Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PEMICU 2 BLOK 6

REGULASI

“Gusiku Kok Bengkak, Ya…?”

Disusun Oleh:
Salamatusshodri
190600139

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Mulut sebagai saluran pencernaan yang memiliki posisi terbuka terhadap lingkungan luar,
maka kondisi biologis rongga mulut secara berkelanjutan mengalami modifikasi yang
dipengaruhi oleh kontaminasi mikroorgranisme serta pengaruh asupan makanan. Salah satu
komponen sistem pertahanan rongga mulut dari pengaruh berbagai faktor lingkungan tersebut
adalah jaringan mukosa mulut.1

Rangsangan hormon pituitari dapat berasal dari dalam maupun luar tubuh. Otak akan
memberi sinyal ke kelenjar pituitari untuk meningkatkan atau menurunkan tingkat sekresi
hormon tertentu. Dengan demikian, otak berperan menghubungkan kelenjar pituitari dengan
peristiwa yang terjadi di luar atau di dalam tubuh, yang akan berdampak pada tingkat sekresi
hormone pituitari. Hubungan fungsional antara otak dan kelenjar pituitari, dimana bagian
hipotalamus memainkan peranan utama ini disebut sebagai aksis Hipotalamus-Pituitari.2

Mekanisme kerja sistem endokrin dikendalikan hipotalamus (suatu organ tubuh yang
terletak di bawah otak, sebesar biji kacang yang mempunyai saraf tertentu). Hipotalamus
mempunyai kelenjar pituitari atau hipofisis yang dapat mengeluarkan beberapa macam
hormon. Sebagian hormon tersebut merangsang kelenjar lain untuk mengeluarkan hormon
tertentu. Sistem pengendalian hormon terjadi pada metabolisme karbohidrat dan sistem
pengendalian air.3

Gingivitis adalah peradangan ringan pada jaringan gusi yang disebabkan oleh akumulasi
plak. Gingivitis dapat terjadi pada semua usia, tetapi rentan terhadap wanita hamil. Selama
masa kehamilan, estrogen dan progesteron akan meningkat, faktor tersebut akan menyebabkan
pelebaran pembuluh darah dan memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi ringan. 4

1.2 Deskripsi Pemicu


Seorang perempuan, 24 tahun datang ke RSGM USU dengan keluhan gusi bengkak pada
rahang bawah depan sejak 2 bulan yang lalu. Pasien sedang hamil 4 bulan. Pembengkakan ini
awalnya kecil dan berkembang dengan cepat selama satu bulan terakhir. Gusi bengkak
menimbulkan nyeri sehingga pasien merasa tidak nyaman ketika berbicara dan mengunyah.

1
Pada inspeksi intraoral regio 41, 42, dan 43 didapati polip eksofitik, tidak bertangkai,
berbentuk persegi berwarna merah kebiruan, dan berukuran sekitar 1,7 x 1,3 cm dengan
ketebalan 0,3 cm. Pada palpasi polip terasa lunak dan berdarah. Gigi 41 dan 42 memperlihatkan
mobiliti derajat 3 dan oral hygiene pasien buruk.

2
BAB II
Pembahasan
2.1 Pembahasan Produk
1. Bagaimana struktur histologi normal dari mukosa mulut?

Jawab: Histologi mukosa rongga mulut secara umum terdiri dari epitel berlapis pipih
berkeratin, tidak berkeratin, atau parakeratin sebagai pelindung jaringan ikat di bawahnya dari
kerusakan mekanis, kimia, dan termal.4,5,6

Bagian rongga mulut yang terkena gesekan (gingiva, permukaan dorsal lidah, dan
palatum durum) dilapisi oleh masticatory mucosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih
parakeratin dan epitel berlapis pipih berkeratin dengan jaringan ikat padat (kolagen) yang tidak
teratur di dasarnya. 4,5,6

3
Bagian dari rongga mulut lainnya dilapisi oleh lining mucosa dengan epitel berlapis
pipih tidak berkeratin dan juga terdapat jaringan ikat padat (kolagen) yang tidak teratur. Selain
itu, terdapat juga jenis mukosa rongga mulut yang mengandung kuncup kecap yang terdapat
pada permukaan dorsal lidah yaitu specialized mucosa. 4,5,6

A. Bibir

Bibir mempunyai tiga permukaan yaitu aspek eksternal, daerah vermilion dan aspek
internal. Pada aspek eksternal, struktur seperti kulit tipis, terdapat kelenjar keringat, folikel
rambut dan kelenjar sebasea. Daerah vermilion memiliki epitel berlapis pipih dengan keratin,
kapiler dekat dengan permukaan dan berwarna merah. Pada aspek internal memiliki struktur
sama dengan mukosa rongga mulut dan kelenjar ludah minor. Pada bibir, jaringan utamanya
tersusun oleh jaringan ikat fibroelastis. Bagian dalam bibir diliputi oleh mukosa yang terdiri
atas epitel berlapis pipih tidak berkeratin yang terletak diatas jaringan ikat lamina propria
dengan papilla yang tinggi.7

Mukosa bibir dan pipi tersusun dari otot (musculus) yang ditutupi oleh kulit pada bagian
luar, dan di bagian dalam dilapisi oleh membran mukosa yang sama. Epitel yang melapisi bibir
dan pipi bagian dalam yaitu epitel berlapis pipih tidak berkeratin, fungsi epitel ini ialah sebagai
perlindungan atau proteksi dan juga sebagai penghasil lendir. Fungsi mukosa bibir dan pipi
juga membantu lidah dalam menempatkan makanan diantara gigi-gigi pada saat mengunyah.7

B. Gingiva

Struktur histologi gingiva terdiri dari epithelium stratified squamous atau epitel kubus
berlapis, mukosa gingiva termasuk jenis mukosa masticatory karena memiliki sebagian

4
berkeratin dan di beberapa tempat tidak berkeratin. Epitel gingiva berasal dari jaringan
ectodermal, berdasarkan pada morfologi dan fungsionalnya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
junctional epithelium, oral sulcular epithelium dan oral epithelium. 7,8

Epithelium jenis sulcular epithelium stratified squamous non-keratinized terdapat pada


junctional epithelium dan oral sulcular epithelium. Junctional epithelium berfungsi untuk
perlekatan gingiva dengan permukaan gigi dan di perkuat dengan serat serat gingiva sedangkan
oral sulcular epithelium berfungsi sebagai lapisan sulcus gingiva yang menhadap permukaan
gigi, bersifat semipermiabel sehingga dapat dilalui oleh bakteri dan cairan GCF (Gingiva
Clevicular Fluid).7,8

Pada oral epithelium terdapat jenis epithelium stratified squamous keratinized, terdapat
pada gingiva cekat dan tepi gingiva dimana tepi epitel ini menyatu dengan epitel palatum.
Bersifat permeabel terhadap cairan. Epitel dengan keratin memiliki lapis stratum basale,
stratum spoinosum, stratum granulosum dan stratum korneum, berfungsi untuk proteksi
jaringan dibawahnya seperti jaringan lemak, saraf, pembuluh pada saat mastikasi dan proteksi
terhadap bakteri.7,8

C. Lidah

Lidah adalah struktur terbesar dalam rongga mulut yang tediri dari kumpulan otot
rangka atau skeletal muscle pada bagian lantai mulut. Permukaan lidah dibagi menjadi 3
bagian, yaitu bagian dorsal, ventral, dan dua bagian lateral. Permukaan dorsal lidah itu kasar
karena ditutupi banyak sekali tonjolan kecil yang disebut papilla lingualis. Ada empat jenis

5
papilla lingualis yaitu papilla filiformis, papilla fungiformis, papilla sirkumvalata, dan papilla
foliate, berikut penjelasannya:7,9

a. Papilla filiformis

Berbentuk langsing, kerucut, agak melengkung, dengan ujungnya mengarah ke


belakang lidah. Papilla ini disusun oleh epitel pipih berkeratin yang menyebabkan lidah
berwarna agak kelabu. 7,9

Struktur papilla filiformis

b. Papilla fungiform

Memiliki dasar sempit dan belahan atas membulat agak besar menyerupai bentuk
jamur. Diameternya 0,5-1,0 mm dan sedikit lebih tinggi dari papilla filiformis. Jaringan
ikat ditengahnya terpadat banyak pembuluh darah dan epitelnya lebih tipis karena
lapisan tanduknya sedikit, sehingga papilla ini tampak berwarna merah. 7,9

Struktur papilla fungiform (hijau)

6
c. Papilla sircumvalata

Struktur papilla sircumvalata (hijau)

Hanya berjumlah 6 sampai 14 dan hanya terdapat di bagian posterior lidah, tepat di
depan sulcus terminalis dengan ukuran jauh lebih besar dari papilla fungiformis. Papilla
ini dilapisi oleh epitel bertanduk tidak sempurna. Epitel pada permukaan bebas itu licin
dan yang di sisi papilla banyak mengandung kuncup kecap. 7,9

d. Papilla foliata

Epitelnya mengandung banyak kuncup kecap. Secara histologi, kuncup kecapnya


tampak sebagai tumpukan berbentuk oval atau memanjang, tegak lurus pada membrana
basalis ke suatu muara kecil yaitu tante pore (torus gustatorius). Papilla ini dilapisi oleh
epitel berlapis pipih. 7,9

D. Palatum

Langit-langit rongga mulut (palatum) merupakan dasar rongga hidung. Bagian anterior
disebut sebagai palatum durum (hard palate) yang terdiri atas tulang prosesus dari maksila dan
tulang-tulang palatina, oleh karena itu palatum durum bersifat keras. Palatum durum sifatnya

7
kaku, sehingga lidah dapat melakukan tekanan untuk mencampur bahan makanan dan
memperlancar mekanisme menelan. Oleh karena itu permukaan oral palatum durum dilapisi
oleh epitel berlapis pipih berkeratin, lamina proprianya bersatu dengan periosteum. Di dalam
lamina propria terdapat banyak kelenjar kecil dan sedikit jaringan lemak. Pada garis tengah,
lamina proprianya tipis dan melekat pada jalur median tulang, daerah linear ini disebut
raphe.7,10

Bagian posterior dari palatum disebut dengan palatum molle (soft palate). Bagian
median dari palatum molle terdiri dari jaringan ikat fibrosa kuat dan otot skelet, yang
memungkinkan pergerakan dari palatum molle. Bagian inferior dari palatum molle dilapisi oleh
epitel epitel berlapis pipih tak berkeratin dengan banyak kelenjar di dalam lamina proprianya.
Pada sisi nasal, palatum molle dilapisi oleh epitel berlapis silindris bersilia dari rongga hidung
dengan lamina propria yang mengandung sedikit kelenjar.7,11

Palatum di dalam rongga mulut memiliki perannya masing-masing, palatum durum


berfungsi membantu lidah dalam mencampurkan makanan, sedangkan palatum molle
berfungsi untuk menutup nasofaring dan orofaring sewaktu menelan, jadi mencegah masuknya
makanan ke dalam rongga hidung.7

8
2. Bagaimanakah struktur histologi kelenjar saliva minor di rongga mulut?

Jawab:

Minor salivary glands, terbagi menjadi labial dan buccal, glossopalatine, palatine,
lingual, anterior lingual glands (glands of blandin dan nuhn), posterior lingual serous
gland (von ebner’s glands), posterior lingual mucous glands.12

a. Labial dan buccal glands: Kelenjar pada bibir dan pipi ini merupakan mixed gland,
yang terdiri atas tubulus mukus dengan serous demilunes. Intercalated ductnya
bervariasi dalam ukuran, dan intralobular ductsnya hanya memiliki beberapa sel dengan
basal striations. Glossopalatine glands: Kenlejar yang terletak pada regio glossopalatine
fold merupakan kelenjar mucous murni.12
b. Palatine glands: Merupakan kelenjar mucous murni, dan excretory ductnya dapat
memiliki kontur yang irregular dengan distensi besar, karena sumbernya melalui lamina
propria.12,13

Kelenjar palatine tonsil

c. Lingual glands
Ant lingual glands: bagian anteriornya umumnya dominan mucous, dan bagian
posteriornya mixed.12
Post lingual glands: kelenjar mucous murni, kecuali von ebner’s glands merupakan
kenjar serous murni.12

3. Jelaskan mekanisme sekresi hormon-hormon yang termasuk aksis hipotalamus

hipofisis!

Jawab:

9
a. Hormon Gonadotropin

Baik LH maupun FSH disekresikan olehsel yang sama yaitu sel gonadotrop yang
terletak di bagian lateral hypofise. Sekresinya diatur oleh stimulasi pulsatil GnRH. Respon
aktivasi sekresi gonadotropin memerlukan reseptor protein G dan pemasukan ion kalsium
ekstraseluler kedalam intrasel bekerjasama dengan kalmodulin, protein kinase dan cyclic AMP
sebagai mediator GnRH. Kadar reseptor GnRH diatur oleh berbagai zat, termasuk GnRH
sendiri, inhibin, aktivin, dan steroid seks. 14,15

Sekresi terjadi bila ada respon dari GnRH, granul sekretoris akan dibawa kearah
membran sel dan dengan perubahan permeabilitas granul sekretoris akan dilepaskan. Ikatan
GnRH pada reseptornya di hypofise akan mengaktifkan berbagai messenger. Kejadian yang
segera adalah dilepaskannya gonadotropin, sementara respon selanjutnya adalah persiapan
untuk pelepasan granul sekretori berikutnya. 14,15

Sistem endokrin terdiri atas beberapa kelenjar endokrin perifer yang dikontrol oleh
hypothalamus-pituitary axis. Hipotalamus menjadi control center yang sensitif terhadap input
dari otak. Hipothalamus mensekresi release hormones (RHs) yang berbeda yan beraksi di grup
sel pituitary untuk mensekresi stimulating hormone (SH) yang berbeda, yang mengontrol organ
endokrin perifer. Hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin seperti ovarium, adrenal
cortex, dan tiroid beraksi pada beberapa jaringan target dan mengeluarkan signal ke
hipotalamus dan kelenjar pituitary melalui negative feedback untuk memastikan hormon yang
dikeluarkan tetap konstan atau dihentikan. 14,15

b. Hormon tiroid

Diawali kelenjar Hipotalamus di otak mensekresikan TRH (Thyrotropin-Releasing


Hormone), yang disekresikan oleh ujung-ujung saraf di dalam eminansia mediana hipotalamus.
Dari mediana tersebut, TRH kemudian diangkut ke kelnjar Hipofisis anterior, lewat darah porta
hipotalamus-hipofisis. TRH langsung mempengaruhi hipofisis anterior
untuk meningkatkan pengeluaran TSH (Tiroid Stimulating Hormon). 14,15

c. Hormon Kortisol

Sekresi kortisol oleh korteks adrenal diatur oleh sisitem umpan balik negatif yang
melibatkan hipotalamus-hipofisis anterior. ACTH dari kortikop hipofisis anterior, bekerja
melalui jalur cAMP, merangsang korteks adrenal untuk menyekresikan kortisol. 14,15

10
d. Hormon Vasopresin dan Oksitosin

Hiptalamus dan hipofisis posterior bekerja sebagai suatu kesatuan untuk mengeluarkan
hormon: Vasopresin dan oksitosin. Hipotalamus dan hipofisis posterior membentuk suatu
sistem neuroendokrin yang terdiri dari suatu populasi neuron neurosekretorik yang badan
selnya terletak di dua kelompok di hipotalamus yaitu nykleus supraoptikus dan nukleus
paraventrikel. 14,15

Hormon vasopresin dan oksitosin disimpan pada hipofisis posterior dan akan
dikeluarkan apabila mendapat rangsangan yang sesuai. Kedua hormon ini disintesis oleh badan
sel neuron hipotalamus. Vasopresin dan oksitosin akan delepas ke dalam darah sistemik dari
hipofisis posterior melalui proses eksositosis granula sekretorik yang sesuai akibat adanya
sinyal stimulatorik ke hipotalamus. 14,15

e. Hormon Pertumbuhan

Salah satu hormon yang dihasilkan oleh aksis ini hormon pertumbuhan (GH). Sekresi
hormon ini diatur oleh dua jenis hormon hipofiotropik hipotalamus, yaitu hormon GHRH
(sebagai pelepas GH) dan hormon GHIH (sebagai penghambat GH). GHRH maupun GHIH
(somatostatin) bekerja pada reseptor binding protein G yang terikat pada jalur caraka kedua
cAMP, dengan GHRH meningkatkan cAMP dan somatostatin menurunkan cAMP. 14,15

4. Apakah hormon-hormon yang mengalami perubahan pada masa kehamilan!


Jawab:

Perubahan endokrin dan metabolik yang terjadi selama kehamilan merupakan akibat
langsung dari sinyal hormon yang dihasilkan unit plasenta-janin. Permulaan dan
perkembangan kehamilan tergantung dari interaksi neuronal dan faktor hormonal. Hormon-
hormon yang mengalami perubahan pada masa kehamilan, yaitu:16

SISTEM HORMON POLA KADAR PUNCAK


RATA-RATA
(WAKTU)
Plasenta dan Progesteron Meningkat hingga aterm 190 ng/mL (552
korpus luteum nmol/L)
17-Hidroksi progesteron Puncak pada 5 pekan 6 ng/mL
kemudian menurun (19nmol/L)

11
Adrenal Kortisol Meningkat hingga 3x 300 ng/mL (0.83
angka pra kehamilan nmol/L)
pada aterm
Aldosteron 100 ng/mL (227
nmol/L)
DOC Meningkat hingga 10x 1200 ng/mL (3.48
angka pra kehamilan pmol/L)
pada aterm
Tiroid T4 total Meningkat pada trimester 150 ng/mL (193
pertama pmol/L)
T3 total Meningkat pada trimester 2 ng/mL (3.1
pertama nmol/L)
Hipofisis Anterior LH, FSH Rendah, kadar basal
PRL Meningkat hingga aterm 200 ng/mL (227
nmol/L)
Protein plasenta hCG Mencapai puncak pada 5 pg/mL (5 g/L)
pekan ke-10 kemudian
menurun pada trimester
ketiga
hPL Meningkat dengan 5-25 pg/mL (5-25
pertambahan berat g/L)
plasenta
Estrogen Estradiol Meningkat hingga aterm 15-17 ng/mL (55-
fetoplasenta 62 nmol/L)
Estriol Meningkat hingga aterm 12-15 ng/mL (42-
52 nmol/L)
Estron Meningkat hingga aterm 5-7 ng/mL (18.5-26
nmol/L)
Androgen Testosteron Meningkat hingga 10x 2000 pg/mL (6.9
fetoplasental nilai pra kehamilan nmol/L)
DHEA Turun selama kehamilan 5 ng/mL (17.3
nmol/L)
Androtenedion Sedikit meningkat 2.6 ng/mL (9
nmol/L)

12
5. Pada kehamilan terjadi peningkatan kadar estrogen dan progesteron. Apa fungsi

hormon tersebut?

Jawab:

a. Progesteron

Progesteron adalah salah satu jenis hormon reproduksi steroid sentral pada wanita yang
termasuk ke dalam kategori progestogen. Biasanya dihasilkan oleh sel granulosa berlutein pada
korpus luteum ovari dalam jangka waktu setengah dari total siklus menstruasi secara
keseluruhan, yakni pada fase luteal dan diproduksi juga oleh sinsitiotrofoblas plasenta pada
kehamilan. Beberapa kinerja utama progesteron yang memberikan dampak besar pada respon
fisiologis diantaranya adalah memicu terjadinya peristiwa ovulasi, memfasilitasi implantasi,
dan menguatkan janin (pregnansi); hal tersebut hanya terjadi pada area ovari dan uterus17-20

Untuk masa kehamilan, progesteron mempersiapkan dinding endometrium sebagai


lahan implantasi bagi ovum yang telah terfertilisasi dengan cara menebalkan dinding
endometrium akibat dari stimulasi pertumbuhan pembuluh darah dan meningkatkan kinerja
kelenjar-kelenjar endometrium untuk mensekresi nukrisi bagi janin trimester pertama. 17-20

Ketika memasuki fase di mana plasenta terbentuk dan memungkinkan untuk dapat
melakukan tugas fungsionalnya, maka progesteron tidak lagi diproduksi oleh korpus luteum,
melainkan oleh plasenta. Selain itu, meningkatnya kadar progesteron selama kehamilan sangat
berguna untuk mempertahankan kekuatan janin dalam kandungan, merangsang perkembangan
jaringan payudara maternal, mencegah keluarnya ASI yang terlalu dini, menguatkan otot-otot
pada tulang pelvis seorang ibu sebagai persiapan persalinan, dan mencegah terjadinya
pematangan sel ovum yang lain. 17-20

Sebagian besar mekanisme yang terjadi pada uterus ketika siklus menstruasi terjadi
merupakan hasil regulasi yang dilakukan oleh progesteron melalui pengontrolan perubahan
siklus proliferasi dan desidualisasi. Sementara itu, perilaku progesteron untuk
mempertahankan kehamilan ialah dengan menstabilkan lapisan myometrium agar tetap berada
pada keadaan relatif tenang serta menangkal faktor-faktor yang terlibat dalam kontraksi
miometrium. 17-20

Pada kelenjar mammae, progesteron memicu terjadinya pertumbuhan besar-besaran


pada lobul-lobul alveolar payudara agar bisa melakukan sekresi susu. Salah satu fungsi organ
korteks yang mengatur ekspresi neurobehavioral wanita berkaitan dengan respon seksual juga

13
dibawah kendali progesteron. Di sisi lain, hormon steroid berkarbon 21 ini merupakan molekul
prekursor untuk biosintesis steroid sekaligus agen penguat tulang. 17-20

Progesteron juga dapat berperan sebagai obat imunosupresif pada beberapa sistem dan
menghambat penolakan jaringan perantara sel T. Jadi kadar progesteron lokal yang tinggi dapat
membantu toleransi imunologik uterus terhadap jaringan trofoblas embrio yang
menginvasinya. 17-20

b. Estrogen

Estrogen bertanggung jawab dalam menstimulasi perkembangan karakteristik sekunder


seksual tubuh wanita, misalnya membuat seorang wanita memperoleh tinggi badan secara
signifikan pada masa pubertas, membakar lemak pada tempat-tempat tertentu sehingga
menghasilkan bentuk khas tubuh wanita, dan menurunkan massa otot. 21,22,23

Pengaruh estrogen terhadap system reproduksi wanita, diantaranya adalah


menstimulasi penebalan dinding endometrium selama siklus menstruasi berlangsung,
meningatkan perkembangan uterus, memperbanyak sekresi lubrikan vagina, dan menebalkan
dinding vagina melalui upaya memperbanyak pertumbuhan pembuluh darah di area sekitar
kulit vagina. 21,22,23

Fungsi lain dari estrogen apabila ditinjau dalam aspek biokimia, yaitu mencegah
terjadinya pengeroposan tulang, terlibat dalam sintesis protein, meningkatkan kegiatan
produksi liver dalam menghasilkan protein pengikat dan protein koagulan (plasminogen faktor
II, VII, IX, X), menambah jumlah kortisol dan globulin pengikat seks hormon, menaikkan daya
rekat trombosit, mengurangi sirkulasi peredaran antitrombin III, meningkatkan kolesterol baik
(HDL) dengan meningkatkan trigliserida, dan merangsang pembakaran lemak sebagai upaya
untuk menekann tingkat kolesterol jahat (LDL). 21,22,23

Estrogen dapat menjadikan keadaan lingkungan sekitar mengalami retensi air dan
sodium apabila estrogen berada dalam cairan dan elektrolit, menurunkan aktivitas gerakan usus
pada saluran pencernaan, meninggikan kolesterol empedu, dan mengoptimalkan tugas
fungsional paru-paru. 21,22,23

Fungsi dan efek dari hormon estrogen selama kehamilan diantaranya adalah
memperbaiki sistem aliran darah atau pembentukan pembuluh darah, meningkatkan tekanan
darah saat hamil, membantu mengembangkan sifat seksual wanita, membantu pemberian
nutrisi yang dibutuhkan janin untuk berkembang, mendukung perkembangan janin salah

14
satunya dalam hal mendiferesiasi alat reproduski seksual janin pada usia awal kandungan, dan
menyebabkan perbahan pigmentasi kulit dengan meningkatkan porsi melanin dan pheomelanin
diiringi dengan menekan produksi eumelanin, sehingga sebagian wanita mengalami wajah
yang bercahaya selama kehamilan atau dikenal sebagai pregnancy glow, dan mampu
merangsang pembesaran kelenjar saluran susu di payudara. 21,22,23

6. Jelaskan mekanisme kerja hormon!

Jawab:

Sel berkomunikasi satu dengan yang lainnya melalui sinyal kimiawi berupa molekul
sederhana (derivat asam amino atau asam lemak) maupun molekul yang lebih kompleks
(peptida, protein, atau steroid). Komunikasi biasanya terjadi antar sel di dalam jaringan atau
organ dengan jarak tertentu dalam rangka integrasi aktivitas sel atau jaringan di organ yang
berbeda. Umtuk terjadi komunikasi antar sel maka permukaan atau membran sel harus
melakukan kontak atau ada substansi kimia yang terpisah dari permukaan sel atau molekul
yang dapat melintas dari sitosol sel ke sel yang lain melalui tautan (gap junction).24

A. Kadang-kadang respon sel timbul karena hasil sekresinya sendiri (autokrin).


B. Untuk komunikasi dengan sel dekatnya, sinyal kimiawi dibebaskan suatu sel di
ekstrasululer menuju sel yang ada disekitarnya (parakrin/sekresi lokal).
C. Apabila letak sel, jaringan atau organ jauh dari sumber dilepaskannya sinyal kimiawi,
maka molekul kimiawi pembawa pesan tadi dilewatkan pembuluh darah dan menuju
organ target (endokrin/sekresi internal), hasil sekretnya disebut hormon.

Dalam bekerja terhadap sel target, hormon mempunyai tiga mekanisme kerja utama, yaitu: 24

15
1. Mengubah permeabilitas saluran (membran) dengan bekerja pada protein saluran
(protein kanal) yang sudah ada.
2. Bekerja melalui sistem pembawa pesan kedua (second messenger) untuk
mempengaruhi aktivitas sel.
3. Pengaktifan gen spesifik untuk sintesis protein baru.

Hormon dalam bekerja juga memerlukan reseptor spesifik. Reseptor pada umumnya adalah
molekul protein dengan struktur tertentu sehingga hanya melakukan pengikatan dengan
hormon/analog dengan struktur hormon tertentu. Reseptor hormon terletak di membran sel /
sitoplasma sel. Dengan demikian hormon yang dibebaskan ke dalam darah hanya bekerja pada
sel atau jaringan tertentu yang mempunyai reseptor spesifik terhadap hormon tersebut. 24

7. Bagaimana mekanisme kerja hormon sesuai dengan kasus di atas!

Jawab:

Pada masa kehamilan, terjadi perubahan hormonal yang ditandai dengan meningkatnya
kadar hormon estrogen dan progesteron. Siklus peningkatan produksi hormon estrogen dan
progesteron seringkali mengubah komposisi mikrobiota biofilm, biologis jaringan gingiva dan
pembuluh darah. Secara umum, hasilnya adalah respon peradangan berlebihan dengan tanda-
tanda klinis dan gejala yang dapat terlihat padagingiva. Peningkatan kadar hormon estrogen
dan progesteron pada masa kehamilan diyakinidapat mempengaruhi kesehatan gingiva. 25

Hormon progesteron dan estrogen dapat merangsang pembentukan prostaglandin pada


gingiva ibu hamil. Perubahan hormonal jugadapat menekan limfosit T dan mempengaruhi
peningkatan P.intermedia iinteraksi antara bakteri dan hormon dapat menimbulkan perubahan
pada komposisiplak dan berperan penting pada proses peradangan gingiva. Konsentrasi bakteri
subgingiva berubah menjadi bakteri anaerob dan jumlahnya meningkat selama masa
kehamilan.25

Bakteri yang meningkat drastis selama masa kehamilan adalah P.intermedia.


Peningkatan ini erat kaitannya dengan tingginya kadar estrogen dan progesteron di dalam
tubuh. Selain itu terdapat penurunan sel limfosit-T yang matang yang merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan perubahan respon jaringan terhadap plak. Selain peningkatan jumlah
P. intermedia, kadar progesteron yang meningkat selama masa kehamilan juga dapat memicu
terjadinya peradangan gingiva dengan menghambat produksi interleukin-6 (IL-6).25

16
Interleukin-6 berfungsi menstimulasi diferensiasi limfosit B, limfosit T dan
mengaktifkan sel makrofag dan sel NK, dimana sel-sel tersebut berperan menyerang dan
memfagositosis bakteri yang masuk ke sirkulasi darah, sehingga dengan dihambatnya produksi
IL-6 mengakibatkan gingiva rentan terhadap peradangan. Progesteron juga merangsang
produksi prostaglandin (PGE2) dimana PGE2 merupakan mediator yang poten dalam respon
inflamasi. Prostaglandin sendiri berperan sebagai imunosupresan, sehingga mengakibatkan
peradangan gingiva semakin meningkat.25

17
BAB III
Penutupan

3.1 Kesimpulan

Rongga mulut dilapisi oleh mukosa yang secara umum terdiri dari epitel berlapis pipih
berkeratin, tidak berkeratin, atau parakeratin dengan jaringan ikat dibawahnya. Mukosa
memiliki 3 tipe yaitu, masticatory mucosa, lining mucosa, specialized mucosa. Mukosa yang
ada di rongga mulut antara lain ada 4 yaitu, mukosa pipi dan bibir, mukosa gingiva, mukosa
lidah, dan mukosa palatum.

Selama kehamilan terjadi perubahan pada rongga mulut terkait dengan perubahan
hormonal, meliputi peningkatan hormon estrogen dan progesterone, serta perubahan perilaku.
Pregnancy gingivitis dianggap sebagai manifestasi umum yang terjadi saat kehamilan. Hal ini
diperparah oleh tingkat kebersihan mulut yang buruk karena kurangnya pengetahuan serta
tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang tidak baik. Pregnancy gingivitis biasanya
muncul pada trimester kedua kehamilan dan mencapai puncaknya pada bulan kedelapan dalam
trimester ketiga.26,27,28

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Puspitawati, R. (2003). Struktur Makroskopik dan Mikroskopik Jaringan Lunak Mulut.


Journal of Dentistry Indonesia, 10(2), 462-467.
2. Nugroho, T., Pujo, J., & Nurcahyo, W. (2011). Fisiologi dan Patofisiologi Aksis
Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal. JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), 3(2).
3. Ainina, N., Rianti, F., & Pratiwi, C. A. (2015). HORMON. Retrieved May 5, 2020,
from https://www.academia.edu/22534834/HORMON
4. Hidayati, H., Kuswardani, K., & Rahayu, G. (2012). Pengaruh kebersihan gigi dan
mulut dengan status gingivitis pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Andalas
Kecamatan Padang Timur Kota Padang tahun 2012. Majalah Kedokteran Andalas,
36(2), 215-224.
5. Oral mucosa. (n.d.). Retrieved May 5, 2020, from
https://www.proteinatlas.org/learn/dictionary/normal/oral+mucosa
6. Zezo. (2015, January 5). 9. Oral Mucosa. Retrieved May 5, 2020, from
https://pocketdentistry.com/9-oral-mucosa/
7. Victoria, D. (n.d.). NORMAL MUCOSA OF THE ORAL CAVITY. Retrieved May 5,
2020, from
https://www.academia.edu/11228127/NORMAL_MUCOSA_OF_THE_ORAL_CAV
ITY
8. Sieroslawska, A. (2020, March 19). Gingiva. Retrieved May 5, 2020, from
https://www.kenhub.com/en/library/anatomy/gingiva
9. Crumbie, L. (2020, May 6). Upper digestive tract histology. Retrieved May 5, 2020,
from https://www.kenhub.com/en/library/anatomy/histology-of-the-upper-digestive-
tract
10. Sieroslawska, A. (2020, April 8). Hard palate. Retrieved May 5, 2020, from
https://www.kenhub.com/en/library/anatomy/hard-palate
11. Sieroslawska, A. (2020, April 8). Soft palate. Retrieved May 5, 2020, from
https://www.kenhub.com/en/library/anatomy/the-soft-palate
12. Gupta, S., & Ahuja, N. (2019, January 10). Salivary Glands. Retrieved May 5, 2020,
from https://www.intechopen.com/books/histology/salivary-glands
13. Spitalnik, P. (n.d.). Lymphatic Tissue: Tonsils. Retrieved May 5, 2020, from
http://www.columbia.edu/itc/hs/medical/sbpm_histology_old/lab/lab09_tonsils.html
14. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Alih Bahasa. Pendit BU. Jakarta:
EGC, 2014: 706-740.
15. Brisken C, Ataca D. Endocrine hormones and local signals during the development of
the mouse mammary gland. WIRE Dev Biol 2015. doi: 10.1002/wdev.172
16. Kartiko, B. H., & Siswanto, F. M. (2016). Hormon dalam konsep Anti Aging
Medicine. VIRGIN: Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan Sains, 1(2).
17. Progesterone. (February 18). Retrieved May 06, 2020, from
https://www.yourhormones.info/hormones/progesterone/
18. Nichols, H. (2017, February 2). Progesterone and progestin: What are they, medication,
for men. Retrieved May 5, 2020, from
https://www.medicalnewstoday.com/articles/277737#what-is-progesterone
19. Al-Asmakh, M. (2007). Reproductive functions of progesterone. Middle East Fertility
Society Journal, 12(3), 147.
20. Taraborrelli, S. (2015). Physiology, production and action of progesterone. Acta
obstetricia et gynecologica Scandinavica, 94, 8-16.
21. Mandal, A. (2019, April 19). Estrogen Function. Retrieved May 5, 2020, from
https://www.google.com/amp/s/www.news-medical.net/amp/health/What-Does-
Estrogen-Do.aspx

19
22. Nichols, H. (2020, March 12). Estrogen: Functions, uses, and imbalances. Retrieved
May 5, 2020, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/277177#sources-and-
uses
23. Bradford, A. (2017). What Is Estrogen? Retrieved May 5, 2020, from
https://www.google.com/amp/s/www.livescience.com/amp/38324-what-is-
estrogen.html
24. Nugroho RA. Dasar-Dasar Endokrinologi. Samarinda: Mulawarman University Press,
2016: 9-12.
25. Abdul G S.Hubungan kehamilan dan penyakit periodontal.Jurnal PDGI 2014;Vol.63,
No.3:Hal 71-77.
26. Maghfira, G. S. (2017). Hubungan Usia Kehamilan, Tingkat Pengetahuan dan
Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Dengan Status Pregnancy Gingivitis
Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Silungkang Kota Sawahlunto (Doctoral
dissertation, Universitas Andalas).
27. Hartati, R., & Waluyo, B. T. (2011). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian gingivitis pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Tegal. Jurnal
ilmiah kesehatan keperawatan, 7(3), 170-189.
28. Santoso, O., SR, W. A., & Retnoningrum, D. (2009). Hubungan Kebersihan Mulut dan
Gingivitis Ibu Hamil Terhadap Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Kurang Bulan
di RSUP Dr. Kariadi Semarang dan Jejaringnya (The association between maternal oral
hygiene and gingivitis to preterm low birth weight in Dr. Kariadi Hospital Semarang).
Media Medika Indonesiana, 43(6), 288-293.

20

Anda mungkin juga menyukai