Anda di halaman 1dari 41

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. GIGI
1. Pengertian
Gigi merupakan bagian yang paling keras pada daerah mulut.

Pada umumnya gigi itu berwarna putih, gigi mempunyai beberapa

bagian yaitu (Margareta, 2012):


a. Bagian akar gigi, yaitu bagian dari gigi yang tertanam didalam

tulang rahang yang dikelilingi dan dilindungi oleh jaingan

periodontal.
b. Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat dilihat.
c. Cusp adalah tenjolan runcing atau tumpul yang terdapat pada

mahkota.

Gambar 2.1 Anatomi Gigi

2. Jenis Gigi
Pratiwi (2007) menyatakan bahwa gigi terbagi dua jenis yaitu

homodontal dan heterodontal. Homodontal adalah bentuk gigi geligi

yang sama dalam satu rongga mulut. Bentuk tersebut terdapat pada

binatang seperti ikan dan burung. Sedangkan gigi manusia termasuk


10

jenis heterodontal karena gigi geliginya memiliki berbagai bentuk dan

fungsi yang berbeda.


Secara umum gigi bisa dibagi menjadi empat jenis (Margareta,

2012 :
a. Gigi insisif atau gigi seri
Gigi ini berbentuk persegi panjang, dan berfungsi untuk

memotong makanan. Gigi ini terletak dibagian yang paling depan

di tengah lengkung gigi, ada empat buah dirahang atas maupun

dirahang bawah.
b. Gigi kanius atau gigi taring
Gigi taring berada disebelah gigi insisif, berbentuk panjang

dengan ujung yang runcing. Gigi ini berfungsi untuk mengoyak

atau menyobek dan memotong makanan. Gigi ini berjumlah

empat buah, dua di rahang atas dan dua di rahang bawah.


c. Gigi premolar atau gigi graham kecil

Gigi premolar berada setelah gigi kanius, bentuk gigi

premolar di rahang atas agak berbeda dengan yang dirahang

bawah. Premolar rahang atas mempunyai dua bonjol, sedangkan

premolar rahang bawah hampir mirip dengan kaninus namun

bonjolnya tidak runcing. Totalnya ada delapan buah, empat di

rahang atas dan empat di bawah. Gigi premolar berfungsi untuk

menyobek dan membantu menghaluskan makanan.

d. Gigi molar atau gigi graham besar


Gigi molar berada di samping gigi premolar, bentuknya

seperti kotak dan ukuranya besar. Gigi ini paling berperan dalam

penghalusan makanan. Totalnya ada dua belas buah, enam di

rahang atas dan enam di rahang bawah.


3. Struktur Gigi
11

Rahmadhan (2010), mengemukakan gigi terdiri dari tiga bagian

yaitu mahkota, akar dan leher gigi. Mahkota gigi adalah bagian yang

menonjol di permukaan gusi yang diselubungi lapisan email

sedangkan akar diselubungi lapisan sementum dan terpendam dalam

alveolus di tulang maksila atau mandibula, dan leher gigi merupakan

tempat terbentuknya mahkota dan akar gigi. Secara klinis mahkota

gigi adalah bagian gigi yang berada di atas area perlekatan gusi.

Sementara secara anatomis batas mahkota gigi masih diteruskan

berada di bawah area perlekatan gusi. Menurut Pratiwi (2007)

struktur gigi terdiri dari :


a) Email
Email merupakan lapisan terluar pada mahkota gigi.

Kandunganya sarat dengan garam kalsium. Sehingga bila

dibandingkan dengan lapisan gigi lainya, email merupakan

jaringan gigi paling kuat dan keras karena mengandung 96 %

anorganik. Oleh karena itu, email merupakan lapisan

pelindung gigi dari sensitivitas panas, dingin dan nyeri saat

mengunyah.
b) Dentin
Dentin terletak di bawah email pada mahkota gigi, dan di

bawah sementum pada akar gigi. Tarigan (2013) dentin dapat

dikelompokan menurut pembentukanya


1) Dentin primer adalah dentin yang dibentuk waktu

masih dalam kandungan


2) Dentin sekunder (dentin tidak beraturan) adalah dentin

yang terbentuk karena pacuan-pacuan yang dialami

oleh odontoblas, misalnya oleh rangsangan panas,

dingin dan kimia


12

3) Dentin tertier terbentuk karena adanya rangsangan

terhadap odontoblas pada perawatan ododontil seperti

kaping pulpa direk atau amputasi vital.


Di dalam dentin terdapat sel-sel yang merupakan

kelanjutan dan sel odontoblas yang berfungsi menyalurkan

rangsangan dari dentin ke sel-sel saraf. Seperti rangsangan

thermis (panas/dingin), rangsangan khemis (asam/manis),

dan rangsangan mekanis (benda keras)


c) Sementum
Sementum merupakan lapisan terluar pada akar gigi.

Fungsi sementum sebagai pelindung gigi pada bagian akar,

juga sebagai penyangga gigi terhadap jaringan pendukung

disekitar gigi. Sementum juga berfungsi memberikan nutrisi

utama gigi yaitu fosfor pada yang sudah tua dengan kondisi

pulpa yang sudah menyempit.


d) Pulpa
Pulpa adalah bagian gigi terdalam di bawah dentin

berupa rongga yang berisi jaringan pulpa. Jaringan pulpa

penuh dengan sel saraf yang sensitif terhadap rangsang

mekanis, termis, kimia jaringan limfa, jaringan ikat, pembuluh

darah arteri vena.


e) Gigi Susu
Gigi susu disebut juga gigi sulung, gigi bayi, gigi primer

atau gigi sementara. Karena karies gigi susu bertahan di

dalam mulut sampai kira-kira anak usia 6 tahun yaitu dimana

masa erupsi gigi tetap pertama dan saat inilah dimulainya

periode gigi transisi atau tercampurnya gigi susu dan gigi

tetap. Dimana masa ini merupakan masa terburuk yang

menyulitkan bagi anak-anak karena pola kebiasaan. Seperti


13

mengalami tanggalnya gigi susu, timbulnya masalah gigi

berwarna, timbulnya gigi dengan posisi berjejal atau posisi

lain yang tidak normal. Namun masa transisi ini akan berakhir

saat anak berusia 12 tahun atau bila gigi susu sudah tanggal

lama.
f) Gigi Tetap
Gigi tetap atau gigi pengganti, muncul menggantikan gigi

susu yang tanggal. Periode gigi tetap mulai dengan

munculnya gigi geraham besar 1 dan gigi seri tetap, serta

tanggalnya gigi seri susu. Gigi tetap yang erupsi pertama kali

adalah gigi insisif 1 rahang bawah pada usia 6-7. Sementara

insisif 1 rahang atas erupsi berikutnya, dan setahun

kemudian insisif 2 rahang atas menyusul. Erupsi premolar 1

mengikuti pada usia 10 tahun bersamaan dengan kaninus

rahang bawah. Dan usia 12 tahun sering disebut 12 years

molars, karena erupsi molar 2.


4. Proses Pertumbuhan Gigi
Pada prinsipnya bahwa pertumbuhan gigi mengalami dua

periode, diawali dari pertumbuhan gigi susu yang lengkap pada umur

3 tahun dengan jumlah 20 gigi, kemudian diganti dengan fase gigi

tetap yang diawali pada usia 13 tahun ke atas. Pertumbuhan gigi

tetap ini menjadi lengkap setelah jumlah gigi menjadi 32 gigi, sekitar

umur 17-21 tahun. Fase diantara fase gigi tetap sampai gigi tetap

yang lengkap disebut fase gigi campuran, yaitu diantara umur13-17

tahun. Berikut dibawah ini merupakan perkiraan jadwal tumbuhnya

gigi, yaitu : (Margareta, 2012)


Table 2.1 Perkiraan Jadwal Tumbuhnya Gigi Susu
14

Gigi Susu Rahang Bawah Rahang Atas Jumlah

Gigi seri pertama 6 - 12 bulan 8 - 13 bulan 2 atas - 2 bawah


Gigi seri kedua 6 - 12 bulan 8 - 13 bulan 2 atas - 2 bawah
Gigi taring 17 - 23 bulan 16 - 22 bulan 2 atas - 2 bawah
Gigi geraham 14 - 18 bulan 13 - 19 bulan 2 atas - 2 bawah
susu pertama

Gigi geraham 23 - 31 bulan 25 bulan 2 atas - 2 bawah


susu kedua

Total : 20 gigi
Sumber : Margareta (2012)

Tumbuhnya gigi susu dimulai pada saat anak berumur 6-12

bulan untuk gigi seri pertama rahang bawah dan 8 13 bulan untuk

rahang atas, kemudian dianjurkan sampai tumbuhnya gigi geraham

susu kesua pada 23-31 bulan untuk rahang bawah dan 25 bulan

untuk rahang atas, sehingga didapatkan total gigi lengkap sebanyak

20 gigi susu.

Table 2.2 Perkiraan Jadwal Tumbuhnya Gigi Tetap

gigi tetap rahang bawah rahang atas jumlah

Gigi seri pertama 6 - 8 tahun 6,5 - 8,5 tahun 2 atas - 2


bawah

Gigi seri kedua 6 - 8 tahun 6,5 - 8,5 tahun 2 atas - 2


bawah
15

Gigi taring 9 - 11 tahun 10 - 12 tahun 2 atas - 2


bawah
Gigi geraham kecil 9,5 - 11, 5
9,5 - 12 tahun 2 atas - 2
pertama tahun
bawah
Gigi geraham kecil
9,5 - 12 tahun 9,5 - 15 tahun 2 atas - 2
kedua
bawah
Gigi geraham besar
6 - 7 tahun 6 - 5 tahun 2 atas - 2
pertama
bawah
Gigi geraham besar 11,5 - 12, 5
11 - 13 tahun 2 atas - 2
kedua tahun
bawah
Gigi geraham besar
17 - 21 tahun 17 - 21 tahun 2 atas - 2
kedua
bawah
Total : 32 gigi
Sumber : Margareta (2012)
Tumbuhnya gigi tetap dimulai pada saat anak berumur 6 8

tahun untuk gigi seri pertama rahang bawah dan 6,5 8,5 untuk gigi

seri pertama rahang atas, kemudian terus berlanjut sampai

pertumbuhan gigi geraham besar rahang bawah dan rahang atas

pada usia 17 21 tahun, sehingga didapatkan total gigi lengkap

sebanyak 32 gigi tetap.

a. Pertumbuhan gigi susu


Gigi susu adalah gigi pertama yang akan tumbuh pada

seseorang anak yang baru lahir. Pada umumnya, proses gigi

ini biasanya disertai dengan adanya sakit pada anak. Pada

dasarnya keluarnya gigi susu pertama terjadi di usia 6 8

bulan. Umumnya diawali oleh keluarnya gigi seri tengah, lalu

secara berurutan gigi seri tengah atas, gigi seri lateral atas gii

seri lateral bawah, geraham susu pertama, gigi taring dan


16

geraham susu kedua. Pertumbuhan gigi ini tidak terjadi

bersamaan, ada rentang waktu pertumbuhanya sebagaimana

yang telah dijabarkan dalam table diatas (Margareta, 2012).

Gigi susu kan bertahan didalam mulut sampai kira-kira usia

enam tahun yang merupakan saat erupsi gigi tetap pertama

(Pratiwi, 2009).
b. Kegunaan gigi susu

Pada awalnya gigi susu itu sendiri berguna untuk

mengunyah, tetapi tidak seperti gigi orang dewasa. Pertama-

tama, kegunaan gigi susu itu bukan sebagai pengunyah,

tetapi sebagai petunjuk jalan bagi tumbuhnya gigi permanen.

Dengan kata lain, gigi susu merupakan perintis gigi

permanen. Ada waktu dimana gigi susu itu akan hilang dan

diganti oleh gigi permanen yang akan tumbuh kemudian,jadi

semua terpola pada porosnya.

Oleh karena sebagai perintis jalan bagi tumuhnya gigi

permann, maka pada masa pertumbuhan gigi susu, orang tua

harus merawat gigi susu pada anaknya. Sebab jika

melakukan pencabutan gigi susu sebelum waktunya, maka

akan mengacaukan system keseimbangan susunan gigi

didalam mulut. Pencabutan terlalu awal akan menyebabkan

terjadinya pergeseran posisi gigi. Akibatnya, gigi tetap tau

permanen yang akan tumbuh tidak akan memperoleh ruang

cukup dan akan tumuh gigi tetap dengan susunan gigi


17

berrjejal, dan dari sinilah muncul tumbuh gigi yang tidak

teratur. Yang meyebabkan anak itu harus memakai kawat gigi

merapikan giginya (Margareta, 2012).


c. Cara merawat gigi susu
Berikut dibawah ini merupakan cara-cara merawat gigi susu,

yaitu (Margareta, 2012) :


1) Rawat seperti gigi permanen

Sebagaimana gigi permanen lainya, gigi susu

harus dirawat seperti gigi permanen. Jika ada gejala

sakit pada gusi anak, berkaitan dengan gigi susunya,

maka harus segera bawa ke dokter untuk melakukan

pencegahan.

2) Dimulai sejak dini

Gigi susu anak harus dibersihkan dengan cara

menyikat gigi susunya dengan baik. Mungkin tidak

menggunakan sikat gigi, tetapi menggunakan tangan

orang tua, tangan dibungkus dengan kapas atau

bahan lainya untuk membersihkan plak pada gigi susu

anak.

3) Memilih sikat gigi yang baik

Jika menyikat gigi, pilihlah sikat gigi yang baik dan

khusus untuk anak. Banyak dijual di pasaran, berbagai

sikat gigi dengan ukuran untuk anak-anak. Pilihlah

sikat gigi yang bulunya yang halus dan anak merasa

nyaman memakainya.
18

Setelah anak-anak menyikat gigi, bilaslah sikat itu

dengan baik sampai kering, lalu simpan pada

tempatnya. Ingatlah harus selalu dalam keadaan

kering. Sebab jika lembab, maka dalam bulu sikat itu

akan terhinggap kuman yang tidak bias dilihat oleh

kasat mata, dan gantilah sikat gigi setiap tiga bulan

sekali.

4) Memakai pasta gigi khusus


Bersamaan dengan itu, pakailah pasta gigi khusu

anak-anak dapat beralih ke pasta gigi orang deawasa

dengan kadar fluoride sebesar 0,1 % atau 1.000 ppm

(maksimum 1.500 ppm). Fluoride sangat penting untuk

pembentukan gigi sehat.


Pada saat menyikat gigi, gunakan pasta gigi

secukupnya saja. Ingat bahwa jika mengalami

overdosis fluoride pada saat pembentukan gigi dapat

mengakibatkan masalah yang disebut fluorosis. Gigi

anak menjadi berwarna cokelat dengan bintik-bintik

putih permanen. Anak anak dibawah usia 6 tahun

rentan terhadap masalah ini.


5) Memberi contoh
Supaya anak semakin rajin dan tekun dalam

mebersihkan giginya, maka orang tua harus

memberikan contoh terbaik bagi anaknya. Sikatkan

gigi dalam waktu yang cukup (sekitar 3 menit)

sehingga seluruh permukaan gigi betu-btul bersih.


6) Mengunjungi dokter
19

Adakan jadwal untuk melakukan kunjungan ke

dokter minimal sekali dalam 6 bulan. Tindkan ini

merupakan tindakan perawatan dan tindakan preventif

terhadap berbagai penyakit yang akan muncul pada

daerah gigi dan mulut.


Menurut Hermawan (2010) merawat gigi anak

atau bayi lebih baik dimulai sejak dini. Bahkan

sebelum gigi bayi mulai tumbuh. Berikut tips yang bisa

digunakan :
1) Mulai dengan membersihkan mulut anak,

bersihkan gusi sehbis makan dengan

menggunakan handuk lembut yang hangat,

atau dengan menggunakan kain kassa

yang dililitkan pada jari tangan. Sikat gigi

karet khusu bayi dapat juga dipergunakan

untuk menghilangkan sisa-sisa makanan.


2) Ketika gigi mulai tumbuh, lakukan

perawatan. Banyak orang yang berpikir

bahwa gigi susu kurang penting untuk

dirawat karena akan digantikan oleh gigi

tetap. Namun, gigi pertama ini berfungsi

untuk membentuk rahang dan

menyediakan tempat untuk gigi tetap. Jika

tidak dirawat, gigi susu akan berlubang,

dapat menyebabkan infeksi gusi dan

mempengaruhi letak gigi permanen.


20

3) Perhatikan adanya gigi berlubang pada si

kecil. Tanda awal bahwa gigi berlubang

yaitu adanya perubahan warna pada gigi

dan adanya lubang kecil.


4) Berikan minum setelah makan. Umumnya

makanan bayi mudah dibersihkan, cukup

dengan memberikanya air minum. Namun

penting unuk mengenalkan sikat ggigi

(gunakan yang paling lembut) sedini

mungkin sehingga bayi dapat terbiasa.


5) Gunakan pasta gigi yang tidak

mengandung fluoride sebesar biji jagung

sampai anak berusia sekitar 2 tahun.

Tunggu sampai anak berusia sekitar 3

tahun hingga ia tidak menelan pasta gigi,

sebelum anda memberikanya pasta gigi

yang mengandung fluoride.


6) Atur fluoride yang masuk pada nak.

Meskipun anak tidak menggunakan pasta

gigi yang mengandung fluor, anak

membutuhkan cukup fluoride untuk

mencegah gigi berlubang dengan

memberikan minum dari air tanah (yang

sudah diolah).

B. Karies Gigi
1. Definisi Karies Gigi
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai

dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi atau lebih,


21

serta dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya

dari email ke dentin atau ke pulpa (Tarigan, 2016). Karies

merupakan penyakit mulut yang menyerang gigi dan lebih banyak

dijumpai pada anak-anak. Karies baru disadari jika merasakan sakit

yang parah pada giginya. Gigi adalah bagian yang tersembunyi yaitu

di dalam mulut, namun gigi bisa rusak jika pemiliknya tidak pernah

memperhatikan dan merawatnya (Hiranya, 2010). Karies gigi

merupakan proses kerusakan gigi yang di mulai dari enamel terus

ke dentin akibat berbagai faktor dalam rongga mulut yang

berinteraksi satu dengan yang lain meliputi faktor gigi,

mikroorganisme, substrat dan waktu (Hongini, 2012).


Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karies

gigi adalah terjadinya lubang atau penghancuran pada bagian gigi

email atau dentin akibat berbagai faktor.

2. Klasifikasi Karies Gigi

Gambar 2.2 Anatomi Gigi Sehat dan Gigi Karies


Menurut Tarigan (2013) Berdasarkan dibawah ini merupakan

klasifikasi karies gigi, yaitu :


a. Berdasarkan stadium karies
22

1) Karies jenis ini berarti adanya karies baru mengenai enamel

saja, sedang dentin belum terkena.

Gambar 2.3 Karies Superfisialis

2) Karies Media
Yaitu karies yang sudah mengenal dentin, tttapi belum

melebehi setengah dentin

Gambar 2.4 Karies Media

3) Karies Profunda
Karies jenis ini sudah mengenai lebih dari setengah dentin

dan kadangg-kadang sudah mengenai pulpa


23

Gambar 2.5 Karies Profunda

b. Berdasarkan kecepatan berkembang dan keparahanya


1) Karies ringan
Hanya terjadi pada gigi yang paling rentan seperti fit (depresi

yang kecil, basanya seperti ujung jarum yang terdapat pada

permukaan oklusal dari gigi moral) dan pisure (suatu celah

yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi)

sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan

email (iritasi pulpa)


2) Karies sedang
Karies dikatakan sedang jika serangan karies meliputi

permukaan oklusal dan aproksimal gigi posterior. Kedalaman

karies sudah mengenal lapisan dentin (hiperemi pulpa)


3) Karies berat atau parah
Karies dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior

yang biasanya bebas karies. Kedalaman karies sudah

mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun pulpa terbuka

(pulpitis dan gangrene pulpa). Karies gigi anterior dan

posterior sudah meluas kebagian pulpa.


c. Berdasarkan Lokasi Karies
24

1) Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi

posterior.

2) Kelas II adalah karies gigi yang sudah mengenai permukaan

oklusal dan bagian aproksimal gigi posterior.

3) Kelas III adalah karies yang mengenai bagian aproksimal gigi

anterior.

4) Kelas IV adalah karies yang sudah mengenai bagian

aproksimal dan meluas ke bagian insisal gigi anterior.

5) Kelas V adalah karies yang mengenai bagian servikal gigi

anterior dan posterior.

3. Tanda dan gejala karies gigi


Menurut Hongini (2012) menyatakan bahwa tanda awal

munculnya karies gigi antara lain :


a) Munculnya bercak putih kapur pada permukaan gigi. Ini

menunjukan area yang mengalami demineralisasi enamel.


b) Warna gigi berubah menjadi coklat. Jika warna gigi muncul

kecoklatan dan mengkilat itu menunjukan karies gigi pernah

hadir tapi proses demineralisasi telah berhenti, meninggalkan

noda. Selanjutnya jika warna gigi berubah menjadi kecoklatan

yang kusam itu menunjukan demineralisasi sedang aktif.


c) Jika kerusakan sudah mencapai dentin,biasanya akan timbul

rasa sakit atau ngilu setelah makan dan minum manis, asam,

panas, atau dingin.


d) Apabila seseorang mengeluh rasa sakit bukan hanya setelah

makan saja berarti kerusakan gigi sudah mencapai pulpa.


4. Proses Terjadinya Karies Gigi
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak

dipermukaan gigi. Plak terbentuk dari campuran antara zat air ludah

seperti musin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa
25

makanan serta bakteri. Sebagian plak dalam gigi ini mengubah gula

dan karbohidrat yang berasal dari makanan dan minuman yang

masih menempel di gigi menjadi asam laktat yang akan menurunkan

pH mulut menjadi kritis yang bias merusak gigi dengan cara

melarutkan mineral- mineral yang ada dalam gigi (Hongini, 2012).


Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi

(menghilangnya mineral dari stuktur gigi) lebih besar dari pada

remineralisasi (bertambahnya mineral dalam struktur gigi). Proses

demineralisasi pada email akan berlanjut menjadi karies gigi. Secara

perlahan demineralisasi pada email akan berlanjut menjadi karies

gigi. Secara perlahan demineralisasi interna berjalan kearah dentin

melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan

lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses

tersebut (Hongini, 2012).


Pada karies dentin yang baru mulai, yang terlihat lapisan

keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin

sklerotik,kemungkinan membentuk rintangan terhadap

mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan

opak/tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang

mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas).

Baru steelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi.

Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan

tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin

partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Ramadhan

2010).
5. Faktor Penyebab Terjadinya Karies
26

Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja

seperti penyakit menular lainya, tetapi diseabkan serangkaian proses

yang terjadi selama beberapa kurun waktu, tetapi disebabkan

serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu.

Secara umum, ada empat faktor utama yang memegang peranan

yaitu (Margareta, 2012) :

a. Faktor Host
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan gigi sebagai

host terhadap karies gigi, struktur enamel (email), faktor kimia

dan kristalografis, dan saliva. Daerah-daerah dalam mulut yang

mudah diserang karies adalah pit dan fissure pada permukaan

oklusal dan premolar. Permukaan gigi yang kasar juga dapat

menyebabkan plak yang mudah melekat dan membantu

perkembangan karies gigi. Kepadatan Kristal enamel sangat

menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel

mengandung mineral maka Kristal enamel semakin padat dan

enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang

karies dari pada gigi tetap. Hal ini dikarenakan gigi susu lebih

banyak mengandung bahan organik dan air dari pada mineral,

dan secara kristalografis mineral dari gigi tetap lebih padat bila

dibandingkan dengan gigi susu. Alas an mengapa susunan

Kristal dan mineralisasi gigi susu terjadi dalam kurun waktu 1

tahun sedangkan pembentukan dan minneralisasi gigi tetap 7-8

tahun. Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih

dini karena banyak sekali mengandung ion kalsium fosfat.


27

Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat

jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi

mikroorganisme didalam plak, saliva juga mempengarui pH

(Margareta, 2012).
b. Faktor Agent
Mulut mengandung berbagai bakteri mulut, tetapi hanya

beberapa spesies tertentu dari bakteri yang diyakini

menyebabkan gigi karies, yaitu : Streptococcus mutans dan

Lactobacilli. Diantara mereka Lactobacillius acidophilus ,

Actionomyces viscosus, Nocradiaspp dan Streptococcus mutans

yang paling dekat hubunganya dengan karies. Bakteri berkumpul

disekitar gigi dan gusi, lengket berwarna krem disebut plak, yang

berfungsi sebagai biofilm (Hongini dan Aditiawarman, 2012).

Plak bekteri ini dapat setebal beratus-ratus bakteri sehingga

tampak sebagai lapisan putih (Margareta, 2012).


c. Faktor Environment
Karbohidrat menyediakan substrat untuk pembuatan asam

bagi bakteri. Bakteri dalam mulut seseorang mengubah glukosa,

fruktosa dan paling sering yaitu sukrosa menjadi asam seperti

asam laktat melalui glikolisis proses yang disebut fermentasi

(Hongini dan Aditiawarman, 2012). Jika seseorang sering dan

terus menerus mengkonsumsi karbohidrat, terutama gula, pH

nya akan tetap dibawah pH normal dan ddalam waktu tertentu

dapat mengakibatkan terjadinya pelarutan dari kalsium dan

fosfat email yang menyebabkan terjadinya kerusakan email

sehingga terjadi karies gigi ( (Putri, 2011).


d. Faktor waktu
28

Seacar umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis

pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan

atau tahun. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan

kembali mineral selama berlangsungnya proses karies,

menandakan bahwa proses karies disebut terdiri atas perusakan

dan perbaikan yang silih berganti. Adanya saliva di daerah gigi

mengakibatkan karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan

hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Lamanya

waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu

kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan (Margareta,

2012).
6. Indeks Karies Gigi
Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukan klinis

penyakit karies gigi, untuk gigi susu indeks karies yang bias dipakai

adalah indeks def-t (Herijulianti, 2011) :


a. Indeks def-t (def-teeth)
d = decay : Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal`
e = extoliasi : Jumlah gigi susu yang telah/harus dicabut karena

karies
f = filling : Jumlah gigi yang telah ditambal
Kekurangan indeks def-t adalah extolisasi, seharusnya

dapat menunjukan jumlah gigi yang dicabut karena karies. Pada

gigi susu kadang-kadang gigi yang tidak ada disebabkan lepas

dengan seendirinya krena factor fisiologis, disebut extolisasi,

bukan karena karies tetapi seorang anak biasanya tidak dapat

menerangkan mengapa giginya tidak ada/hilang, apakah karena

karies atau extolisasi. Untuk mencegah terjadinya kekeliruan,

maka indeks def-t sering diganti menjadi indeks df saja.


29

WHO (2013) merekomendasikan kelompok umur tertentu

untuk diperiksa yaitu kelompok umur 5 tahun untuk gigi susu dan

12, 15, 35, 44 dan 65 74 tahun untuk permanen. Untuk

kelompok umur 5 tahun, anak-anak seharusnya harus diperiksa

diantara ulang tahun mereka yang ke 5 atau ke 6. Umur ini

menjadi umur indeks untuk gigi susu karena tingkat karies pada

kelompok umur ini lebih cepat berubah dari pada gigi permanen

sekaligus umur 5 tahun merupakan anak mulai sekolah.


Kriteria pemeriksaan karies gigi susu dapat dilihat pada

table 2.3 dibawah ini. Cara perhitunganya adalah dengan

menjumlahkan semu def, komponen d meliputi penjumlahan kode

B dan kode C, komponen e meliputi penjumlahan kode E, dan

komponen f meliputi penjumlahan kode D. Untuk kode F dan G

tidak dimasukan dalam perhitungan komponen def-t (WHO,

2013). Berikut dibawah ini merupakan rumus perhitungan def-t

yaitu :

def-t = d + e + t
def-t rata-rata = (jumlah def)
(jumlah anak yang di periksa)

Table 2.3 Kode Pemeriksaan Karies dengan indeks WHO

Kode
gigi gigi
sulung permanen kode status
mahkota mahkota akar
gigi gigi gigi
A 0 0 permukaan gigi sehat/keras

B 1 1 gigi keras
30

C 2 2 gigi dengan tumpatan, ada karies

D 3 3 gigi dengan tumpatan baik, tiak ada karies

E 4 - gigi yang hilang karena karies

- 5 - gigi yang hilang karena sebab lain

F 6 - gigi dengan tumpatan silen

G 7 7 jembatan, mahkota gigi atau viner/implan

- 8 8 gigi yang tidak erupsi

T T - trauma/fraktur

dan lain-lain : gigi yang memakai ortodonti


cekat atau gigi yang mengalami hipoplasia
- 9 9 enamel yang berat

Pada dasarnya, prinsip prinsip aturan untuk indeks def-t sama

hal nya dengan indeks DMF-T, yaitu antara lain (Hiremath, 2011) :

a. Gigi dianggap erupsi saat permukaan oklusal atau incial benar-

benar terbuka
b. Tidak ada gigi yang dihitung lebih dari satu kali
c. Komponen def dihiung secara terpisah
d. Gigi yang hilang atau ditambal karena penyebab selain karies

tidak termasuk hitungan.


WHO memberikan kategori dalam perhitungan def-t

berupa derajat interval sebagai berikut (Oral Health Basic

Surveys, 2013) :
a. Sangat rendah : 0,0 - 1,1
b. Rendah : 1,2 2,6
c. Moderat : 2,7 4,4
d. Tinggi : 4,5 6,5
e. Sangat Tinggi : >6,6

7. Pencegahan Terhadap Karies Gigi


31

Progam pencegahan karies merupakan proses yang kompleks,

pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup

dengan memperpanjang kegunaan gigi di dalam mulut. Pencegahan

karies gigi dapat dibagi atas dua bagian, yaitu pra erupsi dan pasca

erupsi (Tarigan, 2016) :


a. Tindakan Pra Erupsi
Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan strukur enamel

dan dentin atau gigi pada umumnya. Seperti kita ketahui yang

mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan gigi kecuali

protein untuk pembentukan matriks gigi, vitamin (vitamin A,

vitamin C, vitamin D) dan mineral (Calcium, Phosfor, Fluor,

dan Magnesium) yang dibutuhhkan. Pada ibu-ibu yang

sedang mengandung, sebaiknya diberikan kalsium dalam

bentuk tablet,, dan ar minum yang mengandung fluor karena

hal ini akan berpengaruh terhadap pembentukan enamel dan

dentin bayi yang akan dilahirkan (Tarigan, 2016).


b. Tindakan pasca Erupsi
Pada dasranya hamper sama dengan stadium pra erupsi,

anya ditambahkan dngan kebersihan muut dan gigi yang

harus diperhatikan supaya tetap sehat, pemeriksaan berkala

setiap enam bulan sekali, makanan yang menggunakan gigi

dan gusi, dan kesehatan badan. (Tarigan, 2016) Beberapa

metode yang banyak digunakan untuk mengurangi aktivitas

karies yaitu sebagai berikut :


1) Pengaturan Diet
Tidak ada diet yang mengandung karbohidrat yang

tidak terfermentasi, yang tidak dapat menyebabkan karies

gigi pada manusia. Pada dasarnya semua karbohidrat


32

dalam makanan merupakan substrat untuk bakteri, yang

melalui proses sintesa akan di rubah menjadi asam dan

polisakarida. Karbohidrat dengan molekul rendah seperti

sukrosa (gula bit, gula tebu, gula merah) glukosa,

fruktosa dan maltose, akan segera diubah menjadi zat-zat

yang merusak jaringan mulut. Makin sering konsumsi

karbohidrat yang mudah dipecah makin cepat terjadi

proses demineralisasi dan jaringan keras gigi. Jadi dapat

disimpulkan bahwa, frekuensi dari konsumsi makanan

yang mengandung gula harus sangat dikurangi, yang

diartikan dengan mengurangi frekuensi makan adalah

suatu reduksi dari makan-makanan kecil yang dimakan

antara jam-jam makan (Tarigan, 2016).


2) Pengunaan Fluor
Penggunaan fluor merupakan metode yang paling

efektif untuk mencegah timbul dan berkembangnya karies

gigi. Fluor juga menghambat kehidupan bakteri yang ada

pada plak. Diperlukan setidak-tidaknya 1 ppm fluor ada

didalam air minum untuk mengurangi karies. Cara lain

untuk menghambat proses karies adalah dengan

memakai pasta gigi yang mengandung fluor, dengan

pemakaian pasta gigi berfluor dapat diharapkan

penghambatan karies gigi sebesar sekurangnya lebih 15-

30 % (Tarigan, 2016).
3) Antimikroba
Beragam antimikroba juga tersedia untuk

membentuk pencegahan karies. Dalam kasus yang


33

langka, antibotik dapat dipertimbangkan, namun efek

sistematiknya harus dipertimbangkan . fluoride memiliki

efek antimikroba seperti halnya penggunaan klorheksidin.

Bahan tersebut diresepkan sebagai obat kumur 0,12 %

untuk penggunaan jangka pendek yang diserapkna untuk

penggunaan di rumah menjelang tidur sebagai obat kumur

selama 30 detik. Klorheksdin biasanya digunakan sekitar

2 minggu dan hasil penurunan Streptoccocus mutans

dihitung sampai dibawah tingkat potensial karies (Putri,

2011)
4) Kebersihan Mulut
Perawatan kebersihan diri terdiri dari menyikat

tepat dan flossing setiap hari. Menyikat tepat maksudnya

sebaiknya dua kali sehari, yaitu setiap kali setelah makan

pagi dan malam sebelum tidur (Putri, 2011). Fokus utama

dari menggosok gigi dan flossing adalah untuk

menghapus dan mencegah pembentukan plak. Plak

sebagian besar terdiri dari bakteri, karena jumlah

peningkatan plak bakteri, gigi lebih rentan terhadap karies

ketika karbohidrat dalam makanan yang tersisa pada gigi

setelah setiap makan atau ngemil. Sebuah sikat gigi dapat

digunakan untuk menghilangkan plak pada permukaan

diakses, sedangkan yang tidak dapat tersentuh seperti

antra gigi dan lubang dan celah, hal tersebut dan

menggunakan flossing (Hongini, 2012).


5) Permen Karet Xylitol
34

Xylitol adalah gula yang mengandung lima karbon

yang terdapat pada pohon birch. Xylitol mengikat molekul

sukrosa dengan Streptococcus mutans. Streptococcus

mutans tidak dapat memfermentasi (menguras) xylitol.

Xylitol mengurangi Streptococcus mutans dengan

mengubah arah metabolismenya dan meningkatkan

remineralisasi serta membantu mencegah karies gigi

(Putri, 2011)
6) Sealent Pada permukaan Gigi
Walaupun perawatan dengan menggunakan

fluoride sangat efektif dalam mencegah karies pada

permukaan yang lunak, perawatan ini tidak efektif untuk

mencegah karies pda lubang dan retakan. Pada anak-

anak usia sekolah permukaan oklusal adalah permukaan

yang paling sering terkena karies. Cara kerja sealant

adalah pertama, sealant secara mekanis menutup lubang

dan retakan dengan resin yang tahan asam. Kedua,

karena lubang dan dan retakan tertutup, sealant

membasmi Streptococcus mutans dan organisme

kariogenk yang berkembang disana. Ketiga, sealant

membuat lubang dan retakan lebih mudah dibersihkan

dengan cara menyikat gigi dan mengunyah permen karet

xylitol. Dengan kata lain, indikasi penggunaan sealant

adalah mencegah karies pada gigi yang baru berlubang,

menahan pertumbuhan karies, mencegah pertumbuhan


35

bakteri odontopagenetik pada gigi retak yang diambil dan

mecegah infeksi ditempat lainya (Putri, 2011).


C. Pelaksanaan Perawatan Gigi Pada Anak
1. Kebiasaan Menggosok Gigi
Menggosok gigi merupakan cara yang paling efektif untuk

mencegah terjadinya karies. Menggosok gigi tujuanya untuk

membersihkan dan menghapus pembentukan plak yang terjadi di

gigi, sebaagian besar plak terdiri dari bakteri, karena jumlah

peningkatan plak bekteri gigi lebih rentan terhadap gigi karies ketika

karbohidrat dalam makanan yang tersisa pada gigi menempel setelah

setiap makan (Hongini, 2012).


Menggosok gigi sebaiknya dilakukan setelah sarapan pagi

dan malam sebelum tidur. Hal ini dikarenkan pada waktu tidur, air

ludah berkurang sehingga asam yang dihasilkan oleh plak akan

menjadi lebih pekat dan kemampuanya untuk merusak gigi tentunya

lebih besar. Kebiasaan bersikat gigi yakni pada saat mandi saja , itu

tidak dibenarkan, sebab sesudah bersikat gigi pagi di saat mandi,

orang akan makan pagi jadi tetap gigi dalam keadaan kotor, terutama

dikotori oleh plak. Begitupun bila bersikat gigi pada saat mandi sore,

masih akan menghadapi makan malam dan makanan kecil lainya

pada sore hari. Padahal menurut beberapa ahli, kuman paling efektif

dapat merusak email gigi, ialah sekitar setengah jam sejak saat

selesai makan. Pada saat itu sisa makanan segera dirubah oleh

kuman menjadi asam yang dapat melunakan email itu sendiri.

Karena itulah bersikat gigi yang betul adalah setiap habis makan, dan

saat hendak tidur (Machfoedz, 2013).


Menggosok gigi adalah cara umum dianjurkan untuk

membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi. Hal-hal


36

yang harus diperhatikan untuk menggosok gigi adalah pertama

gunakan bulu sikat berbahan sintesis seperti nilon, bahan sintetik

lebih unggul dalam keseragaman ukuran, elastisitas, daya tahan

terhadap kepatahan dan dorongan air. Dalam hal ini, bulu sikat yang

lembut telah dianjurkan pemakaianya karena fleksibel dan efektif

membersihkan lekukan dan daerah yang sulit terjangkau (Machfoedz,

2013).
Sikat gigi adalah alat untuk membersihkan gigi yang

berbentuk sikat kecil dengan pegangan. Dalam memilih sikat gigi

yang tepat sebaiknya dan yang terpenting adalah bulu sikat dan lebar

kepala sikat supaya dapat menjangkau daerah-daerah gigi bagian

belakan. Untuk anak-anak berusia sekitar 1-5 tahun bias memakai

sikat dengan 3 deret bulu, pada usia enam tahun keatas imana pada

usia ini merupakan periode gigi geligi bercampur, maka dapat

memakai sikat giigi dengan 4 deret bulu. Tekstur pun hendaknya

memungkinkan digunakan dengan efektif, tanpa merusak jaringan

(Margareta, 2012).
Gosok gigi anda dengan urutan yang sama setiap harinya.

Anda bebas mulai gigi bagian mana aja yang ingin pertama kali

disikat. Hanya saja pastikan bahwa seluruh bagian gigi didalam mulut

anda tidak ada yang tertinggal. Rutinlah mengganti gosok gigi apabila

bulu sikat sudah mekar, rusak ataupun sudah berusia sebulan, maka

sikat gigi tersebut akan kehilangan kemampuan untuk membersihkan

gigi dengan baik. Menjaga kebersihan gosok gigi sangat penting.

Sikat gigi bias jadi tempat berkembangnya biaknya kuman dan jamur.

Setiap selesai menyikat gigi maka harus dicuci bersih, setelah itu
37

digantung dengan kepala dibawah. Supaya sikat gigi akan segera

kering dan memungkinkan kuman tidak akan menempel dan

berkembang biak (Machfoedz, 2013).


Cara menggosok gigi yang baik adalah membersihkan

seluruh bagian gigi, gerakan vertical, dan bergerak lembut. Seluruh

permukaan gigi dalam, luar, dan penguyah harus disikat dengan teliti.

Gigi digosok dengan ujung bulu sikat, gerakan bersikat gigi pendek-

pendek saja, jangan buru-buru. Bersihkan salah satu sisi dulu baru

pindah, untuk menyikat permukaan samping baik luar maupun dalam

jangan melawan arah permukaan gusi (ujung pinggir gusi). Jadi kalau

gigi atas jangan menyikat kea rah atas. Sebaliknya untuk gigi bawah

jangan menyikat kearah bawah, ini untuk menghindarkan diri agar

gusi tidak berkelupas. Tetapi bulu-bulu sikat harus dikenakan gusi.

Tujuanya ialah agar supaya gusi terpijat oleh bulu-bulu halus itu.

Dengan demikian merangsang aliran darah gusi menjadi lebih cepat

dan pembuluh darahnya sedikit mengambang. Dengan demikian,

proses pemberian makanan dan pengambilan sisa tak berguna pada

jaringan dapat berjalan cepat dan lancer, sehingga gusi menjadi lebih

sehat (Machfoedz, 2013).


Teknik menggosok gigi untuk anak menurut (Maqassary,

2013) meliputi :

1) Bersihkan Permukaan Luar. Bulu sikat membentuk sudut 45

derajat, dimulai dari daerah gusi tepi yaitu batas antara gusi

dengan gigi lalu lakukan gerakan memutar perlahan, dengan

demikian plak akan terlepas dari setiap gigi.


38

2) Bersihkan Permukaan Dalam. Sikat gigi di arahkan vertical dan

gunakan ujung bulu sikat untuk membersihkan bagian dalam gigi

depan bawah dan kebalikan untuk gigi depan atas. Untuk gigi

posterior (belakang), permukaan dalam dibersihkan dengan cara

yang sama dengan membersihkan permukaan luar. Gerakan

sebaiknya satu arah, dari atas ke bawah untuk gigi atas dan dari

bawah ke atas untuk gigi bawah

3) Bersihkan Permukaan Oklusal/kunyah. Permukaan oklusal (atas

gigi) dibersihkan dengan gerakan maju mundur. Jangan lupa sikat

juga permukaan lidah, agar makanan yang masih menempel bisa

hilang dengan maksimal

4) Bersihkan Untuk gigi posterior (belakang), permukaan dalam

dibersihkan dengan cara yang sama dengan membersihkan

permukaan luar.

5) Bersihkan Kumur kumur sebanyak 2-3 kali, untuk membilas

seluruh permukaan rongga mulut yang sudah di sikat.

2. Mengkonsumsi Makanan Rendah Kariogenik


Gigi dan mulut tidak akan lepas dari makanan dan minuman,

semua makanan dan minuman yang dikonsumsi mempunyai

pengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut. Makanan cemilan yang

tinggi karbohidrat ataupun gula merupakan kontributor terbesar

penghasil plak yang menempel gigi, plak inilah yang menyebabkan

kerusakan pada gigi. Jenis makanan bersifat manis misalnya

permen, coklat, ice cream. Semua contoh jenis makanan yang

disukai anak-anak karena rasanya manis (Ramadhan, 2010).

Makanan manis adalah menu manis salah satunya. Makna menu


39

manis bisa berarti dua, manis berasal dari gula asli, dan manis dari

gula buatan (sweetener). Dua-duanya bila dikonsumsi berlebihan

tidak menyehatkan. Anak cenderung menyukai makanan manis. Tapi

demi kesehatan, sebaiknya jenis menu yang serba manis perlu

dibatasi. Karena menu serba manis yang berlebihan dapat

mengakibatkan kegemukan dan bisa berdampak terhadap kesehatan

gigi.
Frekuensi konsumsi makanan dan cemilan tinggi karbohidrat

menentukan besaran kemungkinan bakteri menghasilkan asam.

Makanan cemilan yang tinggi karbohidrat ataupun gula dapat dengan

mudah menimbulkan karies gigi dengan cara memenuhi pH.

Singkatnya, dengan adamya gula dan karbohidrat lain, bakteri dan

mulut menghasilkan asam yang dapat mendemineralisasi enamel,

dentin, dan sementun. Semakin sering terpapar dengan lingkungan

ini karies gigi lebih memungkinkan untuk terjadi (Hongini, 2012).

Mengkonsumsi makanan manis dan tinggi karbohidrat akan lebih

baik apabila melakukanya di saat jam makan utama, misalnya waktu

sarapan, makan siang dan makan malam. Karena pada jam makan

utama biasanya air ludah yang dihasilkan cukup banyak sehingga

bias membantu membersihkan gula dan bakteri yang menempel di

gigi. Bahwa orang yang negmil dan mengkonsumsi makanan manis

pada waktu jam makan utama memiliki kemungkinan mengalami

kerusakan gigi yang lebih kecil dibandingkan orang yang

melakukanya diluar jam makan utama (Ramadhan, 2010).


Makanan yang lunak dan mudah menempel pada gigi

sebaiknya sedapat mungkin dihindrai, juga membiasakan makan


40

yang mengandung karbohidrat, terutama gula-gula sederhana atau

mengatur waktu diet sukrosa. Jika seseorang sering terus-menerus

atau berulang-ulang mengkonsumsi gula, pH-nya akan tetap dibawah

pH normal dan dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan terjadinya

demineralisasi dari permukaan email yang rentan, yaitu terjadinya

kerusakan atau dekstruksi email sehingga terjadi karies gigi.

Makanan manis atau makanan kariogenik bertahan 20-30 menit tidak

berbahaya. Diantara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir

asam dan membantu proses demineralisasi. Namun, apabila

makanan manis terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak

akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi

dengan sempurna sehingga terjadi karies (Putri, 2011). Oleh sebab

itu perbanyaklah mengkonsumsi makanan yang menyehatkan gigi.

Seperti :
1) Makanan yang mengandung kalsium fosfor, dan vitamin

C dan D yang terdapat dalam susu, telur dan buah-

buahan, sehingga gigi tidak mudah karies


2) Makanan yang mengandung protein seperti tahu, tempe,

telur, ikan, daging, dan susu dapat menghambat

terjadinya proses karies atau kerusakan gigi oleh kuman

dan asam.
3) Makanan yang mengandung lemak dapat mencegah

karies karena dapat membentuk lapisan minyak pada

permukaan yang lebih, sehingga gigi menjadi licin dan

karbohidrat sulit melekat.


41

4) Makanan berserat seperti apel, jeruk, seledri, dan jambu

yang mempunyai daya pembersih gigi dan mencegah

karies
3. Melakukan Kunjungan Rutin ke Dokter Gigi Setiap 6 Bulan Sekali
Perawatan gigi sejak dini sangat penting untuk menghindari

proses kerusakan gigi, seperti gigi berlubang, keropos, dan

pembengkakan pada gusi. Anak usia dini juga harus diajak atau

diperkenalkan secara dini kepada dokter gigi. Hal ini sangat

bermanfaat dalam membiasakan pemeriksaan gigi secara rutin dan

mengatasi rasa takut anak kepada dokter gigi. Pendidikan kesehatan

gigi adalah metode untuk memotivasi pasien agar membersihkan

mulut mereka dengan efektif. Pendekatan ini sebaiknya tidak

dianggap sebagai instruksi dokter tetapi lebih merupakan dorongan

atau ajakan agar pasien sadar akan pentingnya menjaga kebersihan

mulut. Dan menjadi termotivasi untuk meningkatkan kebersihan

mulut. Pendidikan kesehatan gigi meliputi metode penyikatan gigi,

(flosing) dan pengontrolan pola makan (diet karbohidrat) (Margareta,

2012).
Menurut Margareta (2012) metode dalam pendidikan

kesehatan gigi yang di berikan saat pasien datang ke dokter gigi

meliputi :
1) Kunjungan pertama
Pemeriksaan menyeluruh tentang kebersihan mulut.

Dokter gigi perlu memeriksa berapa banyak plak dan sisa

makanan yang melekat pada permukaan gigi. Hasil pemeriksaan

ini kemudian dimasukan dalam catatan status kebersihan mulut

pasien dan dikelompokan dengan pernyataan baik, sedang,


42

buruk. Pencatatan hasil kebersihan mulut ini akan dibandingkan

dengan hasil pada kunjungan berikutnya.


Memeriksa kebiasaan pasien dalam membersihkan gigi.

Jika status kesehatan mulut pasien sedang atau buruk, maka

pasien akan diminta menunjukan cara membersihkan gigi yang

biasa dilakukan dirumah. Dengan mengamati hal ini, barulah

dokter gigi dapat menentukan apakah pasien perlu diberikan

saran tertentu untuk memperbaiki kebiasaan cara membersihkan

mulut.
Penjelasan serta anjuran dokter gigi. Pada kunjungan

pertama dokter gigi akan menjelaskan alasan pentingnya

membersihkan gigi. Mendemostrasikan cara pembersihan gigi

pada model contoh gigi, merekomendasikan pemakaian jenis

sikat gigi yang baik dan pasta gigi yang mengandung fluor.

Merekomendasikan frekuensi penyikatan gigi dalam sehari dan

kapan waktu yang tepat untuk menyikat gigi serta durasi waktu

berapa lama setiap kali pembersihan mulut dilakukan.


2) Kunjungan kedua

Melakukan evaluasi. Apakah ada kemajuan pada hasil

pemeriksaan kebersihan mulut. Karena tindakan

pembersihan yang efektif baru diajarkan dan tidak mudah

pelaksanaanya. Seringkali hasilnya belum menunjukan

kemajuanya seperti yang diharapkan. Dalam hal ini dokter

gigi selalu menganjurkan untuk tetap memotivasi pasien.

Mengulangi anjuran secara lebih detail. Dokter gigi

akan menanyakan kesulitan pasien saat membersihkan gigi


43

sendiri di rumah dan memberikan solusi teknik yang lebih

mudah diaplikasikan.

3) Kunjungan berikutnya
Melakukan evaluasi ulang. Dokter gigi akan

mengulang seluruh proses seperti pada kunjungan pertama

dan akan memberikan dorongan untuk mempertahankan

tingkat kebersihan mulut yang sudah baik. Kebiasaan yang

baik ini biasanya akan bertahan jika terus diberikan motivasi.


Menurut (Kemenkes, 2012) Membuat jadwal

kunjungan ke dokter gigi untuk cek kesehatan gigi adalah

agenda penting, inilah perlunya Anda rutin memeriksakan

gigi minimal 6 bulan sekali :


1) Cek gigi secara rutin memungkinkan pendeteksian

masalah gigi dan gusi dalam tahap awal. Artinya,

jika terindikasi misalnya gigi muncul lubang kecil,

dokter gigi bisa segera melakukan penambalan

agar gigi tidak sampai keropos. Penanganan dini

justru akan menghemat biaya pengobatan

dibanding pada saat kondisi gigi sudah parah.


2) Pemeriksaan rutin ke dokter gigi juga berfungsi

sebagai deteksi dini untuk mengamati kemungkinan

munculnya penyakit serius lain pada rongga mulut.

Dokter gigi bisa memberikan saran pada pasien

untuk menemui dokter spesialis lain jika diperlukan

pemeriksaan lanjutan.
3) Melatih diri untuk tidak trauma dengan penanganan

masalah gigi. Saat ini teknologi dalam kedokteran


44

gigi berkembang pesat. Salah satunya yaitu efek

trauma yang dialami oleh pasien bisa dikurangi.

Pasien tidak lagi merasakan rasa sakit berlebihan

pada saat misalnya penanganan saluran akar gigi

maupun perawatan gigi secara keseluruhan.

Semua bisa dilakukan dengan nyaman.

D. Konsep Anak Usia Prasekolah


1. Pengertian
Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun.

Dalam usia ini umumnya mengikuti program anak (3 tahun-5 tahun)

dan kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6

tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak

(patmendowo,2008)
Menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2012 , pada masa ini,

pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan

dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya

keterampilan dan proses berpikir. Memasuki masa prasekolah, akan

mulai menunjukan keinginanya, seiring dengan pertumbuhan dan

perkembanganya.
Anak prasekolah adalah anak yang masih dalam usia 3-6

tahun, mereka biasanya sudah mampu mengikuti program

prasekolah atau Taman Kanak-Kanak. Dalam perkembangan

anak prasekolah sudah ada tahapan-tahapanya, anak sudah siap

belajar khususnya pada usia 4-6 ahun memiliki kepekaan menulis

dan memiliki kepekaan yang bagus untuk membaca.

2. Ciri-ciri anak prasekolah


45

Menurut (Soetjiningsih, 2012) mengemukakan ciri-ciri anak

prasekolah (3-6 tahun) yang biasnya ada di TK meliputi aspek

fisik,emosi,social dan kognitif anak yaitu :


1) Ciri fisik
Ciri fisik anak prasekolah dalam penampilan maupun

gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang

berada dalam tahapan sebelumnya yaitu umumnya anak

sangat aktif, mereka telah memiliki penguasaan (kontrol)

terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang

dilakukan sendiri memberikan kesempatan kepada anak

untuk lari memanjat dan melompat.


2) Ciri social
Ciri social anak prasekolah biasanya bersosialisasi

dngan orang di sekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini

memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat

berganti, mereka mau bermain dengan teman.


3) Ciri emosional
Ciri emosional anak prasekolah yatu cenderung

mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka.

Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia

tersebut, dan iri hati sering terjadi. Mereka sering kali

mempeributkan perhatian guru.

4) Ciri kognitif
Ciri kognitif anak prasekolah umumnya telah terampil

dalam bahasa. Sebagai besar dari mereka senaang bicara,

khusunya dalam kelompoknya. Sebaiknya anak diberi

kesempatan untuk bicara. Sebagian mereka perlu dilatih

untuk menjadi pendengar yang baik.


46

3. Pola tumbuh kembang anak prasekolah


Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil.

Terjaadi perkembangan dengan aktivitas jasmani yang

bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berfikir.

Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukaan

keinginanya, seiring dengan pertumbuhan dan

perkembanganya. Pada masa ini , selain lingkungan didalam

rumah maka lingkungan diluar rumah. Anak mulai berteman,

bahkan banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar

waktu anak bermain di luar rumah dengan cara membawa anak

ke taman-taman bermain, atau ke tempat-tempat yang

menyediakan faisilitas permainan untuk anak. Sepatutnya

lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain.

Yang bersahabat untuk anak (child friendly environtment). Pada

masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra

dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori

harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik.

Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah

dengan cara bermain. Orang tua dan keluarga diharapkan dpat

memantau pertubuhan dan perkembangan anaknya, agar dapat

dilakukan intervensi dini bila anak mengalami kelainan dan

gangguan (Kemenkes, 2012).


4. Perkembangan Anak usia Prasekolah
Perkembangan anak usia prasekolah menurut (Soetjiningsih,

2012) diantaranya adalah :


1) Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan

perkembangan berikutnya. dengan meningkatnya


47

pertumbuhan tubuh, baik menyangkut ukuran berat dan

tinggi, maupun kekuatannya memungkinkan anak untuk

dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya, dan

eksplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan

dari orang tuanya.


2) Perkembangan kognitif
Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau

berpikir. koggnitif adalah pengertian yang luas mengenai

berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang

mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang

dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.


3) Perkembangan bahasa
Anak-anak yang berada pada tahap usia prasekolah,

sudah mampu berbahasa dan mensimbolisasikan obyek-

obyek melalui kata-kata. Akan tetapi pemikiran mereka

masih bersifat egosentris. Artinya masih bersifat pada diri

mereka sendiri. Dengan demikian walaupun dia sudah

mampu menggunakan kata-kata untuk mensimbolisasikan

obyek tapi ia tidak mengetahui bahwa satu obyek, benda

dapat dideskripsikan oleh lebih dari satu kata/ konsep

dapat dikenakan pada benda lain.


4) Perkembangan emosi
Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh

aspek perkembangan anak. Pada tahap ini emosi anak

prasekolah lebih rinci, bernuansa atau disebut

terdiferensiasi. imajinasi atau daya khayalnya lebih

berkembang.
5) Perkembangan social
48

Perkembangan sosial adalah proses untuk melakukan

komunikasi dengan orang lain, berupaya diterima

lingkungan dan memperoleh kemampuan untuk

mengekspresikan pola perilaku yang sesuai dengan

tuntutan social.
6) Perkembangan moral
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang

sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua,

saudara dan teman sebaya). Pada usia prasekolah

berkembang kesadaran sosial anak, yang meliputi sikap

simpati, generosity (murah hati), atau sikap altruism, yaitu

kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain.

7) Perkembangan spiritual
Perkembangan spiritual dimana anak menginginkan

segala sesuatu adalah nyata dan belajar tentang agama.

E. Kerangka Teori

Proses Terjadinya

Karies Gigi
Faktor Tindakan Pra Erupsi

1. Vitamin : A, C, D
2. Mineral : Ca, P, F, Mg
1. Faktor Host Pencegahan Pelaksanaan Perawatan Gigi
2. Faktor Agent
3. Faktor terhadap
Enveroment Karies Gigi Tindakan Pasca Erupsi
4. Faktor Waktu Kebiasaan Menggosok Gigi
1. Pengaturan Diet
2. Penggunaan Fluor
3. Antimikroba Mengkonsumsi Makanan
4. Kebersihan Mulut
Rendah Kariogenik
5. Permen Karet Xylitol
6. Sealant Pada Permukaan Gigi

Melakukan kunjungan rutin


ke dokter Gigi Setiap 6
Bulan Sekali
49

Gambar 3.1 Kerangka Teori

Sumber : (Tarigan, 2016), (Margareta, 2012), (Hongini, dan Aditiawarman,2012),

(Putri, 2011), (Machfoedz, 2013), (Ramadhan, 2010)

Anda mungkin juga menyukai