PEMICU 1
“Gigi Saya Ngilu Dok…”
KELOMPOK 1
FASILITATOR
Cut Nurliza, drg., M.kes., Sp.KG(K)
Kasus :
Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke RSGM USU dengan
keluhan ingin menambal gigi belakang yang terasa ngilu ketika makan.
Anamnesis menunjukan ada rasa ngilu ketika minum dan makan yang dingin
pada gigi tersebut sejak 2 minggu yang lalu sehingga pasien sulit menguyah.
Pemeriksaan objektif terlihat gigi 16 adanya karies dengan kedalaman mencapai
dentin (klasifikasi ICDAS 5) pada bagian mesial dan mencapai oklusal. Pasien
ingin melakukan penambalan sewarna gigi. Tes vitalitas dengan EPT gigi 16
positif. Pemeriksaan saliva diketahui hidrasi saliva 40 detik, laju alir 4mL/5
menit, aktifitas plak merah, viskositas kental, pH saliva 6,8 dan kapasitas buffer
skor 7. Pasien menggosok gigi 2 kali sehari dan diet gula 1 kali sehari. Akibat
rasa ngilu ini pasien kesulitan membersihkan mulutnya sehingga terlihat adanya
lapisan pseudomembran putih yang dapat dikerok pada sepertiga peosterior
lidahnya.
1.2 Pertanyaan
1. Jelaskan tatalaksana pemeriksaan dan diagnosis dari kelainan pada pasien
tersebut?
2. Jelaskan etiologi dari kelainan pada pasien tersebut?
3. Jelaskan bagaimana ergonomic yang baik untuk perawatan gigi 16 tersebut?
4. Jelaskan pertimbangan dalam pemilihan matriks yang tepat pada kasus gigi
16 tersebut?
5. Jelaskan pemilihan biomaterial yang tepat untuk perawatan gigi 16 tersebut
dan tekniknya?
6. Jelaskan bagaimana prosedur penumpatan yang tepat kasus tersebut untuk
mendapatkan kembali kontur dan titik kontak yang baik?
7. Jelaskan bagaimana cara mengevaluasi bahwa tumpatan gigi 16 tersebut telah
dilakukan dengan benar?
8. Jelaskan bagaimana pemerikaan oklusi untuk mendapatkan oklusi yang
harmonis setelah perawatan gigi 16 tersebut?
9. Jelaskan perawatan kelainan pada lidah tersebut?
10. Jelaskan bagaimana prognosis gigi 36 tersebut?
1.3 Jawaban
1. Jelaskan tatalaksana pemeriksaan dan diagnosis dari kelainan pada
pasien tersebut?
2. Pemeriksaan Objektif
a. Pemeriksaan ekstra oral
Meliputi kepala, muka, leher, mata, bibir, kelenjar liur,
temporomandibular joint, otot-otot ekstra oral ini, yang perlu diamati: apakah
ada perubahan warna, tekstur, pembengkakan,kelainan/lesi dan rasa sakit pada
tempat-tempat tersebut.
b. Pemeriksaan intra oral
Meliputi mukosa pipi, mukosaibir, lidah,dasar mulut, punggung dan dasar
lidah, palatum keras dan lunak,fausea, kelenjar liur, aliran saliva, gingival, dan
gigi-geligi. Dengan cara mengistruksikan penderita untuk membuka mulut, raba
dengan cara palpasi dan kemudian catat semua perubahan mukosamulut dalam
hal : warna,ukuran (adanya pembengkakan), tekstur, kekenyalan, dan adanya
lesi.
Pada skenario dapat diketahui bahwa dokter gigi menemukan :
b) Diagnosis
1.Karies profunda stadium II, Vital
Diagnosa pada gigi 16 adalah karies profunda pada stadium klas II.
Karies profunda adalah karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan
kadang-kadang sudah mengenai pulpa. Karies profunda ini dapat kita bagi lagi
menjadi:
a) Karies profundaa stadium I. Karies telah melewati setengah dentin,
biasanya radang pulpa belum dijumpai.
b) Karies profunda stadium II. Masih dijumpai lapisan tipis yang
membatasi karies dengan pulpa. Biasanya di sini telah terjadi radang
pulpa.
Pada skenario, dapat dibuktikan bahwa pasien merasakan nyeri
ketika diberikan rangsangan berupa makan dan minuman yang asam
sejak 2 minggu lalu. Tanda klinis tersebut termasuk karies sudah dalam
atau lapisan dentin sudah tipis sehinga dekat dengan pulpa.
c)Karies profunda stadium III. Pulpa telah terbuka dan dijumpai
bermacam-macam radang pulpa.
Selain itu, dokter gigi juga melakukan konfirmasi tes EPT (Electric Pulp
Test) yang menunjukan hasil positif. EPT didasarkan pada stimulasi saraf
sensorik, dan memerlukan serta mengandalkan penilaian subjektif dan komentar
dari pasien. Namun demikian, EPT tetap menjadi bantuan penting, dan bila
digunakan dengan benar, ini adalah uji klinis yang aman yang dapat
memberikan informasi berguna mengenai kesehatan dan penyakit pulpa (Seltzer
et al. 1963a, Mumford 1967, Dummeret al. 1980). Tes EPT positif menunjukan
bahwa gigi vital.
2. Coated Tongue
Diagnosis kelainan pada lidah pasien adalah Coated Tongue. Kondisi
yang ditemukan berupa coated tongue, yaitu tertutupnya bagian dorsum lidah
oleh suatu lapisan yang berwarna putih kekuningan atau kecoklatan yang
mengandung debris atau sisa makanan, ataupun mikroorganisme pada oral
normal mulut yang didukung oleh kebiasaan mengkonsumsi makanan lunak
(karena telah mengalami kehilangan gigi), dipengaruhi pula oleh perubahan
fisiologis rongga mulut, seperti berkurangnya produksi saliva ataupun akibat
konsumsi obat-obatan yang secara tidak langsung berpengaruh pada produksi
saliva dan ekosistem rongga mulut. Biasanya coated tongue ditemukan pada sisi
posterior lidah.
Dari skenario, dapat diketahui bahwa pasien merasakan ngilu pada gigi
16 sehingga mengalami kesulitan untuk membersihkan rongga mulutnya.
Sebagai akibatnya, terlihat adanya lapisan pseudomembran putih yang dapat
dikerok pada sepertiga posterior lidahnya serta pemeriksaan saliva, diketahui
hidrasi saliva 40 detik, laju alir 4mL/5 menit, aktifitas plak merah, viskositas
kental, pH saliva 6,8 dan kapasitas buffer skor 7 yang menunjukan penurunan
laju aliran saliva, pH yang asam, perubahan viskositas, dan penurunan kapasitas
buffer yang menyebabkan pasien mudah terkena karies dan coated tongue.
(Sumber : Nuraeny, N., Sari, K. Profil lesi mulut pada kelompok lanjut usia di
Panti Sosial Tresna Wreda Senjarawi Bandung. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia 2016;2(2):74-9.)
2. Jelaskan etiologi dari kelainan pada pasien tersebut?
a) Karies profunda stadium II
Karies gigi merupakan suatu proses demineralisasi struktur jaringan keras
gigi seperti dentin dan enamel. Penyebab terjadinya proses demineralisasi ini
berawal dari adanya plak yang merupakan sekumpulan bakteri sehingga
membentuk suatu biofilm pada permukaan gigi. Bakteri yang dominan adalah
Streptococcus mutans, Streptococcus sorbinus dan Lactobacillus sp, beberapa
bakteri tersebut merupakan normal flora yang selalu ada di dalam rongga mulut,
namun ada kondisi tertentu yang dapat menyebabkan bakteri menjadi dominan
sehingga menyebabkan karies gigi. Proses terjadinya karies akan terus berlanjut
jika tidak segera dilakukan perawatan.
Karies pada permukaan enamel terjadi dalam waktu yang cukup lama karena
struktur enamel yang mengandung banyak mineral sehingga lebih keras dan
lebih tahan terhadap asam yang diproduksi oleh bakteri penyebab karies. Jika
karies enamel sudah mencapai dentino enamel junction, maka proses akan
berlangsung lebih cepat karena struktur dentino enamel junction yang lebih
rentan terhadap asam. Setelah mengenai dentino enamel junction maka dentin
pun akan segera terpapar bakteri penyebab karies dan proses karies akan
berlangsung lebih progresif karena struktur jaringan dentin yang lebih sedikit
mengandung mineral sehingga lebih rentan terhadap asam yang diproduksi oleh
bakteri.
Penelitian yang dilakukan oleh Phillips university pada tahun 2015
menunjukkan bahwa 63.8% pasien berusia diatas 18 tahun mengalami karies
enamel dan 15.4% mengalami karies dentin.5 Hasil yang berbeda ditunjukkan
oleh Kuhnisch (2008) menunjukkan 4.6% mengalami karies superfisial, 27.3%
mengalami karies media dan 27.9% mengalami karies profunda.
b) Coated Tongue
Etiologi coated tongue bersifat idiopatik, denga faktor predisposisi
adanyalidah yang kurang bergerak, cairan saliva yang dihasilkan kurang,
individu yang memakan makanan yang lembut dan kurang abrasif seperti pada
pemakaian gigitiruan, penggunaan obat-obatan antibiotik dan agen-agen
pengoksida yangterdapat pada obat kumur, pasien yang mengalami dehidrasi,
oral hygiene yangburuk, demam, lemah akibat penyakit sistemik, dan
sakit parah juga sering mengalami kondisi ini (AAOMP, 2009; Greenberg &
Glick, 2003, laskaris, 2006).
Mekanisme terjadinya berawal dari permukaan dorsal lidah adalah epitel
keratinisasi skuamosa berlapis. Ditutupi oleh berbagai proyeksi mukosa yang
disebut papila. Secara alami, lidah dilapisi dengan sel-sel epitel mati tetapi akan
dikeluarkan dari lidah dengan membersihkan lidah dan gesekan antara makanan
dan lidah. Jika gagal melakukannya, sebuah plak tipis tetap berada di
permukaan dorsal lidah dan ini akan menjadi tempat bagi bakteri anaerob untuk
mendegradasi substrat organik dan menyebabkan bau busuk dari pembentukan
volatile sulvur compounds.
Kondisi coated tongue, yaitu kondisi klinis yang terjadi pada bagian
permukaan lidah yang ditutupi oleh suatu selaput pseudomembran yang terjadi
akibat penumpukan debris atau sisa makanan, sel-sel keratin yang tidak
terdeskuamasi, dan dapat ditemukan adanya mikroorganisme seperti bakteri
maupun jamur. Kondisi coated tongue sering menyebabkan pasien datang ke
dokter gigi atau puskesmas dengan keluhan utama bau mulut.
(Sumber : Nuraeny, N., Hidayat, W., Zakiawati, D., Wahyuni, S. Edukasi Dan
Evaluasi Terhadap Kondisi Coated Tongue Bagi Kader Kesehatan Puskesmas
Ujung Berung Indah 2017;1(1):24-7.)
3. Jelaskan bagaimana ergonomic yang baik untuk perawatan gigi 16
tersebut?
Definisi ergonomi menurut Occupational Safetyand Health
Administration (OSHA) adalah hubungan manusia dengan lingkungan kerja
yang tidak mengakibatkan suatu gangguan. Secara garis besarnya ergonomi
berarti terciptanya sistem kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi manusia.
Unsur-unsur ergonomi yang harus dibahas sangat berkaitan dengan lingkungan
kerja, posisi setiap personilnya, peralatan gigi serta kolaborasi antara dokter gigi
dan asisten dokter gigi dalam Four Handed Dentistry
3. Peralatan gigi
Instrumen melakukan sebagian besar pekerjaan saat tepi kerja tajam
sehingga mengurangi aplikasi gaya yang berlebihan. Gaya tambahan diperlukan
saat menggunakan instrumen dengan tepi tumpul atau tumpul. Selain itu,
penggunaan handpiece otomatis yang ringan dan tahan lama harus harus
diutamakan daripada instrumen tangan manual. Selain itu, letakan peralatan
sesuai kebutuhan saja, tidak semua alat diletakan.
4. Istirahat
Istirahat yang sering harus dilakukan untuk mengendurkan bagian tubuh.
Posisi kerja harus selalu diubah untuk memindahkan beban kerja otot dari satu
area ke area lain. Seorang dokter gigi dapat beristirahat untuk melakukan
peregangan di sisi kursi
5. Penjadwalan pasien
Jadwal janji temu harus direncanakan untuk menyediakan waktu pemulihan
yang cukup dan untuk menghindari kelelahan otot. Kasus alternatif yang mudah
dan sulit harus dilakukan dengan periode penyangga.
6. Training bagi asisten dokter gigi
Pelatihan penting untuk semua pengaturan perawatan kesehatan. Ini
memastikan bahwa karyawan memahami dengan baik tentang bahaya
pekerjaan, dan mereka dapat menjadi sukarelawan dalam mengidentifikasi dan
mengendalikan kemungkinan risiko.
5. Four handed dentistry
Penggunaan metode four-handed dentistry akan menimbulkan kerjasama
yang baik antara dokter gigi dan asisten sehingga pekerjaan yang dilakukan jauh
lebih ringan. Karena itu, metode ini diharapkan dapat mencegah terjadinya
ketegangan otot akibat banyaknya pergerakan dan kelelahan mata akibat
perpindahan pandangan dokter gigi dari daerah mulut pasien.
- Zona aktifitas
- Posisi pasien
Posisi duduk pasien yang optimal didapat ketika rongga mulut pasien
setinggi dada dokter gigi. Posisi pasien dan doker gigi sangat penting dalam
keberhasilan perawatan gigi. Seperti pada kasus, pasien ingin melakukan
penambalan pada gigi 16 yang terdapat pada kwadran rahang kanan atas.
Menurut Francis hanbook of clinical dental auxiliary practice, 1980:
(Sumber : Sachdeva, et al. Ergonomics in dentistry. Journal of Dental Research
and Review 2020;7(1):32-5 & Dalai et.al. Four Handed Dentistry: An
Indispensable Part for Efficient Clinical Practice. International Journal of
Advanced Health Sciences 2014;1 (1).)
Dalam melakukan
penatalaksanaan tumpatan
direk komposit kelas II
(Black),
dokter gigi sering menemukan
beberapa kesulitan yaitu
mengembalikan titik kontak
dan
kontur proksimal yang
ideal. Namun kesulitan
tersebut dapat diatasi
dengan
menggunakan sectional
matrix system. System ini
terdiri dari sectional matrix,
ring
metal yang memberikan gaya
separasi pada gigi, dan juga
wedge sehingga sangat
membantu dalam mencapai
kontak interproksimal yang
adekuat
Matrix merupakan cara untuk membuat dinding yang berhadapan dengan
dinding aksial,melingkupi area struktur gigi yang hilang selama dilakukan
prosedur preparasi. Memilih system matriks yang terbaik untuk prosedur dan
pasien, dapat meningkatkan keberhasilan klinis.
Matrix yang tepat untuk gigi 16 paasien adalah sectional matrix.
Kegunaan matrix sendiri untuk menghindari restorasi yang overhanging yang
dapat menyebabkan impaksi makan, penyakit periodontal, dan pergeseran gigi.
Pada scenario, pemakaian matrix pada restorasi klas II adalah sectional matrix.
Sectional matrix merupakan matrix yang baik untuk mendapat titik kontak yang
baik pada restorasi klas II dengan resin komposit sectional matrix menghasilkan
restorasi dengan anatomi dan area kontak yang lebih baik dibandingkan dengan
circumferential matrix seperti matrix tofflemire.
Restorasi ren komposit klas I dapat dicapai dengan baik apabila terdapat
matrix yang menunjang sesuai bentuk anatomi gigi, dan didukung dengan
wedge yang dapat membantu mempertahankan embrasure dan juga yang
penting adalah adanya separation ring yang mampu mendorong gigi untuk
memisahkan gigi dengan kavitas proksimal dan gigi tetangga sehingga setelah
matrix, wedge, dan ring dilepas maka akan menghasilkan titik kontak yang kuat.
(Sumber : de la pena VA et.al. Step by step direction for their clinical use.
British Dental Journal 2016;220(1):11.)
Sumber. Leonidrain.com