Anda di halaman 1dari 21

BLOK 15

PEMICU 1
“Gigi Saya Ngilu Dok…”

Nama : Revina Angelia


NIM : 180600177
Kelas : A

KELOMPOK 1

FASILITATOR
Cut Nurliza, drg., M.kes., Sp.KG(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
PEMICU 1
1.1 Skenario
Nama pemicu : Gigi saya ngilu dok…
Penyusun : Cut Nuliza, drg.,M.kes., Sp.KG(K);
Nurdiana,drg.,Sp.PM;
Ariyani, drg, MDSc, Sp.Pros(K)
Hari/tanggal : Senin / 21 September 2020
Jam : 07.30 – 09.30 WIB

Kasus :
Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke RSGM USU dengan
keluhan ingin menambal gigi belakang yang terasa ngilu ketika makan.
Anamnesis menunjukan ada rasa ngilu ketika minum dan makan yang dingin
pada gigi tersebut sejak 2 minggu yang lalu sehingga pasien sulit menguyah.
Pemeriksaan objektif terlihat gigi 16 adanya karies dengan kedalaman mencapai
dentin (klasifikasi ICDAS 5) pada bagian mesial dan mencapai oklusal. Pasien
ingin melakukan penambalan sewarna gigi. Tes vitalitas dengan EPT gigi 16
positif. Pemeriksaan saliva diketahui hidrasi saliva 40 detik, laju alir 4mL/5
menit, aktifitas plak merah, viskositas kental, pH saliva 6,8 dan kapasitas buffer
skor 7. Pasien menggosok gigi 2 kali sehari dan diet gula 1 kali sehari. Akibat
rasa ngilu ini pasien kesulitan membersihkan mulutnya sehingga terlihat adanya
lapisan pseudomembran putih yang dapat dikerok pada sepertiga peosterior
lidahnya.
1.2 Pertanyaan
1. Jelaskan tatalaksana pemeriksaan dan diagnosis dari kelainan pada pasien
tersebut?
2. Jelaskan etiologi dari kelainan pada pasien tersebut?
3. Jelaskan bagaimana ergonomic yang baik untuk perawatan gigi 16 tersebut?
4. Jelaskan pertimbangan dalam pemilihan matriks yang tepat pada kasus gigi
16 tersebut?
5. Jelaskan pemilihan biomaterial yang tepat untuk perawatan gigi 16 tersebut
dan tekniknya?
6. Jelaskan bagaimana prosedur penumpatan yang tepat kasus tersebut untuk
mendapatkan kembali kontur dan titik kontak yang baik?
7. Jelaskan bagaimana cara mengevaluasi bahwa tumpatan gigi 16 tersebut telah
dilakukan dengan benar?
8. Jelaskan bagaimana pemerikaan oklusi untuk mendapatkan oklusi yang
harmonis setelah perawatan gigi 16 tersebut?
9. Jelaskan perawatan kelainan pada lidah tersebut?
10. Jelaskan bagaimana prognosis gigi 36 tersebut?
1.3 Jawaban
1. Jelaskan tatalaksana pemeriksaan dan diagnosis dari kelainan pada
pasien tersebut?

a) Tata laksana pemeriksaan


1. Pemeriksaan Subjektif
Memberikan pertanyaan-pertanyan untuk memngetahui diagnosis pasien
sekaligus membangun kepercayaan antara dokter gigi dan penderita sehingga
dokter giginya dapat mengetahui harapan yang diinginkan oleh penderita.
Melakukan anamnesis seperti identitas, keluhan yang diderita saat ini, riwayat
kesehatan umum, seperti penyakit-penyakit yang pernah diderita dan
pengobatan yang pernah didapat, riwayat dental sebelumnya, riwayat keluarga,
riwayat sosial untuk dapat mengetahui profil kehidupan penderita sehari-hari.
Pada skenario dapat diketahui bahwa pasien mengeluhkan gigi belakang
yang terasa ngilu ketika makan dan ingin ditambal. Setelah dilakukan
anamnesis dokter gigi mendapat data seperti berikut : rasa ngilu ketika minum
dan makan yang dingin pada gigi tersebut sejak 2 minggu yang lalu sehingga
pasien sulit menguyah. Serta kebiasaan pasien yaitu menggosok gigi 2 kali
sehari dengan diet gula 1 kali sehari

2. Pemeriksaan Objektif
a. Pemeriksaan ekstra oral
Meliputi kepala, muka, leher, mata, bibir, kelenjar liur,
temporomandibular joint, otot-otot ekstra oral ini, yang perlu diamati: apakah
ada perubahan warna, tekstur, pembengkakan,kelainan/lesi dan rasa sakit pada
tempat-tempat tersebut.
b. Pemeriksaan intra oral
Meliputi mukosa pipi, mukosaibir, lidah,dasar mulut, punggung dan dasar
lidah, palatum keras dan lunak,fausea, kelenjar liur, aliran saliva, gingival, dan
gigi-geligi. Dengan cara mengistruksikan penderita untuk membuka mulut, raba
dengan cara palpasi dan kemudian catat semua perubahan mukosamulut dalam
hal : warna,ukuran (adanya pembengkakan), tekstur, kekenyalan, dan adanya
lesi.
Pada skenario dapat diketahui bahwa dokter gigi menemukan :

- Gigi geligi : Gigi 16 adanya karies dengan kedalaman mencapai dentin


(klasifikasi ICDAS 5) pada bagian mesial dan mencapai oklusal,
- Saliva : Hidrasi saliva 40 detik, laju alir 4mL/5 menit, aktifitas plak
merah, viskositas kental, pH saliva 6,8 dan kapasitas buffer skor 7.
- Lidah : Saat pemeriksaan lidah, dokter gigi juga menunjukan adanya
lapisan pseudomembran putih yang dapat dikerok pada sepertiga
peosterior lidahnya.

(Sumber : Eidson, R. Shugars, D. Patient Assessment, Examination and


Diagnosis, and Treatment Planning. Diakses di : https://pocketdentistry.com/3-
patient-assessment-examination-and-diagnosis-and-treatment-planning/ (20
September 2020))

b) Diagnosis
1.Karies profunda stadium II, Vital
Diagnosa pada gigi 16 adalah karies profunda pada stadium klas II.
Karies profunda adalah karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan
kadang-kadang sudah mengenai pulpa. Karies profunda ini dapat kita bagi lagi
menjadi:
a) Karies profundaa stadium I. Karies telah melewati setengah dentin,
biasanya radang pulpa belum dijumpai.
b) Karies profunda stadium II. Masih dijumpai lapisan tipis yang
membatasi karies dengan pulpa. Biasanya di sini telah terjadi radang
pulpa.
Pada skenario, dapat dibuktikan bahwa pasien merasakan nyeri
ketika diberikan rangsangan berupa makan dan minuman yang asam
sejak 2 minggu lalu. Tanda klinis tersebut termasuk karies sudah dalam
atau lapisan dentin sudah tipis sehinga dekat dengan pulpa.
c)Karies profunda stadium III. Pulpa telah terbuka dan dijumpai
bermacam-macam radang pulpa.

Selain itu, dokter gigi juga melakukan konfirmasi tes EPT (Electric Pulp
Test) yang menunjukan hasil positif. EPT didasarkan pada stimulasi saraf
sensorik, dan memerlukan serta mengandalkan penilaian subjektif dan komentar
dari pasien. Namun demikian, EPT tetap menjadi bantuan penting, dan bila
digunakan dengan benar, ini adalah uji klinis yang aman yang dapat
memberikan informasi berguna mengenai kesehatan dan penyakit pulpa (Seltzer
et al. 1963a, Mumford 1967, Dummeret al. 1980). Tes EPT positif menunjukan
bahwa gigi vital.

(Sumber : Listrianak dkk. Gambaran Karies Gigi Molar Pertama Permanen


Pada Siswa – Siswi Sekolah Dasar Negeri 13 Palembang Tahun 2018. JPP
(Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang 2018;13(2).)

2. Coated Tongue
Diagnosis kelainan pada lidah pasien adalah Coated Tongue. Kondisi
yang ditemukan berupa coated tongue, yaitu tertutupnya bagian dorsum lidah
oleh suatu lapisan yang berwarna putih kekuningan atau kecoklatan yang
mengandung debris atau sisa makanan, ataupun mikroorganisme pada oral
normal mulut yang didukung oleh kebiasaan mengkonsumsi makanan lunak
(karena telah mengalami kehilangan gigi), dipengaruhi pula oleh perubahan
fisiologis rongga mulut, seperti berkurangnya produksi saliva ataupun akibat
konsumsi obat-obatan yang secara tidak langsung berpengaruh pada produksi
saliva dan ekosistem rongga mulut. Biasanya coated tongue ditemukan pada sisi
posterior lidah.
Dari skenario, dapat diketahui bahwa pasien merasakan ngilu pada gigi
16 sehingga mengalami kesulitan untuk membersihkan rongga mulutnya.
Sebagai akibatnya, terlihat adanya lapisan pseudomembran putih yang dapat
dikerok pada sepertiga posterior lidahnya serta pemeriksaan saliva, diketahui
hidrasi saliva 40 detik, laju alir 4mL/5 menit, aktifitas plak merah, viskositas
kental, pH saliva 6,8 dan kapasitas buffer skor 7 yang menunjukan penurunan
laju aliran saliva, pH yang asam, perubahan viskositas, dan penurunan kapasitas
buffer yang menyebabkan pasien mudah terkena karies dan coated tongue.
(Sumber : Nuraeny, N., Sari, K. Profil lesi mulut pada kelompok lanjut usia di
Panti Sosial Tresna Wreda Senjarawi Bandung. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia 2016;2(2):74-9.)
2. Jelaskan etiologi dari kelainan pada pasien tersebut?
a) Karies profunda stadium II
Karies gigi merupakan suatu proses demineralisasi struktur jaringan keras
gigi seperti dentin dan enamel. Penyebab terjadinya proses demineralisasi ini
berawal dari adanya plak yang merupakan sekumpulan bakteri sehingga
membentuk suatu biofilm pada permukaan gigi. Bakteri yang dominan adalah
Streptococcus mutans, Streptococcus sorbinus dan Lactobacillus sp, beberapa
bakteri tersebut merupakan normal flora yang selalu ada di dalam rongga mulut,
namun ada kondisi tertentu yang dapat menyebabkan bakteri menjadi dominan
sehingga menyebabkan karies gigi. Proses terjadinya karies akan terus berlanjut
jika tidak segera dilakukan perawatan.
Karies pada permukaan enamel terjadi dalam waktu yang cukup lama karena
struktur enamel yang mengandung banyak mineral sehingga lebih keras dan
lebih tahan terhadap asam yang diproduksi oleh bakteri penyebab karies. Jika
karies enamel sudah mencapai dentino enamel junction, maka proses akan
berlangsung lebih cepat karena struktur dentino enamel junction yang lebih
rentan terhadap asam. Setelah mengenai dentino enamel junction maka dentin
pun akan segera terpapar bakteri penyebab karies dan proses karies akan
berlangsung lebih progresif karena struktur jaringan dentin yang lebih sedikit
mengandung mineral sehingga lebih rentan terhadap asam yang diproduksi oleh
bakteri.
Penelitian yang dilakukan oleh Phillips university pada tahun 2015
menunjukkan bahwa 63.8% pasien berusia diatas 18 tahun mengalami karies
enamel dan 15.4% mengalami karies dentin.5 Hasil yang berbeda ditunjukkan
oleh Kuhnisch (2008) menunjukkan 4.6% mengalami karies superfisial, 27.3%
mengalami karies media dan 27.9% mengalami karies profunda.

Tanda-tanda klinis karies mencapai dentin :


 Terasa linu bila kena rangsang panas/ dingin, makan/ minum manis,asam
 Bila rangsang dihilangkan, rasa nyeri hilang beberapa saat kemudian

(Sumber : Ramayanti, S., Purnakarya, S. Peran Makanan Terhadap Kejadian


Karies Gigi. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013;7(2).)

b) Coated Tongue
Etiologi coated tongue bersifat idiopatik, denga faktor predisposisi
adanyalidah yang kurang bergerak, cairan saliva yang dihasilkan kurang,
individu yang memakan makanan yang lembut dan kurang abrasif seperti pada
pemakaian gigitiruan, penggunaan obat-obatan antibiotik dan agen-agen
pengoksida yangterdapat pada obat kumur, pasien yang mengalami dehidrasi,
oral hygiene yangburuk, demam, lemah akibat penyakit sistemik, dan
sakit parah juga sering mengalami kondisi ini (AAOMP, 2009; Greenberg &
Glick, 2003, laskaris, 2006).
Mekanisme terjadinya berawal dari permukaan dorsal lidah adalah epitel
keratinisasi skuamosa berlapis. Ditutupi oleh berbagai proyeksi mukosa yang
disebut papila. Secara alami, lidah dilapisi dengan sel-sel epitel mati tetapi akan
dikeluarkan dari lidah dengan membersihkan lidah dan gesekan antara makanan
dan lidah. Jika gagal melakukannya, sebuah plak tipis tetap berada di
permukaan dorsal lidah dan ini akan menjadi tempat bagi bakteri anaerob untuk
mendegradasi substrat organik dan menyebabkan bau busuk dari pembentukan
volatile sulvur compounds.
Kondisi coated tongue, yaitu kondisi klinis yang terjadi pada bagian
permukaan lidah yang ditutupi oleh suatu selaput pseudomembran yang terjadi
akibat penumpukan debris atau sisa makanan, sel-sel keratin yang tidak
terdeskuamasi, dan dapat ditemukan adanya mikroorganisme seperti bakteri
maupun jamur. Kondisi coated tongue sering menyebabkan pasien datang ke
dokter gigi atau puskesmas dengan keluhan utama bau mulut.

(Sumber : Nuraeny, N., Hidayat, W., Zakiawati, D., Wahyuni, S. Edukasi Dan
Evaluasi Terhadap Kondisi Coated Tongue Bagi Kader Kesehatan Puskesmas
Ujung Berung Indah 2017;1(1):24-7.)
3. Jelaskan bagaimana ergonomic yang baik untuk perawatan gigi 16
tersebut?
Definisi ergonomi menurut Occupational Safetyand Health
Administration (OSHA) adalah hubungan manusia dengan lingkungan kerja
yang tidak mengakibatkan suatu gangguan. Secara garis besarnya ergonomi
berarti terciptanya sistem kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi manusia.
Unsur-unsur ergonomi yang harus dibahas sangat berkaitan dengan lingkungan
kerja, posisi setiap personilnya, peralatan gigi serta kolaborasi antara dokter gigi
dan asisten dokter gigi dalam Four Handed Dentistry

Modifikasi berikut dapat membantu mencapai prinsip ergonomis:


1. Pencahayaan dan pembesaran
Cahaya yang ditujukan secara paralel dalam arah pengamatan memberikan
pencahayaan bebas bayangan sehingga meningkatkan kualitas kerja.
Penggunaan kaca mata pembesar dan mikroskop yang diarahkan pada gigi
memiliki beberapa tingkat pembesaran dapat memfasilitasi postur tubuh yang
lebih tegak dan mengurangi nyeri punggung dan leher.
2. Posisi operator dam asisten terhadap pasien
Posisi postur tubuh yang buruk memberikan tekanan pada saraf dan
pembuluh darah, menyebabkan ketegangan berlebihan pada otot dan
menyebabkan keausan pada otot sendi. Upaya harus selalu dilakukan untuk
mempertahankan postur tegak. Kursi yang dapat disesuaikan dengan penyangga
pinggang, dada, dan lengan serta sandaran kaki yang dapat disesuaikan harus
digunakan. Ketinggian kursi harus disesuaikan dengan tingkat kenyamanan.
Gerakan pergelangan tangan yang berlebihan harus dihindari. Kursi gigi harus
dinaikkan agar paha operator dapat berputar dengan bebas di bawahnya.
Fitur postur yang seimbang dapat diringkas sebagai:
• Punggung lurus dan menghormati kesimetrisan tubuh
• Menghindari kemiringan tubuh ke depan
• Lengan diletakkan di sepanjang tubuh
• Kaki ditempatkan secara simetris di bawah tangan operator

3. Peralatan gigi
Instrumen melakukan sebagian besar pekerjaan saat tepi kerja tajam
sehingga mengurangi aplikasi gaya yang berlebihan. Gaya tambahan diperlukan
saat menggunakan instrumen dengan tepi tumpul atau tumpul. Selain itu,
penggunaan handpiece otomatis yang ringan dan tahan lama harus harus
diutamakan daripada instrumen tangan manual. Selain itu, letakan peralatan
sesuai kebutuhan saja, tidak semua alat diletakan.
4. Istirahat
Istirahat yang sering harus dilakukan untuk mengendurkan bagian tubuh.
Posisi kerja harus selalu diubah untuk memindahkan beban kerja otot dari satu
area ke area lain. Seorang dokter gigi dapat beristirahat untuk melakukan
peregangan di sisi kursi
5. Penjadwalan pasien
Jadwal janji temu harus direncanakan untuk menyediakan waktu pemulihan
yang cukup dan untuk menghindari kelelahan otot. Kasus alternatif yang mudah
dan sulit harus dilakukan dengan periode penyangga.
6. Training bagi asisten dokter gigi
Pelatihan penting untuk semua pengaturan perawatan kesehatan. Ini
memastikan bahwa karyawan memahami dengan baik tentang bahaya
pekerjaan, dan mereka dapat menjadi sukarelawan dalam mengidentifikasi dan
mengendalikan kemungkinan risiko.
5. Four handed dentistry
Penggunaan metode four-handed dentistry akan menimbulkan kerjasama
yang baik antara dokter gigi dan asisten sehingga pekerjaan yang dilakukan jauh
lebih ringan. Karena itu, metode ini diharapkan dapat mencegah terjadinya
ketegangan otot akibat banyaknya pergerakan dan kelelahan mata akibat
perpindahan pandangan dokter gigi dari daerah mulut pasien.

- Zona aktifitas

Sebelum pemilihan peralatan dapat dipertimbangkan, tim dokter gigi harus


mewaspadai secara khusus hubungan spasial fungsional di sekitar pasien di sisi
kursi. Area kerja di sekitar pasien adalah dibagi menjadi empat "zona aktivitas".
Zona dari aktivitas diidentifikasi menggunakan wajah pasien sebagai muka jam.

- Posisi pasien

Posisi duduk pasien yang optimal didapat ketika rongga mulut pasien
setinggi dada dokter gigi. Posisi pasien dan doker gigi sangat penting dalam
keberhasilan perawatan gigi. Seperti pada kasus, pasien ingin melakukan
penambalan pada gigi 16 yang terdapat pada kwadran rahang kanan atas.
Menurut Francis hanbook of clinical dental auxiliary practice, 1980:
(Sumber : Sachdeva, et al. Ergonomics in dentistry. Journal of Dental Research
and Review 2020;7(1):32-5 & Dalai et.al. Four Handed Dentistry: An
Indispensable Part for Efficient Clinical Practice. International Journal of
Advanced Health Sciences 2014;1 (1).)

4. Jelaskan pertimbangan dalam pemilihan matriks yang tepat pada kasus


gigi 16 tersebut?

Dalam melakukan
penatalaksanaan tumpatan
direk komposit kelas II
(Black),
dokter gigi sering menemukan
beberapa kesulitan yaitu
mengembalikan titik kontak
dan
kontur proksimal yang
ideal. Namun kesulitan
tersebut dapat diatasi
dengan
menggunakan sectional
matrix system. System ini
terdiri dari sectional matrix,
ring
metal yang memberikan gaya
separasi pada gigi, dan juga
wedge sehingga sangat
membantu dalam mencapai
kontak interproksimal yang
adekuat
Matrix merupakan cara untuk membuat dinding yang berhadapan dengan
dinding aksial,melingkupi area struktur gigi yang hilang selama dilakukan
prosedur preparasi. Memilih system matriks yang terbaik untuk prosedur dan
pasien, dapat meningkatkan keberhasilan klinis.
Matrix yang tepat untuk gigi 16 paasien adalah sectional matrix.
Kegunaan matrix sendiri untuk menghindari restorasi yang overhanging yang
dapat menyebabkan impaksi makan, penyakit periodontal, dan pergeseran gigi.
Pada scenario, pemakaian matrix pada restorasi klas II adalah sectional matrix.
Sectional matrix merupakan matrix yang baik untuk mendapat titik kontak yang
baik pada restorasi klas II dengan resin komposit sectional matrix menghasilkan
restorasi dengan anatomi dan area kontak yang lebih baik dibandingkan dengan
circumferential matrix seperti matrix tofflemire.
Restorasi ren komposit klas I dapat dicapai dengan baik apabila terdapat
matrix yang menunjang sesuai bentuk anatomi gigi, dan didukung dengan
wedge yang dapat membantu mempertahankan embrasure dan juga yang
penting adalah adanya separation ring yang mampu mendorong gigi untuk
memisahkan gigi dengan kavitas proksimal dan gigi tetangga sehingga setelah
matrix, wedge, dan ring dilepas maka akan menghasilkan titik kontak yang kuat.
(Sumber : de la pena VA et.al. Step by step direction for their clinical use.
British Dental Journal 2016;220(1):11.)

5. Jelaskan pemilihan biomaterial yang tepat untuk perawatan gigi 16


tersebut dan tekniknya?
a) Biomaterial yang cocok untuk gigi 16
-Resin komposit
Bahan resin komposit dapat digunakan untuk gigi anterior maupun
posterior dan menjadi pilihan dalam prosedur restorasi rutin para dokter gigi.
Resin komposit ini tidak selalu dapat diaplikasikan pada semua kondisi
kerusakan jaringan keras gigi, salah satunya pada daerah operasi yang tidak
dapat dikontrol kelembabannya.
Keuntungan dari restorasi resin komposit ini yaitu tumpatan resin
komposit memiliki estetis yang baik, radiopak, perlekatan mekanik yang baik
pada struktur gigi dan konduktivitas suhu yang rendah. Kekurangan dari
restorasi resin komposit yaitu timbulnya celah mikro yang memicu terjadinya
karies sekunder yang disebabkan karena proses pengkerutan selama
polimerisasi, keausan permukaan oklusal yang signifikan,harga relatif mahal
dan memerlukan teknik yang cukup rumit.
Kekurangan lainnya yaitu adanya pengkerutan selama proses polimerisasi
dapat menyebabkan terjadinya kehilangan kontak antara resin komposit dengan
dinding kavitas sehingga mengakibatkan pembentukan celah pada tepi restorasi.
Daerah yang sangat rentan terhadap kebocoran tepi tersebut terdapat pada
dinding gingival daerah proksimal pada restorasi kelas II, karena sisa email
yang sedikit ataupun tidak adanya email, sehingga diperlukan teknik restorasi
yang khusus untuk kavitas ini.
Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan enamel gigi,
melainkan berikatan secara mekanis dengan pengetsaan dan pengapliakasian
bahan bonding.

- GIC (Glass ionomer cement)


Keuntungan restorasi dengan glass ionomer cement yaitu dapat melekat pada
dentin secara kimia, memiliki biokompatibilitas yang baik, melepaskan fluor,
dan koefisien. ekspansi termalnya sama dengan struktur gigi. Glass ionomer
cement memiliki dimensi yang stabil dan proses pengkerutan yang minimal
pada saat setting, sehingga dapat menghasilkan penutupan tepi yang baik.
Kerugian dari glass ionomer cement ini yaitu sensitif terhadap air pada proses
pengerasan, resistensi yang buruk terhadap abrasi, estetik kurang baik, dan
kekuatan tensilnya kurang. Cara pengadukan GIC :
I. Bubuk dibagi menjadi dua porsi dengan jumlah yang sama banyak.
II. Porsi pertama disatukan dengan cairan, kemudian dicampur
dengan menggunakan spatuladengan gerakan rolling (melipat)
dengan tujuan hanya untuk membasahi permukaan partikel bubuk dan
menghasilkan campuran encer. langkah ini dilakukan selama 10 detik
III. Kemudian porsi kedua disatukan dengan adukan pertama.
pengadukan terus dilanjutkandengan gerakan yang sama dengan daya
yang ringan sampai seluruh partikel terbasahi. Luas daerah
pengadukan diusahakan untuk tidak meluas dan adukan selalu
dikumpulkan menjadi satu. dianjurkan untuk tidak melakukan
gerakan memotong adukan, karena tujuan pengadukan hanya untuk
membasahi permukaan partikel bubuk.
IV. Pengadukan selesai setelah 25 ± 30 detik sejak awal
pengadukan. sebaiknya adukan tidak perlu diangkat angkat untuk
memeriksa konsistensinya, karena bila hal ini dilakukan maka
proses pengadukan akan terus berlanjut dan makin banyak partikel
bubuk yang larut.
V. Adukan langsung dikumpulkan dispuit aplikator untuk di
aplikasikan kedalam kavitas. Pada keadaan ini reaksi pengerasan
sudah berlangsung

b) Teknik yang digunakan


Teknik restorasi yang digunakan adalah Restorasi sandwich. Suatu teknik
restorasi dengan menggabungkan dua macam bahan yaitu glass ionomer cement
dan resin komposit yang pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan McLean
(1988). Teknik ini dikenal dengan istilah restorasi laminasi dengan
menggunakan GIC sebagai bahan pengisi, yang memiliki biokompatibilitas,
sifat fisik dan kekuatan perlekatan yang baik terhadap dentin. Penggabungan
kedua bahan dalam satu restorasi ini bertujuan untuk mendapatkan suatu
restorasi yang monolitik antara resin komposit, glass ionomer cement dan
jaringan keras gigi.
(Sumber : Motamedi, et al. Comparison of MTA and GlassIonomer
Microleakage in Two Open and Closed Sandwich Techniques in Class II
Composite Resin Restorations. Research Journal Biological Sciences 2011;
6(7); 327-332.)

6. Jelaskan bagaimana prosedur penumpatan yang tepat kasus tersebut


untuk mendapatkan kembali kontur dan titik kontak yang baik?
1. Membuat outline form desain restorasi kelas II, digambar pada
permukaan proksimal daerah mesial gigi 16, dengan ketentuan yaitu perluasan
oklusal 3 mm, perluasan bukal-lingual 3 mm, dan gingival seat terletak pada 1
mm diatas cementoenamel junction.
2. Gigi molar 1 rahang kanan atas dipreparasi dengan menggunakan
diamond bur berkecepatan tinggi berbentuk round, fissure dan inverted.
3. Setelah itu, melakukan penumpatan dengan teknik sandwich. Semua
gigi dilapisi Ca(OH)2 pada atap pulpa. Kemudian setelah Ca(OH)2 kering,
diaplikasi glass ionomer cement ke dalam kavitas ± setebal 1 mm.
4. Setelah 24 jam, dilanjutkan dengan pengetsaan menggunakan asam
fosfat 37% selama 15 detik kemudian dibilas dengan air selama 15 detik dan
kelebihan air dikeringkan dengan menggunakan airway syringe kemudian bahan
bonding diaplikasikan ke dalam kavitas, dan dilakukan light curing selama 20
detik.
5. Kemudian kavitas ditumpat dengan menggunakan komposit dan di-
light curing selama 30 detik. Setelah komposit mengeras, dilakukan pemolesan
dengan pasta poles dan silikon rubber.
(Sumber : Nurhaliza C, Yuni.. Pengamatan kebocoran mikro restorasi sandwich
teknik open dan closed pada restorasi kelas V. Dentika Dental Jurnal 2007;
12(1); 44-48. )

7. Jelaskan bagaimana cara mengevaluasi bahwa tumpatan gigi 16 tersebut


telah dilakukan dengan benar?
Tumpatan pada gigi 16 dapat di evaluasi secara klinis dan radiograf :
a) Evaluasi secara klinis
Evaluasi ini dilakukan dengan cara melihat langsung restorasi tersebut,
apakah warna dan bentuk gigi tersebut sesuai dengan anatomi normal gigi
tersebut. Dalam melakukan evaluasi ini tentunya kita harus mengetahui
gambaran dari anatomi asli dan warna gigi asli tersebut. Anatomi gigi sangat
penting karena akan mempengaruhi hasil akhir. Jika anatomi gigi tidak benar
maka akan menimbulkan trauma oklusi yang dapat menyebabkan tambalan
tidak akan bertahan lama. Dari evaluasi inilah kita dapat mengetahui apakah
restorasi tersebut dilakukan dengan benar atau tidak.
b) Evaluasi secara radiografi
Evaluasi restorasi secara radiograf dilakukan setelah evaluasi klinis
menimbang prinsip ALARA. Evaluasi menitikberatkan pada beberapa poin
restorasi yaitu,
- Radiodensitas: restorasi estetik umumnya bersifat radiolusen atau
sedikit radiopak,sehingga tidak semua elemen pada restorasi estetik dapat
dievaluasi dengan cara ini
- Over/under contouring : evaluasi pada poin ini ialah apakah restorasi
tersebut membentuk kontur yang sesuai dengan gigi atau alah membentuk
kontur yang kurang atau lebih dari kontur gigi yang direstorasi tersebut.
- Over hanging : kelebihan restorasi yang menimbulkan step pada sisi
proksimal di pembatasan gigi asli dengan restorasi yang dapat
mengakibatkan penyakit periodontal.
- Adaptasi restorasi terhadap kavitas
Restorasi tidak boleh menyisakan ruang untuk bakteri karena akan
membentuk karies sekunder yang sangat merugikan.

(Sumber : Triwardhani, R., Mozartha, M., Trisnawaty. Klinis Restorasi Resin


Komposit Pada Kavitas Klas I Pasca Penumpatan Tiga Tahun. Cakradonya
Dent J 2014; 6(2):678-744.)

8. Jelaskan bagaimana pemerikaan oklusi untuk mendapatkan oklusi yang


harmonis setelah perawatan gigi 16 tersebut?
Restorasi pada gigi pasca perawatan endodontik sangat penting untuk
keberhasilan perawatan. Oleh karena itu perencanaan pemilihan restorasi harus
dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan restorasi adalah banyaknya jaringan gigi tersisa, fungsi gigi,
posisi atau lokasi gigi, morfologi atau anatomi saluran akar.
Hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan restorasi gigi posterior
yaitu periksa dulu hubungan statis gigi dalam posisi antar cusp bertemu dengan
posisi yang paling rapat. Tujuannya untuk menemukan ada tidaknya prematur
kontak pada gigi pasien. Prematur kontak adalah kondisi dimana gigi terlalu
cepat berkontak sehingga mengganggu mandibula dan TMJ. Periksa hubungan
antara gigi-gigi posterior dan periksa fungsi gigi antara yang satu dengan yang
lainnya, melalui gerakan depan belakang.
Hal ini biasanya seringkali relevan bagi pengambilan keputusan
mengenai bagaimana restorasi terhadap gigi harus dilakukan. Pemeriksaan
oklusi pada gigi 16 dapat menggunakan articulating paper (kertas berwarna
untuk memeriksa oklusi) atau articulating ribbon. Setelah terlihat adanya
kontak premature dilakukan dengan pengambilan dengan polistone yang
beberbentuk round, kemudian haluskan kembali dengan disk fine grit atau
finishing strip.

Sumber. Leonidrain.com

(Sumber : Ariningrum, R. Pertimbangan Yang Mendasari Segi Estetik Pada


Tumpatan Gigi Anterior. JKGUI 2001;8(3):24-34.)

9. Jelaskan perawatan kelainan pada lidah tersebut?


Penatalaksanaan coated tongue diawali dengan mengidentifikasi
kemungkinan faktor predisposisi, seperti keadaan sistemik, kebersihan rongga
mulut yang buruk, xerostomia, konsumsi makanan lunak, dan penggunaan obat-
obatan. Penatalaksanaan coated tongue tidak memerlukan obat-obatan.
Menyikat lidah dan menjaga kebersihan mulut dengan benar harus dilakukan
secara rutin. Penting untuk menekankan kepada pasien bahwa proses ini
sepenuhnya dapat diatasi.
Pembersihan lidah sangatlah penting karena mengingat permukaan
dorsum lidah adalah tempat utama bagi pertumbuhan mikroorganisme,
khususnya bakteri anaerob. Tindakan pembersihan lidah selain dapat
meningkatkan tampilan klinis, juga dapat mengurangi halitosis dan
mengeliminasi sebagian bakteri fakultatif anaerob dan obligat anaerob yang
berperan dalam penyakit periodontal.
Umumnya penatalaksanaan yang paling efektif untuk coated tongue
adalah penggunaan pembersih lidah setiap hari dengan menggunakan tongue
scrapper. Pembersih lidah atau tongue scrapper bertujuan untuk menghilangkan
sel keratin yang mati di permukaan dorsal lidah. Selain pembersih lidah,
memberikan intruksi pada pasien untuk mengurangi kebiasaan seperti
mengonsumsi makanan lunak, serta menjaga oral hygiene juga dapat membantu
mengurangi coated tongue.

Sumber. Ridgewood Dental Association

(Sumber : Hamid, H., Aulia, R., Samad, R. Efektivitas Penggunaan Tongue


Scraper Terhadap Penurunan Indeks Tongue Coating Dan Jumlah Koloni
Bakteri Anaerob Lidah. Dentofasial 2011;10(1):32-5.)

10. Jelaskan bagaimana prognosis gigi 16 tersebut?


Prognosis karies adalah perjalanan karies gigi yang mungkin atau
diharapkan. Pada gigi 16 terjadi karies profunda stadium II, dimana karies
tersebut masih sampai dentin belum sampai kamar pulpa. Saat gigi 16 diperiksa
dengan Electric Pulp Test (EPT) hasilnya positif. Hasil tersebut menunjukan
bahwa gigi 16 vital. Prognosis sesuai dengan kasus adalah baik.
(Sumber : Machiulskiene, V et. al. Terminology of Dental Caries and Dental
Caries Management: Consensus Report of a Workshop Organized by ORCA
and Cariology Research Group of IADR. Caries Res 2020;54:7–14.)

Anda mungkin juga menyukai