PENDAHULUAN
COPD adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup bronkitis kronis,
bronkiektasis, emfisema, dan asma. COPD merupakan kondisi ireversibel yang
berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara
dari paru-paru. COPD merupakan penyebab kematian kelima terbesar di Amerika
Serikat. Penyakit ini meyerang lebih dari 25% populasi dewasa.
1
1.3 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kasus
Seorang laki – laki berusia 62 tahun dibawa ke IGD oleh anaknya karena mengeluh sesak
nafas baik saat beraktivitas maupun saat istirahat. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan nadi
88x/ menit , frekuensi nasfas 28x / menit , tekanan darah 130 / 80 mmHg, pursed lip
breathing , diameter A-P meningkat ( barrel chest ), fase ekspresi memanjang , tes faal
paru : Residual volume dan lung capacity , CXR : flattened diaphrgm dan cor
pulmonale , Analisa Gas Darah : pH 7,62 PaCO2 28 mmHg PaHCO3 26 mEq / L .
Keluarga menyatakan bahwa pasien mempunyai riwayat asthma dan merokok selama
bertahun – tahun.
akut
6. Residual volume : isi udara yang masih tersisa dalam paru-paru sesudah
3
dan karbondioksida dalam darah
4
berpengaruh terhadap sistem pernapasan Tn.X yang akhirnya pada pemeriksaan
fisik ditemukan lip breathing dan fase ekspirasi meningkat.
8. Ada, gangguan atau penyakit terjadi suddah berat, jangankan untuk beraktivitas
saat bernafaspun Tn.X mengeluh sesak sehingga saat beraktifitas tidak boleh
melakukan aktivitas yang lebih berat yang dapat mempengaruhi kerja alat napas
dan jantung.
9. Adanya sumbatan di paru-paru yang di akibatkan karena menumpuknya udara di
alveolus yang harusnya dikeluarkan saat ekspirasi.
Ke paru-paru
Paru-paru tidak berfungsin maksimal karena dinding paru sudah terpenuhi zat terkandung
dalam rokok
5
Udara menumpuk di paru-paru
Recoil elastic paru yang menurun ( kemampuan paru yang meregang untuk
kembali keposisi istirahat )
Gangguan ventilasi
COPD
6
E. Step V (Lerning issue)
1. Pengertian COPD
2. Klasifikasi COPD
3. Etiologi
4. Manifestasi klinis
5. Patofisiologi
6. Komplikasi
7. Pencegahan
8. Pengobatan
9. Penatalaksanaan medis
10. Askep
7
b. Askep Khusus : Nasofi Tri R, Ema Yulianti M ,
Anindya Handayani
Bronkus kronik disertai dengan batuk batuk hamper setiap hari disertai
pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun,
dan paling sedikit selama 2 tahun,. Gejala ini perlu dibedakan dari tubercolosis
paru, bronkiektasis, tumor paru, dan asma bronchial.
2. Klasifikasi COPD
8
1 FEVI1 / FVC < 70 %, FEVI > 80 % dengan atau tanpa gejala
Ringan kronik (batuk, produksi sputum)
FEV1 / FVC < 70 %, FEVI > 30 % / -80 %, (lla) FEV1 > 50 % -
2
80 %, (llb) FEV1 > 30 % - 50 % dengan atau tanpa gejala kronik
Sedang
(batuk, produksi sputum)
3 FEV1 < 30 % atau FEV1 < 50 % ditambah gejala napas atau
Berat gejala gagal jantung kanan.
Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan
0 dispnea.
berisiko Ada paparan terhadap faktor resiko (rokok, polusi), spirometri
normal
FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%, dan umumnya, tapi tidak selalu,
ada gejala
I
batuk kronis dan produksi sputum. Pada tahap ini, pasien biasanya
Ringan
bahkan
belum merasa bahwa paru-parunya bermasalah
II FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%, gejala biasanya mulai
sedang progresif/memburuk, dengan nafas pendek-pendek.
FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50%. Terjadi eksaserbasi
III berulang yang mulai mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pada
Berat tahap ini pasien mulai mencari pengobatan karena mulai dirasakan
sesak nafas atau serangan penyakit.
FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau < 50% plus kegagalan
respirasi kronis.
IV
Pasien bisa digolongkan masuk tahap IV jika walaupun FEV1 >
sangat
30%, tapi pasien mengalami kegagalan pernafasan atau gagal
berat
jantung kanan/cor pulmonale.
Pada tahap ini, kualitas hidup sangat terganggu dan serangan
9
mungkin
mengancam jiwa.
3. Etiologi COPD
Etiologi penyakit ini belum diketahui pasti. Tetapi penyakit ini dikaitkan
dengan faktor-faktor resiko yang terdapat pada penderita, antara lain:
10
berwarna bening dan mukoid, namun dapat pula menjadi tebal, kuning, bahkan
kadang ditemukan darah selama terjadinya infeksi bakteri respiratorik.
5. Patofisiologi COPD
kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos
pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga
bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama mengenai bagian atas paru
melibatkan seluruh alveoli secara merata dan terbanyak pada paru bagian bawah -
Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal,
duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura.2
Obstruksi saluran napas pada COPD bersifat ireversibel dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi
sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas.
11
Gambar 1. Patogenesis terjadinya COPD
12
6. Komplikasi COPD
a. Gagal napas
1. Gagal napas kronik
2. Gagal napas akut pada gagal napas kronik
b. Infeksi berulang
c. Kor pulmonal
Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH
normal, penatalaksanaan :
Infeksi berulang
13
Kor pulmonal :
7. Pencegahan COPD
a. Pencegahan terjadinya COPD
1. Hindari asap rokok
2. Hindari polusi udara
3. Hindari infeksi saluran napas berulang
b. Mencegah perburukan COPD
1. Berhenti merokok
2. Gunakan obat-obatan yang adekuat
3. Mencegah eksaserbasi berulang
8. Pengobatan COPD
a. Berhenti merokok
Berhenti merokok adalah keharusan bagi penderita COPD
b. Bronkodilator
Yaitu obat-obatan inhalasi atau semprot yang membantu membuka saluran
udara. Meskipun tidak seefektif pada penderita asma, obat-obatan itu dapat
mengurangi gejala dan membuat nafaslebih mudah
c. Kortikosteroid
Untuk mengurangi inflamasi dan pembengkakan jaringan paru-paru yang
diberikan melalui inhalasi atau tablet untuk jangka pendek
14
d. Pengobatan untuk infeksi
Antibiotic mungkin diresepkanuntuk mengobati infeksi seperti pneumonia,
dan vaksinasi mungkin diberikan untuk mencegah flu
e. Terapi oksigen
Dalam kasus parah ketika paru-paru tidak dapat menghirup oksigenyang
cukup, pasien perlu mendapat pasokan oksigen melalui masker atau selang
bercabang dua yang dimasukkan kelubang hidung
f. Operasi
Pada penderita COPD, kista besar yang dikenal sebagai bullae dapat
berkembang di paru-paru dan pembedahan mungkin dilakukan untuk
mengangkatnya agar sisa jaringan paru-paru dapat berfungsi
g. Rehabilitas paru
Dilakukan untuk membantu memperbaiki kualitas hidup selepas dari rumah
sakit. Program rehabilitas ditujukan agar pasien COPD dapat memanfaatkan
fungsi paru-paru mereka yang masih tersisa. Pendidikan dan dukungan
psikososial juga membantu untuk mengurangi kecemasan dan depresi yang
sering menyertai COPD.
9. Penatalaksanaan Medis
mempengaruhi riwayat dari COPD. Kita sebagai doket harus bisa mempengaruhi
15
vanenicline,bupropion atau notryptiline dengan baik meningkatkan penghentian
merokok jangka panjang dan pengobatan ini lebih efektif daripada placebo.
program dengan pesan anti merokok yang jelas, konsisten dan berulang. Aktivitas
fisik sangat berguna untuk penderita COPD dan pasien harus didorong untuk tetap
sekunder dapat dilakukan dengan baik dengan deteksi dini. Kita menghindari atau
pasien COPD mendapat keuntungan yang baik dari aktivitas fisik dan disarankan
harus spesifik terhadap setiap pasien, karena gejala dan keterbatasan dari
keparahan eksaserbasi, adanya gagal nafas dan status kesehatan secara umum.
Pemberian terapi farmakologis pada COPD untuk terapi COPD stabil perlu
adalah obat pilihan pertama untuk menangani gejala PPOK, terapi inhalasi lebih
akan timbul dari COPD. Bronkodilator inhalasi kerja lama lebih efektif dalam
16
menangani gejala daripada bronkodilator kerja cepat. Agonis β-2 kerja singkat
baik yang dipakai secara reguler maupun saat diperlukan (as needed) dapat
memperbaiki FEV1 dan gejala, walaupun pemakaian pada COPD tidak dianjurkan
apabila dengan dosis tinggi. Agonis β-2 kerja lama, durasi kerja sekitar 12 jam
atau lebih. Saat ini yang tersedia adalah formoterol dan salmeterol. Obat ini
dipakai sebagai ganti agonis β-2 kerja cepat apabila pemakaiannya memerlukan
dosis tinggi atau dipakai dalam jangka waktu lama. Efek obat ini dapat
kualitas hidup dan menurunkan kejadia eksaserbasi, akan tetapi tidak dapat
mempengaruhi mortaliti dan besar penurunan faal paru. Agonis β-2 dengan durasi
kerja 24 jam , preparat yang ada adalah indacaterol. Kortikosteroid inhalasi dipilih
inhalasi dapat mengurangi gejala, meningkatkan fungsi paru dan kualtias hidup
peningkatan fungsi paru dan mengurangi eksaserbasi pada pasien dengan COPD
17
Pengobatan Farmakologis yang lain
Pengobatan lain
rehabilitasi adalah 6 minggu, semakin lama program semakin bagus buat pasien.
Terapi oksigen dibedakan untuk COPD derajat sedang dan berat. Pada COPD
derajat sedang oksigen hanya digunakan bila timbul sesak yang disebabkan
pertambahan aktiviti. Pada PPOK derajat berat yang terapi oksigen di rumah pada
waktu aktiviti atau terus menerus selama 15 jam terutama pada waktu tidur. Dosis
oksigen tidak lebih dari 2 liter. Terapi pembedahan pada COPD memiliki
Surgery) dari pada terapi medis lainnya adalah lebih signifikan hasilnya pada
pasien dengan empidema pada lobus bawah dan pada pasien dengan kapasitas
aktifitas fisik rendah karena pengobatan. Pada beberapa pasien dengan COPD
sangat parah, transplatasi paru menunjukkan peningkatan kualitas hidup yang baik
18
10. Askep
a. Askep Teori
Intervensi dan rasional pada penyakit COPD disajikan pada tabel 6-3
yang dibuat berdasakan konsep Nursing Intervention Classificaton( NIC ) dan
Nursing outcome cla sifikation (NOC)
crackls j. Memonitor
tanda-tanda
Batuk( persisten dengan
vital
atau tanpa produksi
sputum
19
2. Kerusakan pertukaran gas Status respirasi : a. Manajemen
yang berhubungan dengan : Pertukaran gas dengan asma dan basa
Kurangnya O2 ( skala.... tubuh
Obstruksi jalan nafas (1-5) setelah diberikan b. Manajemen
oleh sekret, perawatan selama.... jalan nafas
bronkospsme, dan hari dengan kriteria: c. Latihan batuk
terperangkapnya udara) a. Status mental d. Peningkatan
Destruksi alveoli dalam batas aktivitas
Data-data : normal e. Terapi
Dispnea b. Bernafas dengan oksigen
20
tonus otot jelek (adekuat) h. Pengaturan
Dilaporkan adanya nutrisi
perubahan sensasi rasa Status nutrisi : i. Terapi menelan
Tidak bernafsu untuk Intake nutrient gas j. Memonitora
makan dan tidak tertarik dengan skala....(1-5) tanda vital
makan setelah diberikan k. Bantuan untuk
perawatan selama.... meningkatkan
hari dengan kriteria : berat badan
a. Intake kalori (1-5) l. Manajemen
(adekuat) berat badan
b. Intake protein,
karbohidrat, dan
lemak (1-5)
(adekuat)
21
(menunjukan)
b. Askep Khusus
Seorang laki – laki berusia 62 tahun dibawa ke IGD oleh anaknya karena
mengeluh sesak nafas baik saat beraktivitas maupun saat istirahat. Hasil
pemeriksaan fisik ditemukan nadi 88x/ menit , frekuensi napas 28x / menit ,
tekanan darah 130 / 80 mmHg, pursed lip breathing , diameter A – P
meningkat (barrel chest ), fase ekspresi memanjang , tes faal paru :
Residual volume dan lung capacity , CXR : flattened diaphrgm dan
cor pulmonale , Analisa Gas Darah : pH 7,62 PaCO2 28 mmHg PaHCO3 26
mEq / L . Keluarga menyatakan bahwa pasien mempunyai riwayat asthma
dan merokok selama bertahun – tahun.
Pemeriksaan fisik :
a) HR = 88x/menit
b) RR = 28x/menit
c) TD = 130/80mmHg
d) Pursed lip breathing
e) Diameter A-P meningkat (barrel chest)
f) Fase ekspirasi memanjang
22
Chest X-Ray :
a) Flattened diaphragm
b) Cor pulmonale
a) pH 7,62
b) PaCO2 28 mmHg
c) PaHCO3 26 mEq/L
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler dan ventilasi-perfusi.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan ansietas, posisi tubuh,
deformitas tulang, deformitas dinding dada, keletihan, hiperventilasi,
sindrom hipoventilasi, gangguan muskuloskeletas, kerusakan
neurologis, imaturitas neurologis, disfungsi neuro muskular, obesitas,
nyeri, keletihan otot pernapasan, dan cedera medula spinalis.
c. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan sekunder
akibat peningkatan pernafasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi
4. Intervensi Keperawatan
a. Memperbaiki Pertukaran Gas :
1. Memperbaiki laju aliran ekspirasi
2. Memantau terjadinya dispnea dan hipoksia
3. Terapi aerosol untuk membantu mengencerkan sekresi sehingga
dapat dibuang.
23
4. Terapi oksigen untuk meningkatkan laju aliran oksigen agar dapat
meningkatkan kadar oksigen dalam darah dan menyingkirkan
stimulus untuk pernapasan.
24
mengurangi keletihan
dan dispnea
2. Berikan pasien Sejalan dengan Menguraikan strategi
untuk mulai teratasinya kondisi, penghematan energi
mandi sendiri , pasien akan mampu Melakukan aktivitas
berpakaian sendiri melakukan lebih perawatan diri yang
, berjalan dan banhyak namun perlu sama seperti
minum cairan, didorong untuk sebelumnya
bahas tentang menghindari
tindakan peningkatan
penghematan ketergantungan
energi.
3. Ajarkan tentang Memberikan Melakukan postural
drainase postural dorongan pada pasien drainase yang benar
bila untuk terlibat dalam
memungkinkan. perawatan dirinya.
Membangun harga
diri dan menyiapkan
pasien untuk
mengatasinya di
rumah
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gejala cardinal dari COPD adalah batuk dan ekspektorasi, dimana cenderung
meningkat dan maksimal pada pagi hari dan menandakan adanya pengumpulan
sekresi semalam sebelumnya. Batuk produktif, pada awalnya intermitten, dan
kemudian terjadi hampir tiap hari seiring waktu. Sputum berwarna bening dan
mukoid, namun dapat pula menjadi tebal, kuning, bahkan kadang ditemukan darah
selama terjadinya infeksi bakteri respiratorik. Ada pun komplikasi dari COPD
diantaranya gagal napas, infeksi berulang, Kor. Pulmonal. Dan pencegahan untuk
COPD yaitu, Hindari asap rokok, Hindari polusi udara, Hindari infeksi saluran napas
berulang.
Kerusakan paru-paru dan saluran udara pada COPD bersifat ireversibel (tidak
dapat diperbaiki). Namun, perawatan tertentu dapat membantu pasien bernafas lebih
baik, hidup lebih aktif dan lebih lama. Oleh karena itu, penting sekali untuk
mengidentifikasi PPOK sedini mungkin agar perawatan dapat dimulai sejak awal.
Bila anda perokok,jangan abaikan keluhan seperti sering batuk dan sesak nafas.
Segeralah memeriksakan diri ke dokter.
26
3.2 Saran
Untuk pencegahan agar tidak terkena penyakit COPD, kita dapat melakukan
pencegahan yaitu diantaranya, Hindari asap rokok, Hindari polusi udara, Hindari
infeksi saluran napas berulang.
27