Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

COPD adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup bronkitis kronis,
bronkiektasis, emfisema, dan asma. COPD merupakan kondisi ireversibel yang
berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara
dari paru-paru. COPD merupakan penyebab kematian kelima terbesar di Amerika
Serikat. Penyakit ini meyerang lebih dari 25% populasi dewasa.

COPD dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik


dengan lingkungan.merokok, polusi udara, dan pemajanan di tempat kerja merupakan
faktor-faktor resiko penting yang menunjang pada penyakit ini. prosesnya dapat
terjadi dalam rentang lebih dari 20 sampai 30 tahunan. COPD juga ditemukan pada
individu yang tidak mempunyai enzim yang normal mencegah penghancuran jaringan
paru oleh enzim tertentu. COPD tampak timbul cukup dini dalam kehidupan dan
merupakan kelainan yang mempunyai kemajuan lambat yang timbul bertahun-tahun
sebelum timbulnya gejala-gejala klinis kerusakan fungsi paru.

COPD sering menjadi simptomatik selama tahun-tahun usia baya, tetapi


insidensnya meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Meskipun aspek-aspek
fungsi paru tertentu, seperti kapasitas vital dan volume ekspirasi kuat, menurun
sejalan dengan peningkatan usia COPD memperburuk banyak perubahan fisiologi
yang berkaitan dengan penuaan dan mengakibatkan obstruksi jalan napas (bronkitis)
dan kehilangan daya kembang elastik paru (emfisema). Karenanya, terdapat
perubahan tambahan dalam rasio ventilasi-perfusi.

1.2 Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah yang


ada, maka penulis membatasi masalah hanya membahas tentang penyakit paru
obstruksi menahun (COPD).

1
1.3 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian COPD ?


2. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi COPD !
3. Apa etiologi dari penyakit COPD ?
4. Sebutkan apa saja manifestasi klinis penyakit COPD !
5. Jelaskan patofisiologi penyakit COPD !
6. Sebutkan dan jelaskan komplikasi penyakit COPD!
7. Bagaimana pencegahan terhadap penyakit COPD ? Jelaskan !
8. Bagaimana pengobatan penyakit COPD ? Jelaskan !
9. Bagaimana penatalaksanaan medis terhadap penyakitCOPD ?
10. Jelaskan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan penyakit COPD !

1.4 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit COPD


2. Untuk mengetahui klasifikasi COPD
3. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit COPD
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit COPD
5. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit COPD
6. Untuk mengetahui komplikasi penyakit COPD
7. Untuk mengetahui cara mencegahan penyakit COPD
8. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit COPD
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis terhadap penyakit COPD
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan terhadap pasien dengan penyakit COPD

1.4 Manfaat Penulisan


Selain untuk lebih meningkatkan pengetahuan penulis, makalah ini juga bermanfaat
untuk membantu memberikan suatu informasi pembaca untuk mengetahui penyakit paru
obstruksi menahun (COPD).

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus

Seorang laki – laki berusia 62 tahun dibawa ke IGD oleh anaknya karena mengeluh sesak
nafas baik saat beraktivitas maupun saat istirahat. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan nadi
88x/ menit , frekuensi nasfas 28x / menit , tekanan darah 130 / 80 mmHg, pursed lip
breathing , diameter A-P meningkat ( barrel chest ), fase ekspresi memanjang , tes faal
paru : Residual volume dan lung capacity , CXR : flattened diaphrgm dan cor
pulmonale , Analisa Gas Darah : pH 7,62 PaCO2 28 mmHg PaHCO3 26 mEq / L .
Keluarga menyatakan bahwa pasien mempunyai riwayat asthma dan merokok selama
bertahun – tahun.

2.2 Tahap-tahap Tutorial

A. Step I (Identifikasi Istilah)


1. Barrel chest : bentuk dada yang tidak normal seperti gentong
2. Pursed lip breathing : pernafasan lewat mulut
3. Flattened diaphragm : dada yang datar
4. Lung capacity : kapasitas paru
5. Cor pulmonale : kelebihan beban akut pada ventrikel kanan, akibat
hypertensi pulmonal biasanya karena emboli paru

akut

6. Residual volume : isi udara yang masih tersisa dalam paru-paru sesudah

nafas dikeluarkan secara maksimum

7. Asthma : keadaan pernapasan yang ditandai oleh gejala dispnea,


batuk-batuk dan dan mengi ( weezing ) pada waktu
ekspirasi sebagai akibat bronkospasme
8. Analisa gas darah : pemeriksaan untuk mengukur keasamaan pH, oksigen,

3
dan karbondioksida dalam darah

B. Step II (Klasifikasi Masalah)


1. Apa yang menyebabakan menigkatnya residual volume dan lung capacity ?
2. Berapakah nilai normal pH,PaCO2 dan PaHCO3 ?
3. Apa yang menyebabkan laki-laki tersebut sesak napas ?
4. Apa yang menyebabkan frekuensi nadi pada tuan X masi di batas normal tetapi
frekuensi napasnya diatas normal ?
5. Apa yang menyebabkan laki-laki tersebut Barrle Chest ?
6. Apa yang menyebabkan terjadinya Pursed Lip Breathing pada laki –laki ini ?
7. Apakah hasil pemeriksaan fisik laki-laki tersebut berhubungan dengan Asthma
dan kebiasaan merokok selama bertahun-tahun ?
8. Adakah bataasan khusus pada tuan X saat beraktivitas : ada gangguan atau
penyakit terjadi sudah berat jangankan untuk beraktivitas saat beristirahatpun
Tn.X mengeluh sesak sehingga saat beraktivitas tidak boleh melakukan aktivitas
yang lebih berat yang dapat mempengaruhi kerja napas dan jantung ?
9. Apa yang menyebabkan pasien tersebut mengalami Cor Pulmonal ?

C. Step III (Analisa Masalah)


1. karena pada saat inspirasi udara yang masuk ke alveoli tidak dapat dikeluarkan
melalui ekspirasi. Sehingga terjadi peningkatan volume residual dialveoli yang
menyebabkan lung capacity meningkat.
2. pH : 7,35-7,45 PaCO2 : 35-45 PaHCO3 : 22-26 mEq/L.
3. karena laki-laki tersebut memiliki riwayat Asthma mengalami gangguan ventilasi
sehingga pasein kesulitan ekpirasi.
4. Karena pasien mengalami gangguan pada ventilasi sehingga frekuansi nafasnya
cepat akan tetapi nadi normal karena tekanan darah masih batas normal.
5. Karena adanya gangguan difusi mentebabkan gangguan akspirasi sehingga
residual volume menigkat.
6. Karena terjadi gangguan ekspirasi diakibatkan bronkospasme.
7. Ya berhubungan, karena kebiasaan merokok pada Tn.X tersebut dapat
mempengaruhi riwayat asthma yang dialaminya, sehingga kelama-lamaan akan

4
berpengaruh terhadap sistem pernapasan Tn.X yang akhirnya pada pemeriksaan
fisik ditemukan lip breathing dan fase ekspirasi meningkat.
8. Ada, gangguan atau penyakit terjadi suddah berat, jangankan untuk beraktivitas
saat bernafaspun Tn.X mengeluh sesak sehingga saat beraktifitas tidak boleh
melakukan aktivitas yang lebih berat yang dapat mempengaruhi kerja alat napas
dan jantung.
9. Adanya sumbatan di paru-paru yang di akibatkan karena menumpuknya udara di
alveolus yang harusnya dikeluarkan saat ekspirasi.

D. Step IV ( Menyusun Hipotesa)

Tn.X berusia 62th

Mengalami sesak napas

Udara masuk ke saluran pernapasan

Ke paru-paru

Paru-paru tidak berfungsin maksimal karena dinding paru sudah terpenuhi zat terkandung
dalam rokok

Terjadi gangguan difusa antara O2 dan CO2 diparu-paru

Udara dalam paru tidak dapat dikeluarkan melalui ekspirasi

5
Udara menumpuk di paru-paru

Distruksi progresif septum alveolar dan kapiler

Jalan napas dan ruang udara membesar

Recoil elastic paru yang menurun ( kemampuan paru yang meregang untuk
kembali keposisi istirahat )

Hilangnya reaksi radial elastic pada paru saat ekspirasi

Jalan napas mengalami kolaps

Gangguan ventilasi

Analisa Gas Darah


Pemeriksaan fisik Faal paru CXR
 pH 7,62
 Nadi 88v8x/mnt  Vol. residual ↑  Flattened
 PaCO2 28 mmHg
 Frek napas 28x/mnt  Lung Capacity diaphragm
 PaCHO3 26 mEq/L
 TD 130/80 mmHg  Cor Pulmonale
 Pursed lip breathing
 Diameter A-P ↑ ( barrel
chest )
 Ekspirasi memanjang

COPD

6
E. Step V (Lerning issue)

Mahasiswa mampu mengetahui tentang :

1. Pengertian COPD
2. Klasifikasi COPD
3. Etiologi
4. Manifestasi klinis
5. Patofisiologi
6. Komplikasi
7. Pencegahan
8. Pengobatan
9. Penatalaksanaan medis
10. Askep

F. Step VI (Belajar Mandiri)

Hari, Tanggal, Waktu Tempat Keterangan

Mengumpulkan Materi dan Menyusun tugas ke dalam


laporan tentang COPD. Dimana setiap orang
mengumpulkan tugasnya masing-masing, lampirannya
sebagai berikut :
1. Definisi COPD : Sri Herawati
2. Klasifikasi COPD : Rizki Lestiana F
3. Etiologi COPD : Ridla Nurjamia Nissa
Jumat, 18 Oktober 2013 4. Manifestasi Klinis COPD : Rida Purnapuspita
Kampus
09.30 – 12.00 WIB 5. Patofisiologi COPD : Iman Satriyo P
6. Komplikasi COPD : Aulia Insani P
7. Pencegahan COPD : Selvia Lestari
8. Pengobatan COPD : Sopiyatini
9. Penatalaksanaan Medis : Roni Iswandana
10. Asuhan Keperawatan :
a. Askep Teori : M. Dendi Suryadi, Hasim
Azhari

7
b. Askep Khusus : Nasofi Tri R, Ema Yulianti M ,
Anindya Handayani

Jumat, 18 Oktober 2013


Kampus Menyelesaikan Laporan dalam bentuk makalah
13.00 – 14.30 WIB

G. Step VII (Tesis)


1. Pengertian COPD

Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) adalah penyakit obstruksi


jalan nafas karena bronchitis kronik atau emfisema ( American thoracic society
1995). Obstruksi tersebut umumnya bersifat progresif, bisa disertai hiperaktivitas
bronkus dan sebagian bersifat reversible.

Bronkus kronik disertai dengan batuk batuk hamper setiap hari disertai
pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun,
dan paling sedikit selama 2 tahun,. Gejala ini perlu dibedakan dari tubercolosis
paru, bronkiektasis, tumor paru, dan asma bronchial.

2. Klasifikasi COPD

Berdasarkan Global Initiative For Choronic Obstruction Lung Disease


(GOLD) 2006, COPD di bagi atas 4 derajat :

Klasifikasi COPD berdasarkan


Global Initiative For Choronic Lung Disease
Derajat Karakteristik
0
Spirometri normal, gejala kronik (batuk, produksi sputum)
Beresiko

8
1 FEVI1 / FVC < 70 %, FEVI > 80 % dengan atau tanpa gejala
Ringan kronik (batuk, produksi sputum)
FEV1 / FVC < 70 %, FEVI > 30 % / -80 %, (lla) FEV1 > 50 % -
2
80 %, (llb) FEV1 > 30 % - 50 % dengan atau tanpa gejala kronik
Sedang
(batuk, produksi sputum)
3 FEV1 < 30 % atau FEV1 < 50 % ditambah gejala napas atau
Berat gejala gagal jantung kanan.

FEV1/ Derajat keparahan COPD FVC < 70%,


FEV1uk kronis
dan produksi sputum. Pada tahap ini,
Tingkat Nilai FEV1 dan gejala

Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan
0 dispnea.
berisiko Ada paparan terhadap faktor resiko (rokok, polusi), spirometri
normal
FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%, dan umumnya, tapi tidak selalu,
ada gejala
I
batuk kronis dan produksi sputum. Pada tahap ini, pasien biasanya
Ringan
bahkan
belum merasa bahwa paru-parunya bermasalah
II FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%, gejala biasanya mulai
sedang progresif/memburuk, dengan nafas pendek-pendek.
FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50%. Terjadi eksaserbasi
III berulang yang mulai mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pada
Berat tahap ini pasien mulai mencari pengobatan karena mulai dirasakan
sesak nafas atau serangan penyakit.
FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau < 50% plus kegagalan
respirasi kronis.
IV
Pasien bisa digolongkan masuk tahap IV jika walaupun FEV1 >
sangat
30%, tapi pasien mengalami kegagalan pernafasan atau gagal
berat
jantung kanan/cor pulmonale.
Pada tahap ini, kualitas hidup sangat terganggu dan serangan

9
mungkin
mengancam jiwa.

3. Etiologi COPD

Etiologi penyakit ini belum diketahui pasti. Tetapi penyakit ini dikaitkan
dengan faktor-faktor resiko yang terdapat pada penderita, antara lain:

a. Sebagian besar kasus COPD disebabkan oleh kebiasaan merokok para


penderita COPD yang berlansung lama. Dan pada orang defisiensi antitripsin
alfa-1, merokok sangat berbahaya karena dapat mempercepat perkembangan
emfisema.
b. Paparan polutan seperti Polusi udara, debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat
sering terpapar dan dapat memperparah gejala COPD.
c. Riwayat infeksi saluran napas atau khususnya infeksi paru berulang.
d. Umur, laki-laki dengan usia diatas 30 tahun paling banyak menderita COPD
e. Jenis kelamin, yang paling rentan menderita COPD adalah pria dibandingkan
wanita. Karena dahulu, perokok lebih banyak pria dibandingkan dengan
wanita tapi dewasa ini prevalensi pada pria dan wanita seimbang. Hal ini
dikarenakan oleh perubahan pola dari merokok itu sendiri. Beberapa penelitian
mengatakan bahwa perokok wanita lebih rentan untuk terkena COPD
dibandingkan perokok pria.
f. Bersifat genetik yaitu dimana terdapat kekurangan antitripsin alfa-1. Protein
ini biasanya membantu melindungi paru-paru dari enzim berbahaya lainnya
yang dapat menghancurkan jaringan paru-paru.
g. Defisiensi anti oksidan.

4. Manifestasi Klinis COPD

Gejala cardinal dari COPD adalah batuk dan ekspektorasi, dimana


cenderung meningkat dan maksimal pada pagi hari dan menandakan adanya
pengumpulan sekresi semalam sebelumnya. Batuk produktif, pada awalnya
intermitten, dan kemudian terjadi hampir tiap hari seiring waktu. Sputum

10
berwarna bening dan mukoid, namun dapat pula menjadi tebal, kuning, bahkan
kadang ditemukan darah selama terjadinya infeksi bakteri respiratorik.

Sesak napas setelah beraktivitas berat terjadi seiring dengan


berkembangnya penyakit. Pada keadaan yang berat, sesak napas bahkan terjadi
dengan aktivitas minimal dan bahkan pada saat istirahat akibat semakin
memburuknya abnormalitas pertukaran udara. Pada penyakit yang moderat hingga
berat , pemeriksaan fisik dapat memperlihatkan penurunan suara napas, ekspirasi
yang memanjang, rhonchi, dan hiperresonansi pada perkusi. Karena penyakit yang
berat kadang berkomplikasi menjadi hipertensi pulmoner dan cor pulmonale,
tanda gagal jantung kanan (termasuk distensi vena sentralis, hepatomegali, dan
edema tungkai) dapat pula ditemukan. Clubbing pada jari bukan ciri khas COPD
dan ketika ditemukan, kecurigaan diarahkan pada ganguan lainnya, terutama
karsinoma bronkogenik.

5. Patofisiologi COPD

Patofisiologi dan patogensis Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran

kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos

pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga

udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara

anatomik dibedakan tiga jenis emfisema: - Emfisema sentriasinar, dimulai dari

bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama mengenai bagian atas paru

sering akibat kebiasaan merokok lama - Emfisema panasinar (panlobuler),

melibatkan seluruh alveoli secara merata dan terbanyak pada paru bagian bawah -

Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal,

duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura.2

Obstruksi saluran napas pada COPD bersifat ireversibel dan terjadi karena

perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi

sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas.

11
Gambar 1. Patogenesis terjadinya COPD

Gambar 2. Perbandingan Spirometry Pasien COPD dan Orang Normal

12
6. Komplikasi COPD

Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :

a. Gagal napas
1. Gagal napas kronik
2. Gagal napas akut pada gagal napas kronik
b. Infeksi berulang
c. Kor pulmonal

Gagal napas kronik :

Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH
normal, penatalaksanaan :

1. Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2


2. Bronkodilator adekuat
3. Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur
4. Antioksidan
5. Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing

Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh :

1. Sesak napas dengan atau tanpa sianosis


2. Sputum bertambah dan purulent
3. Demam
4. Kesadaran menurun

Infeksi berulang

Pada pasien COPD produksi sputum yang berlebihan menyebabkan


terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada
kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya
kadar limposit darah.

13
Kor pulmonal :

Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai


gagal jantung kanan

7. Pencegahan COPD
a. Pencegahan terjadinya COPD
1. Hindari asap rokok
2. Hindari polusi udara
3. Hindari infeksi saluran napas berulang
b. Mencegah perburukan COPD
1. Berhenti merokok
2. Gunakan obat-obatan yang adekuat
3. Mencegah eksaserbasi berulang

8. Pengobatan COPD

Kerusakan paru-paru dan saluran udara pada COPD bersifat ireversibel


(tidak dapat diperbaiki). Namun, perawatan tertentu dapat membantu pasien
bernafas lebih baik, hidup lebih aktif dan lebih lama. Oleh karena itu, penting
sekali untuk mengidentifikasi PPOK sedini mungkin agar perawatan dapat dimulai
sejak awal. Bila anda perokok,jangan abaikan keluhan seperti sering batuk dan
sesak nafas. Segeralah memeriksakan diri ke dokter.

Pengobatan dan perawatan COPD meliputi :

a. Berhenti merokok
Berhenti merokok adalah keharusan bagi penderita COPD
b. Bronkodilator
Yaitu obat-obatan inhalasi atau semprot yang membantu membuka saluran
udara. Meskipun tidak seefektif pada penderita asma, obat-obatan itu dapat
mengurangi gejala dan membuat nafaslebih mudah
c. Kortikosteroid
Untuk mengurangi inflamasi dan pembengkakan jaringan paru-paru yang
diberikan melalui inhalasi atau tablet untuk jangka pendek

14
d. Pengobatan untuk infeksi
Antibiotic mungkin diresepkanuntuk mengobati infeksi seperti pneumonia,
dan vaksinasi mungkin diberikan untuk mencegah flu
e. Terapi oksigen
Dalam kasus parah ketika paru-paru tidak dapat menghirup oksigenyang
cukup, pasien perlu mendapat pasokan oksigen melalui masker atau selang
bercabang dua yang dimasukkan kelubang hidung
f. Operasi
Pada penderita COPD, kista besar yang dikenal sebagai bullae dapat
berkembang di paru-paru dan pembedahan mungkin dilakukan untuk
mengangkatnya agar sisa jaringan paru-paru dapat berfungsi
g. Rehabilitas paru
Dilakukan untuk membantu memperbaiki kualitas hidup selepas dari rumah
sakit. Program rehabilitas ditujukan agar pasien COPD dapat memanfaatkan
fungsi paru-paru mereka yang masih tersisa. Pendidikan dan dukungan
psikososial juga membantu untuk mengurangi kecemasan dan depresi yang
sering menyertai COPD.

Penderita COPD berat rentan terhadap apa yang disebut “eksaserbasi


akut” yaitu, episode dimana kondisi mereka tiba-tiba memburuk (terengah-
engah) sehingga membutuhkan oksigen, bronkodilator dan pengobatan
kortikosteroid di rumah sakit. Eksaserbasi ini umumnya diakibatkan oleh
infeksi pernafasan sehingga biasanya juga membutuhkan pemberian antibiotic.

9. Penatalaksanaan Medis

Penghentian merokok dapat mempunyai pengaruh besar untuk

mempengaruhi riwayat dari COPD. Kita sebagai doket harus bisa mempengaruhi

pasien agar berhenti merokok, konseling dengan dokter secaa signifikan

meningktakan angka berhenti meroko, konseling selama 3 menit dapat

menghasilkan angka berhenti merokok hingga 5-10 %. Terapi pengganti nikotin (

permen karet nikotin, inhaler, patch transdermal ) juga dengan obat

15
vanenicline,bupropion atau notryptiline dengan baik meningkatkan penghentian

merokok jangka panjang dan pengobatan ini lebih efektif daripada placebo.

Mendorong kontrol tembakau secara komprehensif dari pemerintah dan membuat

program dengan pesan anti merokok yang jelas, konsisten dan berulang. Aktivitas

fisik sangat berguna untuk penderita COPD dan pasien harus didorong untuk tetap

aktif.1 Melakukan pencegahan primer, dapat dilakukan dengan baik dengan

mengeleminasi atau menghilangkan eksposur pada tempat kerja. Pencegahan

sekunder dapat dilakukan dengan baik dengan deteksi dini. Kita menghindari atau

mengurangi polusi indoor berupa pembakaran bahan bakar biomass dan

pemanasan atau memasak diruangan yang ventilasinya buruk, sarankan pasien

untuk memperhatikan pengumuman publik tentang tingkat polusi udara. Semua

pasien COPD mendapat keuntungan yang baik dari aktivitas fisik dan disarankan

untuk selalu aktif.

Terapi farmakologis untuk COPD yang stabil

Terapi farmakologis dilakukan untuk mengurangi gejala,mengurangi

keparahan eksaserebrasi dan meningkatkan status kesehatan. Setiap pengobatan

harus spesifik terhadap setiap pasien, karena gejala dan keterbatasan dari

keterbatasan aliran udara dipengaruhi oleh banyak faktor seperti frekuensi

keparahan eksaserbasi, adanya gagal nafas dan status kesehatan secara umum.

Pemberian terapi farmakologis pada COPD untuk terapi COPD stabil perlu

disesuaikan dengan keparahan penyakitnya. Pada, disajikan panduan umum terapi

COPD berdasarkan keparahan penyakitnya menurut GOLD 2010. Bronkodilator

adalah obat pilihan pertama untuk menangani gejala PPOK, terapi inhalasi lebih

dipilih dan bronkodilator diresepkan sebagai pencegahan/ mengurangi gejala yang

akan timbul dari COPD. Bronkodilator inhalasi kerja lama lebih efektif dalam

16
menangani gejala daripada bronkodilator kerja cepat. Agonis β-2 kerja singkat

baik yang dipakai secara reguler maupun saat diperlukan (as needed) dapat

memperbaiki FEV1 dan gejala, walaupun pemakaian pada COPD tidak dianjurkan

apabila dengan dosis tinggi. Agonis β-2 kerja lama, durasi kerja sekitar 12 jam

atau lebih. Saat ini yang tersedia adalah formoterol dan salmeterol. Obat ini

dipakai sebagai ganti agonis β-2 kerja cepat apabila pemakaiannya memerlukan

dosis tinggi atau dipakai dalam jangka waktu lama. Efek obat ini dapat

memperbaiki FEV1 dan volume paru, mengurangi sesak napas, memperbaiki

kualitas hidup dan menurunkan kejadia eksaserbasi, akan tetapi tidak dapat

mempengaruhi mortaliti dan besar penurunan faal paru. Agonis β-2 dengan durasi

kerja 24 jam , preparat yang ada adalah indacaterol. Kortikosteroid inhalasi dipilih

pada pasien COPD dengan FEV1<60%, pengobatan reguler dengan kortikosteroid

inhalasi dapat mengurangi gejala, meningkatkan fungsi paru dan kualtias hidup

dan menurunkan frekuensi eksaserbasi. Kortikosteroid inhalasi diasosiasikan

dengan peningkatan pneumonia. Penghentian tiba-tiba terapi dengan

kortikosteroid inhalasi bisa menyebabkan eksaserbasi di beberapa pasien. Terpai

monoterm jangka panjang dengan kortikosteroid inhalasi tidak direkomendasikan.

Kortikosteroid inhalasi dikombinasikan dengan beta2 agonist kerja lama lebih

efektif daripada salah satu antara kortikosteroid dan bronkodilator dalam

peningkatan fungsi paru dan mengurangi eksaserbasi pada pasien dengan COPD

sedang sampai sangat berat. Pengobatan jangka panjang dengan kortikosteroid

oral tidak direkomendasikan. Phosphodiesterase-4 inhibitors, pada GOLD 3 dan

GOLD 4 pasien dengan riwayat eksaserbasi dan bronkitis kronis,

phosphodiesterase-4 inhibitor roflumilast ini mengurangi eksaserbasi pada pasien

yang di terapi dengan kortikosteroid oral.

17
Pengobatan Farmakologis yang lain

Vaksin Influenza bisa mengurangi penyakit serius dan kematian pada

COPD, virus inaktif pada vaksin di rekomendasikan dan sebaiknya di berikan

sekali setahun. Vaksin pneumococcal polusaccharide direkomendasikan untuk

pasien diatas 65 tahun. Penggunaan antibiotik tidak direkomendasikan kecuali

untuk pengobatan eksaserbasi infeksius dan infeksi bakteri lainnya.

Pengobatan lain

Pasien dari segala tingkat keparahan akan mendapatkan keuntungan dari

kegiatan rehabilitasi. Peningkatan kondisi pasien bisa dilihat setelah melakukan

program rehabilitasi pulmonari. Lama waktu minimum yang efektif untuk

rehabilitasi adalah 6 minggu, semakin lama program semakin bagus buat pasien.

Terapi oksigen dibedakan untuk COPD derajat sedang dan berat. Pada COPD

derajat sedang oksigen hanya digunakan bila timbul sesak yang disebabkan

pertambahan aktiviti. Pada PPOK derajat berat yang terapi oksigen di rumah pada

waktu aktiviti atau terus menerus selama 15 jam terutama pada waktu tidur. Dosis

oksigen tidak lebih dari 2 liter. Terapi pembedahan pada COPD memiliki

beberapa keuntungan. Keuntungan dari LVRS (Lung Ventilation Reduction

Surgery) dari pada terapi medis lainnya adalah lebih signifikan hasilnya pada

pasien dengan empidema pada lobus bawah dan pada pasien dengan kapasitas

aktifitas fisik rendah karena pengobatan. Pada beberapa pasien dengan COPD

sangat parah, transplatasi paru menunjukkan peningkatan kualitas hidup yang baik

18
10. Askep
a. Askep Teori

Intervensi dan rasional pada penyakit COPD disajikan pada tabel 6-3
yang dibuat berdasakan konsep Nursing Intervention Classificaton( NIC ) dan
Nursing outcome cla sifikation (NOC)

Tabel 6-3 rencana asuhan keperawatan pasien dengan COPD

NO. Diagnosa (keperawatan PERENCANAAN


NANDA) Tujuan NOC : Intervensi (NIC)
1. Bersihan jalan napas tidak Status respirasi : a. Manajemen
efektif Kepatenan jalan nafas jalan nafas
yang berhubungan dengan : dengan skala............. b. Penurunan
 Bronkospasme 1-5 setelah diberikan kecemasan
 Peningkatan produksi perawatan selama hari c. Pencegahan
sekret ( sekret yang dengan kriteria : jalan asfirasi
tertahan, kental ) a. Tidak ada demam d. Fisiotrapi
 Menurutnya energi atau b. Tidak ada cemas dada
fatigue c. RR dalam batas e. Latihan batuk
Data-data: nrmal efektif

 Fasien mengeluh untuk d. Irama nafas dalam f. Terafi oksigen

bernafas batas normal g. Pemberian

 Perubahan kedalaman e. Pergerakan posisi

atau jumlah pas, dan sseputun keluar h. Memonitor

penggunaan otot bantu dari jalan nafas respirasi

pernafasan f. Bebas dari suara i. Memonitor

 Suara napas abnorlam nafas tambahan keadaan

seperti : weezing ronkhi, umum

crackls j. Memonitor
tanda-tanda
 Batuk( persisten dengan
vital
atau tanpa produksi
sputum

19
2. Kerusakan pertukaran gas Status respirasi : a. Manajemen
yang berhubungan dengan : Pertukaran gas dengan asma dan basa
 Kurangnya O2 ( skala.... tubuh
Obstruksi jalan nafas (1-5) setelah diberikan b. Manajemen
oleh sekret, perawatan selama.... jalan nafas
bronkospsme, dan hari dengan kriteria: c. Latihan batuk
terperangkapnya udara) a. Status mental d. Peningkatan
 Destruksi alveoli dalam batas aktivitas
Data-data : normal e. Terapi
 Dispnea b. Bernafas dengan oksigen

 Bingung, lemah mudah f. Memonitor

 Tidak mampu c. Tidak ada sianosis respirasi

mengeluarkan sekret d. PO2 dan PCO2 g. Memonitor

 Nilai ABGs abnormal dalam batas tanda vital

(hipoksia dan normal

hiperkapnea) e. Saturasi O2 dalam


rentang normal
 Perubahan tanda vital
 Menurunnya toleransi
aktivitas

3. Ketidakseimbangan nutrisi : Status nutrisi : a. Manajemen


Nutrisi kurang dari kebutuhan Intake cairan dan cairan
tubuh. Yang berhubungan makanan gas dengan b. Memonitor
dengan : skala.....(1-5) setelah cairan
 Dispnea, fatigue selama.....hari dengan c. Status diet
 Efek samping kriteria : d. Manajemen
pengobatan a. Intake makanan gangguan
 Produksi sputum skala (1-5) makan

 Anoreksia, (adekuat) e. Manajemen

nausea/vomiting b. Intake cairan nutrisi

Data: peroral (1-5) f. Terapi nutrisi

 Penurunan berat badan (adekuat) g. Konseling

 Kehilangan masa otot, c. Intake cairan (1-5) nutrisi

20
tonus otot jelek (adekuat) h. Pengaturan
 Dilaporkan adanya nutrisi
perubahan sensasi rasa Status nutrisi : i. Terapi menelan
 Tidak bernafsu untuk Intake nutrient gas j. Memonitora
makan dan tidak tertarik dengan skala....(1-5) tanda vital
makan setelah diberikan k. Bantuan untuk
perawatan selama.... meningkatkan
hari dengan kriteria : berat badan
a. Intake kalori (1-5) l. Manajemen
(adekuat) berat badan
b. Intake protein,
karbohidrat, dan
lemak (1-5)
(adekuat)

Kontrol berat badan


gas dengan skala....(1-
5) setelah diberikan
perawatan
selama....hari dengan
kriteria :
a. Mampu menjaga
intake kalori
secara optimal (1-
5) (menunjukan)
b. Mampu menjaga
keseimbangan
cairan (1-5)
(menunjukan)
c. Mampu
mengontrol intake
makanan secara
adekuat (1-5)

21
(menunjukan)

b. Askep Khusus
Seorang laki – laki berusia 62 tahun dibawa ke IGD oleh anaknya karena
mengeluh sesak nafas baik saat beraktivitas maupun saat istirahat. Hasil
pemeriksaan fisik ditemukan nadi 88x/ menit , frekuensi napas 28x / menit ,
tekanan darah 130 / 80 mmHg, pursed lip breathing , diameter A – P
meningkat (barrel chest ), fase ekspresi memanjang , tes faal paru :
Residual volume dan lung capacity , CXR : flattened diaphrgm dan
cor pulmonale , Analisa Gas Darah : pH 7,62 PaCO2 28 mmHg PaHCO3 26
mEq / L . Keluarga menyatakan bahwa pasien mempunyai riwayat asthma
dan merokok selama bertahun – tahun.

1. Perjalanan riwayat penyakit sekarang


a. Data subjektif
Pasien mengatakan sesak napas saat beraktivitas maupun saat istirahat
b. Data objektif

Pemeriksaan fisik :

a) HR = 88x/menit
b) RR = 28x/menit
c) TD = 130/80mmHg
d) Pursed lip breathing
e) Diameter A-P meningkat (barrel chest)
f) Fase ekspirasi memanjang

Tes faal paru :

a) Volume sisa meningkat


b) Kapasitas paru meningkat

22
Chest X-Ray :
a) Flattened diaphragm
b) Cor pulmonale

Analisa gas darah :

a) pH 7,62
b) PaCO2 28 mmHg
c) PaHCO3 26 mEq/L

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler dan ventilasi-perfusi.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan ansietas, posisi tubuh,
deformitas tulang, deformitas dinding dada, keletihan, hiperventilasi,
sindrom hipoventilasi, gangguan muskuloskeletas, kerusakan
neurologis, imaturitas neurologis, disfungsi neuro muskular, obesitas,
nyeri, keletihan otot pernapasan, dan cedera medula spinalis.
c. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan sekunder
akibat peningkatan pernafasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi

3. Perencanaan dan Implementasi

Tujuan utama bagi pasien dapat mencakup perbaikan dalam pertukaran


gas, pencapaian efektif pola napas dan tidak adanya komplikasi, serta
kemandirian dalam aktivitas perawatan diri.

4. Intervensi Keperawatan
a. Memperbaiki Pertukaran Gas :
1. Memperbaiki laju aliran ekspirasi
2. Memantau terjadinya dispnea dan hipoksia
3. Terapi aerosol untuk membantu mengencerkan sekresi sehingga
dapat dibuang.

23
4. Terapi oksigen untuk meningkatkan laju aliran oksigen agar dapat
meningkatkan kadar oksigen dalam darah dan menyingkirkan
stimulus untuk pernapasan.

b. Mengefektifkan Pola Napas :


1. Latihan bernapas diafragmatik dapat mengurangi frekuensi
pernapasan, meningkatkan ventilasi alveolar, dan membantu
mengeluarkan udara sebanyak mungkin selama ekspirasi.
2. Bernapas dengan bibir dirapatkan untuk memperlambat ekspirasi,
mencegah kolaps unit paru, dan membantu pasien mengendalikan
frekuensi serta kedalaman pernapasan, juga untuk rileks, yang
memungkinkan pasien untuk mencapai kontrol terhadap dispnea dan
perasaan panik.
3. Latihan otot-otot pernapasan membantu menguatkan otot-otot yang
digunakan dalam bernapas. Pasien bernapas terhadap suatu tahanan
selama 10 sampai 15 menit setiap hari. Resisten secara bertahap
ditingkatkan dan otot-otot menjadi lebih baik.

c. kemandirian dalam aktivitas perawatan diri

Intervensi keperawatan Rasional Hasil yang Diharapkan

1. Ajarkan pasien Akan memungkinkan  Menggunakan


untuk untuk lebih aktif dan pernafasan terkontrol
mengkoordinasika untuk menghindari ketika mandi,
n pernafasan keletihan yang membungkuk dan
diafragmatik berlebihan atau berjalan.
dengan aktivitas dispnea selama  Membuat aktivitas
(misalnya aktivitas kehidupan sehari –
berjalan,membung hari dan
kuk ) menyelenginya
dengan periode
istirahat untu

24
mengurangi keletihan
dan dispnea
2. Berikan pasien Sejalan dengan  Menguraikan strategi
untuk mulai teratasinya kondisi, penghematan energi
mandi sendiri , pasien akan mampu  Melakukan aktivitas
berpakaian sendiri melakukan lebih perawatan diri yang
, berjalan dan banhyak namun perlu sama seperti
minum cairan, didorong untuk sebelumnya
bahas tentang menghindari
tindakan peningkatan
penghematan ketergantungan
energi.
3. Ajarkan tentang Memberikan  Melakukan postural
drainase postural dorongan pada pasien drainase yang benar
bila untuk terlibat dalam
memungkinkan. perawatan dirinya.
Membangun harga
diri dan menyiapkan
pasien untuk
mengatasinya di
rumah

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) adalah penyakit obstruksi


jalan nafas karena bronchitis kronik atau emfisema ( American thoracic society 1995).
Obstruksi tersebut umumnya bersifat progresif, bisa disertai hiperaktivitas bronkus
dan sebagian bersifat reversible. Berdasarkan Global Initiative For Choronic
Obstruction Lung Disease (GOLD) 2006, COPD di bagi atas 4 derajat. Etiologi
penyakit ini belum diketahui pasti. Tetapi penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor
resiko yang terdapat pada penderita, antara lain, kebiasaan merokok, paparan polutan,
riwayat infeksi, umur, jenis kelamin, dan genetik.

Gejala cardinal dari COPD adalah batuk dan ekspektorasi, dimana cenderung
meningkat dan maksimal pada pagi hari dan menandakan adanya pengumpulan
sekresi semalam sebelumnya. Batuk produktif, pada awalnya intermitten, dan
kemudian terjadi hampir tiap hari seiring waktu. Sputum berwarna bening dan
mukoid, namun dapat pula menjadi tebal, kuning, bahkan kadang ditemukan darah
selama terjadinya infeksi bakteri respiratorik. Ada pun komplikasi dari COPD
diantaranya gagal napas, infeksi berulang, Kor. Pulmonal. Dan pencegahan untuk
COPD yaitu, Hindari asap rokok, Hindari polusi udara, Hindari infeksi saluran napas
berulang.

Kerusakan paru-paru dan saluran udara pada COPD bersifat ireversibel (tidak
dapat diperbaiki). Namun, perawatan tertentu dapat membantu pasien bernafas lebih
baik, hidup lebih aktif dan lebih lama. Oleh karena itu, penting sekali untuk
mengidentifikasi PPOK sedini mungkin agar perawatan dapat dimulai sejak awal.
Bila anda perokok,jangan abaikan keluhan seperti sering batuk dan sesak nafas.
Segeralah memeriksakan diri ke dokter.

26
3.2 Saran

Untuk pencegahan agar tidak terkena penyakit COPD, kita dapat melakukan
pencegahan yaitu diantaranya, Hindari asap rokok, Hindari polusi udara, Hindari
infeksi saluran napas berulang.

27

Anda mungkin juga menyukai