Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN PERAN KELUARGA DALAM

PENANGANAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN GANGGUAN


JIWA DI POLI KLINIK JIWA RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI

Topik : Peran Keluarga dalam Penanganan Kekambuhan pada


Pasien Gangguan Jiwa
Penyuluh : Halimatus Sakdiyah
Pokok Bahasan : Perawatan Pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah
Sub Pokok Bahasan :
1. Pengertian kekambuhan
2. Tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwa
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan
klien
4. Peran klien dan keluarga dalam pencegahan
kekambuhan
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Hari/Tanggal/Bulan/Tahun: Senin, 22 Oktober 2019
Waktu : 10.30 WIB
Tempat : Di Poli Klinik Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi

1. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan
dan kemauan hidup sehat bagi seluruh masyarakat dalam rangka mewujudkan
derajat masyarakat yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan berpartisipasi
aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri, sehingga
masyarakat bukan hanya menjadi sasaran tetapi juga menjadi pelaksana dalam
pembangunan kesehatan jiwa. Sesuai dengan Visi Departemen Kesehatan RI
yaitu masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Masyarakat yang mandiri untuk
hidup sehat adalah masyarakat yang sadar, mampu mengenali dan mengatasi
permasalahan kesehatan yang dihadapi sehingga dapat bebas dari gangguan
kesehatan, baik yang disebabkan penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat
bencanan, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup
sehat termasuk masalah kesehatan jiwa ( Farid, 2008).
Keperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio-Psiko-Sosio-

1
Spritual yang komperhensif. Klien dapat berupa individu, keluarga dan komunitas
baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Bentuk Asuhan keperawatan jiwa
meluputi pencegahan primer adalah pendidikan kesehatan, pengubahan
lingkungan dan dukungan sistem sosial.
Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem
pendukung utama dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien berada
dirumah. Oleh karena itu keluarga memiliki peran penting didalam upaya
pencegahan kekambuhan penyakit pada klien jiwa. Melihat fenomena diatas,
maka keluarga perlu mempunyai pemahaman mengenai cara perawatan anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
perawat dapat melaksanakan penyuluhan guna memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga (Jeffy, 2011).
Dari data wawancara yang penulis dapatkan selama praktek di poli klinik
RSJD Dr. RM. Soedjarwadi didapatkan klien yang pernah dirawat inap ataupun
jalan yang mengalami putus obat mengalami kekambuhan kembali pada
penyakitnya. Keluarga adalah orang-orang yang sangat dekat dengan pasien dan
dianggap paling banyak tahu kondisi pasien serta dianggap paling banyak
memberi pengaruh pada pasien. Sehingga keluarga sangat penting artinya dalam
perawatan dan penyembuhan pasien. Oleh karena itu sangat penting sekali bagi
perawat dan dokter untuk menyiapkan klien dan keluarga terutama bagaimana
perawatan klien ketika di rumah.

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan mengenai peran keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, keluarga mampu
memahami peranya dalam mencegah kekambuhan penderita gangguan jiwa di
rumah.

3. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan mengenai peran keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, keluarga selama 1 x 20 menit
klien mampu :
1) Menjelaskan pengertian kekambuhan
2) Menjelaskan tanda dan gejala kekambuhan klien gangguan jiwa
3) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan klien
4) Menjelaskan peran klien dan keluarga dalam pencegahan kekambuhan

2
4. MATERI
(Terlampir)

5. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab

6. MEDIA
Leaflet

7. KEGIATAN
Kegiatan Waktu Respon Keluarga
1. PEMBUKAAN
a. Memberi salam 5 Menit Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri Mendengarkan
c. Menjelaskan Tujuan Mendengarkan
d. Memberikan Bertanya
kesempatan untuk
bertanya
2. KEGIATAN INTI
a. Melakukan apersepsi 10 menit Menjawab
b. Menjelaskan Mendengarkan
pengertian
dari kekambuhan Mendengarkan
c. Menjelaskan tanda dan
gejala kekambuhan Mendengarkan
klien gangguan jiwa
d. Menjelaskan faktor- Mendengarkan
faktor yang
mempengaruhi
kekambuhan klien Bertanya
e. Menjelaskan peran
klien dan keluarga
dalam pencegahan
kekambuhan
f. Memberikan

3
kesempatan klien atau
keluarga untuk bertanya
3. PENUTUP
a. Melakukan evaluasi 5 Menit Menjawab
b. Memberikan Mendengarkan
reinforcement Menyimpulkan bersama.
c. Menimpulkan kegiatan Menjawab salam
d. Salam penutup

4
MATERI
PERAN KELUARGA DALAM PENANGANAN KEKAMBUHAN
PASIEN GANGGUAN JIWA

1. Kreteria Jiwa Sehat (WHO)

 Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan walaupun buruk.


 Memperoleh kepuasan diri dari keluarga
 Lebih puas memberi dari pada menerima
 Bebas/relatif dari ketegangan-kecemasan
 Berhubungan dengan orang lain secara memuaskan, tolong menolong
 Kekecewaan dipakai sebagai pengalaman dikemudian hari.
 Rasa permusuhan diarahkan pada penyelesaian yang konstruktif-kreatif.
 Daya kasih sayang besar.

2. Pengertian Kekambuhan
Kekambuhan penderita gangguan jiwa merupakan istilah yang secara relative
merefleksikan perburukan gejala atau perilaku yang membahayakan penderita
dan atau lingkunganya. Tingkat kekambuhan sering diukur dengan menilai waktu
antara lepas rawat dari perawatan terakhir sampai perawatan berikutnya dan
jumlah rawat inap pada periode tertentu (Pratt dkk, 2006). Keputusan untuk
melakukan rawat inap di rumah sakit pada penderita gangguan jiwa adalah hal
utama yang dilakukan atas indikasi keamanan penderita karena adanya
kekambuhan yang tampak dengan tindakan seperti ide bunuh diri atau
mencelakakan orang lain, dan bila terdapat perilaku yang sangat terdisorganisasi
atau tidak wajar termasuk bila penderita tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasar berupa makan, perawatan diri dan tempat tinggalnya. Selain itu rawat inap
rumah sakit diperlukan untuk hal-hal yang berkaitan dengan diagnostic san
stabilitas pemberian medikasi (Durand& Barlow, 2007).
Kekambuhan gangguan jiwa psikotik adalah munculnya kembali gejala gejala
psikotik yang nyata.Angka kekambuhan secara positif berhubungan dengan
beberapa kali masuk Rumah Sakit, lamanya dan perjalanan penyakit (Wirnata,
2009). Kekambuhan adalah keadaan penderita dimana jatuh sakit lagi (biasanya
lebih parah dari pada yang terdahulu) dan mengakibatkan penderita harus dirawat
kembali.

5
3. Tanda – Tanda Kekambuhan
a. Tahap I :
Penderita memperlihatkan ketegangan yang berlebihan (overextension), sering
mengeluh cemas terus – menerus, tak dapat konsentrasi, lupa kat – kata dalam
pertengahan kalimat, adanya hambatan mental dalam aktivitas dan
penampilan diri yang menurun.
b. Tahap II :
Memperlihatkan keterbatasan tingkat kesadaran (retriction conciusness),
depresi, mudah bosan, apatis, obsesional dan fobia, mengeluh sakit di seluruh
tubuh (somatisasi), menarik diri dari aktivitas sehari – hari dan membatasi
stimulus eksternal.
c. Tahap III :
Kadang – kadang menunjukan penampilan psikotik, hipomania, gangguan
persepsi, gangguan isi pikir dan gagal memakai mekanisme pembelaan yang
matang
d. Tahap IV :
Memperlihatkan gejala psikotik yang jelas, adanya halusinasi dan waham
secara terus menerus
e. Tahap V :
Penderita tidak lagi mengenal keluarga dan menganggap keluarga sebagai
penipu. Dapat pula penderita mengamuk.
f. Tahap VI :
Penderita nampak seperti robot dn bingung serta gelisah.
Jika muncul tanda – tanda di atas segera :
1) bantu klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakan
2) segera kontrol ke RS, sehingga segera mendapat pertolongan.

4. Penyebab Kekambuhan
Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan penderita gangguan jiwa
antara lain tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur
menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan
dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah kehidupan yang berat yang
membuat stress, (Akbar, 2008 dan Wirnata, 2009).
a. Ketidakpatuhan Meminum Obat
Faktor yang paling penting dengan kekambuhan pada penderita
gangguan jiwa adalah ketidakpatuhan meminum obat. Salah satu terapi pada
penderita skzofrenia adalah pemberian antipsikosis. Obat tersebut bekerja

6
bila dipakai dengan benar tetapi banyak dijumpai penderita skizofrenia
tidak menggunakan obat mereka secara rutin.
Menurut Tambayong (2002) faktor ketidakpatuhan terhadap
pengobatan adalah kurang pahamnya penderita tentang tujuan pengobatan
yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya, sukarnya memperoleh
obat diluar rumah sakit, mahalnya harga obat, dan kurangnya perhatian dan
kepedulian keluarga yang mungkin bertanggungjawab atas pembelian atau
pemberian obat kepada penderita. Terapi obat yang efektif dan aman hanya
dapat dicapai bila penderita mengetahui seluk beluk pengobatan serta
kegunaanya.
Kriteria ketidakpatuhan terhadap pengobatan adalah jika ditemukan salah
satu keadaan dibawah ini :
1) Pada penderita rawat jalan atau rawat inap dalam 72 jam
menunjukkan, menolak obat yang diresepkan baik secara aktif atau
pasif.
2) Penderita rawat inap dengan riwayat tidak patuh pada pengobatan
sewaktu rawat jalan minimal tidak patuh selama 7 hari dalam
sebulan.
3) Penderita rawat jalan dengan riwayat ketidakpatuhan yang sangat
jelas seperti sudah pernah dilakukan keputusan untuk mengawasi
dengan ketat oleh orang lain dalam waktu sebulan.
4) Penderita rawat inap yang mengatakan dirinya tidak dapat menelan
obat-obatan walaupun tidak ditemukan kondisi medis yang dapat
mengakibatkan hal tersebut.
b. Faktor Sehubungan dengan Pengobatan
Penderita yang tidak mengalami efek samping terhadap pengobatan
kemungkinan lebih mau melanjutkan pengobatan. Efek samping obat
neuroleptik yang tidak menyenangkan sebaiknya diperhitungkan sebab
dapat berperan dalam menurunkan kepatuhan. Efek samping yang umum
dan penting adalah efek ekstrapiramidal, gangguan seksual dan penambahan
berat badan. Namun pada data ternyata tidak ada hubungan antara regimen
terapi dan profil efek samping dengan kepatuhan terhadap pengobatan.
Kenyataanya penderita yang tidak patuh tidak berbeda dari penderita yang
patuh dalam melaporkan efek samping neurologic.

7
c. Faktor Lingkungan
Dukungan dan bantuan merupakan bagian penting dalam kepatuhan
pengobatan. Penderita yang tinggal sendirian secara umum mempunyai
angka kepatuhan yang rendah dibandingkan dengan mereka yang tinggal
dalam lingkungan yang mendukung. Kemungkinan lain, sikap negative
dalam lingkungan sosial penderita terhadap pengobatan psikiatri atau
terhadap penderita sendiri dapat mempengaruhi kepatuhan yang biasanya
bila penderita tinggal dengan orang lain.
Menurut Agus (2001) penyebab kekambuhan penderita gangguan jiwa
adalah faktor psikososial yaitu pengaruh lingkungan keluarga maupun
sosial. Faktor yang mempengaruhi perilaku penderita terhadap kepatuhan
adalah pengaruh obat terhadap penyakitnya. Penting untuk memberikan
dukungan untuk menambah sikap positif terhadap pengobatan pada
penderita. Lingkungan terapetik juga harus diperhitungkan. Penderita rawat
inap dimana teman sekamar pernah mengalami pengalaman buruk terhadap
satu jenis obat dan menceritakannya maka akan merubah sikap penderita
terhadap obat yang sama.

Faktor – faktor yang menyebabkan kekambuhan :


a. Tidak teratur minum obat, pemakaian obar neuroleptik yang lama dapat
menyebabkan efek samping “tardive dyskinesia” (gerakan tidak terkontrol)
b. Lingkungan dengan stressor tinggi
c. Keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi
d. Kurangnya aktivitas dan latihan serta suplai nutrisi.

5. Akibat Kekambuhan Pada Gangguan Jiwa


 Tidak mampu mengurus diri sendiri.
 Tidak mampu sosialisasi/bergaul.
 Tidak mampu melakukan pekerjaan sehari-hari.
 Tidak mampu mengatasi masalah yang dialami.
 Tidak mampu memutuskan yang baik dan buruk.
(Anindya. 2009).

6. Perawatan Penderita Di Rumah


Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga dan lingkungan dalam
merawat pasien di rumah antaralain :
a. Memberikan kegiatan/ kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari – hari

8
b. selalu menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri dalam melakukan
suatu kegiatan, misalnya : makan bersama, bekerja bersama, bepergian dll.
c. meminta keluarga atau teman untuk menyapa klien, jik klien mulai
menyendiri atau berbicara sendiri
d. mengajak ikut aktif dan berperan serta dalam kegiatan masyarakat, misalnya :
pengajian, kerja bakti dll
e. berikan pujian, umpan balik atau dukungan untuk ketrampilan sosial yang
dapat dilakukan pasien
f. mengontrolkepatuhan minum obat secara benar sesuai dengan resep dokter
g. jika klien malas minum obat, anjurkan untuk minum obat secara halus dan
emapti. Hindari tindakan paksa yang menimbulkan trauma bagi pasien.
h. kontrol suasana lingkungan / pembicaraan yang dapat memancing terjadinya
marah
i. mengenali tanda – tanda yang muncul sebagai gejala kekambuhan
j. segera kontrol ke dokter/RS jika muncul perubahan perilaku yang
menyimpang atau obat habis.

7. Peran Keluarga
 Mengenal adanya gangguan ataupun kekambuhan gangguan jiwa pada
anggota keluarga.
 Memutuskan tindakan tepat yang harus dilakukan pada keluarga yang sakit
terutama pada terjadi kekambuhan.
 Merawat anggota keluarga.
 Menciptakan lingkungan/suasana yang aman, nyaman dan sehat bagi anggota
keluarga.
 Menggunakan pelayanan kesehatan yang ada untuk menyembuhkan.
(Anindya. 2009).

Anda mungkin juga menyukai