Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Pencegahan Kekambuhan


Sub Pokok bahasan : Peran Keluarga dalam Pencegahan Kekambuhan pada
Pasien dengan Gangguan Jiwa
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Waktu : 20 Menit
Tempat : Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Jawa Barat
Hari/ Tanggal : Senin, 21 Agustus 2017
Waktu : 07.00 WIB 07.30 WIB

I. Tujuan Pembelajaran Tentang Pencegahan Kekambuhan


A. Tujuan umum:
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan, klien dan keluarga dapat
memahai tentang peran keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
B. Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x20 menit, klien dan
keluarga dapat menjelaskan kembali tentang :
1. Pengertian kekambuhan
2. Gejala kekambuhan
3. Tanda kekambuhan
4. Pencegahan kekambuhan
5. Dampak kekambuhan pada pasien gangguan jiwa
6. Faktor penyebab
7. Peran keluarga dalam pencegahan kekambuhan
II. Metode dan Media
A. Ceramah
B. Tanya Jawab
C. Leaflet dan Power Point
III. Susunan Acara
No Langkah - Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
langkah
1. Pendahuluan 5 Menit Mengucapkan salam Menjawab salam
pembuka Mendengarkan
Memperkenalkan Menjawab Pertanyaan
diri
Menjelaskan maksud
dan tujuan
Melakukan Evaluasi
dan Validasi
2. Penyajian 10 Menit Menjelaskan materi Mendengarkan dengan
penyuluhan seksama
mengenai : Memperhatikan
a. Pengertian Bertanya
kekambuhan
b. Gejala
kekambuhan
c. Tanda
kekambuhan
d. Pencegahan
kekambuhan
e. Dampak
kekambuhan
pada pasien
gangguan jiwa
f. Faktor penyebab
g. Peran keluarga
dalam
pencegahan
kekambuhan
Memberikan
kesempatan klien
atau keluarga untuk
bertanya

3. Evaluasi 10 Menit Memberikan akhir Menjawab pertanyaan


sebagai evaluasi yang diajukan

4 Penutup 5 Menit Menyimpulkan Mendengarkan


bersama-sama hasil Menjawab salam
kegiatan penyuluhan
Menutup penyuluhan
dan mengucapkan
salam

IV. Evaluasi
A. Apa yang dimaksud dengan kambuh?
B. Gejala apa yang dialami pasien jika kambuh?
C. Bagaimana cara mencegah kekambuhan?
D. Apa saja peran keluarga dalam pencegahan kekambuhan?

V. Jawaban
A. Kambuh merupakan keadaan klien dimana muncul gejala yang sama seperti
sebelumnya dan mengkibatkan klien harus dirawat kembali ( Andri, 2008).
B. Menurut Yosep (2007) beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh
klien dan keluarganya yaitu :
1) Menjadi ragu-ragu dan serba takut (nervous)
2) Tidak nafsu makan
3) Sukar konsentrasi
4) Sulit tidur
5) Tidak ada minat
6) Menarik diri
C. Pencegahan Kekambuhan
1) Aktivitas teratur/terjadual
2) Perhatikan kegiatan sehari-hari pasien
3) Jadwalkan kegiatan sehari-hari pasien (menyapu, mengepel, mencuci
pakaian sendiri, dll)
4) Beri pujian jika pasien berhasil :
a) Minum obat teratur dan sesuai aturan
b) Perhatikan dosis, cara, dan waktu minum obat
c) meminum obat secara mandiri
5) Lakukan kontrol secara teratur ke RS sebelum obat habis
6) Dukungan keluarga
7) Dukung pasien dalam segala aktivitas yang positif
8) Tetap memberi semangat kepada pasien
9) Dukung pasien untuk kontrol teratur
D. Menurut, Intansari Nurjanah (2004) peran keluarga dalam pencegahan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa yaitu :
1) Beri perhatian dan kasih saying
2) Awasi dalam minum obat
3) Bantu interaksi dengan lingkungan
4) Beri kegiatan positif di rumah
5) Jangan biarkan pasien menyendiri
6) Libatkan dalam kegiatan
7) Beri pujian
8) Jauhkan dari keadaan yang memicu trauma
9) Rajin kontrol
LAMPIRAN
PENCEGAHAN KEKAMBUHAN

A. Pengertian Kekambuhan
Kambuh merupakan keadaan klien dimana muncul gejala yang sama
seperti sebelumnya dan mengkibatkan klien harus dirawat kembali ( Andri,
2008). Kekambuhan gangguan psikotik adalah munculnya kembali gejala-
gejala psikotik yang nyata. Angka kekambuhan secara positif hubungan
dengan beberapa kali masuk rumah sakit, lamanya dan perjalanan penyakit.
Penderita - penderita yang kambuh biasanya sebelum keluar dari RS
mempunya karakteristik hiperaktif, tidak mau minum obat dan memiliki
sedikti keterampilan sosial, ( Porkony dkk dalam Akbar, 2008). Pencegahan
kekambuhan adalah mencegah terjadinya peristiwa timbulnya kembali
gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan (Yusuf, 2015).

B. Gejala Kekambuhan
Menurut Yosep (2007) beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi
oleh klien dan keluarganya yaitu :
1. Menjadi ragu-ragu dan serba takut (nervous)
2. Tidak nafsu makan
3. Sukar konsentrasi
4. Sulit tidur
5. Depresi
6. Tidak ada minat
7. Menarik diri

C. Tanda Tanda Kekambuhan


1. Tahap I :
Penderita memperlihatkan ketegangan yang berlebihan
(overextension), sering mengeluh cemas terus menerus, tak dapat
konsentrasi, lupa kata kata dalam pertengahan kalimat, adanya
hambatan mental dalam aktivitas dan penampilan diri yang menurun.
2. Tahap II :
Memperlihatkan keterbatasan tingkat kesadaran (retriction
conciusness), depresi, mudah bosan, apatis, obsesional dan fobia,
mengeluh sakit di seluruh tubuh (somatisasi), menarik diri dari aktivitas
sehari hari dan membatasi stimulus eksternal.
3. Tahap III :
Kadang kadang menunjukan penampilan psikotik, hipomania,
gangguan persepsi, gangguan isi pikir dan gagal memakai mekanisme
pembelaan yang matang.
4. Tahap IV :
Memperlihatkan gejala psikotik yang jelas, adanya halusinasi dan
waham secara terus menerus.
5. Tahap V :
Penderita tidak lagi mengenal keluarga dan menganggap keluarga
sebagai penipu. Dapat pula penderita mengamuk.
6. Tahap VI :
Penderita nampak seperti robot dan bingung serta gelisah.
Jika muncul tanda tanda di atas segera :
a. Bantu klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakan
b. Segera kontrol ke rs, sehingga segera mendapat pertolongan.

D. Pencegahan Kekambuhan
1. Aktivitas teratur/terjadual
2. Perhatikan kegiatan sehari-hari pasien
3. Jadualkan kegiatan sehari-hari pasien (menyapu, mengepel, mencuci
pakaian sendiri, dll)
4. Beri pujian jika pasien berhasil :
a. Minum obat teratur dan sesuai aturan
b. Perhatikan dosis, cara, dan waktu minum obat
c. meminum obat secara mandiri
5. Lakukan kontrol secara teratur ke RS sebelum obat habis
6. Dukungan keluarga
7. Dukung pasien dalam segala aktivitas yang positif
8. Tetap memberi semangat kepada pasien
9. Dukung pasien untuk kontrol teratur

E. Dampak Kekambuhan pada Pasien Gangguan Jiwa


Dampak gangguan jiwa bagi keluarga sangat besar, apalagi ada
beberapa anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Dampak dari
anggota yang menderita gangguan jiwa bagi keluarga diantaranya keluarga
belum terbiasa dengan adanya gangguan jiwa. Menurut Stuart & Laraia
(2005).Dampak-dampak gangguan jiwa bagi keluarga, seperti:
1. Penolakan
Sering terjadi dan timbul ketika ada keluarga yang menderita
gangguan jiwa, pihak anggota keluarga lain menolak penderita tersebut
dan menyakini memiliki penyakit berkelanjutan.
2. Stigma
Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua
dalam anggota keluarga mengetahuinya. Keluarga menganggap penderita
tidak dapat berkomunikasi layaknya orang normal lainnya. Menyebabkan
beberapa keluarga merasa tidak nyaman untuk mengundang penderita
dalam kegiatan tertentu.
3. Frustrasi, Tidak berdaya dan Kecemasan
Sulit bagi siapa saja untuk menangani orang dengan pemikiran
aneh, tingkah laku aneh dan tak terduga. Bahkan ketika orang itu stabil
karena obat, apatis dan kurangnya motivasi bisa membuat frustasi.
Keluarga dapat menjadi marah marah, cemas, dan frustasi karena
berjuang untuk mendapatkan kembali ke rutinitas yang sebelumnya
penderita lakukan.
4. Kelelahan
Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan orang
yang dicintai yang memiliki penyakit mental. Mereka mungkin mulai
merasa tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang sakit
yang harus terus-menerus dirawat. Namun seringkali, mereka merasa
terjebak dan lelah oleh tekanan dari perjuangan sehari-hari, terutama jika
hanya ada satu anggota keluarga mungkin merasa benar-benar di luar
kendali.
5. Duka
Keluarga dapat menerima kenyataan penyakit yang dapat diobati,
tetapi tidak dapat disembuhkan. Keluarga berduka ketika orang yang
dicintai sulit untuk disembuhkan dan melihat penderita memiliki potensi
berkurang secara substansial bukan sebagai yang memiliki potensi
berubah.
6. Kebutuhan Pribadi dan Mengembangkan Sumber Daya Pribadi
Jika anggota keluarga memburuk akibat stres dan terlalu banyak
pekerjaan, dapat menghasilkan anggota keluarga yang sakit tidak
memiliki sistem pendukung yang sedang berlangsung. Oleh karena itu,
keluarga harus diingatkan bahwa mereka harus menjaga diri secara fisik,
mental dan spiritual yang sehat.

F. Faktor Penyebab
Sullinger (dalam Keliat, 2011) mengidentifikasi empat faktor penyebab
klien kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit jiwa, yaitu :
1. Klien
Secara umum, klien yang minum obat secara tidak teratur
mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Hasil penelitian menunjukkan
25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit jiwa tidak memakan
obat secara teratur (Appleton, dalam Keliat 2011). Klien kronis,
khususnya skizofrenia sukar mengikuti aturan minum obat karena adanya
gangguan realitas dan ketidakmampuan mengambil keputusan.
2. Dokter (pemberi resep)
Minum obat yang teratur dapat mengurangi kekambuhan, namun
pemakaian obat neuroleptik yang lama dapat menimbulkan efek samping
yang dapat menggangu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak
terkontrol. Pemberian resep diharapkan tetap waspada mengidentifikasi
dosis terapeutik yang dapat mencegah kekambuhan dan efek samping.
3. Penanggung Jawab Klien (case manager)
Setelah klien pulang ke rumah maka penanggung jawab kasus
mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dengan klien,
sehingga dapat mengidentifikasi gejala dini dan segera mengambil
tindakan.
4. Keluarga
Ekspresi emosi yang tinggi dari keluarga diperkirakan
menyebabkan kekambuhan yang tinggi pada klien. Hal lain adalah klien
mudah dipengaruhi oleh stress yang menyenangkan maupun yang
menyedihkan.. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa salah satu faktor
penyebab kambuh gangguan jiwa adalah perilaku keluarga yang tidak
tahu cara menangani klien Skizofrenia di rumah (Sullinger, dalam Keliat,
2011).

G. Peran Keluarga Dalam Pencegahan Kekambuhan


Menurut, Intansari Nurjanah (2004) peran keluarga dalam pencegahan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa yaitu :
1. Beri perhatian dan kasih sayang
2. Awasi dalam minum obat
3. Bantu interaksi dengan lingkungan
4. Beri kegiatan positif di rumah
5. Jangan biarkan pasien menyendiri
6. Libatkan dalam kegiatan
7. Beri pujian
8. Jauhkan dari keadaan yang memicu trauma
9. Rajin kontrol
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M. 2008. Hubungan dukungan sosial keluarga terhadap tingkat
kekambuhan penderita skizofrenia di RS Grhasia Yogyakarta. Karya Tulis
Ilmiah Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.
Andri, 2008, Kongres Nasional Skizofrenia V Closing The Treathment Gap for
Schizophrenia.
Intansari Nurjanah. 2004. Pedoman Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Mocomedia
Keliat, B.A., 2011 . Manajemen Kasus Gangguan CMHN (Intermediet Course).
Jakarta :EGC
Stuart, G. W & Laraia, M. T. 2013. Principles and Pracice of Psychiatric
Nursing. (7th edition). St Louis: Mosby
Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
Yusuf, A, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai