Anda di halaman 1dari 13

DPJP

(Dokter Penanggung Jawab Pelayanan)


Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Etika dan Hukum Kedokteran

Dosen Pembimbing :

drg. H. Eddy Prijono,MS.,M.H.Kes

Oleh :

Muhammad Iqbal Baihaqi (160221190005)


Husna Indriyani (160221190006)
Sani Kusuma Wijaya (160221190007)
Kaleb Adiguna Young (160221190008)

Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis


Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjajaran
2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
BAB II ISI………………………………………………………………. 2
1. Definisi DPJP………………………………………………. 2
2. Macam DPJP……………………………………………….. 2
3. Kewenangan Klinis………………………………………… 3
4. Hak dan Kewajiban DPJP………………………………….. 5
5. Hak dan Kewajiban DPJP Utama………………………….. 7
6. Pola Operasional DPJP…………………………………….. 7
BAB III KESIMPULAN………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 14
BAB I
PENDAHULUAN

Rumah Sakit mempunyai kewajiban memberi pelayanan kesehatan yang


aman, bermutu, antidiskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan Standar Pelayanan Rumah Sakit, serta membuat,
melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
sebagai acuan dalam melayani pasien, sebagaimana yang diamanatkan oleh
Undang Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009.
Dalam menyelenggarakan pelayanan akan selalu berupaya memperhatikan
standar minimal persyaratan Rumah Sakit, memperhatikan perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, kehidupan sosial ekonomi
masyarakat, perlindungan dan keselamatan pasien, mempunyai fungsi sosial serta
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dan khususnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah seorang dokter yang
bertanggung jawab terhadap pelayanan dan pengelolaan asuhan medis seorang
pasien, sesuai dengan Undang-Undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan dan Undang-Undang RI nomor 44 tentang Rumah Sakit. Pelayanan
medis merupakan inti kinerja berdasarkan evidence base medicine (Kedokteran
berbasis bukti). Dalam proses ini, DPJP melakukan pelayanan sesuai dengan
keahliannya, bila kasus kebidanan maka DPJP yang kompeten untuk kasus
kebidanan adalah dokter kebidanan begitu juga dengan spesialis lainnya.
Dalam era saat ini, pelayanan medis harus sesuai dengan kompetensinya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka masing–masing SMF menetapkan dan
mengatur DPJP nya, bila melakukan rawat bersama maka ditetapkan salah
seorang dokter sebagai Ketua Tim yang mengkoordinasikan kegiatan, sekaligus
menjamin komunikasi dan kesepakatan antar professional yang menjamin
keselamatan pasien. Dokter Spesialis wajib bertanggungjawab pada pelayanan dan
pengelolaan asuhan medis seorang pasien yang dirawatnya.
BAB II
ISI

1. Definisi
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah seorang dokter (staf
medis) yang memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk mengelola rangkaian
asuhan medis pasien (diagnosis, informasi terapi, perawatan pasien, rencana
perawatan selanjutnya, permintaan pemeriksaan penunjang lainnya, rujukan dan
pemulangan) dan mengupayakan keselamatan pasien serta mencegah terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) sesuai bidang lingkup tugasnnya.

2. Macam DPJP
a. DPJP Utama adalah Dokter Penanggung Jawab Utama terhadap asuhan
keperawatan Pasien saat berobat di Rumah Sakit yang meliputi Rawat Jalan,
IGD dan Kamar Operasi.
b. DPJP Konsulen adalah Dokter yang menerima/menjawab konsultasi dari
DPJP Utama baik berupa konsultasi sesaat maupun permintaan rawat
bersama, karena pasien juga memiliki diagnosis diluar kompetensi DPJP
Utama. DPJP konsulen bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan
pasien yang sesuai dengan kompetensinya (keahliannya).
c. DPJP Tambahan adalah dokter konsultan yang ikut merawat pasien pada
kasus perawatan bersama stelah dikonsulkan oleh DPJP sebelumnya.
Serah terima DPJP dapat terjadi apabila ada pasien yang dinilai oleh DPJP Utama,
sudah tidak memerlukan perawatan khusus, tetapi ada penyakit lain yang masih
ditangani oleh DPJP Konsulen. Kedua DPJP tersebut menandatangani blangko
serah terima DPJP. Selanjutnya DPJP Konsulen menjadi DPJP Utama yang baru.

3. Kewenangan Klinis
3.1. Pengertian
Kewenangan klinis adalah kewenangan untuk melaksanakan pelayanan
medik sesuai dengan kompetensi profesi dah keahlian.
3.2. Dasar Pemberian Kewenangan Klinis
a. Setiap dokter yang diterima sebagai staf medis Rumah Sakit diberikan
kewenangan klinis oleh Direktur Utama setelah memperhatikan
rekomendasi dari Komite Medik.
b. Pemberian rekomendasi oleh Komite Medik didasarkan atas Surat Tanda
Registrasi dan Surat Izin Praktek.
c. Dalam hal Komite Medik kesulitan menentukan kewenangan klinis maka
Komite Medik dapat meminta informasi atau pendapat dari mitra bestari.
d. Kewenangan klinis diberikan oleh Direktur Utama RSGM berdasarkan
pertimbngan anatra lain :
 Clinical Appraisal (tinjauan dan telaah hasil proses kredensial) berupa
surat rekomendasi dari Komite Medik.
 Standar Profesi dari organisasi profesi.
 Standar Pendidikan.
 Standar Kompetensi dari Kolegium.
3.3. Cakupan Kewenangan Medis
a. Kewenangan Klinis akan dievaluasi secara berkala untuk ditentukan
apakah kewenangan tersebut dapat dipertahankan, diperluas, dipersempit
atau bahkan dicabut oleh Direktur Utama.
b. Dalam hal menghendaki agar kewenangan klinisnya diperluas maka staf
medis yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada Direktur
Utama dengan menyebutkan alasan serta melampirkan bukti berupa
sertifikat pelatihan yang diakui oleh organisasi profesi dan ata pendidikan
yang mendukung permohonannnya.
c. Sesuai dengan permohonan sebagaimana yang dimaksud pada nomor (b)
maka Direktur Utama akan meminta Komite Medik untuk melakukan
rekredensia.
d. Direktur Utama berwenang mengabulkan atau menolak permohonan
sebagaimana dimaksud dalam nomor (b) setelah mempertimbangkan
rekomendasi Komite Medik.
3.4. Surat Keputusan Penugasan Klinis
a. Setelah melalui proses di Komite Medik, Direktur Utama menerbitkan
Surat Keputusan Penugasan Klinis yang menghimpun seluruh
Kewenangan klinis yang dimiliki oleh seorang Staf Medis Fungsional.
b. Kewenangan Klinis yang terhimpun dalam Surat Penugasan Klinis
sebagaimana dimaksud pada nomor (a) ditetapkan oleh Direktur Utama
dengan memperhatikan rekomendasi yang diberikan oleh Komite Medik
c. Surat Penugasan klinis hanya dapat diberikan kepada Staf Medis yang
mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) yang diterbitkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia dan Surat Izin Praktek yang diterbitkan oleh Dinas
Kesehatan.
3.5. Syarat-Syarat Penugasan Klinis
3.5.1. Surat Penugasan Klinis di Rumah Sakit pada seorang Staf Medis
hanya dapat ditetapkan bila yang bersangkutan menyetujui syarat-
syarat sebagai berikut :
 Memenuhi syarat sebagai Staf Medis berdasarkan peraturan
perundang-undangan kesehatan yang berlaku dan ketentuan lain
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan internal Rumah Sakit.
 Menangani pasien dalam batas-batas sebagimana ditetapkan oleh
Direktur Utama setelah mempertimbangkan daya dukung fasilitas
Rumah Sakit.
 Mencatat seluruh pelayanan dan tindakan medis yang diberikan
kepada pasien untuk menjamin agar rekam medis tiap pasien yang
di tanganinya di Rumah Sakit diisi dengan lengkap, benar dan
tuntas dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Memperhatikan segala permintaan Rumah Sakit yang dianggap
wajar sehubungan dengan pelayanan dan tindakan medis di Rumah
Sakit dengan mengacu pada Panduan Praktik Klinik (PPK),
Clinical Pathway dan prosedur operasional/manajerial/administrasi
yang berlaku di Rumah Sakit.
 Mematuhi etika kedokteran yang berlaku di Indonesia, baik yang
berkaitan dengan kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban
terhadap pasien, teman sejawat dan diri sendiri
3.5.2. Staf Medis yang mendapatkan Penugasaan Klinis di Rumah Sakit
dapat berstatus sebagai dokter purna waktu, dokter paruh waktu,
dokter tamu atau dokter konsultan.

4. Hak dan Kewajiban DPJP


4.1. Hak DPJP :
1. DPJP berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.
2. DPJP berhak untuk mengelola asuhan medis seorang pasien secara
mandiri dan otonom sesuai standar pelayanan medis secara
komprehensif mulai dari diagnosa, terapi, tindak lanjut sampai
rehabilitas. Seorang dokter, walaupun ia berstatus hukum sebagai
karyawan Rumah Sakit, namun Kepala Rumah Sakit tidak dapat
memerintahkan untuk melakukan sesuatu tindakan yang menyimpang
dari standar profesi atau keyakinan.
3. DPJP berhak melakukan konsultasi dengan disiplin lain yang dianggap
perlu untuk meminta pendapat atau perawatan bersama demi
kesembuhan pasien.
4. DPJP berhak menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, profesi dan etika.
5. DPJP berhak untuk menghentikan jasa profesionalnya kepada pasien
apabila misal hubungan dengan pasien sudah berkembang buruk
sehingga kerjasama yang baik tidak mungkin diteruskan lagi, kecuali
untuk pasien gawat darurat dan wajib menyerahkan pasien ke dokter
lain.
6. DPJP berhak atas privasinya, yaitu menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan oleh pasien dengan ucapan atau tindakan yang
melecehkan atau memalukan.
7. DPJP berhak mendapatkan informasi yang jujur dan lengkap dari
pasien yang dirawat dan atau dari keluarganya serta informasi atau
pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien yang tidak puas
terhadap pelayanannya.
8. DPJP berhak untuk diperlakukan adil dan jujur, baik oleh Rumah Sakit
maupun pasien.
9. DPJP berhak untuk mendapatkan imbalan atas jasa profesi yang
diberikannya berdasarkan perjanjian dan atau ketentuan/peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit.

4.2. Kewajiban DPJP :


1. Dokter/DPJP wajib memperkenalkan diri saat pertama kali
berkomunikasi dengan pasien atau keluarganya.
2. Dokter/DPJP wajib bertugas sesuai dengan bidang spesialisnya.
3. Dokter/DPJP wajib memberikan pelayanan medis sesuai standar
pelayanan, standar profesi dan menghormati hak-hak pasien.
4. Dokter/DPJP wajib membuat rencana pelayanan medis dalam berkas
rekam medis yang memuat segala aspek asuhan medis yang akan
dilakukan, membuat diagnosa, merencanakan dan memberikan terapi,
melaksanakan tindak lanjut dan rehabilitas.
5. Dokter/DPJP wajib memberikan penjelasan secara rinci kepada pasien
dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan baik tentang
pengobatan, prosedur maupun kemungkinan hasil yang tidak
diharapkan.
6. Dokter/DPJP wajib memberikan pendidikan/edukasi kepada pasien
tentang kewajibannya terhadap dokter dan Rumah Sakit, yang dicatat
dalam berkas rekam medis.
7. Dokter/DPJP wajib mengkonsultasikan/merujuk pasien ke dokter lain/
Rumah Sakit lain serta menerima pendapat dokter lain yang sama
spesialisnya apabila sudah tidak memungkinkan keadaan pasiennya
dan untuk keselamatan pasien.
8. Dokter/DPJP wajib memberikan kesempatan kepada pasien atau
keluarganya untuk bertanya atas hal-hal yang tidak/belum dimengerti.
9. Dokter/DPJP wajib mematuhi peraturan Rumah Sakit sesuai dengan
hubungan hukum antara dokter dengan Rumah Sakit.

5. Hak dan kewajiban DPJP Utama :


5.1. Hak DPJP Utama, sama dengan DPJP (point 4.1.) ditambah antara lain :
1. Melakukan koordinasi proses asuhan medis pasien oleh DPJP yang
terlibat, antar berbagai disiplin ilmu.
2. Menyeleksi dan mengifisiensikan pemeriksaan dan pengobatan yang
akan diberikan terhadap pasien.
3. Menghentikan keterlibatan DPJP lain dalam perawatan bersama apabila
dianggap perannya tidak dibutuhkan lagi.
5.2. Kewajiban DPJP utama, sama dengan DPJP (point 4.2.) ditambah antara
lain :
1. Memberikan penjelasan medis kepada keluarga terhadap kemajuan atau
kondisi pasien.
2. Mengisi resume rekam medis pasien sebagai DPJP Utama.
3. Menjawab pertanyaan pihak ketiga atas kondisi pasien.

6. Pola operasional DPJP


6.1. Kebijakan :
1. Setiap pasien yang berobat di RSGM harus memiliki DPJP
2. Apabila pasien berobat di unit rawat jalan, maka DPJP nya adalah
dokter unit terkait.
3. Apabila pasien berobat di IGD dan tidak dirawat Inap, maka DPJPnya
adalah dokter jaga IGD.
4. Apabila pasien dirawat bersama oleh lebih dari 1 orang dokter
spesialis, maka harus ditunjukan seorang sebagai DPJP utama dan
yang lain sebagai DPJP tambahan.

6.2. Penentuan DPJP :


1. Penentuan DPJP harus dilakukan sejak pertama pasien masuk
Rumah Sakit (baik rawat jalan, maupun IGD) dengan
menggunakan cap stempel pada berkas rekam medis pasien.
2. Cap stempel “ DPJP dr. ....” untuk pasien yang dirawat oleh
seorang dokter.
3. Cap stempel “ DPJP UTAMA dr. ..........” untuk pasien yang dirawat
bersama beberapa dokter.

6.3. Klarifikasi DPJP di Ruang Rawat


1. Apabila dari IGD maupun rawat jalan DPJP belum ditentukan,
maka petugas ruangan wajib segera melakukan klarifikasi tentang
siapa DPJP pasien tersebut.
2. Penentuan DPJP bagi pasien baru di ruangan.

6.4. Pengaturan penetapan DPJP dapat berdasarkan :


1. Jadwal konsulen jaga di IGD atau Ruangan : konsulen jaga hari itu
menjadi DPJP dari semua pasien masuk pada hari tersebut, kecuali
kasus dengan surat rujukan.
2. Surat rujukan langsung kepada konsulen : dokter spesialis yang
dituju otomatis menjadi DPJP pasien tersebut, kecuali dokter yang
dituju sedang berhalangan, maka beralih ke konsulen jaga hari itu.
3. Aras permintaan keluarga : pasien dan keluarga berhak meminta
salah seorang dokter spesialis untuk menjadi DPJP nya sepanjang
sesuai dengan disiplinnya. Apabila penyakit yang diderita pasien
tidak sesuai dengan disiplin dokter dimaksud, maka diberi
penjelasan kepada pasien dan keluarga, dan bila pasien dan
keluarga tetap pada pendiriannya maka dokter spesialis yang dituju
yang akan mengkonsulkan kepada disiplin yang sesuai.
4. Hasil rapat Komite Medis pada kasus tertentu : pada kasus yang
sangat kompleks atau sangat spesifik maka penentuan DPJP
berdasarkan rapat Komite Medis.

6.5. Rawat bersama :


1. Seorang DPJP hanya memberikan pelayanan sesuai bidang/disiplin
dan kompetensinya saja. Bila ditemukan penyakit yang memerlukan
penanganan multi disiplin, maka perlu dilakukan rawat bersama.
2. DPJP awal akan melakukan konsultasi kepada dokter pada disiplin
lain sesuai kebutuhan.
3. Segera ditentukan siapa yang menjadi DPJP Utama dengan beberapa
cara antara lain :
a. Penyakit yang terberat atau penyakit yang memerlukan tindakan
segera atau dokter yang pertama mengelola pasien.
b. Dalam hal rawat bersama harus ada pertemuan bersama antara
DPJP yang mengelola pasien dan keputusan rapat dicatat dalam
berkas rekam medis.

6.6. Perubahan DPJP Utama :


1. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi pelayanan, DPJP utama
dapat saja beralih dengan pertimbangan seperti diatas atau atas
keinginan pasien/keluarga atau keptusan komite medis.
2. Perubahan DPJP utama ini harus dicatat dalam berkasa rekam
medis dan ditentukan sejak kapan berlakunya.

6.7. DPJP Utama di OK


Dokter operator yang melakukan operasi dan bertanggung
jawab atas seluruh kegiatan pembedahan sebagai DPJP Utama.
Sedangkan dokter anestesi sebagai DPJP tambahan. Dalam
melaksanakan tugas mengikuti SOP masing-masing, akan tetapi
semua harus mengikuti prosedur Save Surgery Check List ( Sign in,
time out dan sign out ) serta dicatat dalam berkas rekam medis.

6.8. Pengalihan DPJP di IGD


Pada pelayanan di IGD, dalam memenuhi respons time yang
kuat dan demi keselamatan pasien, maka apabila konsulen jaga tidak
dapat dihubungi dapat dilakukan pengahilan DPJP kepada konsulen
yang lain yang dapat segera dihubungi.

6.9. Koordinasi, komunikasi dan konsultasi antar DPJP


1. Koordinasi antar DPJP tentang rencana dan pengelolaan pasien
harus dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan efektif serta
selalu berpedoman pada SPM dan standar keselamatan pasien.
2. Koordinasi, komunikasi dan konsultasi antar DPJP harus
dilaksanakan secara tertulis.
3. Apabila secara tertulis dirasa belum optimal maka harus dilakukan
koordinasi langsung, dengan komunikasi pribadi atau pertemuan/
rapat formal.
4. Koordinasi, komunikasi dan konsultasi antar DPJP klinik yang
sama dapat ditulis dalam berkas rekam medis, tetapi antar klinik
harus menggunakan formulir khusus/lembar konsultasi.
5. Konsultasi bisa biasa atau segera/cito.
6. Dalam keadaan tertentu seperti konsul diatas meja operasi, lembar
konsul bisa menyusul, sebelumnya melalui telepon.
7. Konsultasi dari dokter jaga IGD kepada konsulen jaga bisa lisan
pertelepon yang kemudian ditulis dalam berkas rekam medis oleh
dokter jaga.

BAB III
KESIMPULAN
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah seorang dokter (staf
medis) yang memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk mengelola rangkaian
asuhan medis pasien (diagnosis, inforamasi terapi, perawatan pasien, rencana
perawatan selanjutnya, permintaan pemeriksaan penunjang lainnya, rujukan dan
pemulangan) dan mengupayakan keselamatan pasien serta mencegah terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) sesuai bidang lingkup tugasnnya
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) terbentuk dan ditetapkan
oleh Direktur Utama RSGM

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Rektor Nomor 42 Tahun 2014 tentang Peraturan Internal ( Hospital By


Law ) Rumah Sakit Gigi dan Mulut UNPAD
Undang-Undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-Undang RI nomor 44 tahun 2009 tentangRumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai