BLOK 5 MODUL 3
Salsabilla Ariesa
UNAND
TA 2019/2020
1
MODUL 3
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GIGI
SKENARIO 3:
Nono 8th datang ke RSGM bersama ibunya untuk memeriksakan gigi depannya yang terlihat
lebih besar dibanding gigi sebelahnya. Dari hasil pemeriksaan terlihat kalau gigi 11 Nono besar
seperti dua gigi dan 12 tidak ada. Drg menjelaskan bahwa pada gigi Nono terjadi fusi atau
penggabungan dua gigi yang merupakan salah satu anomali pertumbuhan dan perkembangan
gigi. Selain itu, gigi molar sulung Nono juga banyak mengalami kaies, sehingga drg
menyarankan dilakukan perawatan untuk mencegah terjadinya gangguan erupsi gigi permanen.
Karena gangguan erupsi akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan oklusi
rahang. Drg menyarankan agar Nono menjaga kebersihan giginya dan lebih banyak
mengonsumsi makanan yang baik bagi kesehatan giginya.
Bagaimana saudara menjelaskan yang dialami Nono?.
TERMINOLOGI:
1. ANOMALI GIGI
2. OKLUSI
3. ERUPSI
DEFINISI
1. - Bentuk gigi yang menyimpang dari bentuk aslinya
- Penyimpangan/kelainan
2. - Pertemuan antara gigi maksilla dan mandibular
- Kontak rahang atas dan rahang bawah
2
- Hubungan statis antara gigi atas dan bawah selama interaksi secara maksimal
3 -.Proses fisiologis berupa pergerakan gigu hingga mencapai oklusal
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana fase pertumbuhan dan perkembangan gigi?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi?
3. Bagaimana tahap perkembangan dari oklusi?
4. Apa saja ciri-ciri oklusi ideal gigi susu?
5. Bagaimana hubungan tumbuh kembang gigi dengan oklusi rahang?
6. Apa saja bentuk abnormalitas gigi?
7. Apa saja faktor penyebab anomalI gig ni?
8. Apa saja cara mencegah terjadinya anomali gigi?
9. Apa saja faktor penyebab karies?
PEMBAHASAN
1.Faktor tumbuh kembang gigi
Inisiasi&budstage
Cup stage
Belt stage
Kalsifikasi gigi
Erupsi gigi
3
Ektopik erupsi
Ankylosis predecessor
Supernumerary
Tumor
Kista
beroklusi seluruhnya pada usia tiga tahun. Pada periode ini lengkung gigi pada umumnya
berbentuk oval dengan gigitan dalam deep bite pada overbite dan overjet dan dijumpai adanya
generalized interdental spacing (celah diantara gigi geligi). Gigi pertama yang bererupsi dan
membentuk kontak oklusal adalah gigi insisifus, yang idealnya menduduki posisi oklusal. Posisi
yang ideal untuk gigi geligi insisifus sulung umumnya dinyatakan sebagai lebih vertikal daripada
gigi insisifus tetap, dengan overbite insisal yang lebih dalam. Gigi geligi insisifus bawah pada
kondisi ini akan berkontak dengan daerah singulum dari insisifus atas pada oklusi sentrik. Celah
Sesudah insisifus bererupsi, gigi molar pertama sulung akan menyusul, bererupsi
sampai ke kontak oklusi. Gigi geligi ini akan membuat kontak oklusal sehingga molar bawah
Gigi geligi kaninus juga akan menyusul bererupsi ke kontak oklusi. Pada situasi ideal,
akan ada celah disebelah mesial dari kaninus atas dan disebelah distal dari kaninus bawah,
4
tempat ke arah mana gigi kaninus antagonis berinterdigitasi. Celah seperti ini yang merupakan
Gigi yang terakhir bererupsi ke hubungan oklusi pada gigi geligi sulung adalah molar
kedua. Gigi ini bererupsi sedikit renggang dari molar pertama, namun celah ini dengan cepat
akan menutup melalui pergerakan molar kedua ke depan, yang akan menduduki posisi
sedemikian rupa sehingga permukaan distal dari gigi molar kedua atas dan bawah berada pada
Foster (1982) membagi tiga tahap perkembangan oklusi gigi geligi permanen : 16
1. Tahap 1 : Tahap erupsi molar pertama dan insisifus permanen ( usia 6-8 tahun )
2. Tahap 2 : Tahap erupsi kaninus, premolar dan molar kedua ( usia 10-13 tahun)
5
Nutrisi cukup
Menjaga kebiasaan buruk
9. Faktor penyebab karies:
Bentuk gigi
Factor jumlah saliva
Waktu
Makanan
Mikroorganisme
Perilaku membersihkan gigi.
agent substrat
6
Langkah 5 : Menentukan Skema
TUMBANG GIGI
Jenis pencegahan
1) Faktor Sistemik
a) Hypothiroidism
7
Congenital hypothyroidism.
Terjadi pada saat lahir dan masa pertumbuhan, jika tidak terdeteksi akan
menyebabkan cretinisme.
Tidak berkembangnya kelenjar tiroid dan kurangnya jumlah hormon
tiroid.
Terlambatnya erupsi gigi desudui, exfoliasi gigi desudui dan erupsi gigi
tetap.
Ukuran gigi normal tapi crowding karena rahang yang kecil.
Lidah besar, open bite, dan flaring gigi anterior.
b) Hypopituitarism
Terlambatnya erupsi gigi.
Pada kasus yang parah, gigi desidui tidak resorpsi, tetapi tetap tinggal
sepanjang hidup.
Gigi permanen terus berkembang, tetapi tidak erupsi.
Ekstraksi gigi desidui tidak diindikasikan jika erupsi gigi permanen tidak
bisa dipastikan.
c) Juvenile hypotiroidism.
Malfungsi kelenjar tiroid, pada umur 6-12 tahun.
Terlambatnya exfoliasi gigi desidui dan erupsi gigi permanen.
Perkembangan gigi anak usia 14 tahun sama dengan anak umur 9-10 tahin.
d) Achondroplastic dwarfism
Terdiagnosa saat lahir
Pertumbuhan ekstremitas tulang terbatas sebab kurangnya kalsifikasi pada
kartilago tulang panjang.
Kurangnya pertumbuhan basis cranial.
Maksila kecil, gigi crowding, dan cenderung open bite.
8
e) Cleidocranial dysplasia
Mandibular prognati, mandibular panjang, dan basis cranial pendek.
Perkembangan gigi terlambat dan barulengkap usia 15 tahun.
Terdapat gigi supernumerer.
f) Down sindrom
Anomali kongenital dengan keterlambatan erupsi.
Gigi desidui pertama muncul umur 2 tahun dan baru lengkap umur 5
tahun.
Gigi desudui masih ada sampai umur 15 tahun.
Kurangnya pertumbuhan maksila dan mandibula.
Protrusi lidah dan crowding.
Lidah lebih besar dari normal.
Prevalensi dan keparahan penyakit periodontal lebih tinggi.
Kejadian karies gigi rendah baik pada gigi desidui maupun permanen.
g) Sifilis
Menyebabkan kelainan bentuk gigi, terutama sifilis kongenital.
2) Faktor Lokal
a) Posisi gigi salah/menyimpang.
b) Tidak adanya space pada lengkungan.
c) Ektopik erupsi.
d) Tidak ada benih gigi kongenital.
e) Ankylosis predecessor.
f) Sisa akar desidui.
g) Pembentukan gigi terhenti(trauma).
h) Supernumerary.
9
i) Tumor.
j) Kista
k) .Gigi Geligi susu bercelah. Jika gigi-geligi susu bererupsi dengan insisivus yang
tersusun renggang-renggang akan ada kemungkinan yang lebih baik bahwa gigi
geligi tetap tidak akan berjejal ketimbang jika gigi-geligi sulung bererupsi tanpa
adanya celah di antara insisivus. Foster dan Grundy (1986) memperlihatkan
bahwa tanpa adanya celah di antara gigi-geligi susu, 75% kemungkinan terjadinya
gigi tetap berjejal. Meskipun demikian, tetap ada variasi individual pada kasus
berjejalnya gigi tetap bahkan walauppun gigi-geligi sulungnya bercelah, dan
khususnya jika gigi-geligi tetap jauh lebih besar dibandingkan gigi-gigi sulung
yang tergantikan.
l) Perubahan Dimensi. Panjang dental arches dan perimeter berkurang secara
signifikan. Fisk menemukan bahwa perimeter mandibula berkurang 5mm antara
usia 9-15 tahun. Pada periode yang sama, lebar mandibula bertambah 1-2mm tapi
penambahan ini lengkap pada tiap lengkung pada umur 12 tahun.
m) Perubahan occlusal. Dengan perubahan occlusal, baik overbite dan overjet dapat
berkurang. Bjork menemukan jika perubahan hubungan sagital pada pertumbuhan
gigi bisa berhubungan pada pertumbuhan rahang.
n) Susunan gigi pada rahang. Incicivus bawah dan akar molar mengarah miring ke
bawah. Akar dari gigi di maksila, anterior sampai molar 2 mengarah ke posterior
dan ke dalam. Akar dari maksila lebih vertical dari pada lawannya di rahang
bawah.
o) Tidak ada gigi yang rotasi.
p) Memiliki kontak yang baik.
q) Besar lengkung rahang atau gigi. Rahang atas memilliki ukuran yang lebih besar
daripada rahang bawah.
3) Faktor genetik : pengaruh terbesar dalam waktu erupsi dan urutan erupsi
4) Ras : waktu erupsi orang eropa lebih lambat dari orang amerika kulit hitam.
5) Jenis kelamin : waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibadingkan anak laki-laki.
6) Factor lingkungan :
Social ekonomi
10
Nutrisi : Ca, P, flor, dan Vitamin. Selama anak dalam kandungan, ibu harus
memperoleh cukup kalsium, fosfor, dan vitamin. Karena berpengaruh terhadap
tumbuh kembang gigi.
7) Agen fisik
Bila gigi desidui hilang sebelum gigi permanen pengganti mulai erupsi (mahkota
terbentuk sempurna dan akar mulai terbentuk), tulang akan terbentuk diatas gigi
permanen, menyebabkan erupsi terlambat, terlambatnya erupsi akan menyebabkan
gigi yang lain bergeser ke arah ruang yang kosong.
Jenis makanan
8) Kebiasaan buruk
Menjulurkan lidah.
11
Mengisap dan menggigit bibir
Mengisap bibir dapat sendiri atau bersamaan dengan mengisap ibu jari. Dapat
dilakukan pada bibir atas atau pada bibir bawah. Bila dilakukan dengan
bibir bawah maka maloklusi yang ditimbulkan adalah labioversi gigi depan atas,
open bite, lunguoversi gigi depan rahang bawah.
Menggigit kuku
12
Ciri-ciri:
Hubungan anteroposterior dari gigi molar disebut terminal plane. Menentukan
hubungan terminal plane pada periode gigi desidui merupakan hal baik kerena
erupsi gigi M1 permanen sangat bergantung pada pada kontak permukaan distal
gigi M2 desidui pada RA dan RB.
Jumlah gigi 20 buah.
Gigi yang pertama erupsi dalah insisivus. Dimana posisi ideal dari gigi ini adalah
lebih vertical dibanding gigi insisivus permanen, over bite/ tumpang gigit dalam.
Gigi terakhir erupsi M2 desidui, gigi ini erupsi sedikit lebih renggang dari M1
desidui. Namun celah akan akan ccepat menutup melalui pergerakan M2 ke
depan sehingga M2 atas dan bawah akan berada pada bidang vertical oklusi yang
sama.
Bentuk lengkung gigi pada gigi desidui berbetuk oval dan celah/space biasanya
terjadipada segmen anterior. Beberapa tipe space pada gigi desidui:
Interdental spacing: space yang terdapat pada segmen gigi anterior untuk
persiapan erupsi gigi I1.
Primate spacing: space spesifik yang terdapat di distal gigi caninus desidi
RB dan di mesial caninus RA.
Leeway space: space yang ada akibat adanya selisih besarnya jumlah
ukuran mesiodistal gigi C, P1, dan P2 yang bermanfaat saat pergantian
gigi-gig susu dengan pergantian gigi permanen.
13
3) Periode Gigi Bercampur ( Mix Dentition Stage).
Adanya gigi desidui dan gigi permanen berada dalam rongga mulut.
Periode ini ditandai dengan erupsinya gigi molar satu permanen pada umur 6
tahun.
Diikuti dengan erupsinya gigi insisvus sentralis permanen mandibular dan
kemudian insisivus lateralis permanen mandibular pada umur 7-8 tahun.
Oklusi pada fase gigi bercampur bersifat sementara dan tidak statis seningga
memungkinkan terjadinya maloklusi.
Pada saat oklusi gigi atas terletak lebih ke labial dan bukal daripada gigi bawah.
Insisivus berprolinasi dan gigi posterior bukoklinasi.
Semua gigi permanen mempunyai kontak dengan dua gigi antagonisnya, kecuali
insisivus sentral bawah dan molar dua atas.
Tumpang gigit dan jarak gigit 1-3 mm.
Celah dan kondisi berjejal. Kondisi gig yang sering berjejal biasanya I2, C, P2,
dan M3.
Hubungan anteroposterior bisa terbentuk hubungan klas 2atau klas 3. Variasi pada
inklinasi insisivus,\.
Hubungan vertikal, variasi over bite insisal dan hubungan gigi-gigi bukal.
Hubungan lateral, perkembangan gigitan terbalik.
14
Posisi gigi individual. Pada kondisi ini gigi caninus biasanya bererupsi pada
hubungan bukal terhadap lengkung rahang.
15
Definisi Hiperdonsia atau dens supernumerary atau supernumerary teeth yaitu
adanya satu atau lebih elemen gigi melebihi jumlah gigi yang normal, dapat terjadi
pada gigi sulung maupun gigi tetap.
Berdasarkan lokasinya gigi berlebih dapat dibagi yaitu :
a. Mesiodens
Lokasinya di dekat garis median diantara kedua gigi insisivus sentralis terutama
pada gigi tetap rahang atas. Jika gigi ini erupsi biasanya ditemukan di palatal atau
diantara gigi-gigi insisivus sentralis dan paling sering menyebabkan susunan yang
tidak teratur dari gigi-gigi insisivus sentralis. Gigi ini dapat juga tidak erupsi
sehingga menyebabkan erupsi gigi insisivus satu tetap terlambat, malposisi atau
resobsi akar gigi-gigi insisivus didekatnya
b. Laterodens
Laterodens berada di daerah interproksimal atau bukal dari gigi-gigi selain
insisivus sentralis.
2) UKURAN GIGI
a. Makrodonsia
Definisi : Makrodonsia yaitu suatu keadaan yang menunjukkan ukuran gigi lebih
besar dari normal.
16
a.penderita makrodonsia.
b. Mikrodonsia
Definisi : Yaitu suatu keadaan yang menunjukkan ukuran gigi lebih kecil dari
normal. Bentuk koronanya (mahkota) seperti conical atau peg shaped.
b. penderita mikrodonsia.
3) WAKTU ERUPSI
a. Natal Teeth
Banyak istilah yang digunakan untuk menerangkan gangguan waktu erupsi gigi
sulung yang erupsi sebelum waktunya.
a. gigi natal
17
b. Teething
Menurut Burket, definisi teething yaitu suatu proses fisiologis dari waktu erupsi
gigi yang terjadi pada masa bayi, anak dan remaja (sewaktu gigi molar tiga akan
erupsi) yang diikuti dengan gejala lokal maupun sistemik.
c. Kista Erupsi
Definisi : Kista erupsi atau eruption cyst adalah suatu kista yang terjadi akibat
rongga folikuler di sekitar mahkota gigi sulung/tetap yang akan erupsi
mengembang karena penumpukan cairan dari jaringan atau darah.
c. kista erupsi.
4. BENTUK GIGI
Gigi Ganda
Definisi : Gigi ganda yaitu penyatuan (fusi) dua benih yang sedang berkembang
atau terbelahnya (partial dichotomy atau geminasi) benih gigi, sehingga terdapat
dua gigi yang bersatu.
18
a. .gigi ganda pada gigi susu dan tetap
Malformasi Insisivus Dua Atas
Insisivus dua atas sering mempunyai bentuk dan ukuran yang tidak normal yang
disebut dengan Peg Shaped .
Dilaserasi
Definisi: Bentuk akar gigi atau mahkota yang mengalami pembengkokan yang
tajam (membentuk sudut/kurve) yang terjadi semasa pembentukan dan
perkembangan gigi tahap/fase kalsifikasi.
c. dilaserasi mahkota.
19
c. dilaserasi akar.
5. Diskolorasi
Definisi : Yaitu terjadinya penyimpangan warna gigi secara klinis. Sejauh ini
tidak ada metode kuantitatif untuk menilai warna gigi yang abnormal. Pada masa
gigi bercampur, warna gigi tidak sama dengan gigi tetap, perbedaan ini jelas
terlihat.
6. Stuktur Gigi
a) Enamel
Amelogenesis imperfect
Ada 3 bentuk dasar amelogenesis imperfect:
Hipoplastik: terjadi akibat kerusakan pada pembentukan matriks
enamel.
Hipokalsifikasi: terjadi akibat kerusakan mineralisasi deposit
matriks enamel
Hipomaturasi: terjadi akibat gangguan pada perkembangan atau
pematangan enamel.
20
Hipolansia enamel: gangguan akibat tidak lengkapnya pembentukan
enamel.
b) Dentin.
Dentingenesis imperfect: pada anomali gigi berwarna biru keabu-abuan,
enamel cenderung terpisah dengan dentin yang cenderung lunak, dentin
tipis.
Dentin dysplasia: kelainan pada dentin yang melibatkan sirkum pulpa
dan dentin dan mofologi akar sehingga akar terlihat pendek.
c) Sementum
Terjadi penumpukan sementum akibat pembentukan sementoblast yang berlebihan
sehingga menyebabkan sementum bersatu dengan ligament periodontal.
1. Nutrisi
Seorang ibu sedajg hamil harus mencukupi kebutuhan gizinya berupa
- gizi mayor
Karbohidrat, lemak, protrin
- Zat gizi miminor
- Vitamin larut dlm air : vit B dan vit C
- Vitamin arut dalam lemak : vit ADEK
2. Kebiasaan
bagi ibu yg sedang hamil dilarang melakukan iegiatan secara berlebihan karena dapat
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan bayinya. Selain itu, ibu yg sedang
hamil harus tetap menjaga kesehatan tubuhnya dengan melakukan olahraga hamil secara
teratur
a. Email
21
Email aus akibat pengunyahan,warna lebih gelap karena penambahan bahan organik atau
warna dentin yang terlihat karena menipisnya lapisan email,kandungan air email
berubah,seperti penambahan kandungan flour pada lingkungan mulut.
b. Dentin
Reaksi kompleks dentin pada proses penuaan ialah terjadinya pembentukan
● Dentin sekunde, yang merupakan kelanjutan dentinogenesis serta reduksi jumlah
odontoblas
● Dentin tersier, respon rangsangan dan odontoblast berdesakan serta tubulus dentin
bengkok
● Dentin skletorik, karies terhenti / berjalan sangat lambat dan tubulus dentin
menghilang
● Dead tracks,tubulus dentin kosong.
c. Pulpa
Peningkatan kalsifikasi jaringan pulpa,penurunan komponen seluler dan
vaskuler,peningkatan kolagen jaringan pulpa,dapat terjadi pengapuran yang tidak
teratur,dan terjadi pengurangan jumlah dan penurunan kualitas dari dinding pembuluh
darah dan saraf vaskularisasi dan inervasi pulpa menurun reaktifitas pulpa berkurang.
d. Tulang alveolar
Setelah tanggalnya gigi geligi ,tulang alveolar disekitar gigi geligi dan songketnya
perlahan lahan akan teresorbsi pada kedua belah rahang. Terjadi reabsobsi dari proc.
Alveolaris,terutama setelah pencabutan gigi dan reabsobsi tulang alveolar menyebabkan
pengurangan jumlah tulang akibat kerusakan tulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusnoto H. Ortodonti III. Oklusi dari Gigi Geligi. Edisi 5. Diktat bagian Ortodonti FKG
Trisakti, Jakarta 1978: 13-19, 130-135.
2. http://ocw.usu.ac.id/course/download/611-PEDODONSIA-DASAR/kgm-
427_slide_kelainan_gigi_akibat_gangguan_pertumbuhan_dan_perkembangan.pdf
3. https://adoc.tips/download/bab-ii-kelainan-gigi-geligi.html
4. https://id.scribd.com/doc/282710393/Makalah-Anomali-Gigi
5. https://id.scribd.com/doc/136830013/Proses-Penuaan-Jaringan-Rongga-Mulut
6. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/11/respon_jaringan_terhadap_gigi_tiruan_lengkap.pdf
7. http://cendrawasih.a.f.staff.ugm.ac.id/wp-content/buku-ajar-orto-i-th-2008.pdf
22
23