Dosen Pembimbing :
Oleh :
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
BAB II ISI………………………………………………………………. 2
1. Definisi DPJP………………………………………………. 2
2. Macam DPJP……………………………………………….. 2
3. Kewenangan Klinis………………………………………… 3
4. Hak dan Kewajiban DPJP………………………………….. 5
5. Hak dan Kewajiban DPJP Utama………………………….. 7
6. Pola Operasional DPJP…………………………………….. 7
BAB III KESIMPULAN………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1. Definisi
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah seorang dokter (staf
medis) yang memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk mengelola rangkaian
asuhan medis pasien (diagnosis, informasi terapi, perawatan pasien, rencana
perawatan selanjutnya, permintaan pemeriksaan penunjang lainnya, rujukan dan
pemulangan) dan mengupayakan keselamatan pasien serta mencegah terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) sesuai bidang lingkup tugasnnya.
2. Macam DPJP
a. DPJP Utama adalah Dokter Penanggung Jawab Utama terhadap asuhan
keperawatan Pasien saat berobat di Rumah Sakit yang meliputi Rawat Jalan,
IGD dan Kamar Operasi.
b. DPJP Konsulen adalah Dokter yang menerima/menjawab konsultasi dari
DPJP Utama baik berupa konsultasi sesaat maupun permintaan rawat
bersama, karena pasien juga memiliki diagnosis diluar kompetensi DPJP
Utama. DPJP konsulen bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan
pasien yang sesuai dengan kompetensinya (keahliannya).
c. DPJP Tambahan adalah dokter konsultan yang ikut merawat pasien pada
kasus perawatan bersama stelah dikonsulkan oleh DPJP sebelumnya.
Serah terima DPJP dapat terjadi apabila ada pasien yang dinilai oleh DPJP Utama,
sudah tidak memerlukan perawatan khusus, tetapi ada penyakit lain yang masih
ditangani oleh DPJP Konsulen. Kedua DPJP tersebut menandatangani blangko
serah terima DPJP. Selanjutnya DPJP Konsulen menjadi DPJP Utama yang baru.
3. Kewenangan Klinis
3.1. Pengertian
Kewenangan klinis adalah kewenangan untuk melaksanakan pelayanan
medik sesuai dengan kompetensi profesi dah keahlian.
3.2. Dasar Pemberian Kewenangan Klinis
a. Setiap dokter yang diterima sebagai staf medis Rumah Sakit diberikan
kewenangan klinis oleh Direktur Utama setelah memperhatikan
rekomendasi dari Komite Medik.
b. Pemberian rekomendasi oleh Komite Medik didasarkan atas Surat Tanda
Registrasi dan Surat Izin Praktek.
c. Dalam hal Komite Medik kesulitan menentukan kewenangan klinis maka
Komite Medik dapat meminta informasi atau pendapat dari mitra bestari.
d. Kewenangan klinis diberikan oleh Direktur Utama RSGM berdasarkan
pertimbngan anatra lain :
Clinical Appraisal (tinjauan dan telaah hasil proses kredensial) berupa
surat rekomendasi dari Komite Medik.
Standar Profesi dari organisasi profesi.
Standar Pendidikan.
Standar Kompetensi dari Kolegium.
3.3. Cakupan Kewenangan Medis
a. Kewenangan Klinis akan dievaluasi secara berkala untuk ditentukan
apakah kewenangan tersebut dapat dipertahankan, diperluas, dipersempit
atau bahkan dicabut oleh Direktur Utama.
b. Dalam hal menghendaki agar kewenangan klinisnya diperluas maka staf
medis yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada Direktur
Utama dengan menyebutkan alasan serta melampirkan bukti berupa
sertifikat pelatihan yang diakui oleh organisasi profesi dan ata pendidikan
yang mendukung permohonannnya.
c. Sesuai dengan permohonan sebagaimana yang dimaksud pada nomor (b)
maka Direktur Utama akan meminta Komite Medik untuk melakukan
rekredensia.
d. Direktur Utama berwenang mengabulkan atau menolak permohonan
sebagaimana dimaksud dalam nomor (b) setelah mempertimbangkan
rekomendasi Komite Medik.
3.4. Surat Keputusan Penugasan Klinis
a. Setelah melalui proses di Komite Medik, Direktur Utama menerbitkan
Surat Keputusan Penugasan Klinis yang menghimpun seluruh
Kewenangan klinis yang dimiliki oleh seorang Staf Medis Fungsional.
b. Kewenangan Klinis yang terhimpun dalam Surat Penugasan Klinis
sebagaimana dimaksud pada nomor (a) ditetapkan oleh Direktur Utama
dengan memperhatikan rekomendasi yang diberikan oleh Komite Medik
c. Surat Penugasan klinis hanya dapat diberikan kepada Staf Medis yang
mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) yang diterbitkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia dan Surat Izin Praktek yang diterbitkan oleh Dinas
Kesehatan.
3.5. Syarat-Syarat Penugasan Klinis
3.5.1. Surat Penugasan Klinis di Rumah Sakit pada seorang Staf Medis
hanya dapat ditetapkan bila yang bersangkutan menyetujui syarat-
syarat sebagai berikut :
Memenuhi syarat sebagai Staf Medis berdasarkan peraturan
perundang-undangan kesehatan yang berlaku dan ketentuan lain
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan internal Rumah Sakit.
Menangani pasien dalam batas-batas sebagimana ditetapkan oleh
Direktur Utama setelah mempertimbangkan daya dukung fasilitas
Rumah Sakit.
Mencatat seluruh pelayanan dan tindakan medis yang diberikan
kepada pasien untuk menjamin agar rekam medis tiap pasien yang
di tanganinya di Rumah Sakit diisi dengan lengkap, benar dan
tuntas dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Memperhatikan segala permintaan Rumah Sakit yang dianggap
wajar sehubungan dengan pelayanan dan tindakan medis di Rumah
Sakit dengan mengacu pada Panduan Praktik Klinik (PPK),
Clinical Pathway dan prosedur operasional/manajerial/administrasi
yang berlaku di Rumah Sakit.
Mematuhi etika kedokteran yang berlaku di Indonesia, baik yang
berkaitan dengan kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban
terhadap pasien, teman sejawat dan diri sendiri
3.5.2. Staf Medis yang mendapatkan Penugasaan Klinis di Rumah Sakit
dapat berstatus sebagai dokter purna waktu, dokter paruh waktu,
dokter tamu atau dokter konsultan.
BAB III
KESIMPULAN
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah seorang dokter (staf
medis) yang memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk mengelola rangkaian
asuhan medis pasien (diagnosis, inforamasi terapi, perawatan pasien, rencana
perawatan selanjutnya, permintaan pemeriksaan penunjang lainnya, rujukan dan
pemulangan) dan mengupayakan keselamatan pasien serta mencegah terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) sesuai bidang lingkup tugasnnya
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) terbentuk dan ditetapkan
oleh Direktur Utama RSGM
DAFTAR PUSTAKA