DISUSUN OLEH:
NIM: J011211069
KASUS 1
Jawaban:
a. Pada gambaran radiologi tampak gigi 13 dan 23 masih berupa benih yang
akan erupsi menggantikan gigi 53 dan 63. Sedangkan gigi 33 dan 43 masih
berupa benih yang nantinya akan erupsi menggantikan gigi 73 dan 83.
b. Gigi 13 tumbuh pada usia 11-12 tahun
Gigi 23 tumbuh pada usia 11-12 tahun
Gigi 33 tumbuh pada usia 9-10 tahun
Gigi 43 tumbuh pada usia 9-10 tahun
c. Pada kasus ini dapat digunakan teknik radiografi panoramik atau
pantomografi. Teknik radiografi panoramik merupakan teknik yang
menghasilkan lapisan gambar lebar dengan mengambil struktur fasial
lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah, serta struktur pendukungnya.
Referensi:
KASUS 2
b. Apa kesannya?
c. Apa radiodiagnosisnya?
Jawaban:
a. Pada gambaran radiografi gigi 55, akar gigi 55 teresropsi karena akan
digantikan dengan benih gigi 15 yang akan erupsi. Terlihat pada bagian
periapical terdapat radioopaque yang berbentuk seperti benih gigi
premolar 2 dewasa. Pada gambaran radiografi tersebut, tampak bahwa gigi
permanen dan gigi sulung terjadi tumpang tindih.
b. Tidak ada kelainan atau anomali berdasarkan gambar tersebut. Hal ini
dianggap normal dikarenakan proses erupsi dari gigi permanen
mendahului resorpsi dari gigi desidui.
c. Radiodiagnosis pada kasus tersebut adalah proses erupsi gigi permanen
yang didahului dengan resorpsi akar gigi sulung sehingga sementum dan
dentin di area akar menghilang.
Referensi:
1. Mulia DP, Indiarti IS, Budiarjo SB. Effect of root resorption of primary
teeth on the development of its permanent successor an evaluation of
panoramic radiographs in 7-8 years old boys. Journal of Physic. 2018;
1073(3): 1.
KASUS 3
Jawaban:
a. Gigi 47 (Molar 2 RB kanan) terlihat akan erupsi dimana puncak mahkota
telah mencapai ujung tulang alveolar. Mahkota terlihat normal dan tampak
akar belum terlihat secara lengkap dan masih terdapat folikel gigi.
b. Saluran akar atau foramen apical. Foramen apikal adalah jalur penghubung
langsung antara jaringan pulpa dan periodontal.
Referensi:
1. Nelson SJ, Ash Major M. Wheeler’s dental anatomy: physiology and
occlusion. 9th Ed. St Louis; Elsevier Saunders; 2019: 86.
2. Louisa M, Yuniarti S. Lesi endoperio. Makassar Dental Journal 2015;
4(3)
KASUS 4
b. Apa nama gigi yang berada diantara gigi 11.21 & 34.35?
c. Tindakan/perawatan apa yang akan dilakukan pada gigi dengan tanda panah
hitam?
Jawaban:
a. Terlihat gigi 11 dan 21 dengan jaringan keras yang radiopak dan pulpa serta
saluran akar yang radiolusen. Diantara kedua gigi tersebut, terlihat juga adanya
gigi tambahan (anomali supernumerary teeth) yang berukuran kecil yang
berada pada CEJ gigi 11 dan 21 dengan posisi dominan lebih ke arah gigi 11.
Sedangkan pada gigi 34 dan 35, terdapat gigi posterior dengan potongan
coronal dimana diantara gigi 34 dan 35 terdapat gigi tambahan yang akan
erupsi.
b. Gigi yang letaknya berada diantara gigi 11 dan 21 disebut dengan mesiodens.
Mesiodens adalah suatu kelainan jumlah dan bentuk gigi (konus),
biasanya terjadi pada gigi anterior dan terletak pada garis tengah maksila.
Sedangkan gigi yang letaknya berada diantara gigi 34 dan 35 disebut dengan
paramolar. Paramolar adalah molar supernumerary biasanya kecil dan belum
sempurna, paling sering terletak bukal atau palatal ke salah satu geraham
rahang atas.
c. Perawatan gigi mesiodens dapat berupa pencabutan atau tanpa pencabutan.
Perawatan yang dilakukan dengan pencabutan gigi mesiodens selanjutnya
harus diperbaiki susunan gigi geliginya dengan menggunakan alat ortodonsi.
Namun, gigi mesiodens yang tidak erupsi dan tidak menimbulkan masalah
oklusal dapat dibiarkan tetap pada posisinya.
Referensi:
1. Scheid RC, Weiss G. Woelfel’s dental anatomy 8 th ed. China: Lippincott
Williams & Wilkins. 2012: 325-6.
2. Iswari H. gigi supernumerari dan perawatan ortodonsi. E-Journal WIDYA
Kesehatan Dan Lingkungan. 2014; 1(1): 42.
3. Sutjiati R. Penatalaksanaan Penutupan Diastema Sentral Setelah
Pencabutan Gigi Mesiodens. STOMATOGNATIC-Jurnal Kedokteran Gigi
2015; 8(1): 56-61.
4. Nayak G, et al. Paramolar–A supernumerary molar: A case report and an
overview. Dental Research Journal 2012; 9(6): 797.
KASUS 5
Jawaban:
b. Apa kesannya
c. Apa radiodiagnosisnya
Jawaban:
KASUS 7
b. Apa nama kelainan yang ditunjuk anak panah pada kedua gigi tersebut?
Jawaban:
a. Pada gigi tersebut tampak adanya proses invaginasi dari jaringan yang
melibatkan mahkota hingga akar, tetapi masih berada dalam kantong yang
tertutup. Invaginasi tersebut terlihat belum mencapai jaringan periodontal
dan apical. Pada kedua gambaran tersebut terdapat gambaran radiolusen
pada bagian periapical kedua gigi tersebut.
b. Kelainan yang ditunjuk anak panah pada kedua gigi tersebut adalah dens
in dente. Dens invaginatus adalah suatu kelainan atau anomali berupa
invaginasi dari mahkota gigi dan akar saat sebelum kalsifikasi terjadi.
c. Radiodiagnosis dari gambaran radiografi tersebut adalah periodontal apical
cyst. Kista periodontal apikal adalah lesi jinak yang berkembang dalam
kaitannya dengan apeks jaringan non-vital gigi karena respon inflamasi
dari pulpa infektif.
Referensi:
1. Pereira MN, de Almeida LE, Martins MT, Campos MJS, Fraga MR, Vitral
RWF. Multiple hyperdontia: report of an unsual case. AJO-DO. 2011;
140(4): 580,584
2. John PR. Textbook of oral medicine. 3rd Ed. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publisher. 2014. p. 78, 82-6, 94-5
3. Dias GJ, Prasad K. Santos AL. Pathogenesis of apical periodontal cysts:
guidelines for diagnosis in palaeopathology. International Journal of
Osteoarchaeology, 2007, 17.6: 619-626.
KASUS 8
a. Interpretasikan gambaran radiografi yang terlihat pada gigi 37 dan 38
Jawaban:
Referensi:
1. John PR. Textbook of oral medicine. 3rd Ed. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publisher. 2014. p. 78, 82-6, 94-5
2. Khanna S, et al. Concrescence - a report of two cases. International Journal
of Dental Clinics. 2011; 3(1): 75.
KASUS 9
a. Interpretasikan gambaran radiografi yang terlihat pada gigi yang ditunjuk
anak panah
Jawaban:
a. Pada gambar yang ditunjuk oleh anak panah, tampak terlihat 2 mahkota
gigi, memiliki 1 atau 2 saluran akar dan 1 akar yang terjadi akibat
pembelahan gigi yang tidak sempurna. Mahkota yang kembar nampak
dobel lebarnya dibanding gigi tunggal.
b. Berdasarkan yang ada pada gambar tersebut menunjukkan adanya
geminasi. Geminasi adalah satu benih gigi yang bertumbuh menjadi dua
gigi secara utuh atau sebagian tetapi akarnya satu.
c. Diferensial dari gigi yang mengalami geminasi adalah fusi. Fusi adalah
dua benih gigi yang bertumbuh menjadi satu gigi dengan mahkota yang
besar tetapi akarnya tetap dua, biasanya pada insisivus.
Referensi:
1. Rahardjo P. Ortodonti Dasar. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University
Press; 2012
KASUS 10
Jawaban:
a. Pada gambar radiografi tersebut terlihat bahwa mahkota gigi normal, tetapi
akarnya menagalmi pembengkokan kearah distal, sedangkan pada gigi
molar 3 tampak bahwa makhkotanya normal namun akarnya juga
mengalami pembengkokan kearah distal
b. Kelainan gigi tersebut adalah dilaserasi. Dilaserasi adalah akar gigi yang
tidak normal bentuknya biasanya bengkok.
c. Faktor kesulitan pada gigi yang mengalami dilaserasi adalah apabila gigi
tersebut akan dilakukan ekstraksi karena pencabutan bisa menjadi rumit
(dapat berpotensi untuk patah). Selain itu, kegagalan merawat tepat waktu
juga merupakan faktor kesulitan pada saat perawtaan karena dapat
menyebabkan erupsi gigi tertunda.
Referensi:
1. Rahardjo P. Ortodonti Dasar. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University
Press; 2012
2. Walia PS, et al. Review of Dilaceration of Maxillary Central Incisor: A
Mutidisciplinary Challenge. International Journal of Clinical Pediatric
Dentistry. 2016; 9(1): 94
3. Mallya SM, Lam EWN. White and pharoah’s oral radiology principles and
interpretation. 8th Ed. St. Louis. Elsevier; 2018. pp. 348, 796-801, 811-2,
817, 819, 821-2
KASUS 11
Jawaban:
Referensi:
1. Rahardjo P. Ortodonti Dasar. Edisi 2. Surabaya: Airlangga University
Press; 2012
KASUS 12
Jawaban:
a. Pada lengkung gigi maksila atau rahang atas terlihat gigi 53 yang berjejal
dengan dua gigi yang ada di belakangnya
b. Teknik yang digunakan adalah radiografi oklusal. Radiografi oklusal
dilakukan untuk melihat status dari buccolingual dataran kortikal, posisi
buccolingual caninus yang impaksi, sialolithiasis, dan pergeseran bagian
rahanya yang fraktur, dan lain sebagainya.
c. Gigi yang ditunjuk pada panah adalah gigi 53
d. Kelainan yang dialami oleh gigi tersebut adalah delayed eruption. Delayed
eruption merupakan keadaan dimana gigi erupsi lebih lambat dari waktu
yang seharusnya. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh factor local pada
jalur erupsi, tidak cukupnya ruang pada lengkung rahang, dan infeksi.
Kelainan ini menyebabkan gigi mengalami malposisi dan impaksi serta
biasanya terjadi pada molar 3, premolar 2, dan kaninus.
Referensi:
1. John PR. Textbook of oral medicine. 3rd Ed. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publisher. 2014. p. 78, 82-6, 94-5