Kartu Status
Dosen Pembimbing :
drg. Diana Wibowo, Sp. Ort
drg. Gusti Muhammad Perdana Putera
ANAMNESA
1. Nama pasien dan jenis kelamin
Dalam pengisian kartu status ortodonsia, operator perlu menanyakan
identitas pasien terutama nama pasien. Nama pasien harus ditulis secara
lengkap agar dapat membedakan pasien tersebut dengan pasien lain yang
memiliki nama depan yang sama atau mirip, sehingga dapat mengurangi
resiko tertukarnya kartu status. Selain itu, fungsi dari penulisan nama ini
adalah agar operator dapat lebih mudah memanggil pasien dan dapat terjalin
keakraban antara pasien dengan operator.
mengetahui jenis kelamin pasien adalah untuk mengetahui perbedaan
pertumbuhan dan perkembangan antara laki-laki dan perempuan. Terdapat
perbedaan waktu, kecepatan, jumlah pertumbuhan dan perkembangan pasien.
Misalnya, ukuran rahang laki-laki lebih besar daripada perempuan. Proses
pertumbuhan dentofasial pada perempuan lebih cepat selesai daripada laki-laki.
Selain itu, proses penulangan dan erupsi gigi lebih awal pada perempuan daripada
laki-laki.
Dari Hubungan segi psikologi perawatan pasien laki-laki dan Wanita memiliki
perbedaan, yiatu:
Pasien wanita lebih sensitive daripada pasien laki-laki oleh karena itu perawatan
harus dilakukan dengan cara yang lebih lembut dibanding pasien laki-laki
Pasien wanita lebih memperhatikan secara detail keteraturan giginya daripada
pasien laki-laki
Pasien wanita biasanya lebih tertib dan lebih telaten daripada pasien laki-laki
dalam melaksanakan insruksi perawatan
2. Pekerjaan Pasien
ekonomi pasien yang dapat berperan dalam keberhasilan perawatan. Selain itu,
seorang guru, biasanya lebih mementingkan estetika dan fungsi bicara selain
fungsi pengunyahan.
3. Tempat, Tanggal Lahir
Operator juga perlu menanyakan nama orang tua pasien. Hal ini bertujuan untuk
Pencatatan suku bangsa diperlukan karena suatu kelompok suku bangsa atau ras
tertentu akan mempunyai ciri-ciri spesifik yang masih termasuk normal untuk
kelompok tersebut (misalnya suku bangsa Negroid sedikit protrusif masih termasuk
normal).
8. Alamat Orang Tua
Keluhan utama pasien biasanya berhubungan dengan estetik seperti susunan gigi
yang kurnag baik dan mengganggu status sosial serta mengganggu sistem
ortodonti.
10. Riwayat Kesehatan Gigi
Untuk mengetahui bahwa pasien pernah atau tidak melakukan perawatan gigi sehingga dapat
diketahui tingkatan kekooperatifan dan kesadaran pasien dalam kesehatan gigi dan mulutnya.
Untuk ilmu ortodontik secara garis besar data atau informasi bisa didapatkan secara langsung
melalui anamnesis seperti melakukan tanya jawab dengan pasien atau orang tua pasien. Juga bisa
didapatkan secara tidak langsung melalui evaluasi rekam medik diagnostik seperti model studi dan
foto rontgen.
11. Riwayat Kesehatan Umum Pasien
Pasien dengan kebiasaan bernafas melalui mulut akan memiliki palatum yang dalam, maksila yang sempit
dan terkadang didapatkan gigitan silang posterior sehingga akan sulit saat dilakukannya pencetakan untuk
Tonus normal: bibir menutup dengan mudah tidak ada kontraksi berlebih.
Hipotonus : keadaan bibir yang pendek sehingga harus berkontraksi jika
akan menutup bibir
Hipertonus : keadaan bibir yang panjang dimana pada saat menutup tonus
otot berlebih
Pemeriksaan posisi bibir pada waktu istirahat (rest position) : terbuka /
menutup
Bibir kompeten:
Bibir cukup panjang untuk dapat mencapai kontak bibir atas tanpa
kontraksi otot pada saat mandibula dalam keadaan istirahat
Bibir tidak kompeten
Bila diperlukan kontraksi otot untuk mencapai kontak bibir atas dan
bawah pada saat mandibula dalam keadaan istirahat.
Secara anatomis bibir pendek dengan adanya celah yang lebar
antara bibir atas dan bawah pada posisi istirahat.
PEMERIKSAAN KLINIS
A. Intra Oral
1. Mukosa Mulut
Apa saja yang diperiksa pada mukosa mulut?
Ada atau tidaknya iritasi, ulcer, dll
Penundaan perawatan jika terdapat perdangaan atau sariawwan
Tidak ada check biting ( apabila ada diduga pasien suka menggigit
bagian pipi sehingga akan berdampak pada plat orthodonyic yang
menjadi longgar).
Mengecek mukosa apakah terdapat inflamasi dan hipertropoi yang
menunjukkan OH buruk.
2. Lidah
Gambaran umum lidah :
Lidah adalah organ yang sebagian besarnya terdiri
dari otot dan dilapisi oleh jaringan lembap berwarna
merah muda yang disebut dengan mukosa. Di
permukaan lidah, terdapat struktur yang berbentuk
seperti rambut-rambut halus bernama papila. Papila
inilah yang membuat lidah terasa sedikit kasar saat
disentuh.
Apa saja yang diperiksa pada lidah?
1. Warna lidah
Perubahan warna pada lidah menandakan adanya ketidakseimbangan
didalam tubuh, perubahan warna lidah diantaranya seperti:
Lidah merah menunjukkan terlalu banyak hawa panas di dalam tubuh.
Semakin merah warna lidah, maka tubuh semakin panas dan semakin parah
penyakit.
Lidah pucat menunjukkan kurangnya darah atau tubuh yang dingin. Semakin
pucat lidah, maka semakin dingin tubuh atau semakin kurangnya darah di
dalam tubuh seperti kelemahan, anemia, dll.
Lidah berwarna ungu menunjukkan adanya hambatan di suatu tempat atau
mungkin lebih dari satu tempat di dalam tubuh
2. Bentuk dan Ukuran Lidah
Makroglosia : ukuran lidah besar dibandingkan ukuran lengkung gigi rahang
bawah, tampilan klinis creanated tongue, rahang bawah multiple diastem, crossbite.
Sehingga menyebabkan relaps dalam perawatan ortho dan plat ortho tidak stabil
Mikroglosia : ukuran lidah lebih kecil, posisi lidah lebih ke posterior, maksila
kurang berkembang
Lidah bengkak menunjukkan bahwa transportasi cairan tubuh tidak bergerak
dengan lancar. Melihat hal ini pada orang dengan masalah pencernaan. Jika lidah
bengkak dan berwarna ungu, masalah lebih banyak berhubungan dengan sirkulasi
darah
Lidah pendek dan sangat tipis dapat menunjukkan kekeringan atau kekurangan
cairan di dalam tubuh. Seringkali ketika seorang wanita mengalami menopause,
lidahnya menjadi lebih kering serta berwarna lebih merah
3. Palatum
Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kurang ke lateral
(kontraksi) biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang
pertumbuhan berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum rendah
lebar. Jika ada kelainan lainnya seperti adanya peradangan, tumor, torus,
palatoschisis.
Palatal tinggi adalah ciri utama dari penyempitan apical tulang alveolar
maksila, yang sering terjadi pada kasus mouth-breathing kronis, rakhitis,
dan pada jenis sucking habits
Pemeriksaan menggunakan dental mirror
a. Dalam : apabila dental mirror ukuran 4, >1/2 tidak terlihat
b. Sedang : apabila dental mirror ukuran 4, ½ terlihat
c. Dangkal : apabila dental mirror ukuran 4, >1/2 terlihat
4. Tonsil
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati warna, permukaan, serta ukuran tonsil.
Hiperemis biasanya terjadi pada peradangan tonsil seperti tonsilitis yang dapat disebabkan
oleh adanya infeksi virus maupun bakteri
Tonsilitis merupakan gangguan utama yang sering menyerang tonsil dan secara umum
terbagi atas tonsilitis akut dan kronik
Berdasarkan ukuran dibedakan menjadi
a) T0 : tonsil yang sudah diangkat total lewat operasi
b) T2 : tonsil yang membesar mencapai pilar tonsil
c) T1 : tonsil yang normal, tersembunyi di balik pilar tonsil
d) T3 : tonsil yang membesar melebihi pilar tonsil
e) T4 : tonsil yang membesar hingga melewati batas tengah (uvula)
Pemeriksaan Klinis Intra Oral
Fase Gigi Geligi sangat menentukan rencana perawatan orthodonti baik itu masa, sehingga diperlukan modifikasi perawatan orthodonti. growth sprut/masa mixed dentition
Fase gigi geligi Sulung / Bercampur / Tetap
● Impaksi : gigi erupsi sebagian atau tidak dapat erupsi karena terhalang tulang dan jaringan lunak di
sekitarnya
untuk melihat kelainan rongga mulut secara keseluruhan atau adanya kelainan atau penyakit sistemik. Pada
foto ini juga dapat dilihat ukuran dan bentuk condylus. pada foto panoramik, gambaran gigi geligi beserta
jaringan periodontal, struktur tulang rahang dan sendi TMJ dapat dilihat dalam satu film. Oleh karena itu foto
dilakukan jika dibutuhkan penilaian maloklusi hubungannya dengan struktur tulang tengkorak.
ANALISA
FUNGSIONAL
FREE WAY SPACE
● Penderita didudukkan dalam posisi istirahat ( rest position ), kemudian ditarik garis yang
menghubungkan antara titik di ujung hidung dan ujung dagu (paling anterior) dan dihitung berapa
jaraknya.
● Penderita dalam keadaan oklusi sentris , kemudian ditarik garis yang menghubungkan antara titik di
ujung hidung dan ujung dagu (paling anterior) dan dihitung berapa jaraknya.
● Nilai FWS = jarak pada saat posisi istirahat dikurangi jarak pada saat oklusi sentris.
● Ideal path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusi maksimum berupa gerakan engsel sederhana
(Raharjo, 2011)
Cara pengukuran path of closure
1. Penderita didudukkan pada posisi istirahat ( rest position), dilihat posisi garis mediannya.
2. Penderita diinstruksikan untuk oklusi sentris dari posisi istirahat dan dilihat kembali posisi garis mediannya.
Apabila posisi garis median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat
Apabila posisi garis median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris terdapat pergeseran
(Raharjo, 2011)
● Kelainan path of closure:
-Deviasi mandibula
Path of closure berawal dari posisi kebiasaan mandibula akan tetapi ketika gigi mencapai oklusi maksimum
-Displacement mandibula
Path of closure yang berawal dari posisi istirahat, akan tetapi oleh karena adanya halangan oklusal maka
(Raharjo, 2011)
Pemeriksaan TMJ
● Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan metode yang sesuai untuk mengetahui
fungsi dan biologi sendi temporomandibula. MRI dapat memberikan informasi yang jelas
● Keuntungan: tidak menggunakan radiasi ionisasi, tanpa rasa sakit, tanpa distorsi jaringan.
(Raharjo, 2011)
Pemeriksaan Pola Atrisi
● Keparahan atrisi ditentukan berdasarkan beberapa dimensi yang diukur, yaitu adanya bruxism, adanya atrisi,
arah atrisi, bentuk atrisi, lokasi atrisi, dan derajat atrisi. Data tersebut lalu disesuaikan dengan Indeks Atrisi Gigi
(Richards dan Brown) dengan skala sebagai berikut:
● skala 0 jika tidak ada atrisi/keausan dan tidak ada perubahan yang terjadi pada morfologi gigi akibat bruksisma,
● Skala 1 jika keausan kecil,tonjol masih utuh dan perubahan belum terlihat jelas,
● Skala 2 jika keausan terlihat sejajar dengan permukaan oklusal dan melibatkan kurang dari 1/3 dentin dan
sudah terjadi perubahan morfologi
● Skala 3 jika keausan pada tonjol atau groove dan melibatkan dentin lebih 1/3 permukaan, dan perubahan bentuk
sudah terlihat jelas
● Skala 4 jika keausan email sampai dentin sekunder hingga pulpa dan perubahan yang terjadi telah terlihat jelas.
(Asmawati, 2014)
Perlu diperiksa gigi yang ada dan dicatat keadaannya. Pada
fase pergantian geligi, gigi permanen yang tidak ada pada
rongga mulut perlu dilihat pada rontgenogram. Begitu juga
adanya kelebihan dan kelainan lain.
• Oral Hygene
Kebersihan mulut yang terjaga dengan baik merupakan
indicator perhatian pasien terhadap giginya serta diharapkan
kerja sama yang baik antara dokter dan pasien. Perawatan
ortodonti tidak boleh dimulai jika kebersihan mulut
• Karies
Pemeriksaan gigi dengan karies perlu dilakukan karena gigi
yang karies merupakan penyebab utama maloklusi local.
Karies juga merupakan faktor penyebab premature loss
sehingga terjadi pergeseran gigi permanen, erupsi gigi
permanen yang lambat dan lain-lain.
(Raharjo, 2011)
• Tumpatan
(Raharjo, 2011)
● Kehilangan gigi
Jika seseorang kehilangan giginya, baik karena baik
karena dicabut atau tanggal sendiri, hal tersebut akan
mengakibatkan beberapa kondisi yang kurang baik
seperti migrasi dan rotasi, erupsi berlebih dari gigi
antagonis, terganggunya kebersihan mulut, dan
sebagainya. Kehilangan gigi disebabkan oleh gangguan
selama inisiasi dan tahap proliferasi pembentukan gigi.
Gigi juga dapat hilang akibat trauma.
(Raharjo, 2011)
Alasan Erupsi Tertunda:
1. Adanya gigi supernumerary: Ini akan bertindak sebagai gangguan mekanis
terhadap erupsi
2. Kehilangan dini gigi sulung: Menghasilkan pembentukan tulang sklerotik padat di
atas gigi permanen. Ini menunda erupsi gigi permanen.
3. Barier mukosa adalah penyebab umum keterlambatan erupsi. Eksisi barier mukosa
akan mencegah masalah ini.
4. Gangguan endokrin: Hipofungsi endokrin kelenjar, seperti hipotiroidisme,
hipopituitarisme dan hipoparatiroidisme paling sering dikaitkan dengan erupsi
tertunda.
5. Ankilosis gigi sulung menunda erupsi gigi permanen penerus.
6. Banyak kelainan genetik yang berhubungan dengan keterlambatan erupsi gigi
permanen.
(Premkumar, 2015)
Analisis Study
Model
BENTUK LENGKUNG GIGI
● Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola / Setengah elips / Trapeziod /
1. Parabola : Kaki lengkung (dari P1 sampai M2 kanan dan kiri) beberbentuk garis lurus devergen ke posterior
dengan posisi gigi M2 merupakan terusan kaki lengkung, sedangkan puncak lengkung (C – C) berbentuk
garis lengkung (curved).
2. Setengah elips : Kaki lengkung berbentuk garis lengkung konvergen ke posterior ditandai oleh posisi gigi M2
mulai berbelok kearah median line, sedangkan puncak lengkung juga merupakan garis lengkung (curved).
3. Trapezoid : Kaki lengkung merupakan garis lurus devergen ke posterior dan puncak lengkung merupakan
garis datar di anterior dari gigi C – C.
4. U-form : Kaki lengkung merupakan garis lurus sejajar ke posterior, sedangkan puncak lengkung merupakan
garis lengkung.
5. V-form : Puncak lengkung merupakan garis lurus devergen ke posterior, tetapi puncak lengkung
merupakan garis menyudut ke anterior ditandai dengan posisi gigi I2 masih merupakan terusan kaki lengkung
6. Setengah lingkaran : Kaki lengkung dan puncak lengkung merupakan garis lengkung merupakan bagian
dari setengah lingkaran. Ini biasanya dijumpai pada akhir periode gigi desidui sampai awal periode gigi
Median line gigi rahang atas dan rahang bawah : normal / tidak normal, segaris / tidak segaris.
Amati posisi garis tengah gigi rahang atas dan rahang bawah terhadap sutura palatina mediana jika
didapatkan penyimpangan, kearah mana penyimpangannya dan ukur seberapa besar penyimpangan tersebut
Overjet
Penilaian ini untuk semua ggi insisiv yang dinilai dari jarak tumpeng tindiih dalam arah vertical gigi insisiv
atas terhadap panjang mahkota klinis gigi insisiv bawah, dan dinilai berdasarkan besarnya gigitan terbuka.
Skor yang dicatat adalah nilai overbite yang terbesar diantara gigi insisiv.
Analisa Study Model
gigi M2 RB (mesioklusi)
8. Jumlah Lebar 4 incisive RA: … mm: normal/tidak normal
● Ukuran umum incisiv sentral permanen: 8-10 mm
● Ukuran umum incisiv lateral permanen: 6-8 mm
● Versi : mahkota gigi miring ke arah tertentu tetapi akar gigi tidak (misalnya mesioversi, distoversi,
labioversi, linguoversi).
● Infra oklusi: gigi yang tidak mencapai garis oklusal dibandingkan dengan gigi lain dalam lengkung
geligi.
● Supra oklusi : gigi yangmelebihi garis oklusal dibandingkan dengan gigi lain dalam lengkung geligi.
● Rotasi : gigi berputar pada sumbu panjang gigi, bisa sentris atau eksentris.
● Transposisi : dua gigi yang bertukar tempat, misalnya kaninus menempati tempat insisivi lateral dan
insisivi lateral menempati tempat kaninus.
● Ektostema: gigi yang terletak di luar lengkung geligi (misalnya kaninus atas)
Cara penyebutan lain seperti yang dianjurkan Lischer untuk gigi secara individual
adalah sebagai berikut. (Lischer dikutip dari Salman, 1974)
● Protrusi : kelainan kelompok gigi anterior atas yang sudut inklinasinya terhadap garis maksila > 110°
untuk rahang bawah sudutnya > 90° terhadap garis mandibula.
● Retrusi : kelainan kelompok gigi anterior atas yang sudut inklinasinya terhadap garis maksila < 110°,
untuk rahang bawah <90°
● Berdesakan : gigi yang tumpang-tindih
● Diastema : terdapat ruangan di antara dua gigi yang berdekatan
10. Relasi geligi rahang atas terhadap geligi rahang bawah
Diskrepansi pada model adalah perbedaan antara tempat yang tersedia (available space)
dengan tempat yang dibutuhkan (requid space) disebut diskrepansi pada model. Diskrepansi pada
model digunakan untuk menentukan macam perawatan pasien, apakah termasuk perawatan
pencabutan gigi atau tanpa pencabutan gigi.
12. pemeriksaan Sagital – Transversal
a. Metode Pont
Metode pont merupakan sebuah metode untuk menentukan lebar lengkung ideal yang didasarkan pada
lebar mesiodistal mahkota keempat insisif rahang atas.
b. Metode Howes
Metode Howes merupakan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal cukup untuk membuat
gigi geligi pasien. Analisis howes berguna pada saat menentukan rencana perawatan dimana terdapat masalah
kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan apakah akan dilakukan pencabutan gigi, memperluas
lengkung gigi, atau eskpansi palatal.
C. Metode Kesling
○ Metode Kesling adalah suatu cara yang dipakai sebagai pedoman untuk menentukan atau
menyusun suatu lengkung gigi dari model aslinya dengan membelah atau memisahkan
gigi-giginya, kemudian disusun kembai pada daerah asalnya baik mandibula atau maksila
dalam bentuk lengkung yang dikehendaki sesuai posisi aksisnya.
D. Metode Moyers
Metode Moyers adalah metode yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
ukuran kelompok gigi pada satu bagian dengan bagian lainnya. Metode ini juga dilakukan
untuk menganalisis keadaan pada kedua lengkung rahang.
Analisa Etiologi
Kelainan Jumlah Gigi
Salah letak benih gigi adalah kelainan dalam proses tumbuh kembang yang selain menyebabkan
gigi berjejal (croweded,), persistensi (gingsul, gigi susu tidak lepas), bisa juga menyebabkan
impaksi.
Kelainan Patologik
Kelainan patologik seperti pasien yang menderital diabetes mellitus, artritis, dll.
Defek Kogenital
Salah satu kelainan kogenital yang paling sering terjadi adalah cleft palate yang dapat
mengakibatkan gangguan penelanan, pernapasan, perkembangan wajah, dan malposisi gigi
geligi sehingga mengakibatkan maloklusi.
ANALISA ETIOLOGI
MALOKLUSI
● Maloklusi merupakan penyimpangan dari pertumbuhkembangan disebabkan faktor-faktor tertentu.
● Penyebab maloklusi yang spesifik sulit dipastikan, karena sebagian besar merupakan interaksi faktor
genetik dan lingkungan.
1. FAKTOR KETURUNAN
DDM merupakan disproporsi besar gigi dengan lengkung geligi. Faktor utama penyebab DDM adalah faktor
herediter.
o Kebiasaan buruk dapat merubah posisi anatomis gigi sehingga menyebabkan maloklusi.
o Tongue thrust swallowing: menyebabkan protrusi insisive dan open bite anterior.
o Bernafas lewat mulut: maxilla sempit, palatum dalam, dan gigi crowding.
o Menggigit bibir atau kuku: bibir bawah terus menerus terletak di antara gigi insisive
mandibula dan maxilla menyebabkan labioversi insisive maxilla
4. PREMATURE LOSS
Premature loss merupakan suatu keadaan gigi sulung yang tanggal sebelum waktu erupsi gigi
pengganti. Premature loss dapat mempengaruhi panjang lengkung rahang sehingga ruangan
untuk erupsi gigi pengganti tidak akan cukup. Akibat ruangan yang tidak cukup akan berdampak
pada penyimpangan oklusi seperti rotasi, gigi berjejal, mesial drifting yang dikenal sebagai
maloklusi.
5. KELAINAN OTOT MULUT
o Tekanan otot bibir, pipi, dan lidah memberikan pengaruh besar terhadap letak gigi.
o Makroglosia: dapat mengubah keseimbangan tekanan lidah dengan bibir dan pipi
sehinggan insisive labioversi.
o Bibir pada keadaan tertentu menjadi pendek sehingga memberikan tekanan yang lebih
besar dengan akibat insisive tertekan ke arah palatal.
Diagnosis maloklusi
Dalam menentukan diagnosis maloklusi diperlukan pemeriksaan menyeluruh agar didapatkan seluruh data
pasien yang akan dirawat dan seberapa jauh terjadi penyimpangan dari keadaan normal.
Data yang perlu diketahui meliputi keinginan pasien untuk perawatan ortodonti, riwayat kesehatan umum,
riwayat kesehatan gigi, pemeriksaan intraoral dan ekstraoral, hubungan rahang dan gigi geligi dalam tiga
bidang orientasi baik secara langsung maupun tidak langsung (misalnya, dari model studi) serta pemeriksaan
pada jaringan lunak.
Maloklusi kelas I Angle merupakan maloklusi yang paling sering ditemui dengan prevalensi >50%. Terdapat
relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar pertama permanen (netroklusi).
Kelainan yang menyertai dapat berupa, misalnya, gigi berdesakan, gigitan terbuka, protrusi dan lain-lain.
Lengkung rahang bawah paling tidak setengah tonjol (cusp) lebih ke distal daripada lengkung atas dilihat dari
relasi molar pertama permanen (distoklusi).
Insisivi atas protrusi sehingga didapatkan jarak gigit besar, tumpang gigit besar dan kurva spee positif.
Insisivi sentral atas retroklinasi. Insisivi lateral atas proklinasi, tumpang gigit besar (gigitan dalam). Jarak
gigit bisa normal atau sedikit bertambah.
(Rahardjo P, 2016).
2. Ukuran Gigi
(Rahardjo P, 2016
Geminasi
Fusi Dilaserasi
4. Jumlah Gigi
Kelainan jumlah gigi yang berupa kelebihan gigi disebut hiperdontia. Sedangkan untuk kekurangan gigi
disebut hipodontia.
Agenesis berarti benih gigi yang tidak terbentuk. Ada beberapa keadaan mengenai agenesis gigi
permanen, seperti:
1. Anodontia: Semua benih gigi tidak terbentuk.
2. Hipodontia: Agenesis sejumlah gigi.
3. Oligodontia: Agenesis gigi lebih dari empat.
(Rahardjo P, 2016
6. Gigi Sulung Tanggal Prematur
Gigi sulung yang tanggal prematur dapat menimbulkan dampak gigi-gigi sebelahnya bergeser.
7. Gigi Berdesakan
Gigi berdesakan ditandai adanya tumpang tindih (overlapping) gigi-gigi yang berdesakan. Penyebabnya
dapat terjadi karena gigi sulung yang tanggal prematur kemudian gigi yang berdekatan bergeser sehingga
gigi permanen pengganti tidak mendapat tempat (Rahardjo P, 2016).
Rencana Perawatan
Tujuan Perawatan
● Keinginan pasien
● Wajah pasien
● Relasi gigi dan rahang dalam jurusan sagital, transversal, dan horizontak
Prinsip Dasar Perawatan
● Kesehatan mulut
● Pengjangkaran
● Masa retensi
Prinsip Dasar Perawatan
Kesehatan mulut
● Insisivi stabil (di antara lidah, bibir, dan pipi), jika tidak stabil bisa relaps
Prinsip Dasar Perawatan
Pengjangkaran
Pertimbangan penjangkaran:
● Apakah penjangkaran cukup dari gigi yang ada atau perlu penjangkaran dari
tempat lain
Masa retensi
● Mencegah relaps
● Ringan = <4 mm
● Sedang = 4-8 mm
● Parah = >8 mm
Penyediaan ruangan diperoleh dari enamel stripping, ekspansi lengkung gigi, distalisasi
Enamel stripping
● Pengurangan enamel (0, 25 mm) pada tiap sisi distal atau mesial dengan metal
abrasive strip
Ekspansi
Distalisasi molar
● Menambah ruang pada kasus penetapan ruang dengan pencabutan yang belum
premature loss
● Dilakukan dengan peranti lepasan atau headgear (2-3 mm tiap sisi), dan peranti
cekat RA
Memproklinasikan Insisivi
● Tindakan ini dapat dilakukan apabila insisivi terletak retroklinasi dan profil muka yang tidak cembung.
● Bila tindakan ini dilakukan berlebihan dapat menyebabkan profil menjadi lebih cembung dan insisivi
● Pencabutan gigi permanen perlu dilakukan apabila diskrepansi total menunjukkan kekurangan termpat
● Diskrepansi total terdiri atas diskrepansi model, diskrepansi sefalometrik, kedalaman kurva Spee dan
● Mendatarkan kurva Spee yang kedalamannya kurang dari 3 mm diperlukan tempat 1 mm, bila lebih
1. Prognosis gigi, misalnya adanya karies yang besar disertai kelainan patologis pada apikal yang seandainya dirawat prognosis
4. Relasi insisivi
6. Profil pasien apakah pencabutan yang dilakukan dapat menyebabkan perubahan profil pasien, misalnya pasien dengan profil
vang lurus dengan adanya pencabutan dapat menyebabkan profil menjadi cekung
7. Tujuan perawatan apakah perawatan komprehensif ataukah perawatan kompromi atau bahkan hanya perawatan penunjang.
Pertimbangan pemilihan gigi yang akan dicabut:
● Insisivi: gigi ini jarang dipilih karena estetis.Insisivi bawah kadang-kadang dicabut jika peridontalnya tidak
mendukung dan terdapat gigi berdesakan di anterior pada maloklusi kelas I/III
● Premolar pertama: paling sering dicabut untuk perawatan ortodonti bila kekurangan tempat sedang sampai
banyak. Premolar pertama dicabut untuk mengoreksi berdesakan baik di anterior maupun di posterior. Bila
premolar pertama dicabut pada saat kaninus sedang bererupsi biasanya kaninus secara spontan menempati
bekas pencabutan premolar pertama. Sebagian besar ruangan bekas pencabutan premolar pertama dipakai
● Molar pertama: menyediakam ruang yang banyak sehingga dapat mengkoreksi kelainan di anterior
yang parah
● Molar kedua permanen: gigi ini diindikasikan untuk dicabut jika berdesakan diposterior
● Molar ketiga permanen: gigi ini diindikasikan untuk dicabut jika berdesakan diposterior dan tidak
Perawatan untuk memodifikasi pertumbuhan dapat dilakukan pada pasien yang masih dalam masa
pertumbuhan dan memperbaiki relasi rahang. Perawatan ini lebih banyak berhasil untuk mengoreksi kelainan
1. Kasus ringan
2. Kelainan skeletal yang ringan memberikan hasil perawatan yang baik sedangkan kelainan
skeletal yang parah kadang-kadang tidak dapat memberikan hasil yang seperti yang
diharapkan. Biasanya kelainan skeletal dalam jurusan sagital yang memberi hasil yang baik.
● Orthognathic Surgery
Sesuai dengan namanya perawatan ini merupakan gabungan perawatan ortodonti dan pembedahan untuk
menempatkan gigi dan rahang dalam posisi yang normal sehingga menghasilkan estetik wajah yang baik.
● Perawatan komprehensif dimaksudkan untuk mendapatkan hasil estetik dan fungsi yang paling baik
dengan cara menggerakkan gigi dan lengkung geligi dan biasanya menggunakan peranti cekat
● Perawatan penunjang dilakukan untuk menunjang perawatan bidang lain, misalnya bila molar pertama
permanen hilang molar kedua menjadi mesioklinasi. Bila pasien ini memerlukan jembatan maka molar
Tergantung: diagnosis, etiologi, perencanaan perawatan, pemilihan peranti yang digunakan jaringan
• Perawatan umumnya ditujukan pada kelainan letak, jumlah, ukuran, dan bentuk
• Kelainan skeletal pada maloklusli kelas 1 --> kelainan jurusan transversal --> crossbite posterior --> rapid
maxillary expansion
Macam-macam klamer dan modifikasinya yang di pakai sebagai komponen retentif pada alat ortodontik
lepasan adalah :
● Klamer ini biasanya dipasang pada gigi molar kanan dan kiri tetapi bisa juga pada gigi
yang lain. Pembuatannya mudah, tidak memerlukan tang khusus, tidak memerlukan
banyak materi kawat, tidak melukai mukosa , retensinya cukup, tetapi tidak efektif jika
dikenakan pada gigi desidui atau gigi permanen yang baru erupsi.
● Ukuran diameter kawat yang dipakai : untuk gigi molar 0,8 – 0,9 mm, sedangkan untuk
● Klamer Adams merupakan alat retensi plat aktif yang paling umum digunakan . Biasanya dikenakan pada gigi molar kanan
dan kiri serta pada gigi premolar atau gigi anterior.
● Diameter kawat yang digunakan : 0,7 mm untuk gigi molar dan premolar serta 0,6 mm untuk gigi anterior.
● Cross bar : Merupakan bagian kawat sepanjang 2/3 mesiodistal gigi anchorage yang akan dipasangi, posisi sejajar
permukaan oklusal, terletak 1 mm disebelah bukal permukaan bukal , tidak tergigit ketika gigi beroklusi.
● U loop : Terletak diujung mesial dan distal cross bar. Menempel pada
permukaan gigi di daerah undercut bagian mesiobukal dan
distobukal
● Pundak: Merupakan lanjutan dari U loop yang melewati daerah interdental
dibagian oklusal sisi mesial dan distal gigi anchorage.Tidak tergigit sewaktu
gigi beroklusi.
● Basis : Ujung kawat pada kedua sisi tertanam didalam plat akrilik, diberi
bengkokan untuk retensi.
Komponen Aktif
Komponen aktif terdiri atas bermacam-macam pegas, busur labial, sekrup ekspansi dan elastic.
A. Pegas/Auxilliary Springs
Auxilliary springs adalah pir-pir ortodontik yang digunakan untuk menggerakkan gigi-
gigi yang akan dikoreksi baik secara individual atau beberapa gigi secara bersama-sama.
Macam-macam spring :
1. Finger spring : Pir jari merupakan bagian retentif dari alat ortodontik lepasan yang menyerupai jari-jari sebuah
2. Simple spring :Simple spring Berfungsi untuk menggerakkan gigi individual ke arah labial atau bukal
3. Loop spring / Buccal retractor spring : Pir ini dipakai untuk meretraksi gigi kaninus atau premolar ke distal.
4. Continous spring : Pir ini berfungsi untuk mendorong dua gigi atau lebih secara bersama-sama kearah labial/bukal
Busur labial aktif digunakan untuk menarik insisivi ke lingual. Pemilihan penggunaan busur sebagian
tergantung pada operatornya dan sebagian tergantung pada banyaknya retraksi yang dikehendaki. Busur yang
lentur yang dibuat dari kawat berdiameter 0,5 mm, seperti retractor Roberts, paling sesuai untuk mengurangi
jarak gigi yang besar. Tetapi untuk menarik gigi anterior sedikit, dapat digunakan busur yang kurang lentur.
Beberapa contoh busur labial
1. Retraktor Roberts
6. Busur Mills
C. Skrup Ekspansi / Expansion Screw
Sekrup ekspansi dapat digunakan untuk mengekspansi lengkung geligi ke arah transversal maupun sagittal,
anterior maupun posterior tergantung jenis dan penempatan sekrup. Satu sekrup kecil dapat menggerakkan satu
Sekrup dengan guide pin ganda lebih stabil, tetapi sekrup dengan pin tunggal lebih berguna apabila tempatnya
Elastik jarang digunakan bersamaan dengan pemakaian piranti lepasan. Kadang-kadang elastic digunakan
untuk retraksi insisivi atas maupun bawah. Tampilan elastic pada piranti tidak terlalu mencolok, namun
Hal ini dapat dihindari dengan memasang bracket pada permukaan labial insisivus sentral kemudian
menempatkan elastic lebih insisal daripada bracket. Pemakaian elastic intramaksiler pada piranti seperti ini
● Contoh :
1. Busur Lingual
2. Bite plane
Ardhana W, 2011
Busur Lingual
Ardhana W, 2011
Bite Plane
Ardhana W, 2011
Desain Alat
a. Komponen Aktif
b. Komponen Retentif
c. Komponen Pasif
Basis akrilik berfungsi sebagai tempat melekatnya komponen aktif dan pasif, menambah penjangkaran,
modifikasi basis (seperti ditambah anterior bite plane, posterior bite plane, incline bite plane, sekrup
ekspansi atau space maintainer).
(Soeprapto, 2017).
●
Syarat dari basis akrilik, yaitu :
● Tebal 2mm (harus cukup tebal untuk tempat pegas dan tidak mudah patah; serta
(Soeprapto, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Ekaputri A, et al. Kebutuhan Perawatan Ortodonti Pada Anak Usia 12-14 Tahun,
Suku Jawa Di Surabaya Berdasarkan Index Orthodontic Treatment Need.
2016. PhD Thesis. Universitas Airlangga.
Haryanti N, Wibowo D, Wardani IK. Hubungan status sosial ekonomi orang tua
dengan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti siswa SMPN 1 Marabahan.
Dentin, 2020, 4.2.
Sinarsari NM, Sutana IG. Seni Mendeteksi Penyakit Melalui Lidah Dalam Budaya
Pengobatan Tradisional Tiongkok. JURNAL YOGA DAN KESEHATAN.
2021 Mar 31;4(1):11-20.
Solossa N, Mengko SK, Tamus AY. Kesehatan Tenggorok pada Siswa di Sekolah
Dasar Negeri 11 Manado. Medical Scope Journal. 2021 Jun 27;3(1):90-3.
DAFTAR PUSTAKA
Buku pegangan peranti ortodonti lepasan, Pambudi R. & Soekotjo D., Bag. Ort. FKG Unair, 2003
O-Atlas : atlas of orthodontics and orofacial orthopedic technique, Ursula W., Dentaurum, 2007
Handbook of Orthodontics, Cobourne MT, Di Biase AT, London, Elsevier, 2011, p.209 – 235
Ardhana W. Perawatan Gigitan Silang Gigi Depan Pada Gigi Susu Dengan Dataran Gigitan Miring
Soeprapto A. 2017. Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta: Jembatan Merah.
Amiruddin M Dan Thalib B. Vertical Dimension Measurement Directly On The Face And
Indirectly By Cephalometric Analysis. Makassar Dental Journal. 2019; 8(1): 27-32.
Asmawati, Thalib B, Tamril R. Perubahan Morfologi Gigi Permanen Akibat Bruksisma.
Dentofacial. 2014;13(2):121.
Rahardjo P. 2014. Diagnosis Ortodontik. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR.
Christiono S, Agusmawanti P. 2018. Penatalaksanaan Anterior Crossbite dengan Incline Bite Plane
Lepasan. Indonesian Journak of Paediatric. 1(2): 184-187.
Leonardi R, et al. 2020. Evaluation of Mandibular Symmetry and Morphology in Adult Patients
with Unilateral Posterior Crossbite: a CBCT Study Using a Surface-to-Surface Matching
Technique. Europian Journal of Orthodontics. 1-8.
Staley RN, Reske NT. Essentials of Orthodontics Diagnosis and Treatment. UK: Blackwell
Publishing; 2011.
Terima Kasih!