Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN INDIVIDU

BLOK 12 MUKOSA DAN PERIODONTAL


PEMICU 3
” PUTIHNYA GUSIKU”

Disusun Oleh:
Devita Alamanda
190600079

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering dialami
oleh masyarakat Indonesia. Penyakit periodontal yang paling sering mengenai jaringan periodontal
adalah gingivitis dan periodontitis. Menurut hasil Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018, penduduk Indonesia mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut sebanyak 57,6 persen.
Provinsi Kalimantan Selatan menempati urutan ke-14 sebagai provinsi yang memiliki masalah
kesehatan gigi dan mulut tertinggi dengan prevalensi sebanyak 59 persen. Periodontitis adalah
suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh
mikroorganisme spesifik, yang menyebabkan kerusakan progresif pada ligamen periodontal dan
tulang alveolar dengan manifestasi klinis terbentuknya poket, kegoyangan gigi, hilangnya
perlekatan dan resesi gingiva.

Ulkus atau ulser merupakan kerusakan jaringan epitel yang sering berdampak cekungan
dan memiliki batas tegas, kasus ulkus seringkali ditemukan pada rongga mulut. Ulkus traumatikus
merupakan lesi sekunder yang berbentuk ulkus, yaitu hilangnya lapisan epitelium hingga melebihi
membrana basalis dan sampai mengenai lamina propria yang diakibatkan oleh trauma. Ulkus
traumatikus dapat terjadi pada usia berapapun dan jenis kelamin apapun.

1.2. DESKRIPSI TOPIK


Narasumber : Dr. drg., Wilda Hafni Lubis,M.Si; drg, Pocut Astari, M.Biomed; drg.
Irma Ervina, Sp.Perio (K)
Pak Gontar (67 tahun) datang ke dokter gigi dengan keluhan gigi dan gusi kanan bawah
sakit. Gigi goyang dan gusi sering berdarah sendiri. Pasien ingin mencabut gigi yang sakit dan
mengobati gusinya yang melepuh berwarna putih. Beberapa hari sebelumnya giginya sakit, pak
Gontar mengobati giginya dengan minum obat aspirin, tetapi tetap dirasakan sakit, akhirnya
obat aspirin dihancurkan dan dimasukkan ke gigi yang sakit. Keesokan hari dilihatnya gusi
sudah berubah menjadi putih yang luas dan berkerut terlihat seperti terkelupas. Dari

1
pemeriksaan intra oral diperoleh gigi 47: mobiliti derajat 2, karies sekunder dengan tambalan
yang rusak. Lesi putih ditemukan di gusi dan mukosa sekitar gigi 47 cukup luas. Gingiva
berwarna merah pada seluruh regio, BoP (+) dengan rerata PBI 2,5; OHIS: 3,8; dan poket
absolut. Kedalaman poket pada gigi 47 yaitu distal 10 mm, bukal dan lingual 7 mm (Radiografi
terlampir).

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DIAGNOSIS BERDASARKAN KELUHAN-KELUHAN KASUS TERSEBUT
BESERTA ALASANNYA
Ulkus traumatikus merupakan jenis ulser yang disebabkan oleh faktor lokal. Gambaran
klinis ulkus traumatikus biasanya berupa ulser tunggal yang berbentuk oval dan cekung. Bagian
tengah ulkus biasanya kuning-kelabu atau berwarna putih/abu-abu dengan pinggir eritematosus.
Permukaan lesi halus dan palpasi lunak serta bentuk lesi tidak teratur. Ukuran lesi biasanya 1-8
mm, selain itu ukuran lesi juga dapat bervariasi dan tergantung trauma yang menjadi penyebab.
Lokasi lesi biasanya terdapat di lidah, mukosa bukal, mukosa bibir, gingiva, dan palatum. Selain
itu, ulkus dapat disebabkan karena trauma mekanik, bahan kimia, panas, listrik serta cara
menggosok gigi yang tidak benar.1
Pada scenario, dapat kita ketahui bahwa pasien melakukan kontak dengan aspirin yang
berkepanjangan sehingga pasien trauma akan bahan kimia. Selain itu, ditemukan lesi putih
ditemukan di gusi dan mukosa sekitar gusi. Sehingga, diagnosis pasien adalah ulkus traumatikus.
Periodontitis adalah “suatu penyakit inflamasi pada jaringan penyokong gigi yang
disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, mengakibatkan kerusakan progresif pada ligamen
periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau keduanya.” Penampakan
klinis yang membedakan periodontitis dengan gingivitis adalah keberadaan kehilangan perlekatan
(attachment loss) yang dapat dideteksi. Hal ini sering disertai dengan pembentukan poket
periodontal dan perubahan densitas serta ketinggian tulang alveolar di bawahnya. Pada beberapa
kasus, resesi gingiva marginal dapat menyertai attachment loss, yang menyembunyikan
perkembangan penyakit apabila hanya dilakukan pengukuran kedalaman poket tanpa dilakukan
pengukuran tingkat perlekatan klinis. Tanda klinis inflamasi seperti perubahan warna, kontur dan
konsistensi serta pendarahan pada saat probing. Periodontitis dibagi menjadi dua, yaitu
periodontitis kronis dan periodontitis agresif. Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi
plak dan kalkulus dan secara umum berkembang lambat, tetapi nampak periode destruksi yang
cepat. Peningkatan perkembangan periodontitis dapat disebabkan oleh dampak faktor lokal,
sistemik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi akumulasi plak. Tanda klinis dari periodontitis
kronis adalah :
1. Inflamasi gingiva dan pendarahan

3
Adanya dan keparahan inflamasi gingiva tergantung pada status kebersihan mulut; bila
buruk, inflamasi gingiva akan timbul dan terjadi pendarahan waktu penyikatan atau bahkan
pendarahan spontan.
2. Poket
Secara teoritis, bila tidak ada pembengkakan gingiva, poket sedalam lebih dari 2 mm
menunjukkan adanya migrasi ke apikal dari epithelium krevikular, tetapi pembengkakan inflamasi
sangat sering mengenai individu usia muda sehingga poket sedalam 3-4 mm dapat seluruhnya
merupakan poket gingiva atau poket ‘palsu’. Poket sedalam 4 mm menunjukkan adanya
periodontitis kronis tahap awal
3. Resesi gingiva
Resesi gingiva dan terbukanya akar dapat menyertai periodontitis kronis tetapi tidak selalu
merupakan tanda dari penyakit. Bila ada resesi, pengukuran kedalaman poket hanya merupakan
cerminan sebagian dari jumlah kerusakan periodontal seluruhnya.
4. Mobilitas gigi
Derajat mobilitas gigi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
• Grade 1. Hanya dirasakan
• Grade 2 mudah dirasakan, pergeseran labiolingual 1 mm
• Grade 3 pergeseran labiolingual lebih 1 mm, mobilitas dari gigi ke atas dan ke bawah
pada arah aksial
5. Kerusakan tulang alveolar
Resorpsi tulang alveolar dan kerusakan ligamen periodontal adalah tanda paling penting
dari periodontitis kronis dan merupakan salah satu penyebab lepasnya gigi. Tanda radiografi yang
pertama dari kerusakan periodontal adalah hilangnya densitas tepi alveolar.
Pada pemeriksaan intraoral, dapat kita ketahui bahwa gingiva berwarna merah pada seluruh
regio, BoP (+), mobility derajat 2 pada gigi 47 dan poket absolut. Pada poket periodontal (absolut
/ true) terjadi kerusakan jaringan pendukung. Kedalaman poket terjadi karena kerusakan
jaringan periodontal pendukung dan terlepasnya pengikat gigi. Sehingga, diagnosis pasien
tersebut adalah periodontitis kronis.2

4
2.2. JENIS RESPON INFLAMASI PADA MUKOSA YANG MELEPUH

Inflamasi merupakan suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang
merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin, serotonin,
bradikinin, dan prostaglandin yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah,
bengkak, dan disertai gangguan fungsi. Kerusakan sel yang terkait dengan inflamasi berpengaruh
pada selaput membran sel yang menyebabkan leukosit mengeluarkan enzim-enzim lisosomal dan
asam arakhidonat. Metabolisme asam arakhidonat menghasilkan prostaglandin-prostaglandin
yang mempunyai efek pada pembuluh darah, ujung saraf, dan pada sel-sel yang terlibat dalam
inflamasi.

Inflamasi dapat dibedakan atas inflamasi akut dan kronis. Inflamasi akut adalah respon
awal tubuh oleh benda berbahaya dan meningkat dengan meningkatnya pergerakkan plasma dan
leukosit dari darah ke jaringan luka. Reaksi biokimia berantai yang mempropagasi dan pematangan
respon imun, termasuk system vaskuler, system imun, dan berbagai sel yang ada pada jaringan
luka. Inflamasi kronis adalah inflamasi berkepanjangan yang memicu peningkatan pergantian tipe
sel yang terdapat pada tempat inflamasi dan dicirikan dengan kerusakkan dan penutupan jaringan
dari proses inflamasi.3

Pada scenario, dapat kita ketahui bahwa pasien memasukkan aspirin ke gigi nya yang sakit,
lalu keesokannya ditemukan bahwa gusi sudah berubah menjadi putih yang luas dan berkerut
terlihat seperti terkelupas. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan jenis inflamasi nya adalah
inflamasi akut karena merupakan respon awal tubuh oleh rangsangan kimiawi yang merusak.

2.3. ETIOLOGI KASUS PADA MUKOSA DAN PENYAKIT PERIODONTAL KASUS


TERSEBUT
Lesi-lesi putih traumatic dapat disebabkan oleh berbagai iritasi fisik dan kimia, seperti
trauma gesek, panas, kontak aspirin berkepanjangan, penggunaan obat kumur atau cairancairan
kaustik lain yang berlebihan. Terutama, trauma gesek seringkali tampak pada gusi cekat. Hal itu
disebabkan oleh penyikatan gigi yang berlebihan, gerakan gigi tiruan, dan mengunyah dengan
linggir tak bergigi. Lama kelamaan gusi menjadi menebal dengan suatu permukaan putih yang

5
menjadi kasar. Sakit umumnya tidak ada dan pemeriksaan histopatologis menggambarkan
hiperortokeratosis. Trauma hebat dapat mengakibatkan lesi putih karena hilangnya lapisan-lapisan
superficial dari epitel mukosa. Dibawah putihnya ada permukaan yang kasar, merah atau berdarah.
Secara khas lesi-lesi traumatic akut tampak sebagai bercak-bercak titik putih dengan tepi-tepi difus
dan tak teratur.
Iritasi kimia dapat terjadi karena meletakkan aspirin di mukosa untuk sakit gigi atau
penggunaan obat kumur atau pasta gigi yang tidak sesuai petunjuk dokter gigi. Agents ini dapat
menyebabkan lapisan superficial epitel mengalami nekrosis yang menimbulkan lesi putih atau
eschar yang dapat terkelupas. Area yang paling sering terkena adalah mukosa bukkal dan gingival.1

Etiologi utama periodontitis adalah plak gigi. Namun, sejatinya etiologi periodontitis
adalah multifaktorial.

Secara umum, periodontitis umumnya melibatkan bakteri Porphyromonas


gingivalis, Tannerella forsythia, Actinobacillus actinomycetemcomitans, dan Treponema
denticola. Bakteri-bakteri yang menyebabkan periodontitis tersebut umumnya adalah gram
negatif, bakteri anaerob, dan bakteri mikroaerofilik yang hidup di area subgingiva dan
menyebabkan akumulasi prostaglandin proinflamasi dan sitokin yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan jaringan periodontal.

Selain etiologi utama yang menyebabkan periodontitis tersebut, juga terdapat faktor lokal
yang memperberat periodontitis, yaitu akumulasi plak dan kalkulus, adanya impaksi ataupun
retensi makanan yang diakibatkan oleh malposisi gigi, restorasi gigi yang kurang baik, serta
adanya karies di bagian proksimal gigi.

Selain itu, juga terdapat faktor modifikasi. Faktor modifikasi adalah suatu keadaan yang
dapat mengubah respon host dalam menangani invasi bakterial. Faktor ini menyebabkan penyakit
periodontal secara tidak langsung. Faktor modifikasi ini contohnya adalah kebiasaan merokok,
usia, gangguan imunologi, konsumsi obat-obatan, ketidakseimbangan hormonal, penyakit
sistemik, gaya hidup, dan faktor lingkungan.4,5

2.4. PATHOGENESIS KELAINAN YANG TERJADI PADA MUKOSA DAN PENYAKIT


PERIODONTAL KASUS TERSEBUT

6
Mukosa oral mempunyai kemampuan yang terbatas untuk merespon stimuli patologi.
Salah satu respon adaptive adalah menghasilkan keratin sebagai mekanisme protektif melawan
iritasi fisik . Lesi terjadi karena overproduksi keratin dan kerusakan epitel.1
Periodontitis adalah gangguan multifaktorial yang disebabkan oleh bakteri dan gangguan
keseimbangan pejamu dan parasit sehingga menyebabkan destruksi jaringan. Proses terjadinya
periodontitis melibatkan mikroorganisme dalam plak gigi dan faktor kerentanan pejamu. Faktor
yang meregulasi kerentanan pejamu berupa respon imun terhadap bakteri periodontopatogen.
Tahap awal perkembangan periodontitis adalah inflamasi pada gingiva sebagai respon
terhadap serangan bakteri. Periodontitis dihubungkan dengan adanya plak subgingiva. Perluasan
plak subgingiva ke dalam sulkus gingiva dapat mengganggu perlekatan bagian korona epitelium
dari permukaan gigi. Mikroorganisme yang terdapat di dalam plak subgingiva seperti
Porphiromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans, Tannerela forsythia,
Provotella intermedia dan Treponema denticola akan mengaktifkan respon imun terhadap patogen
periodontal dan endotoksin tersebut dengan merekrut neutrofil, makrofag dan limfosit ke sulkus
gingiva untuk menjaga jaringan pejamu dan mengontrol perkembangan bakteri.
Faktor kerentanan pejamu sangat berperan dalam proses terjadinya periodontitis.
Kerentanan pejamu dapat dipengaruhi oleh genetik, pengaruh lingkungan dan tingkah laku seperti
merokok, stres dan diabetes. Respon pejamu yang tidak adekuat dalam menghancurkan bakteri
dapat menyebabkan destruksi jaringan periodontal.
Tahap destruksi jaringan merupakan tahap transisi dari gingivitis ke periodontitis.
Destruksi jaringan periodontal terjadi ketika terdapat gangguan pada keseimbangan jumlah bakteri
dengan respon pejamu, hal ini dapat terjadi akibat subjek sangat rentan terhadap infeksi
periodontal atau subjek terinfeksi bakteri dalam jumlah yang besar. Sistem imun berusaha menjaga
pejamu dari infeksi ini dengan mengaktifasi sel imun seperti neutrofil, makrofag dan limfosit untuk
memerangi bakteri. Makrofag distimulasi untuk memproduksi sitokin matrix metalloproteinases
(MMPs) dan prostaglandin E2 (PGE2). Sitokin MMPs dalam konsentrasi tinggi di jaringan akan
memediasi destruksi matriks seluler gingiva, perlekatan serat kolagen pada apikal epitel penyatu
dan ligamen periodontal. Sitokin PGE2 memediasi destruksi tulang dan menstimulasi osteoklas
dalam jumlah besar untuk meresorbsi puncak tulang alveolar.
Kehilangan kolagen menyebabkan sel epitelium penyatu bagian apikal berproliferasi
sepanjang akar gigi dan bagian korona dari epitelium penyatu terlepas dari akar gigi. Neutrofil

7
menginvasi bagian korona epitelium penyatu dan memperbanyak jumlahnya. Jaringan akan
kehilangan kesatuan dan terlepas dari permukaan gigi. Sulkus akan meluas secara apikal dan pada
tahap ini sulkus gingiva akan berubah menjadi poket periodontal.6

2.5. PROGNOSIS KELAINAN MUKOSA DAN PENYAKIT PERIODONTAL KASUS


TERSEBUT
Ulkus traumatikus dapat disebabkan oleh faktor lokal. Penyembuhan bisa sembuh dalam
beberapa minggu dengan menghilangkan faktor penyebab, selain itu bisa dibantu dengan
pemberian obat dan tetap menjaga kebersihan mulut serta asupan gizi.7
Prognosis periodontitis tergantung dari masing-masing penderita. Umumnya dapat dilihat
dari status Oral Hygiene Index (OHI) penderita tersebut. Semakin baik status OHI penderita
tersebut, maka semakin baik prognosisnya. Komplikasi yang mungkin terjadi jika kasus
periodontitis tidak ditangani dengan benar adalah kehilangan gigi dan bakteremia.8

2.6. PENATALAKSANAAN KELAINAN MUKOSA TERSEBUT

• Hilangkan iritasi, dan biasanya akan sembuh kurang lebih dalam 14 hari.
• Anestesi
• Topical dan analgesic.
Medikasi berupa pemberian Kenalog dan vitamin C. Kenalog mengandung Triamcinolone
acetonide, yaitu kortikosteroid sintetik yang memiliki efek anti inflamasi, anti gatal, dan
anti alergi. Kenalog merupakan obat topikal yang berfungsi sebagai antiinflamasi yaitu
meredakan peradangan yang berhubungan dengan lesi inflamasi oral dan lesi ulseratif oral
yang diakibatkan trauma, serta dapat mengurangi rasa sakit. Selain itu, salah satu fungsi
vitamin C adalah pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein yang
mempengaruhi integritas struktur di semua jaringan ikat sehingga vitamin C berperan
dalam penyembuhan luka. Selain itu, vitamin C berfungsi mencegah infeksi karena dapat
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
• Pemberian Dental Health Education yang bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai penyakit yang diderita yaitu ulkus traumatikus. Pasien dianjurkan untuk rutin

8
mengkonsumsi sayur dan buah-buahan untuk mencegah terjadinya luka serta mempercepat
penyembuhan.7

2.7. RENCANA PERAWATAN PENYAKIT PERIODONTAL PADA KASUS TERSEBUT


Perawatan periodontitis terbagi menjadi tiga fase yaitu:
Fase I : Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor
etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan
perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase
I.
1. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak.
2. Scaling dan root planning.
3. Perawatan karies dan lesi endodontik.
4. Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging.
5. Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment).
6. Splinting temporer pada gigi yang goyah.
7. Perawatan ortodontik.
8. Analisis diet dan evaluasinya.
9. Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas.

Fase II : Fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti
poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai suatu hasil
dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal.
Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini:
1. Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain: kuretase gingiva,
gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal, rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur
regenerasi periodontal (bone and tissue graft).
2. Penyesuaian oklusi.
3. Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang

Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada
penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini:

9
1. Riwayat medis dan riwayat gigi pasien.
2. Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak, ada tidaknya
inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi.
3. Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan tulang alveolar
tiap 3 atau 4 tahun sekali.
4. Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas kontrol plak pasien
dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus. Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk
mencegah karies.9

10
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Ulkus traumatikus merupakan jenis ulser yang disebabkan oleh faktor lokal. Gambaran
klinis ulkus traumatikus biasanya berupa ulser tunggal yang berbentuk oval dan cekung. Lokasi
lesi biasanya terdapat di lidah, mukosa bukal, mukosa bibir, gingiva, dan palatum. Selain itu, ulkus
dapat disebabkan karena trauma mekanik, bahan kimia, panas, listrik serta cara menggosok gigi
yang tidak benar. Mukosa oral mempunyai kemampuan yang terbatas untuk merespon stimuli
patologi. Salah satu respon adaptive adalah menghasilkan keratin sebagai mekanisme protektif
melawan iritasi fisik . Lesi terjadi karena overproduksi keratin dan kerusakan epitel. Ulkus
traumatikus dapat disebabkan oleh faktor lokal. Penyembuhan bisa sembuh dalam beberapa
minggu dengan menghilangkan faktor penyebab, selain itu bisa dibantu dengan pemberian obat
dan tetap menjaga kebersihan mulut serta asupan gizi.
Periodontitis adalah “suatu penyakit inflamasi pada jaringan penyokong gigi yang
disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, mengakibatkan kerusakan progresif pada ligamen
periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau keduanya.”. Prognosis
periodontitis tergantung dari masing-masing penderita. Umumnya dapat dilihat dari status Oral
Hygiene Index (OHI) penderita tersebut. Semakin baik status OHI penderita tersebut, maka
semakin baik prognosisnya. Komplikasi yang mungkin terjadi jika kasus periodontitis tidak
ditangani dengan benar adalah kehilangan gigi dan bakteremia.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Bowers LM, Fox PC, Brennann MT. Burket’s oral medicine 11th ed. Connecticut, PMPH-
USA; 2008:71.
2. Sudirman PL. Periodontitis. 2016.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/b874bd91f57579585a77c231c7d
39ef6.pdf . (23 Februari 2021)
3. Agroramadhan I. Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Buah Jarak Merah (Jatropha
Gossypifolia) Pada Tikus Jantan Yang Diinduksi Karagenin. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang, 2016:1.
4. Andriani I, Chairunnisa F. Case Report Periodontitis Kronis dan Penatalaksaan Kasus
dengan Kuretase bakteri menghasilkan bahan-bahan toksik merupakan stimulasi bakterial
. Enzim sebagai adanya penyakit periodontal . merupakan definisi poket periodontal dan
merupakan prosedur untuk. Insisiva Dent J Maj Kedokt Gigi Insisiva. 2019;8(1):25–30.
5. Pérez-Chaparro PJ, Gonçalves C, Figueiredo LC, Faveri M, Lobão E, Tamashiro N, et al.
Newly identified pathogens associated with periodontitis: A systematic review. J Dent Res.
2014;93(9):846–58.
6. Quamilla N. Stres Dan Kejadian Periodontitis (Kajian Literatur). Jurnal Syiah Kuala Dent
Soc 2016; 1(2): 161-8.
7. Khairiati, Martalinda W, Bakar A. Ulkus Traumatikus Disebabkan Trauma Mekanik Dari
Sayap Gigi Tiruan Lengkap (Laporan Kasus) . Jurnal B-Dent 2014; 1(2): 112-7.
8. Suzuki JI, Imaii Y, Aokii M, Fujitai D, Aoyamai N, Tadai Y, et al. Periodontitis in
cardiovascular disease patients with or without Marfan syndrome -A possible role of
Prevotella intermedia-. PLoS One. 2014;9(4):1–5.
9. Kiswaluyo. Perawatan Periodontitis pada Puskesmas Sumbersari, Puskesmas Wuluhan dan
RS Bondowoso. JKG Unej 2013; 10(3): 115-20.

12

Anda mungkin juga menyukai