Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDUAL DISKUSI KELOMPOK

PEMICU 2: ANAKKU LUCU TAPI GIGINYA BANYAK YANG HITAM


BLOK 10 (SISTEM STOMATOGNASI)

KLARISSA ANJANI JULIUS


190600077
KELAS B

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Gigi merupakan organ tubuh yang turut berperan dalam proses pencernaan, pengunyahan,
dan tak kalah pentingnya sebagai estesis dalm pembentukan profil wajah. Dalam pencapaian segi
estetis, terlebih dahulu dokter gigi harus mengenal anatomis gigi. Manusia memiliki dua periode
pertumbuhan gigi yaitu gigi desidui dan gigi permanen. Gigi susu atau gigi primer adalah
sekumpulan gigi pertama, jumlahnya ada 20, yaitu 10 di rahang atas dan 10 di rahang bawah
(masing-masing 4 gigi seri, 2 gigi taring dan 4 geraham) Jumlah itu jauh lebih kecil dibandingkan
dengan 32 gigi dewasa permanen. Gigi susu mulai terbentuk di dalam rahim dan mulai muncul di
usia 5-8 bulan.1

Informasi tentang gigi susu sangat penting diperoleh orang tua, Idealnya orang tua
mendapatkan informasi pentingnya menjaga dan merawat gigi susu anaknya. Gigi yang baik
memudahkan anak mengunyah berbagai asupan pangan, sehingga memudahkan tubuh menyerap
nutrisi dari makanan yang dikonsumsinya. Karenanya kebersihan gigi susu tidak boleh
diremehkan. Gigi susu yang terawat dengan baik juga akan memengaruhi kesehatan gigi permanen
anak di masa mendatang.
Kesehatan gigi anak merupakan salah satu penunjang tumbuh kembangnya anak, namun
seringkali luput dari perhatian orang tua. Faktanya , sebagian orang tua cenderung mengabaikan
kesehatan gigi susu anaknya. Hal ini disebabkan persepsi sebagian orang tua yang menganggap
gigi susu tidak penting untuk dirawat karena akan digantikan oleh gigi dewasa. Sehingga sering
ditemui anak usia 5 – 7 tahun mengalami pembengkakan gusi. Hal ini disebabkan orang tua kurang
mendapatkan informasi tentang merawat gigi susu anak, serta kurangya kesadaran orang tua
melakukan pemeriksaan ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali. Salah satu penyakit rongga mulut
yang umum terjadi pada anak anak adalah Early Childhood Caries atau yang biasa disebut karies
susu botol. 1,2

1
1.2 DESKRIPSI TOPIK

Nama Pemicu : Anakku lucu tapi giginya banyak yang hitam…


Nara Sumber : Ami Angela Harahap, drg.,Sp.KGA, M.Sc.; Dr. Essie Octiara, drg.,
Sp.KGA.; Minasari, drg., MM

Seorang anak laki-laki berusia 4,5 tahun dibawa ibu dan ayahnya ke RSGM FKG USU,
datang dengan keluhan gigi anaknya banyak yang berlubang hitam dan tinggal akar gigi. Hasil
anamnesis, ibu memberikan ASI (air susu ibu) dengan frekuensi kapan saja anak mau, dari lahir
sampai anak berusia 2 tahun. Setelah anak lepas dari ASI, anak mengonsumsi susu botol lebih dari
5x sehari dan anak harus minum susu pada waktu tidur malam sampai bangun di pagi hari sampai
sekarang. Selain pemberian susu dalam botol, anak juga sekarang minum teh dalam kemasan botol.
Anak hanya mau menyikat giginya sendiri. Hasil pemeriksaan intraoral menunjukkan:

Kebersihan mulut anak buruk. Terdapat oedem dan kemerahan pada gingiva gigi belakang.
Lidah anak terdapat gambaran berwarna keputihan di dorsal lidah, dan dapat mudah dibersihkan.
Hubungan oklusi gigi anak distal step. Gigi 54, 52, 51, 61, 62 dan 64 radiks. Gigi 55, 65, dan 74
karies dentin di hampir keseluruhan permukaan. Terdapat satu gigi anterior bawah dengan
mahkota gigi yang besar dan jumlah gigi bawah hanya 9 buah. Menurut orangtua anak belum
pernah dicabut giginya atau pernah lepas giginya akibat trauma gigi dan anak tidak pernah
merasakan sakit pada seluruh giginya. Hasil rontgen foto gigi 72 terdapat mahkotanya dua dan
akarnya juga dua. Gigi 73 tidak terlihat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 NOMENKLATUR GIGI PADA ANAK DENGAN CARA ZSIGMONDY,FDI/


INTERNATIONAL DENTAL FEDERATION , DAN PALMER

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nomenklatur merupakan penamaan yang
dipakai dalam bidang tertentu atau ilmu tertentu atas dasar kesepakatan Internasional. Secara
sederhana, nomeklatur gigi adalah tata nama, tata susunan, atau tata cara menulis yang dipakai
secara universal untuk mempermudah mengenali dan mengidentifikasi gigi. 3,4

1. CARA ZSIGMONDY

Penulisan dengan cara Zsigmondy ini menggunakan penomoran yang dimulai dari gigi
insisivus sentral pada masing-masing kuadran. Untuk menyatakan gigi tertentu, ditulis dengan
angka sesuai urutan kemudian diberi garis batas pada nomor sesuai dengan kuadran gigi tersebut.
Penulisan pada gigi susu menggunakan angka romawi. Adapun urutan penomoran gigi susu adalah
sebagai berikut :

2. CARA PALMER’S

Penulisan dengan cara Palmer’s hampir sama dengan penulisan dengan cara Zsigmondy,
hanya berbeda pada penulisan gigi susu. Cara ini dianggap cara yang paling mudah dan universal
untuk dental record. Penulisan pada gigi susu menggunakan alphabet secara kapital. Adapun
urutan penomoran gigi susu adalah sebagai berikut :

3
3. SISTEM DUA ANGKA INTERNATIONAL DENTAL FEDERATION

Sistem ini menggunakan dua digit untuk setiap gigi permanen dan sulung. Digit pertama
menunjukkan kuadra, lengkung (atas atau bawah) dan geligi-geligi (permanen atau sulung).
Penulisan pada gigi susu menggunakan angka 5678 untuk kuadrannya, dapat dilihat sebagai
berikut :

2.2 PERBEDAAN MORFOLOGI GIGI DESIDUI DAN GIGI PERMANEN

Morfologi adalah ilmu mengenai bentuk dan struktur organisme, organ , atau bagian
tertentu. Gigi banyak menjadi perhatian para ilmuwan selain dokter gigi, selain ilmuwan dalam
bidang antropologi, paleontologi, anatomi dan genetika. Hampir semua karya paleontologi
manusia disertai pengamatan terhadap morfologi gigi karena gigi terdiri dari bahan yang paling
tahan terhadap erosi atau pengrusakan fosil-fosil sehingga pada penemuan fosil hampir selalu
dijumpai gigi. Disamping itu, gigi relatif lebih mudah diamati daripada jaringan tubuh lainnya.
Gigi juga dapat diperiksa secara langsung dan mudah dibuatkan cetakannya untuk dipelajari di
laboratorium. Gigi mempunyai variasi dalam ukuran maupun ciri morfologi. Perbedaaan bentuk
dan ukuran gigi pada populasi dapat dipakai sebagai petunjuk untuk mengetahui perubahan dan
variasi genetik yang terdapat pada populasi tersebut.

Perkembangan gigi desidui dan permanen sangatlah mirip meskipun perkembangan gigi
desidui lebih cepat daripada permanen. Gigi desidui mulai berkembang sejak di dalam rahim dan
crown mulai lengkap sebelum lahir, sementara gigi permanen mulai dibentuk saat lahir atau setelah
lahir. Gigi desidui berfungsi dalam mulut kira-kira sampai umur 8,5 tahun. Periode waktu ini
dapat dibagi atas tiga periode : pertama, perkembangan mahkota dan akar, kedua, maturasi akar
dan resorpsi akar, dan ketiga gigi tanggal. Periode pertama berlangsung sekitar satu tahun, periode
kedua sekitar 3,75 tahun, dan tahap terakhir resorpsi dan pergantian gigi berlangsung sekitar 3,5
tahun. Sedangkan beberapa gigi permanen berada pada mulut dari umur 5 tahun sampai meninggal.

4
Gigi permanen berfungsi 7-8 kali sama seperti gigi desidui banyak pemisahan yang terjadi selama
beberapa milimeter selama perkembangan gigi. 3,5

NO GIGI DESIDUI GIGI PERMANEN


1 Mesio-distal > cervico-incisal Cervico-incisal > mesio-distal
2 Tanduk pulpa lebih tinggi dan ruang Tanduk pulpa lebih rendah dan ruang lebih
lebih besar sempit
3 Ukuran mesio-distal korona gigi desidui Ukuran mesio-distal korona gigi permanen
lebih lebar dari ukuran seviko insisalnya, lebih sempitdari ukuran seviko-insisialnya
kecuali insisivus sentral, lateral, kaninus
bawah, dan insisivus lateral atas
4 Ukuran mesio-distal akar-akar gigi susu Ukuran mesio-distal akar-akar gigi
depan sempit permanen depan lebar
5 Pada gigi susu tidak ada gigi premolar Pada gigi permanen terdapat gigi premolar
atau gigi yang menyerupai premoral
6 Akar-akar dan korona molar susu mesio- Akar-akar dan korona molar permanen
distal dan sepertiga servikal lebih sempit mesiodistal dan sepertiga servikal lebih
lebar
7 Akar-akar molar susu relatif lebih Akar-akar molar permanen lebih kebar,
sempit/ramping, panjang, dan lebih pendek, dan lebih konvergen
divergen
8 Akar-akar gigi susu mengalami resorbsi Akar-akar gigi permanen tidak mengalami
resorbsi
9 Gigi geligi susu lebih putih Gigi geligi permanen lebih kuning
10 Pada gigi susu tidak terbentuk sekunder Pada gigi permanen terbentuk sekunder
dentin dentin
11 Permukaan fasialnya lebih licin Permukaan fasialnya lebih kasar
12 Perbedaan formula dan jumlahnya Perbedaan formula dan jumlahnya
Gigi susu : I 2/2 C 1/1 M 2/2 =10, jumlah Gigi tetap : I 2/2 C 1/1 P 2/2 M 3/3 = 16,
20 jumlahnya 32.3

5
2.3 PATOFISIOLOGI GINGIVA OEDEM DAN KEMERAHAN SERTA PERBEDAAN
MORFOLOGI GINGIVA ANAK DAN ORANG DEWASA

Gingiva ialah bagian dari mukosa mulut yang menutupi mahkota gigi yang tidak tumbuh dan
mengelilingi leher gigi yang sudah tumbuh, berfungsi sebagai struktur penunjang untuk jaringan
di dekatnya. Gingiva dibentuk oleh jaringan berwarna merah muda pucat yang melekat dengan kokoh
pada tulang dan gigi, yang mukosa alveolar menyambung dengan mukogingiva. Jika jaringan gingiva
mengalami inflamasi maka disebut gingivitis. 6

Gingivitis adalah proses inflamasi yang mengenai jaringan gingiva tetapi tidak meluas kearah
tulang alveolar, ligamentum periodontal, atau sementum . Teori menyatakan faktor lokal dalam penyakit
periodontal, antara lain adalah bakteri dalam plak, kalkulus, materia alba, dan debris makanan. Jika
pembentukan plak sama sekali tidak diganggu selama beberapa hari, margin gingiva akan menjadi radang
dan bengkak.

Tanda klinis dari peradangan gingiva salah satunya adalah perubahan warna. Warna gingiva
ditentukan oleh beberapa faktor termasuk jumlah dan ukuran pembuluh darah, ketebalan epitel, keratinisasi
dan pigmen di dalam epitel. Gingiva menjadi memerah ketika vaskularisasi meningkat atau derajat
keratinisasi epitel mengalami reduksi atau menghilang. Warna merah atau merah kebiruan akibat proliferasi
dan keratinisasi disebabkan adanya peradangan gingiva kronis. Pembuluh darah vena akan memberikan
kontribusi menjadi warna kebiruan. Perubahan warna gingiva akan memberikan kontribusi pada proses
peradangan. 6,7,8

Pada anak-anak, gingivitis tidak terjadi separah gingivitis pada orang dewasa. Hal ini
dikarenakan perbedaan kuantitas dan kualitas plak bakteri, respon imun tubuh ataupun perbedaan
morfologi jaringan periodontium antara anak-anak dan orang dewasa. Plak bakteri pada anak-anak
biasanya terdiri dari bakteri patogen yang konsentrasinya rendah.6,7

GAMBARAN GINGIVA PADA ANAK ANAK (KIRI) DAN ORANG DEWASA (KANAN)

6
FITUR ANAK-ANAK DEWASA
WARNA Lebih kemerah-merahan Coral Pink
GINGIVA
KONTUR Marginal gingiva-bulat Marginal gingiva-tajam
seperti ujung pisau
KONSISTENSI Lembek Tegas dan Ulet
TEKSTUR Bintik-bintik tidak terdapat pada Menunjukkan
PERMUKAAN bayi. Biasanya muncul saat berusia 6 bercak/tekstur
tahun
AREA CELAH Gingiva berbentuk pelana Papiler gingiva
ANTAR GIGI
SULKUS Lebih dangkal dibanding pada gigi 2-3 mm
GINGIVA permanen
GINGIVA Lebar bertambah seiring Lebih besar pada dewasa
CEKAT bertambahnya usia

TABEL PERBEDAAN GINGIVA DEWASA DAN ANAK ANAK

2.4 KELAINAN PADA LIDAH DIKASUS, ETIOLOGI, DAN CARA


PENANGGULANGANNYA

Kandidiasis oral adalah penyakit pada mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh Candida
yang merupakan fungi yang paling sering menginfeksi tubuh manusia. Kebersihan mulut yang
buruk, malnutrisi, usia sangat muda, gangguan sistemik dan konsumsi susu formula menggunakan
botol merupakan beberapa faktor predisposisi terjadinya kandidiasis oral. Dapat diidentifikasi
prevalensi karier Candida, 18,5% pada anak-anak yang mengkonsumsi air susu ibu (ASI), susu
botol atau cairan manis lainnya. Sedangkan anak yang mengkonsumsi ASI saja, tidak ditemukan
karier Candida.

Berdasarkan skenario, hasil pemeriksaan intraoral lidah anak terdapat gambaran berwarna
keputihan di dorsal lidah, dan dapat mudah dibersihkan. Gambaran bewarna putih ini disebut juga
pseudomembran. Hasil pemeriksaan intraoral berupa kebersihan mulut anak buruk, terdapat

7
oedem dan kemerahan pada gingiva gigi belakang dan lidah anak terdapat gambaran berwarna
keputihan di dorsal lidah, dan dapat mudah dibersihkan merupakan tanda-tanda kandidiasis oral.

Faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya kandidiasis oral adanya perubahan flora
normal di rongga mulut, iritasi lokal yang bersifat kronis, pemakaian kortikosteroid, kurangnya
menjaga kebersihan mulut, kehamilan, penurunan kekebalan tubuh akibat virus, malnutrisi dan
malabsorpsi. Berdasarkan skenario, penyebab pseudomembran pada anak tersebut dikarenakan
kebersihan mulut yang buruk.

Karena kandidiasis oral merupakan infeksi fungi superfisial maka sebaiknya pengobatan
yang diberikan adalah terapi lokal. Timbulnya kandidiasis oral tidak terlepas dari faktor-faktor
predisposisi yang mencetuskan kelainan tersebut dan kebersihan mulut yang kurang terjaga. Oleh
karena itu penanggulangan untuk kandidiasis oral ini adalah mengeliminasi faktor-faktor
predisposisi yang menjadi penyebab timbulnya penyakit ini. 9

2.5 JENIS KARIES PADA KASUS

Karies gigi yang terjadi pada anak-anak atau balita dapat dijumpai berupa kerusakan gigi
yang parah mengenai sebagian besar giginya, akibat pemberian susu atau cairan manis di dalam
botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada permukaan gigi serta makanan manis dan lengket
lainnya. Kondisi yang memperparah terjadinya karies pada anak ini adalah karena ketidakpahaman
orang tua terhadap penyebab utama terjadinya karies tersebut, dimana karies tersebut dipicu oleh
pemberian larutan yang manis, seperti air susu, soft drink menggunakan botol, serta air susu ibu
yang cara pemberian, frekuensi serta intensitasnya kurang tepat. Lamanya larutan tersebut berada
di rongga mulut, seperti ketika anak tertidur sambil mengemut (mengedot) air susu dalam botol
ataupun air susu ibu lebih memperparah terjadinya karies, bahkan dapat terjadi rampan karies pada
gigi anak tersebut. Kejadian ini disebut dengan istilah early childhood caries, yang sering dijumpai
pada anak usia 71 bulan kebawah dengan kerusakan pada gigi insisivus atas, gigi moral, dan gigi
insisivus bawah.

8
Menurut American Dental Association (ADA), ECC ditandai dengan satu atau lebih
kerusakan gigi, baik lesi dengan kavitas atau tanpa kavitas, kehilangan gigi akibat karies, atau
penambalan permukaan gigi sulung. Penyakit ini juga dikenal sebagai karies susu botol , yang
merupakan sindroma kerusakan gigi yang parah dan terjadi pada bayi atau anak-anak, berkembang
dengan cepat dan mengakibatkan gangguan kesehatan yang panjang pada anak- anak. Karies susu
botol disebabkan oleh pemberian susu botol, ASI, ataupun cairan bergula termasuk karbohidrat
dalam waktu yang panjang selama beberapa jam sampai tertidur dan kadang-kadang sepanjang
malam. Karakteristik penyakit ini sangat khas karena tergantung dari erupsi gigi sulung, lamanya
faktor penyebab, dan gerakan otot. Terjadi sejak usia dini,segera setelah erupsi gigi, dengan ciri
khas berupa bitnik kecoklatan pada permukaan labial servikal enamel insisivus mmaksila. Bintik
ini berkembang karena adanya bakteri melanogenic yang merupakan tanda awal
ketidakseimbangan flora mulut.10

2.6 ETIOLOGI TERJADINYA KARIES DAN DENTAL EDUKASI YANG DAPAT


DIBERIKAN PADA ORANGTUA AGAR KARIES TIDAK BERLAJUT

Karies dianggap sebagai penyakit infeksi, mudah menjalar dan multifaktor yang
disebabkan oleh 3 faktor yaitu, mikroorganisme kariogenik, substrat kariogenik dan host, yaitu
gigi, yang rentan. Faktor-faktor tersebut berinteraksi dalam periode waktu tertentu dan
menyebabkan ketidakseimbangan dalam demineralisasi serta remineralisasi antara permukaan gigi
dan lapisan plak.1

Secara biologi ECC merupakan proses infeksi yang dikatalisis oleh pemaparan yang sering
dan dalam waktu lama dari susu, formula, dan jus buah terhadap permukaan gigi. Hal ini diawali
oleh kebiasaan membiarkan anak menggunakan botolnya saat tidur pada siang hari dan malam hari
terpapar cairan gula yang menyebabkan genangan berjam-jam di sekeling gigi bayi dan anak-anak.
Selanjutnya cairan gula berkontak dengan email gigi dan bergabung dengan bakteri seperti
Streptococcus mutans yang muncul setelah gigi pertama erupsi. Jadi gula berperan pada awal
perkembangan penyakit ini. Demineralisasi email dan dentin gigi disebabkan oleh produksi asam
yang dihasilkan oleh Steptococci mutans dan lactobacilli. Secara spesifik bakteri, asam, food

9
debris dan saliva bergabung membentuk subtansi berupa plak yang melekat pada gigi. Setiap anak
meminum cairan manis, asam akan menyerang gigi minimal 20 menit dan setelah penyerangan
asam tersebut, gigi mengalami kerusakan. Anak penderita ECC memiliki riwayat konsumsi gula
dalam bentuk cairan dalam waktu lama dan sering. Gula penyebab karies seperti sukrosa, glukosa
dan fruktosa yang terkandung dalam jus buah dan beberapa makanan formula bayi dengan mudah
diolah oleh Streptococcus mutans dan lactobacilli menjadi asam organik yang mengakibatkan
demineralisasi email dan dentin.1,11

Pencegahan karies harus dilakukan secepatnya ketika gigi susu anak telah erupsi yang
dapat dilakukan dengan beberapa cara :

1. Perawatan dengan fluor: Fluor diperoleh dari alam atau dari bentuk sediaan. Sumber
fluor alami yaitu air sumur, air kali, garam, ikan, dll. Dalam bidang kedokteran gigi,
penggunaan fluor untuk pencegahan karies yaitu penggunaan secara local dan sistemik.
Fluor masuk secara oral sehingga mempunyai efek topikal pada gigi. Penggunaan fluor
secara sistemik yaitu untuk mencapai permukaan email melalui proses pencernaan.
Cara ini berefek sejak saat sebelum erupsi dan sesudah erupsi. Penggunaannya melalui
air minum (PAM), tablet, dan obat tetes
2. Instruksi kebersihan mulut: Perawatan gigi anak sejak dini sangat penting untuk
menghidari proses kerusakan gigi, seperti karies rampan. Salah satu upaya dapat
dilakukan agar dapat menghindari terjadinya karies rampan yaitu menjaga kebersihan
mulut. Cara paling mudah dan umum dilakukan ialah dengan menyikat gigi secara
teratur dan benar; hal tersebut merupakan usulan yang dapat dilakukan secara pribadi.
1,4 3. Perawatan dengan fluor: Fluor diperoleh dari alam atau dari bentuk sediaan.
Sumber fluor alami yaitu air sumur, air kali, garam, ikan, dll. Dalam bidang kedokteran
gigi, penggunaan fluor untuk pencegahan karies yaitu penggunaan secara local dan
sistemik. Fluor masuk secara oral sehingga mempunyai efek topikal pada gigi.
Penggunaan fluor secara sistemik yaitu untuk mencapai permukaan email melalui
proses pencernaan. Cara ini berefek sejak saat sebelum erupsi dan sesudah erupsi.
Penggunaannya melalui air minum (PAM), tablet, dan obat tetes

10
3. Pemilihan diet: Diet adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi seharihari oleh
individu. Diet merupakan salah satu faktor utama permulaan perkembangan karies
sehingga pemilihan diet penting untuk diperhatikan. Orang tua terutama ibu harus
mencatat kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi anak sewaktu
dan diantara jam makan. Diet vitamin dalam bentuk suplemen dan obat mulut juga
harus dicatat. Orang tua dianjurkan untuk mengurangi frekuensi gula bagi anakanak
terutama diantara jam makan
4. Jangan membiarkan anak tertidur sambil minum melalui botol yang berisi susu
formula atau jus buah atau larutan yang manis.
5. Jika anak membutuhkan dot untuk pemberian makan yang regular pada malam hari
atau hingga tertidur, berilah anak dot bersih yang direkomendasikan oleh dokter gigi
atau dokter anak. Jangan pernah memasukkan dot dengan minuman yang manis.
6. Mulai berkunjung ke dokter gigi sejak tahun pertama kelahiran secara teratur. Jika anak
mempunyai masalah dengan giginya, segera periksakan ke dokter gigi. 11

2.7 PROSES TERJADINYA KARIES MENURUT KURVA STEPHEN

Pada pH fisiologis, saliva dan plak bersupersaturasi dengan baik pada hidroksiapatit
email. Namun, setelah mengkonsumsi makanan mengandung karbohidrat yang dapat difermentasi,
asam akan terbentuk dalam plak sehingga menyebabkan penurunan pH yang digambarkan dalam
kurva Stephan. Ketika pH mengalami penurunan, konsentrasi ion yang dibutuhkan untuk saturasi
meningkat, dan dalam rentang ph sekitar 5,6 jaringan akan mulai larut untuk menjaga saturasi ini. 12

Meskipun demikian, konsumsi makanan ini juga ternyata dapat meningkatkan aliran
saliva sehingga terjadi peningkatan kekuatan dapur saliva serta kemampuan pembersihan terhadap
gula dan asam yang tersisa dari plak di dalam rongga mumlut. Kedua hal ini akan mempengaruhi
peningkatan pH saliva dari kurva Stephan. Selama fase peningkatan pH saliva ke nilai normalnya
ini, plak secara bertahap akan tersupersaturasi dengan hidroksiapatit dan mineral yang sebelumnya
hilang dengan cepat akan tergantika kembali dengan cepat pula.12,13

11
Jenis gula seperti sukrosa dan glukosa bukan hanya memiliki kariogenitas yang tinggi,
tetapi juga sangat efektif dalam menimbulkan karies gigi. Segera setelah dikonsumsi, sukrosa akan
dengan cepat berdifusi ke dalam plak unutuk dimetabolisme oleh bakteri di dalamnya sehingga
menghasilkan asam organik. Produksi ini menyebabkan turunnya ph dengan cepat (2-5 menit)
hingga mencapai nilai di bawah 5 atau 4,5. Suasana asam ini akan bertahan cukup lama (16-21
menit) di dalam rongga mulut, sebelum akhirnya pH meningkat secara perlahan kembali ke nilai
normalnya (pH 6-7) dalam kurun waktu 1 jam. Pernyataan ini didasarkan atas percobaan yang
dilakukan oleh Stephan pada tahun 1994. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa lamanya waktu
yang dihabiskan untuk tetap bertahan pada pH dibawah 5,5 akan mendukung terjadinya
demineralisasi email.13

2.8 KEMUNGKINAN KELAINAN PADA GIGI 72, KELAINAN BERDASAR


GAMBARAN RADIOGRAFI, DAN KELAINAN BERDASAR ODONTOGENESIS
SERTA ETIOLOGINYA

Pada kasus, diketahui hasil rontgen foto gigi 72 terdapat mahkotanya dua dan akarnya juga
dua. Gigi 73 tidak terlihat. Ini merupakan salah satu bentuk dari malformasi gigi. Malformasi
adalah suatu proses kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau ketidaksempurnaan dari satu
atau lebih proses embriogenesis. Jenis malformasi dari anak tersebut jika dilihat dari gambaran
radiografinya adalah fusi.

12
Fusi gigi adalah kelainan perkembangan berupa penyatuan dua benih gigi berdekatan yang
merupakan hasilmutasi pada saat perkembangan embriologi gigi. Kejadian fusi sendiri lebih sering
pada gigi sulung dibandingkan gigi tetap, dengan insidens pada gigi sulung sekita 0,5% sedangkan
pada gigi tetap sekitar 0,1%. Pada gigi sulung sering terjadi pada regio anterior bawah.

Etiologi fusi masih belum dipahami secara menyeluruh. Namun terdapat dugaan bahwa
fusi terjadi akibat adanya tekanan atau gaya fisik yang menyebabkan terjadinya kontak pada saat
pembentukan gigi. Adanya kontak tersebut akan mengakibatkan terjadinya nekrosis jaringan epitel
yang memisahkan dua gigi sehingga terjadi fusi. Sedangkan dugaan lain adalh bahwa fusi terjadi
akibat persistensi lamina interdental dari dua benih gigi. Selain itu juga terdapat faktor genetik
deengan pola pewarisan autosomal dominan dengan penetrasi rendah.

Gambaran klinis fusi menunjukkan adanya ukuran mahkota gigi yang besar dan mempunya
berbagai bentuk termasuk multiple akar dan saluran akar. Hal ini tergantung pada tahap
perkembangan gigi saat terjadi penyatuan tersebut. Fusi benih gigi yang terjadi secara sempurna
ditandai dengan adanya bentuk mahkota klinis yang besar dan tanpa adanya groove yang jelas.
Keadaan ini terjadi pada tahap awal odontogenesis, yaitu kemungkinan sebelum proses kalsifikasi
jaringan gigi. Sedangkan fusi tidak sempurna adallh penyatuan Sebagian benah gigi. Secara klinis
ditandai oleh adanya groove yang membelah mahkota gigi, yang terjadi setelah pembentukan
mahkota. Secara radiografik,fusi gigi dapat memiliki saluran akar yang terpisah, menyatu
Sebagian, atau menyatu dengan sempurna.14

2.9 HUBUNGAN MOLAR DESIDUI PADA ANAK DAN PREDIKSI HUBUNGAN


MOLAR PADA PERIODE GIGI PERMANEN

Kedudukan rahang atas di tengkorak kepala lebih ke anterior dibandingkan rahang bawah.
Dengan alasan tersebut, hubungan oklusi gigi-gigi molar sulung dan tetap dapat merupakan suatu
untuk mencegah terjadinya keharmonisan skeletal. Kunci utama untuk mencegah terjadinya
maloklusi adalah memperoleh oklusi normal, dengan cara memandu erupsi molar-1 tetap, sehingga
posisi tonjol mesiobukal gigi molar-1 atas kontak masuk kedalam fosa bukal gigi molar-1 bawah.
Untuk itu, diperlukan peran serta hubungan kontak oklusi bidang permukaan distal gigi molar-2

13
sulung atas dan bawah yang ideal untuk memandu erupsi gigi molar-1 tetap aagar berada pada
hubungan ini. Dari kasus, sudah diketahui bahwa kelainan oklusi anak adalah distal step.

GAMBARAN DISTAL STEP DAN KELAS II ANGLE

Distal step adalah keadaan dimana permukaan distal gigi molar pertama permanen rahang
bawah berada lebih distal daripada molar kedua desidui rahang atas . Hubungan molar ini tidak
dapat terkoreksi lagi meskipun terbantu oleh Leeway space dan pertumbuhan rahang, hubungan
gigi molar pertama permanen yang akan erupsi akan menghasilkan relasi Klas II Angle. 15

14
BAB III

PENUTUP

Malformasi adalah suatu proses kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau
ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. Pada kasus, diketahui hasil rontgen
foto gigi 72 terdapat mahkotanya dua dan akarnya juga dua. Sehingga dapat disimpulkan babhwa
malformasi dari anak tersebut jika dilihat dari gambaran radiografinya adalah fusi,yaitu kelainan
perkembangan berupa penyatuan dua benih gigi berdekatan yang merupakan hasilmutasi pada saat
perkembangan embriologi gigi.14

Masalah yang paling umum dari seluruh masalah kesehatan pada masa kanak-kanak salah
satunya gigi berlubang atau karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit infeksius yang terjadi
pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh banyak faktor. Anak - anak memiliki pola karies
yang berbeda dengan orang dewasa. Karies pada anak biasanya terjadi pada gigi insisivus rahang
atas dan gigi molar pertama desidui. Karies pada anak - anak dikenal dengan istilah Early
Childhood Caries (ECC). Terjadinya Early Childhood Caries maupun karies secara umum
disebabkan oleh empat faktor etiologi utama, yaitu host (gigi dan lingkungan di dalam rongga
mulut), substrat, bakteri, dan waktu.
Selain karies botol, pasien anak pada kasus juga mengalami terdapat oedem dan kemerahan
pada gingiva gigi belakang dan lidah anak terdapat gambaran berwarna keputihan di dorsal lidah,
dan dapat mudah dibersihkan merupakan tanda-tanda kandidiasis oral. Gingivitis terjadi karena
kesehatan mulut yang tidak memadai yang biasanya ditandai dengan adanya kemerahan, bengkak
dan kecenderungan pendarahan pada gingiva. Penyebab-penyebab lokal terjadinya gingivitis
diantaranya deposit plak dan kalkulus di atas permukaan gigi, makanan yang terselip, gigi yang
berlubang, restorasi tepi gigi yang menggantung, dan tambalan gigi yang tidak pas. Kandidiasis
oral pada anak tersebut terjadi karena adanya perubahan flora normal di rongga mulut, iritasi lokal
yang bersifat kronis, pemakaian kortikosteroid, kurangnya menjaga kebersihan mulut, kehamilan,
penurunan kekebalan tubuh akibat virus, malnutrisi dan malabsorpsi. 6,7,8,9,10
Solusi untuk menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut anak adalah perhatian dan
pengetahuan orang tua dalam hal kebersihan dan kesehatan gigi sehingga dapat membersihkan dan
membiasakan anak menjaga kesehatan mulut dan giginya.11

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Fajriani, Handayani H. Penatalaksanaan Early Childhood Caries.


Dentofasial2011;10(3):179-83.
2. Suarniti LP. Pencabutan Dini Gigi Sulung Akibat Karies Gigi dapat Menyebabkan Gigi
Crowding. Jurnal Kesehatan Gigi2014;2(2):233-8.
3. Nasution M. Peran Gigi Geligi pada Rongga Mulut.Edisi Pertama. Medan : USU
Press,2018:157-63.
4. Kusumadewei S. Taksonomi dan Nomenklatur Gigi. Tesis.Bali: UNUD,2017:2-10.
5. Herniyati, Sutjiati R, Indriana T. Ukuran Gigi dan Tonjol Carabelli. IIJD2014;11(3):130-
4.
6. Diah, Widodorini T, Nugraheni NE. Perbedaan Angka Kejadian Gingivitis Antara Usia
Pra-Pubertas dan Pubertas di Kota Mlang. E-Prodenta Journal of Dentistry2018;2(1): 108-
15.
7. Puspaningrum EF, Hendari R, Mujayanto R. Ekstrak Cymbopogon Citratus dan Eugenia
Aromaticum Efektif untuk Penyembuhan Gingivitis. ODONTO Dental
Journal2015;2(2):47-51.
8. Sriani Y. Hubungan Plak dengan Status Gingiva pada Siswa SMP N 1 Banuhampu
Kabupaten Agam. Jurnal Ensiklopediaku;1(4):109-15.
9. Ulfa AF, Salim MB. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Oral Hygiene
(Kebersihan Mulut) dengan Kejadian Stomatitits pada Bayi. Jurnal EDU
HEALTH2015;5(1):14-9.
10. Fajriani, Handayani H. Penatalaksanaan Early Childhood Caries.
Dentofasial2011;10(3):179-83.
11. Mariati NW. Pencegahan dan Perawatan Karies Rampan. JBM2015;7(1):23-8.
12. Pratiwi DR, Putri DKT, Kaidah S. Efektivitas Penggunaan Infusum Daun Sirih (Piper betle
Linn) 50% dan 100% Sebagai Obat Kumur Terhadap Peningkatan Ph dan Volume Saliva.
DENTINO2014:2(2):167-73.
13. Kusumasari N. Pengaruh Larutan Kumur Ekstrak Siwak (Salvadora persica) Terhadap pH
Saliva. Tesis. Semarang: UNDIP,2012:13-8.
14. Nuraeni N, Soemartono SG, Rizal MF. Fusi Gigi Sulung pada Regio Anterior Rahang
Bawah. IJD2006:117-9.

16
15. Muljono G. Molar Dua Sulung Sebagai Salah Satu Pencetus Maloklusi di Tinjau Secara
Radiografis. JDUI1995;2(2):9-17.

17

Anda mungkin juga menyukai