Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENCEGAHAN KEKAMBUHAN

Disusun oleh:
Kelompok D
1. Muh. Multazam makbul
2. Erik Aditya.P
3. Nurlaili rizki amalia
4. Windi widiartini
5. Isnawai
6. Thiya mawaddatusyifa’
7. Mimin hultania septiana
8. Rauhil jannah
9. Novita sari
10. Citra purnama ulandari

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENCEGAHAN KEKAMBUHAN

Pokok Bahasan : Pencegahan Kekambuhan


Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Hari / Tanggal : Kamis 30 November 2023
Waktu : 07.30 s/d Selesai
Tempat : Ruang rehabilitasi

1. Latar Belakang
Keperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada
ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio-Psiko-Sosio-Spritual yang komperhensif. Klien
dapat berupa individu, keluarga dan komunitas baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
Bentuk Asuhan keperawatan jiwa meluputi pencegahan primer adalah pendidikan kesehatan,
pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial (Sulistiyowati, 2015).
Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem pendukung utama
dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien berada dirumah. Oleh karena itu
keluarga memiliki peran penting didalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit pada
klien jiwa. Melihat fenomena diatas, maka keluarga perlu mempunyai pemahaman mengenai
cara perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah perawat dapat melaksanakan penyuluhan guna memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga (Damaiyanti, 2012)

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan pendidikan tentang peran keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
b. Tujuan Khusus
Memberikan pendidikan kesehatan tentang :
1. Pengertian Kekambuhan
2. Tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwa
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien
4. Peran klien dan keluarga dalam pencegahan kekambuhan.
3. Pelaksanaan
a. Hari / Tgl : Kamis 26 Januari 2017
b. Waktu : 30 menit
c. Sasaran : Pasien dan Keluarga
d. Tempat : Ruang Rawat Jalan, RSJ. Prov Jabar
4. Pembagian Tugas
a. Presentator : Verawati Monkodompit
b. Moderator : Ilhamdi Pramana Antula
c. Observer : Istiqamah Islamiah J. Potale
d. Fasilitator : Sri Wahyuni Adam, Sri Wahyuni Dama, Ardan Kadir,
Wike Eka Nopheriani, Yulayan Umar
5. Metode : Ceramah, Diskusi
6. Media : Power Point, Leaflet
7. Materi : Pencegahan Kekambuhan
a. Pengertian Kekambuhan
b. Tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwa
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien
d. Peran klien dan keluarga dalam pencegahan kekambuhan.
8. Penyajian materi :
Peserta duduk dikursi, anggota kelompok duduk berbaur dengan pasien dan keluarga pasien,
penyaji didepan.
9. Rencana kegiatan
No Tahapan Kegiatan Penyuluhan Waktu Media Alat
bantu
1. Pembukaan 1. Mengucapkan 5 menit Ceramah
salam Ceramah
2. Menjelaskan
tujuan dan Ceramah
kontrak waktu

2. Inti 1. Menjelaskan materi 15


a. Pengertian menit
Kekambuhan
b. Tanda dan gejala
kekambuhan klien Ceramah
gangguan jiwa
c. Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kekambuhan klien
d. Peran klien dan
keluarga dalam
pencegahan
kekambuhan.

1. Mengevaluasi
secara lisan dan
melihat tingkat
pemahaman
tentang
3. Penutup pencegahan 10 Tanya
kekambuhan menit jawab
2. Memberikan
leaflet Leaflet
3. Memberikan
salam penutup

10. Pengorganisasian Tempat

Penyuluh
Pembimbing
MODERATOR

FASILITATOR FASILITATOR
Keluarga/ individu

FASILITATOR FASILITATOR

OBSERVER
11. Evaluasi
Pertanyaan :
a) Apa yang dimaksud dengan kekambuhan ?
b) Bagaimana Tanda/Gejala dari kekambuhan ?
c) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kekambuhan ?
d) Apa yang dapat dilakukan keluarga untuk mencegah kekambuhan ?
PERAN KELUARGA DALAM PENANGANAN KEKAMBUHAN PASIEN GANGGUAN
JIWA

1. Kekambuhan
Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah tampaknya mereda
kekambuhan yaitu kembalinya gejala – gejala penyakit sehingga cukup parah dan
mengganggu aktivitas sehari – hari dan memerlukan rawat inap dan rawat jalan yang tidak
terjadwal (Dorland, 2012).
2. Tanda – tanda kekambuhan
Tahap I : Penderita memperlihatkan ketegangan yang berlebihan (overextension), sering
mengeluh cemas terus – menerus, tak dapat konsentrasi, lupa kat – kata dalam
pertengahan kalimat, adanya hambatan mental dalam aktivitas dan penampilan
diri yang menurun.
Tahap II : Memperlihatkan keterbatasan tingkat kesadaran (retriction conciusness),
depresi, mudah bosan, apatis, obsesional dan fobia, mengeluh sakit di seluruh
tubuh (somatisasi), menarik diri dari aktivitas sehari – hari dan membatasi
stimulus eksternal.
Tahap III : Kadang-kadang menunjukan penampilan psikotik (gangguan jiwa yang ditandai
dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi seperti
halusinasi, waham atau perilaku kacau) , hipomania (mengalami sakit atau
gangguan jiwa tetapi seperti orang yang sehat), gangguan persepsi, gangguan isi
pikir dan gagal memakai mekanisme pembelaan yang matang
Tahap IV : Memperlihatkan gejala psikotik yang jelas, adanya halusinasi dan waham secara
terus menerus
Tahap V : Penderita tidak lagi mengenal keluarga dan menganggap keluarga sebagai
penipu. Dapat pula penderita mengamuk.
Tahap VI : Penderita nampak seperti robot dan bingung serta gelisah (Keliat, 2010)
Jika muncul tanda – tanda di atas segera :
¨ bantu klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakan
¨ segera kontrol ke RS, sehingga segera mendapat pertolongan.
3. Penyebab kekambuhan
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kekambuhan pada penderita gangguan jiwa
menurut Keliat (dalam ivones 2013) adalah
1. Faktor penderita.
Penderita yang tidak teratur dalam meminum obat dapat menyebabkan kekambuhan
gangguan jiwa. Menurut penelitian, 25%-50% penderita yang pulang dari rumah sakit
jiwa tidak meminum obat secara teratur.\
2. Faktor dokter.
Pemakaian obat secara teratur dapat mengurungi kekambuhan, tetapi pemakain obat
neuroleptik dalam jangka lama dapat menyebabkan efek samping berupa Tardive
Diskinesia (gerakan tidak terkontrol)yang dapat mengganggu hubungan social.
3. Factor penanggung jawab klien ( case manajer)
Setelah klien pulang kerumah setelah dirawat di Rumah sakit, maka perawat Puskesmas
bertanggung jawab terhadap adaptasi klien dirumah
4. Faktor keluarga.
Menurut penelitian (di Inggris dan Amerika), keluarga dengan ekspresi emosi yang
tinggi seperti bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan,
menyebabkan 57% penderita kembali kambuh dalam waktu 9 bulan. Sebaliknya keluarga
dengan ekspresi emosi yang rendah, hanya 17% penderita yang kambuh. Selain itu faktor
yang berpengaruh juga adalah perubahan stres, baik yang menyenangkan maupun yang
menyedihkan.
5. Faktor masyarakat.
Faktor masyarakat lebih banyak berkaitan dengan stigma negatif yang tertuju kepada
penderita gangguan kejiwaan. Penderita dijuluki orang gila atau stres, dianggap
membahayakan, menakutkan, dan menjadi bahan olok-olokan. Semua stigma itu, justru
mempersempit kehidupan sosial mereka yang semestinya dibantu dan diperbaiki. Mereka
menjadi sulit mendapat pekerjaan, merasa malu bergaul, takut salah, dan merasa tidak
berguna.
4. Pencegahan Kekambuhan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kekambuhan antara lain :
1. Mengenali penyakit mental yakni Dengan Membaca sebanyak mungkin tentang penyakit
dan pengobatannya, jika ada yang tidak dimengerti, bisa ditanyakan ke pelayanan
kesehatan
2. Hidup sehat, yakni dengan Jangan menkonsumsi alkohol atau obat lain, karena dapat
meningkatkan risiko kekambuhan. Tetap jaga makanan yang sehat, dan berolahraga
secara teratur
3. Jaga pola tidur yang efektif
4. Terus menkonsumsi obat sampai dokter menyarankan untuk berhenti.
5. Hindari stress
6. Tetap berinteraksi dengan orang sekitar.
7. Siapa saja yang kamu ceritakan tentang penyakit mental kamu? harusnya itu bersifat
pribadi, sementara pandangan orang lain tentang penyakit mental sangatlah berbeda
dibanding dulu. Namun kamu setidaknya memiliki satu teman curhat yang bisa di
andalkan, untuk mencegah penyakit tersebut kambuh lagi. Selain itu dengan dukungan
keluarga mampu membuat mereka dapat berhubungan sosial dengan orang lain.
8. Cobalah untuk mengembangkan kehidupan yang seimbang, dengan berfokus sepenuhnya
pada satu bidang, seperti pekerjaan atau hobi, Ini mungkin tampak mudah pada awalnya
untuk melarikan diri dari depresi yang kamu rasakan, namun bagaimanapun, strategi
koping ini mungkin tidak bekerja, dan kamu akan perlu mengembangkan aspek-aspek
lain dari kehidupan yang lainnya. Hal ini penting untuk tetap berhubungan dengan semua
aspek kehidupan disekelilingmu, seperti kegiatan sekolah, bekerja atau relawan, keluarga
dan teman-teman, dan hobi.
9. Mengidentifikasi dukungan dari keluarga dan teman-teman pada klien, karena Ini dapat
membantu keluarga dapat mengenali gejala gangguan jiwa yang khas, dan dapat
membantu dalam mencari pengobatan jika diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Annonim. Preventing relapse and promoting wellness.
http://www.camh.ca/en/education/about/camh_publications/info_guides/bipolar-
info-guide/Pages/Recovery-and-relapse-prevention.aspx diakses pada 25 januari
2017
Dorland, 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.
Keliat, B.A, 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Kusumawati et al, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medik
Ivones. 2013. Pencegahan Kekambuhan Pada Klien Dengan Gangguan Jiwa.
https://nezfine.wordpress.com/2013/06/08/pencegahan-kekambuhan-pada-klien-
dengan-gangguan-jiwa/. diakses pada 25 Januar 2017

Anda mungkin juga menyukai