JARINGAN
PEMICU 1
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
PENYUSUN:
Minasari, drg., MM,
2021
Ketua : Muhammad Zeedane Aulia A. Siregar (200600125)
Sekretaris : Vanessa Jasmine Halawa (200600128)
Anggota :
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah dimana keadaan sejahtera dari mulai fisik, mental dan social yang
memungkinkan orang hidup produktif. Kesehatan gigi dan mulut merupakan satu kesatuan
dari kesehatan pada umumnya yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Gigi
dan mulut merupakan salah satu organ tubuh yang berfungsi sebagai tempat pertama kalinya
makanan masuk ke dalam tubuh, sehingga penting bagi kita untuk menjaga kesehatan dan
kebersihan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut sangat penting karena gigi dan gusi
yang rusak dan tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit, gangguan pengunyahan dan dapat
mengganggu kesehatan tubuh lainnya. Berbagai penyakit yang terjadi pada gigi dan mulut
diantara karies, gingivitis, abses gusi, periodontitis, dan berbagai penyakit lainnya. Ketika
menghadapi kasus seperti itu, maka kita harus mengidentifikasi tidak hanya faktor penyebab
tetapi juga faktor resikonya.
1.3 Pertanyaan:
2. Imunologi
BAB II
PEMBAHASAN
Inflamasi kronis merupakan infeksi memanjang dan terjadi inflamasi aktif, jejas jaringan, dan
penyembuhan secara serentak. Inflamasi kronis ditandai dengan infiltrasi sel mononuclear
yang mencakup makrofag, limfosit, dan sel plasma, destruksi jaringan yang diatur sel radang,
dan perbaikan yang meliputi proliferasi pembuluh darah baru (angiogenesis) dan fibrosis. 2
Radang kronis biasanya hanya menunjukkan salah satu tanda dari radang. Berikut beberapa
tanda dan gejala umum yang berkembang selama peradangan kronis adalah:
Sumber :
2.2 Sebutkan dan jelaskan bakteri penyebab terjadinya karies gigi 36? Setelah terjadi
karies pada kasus di atas, bakteri apakah yang menjadi dominan pada gigi karies
tersebut? Jelaskan ciri-ciri bakteri-bakteri tersebut?
Karies gigi merupakan suatu penyakit infeksi pada jaringan keras gigi, yaitu email,
dentin, dan sementum. Karies gigi disebabkan oleh adanya aktivitas mikroba pada suatu
karbohidrat yang mengalami fermentasi. Karies ditandai oleh adanya demineralisasi pada
jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke
jaringan periapikal. Terdapat 4 faktor penyebab terjadinya karies, yaitu: host,
mikroorganisme, substrat, dan waktu. Mikroorganisme merupakan bakteri kariogenik yang
terdapat pada rongga mulut, terutama plak gigi. Bakteri kariogenik merupakan bakteri yang
memiliki kemampuan dalam menyebabkan terjadinya karies. Bakteri ini merupakan kunci
awal mula karies gigi karena mampu mengubah karbohidrat yang dapat diragikan menjadi
asam yang merusak enamel gigi.
A. Actinomyces
Merupakan bakteri gram positif dengan bentu basil flat. Actinomyces tidak tahan panas
dan bermotilitas nonmotil. Bakteri ini juga tidak memiliki kapsul dan menghasilkan
endospore. Actynomyces termasuk ke dalam mikloflora asli yang normal sehingga dianggap
sebagai pathogen fakultatif. Actinomyces mampu menghasilkan polimer ekstraseluler seperti
dekstran, levan, glikogen, dan polisakarida yang kayan N-asetilglukosamin. Yang
memungkinkan organisme untuk menempel pada email dan membuat sel lengket.
B. Streptococcus mutans
Streptococcus mutans adalah bakteri gram positif yang hidup di rongga mulut. Bakteri ini
dapat tumbuh subur pada suhu 18-40 derajat celcius. Bakteri memetabolisme berbagai jenis
karbohidrat, menciptakan lingkungan asam di mulut sebagai hasil dari proses ini. Lingkungan
asam di mulut inilah yang menyebabkan kerusakan gigi. Ini adalah penyebab utama karies
gigi 36. Streptococcus mutans terdiri dari DNA sirkular, dan memiliki setidaknya tiga
plasmid yang terkait erat. Streptococcus mutans memiliki dinding sel yang tebal. Dinding sel
terdiri dari peptidoglikan (murein) dan asam teikoat yang mencegah lisis osmotik protoplas
sel dan memberikan kekakuan dan bentuk pada sel.
Streptococcus mutans memiliki kapsul yang terdiri dari polisakarida, dan subunit
strukturalnya adalah glukosa dekstran. Salah satu faktor virulensi S. mutans dalam
kariogenisitas adalah kemampuannya untuk menempel pada permukaan gigi dan membentuk
biofilm. Streptococcus mutans menempel pada permukaan, menghasilkan slime, membelah
dan menghasilkan mikrokoloni di dalam lapisan slime, dan membentuk biofilm.
C. Lactobacillus
Lactobacillus merupakan bakteri basil gram positif dengan motilitas nonmotil dan
bermetabolik anaerobik fakultatif. Lactobacillus tidak memiliki kapsul dan spora.
Metabolisme bakteri ini bersifat fermentasi atau organotrof dan sakarosklastik, yang
menggunakan glukosa sebagai sumber energi dan menghasilkan hasil akhir berupa laktat.
Dalam proses ini 85-90% gula yang digunakan diubah menjadi asam laktat. Lactobacillus
juga menghasilkan ATP dengan fosforilasi tingkat substrat nonoksidatif.
D. Streptococcus sanguis
Streptococcus sanguinis adalah bakteri Gram-positif berbentuk kokus yang memiliki
dinding sel tebal yang terdiri dari peptidoglikan serta asam teikoat. Organisme ini memiliki
sistem yang sangat baik untuk produksi energi meskipun siklus TCA tidak lengkap (Siklus
Kreb atau siklus asam sitrat). Siklus ini mengandung banyak enzim yang meningkatkan jalur
metabolisme termasuk biosintesis, jalur pentosa fosfat, glukoneogenesis, fermentasi gula dan
karbohidrat, dan sebagainya. Streptococcus sanguinis secara langsung mengikat ke
permukaan mulut dan berfungsi sebagai tambatan untuk perlekatan berbagai mikroorganisme
mulut lainnya yang menjajah permukaan gigi, membentuk plak gigi, dan berkontribusi pada
etiologi karies dan penyakit periodontal.
Sumber :
3. Aas, J. A., Griffen, A. L., Dardis, S. R., Lee, A. M., Olsen, I., Dewhirst, F. E., Leys, E. J., &
Paster, B. J. Bacteria of dental caries in primary and permanent teeth in children and young
adults. Journal of clinical microbiology. 2008. 46(4), 1407–1417.
4. Aljabr, A. A., Alammar, A. Y., & Al Marshud, K. PREVALENCE OF FIRST PERMANENT
MOLAR CARIES AND STREPTOCOCCUSMUTANS_ampersandsignamp;
LACTOBACILLUS LEVEL AMONG 6-7 YEAR OLD SCHOOL CHILDREN IN QASSIM
PROVINCE KINGDOM OF SAUDI ARABIA. International Dental Journal of Students
Research. 2017. 5, 14-18.
Sumber :
2.4 Sebutkan dan jelaskan bakteri penyebab gusi bengkak yang terjadi pada gingiva
regio anterior rahang bawah, dan bakteri yang dominan pada kasus diatas !
Gusi bengkak disebut juga dengan gingivitis. Gingivitis adalah keradangan gingiva yang
merupakan penyakit paling umum ditemukan pada jaringan mulut. Gingivitis seperti pula
peradangan lainnya terjadi akibat mekanisme normal dari pertahanan tubuh terhadap
masuknya microbial (antigen) kedalam tubuh kita. Bakteri yang menyebabkan gingivitis
adalah bakteri gram negatif, yaitu Porphyromonas gingivalis, Tannerella fosythia,
Treponama denticola Actinomyce viscosus, Selemonas noxia, Aggregatibacter
actinomycetemcomitans dan bakteri gram positif Streptococcus sanguinis, Streptococcus
mutans, A. Viscosus.1
Penyebab gingivitis dibagi dalam tiga kelompok yaitu disebabkan nekrosis, tidak
berhubungan dengan plak, dan akumulasi bakteri dalam plak. Bakteri Fussobacterium
nucleatum, Prevotella intermedia dan Porphyromonas gingivalis. Porphyromonas gingivalis
selalu dikaitkan dengan kerusakan pada jaringan periodontal terutama gingivitis. Bakteri ini
menghasilkan collagenase, endotoxin, fibrinolysin, phospholipase yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan pada imunoglobulin dan gingipain yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan sistem imun pada gingiva.2
Bakteri yang dominan pada kasus di atas adalah Porphyromonas gingivalis dan
Fussobacterium nucleatum.
o Porphyromonas gingivalis
Ciri utama dari P. gingivalis diantaranya adalah bakteri Gram negatif, berbentuk
batang, non-motile,bersifat anaerob, dan assacharolytic. Bakteri ini sangat
berpengaruh dalam inisiasi dan keparahan penyakit periodontal. P.gingivalis telah
diketahui merupakan bakteri yang menginduksi respon inflamasi periodontal. Bakteri
ini akan mengeluarkan produk toksin yang memengaruhi metabolisme, sehingga
mampu untuk mereduksi pertumbuhan dan perkembangan jaringan sel host. Produk
toksin ini juga melibatkan respon inflamasi host. Respon inflamasi akan
menghasilkan bahan toksik prooksidatif yang mengakibatkan kerusakan jaringan.3
o Fusobacterium nucleatum
F. nucleatum adalah salah satu jenis bakteri yang berperan penting pada proses
perkembangan terjadinya penyakit periodontal. Salah satu faktor penting terjadinya
penyakit periodontal adalah produksi berbagai zat toksik dari bakteri. Butirat, ion
propionat, dan ammonium yang diproduksi oleh F. nucleatum dapat menghambat
proliferasi fibroblast gingiva, memiliki kemampuan untuk menembus epitel gingiva
serta ada dalam plak yang berhubungan dengan periodontitis.4
Sumber :
Periodontitis adalah inflamasi yang mengenai jaringan pendukung gigi, disebabkan oleh
mikroorganisme dan dapat menyebabkan kerusakan yang progresif pada ligament
periodontal, tulang alveolar, dan disertai dengan pembentukan poket. Periodontitis
menyebabkan destruksi jaringan yang permanen yang dikarakteristikkan dengan inflamasi
kronis, migrasi epitelium penyatu ke apikal, kehilangan jaringan ikat dan kehilangan tulang
alveolar.
a. Invasi
Masuknya invasi bakteri atau produk bakteri ke jaringan periodontal diperkirakan
penting bagi proses terjadinya penyakit. Studi klinis menunjukkan bahwa Actinobacillus
actinomycetemcomitans dapat melakukan penctrasi ke epitel gingiva.
b. Memproduksi toksin.
Actinobacillus actinomycetemcomitans dan Campylobacter rectus memproduksi
leukotoksn yang dapat membunuh netrofil dan monosit.
c. Peran unsur sel/substansi sel.
Dinding bakteri gram negatif mengandung lipopolisakarida (LPS, endotoksin) yang
dikeluarkan setelah bakteri mati.Selain sebagai pencetus terjadinya proses inflamasi, LPS
juga dapat menyebabkan nekrosis jaringan.
d. Memproduksi enzim.
Bakteri plak memproduksi enzim yang turut berperan pada penyakit periodontal. Enzim
tersebut antara lain adalah kolagenase, hialuronidase, gelatinase, aminopeptidase,
pospolifase, dan posfatase basa dan asam.
Bakteri gram negatif subgingiva menggunakan protein sebagai nutrisi mereka dan
memiliki enzim proteolitik untuk memecah protein menjadi peptida dan asam amino agar
dapat diabsorbsi. Sejumlah patogen periodontal ditunjukkan mampu memproduksi
protease yang mampu mendegradasi protein struktur dan jaringan periodontal yang
terlibat dalam reaksi imun dan inflamasi pada periodontitis kronis.
Infeksi periodontal bersifat toksik, mudah menyebar ke sirkulasi darah sistemik dan
menginduksi respons inflamasi dan kerusakan jaringan pada organ tubuh yang lain. Hal inilah
yang diduga menjelaskan peran infeksi periodontal pada berbagai penyakit sistemik fatal
yang mengancam kehidupan.
Terdapat tiga mekanisme atau jalur yang diduga menghubungkan infeksi periodontal dengan
perannya pada efek sistemik, antara lain:2
Sumber :
2.6 Jelaskan bakteri yang paling agresif yang memperparah infeksi tersebut!
Bakteri patogen dalam penyakit periodontitis didominasi oleh bakteri anaerob gram negatif
meliputi Porphyromonas gingivalis, Tannerella forsythia, Fusobacterium nucleatum,
Prevotella intermedia dan p. nigrescens, Campylobacter rectus, Treponema denticola, dan
Spirokheta.1 Namun pada periodontitis aggresif atau periodontitis juvenile memiliki bekteri
patogen utama, yaitu Aggregatibacter actinomycetemcomitans.2
Sumber :
1. Pertahanan fisik dan kimiawi: kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat melalui
kelenjar keringat dan sebasea, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi airmata, air
liur, urin, asam lambung serta lisosim dalam airmata.
2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat mencegah
invasi mikroorganisme seperti laktobasilus pada epitel organ.
3. Innate immunity.
Innate Immunity
Merupakan mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik yang mencegah masuknya
dan menyebarnya mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah terjadinya
kerusakan jaringan.
Ada beberapa komponen innate immunity, yaitu:1
5) Produksi interferon alfa (IFN α) oleh leukosit dan interferon beta (IFN β)
oleh fibroblast yang mempunyai efek antivirus.
Adaptve immunity
4) Sel T helper yang teraktivasi berproliferasi menjadi sel TH1 atau TH2,
yang mensekresi berbagai jenis sitokin
Sumber :
1. Munasir, Z. (2016). Respons Imun Terhadap Infeksi Bakteri. Sari Pediatri, 2(4), 193.
2. Chaplin D. D. Overview of the immune response. The Journal of allergy and clinical
immunology, 125(2 Suppl 2). 2010. S3–S23.
3. Abbas AK, Lichtman AH. Imunologi Dasar Abbas : Fungsi dan Kelainan Sistem Imun.
Edisi 5. Singapore: Elsevier; 2016: 47-8. (Gambar)
2.8 Sebutkan ciri-ciri dari bakteri penyebab bau mulut (minimal 2 bakteri dan
jelaskan ciri-cirinya!
Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nafas bau yang tidak sedap
yang dikeluarkan saat bernafas. Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan nafas bau yang tidak sedap yang dikeluarkan saat bernafas. Nafas bau secara
mendasar disebabkan oleh dua hal, yaitu: fisiologis dan patologis. Sumber fisiologis dari
nafas bau berasal dari kondisi pada permukaan dari lidah. Bakteri yang dijumpai pada
permukaan lidah pasien yang sehat berbeda dengan pasien pengidap halitosis. Sumber
patologis melibatkan keparahan saku gusi, yang dikenal dengan penyakit periodontal.
Penyebab utama halitosis adalah bakteri dan volatile sulphur compounds (VSC’s).Adapun
bakteri penghasil volatile sulphur compounds (VSC’s) seperti, Fusobacterium nukleatum,
Fusobacterium periodonticum, Prevotella intermedia, Prevotella loescheii, Porphyromonas
gingivalis,Selenomonas artemidis, Peptosteptococcus anaeroblus, Microsprevotii
eubacteriumlimosum, Centipedia periodontii, Treponema denticola, Porphyromonas
endodontalis.Penguraian protein oleh bakteri menghasilkan gas yang berbau, seperti:
hidrogen sulfida, metil mercaptan, kadaver, skatol, dan putricine.Rongga mulut berisikan
jutaan bakteri anaerob yang mengolah protein dari makanan dan menguraikannya, seperti
Fusobacterium dan Actinomyces. Proses penguraian protein tersebut menghasilkan bau. 1,2
Porphyromonas gingivalis
Merupakan bakteri divisi bacteroidetes, kelas bacteroidetes, orde bacteroidales, family
porphyromonadaceae dan genus porphyromonas.3 Porphyromonas gingivalis
merupakan bakteri gram negative, metabolism anaerobic obligat, mikroskopik non
motil dan tidak membentuk spora. Morfologi dapat berbentuk basil pendek dengan
ukuran 0,5 nm. Pada media padat, koloni umumnya halus, mengkilat dan cembung.
Porphyromonas gingivalis tidak mampu mengkatabolisme karbohidrat dan
bergantung untuk mendapatkan nutrisi dari strubrate sel inang. Bakteri ini merupakan
koloni sekunder biofilm yang sangat pathogen dan contributor utama periodontitis dan
hemolysis. Media pertumbuhan bakteri ini adalah blood agar.
Porphyromonas endodontalis
Merupakan bakteri dalam divisi bacteroidetes, kelas bacteroidetes, orde bacteroidales,
family porphyromonadacea dan genus porphyromonas. Porphyromonas endodontalis
merupakan bakteri gram negative berpigmen hitam yang berhubungan dengan
gingivitis, nekrosis pulpa gigi dan bau busuk pada mulut. Produk utama bakteri ini
adalah suksinat. Porphyromonas endodontalis berbentuk basil dengan metabolism
anaerobic, tidak membentuk spora dan tidak memanfaatkan substrat nitrogen sebagai
sumber energy. Pihgemn utama bakteri ini adalah protoheme. Porphyromonas
endodontalis membentuk koloni hitam pada sel epitel gingiva. Kolonisasi mikroba ini
menyebabkan lesi periapikal dengan gejala akut seperti nyeri, bengkak, dan bernanah.
Prevotella intermedia4
Merupakan bakteri dalam divisi bacteroidetes, kelas bacteroidetes, ordebacteroidales,
family prevotellaceae dan genus prevotella. Bakteri ini berbentuk batang, metabolism
anaerobic dan gram negative. Prevotella intermedia diklasifikasikan sebagai bakteri
berpigmen hitam karena pembentukan koloni mengkilap halus. Prevotella intermedia
memiliki eksopolisakarida yang terdiri dari gula netral dan mannose dan merupakan
komponen utama dari pembentukan biofilm. Prevotella intermedia dikenal sebagai
bakteri periodontopatik yang aktivitas metabolismenya sering mengakibatkan
percepatan perkembangan penyakit yang dimediasi biofilm rongga mulut.4 Bakteri ini
menggunakan asam amino dan peptide sebagai substrat metabolism.
Tannerella forsythensis (Bacteroides forsythus)
Merupakan bakteri dalam divisi bacteroidetes, kelas bacteroidia, orde bacteroidiales,
family porphyromonadaceae, genus tannerella. Tannerella forsythensis adalah bakteri
gram negative dengan metabolisme anaerob. Tannerella forsythensis tidak mampu
memecah karbohidrat untuk energi.
Eikenella corrodens
Merupakan bakteri dalam divisi proteobacteria, kelas betaproteobacteria, orde
neisseriales, family neisseriaceae dan genus eikenella. Eikenella corrodens adalah
bakteri basil pathogen gram negative dengan mtabolisme anaerobic dan fakultatif,
tidak bergerak, tidak mementuk spora. Eikenella corrodens memiliki kromosom DNA
dan plasmid tetapi tidak memiliki RNA. Bakteri ini dapat bertahan hidup baik dalam
keadaan aerob maupun anaerob. Namun, dibawah kondisi aerobic, membutuhkan
kehadiran hemin untuk pertumbuhan. Karakteristik penting dari eikella corrodens
adalah oksidase positif yang berarti dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit. Eikella
corrodens terdapat pada plak gigi baik pada orang sehat maupun penderita
periodontitis dan dapat menyebabkan infeksi dan bau busuk.
Fusobacterium nucleatum
Fusobacterium nucleatum merupakan bakteri dari divisi fusobacteria, kelas
fusobacteria, orde fusobacteriaceae, family fusobacterales dan genus fesubacterium.
Fusobacterium nucleatum adalah bakteri gram negative yang tidak membuat spora
dan tidak motil. Karena sifatnya yang nonmotil, maka Fusobacterium nucleatum tidak
memiliki pili atau flagella. Bakteri ini mampu menghasilkan asam butirat sebagai
produk utama fermentasi glukosa dan pepton. Fusobacterium nucleatum
memanfaatkan katabolisme asam amino untuk menyediakan energy. Karena sifatnya
yang parasite dan pathogen, Fusobacterium nucleatum tidak mempengaruhi
lingkungan secara langsung. Namun, dapat mengubah ekosistem dengan efeknya pada
populasi inang yang terinfeksi.
Sumber :
1. Ratmini NK. Bau mulut (halitosis). J Kes Gigi 2017; 5(1): 25-6.
2. Aylikci BU, Colak H. Halitosis: From diagnosis to management. J Nat Sci Biol Med
2013; 4(1): 14-23.
3. How, K. Y., Song, K. P., & Chan, K. G. Porphyromonas gingivalis: An Overview of
Periodontopathic Pathogen below the Gum Line. Frontiers in microbiology. 2016. 7,
53.
4. Ratmini, N. K. BAU MULUT (HALITOSIS. Jurnal Kesehatan Gigi (Dental Health
Journal). 2017. 5(1), 25-29.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbagai kondisi dapat memicu berkembangnya mikroorganisme pada rongga mulut, yang
nantinya dapat mengakibatkan kerusakaan yang berkelanjutan dan dapat merusak jaringan
lainnya. Imunitas sebagai mekanisme untuk melawan dan memusnahkan benda asing yang
masuk ke dalam tubuh manusia. Berbagai kerusakan yang terjadi seperti karies, gingivitis,
penyakit periodontal, dan penyakit lainnya. Gangguan kesehatan gigi dan mulut akan terlihat
dan akan merasakan bau nafas, gigi bengkak, gigi berdarah dan sebagainya. Radang adalah
suatu reaksi pertahanan tubuh terhadap infeksi mikroba atau rangsangan lainnya
3.2 Saran
Penanganan terhadap pasien hendaknya mempertimbangkan anamnesis dan pemeriksaan
yang akurat, dan tidak lupa menanyakan riwayat penyakit maupun alergi yang dimiliki
pasien. Selain anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang alergi yang terdiri dari
pemeriksaan penunjang umum dan khusus dapat dilakukan baik in vivo, maupun in vitro.
Sangat perlu dalam mengetahui faktor penyebab serta faktor resiko dalam menghadapi suatu
kasus penyakit. Selain itu, kebersihan mulut harus dijaga dan dirawat dengan baik agar tidak
mudah terinfeksi bakteri.