Anda di halaman 1dari 101

sementasiDISKUSI LAPORAN KASUS BRIDGE

Disusun Oleh:
Andrian Fadhlillah Ramadhan 160112190071
Shaun Tan How Rong 160112192012
Apriliyanti Oktaviani P 160112200095
Savannah Yasmin A 160112200071
Adeline Mirya Davina 160112200069
Azzah Aqillah Harianto 160112200070

Dokter Pembimbing:
drg. Vita Mulya Passa Novianti, Sp. Pros

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2022
Anamnesa
1. Keluhan Utama
Keluhan yang membuat pasien untuk mendapatkan perawatan menjadi prioritas pertama
untuk ditinjau agar pasien mendapatkan perawatan yang optimal. Ketidakmampuan
dokter gigi untuk mengerti dan menganalisa keluhan pasien dapat membuat pasien takut.
Keluhan utama yang umum dikeluhkan adalah masalah aspek kenyamanan (adanya sakit,
sensitifitas dan pembengkakan), Fungsi (kesulitan pengunyahan atau bicara), sosial (bau
mulut) dan penampilan (diskolorasi ataupun restorasi gigi yang tidak memuaskan)
● Kenyamanan
Ketika pasien merasakan sakit, harus ditanyakan lokasi, karakter, keparahan,
frekuensi, dan kapan pertama kali muncul, dan faktor yang memperparah /
memperingan. Ketika ditemukan ada pembengkakan, lokasi, ukuran, konsistensi,
dan warna harus diperhatikan serta sudah berapa lama dirasakan ada
pembengkakan, dan apakah semakin parah atau baik
● Fungsi
Gangguan fungsi pengunyahan didapatkan dari cusp yang fraktur ataupun gigi
yang hilang
● Aspek sosial
Bau mulut menunjukkan adanya gangguan perawatan oral hygiene ataupun
penyakit periodontal dari pasien, hal ini berpengaruh dalam kehidupan sosial
pasien
● Penampilan
Gangguan penampilan menjadi faktor yang cukup kuat untuk pasien meminta
perawatan, seperti kehilangan gigi, gigi berjejal ataupun tumpatan yang fraktur

2. Detail Personal
Detail pasien seperti nama, alamat, nomor telepon, jenis kelamin, pekerjaan,
jadwal kerja, dan status perkawinan harus diperhatikan, informasi ini bisa didapatkan dari
pertanyaan kasual dari dokter gigi kepada pasien. Sering dianggap remeh namun
nyatanya hal ini berpengaruh kepada diagnosis yang tepat, prognosis, dan rencana
perawatan

● Nama: Saat pasien dipanggil namanya, mereka akan lebih percaya kepada dokter
gigi, secara psikologis juga akan merasa lebih aman
● Alamat: Untuk meninjau keadaan sosioekonomi pasien
● Nomor telepon: untuk menghubungi pasien
● Jenis kelamin: Hormonal pasien yang berpengaruh pada rencana perawatan

Pekerjaan dan jadwal kerja: Untuk mengetahui status sosioekonomi pasien dan
menentukan rencana perawatan
3. Medical history
Harus mencakup semua perawatan yang pernah diterima pasien dan semua
kondisi yang relevan kepada perawatan. Hal lain yang harus diperhatikan:

● Kondisi yang berdampak pada metode perawatan, cth penggunaan antibiotik,


steroid, antikoagulan dan respon alergi dari medikasi dan material dental yang
dipakai saat perawatan
● Kondisi yang berdampak pada rencana perawatan, cth riwayat paparan radiografi
sebelumnya, gangguan hemorragi, terminal ilness. Hal tersebut dapat berdampak
pada respon pasien terhadap perawatan yang juga akan berdampak pada prognosis
● Kondisi sistemik yang bermanifestasi pada mulut, cth periodontitis yang dapat
diperoleh karena diabetes, menopause, kehamilan ataupun obat antikonvulsan

Kemungkinan penyakit menular kepada dokter gigi, conton pada pasien dengan
carrier hepatitis B, AIDS ataupun sifilis

4. Dental History
● Periodontal: memeriksa oral hygiene pasien yang berpengaruh pada kesehatan
jaringan periodontal
● Restorative history: tumpatan yang diterima pasien dapat menentukan prognosis
dan kemungkinan waktu ketahanan dari gigi tiruan cekat
● Endodontik: Penemuan gigi yang telah dirawat ortodontik harus diperiksa secara
berkala agar kesehatan jar periapikal dapat termonitor secara baik
● Orthodontic: occlusal adjustment

5. Riwayat Medis
● Debilitating disease

Pasien gigi tiruan lengkap, sebagian besar adalah geriatri, pasti akan menderita
penyakit seperti diabetes, diskrasia darah dan tuberkulosis. Pasien-pasien ini
memerlukaninstruksi tentang perawatan gigi tiruan/jaringan. Mereka juga memerlukan
janji tindak lanjut khusus untuk amati respon jaringan lunak terhadap gigi tiruan.Pasien
diabetes menunjukkan resorpsi tulang yang berlebihan, oleh karena itu, pelapisan ulang
(relining) yang sering mungkin diperlukan.

● Penyakit pada sendi

Penyakit sendi yang paling umum di usia tua adalah osteoartritis. Pasien gigi
tiruan lengkap dengan osteoartritis yang mempengaruhi sendi jari mungkin ditemukan
sulit untuk memasukkan dan membersihkan gigi palsu. Osteoarthritis memainkan peran
penting dalam konstruksi gigi tiruan lengkap ketika itu mempengaruhi TMJ. Dengan
pembukaan mulut terbatas dan menyakitkan, menjadi perlu untuk menggunakan sendok
cetak khusus. Mungkin juga diperlukan untuk memperbaiki hubungan rahang dan
membuat post insersi penyesuaian oklusal karena perubahan sendi.

● Penyakit Kardiovaskular

Pasien selalu disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli jantung sebelum


memulai pengobatan. Pasien jantung membutuhkan janji temu yang lebih singkat.

● Penyakit Kulit

Penyakit kulit seperti Pemfigus memiliki manifestasi oral yang bervariasi, dari
ulser hingga bula. Kondisi yang menyakitkan membuat penggunaan gigi palsu menjadi
tidak mungkin tanpa perawatan medis. Penggunaan prostesis secara konstan harus
dikurangi.

● Gangguan neurologis

Penyakit seperti Bell's palsy dan Parkinson dapat mempengaruhi retensi gigi
tiruan dan catatan relasi rahang. Pasien harus memahami kesulitan dalam pembuatan dan
penggunaan gigi tiruan.

● Oral Malignancies

Beberapa pasien gigi tiruan lengkap dengan keganasan pada rongga mulut
mungkin memerlukan terapi radiasi sebelum perawatan prostetik. Masa tunggu harus
selang waktu antara akhir terapi radiasi dan awal pembuatan gigi tiruan lengkap. Hanya
radioterapis yang menentukan periode ini. Jaringan yang berwarna perunggu dan
kehilangan tonisitas tidak cocok untuk dukungan gigi tiruan. Sekali gigi palsu dibentuk,
jaringan harus sering diperiksa untuk radionekrosis.

● Kondisi Klimaterik

Kondisi klimakterik seperti menopause dapat menyebabkan perubahan kelenjar,


osteoporosis dan perubahan psikiatri pada pasien. Ini dapat mempengaruhi perencanaan
pengobatan dan efisiensi dari gigi tiruan lengkap.

● Riwayat pemakaian gigi tiruan lepasan

Pengalaman pasien dalam pemakaian gigi tiruan lepasan harus dievaluasi agar
kedepannya pemasangan gigi tiruan lepasan kepada pasien bisa lebih nyaman dibanding
sebelumnya

● Riwayat Pembedahan pada Area Mulut


Klinisi harus mendapatkan informasi tentang kehilangan gigi, dan komplikasi
yang mungkin terjadi ketika pencabutan gigi. Sebelum tindakan, aspek prostodontik dari
perawatan yang akan direncanakan harus terintegerasi dengan aspek pembedahan

● Riwayat Radiografi

Riwayat radiografi dapat membantu untuk menentukan penyakit dental

● Gangguan TMJ dan Nyeri myofascial

Nyeri miofasial, clicking TMJ ataupun gangguan neuromaskular lainnya harus


dirawat sebelum diberi perawatan prostodontik cekat

Pemeriksaan
Pada pemeriksaan, operator harus mencatat apa yang ditemukan, contohnya “pembengkakan”,
“kemerahan”, “bleeding on probing” dibanding menuliskan “gingival inflammation”, karena
gingival inflammation merupakan diagnosis

1. Pemeriksaan Keadaan Umum


Penampilan pasien seperti tinggi badan dan berat badan harus dicatat. Warna kulit, tanda
vital ; pernapasan, nadi, suhu, tekanan darah juga dicatat.

2. Pemeriksaan Ekstra Oral


● Pemeriksaan Bentuk Wajah : Membantu pemilihan bentuk gigi
Cara: Pemeriksaan dilakukan dengan berdasarkan kepada indeks wajah (tinggi
wajah/lebar bizigomatik) x 100
● Pemeriksaan Profil Wajah : Mengetahui relasi rahang dan oklusi untuk
mendapatkan nilai estetik dalam pembuatan gigi tiruan

Cara: Pemeriksaan dilakukan dengan menentukan tiga titik acuan: Glabella -


subnasion - pogonion pada pasien kemudian diklasifikasikan menjadi:

Profil lurus: Jika ketiga titik tersebut berada pada garis lurus

Profil cembung : bila glabella dan pogonion lebih belakang dari nasion

Profil cekung : bila glabella dan pogonion berada lebih depan dari titik nasion
● Pemeriksaan bibir
Tujuan: Melihat kesimetrisan bibir, melihat visibilitas gigi selama tersenyum,
menentukan margin mahkota
Jenis: Panjang, sedang, pendek

● Pemeriksaan tonus bibir


Tujuan: Mengetahui apakah bibir hipertonus/hipotonus
Tonus bibir memengaruhi kestabilan gigi tiruan
Cara:
Amati bibir pasien dan dipalpasi saat pasien oklusi sentrik dan bibir dalam
keadaan rileks

● Pemeriksaan lebar bukaan mulut

Tujuan:
Mengetahui keterbatasan membuka mulut
Mengetahui ada tidaknya kelainan TMJ
Membantu pemilihan sendok cetak

Cara:
● Ukur jarak bukaan mulut dari tepi insisial RA ke RB
● Minta pasien meletakkan buku jari telunjuk dan jati tengah diantara insisif atas
dan bawah
● Periksa pergerakan lateral dan protrusif dari mandibula, → keterbatasan
pergerakan
● Nilai normal 25-35 mm

● Pemeriksaan TMJ
● Inspeksi : Lihat ada tidaknya pembengkakan di daerah sendi maupun asimetri
pada wajah
● Palpasi : Letakan kedua jari telunjuk pada kondilus kanan dan kiri, instruksikan
pasien membuka mulut secara perlahan, rasakan ada tidaknya kliking atau
krepitasi
● Auskultasi : Dengarkan langsung dengan stetoskop


● Pemeriksaan penunjang kelenjar
● Tujuan: Mengetahui ada tidaknya pembesaran
● Teraba atau tidak, sakit atau tidak
● Cara: Palpasi
● Pemeriksaan Pola Bukaan Mulut : Deviasi atau Defleksi

3. Pemeriksaan Intra Oral


● Pemeriksaan bentuk lengkung:
Persegi : bentuk lengkung anterior sama besar dengan lengkung posterior
Lancip : bentuk lengkung anterior lebih sempit dari lengkung posterior
Lonjong : bentuk lengkung anterior lebih besar dari lengkung posterior
● Pemeriksaan Ukuran Lengkung
● Dilakukan saat pencetakan rahang
● Ukuran sendok cetak → Ukuran lengkung rahang
● Besar : Sendok cetak no. 1
● Sedang : Sendok cetak no. 2
● Kecil : Sendok cetak no. 3

● Bentuk Linggir → menentukan bentuk pontic


Persegi: Puncak linggir sejajar bidang horizontal
Lonjong: Puncak linggir membulat
Datar: Puncak linggir sudah resorpsi hebat
Lancip: Linggir sempit/ tajam seperti pisau
Bulbous: Puncak linggir melebar seperti jamur dengan leher menyempit

● Kesejajaran Linggir

Pemeriksaan → pasien dalam posisi istirahat, kemudian dilihat secara visual kesejajaran
puncak linggir rahang atas dengan rahang bawah baik di regio anterior maupun di regio
posterior (pada bidang sagital).
1. Sejajar, apabila jarak puncak linggir rahang atas dan rahang bawah di regio anterior
sama dengan di regio posterior
2. Konvergen, apabila jarak puncak linggir rahang atas dan rahang bawah di regio
anterior lebih kecil daripada di regio posterior
3. Divergen, apabila jarak puncak linggir rahang atas dan rahang bawah di regio
anterior lebih besar daripada di regio posterior.

Kegunaan pemeriksaan → menentukan panjang gigi dalam arah vertikal


● Jarak antar lengkung rahang
Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur jarak dari prosesus alveolaris rahang atas ke
prosesus alveolaris rahang bawah menggunakan kaliper.
Hasil pengukuran yang normal akan menunjukkan nilai 10-15 mm.
● Besar : jarak > 15 mm
● Sedang : jarak 10-15 mm
● Kecil : jarak < 10 mm

● Hubungan horizontal RA-RB


Menginstruksikan pasien pada keadaan posisi istirahat kemudian melihat dari arah
samping pasien dan menentukan hubungan rahang atas dan rahang bawah pasien.
1. Normal, apabila ujung kedua jari terletak segaris vertikal, atau linggir rahang atas
berada sejajar dengan linggir rahang bawah
2. Prognatik, apabila linggir rahang bawah terletak lebih ke posterior dari rahang atas.
3. Retrognatik, apabila linggir rahang bawah terletak lebih ke anterior dari rahang atas

● Pemeriksaan Palatum Lunak


Dilakukan dengan cara pasien diminta untuk mengucapkan huruf A secara berulang kali
kemudian dengan kaca mulut lidah di tekan kemudian diamati kurva getar/kurva A yang
terletak di daerah perbatasan antara palatum keras dengan palatum lunak. Lalu secara
visual dapat ditentukan lereng landasan dari palatum lunaknya.
● kelas I : Lereng landasan palatum mole rendah (10°)
● kelas II : Lereng landasan palatum mole sedang (45°)
● kelas III : Lereng landasan palatum panjang (70°)
Untuk pemeriksaan gerakan palatum lunak dikategorikan (1) aktif, apabila gerakannya
cepat, (2) sedang, apabila gerakannya stabil atau continuous, dan (3) pasif, apabila
gerakannya lamban atau cendrung tidak bergerak.

● Pemeriksaan Torus
Torus palatina : Tonjolan tulang pada garis tengah palatum
Torus Mandibula: Tonjolan tulang pada dasar mulut ( Biasanya pada regio P1 dan P2 RB)
Cara: Gunakan instrumen dengan menekan beberapa tempat sehingga dirasakan perbedaan
kekenyalan jaringan
● Pemeriksaan Tuberositas :
Gunakan kaca mulut no. 3
Letakan kaca mulut tegak lurus pada bagian vestibulum
1. Besar: Seluruh kaca mulut terbenam
2. Sedang: ½ kaca mulut terbenam
3. Kecil: < dari ½ kaca mulut terbenam

● Pemeriksaan Frenulum
Dilakukan dengan menggunakan kaca mulut no.3 kemudian dimasukan kedalam
vestibulum labial, bukal, dan pada bagian lingual arah vertikal tegak lurus. Kemudian
bagian labial, bukal, dan lingual di retraksi hingga terlihat dengan jelas perlekatan
frenulumnya. Pemeriksaan visual frenulum dikategorikan :
1. Tinggi : perlekatan frenulum hampir sampai ke puncak linggir
2. Sedang : frenulum berada ditengah antara puncak linggir dengan mukobukal fold
3. Rendah : perlekatan frenulum berada pada mukobukal fold.

● Kompresibilitas Jaringan
Normal: 2 mm diperiksa dengan alat tumpul seperti burnisher. Perbedaan tahanan
jaringan akan menyebabkan ketidakstabilan gigi tiruan
● Pemeriksaan bentuk dan kedalaman palatum
Bentuk palatum diperiksa secara visual dengan mengamati bentuk lengkung palatum.
1. Lonjong : bentuk lengkung/dinding palatum membulat di kedua sisinya
2. Lancip : bentuk dasar palatum meruncing dan menonjol ke bagian dalam arah
vertikal dan membesar ke bagian bawah
3. Persegi : bentuk lengkung/dinding palatum sejajar kedua sisinya
Pemeriksaan kedalaman palatum dilakukan menggunakan kaca mulut no.3
1. Dalam : seluruh kaca mulut terbenam
2. Sedang, apabila ½ kaca mulut yang terbenam
3. Rendah, apabila kurang dari ½ kaca mulut yang terbenam.

● Pemeriksaan Ludah

Pemeriksaan : kaca mulut diusapkan pada bagian lidah, dasar mulut, dan bukal kemudian
dilihat secara visual konsistensinya,

● Kental
● Sedang, apabila terdapat buih-buih/gelembung-gelembung pada ludah,
● Encer, apabila konsistensi ludah cair.

Volume ludah dapat diketahui ketika melakukan pencetakan atau melalui sapuan kaca
mulut serta instruksi meludah yang diberikan kepada pasien. Volume ludah dikategorikan
menjadi banyak, sedang, dan sedikit.

● Pemeriksaan Refleks Muntah


Refleks muntah dapat diketahui ketika dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang
bawah

Tahapan Perawatan

1. Treatment of symptoms

Menghilangkan ketidaknyamanan yang menyertai kondisi akut merupakan prioritas dalam


perencanaan perawatan. Ketidaknyamanan dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti berikut:
gigi fraktur, pulpitis akut, pulpitis kronis eksaserbasi akut, abses gigi, perikoronitis atau
gingivitis akut, dan disfungsi nyeri miofasial. Pemeriksaan yang lengkap umumnya tidak
mungkin dilakukan sampai gejala kondisi akut telah diatasi.
● Urgent treatment of nonacute problems

Sebagian besar kandidat potensial untuk perawatan prostodontik cekat tidak melakukan
perawatan untuk kondisi akut; namun, mereka mungkin memiliki masalah khusus yang harus
mendapat perhatian segera, seperti mahkota gigi anterior yang hilang, veneer porselen yang retak
atau pecah, atau protesa lepasan yang fraktur.

2. Stabilization of Deteriorating Conditions

Tahap kedua perawatan meliputi stabilisasi keadaan seperti karies atau penyakit
periodontal dengan menghilangkan faktor etiologi, meningkatkan resistensi pasien, atau
melakukan keduanya

● Karies gigi

Perawatan lesi karies dilakukan secara konvensional dan gigi restorasi dengan material
restorasi yang memiliki kontur baik.
● Penyakit periodontal

Periodontitis kronis yang disertai kehilangan tulang ireversibel yang berlanjut harus
ditangani sedini mungkin dengan kontrol plak yang efektif. Kontrol plak yang maksimal
hanya mungkin dicapai jika gigi halus dan konturnya memungkinkan akses tanpa
hambatan ke sulkus gingiva. Oleh karena itu, prosedur berikut sangat penting.

· Penggantian restorasi yang rusak

· Penghilangan lesi karies

· Recontouring mahkota yang berkontur berlebih (terutama di dekat area


furkasi)

· Instruksi kebersihan mulut yang tepat diterapkan secara memadai di rumah

3. Definitive Therapy

Ketika fase stabilisasi telah selesai, pengobatan elektif jangka panjang yang bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan gigi, memulihkan fungsi, dan memperbaiki penampilan dapat
dimulai. Beberapa proposal terapi dapat diterapkan pada satu pasien dan dapat berkisar dalam
kompleksitas mulai dari perawatan restorasi minimal dengan perawatan rutin hingga rekonstruksi
prostodontik penuh yang didahului dengan bedah ortognatik dan perawatan ortodonti.
Keuntungan dan kerugian masing-masing prosedur harus dijelaskan secara menyeluruh kepada
pasien, dengan model diagnostik dan waxing digunakan sebagai panduan. Ketika rencana
definitif ditetapkan, harus dapat meminimalkan kemungkinan pengulangan perawatan
sebelumnya jika masalah kemudian terjadi kembali. Biasanya prosedur bedah mulut dijadwalkan
terlebih dahulu, diikuti oleh periodontik, endodontik, ortodontik, prostodontik cekat, dan
prostodontik lepasan

● Oral surgery

Rencana perawatan harus memberikan waktu yang cukup untuk penyembuhan dan
remodelling ridge. Oleh karena itu, gigi dengan prognosis yang tidak diharapkan, gigi
yang tidak erupsi, serta sisa akar dan ujung akar harus dicabut lebih awal. Semua
prosedur bedah preprostetik (misalnya, pembentukan ridge) harus dilakukan selama fase
awal perawatan

● Periodontik

Kebanyakan prosedur periodontal seharusnya (atau akan) diselesaikan sebagai bagian


dari fase stabilisasi perawatan. Setiap pembedahan, eliminasi poket, prosedur
mukogingival, regenerasi jaringan terpandu, atau reseksi akar dilakukan pada fase ini

● Endodontik

Beberapa perawatan endodontik mungkin telah dilakukan sebagai bagian dari fase
treatment of sysmtoms dan Stabilization of Deteriorating Conditions. Endodontik elektif
mungkin diperlukan untuk menyediakan ruang yang cukup untuk cast restoration atau
untuk memberikan retensi pada gigi yang rusak parah atau. Jika gigi dengan kesehatan
pulpa yang meragukan akan digunakan sebagai penyangga untuk FDP, maka harus
dilakukan perawatan endodontic

● Ortodonti

Pergerakan gigi ortodontik minor adalah tambahan umum untuk prostodontik cekat. Gigi
dapat diluruskan, diputar, dipindahkan ke lateral, diintrusi, atau diekstrusi untuk
memperbaiki hubungannya sebelum perawatan prostodontik cekat. Ortodontik harus
selalu dipertimbangkan ketika rencana perawatan sedang diusulkan, terutama jika
kehilangan gigi telah terjadi drifting.

● Prostodontik cekat

Perawatan prostodontik cekat dimulai hanya setelah modalitas sebelumnya telah selesai.
Hal ini memungkinkan modifikasi dari rencana awal jika kesulitan yang tidak terduga
muncul selama perawatan. Misalnya, gigi yang dijadwalkan untuk perawatan endodontic
mungkin terbukti tidak dapat dirawat, sehingga memerlukan modifikasi yang cukup besar
dari rencana perawatan restoratif.
4. Follow up

Program khusus dan recall rutin adalah bagian penting dari rencana perawatan.
Tujuannya adalah untuk memantau kesehatan gigi, mengidentifikasi tanda-tanda penyakit sejak
dini, dan memulai tindakan korektif segera jika diperlukan. Follow up yang memadai akan
membantu menjaga kesehatan jangka panjang

Indikasi dan Kontraindikasi Bridge

Indikasi:

1. Kehilangan satu atau lebih gigi dalam 1 ruang edentulous

2. Gigi penyangga pulpa masih vital/ yang sudah dirawat endodontik dengan baik, tidak ada

kelainan pada ujung akar

3. Kedudukan gigi penyangga tidak boleh goyang, sejajar dengan gigi lainnya dan

kemiringan tidak lebih dari 20° (jika akan dijadikan jembatan ideal)

4. Keadaan gigi penyangga besar, tebal , akar kuat sehingga dapat dipreparasi untuk

memberikan retensi

5. Usia 20-55 tahun

6. Kebersihan mulut baik

7. Ruang interoklusal (dari dataran oklusal ke linggir) dan interproksimal (kecembungan

kontak proksimal) cukup

8. crown root ratio: 2:3

Kontraindikasi:

1. Gigitan crossbite, malposisi, progeny

2. Gusi tidak sehat, peradangan jaringan periodontal, tulang alveolar atrofi

3. OHI buruk
4. Indeks karies tinggi

5. Gigi antagonis yang sudah hilang

6. Usia <17 tahun (ruang pulpa besar), >55 tahun

Tahapan Perawatan GTJ

Klinik Lab

Kunjungan Pertama
1. Pembuatan status
a) Identitas pasien: nama, umur, tanggal lahir,
alamat
b) Pemeriksaan subjektif (anamnesa)
● Keluhan utama: lokasi, onset, durasi,
kronologis, kuantitas dan kualitas keluhan,
faktor memperingan dan memperberat,
kebiasan buruk
Kategori keluhan utama:
1) Kenyamanan
2) Fungsi
3) Aspek Sosial
4) Penampilan
● Riwayat medis dan dental
c) Pemeriksaan objektif
● Pemeriksaan extraoral
- Wajah, profil, bibir, lebar bukaan mulut,
pembesaran kelenjar, TMJ, mata,
hidung, telinga, otot
● Pemeriksaan intraoral
- Ukuran lengkung: teraan di bukal
mukosa, ukuran sendok cetak
- Bentuk lengkung: lonjong, persegi,
lancip
- Bentuk linggir
- Jarak antara lengkung rahang
- Tuberositas maksilaris
- Torus
- Bentuk palatum
- Frenulum: labialis, lingualis, bukalis
- Hubungan horizontal ra-rb: glabella,
subnasion, gnathion
- Kebersihan mulut
- Ludah: jumlah & konsistensi
(self-cleansing effect)
- Refleks muntah: use kaca mulut sentuh
palatum lunak
- Keadaan gusi
- Odontogram (mobilitas, restorasi gigi)
● Pemeriksaan penunjang (radiografi, lab
darah rutin jika diperlukan)
2. Pencetakan awal dengan alginate
a) Persiapan alat dan bahan:
- Rubber bowl
- Spatula
- Gelas ukur
- Gelas kumur
- Sendok cetak
- Alginate
b) Pemilihan sendok cetak:(fungsi dan bahan
ideal)
- Ukuran sendok cetak sesuai dengan
ukuran rahang pasien.
- Pasien tidak merasa sakit saat sendok
cetak berada dalam mulutnya.
- Harus ada ruangan antara sendok cetak
dengan bagian anatomis yang akan dicetak
sebesar kurang lebih 5 mm.
- Sayap sendok cetak harus cukup tinggi
untuk mencapai daerah mucobuccal fold.
c) Pengaturan posisi pasien
- Posisi mulut pasien setinggi siku operator.
- Pasien duduk tegak dengan bidang oklusal
pasien sejajar lantai.
- Untuk pencetakan rahang atas, posisi
operator di samping kanan belakang
pasien.
- Untuk pencetakan rahang bawah, posisi
operator berada di depan kanan pasien.
d) Pengadukan bahan cetak
- Perbandingan bubuk: air sesuai dengan
instruksi produk.
- Mula-mula diaduk perlahan dengan cara
menekan spatula ke arah dinding rubber
bowl sampai adukan rata dan homogen
- Setelah homogen, adukan diambil dari
rubber bowl lalu dimasukan ke dalam
sendok cetak sambil ditekan sampai
sendok cetak terisi secara merata.
e) Pencetakan
Rahang Atas
- Pasien diminta membuka mulut
- Sudut mulut kanan pasien disingkap
dengan jari telunjuk
- Masukkan sendok cetak dengan bahan
cetak ke dalam mulut pasien dengan salah
satu sisi sendok cetak dimasukkan ke
dalam mulut terlebih dahulu dan diikuti
sisi lainnya
- Sesuaikan garis median sendok cetak
dengan garis median pasien.
- Tekan bagian posterior sendok cetak ke
arah anterior
- Tarik bibir atas dan pipi dengan telunjuk
tangan kiri
- Sendok cetak ditekan dengan tangan kanan
(fiksasi)
- Setelah bahan cetak mengeras lepas
sendok cetak sejajar sumbu panjang gigi
dengan gerakan mengungkit dan hasil
cetakan dicuci dengan air mengalir
- Hasil cetakan segera diisi dengan gips.
Hasil pengecoran pertama merupakan
model kerja dan pengecoran kedua
merupakan model studi

Rahang Bawah
- Pasien diinstruksikan untuk mengangkat
lidah hingga ke posterior
- Sudut mulut kanan pasien disingkap
dengan jari telunjuk
- Masukkan sendok cetak dengan bahan
cetak ke dalam mulut pasien dengan salah
satu sisi sendok cetak dimasukkan ke
dalam mulut terlebih dahulu dan diikuti
sisi lainnya
- Sesuaikan garis median sendok cetak
dengan garis median pasien.
- Tekan bagian anterior sendok cetak ke
arah posterior
- Instruksikan pasien untuk meletakkan
lidahnya ke bagian anterior
- Tarik bibir bawah dan pipi dengan ibu jari
dan telunjuk tangan kiri
- Sendok cetak ditahan oleh jari telunjuk
dan jari tengah kanan (fiksasi)
- Setelah bahan cetak mengeras lepas
sendok cetak sejajar sumbu panjang gigi
dengan gerakan mengungkit dan hasil
cetakan dicuci dengan air mengalir
- Hasil cetakan segera diisi dengan gips.
3. Pemilihan warna gigi
Prinsip:
1) Dilakukan sebelum preparasi, oleh karena jika
dilakukan setelahnya, mata dianggap telah
menjadi lelah (tonal fatique) sehingga tidak
mampu lagi dengan cermat membeda-bedakan
warna
2) Menghapus lipstick dan busana yang berwarna
cerah dan mencolok ditutup supaya tidak
mempengaruhi penentuan warna
3) Pemilihan warna dilakukan di bawah sinar
matahari tidak langsung (daylight)
4) Contoh warna (shade-guide, colour guide)
yang dipakai oleh Dokter Gigi harus sama
(duplikat) dengan shade guide yang ada di
laboratorium.

1. Pembuatan model diagnostik


2. Diskusi desain
Setelah cetakan positif selesai,
tentukan
- Gigi penyangga / abuntement: gigi
sandaran atau mahkota gigi asli yang
telah dipreparasi untuk penempatan
retainer dan mendukung bridge.
Abutment harus merupakan gigi
yang sudah erupsi penuh agar
retainer tidak terangkat, akibatnya
timbul daerah yang tidak tertutup
oleh retainer sehingga mudah terjadi
karies.
- Retainer: bagian GTC yang
merupakan bangunan logam tuang
yang disemen atau dilekatkan pada
gigi penyangga untuk menahan atau
membantu suatu pontic. Retainer ini
menghubungkan bridge dengan
abutment. Fungsi retainer adalah
untuk menjaga agar GTC tetap pada
tempatnya dapat berupa restorasi
mahkota, inlay, pasak.
- Pontik: bagian jembatan yang
mengganti gigi asli yang hilang
- Penghubung/ joint/ connector: yang
menghubungkan pontik dengan
retainer yang dapat merupakan
perlekatan rigid yairu di solder atau
non-rigid seperti kunci-kunci atau
stressbreaker (alat penyerap daya
untuk mengurangi beban yang
dipikul oleh penyangga)
3. Pembuatan diagnostic wax up
Persyaratan pontik:
● Estetik. Ukuran leher
mesial-distal diperlebar sedikit
tanpa merubah insisif lateral
menjadi insisif sentral.
● Sumbu panjang insisif lateral
membentuk sudut yang lebih
besar dengan garis median
dibandingkan dengan sudut
yang dibuat oleh sumbu
panjang insisif pertama.
● Garis insisal dari insisif lateral
letaknya sedikit lebih tinggi
● Insisif lateral mempunyai
sudut mesial yang lebih lancip
dari pada sudut mesial insisif
pertama. Sudut distal lebih
tumpul dari pada sudut mesial
bahkan sering membulat.
● Letaknya tidak kontak antara
insisif lateral dengan insisif
sentral lebih rendah dari pada
titik kontak antara insisif
lateral dengan kaninus.
● Insisif lebih cembung
permukaan labialnya
(mesial-distal) dari pada
kecembungan insisif sentral.
● Bentuk bagian pontik yang
menghadap gusi :
- Tidak boleh cekung atau
berongga sehingga sisa-sisa
makanan, plak, dan lain-lain
tidak dapat berkumpul di situ
- Untuk pontik insisif lateral
diberi bentuk modifikasi
ridge lap. Akhiran pontik
menutup gusi labial
mengikuti gigi sebelahnya,
menyentuh gusi tanpa
tekanan, penutup gusi oleh
pontik dibuat sekecil
mungkin
4. Membuat mahkota sementara
Indirect
● Sebelum gigi pasien
dipreparasi, cetak dengan
menggunakan alginate,
kemudian di cor dan didapat
model pertama.
● Model pertama dipreparasi
sesuai teori, kemudian dicetak
dengan alginate dan dicor,
didapat model kedua.
● Model pertama olesi vaselin
dan buat pola lilin, kemudian
dicetak dan dicor kembali
sehingga didapat model ketiga.
● Buat shellac pada model ketiga
dan sesuaikan dengan model
kedua yang telah diprep,
aplikasikan separating medium
di model kedua.
● Aplikasikan resin pada shellac
dengan menggunakan syringe,
aplikasikan di model kedua
dan tekan sampai
mendapatkan cetakannya.
● Rendam pada air hangat dan
lepaskan mahkota sementara
dari model
● Setelah pasien dipreparasi,
sesuaikan dengan gigi pasien.

Direct-indirect:
● cetak rahang pasien pada
kunjungan pertama
● diagnostic wax up model studi
● cetak dengan elastomer-
matrix index
● preparasi gigi penyangga pada
model studi konservatif/
minimalis
● permukaan preparasi
dilindungi dengan Vaseline
● matrix putty diisi dengan
self-curing acrylic, cetakan
Kembali ke daerah preparasi
untuk mendapat jembatan
sementara.
● Preparasi gigi penyangga
pasien.
● Uji coba mahkota sementara
dan sesuaikan dengan
preparasi pada pasien dengan
cara bahan jembatan
sementara dimasukkan ke
dalam jembatan sementara dan
ditempatkan ke gigi pasien.

Direct
● Cetak gigi pasien dengan
menggunakan putty
● Gigi asli pasien dipreparasi
● Cetakan putty bag.servikal
dikurangin untuk memberi
ruangan bagi akrilik
● Gigi pasien diberi varnish dan
gigi tetangganya diberi vaselin
● Cetakan putty diberi akrilik
bubuk dan cairan, kemudian
aplikasikan ke gigi pasien
dengan tekanan yg cukup
● Setelah mengeras sebagian,
cetakan dibuka, mahkota
sementara diambil dan dipoles,
kemudian mahkota sementara
disesuaikan dengan gigi
pasien.

Kunjungan Kedua
1. Preparasi mahkota metal-keramik (porcelain
fused to metal / PFM) pada gigi penyangga
jembatan
● Pengurangan insisal/oklusal (kekasaran bur)
Insisal: membuat depth groove dengan bur
diamond flat ended tapered → mengurangi
insisal secara uniform hingga kedalaman 1.5
mm → pinggiran insisal preparasi sejajar
dengan mahkota yang akan dibuat dan tegak
lurus dengan jurusan gigit gigi lawan (bidang
insisal miring ke palatal)
Oklusal: membuat depth groove dengan bur
round end tapered di bagian central groove,
fissure, dan cusp → mengurangi oklusal secara
uniform sebanyak 1.7 mm pada cusp
fungsional serta 1.2 mm pada cusp
non-fungsional & central groove → preparasi
landai (tidak boleh curam), mengikuti bentuk
oklusal gigi
● Pengurangan labial/bukal: membuat depth
groove pada permukaan labial/bukal →
pengurangan labial/bukal sebanyak 1.2-1.5
mm; pada arah insisal/oklusal menggunakan
bur diamond flat ended tapered serta pada arah
servikal menggunakan bur diamond flat ended
→ membentuk akhiran shoulder dengan lebar
1 mm yang diteruskan ke interproksimal
● Pengurangan lingual/palatal: dengan bur
diamond football sebanyak 1 mm,
pengurangan cingulum dengan bur torpedo
untuk membentuk akhiran chamfer dengan
lebar 0.5 mm yang diteruskan ke
interproksimal
● Pengurangan proksimal: 1-1,5 mm dengan bur
diamond needle tapered, bentuk preparasi
mengerucut ke oklusal dengan sudut 5-7o,
menghilangkan kecembungan dan titik kontak,
preparasi hingga akhiran yang ditentukan
(equigingival), pengurangan mesial distal,
bukal palatal sama, gunakan matriks untuk
melindungi gigi sebelah
● Pengecekan kembali akhiran yang telah
terbentuk pada seluruh sisi dan semua sudut
dibulatkan
● Pengecekan kesejajaran, dilakukan pencetakan
dengan menggunakan alginat kemudian
dilakukan surveying.
2. Pencetakan hasil preparasi menggunakan bahan
cetak elastomer/PVS/silikon adisi serta
pencetakan gigi lawan menggunakan alginat
3. Pembuatan catatan gigitan dengan
lilin/compound (bahan untuk catatan gigitan,
kekurangan dan kelebihannya)
4. Pemasangan mahkota sementara dengan semen
fletcher (jenis, indikasi, kontraindikasi),
kemudian dilakukan occlusal adjustment
(dilakukan sebelum pemasangan)

5. Pengiriman hasil cetakan ke lab


untuk pembuatan coping

Informasi/instruksi kepada lab


meliputi:
- Identitas pasien: Nama, usia,
jenis kelamin
- Identitas dokter gigi: Nama,
no.telp, alamat
- Fotometri profil pasien
- General description restorasi
yang akan dibuat
- Pemilihan material
specification
- Occlusal scheme
- Connector design
- Pontic design dan spesifikasi
material pada jaringan lunak
- Substructure design untuk
restorasi metal-ceramic
- Informasi mengenai pemilihan
warna gigi untuk restorasi
estetik
- Design yang diajukan
- Tanggal appointment pasien
berikutnya

Kunjungan Ketiga
Uji coba copping
● Pada Internal surface, periksa apakah ada
bagian yang hilang atau tidak, kemudian ada
atau tidak permukaan yang tidak rata
● Cek pontik sesuai dengan mock up atau
tidak, kurangi menggunakan carbide atau
batu highspeed untuk menyesuaikan bentuk
pontik
● Periksa kontak proksimal. Cara periksa :
gunakan marking tape/ articulating
spray/paper pada daerah proksimal
● Periksa apakah metal coping overextension /
underextension
● Pemeriksaan oklusal dengan articulating
paper
● Adaptasi dan retensi, kalau tidak adaptasi
periksa menggunakan pressure indicating
paste
● Periksa adaptasi akhiran preparasi dan
akhiran coping, jika under dapat ditambah
lilin masukan kembali ke lab atau jika
overextended dapat dikurangi
● Periksa apakah Embrasur sudah terbuka atau
belum
● Bagian pontik yg menghadap mukosa
menekan atau tidak
● Lebar pontik dikurangi 20-30% pada cusp
lingual
● Cek oklusi sentrik dan eksentrik, ketebalan
bahan porcelain harus mencukupi
Pengiriman kembali ke Lab
untuk dibuatkan mahkota bagian
porcelain pre-glazing

Kunjungan Keempat
Uji coba pre glazing
● Cek kontak proksimal bisa menggunakan
articulating paper/spray, Jika ada berlebih
kurangi porselain menggunakan fine atau
superfine menggunakan air + porselain kit
polishing
● Cek akhiran ada overextension atau
under-extension tidak bisa menggunakan
explorer dari arah apikal ke oklusal untuk
mengecek overhang atau open margin, lalu
di cek ke arah apikal pada margin untuk
melihat adanya ledge.
● Pemeriksaan oklusal menggunakan
articulating paper
● Adaptasi pada gusi
● Pemeriksaan retensi dan stabilitas → tidak
boleh goyang atau rotasi saat diberikan gaya.
● Pemeriksaan warna menggunakan air
● Pemeriksaan bentuk, ukuran dan inklinasi,
rotasin
● Cek oklusi pasien menggunakan articulating
paper, oklusi centric & eccentric. Cek teraan
pada gigi lawan.
● Pengurangan pada fixed hanya pada titik
kerja, pada full-full dilihat working side dan
balancing side.
● Restorasi yang tidak dapat oklusi perlu
dilakukan remaking (jika berbahan metal) atau
menambahkan porcelain dan melakukan
re-firing (jika PFM)

Pengiriman kembali ke Lab


untuk glazing bagian porselen pada
mahkota.

Kunjungan Kelima
Glazing
● Cek kontak proksimal bisa menggunakan
articulating paper/spray, Jika ada berlebih
kurangi porselain menggunakan fine atau
superfine menggunakan air + porselain kit
polishing
● Cek akhiran ada overextension atau
under-extension tidak bisa menggunakan
explorer dari arah apikal ke oklusal untuk
mengecek overhang atau open margin, lalu
di cek ke arah apikal pada margin untuk
melihat adanya ledge.
● Pemeriksaan oklusal menggunakan
articulating paper
● Adaptasi pada gusi dan kontur. Kontur dapat
dikoreksi sebelum sementasi, konveksitas
yang berlebihan di dekat margin gingiva
dapat memicu akumulasi plak.
● Pemeriksaan retensi dan stabilitas → tidak
boleh goyang atau rotasi saat diberikan gaya.
● Cek oklusi pasien menggunakan articulating
paper, oklusi centric & eccentric. Cek teraan
pada gigi lawan.
● Cek estetik pasien. Pasien diinstruksikan
untuk melihat ke cermin sehingga segala
objeksi terkait tampilan dapat disetujui
sebelum sementasi restorasi.
● Karakterisasi tekstur permukaan. Keringkan
gigi dan periksa permukaan tekstur (ilusi
khusus, translusensi, incisal halo, stained
crack line)
Sementasi sementara
aplikasikan semen sementara dan pastikan
tidak ada semen berlebih, jika ada bersihkan bisa
menggunakan floss pada bawah pontik

Kunjungan Keenam
Sementasi jembatan tetap :
Znpo4
GIC
RMGIC
Zink polikarboksilat
Resin adhesive
Kompomer

Cara manipulasi GI luting cement:


● Mengocok bubur semen GI yang ada dalam
botol
● Perbandingan bubuk-cairan sesuai anjuran
pabrik (biasanya 1 bubuk, 2 liquid)
● Ambil bubuk semen GI menggunakan spoon
sebanyak 1 sendok rata, kemudian dibagi 2
sama banyak
● Botol cairan dituangkan dalam arah
horizontal untuk membuang udara di ujung
botol. Lalu diputar arah vertikal dan cairan
dibiarkan menetes tanpa ditekan sebanyak 1
tetes pada paper pad. Cairan disebarkan
dengan spatula dengan gerakan melingkar
● ½ bubuk mulai diaduk dengan cairan sampai
semua partikel bubuk terbasahi, kemudian
ditambahkan ½ bagian yang tersisa,
● Pengadukan dilakukan dengan cara melipat,
harus diselesaikan dalam waktu 20-30 detik
● Hasil akhir adukan terlihat glossy dengan
konsistensi seperti permen karet
● Penempatan semen:
● Tempatkan separating di antara gigi
sebelahnya dengan matriks atau separating
tape
● Lapisi bagian permukaan dalam mahkota
dengan semen cukup banyak dan segera
pasang pada gigi, gunakan tekanan
secukupnya on
● Pasien bisa diminta untuk menggigit cotton
roll untuk memastikan mahkota fit dengan
baik, hingga semen mengeras
● Hilangkan kelebihan semen

Perawatan setelah penyemenan


● Pasien diberitahu bahwa ada kemungkinan
timbul rasa tidak nyaman
● Sebaiknya makanan yang keras jangan
dikunyah/digigit dengan jembatan/mahkota
● Suatu jembatan tidak dapat membersihkan
sendiri (self-cleansing) seperti gigi asli,
sehingga memerlukan pembersihan yang
lebih baik
Kegagalan dalam jembatan

Macam-macam gigi tiruan jembatan

● Rigid Fixed Bridge

Semua komponen gigi tiruan jembatan digabungkan secara rigid. Memiliki 2 atau lebih
gigi penyangga. Gigi tiruan jembatan ini menghasilkan kekuatan dan stabilitas yang
sangat baik juga mendistribusikan tekanan pada restorasi yang lebih merata.

● Semi Fixed Bridge


GTJ dengan satu ujung kaku pada retainer, sedangkan ujung lainnya berakhir pada satu
retainer berkunci yang memungkinkan pergerakan-pergerakan terbatas (non-rigid)

● Cantilever Bridge

GTJ yang sangat konservatif, dimana pada salah satu sisinya bersifat sebagai titik kontak.
Dukungan dapat diperoleh dari satu atau lebih gigi penyangga pada satu sisi yang sama
● Spring Fixed Bridge (Spring Loop Fixed Bridge)

GTJ yang menggunakan dukungan gigi dan jaringan → pontik didukung dengan
konektor panjang yang menghubungkannya dengan abutment. Dapat menggunakan lebih
dari satu konektor panjang untuk menambah kekuatannya

● Spring cantilever bridge


Indikasi → untuk kehilangan gigi di anterior dengan diastema
Kontraindikasi → Pasien dengan palatum datar

● Compound (contoh gambar)

Gabungan dua atau lebih tipe GTJ. Diindikasikan pada penggantian gigi hilang yang
membutuhkan gabungan beberapa tipe GTJ
● Adhesive Bridge / Maryland

Pada kasus kehilangan satu gigi insisif atau premolar biasanya dibuat gigi tiruan jembatan
adhesive. Gigi tiruan jembatan adhesive atau disebut juga sebagai Rochette Bridge atau
Maryland Bridge adalah gigi tiruan jembatan yang diindikasikan pada pasien dengan
kehilangan 1 gigi, namun gigi penyangga masih dalam kondisi baik, tanpa adanya
kerusakan. Gigi tiruan jembatan ini biasanya dibuat pada pasien usia muda, dengan
kamar pulpa yang masih besar, sehingga apabila dibuat gigi tiruan jembatan konvensional
terdapat kendala pada tahapan preparasi gigi secara ideal.
Restorasi ini tidak diindikasikan pada kasus yang disertai dengan adanya resorpsi tulang
besar juga pada kasus dimana relasi rahang atas dan rahang bawahnya deep bite. Pada
kasus tersebut disarankan untuk membuat restorasi jembatan konvensional. Namun,
jembatan adhesive dapat dibuat pada kasus splint dengan kelainan periodontal gigi jika
diperlukan.
Design Pontik
Desain pontik diklasifikasikan menjadi 2 klasifikasi umum; pontik yang berkontak
dengan mukosa oral dan pontik yang tidak berkontak dengan mukosa oral. Terdapat
sub-klasifikasi dari 2 klasifikasi umum tersebut berdasarkan bentuk gingiva seperti pada Tabel
20-1. Pemilihan pontik didasarkan dari kebutuhan estetika dan kebersihan rongga mulut pasien.
Pada regio anterior, dimana dibutuhkan dan mempertimbangan estetika, pontik harus beradaptasi
dengan jaringan sehingga pontik terlihat seolah muncul dari gingiva. Sebaliknya, pada regio
posterior, desain dapat dimodifikasi dengan tidak mempertimbangan estetika, namun harus
mampu menjaga kebersihan rongga mulut.
Jenis pontik conical sanitary Modified sanitary

Bentuk linggir lancip

Interocclusal space Cukup Besar Kecil

Mucosal Contac

● Saddle/ Ridge Lap

Desain pontik saddle memiliki bentuk permukaan cekung yang tumpang tindih
dengan edentulous ridge secara bukolingual, desain ini menunjukkan kontur dan profil
munculnya gigi yang hilang pada kedua sisi; bukal dan lingual, merupakan desain yang
paling mirip dengan gigi asli. Namun, desain ini harus dihindari atau tidak
direkomendasikan, karena bentuk permukaan pontik yang cekung tidak memungkinkan
adanya akses pembersihan pontik dengan dental floss yang dapat menyebabkan
akumulasi plak.

● Modified ridge Lap

Modified ridgle lap menggabungkan desain yang estetik dengan pembersihan


yang mudah. Modified ridgle lap dimodifikasi tumpang tindih pada area facial (untuk
mencapai tampilan gigi yang muncul dari gingiva), namun tetap memiliki akses
pembersihan pada sisi lingual untuk mencegah impaksi makanan dan meminimalkan
akumulasi plak. Biasanya digunakan pada gigi anterior, premolar, dan beberapa gigi
molar RA.
● Ovate

Ovate pontic merupakan desain yang paling estetis. Permukaan cembung


pada jaringan lunak terlihat seolah pontik muncul dari gingiva. Kelebihan dari
desain ini yaitu tampilan yang estetis dan mudah dibersihkan dengan dental floss
karena bentuknya yang cembung di segala sisi.

● Conical

Disebut juga egg-shaped, bullet shaped, atau heart-shaped. Conical pontic


mudah dibersihkan oleh pasien, bentuknya cembung dan memiliki 1 titik kontak; pada
pertengahan residual ridge. Desain ini direkomendasikan untuk menggantikan gigi
posterior rahang bawah, dimana lebih sedikit pertimbangan estetiknya. Desain ini
digunakan pada edentulous ridge yang tipis, dan tidak cocok digunakan pada edentulous
ridge yang lebar karena dapat menyebabkan impaksi makanan.

Non-Mucosal Contac
● Sanitary
Karakteristik utama dari pontik sanitary memungkinkan pembersihan yang
mudah, dan kontrol plak dimana memungkinkan alat pembersih untuk dapat
melalui area di bawah pontik. Kekurangan dari desain ini, estetiknya buruk.
Biasanya digunakan pada gigi molar rahang bawah.
● Modified Sanitary
Pada desain modified sanitary, area gingiva dibentuk melengkung diantara gigi
penyangga. Hal ini memungkinkan berkurangnya tekanan yang terkonsentrasi
pada pontik.
Bahan Cetak

1. Elastis
a. Synthetics elastomers
i. Polysulphides Polymer
● Terdiri dari base (polysulfide polymer, filler) dan
katalis/akselerator (dioxide), dispensing tube
● Working time: 4-7 menit
● Setting time: 7-10 menit
● Manipulasi: campurkan pasta base dan katalis dengan panjang
yang sama pada paper pad menggunakan spatula.
ii. Polyether
● Terdiri dari pasta base (polyether polymer filler colloidal silica dan
plasticizer glycolether), pasta akselerator (alkil aromatic sulfonate)
● Working time : 3’, setting time 6’
● Manipulasi : Campurkan pasta base dan katalis dengan panjang
yang sama pada paper pad dan spatula
iii. Silicone (Condensation)
● Terdiri dari pasta base (polydimethyl siloxane dan filler) dan pasta
katalis (alkyl silica, tetra ethyl silicate), dan putty
● Working time : 2,5-4 menit, setting time 6-8 menit
● Manipulasi :
○ One step technique : Campurkan putty hingga merata,
letakkan di sendok cetak, aplikasikan light body di atas
permukaan putty dan di bagian gigi yang dipreparasi
○ Two steo technique : Campurkan putty hingga merata,
letakkan di sendok cetak, lapisi dengan selapis plastik,
lakukan pencetakan kemudian step kedua aplikasikan light
body di atas putty dan cetakkan kembali pada mulut pasien
iv. Silicone (Addition)/ Polyvinyl Siloxane
● Reaksi setting dapat diinhibisi dengan penggunaan latex (free
sulfur bereaksi dengan chloroplatinic acid catalyst)
● Terdiri dari pasta base (polymethyl hydrogen siloxane dan filler)
dan pasta katalis (divinyl plydimethyl siloxane, filler), dan putty
● Working time : 2-4’, setting time 4-6’
● Manipulasi :
○ One step technique : Campurkan putty hingga merata,
letakkan di sendok cetak, aplikasikan light body di atas
permukaan putty dan di bagian gigi yang dipreparasi
○ Two step technique : Campurkan putty hingga merata,
letakkan di sendok cetak, lapisi dengan selapis plastik,
lakukan pencetakan kemudian step kedua aplikasikan light
body di atas putty dan cetakkan
b. Hydrocolloids
i. Reversible (Agar)
❖ Komposisi: Agar, borate, sulfate, filler thixotropic material, air
❖ Setting time: 3-5 menit
❖ Manipulasi: Cairkan hydrocolloid gel pada air mendidih selama 10
menit, masukkan ke storage unit (suhu 65 derajat celcius),
tampering dan conditioning, masukkan ke sendok cetak,
aplikasikan syinge material ke gigi yang akan dicetak, masukkan
sendok cetak.
❖ Peningkatan temperatur → gel → sol (99 derajat), bersifat
reversible saat penurunan temperature
ii. Irreversible Hydrocolloid (Alginate)
❖ Komposisi: Sodium, potassium, triethanolamine alginate
❖ Mixing time: 45-60 menit, setting time: 1,5-3 menit (fast set), 3-4,5
menit (normal set)
❖ Tahap: Tuang air dan alginat ke rubber bowl dengan rasio bubuk
dan air sesuai instruksi pabrik, manipulasi dengan menekan alginat
ke dinding rubber bowl hingga homogen, kemudian masukkan ke
dalam sendok cetak.

2. Non-elastis
a. Impression plaster
● Bersifat mukostatik
● Komposisi : Calcium sulfate beta-hemihydrate, potassium sulfate,
borax, dan pati
● Setting time : 5’
● Manipulasi : Campurkan bubuk dengan air
● Kegunaan :
○ Pencetakan akhir dalam pembuatan GTL
○ Bite registration
b. Impression compound
● Bersifat mukokompresif
● Bentuk sediaan : lembaran dan stik
● Komposisi : Resin thermoplastik, wax, platicizer (asam stearat dan
filler)
● Kegunaan :
○ Tipe 1 sheet form : untuk cetakan primer pada linggir
edentulous menggunakan stock tray
○ Tipe 1 stick form : untuk border molding
○ Tipe 2 tray compound : untuk membuat sendok cetak
khusus
c. Impression waxes
● Bersifat thermoplastik
● Fungsi : Untuk mendapatkan suatu pattern, karena hasil akhir dari
restorasi tergantung pada pattern yang kita buat

Mahkota Sementara
Syarat
Restorasi sementara yang optimal harus memenuhi banyak faktor yang saling terkait, yang dapat
diklasifikasikan sebagai biologis, mekanik, dan estetik (Gbr. 15-1).

A. Syarat biologis:
● Proteksi pulpa: mahkota sementara harus menutupi dan mengisolasi pulpa untuk
menghindari sensitivitas dan iritasi pulpa
● Menjaga kesehatan periodontal: mahkota sementara harus memiliki kesesuaian
margin yang baik, kontur yang sesuai, dan permukaan yang halus untuk
memudahkan pembersihan plak
● Kompatibilitas oklusal dan posisi gigi: mahkota sementara harus berkontak
dengan baik dengan gigi yang berdekatan dan gigi lawannya
● Mencegah fraktur enamel: mahkota sementara harus dapat menjaga margin
preparasi gigi
B. Syarat mekanis:
● Fungsi: mahkota sementara idealnya dapat digunakan untuk fungsi mastikasi
● Displacement: mencegah perpindahan mahkota sementara dapat dilakukan dengan
membuat preparasi gigi yang baik dan mahkota sementara yang beradaptasi
dengan permukaan gigi yang dipreparasi. Mahkota sementara harus di sementasi
dengan baik untuk menghindari perpindahan yang dapat mengiritasi pulpa dan
jaringan periodontal
● Removal for reuse: Mahkota sementara yang akan digunakan kembali harus
dilepas dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan dan memudahkan saat
penempatan kembali
C. Syarat estetik: Mahkota sementara harus dibuat semirip mungkin dengan gigi asli
sebelum dipreparasi, baik kontur gigi, warna, translusensi, dan teksturnya

Bahan
Bagian dari rongga cetak (mold cavity) dalam pembuatan mahkota sementara terdiri dari dua
bagian, yaitu external surface form dan tissue surface form.
1. External Surface Form (ESF)
ESF merupakan bagian yang membentuk kontur terluar mahkota. Dibedakan menjadi
dua: custom dan preformed/ prefabricated.
● Custom ESF
Custom ESF berupa cetakan negatif dari gigi pasien yang belum dipreparasi atau
model diagnostik yang telah dimodifikasi. Dapat dibuat dengan bahan cetak seperti
alginat dan silikon, serta dapat pula dengan thermoplastic sheet (cellulose acetate atau
polipropilen) dan lilin baseplate.

● Preformed ESF
Preformed ESF tersedia dalam bentuk mahkota satuan (single restoration) dengan
berbagai ukuran. Terbuat dari bahan polikarbonat, cellulose acetate, aluminum,
timah-perak, atau nikel-kromium. Mahkota preformed seringkali membutuhkan
modifikasi (internal relief, axial recontouring, occlusal adjustment) serta pelapisan
kembali (lining) dengan resin dalam pemasangannya.

2. Tissue Surface Form (TSF)


TSF merupakan bagian yang membentuk permukaan gigi yang telah dipreparasi dan area
kontak dengan lingir edentulous. Dibedakan menjadi:
● Indirect (mahkota sementara dibuat di luar mulut, dimana model hasil coran dari
cetakan gigi yang telah dipreparasi berperan sebagai TSF)
● Direct (mahkota sementara dibuat di dalam mulut, dimana gigi pasien yang telah
dipreparasi serta jaringan gingiva di sekitarnya berperan langsung sebagai TSF)
● Indirect-direct (mahkota sementara dibuat di luar mulut, kemudian di bagian
dalam mahkota ditambahkan kembali bahan resin sambil diadaptasikan pada gigi
yang telah dipreparasi di dalam mulut pasien)
Teknik
Teknik pembuatan mahkota sementara dapat dilakukan secara indirect, direct, atau
direct-indirect
Indirect
● ESF
Cetakan alginat/silikon dari model diagnostik wax up atau gigi pasien yang belum
dipreparasi
● TSF
Model dari gigi yang telah dipreparasi

Prosedur
1. Sebelum gigi pasien dipreparasi, cetak dengan menggunakan alginate, kemudian
dicor dan didapat model pertama.
2. Model pertama dipreparasi sesuai teori, kemudian dicetak dengan alginate dan
dicor, didapat model kedua.
3. Model pertama olesi vaselin dan buat pola lilin, kemudian dicetak dan dicor
kembali sehingga didapat model ketiga.
4. Buat shellac pada model ketiga dan sesuaikan dengan model kedua yang telah
diprep, aplikasikan separating medium di model kedua.
5. Aplikasikan resin pada shellac dengan menggunakan syringe, aplikasikan di
model kedua dan tekan sampai mendapatkan cetakannya.
6. Rendam pada air hangat dan lepaskan mahkota sementara dari model
7. Setelah pasien dipreparasi, sesuaikan dengan gigi pasien.

Direct
● ESF
cetakan lilin baseplate, cetakan alginat/silikon dari model diagnostik wax up atau gigi
pasien yang belum dipreparasi, thermoplastic sheet, preformed ESF
● TSF
gigi asli yang telah dipreparasi

Prosedur
1. Cetak gigi pasien dengan menggunakan putty
2. Gigi asli pasien dipreparasi
3. Cetakan putty bag.servikal dikurangin untuk memberi ruangan bagi akrilik
4. Gigi pasien diberi varnish dan gigi tetangganya diberi vaselin
5. Cetakan putty diberi akrilik bubuk dan cairan, kemudian aplikasikan ke gigi
pasien dengan tekanan yg cukup
6. Setelah mengeras sebagian, cetakan dibuka, mahkota sementara diambil dan
dipoles, kemudian mahkota sementara disesuaikan dengan gigi pasien.

Direct-indirect:
● ESF
cetakan alginat/silikon dari model diagnostik wax up atau gigi pasien yang belum
dipreparasi
● TSF
preparasi minimal pada model & gigi asli yang telah dipreparasi
Prosedur
1. cetak rahang pasien pada kunjungan pertama
2. diagnostic wax up model studi
3. cetak dengan elastomer- matrix index
4. preparasi gigi penyangga pada model studi konservatif/ minimalis
5. permukaan preparasi dilindungi dengan Vaseline
6. matrix putty diisi dengan self-curing acrylic, cetakkan kembali ke daerah
preparasi untuk mendapat jembatan sementara.
7. Preparasi gigi penyangga pasien.
8. Uji coba mahkota sementara dan sesuaikan dengan preparasi pada pasien dengan
cara bahan jembatan sementara dimasukkan ke dalam jembatan sementara dan
ditempatkan ke gigi pasien.
9. Semen dengan fletcher semen (zinc oxide)/ zinc oxide freegenol (eugenol-
analgesic dan sedative, warna gigi berubah, mempengaruhi polimerisasi resin
akrilik)

Jenis-jenis Akhiran
● Pemilihan akhiran (posisi dan bentuk) dan alasan
○ Penempatan akhiran:
Penempatan margin supragingiva memiliki banyak keuntungan biologis. Restorasi
lebih mudah dipreparasi dengan benar dan lebih mudah dibersihkan. Namun
demikian, margin subgingiva dapat diindikasikan untuk
1. alasan estetika/retensi, terutama ketika pasien memiliki garis bibir yang
tinggi dan ketika penggunaan margin labial collar logam dipertimbangkan.
2. Adanya karies atau tambalan
○ Bentuk akhiran dan pemilihan akhiran
Terdapat beberapa bentuk akhiran servikal yang dapat dilakukan sesuai pembuatan gigi
tiruan cekat yang dilakukan:
A. Feather edge (Tidak berbentuk)
B. Chisel edge (Pahat)
C. Beveled
D. Chamfer
E. Shoulder (Pundak)
F. Sloped shoulder
G. Beveled shoulder.
Preparasi Gigi Sandaran
Prinsip Preparasi
Gigi yang dilakukan preparasi pertama kali yaitu gigi dengan:
● keadaan rotasi atau posisi abnormal,
● gigi vital dan
● berdasarkan ketebalan dari gigi
● letak gigi yang lebih sulit
Prinsip dari preparasi gigi terbagi menjadi 3 kategori :
● Pertimbangan biologis berpengaruh pada kesehatan jaringan lunak mulut
● Pertimbangan mekanis berpengaruh pada integritas & durabilitas restorasi
● Pertimbangan estetik berpengaruh pada penampilan pasien

1) Pertimbangan Biologis

Mencegah kerusakan saat preparasi gigi pada :

● Gigi yang berdekatan (adjacent teeth)


● Jaringan lunak (soft tissue)
● Pulpa (dari temperature, chemical action, bacterial action)

Preparasi gigi dapat dikonservasi dengan beberapa pedoman:

● Penggunaan partial-coverage dibandingkan complete-coverage


● Preparasi gigi dengan minimal derajat konvergen (taper) pada dinding aksial
● Preparasi permukaan oklusal mengikuti anatomic planes untuk mendapatkan
ketebalan restorasi yang uniform
● Preparasi permukaan aksial dengan sama rata (evenly)
● Pemilihan margin yang konservatif
● Hindari ekstensi apikal yang tidak diperlukan
2) Pertimbangan Mekanis
Preparasi mengikuti Balance Preparation

● Pengurangan mesial dan distal sama besar


● Panjang serviko-insisal preparasi minimal ⅔ tinggi servikoinsisal mahkota klinis
● Tepi preparasi sejajar dengan tepi restorasinya
● Tepi insisal tegak lurus terhadap gaya antagonis
● Semua sudut dibulatkan kecuali shoulder
3) Pertimbangan Estetik
● Mencegah terlihatnya metal
● Preparasi yang cukup menyediakan ruang bagi lapisan porcelain untuk tampilan
yang baik

Preparasi Mahkota Metal-Keramik/PFM


Restorasi mahkota metal-ceramic ini terdiri dari complete-coverage dari mahkota cast metal dan
diveneer dengan lapisan fused porcelain untuk memberi penampilan seperti gigi asli. Ketebalan
yang cukup diperlukan agar dapat menutupi warna gelap dari mahkota cast metal dan veneer
yang dapat duplikasi penampilan seperti gigi asli.
Indikasi : gigi yang membutuhkan full coverage dan untuk estetik, sebagai retainer untuk
protesa gigi fixed (jangka panjang), kerusakan gigi yang luas (akibat karies, trauma, atau
restorasi sebelumnya), dan untuk mengubah bidang oklusal.
Kontraindikasi : adanya karies aktif / penyakit periodontal yang tidak diobati, pasien muda
dengan kamar pulpa besar, retainer konservatif.
Keuntungan : meningkatkan brittle, kualitas retensi baik, materialnya baik dari sisi kosmetik.
Kekurangan : butuh reduksi gigi yang signifikan, margin subgingival (anterior) yang berpotensi
menyebabkan penyakit periodontal, sedikit inferior dari mahkota keramik secara estetik (sedikit
abu), pemilihan shade akurat yang sulit.

● Alat yang dibutuhkan dalam preparasi mahkota


○ Bur diamond berujung bundar (round ended) tipe regular & fine grit / bur
tungsten carbide
○ Bur diamond mengerucut berujung datar (flat-ended tapered)

○ Bur diamond torpedo

○ Bur diamond football atau berbentuk roda (wheel shaped)

○ Bur diamond thinner/needle tapered

○ Bur depth gauge

○ Bur batu finishing


○ Eksplorer, probe periodontal
○ Hatchet
● Tahapan preparasi mahkota metal-keramik/PFM

1. Pembuatan depth groove/depth cut


Pada gigi anterior: Membuat 3 buah depth groove pada permukaan fasial gigi (di
tengah, mesiofasial, dan distofasial line angle) masing-masing pada arah servikal
(sejajar sumbu panjang gigi) dan insisal/oklusal sedalam 1.3 mm (sejajar terhadap
kontur gigi); serta pada aspek tepi insisal sedalam 1.8 mm (tegak lurus terhadap
sumbu panjang gigi) dengan bur diamond flat ended tapered/bur depth gauge)
Pada gigi posterior: Membuat depth hole sedalam 1 mm pada fossa central, mesial,
dan distal, lalu disambungkan dan diteruskan ke seluruh central groove hingga
menembus mesial & distal marginal ridge serta bukal & lingual developmental
groove → Membuat depth groove sedalam 1 mm pada central groove dan cusp
non-fungsional serta 1.5 mm pada cusp fungsional*)
*cusp fungsional= buccal mandibular, lingual maxillary

2. Pengurangan insisal/oklusal
Pada gigi anterior: Mengurangi tepi insisal (incisal edge) sebanyak 2 mm
dengan bur diamond flat-ended tapered biru/hijau/hitam, untuk menyediakan
ruangan bagi bahan dengan ketebalan yang cukup agar dapat memberi
translusensi sehingga lebih estetik
Pada gigi posterior: Mengurangi permukaan oklusal sebanyak 1.2-1.5 mm pada
central groove dan cusp non-fungsional serta 1.7-2 mm pada cusp fungsional (<2
mm namun tetap memberikan ruang untuk ketebalan bahan porcelain yang cukup)
dengan bur diamond flat-ended tapered biru/hijau/hitam → Membuat bevel pada
cusp fungsional sebesar 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi seperti pada
preparasi mahkota logam/cast metal crown namun dengan pengurangan yang
lebih besar)
3. Pengurangan labial/bukal
Pada gigi anterior: Membuat depth groove, Mengurangi permukaan labial
sebanyak 1.2-1.5 mm, membuat akhiran shoulder pada margin servikal dengan
lebar 1 mm menggunakan bur flat ended yang diteruskan ke interproksimal.
Pada gigi posterior: Membuat alignment groove pada permukaan bukal dan
lingual (di tengah, mesial, dan distal line angle), perhatikan ketentuan akhiran
shoulder pada bukal dan chamfer pada lingual) → Mengurangi permukaan bukal
sebanyak 1.5 mm, membuat akhiran shoulder pada margin servikal dengan lebar 1
mm menggunakan bur flat ended yang diteruskan ke interproksimal, dengan
dinding sejajar sumbu panjang gigi dan konvergen mengerucut 6° ke arah oklusal
4. Pengurangan lingual dan proksimal
Pada gigi anterior: Mengurangi permukaan lingual area cingulum, membuat
akhiran chamfer pada margin servikal dengan lebar 0.5 mm menggunakan bur
round ended/torpedo yang diteruskan ke interproksimal, dengan dinding
proksimal sejajar sumbu panjang gigi dan konvergen mengerucut 6° ke arah
oklusal → Membuat 1 buah depth groove pada tengah permukaan lingual →
Mengurangi permukaan lingual di atas cingulum sebanyak 1 mm menggunakan
bur football/flame shaped/wheel → Mengurangi permukaan proksimal dengan bur
diamond long needle tapered hijau hingga titik kontak dengan gigi tetangga
terbebas.

Pada gigi posterior: Mengurangi permukaan lingual sebanyak 0.6 mm, membuat
akhiran chamfer pada margin servikal dengan lebar 0.5 mm menggunakan bur
round ended/torpedo yang diteruskan ke interproksimal, dengan dinding lingual
maupun proksimal sejajar sumbu panjang gigi dan konvergen mengerucut 6° ke
arah oklusal (tepi preparasi aksial blending dengan bevel cusp permukaan
oklusal). Mengurangi permukaan proksimal dengan bur diamond long needle
tapered hijau hingga titik kontak dengan gigi tetangga terbebas.
Catatan:
● Bila akan membuat akhiran di subgingiva, buat akhiran 0.5 mm ke apikal dari
tepi gingiva bebas
● Ketika menghilangkan kontak proksimal, harus dilakukan perlahan agar tidak
mengenai gigi tetangga, dapat menggunakan bur needle/thinner tapered
● Transisi akhiran chamfer dengan akhiran shoulder dari bukal harus smooth
5. Finishing
● Membentuk akhiran shoulder dengan besar sudut cavosurface 90°
● Membulatkan seluruh internal line angle
● Menghaluskan preparasi dengan bur fine hingga diperoleh satin finish
● Memeriksa hasil preparasi dengan probe/eksplorer
● Membersihkan sisa debris dengan melakukan irigasi
PR DISKUSI
1. Tujuan setiap pemeriksaan dan hubungannya dengan pembuatan bridge?

Pemeriksaan intraoral
● Memeriksa keadaan gingiva, ada/tidaknya pocket, mobility, kontak prematur →
memberikan perawatan khusus agar didapatkan gigi penyangga yang potensial
● Memeriksa ridge edentulous apakah lebih dari 1?
● Memeriksa keadaan gigi penyangga apakah ada karies? Jumlah dan lokasi?
Evaluasi retensi plak. → menentukan desain preparasi
● Pemeriksaan TMJ → Sebelum memulai prosedur prostodontik cekat, oklusi
pasien dan TMJ harus dievaluasi untuk menentukan apakah mereka cukup sehat
untuk memungkinkan pembuatan restorasi. Jika oklusi dan TMJ dalam batas
normal, maka perawatan harus dirancang untuk mempertahankan hubungan
tersebut. Namun, jika oklusi atau salah satu atau kedua TMJ disfungsional dalam
beberapa cara, penilaian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah
disfungsi dapat diperbaiki sebelum penempatan restorasi atau jika restorasi tidak
boleh ditempatkan.

2. Pemeriksaan kesejajaran linggir pada bidang horizontal?

RELASI RIDGE POSTERIOR TRANSVERSAL


Merupakan kedudukan prosesus alveolaris rahang atas dan rahang bawah dilihat dalam arah
transversal. Pengukuran dilakukan pada regio molar dan rahang pasien berada dalam keadaan
posisi istirahat (rest position). Sudut diukur antara garis inter alveolaris dengan bidang
horisontal.
1. ≥ 80 : hubungan kelas III
2. ≤ 80 : hubungan kelas II
Hubungan horisontal rahang atas dan bawah
Cara pemeriksaan: Pasien dalam kondisi istirahat, dilihat puncak RA dan
RB baik anterior maupun posterior. Hubungan horizontal rahang atas dan rahang
bawah diklasifikasikan mengikuti klasifikasi Angle:
klasifikasi Kelas I, menggambarkan hubungan segmen anterior rahang
bawah tepat dibawah atau sedikit ke posterior dari segmen anterior linggir
rahang atas
Kelas II, menggambarkan kondisi mandibula retrognatik dimana segmen
anterior rahang bawah terletak lebih ke posterior dari rahang atas
Kelas III, menggambarkan segmen anterior mandibula terletak lebih ke
anterior dari segmen anterior rahang atas.
Hubungan ini akan memberikan pedoman pada penyusunan gigi dengan
tidak mengganggu estetik dan fungsinya.

3. Fungsi sendok cetak dan sendok cetak ideal terbuat dari bahan apa?

Fungsi : Untuk menempatkan bahan cetak serta memungkinkan operator untuk memasukkannya
ke dalam mulut pasien.

Pemilihan sendok cetak (Hal. 382)

Pemilihan bahan cetak mempengaruhi pemilihan sendok cetak yang akan digunakan.
Hidrokoloid reversibel memerlukan sendok cetak berpendingin air khusus, sedangkan
hidrokoloid ireversibel dan beberapa cetakan elastomer dibuat dengan sendok cetak prefabrikasi.
Untuk mengurangi distorsi yang berkaitan dengan penggunaan sendok cetak, sendok cetak harus
memiliki kekakuan yang memadai, dan desain sendok cetak harus menyediakan kontrol terhadap
ketebalan bahan cetak. Retensi disediakan oleh perforasi, rim locks, adhesif, atau kombinasinya.
Sendok cetak khusus dibuat untuk setiap pasien secara individual menggunakan model
diagnostik dan memberikan sejumlah keunggulan dibandingkan sendok cetak prefabrikasi.

Klasifikasi :
1. Stock tray / Prefabricated tray
Merupakan sendok cetak dengan berbagai ukuran dan bentuk yang dapat terbuat dari
plastik atau logam digunakan untuk membuat primary impression.
- Membulat →pasien tidak bergigi
- Bersudut → pasien yang masih memiliki gigi
Stock tray tersedia dalam bentuk satu lengkung rahang penuh, menutupi semua gigi
rahang atas atau rahang bawah dalam satu cetakan, dalam bentuk parsial, atau sectional.

2. Special tray
Merupakan sendok cetak khusus yang dirancang untuk satu orang untuk membuat
cetakan akhir. Biasanya terbuat dari akrilik, seperti polimetil metakrilat atau shellac.
4. Cara Wax up ruangan yang terlalu kecil atau terlalu besar?

Lebar mesiodistal pontik (Contemporary fixed prosthodontic hal. 567)

Seringkali, ruang yang tersedia untuk pontik lebih besar atau lebih kecil dari lebar gigi
kontralateral. Hal ini terjadi karena pergerakan gigi yang tidak terkontrol saat gigi yang dicabut
tidak segera diganti.
Jika memungkinkan, perbedaan tersebut harus dikoreksi dengan perawatan ortodontik. Jika
tidak memungkinkan, pembuatan pontik dilakukan dengan memasukkan prinsip-prinsip
persepsi visual ke dalam desain pontik. Dengan cara yang sama bahwa otak dapat keliru dalam
menafsirkan ukuran relatif bentuk atau garis karena interpretasi perspektif yang salah, pontik
dengan ukuran abnormal dapat dirancang untuk memberikan ilusi menjadi ukuran yang lebih
alami.
Lebar gigi anterior biasanya diidentifikasi oleh posisi relatif dari mesiofasial dan distofasial line
angle, dan bentuk keseluruhan dengan pola detail kontur permukaan dan pantulan cahaya antara
line angle tersebut. Fitur gigi kontralateral (Gbr. 20-41) harus diduplikasi setepat mungkin di
pontik, dan perbedaan ruang dapat dikompensasi dengan perubahan bentuk daerah proksimal.
Retainer dan pontik dapat diproporsionalkan untuk meminimalkan perbedaan.
Diskrepansi ruang tidak terlalu menjadi masalah saat gigi posterior diganti (Gbr. 20-42) karena
bagian distalnya biasanya tidak terlihat dari depan. Diskrepansi ini dapat diatasi dengan
menduplikasi separuh bagian mesial gigi yang terlihat dan menyesuaikan ukuran separuh bagian
distal.
Prosedur Waxing Diagnostik (Hal. 203)
Untuk semua rencana perawatan prostodontik, prosedur waxing diagnostik harus dilakukan. Ini
dilakukan untuk membantu menentukan kontur dan oklusi yang optimal dari protesa akhirnya.
Prosedur ini sangat bermanfaat jika skema oklusal atau anterior guidance (incisal) pasien
memerlukan perubahan

Pontik Logam-Keramik (Hal. 568)


Pontik logam-keramik yang dirancang dengan baik memungkinkan untuk menghilangkan plak
dengan mudah dan memiliki kekuatan, ketahanan aus, dan estetika yang baik. Pembuatannya
relatif sederhana jika setidaknya satu retainer juga terbuat dari logam-keramik. Kerangka logam
untuk pontik dan salah satu atau kedua penyangganya kemudian dicor menjadi satu bagian.

Waxing Kontur Anatomi


Untuk kekuatan dan estetika, ketebalan porselen harus dikontrol secara akurat pada restorasi
akhir. Untuk memastikan hal tersebut, pola lilin dibuat untuk kontur anatomi akhir.
Prosedur
1. Buat kontur waxing pada permukaan bagian dalam, proksimal, dan aksial dari gigi
penyangga.
- Cetakan dimodifikasi seperlunya dan aplikasikan lubrikan.
- Buat wax initial coping untuk membentuk permukaan internal.
- Dilanjutkan ke waxing permukaan proksimal, dengan peletakan area kontak
yang benar.
- Waxing permukaan aksial. Overcontouring dekat margin gingiva harus
dihindari.
- Waxing permukaan oklusal dengan teknik penambahan lilin, yang
membuatnya lebih mudah untuk menentukan lokasi terbaik dari cusp dan
kontak oklusal.
- Margin di-reflow, dan pola lilin selesai.
2. Lunakkan lilin inlay, cetak sesuai dengan bentuk pontik yang diinginkan, dan
sesuaikan dengan ridge. Ini adalah titik awal untuk modifikasi selanjutnya. Metode
alternatif adalah membuat cetakan diagnostic waxing atau restorasi sementara. Lilin
cair kemudian dapat dituangkan ke dalamnya untuk membentuk bentuk pontik awal.
3. Pasang pontik ke retainer dan, untuk stabilitas tambahan, hubungkan aspek
servikalnya langsung ke gips dengan lilin lengket. Kemudian wax pontik ke kontur
aksial dan oklusal (atau incisal) yang tepat (Gbr. 20-46).
4. Lengkapi retainer, dan buat kontur proksimal dan permukaan jaringan pontik untuk
kontak jaringan yang diinginkan. Pontik sekarang siap untuk evaluasi sebelum
pemotongan.

Evaluasi. Bentuk pola lilin dievaluasi (Gbr. 20-47), dan setiap kekurangan diperbaiki. Perhatian
khusus diberikan pada konektor, yang harus memiliki bentuk dan ukuran yang benar. Konektor
menyediakan perlekatan kuat untuk pontik sehingga tidak terpisah dari retainer selama prosedur
pemotongan berikutnya.

5. Pembuatan mahkota sementara?

Metode Custom Indirect


Prosedur ini mungkin merupakan prosedur terbaik untuk FDP parsial dan memberikan hasil yang
paling dapat diprediksi dengan risiko paling kecil terhadap kesehatan pasien.
A. Prosedur Klinis
1. Setelah pemilihan warna dan preparasi gigi, ambil sendok cetak untuk cetakan
hidrokoloid ireversibel.
2. Gunakan gingival cord untuk mengekspos margin cavosurface (Gbr. 15-28).

3. Membuat cetakan hidrokoloid ireversibel.


B. Prosedur Laboratorium
1. Tuang quick-setting gips stone atau plaster ke dalam cetakan hidrokoloid
irreversible, dan biarkan selama 8 menit.
2. Lepaskan gips dan rapikan untuk memberikan index yang tepat dengan ESF. ESF
biasanya dibuat dari diagnostic waxing restorasi yang akan digunakan. Periksa
apakah kedua bentuk cocok dan lengkap.

3. Oleskan gips secara merata dengan separating medium secara merata terutama di
area margin cavosurface (Gbr. 15-29). Pengeringan dapat dipercepat dengan aliran
udara yang lembut, jangan meniup secara paksa pada permukaan gips. Ketika gips
benar-benar kering, secara opsional, dapat dilakukan penandaan pada tepi
cavosurface dengan pensil timah lunak sebagai panduan untuk pemangkasan nanti.
Hal ini tidak boleh dilakukan di tempat yang marginnya terlihat karena bekas pensil
sulit dihilangkan dari resin.
4. Campur resin autopolimerisasi (seperti metil metakrilat), dan masukkan ke dalam
spuit polipropilen. Lubang ujung syringe harus berdiameter sekitar 2 sampai 3 mm.
5. Isi ESF dengan syringe, mulai dari satu ujung ruang restorasi dan ke ujung lainnya.
Untuk menghindari terperangkapnya udara, jaga agar ujung syringe tidak terputus
dengan resin. Cetakan tidak boleh terlalu penuh; resin seharusnya hanya mencapai
tingkat gingiva (Gbr. 15-30).

6. Tempatkan TSF ke dalam ESF yang sudah terisi (Gbr. 15-31). Keduanya dapat
disatukan dengan ringan oleh karet gelang. Kemudian, tempatkan ke dalam air
hangat (40 ° C [100 ° F]) dalam bejana bertekanan, setelah itu udara diterapkan
pada sekitar 0,15 MPa (20 pon/inci persegi). Polimerisasi panas telah terbukti dapat
meningkatkan sifat fisik, dan polimerisasi tekanan mengurangi porositas resin.
7. Lepaskan rakitan setelah 5 menit.
8. Pisahkan ESF dari restorasi resin terpolimerisasi, yang biasanya tetap bersentuhan
dengan TSF (Gbr. 15-32). Sebagian besar gips dapat dihilangkan dengan trimmer
dan dengan disk carborundum (Gbr. 15-33). Prosedur ini tidak boleh ditunda karena
margin lebih sulit diidentifikasi akurat setelah trimming dimulai.

9. Hilangkan resin yang berlebih dengan bur trim akrilik dan fine-grit garnet paper
disk.
10. Buat kontur area pontik sesuai dengan desain pontik yang tepat (Gbr. 15-34).
11. Selesaikan restorasi dengan pumice basah, termasuk permukaan gingiva pontik.
12. Periksa dan singkirkan gumpalan resin atau sisa-sisa gips pada permukaan internal
restorasi.
13. Bersihkan restorasi.
14. Evaluasi :
Mahkota sementara harus dievaluasi di mulut pasien untuk kontak proksimal,
kontur, defek permukaan, kecocokan marginal, dan oklusi.
- Kontak proksimal yang kurang, ketidaksempurnaan kontur, atau cacat
permukaan dapat dikoreksi dengan penambahan resin melalui teknik
brush-beads (Gbr. 15-35).

- Kesesuaian marginal yang tidak dapat diterima dapat dikoreksi dengan teknik
indirect-direct jika pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap monomer.
- Jika koreksi oklusal diperlukan, restorasi ditandai dengan articulating paper
dan disesuaikan dengan bur finishing tungsten carbide pada kecepatan tinggi
dengan air-water spray untuk mencegah resin meleleh (Gbr. 15-36). Evakuasi
intraoral yang memadai dan pelindung mata sangat penting.
- Lakukan finishing dengan pumice basah dan pemolesan kering dengan
resin-polishing compound.

Metode Custom Indirect-Direct


Prosedur ini baik digunakan ketika dukungan laboratorium tidak segera tersedia dan chairtime
harus diminimalkan.

A. Prosedur Laboratorium
1. Buat ESF menggunakan bahan termoplastik pada model sebelum di preparasi.

2. Preparasi gigi penyangga pada model. Preparasi diagnostik harus lebih konservatif
daripada preparasi gigi akhir dan harus memiliki margin supragingiva.

3. Periksa apakah ESF dan TSF cocok secara akurat (Gbr. 15-41).

4. Dengan menggunakan spuit, aplikasikan resin ke dalam ESF, kemudian tempatkan ke


model. Setelah terpolimerisasi, pisahkan ESF dari restorasi sementara resin yang telah
terpolimerisasi dan model, kemudian pisahkan restorasi sementara resin dari model.
5. Selesaikan dan bersihkan restorasi sementara yang telah dibentuk sebelumnya untuk
try-in.
B. Prosedur Klinis
1. Preparasi gigi pasien.
2. Lakukan try-in ESF (restorasi sementara) yang telah dibuat sebelumnya (Gbr. 15-43).

➔ Jika tidak sesuai dengan oklusi (tidak dapat ditempatkan sepenuhnya) dan gigi
telah dipreparasi secara akurat, permukaan internal ESF harus dikurangi sampai
oklusi dapat diterima.
➔ Jika gigi membutuhkan lebih banyak pengurangan, maka harus dilakukan dan
ESF kemudian dievaluasi kembali dan disesuaikan. Hal ini merupakan kelemahan
dari prosedur indirect-direct.
3. Langkah berikutnya adalah pelapisan, yang diperlukan untuk menghasilkan adaptasi
internal dan marginal (Gbr. 15-44).
4. Oleskan lapisan vaseline secara merata pada gigi penyangga yang telah dipreparasi,
jaringan gingiva, dan bagian luar ESF.
5. Buat lubang ventilasi dengan bur bundar melalui permukaan oklusal (atau lingual)
setiap retainer.
6. Isi retainer dengan resin, dan setelah kehilangan kilau permukaannya, pasang
restorasi. Tempatkan ujung jari di atas lubang ventilasi untuk mengontrol jumlah resin
berlebih yang di sekitar margin. Ketika resin yang berlebih mulai muncul di sekitar
margin, angkat ujung jari untuk memungkinkan udara yang terperangkap dan sisa
resin yang tersisa keluar. Resin pada permukaan oklusal dapat segera dibersihkan.
7. Ketika tahap rubber dari polimerisasi tercapai (sekitar 2 menit di dalam mulut),
keluarkan restorasi sementara. Apabila terjadi kecacatan dapat dihaluskan selama
prosedur finishing.
8. Tempatkan restorasi sementara dalam air hangat (37° C) untuk mempercepat
polimerisasi.
9. Setelah 3 sampai 5 menit, hilangkan kelebihan resin dengan bur trim akrilik atau
karborundum disk (Gbr. 15-45).

10. Evaluasi :
Periksa marginal fit dan oklusi, finishing, dan polishing kembali bila perlu, kemudian
lakukan penyemenan restorasi (Gbr. 15-47).

Metode Direct
Prosedur
1. Cetak gigi pasien dengan menggunakan putty.
2. Preparasi gigi pasien sesuai syarat preparasi.
3. Kurangi bagian servikal dari cetakan putty untuk memberi ruangan bagi akrilik.
4. Olesi gigi pasien yang telah dipreparasi dengan varnish dan gigi tetangganya dengan
vaselin.
5. Material untuk membuat mahkota sementara disiapkan (Bis-acryl Composite).
6. Cetakan putty diisi bahan mahkota sementara sampai merata, kemudian aplikasikan ke gigi
pasien dengan tekanan yg cukup.
7. Setelah mengeras, cetakan dibuka, dan buang kelebihan bahan dari tepi-tepi mahkotanya.
8. Lakukan penyesuaian mahkota sementara, dengan menandai titik kontak dan margin, lalu
lakukan trimming.
9. Pasangkan mahkota sementara yang telah dirapikan pada gigi yang telah dipreparasi,
kemudian cek oklusinya dengan kertas artikulasi.
10. Setelah sesuai, lakukan finishing dan polishing mahkota sementara.
11. Sementasi mahkota sementara pada gigi penyangga yang telah dipreparasi dengan
menggunakan semen sementara.

6. Tingkat kekasaran bur dan bentuk bentuknya?

Bur diamond memiliki beberapa tingkat kekasaran yang dipengaruhi oleh ukuran partikel
diamond. Peningkatan tekanan menyebabkan partikel ini menekan pada permukaan lebih
dalam, meninggalkan goresan lebih dalam dan mengambil struktur gigi lebih banyak.
Super coarse dan coarse diamond bur biasanya banyak digunakan untuk mengurangi gigi
sedangkan fine dan extra fine diamond bur biasanya digunakan untuk menghaluskan dan
memoles permukaan gigi. Bur diamond juga memiliki variasi yang banyak dalam
berbagai bentuk dan juga ukuran.
7. Cara pemeriksaan kesejajaran dengan surveying?

Evaluasi tahapan preparasi gigi dapat dilakukan dengan melihat secara direct atau
indirect dengan menggunakan kaca mulut. Kesejajaran dari beberapa gigi abutment dapat
menjadi masalah, dan penggunaan kaca mulut membantu meng superimpose gambaran
dari abutment yang bersebelahan. Untuk mengevaluasi preparasi yang kompleks, dokter
gigi harus membuat cetakan alginat dan dicor dengan fast-setting stone. Dental surveyor
kemudian dapat digunakan untuk mengukur secara tepat inklinasi aksial dari preparasi
gigi.
8. Gambar-gambar desain PFM?
9. Kenapa gigi yang sudah dirawat endo/sudah diprep, dipreparasi duluan?

Pemeriksaan pada gigi yang direncanakan untuk dijadikan penyangga dilakukan untuk
melihat: Karies/kerusakan sampai dimana, perforasi ruang pulpa pada tambalan yang
besar, berapa banyak jaringan yang masih sehat, perlukah dibuat inti untuk mengganti
struktur gigi yang hilang
10. Bahan cetak untuk bite regist (jenis bahan, kelebihan dan kekurangan)?

Bahan kelebihan Kekurangan

Plaster of paris ● Akurat ● Sulit manipulasi


● Rigid setelah set
● Distorsi minimal

Bite registration wax ● Mudah dimanipulasi ● Dimensi yang


kurang akurat -
koefisien ekspansi
termal tinggi
● Rentan terdistorsi
saat pengiriman
● resistance to closure

ZnOE ● Akurat ● Setting time lama


● minimal resistance to ● Mudah pecah dan
closure tidak dapat
digunakan kembali

Polyvinyl siloxane ● Akurasi tinggi ● Manipulasi bahan


● Stabil cair (Perlu di mix
● minimal resistance to dengan dua bahan)
closure
● Fleksibel (lentur)

Green stick compound ● Rigid ● Dimensi tidak stabil


● Sulit manipulasi
● Tidak dapat
melewati undercut

Resin akrilik ● Rigid setelah set ● Sifat rigid bahan


● Akurasi yang baik dapat mengikis
model kerja
● Dimensi yang
kurang akurat
karena
polymerization
shrinkage yang
berkelanjutan
11. Bahan semen sementara ?

Menggunakan zinc oxide eugenol / fletcher semen


- Semen sementara: Fletcher semen (Martanto pg 283)
- Keuntungan fletcher: low compressive strength, mudah lepas jika jembatan ditarik, sisa
semen mudah dihilangkan, tidak merusak atau polimerisasi lapisan akrilik
- Syarat: menutup pinggiran servikal supaya tidak bocor (seal), bersifat antiseptif dan
sedative (kurangin sakit), memungkinkan pelepasan tanpa trauma
- Control 5-7 hari kemudian

Sementasi sementara
Sifat Ideal
Karakteristik yang diinginkan dari agen luting interim adalah sebagai berikut:
• Seal yang baik terhadap kebocoran cairan mulut atau saliva
• Kekuatan yang konsisten saat dilakukan pelepasan
• Kelarutan rendah
• Kompatibilitas kimia dengan polimer mahkota sementara
• Kenyamanan saat dispensing dan mixing
• Kemudahan menghilangkan kelebihan
• Waktu kerja yang memadai dan waktu pengaturan yang singkat

● Semen zinc fosfat, zinc polikarboksilat, dan glass ionomer tidak direkomendasikan
karena kekuatannya yang relatif tinggi membuat pelepasan sulit dilakukan. Penggunaan
semen berkekuatan tinggi sering kali merusak restorasi atau saat dilakukan pelepasan dan
dapat mempersulit penempatan restorasi definitif.
● Semen zinc oksida-eugenol (ZOE)
→ Semen ZOE yang lebih lemah memudahkan pelepasan, memungkinkan restorasi
untuk digunakan kembali saat layanan tambahan diperlukan.
→ Dapat dicampur dengan sedikit petrolatum untuk mengurangi kekuatan semen lebih
dari setengahnya, namun hanya untuk diterapkan pada margin restorasi untuk
menutupnya dan memungkinkan pelepasan berikutnya tanpa kesulitan.
12. Cutback technique untuk coping?

Procedure care melakukan cut back: Design


1. Jangan letakkan connector di persimpangan antara logam dan porselen kerana
akan akumulasi plak dapat menyebabkan karies pada gigi yang berdekatan. Untuk
penampilan yang bagus, lebih mudah dibersihkan, kontak proksimal dirancang
untuk menjadi dalam porselen. Namun, pada beberapa gigi posterior, di mana
daerah interproksimal tidak dapat dengan mudah dilihat, persiapan yang lebih
konservatif dimungkinkan, dengan kontak seluruhnya terbuat dari logam
2. Setelah luas area pemotongan telah ditentukan, gunakan instrumen tajam (mis.,
explorer atau pisau bedah) untuk menandai garis yang menggambarkan
antarmuka porselen-logam.
3. Debukan pola dengan lilin bubuk, dan tutup artikulator untuk menentukan lokasi
centric kontak.
4. Periksa desain untuk memverifikasi bahwa yang diusulkan persimpangan cukup
jauh dari kontak (1,5 mm) untuk mencegah distorsi logam dan fraktur porselen.

Pattern

5. Memodifikasi hand-instrumen dengan disk pemisah untuk berfungsi sebagai


instrumen pengurangan Ujung tombak harus menyerupai ujung pahat lurus. Harus
ada flat berhenti tepat 1 mm dari ujung tombak
6. Buat potongan mendalam di sekitar pinggiran luas potong yang tegak lurus
permukaan dari pola lilin. Tergantung pada ukuran area pemotongan, satu atau
lebih vertikal dan horizontal pemotongan juga dapat dilakukan.
7. Hapus pulau-pulau di antara dengan pisau bedah atau alat ukir lainnya.
Finishing
8. Setelah reduksi, menghaluskan permukaan pelapis lilin. Ini memastikan desain
yang bulat dan meminimalkan waktu dihabiskan untuk finishing logam. Sudut
tajam pada tegangan konsentrat permukaan pelapisan, yang mungkin
menyebabkan fraktur restorasi Smoothing adalah jauh lebih mudah di lilin
daripada di logam, meskipun ini awalnya tidak selalu dihargai
9. Selesaikan Antarmuka porselen-logam hingga 90 derajat (butt-join). Mengalir
kembali margin pada dasarnya sama dengan konvensional pola lilin.
10. Pasang kembali collar (dilenyapkan selama reflowing) segera sebelum
berinvestasi. Buat itu sedikit lebih tebal (sekitar 0,5 mm) untuk memastikan
pengecoran lengkap yang tidak terdistorsi. Saat waxing untuk margin labial
porselen teknik, beberapa teknisi lebih suka melapisi kerah dan memotong
logamnya; yang lain wax ke bentuk tanpa kerah, tapi hati-hati kemudian harus
dilakukan untuk menghindari distorsi pola rapuh.
13. Cari gambar compound bridge

Rosentel Contemporary Fixed Prosthodontics page82

14. Tabel perbedaan prinsip pontik conical, sanitary, modified sanitary

Jenis pontik Conical Sanitary Modified Sanitary

Bentuk linggir Lancip (linggir lebar : Lebar


retensi dan akumulasi
plak)

Bentuk servikal Rounded Convex secara Concave secara


mesiodistal dan mesiodistal
fasiolingual

Jarak Besar (>3 mm) <3 mm


Okluso-gingival

Rekomendasi Posterior tanpa Posterior RB Posterior RB


Penempatan memperhatikan
estetik

15. Kontrol dan kegagalan jembatan?

Kontrol

● Dilakukan 7-10 hari setelah sementasi bridge

● Cek jaringan sekitar pasien (ulcer/ blanching)

● Cek keluhan (timbul rasa sakit akibat dingin, manis, tidak nyaman)

● Cek kondisi mahkota, kontak oklusal (articulating paper), jaringan sekitar (pemeriksaan +

radiologi), pinggiran retainer, sela gusi (sisa semen)

● OHI:

- Kontrol plak dan teknik sikat gigi

- Penggunaan dental floss

Cara: Jika pontik dirancang dengan benar, floss dapat dilewatkan melalui ruang

embrasure di setiap sisi dan dapat ditarik dengan kuat ke permukaan jaringan

pontik yang cembung.

- Instruksi pasien: jangan makan yang keras pada daerah jembatan

● Recall visit: 6 bulan sekali


1) History and General Examination

2) Oral Hygiene dan Diet

3) Karies
4) Penyakit Periodontal

5) Occlusal Dysfunction

Pasien ditanya tentang kebiasaan berbahaya seperti bruxism. Pemeriksaan permukaan

oklusal dapat menunjukan aspek keausan gigi yang abnormal.

6) Kesehatan Pulpa dan Periapikal

Nyeri selama bulan-bulan sebelumnya ini bisa menunjukkan hilangnya vitalitas

penyangga gigi dan harus diperiksa. Gigi dengan restorasi cekat harus ditinjau secara

radiografi setiap beberapa tahun.


Emergency Appointment

1) Rasa sakit

Pasien yang mengeluhkan rasa sakit harus ditanyakan mengenai lokasi, keparahan,

waktu, onset, dan faktor yang memperingan dari rasa sakit tersebut. Pasien dengan gigi

yang telah dirawat endodontik memiliki kemungkinan mengalami fraktur akar.

Pemeriksaan fraktur pada gigi dapat dilakukan dengan tes gigit. Adanya rasa sakit setelah

menggigit dapat mengindikasikan adanya fraktur.

2) Loose Abutment Retainer

Kelonggaran retainer mengindikasikan preparasi gigi yang tidak memadai, teknik

sementasi yang buruk ataupun karies.

3) Fractured Connector

Konektor yang dibuat dengan tidak baik dapat fraktur akibat beban fungsional.

4) Fractured Porcelain Veneer

Kegagalan dalam restorasi metal-ceramic biasanya berhubungan dengan kesalahan dalam

desain, prosedur lab, beban oklusal berlebih, ataupun trauma.

Anda mungkin juga menyukai