Anda di halaman 1dari 8

REHABILITASI RONGGA MULUT PADA PASIEN AMELOGENESIS IMPERFEKTA

MENGGUNAKAN GIGI TIRUAN LEPASAN OVERLAY: LAPORAN KLINIS


S Ghodsi, S Rasaeipour, M. Vojdani
ABSTRAK
Tujuan:
Latar Belakang: Amelogenesis Imperfekta (AI) merupakan suatu kelompok dari berbagai
macam penyakit genetik yang terutama mempengaruhi kualitas dan kuantitas amelogenensis
pada gigi primer dan gigi permanen. Karakteristik klinis utama pada kasus ini yaitu atrisi yang
parah, gigi sensitif, dan penampilan yang tidak estetik.
Laporan Kasus: Laporan klinis ini melaporkan mengenai perawatan rongga mulut pada pasien
wanita berusia 17 tahun dengan AI tipe hypoplastik-hypomature dengan gigi tiruan sebagian
lepasan overlay kobalt-kronium (Co-Cr) (ORPD) yang merupakan salah satu pengganti yang
paling ekonomis dan biokompatibel untuk logam mulia dan campuran nikel-kromium (Ni-Cr).
Kesimpulan: Laporan kasus yang diperlihatkan menunjukkan bahwa Co-Cr ORPD dapat
menjadi pilihan yang baik sebagai perawatan sementara atau bahkan perawatan permanen untuk
pasien AI dengan biaya yang terbatas, perhatian estetik yang rendah, atau keterbatasan
pengobatan.
Penampakan Klinis: Terdapat beberapa keuntungan besar pada pencetakan dengan bahan
logam ORPD; bahan tersebut lebih sederhana, tidak terlalu menimbulkan trauma, dan tidak
terlalu mahal dibandingkan penggunaan prostetik cekat. Laporan kasus ini mendukung
penggunaan bahan tersebut pada pasien dengan amelogenesis imperfekta.
Kata Kunci: Amelogenesis imperfekta, Hipoplastik enamel, Diagnosis, Rongga mulut, Gigi
tiruan, Sebagian, Lepasan, Laporan kasus.
PENDAHULUAN
Amelogenesis imperfekta (AI) merupakan penyakit turun temurun yang meliputi
kelompok heterogen pada masalah perkembangan yang mengubah struktur enamel. Umumnya
melibatkan gigi primer dan gigi permanen. Bentuk dentin dan akar gigi yang terkena biasanya
normal.1,2
AI disebabkan oleh mutasi berbagai macam gen yang mengontrol amelogenesis, seperti
amelogenin, dan mengikuti pola turunan autosomal-dominan (AD), autosomal-recessive (AR),
atau mode x-linked transmisi.1-3 Klasifikasi terhadap penyakit ini terutama berdasarkan pada
fenotipe dan jenis turunannya. Klasifikasi yang paling umum digunakan diusulkan oleh Witkop
pada tahun 1988.4 Walaupun dalam beberapa tahun terakhir klasifikasi baru berdasarkan metode
diagnosis molekuler telah diusulkan,5 klasifikasi Witkop masih banyak digunakan dalam
beberapa literatur. Berdasarkan tampilan enamel dan hipotesis perkembangan kerusakan, AI
diklasifikasikan menjadi empat kelompok utama dan 15 subgrup (Tabel 1).6,7

Permasalahan klinis terhadap pasien AI terutama mencakup estetik yang tidak baik, gigi
sensitif, kehilangan dimensi vertikal oklusal, kesulitan mengunyah, keausan gigi dan open bite.8,9
Rencana perawatan terhadap AI sangat berkaitan dengan banyak faktor, termasuk usia
pasien, status sosial ekonomi, jenis dan tingkat keparahan penyakit dan kondisi intraoral.
Perawatan dimulai dari masa kanak-kanak dan berlanjut sepanjang masa remaja. Pendekatan
secara interdisiplin diperlukan dalam evaluasi, diagnosis, dan perawatan pada AI, termasuk
kombinasi periodontal, ortodontik, prostodontik, pembedahan, dan metode restoratif.9-11
Belakangan ini, kebanyakan kasus AI diperbarui dengan teknik restorasi adhesif, gigi
tiruan penuh, gigi tiruan sebagian cekat, mahkota keramik penuh, mahkota PFM dan restorasi
inlay/onlay. Gigi tiruan penuh telah disarankan untuk digunakan pada anak-anak karena alat
tersebut mudah mengalami perubahan sehingga dapat mengakomodasi proses pertumbuhan
mereka.11-15 Gigi tiruan overlay dapat digunakan sebagai protesa sementara atau permanen pada
beberapa pasien dan dapat dijadikan pilihan yang reversible dan relatif murah.16

Tabel 1 : Klasifikasi Witkop pada amelogenesis imperfekta


Karakteristik empat keutamaan tipe amelogenesis imperfekta
Tipe

Penampilan Klinis

Penampilan Radiografi

Turunan

Hipoplastik
(Tipe I)

Hipomaturasi
(Tipe II)

Hipokalsifikasi
(Tipe III)

Hipomaturasi/hipo
plasia/taurodontim
(Tipe IV)

Terdapat banyak pit pada


enamel, atrisi yang parah
pada enamel yang menunjang
terbukanya bagian kontak
proksimal, penampilan yang
bersalju (snow-capped),
lapisan enamel yang tipis
dengan warna kekuningan
atau kecoklatan,
permasalahan erupsi gigi
permanen.
Tampilan enamel
berbentuk belang-belang,
relatif normal pada
lapisan tebal, tetapi lebih
lembut daripada kondisi
biasanya, gigi terlihat
buram halus hingga
kuning kecoklatan, sering
kali disertai open bite dan
sensitivitas gigi.
Hipomineralisasi sering
ditunjukkan sebagai
Gigi berwarna putih buram
atau kuning kecoklatan,
permukaan enamel kasar,
enamel memiliki ketebalan
yang normal, kepingankepingan enamel hilang
dengan mudah, dan terdapat
sensitivitas dentin, open bite,
Mirip dengan tipe
hipoplastik dan
hipomatur, disertai
dengan taurodontism
dan anterior open
bite dengan basis
skeletal.

Kontras enamel
baik dengan dentin.

Radiodensiti pada
enamel sama dengan
dentin

Enamel memiliki kontras


yang sama atau kurang
daripada dentin, mahkota
yang tidak erupsi memiliki
morphologi yang normal.

Kontras enamel
terlihat normal
hingga tipis
dibandingkan
dentin, ruang
pulpa lebar.

AD, AR X
terkait D

AD, AR X
terkait D

AD, AR

AD

LAPORAN KASUS
Seorang gadis berusia 17 tahun dirujuk ke Bagian Prosthodonsi Sekolah Kedokteran Gigi
Shiraz (Ilmu Kedokteran Universitas Shiraz, Iran) untuk perawatan terhadap penampilannya

yang kurang baik dan kelainan fungsional. Karakteristik gigi pasien tersebut sesuai dengan AI
tipe hipoplastik-hipomatur.
Rekam medik menunjukkan tidak adanya permasalahan khusus pada pasien tersebut.
Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan rasio wajah yang normal dan kesimetrisan wajah dengan
profil cembung. TMJ dan otot-otot mastikasi normal. Pembukaan mulut secara maksimal berada
pada kisaran normal, dan tidak terdapat penyimpangan atau defleksi pada saat membuka atau
menutup mulut. Nodul limpha dalam keadaan normal. Ketika tersenyum, garis bibir tertinggi
berada sekitar 6 mm dari jaringan servikal gingiva (gummy smile). Pemeriksaan intraoral
memperlihatkan atrisi yang parah pada semua gigi, retensi berlebih pada gigi primer, lapisan
enamel yang tipis dan warna kuning kecoklatan pada gigi. Kesehatan rongga mulut baik dan
tidak terdapat kalkulus pada gigi dan anterior open bite. Warna dan penampakan gingiva normal.
OVD tidak menurun (Gambar 1). Pemeriksaan radiografi menunjukkan impaksi gigi permanen
yang berlebih (13, 14,15, 17, 18, 24, 25, 26, 27, 28, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 42, 43, 44, 45, 47, 48),
dan retensi berlebih pada gigi desidui (53, 55, 73, 75, 83, 85). Enamel tidak dapat terdeteksi
meskipun pada gigi impaksi dan terdapat batu-batu pulpa pada ruang pulpa gigi (Gambar 2).
Radiografi cephalometri menunjukkan protrusi bimaksilari.
Setelah pemasangan gips dengan facebow pada CR, rencana perawatan yang diusulkan
adalah sebagai berikut :
1. Ekstrusi orthodontik pada gigi setelah dilakukan pembedahan dan persiapan restorasi
tetap: Mini-implant digunakan sebagai anchorage karena struktur gigi yang tidak kuat
untuk seluruh band dan braket. Setelah mempertimbangkan persiapan yang ideal ini,
suatu masalah yang istimewa kemudian terjadi : Sering terjadi debounding (pelepasan)
pada beberapa braket, bahkan dengan metode bonding dentin terbaik.

Gambar 1. Gambaran intraoral pada pasien dengan amelogenesis imperfekta

Setelah sekitar 1 tahun, tidak terjadi erupsi yang cukup besar. Selanjutnya, bentuk kerucut
pada mahkota gigi dan impaksi yang terjadi membuat kasus ini tidak memungkinkan
untuk menggunakan band daripada bracket. Terapi saluran akar menggunakan pasak dan

inti pada gigi impaksi tidaklah memungkinkan karena dalamnya impaksi, bebatuan pada
pulpa, dan kurangnya prediktabilitas (Gambar 3).
2. Gigi tiruan penuh lepasan akrilik: Percobaan pada gigi yang telah disusun menunjukkan
bahwa persiapan ini sesuai untuk digunakan pada rahang bawah, tetapi pada bibir bagian
atas tidak memungkinkan untuk penggunaan basis akrilik dan gigi artifisial karena
adanya protrusi yang parah pada bibir bagian atas dan gangguan pada gummy smile.
3. Pemasangan gigi tiruan lepasan overlay: Gigi tiruan lepasan overlay tersebut tampaknya
merupakan suatu persiapan yang cocok untuk perawatan rahang atas karena tidak adanya
flange labial untuk membantu mempertahankan kontur bibir dan aspek estetik yang dapat
semakin diperkuat dengan labial veneer porcelain dan retensi dapat semakin diperbaiki
dengan gesekan antara gigi dan ujung dinding-dinding overlay.
Gigi dengan prognosis yang buruk kemudian dilakukan pencabutan. Dua gigi yang masih
tersisa pada rahang bawah lalu dilakukan perawatan endodontik dan dipersiapkan untuk
pemasangan gigi tiruan penuh (pengurangan mahkota). Pada bagian rahang atas, gingivektomi
konservatif dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas kekuatan pada gigi yang terlihat. Satu
bulan kemudian, dengan tujuan untuk menghilangkan undercut dan memberikan ruangan yang
adekuat untuk batasan kerja, maka preparasi aksial dan oklusal secara konservatif pada bagian
gigi atas lalu dilakukan. Lalu untuk cetakan akhir, pada kedua rahang dituangkan dan
dipasangkan alat pencatat facebow dan CR pada artikulator semiadjustable. Gigi pada rahang
bawah diatur sesuai dengan sudut bibir dan retromolar pads sebagai panduan.

Gambar 2. Radiografi panoramik pada pasien

Gambar 3. Ekstrusi orthodontik pada gigi


Diagnostik wax-up telah dilakukan pada gips yang dipasang untuk membuat oklusal
plane, kontur gigi, posisi gigi, dan mendapatkan penampilan estetik untuk restorasi akhir. Setelah
mengetahui posisi gigi yang diusulkan, batas kerja overlay lalu di wax-up berlawanan dengan
gigi tiruan penuh pada rahang bawah. Dengan tujuan untuk memperkecil atrisi pada gigi akrilik,
titik kontak pada insisal edge rahang bawah diletakkan pada substruktur logam rahang atas.
Batas kerja dipotong kembali sepanjang indeks untuk meratakan aplikasi porselein (Gambar 4),
lalu dicetak dengan logam Co-Cr (karena adanya riwayat alergi Ni pada pasien), dan
pemeriksaan intraoral untuk penyesuaian marginal. Ujung dinding-dinding logam menutupi gigi
yang terlihat pada rahang atas hingga premolar satu kiri dan premolar dua kanan, dan
diperpanjang dengan sadel sebagai konfigurasi dari bagian kiri hingga kanan tuberositis untuk
mendukung dasar akrilik dan gigi pada sisa ridge posterior.
Porselen Feldespatik juga ditambahkan dengan menggunakan index wax up sebagai
penuntun. Gigi tiruan overlay dengan porselen yang sudah dipanaskan lalu diperiksa secara
intraoral dan disesuaikan. Porselen kemudian membeku dan gigi akrilik posterior rahang atas
telah tersusun pada lingkaran malam (Gambar 5). Lalu gigi tiruan penuh akrilik rahang bawah
diproses dengan resin akrilik heat-cure dan bagian posterior pada overlay rahang atas dipreparasi
dengan resin Visible Light Cure (VLC) untuk mencegah keretakan porselen selama prosedur
flasking.
Oklusi yang diharapkan yaitu adanya keseimbangan yang bilateral dan penghalusan yang
disertai dengan pemasangan kembali. Overlay pada rahang atas dan gigi tiruan penuh pada
rahang bawah lalu dipasangkan pada pasien (Gambar 6). Instruksi yang diberikan setelah
pemasangan gigi tiruan tersebut yaitu termasuk aplikasi fluoride pada saat insersi gigi tiruan,
melepas gigi tiruan saat malam hari, dan berkumur dengan kloroheksidin sebelum tidur.
Tindak lanjut : Selama perjanjian tindak lanjut, pasien dipantau untuk mengevaluasi
fungsi dan tampilan protesa, menanyakan tentang kepuasannya, dan pemeriksaan lebih jauh
mengenai gigi yang erupsi. Selama tindak lanjut selama 1 tahun, tidak terdapat tanda pada erupsi
gigi dan juga karies. Harga diri pasien membaik secara jelas dan dia tidak mencoba untuk
menyembunyikan giginya lagi selama tersenyum (Gambar 7).
PEMBAHASAN DAN PENAMPAKAN KLINIS

AI merupakan masalah serius yang dapat mengakibatkan pengurangan kualitas hidup dan
beberapa masalah fisiologik dan psikologik. Dari sudut pandang ini, pasien tersebut
membutuhkan perawatan jalan yang luas dan multidisiplin. Selama ini, kegagalan erupsi gigi
permanen seperti ini merupakan hal yang sering terjadi pada pasien tersebut dibandingkan
dengan pasien normal lainnya,17 metode prostetik untuk penggantian gigi impaksi merupakan
bagian yang diperlukan untuk rencana perawatan pasien tersebut yang seharusnya direvisi
berdasarkan setiap kondisi pada kasus khusus.

Gambar 4. Batasan kerja waxed up overlay dan pemotongan kembali

Gambar 5. Susunan gigi tiruan posterior pada gigi tiruan sebagian overlay
Gigi tiruan sebagian lepasan overlay (ORPD) merupakan suatu bagian dari gigi tiruan
penuh yang mempunyai bagian dari komponennya untuk menutup permukaan oklusal pada gigi
abutment untuk memperbaikinya menjadi oklusi fungsional.18 Berdasarkan literatur, terdapat 3
indikator utama untuk ORPD, yaitu :
1. Sebagai protesa sementara untuk mengevaluasi keakuratan dari OVD pada gigi-geligi
desidui yang sangat usang.
2. Sebagai protesa sementara dan permanen pada pasien penyakit keturunan dan maloklusi
parah yang menghasilkan bentuk celah palatal, maloklusi skeletal, atau open bite.
3. Sebagai protesa sementara atau permanen untuk pasien dengan keterbatasan medis atau
keuangan untuk FPDs.16, 18-23
Terdapat berbagai macam keuntungan yang diperoleh dari pencetakan menggunakan
logam ORPDs; bahan tersebut sederhana, tidak terlalu menyebabkan trauma, dan tidak
terlalu mahal dibandingkan penggunaan prostetik cekat. Beberapa laporan kasus
mendukung keberhasilan penggunaan bahan tersebut terhadap pasien yang memiliki

kelainan dan kebiasaan yang aneh.18-22 Pada beberapa parameter, beberapa hasil
menunjukkan adanya persamaan untuk dilakukan perluasan pada restorasi tetap dengan
resiko pada estetik dan resiko fraktur pada bahan.23
Ketika terdapat keterbatasan penelitian pada penggunaan ORPDs yang panjang
ini, yang terlihat pada saat pemakaian, fraktur atau debonding pada bahan material adalah
penyebab utama kegagalan; oleh sebab itu resiko yang berpotensial ini, seperti estetik dan
keterbatasan fungsional, harus didiskusikan dengan pasien. Dalam kasus ini, pasien
bersedia untuk menggunakan gigi tiruan sebagian overlay dan gigi tiruan penuh dengan
baik setelah kunjungan berulang secara rutin.
KESIMPULAN
Laporan kasus ini menunjukkan bahwa Co-Cr ORPD dapat menjadi pilihan perawatan
sementara atau bahkan perawatan permanen yang baik bagi pasien AI dengan biaya yang
terbatas, kebutuhan estetik yang rendah atau pengobatan yang terbatas. Berdasarkan berbagai
macam resiko potensial terhadap fraktur bahan, pemakaian atau debonding, kunjungan berulang
secara rutin, dan biaya kunjungan, merupakan hal-hal penting yang merupakan keberhasilan
dalam jangka panjang ORPDs.

Gambar 6. Overlay sebagian dan gigi tiruan penuh in situ

Gambar 7. Gambaran intraoral setelah tindak lanjut selama 1 tahun (pasien sedikit membuka
mulutnya)

Anda mungkin juga menyukai