merupakan
hal
pertama
yang
harus
ditanyakan
sebelum
anamnesa
: Syafania Alitya P.
pasien,
atau
: Muhammad Ali
model
memiliki
peran
penting
dalam
menentukan
rencana
Analisis
I. A
Analisa Umum
Riwayat Penderita
membantu
untuk
Kebangsaan/Suku
: Indonesia/Jawa
Ada beberapa suku bangsa atau ras yang memiliki ciri-ciri
spesifik yang masih tergolong normal dan berbeda satu sama
lain. Contohnya, pada suku Jawa yang termasuk ras Mongoloid.
Ukuran gigi dan lengkung rahang ras Mongoloid lebih besar dan
panjang daripada ras Kaukasoid. Sedangkan tinggi palatum ras
pengetahuan
yang
lebih
banyak
untuk
pernah
diderita
pasien
itu
berpengaruh
dengan
Kelainan Endokrin
: taa
Kelainan endokrin pada kelenjar tiroid, paratiroid, adrenal,
dan pituitari memiliki manifestasi di rongga mulut terutama pada
ukuran rahang, gigi, lidah, bibir, tonsil maupun tulang rahang
pasien.
Contohnya
pada
kelainan
hiperpituitarisme
seperti
parah.
Contoh
lain
adalah
adanya
kelainan
seperti
Operasi
: taa
Dikaitkan dengan adanya tindakan operasi yang mungkin
dapat menjadi penyebab maloklusi pasien, misalnya operasi
yang melibatkan daerah dento-facial, dan juga adanya trauma
pada daerah tersebut yang menyebabkan harus dilakukannya
suatu tindakan operasi.
Tonsil
: taa
Ini berhubungan dengan rencana perawatan, karena jika
ada kelainan pada tonsil terutama yang serius, maka lebih baik
dikonsultasikan dengan dokter THT sebelum pemasangan alat.
Jika tonsil mengalami peradangan, terutama tonsil palatina
mengalami peradangan, maka dapat menyebabkan kesulitan
dalam penelanan.
Ciri Keluarga
Berkaitan
dengan
: taa
genetik. Biasanya
operator
dapat
Analisa Lokal
Ektra Oral
Tipe Profil
: Cembung
Pada pasien, garis imajiner yang dihubungkan dari glabela,
lip countour dan symphisis membentuk tipe profil cembung atau
bisa disebut juga tipe skeletal Klas II. Tipe skeletal berhubungan
disebabkan
karena
proinklinasi
gigi
(contoh:
pada
Hal
ini
akan
menyebabkan
perawatan
untuk
Tipe Wajah
Pendek dan Lebar
Ovoid
Sempit
Tipe Lengkung
Rahang
Lebar
Parabola
Panjang
Fonetik
: taa
Berhubungan
dengan
adanya
maloklusi
yang
perawatan
pada
pasien,
sebelum
dilakukan
adalah
menghilangkan
atau
mengurangi
tidak
memperhatikan
kebiasaan
buruk
pasien
cenderung
Intra Oral
Jaringan mukosa mulut : Peradangan di gingiva gigi 84, 85 dan
42
Jaringan mukosa mulut yang mengalami inflamasi biasanya
mengindikasikan adanya oral hygiene yang kurang baik, dan
harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum dilakukan perawatan.
Tetapi pada pasien, gingiva gigi 84 dan 85 berwarna kemerahan
dan mengalami peradangan karena ada gigi 44 yang akan
erupsi. Gigi 44 akan erupsi pada usia 10-12 tahun sedangkan
pasien saat ini berusia hampir 10 tahun. Sedangkan pada gigi 42
keradangan mungkin disebabkan karena banyaknya gigi yang
berjejal di sana (gigi 83,84,42) sehingga dapat terjadi food
impaction yang sulit dibersihkan dengan menggosok gigi.
Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan menginduksi
respon inflamasi gingiva.
Lidah
: Normal
Ukuran, posisi istirahat dan fungsi lidah sangat berperan
terjadi
overbite
yang
tidak
total
karena
ada
Palatum
: Normal
Palatum yang tinggi biasanya berkaitan dengan kebiasaan
bernapas melalui mulut dan adanya pertumbuhan ke arah lateral
yang tidak sempurna. Adanya palatum yang tinggi menjadi
sebuah pertimbangan karena dalam pembuatan model studi
dikhawatirkan tidak tercetaknya keseluruhan bagian anatomi
palatum seperti rugae palatina dan raphe palatina.
Kebersihan Mulut
: Baik
Dilihat dengan menggunakan oral hygiene index (OHI). Cara
menghitungnya adalah rongga mulut dibagi menjadi 6 sextan (3
di RA dan 3 di RB) kemudian dipilih 1 gigi untuk dihitung skornya.
Skor
Kriteria
Cara
menghitung OHI adalah dengan menjumlahkan skor dari gigi yang telah
diperiksa kemudian dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Interpretasi
hasil OHI adalah:
Baik
: 0,0-1,2
Sedang
Buruk
: 1.3-3,0
: 3,1-6,0
Frekuensi Karies
: Sangat Tinggi
Dapat dihitung dengan menggunakan indeks DMF-T pada pasien
dengan gigi permanen dan def-t pada pasien dengan gigi sulung.
D/d untuk gigi karies, M/e untuk gigi yang hilang sedangkan F/f
untuk gigi yang ditumpat. Pada pasien, kami mendapatkan ada
11 gigi yang karies (d=12), 1 gigi yang hilang karena karies
(e=1) dan tidak ada gigi yang pernah ditumpat (f=0). Kemudian
hasil dari d+e+f adalah 13 dan dibagi dengan jumlah orang yang
diperiksa yaitu 1 sehingga 13/1 =13.
Kategori DMF-T menurut WHO :
0,0 1,1
= sangat rendah
1,2 2,6
= rendah
2,7 4,4
= sedang
4,5 6,5
= tinggi
> 6,6
= sangat tinggi
Pasien memiliki frekuensi karies yang sangat tinggi.
Pemeriksaan Roentgenogram
Untuk mengetahui adanya
gigi
yang
impaksi,
agenisi,
Analisa Fungsional
Freeway space
: 3 mm
Merupakan jarak interoklusal antara mandibula dalam posisi
oklusi sentris dengan mandibula dalam posisi relaksasi. Cara
menghitung jaraknya adalah dengan mengurangi jarak ketika
mandibula posisi istirahat dengan jarak ketika mandibula sedang
dalam posisi oklusi sentris. Nilai normalnya adalah 2-3 mm.
Freeway space perlu diketahui untuk digunakan sebagai panduan
untuk pemberian peninggian gigit di posterior sehubungan
dengan adanya crossbite anterior. Apabila nilainya lebih besar
daripada overbite maka tidak perlu diberi peninggian gigit
posterior. Sedangkan bila nilainya lebih kecil daripada overbite
maka perlu diberi peninggian gigit posterior untuk mencegah
terjadinya blocking gigi anterior.
Path of closure
: Normal
Dilihat untuk mengetahui ada/tidaknya
displacement
atau
Sendi Temporomandibular
: Normal
Untuk mengetahui adanya kelainan pada hubungan persendian
tulang condylus mandibula dengan fossa glenoid. Jika ada
kelainan maka akan terdengar atau terasa ada suara kliking dan
krepitasi ketika dilakukan perabaan (palpasi) pada bagian depan
meatus akustikus ekternus. Tidak ada kelainan pada sendi TMJ
pasien. Adanya kelainan pada TMJ juga dapat disebabkan oleh
adanya suatu kondisi kebiasaan mengunyah pada satu sisi
sehingga kerja TMJ tidak seimbang, dan akhirnya terjadi kelainan
seperti krepitasi maupun kliking.
Pola Atrisi
: Normal
Dikatakan tidak normal jika terdapat adanya gigi permanen yang
atrisi pada fase gigi geligi pergantian.
I. D
Analisa Model
Bentuk Lengkung Gigi : Normal
Biasanya berhubungan dengan tipe kepala dan tipe wajah.
Jumlah lebar 4 Insisivus RA
: 31 mm
Lebar mesiodistal dari 4 Insisivus dihitung satu per satu dengan
menggunakan jangka. Jika jumlahnya adalah x, maka:
x < 28 mm
= Mikrodonsia
28 mm x 36 mm = Normal
x > 36 mm
= Makrodonsia
Jumlah lebar 4 insisivus RA pasien adalah 31 mm dan tergolong
normal.
Diskrepansi Model
Tempat yang tersedia
Penghitungan tempat yang tersedia adalah dengan mengukur
panjang lengkung rahang dengan menggunakan wire. Wire
diletakkan di fissure gigi yang berada di mesial M1 permanen,
kemudian ke insisal edge dan diteruskan sampai mesial M1
permanen di sisi sebelahnya. Besar tempat yang tersedia
dapat
mm.
Tempat
menggunakan rumus:
yang
dibutuhkan
dihitung
dengan
Hasil
Untuk mengetahui diskrepansi model, dapat menggunakan
rumus:
Besar tempat yang tersedia besar tempat yang
dibutuhkan
Sehingga didapatkan hasil:
RA = 72 mm 77, 18 mm = - 5,18 mm
RB = 60 mm 66,94 mm = - 6,94 mm
Berarti untuk dapat mendapatkan pertumbuhan gigi yang
ideal, pasien memiliki kekurangan tempat sebesar 5,18 mm
untuk RA dan 6,94 mm untuk RB.
Kurva Spee
Karena pasien masih berada dalam fase gigi geligi pergantian,
maka kurva spee tidak bisa dihitung. Kurva spee hanya bisa
dihitung ketika seluruh gigi permanen telah erupsi, dan diukur
mulai dari insisal edge RB ke caninus, kemudian ke bukal cusp
premolar dan molar.
Diastema
Pergeseran gigi-gigi
Diukur dengan menggunakan simetroskop yang diletakkan di
: taa
atas gigi senama. Kemudian pada gigi senama itu dilihat yang
yang aktif.
Supra Posisi
: taa
Infra Posisi : taa
Retrusi Anterior
overbite.
Jarak Gigit
Merupakan jarak horisontal antara insisal edge insisivus RA
dan RB dan disebut overjet. Nilai normal overjet adalah 2-4
mm, dan overjet pasien adalah 3 mm. Besar overjet pasien
tergolong normal.
II.
gigi 22 dan 12 sehingga terjadi rotasi eksentris pada sisi mesial dan
distal. Gigi 83 juga terdorong ke labial kemungkinan karena erupsi gigi 42
yang kekurangan tempat karena sudah ditempati oleh gigi 41 dan 31.
III.
Diagnosis
Klasifikasi maloklusi menurut Angle adalah Klas I dengan gigi anterior
berdesakan, pergeseran garis median 2 mm ke kanan, tumpatan gigit
bertambah dan gigi 75 tanggal prematur.
IV.
Ringkasan
1. Diagnosa
Macam Perawatan
Ekstraksi Seri
: Gigi 63, 53, 83, 73
Alasan dilakukannya ekstraksi seri adalah untuk memberikan ruang
untuk gigi permanen agar bisa erupsi ke susunan yang baik. Salah satu
tahapan ekstraksi seri adalah dengan mencabut gigi caninus sulung. Pada
pasien kami, terdapat rotasi eksentris pada gigi 12 dan 22, dan
diharapkan pencabutan gigi 63 dan 53 dapat menimbulkan perbaikan
spontan pada gigi tersebut karena posisi apikal gigi masih dalam
lengkung normal. Malposisi pada gigi insisivus lateral tadi juga bisa
mengalami perbaikan spontan ketika kondisi berjejal tidak lebih dari 1/3
lebar unit insisivus di masing-masing kuadran.
Selain itu, pencabutan gigi 63 bertujuan untuk memberikan tempat
erupsi gigi 14 yang sudah berada di dekat tulang alveolar. Gigi susu yang
lebih cepat tanggal (contoh: karena pencabutan) dapat mendorong erupsi
gigi pengganti yang lebih cepat juga. Pencabutan gigi 83 dan 73
bertujuan untuk memberikan tempat pada gigi 43 yang sudah akan erupsi
kira-kira pada usia 9-10 tahun.
Perawatan Pasif
36
Alasan digunakannya SM pada gigi 36 adalah mencegah mesial
drifting gigi 36, yang akibatnya akan merubah relasi M1 permanen yang
netroklusi. Frekuensi karies pasien sangat tinggi tapi OHIs tergolong
rendah. Gigi 35 yang akan menggantikan gigi 75 yang tanggal prematur
telah siap menembus mukosa oral pada usia 11-12 tahun, sehingga
penggunaan SM diharapkan dapat menjaga ruang untuk erupsi gigi 35.