Anda di halaman 1dari 94

Struktur Anatomi Gigi

Oleh
Fauzi Ahmad Rahman (G992008025)
Aghnia Lutfi Imadanti (G992003005)
Anggun Pulihana Wilujeng (G992102069)
Rahmah Hasanah Putri (G992102104)

Pembimbing:
Dr. Risya Cilmiaty, drg., M. Si., Sp. KG
CAVITAS ORIS
Vestibulum Oris
● Labium superius oris
● Rima oris
● Processus alveolaris maxillae et
mandibulae dan arcus dentalis
superior et inferior
● Labium inferius oris
Cavum oris propium
Batas-batas cavum oris:
● Bagian Depan : Rima Oris
● Bagian Belakang : Isthmus
Faucium
● Atap : Palatum
● Dasar : Diaphragma Oris
● Kiri-kanan : pipi (buccae)
Jenis-jenis Gigi
Incisors/anterior teeth/gigi seri Premolar/bicuspid/geraham depan
• Pipih dengan ujung tepi yang • Permukaan lebar dan tumpul, untuk
menipis dan tajam, di bagian mengunyah dan menggiling
depan, untuk menggigit dan makanan
memotong makanan mjd kecil • Dewasa :8.
• Anak dan dewasa : 8 • Pada anak kecil tdk memiliki
• Mulai muncul sbg gigi permanen
saat usia 10-12 tahun
Canine/cuspid/gigi taring Molar / Geraham
• Runcing dan tajam, paling
Panjang, untuk merobek • Paling besar, permukaan lebar
makanan dan tumpul , untuk mengunyah
• Anak dan dewasa : 4. dan menggiling makanan
• Anak mendapat gigi taring • Dewasa : 12, anak : 8.
permanen pertama pada usia • Gigi molar ketiga biasanya
9-12 tahun muncul pada usia 17-21 tahun
Susunan Gigi Anak
8 Gigi seri

20 Gigi taring
4

Jumlah gigi
8 Gigi geraham

Children’s Wisconsin. 2021. Anatomy and development of mouth and teeth. Childrens’s Hospital and Health System, Inc [online] accessed from:
https://childrenswi.org/medical-care/dental-care/dental-and-oral-health/anatomy-and-development-of-the-mouth-and-teeth
Susunan Gigi Dewasa
8 Gigi seri

Gigi taring
32 4

Jumlah gigi
8 Gigi geraham depan

Gigi geraham belakang


12

Phulari, Basavaraj Subhashchandra et al. 2014. Textbook of Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers
Susunan permukaan Gigi
● Distal – Permukaan yang jauh dari garis
tengah wajah.
● Facial – Permukaan yang menghadap pipi
atau bibir. Bisa juga menggunakan istilah:
Labial – Permukaan ke arah bibir.
Buccal – Permukaan ke arah pipi.
● Insisal – Tepi gigitan gigi anterior.
● Lingual – Permukaan yang menghadap
lidah.
● Mesial – Permukaan yang paling dekat
dengan garis tengah wajah.
● Oklusal – Permukaan kunyah gigi posterior.

Foster, V.P. (2021). An overview of dental anatomy [online]. Deltancare. Available from :
https://www.dentalcare.com/en-us/professional-education/ce-courses/ce500/surfaces-of-the-teeth
Inervasi dan
Vaskularisasi
Vaskularisasi Gigi
ARTERI
Gigi Atas:
● a. alveolaris superior anterior
dari a. infraorbital dari a.
maksilaris
● a. alveolaris superior posterior
dari a. maksilaris

Gigi Bawah:
● a. alveolaris inferior dari a.
maksilaris pada fossa
infratemporal

Standring, S. ed., 2020. Gray's anatomy e-book: the anatomical basis of clinical practice. Elsevier Health Sciences.
Vaskularisasi Gigi
VENA
● v. alveolar superior et inferior →
pleksus vena pterygoid pada
fossa infratemporal.
● pleksus vena pterygoid → v.
maksilaris → v. retromandibular
→ berakhir pada v. jugularis.
● v. communicans membentuk
hubungan dengan sinus
cavernosus pada fossa cranii
melalui foramen emissarium pada
basis cranii.

Standring, S. ed., 2020. Gray's anatomy e-book: the anatomical basis of clinical practice. Elsevier Health Sciences.
Innervasi Gigi
Gigi bagian atas diinervasi oleh n. alveolaris superior anterior, medial, et posterior cabang n.
maksilaris (N.V2) cabang n. trigeminus.
● n. alveolaris superior anterior cabang r. infraorbital n. maksilaris = inervasi gigi seri dan
gigi taring
● n. alveolaris superior medial cab r. infraorbital n. maksilaris = inervasi premolar
● n. alveolaris superior posterior cabang n.maksilaris = inervasi gigi molar melalui pleksus
alveolar superior

Gigi bagian bawah diinervasi oleh n. alveolaris inferior cabang n. mandibularis (N.V3) cabang
n. trigeminus.
● n. alveolaris inferior bercabang menjadi r. insisivus dan r. mentalis
● r. insisivus = inervasi gigi premolar pertama, gigi seri, dan gigi taring.
● r. mentalis = inervasi dagu dan bibir bagian bawah

Standring, S. ed., 2020. Gray's anatomy e-book: the anatomical basis of clinical practice. Elsevier Health Sciences.
Innervasi
Gigi
Struktur Anatomi Gigi
1 ENAMEL/EMAIL
Lapisan pelindung corona dentis pada
permukaan terluar gigi, berwarna putih dan
bersifat paling keras. Kandungan yang terdapat
di dalamnya kalsium hidroksiapatit (95%).

2 DENTIN
Di bawah lapisan email, warna yang lebih
kekuningan serta struktur yang lebih
lunak. Kandungan dentin terdiri dari
kalsium hidroksiapatit (70%), bahan
organik (18%), dan air (12%).

13
Struktur Anatomi Gigi
3 PULPA
Jaringan lunak yang dikelilingi oleh dentin.
Pulpa merupakan bagian yang mengandung
pembuluh darah dan saraf.
Pembuluh darah -> sebagai pemberi nutrisi gigi
Saraf -> sebagai media penghantar rangsang
dari permukaan gigi ke otak

4 SEMENTUM
Sementum merupakan bagian dari akar gigi yang
berbatasan langsung dengan tulang rahang di
mana gigi manusia tumbuh.
Kandungan sementum terdiri dari kalsium
hidroksiapatit (65%), bahan organik (35%), dan
air (12%).

14
Kelainan pada Jaringan Keras
Gigi dan Diagnosis
Oleh
Fauzi Ahmad Rahman (G992008025)
Aghnia Lutfi Imadanti (G992003005)
Anggun Pulihana Wilujeng (G992102069)
Rahmah Hasanah Putri (G992102104)

Pembimbing:
Dr. Risya Cilmiaty, drg., M. Si., Sp. KG
Penyakit Jaringan Keras Gigi
● K02 Dental Caries

● K02.1 Caries limited to enamel

● K02.1 Caries of dentine

● K02.3 Arrested dental caries

● K02.4 Odontoclasia

● K02.5 Caries with pulp exposure

● K02.8 Other dental caries

● K02.9 Dental caries, unspecified


Penyakit Jaringan Keras Gigi
● K03 Other diseases of hard tissues of teeth ● K03.5 Ankylosis of teeth
● K03.6 Deposits [accretions] on teeth
● K03.0 Excessive attrition of teeth
● K03.7 Posteruptive colour changes of
● K03.1 Abrasion of teeth
dental hard tissues
● K03.2 Erosion of teeth ● K03.8 Other specified diseases of hard
● K03.3 Pathological resorption of teeth tissues of teeth
● K03.9 Disease of hard tissues of teeth,
● K03.4 Hypercementosis
unspecified
DEFINISI
Penyakit jaringan keras gigi adalah penyakit
yang ditandai dengan kerusakan pada jaringan
keras gigi (lubang pada gigi) seperti enamel,
dentin, sementum, dan menimbulkan rasa sakit
sebagai respon dari meluasnya kerusakan
tersebut. (Widayanti, 2014)
Epidemiologi
• Karies gigi merupakan masalah penyakit yang banyak dijumpai secara global.
• Menurut survei terbaru oleh Global Oral Health Data Bank, prevalensi karies gigi
bervariasi dalam kisaran 49% hingga 83%.
• Data yang dikumpulkan dari berbagai survei menunjukkan bahwa remaja usia 12
hingga 19 tahun memiliki jumlah karies gigi tertinggi, diikuti oleh anak-anak dan
kemudian orang dewasa.

Rathee M, Sapra A. 2021. Dental Caries. StatPearls.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551699
Etiologi
Penyakit yang multifaktorial dan tergantung berbagai faktor. Faktor yang
terutama adalah fermentasi gula, faktor host, keberadaan mikroba kariogenik,
dan faktor lingkungan lainnya.

Rathee M, Sapra A. 2021. Dental Caries. StatPearls.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551699
Faktor Resiko
HOST
● Morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia, dan kristalografis
🡪 Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa
makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam.
● Permukaan gigi yang kasar 🡪 menyebabkan plak mudah melekat dan membantu
perkembangan karies gigi.

MIKROORGANISME
● Mikroorganisme yang menyebabkan karies gigi adalah kokus gram positif, merupakan
jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis,
Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya

SALIVA
● Viskositas saliva yang tinggi dan tidak jernih akan menghambat pembersihan sel
(agglutination). Jika kemampuan buffer saliva turun/berkurang, mulut akan asam sehingga
remineralisasi hilang dan demineralisasi meningkat.
Faktor Resiko
SUBSTRAT
● Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel.
● Diet kaya karbohidrat akan meningkatkan risiko karies dibanding diet kaya protein
dan lemak

ORAL HYGIENE
● Pemeriksaan gigi secara teratur untuk membantu mendeteksi dan memonitor
masalah gigi yang berpotensi menjadi karies (Sondang, 2008)
gula dari sisa
Patofisiologi
makanan dan bakteri
yang menempel pada
plak, dalam waktu
tertentu dapat
berfermentasi menjadi
Plak di permukaan asam laktat yang akan Demineralisasi email
gigi menurunkan pH gigi
mulut,
01 02 03 04

air ludah, sisa-sisa sel


jaringan mulut, leukosit, Gula dari sisa Karies gigi
limfosit, dan sisa makanan
makanan serta bakteri.
Plak merupakan tempat
tumbuh yang baik bagi
bakteri.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS (MANIFESTASI KLINIS)
● Gigi berwarna coklat gelap dan mengilat
● Plak pada sela-sela gigi
● White spot lesion 🡪 bercak putih seperti kapur merupakan tanda awal
dari lesi karies gigi yang menunjukkan adanya demineralisasi enamel.
Lesi dapat berubah warna menjadi coklat atau hitam apabila tidak
ditangani
● Lubang pada gigi🡪 tanda lanjut dari karies gigi, dimana pengikisan sudah
melewat email dan dentin. Apabila sudah terdapat lubang pada gigi,
pasien biasanya memiliki gejala nyeri gigi
Pemeriksaan Fisik
Kode International Caries Detection and
Inspeksi Visual: merupakan metode Assessment System (ICDAS) :
diagnosis paling umum dan mudah. 0. Permukaan gigi yang sehat,
● Untuk membuat penilaian yang akurat, 1. Perubahan visual pertama pada email,
gigi harus bersih, kering dan diperiksa 2. Perubahan visual yang jelas pada email,
di bawah sumber cahaya. 3. Kerusakan email terlokalisir akibat karies
● Ditemukan : dengan
-kerusakan email gigi tidak ada dentin yang terlihat,
-lesi bintik putih 4. Bayangan gelap yang mendasari dari
-perubahan warna dentin (dengan or
-kekasaran permukaan tanpa kerusakan email),
-adanya kavitasi pada gigi. 5. Rongga yang jelas dengan dentin yang
terlihat,
Palpasi 6. Rongga berbeda yang luas dengan dentin
Pada saat dilakukan palpasi dapat ditemukan yang terlihat
gigi yang goyang

• Pitts, Nigel & Zero, Domenick & Marsh, Philip & Ekstrand, Kim & Weintraub, Jane & Gomez, Francisco & Tagami, Junji & Twetman, Svante & Tsakos, Georgios & Ismail, Amid. (2017). Dental caries. Nature Reviews Disease
Primers. 3. 10.1038/nrdp.2017.30.
• Yilmas, H. & Keles, S. (2018). Recent Methods for Diagnosis of Dental Caries in Dentistry. Meandros Med Dent Journal. No. 9 page 1-8
Pemeriksaan Penunjang
Metode Digital
1.Fibreoptic illumination (FOTI)
2.Digital fiberoptic illumination (DIFOTI)
Radiografi
Metode Pewarnaan
Menggunaan pewarnaan untuk mewarnai bagian gigi karies yang
berkolagen
X-ray dental
Meraih lesi karies gigi yang sulit terlihat secara langsung
(gigi bagian belakang).

• Yilmas, H. & Keles, S. (2018). Recent Methods for Diagnosis of Dental Caries in Dentistry. Meandros Med Dent Journal. No. 9 page 1-8
Xray periapical

Xray bitewing

X-ray dental proyeksi bitewing merupakan pilihan x-ray dental yang paling sering digunakan
karena memiliki kelebihan dapat memperlihatkan karies pada gigi bagian belakang, atas, dan
bawah.

. Pitts NB, Zero DT, Marsh PD, Ekstrand K, Weintraub JA, Ramos-Gomez F, et al. Dental caries. Nat Rev Dis Prim. 2017;3(May).
Tatalaksana
Tata Laksana
● Pada karies email tanpa kavitas dapat dilakukan pembersihan gigi, flour, serta edukasi
tentang kesehatan gigi.

● Pada karies yang sudah lanjut dapat dilakukan penambalan.


● Pada karies dengan pulpitis yang irreversible, terapi berupa menghilangkan rasa nyeri
pada pasien dan perawatan akar gigi.

. Pitts NB, Zero DT, Marsh PD, Ekstrand K, Weintraub JA, Ramos-Gomez F, et al. Dental caries. Nat Rev Dis Prim. 2017;3(May).
Edukasi
MENJAGA KEBERSIHAN MULUT

a. Karies gigi tidak dapat berkembang tanpa ada mikroorganisme dalam plak gigi
b. Menyikat gigi minimal 2 kali sehari (pagi sesudah makan dan malam sebelum tidur).
c. Membersihkan gigi dengan benang gigi
d. Membersihkan mulut dengan cairan aseptik
e. Menyikat gigi dengan sikat gigi yang lembut

APLIKASI FLOURIDA TOPIKAL


1. Menghambat karies gigi dengan menghambat demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi struktur gigi dengan pembentukan Kristal fluorapatit yang tahan
asam.
2. Dengan penggunaan pasta gigi berfluoride
3. Menggunakan obat kumur berfluoride
4. Aplikasi gel dan pernis fluoride
Edukasi
DIET
a. Mengurangi konsumsi gula sukrosa untuk mencegah pembentukan karies gigi
b. Mengurangi makanan yang bersifat asam
c. Tingkatkan konsumsi makanan tinggi kalsium

PEMERIKSAAN MULUT RUTIN


a. Dental check up enam bulan sekali

• Rathee M, Sapra A. Dental Caries. [Updated 2021 Feb 13]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551699/
Penyakit
Jaringan Keras
Gigi Lainnya
Atrisi
● Merupakan hilangnya jaringan ● Permukaan yang terkena biasanya
keras gigi atau restorasi gigi yang menjadi keras, halus, dan
disebabkan oleh gaya kunyah gigi mengkilat, namun dalam beberapa
yang berlawanan. kasus menjadi tajam dan bergerigi,
● Hilangnya jaringan dapat terlihat ● Jika telah menembus enamel, akan
pada permukaan oklusal gigi terjadi perubahan warna menjadi
posterior, permukaan palatal gigi coklat kekuningan.
anterior rahang atas, dan
permukaan labial gigi anterior
mandibula.

Goldstein, R. E., Curtis, J. W., Farley, B. A., Siranli, S., & Clark, W. A. (2018). Abfraction, Abrasion, Attrition, and Erosion. Ronald E.
Goldstein’s Esthetics in Dentistry, 629-719. doi:10.1002/9781119272946.ch22
Abfraksi
● Hilangnya email maupun dentin
yang disebabkan oleh beban gaya
biomekanik, baik statis (contohnya
menelan atau mengertakan gigi)
ataupun siklis (contohnya
mengunyah).
● Lesi muncul berbentuk baji dengan
tepi tajam di cementoenamel
junction.

Goldstein, R. E., Curtis, J. W., Farley, B. A., Siranli, S., & Clark, W. A. (2018). Abfraction, Abrasion, Attrition, and Erosion. Ronald E.
Goldstein’s Esthetics in Dentistry, 629-719. doi:10.1002/9781119272946.ch22
Algadhi, A. (2021). Tooth Surface Loss: Definitions, Prevention and Diagnosis. Saudi J Oral Dent Res, 6(3), 129-133.
Erosi
● Merupakan kerusakan struktur
jaringan gigi non-karies yang
dikarenakan proses kimiawi yang
tidak berhubungan dengan
produksi asam karena dental plak.
● Disebabkan oleh faktor intrinsik
(GERD, anorexia, bulimia nervosa)
dan ekstrinsik (lingkungan, diet,
konsumsi obat, dan gaya hidup).

Goldstein, R. E., Curtis, J. W., Farley, B. A., Siranli, S., & Clark, W. A. (2018). Abfraction, Abrasion, Attrition, and Erosion. Ronald E.
Goldstein’s Esthetics in Dentistry, 629-719. doi:10.1002/9781119272946.ch22
Abrasi

● Merupakan hilangnya struktur


gigi karena kontak mekanis
berulang dengan objek lain
selain gigi.
● Penyebab: kebiasaan menggigit
pena, cara menyikat gigi yang
tidak baik.

Goldstein, R. E., Curtis, J. W., Farley, B. A., Siranli, S., & Clark, W. A. (2018). Abfraction, Abrasion, Attrition, and Erosion. Ronald E.
Goldstein’s Esthetics in Dentistry, 629-719. doi:10.1002/9781119272946.ch22
Penyakit Pada Pulpa: Pulpitis
Reversibel
● Merupakan inflamasi pada pulpa ringan
hingga berat yang disebabkan oleh stimulus
noksius, serta pulpa dapat kembali ke
keadaan normal / sehat jika stimulus
dihilangkan.
● Stimulus dapat berupa dingin atau manis.
● Gejala dapat berupa nyeri tajam yang hilang
dalam beberapa saat, terdapat pencetus,
dan tidak terjadi secara spontan

Ali, S. G., & Mulay, S. (2015). Pulpitis: A review. IOSR J Dent Med Sci, 14(8), 92-97
Penyakit Pada Pulpa: Pulpitis
Ireversibel
● Merupakan inflamasi pulpa di
mana pulpa tidak dapat pulih
kembali.
● Gejala berupa:
○ Asimtomatik
○ Simtomatik = nyeri tajam
karena stimulus panas, nyeri
tetap ada setelah stimulus
hilang, muncul spontan, dan
terdapat penjalaran.

Ali, S. G., & Mulay, S. (2015). Pulpitis: A review. IOSR J Dent Med Sci, 14(8), 92-97
Fraktur Gigi
Klasifikasi Fraktur Gigi

Patnana AK, Kanchan T. Tooth Fracture. [Updated 2020 Jul 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551650
Klasifikasi Fraktur Gigi

Patnana AK, Kanchan T. Tooth Fracture. [Updated 2020 Jul 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551650
Klasifikasi Fraktur Gigi

Patnana AK, Kanchan T. Tooth Fracture. [Updated 2020 Jul 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551650
Karakteristik Gingiva Sehat
Oleh
Fauzi Ahmad Rahman (G992008025)
Aghnia Lutfi Imadanti (G992003005)
Anggun Pulihana Wilujeng (G992102069)
Rahmah Hasanah Putri (G992102104)

Pembimbing:
Dr. Risya Cilmiaty, drg., M. Si., Sp. KG
GINGIVA
Merupakan bagian dari mukosa mulut pengunyah yang
menutupi tulang alveolar yang mengelilingi gigi. Gingiva
merupakan bagian dari periodontium yang menjaga dan
menyokong struktur gigi. Gingiva dibagi dalam tiga area
anatomis:

• Marginal gingiva: terdiri dari tepi bebas gingiva yang


mengelilingi gigi dan menutupi dinding internal sulkus
gingiva
• Attached gingiva: terikat kuat pada periosteum yang
mendasari tulang alveolar
• Gingiva interdental: terletak di daerah interproksimal
antara gigi yang berdekatan

Goudouri, Ourania-Menti (2017). Biomaterials for Oral and Dental Tissue Engineering || Layered scaffolds for
periodontal regeneration. , (), 279–295. doi:10.1016/B978-0-08-100961-1.00017-7 
Koller A, Sapra A. Anatomy, Head and Neck, Oral Gingiva. [Updated 2020 Aug 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560662/
ANATOMI
Koller A. And Saplar A. 2020. Anatomy, Head and Neck, Oral Gingiva.www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560662/
Koller A. And Saplar A. 2020. Anatomy, Head and Neck, Oral Gingiva.www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560662/
HISTOLOGI
Struktur Gigi A. Gingival Epithelium: permukaan terluar gingiva,
dengan epitel skuamos bertingkat dengan
keratinisasi. Berfungsi untuk memberikan
ketahanan dan resistensi gerakan saat mastikasi.

B. Sucular Epithelium: permukaan dalam gingiva,


dengan epitel skuamous bertingkat tanpa
B A keratinisasi. Lapisan ini tidak terpapar pada gaya
mengunyah.

C. Junctional Epithelium: bagian bawah dari sucular


epithelium, berfungsi sebagai perlekatan langsung
dan penghubung epitel dan gigi.

D. Gingival Connective Tissue


D
C
Karakteristik
Gingiva Sehat
Konsistensi
Gingiva kenyal, tegas, dan melekat kuat
pada tulang, kecuali bagian movable free
margin

Tekstur Permukaan
Stippling (berbintik), seperti kulit jeruk

Warna
Coral pink, tergantung pigmentasi tiap
individu.

Kontur Fisik
Gingiva mengikuti bentuk geligi. Bagian
margin menutupi sebagian gigi dan
membentuk collarlike fashion dengan
kedalaman sulcus 0-2 mm.

Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., & Carranza, F. A. (2018). Carranza's clinical periodontology 13th Ed. St. Louis, MO: Saunders Elsevier.
Probing
Tidak ada perdarahan

Bentuk
Tergantung pada bentuk dan embrasure
gigi. Pada regio anterior gigi, papilla
interdental berbentuk piramidal,
sedangkan regio molar papilla lebih
mendatar ke arah buccolingual.

Ukuran
Tergantung jumlah komponen seluler
dan vaskularisasinya.

Posisi
Margin gingiva melekat pada gigi.

Newman, M. G., Takei, H. H., Klokkevold, P. R., & Carranza, F. A. (2018). Carranza's clinical periodontology 13th Ed. St. Louis, MO:
Saunders Elsevier.
Gingivitis
Oleh
Fauzi Ahmad Rahman (G992008025)
Aghnia Lutfi Imadanti (G992003005)
Anggun Pulihana Wilujeng (G992102069)
Rahmah Hasanah Putri (G992102104)

Pembimbing:
Dr. Risya Cilmiaty, drg., M. Si., Sp. KG
Definisi
Definisi
● Inflamasi atau peradangan yang mengenai jaringan lunak di sekitar gigi atau jaringan
gingiva disebut gingivitis. Inflamasi ini terbatas pada area jaringan lunak epitel gusi dan
jaringan ikat (Marchesan et al, 2020).
● Gingivitis dikarakteristikkan sebagai pembengkakan dan kemerahan di area yang
terkena, disertai perdarahan ketika dilakukan probing (Shimada et al, 2013).

Shimada Y, Tabeta K, Sugita N, Yoshie H. Profiling biomarkers in gingival crevicular fluid using multiplex bead immunoassay. Arch. Oral Biol. 2013 Jun;58(6):724-30.

Marchesan JT, Girnary MS, Moss K, Monaghan ET, Egnatz GJ, Jiao Y, Zhang S, Beck J, Swanson KV. Role of inflammasomes in the pathogenesis
of periodontal disease and therapeutics. Periodontol. 2000. 2020 Feb;82(1):93-114.
Pembengkakan
gusi

Karakteristik Gusi lebih merah


gingivitis : dari gusi normal

Terjadi perdarahan
ketika dilakukan
Probing
Epidemiologi
Penyakit
periodontal Pria > wanita
tersering

Status sosial
Wanita hamil >
ekonomi rendah >
Wanita tidak
status soail
hamil
ekonomi tinggi
Kashetty M, Kumbhar S, Patil S, Patil P. Oral hygiene status, gingival status, periodontal status, and treatment needs among pregnant and nonpregnant women: A comparative study. J Indian Soc Periodontol. 2018
Mar-Apr;22(2):164-170.
Faktor Risiko

Kebiasaan yang
tidak Kondisi sistemik
memperhatikan seperti Diabetes
kebersihan mulut

Faktor genetic Kondisi dari mulut,


(Hereditary yaitu anatomi dari
Gingival lidah, gigi,
Fibromatosis) maupun palatum
Etiologi
Etiologi

Plaque Induced Gingivitis Infectious Gingivitis Nutritional Gingivitis

• Penyebab gingivitis • Infeksi rongga mulut • Defisiensi vitamin C


tersering lain (karies dentis) • Peningkatan asupan
• Plak 🡪 Media • Reaksi hipersenstivitas karbohidrat olahan
pertumbuhan bakteri 🡪 alergen (permen karet,
Inflamasi pada gusi pasta gigi, kayu manis,
daun mint)
• Reaksi luka ringan (gigi
retak)

Kashetty M, Kumbhar S, Patil S, Patil P. Oral hygiene status, gingival status, periodontal status, and treatment needs among pregnant and nonpregnant women: A comparative study. J Indian Soc
Periodontol. 2018 Mar-Apr;22(2):164-170.
Etiologi

Hormonal Gingivitis Drug-Induced Gingivitis Others

• Kehamilan, pubertas, • Fenitoin, CCB, • Gingivitis akibat faktor


terapi steroid 🡪 antikoagulan, agen lain seperti merokok,
sitoplasma sel-sel gusi fibrinolitik, agen kondisi sistemik
memiliki reseptor kontrasepsi, protease (diabetes), faktor
dengan tingkat afinitas inhibitor, dan analog genetic (hereditary
yang tinggi pada vitamin A gingival fibromatosis),
hormone estrogen dan dan kondisi lokal (dry
testosteron mouth)

Kashetty M, Kumbhar S, Patil S, Patil P. Oral hygiene status, gingival status, periodontal status, and treatment needs among pregnant and nonpregnant women: A comparative study. J Indian Soc
Periodontol. 2018 Mar-Apr;22(2):164-170.
Klasifikasi
Klasifikasi
Gingivitis Akut Gingivitis Rekuren Gingivitis Kronis

Terjadi tiba-tiba, durasinya Terjadi secara perlahan, memiliki


singkat dan disertai rasa sakit. durasi yang lama, dan tidak
● Pembengkakan yang berasal disertai rasa sakit kecuali terdapat
dari peradangan akut dan eksaserbasi akut
gingiva yang lunak. Gingivitis yang muncul ● Pembengkakan lunak yang
● Debris yang berwarna kembali setelah dapat membentuk cekungan
keabu-abuan (bakteri, gingivitis sembuh. sewaktu ditekan
leukosit polimorfonuklear Gingivitis rekuren juga ● Pada saat dilakukan probing
dan degenarasi epitel dapat hilang secara terjadi perdarahan dan
fibrous) tiba-tiba. permukaan gingiva tampak
● Terjadi pembentukan vesikel kemerahan.
dengan edema interseluler ● Konsistensi kaku dan kasar
dan intraseluler serta ruptur ● Mikroskopis nampak fibrosis
sel dan proliferasi epitel adalah
akibat dari peradangan kronis
yang berkepanjangan
Patofisiologi

LESI INISIAL
Tahap ini dikarakteristikkan dengan respons inflamasi akut
eksudatif, peningkatan aliran cairan gingiva, dan migraasi
neutrofil dari pembuluh darah plexus subgingival yang ada
di jaringan pengikat ke sulcus gingiva.
● Terdapat akumulasi fibrin dikarenakan perubahan jaringan
ikat.
● Lesi ini dapat dijumpai dalam waktu 4 hari setelah inisiasi
akumulasi plak.
● Terdapat juga destruksi kolagen oleh kolagenase dan enzim
lainnya yang disekresi oleh neutrofil.

Rathee, M., Jain, P. Gingivitis. [Updated 2021 Apr 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https//www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557422/

LESI AWAL
Lesi ini berhubungan dengan hipersensitivitas lambat.
● Muncul biasanya 1 minggu setelah awal deposisi plak.
● Pada fase ini, manifestasi gingivitis seperti kemerahan dan
perdarahan gingiva mulai terlihat.
● Sel inflamasi yang mendominasi ialah limfosit (75%) dan
makrofag.
● Pada lesi ini juga adanya kehilangan kolagen sebesar
60-70%.

Rathee, M., Jain, P. Gingivitis. [Updated 2021 Apr 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https//www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557422/

LESI MENETAP
Pada fase ini terdapat peningkatan aktivitas kolagenolitik
yang diikuti dengan peningkatan jumlah makrofag, sel
plasma, limfosit B dan T.
● Terbentuk kantung gingiva kecil yang dilapisi dengan
kantung epitelium.
● Lesi ini dapat diikuti 2 hal, yaitu menetap hingga
bulanan/tahunan, atau progresif hingga ke lesi yang lebih
destruktif.

Rathee, M., Jain, P. Gingivitis. [Updated 2021 Apr 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https//www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557422/

LESI LANJUT
Fase ini merupakan fase transisi ke periodontitis.
● Dikarakteristikan dengan hilangnya ikatan secara
ireversibel, dimana perubahan inflamasi dan infeksi bakteri
mulai menyerang jaringan penyokong gigi dan struktur
sekitarnya (ligamen periodontal, alveolar bone).
● Dapat menyebabkan hilangnya gigi.

Rathee, M., Jain, P. Gingivitis. [Updated 2021 Apr 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https//www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557422/
Diagnosis
Anamnesis

Dari anamnesis dapat ditemukan


perdarahan gingiva saat menyikat gigi,
membersihkan gigi, serta saat makan
terutama dengan makanan yang keras,
serta adanya halitosis yang tidak
membaik walaupun sudah menerapkan
oral hygiene yang baik.

Rathee, M., Jain, P. Gingivitis. [Updated 2021 Apr 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. Available from: https//www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557422/
Pemeriksaan Fisik
● Bengkak dan kemerahan
(tanda-tanda inflamasi).
● Perdarahan gingiva hanya pada
penekanan lembut.
● Terlihat deposit plak dan kalkulus.

Gingivitis kronis = penebalan jaringan


karena edema dan hiperplasia,
menyebabkan kedalaman (pada
probing) >3 mm.

Rathee, M., Jain, P. Gingivitis. [Updated 2021 Apr 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. Available from: https//www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557422/
Acute Necrotizing
Ulcerative
Gingivitis
Suatu infeksi oral endogen
dengan karakteristik nekrosis
gingiva.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi. Jakarta: PDGI.
Pemeriksaan Penunjang
Apusan Pemeriksaan Evaluasi
laboratorium Radiografi
Menentukan agen Pemeriksaan laboratorium
penyebab gingivitis secara rutin tidak Karena gingivitis adalah
diperlukan. penyakit jaringan lunak,
evaluasi radiografi biasanya
Pemeriksaan Pemeriksaan tidak diperlukan. Namun,
evaluasi ini dapat
Histologis dengan Probe membedakan gingivitis dari
periodontitis
Untuk membedakan Untuk mengetahui jumlah
gingivitis dan perdarahan serta dapat
periodontis membedakan gingivitis dan
periodontis
Nowak, A.J. et al. (2019). Examination, Diagnosis, and Treatment Planning for General and Orthodontic Problems. Pediatric Dentistry.
Elsevier.
Rathee, M., Jain, P. Gingivitis. [Updated 2021 Apr 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https//www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557422/
TATALAKSANA

● Melakukan ‘debridement’: menghilangkan jaringan nekrotik dan mikroba


penyebab menggunakan larutan H202 1.5-3%.
● Kausatif: antibiotik golongan penisilin dan atau metronidazole, Antiseptik:
ditambahkan klorheksidin glukonat 0.2 %. - Simtomatik: analgetik, antipiretik
● Supportif: hidrasi, diet lunak tinggi kalori-protein, istirahat, multivitamin.
● Jika kondisi akut telah mereda dapat dilakukan skeling dan root planning

KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)


PERALATAN DAN BAHAN OBAT

● Dental unit lengkap,


● Alat diagnostik standar,
● Spuit untuk spooling,
● Kassa steril,
● Antiseptik larutan H2O2 3 %, klorheksidin glukkonat 0.2%,
● Antibiotik Amoxycillin 500 mg, Metronidazole 500 mg.
PROGNOSIS
Umumnya Bonam, jika segera dilakukan kontrol
infeksi dan suportif.

KOMPLIKASI
Bila hasil terapi tidak memuaskan/tidak memperbaiki kondisi
periodontal, maka akan tampak antara lain berlanjutnya tanda-tanda
klinis penyakit yaitu: perdarahan saat probing, kemerahan dan
pembesaran, kondisi dapat diikuti kerusakan/cacat gingiva (cleft
gingiva, crater/ceruk gingiva), yang disertai kerusakan selanjutnya
sehingga berkembang menjadi periodontitis dengan kehilangan
pelekatan.
EDUKASI
Memberi info pada pasien
● Perawatan berhasil memuaskan bila terjadi penurunan tanda-tanda klinis
inflamasi gingiva secara nyata, pelekatan klinis stabil, pengurangan skor plak
sesuai dengan plak yang ada pada gingiva sehat. Hilangnya keluhan rasa gatal
pada gusi di sela – sela gigi, rasa kemeng/rasa tidak nyaman, rasa nyeri saat
mengunyah atau menggigit, dan gigi goyang atau gusi bengkak.
● Adanya faktor-faktor risiko sistemik dapat mempengaruhi terapi (penyakit
diabetes, merokok, bakteri periodontal tertentu, penuaan, gender, predisposisi
genetik, penyakit sistemik dan kondisi sistemik)
Parotitis
Oleh
Fauzi Ahmad Rahman (G992008025)
Aghnia Lutfi Imadanti (G992003005)
Anggun Pulihana Wilujeng (G992102069)
Rahmah Hasanah Putri (G992102104)

Pembimbing:
Dr. Risya Cilmiaty, drg., M. Si., Sp. KG
Parotitis
Merupakan inflamasi kelenjar parotis.
Parotitis dapat muncul sebagai infeksi lokal
maupun sistemik.
Faktor predisposisi parotitis ialah dehidrasi,
malnutrisi, imunosupresi, sialolitiasis,
neoplasma oral, dan medikasi yang
menyebabkan penurunan salivasi

Wilson, M., Pandey, S. Parotitis. [Updated 2020 Dec 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560735/
Etiologi
● Parotitis Bakterial
Jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi pada lansia (setelah operasi abdomen) dan
neonatus. Penyebabnya umumnya S. aureus, bisa juga karena Strep. Viridans, E.coli,
dan flora oral anaerobik.
● Parotitis Virus
Umumnya karena mumps (paramyxovirus) yang merupakan penyebab klasik epidemik
parotitis. Virus lain dapat berupa CMV, echovirus, enterovirus, influenza, dan
parainfluenza.
● Penyebab lain yang tidak umum dapat berupa trauma, pembedahan, paparan obat,
dan terapi radiasi.

Wilson, M., Pandey, S. Parotitis. [Updated 2020 Dec 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560735/
EPIDEMIOLOGI
Pada parotitis bakterial akut kasusnya tidak umum, angka kejadian pada laki-laki
maupun perempuan juga seimbang, namun lebih sering ditemukan pada lansia → terjadi
pada 0.002-0.04% pasien post op.

Pada parotitis virus, 85% kasus terjadi pada anak-anak usia <15 tahun, dengan proporsi
tertinggi usia 5-9 tahun, dengan rasio laki-laki dan perempuan ialah 1:9.

Pada negara dengan imunisasi kurang baik dapat mengalami kasus tiap 3-5 tahun
dengan insiden 100-1000 kasus per 100.000 penduduk.

Wilson, M., Pandey, S. Parotitis. [Updated 2020 Dec 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560735/
Faktor Risiko
1. Usia 2-12 tahun
2. Tinggal atau pergi ke daerah endemik
3. Orang dengan imunokompromis
4. Konsumsi obat tertentu yang menekan kerja kelenjar tiroid
5. Kekurangan yodium dalam tubuh
6. Belum mendapat vaksin MMR

Soemarmo. (2008). Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta: Penerbit IDAI.
Patogenesis
• Masa inkubasi: 12-25 hari
• Masa penularan: 2-3 hari
sebelum kelenjar saliva
membesar hingga 7 hari
setelah resolusi 🡪 Melalui
droplet

Virus masuk Lokalisasi yang dituju:


Menuju ke
melalui duktus Multiplikasi Viremia testis, ovarium,
kelenjar
stensen di mulut primer (12-25 hari) pankreas, tiroid, ginjal,
parotis
jantung atau otak.
Patogenesis
Virus masuk Mengalami
melalui saluran replikasi di epitel Viremia (12 – 25 hari)
napas atas saluran napas

Menyebabkan
Lokalisasi di jaringan lain:
pertumbuhan virus
testis, ovarium, pankreas,
di epitel kelenjar dan
tiroid, ginjal, jantung atau
penyebaran virus di
otak.
air liur
Penegakkan Diagnosis
ANAMNESIS
• Demam, nafsu makan turun, malaise, myalgia, sakit kepala 3 hari
• Pembesaran progresif, nyeri baik unilateral (bacterial) / bilateral
(inflamasi atau mumps)
• Nyeri saat mengunyah atau menelan
• Nyeri jika makan atau minum sesuatu yang asam
• Kontak dengan penderita parotitis epidemik 2-3 minggu sebelumnya
PENEGAKAN DIAGNOSIS - PEMERIKSAAN FISIK
1. Kelenjar parotis teraba membesar, edema, nyeri tekan, teraba hangat.
2. Pada parotitis bakterial 🡪 mengeluarkan sekret purulent dari Ductus
Stensen bila dilakukan pemijatan dari arah posterior ke anterior. Pada
penyakit autoimun 🡪 mengeluarkan bongkahan Kristal kuning kecil
3. Pada parotitis akut 🡪 nyeri tekan dan hangat. Pada kronik
automimmune parotitis 🡪 tidak nyeri tekan.
4. Pada sialolithiasis 🡪 Pembesaran pada ductus Stensen (terkadang batu
terlihat dan dapat diraba)
PENEGAKAN DIAGNOSIS - PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik.


2. Dapat dijumpai leukopenia dengan limfositosis relatif tetapi penyulit
akibat penyakit ini menyebabkan leukositosis PMN.
3. Peningkatan kadar amilase serum dapat ditemukan pada kebanyakan
kasus parotitis.
4. Diagnosis etiologi tergantung pada keberhasilan untuk mengisolasi virus
dan juga bisa dari pemeriksaan serologik.
Tatalaksana
Tatalaksana Parotitis umumnya bersifat simtomatis dan tergantung
dari etiologinya.
Pengobatan simtomatis yang dapat dilakukan yakni:
– Kompres hangat
– Massage glandular parotis secara perlahan dari posterior ke
anterior
– Sialogogues 🡪 Obat / substansi yang meningkatan produksi
saliva (makanan asam atau permen lemon)
– Hidrasi adekuat
– NSAIDs bila dibutuhkan 🡪 Acetaminophen / Ibuprogen
– Bila ada purulent discharge yang keluar saat pemijatan
glandula parotis 🡪 dilakukan swab untuk terapi antibiotik

Wilson M, Pandey S. Parotitis. [Updated 2020 Dec 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560735
Tatalaksana
Sialolithiasis → Kompres hangat, Neonatal Bacterial Parotitis→ Antibiotik
Masase, Sialogogues, Terkadang IV (gentamicin atau levofloxacin +
memerlukan ekstraksi antibiotik Anti MRSA antistaphylococus),
Parotidectomy (bila tidak ada perbaikan
Acute Bacterial Parotitis → Hidrasi IV, dalam 48 jam)
Analgesik, Antibiotik IV 7-10 hari
● Community-acquired parotitis 🡪 Konsul TS THT→ Terkait dengan insisi
Penisilin antistaphylococcal dan drainase pada parotitis akut
(nafcillin, oxacillin), cefazolin, refrakter
vancomycin, atau klindamycin
pada suspect MRSA Parotitis e.c. sekunder dari kondisi
● Health-care associated parotitis 🡪 autoimun (RA, Sjogren, HIV)-->
Cefoxitin, ertapenem, atau tatalaksana penyebab (ARV atau
ampisilin/sulbactam, dengan steroids)
levofloxacin atau klindamisin
sebagai alternative. Parotitis Kronis → Pertimbangkan
superficial parotidectomy

Wilson M, Pandey S. Parotitis. [Updated 2020 Dec 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560735
Edukasi dan Pencegahan
Edukasi
● Menjaga hidrasi
Menghindari pengobatan yang menyebabkan mulut kering, seperti antihistamin,
antidepresan, dekongestan atau antidepresan, diuretik, dan beberapa obat antihipertensi,
relaksan otot, dan antibiotik.
● Menghindari paparan obat seperti kokain, metamfetamin, alkohol, tembakau kunyah, atau
merokok tembakau atau ganja karena dapat menyebabkan penurunan aliran saliva

Pencegahan
● MMR (campak, gondok, rubella) telah secara dramatis menurunkan insiden parotitis
gondok hingga 99% → diberikan pada umur 15 bulan dan booster pada umur 5 tahun

Wilson M, Pandey S. Parotitis. [Updated 2020 Dec 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560735
Prognosis
● Prognosis parotitis relatif baik untuk semua bentuk, dan penyakit yang mendasari
menentukan prognosis. Sebagian besar kasus parotitis sembuh secara spontan atau
dengan pengobatan antibakteri tanpa kekambuhan atau komplikasi.
● Anak-anak dapat terkena parotitis rekuren juvenil yang dapat bergejala selama
berhari-hari hingga berminggu-minggu dan dapat memerlukan parotidektomi parsial.
● Parotitis neonatus dapat mengancam jiwa.
● Jarang, parotitis bakteri akut dapat menyebabkan osteomielitis, sepsis, dan kegagalan
organ dan kematian.

Wilson M, Pandey S. Parotitis. [Updated 2020 Dec 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2021 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560735
Komplikasi
• Neoplasma🡪limfoma
• Facial paralisis
• Xerostomia 🡪 kurang pelumas&perubahan rasa 🡪 gangguan makan
🡪 malnutrisi
• Meningoensefalitis 🡪 10% kasus
• Pankreatitis
• Orkitis 🡪 30% laki-laki pasca pubertas
• Sensory neural hearing loss
• Septic thrombophlebitis di vena jugularis interna (jarang)
• Frey syndrome → hiperhidrosis dan kesemutan pada area pipi di
depan telinga selama periode salivasi (saat makan atau memikirkan
makanan) (jarang)

Wilson M, Pandey S. Parotitis. [Updated 2020 Dec 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560735
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai