Anda di halaman 1dari 17

Blok Oral Rehabilitasi 1 MODUL MAHASISWA

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Hasanuddin

PROBLEM BASED LEARNING

Modul 3

GIGI TIRUAN LONGGAR DAN PATAH

Disajikan pada semester akhir 2022/2023


untuk Mahasiswa angkatan 2020

BUKU PANDUAN MAHASISWA

Disusun oleh :

drg. IRFAN DAMMAR, Sp.Pros(K) Prof.Dr.drg.


BAHRUDDIN THALIB, M.Kes, Sp.Pros(K)
drg. ACING HABIBIE MUDE, Ph.D, Sp.Pros(K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS

HASANUDDIN MAKASSAR

2023
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke RSGM UNHAS dengan keluhan sulit menguyah
makanan karena gigi tiruan rahang atasnya longgar dan gigi tiruan bawahnya tidak nyaman
digunakan . Anamnesis : Gigitiruan telah digunakan sejak 5 tahun yang lalu dan tidak ingin
membuat gigi tiruan yang baru. Pemeriksaan intra oral rahang atas edentulous total dan
rahang bawah gigi yang masih ada 35,34,33,32,31,41,42,43,44. Gigi 35 dan 44 sisa akar.
Pemeriksaan gigitiruan : Gigi tiruan rahang atas longgar, kotor dan kusam. Gigitiruan rahang
bawah ada cengkeram 3 jari di gigi 35 dan 44 dan terdapat retakan di bagian medial.
Pemeriksaan radiologi: akar gigi 35 dan 44 tertanam di tulang alveolar sekitar 2 mm. Riwayat
penyakit Sistemik Diabetes Mellitus

Kata Kunci

1. Laki-laki

2. Usia 55 tahun

3. Sulit mengunyah

4. Gigi tiruan atas longgar

5. Gigi tiruan bawah tidak nyaman digunakan

6. Gigi tiruan telah digunakan 5 tahun lalu

7. Tidak ingin buat gigi tiruan baru

8. RA Edentulous total

9. RB kehilangan gigi 35,34,33,32,31,42,42,43,44

10. Sisa akar 35 dan 44

11. Gigi tiruan atas kotor dan kusam

12. Cengkram 3 jari di gigi 35 dan 44

13. Retakan di medial gigi tiruan bawah

14. Gigi 35 dan 44 tertanam di tulang alveolar 2 mm

15. Riwayat sistemik DM

Pertanyaan Penting
1. Pemeriksaan apa yang perlu dilakukan untuk kasus pada skenario?
 Evaluasi pasien merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam merawat pasien.
Dokter gigi harus mulai mengevaluasi pasien segera saat pasien masuk klinik. Ini untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa jenis perawatan diperlukan untuk pasien.
Contohnya seperti dokter gigi memperhatikan cara berjalan pasien ke dalam klinik.
Orang dengan gangguan neuromuskuler menunjukkan gaya berjalan yang berbeda.
Pasien seperti itu akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan gigi palsu.
 Pemeriksaan Subjektif (Anamnesa)
a. Mengetahui Identitas Pasien
-  Nama. Membantu dalam mengidentifikasi pasien. Ketika pasien dipanggil dengan
namanya, itu akan memberinya kepercayaan diri dan keamanan psikologis. Nama
tersebut juga memberikan gambaran tentang keluarga dan asal pasien.
-  Umur. Usia pasien sangat penting untuk diketahui. Seiring bertambahnya usia,
masalah yang dapat berpengaruh ialah: (i) adaptasi gigi palsu, (ii) koordinasi, (iii)
resorpsi tulang, (iv) sensitivitas jaringan, (v) penyembuhan, dan (vi) nutrisi
seimbang.
-  Jenis kelamin. Secara umum, wanita lebih memperhatikan estetik daripada pria.
Wanita saat menopause bisa sulit diobati karena masalah psikologis, mulut kering
dan sensasi terbakar di mulut
-  Pekerjaan. Pekerjaan pasien dapat memberikan bayangan bagi dokter gigi sebuah
indikasi apa yang dia harapkan dari gigi palsunya.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama harus disampaikan dengan kata-kata pasien sendiri. Berkaitan
dengan apa yang dikeluhkan pasien dan alasan pasien datang ke dokter gigi.
Keluhan utama dari pasien akan berpengaruh terhadap pertimbangan dokter dalam
menentukan prioritas perawatan.
c. Riwayat Kesehatan Umum Pasien
-  Penyakit Sistemik
Pasien dengan penyakit sistemik harus selalu diperhatikan dalam kendali medis.
Diabetes, tuberkulosis dan diskrasia darah adalah contohnya. Pasien-pasien ini
membutuhkan instruksi tambahan dalam kebersihan mulut, kebiasaan makan, dan
istirahat jaringan. Dokter harus berkonsultasi sebelumnya pada dokter yang ahli
pada bidangnya, seperti ahli penyakit dalam. Pasien diabetes biasanya mengalami
resorbsi tulang.
-  Penyakit Sendi
Penyakit sendi yang paling umum di usia tua adalah osteoartritis. Pasien gigi tiruan
lengkap dengan osteoartritis yang mempengaruhi sendi jari mungkin mengakibatkan
gigi palsu sulit dipasang dan dibersihkan. Osteoartritis berpengaruh penting pada
konstruksi gigi tiruan bila mempengaruhi TMJ. Dengan pembukaan mulut terbatas
dan nyeri gerakan rahang, maka diperlukan untuk menggunakan custom/special
tray.
-  Penyakit Kulit
Penyakit kulit seperti pemfigus memiliki manifestasi oral yang bervariasi, dari ulkus
hingga bula. Kondisi rongga mulut tersebut menyebabkan rasa nyeri, sehingga
membuat gigi tiruan tidak mungkin digunakan tanpa perawatan medis. Penggunaan
protesa cekat menjadi kontraindikasi untuk ini pasien
-  Kelainan Saraf
Penyakit seperti Bell's palsy dan Parkinson disease dapat mempengaruhi retensi gigi
tiruan.
d. Riwayat Kesehatan Gigi
Termasuk periode edentulous pasien. Data ini akan memberikan informasi tentang
jumlah dan pola resorbsi tulang. Penyebab kehilangan gigi juga perlu ditanyakan
(apakah dicabut, ada riwayat penyakit periodontal, karies, dsb). Perlu juga
ditanyakan perawatan apa saja yang pernah dijalani oleh pasien. Apakah pasien
memiliki riwayat pemasangan gigi palsu, jika iya maka tanyakan alasan kegagalan
protesanya. Hal-hal yang perlu diperhatikan bila pasien memiliki riwayat
pemasangan protesa adalah :
- Jangka waktu pasien memakai gigi palsu.
- Shade/warna gigi tiruan pasien dan materialnya
- Oklusi sentris dan juga profil pasien dalam relasi sentris. Oklusi sentris adalah
posisi kontak tengah dari permukaan oklusal gigi rahang bawah dengan oklusal
gigi rahang atas
- Dimensi vertical pada oklusi
- Pola berbicara pasien
- Kenyamanan pasien dalam penggunaan gigi tiruan lamanya, dll
e. Riwayat Medis
Informasi ini termasuk apakah pasien sedang menjalani terapi obat- obatan tertentu
serta nama dokter yang dikunjungi.
f. Riwayat Sosial
Dokter gigi dapat menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan faktor risiko
seperti merokok, konsumsi alcohol yang tinggi, serta predisposisi keluarga atau
genetic.
 Pemeriksaan Objektif
a. Pemeriksaan ekstra oral
Daerah kepala dan leher pasien seharusnya diperiksa untuk setiap kondisi patologis.
Warna kulit, warna dan tekstur rambut, simetri dan aktivitas neuromuskuler
diperhatikan. Itu termasuk pemeriksaan wajah, pemeriksaan tonus otot, pemeriksaan
bibir, pemeriksaan TMJ dan pemeriksaan neuromuskuler.
- Pemeriksaan Wajah
Ini termasuk evaluasi fitur wajah, bentuk wajah, profil wajah dan tinggi wajah. Fitur
wajah seperti fitur perioral Panjang bibir, ketebalan bibir, Philtrum Lipatan
nasolabial, Sulkus mentolabial atau alur labiomental, lebar vermillion border yang
mempengaruhi tingkat tampilan gigi, ukuran pembukaan mulut yang juga
mempengaruhi derajat tampilan gigi. Bentuk wajah seperti square, tapering, oval
dan square tapering. Bentuk wajah ini memperlihatkan bentuk wajah dari tampakan
depan, sedangkan profil wajah memperlihatkan bentuk wajah dari tampakan
samping. Seperti straight, retrognathic dan prognathic.
- Bentuk otot, tonus otot dapat mempengaruhi stabilitas gigi tiruan.
- Warna kulit, mata dan rambut dapat mempengaruhi pemilihan shade dari gigi
artifisial.
- Pemeriksaan TMJ
TMJ menjadi hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan.
Sendi harus diperiksa untuk gerakan, nyeri, otot pengunyahan, sendi terdengar saat
membuka dan menutup.
b. Pemeriksaan intraoral
- Gigi yang masih ada
- Kondisi mukosa
Adanya kemerahan menunjukkan perubahan inflamasi. Ini mungkin karena gigi
palsu yang tidak pas, merokok, infeksi atau penyakit sistemik.
- Kualitas dan kondisi saliva
Pasien xerostomik menunjukkan retensi yang buruk dan iritasi jaringan yang
berlebihan sedangkan hipersalivasi akan mempersulit prosedur klinis.
- Residual alveolar ridge
Saat memeriksa residual alveolar ridge yang perlu diperhatikan adalah ukuran
lengkungan, bentuk, ruang antar lengkung, ridge contour dan relasi ridge
- Ridge defek
Termasuk eksostosis yang dapat menimbulkan masalah saat pembuatan gigi
tiruan lengkap
- Flabby tissue
Flabby tissue ini cenderung menyebabkan pergerakan gigi tiruan saat Adanya
tekanan. Ini menyebabkan hilangnya retensi.
- Lantai dasar mulut
Jika lantai dasar mulut dekat dengan puncak ridge saat dalam kondisi istirahat
maka retensi dan stabilitas gigi tiruan akan buruk. Lantai dasar mulut pada area
sublingual dan mylohyoid tinggi dan dekat dengan puncak ridge, bahkan kadang
berada di atas puncak ridge dan menghilangkan sulkus alveolingual secara total.
Jika jaringan ini tidak bisa ditempatkan secara selektif oleh denture flange, maka
prognosis gigi tiruan penuh akan menjadi buruk.
 Radiografi pilihan untuk pemeriksaan pasien edentulous total adalah panoramic
radiograf karena mereka menggambarkan keseluruhan rahang bawah dan rahang atas.
Pertimbangan selama pemeriksaan radiografi :
- Rahang harus diskrining untuk mencari akar yang tertinggal fragmen gigi yang tidak
erupsi, sklerosis, kista, tumor, dan gangguan TMJ.
- Jumlah resorpsi ridge
- Kuantitas dan kualitas tulang
- Untuk kasus dengan edentulous bagian posterior, maka tekanan akan lebih besar
pada satu atau kedua sisi rahang. Masalah yang paling umum terjadi yaitu adanya
clicking.
2. Apa penyebab keluhan yang dialami pada gigi tiruan rahang atas dan bawah pasien?
1. Penurunan kekuatan retentive
a. Kurangnya seal karena batas di bawah ekstensi dalam dan lebar, resorpsi residual
ridge dan inelastisitas pipi. Kedalaman dan lebar fungsional dari sulkus harus
digunakan untuk memberikan segel dan membantu posisi gigi yang optimal.
Dalam kasus resorpsi ridge residual dan di bawah batas ekstensi untuk sementara
reline gigi tiruan dengan kondisioner jaringan jika stabilitas dipulihkan,
reline/rebase gigi tiruan untuk kesan fungsional Dalam kasus inelastisitas pipi
sedikit di bawah pinggiran gigi tiruan baik dalam dan lebar.
b. Udara di bawah permukaan cetakan4 menghasilkan kecocokan yang buruk karena
cetakan yang kurang baik, gips yang rusak, gigi tiruan yang bengkok, penyesuaian
yang berlebihan. Masalah ini dapat diatasi dengan pelapisan ulang, jika parameter
desain gigi tiruan memuaskan. Pastikan bahwa area kontak berat antara gigi tiruan
dan jaringan dihilangkan sebelum pembuatan cetakan. Gigi tiruan yang bengkok
dapat dikoreksi dengan menggunakan siklus perawatan yang optimal untuk resin
akrilik, gigi tiruan tidak boleh dipanaskan saat trimming dan polishing dan gips
yang dihasilkan tidak boleh terlalu dipangkas atau rusak.
c. Xerostomia
Untuk individu dengan xerostomia, retensi dapat menjadi masalah besar.
Penatalaksanaan xerostomia dapat dilakukan dengan menggunakan saliva buatan
untuk meningkatkan retensi dan stabilitas. Merangsang air liur dengan diet besar,
permen karet, permen asam bebas gula dapat membantu.
d. Masalah kontrol neuromuskular disebabkan dari perubahan bentuk relatif terhadap
gigi tiruan lama, bidang oklusal yang tinggi pada gigi tiruan bawah dan gangguan
neuron motorik. Memperbaiki setiap kesalahan pada gigi tiruan yang menghambat
kontrol neuromuskular, mempertahankan kekuatan retentif yang optimal dan
meminimalkan kekuatan pemindahan pada gigi palsu yang ada dapat membantu.
2. Peningkatan displacing force
b. Perpanjangan berlebihan dari batas dalam dan lebar gigi tiruan diatur dengan
mengurangi over-ekstensi, bersama dengan penggunaan bahan penutup jika
diperlukan.
c. Kesesuaian yang buruk – recoil jaringan disebabkan karena teknik pencetakan
yang buruk/tidak tepat terutama di area lingual posterior dan dikelola dengan
pelapisan ulang jika semua parameter desain memuaskan, jika tidak, remake.
Pastikan bahwa gigi tiruan lama dilepas dari mulut 90 menit sebelum pencetakan.
d. Masalah oklusal seperti posisi kontak intercuspal dan retrusi yang tidak
bersamaan, kurangnya keseimbangan oklusal pada ekskursi lateral yang protrusif
dan overlap vertikal yang berlebihan pada gigi anterior menyebabkan gigi tiruan
lepas. Masalah tersebut dapat diperbaiki dengan menghapus kontak yang tidak
sesuai dan menyesuaikan kontak oklusal sampai keseimbangan diperoleh.

Sementara fraktur gigi tiruan dapat terjadi karena kesalahan dalam fabrikasi
gigitiruan, kecocokan yang buruk dan kurangnya keseimbangan oklusi, dan resistansi
yang rendah terhadap fraktur resin akrilik. Fraktur pada gigi tiruan dapat disebabkan
oleh kelelahan lentur atau benturan. Kelelahan lentur terjadi setelah pelenturan berulang
dari suatu material sementara kegagalan bencana atau kegagalan tumbukan
menunjukkan keterbatasan mekanis material tersebut. Tempat fraktur yang umum
adalah pada garis anterior posterior yang bertepatan dengan takik labial gigi tiruan
lengkap rahang atas atau rahang bawah. Ini sering merupakan akibat dari kelelahan
lentur. Resorpsi alveolar pada rahang atas menyebabkan fleksi pada bagian kiri dan
kanan gigi tiruan dengan titik tumpu di sepanjang garis tengah langit-langit mulut.
Selain itu, situs lain seperti perbatasan gigi tiruan mungkin terlibat. Kegagalan gigi
tiruan termasuk patah tulang dan detasemen. Debonding gigi terutama terjadi sebagai
akibat dari teknik laboratorium yang salah seperti permukaan ikatan yang
terkontaminasi atau siklus perawatan yang tidak tepat.
Adapun penyebab pada gigi tiruan retak pada gigi tiruan sebagian lepasan (di
skenario pada rahang bawah) dapat disebabkan oleh paparan transversa secara terus
menerus selama proses pengunyahan akibat dari adaptasi basis gigi tiruan lepasan yang
buruk terhadap permukaan mukosa yang mendasarinya, oklusi yang tidak seimbang,
morfologi palatum, kekuatan mastikasi yang berlebihan atau deformasi gigi tiruan
lepasan saat penggunaan dalam rongga mulut.

3. Apakah terdapat hubungan antara kondisi sistemik dengan keluhan yang dialami pasien?

Pada skenario diketahui pasien menderita penyakit gangguan metabolic berupa


diabetes mellitus. Diketahui bahwa, diabetes yang tidak terkontrol akan berpengaruh
terhadap jaringan periodontal. Kadar gula darah yang tinggi merupakan salah satu faktor
risiko timbulnya periodontitis. Diabetes mellitus, dalam hal ini hiperglikemia
menyebabkan meningkatnya kadar biomarker inflamasi sistemik dan lokal sehingga
meningkatkan reaksi inflamasi pada jaringan. Selain meningkatkan reaksi inflamasi,
diabetes mellitus juga mengurangi kemampuan sel imun untuk melawan infeksi
sehingga bakteri periodontitis lebih mudah menginvasi jaringan pendukung gigi.
Diabetes mellitus mengganggu kemotaksis PMN dan juga migrasi leukosit ke
daerah infeksi sehingga mengurangi kemampuan respon imun tubuh. Jika kondisi
hiperglikemik sudah berlangsung lama maka glukosa akan bereaksi dengan protein
sehingga membentuk senyawa Advance Glycation End Products (AGEs). AGE jika
terakumulasi dalam jaringan periodontal akan melepaskan Reactive Oxygen Species
(ROS) sehingga meningkatkan oxidative stress dan perubahan sel endotel akibat cidera
vaskular yang timbul. AGEs juga meningkatkan respiratory bursts PMN yang
berpotensi meningkatkan kerusakan jaringan periodontal secara signifikan sehingga
terjadi periodontitis. Jika berlangsung lebih lama lagi, AGE akan menyebabkan
terganggunya metabolisme tulang alveolar, sehingga formasi dan perbaikan tulang
menjadi terganggu dan juga terjadi pengurangan produksi matriks ekstraseluler.
Apoptosis juga berperan dalam meningkatkan risiko periodontitis pada penderita
diabetes mellitus. Pada penderita diabetes, apoptosis sel yang memproduksi matriks
akan mengurangi kemampuan sel untuk dapat memperbaiki diri sehingga akan
menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih lanjut dan bahkan nekrosis. Dapat
dicermati dalam skenario dikatakan sisa akar gigi sudah tidak tertanam di dalam tulang
alveolar yang dapat berarti bahwa sudah terjadi resorpsi tulang alveolar yang cukup
parah akibat periodontitis yang diderita, oral hygiene pasien yang buruk dilihat dari
akumulasi kalkulus di berbagai dan adanya karies sampai ke daerah profunda, dan
diperparah oleh kondisi diabetes mellitus. Jika kontrol gula darah tidak diperbaiki, maka
prognosis perawatan jaringan periodontal akan menjadi buruk sehingga menghalangi
pembuatan gigi tiruan pasien.
Tekanan darah berlebih akan menginduksi perkembangan Hipertrofi ventrikel kiri
dan secara umum dapat menyempitkan diameter pembuluh darah mikro. Akibat dari
penyempitan pembuluh darah mikro ini adalah Iskemia pada jaringan jantung dan
Periodontal sehingga terjadi periodontitis. Seperti yang kita ketahui periodontitis sering
disertai resorbsi tulang. Diabetes Mellitus dan hipertensi sama sama mempunyai
pengaruh terhadap resorpsi tulang. Resorpsi residual ridge merupakan penyebab dari
terjadinya gigi tiruan yang longgar.

4. Apakah terdapat hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan yang dialami oleh pasien?
5. Apa diagnosis kasus pada skenario?
a. Rahang Atas
Berdasarkan skenario, pemeriksaan intra oral pada rahang atas pasien edentulous
total. Maka dapat disimpulkan, diagnosisnya yaitu Edentulous Total / Full
Edentulous. Full Edentulous adalah kehilangan seluruh gigi, suatu keadaan
lepasnya semua gigi dari soketnya atau tempatnya. Kehilangan gigi dapat
disebabkan oleh karies, penyakit periodontal, trauma, dan atrisi yang berat. Sebagian
besar penelitian menyatakan bahwa karies dan penyakit periodontal merupakan
penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor penyakit seperti karies dan
penyakit periodontal yang menyebabkan kehilangan gigi berhubungan dengan
meningkatnya usia. Pemeriksaan gigi tiruan, pasien mengeluhkan gigi tiruan rahang
atasnya longgar dan kotor.
b. Rahang Bawah
Berdasarkan skenario, pemeriksaan intra oral rahang bawah gigi yang masih ada 35,
34, 33, 32, 31, 41, 42, 43, 44, gigi 35 dan 44 sisa akar. Sehingga diagnosis yang
tepat adalah Bilateral Free End (Klasifikasi Kennedy Class 1 Partial
Edentulous). Bilateral edentulous terletak pada posterior dari gigi asli yang tersisa,
yaitu dua ruang edentulous di regio posterior tanpa ada gigi posteriornya.
c. Gigi 35 dan 44
Diagnosisnya adalah Gangren Radiks. Gangren radiks adalah suatu keadaan
dimana gigi sudah tinggal akarnya atau mahkota gigi sudah hilang sampai batas
garis servikal. Proses terjadinya gangren radiks diawali oleh proses karies, dengan
adanya karies yang mengenai email (karies superfisial) selanjutnya proses berlanjut
menjadi karies pada dentin (karies media). Hal ini disebabkan karena sisa akar yang
tidak dicabut bisa membuat tidak nyaman pada pasien. Pemeriksaan gigi tiruan, gigi
tiruan bawahnya tidak nyaman digunakan dan ada cengkeram 3 jari di gigi 35 dan
44.

6. Apa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kasus skenario?


Pada kasus sesuai skenario, gigi tiruan rahang atas pasien longgar dan gigi tiruan
rahang bawah pasien terdapat retakan di bagian medial. Gigi tiruan yang longgar
memerlukan tambahan lapisan resin yang baru pada permukaan gigi tiruan untuk
meningkatkan kenyamanan dari pasien karena dapat meningkatkan oklusi, retensi, dan
stabilitas dari gigi tiriuan. Oleh karena itu, pada gigi tiruan rahang atas pasien dapat
dilakukan relining dan rebasing sedangkan pada gigi tiruan rahang bawah pasien yang
terdapat retak pada bagian medial dari gigi tiruan dapat dilakukan repairing.
a. Relining
Relining merupakan prosedur yang dilakukan untuk melapisi ulang permukaan
jaringan dari gigi tiruan lepasan dengan bahan basis gigi tiruan yang baru untuk
mengisi ruangan yang ada antara basis gigi tiruan dengan permukaan jaringan yang
telah berubah sehingga adaptasi akurat dari gigi tiruan dapat terbentuk dan
kecekatan gigi tiruan dapat dikembalikan. Tujuan dari relining adalah :
1) Menentukan ulang relasi yang tepat pada protesa terhadap basis jaringan,
2) Memperbaiki relasi oklusal dan maxilomandibula yang hilang,
3) Memperbaiki retensi dan stabilisasi dari gigi tiruan,
4) Untuk memperbaiki perubahan yang terjadi pada kontur gigi tiruan,
5) Untuk memperbaiki basis gigi tiruan yang mengalami porus akibat curing yang
salah,
6) Untuk memperbaiki basis gigi tiruan,
7) Untuk memperbaiki gigi tiruan yang sudah mengalami perubahan warna atau
rusak
8) Untuk memperbaiki gigi tiruan yang sudah tidak pas lagi atau longgar
9) Untuk alasan estetik
10) Untuk membuat protesa yang lebih efektif. Agar kontak gigi tiruan dengan
permukaan jaringan menjadi lebih cekat. Agar mencapai penyesuaian terhadap
terjadinya resorbsi yang terjadi di dalam mulut tanpa mengganggu hubungan oklusi
yang ada.
b. Rebasing
Rebasing adalah proses lab yang menggantikan seluruh basis gigi tiruan pada gigi
tiruan yang ada. Rebasing merujuk kepada prosedur yang menggantikan seluruh
basis gigi tiruan ke basis gigi tiruan yang baru tetapi tidak mengubah relasi
oklusinya. Rebasing dilakukan bila basis gigi tiruan tidak memuaskan atau sudah
berulang kali di lakukan relining. Rebasing dilakukan untuk perubahan jaringan
yang lebih luas karena rebasing mengganti seluruh basis gigi tiruan.
c. Repairing
Reparasi atau repairing merupakan proses menggabungkan kembali bagian-bagian
gigi tiruan yang patah/retak menggunakan resin basis gigi tiruan polimetil metakrilat
dengan polimerisasi dingin, yang umumnya dilakukan pada laboratorium gigi.
Reparasi gigi tanpa menentukan penyebab dari kerusakan gigi tiruan dapat
menyebabkan gigi tiruan kembali patah saat gigi tiruan berada di dalam mulut
pasien. Alasan paling umum dari reparasi gigi tiruan adalah terjadinya fraktur pada
midline gigi tiruan.

Berdasarkan pertimbangan yang dilakukan sebelum perawatan, indikasi dan


kontraindikasi perawatan. Maka opsi rencana perawatan yang dipilih adalah relining pada
gigi tiruan maksila, reparasi pada gigi tiruan mandibula.

7. Apa saja hal yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan kasus di skenario?
8. Bagaimana follow up pasca perawatan?

Pasien juga diberikan instruksi penggunaan dan pemeliharaan protesa seperti :


- Bersihkan gigi tiruan dengan sikat dan sabun sehabis makan,
- Protesa direndam dalam air bersih sewaktu dilepas,
- Pada malam hari, sebelum tidur lepas gigi tiruan agar jaringan otot-otot di bawahnya
dapat beristirahat,
- Biasakan mengunyah makanan pada kedua sisi rahang secara bersamaan,
- Hindari makanan yang keras, lengket atau terlalu panas,
- Apabila ada rasa tidak nyaman atau sakit, gangguan bicara, gigi tiruan tidak stabil
ataupun terjadi kerusakan pada gigi tiruan dianjurkan menghubungi operator.

9. Apa indikasi dan kontraindikasi relining, rebasing, dan repairing?


a. Relining
Indikasi :
- Dimensi vertikal oklusi benar atau sedikit berkurang,
- Oklusi sentris selaras dengan hubungan sentris,
- Estetika bisa diterima,
- Gigi tidak terlalu aus atau patah,
- Gigi berhubungan dengan benar dengan tonjolan,
- Bidang oklusal benar,
- Resin dalam kondisi cukup baik, dan warnanya benar,
- Gigi palsu segera pada 3-6 bulan setelah konstruksi asli.
Kontraindikasi :
- Dimensi vertikal oklusi meningkat atau secara ekstensif,
- Oklusi sentris tidak selaras dengan hubungan sentris,
- Estetika tidak bisa diterima,
- Gigi aus atau patah,
- Gigi tidak berhubungan dengan baik dengan ridge,
- Bidang oklusal salah,
- Pasien yang menderita penyakit kronis,
- Pasien yang sangat tua,
- Pasien cacat psikologis,
- Pasien cacat ekonomi.
b. Rebasing
Indikasi :
- Underextend basis gigi tiruan,
- Membuat postdam,
- Resorpsi menyeluruh atau lokal pada tulang alveolar,
- Gigi tiruan longgar,
- Desain rangka prostesis masih terlihat adekuat,
- Gigi artifisial tidak aus berlebih, patah, atau rusak,
- Bila basis gigi tiruan sudah tidak memadai karena pemakaian untuk jangka
waktu lama, dan telah di-reline berkali-kali.
- Basis gigi tiruan berpori,
- Dan jika terjadi kekurangan akrilik selama pembuatan.
Kontraindikasi :
- Jika terjadi hubungan rahang yang salah,
- Terjadi gigitan yang terlalu tinggi,
- Luka pada jaringan mukosa,
- Tampilan gigi tiruan yang buruk,
- Masalah tmj.
c. Repairing
Indikasi :
- Retensi dan stabilitas gt kurang baik,
- Gigi tiruan yang rusak/ patah namun tidak terlalu parah,
- Resorpsi residual ridge.
Kontraindikasi :
- Resorpsi residual ridge berlebihan,
Gigi tiruan patah secara berlebihan
10.Apa saja bahan yang digunakan dalam prosedur relining atau rebasing?
a. Relining
Bahan-bahan :
- Jelly petroleum
- Zinc oxide eugenol pasta,
- Cold curing acrylic,
- Heat curing acrylic,
- Tissue conditioning,
- Hydocal,
- Pumice.
b. Rebasing
Pada prosedur relining ataupun rebasing ini menggunakan jenis-jenis bahan yang
tidak berbeda, karena prosedur rebasing sama dengan prosedur relining.
Bahan-bahan :
- Jelly petroleum
- Zinc oxide eugenol pasta,
- Cold curing acrylic,
- Heat curing acrylic,
- Pumice.
c. Repairing
Bahan utama :
- Self-curing akrilik (autopolimerizing acrylic resin) atau cold cure.
Bahan lain :
- Sticky wax,
- Denture wax,
- Bur,
- Pisau malam (wax carver),
- Pumice,
- Anti-ekspansion solution.

11. Apa kelebihan dan kerugian dari rebasing dan relining?


a. Relining
Keuntungan :
- Mengurangi frekuensi dan kunjungan pasien,
- Ekonomis bagi pasien,
- Memperbaiki kecekatan/pas dari gigi tiruan,
- Box liner dapat tergabung di dalam gigi tiruan jika perlu.
Kerugian :
- Kemungkinan dari proses relining akan terjadi perubahan pada hubungan
rahang,
- Tidak dapat memperlihatkan estetika yang benar,
- Tidak dapat memperlihatkan dengan benar posisi oklusal assessment,
- Tidak dapat digunakan ketika terjadi reabsorbsi yang berlebihan karena nanti
tidak digantikan dengan GT yang baru.
b. Rebasing
Keuntungan :
- Tidak ada perbedaan warna antara dua resin, yang tua dan yang baru,
- Masalah dari melepaskan adanya regangan dari proses pada basis karena hal
tersebut sangat dihindari,
- Ketebalan dari basis sebaiknya di kontrol.
Kerugian :
- Memiliki tambahan rangka pada laboratorium,
- Terdapat peluang dari perubahan tempat pada rongga mulut ketika waxing-up.
c. Repairing
Keuntungan :
- GT masih dapat dikembalikan kedalam mulut dengan baik
- Basis akrilik GT retak atau patah
- Terdapat gigi yang hilang / lepas dari gigi tiruan
- Komponen GT yang patah masih ada dan dapat dikembalikan dengan akurat.
Kerugian :
- Fraktur yang disebabkan oleh kesalahan desain atau akibat dari resorpsi tulang
alveolar,
- Fraktur yang disebabkan oleh beban mastikasi yang sangat tinggi.

Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan terkait pemeriksaan pada penegakan diagnosis serta diagnosis pada
kasus skenario

2. Mahasiswa mampu menjelaskan terkait penyebab gigi tiruan longgar dan retak atau patah

3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pengertian relining, rebasing, dan repairing

4. Mahasiswa mampu menjelaskan terkait indikasi dan kontraindikasi dari relining, rebasing, dan
repairing

5. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur dari relining, rebasing, dan repairing

6. Mahasiswa mampu menjelaskan terkait instruksi pasca perawatan kasus skenario

Anda mungkin juga menyukai