Anda di halaman 1dari 12

SAP DAN PRE PLANNING

PERAN KELUARGA DALAM PENAGGANAN KEKAMBUHAN PADA


PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA

DISUSUN OLEH :

1. Amila Dinan Farihan (003 STYC20)


2. Anggun Cahyani (004 STYC20)
3. Binar Aura Fatmawati (007 STYC20)
4. Dina Ayu Septiani (011 STYC20)
5. Eka Nurainimuslimah (014 STYC20)
6. Hasti Titik Sabillah (018 STYC20)
7. Lalu Syahrul Azkian (025 STYC20)
8. M. Syarif Hidayatullah (028 STYC20)
9. Nadila Safitri (030 STYC20)
10. Niswatun Hasanah (034 STYC20)
11. Yulinda Rahayu (053 STYC20)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM 2021
SAP dan PRE PLANNING

1.1 Latar Belakang


Permasalahan setiap individu datang silih berganti dan menguji setiap
mental manusia. Ketika individu tersebut tidak kuat dalam menerima segala hal
yang ada di hidupnya baik secara fisik maupun mental, tidak dapat mengelola
stres kehidupan yang wajar, maka individu tersebut bisa mengalami gangguan
kesehatan pada jiwanya. Gangguan jiwa sendiri menurut Damaiyanti (2010)
adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang
berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Suatu perubahan pada fungsi
jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan/atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosial. Hambatan dalam melaksanakan peran sosial tersebut
salah satunya adalah dalam melaksanakan komunikasi atau interaksi dengan
masyarakat sekitar sehingga efek yang ditimbulkan adalah adanya pandangan
yang berbeda atau dalam hal ini biasa disebut dengan intimidasi karena dianggap
berbeda. Penanganan bagi individu yang mengalami gangguan kesehatan pada
jiwanya sangat diperlukan dengan tindakan yang tepat. Kesehatan jiwa masih
menjadi suatu persoalan yang serius dan menjadi sorotan di negara berkembang
seperti Indonesia dan menjadi permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia.
Menurut artikel berjudul “Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat”
yang dilansir oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia di Jakarta, 6 Oktober 2016, dari data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, menunjukkan bahwa gangguan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala depresi dan kecemasan pada usia 15
tahun ke atas mencapai sekitar 14.000.000 jiwa atau 6% dari jumlah penduduk
di Indonesia. Sedangkan gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai
400.000 jiwa atau sebanyak 1,7 per 1000 penduduk (Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat, 2016). Penanganan pada individu yang mengalami
gangguan kesehatan pada jiwanya diperlukan agar individu tersebut bisa
berinteraksi atau berkomunikasi
1.2 Tujuan Intruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan, sasaran diharapkan mampu melakukan
komunikasi terapeutik pada keluarganya klien yang mengalami gangguan jiwa.
1.3 Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan masyarakat dapat
mengetahui:
a. Apa yang dimaksud dengan kekambuhan ?
b. Bagaimana tanda atau gejala dari kekambuhan ?
c. Faktor-fator apa saja yang mempengaruhi kekambuhan ?
d. Apa yang dapat dilakukan keluarga untuk menghindari kekambuhan ?
1.4 Sasaran
Keluarga pasien dalam gangguan jiwa
1.5 Karakteristik Sasaran
Pemateri

Dokumtasin Dokumtasin
tasi tasi

Keluarga Peserta

Dokumtasin
tasi
Keluarga pasien yang dimana salah satu anggota keluaraganya adalah orang
dalam gangguan jiwa..
1.6 Waktu Pelaksanaan

1.7 Metode
Kami mengunjungi rumah keluarga ( home visit ) untuk mengedukasi keluarga
pasien mengenai apa itu kekambuhan, tanda dan gejala kekembuhan, faktor-
faktor yang mempengaruhi dan cara pencegahan apabila terjadinya kekambuhan.
1.8 Media dan alat pendidikan
1. Leaflet
2. Materi SAP
1.9 Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Langkah-langkah kegiatan :

Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience


09.00 – 09.05 WIB Pembukaan
1. Mengucapkan Salam 1. Menjawab Salam
2. Memperkenalkan Diri 2. Mendengarkan
3. Mengingatkan Kontrak 3. Memperhatikan
4. Menjelaskan Tujuan 4. Mendengarkan
09.05 – 09.25 WIB Pelaksanaan
1. Pengertian kekambuhan 1. Memperhatikan
2. Tanda dan gejala kekambuhan 2. Memperhatikan
3. Factor-faktor yang mempengaruhi 3. Memperhatikan
kekambuhan 4. Memperhatikan
4. Cara mengatasi kekambuhan
09.25 – 09.35 WIB Evaluasi
1. Mengevaluasi perasaan peserta 1. Mengungkapkan
setelah penyuluhan. perasaan setelah
2. Mengajukan beberapa pertanyaan. penyuluhan
2. Bertanya tentang
materi
penyuluhan yang
belum paham.

2.0 Materi Pendidikan Kesehatan


1. Menjelaskan materi penyuluhan tentang
a. Pengertian terapi uap (inhalasi sederhana)

Inhalasi menurut Muljono Wirjodiardjo,M.D.,Ph.D merupakan


bagian dari fisioterapi paru-paru (chest physiotherapy).
Tepatnya, cara pengobatan dengan memberi obat (sejenis aerosol)
dalam bentuk uap secaralangsung pada alat pernapasan menuju paru-
paru. Berikut beberapa macamterapi inhalasi: Metered Dose
Inhaler (MDI), Dry Powder Inhaler (DPI),Nebulizer, Inhalasi
sederhana/tradisionalInhalasi sederhana yaitu memberikan obat
dengan cara dihirup dalambentuk uap ke dalam saluran pernafasan
yang dilakukan dengan bahan dancara yang sederhana serta dapat
dilakukan dalam lingkungan keluarga

b. Tujuan penggunaan inhalasi sederhana


Membuat pernapasan yang terganggu akibat adanya lendir
atau tengah mengalami sesak napas menjadi kembali normal
c. Indikasi penggunaan terapi inhalasi sederhana
1) infeksi saluran nafas akut (ISPA)
2) Asma akibat bersihan jalan nafas tidak efektif
3) Batuk-pilek ringan (tidak disertai demam dan lamanya belum
lebih dari 3hari)
d. Kontra Indikasi penggunaan terapi inhalasi sederhana
1) Tidak dilakukan setelah balita makan atau minum susu untuk
menghindari efek muntah dan makanan masuk ke dalam saluran
pernapasan
2) Balita tidak sedang tidur, karena ketika tidur nafas balita menjadi
teratur dan pelan sekali, sehingga obat yang terhirup tidak akan
maksimal
e. Keuntungan terapi inhalasi sederhana
 Lebih mudah untuk dilakukan
 Biaya lebih terjangkau
f. Kekurangan terapi inhalasi sederhana
1) Kurang efektif di berikan pada balita karena uap air panas dan
bau minyak penghangatnya terlalu kuat
2) Risiko kecelakaan terkena tumpahan air panas
g. Pembuatan terapi inhalasi sederhana
 Alat dan Bahan
1) Ruangan tertutup
2) Baskom ukuran sedang/botol
3) Obat-obatan aromatherapi seperti minyak kayu putih
4) Air hangat
5) Handuk kecil
 Tahap Kerja
1) Beri si kecil minum air putih yang cukup sebelum diinhalasi
2) Persiapkan alat dan bahan
3) Campurkan minyak kayu putih dengan air panas
dalam baskom dengan perbandingan 2-3 tetes minyak kayu
putih untuk 250 ml (1gelas) air hangat.
4) Agar balita dapat menghirup dengan baik dan untuk
mengurangi resiko balita terkena air panas, ibu dapat
menggendong balita dengan membantunya untuk telungkup
pada kedua tangan ibu serta posisikan balita dengan wajah
berada di atas ember yang berisi air hangat.
5) Tempatkan balita dan campuran tersebut di ruangan tertutup
supayauap tidak tercampur dengan udara bebas.
6) Hirup uap dari campuran tersebut selama 5-10 menit
atau balita sudah merasa lega dengan pernafasannya.
7) Setelah balita/anak diinhalasi, lendir yang ada di paru-
parunya akanmencair
8) Lendirnya terkadang tak bisa keluar dengan sendirinya
karena lemahnya reflek/kemampuan batuk balita.
9) Sehingga diperlukan tahapan fisioterapi dada
selanjutnya. Perkusi,vibrasi atau dadanya dihangatkan.
10) Setelah melanjutkan proses ini biasanya balita akan muntah.
Jangan panik karena muntah merupakan efek yang wajar dari
terapi inhalasi. Setelah muntah biasanya balita akan merasa
lega.
2. Materi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
a) Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut berarti timbulnya infeksi di
saluran nafas yang bersifat akut (awitan mendadak) yang disebabkan
masuknya mikroorganisme (virus, bakteri, parasit, jamur). Secara
anatomis penyakitini dibedakan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
bagian atas dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut bagian bawah.
Batas antara kedua kelainan ini terletak dilaring. Infeksi yang
mengenai laring ke atas disebut sebagai Infeksi Saluran Pernapasan
Akut bagian atas, sedangkan bilamengenai dibawah laring disebut
sebagai Infeksi Saluran Pernapasan Akut bagian bawah. ISPA dapat
ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernapasannya Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi
saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik,
menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi
saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus,
sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan
musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering
terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan
dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko
terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan
infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai
untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotic.
b) Tanda dan Gejala Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Gejala umumnya terlihat sekitar 1-3 hari setelah penularan dari batuk
yang mengandung virus. Tanda dan gejala meliputi :
1) Hidung berair dan tersumbat
2) Sakit tenggorokan
3) Batuk
4) Sakit kepala yang ringan
5) bersin-bersin
6) mata berair
7) sedikit demam atau tidak ada demam (dewasa : < 390C ; anak-
anak : < 380C)
8) merasa sedikit Lelah
c) Penatalaksanaan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan
kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga
tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya
penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada
pengobatan penyakit ISPA) . Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA
akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang
akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-
kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk
yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup
pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai
bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai
berikut:
1) Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit
anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya,
melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama
pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan
meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak
tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan
tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu
membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat
tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa
pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia
dapat didiagnosa dan diklassifikasi
2) Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi
ISPA sebagai berikut:
a. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan
dinding dada kedalam (chest indrawing)
b. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek,
bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam,
tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi


penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur
dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi
penyakit yaitu :

a. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan


kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas
napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60
kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan
tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas
cepat.

Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi


penyakit yaitu :

a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya


tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak
menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan
tenang tldak menangis atau meronta).
b. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah
untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan
untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih. c)
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan
tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat
3) Pengobatan
a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigendan sebagainya.
b. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila
penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata
dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap,
dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik.
Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan
obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan seperti
kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam
diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran
kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi
antibiotik (penisilin) selama 10 hari.

Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus
diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
Petunjuk dosis dapat dilihat pada lampiran.

d) Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi
anaknya yang menderita ISPA.
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2
bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan
4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet
dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain
bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
2) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap
atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
3) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-
ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.
Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4) Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya)
lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan
dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang
diderita.
5) Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu
tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek,
bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan
dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan
lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi
cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah
keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa
kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat
obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.
Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar
setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk
pemeriksaan ulang.
e) Pencegahan dan Pemberantasan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2) Immunisasi.
3) Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
2.1 Evaluasi
1. Jenis : audience terkoordinasi dengan baik hanya beberapa saja yang
belum terkoordinir.
2. Bentuk : - Penyaji menyiapkan materi dengan baik
- Audience mengikuti penyampaian materi oleh penyaji dan
demonstrasi cara pembrian terapi uap (inhalasi sederhana)
terhadap infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
3. Soal : audience merespon/memberikan feedback dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai