Anda di halaman 1dari 13

BLOK 16 PEMICU 3

“Gigiku Bernanah Dok…..”

Nama : Revina Angelia


NIM : 180600177
Kelas : A

KELOMPOK 1

FASILITATOR
Prof. Trimurni Abidin, drg., M.kes., Sp.KG(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
PEMICU 3

1.1 Skenario

Nama pemicu : Gigi bernanah dok….

Penyusun : Dr.Essie Octiara, drg, Sp.KGA;

Dewi Kartika,drg.,MDSc; Minasari,drg.,MM

Minasari, drg., MM

Hari/tanggal : Jumat, 16 Oktober 2020

Jam : 07.30 – 09.30 WIB

Kasus :

Seorang anak perempuan usia 9 tahun dibawa ibunya ke dokter gigi dengan keluhan gigi
depan atas patah akibat terjatuh tadi siang saat bermain di dalam rumah

Pemeriksaan klinis diperoleh:

 Gigi 21 fraktur mahkota menyebabkan pulpa terbuka, vitalitas (+)

Pemeriksaan gigi lain diperoleh:

 Gigi 85 karies mencapai pulpa di mesio-oklusal, test vitalitas positif, gigi tidak pernah
sakit spontan
 Gigi 84 karies dentin dalam, vitalitas (+)
1.2 Pertanyaan
1. Interpretasikan radiografi pada ketiga gigi (21,84, dan 85) ini. (Radiologi)
2. Jelaskan pemeriksaan objektif (klinis) yang dilakukan oleh dokter gigi untuk gigi 21,
85 dan 84 dan sebutkan apa yang diperoleh pada saat pemeriksaan tersebut. Jelaskan
diagnosis gigi 21, 85 dan 84 berdasarkan pemeriksaan objektif tersebut.
3. Jelaskan rencana perawatan awal dan akhir untuk gigi 21, 85 dan 84.
4. Jelaskan outline form kamar pulpa pada gigi 85; sebutkan nama akar dan nama
saluran akar pada masing-masing gigi tersebut (Biologi Oral)
5. Jelaskan tahap kerja terapi awal gigi dengan bahan Ca(OH)2 dan gigi 21.
6. Jelaskan indikator keberhasilan dan kegagalan pada gigi 21 serta penanggulangannya?
7. Jelaskan tahap kerja perawatan gigi 85 dan 84.
8. Jelaskan apa yang dilakukan saat kontrol pada gigi 85 dan 84, dan bagaimana bila
terjadi kegagalan perawatan serta bagaimana penanggulangannya.

1.3 Jawaban
1. Interpretasikan radiografi pada ketiga gigi (21,84, dan 85) ini. (Radiologi)

Gigi 21

a. Mahkota : Gambaran radiolusen pada mahkota pada bagian disto-insisal


dengan kedalaman sudah mencapai oulpa
b. Akar : 1, berbentuk lurus (orifisi), foramen apical belum tertutup sempurna
c. Lamina dura : terputus putus pada sisi distal dan mesial
d. Membrane periodontal : Melebar
e. Furkasi : -
f. Crest Alveolar : Pada sisi distal, crest alveolar dibawah atas normal
g. Periapical : Tidak ada kelainan
h. Kesan : Terdapat kelainan pada mahkota dan pulpa
i. Suspek diagnosis :

Gigi 85

a. Mahkota : Gambaran radiolusen pada mahkota pada bagian mesio-oklusal


dengan kedalaman sudah mencapai pulpa
b. Akar : Akar 2, telah resorbsi pada 1/3 dari apical (orifisi)
c. Lamina Dura : Tidak ada kelainan
d. Membran periodontal : Tidak ada kelainan
e. Furkasi : bifurkasi
f. Crest alveolar : Tidak ada kelainan
g. Periapikal : Tidak ada kelainan
h. Kesan : Terdapat kelainan pada mahkota dan pulpa
i. Suspek diagnosis :

Gigi 84

a. Mahkota : Gambaran radiolusen pada mahkota bagian disto-oklusal


dengan kedalaman mencapai dentin
b. Akar : akar 2, telah resorbsi pada 1/3 dari apical (orifisi)
c. Lamina dura : Tidak ada kelainan
d. Membran periodontal : Tidak ada kelainan
e. Furkasi : bifurkasi
f. Crest alveolar : Tidak ada kelainan
g. Periapikal : Terdapat gambaran radiolusen pada apical akar mesial meluas
ke bagian furkasi
h. Kesan : Terdapat kelainan pada mahkota dan pulpa
i. Suspek diagnosis :

(Sumber : Bahrani, B. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Endodontic


radiology. 2nd Ed. USA : 2012)

2. Jelaskan pemeriksaan objektif (klinis) yang dilakukan oleh dokter gigi untuk
gigi 21, 85 dan 84 dan sebutkan apa yang diperoleh pada saat pemeriksaan
tersebut. Jelaskan diagnosis gigi 21, 85 dan 84 berdasarkan pemeriksaan
objektif tersebut.

1) Pemeriksaan Objektif

a. Pemeriksaan ekstra oral

Meliputi kepala, muka, leher, mata, bibir, kelenjar liur, temporomandibular joint, otot-
otot ekstra oral ini, yang perlu diamati: apakah ada perubahan warna, tekstur,
pembengkakan,kelainan/lesi dan rasa sakit pada tempat-tempat tersebut. Pada kasus,
pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan kelainan. Keadaan umum pasien baik.

b. Pemeriksaan intra oral

Pemeriksaan gigi 

 Perkusi

Pemeriksaan perkusi ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya keradangan periapikal.
Caranya yaitu gigi dipegang dengan kuat diantara 2 instrumen atau dengan 1 instrumen dan 1
jari, dan diberikan sebuah usaha untuk menggerakannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pemeriksaan perkusi adalah nyeri terhadap pukulan (tenderness to percussion) dan bunyi
(redup/dull dan nyaring/solid metallic).

Gigi yang memberikan respon nyeri terhadap perkusi vertikal-oklusal menunjukkan


kelainan di periapikal yang disebabkan oleh lesi karies. Gigi yang memberikan respon nyeri
terhadap perkusi horisontal-bukolingual menunjukkan kelainan di periapikal yang disebabkan
oleh kerusakan jaringan periodontal. Gigi yang dipukul bukan hanya satu tetapi gigi dengan
jenis yang sama pada regio sebelahnya. 

 Palpasi

Tes palpasi ini guna menentukan adanya proses inflamasi yang sudah  sampai ke
periapikal. Tes palpasi dilakukan dengan menekan mukosa sejajar apeks. Palpasi pada
mahkota gigi dapat menyatakan kehilangan atau perlunakan akar, yang memerlukan
investigasi lebih lanjut. Jika terasa halus dan lunak maka terjadi inflamasi akut, jika terasa
keras maka terjadi gangguan kronis.

 Inspeksi :

Memeriksa dengan mengamati objek (gigi) bagaimana dengan warna, ukuran, bentuk ,
hubungan anatomis, keutuhan, permukaan jaringan, karies, abrasi, dan resesi. 

 Sondasi

Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara menggerakkan sonde


pada area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah ada suatu kavitas atau tidak. Nyeri
yang diakibatkan sondasi pada gigi menunjukkan ada vitalitas gigi atau kelainan pada pulpa.
Jika gigi tidak memberikan respon terhadap sondasi pada kavitas yang dalam dengan pulpa
terbuka, maka menunjukkan gigi tersebut nonvital.

 Probing

Probing bertujuan untuk mengukur kedalaman jaringan periodontal dengan menggunakan


alat berupa probe.

 Tes mobility

Tes kegoyangan digunakan untuk mengetahui adanya kegoyangan pada gigi serta
indikator penting seberapa parah gigi telah bergeser dari posisi normalnya di soket gigi

a. Pemeriksaan penunjang
 Tes Vitalitas

Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu gigi
masih bisa dipertahankan atau tidak, biasanya digunakan untuk mengetahui apakah saraf
sensori masih bisa melanjutkan rangsang atau tidak. 

 Tes Radiografi 

Pemeriksaan ini menjelaskan berbagai gambaran radiopak dan radiolusen pada radiografi.
Tujuannya mengidentifikasi ada atau tidaknya penyakit, memberikan informasi ciri khas
radiografik dan perluasan suatu penyakit diferensial diagnosis. 

2) Diagnosis

Diagnosis yang dapat ditegakan berdasarkan pemeriksaan objektif adalah,

 Gigi 21 : Berdasarkan klasifikasi Ellis dan Davey, kasus pasien termasuk kedalam
klasifikasi kelas 3 yaitu fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan
menyebabkan terbukanya pulpa.
 Gigi 85 : K3 V(Karies sudah mencapai pulpa, vital); Berdasarkan klasifikasi GV
Black, kasus pasien termasuk kedalam klasifikasi kelas II karena sudah mengenai
bagian proksimal mesio-oklusal; Pulpitis reversible.
 Gigi 84 : K2 (Karies mencapai dentin) yang dalam; Berdasarkan klasifikasi GV
Black, kasus pasien termasuk kedalam klasifikasi kelas II; Pulpitis Irreversible.
(Sumber : Nursasongko B. Diagnosis Karies. JKGUI 2000;7:425-49.)

3. Jelaskan rencana perawatan awal dan akhir untuk gigi 21, 85 dan 84.

1)Gigi 21

 RPA : Partial pulpotomy/Pulpotomy CVEK


 RPF : Restorasi Direk Klav IV resin komposit

2) Gigi 85

 RPA : Pulpotomi vital


 RPF : Stainless steel crown (SSC)

3)Gigi 84

 RPA : Indirect Pulp capping


 RPF : Restorasi klas II dengan compomer.

(Sumber : Fuks, B., Peretz, B. Pediatric endodontics. Switzerland:Springer 2016:129-33.)

9. Jelaskan outline form kamar pulpa pada gigi 85; sebutkan nama akar dan nama
saluran akar pada masing-masing gigi tersebut (Biologi Oral)

Outline form adalah proyeksi ruang pulpa ke permukaan gigi di bagian cingulum untuk
gigi anterior atau oklusal di gigi posterior.Pembuatan outline form bertujuan untuk
menghindari terbuangnya jaringan gigi yang berlebihan pada waktu preparasi cavity entrance.
Tujuan mendapatkan outline form adalah untuk membuat akses yang lurus,menghemat
preparasi jaringan gigi dan membuka atap ruang pulpa. Ada tiga factor tentang kamar pulpa
saat membuat outline form yang harus diketahui yaitu ukuran kamar pulpa,bentuk kamar
pulpa dan jumlah,posisi,dan pembengkokan akar.

Gigi 85 memiliki 5 cusp yaitu 2 cusp bukal,2 cusp lingual dan satu cusp distal. Memiliki
2 akar dan sangat divergen yaitu mesial-distal dan kebanyakan memiliki 2 saluran akar.
Memiliki cusp dan akar yang sama seperti gigi M1 permanen bawah dan memiliki bentuk
seperti M2 permanen bawah tetapi lebih kecil. Pada gigi M2 rahang bawah diketahui terdapat
bentukan khusus dari saluran akar yaitu C-shaped. Dan pada umumnya pada molar rahang
bawah bentuk outline nya adalah triangular dengan alas sejajar mesial/rhomboid. 

(Sumber : Wang, Y et al. A study on the root canal morphology of primary molars by high-
resolution computed tomography. Journal of Dental Sciences 2013;8(3):321-7.)

10. Jelaskan tahap kerja terapi awal gigi dengan bahan Ca(OH)2 dan gigi 21?

Tahapan kerja pada gigi 21 :

1. Keringkan mukosa bukal dan oleskan anestesi topikal selama 1-2 menit.
2. Lakukan anestesi lokal (infiltrasi bukal)
3. Isolasi menggunakan split dam technique
4. Singkirkan 1-3 mm jaringan pulpa koronal
5. Irigasi permukaan luka dengan saline steril dan keringkan dengan cotton pellet
6. Jika hemostasis tercapai lanjutkan ke langkah 8. Keluarkan lebih banyak pulpa
sampai hemostasis tercapai.
7. Jika hemostasis tidak memungkinkan, lanjutkan dengan pulpotomi koronal
8. Tempatkan pasta kalsium hidroksida non-setting atau bubuk kalsium hidroksida
yang dicampur dengan air steril selama pemaparan dan gunakan cotton pellet
steril untuk memberikan tekanan dan adaptasi medikamen ke dalam kavitas
9. Tutupi dengan glass ionomer
10. Restorasi gigi/lekatkan kembali fragmen gigi yang terlepas dengan menggunakan
flowable resin composite

(Sumber: Barratt O, Dixon C, Barry S. Technique Tips a Complicated Crown Fracture: The
Cvek Pulpotomy. Dental Update 2017; 44(11): 1096.)

11. Jelaskan indikator keberhasilan dan kegagalan pada gigi 21 serta


penanggulangannya?
 Kriteria keberhasilan

Kriteria keberhasilan perawatan saluran akar menurut Quality Assurance Guidelines yang
dikeluarkan oleh American Associaton of Endodontics adalah gigi tidak peka terhadap
perkusi dan palpasi, mobilitas notmal, tidak ada sinus tract, tidak ada penyakit periodontium,
gigi dapat bertungsi dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi atau pembengkakan, dan
tanpa keluhan yang tidak menyenangkan. Berdasarkan gambaran radiografis, sualu perawatan
dianggap berhasil bila ligamen periodontium normal atau sedikit menebal (kurang dari lmm),
radiolusensi dapeks hilang, lamina dura normal, tidak ada resorbsi, dan pengisian lerbatas
pada ruang saluran akar, padat mencapai kurang lebih 1 mm dari apeks. Keberhasilan
perawatan saluran akar dapat dilihat dari beberapa faktor antara lain adanya lesi periradikular
sebelum dan sesudah pemwatan, kualitas pelgisian, dan efektivitas penutupan bagian korona.

 Kegagalan perawatan

Penyebab kegagalan perawatan saluran akar sangat banyak antara lain obturasi yang tidak
sempurna, perforasi akar, resorpsi akar eksternal, lesi periodontal-periradikuler, overfilling,
adanya saluran akar yang tertinggal, kista periapikal, tertinggalnya instrument yang patah
dalam saluran akar, perforasi dasar foramen nasalis dan kebocoran koronal. Kegagalan dalam
perawatan menyebabkan pasien datang ke dokter gigi mengeluhkan adanya rasa sakit.

Kegagalan PSA yang menyebabkan adanya lesi periapikal memerlukan perawatan saluran
akar ulang non bedah dengan tujuan menghilangkan bakteri dan mencegah kontaminasi lebih
lanjut dengan obturasi yang hermetis dan penutupan koronal yang baik. Retreatment non-
bedah, restorasi dan seluruh bahan pengisi saluran akar sebelumnya harus dihilangkan untuk
memberikan akses dan menunjang keberhasilan perawatan. Bahan pengisi saluran akar yang
umum digunakan adalah gutaperca dan sealer. Terdapat beberapa metode untuk
menghilangkan atau membersihkan bahan pengisi saluran akar, diantaranya adalah
penggunaan solvent, panas, instrumen mekanis, atau kombinasi. Proses cleaning dan shaping
serta disinfeksisaluran akar selama perawatan retreatment sangat penting, sehingga gutaperca
dan sealer yang menempel pada dinding saluran akar harus seluruhnya dibersihkan.

Sumber :

1. Sisthaningsih, E., Suprastiwi, S. Perawatan Saluran Akar Ulang Akibat Lepasnya


Restorasi (Laporan Kasus). Ed Khusus KPPIKG XIV. IJD 2006.
2. Ni Gusti A, Hadriyanto, W. Perawatan Ulang Saluran Akar Insisivus Lateralis Kiri
Maksila dengan Medikamen Kalsium Hidroksida-Chlorhexidine. Maj Ked Gi. Juni
2013; 20(1): 52-57
12. Jelaskan tahap kerja perawatan gigi 85 dan 84.

1) Gigi 85

Langkah-langkah perawatan pulpotomi parsial dengan biodentin untuk gigi sulung :

1. Melakukan tindakan anestesi lokal pada gigi 85 dengan anestetikum lokal yang
dilanjutkan dengan membuang jaringan karies dan preparasi buka kavum gigi
85 menggunakan bor intan bundar steril.
2. Saat  preparasi  kavitas maka   pulpa   yang   terekspose   diperhatikan jumlah  dan
karakteristik  perdarahannya.  Jika perdarahan mudah dikontrol dan warna pulpa
menunjukkan   merah   terang   maka   proses inflamasi diasumsikan hanya terbatas
pada pulpa   koronal. Pulpa   pada   bagian   kamar pulpa   dibuang   dan   pulpa  
bagian   koronal diamputasi  dengan  menggunakan  instrumen high  speed atau
ekskavator  steril  dengan semprotan air berkelanjutan selama prosedur. Sisa pulpa  
diekskavasi   dan   kamar   pulpa diirigasi   dengan   klorheksidin. 
3. Perdarahan dikontrol dengan menekan cotton pellet steril pada pulpa radikular
dengan tekanan ringan. Kemudian cotton pellet diangkat setelah perdarahan
berhenti sekitar 5 menit. Evaluasi kondisi perdarahan pada gigi 85 jika sudah
terkontrol maka dapat dilakukan pengisian bahan pulpotomi.
4. Persiapan bahan biodentine. Biodentine tersedia dalam bentuk bubuk dalam kapsul
dan cairan dalam pipet. Bubuk terdiri dari trikalsium silikat sebagai bahan utama,
dikalsium silikat, kalsium karbonat, dan iron oxide, zirconium oxide sebagai bahan
radiopak. Cairan terdiri dari air, kalsium klorida sebagai akselerator setting dan
polikarboksilat modifikasi sebagai bahan superplastis atau bahan pengurang air
(superplasticising atau water reducing agent). Cairan biodentine dimasukkan ke
dalam kapsul yang berisi bubuk lalu kapsul disimpan pada vibrator untuk melakukan
homogenisasi bahan. Atur waktu pada mesin vibrator selama 30 detik. Jaringan
pulpa yang mengalami amputasi diisi dengan pasta biodentine. Biodentine
dimasukan pada kamar pulpa yang sudah diekskavasi dan dipadatkan
menggunakan spatula.
Setelah melakukan perawatan saluran akar dengan pulpotomi, dilakukan pemasangan
stainless steel crown pada pasien, dengan tahap:

1. SSC dipilih sesuai jarak mesio-distal gigi susu sebelum preparasi. Ukuran crown yang
dipilih harus cukup besar untuk disisipkan diantara gigi di bawah gingival margin dan
sedikit bisa berotasi
2. Letakkan SSC yang sudah dipilih di atas gigi yang telah dipreparasi. Periksa apakah
tepi SSC pada daerah aproksimal sudah baik. Tentukan kelebihan SSC, kemudian
buang dengan stone bur atau potong dengan gunting.
3. Bagian bukal dan lingual serta servikal dibentuk dengan konfigurasi yang sesuai
dengan giginya. Bagian servikal harus benar menempel pada posisi gigi untuk
mendapatkan retensi yang maksimal.
4. Pengashulan SSC supaya pinggirnya tidak mengiritasi gingiva, kemudian pinggir
dihaluskan dan dilicinkan dengan stone bur atau rubber whell.
5. Gunakan adhesif semen, diaduk sampai konsistensi seperti krim dan dialirkan ke
dinding sebelah dalam SSC hingga hampir penuh.
6. Pasang SSC dari lingual ke bukal, tekan dengan jari sampai posisi yang tepat
kemudian pasien disuruh menggigit dengan wooden blade diletakkan di atas gigi
tersebut.

2) Gigi 84

Tahap perawatan gigi 84 yang dilakukan:

Pada Kunjungan Pertama:

1. Karies dibuang dengan escavator atau bur round (bor bundar) kecepatan rendah , Lalu
lakukan ekskavasi sampai dasar pulpa, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin
tanpa membuka kamar pulpa. Jaringan karies yang paling dalam dibiarkan.
2. Kavitas disterilkan dengan air calxyl atau obat lain yang tidak caustik. Hindari
penggunaan alkohol, karena dapat memicu terjadinya dehidrasi cairan tubulus dentin.
3. Aplikasi preparat Kalsium hidroksida Ca(OH)2 kemudian dilapisi Zinc Okside
Eugenol (ZOE) yang diletakkan didasar kavitas kemudian dilapisi semen fosfat dan
akhirnya tambalan sementara.
4. Perawatan dilanjutkan 1-2 minggu kemudian.

Pada Kunjungan Kedua :

1. Apabila ada keluhan, dilakukan penambalan tetap dengan RMGIC.

Sumber:

1. Anisa T, Peritiwi ASP. Biodentine Pada Pulpotomi Vital Gigi Sulung : Laporan
Kasus. I ndonesian Journal of Paediatric 2018;1(2):198-9.
2. Widyagarini A, Budiardjo SB. Koreksi dimensi vertikal oklusal dengan modifikasi
restorasi mahkota logam pada kasus severe early childhood caries (Correcting
occlusal vertical dimension using modified stainless steel crown restoration in severe
early childhood caries case). Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi). 2014 Jun
1;47(2):92-7.

13. Jelaskan apa yang dilakukan saat kontrol pada gigi 85 dan 84, dan bagaimana
bila terjadi kegagalan perawatan serta bagaimana penanggulangannya.

1) Gigi 84 ( Indirect Pulp Capping )

1. Evaluasi hasil dilakukan setelah 4-8 minggu.


2. Dilakukan pemeriksaan subjektif dan ditanyakan apakah selama perawatan ada rasa
sakit atau tidak. Bila tidak ada keluhan subjektif diteruskan ke pemeriksaan objektif:
perkusi, palpasi dan tes vitalitas.
3. Setelah melakukan perkusi, palpasi dan tes vitalitas lalu tanyakan keluhan penderita,
apabila tidak ada keluhan maka subbase dan base dibuang dan diganti yang baru
setelah itu baru dilakukan penumpatan tetap.
4. Tumpatan sementara dikeluarkan dan dilanjutkan dengan restorasi permanen dengan
Resin Komposit.
5. Bila ada keluhan pada pemeriksaan subjektif dan objektif dan bila timbul rasa sakit,
perawatan kaping pulpa dianggap gagal, selanjutnya dilakukan perawatan
Pulpektomi/PSA (perawatan saluran akar).

2) Gigi 85 (Pulpotomi)
1. Pada kontrol pasca Pulpotomi yang dilihat adalah gigi tidak terdapat gejala infeksi
dan Ro foto tidak terlihat adanya perubahan patologi.
2. Untuk memastikan tidak adanya terjadi kegagalan bisa dilakukan kontrol rutin sesuai
dengan anjuran dokter gigi yang dikunjungi. Bisa dengan kontrol awal yaitu satu
bulan pasca perawatan untuk dilakukan evaluasi pada gigi.

Evaluasi hasil perawatan bisa dengan:

1. Pemeriksaan subjektif, pasien mengatakan tidak ada keluhan rasa sakit, dan gigi yang
dirawat dapat digunakan untuk pengunyahan.
2. Pemeriksaan perkusi, pasien tidak ada memberikan respon rasa sakit
3. Pemeriksaan palpasi, dilakukan palpasi pada daerah suatu mukosayidak memberikan
rasa nyeri dan sakit.

Evaluasi menggunakan teknik radiograf,

Bagaimanapun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik perlu pengamatan setelah tiga,
enam dan dua belas bulan setelah perawatan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

1. Tanda pertama kegagalan perawatan pulpotomi adalah terjadinya resorpsi internal


pada akar yang berdekatan dengan tempat pemberian obat. Pada keadaan lanjut akan
diikuti dengan resorpsi eksternal (Budiyanti, 2006).

Apabila infeksi pulpa sampai melibatkan benih gigi pengganti, atau gigi mengalami
resorpsi internal atau eksternal yang luas maka sebaiknya dilakukan pencabutan (Whitworth
& Nunn, 1997).

(Sumber : Quardros, I et al. Evaluation of Endodontic Treatments Performed by Students in a


Brazilian Dental School. Journal of Dental Education 2005.)

Anda mungkin juga menyukai