Kondisi ketidakteraturan gigi terkadang menjadi polemik bagi sebagian kalangan. Salah satu ketidakteraturan tersebut adalah gigi berjejalan atau yang sering disebut dengan crowding teeth. Dalam dunia kedokteran gigi crowding teeth ini merupakan maloklusi yang disebabkan tidak proporsionalnya dimensi mesiodistal secara keseluruhan dari gigi geligi dengan ukuran maksila atau mandibula sehingga akan mengakibatkan perubahan lengkung gigi. Karena maloklusi disebabkan oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi jaringan sekitar mulut dan tubuh secara keseluruhannya. Maloklusi ini sering dijumpai pada pasien anak-anak dalam tugas dokter gigi baik di klinik maupun di praktek pribadi Maloklusi atau anomaly dentofasial merupakan suatu penyimpangan dalam pertumbuhan dentofasial yang dapat mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, bicara dan keserasian wajah. Sama seperti maloklusi crowding teeth mengganggu fungsi penyunyahan, bicara, estetik juga mengakibatkan terjadinya penyakit gigi dan jaringan gusi. Dalam keadaan yang yang parah crowding teeth ini dapat mengakibatkan cacat wajah sehingga dapat mengakibatkan gangguan psikologis bagi para penderitanya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gigi berdesakan atau crowding teeth? 2. Apa saja faktor yang menyebabkan gigi berdesakan atau crowding teeth? 3. Apa dampaknya apabila seseorang mempunyai gigi yang berdesakan? 4. Bagaimana cara pencegahan tentang gigi berdesakan? 5. Bagaimana cara perawatan gigi yang berdesakan? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui pengertian gigi berdesakan. 2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan gigi berdesakan. 3. Mengetahui dampak dari seseorang yang mempunyai gigi berdesakan. 4. Mengetahui cara mencegah agar tidak mempunyai gigi yang berdesakan. 5. Mengetahui cara merawat gigi yang berdesakan. BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gigi Berdesakan
Gigi berdesakan atau crowding teeth secara umum dapat dikatakan sebagai suatu keadaan dimana terjadi disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran rahang dan bentuk lengkung. Tiga keadaan yang memudahkan lengkung gigi menjadi berdesakan adalah lebar gigi yang besar, tulang basal rahang yang kecil atau kombinasi dari gigi yang lebar dan rahang yang kecil. Dalam penelitian ditemukan bahwa pada kasus dengan gigi yang lebih kecil, daripada kasus tanpa atau sedikit gigi berdesakan. Usia dimana gigi bertambah berdesakan adalah usia antara 13-14 tahun, dan mungkin akan berkurang. Dalam penelitian ditemukan gigi berdesakan terbanyak ditemukan pada usia 9 tahun, sedangkan peneliti lain menemukannya pada usia 12- 13 tahun. Peneliti menghubungkan timbulnya masalah ini dengan adanya perubahan pada individu selama selama proses perkembangan. Keadaan gigi berdesakan pada akhir masa pertumbuhan dapat terjadi pada individu yang pada mulanya mempunyai lengkungan gigi yang baik dan keadaan ini akan bertambah parah jika sejak awal usia pertumbuhan keadaan giginya telah berdesakan. (http://itakurnia.blogspot.com, diakses 3 September 2009) Tiga teori utama untuk menghitung crowding ditentukan oleh: 1. Kekurangan “atnisi normal” pada makanan modern. Jika sebuah pemendekan dan lengkung panjang dan sebuah migrasi mesial dan molar dan tetaplah sebuah gejala alami. Hal itu akan terlihat beralasan bahwa crowding akan berkembang jika banyaknya struktur banyaknya gigi tidak dikurangi selama tahap akhir perkembangan. 2. Tekanan dari molar 3. Akhir crowding berkembang pada kira-kira saat molar 3 akan erupsi. 3. Pertumbuhan mandibula yang terlambat sebagai sebuah hasil dari gradient capalocaudal dari pertumbuhan. Mandibula dapat tumbuh dan bekerja lebih fokus pada akhir remaja dibandingkan dengan maksila. ( Prijatmoko, Dwi, dkk.2002)
2.2 Faktor-faktor yang Menyebabkan Gigi Berdesakan
Faktor-faktor yang menyebabkan gigi berdesakan pada rongga mulut dibagi menjadi 2 antara lain adalah sebagai berikut: A. Penyebab Tidak Langsung 1) Faktor Genetik Gigi berjejalan berhubungan erat dengan genetika karena banyaknya maloklusi yang disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya: pada pria yang mempunyai gigi dan rahang besar menikah dengan wanita yang gigi dan rahangnya kecil, maka anaknya memiliki gigi yang berjejal-jejal. Hal ini disebabkan gigi dari ayahnya dan lengkung rahang dari ibunya tidak serasi. (Salzman, J. A, 1957) 2) Faktor Skeletal Faktor skeletal yaitu bentuk tulang di rahang atas dan rahang bawah yang mempengaruhi bentuk wajah, seperti bentuk rahang atas yang menonjol ke depan sehingga gigi-gigi tampak maju dan bentuk wajah menjadi cembung. Atau sebaliknya rahang bawah yang lebih pesat pertumbuhannya dibandingkan rahang atas, sehingga bentuk wajah menjadi cekung, dan terjadi gigitan terbalik. 3) Faktor Kongenital Pertumbuhan dan perkembangan juga mempengaruhi keadaan gigi anak sejak dalam kandungan yang disebut kelainan kongenital. Dengan kata lain kelainan kongenital adalah kelainan yang disebabkan oleh gangguan yang dialami bayi sewaktu masa kehamilan. Kelainan kongenital ini disebabkan karena: a. Faktor keturunan b. Gangguan nutrisi, misal gangguan nutrisi pada ibu c. Kelainan endokrin d. Gangguan nutrisi pada bayi dalam kandungan e. Penyakit f. Gangguan mekanik, misalnya truma sewaktu ibu hamil yang bersifat fisik misalnya terjatuh. Hal ini bisa terjadi pada kehamilan ketiga dimana prosesus maksilaris kiri dan kanan belum bertemu dan kemudian terjadi trauma, pada saat ini maka si anak yang lahir akan mengalami cacat. g. Radiasi yang berlebihan pada wanita hamil, misalnya terkana sinar-X atau sinar inframerah lainnya. Sinar-sinar ini mempunyai efek terhadap sel-sel yang masih muda. 4) Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin a. Kelenjar endokrin berfungsi menghasilkan hormon dalam tubuh untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Termasuk kelenjar pituitary, thyroid dan parathyroid. Apabila ada kelainan pada kelenjar-kelenjar tersebut, maka dapat terjadi gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan tubuh termasuk rahang dan gigi. 5) Penyakit Misalnya penyakit Thalasemia. Anak Thalasemia mengalami hambatan tumbuh kembang fisik (berat dan tinggi badan kurang) serta hambatan pertumbuhan tulang penyangga gigi. Rahang bawah pendek sehingga muka bagian atas tampak maju. Pertumbuhan vertikal juga terganggu sehingga tampak divergen, muka lebih cembung. Wajah tidak proporsional, pipi lebih tinggi, jarak kedua mata lebih lebar. B. Faktor Langsung 1) Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya Gigi sulung tanggal sebelum waktunya yang disebabkan oleh karies. Kemudian pada usia 6 tahun, molar pertama sudah mulai tumbuh. Jika molar kedua sulung sudah mulai tumbuh. Jika molar kedua sulung sudah hilang karena terpaksa dicabut sehingga tempatnya akan terisi molar pertama tetap dan inklinasi. Molar pertama tetap miring ke mesial, maka gigi premolar pertama dan kedua yang akan tumbuh tidak mempunyai tempat karena sudah terisi oleh molar pertama tetap, akibatnya gigi premolar pertama dan kedua akan bererupsi diluar lengkung gigi. Oleh karena itu, penting mencegah tanggalnya gigi sulung sebelum waktunya. (Houston, W. J. B,1989) 2) Gigi yang tidak tumbuh/tidak ada. Molar ketiga biasanya tidak ada tetapi tidak selalu menimbulkan maloklusi. Premolar kedua atau insisivus kedua atas pada 5% anak tidak terbentuk. Tentu saja keadaan ini penting secara ortodonti dan harus diputuskan apakah ruang harus diganti atau diganti dengan protesa. (Houston, W. J. B,1989) 3) Gigi yang berlebih (Supernumery Teeth) Gigi supernumeri sering ditemukan didekat garis tengah rahang atas atau dikenal dengan sebutan mesiodens. Gigi ini dapat menghalangi erupsi atau menggeser insisivus pertama tetap. Gigi mesioden tersebut timbul dalam lengkung gigi, akan menyebabkan gigi berdesakan (crowding). .(Houston, W. J. B,1989) 4) Tanggalnya gigi tetap Tanggalnya gigi tetap karena trauma, karies atau penyakit periodontal berakibat buruk terhadap oklusi. Keadaan ini dapat menimbulkan kelainan oklusi jika gigi-gigi tersebut dicabut setelah usia 10 tahun. Penutupan ruang teutama pada rahang bawah yang tidak memuaskan akan mengakibatkan gigi-gigi di sekitar daerah pencabutan akan tumbuh miring. (Houston, W. J. B,1989). 5) Gigi susu tidak tanggal walaupun gigi tetap penggantinya telah tumbuh (persistensi) Gigi persistensi yaitu gigi sulung yang belum tanggal pada waktunya sehingga gigi tetap yang akan bererupsi mulai muncul keluar kemudian gigi tetap yang akan bererupsi mulai muncul keluar kemudian gigi tetap ini akan mencari arah dicabut, karena kalau tidak dicabut akan menimbulkan maloklusi pada gigi penggantiannya. 6) Bentuk gigi tetap tidak normal Bentuk gigi tetap tidak normal.maksudnya bentuknya gigi tidak teratur yaitu ada yang besar dan ada yang kecil. Jika gigi yang tumbuh besar dan rahangnya kecil maka gigi tumbuh berdesakan, kemudian apabila gigi yang tumbuh kecil rahangnya besar maka akan mengakibatkan gigi tersusun diastema. .(Houston, W. J. B,1989)
2.3 Dampak Apabila Seseorang Menderita Gigi Berdesakan Crowding Teeth
Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan karena gigi berdesakan antara lain, yaitu : 1) Rasa percaya diri berkurang 2) Kesehatan gigi dan mulut akan terganggu 3) Fungsi pengunyahan dapat terganngu karena terjadi maloklusi gangguan pada gigi-gigi yang saling berhubungan. 4) Dapat mengakibatkan penyakit periodontal karena penimbunan sisa makanan dan kesulitan pembersihan. 5) Dapat mengakibatkan kerusakan pada gigi-gigi. 2.4 Cara Pencegahan Mengenai Gigi Berdesakan atau Crowding Teeth Untuk mencegah gigi berdesakan ataupun maloklusi pada pengertian yang benar, ini akan menjadi suatu hal yang penting untuk memberikan pengetahuan tentang pengertian faktor etiologi dari maloklusi serta crowding teeth tersebut. Selain itu kesadaran, kemampuan yang dimiliki oleh seseorang tentang faktor genetik yang terjadi pada keluarga besar sebelumnya juga dapat dijadikan acuan untuk mengontrol pertumbuhan serta perkembangan dan fungsi-fungsi organ pada saat pre-natal, kongenital maupun post natal agar terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan. Dengan kata lain untuk mencegah terjadinya kelainan-kelainan yang tidak diharapkan. Kemudian pengawasan terhadap kebiasaan anak-anak juga penting untuk diamati, khususnya bagi para orang tua harus dapat mengontrol dan mengawasi lingkungan dimana anak-anaknya tumbuh. Kewajiban orang tua untuk memperhatikan anaknya untuk tidak melakukan kebiasaan buruk juga mendukung pencegahan terjadinya maloklusi maupun gigi berdesakan. Karena maloklusi dan gigi berdesakan ini dapat dicegah sebelum terjadi.
2.5 Cara Perawatan Gigi Berdesakan atau Crowding Teeth
Perawatan crowding teeth tidak lepas dari perawatan orthodonti. Perawatan orthodonti ini menggunakan semacam kawat. Kawat orthodonti ini adalah suatu alat yang digunakan untuk memperbaiki susunan gigi yang crowded, sesak, atau tidak teratur, agar didapatkan susunan gigi yang baik atau normal kembali. Tujuan perawatan orthodonsi adalah untuk mendapatkan oklusi (hubungan antara gigi-gigi di rahang atas dan rahang bawah) yang tepat atau baik, yang sehat secara fungsional, estetik memuaskan dan stabil. Perawatan orthodonti ini pastinya menggunakan alat-alat yang mendukung prosesnya agar berjalan lancar. Macam- macam perawatan orthodonti dapat dilakukan dengan menggunakan dua macam alat: a. Orthodonti lepasan (removable appliance) terdiri dari pelat akrilik dengan kawat retensi (cangkolan) serta spring-spring dan kadang-kadang dilenkapi dengan sekrup. b. Orthodonti tetap (fixed appliance), tidak seperti halnya orthodonti lepasan dapat dibuka atau dilepas oleh pasien, pesawat tetap tidak dapat dilepas atau dipasang sendiri oleh pasien tetapi harus oleh operator atau dokter gigi.