Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Gigi goyang merupakan masalah yang sering ditemui dalam praktek


kedokteran gigi. Trauma oklusi juga dapat memperparah kehilangan perlekatan
dan menambah kerusakan tulang serta dapat menyebabkan terjadinya mobilitas
atau kegoyahan gigi yang pada akhirnya akan menyebabkan lepasnya gigi tersebut
bila tidak dilakukan perawatan yang tepat.
Kegoyangan gigi pada jaringan periodonsium yang sehat karena
berkurangnya tinggi tulang alveolar dan pelebaran ligamen periodontal
merupakan kegoyangan fisiologis. Apabila perawatan periodontal berhasil, tetapi
kegoyangan gigi masih terjadi ini merupakan kegoyangan patologis. Kegoyangan
ini dapat dikurangi dengan penyesuaian oklusi atau splinting. Alat yang
digunakan sebagai perawatan untuk menguatkan gigi dalam posisinya sehingga
dapat mengembalikan fungsinya ini disebut splint.
Pada kasus kegoyangan gigi akibat berkurangnya tinggi tulang alveolar,
perawatan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan splinting
periodontal.Splinting periodontal dapat bersifat sementara atau tetap, bentuk
splinting bersifat cekat atau lepasan dan dapat diletakkan ekstrakoronal maupun
intrakoronal.
Splinting merupakan alat yang dibuat untuk menstabilkan gigi-gigi yang
goyang akibat suatu trauma atau penyakit. Indikasi pengunaan splinting
periodontal yaitu adanya kegoyangan gigi yang mengakibatkan gangguan
kenyamanan pasien. Diagnosa yang tepat terhadap faktor penyebab terjadinya gigi
goyang sangat dibutuhkan dalam menentukan jenis perawatan yang akan
digunakan sehingga keberhasilan perawatan dapat tercapai dengan optimal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kegoyangan Gigi


Gigi goyang adalah masalah yang sering terjadi pada gigi yang dapat
berakibat hilangnya gigi. Gigi goyang juga dapat diartikan sebagai pergerakan
gigi pada dataran vertikal atau horizontal. Secara klinis, gigi yang mengalami
kegoyangan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kegoyangan reversibel dan
irreversibel. Kegoyangan pada gigi terjadi akibat tekanan yang abnormal atau
karena inflamasi. Pada kegoyangan gigi reversibel, kegoyangan gigi dapat
dikurangi atau dihilangkan dengan menghilangkan faktor penyebabnya.
Kegoyangan yang bersifat irreversibel merupakan kegoyangan gigi yang ditandai
dengan berkurangnya dukungan jaringan periodontal. Derajatnya dapat dikurangi,
tetapi tidak dapat dihilangkan meskipun telah dilakukan perawatan.
Dalam keadaan yang normal gigi juga memiliki derajat kegoyangan yang
bersifat goyang fisiologis. Batas goyang fisiologis ini adalah 0,15 mm sedangkan
kegoyangan gigi yang melebihi rentang fisiologis disebut goyang yang abnormal
atau patologis. Disebut patologis karena melebihi batas nilai goyang yang mampu
diterima oleh periodonsium. Kegoyangan gigi yang patologis dapat disebabkan
oleh inflamasi gingiva dan jaringan periodontal, trauma oklusi, berkurangnya
tulang alveolar, gaya torsi yang menyebabkan trauma pada gigi yang dijadikan
pegangan cengkraman gigi.
Derajat kegoyangan gigi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Grade I apabila terdapat pergerakan kearah bukolingual kurang dari 1 mm
2. Grade II apabila terdapat pergerakan kearah bukolingual sebesar 1 – 2 mm
3. Grade III bila pergerakan lebih besar dari 2 mm arah bukolingual danatau
terdapat pergerakan vertikal-oklusal.
Apabila faktor etiologi dapat dihilangkan pada kasus kegoyangan grade I
dan II, maka gigi tersebut dapat menjadi stabil dan dapatdigunakan dengan baik
untuk menambah dukungan, stabilisasi, dan retensi pada gigi tiruansebagian
lepasan.
Faktor lainnya yang mempengaruhi kegoyangan gigi, yaitu :
1. Jumlah dan distribusi gigi yang tesisa dalam lengkung rahang
2. Jumlah, bentuk dan panjang akar
3. Kepadatan tulang interradikular
4. Riwayat amputasi akar.
5. tingkat kepadatan sisa tulang alveolar
Ketika pasien datang dengan penyakit periodontal dan gigi yang goyang,
harus dilakukan upaya untuk menyembuhkan penyakit periodontal sebelum
mempertimbangkan manajemen oklusal jika gigi dapat dipertahankan. Namun
bila tidak terdapat penyakit periodontal, kegoyangan gigi dapat disebabkan oleh
trauma oklusi primer dan pada kasus tersebut perawatan pada periodontal tidak
dianjurkan. Mobilitas gigi bersifat merugikan karena dapat merusak jaringan
periodontal serta mempengaruhi proses penyembuhan. Meskipun trauma oklusi
dapat memodifikasi dari perkembangan penyakit periodontitis yang telah ada
namun bukan merupakan awal ataupun memperburuk dari penyakit gingivitis.
Pilihan manajemen klinis pada gigi yang goyang meliputi tidak dilakukan
tindakan apapun, oklusal adjusment, pencabutan,splinting.
a. Tanpa perawatan
Jika dokter gigi merasa bahwa kegoyangan gigi yang dialami pasien tidak
bersifat patologis maka dokter gigi dapat mengambil keputusan untuk tidak
melakukan tindakan perawatan apapun. Pasien diberikan penjelasan
sehingga dapat menerima saran dan keputusan tersebut.
b. Oklusal adjusment
Jika faktor etiologi oklusal telah diidentifikasikan secara positif maka
oklusal adjusment dapat dilakukan. Lokal adjusment yang dilakukan pada
jumlah gigi yang tidak banyak, biasanya tidak terlalu sulit. Oklusal yang
seimbang didiskripsikan sebagai perubahan yang direncanakan dari
permukaan oklusal untuk memberikan hubungan rahang yang stabil dengan
simultan kontak oklusal yang stabil serta gerakan halus terganggu oleh
gangguan oklusal. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya
penyesuaian dari beberapa permukaan gigi yang berusaha untuk mencapai
posisi oklusi yang ideal.
c. Pencabutan
Tindakan tersebut penting untuk mengetahui apakah gigi masih dapat
dipertahankan atau tidak. Apabila masih dapat dipertahankan apakah
membahayakan gigi yang lain.
d. Splinting
Gerakan gigi yang merugikan seperti erupsi yang berlebihan atau miring
dapat dicegah dengan splinting. Splinting pada kasus tersebut dapat berupa
fixed atau removable protesa, walaupun bukan merupakan protesa yang
utama namun splinting harus dirancang dengan baik.
Perawatan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi ataupun
menghilangkan kegoyangan gigi yang ada, menghindari terjadinya migrasi gigi
yang lebih jauh, mengurangi perubahan yang tampak pada gambaran radiografis,
memperbaiki kontak prematur, serta memperoleh kenyamanan dalam
pengunyahan.

Gambar 2.1 Etiologi dan perawatan kegoyangan gigi


2.2 Splinting
Splinting merupakan alat yang dibuat untuk menstabilkan dan
immobilisasi gigi yang goyang karena suatu lesi atau trauma atau penyakit
periodontal.Splinting digunakan untuk membentuk suatu dukungan.Prinsip dari
pembuatan splinting ini yaitu dengan mengikat beberapa gigi menjadi satu
kesatuan sehingga tekanan dapat didistribusikan ke semua gigi yang diikat.
Perawatan splinting periodontal digunakan pada keadaan kegoyangan gigi akibat
berkurangnya tinggi tulang alveolar sehingga kegoyangan tersebut mengganggu
fungsi penderita. Namun apabila terdapat peningkatan kegoyangan gigi dengan
ligamen periodontal normal, dan kegoyangan tersebut tidak mengganggu fungsi
pengunyahan atau kenyamanan penderita maka splinting tidak diperlukan.

2.2.1 Tujuan Splinting

Tujuan penggunaan splinting yaitu :


1. Menghasilkan sandaran (rest) : Oklusal rest yang dihasilkan oleh terapi
splint dapat membantu menghilangkan atau menetralkan faktor-faktor
oklusal yang merugikan
2. Merubah arah daya : Daya oklusi dirubah arahnya lebih ke arah axial pada
semua gigi yang displint
3. Mendistribusikan daya : stabilisasi oleh splinting meningkatkan resistensi
gigi terhadap kekuatan yang menimpanya sehingga tidak melebihi
kapasitas adaptifnya.
4. Mempertahankan integritas lengkung rahang : splinting memperbaiki
kontak proksimal, mengurangi impaksi makanan, dan mengurangi akibat
kerusakan
5. Memperbaiki stabilisasi fungsional : splinting memperbaiki oklusi
fungsional, stabilisasi pergerakan gigi penyangga, dan meningkatkan
kenyamanan dalam pengunyahan.
6. Fungsi psikologis : splinting memberikan rasa nyaman kepada pasien
terhadap pergerakan giginya sehingga merasa dalam keadaan sehat
7. Stabilisasi pergerakan gigi selama masa terapi bedah, khususnya pada fase
regeneratif
8. Melindungi jaringan pendukung gigi selama periode penyembuhan setelah
pembedahan atau kecelakaan.
9. Mencegah ekstrusi dari gigi yang tidak ada kontak oklusalnya (gigi yang
berlawanan)
10. Membuat gigi yang tidak dapat digunakan untuk mengunyah berfungsi
kembali secara efisien.

2.2.2 Indikasi Splinting


Untuk pemakaian splinting hal yang harus diperhatikan antara lain:
1. Adanya mobilitas yang menyebabkan rasa tidak nyaman dan atau mengganggu
pengunyahan
2. Adanya mobilitas atau migrasi gigi yang disebabkan berkurangnya jaringan
periodontal
Menurut Lindhe indikasi dari splinting antara lain:
1. Pada gigi yang goyang(tanpa adanya mobilitas progresif) yang disebabkan
berkurangnya jaringan periodonsium serta mengganggu kemampuan
mengganggu kemampuan mengunyah dan kenyamanan pasien.Bila mobilitas
gigi tidak menyebabkan rasa tidak nyaman dan tidak mengganggu
pengunyahan maka pemakaian splinting tidak dianjurkan.
2. Terdapat kerusakan yang luas pada jaringan periodonsium dan kekuatan
fungsional mekanis yang normal dapat mengganggu ligamen periodontal yang
tersisa dan dapat menyebabkan migrasi atau kehilangan gigi.
Secara umum perawatan dengan splinting dapat dilakukan dalam kasus -
kasus berikut ini :

1. Pada gigi dengan kegoyangan moderat dan advance yang tidak dapat dikurangi
kegoyangannya dengan alat lainnya yang tidak merespon terhadap penyesuaian
oklusal dan terapi periodontal (Gigi goyang grade I atau grade II)
2. Pada gigi yang mengalami trauma oklusal sekunder
3. Pada gigi setelah perawatan ortodontik
4. Pada gigi yang mengalami peningkatan kegoyangan sehinga mengganggu
fungsi mastikasi normal
5. Pada gigi yang mengalami trauma dental akut, misalnya subluksasi, avulsi, dll
6. Mencegah ekstrusi gigi karena tidak ada gigi lawannya
7. Pada gigi yang sedang dalam perawatan periodontal seperti scaling dan terapi
bedah
Indikasi penggunaan splinting juga harus memperhatikan derajat
kegoyangan gigi. Kegoyangan normal gigi 0,05 – 0,1 mm. Apabila faktor etiologi
dapat dihilangkan pada kasus kegoyangan grade I dan II, maka gigi tersebut dapat
menjadi stabil dan dapatdigunakan dengan baik untuk menambah dukungan,
stabilisasi, dan retensi pada gigi tiruansebagian lepasan. Perawatan splinting
digunakan apabila setelah perawatanperiodontal masih terdapat kegoyangan grade
II.

2.2.3 Kontra Indikasi


Splinting tidak direkomendasikan pada hal hal berikut ini:
1. Adanya kegoyangan gigi yang parah (grade III) yang disertai dengan adanya
inflamasi jaringan periodontal dan atau trauma oklusi
2. Pada pasien dengan oral higyene yang buruk dan non kooperatif
3. Kurangnya gigi penyangga untuk stabilisasi gigi yang goyang
4. Occlusal adjustment tidak dilakukan sebelumnya pada gigi dengan trauma
oklusi
5. Tidak diperolehnya stabilitas oklusal yang baik
6. Dukungan jaringan periodontal sangat kurang
7. Adanya bad habit yang sulit dihilangkan

2.2.4 Prinsip Splinting


Splinting harus mempunyai desain yang sederhana, ekonomis, stabil dan
efisien, higienis, tidak mengiritasi jaringan lunak, dapat diterima secara estetik,
tidak merangsang timbulnya penyakit iatrogenik.
Prinsip dari pembuatan splinting antara lain:
1. Harus dapat menahan gerakan kegoyangan gigi dalam 3 dimensi
2. Tidak ada inflamasi
3. Minimal masih terdapat 1/3 tulang alveolar
4. Tidak ada iritasi dari jaringan lunak
5. Tidak ada peradangan periapikal
6. Estetik baik dan posisi di lengkung rahang baik
7. Harus dapat dibersihkan
8. Jumlah gigi yang terlibat harus cukup
9. Tidak boleh mengganggu pengucapan
10. Ratio akar dan mahkota harus seimbang

2.2.5 Keuntungan splinting


Keuntungan dari pemakaian splinting antara lain:
1. Dapat menciptakan stabilitas gigi yang goyang dan membuat pasien dengan
trauma oklusal menjadi nyaman.
2. Mengurangi mobilitas gigi dan mempercepat penyembuhan pada trauma akut
gigi
3. Memungkinkan remodeling tulang alveolar dan ligamen periodontal untuk gigi
yang sedalang dalam perawatan ortodontik
4. Mendistribusikan kekuatan oklusal ke seluruh area
5. Membantu mengurangi mobiliti pada terapi regeneratif

2.2.6 Kerugian splinting


Adapun kerugian yang dirasakan oleh pasien yang memakai splinting
antara lain:
1. Higienis
Akumulasi plak pada splinting dapat memicu kerusakan periodontal lebih cepat
pada pasien. Splinting removable mengharuskan pasien untuk mempelajari
cara-cara menjaga oral hygiene yang benar namun bertambahnya akumulasi
plak di sekitar gigi aboutment dapat menyulitkan pasien. Fixed splint
menuntut kemampuan pasien dalam penggunaan alat bantu pembersih
interdental. Oleh karena itu, perawatan harus dirancang dan splinting dibuat
dengan kontur fisiologis yang baik sehingga tidak menyulitkan pasien dalam
pembersihan. Pasien membutuhkan oral hygiene instruction supaya dapat
mempertahankan kontrol plak yang baik.
2. Mekanis
Bahan splinting bersifat kaku dapat bertindak sebagai tuas yang tidak
mendistribusikan kekuatan secara merata.Jika salah satu gigi yang displinting
mengalami trauma oklusi maka dapat menyebabkan kerusakan periodontium
ke seluruh gigi.
3. Biological
Perkembangan dari karies tidak dapat dihindari dan dengan
demikiandiperlukan perawatan khusus dari pasien. Jika plak kontrol tidak
memadai dalam kombinasi dengan faktor makanan, splinting fixed atau
removable dapat mendorong terjadinya karies. Karies dapat menyebabkan
kegagalan dari perawatan splinting. Untuk mencegah hal tersebut dapat
dilakukan tindakan pemberian suplemen fluoride, konseling diet dan
profilaksis secara rutin serta melakukan pemeriksaan secara berkala pada
daerah margin.

2.2.7 Klasifikasi Splinting


Setelah dilakukannya terapi poket, maka proses selanjutnya adalah
tahapan penyembuhan yang bisa mencapai waktu beberapa minggu. Jika selama
proses tersebut gigi mengalami mobility, maka proses penyembuhan dan
regenerasi akan terganggu. Kebutuhan akan “stabilisasi” sangatlah penting setelah
dilakukannya prodesur regenerative seperti penggunaan graft ataupun teknik
GTR. Karena “stabilisasi” dari gigi geligi akan memberikan hasil penyembuhan
yang lebih baik daripada gigi geligi yang mengalami kegoyangan.

Klasifikasi dari splinting

A. Berdasarkan dari bahan


1. A-splint
2. Braided wire splint
3. Bonded, composite resin splint
B. Berdasarkan penempatan di gigi
1. Intracoronal
a. Composite resin with wire
b. Inlays
c. Nylon wire
2. Extracoronal
a. Night guard
b. Weided-band
c. Tooth bonded plastic
C. Berdasarkan periode stabilisasi
1. Temporary splinting
a. Removable (occlusal splint with wire, Hawley with splinting
arch wire)
b. Fixed (intracoronal,extracoronal)
2. Provisional splinting
a. Acrylic splint
b. Metal bands
3. Permanent splinting
a. Removable/fixed
b. Extra/intracoronal
c. Full/partial veneer crowns soldered together
d. Inlay/onlay soldered together
D. Klasifikasi menurut Goldman, Cohen dan Chacker
1. Temporary splint
A. Extracoronal
a. Wire ligature
b. Orthodontics bands
c. Removable acrylic appliances
d. Removable cast appliances
e. Ultraviolet light polymerizing bonding materials
B. Intracoronal
a. Wire dan acrylic
b. Wire dan amalgam
c. Wire, amalgam dan acrylic
d. Cast chrome-cobalt alloy bars dengan acrylic atau
keduanya
2. Provisional splint
a. All acrylic
b. Adapted metal band dan acrylic
E. Klasifikasi menurut Ross, Weisgold dan Wright
1. Temporary
a. Removable extracoronal
b. Fixed extracoronal
c. Intracoronal
d. Etched metal-resin bonded
2. Provisional
a. Acrylic
b. Metal band and acrylic
3. Long term
a. Removable
b. Fixed
c. Combination of removable and fixed
F. Permanent splinting
1. Removable-external
a. Continuous clasp devices
b. Swing-lock devices
c. Overdenture (full atau partial)
2. Fixed-internal
a. Full coverage, three-four coverage crowns and inlays
b. Posts in root canals
c. Horizontal pin splints
3. Cast-metal, resin bonded fixed patial dentures (Maryland splints)
4. Combined
a. Partial dentures and splinted aboutment
b. Removable and fixed splints
c. Full or partial dentures on splinted roots
d. Fixed bridges incorporated in partial dentures, seated on posts
or copings
5. Endodontic posts
Splintingselain diklasifikasikan berdasarkan material yang digunakan,
lokasi dari splinting, dan juga berdasarkan dari waktu periodestabilisasi.
Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai pembagian splinting berdasarkan
waktu penggunaan; yaitu Temporary splinting, Semi permanent (provisional)
splinting, dan permanent splinting.

2.2.8 Jenis Splinting


2.2.8.1 Splinting berdasarkan Waktu Penggunaan

Gambar 2.2 Jenis splinting

A. Temporary splinting (Masa penggunaan beberapa hari – bulan)


Temporary splinting adalah jenis splinting yang dapat digunakan untuk
mengurangi trauma pada waktu perawatan dan membantu penyembuhan setelah
cedera atau setelah perawatan bedah dan biasanya tidak menyebabkan kerusakan
jaringan. Splinting ini harus dapat dipakai dengan mudah pada gigi goyang dan
juga dengan mudah dilepaskan setelah penyembuhan. Splinting ini tidak boleh
ditempatkan lebih dari 6 bulan.
Temporary splinting ini mencegah trauma yang lebih lanjut akibat oklusi dan
parafungsi oral (seperti tongue pressing, sucking). Dapat digunakan sebagai
prosedur emergensi dengan kegoyangan gigi yang ekstrem, dan juga untuk
mengurangi trauma mekanis dari instrumetal selama perawatan periodontitis
ataupun sesudah terapi bedah maupun non bedah periodontal.

Tujuan penggunaan splinting sementara adalah sebagai berikut :


a. Menentukan seberapa besar peningkatan kegoyangan gigi terhadap respon
perawatan
b. Menstabilisasi gigi selama skaling dan root planning,oklusal adjusment dan
bedah periodontal
c. Menjadi penyangga pada kasus pergerakan gigi minor
d. Memberikan stabilisasi pada gigi yang goyang pada saat pengunyahan
e. Digunakan pada gigi yang goyang karena trauma
Penggunaan splinting sementara dilakukan pada kasus berikut:
a. Status ekonomi pasien yang kurang
b. Status kesehatan pasien yang buruk
c. Kasus gigi dengan prognosis yang meragukan
d. Alasan waktu yang tidak cukup untuk pemasangan splint permanen

Gambar 2.3 Vacuum - Formed Removable Acrylic Splint


Gambar 2.3 Splint kawat

Gambar 2.3 Splint resin komposit tanpa preparasi

B. Splinting semi permanen / Provisional Stabilization


Indikasi splinting semi permanen adalah untuk kegoyangan gigi yang berat
yang mengganggu pengunyahan serta digunakan sebelum dan selama terapi
periodontal. Kadang-kadang alat retensi ortodonsi juga dapat dianggap sebagai
splin semi permanen jenis removable..Masa penggunaan splinting semi permanen
terhitung untuk beberapa bulan hingga beberapa tahun yang bertujuan untuk
memberi kesempatan bagi klinisi untuk memberi kesempatan perbaikan jaringan
periodontal.
Untuk gigi-gigi anterior,bahan yang sering digunakan adalah composite
resin(light cured) dikombinasikan dengan preparasi gigi.
Indikasi penggunaan splinting semi permanen:
a. Adanya highly mobile teeth yang menyebabkan gangguan fungsi pengunyahan.

b. Stabilisasi gigi geligi pada fase penyembuhan periodontal, terutama setelah fase
terapi regeneratif.

c. Fase retensi paska perawatan ortodontik


Yang termasuk dalam splinting semi permanen ini adalah :

1) Composite Resin Splint with tooth preparation.


Splint Resin Komposit kombinasi dengan preparasi gigi
merupakan splinting fixed semi permanentyang paling sering dikerjakan
pada gigi anterior, yang dapat bertahan selama beberapa bulan bahkan
sampai tahunan. Splinting ini dibuat dengan komposit (acid etch
technique) dikombinasikan dengan preparasi dari gigi yang mengalami
kegoyangan. Prosedur pembuatan splinting ini seperti hal nya pembuatan
restorasi resin komposit dengan teknik etsa asam.Pembuatan splint ini
harus menggunakan rubber dam.

Gambar 2.4. Composite Splint with tooth preparation. Gigi 21 kehilangan banyak
tulang alveolar disertai adanya kavitas kelas 3 di gigi 11,21,dan 22.
Gambar Kiri Bawah merupakan gambaran splinting setelah digunakan selama 3
tahun. Tanda bintang menandakan interdental space dibiarkan terbuka untuk
memudahkan self cleansing.
Gambar 2.5. Kombinasi wire dan composite splinting pada kasus gigi posterior.
Gigi posterior dipreparasi sedemikian rupa, kemudian kawat diinsersikan dan
ditutup dengan resin composite
Splint Semi permanent removeablebisa berupa logam cor chrome-
cobalt alloy yang berbentuk clasps pada frame partial denture dan alat retensi pada
perawatan orthodontik.

2) Orthodontik Retainer
Orthodontic retainer dapat dimasukkan sebagai semi permanent removable
splinting. Alat ini biasa terbuat dari akrilik yang disertai komponen kawat sebagai
retensi. Orthodontic retainer berfungsi untuk memberikan kestabilan jaringan
periodontal paska perawatan orthodonsia.

Gambar2.6Orthodontic Retainer Hawley


C. Splinting Permanen (masa penggunaan tidak terbatas)
Masa periode penggunaan permanen splinting digunakan selama periode
tahunan. Splinting ini digunakan pada kasus rehabilitasi oral dimana gigi sandaran
(abutment teeth) mengalami kegoyangan, atau pada kasus dimana hanya tersedia
sedikit gigi sandaran untuk mendukung geligi tiruan (terutama gigi penyangga
tersebut didukung jaringan periodontal yang minimal). Pembagian beban oklusal
yang optimal sulit tercapai pada kasus-kasus kelainan parafungsional, sehingga
jika tidak dilakukan splinting akan meingkatkan derajat kegoyangan gigi dan
migrasi gigi tersebut. (Reteitschak, 2005)
Splinting permanen digunakan apabila splinting sementara dan splinting
semi permanen mengalami kegagalan atau tidak menunjukan kemajuan.
Pemakaian splinting permanen merupakan bagian dari fase restorasi atau fase
rekontruksi dari perawatan periodontal, sedangkan splint temporary dan semi
permanent digunakan sebelum atau ketika terapi bedah dilakukan. Splinting
permanen sangat terbatas penggunaannya dan pada umumnya berupaprotesa
periodontal. Hanya digunakan bila benar-benar diperlukan untuk menambah
stabilitas tekanan oklusal dan menggantikan gigi-gigi yang hilang. Selain
menstabilkangigi yang goyang,splinting ini juga harus mendistribusikan kekuatan
oklusi, mengurangi serta mencegah trauma oklusi, membantu penyembuhan
jaringan periodontal dan memperbaiki estetika. Pemakaian splint periodontal jika
diiukti fase pemeliharan atau maintenance yang baik akan menghasilkan
kesehatan jaringan periodontal yang baik. (Adenan, 2001)
Splint permanen dapat diklasifikasikan sebagai berikut
1. Lepasan-eksternal. Contohnya continuous clasps device, Swing-look device,
overdenture (full atau partial)
2. Cekat-internal. Contohnyafull coverage, ¾ coverage crowns and inlay, post in
root canal,Horizontal pin splints
3. Maryland splint (cast metal resin bonded fixed partial denture)
4. Kombinasi :Partial denture and splint aboutments, removable-fix splint, full
or partial denture or splinted root, fixed bridges incorporated in partial
denture, sealed on post or copings.
Gambar 2.7 Metal Fixed Permanent Splint, dengan kegoyangan 2 gigi anterior

Gambar 2.8 prostetic stabilization- long term temporary


2.2.8.2 Splinting berdasarkan bahan
A. Splint kawat
Splinting jenis ini sangat sering digunakan karena merupakan splinting
yang paling sederhana. Biasanya untuk menstabilisasikan gigi anterior, namun
kurang memenuhi syarat karena secara estetis kurang baik dan menghalangi
prosedur kontrol plak. splinting mencakup dari kaninus ke kaninus atau premolar
pertama ke premolar pertama. Adanya faktor estetik,serat kawat(wire
ligature)sebagai splint sementara cekat sudah jarang digunakan.
Keuntungan dari wire ligature antara lain :
1. Reversible
2. Mudah diinsersikan, disesuaikan, diangkat dan diganti
3. Sederhana dan murah
Kerugiannya antara lain :
1. Tidak rigid
2. Tidak dapat digunakan untuk gigi posterior atau anterior yang edge to edge
3. Kawat mudah putus
4. Retensi plak

Gambar 2.9: wire ligature splinting(Bathla, 2011)

Kawat yang digunakan adalah kawat baja anti karat berdiameter 0,012 inci
dan 0,009 inci.Kawat berdiameter 0,012 inci dikelilingi ke seluruh gigi yang akan
di splinting sedemikian rupa sehingga ujung kawat diikat dan disimpulkan pada
salah satu gigi yang paling distal.Berikutnya kawat berdiameter 0,009 inci
dipotong dan dibentuk seperti huruf U,sebanyak daerah interproksimal yang
tercakup dalam splinting. Kawat interdental ini dimasukkan dari oral ke vestibular
dengan mengelilingi kawat pertama di permukaan oral dan vestibular,lalu
disimpulkan dengan ketat sehingga kawat pertama yang melingkari semua gigi
yang tercakup dalam splinting tertarik ketat mengelilingi gigi tepat di bawah
kontak proksimal.Setelah selesai disimpulkan,ujung-ujung kawat dihaluskan dan
ditekuk ke dalam ruang interproksimal.Untuk mendapatkan estetis yang lebih
baik,kawat yang telah tersimpul dilapisi dengan akrilik atau komposit,lalu dipoles.

Gambar 2.10: teknik pemasangan wire ligature


B. Acrylic Splint (A-splint)
Splint A dapat digunakan untuk splinting gigi anterior. Splinting jenis ini
merupakan salah satu metode yang efektif untuk menstabilkan gigi untuk jangka
waktu lama dan pasien dituntut untuk mampu menjaga oral hygiene dengan baik.
Untuk pembuatan splint A gigi dipreparasi untuk membentuk kanal.Pada gigi
anterior, preparasi dibuat dipertengahan antara cingulum dan tepi insisal gigi
dengan kedalaman 2mm dan lebar 3 mm. Platinized knurled wire (22 sampai 16
gauge) atau stainless steel wire ditempatkam di dalam slot. Self cure scrylic
ditempatkan di atas kawat utnuk menutupi slot. Setelah resin mengeras,bagian
yang berlebihan dibuang,dicek oklusinya lalu dipoles.Kerugian dari splinting
tersebut adalah bila terjadi kebocoran dan kerusakan dari akrilik.

Gambar 2.11 Acrylic A-splint

C. Bonded composite resin button splinting


Splinting jenis ini sederhana dan berguna dalam keadaan darurat. Bahan
tambal komposit dietsa ke permukaan gigi yang mengalami mobilitas dan
dihubungkan. Setelah gigi dibersihkan, permukaan interproksimal dietsa. Area
apikal pada interdental harus terbuka untuk memelihara kebersihannya. Splinting
dengan pengetsaan lebih relatif mudah dalam pembuatannya, secara estetis dapat
diterima, tidak mengiritasi jaringan lunak, tidak banyak membuang substansi gigi.
Kerugian dari splinting ini adalah kekuatannya tergantung dari materi yang
dipakai, tanpa retensi mekanis, memerlukan pemolesan yang baik sebelum di etsa.
Gambar 2.12 Splinting komposit

2.2.8.3 Splinting berdasarkan Letaknya pada gigi


A. Splint Ekstra Koronal
Splint tipe ini sangat sederhana dan reversibel. Waktu pengerjaannya
sebentar dan biayanya ekonomis. Namun spint ekstra koronal ini dapat menjadi
retensi plak sehingga menyulitkan pada pemeliharaannya, dan secara estetik tidak
baik.
Yang termasuk dalam splint ekstra koronal ini adalah :
a. Welded Band Splints
Digunakan untuk stabilisasi sementara pada gigi posterior. Gigi-gigi
dipisahkan dengan menempatkan brasswire pada daerah interdental selama
24 jam sebelum splinting. Adaptasikan strip stainless steel dengan ketebalan
0,003 sampai 0,005” pada gigi dan dipatri menjadi berbentuk band. Lakukan
pada beberapa gigi. Band tidak boleh mengenai gingiva.Bisa juga
menggunakan fabricated band pada model kemudian disemen pada gigi.
b. Continous Clasps
Terbuat dari akrilik, emas atau logam cor stainless steel. Splint ini digunakan
bersamaan dengan protesa gigi tiruan sebagian.
c. Night Guard
Terbuat dari Heat Cure Acrylic dan harus benar-benar menutupi permukaan
gigi. Splinting ini dapat dibuat dengan cukup tipis agar nyaman digunakan.
Alat tersebut harus menutupi seluruh permukaan oklusal dan diperluas sekitar
1-2 mm dari permukaan facial gigi. Permukaan oklusal dirancang dengan
adanya peningkatan tinggi sekitar 1 mm dalam dimensi vertikal di daerah
molar. Merupakan alat yang digunakan pada perawatan bruxism dapat juga
digunakan sebagai splinting. Kontraindikasi pada pasien alergi terhadap resin
metacrylate.
Keuntungan bite guard antara lain :
1. Melindungi gigi dari tekanan clenching, grinding
2. Menyediakan permukaan oklusal yang licin, keras dan rata.
3. Mampu menahan daya oklusal yang besar
4. Permukaan yang adaptasinya diatur seperti yang dikehendaki

Gambar 2.13: Oklusal bite guard

d. Rochette Splint
Lakukan pencetakan pada gigi-gigi yang akan displinting kemudiian buat
splint chrome-cobalt pada permukaan lingual. Permukaan lingual gigi
dikeringkan dan dietsa, kemudian splint yang telah dibuat ditempelkan pada
gigi dengan bahan komposit.
Gambar 2.13: Rochette Splint

e. Wire Ligation
Splint ini digunakan untuk menstabilisasi gigi anterior.

B. Splint Intra Koronal


Biasanya membutuhkan pengambilan struktur gigi dan merupakan splint yang
tidak mencolok.Yang termasuk dalam splin intra koronal adalah splint akrilik
(A-splint), splint komposit dan wire, serta splint amalgam dengan wire
stainless steel.

Gambar 2.14 Splint komposit dan wire


Gambar 2.15 Splint amalgam dan kawat stainless steel

2.2.8.4 Trauma Splinting


Pada gigi yang mengalami trauma(biasanya gigi anterior),untuk
menstabilkan gigi tersebut digunakan splinting jenis:
1. Orthodontic wire splint
2. Wire composite splint
3. Resin splint
4. Titanium
Salah satu bahan yang sering dipakai untuk splinting pada kasus trauma
adalah titanium (Titanium Trauma Splinting/TTS).TTS tersedia dalam dua
panjang, 52 mm dan 100 mm, dan dapat dipotong sesuai kebutuhan, mempunyai
ketebalan 0,2 mm, dapat dengan mudah beradaptasi dengan kontur dari lengkung
gigi. Bahannya lentur sehingga tidak memerlukan instrument untuk
membengkokan titanium. Bentuknya yang unik (jajaran genjang yang saling
bertautan) membuatnya fleksibel dalam berbagai dimensi.
Syarat splinting pada gigi yang mengalami trauma (TTS) adalah;
1. Aplikasi pada intraoral
2. Prosedur sederhana(pemasangan dan pelepasan)
3. Tidak ada trauma pada gigi yang di splinting
4. Tidak menimbulkan kerusakan jaringan gingiva
5. Estetis baik
6. Tidak menimbulkan gangguan oklusi
7. Memungkinkan mobilitas gigi fisiologis
8. Mudah untuk dibersihkan
9. Memungkinkan untuk dilakukan perawatan endodontik
Gambar 2.16Gambaran klinis dan radiografi gigi yang terkena trauma

Gambar 2.17 Gambaran klinis dan radiografi gigi yang memakai TTS

Gambar 2.17 Teknik pemasangan TTS dan hasil akhir perawatan


2.2.8.5 Ribbon Splinting
Ribbon/fiber merupakan salah satu bahan untuk splinting yang mempunyai
kriteria sebagai berikut:
1. Berkekuatan tinggi
2. Dapat berikatan dengan baik
3. Biokompatible
4. Estetik baik
5. Manipulasi mudah
Biasanya ribbon splinting diindikasikan untuk gigi anterior (dari C kiri ke C
kanan), untuk pasien yag tidak memiliki banyak waktu (perawatan one visit).
Tahap-tahap perawatan ribbon splinting:
1. Gigi diisolasi, permukaan lingual serta labial dibersihkan
2. Permukaan proksimal dibersihkan dan dipreparasi dengan diamond round
bur,permukaan lingual tidak dikurangi
3. Ribbon dibasahi dengan adhesive resin
4. Gigi dietsa selama 30 detik dengan phosphoric etsa
5. Dibilas selama 10 detik dan dikeringkan
6. Di daerah paling distal, diberi interproksimal matriks
7. Padaembrasureareadiberipolysilocane impression menggunakan impression
syringe
8. Aplikasikan adhesive resin pada proksimal facial interproksimal area
9. Letakkan ribbon pada permukaan lingual gigi dengan bantuan pinset dan
burniser
10. Aplikasikan komposit kemudian disinari
11. Polysilocane impression material blockout diambil dari embrasure area
12. Lakukan pemolesan dan pasien diberi insruksi cara pemakaian sikat gigi
interproksimal
Gambar 2.18 tehnik pemasangan ribbon splinting
BAB III
KESIMPULAN

Pada kasus kegoyangan gigi akibat berkurangnya tinggi tulang alveolar,


perawatan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan splinting
periodontal.Splinting merupakan alat yang dibuat untuk menstabilkan gigi-gigi
yang goyang akibat suatu trauma atau penyakit. Indikasi pengunaan splinting
periodontal yaitu adanya kegoyangan gigi yang mengakibatkan gangguan
kenyamanan pasien. Diagnosa yang tepat terhadap faktor penyebab terjadinya gigi
goyang sangat dibutuhkan dalam menentukan jenis perawatan yang akan
digunakan sehingga keberhasilan perawatan dapat tercapai dengan optimal.
Pemilihan dari pemakaian splinting harus sesuai dengan kebutuhan dari
pasien.Ketika prognosis meragukan,lakukan pemasangan splinting yang
sederhana dan pemasangan splinting sebaiknya hanya dilakukan pada pasien yang
mempunyai kemauan dan kemampuan dalam melakukan kontrol plak dengan
baik.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, The Glossary of Prosthodontic Terms, 1999, 7thed. The Journal of


Prosthetic Dentistry
2. Anonim, 2001, The Glossary of Periodontal Terms 4th ed., The American
Academy of Periodontology
3. Grand ,D.A, Stern, Everest.F.O., 1972,Otmans Periodontic AConceps,
Teory and Practise 4th ed. St Louis Mosby, 657-72
4. Hassel T, Herbert F.W., 2006, Color Atlas of Dental Hygiene
Periodontology, Newyork.Thieme Inc.;
5. Lindhe J., 2008, Text Book of Periodontology 5th ed., Munksgaard. W.B
Saunders
6.. Newman,M.G, Takei HH, Carranza FA.,Carranza s Clinical
periodontology9th ed, Philadelphia.W.B Saunders Co 2002: 312-44
7.. Puri, M.S., dkk., 2012,Splinting – A Healing Touch for anAiling
Periodontium,J Oral Health Comm Dent;6(3)145-148
8. Reddy S.,2008, Essentials of ClinicalPeriodontology and Periodontics
2nded., New Delhi, Jaypee Brothers,:378-80
9. Reteischak M.H, Klaus H.F, Wolly,2005, Splinting- Stabilization In : Color
Atlas ofDental Medicine Periodontology 3rd ed., Germany, Thieme,. 347-55
10. Shalu Bathla, S.G Damle, Thomas E Van Dyke, 2011, Periodontics
Revisited 1sted., New Delhi, Jaypee Brothers,:320-324

Anda mungkin juga menyukai