Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN INDIVIDU

BLOK 6 REGULASI
PEMICU 2
”GUSIKU KOK BENGKAK YA..”

Disusun Oleh:
Devita Alamanda
190600079

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Hormon adalah suatu zat kimia yang bertugas sebagai pembawa pesan (chemical
messenger) disekresikan oleh sejenis jaringan, dalam jumlah yang sangat kecil dan dibawa oleh
darah menuju target jaringan di bagian lain dari tubuh untuk merangsang aktivitas biokimia atau
fisiologi yang khusus. Endokrinologi, suatu cabang ilmu biomedis yang mempelajari hormone
dan aktivitasnya, merupakan salah satu bidang biokimia yang sangat menarik karena beberapa
pemahaman baru berasal dari bidang ini. Lagi pula, karena perubahan dalam kerja hormon dapat
menimbulkan penyakit, maka endokrinologi juga merupakan suatu cabang ilmu biokimia yang
kegunaannya dapat dilihat secara langsung.
Berbagai macam hormon sudah diketahui dan banyak lagi yang ditemukan. Selain
mengatur beberapa aspek metabolisme, hormon juga mempunyai fungsi yang lain yaitu
mengatur pertumbuhan sel dan jaringan, denyut jantung, tekanan darah, fungsi ginjal, pergerakan
saluran gastrointestinal, sekresi enzim-enzim pencernaan, laktasi dan sistem reproduksi

1.2 DESKRIPSI TOPIK

Nama Pemicu: Gusiku kok bengkak ya...


Penyusun: dr. Eka Roina Megawati, M.Kes; dr.Zulham, M.Biomed, PhD; dr.T.Helvi, M.Kes

Seorang perempuan, 24 tahun datang ke RSGM USU dengan keluhan gusi bengkak pada
rahang bawah depan sejak 2 bulan yang lalu. Pasien sedang hamil 4 bulan. Pembengkakan ini
awalnya kecil dan berkembang dengan cepat selama satubulanterakhir. Gusi bengkak
menimbulkan nyeri sehingga pasien merasa tidak nyaman ketika berbicara dan mengunyah. Pada
inspeksi intraoral regio 41, 42, dan 43 didapati polip eksofitik, tidak bertangkai, berbentuk persegi
berwarna merah kebiruan, dan berukuran sekitar 1,7 x 1,3 cm dengan ketebalan 0,3 cm. Pada
palpasi polip terasa lunak dan berdarah. Gigi 41 dan 42 memperlihatkan mobiliti derajat 3 dan oral
hygiene pasien buruk.

Learning issue
Histologi: Histologi rongga mulut
Fisiologi: Fisologi hormon
Biokimia: Mekanisme kerja hormon
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bagaimanakah struktur histologi normal dari mukosa mulut?

Histologi mukosa rongga mulut secara umum terdiri dari epitel berlapis pipih berkeratin, tidak
berkeratin, atau parakeratin dengan jaringan ikat di bawahnya. Bagian rongga mulut yang terkena
gesekan (gingiva, permukaan dorsal lidah, dan palatum durum) dilapisi oleh masticatory mucosa
yang terdiri dari epitel berlapis pipih parakeratin dan epitel berlapis pipih berkeratin dengan
jaringan ikat padat (kolagen) yang tidak teratur di dasarnya. Bagian dari rongga mulut lainnya
dilapisi oleh lining mucosa dengan epitel berlapis pipih tidak berkeratin dan juga terdapat jaringan
ikat padat (kolagen) yang tidak teratur. Selain itu, terdapat juga jenis mukosa rongga mulut yang
mengandung kuncup kecap yang terdapat pada permukaan dorsal lidah yaitu specialized mucosa.1

2. Bagaimanakah struktur histologi kelenjar saliva minor di rongga mulut?

Kelenjar saliva minor lebih kecil dari kelenjar saliva mayor, namun jumlahnya lebih banyak.
Kelenjar saliva minor termasuk kelenjar eksokrin, namun duktus mereka lebih pendek daripada
duktus kelenjar saliva mayor. Ada juga kelenjar saliva minor yang bernama von Ebner’s salivary
glands, terhubung dengan papilla lingual circumvallate, dibagian posterior permukaan dorsal
lidah. Kebanyakan kelenjar saliva minor memiliki sel mucus yang banyak, kecuali kelenjar von
Ebner yang hanya terdiri dari sel serous.2

3. Jelaskan mekanisme sekresi hormon-hormon yang termasuk aksis hipotalamus hipofisis!

Hipofisis dibagi menjadi adenohipfosis atau bagian anterior dari hipofisis dan neurohipofisis atau
lobus posterior dari hipofisis.

1. Adenohipofisis
menghasilkan enam macam hormon. Hormon-hormon tersebut adalah Thyroid Stimulating
Hormone (TSH), FSH, GH, LH, Corticotropin, dan Prolaktin.
2. Neurohipofisis atau lobus posterior hipofisis
Lobus posterior mensekresikan vasopressin dan oksitosin.

Tidak ada hormone hipofisis anterior yang disekresi secara konstan. Meskipun setiap hormone
mempunyai system control yang unik, namun ada beberapa pola regulasi yang umum. Dua factor
penting yang meregulasi hormone hipofisis anterfior adalah: 1. Hormon hipotalamus dan 2.
Feedback dari target organnya.

Gambar 1.1 Hormon-hormon yang dihasilkan oleh Hipotalamud san efeknya terhadap
Adenhohipofisis

Sekresi dari setiap hormon hipofisis anterior distimulasi atau dihambat oleh satu atau lebih dari
tujuh hormon hipofisiotropik hormon dari hipotalamus. Tergantung dari cara kerjanya, hormon ini
ada yang disebut releasing hormone atau inhibiting hormone. Cara kerja dari hormon ini
tergantung daripada namanya. Sebagai contoh thyrotropin releasing hormone (TRH) menstimulasi
pelepasan TSH dari hipofisis anterior sedangkan prolaktin inhibiting hormone (PIH) yang dikenal
sebagai dopamin menghambat pelepasan prolaktin dari hipofisis anterior. Hipofisiotropik hormon
pada kebanyakan kasus termasuk dalam tiga tingkat rantai hierarki hormon. Hipotalamik-
hipofisiotropik hormon (hormon 1) mengatur pengeluaran dari hormon tropik dari hipofisis
anterior (hormon 2). Hormon tropik ini meregulasi sekresi dari target hormon kelenjar endokrin
(hormon 3) yang kemudian menimbulkan efek fisiologik. Hormon yang dihasilkan ini (hormon 3)
dapat memberikan feedback negatif ke hipofisis dan hipotalamus. Sistem ini dikenal sebagai
endokrin aksis (HPA Aksis).3

4. Apakah hormon-hormon yang mengalami perubahan pada masa kehamilan!

Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan terutama meliputi perubahan konsentrasi
hormon seks yaitu progesteron dan estrogen. Pada awal kehamilan, terjadi peningkatan hormon
hCG dari selsel trofoblas. Juga terdapat perubahan dari korpus luteum menjadi korpus luteum
gravidarum yang memproduksi estrogen dan progesterone. Pada pertengahan trimester satu,
produksi hCG menurun, fungsi korpus luteum gravidarum untuk menghasilkan estrogen dan
progesteron pun digantikan oleh plasenta. Pada trimester dua dan tiga, produksi estrogen dan
progesteron terus megalami peningkatan hingga mencapai puncaknya pada akhir trimester tiga.5

5. Pada kehamilan terjadi peningkatan kadar estrogen dan progesteron. Apa fungsi hormon
tersebut!

Estrogen dikeluarkan oleh indung telur yang kemudian langsung digunakan untuk mempersiapkan
lapisan rahim. Di samping itu, estrogen juga bisa melancarkan aliran darah, meningkatkan
kesehatan tulang ibu dan bayi, hingga mampu merangsang kelenjar menyusui. Sementara
progesterone diproduksi oleh indung telur dan juga oleh plasenta yang dimulai saat usia kehamilan
memasuki trimester kedua. Hormon ini, berperan mengontrol metabolism tubuh ketika hamil,
mencegah infeksi di Rahim dengan mempertebal ‘penutup’ yang ada di leher rahim, hingga
memperkuat otot-otot di dinding pelvis di panggul untuk menyiapkan persalinan.
Meski keduanya seolah berbeda, namun estrogen dan progesterone memiliki kesamaan peran
dalam memastikan perkembangan embrio agar tetap melekat ke rahim selama proses kehamilan
dan tentunya, satu sama lain saling menguatkan dalam perannya menunjang kehamilan hingga
proses melahirkan.5
6. Jelaskan mekanisme kerja hormon!
Dalam bekerja terhadap sel target, hormon mempunyai tiga mekanisme kerja utama, yaitu:
1. Mengubah permeabilitas saluran (membran) dengan bekerja pada protein saluran (protein kanal)
yang sudah ada;
2. Bekerja melalui sistem pembawa pesan kedua (second messenger) untuk mempengaruhi
aktivitas sel;
3. Pengaktifan gen spesifik untuk sintesis protein baru.

Hormon dalam bekerja juga memerlukan reseptor spesifik. Reseptor pada umumnya adalah
molekul protein dengan struktur tertentu sehingga hanya melakukan pengikatan dengan
hormon/analog dengan struktur hormon tertentu. Reseptor hormon terletak di membrane
sel/sitoplasma sel. Dengan demikian hormon yang dibebaskan ke dalam darah hanya bekerja pada
sel atau jaringan tertentu yang mempunyai reseptor spesifik terhadap hormon tersebut.6

7. Jelaskan mekanisme kerja hormon sesuai dengan kasus di atas!

Kondisi kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan periodontal karena adanya perubahan


hormonal. Selama masa kehamilan, kadar estrogen dan progesteron terus meningkat sehingga
dapat mengakibatkan perubahan pada rongga mulut khususnya pada gingiva. Peningkatan kadar
hormon estrogen dan progesteron ini dapat mempengaruhi terjadinya gingivitis, yang biasanya
dimulai pada bulan ke-2 dan ke-3 saat kehamilan. Keadaan gingivitis ini akan terus terjadi selama
masa kehamilan, dan akan menurun tingkat keparahannya seiring dengan menurunnya kadar
hormon estrogen dan progesterone.7 Ketidakseimbangan hormonal akan menyebabkan respon
berlebih terhadap plak karena penekanan fungsi limfosit T sebagai bagian dari mekanisme
pertahanan gingiva dan peningkatan P.intermedia, sehingga gingiva menjadi lebih rentan terhadap
peradangan. Kondisi kehamilan akan memicu terjadinya kelainan jaringan periodontal berupa
gingivitis kehamilan dan epulis gravidarum yang disebabkan karena peningkatan kadar hormon
estrogen dan progesteron.8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sistem Endokrin dan susunan saraf merupakan alat utama dimana tubuh
mengkomunikasikan antara berbagai jaringan dan sel. Sistem saraf sering di pandang sebagai
pembawa pesan melalui sistem stuktural yang tetap. Sistem Endokrim dimana berbagai macam
“Hormon” di sekresikan oleh kelenjar spesifik, di angkut sebagai pesan yang bergerak untuk
bereaksi pada sel atau organ targetnya (definisiklasik dari hormon).

Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sel untuk mencari seltarget. Ketika
hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptortertentu pada permukaan
sel tersebut dan mengirimkan sinyal.

Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan mempengaruhi
ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular, termasuk di antaranya adalah
perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram),
pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas
baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan
menopause).Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon
lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.
Selain itu, hormone saat kehamilan juga berpengaruh pada kesehatan periodontal karena adanya
perubahan hormone itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gartner L, Hiatt J. Color Textbook of Histologi. 3rd ed. Philadelphia: Saunders, 2006.
2. Bath-Balogh M, Fehrenbach MJ. Dental Embryology, Histology, and Anatomy. 2nd Ed.
Missouri: Elsevier Sauders, 2006.
3. Sherwood L. Human Physiology From Cell to Systems. 7th Ed. Boston: Cengage Learning,
2010.
4. Kusuma A. Perbedaan Curah Saliva pada Wanita Hamil Trimester 1, Trimester 2, dan Trimester
3. Thesis. Semarang: Universitas Diponegoro, 2013: 24.
5. Heffner LJ, Schust DJ. At a glance: Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga, 2010.
6. Nugroho RA. Dasar-Dasar Endokrinologi. Samarinda: Mulawarman University Press, 2016.
7. Effendy A, Rahardjo A. Dental Health During Pregnancy. Proceedings of the 15th Scientifi c
Meeting & Refreshner Course in Dentistry, Jakarta, 2009: 27-31
8. Sharma R, Maimanuku LR, Morse Z, Pack AR. Preterm low birth weight associated with
periodontal disease in the Fiji Island. International Dental Journal 2007; 57(4): 257- 260.

Anda mungkin juga menyukai