkan bagi orang-orang bangsa lain untuk menjadi warga negara
indonesia harus disahkan terlebih dahulu dengan undang-undang.
Orang-orang bangsa lain yang dimaksud adalah orang-orang
peranakan seperti peranakan Belanda, Tionghoa, dan Arab yang bertempat
tinggal di indonesia, yang mengakui indonesia sebagai tumpah darahnya
dan bersikap setia kepada Republik Indonesia.
b. Asas Kewarganegaraan Indonesia
Asas-asas umum yang dianut dalam UU No.12 tahun 2006 adalah
sebagai berikut:
1. Asas ius sanguinis (Law Of The Blood) adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan bukan berdasarkan
negara tempat kelahiran.
2. Asas ius soli (Law Of The Soil) secara terbatas adalah asas yang
menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat
kelahiran, yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam UU ini.
3. Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam UU ini.
c. Cara Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia
Berdasarkan UU No. 12 tahun 2006 kewarganegaraan Republik
Indonesia dapat di peroleh melalui:
1. Kelahiran
Setiap anak yang lahir dari orang tua (ayah atau ibunya)
berkewargaan negara indonesia akan memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia.
2. Pengangkatan
Anak warga negara asing yang berumur 5 tahun yang diangkat secara
sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga negara
negara indonesia memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia.
7
3. Perkawinan/Pernyataan
Orang asing yang menikah dengan warga negara indonesia dapat
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia apabila memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam pasal 19.
4. Turut Ayah atau Ibu
Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan
bertempat tinggal diwilayah negara Republik Indonesia, dari ayah atau
ibu yang memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dengan
sendirinya berkewarganegaraan Republik Indonesia.
5. Pemberian
Orang asing yang telah berjasa kepada negara Republik Indonesia
atau dengan alasan kepentingan negara dapat diberi kewarganegaraan
Republik Indonesia oleh presiden setelah memperoleh petimbangan DPR
Republik Indonesia, kecuali dengan pemberian kewarganegaraan
tersebut mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda
(pasal 20).
6. Pewarganegaraan
Syarat dan tatacara memperoleh kewarganegaraan Republik
Indonesia melalui pewarganegaraan diatur dalam pasal 9 s/d 18 Undang-
Undang ini.
d. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia
Perihal kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia diatur
dalam pasal 123 UU No.12 tahun 2006 yang menyatakan bahwa warga
negara indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang
bersangkutan:
1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri.
2. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain,
sedangkan orang yang bersangkutan mendapatkan kesempatan untuk
itu.
3. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas
permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun
atau sudah kawin, bertempat tinggal diluar negeri, dan dengan
8
dinyatakan hilang kewarganegaraan Republik Indonesia tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan.
4. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa ijin terlebih dahulu dari
presiden.
5. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan
semacam itu di indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan hanya boleh dijabat oleh warga negara indonesia.
6. Secara sukarela menyatakan sumpah atau janji setia kepada negra
asing.
7. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang
bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing.
8. Mempunyai paspor dari negra asing atau surat yang dapat diartikan
sebagai kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas
namanya.
9. Bertempat tinggal diluar wilayah negara republik indonesia selama 5
tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan
yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk
tetap menjadi warga negara indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun
itu berakhir, dan setiap 5 tahun berikutnya yang bersangkutan tidak
mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi warga negara indonesia
kepada perwakilan negara republik indonesia.
e. Cara Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia
Dalam pasal 31 UU No.12 tahun 2006 dinyatakan bahwa seseorang
yang kehilngan kewarganegaraan Republik Indonesia dapat memperoleh
kembali kewarganegaraannya melalui procedur pewarganegaraan dengan
mengajukan permohonan tertulis pada Menteri. Bila pemohon bertemapat
tinggal diluar wilayah negara indonesia, permohonan disampaikan melalui
perwakilan negara Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal pemohon.
Permohonan untuk memperoleh kembali kewarganegaraan Republik
Indonesia dapat juga diajukan oleh perempuan atau laki-laki yang
kehilangan kewarganegaraannya akibat perkawinan dengan orang asing
9
sejak putusnya perkawinan. Kepala Perwakilan Republik Indonesia akan
merumuskan permohonan tersebut kepada Menteri dalam waktu paling
lama 14 hari setelah menerima permohanan.
10
3. Wajib menghormati hak asasi manusia.
4. Wajib tunduk pada pembatasan yang di tetapkan dengan undang-
undang.
5. Wajib ikut serta dalam upaya pertahanan dan keamanan negara.
6. Wajib untuk mengikuti pendidikan dasar.
Kewajiban warga negara ini pada dasarnya adalah hak negara.
Oleh karena negara memiliki sifat memaksa dan mencakup semuanya,
maka negara memiliki hak untuk menuntut warga negaranya untuk
mentaati dan melaksankan hukum-hukum yang berlaku dinegara
tersebut. Sedangkan hak warga negara merupakan kewajiban negara
terhadap negaranya. Hak-hak warga negara wajib diakui, wajib
dihormati, dilindungi, dan difasilitasi, serta dipenuhi oleh negara. Negara
didirikan dan dibentuk memang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup warganya.
F. Kesimpulan
Warga negara adalah orang-orang yang menurut hukum atau secara
resmi merupakan anggota dari suatu negara tertentu. Mereka memberikan
kesetiaannya pada negara itu, menerima perlindungan darinya, serta
menikmati hak untuk ikut serta dalam proses politik. Mereka mempunyai
hubungan secara hukum yang tidak terputus dengan negaranya meskipun
yang bersangkutan telah didomisili diluar negeri, asalkan ia tidak
memutuskan kewarganegaraannya.
Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki
pertalian hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan.
Kewarganegaraan menghasilkan akibat hukum yaitu adanya hak dan
kewajiban warga negara maupun negara. Disamping itu akibat hukum yang
lain adalah bahwa orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh
pada kekuasaan atau kewenangan negara lain.negara lain juga tidak berhak
memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang bukan warga
negaranya.
Asas ius adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
menurut daerah atau negara tempat dimana orang tersebut dilahirkan.Asas
11
ius soli disebut juga asas daerah kelahiran. Sedang asas ius sanguinis ialah
asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut pertalian daerah
atau keturunan dari orang yang bersangkutan.
Asas ius solidan asas ius sanguinis dianggap sebagai asas yang utama
dalam menentukan status hukum kewarganegaraan. Pada sekarang ini
umumnya negara menganut kedua asas tersebut secara simultan.
Negara-negara imigran yaitu negara yang sebagian besar warganya
merupakan kaum pendatang atau cenderung didatangi orang asing, maka
kecenderungannya menggunakan asas ius soli sebagai asas
kewarganegaraannya.
Sebaliknya negara-negara emigran yaitu negara yang warganya
cenderung keluar dari negara, maka kecenderungannya lebih menggunakan
asas ius sanguinis. Penentuan asas kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh
setiap warga negara dapat menimbulkan masalah kewarganegaraan bagi
seorang warga. Masalah kewarganegaraan tersebut adalah timbulnya
apatride dan bipatride.
1.2 HAK ASASI MANUSIA
A. Pengertian Hak Asasi Manusia
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang, hak asai manusia merupakan hak yang bersifat medasar.
Keberadaannya tidak dapat digangu gugat bahkan harus dilindungi demi
kehormatan serta harkat dan martabat manusia.
B. Sejarah Hak Asasi Manusia
Berikut beberapa sejarah yang melahirkan hak asasi manusia.
1. Hak Asasi Manusia di Yunani
Aristoteles (348-322 SM) mengajarkan pemerintah harus
mendasarkan kekuasaannya pada kemauan dan kehendak warga
negaranya.
12
Socrates (470-399 SM) dan Plato (428-348 SM) meletakkan dasar
bagi perlindungan dan jaminan diakuinya hak-hak asasi manusia.
Konsepsinya menganjurkan masyarakat untuk melakukan sosial kontrol
kepada penguasa yang zalim dan tidak mengakui nilai-nilai keadilan dan
kebenaran.
2. Piagam Magna Charta (1215) Lahir pada tanggal 15 Juni
Inggris. Prinsip dasar piagam yang dicetuskan bangsawan Inggris itu
antara lain memuat :
a. Kekuasaan raja harus dibatasi, dan
b. Hak asasi manusia lebih penting dari pada kedaulatan atau kekuasaan raja.
3. Declaration of Independence of The United States (1776)
John Locke (1632-1704) merumuskan hak-hak alam, seperti hak atas
hidup, kebebasan, dan milik (life, liberty, and property) mengilhami
sekaligus menjadi pegangan bagi rakyat Amerika sewaktu memberontak
melawan penguasa Inggris pada tahun 1776.
4. Declaration Des Droits De L’homme Et Du Citoyen (1789)
Lafayette menyatakan hak-hak manusia dan warga negara. Pernyataan
yang dicetuskan pada tahun 1789 ini mencanangkan hak atas kebebasan,
kesamaan, dan persaudaraan atau kesetiakawanan (liberte, egalite,
fraternite).
5. Universal Decralation of Human Rights (1948)
Adalah hasil dari pengalaman perang dunia kedua, 10 Desember 1948.
Dengan berakhirnya perang, masyarakat internasional bersumpah tidak
akan pernah membiarkan konflik kekejaman seperti itu terjadi lagi.
Hak yang terkandung dalam Universal Decralation of Human
Rights sebagai berikut
a. Kemerdekaan dan keamanan badan
b. Diakui kepribadiannya
c. Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut
hukum untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana,
seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada
bukti yang sah
13
d. Masuk dan keluar wilayah suatu negara
e. Mendapatkan asylum
f. Mendapatkan suatu kebangsaan
g. Mendapatkan hak milik atas benda
h. Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan
i. Bebas memeluk agama
j. Mengeluarkan pendapat
k. Berapat dan berkumpul
l. Mendapat jaminan sosial
m. Mendapatkan pekerjaan
n. Berdagang
o. Mendapatkan pendidikan
p. Turut serta dalam gerakan kebudayaan dalam masyarakat
q. Menikmati kesenian dan turut serta dalam kemajuan keilmuan
C. Sejarah Hak Asasi Manusia di Indonesia
Konferensi Asia Afrika (1955) Dilaksanakan pada tanggal 18-25
April 1955, kemudian menghasilkan Dasa Sila Bandung yang berisi:
a. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-
asas yang termuat di dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa).
b. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
c. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua
bangsa, besar maupun kecil.
d. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan
dalam negeri negara lain.
e. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri
secara sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB.
f. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif
untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar
dan tidak melakukannya terhadap negara lain.
14
g. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun
penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun
kemerdekaan politik suatu negara.
h. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai,
seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi (penyelesaian masalah
hukum) , ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak
yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
i. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
j. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional.
D. Landasan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia
Telah tercantum dalam UUD Bab XA mengenai Hak Asasi Manusia,
seharusnya penerapan hukum ini berlaku dan dilaksanakan.
Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup
dan kehidupannya.
Pasal 28B
1. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah.
2. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
Pasal 28C
1. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.
2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa, dan negaranya.
Pasa1 28D
15
1. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum.
2. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
3. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama
dalam pemerintahan.
4. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
PasaI 28E
1. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih meninggalkannya, serta berhak kembali.
2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
3. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
Pasa1 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segalajenis saluran
yang tersedia.
Pasal 28G
1. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
2. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh
suaka politik dari negara lain.
Pasal 28H
16
1. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
2. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan.
3. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.
4. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa
pun.
Pasa1 28I
1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak
untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
2. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
3. Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban.
4. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
5. Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan
prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi
manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan.
Pasal 28J
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
17
2. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang
dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis
18
serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Berikut ini adalah
pengertian demokrasi menurut beberapa ahli :
20
C. Jenis-jenis Demokrasi
a. Demokrasi Langsung
a) Demokrasi Liberal
21
Ciri yang menggambarkan suatu pemerintahan didasarkan oleh
sistem demokrasi seperti:
1. Jenis-Jenis Demokrasi
Demokrasi Langsung
Referendum Wajib
22
UUD.
Referendum Tidak Wajib
Referendum Konsultatif
Demokrasi Formal
Demokrasi Material
Demokrasi Liberal
23
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua
warga negara
2. Prinsip demokrasi dibedakan menjadi dua yaitu Prinsip Demokrasi
Sebagai Sistem Politik dan Prinsip Non-demokrasi (Kediktatoran)
3. Demokrasi memiliki banyak jenisnya. Yaitu Demokrasi menurut
cara aspirasi rakyat (Demokrasi Langsung, Demokrasi Tidak
Langsung) dan Demokrasi (Berdasarkan Prinsip Ideologi,
Demokrasi Liberal, Demokrasi Rakyat, Demokrasi Pancasila)
24
3. Menurut Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkugan dengan menutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional.
25
b) Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan
baik alamiah maupun sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
bangsa Indonesia adalah menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta
kepentingan kawasan untuk menyelenggarakan dan membina
kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat manusia di
seluruh dunia.
C. Landasan Wawasan Nusantara
Landasan wawasan nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat
dari stratifiskasinya sebagai berikut:
a) Landasan Idiil
b) Landasan Konstitusional
UUD 1945 yang merupakan landasan konstitusi dasar negara, yang
menjadi pedoman pokok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik (Pasal 1 UUD
1945) yang kekuasaan tertingginya ada pada rakyat dan dilakukan
sepenuhnya oleh MPR.
c) Landasan Visional
Landasan visional atau tujuan nasional wawasan nusantara sebagai
wawasan nasional bangsa indonesia merupakan ajaran yang diyakini
kebenarannya oleh seluruh rakyat dengan tujuan agar tidak terjadi
penyesalan dan penyimpangan dalam rangka mencapai dan mewujudkan
cita-cita dan dan tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945 alinea keempat yaitu:
26
1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia
2) Memajukan Kesejahteraan Umum
3) Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
4) Ikut Melaksanakan ketertiban Dunia
d) Landasan Konsepsional
Ketahanan nasional, yaitu merupakan kondisi dinamis yang berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kemampuan sebagai konsepsi nasional, berkedudukan
sebagai landasan konsepsional. Dalam upaya mencapai cita-cita dan
tujuan nasionalnya, bangsa Indonesia mengahadapi berbagai ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan (HTAG). Agar dapat mengatasinya,
bangsa indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan, dan daya tahan
yang dinamakan ketahanan nasional.
e) Landasan Operasional.
GBHN adalah sebagi landasan wawasan operasional dalam wawasan
nusantara, yang dikukuhkan MPR dalam ketetapan Nomor :
IV/MPR/1973 pada tanggal 22 Maret 1973.
D. Fungsi Wawasan Nusantara
Fungsi Wawasan Nusantara terbagi menjadi 4 bagian, antara lain :
1) Wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan mempunyai
cakupan kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial dan
ekonomi, kesatuan sosial dan politik, dan kesatuan pertahanan dan
keamanan.
2) Wawasan nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan negara
merupakan pandangan geopolitik Indonesia dalam lingkup tanah air
Indonesia sebagai satu kesatuan yang meliputi seluruh wilayah dan
segenap kekuatan negara.
3) Wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan, sehingga berfungsi
dalam pembatasan negara, agar tidak terjadi sengketa dengan negara
tetangga.
27
4) Wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional, yaitu wawasan
nusantara dijadikan konsep dalam pembangunan nasional, pertahanan
keamanan, dan kewilayahan.
1. Bidang Ediologi
Kita harus selalu waspada terhadap masuknya ideologi
asing yang mungkin akan menggoyahkan ideologi nasional
bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Pancasila merupakan
28
ideologi terbuka, namun tetap menolak nilai-nilai ideologi
asing yang bertentangan dengan intisari nilai dasar Pancasila
2. Bidang Politik
Bangsa Indonesia harus waspada terhadap nilai-nilai asing
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
UUD 1945 untuk mengatur kehidupan bangsa dan negara.
Contohnya, kemungkinan masuknya nilai" demokrasi liberal
maupun demokrasi sosialis.
3. Bidang Sosial dan Budaya
Bangsa Indonesia harus selalu waspada terhadap
masuknya nilai-nilai sosial dan budaya yang tidak sesuai
dengan nilai sosial budaya bangsa Indonesia. Kita harus selalu
berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila sebagai filternya.
4. Bidang Ekonomi
Kita harus waspada terhadap sistem ekonomi yang tidak
sesuai dengan sistem ekonomi Indonesia seperti yang
ditegaskan dalam UUD 1945 maupun dalam Tap. MPR No.
XV l/M PR/l 998 tentang: , Politik Ekonomi dalam Rangka
Demokrasi Ekonomi.
5. Bidang Pertahanan dan Keamanan
Kita harus waspada terhadap usaha-usaha yang
mengancam pertahanan dan keamanan bangsa, baik dari dalam
maupun dari luar negeri. Kita harus waspada terhadap usaha-
usaha yang mengancam pertahanan dan keamanan bangsa,
baik dari dalam maupun dari luar negeri.
E. Paham Wawasan Nusantara
Wawasan Nasional suatu bangsa dibentuk dan dijiwai oleh
paham-paham kekuasaan dan geopolitik yang dianut. Beberapa teori
atau paham kekuasaan dan geopolitik yang dianut. Beberapa teori atau
paham kekuasaan dan teori geopolitik tersebut mari kita bahas di
bawah ini :
Paham-Paham Kekuasan, dibagi menjadi 6 paham, yaitu :
29
a. Paham Machiavelli
Machiavelli lebih cenderung menghalalkan kekuasaan yang
otoriter, Raja adalah Raja yang absolut atau Tiran atau
Pemerintahan yang otoriter (dictator) terkenal dengan adagium
Machiavelli bahwa Raja harus kuat seperti singa.
b. Paham Kaisar Napoleon Bonaparte
Napoleon menegaskan bahwa kekuatan politik harus didukung
oleh kekuatan ekonomi (ingat bahwa jatuhnya Pemerintahan
Orde Baru akibat krisis moneter dan ujungnya menjadi krisis
ekonomi)
c. Paham Jendral Clausewitz
Karena Clausewitz seorang tentara tidak heran bahwa dalilnya
tidak lepas dari perang adapun dalilnya bahwa perang adalah
kelanjutan politik dengan cara lain. Clausewitz menghalalkan
perang untuk mencapai tujuan politik.
d. Paham Fuerbach dan Hegel
Teori Fuerbach dan Hegel melahirkan paham libberalisme
yang ujung-ujungnya melahirkan kolonialisme.
e. Paham Lenin
Paham Lenin melahirkan komunisme yang berpangkal dari
kelompo/komunal yang mementingkan kelompok/Negara
sebaliknya faham liberalism lahir dari individualism dimana
Negara tidak boleh mencampuri urusan pribadi/warga.
f. Paham Lucien dan Sidney
Karena politik dianggap kotor maka kedua tokou tersebut
menghendaki agar berpolitik itu harus santun/politik berbudaya.
F. Unsur Dasar Wawasan Nusantara
Wawasan nusantara memiliki unsur dasar yang terbagi menjadi 3
bagian, yaitu :
1. Wujud Wilayah, batas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan
oleh lautan yang di dalamnya terdapat gugusan ribuan pulau yang
saling dihubungkan oleh perairan. Oleh karena itu Nusantara
30
dibatasi oleh lautan dan daratan serta dihubungkan oleh perairan
didalamnya. Setelah bernegara dalam negara kesatuan Republik
Indonesia, bangsa indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang
merupakan wadah berbagi kegiatn kenegaraan dalam wujud
suprastruktur politik. Sementara itu, wadah dalam kehidupan
bermasyarakat adalah lembaga dalam wujud infrastruktur politik.
Letak geografis negara berada di posisi dunia antara dua samudra,
yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, dan antara dua benua,
yaitu banua Asia dan benua Australia. Perwujudan wilayah
Nusantara ini menyatu dalam kesatuan poliyik, ekonomi, sosial-
budaya, dan pertahanan keamanan.
2. Tata Inti Organisasi, bagi Indonesia, tata inti organisasi negara
didasarkan pada UUD 1945 yang menyangkut bentuk dan
kedaulatan negara kekuasaaan pemerintah, sistem pemerintahan,
dan sistem perwakilan. Negara Indonesia adalah negara kesatuan
yang berbentuk republik. Kedaulatan di tangan rakyat yang
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR). Sistem pemerintahan, menganut sistem presidensial.
Presiden memegang kekuasaan bersadarkan UUD 1945. Indonesia
adalah Negara hukum( Rechtsstaat ) bukan Negara kekuasaan
( Machtsstaat ).
3. Tata Kelengkapan Organisasi, wujud tata kelengkapan organisasi
adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara yang harus
dimiliki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik,
golongan dan organisasi masyarakat, kalangan pers seluruh
aparatur negara. Yang dapat diwujudkan demokrasi yang secara
konstitusional berdasarkan UUD 1945 dan secara ideal berdasarkan
dasar filsafat pancasila.
G. Hakekat Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara adalah cara pandang Bangsa Indonesia
terhadap rakyat, bangsa dan wilayah Negara Kesatuan Republik
31
Indonesia yang meliputi darat, laut dan udara di atasnya sebagai satu
kesatuan Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Pertahanan Keamanan.
H. Asas Wawasan Nusantara
Merupakan ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah dasar yang
harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan demi tetatp taat dan
setianya komponen pembentuk bangsa Indonesia terhadap kesepakatan
bersama. Jika hal ini diabaikan, maka komponen pembentuk
kesepakatan bersama akan melanggar kesepakatan bersama tersebut,
yang berarti bahwa tercerai berainya bangsa dan Negara Indonesia asa
Wawasan Nusantara adalah ketentuan-ketentuan dasar yang harus
dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan agar terwujud demi tetap
taat dan setianya komponen atau unsur pembentuk bangsa Indonesia
(suku/golongan) terhadap kesepakatan (commitment) bersama.
Tujuannya adalah menjamin kepentingan nasional dalam dunia yang
serba berubah dan ikutserta melaksanakan ketertiban dunia
Asas wasantara terdiri dari :
1. Kepentingan/Tujuan yang sama
2. Keadilan
3. Kejujuran
4. Solidaritas
5. Kerjasama
6. Kesetiaan terhadap kesepakatan
I. Arah Pandang Wawasan Nusantara :
1. Arah Pandang ke Dalam
Arah pandang ke dalam bertujuan menjamin perwujudan
persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional , baik aspek
alamiah maupun aspek social . Arah pandang ke dalam
mengandung arti bahwa bangsa Indonesia harus peka dan berusaha
untuk mencegah dan mengatasi sedini mungkin factor – factor
penebab timbulnya disintegrasi bangsa dan harus mengupayakan
tetap terbina dan terpeliharanya persatuan dan kesatuan
kebinekaan.
32
2. Arah Pandang ke Luar
Arah pandang keluar ditujukan demi terjaminnya kepentingan
nasional dalam dunia yang serba berubah maupun kehidupan dalam
negri serta dalam melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan , perdamaian abadi , dan keadilan sosial , serta
kerjasama dan sikap saling hormat menghormati . Arah pandang ke
luar mengandung arti bahwa dalam kehidupan internasionalnya ,
bangsa Indonesia harus berusaha mengamankan kepentingan
nasionalnya dalam semua aspek kehidupan , baik politik ,
ekonomi , social budaya maupun pertahanan dan keamanan demi
tercapainya tujuan nasional sesuai dengan yang tertera pada
Pembukaan UUD 1945
J. Kedudukan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia
merupakan ajaran yang diyakini kebenaranya oleh seluruh rakyat agar
tidak terjadi penyesatan dan penyimpangaan dalam upaya mencapai
serta meweujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Wawasan Nusantara
dalam paradigma nasional dapat dilihat dari stratifikasinya sebagai
berikut :
1. Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar negara
berkedudukan sebagai landasan idiil.
2. Undang-undang dasar 1945 sebagai landasan konstitusi negara,
berkedudukan sebagai landasan konstitusional.
3. Wawasan nusantara sebagai visi nasional, berkedudukan sebagai
landasan visional.
4. Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional atau sebagai
kebijaksanaan nasional, berkedudukan sebagai landasan
operasional.
33
daerahnya sendiri. Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari kata otonomi
dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari
kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau
undang-undang, otonomi bermakna membuat perundang-undangan sendiri
(zelfwetgeving) namun dalam perkembangannya, konsepsi otonomi daerah
selain mengandung arti zelfwetgeving (membuat perda-perda), juga
utamanya mencakup zelfbestuur (pemerintahan sendiri). Sehingga otonomi
dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau
kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangga sendiri.
Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah.
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum,
juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan
dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata
dan bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan
menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerah masing-masing.
Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah mendefinisikan otonomi daerah adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah akan memberikan dampak
positif di bidang ekonomi bagi perekonomian daerah. Beberapa indikator
ekonomi atas keberhasilan suatu daerah dalam melaksanakan otonomi
daerah adalah Menurut Bastian (2006):
1) Terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah riel, sehingga
pendapatan per kapita akan terdorong.
2) Terjadi kecenderungan peningkatan investasi, baik investasi asing
maupun domestik.
3) Kecenderungan semakin berkembangnya prospek bisnis/usaha di
daerah.
4) Adanya kecenderungan meningkatnya kreativitas pemda dan
masyarakat.
34
Sedangkan dalam Suparmoko dalam Baihaqi (2011) mengartikan
otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengukur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundangundangan
B. Asas-asas Otonomi Daerah
Menurut Wenny (2012) ada beberapa asas penting dalam Undang-
Undang otonomi daerah yang perlu dipahami, antara lain:
1) Asas Desentralisasi
Asas Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Asas Dekonsentrasi
Asas Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada
instansi vertikal di wilayah tertentu.
3) Tugas pembantuan
Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah
dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau
desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu.
4) Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah
Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah
adalah suatu system pembagian keuangan yang adil, proporsional,
demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi,
kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran pendanaan penyelenggaraan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
C. Tujuan Otonomi Daerah
Menurut Suparmoko (2002) yang menjadi tujuan dari pengembangan
otonomi daerah adalah:
1) Memberdayakan masyarakat
35
2) Menumbuhkan prakarasa dan keratifitas
3) Meningkatkan peran serta masyarakat
4) Mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
36
Tanpa pertumbuhan ekonomiyang tinggi, pendapatan daerah jelas
tidak mungkin dapat ditingkatkan.sementara itu dengan pendapatan yang
memedahi, kemampuan daerah untuk menyelenggarakan otonomi akan
menungkat. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas, daerah akan
mampu untuk membuka peluang-peluang potensi ekonomi yang terdapat
pada daerah tersebut. Penmgembangan sumber daya alam yang ada di
daerah tersebut, apabila dikelola dengan secaraa optimal dapat
menunjang pembangunan daerah dan mewujudkan otonomi.
Kemampuan daerah untuk membiayai diri sendiri akan terus meningkat
Sehingga dari pembahasan diatas dapat disimpulkan faktor-faktor
yang mendukung terselenggaranya otonomi daerah adalah kemampuan
sumber daya manusia, dan kemampuan keuangan/ekonomi.
E. Dasar Hukum
Berikut ini adalah dasar hukum dari otonomi daerah. Penyelenggaraan
otonomi daerah sudah diatur dan disepakati dalam peraturan undang-undang
yang telah ada di Indonesia, yaitu:
1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Revisi dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004)
2) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah
3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
4) Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi
Kebijakan Pemerintah dalam menyelenggarakan Otonomi Daerah
5) Ketetapan MPR Ri Nomor XV/MPR 1998 tentang Penyelenggaraan
Otonomi Daerah, Pembagian, Pengaturan, dan Pemanfaatan Sumber
Daya Alam Nasional yang adil, dan keseimbangan Keuangan dari
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dalam Kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia
6) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam
Pasal 18 ayat 1-7, Pasal 18 A ayat 1-2, Pasal 18 B ayat 1-2
F. Pelaksanaan
37
Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam
rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah
dapat disesuaikan oleh pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan
daerah masing-masing.
Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3839). Pada tahun 2004, Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dianggap tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan
penyelenggaraan otonomi daerah sehingga digantikan dengan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437). Selanjutnya, Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hingga saat ini telah
mengalami beberapa kali perubahan, terakhir kali dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844).
Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah
untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan yang
menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh
kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah.
Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka
membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak melanggar ketentuan
perundang-undangan.
G. Ciri-ciri
38
negara (hukum tersendiri)
Perda terikat dengan UU UUD daerah tidak terikat Perda terikat dengan UU
dengan UU negara
Hanya Presiden/Raja Presiden/Raja berwenang Hanya Presiden/Raja
berwenang mengatur mengatur hukum untuk berwenang mengatur
hukum negara sedangkan kepala hukum
daerah untuk daerah
DPRD (provinsi/negara DPRD (provinsi/negara DPRD (provinsi/negara
bagian/dst) tidak punya bagian/dst) punya hak veto bagian/dst) tidak punya
hak veto terhadap UU terhadap UU negara yang hak veto terhadap UU
negara yang disahkan DPR disahkan DPR negara yang disahkan DPR
Perda dicabut pemerintah Perda dicabut DPR dan Perda dicabut pemerintah
pusat DPD setiap daerah pusat
Sentralisasi Desentralisasi Semi sentralisasi
Bisa interversi dari Tidak visa interversi dari Bisa interversi dari
kebijakan pusat kebijakan pusat kebijakan pusat
Perjanjian dengan pihak Perjanjian dengan pihak Perjanjian dengan pihak
asing/luar negeri harus asing/luar negeri harus asing/luar negeri harus
melalui pusat melalui pusat melalui pusat
APBN dan APBD APBD untuk setiap daerah APBN dan APBD
tergabung dan APBN hanya untuk tergabung
negara
Pengeluaran APBN dan Pengeluaran APBN dan Pengeluaran APBN dan
APBD dihitung APBD dihitung pembagian APBD dihitung
perbandingan perbandingan
Setiap daerah tidak diakui Setiap daerah diakui Setiap daerah tidak diakui
sebagai negara berdaulat sebagai negara berdaulat sebagai negara berdaulat
dan sejajar
Daerah diatur pemerintah Daerah harus mandiri Daerah harus mandiri
pusat
Keputusan pemda diatur Keputusan pemda tidak Keputusan pemda diatur
pemerintah pusat ada hubungan dengan pemerintah pusat
pemerintah pusat
Tidak ada perjanjian antar Ada perjanjian antar Tidak ada perjanjian antar
daerah jika SDM/SDA daerah jika SDM/SDA daerah jika SDM/SDA
dilibatkan dilibatkan dilibatkan
Masalah daerah Masalah daerah Masalah daerah
39
merupakan tanggung merupakan tanggung merupakan tanggung
jawab bersama jawab pemda jawab bersama
3 kekuasaan daerah tidak 3 kekuasaan daerah diakui 3 kekuasaan daerah tidak
diakui diakui
Hanya hari libur nasional Hari libur terdiri dari pusat Hanya hari libur nasional
diakui dan daerah diakui
Bendera nasional hanya Bendera nasional serta Bendera nasional hanya
diakui daerah diakui dan sejajar diakui
Hanya bahasa nasional Beberapa bahasa selain Hanya bahasa nasional
diakui nasional diakui setiap diakui
daerah
40