Anda di halaman 1dari 80

Edisi November 2014

SEKAPUR SIRIH
Sejawat nan terhormat,
alam waktu hampir bersamaan, dunia kedokteran di Indonesia mengalami dua
momentum penting. Yaitu mulai diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) Kesehatan pada awal 2014 dan harmonisasi Asean bidang kesehatan
pada 2015. Reformasi dalam tatanan pelayanan kesehatan ini menerapkan sistem
pelayanan kesehatan berjenjang. PAPDI sangat mendukung progam Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Namun dalam pelaksanaan JKN banyak ditemukan kendala.
Untuk itu PAPDI selalu mengawal dan mengevaluasi pelaksanaan JKN ini. Pada edisi ini
kami mengulas hasil temuan Tim Adhoc SJSN PB PAPDI.
Harmonisasi Asean bidang kesehatan telah di depan mata. PAPDI bersama perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam negara-negara Asean melalui AFIM telah melakukan langkah-langkah menuju harmonisasi Asean bidang kesehatan. Dalam era ini,
dokter dituntut selalu meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam treatment dan
diagnosis penyakit. PAPDI menaruh perhatian besar terhadap peningkatan professionalitas internis. Pada edisi ini kami juga menurunkan berita perkembangan AFIM.
Selain itu, redaksi juga mengulas seputar pelaksanaan WCIM 2014 di Seoul, Korea
Selatan. Pada event itu Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP mewakili
panitia WCIM 2016 melaporkan kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah WCIM 2016 di
hadapan Executive Committee ISIM. Ada kabar gembira DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD,
K-HOM, FINASIM, FACP terpilih sebagai President Elect ISIM 2014-2016.
Pada edisi ini kami mengangkat profil Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH,
FINASIM, FACP, M.Kes,
sosok unik yang sukses
menyelaraskan tugas profesi dan birokrasi. Sosok
lain yang dapat menginspirasi sejawat adalah
Prof. DR. Dr. Nasronudin,
SpPD, K-PTI, FINASIM,
Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM,
FINASIM dan DR. Dr.
Lugyanti S, SpPD, KHOM, FINASIM.
Dan beberapa berita
seputar kegiatan PB
PAPDI dan PAPDI Cabang. Demikian sepatah
kata dari redaksi.

BIDANG
HUMAS
PUBLIKASI
DAN
PENGABDIAN
MASYARAKAT

SUSUNAN REDAKSI:
Penanggung Jawab:
Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP

*Pemimpin Redaksi:
Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV,
FINASIM
*Bidang Materi dan Editing:
Dr. Wismandari, SpPD, K-EMD, FINASIM;
Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD,
FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD;
Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD; Amril, S SI
*Koresponden:
Cabang Jakarta, Cabang Jawa Barat,
Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta,
Cabang Sumut, Cabang Semarang,
Cabang Padang, Cabang Manado,
Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar,
Cabang Bali, Cabang Malang,
Cabang Surakarta, Cabang Riau,
Cabang Kaltim, Cabang Kalbar,
Cabang Dista Aceh, Cabang Kalselteng,
Cabang Sulawesi Tengah, Cabang Banten,
Cabang Bogor, Cabang Purwokerto,
Cabang Lampung, Cabang Kupang,
Cabang Jambi, Cabang Kepulauan Riau,
Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon,
Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua,
Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi,
Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok,
Cabang Bengkulu, Cabang Sulawesi Tenggara
*Sekretariat:
sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus,
sdri. Oke Fitia, sdri. Normalita Sari,
sdri. Dilla Fitria, sdr. Supandi
*Alamat:
PB PAPDI, RUMAH PAPDI,
Jl. Salemba I No.22-D, Kel. Kenari,
Kec. Senen, Jakarta Pusat 10430.
Telp: 021-31928025, 31928026, 31928027;
Fax Direct: 021-31928028, 31928027;
SMS 085695785909;
Email: pb_papdi@indo.net.id;
Website: www.pbpapdi.org

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

DAFTAR ISI

3
4
6

..........................................SEKAPUR SIRIH

..................................................DAFTAR ISI

..............................................OM INTERNIZ

13

......................................SOROT UTAMA
IDI Tolak Dokter Asing

15
7
SOROT UTAMA:
Rakernas pengurus PB PAPDI dengan semua Cabang;
PAPDI Lebih Solid dan Profesional

SOROT UTAMA:
Kemenkes Bentuk Pokja Kesehatan Remaja

18

10
Tim Adhoc SJSN PB PAPDI: :
Mengawal JKN, Jangan Ada Internis Dirugikan

Halo INTERNIS Edisi November 2014

......................................SOROT UTAMA
MEA, IDI dan Kehidupan Berbangsa

20
KABAR PAPDI:
Jelang WCIM 2016 di Bali

DAFTAR ISI

29
PROFIL: Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD,
K-GEH, FINASIM, FACP, M.Kes
Menyelaraskan Tugas Profesi dan Birokrasi
KABAR PAPDI

33
35
40
42
48

SOSOK PAPDI: Prof. Nasronudin, SpPD, K-PTI,


FINASIM
Kiprah Internis Memimpin Lembaga Riset

................................Konker XIII PB PAPDI


Mengawal JKN Menyongsong AEC 2015
..............................PIN PAPDI XII Surabaya
Perkuat Kompetensi Hadapi Globalisasi
....Malam Keakraban PIN PAPDI XII Surabaya

63

.............Pengumuman Seleksi FINASIM

.....................................World TB Day 2014


Internis Dituntut Mampu Menangani Kasus
Advance

52

56

SOSOK PAPDI:
Pameran Fotografi di PIT IPD FKUI

68

....................Tasyakuran dan Peresmian


Rumah PAPDI

71
54

.............................................PAPDI Forum
Wabah Virus MERS-CoV, Seberapa Bahaya?

73
75

..........OBITUARI: Prof. Dr. RRJ. Sri Djoko


Moeljanyo, SpPD, K-EMD
Mengenang Jasa Bapak Tiroid Nasional
.......................................BERITA CABANG:
Aksi PAPDI Peduli Bencana Alam
..........................................JIM DACE 2014
PAPDI Perkuat Dokter Layanan Primer
.......Pelantikan Pengurus Cabang PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

OM INTERNIZ
6

Halo INTERNIS Edisi November 2014

SOROT UTAMA

Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI:

Menjaga Profesionalitas
PAPDI di Tengah

Era SJSN

PAPDI mendukung SJSN, namun


implementasinya tetap memperhatikan dokter dalam meningkatkan profesionalitas, memberi
ruang untuk meningkatkan kompetensi sehingga tidak mengalami down grade.

abtu dini hari Auditorium Hotel Harris


masih tampak riuh. Silang pendapat
peserta rapat mengiringi pertemuan
itu hingga larut malam. Mereka
merupakan delegasi dari 36 cabang PAPDI
dan departemen Ilmu Penyakit Dalam dari
fakultas kedokteran di seluruh Indonesia
yang mengikuti Rakernas PB PAPDI dan
Semua PAPDI Cabang 2014, pada 1-2
Maret 2013 lalu.
Acara ini adalah rakernas kedua pengurus PB PAPDI periode 2012 2015.
Pertemuan tahunan PAPDI ini mengagendakan berbagai persoalan internal dan
eksternal PAPDI. Ketua Umum PB PAPDI
Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP
mengatakan rakernas kali ini memiliki arti

Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,

K-KV, FINASIM, FACC, FESC,


FAPSIC, FACP.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

SOROT UTAMA
penting bagi PAPDI mengingat saat ini bangsa Indonesia mulai
memasuki reformasi besar dalam tatanan sistem pelayanan kesehatan nasional. Seperti diketahui, terhitung 1 Januari sistem pelayanan kesehatan nasional telah memasuki era Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan.
Persoalan SJSN menjadi isu hangat dalam rakernas itu. Meski
perangkat hukum dan operasionalnya telah terbentuk, namun
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada pelaksanaannya
terbentur beragam persoalan. Berbagai kendala dalam pelaksanaan
JKN menyeruak di perhelatan ini. Adalah Ketua Tim Adhoc SJSN
PAPDI, Dr. Prasetyo Widhi B, SpPD, FINASIM yang menyampaikan
hasil temuan tim adhoc SJSN PAPDI mengenai semrawutnya pelaksanaan JKN yang diperoleh dari investigasi dan laporan para internis
dari berbagai tempat pelayanan kesehatan di Indonesia.
Temuan tim adhoc mendapat tanggapan langsung dari institusi
terkait. Pada rakernas ini, PAPDI mengundang nara sumber yang
langsung terkait dengan JKN. Mereka adalah DR. Dr. Fachmi Idris,
MKes Direktur Utama BPJS, Drg Armansyah, MPPM Kepala Bidang
Kendali Mutu dan Pengembangan Jaringan Pelayanan, Pusat
Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (P2JK) Kementerian Kesehatan RI, Dr. Kalsum Komaryani, MPPM Wakil Ketua Nationall
Casemix Center (NCC) Kementerian Kesehatan RI, dan Dwi Edhie
Laksono, SE, MA Kepala Seksi Tarif BLU Ditjen Pembinaan
Pengelolaan Keuangan, Badan Layanan Umum Kementerian
Keuangan RI.
Di akhir pemaparan, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang
dimoderatori oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman
Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Kesempatan ini dimanfaatkan peserta untuk menyampaikan masalah-masalah JKN yang
dijumpai di daerahnnya masing-masing.
Sosialisasi tentang kerja BPJS terus kami lakukan, agar kendala
kendala di lapangan dapat segera diatasi. Untuk itu, saya berterimakasih kepada Ketum PB PAPDI yang telah mengundang untuk saling berbagai infomasi tentang BPJS, kata Dr. Fachmi di awal presen-

DR. Dr. Fachmi Idris, MKes

Prosesi pembukaan Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang PAPDI.

Halo INTERNIS Edisi November 2014

SOROT UTAMA
tasinya.
Dr. Fachmi mengakui peliknya persoalan
JKN ini. Menurutnya masalah yang terkait
dengan dokter saat ini adalah berupa
ketersedian obat dan tarif INA CBGs. Untuk
itu, ia beserta jajarannya akan bekerja lebih
maksimal untuk membenahinya. Kami
berusaha keras merespon setiap persoalan
yang ada, tegasnya.
Pada sessi selanjutnya, masing-masing
bidang kerja PB PAPDI memaparkan program kerja yang telah dan akan dilaksanakan sesuai dengan renstra PB PAPDI.
Namun sebelumnya Ketua Umum PB
PAPDI, Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP
mengawali pemamparan dengan memberi
arahan kerja pengurus PB PAPDI 20122015.
Berbagai pendapat dilontarkan peserta
setelah semua koordinator bidang PB
PAPDI selesai memaparkan prgram kerjanya. Bidang etik dan mediokolegal masih
menjadi perhatian peserta rakernas terkait
kasus sengketa medis dan hubungan den-

gan perhimpunan lain, seperti soal adolescent. Perdebatan berlangsung hingga tengah malam.
Pada hari kedua, agenda Rakernas PB
PAPDI dengan semua Cabang PAPDI diisi
dengan presentasi dari Ketua Tim Adhoc
PAPDI yang terdiri dari tim Adhoc : white
paper, dokter asing, adolescent, Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan mapping need. Pada sessi itu juga dilaporkan
pembuatan video EIMED.
Dr. Bambang Setyohadi, SpPD,K-R,
FINASIM mengawali presentasi hasil kajian
tim adhoc white papper, kemudian dilanjutkan pemaparan tentang dokter asing oleh
DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,
FINASIM, FACP.
Suasana kian menghangat ketika DR.
Dr. Arto Yuwono S, SpPD, K-P, FINASIM,
FCCP memaparkan kajian adolescent. Soal
kesehatan remaja, PAPDI bersama perhimpunan spesialis lain membentuk Pokja
Bersama Kesehatan Remaja.
Perdebatan bertambah panjang ketika
Dr. Prasetyo Widhi B, SpPD, FINASIM

memaparkan hasil temuan tim adhoc SJSN.


Umumnya, peserta rakernas mendukung
sistem pelayanan kesehatan berdasarkan
asuransi nasional itu, namun dalam implementasinya, peserta rakernas memberi
catatan tetap memperhatikan kepentingan
dokter dalam mengembangankan professionalitas dokter sehingga tidak sampai
mengalami down grade.
Pemaparan tim adhoc diitutup oleh Dr.
Edy Rizal Wahyudi, SpPD, K-Ger, FINASIM
dengan mempresentasikan mapping need.
Di samping itu, juga dijelaskan persiapan
PIN XII di Surabaya, KONKER XIII di
Yogyakarta, KOPAPDI XVI di Bandung, dan
World Congress of Internal Medicine
(WCIM) 2016 di Bali-Indonesia.
Rakernas kali ini menghasilkan berbagai
agenda kerja PAPDI yang menutut perhatian besar. Hal ini terkait dengan tetap menjaga dan meningkatkan profesionalitas
PAPDI dalam menghadapi era SJSN dan
mengantisipasi harmonisasi ASEAN bidang
kesehatan 2015. (HI)

Foto bersama peserta Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang PAPDI.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

SOROT UTAMA

Tim Adhoc SJSN PB PAPDI:

Mengawal JKN,
Jangan Ada Internis
Dirugikan
PAPDI mengawal
SJSN agar tidak ada
internis yang
dirugikan. kasus-kasus
penyakit dalam lebih
diuntungkan dari kasus
lain. Namun potensi
fraud juga besar

im adhoc SJSN PB PAPDI menjadi


selebritis pada Rakernas PB PAPDI
dan Semua Cabang PAPDI di Hotel
Harris, Maret lalu. Hasil temuan tim ini
menarik perhatian peserta rakenas. Pasalnya, sejak diberlakukannya JKN, awal Januari lalu banyak terjadi polemik akibat berubahnya tatanan sistem kesehatan di
Indonesia. Dalam penyelenggaraanya yang
belum genap setahun, JKN kerap ditemui
sejumlah kendala, seperti rendahnya tarif
layanan medis, proses klaim dan lain-lain
Program JKN ini sangat erat dengan peran dokter, termasuk internis. Oleh karena
itu, PB PAPDI menaruh perhatian besar kepada JKN. PB PAPDI meletakan program
SJSN ini sebagai salah satu agenda utama.
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus
Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC,
FAPSIC, FACP menaruh perhatian besar pada pelaksanaan SJSN. Prof. Idrus membentuk Tim Adhoc SJSN untuk mengkaji dan

10

nesia. Apalagi, kasus-kasus


di bidang ilmu penyakit dalam cukup banyak ditemui
disetiap layanan kesehatan.
PAPDI mengawal SJSN
agar tidak ada internis yang
dirugikan, ungkapnya.
Prof. Idrus menegaskan
agar setiap internis memahami regulasi dan aturanaturan dalam SJSN, terutama tentang Indonesia Case
Based Groups (Ina-CBGs).
Sebab pembiayaan jasa medis pada pelayanan kesehatan sekunder dan tersier
diatur dalam Ina CBGs,
bukan berdasarkan kapitasi
seperti pelayanan kesehatan primer. PB PAPDI berencana akan memberi pelaKetua Umum PB PAPDIProf. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC,
tihan atau informasi tentang
FAPSIC, FACP
JKN kepada anggotanya
membahas program pemerintah itu. Tim melalui berbagai forum, katanya
Adhoc yang diketuai Dr. Prasetyo Widhi
Buwono, SpPD, FINASIM ini membuat kajian
dan memberi masukan kepada IDI terkait
regulasi SJSN yang berhubungan dengan
layanan dokter spesialis penyakit dalam.
Pemerintah mematok 70-80% kasus selePAPDI mendukung dan memberi perhatian
serius terhadap pelaksanaan SJSN, ujar sai dipelayanan kesehatan primer. Sisanya,
Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, dilanjutkan pada layanan sekunder dan tersier. Benarkah sistem rujukan yang diterapFINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP
Dukungan dan perhatian PAPDI cukup kan dalam JKN akan mengurangi pendaberalasan. Pasalnya, Prof. Idrus mengata- patan dokter di layanan kesehatan sekunder,
kan, PAPDI merupakan perhimpunan spe- apalagi tersier?
Berikut petikan wawancara dengan Ketua
sialis dengan jumlah anggota yang cukup
besar dan tersebar diseluruh pelosok Indo- Tim Adhoc SJSN PB PAPDI Dr. Prasetyo

Halo INTERNIS Edisi November 2014

Peran Tim Adhoc


SJSN PB PAPDI

SOROT UTAMA

Ketua Tim Adhoc SJSN memaparkan temuannya pada Rakernas PB PAPDI.

Widhi Buwono, SpPD, FINASIM yang juga


salah satu anggota Tim Tarif dan Monev (monitoring dan evaluasi) JKN Kemenkes.
Apa tugas Tim Adhoc SJSN PB
PAPDI?
Mengawal JKN dan menginvestigasi
masalah-masalah JKN dari beberapa internis
di daerah yang kemudian kita evaluasi, yang
akhirnya akan disampaikan ke pihak terkait
agar JKN berjalan lebih baik.
Sejak diberlakukan BPJS bidang kesehatan atau Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) Januari lalu, bagaimana temuan
Tim Adhoc BPJS PAPDI?
Dari temuan di beberapa daerah ada dua
hal yang sering ditanyakan internis. Pertama,
tentang tarif INA CBGs. Kedua, ketersediaan
dan jenis obat dalam Fornas.
Soal tarif Ina CBGs berkaitan erat dengan internis, bagaimana pendapatan internis di era JKN?
Para internis merasakan adanya kenaikan pendapatan dibanding sebelum JKN.
Umumnya, pendapatan internis dengan
menggunakan tarif Ina CBGs, mengalami peningkatan lebih besar dibanding dengan spesialis lain bila pengelolaannya transfaran dan
berkeadilan. Namun dari temuan kami,
sementara ini ada beberapa internis yang
merasakan pendapatannya tetap atau stagnan, tapi tidak ditemukan internis yang mengalami penurunan.
Kami, Tim Adhoc SJSN PB PAPDI juga
membuat tarif layanan penyakit dalam sebagai pembanding tarif Ina CBGs. Tarif Ina
CBGs lebih rendah dibanding tarif versi
PAPDI. Karena tarif Ina CBGs dibuat berda-

sarkan paket, sedangkan tarif versi PAPDI


berdasarkan fee for services. Pada tarif Ina
CBGs ada kasus penyakit dalam yang biayanya rendah, ada pula yang tinggi. Terjadi
subsidi silang, secara keseluruhan tetap
menguntungkan.
Pada Permenkes 59 tentang revisi tarif
Ina CBGs, tarif kasus penyakit dalam diturunkan sementara kasus bedah dinaikan.
Terjadi pengalihan dari penyakit dalam ke
bedah, oleh karena itu revisi tarif Ina CBGs
tidak terjadi perubahan secara keseluruhan
Mengapa bisa meningkat, bagaimana
hitungannya?
Kalau dihitung di atas kertas harusnya
meningkat. Misalnya anggaran JKN 40 trilyun, uang ini akan dipakai semuanya sesuai
persentase yang telah ditetapkan. Selain itu,
peningkatan ini juga mesti dilihat dari beban
pekerjaan yang bertambah akibat besar jumlah pasien.
Kemudian, internis dalam hal ini lebih diuntungkan, dibandingkan spesialis lain. Kasus-kasus penyakit dalam paling banyak dibandingkan kasus lain. Kasus-kasus ini tarifnya sudah ditentukan Ina CBGs. Ketika kami
tanya ke beberapa internis, mereka
merasakan adanya kenaikan pendapatan.
Tarif kasus penyakit dalam memang ada
yang rendah dan ada yang tinggi. Tapi dari
semua kasus penyakit dalam bila dihitung
akan menguntungkan secara signifikan.
Bagaimana besaran kenaikannya?
Peningkatannya ada baik dan ada yang
kurang baik. Persentase layanan medis tergantung pihak managemen rumah sakit. Rumah sakit yang mematok jasa medis dokter

15-20 persen maka kenaikan pendapatan


akan bagus. Sementara bila persentasenya
di bawah 10 persen, maka kenaikannya
kurang baik.
Dari temuan tim adhoc, ada rumah sakit yang layanan medisnya rendah?
Kami menemukan salah satu rumah sakit
di NTB dan Jawa Tengah dimana pendapatan internis kurang baik. Hal ini terkait dengan kebijakan rumah sakit yang tidak transparan dan berkeadilan. Rumah sakit belum
melakukan remunerasi atau sistem pembagian yang lain.
Bagaimana mengadvokasi internis ke
rumah sakit seperti itu?
Paling sulit. Bila kita sampaikan Ke Kemenkes, Kemenkes tidak bisa berbuat
banyak karena Kemenkes kewenangannya
tidak sampai rumah sakit kabupaten. Kemenkes hanya menetapkan pembagian jasa
pelayanan 30-50 persen sesuai surat keputusan Kemenkes no 28. Kemenkes menyerahkan ke pihak rumah sakit untuk membaginya karena terkait dengan otonomi daerah. Bila mencampuri lebih jauh akan dikuatirkan melanggar otonomi daerah. Sebenarnya, yang dibutuhkan kawan-kawan adalah
kepastian nilai yang didapat dari rumah sakit.
Karena ini kewenangan rumah sakit, BPJS
tidak bisa mencampuri terlalu jauh.
Apakah tarif Ina CBGs tidak menguntungkan pihak rumah sakit?
Tarif Ina CBGs ditetapkan dalam Permenkes 69 tahun 2013 yang kemudian direvisi menjadi Permenkes 59 tahun 2014.
Meski beban tarifnya rendah, rumah sakit
tetap akan memperoleh keuntungan, karena

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

11

SOROT UTAMA
rumah sakit tidak dapat melihat tarif ini kasus mah sakit melakukan penghematan dan efiper kasus. Rumah sakit mesti melihat pener- siensi. Misalnya, rumah sakit memilih mengapan tarif Ina CBGs secara keseluruhan. gunakan obat-obat generik yang tersedia
Misalnya, bila ada 100 kasus, maka boleh dalam Fornas.
jadi 20 kasus tarifnya rendah, namun 80
Diketahui KPK bekerjasama dengan
kasus lain tarifnya cukup, dengan demikian BPJS mengantisipasi pihak-pihak yang
rumah sakit harus melakukan efisiensi dan melakukan fraud?
apabila tetap mengalami kerugian maka
Sampai saat ini belum ada perkara kecuharus dilakukan subsidi silang.
rangan yang sampai ke KPK. Tim Monev KeSementara rumah sakit tipe A atau A menkes telah mengantongi nama-nama rurujukan nasional yang memberi layanan ter- mah sakit yang terindikasi melakukan fraud.
sier, tarifnya lebih tinggi dari tipe B. Hal ini Dan telah masuk dalam daftar bimbingan
terjadi karena sistem JKN menerapkan la- teknis (bimtek) Kemenkes.
yanan kesehatan berjenjang dimana jumlah
Apalagi saat rumah sakit di kabupaten
pasien pada layanan layanan tersier akan mengalami
penurunan namun dokter
yang memberi layanan tersier tetap mengalami peningkatan pendapatan.
Untuk pendapatan dokter
di layanan tersier, kami selalu memberi masukan ke Kemenkes. Nantinya, jumlah
pasien di layanan tersier
akan mengalami pertambahan, mengingat peserta JKN
baru 130 juta, masih ada
100 juta yang belum menjadi
peserta JKN.
Menurut data Kemenkes,
setelah tiga bulan diselenggarakannya JKN ada sekitar
71,8 persen rumah sakit di
Indonesia mendapat kenaikan
keuntungan
20-30
persen. Sementara sisanya,
rumah sakit tersebut belum
mendapat keuntungan kare- Dr. Prasetyo Widhi Buwono, SpPD, FINASIM, Ketua tim adhoc SJSN PB PAPDI.
na data ini baru per tiga bulan yang kemungkinan klaimnya belum ter- kerap dijadikan alat pendapatan daerah debayarkan atau ada masalah teknis dalam ngan cara-cara tertentu. Untuk itu, kami
proses klaimnya.
menghimbau jangan sampai ada pihak ruMemang tidak semua rumah sakit belum mah sakit yang melakukan fraud seperti mememperoleh keuntungan. Sementara ada ru- rekayasa coding untuk menaikan klaim.
mah sakit yang masih dirugikan. Hal ini terjaOleh karena itu, kami mendorong rumah
di karena rumah sakit tersebut tidak tidak me- sakit menjadi BLU karena bisa mengelola
lakukan efisiensi seperti penggunaan obat, keuangan sendiri. Bila masih non BLU maka
barang habis pakai dan lain-lain. Serta efi- keuangan yang didapat menjadi jadi kas
siensi dalam lama perawatan. Pasien yang daerah. Nah kalau masuk kas daerah,
lama perawatannya akan menjadi beban ru- keluarnya sulit.
mah sakit, jadi semestinya perawatan pasien
Kasus-kasus apa yang rentan direkaharus sesuai dengan clinical pathway-nya
yasa?
Prinsipnya, dalam penerapan tarif Ina
Dari data SJSN, kasus-kasus penyakit
CBGs keuntungan dapat diperoleh bila ru- dalam lebih berpotensi untuk dimanipulasi.

12

Halo INTERNIS Edisi November 2014

Dari tujuh fraud yang pernah terjadi, ada lima


diantaranya merupakan kasus penyakit
dalam. Meski pendapatan dokter spesialis
penyakit dalam lebih baik dibanding spesialis
lain, namun celah-celah untuk melakukan
fraud juga lebih besar.
Misalnya, kasus diarrhea biayanya di atas
4 juta, namun bila dituliskan hypovolemic
shock yang merupakan bagian dari tatalaksana diarrhea, maka terjadi peningkatan
klaim, yaitu sebesar lebih dari 7 juta.
Untuk itu apa saran tim adhoc?
Kami menghimbau para internis selalu
berpegangan pada clinical pathway. Perlu diketahui, fraud itu sebenarnya lebih menguntungkan managemen rumah sakit bukan
dokternya. Jasa medis dokter yang diperoleh
merupakan hak dokter dalam memberi
pelayanan kesehatan.
Bagaimana dengan obat untuk kasuskasus penyakit dalam?
Masalah ketersediaan dan jenis obat menjadi perhatian kami. Ada obat-obat ketika
diperlukan tapi tidak tersedia. Dan item obat
tertentu yang juga kompetensi internis namun
tidak dapat digunakan oleh internis. Ada sekitar 20 item yang kita perjuangkan agar internis juga bisa meresepkan. Kita melampirkan
guideline dan bukti-bukti meta analisis untuk
meyakinkan kalau obat tersebut memang dibutuhkan internis. Misalnya Aprazolam yang
biasa diresepkan psikiatrik, sebenarnya internis juga punya kompetensi meresepkan obat
tersebut. Ini sudah direspon Kemenkes, internis sudah boleh meresepkannya meski baru
lama pemberian 7 hari.
Terakhir, sebagai salah satu Tim Tarif
dan Monev Kemenkes, bagaimana peran
dokter?
Tim adhoc dari PAPDI bersama IDI memberi masukan ke National Casemix Center
atau saat ini namanya Tim Tarif Kemenkes.
Saat ini selain melibatkan BPJS, tim ini juga
merekrut perwakilan organisasi profesi IDI.
Saat ini, ada tiga profesional medis yang terlibat dalam tim ini, yaitu Dr. Gatot Soetomo,
MPH yang mewakili dokter layanan primer,
Dr. Nazar SpB yang mewakili perhimpunan
spesialis dengan tindakan bedah, dan saya
sendiri yang mewakili perhimpunan spesialis
tindakan non bedah.
Ini keuntungan PAPDI, saya dapat berbuat lebih banyak lagi untuk organisasi yang
kita cintai, masukan dari kawan-kawan tentunya dapat lebih mudah tersalurkan.

SOROT UTAMA

IDI Tolak Praktik


Dokter Asing
A
FTA 2015 telah di depan mata. Liberalisasi sektor tenaga kesehatan,
diatur dalam MRA (Mutual Recognition Agreement). Diharapkan hambatan national treatment dan market access
sudah hilang pada tahun 2015. Artinya, dokter asing diberlakukan sama dengan dokter
lokal dan juga bebas melamar praktik di
daerah-daerah tertentu.
Kendati telah diatur dalam MRA, kehadiran dokter asing belum memiliki tempat di
setiap negara ASEAN. Mereka membentenginya dengan berbagai cara. Misalnya,
Thailand mematok dokter asing harus fasih
berbahasa dan menulis dalam bahasa Thai.
Sementara di Filipina, UU Dasar negara
melarang dokter asing praktik di Filipina.
Adapun negara lainnya seperti Laos, Vietnam dan Kamboja belum memiliki regulasi

Indonesia adalah market menggiurkan. Jumlah


penduduk yang besar dan longgarnya regulasi
menarik minat dokter asing praktik di Indonesia.

yang ditentukan negaranya. Dan di Singapura dokter asing dipatok dengan standar
yang tinggi. Sementara Indonesia dapat
dikatakan lebih liberal dari negara lainnya.
Regulasi domestik yang berlaku di Indonesia dianggap lebih longgar
Di sisi lain, Indonesia adalah market
menggiurkan. Jumlah penduduk yang besar
dan longgarnya regulasi menarik minat dokter asing praktik di Indonesia. Saat ini, ditengarai beberapa dokter asing dari India, Pa-

kistan, Bangladesh, Filipina, Singapura,


dan Australia sudah bersiap-siap ingin ke
Indonesia. Bahkan, konon, di antara mereka
sudah ada yang mendaftar ke Kementerian
Kesehatan RI.
Sementara, perhimpunan profesi kedokteran PB PAPDI memiliki pandangan lain
terhadap dokter asing. Untuk mengantisipasi liberalisasi tenaga kesehatan 2015 ini,
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus
Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC,

Ketua Tim Adhoc Dokter Asing memaparkan temuannya pada Rakernas PB PAPDI.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

13

SOROT UTAMA

Dr. Zainal Abidin, MKes, Ketua Umum PB IDI.

FAPSIC, FACP membentuk Tim Adhoc tentang dokter asing. Tim yang diketahui DR.
Dr. Aru W. Sudoyo SpPD, K-HOM,
FINASIM, FACP ini bekerja bersama-sama
IDI dan organisasi profesi kedokteran lain
membuat kajian liberalisasi dokter asing secara luas yang nantinya menjadi masukan
buat organisasi profesi masing-masing. Sikap PAPDI terhadap dokter asing mengikuti
IDI dan Kemenkes, kata Prof. Idrus.
Hal serupa disampaikan Dr. Aru. Ia mengatakan sikap PAPDI tidak berbeda dengan
IDI. Induk organisasi kedokteran di Indonesia ini memilih sikap menolak dokter asing
yang bekerja melakukan praktik mandiri di
Indonesia. Ini merupakan polical statement
IDI, meski sebenarnya kami paham bahwa
liberalisasi tenaga kedokteran tak bisa dihindari. Kita punya sikap terhadap kepentingan bangsa ini, ujar Dr. Aru.
Sedangkan, Ketua Umum Ikatan Dokter
Indonesia (IDI) Dr. Zainal Abidin, M.Kes mengatakan IDI menolak dokter asing praktik
di Indonesia. Dokter asing boleh masuk
Indonesia sebagai alih teknologi atas undangan pemerintah atau organisasi kedokteran. Dr. Zainal menambahkan IDI sanggup memberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat Indonesia. Dokter Indonesia
memiliki kemampuan dan skill yang tak kalah dari dokter asing, tapi kami hanya tidak
didukung oleh dana yang kuat.
Lebih jauh, perihal sikap IDI yang berseberangan dengan pemerintah disebabkan

14

Prof. Agus Purwadianto, Staf Ahli Kemenkes.

beda pandangan. Dr. Zainal mengatakan


secara prinsip bahwa tidak semua sektor
dapat diliberalisasi. Ada sektor-sektor yang
tidak boleh diperdagangkan yang mesti dikelola oleh anak bangsa, seperti sektor pertahanan, pendidikan, kesehatan dan hukum. Kita tidak setuju bila kesehatan diperdagangkan, ini menyangkut masa depan
suatu bangsa, tegasnya.
Hasil Mukernas IDI Oktober 2014 lalu di
Mataram menegaskan bahwa jasa praktik
dokter mesti diproteksi karena menyangkut
masalah ketahanan negara. Dengan demikian, jasa kesehatan bukan sektor bisnis dan
tidak seharusnya diperdagangkan. Liberalisasi sektor jasa kesehatan maupun kedokteran menekankan pentingnya negara ikut
terlibat karena jasa kesehatan adalah sektor
vital terkait ketahanan negara, jelasnya
Sikap hitam-putih IDI disayangkan Staf
Ahli Kementerian Kesehatan RI Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi Prof. DR.
Dr. Agus Purwadianto, SpF, SH, MSi, DFM.
Menurutnya, dokter lokal tidak semestinya
antipati terhadap dokter asing. Praktik dokter asing punya market sendiri dan tidak masuk dalam layanan kesehatan publik. Masyarakat kita sudah pintar, sudah tahu kemana mereka berobat, katanya
Namun liberalisasi bidang kesehatan tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Prof. Agus Purwadianto mengatakan hingga
kini harmonisasi ASEAN bidang kesehatan
telah memasuki tahap penjajakan dari sisi

Halo INTERNIS Edisi November 2014

bisnis kesehatan seperti mendirikan rumah


sakit, klinik, alat kesehatan, dan pembahasan soal penyamaan kurikulum pendidikan kedokteran.
Sedangkan perihal masuknya dokter
asing, tambah Prof. Agus, masih diwarnai
banyak perdebatan, belum ada kata sepakat
di antara anggota ASEAN. Negara-negara
ASEAN terkesan menutup dokter asing kenegaranya. Untuk itu mereka belum sepakat
soal dokter asing tahun 2015. Yang menjadi
kendala adalah tentang patient safety, kompetensi yang berbeda, bahasa dan budaya.
ini persoalan sangat krusial, katanya
Soal praktik dokter asing, tambahnya, tidak perlu tergesa-gesa, karena butuh waktu
yang lama untuk mendapatkan titik temunya. Di belahan dunia lain seperti Eropa butuh 15 sampai 20 tahun untuk membahas
praktik dokter asing. Dalam hal masuknya
dokter asing, kata Dr. Aru, hendaknya regulator domestik di Indonesia mematok syaratsyarat yang ketat terhadap dokter asing.
Kendati demikian, masuknya dokter
asing tak bisa terelakkan di era globalisasi
ini. Oleh karenanya, menurut Dr. Aru, untuk
menjawab tantangan globalisasi ini stakeholder kesehatan, baik pemerintah maupun
instansi kesehatan lainnya bersama-sama
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dan memperbanyak jumlah dokter. Ini akan
mengembalikan kepercayaan masyarakat,
dan kita akan menjadi tuan rumah di negeri
sendiri, ungkapnya. (HI)

SOROT UTAMA

:
ja
a
m
e
R
n
a
r
e
t
k
o
Ked

Kemenkes Bentuk POKJA

KESEHATAN REMAJA

Secara de facto banyak kasus remaja dirawat


oleh dokter penyakit dalam. Secara medis sulit
membuat batas tegas yang memisahkan antara
anak dan dewasa. Kesehatan remaja merupakan kompetensi banyak disiplin ilmu, termasuk ilmu penyakit dalam. PAPDI sudah
semestinya membekali para internis dengan
kompetensi kedokteran remaja.

enyelesaikan masalah hendaknya secara dewasa. Pameo itu akrab terdengar di telinga kita, tak terkecuali Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
(PP IDAI). Soal kesehatan remaja, IDAI cukup paham kalimat bijak tersebut. Pasalnya,
menanggapi polemik kesehatan remaja
IDAI belakangan ini sikapnya melunak.
Mereka berkompromi dengan Pengurus
Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) soal
layanan kesehatan remaja.
Telah terjadi pertemuan antara PAPDI,
IDAI, dan Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) membahas soal layanan kesehatan remaja atas
undangan Kemenkes RI. Kemenkes
menyetujui untuk membentuk Pokja
Kesehatan Remaja yang dikelola bersama
PAPDI, IDAI, POGI dan PDSKJI. Dirjen
BUK Kemenkes menjanjikan penanganan
kesehatan remaja akan ditambahkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan, kata Ketua
Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi,
SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP yang hadir pertemuan tersebut
bersama DR. Dr. Imam Subekti, SpPD, KEMD, FINASIM.
Prof. Idrus menambahkan beberapa
sejawat spesialis anak menginginkan adanya penanganan bersama tentang kesehatan remaja. Walaupun undang-undang menerapkan batas usia anak sampai 18 tahun,
namun sebagian besar kasus kesehatan
remaja secara de facto banyak dirawat oleh
dokter penyakit dalam.

DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

15

SOROT UTAMA

Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R, FINASIM

Dr. Yana Akhmad Supriatna, SpPD, K-P

Ketika Layanan
Kesehatan diatur
Undang-Undang
Kisruh polemik soal kesehatan remaja
berawal dari surat PP IDAI ke Kemenkes RI.
Lewat surat bernomor 704/PP IDAI/III/2013
itu, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia (PP IDAI) meminta Kemenkes untuk menetapkan semua pusat layanan kesehatan di Indonesia memberikan layanan kesehatan anak setiap individu hingga berumur 18 tahun. Dan membuka klinik remaja
untuk memberikan pelayanan kesehatan
kepada remaja yang dilayani oleh dokter
spesialis anak bersama dengan profesi lain
yang terkait. Kini, usulan perhimpunan yang
memayungi dokter spesialis anak itu masih
dalam pembahasan pihak Kemenkes RI.
Tampaknya, IDAI berupaya menjaga
pasien layanan kesehatan anak berdasarkan usia. IDAI mematok hingga 18 tahun
masih dilayani oleh pediatrik. lantas, apa
dasar 18 tahun? Dr. Yana Akhmad Supriatna, SpPD, K-P dari PAPDI cabang Jawa Ba-

16

rat mengatakan tidak ditemukan penelitian


yang shohih mengenai batasan usia 18 tahun. Penetapan 18 tahun tidak evidence
base ungkapnya.
Padahal, Dr. Yana mengatakan kerap kebanjiran pasien paru yang berusia di bawah
18 tahun. Ia mengakui pasien tersebut selama ini baik-baik saja. Hal serupa juga diakui
Sekretaris PAPDI cabang Makassar Dr. Faridin Pango, SpPD, K-R, FINASIM. Ia mengatakan internis tak sedikit yang menangani
pasien berusia 15 18 tahun. Hal ini, menurutnya, terjadi karena untuk kasus-kasus tertentu seperti lupus, yang tidak terdapat di
bagian ilmu kesehatan anak (IKA) maka
ditangani oleh internis. Kebanyakan yang terjadi karena permintaan pasien sendiri mengingat pada usia tersebut mereka merasa
sudah dewasa. Pasien berusia 1418 tahun
seringkali merasa tidak pantas lagi diperlakukan seperti anak-anak, sebagian lebih memilih ditangani internis. Atau mereka dengan
tinggi badan layaknya orang dewasa, tidak
memungkinkan ditempatkan di ruang rawat
anak. Kemudian bagaimana orang tua yang
memiliki anak pada usia 17 tahun, apakah

Halo INTERNIS Edisi November 2014

ibu dan anaknya akan sama-sama ditempatkan di ruang rawat anak? tanya Ketua
Divisi Reumatologi RS Dr. Wahidin Sudirohusodo - FK Unhas, Makassar itu.
Dr. Faridin juga menyayangkan pihak
departemen ilmu kesehatan anak (IKA) di
beberapa rumah sakit, termasuk Rumah
Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo tempat ia
bekerja, yang menindaklanjuti usulan PP
IDAI ke komite medis sebelum ada ketetapan dari Kemenkes RI. Pasalnya, bila ketentuan pasien anak hingga 18 tahun ditetapkan, maka pihak rumah sakit memerlukan
berbagai persiapan seperti renovasi ruang
rawat anak serta peralatan medis penunjang lainnya. Pada prakteknya, dapat menimbulkan gejolak di pusat layanan kesehatan.
DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, KP, FINASIM, FCCP anggota tim Adhoc
Adolescent PB PAPDI membenarkan pendapat para koleganya. Hasil kajian Tim
Adhoc Adolescent PB PAPDI, kata Dr. Arto
begitu biasa disapa, penetapan batas usia
18 tahun seperti yang diusulkan PP IDAI
berpotensi mengundang beragam masalah.

SOROT UTAMA
Di antaranya, bagi petugas kesehatan sangat rawan masuk ke ranah hukum bila kelak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti tuntutan hukum, rumah sakit mesti melakukan perubahan infrastruktur yang mendasar yang dipastikan banyak mengeluarkan biaya dan waktu, kebingungan karena
pasien dengan kategori remaja tidak berkenan diperlakukan sebagai pasien anak-anak
mengingat postur tubuh sudah layaknya
orang dewasa. Secara medis sulit membuat batas tegas yang memisahkan antara
anak dan dewasa. Remaja berusia 18 tahun
kurang 2 hari dengan yang berusia 18 tahun
lebih 2 hari organ tubuhnya tidak berbeda
jelas Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat ini
saat Rakernas PB PAPDI dan Seluruh
PAPDI Cabang, di Hotel Haris, Jakarta awal
Maret 2014 lalu.
Kendati demikian, angka 18 tahun yang
diusulkan PP IDAI memiliki dasar konstitusi
yang kuat. Dalam suratnya, IDAI memakai
payung Undang-Undang Kesehatan Nomor
36 tahun 2009 pasal 131 yang menjelaskan
bahwa upaya pemeliharaan kesehatan
anak dilakukan sejak anak masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan,
dan sampai berusia 18 tahun. Dan UndangUndang Nomor 23 tentang Perlindungan
Anak yang menjelaskan batas usia anak
hingga 18 tahun.
Ternyata, kedua undang-undang tersebut tidak berdiri sendiri. Regulasi yang berkaitan dengan anak-anak, seperti UU KPAI,
UU Ketenagakerjaan, UU Partai Politik dan
lain-lain mematok batas usia anak dan dewasa pada 17 18 tahun. Hampir semua
undang-undang yang berlaku menetapkan
batas usia anak-anak sekitar 18 tahun. Tidak ditemukan satu undang-undang pun
yang menetapkan batas usia anak hingga
14 tahun, kata konsultan paru Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung ini.
Kondisi ini tidak lantas membuat tim
Adhoc Adolescent PAPDI pasrah. Menurut
Ketua tim Adhoc Adolescent PAPDI DR. Dr.
Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM,
FACP, mengatakan pihaknya telah membuat kajian dan hasilnya disampaikan ke Kemenkes bagaimana kondisi dan peran internis dalam layanan kesehatan anak. Di masyarakat ada kelompok remaja yang menginginkan kesehatannya ditangani internis,
kata Dr. Aru.
Kelompok usia remaja merupakan inter-

DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP.

seksi antara usia anak dan dewasa. Batasan


usia remaja yang ditetapkan cukup beragam.
Kementerian Kesehatan RI tahun 2006
menyatakan batasan usia remaja 12 19 tahun. WHO mendefinisikan remaja adalah
manusia muda yang berusia antara 10-19
tahun yang biasa dianggap sebagai kelompok sehat. Meskipun demikian banyak remaja yang meningggal dini karena kecelakaan,
bunuh diri, kekerasan, komplikasi terkait
kehamilan, dan penyakit lain yyang sebetulnya bisa dicegah atau diobati, serta banyak
lagi yang menderita penyakit kronis dan
kecacatan.Selain itu, banyak penyakit serius
di masa dewasa nantinya yang berakar dari
masa remaja. Para pemakai tembakau, STD,
HIV, asma narkoba, kebiasaan buruk dalam
pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat
ketika remaja, dapat menyebabkan penyakit
dan kematiann dini pada masa dewasa nanti.
PAPDI akan bermain pada kesehatan
remaja. Di sini akan segera dibentuk pokja
kesehatan remaja antara PAPDI dan IDAI.
Delegasi IDAI telah berkunjung ke PAPDI
membicarakan soal kesehatan remaja.
PAPDI mesti menyiapkan materi ajar adolescent, kata Penasehat PB PAPDI itu.
Di Amerika Serikat, kesehatan remaja
ditangani oleh ahli kedokteran remaja yang

kompetensinya dikeluarkan subspesialis


kedokteran remaja. Subspesialis kedokteran remaja dimiliki oleh beberapa spesialis,
seperti IPD, IKA, dan Psikiatrik. Sertifikat
kedokteran remaja diterbitkan bersama oleh
spesialisasi tersebut. Tes kompetensi dilaksanakan bersama oleh spesialisasi tersebut
dengan waktu dan tempat yang sama.
Sedangkan ABIM punya standar sendiri
tentang kedokteran remaja. seorang yang
berminat untuk mengambil subspesialisasi
kedokteran remaja harus memiliki sertifikat
ilmu penyakit dalam dan melalui masa training selama sekitar 24 bulan. Di Amerika Serikat, kedokteran remaja memiliki perhimpunan profesi, yaitu SAHM (Society of
Adolescent Health and Medicine). Dan terdapat jurnal kedokteran remaja yang bernama Journal of Adolescent Health.
Merujuk dari negara-negara maju, kesehatan remaja merupakan kompetensi banyak disiplin ilmu, termasuk ilmu penyakit
dalam. Bukan dominasi satu disiplin ilmu
yang didasari usia. Karenanya, batasan
usia remaja dengan kondisi objektif pasien
kerap tidak seiring sejalan. Masalah medis
sejatinya mengedepankan kompetensi dan
etika, bukan semata-mata dipagari oleh hukum yang cenderung kaku. (HI)

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

17

SOROT UTAMA

MEA, IDI dan


Kehidupan Berbangsa
Ario Djatmiko*

DI, sebagai wakil profesi dokter menolak


praktik dokter asing, benarkah? Apa
alasannya? Kalau menolak apakah berarti IDI tidak mendukung pemerintah?
Dan, apakah tidak takut terkucilkan ditatanan regional? Dua (dari sepuluh) pertanyaan Hallo Internis itu cukup membuat saya
merenung. Disini tersirat pemahaman yang
berbahaya. Stigma xenophobia, anti asing
seakan melekat di wajah IDI. Sungguh ini
mempersulit IDI dalam menyatakan pemikirannya didalam maupun di luar negeri. Mengapa? IDI tidak legitimate lagi menyampaikan pemikiran analitiknya sebab semua
argumentasi IDI seakan lahir dari rasa ketidak sukaan terhadap asing.
Pertanyaan kedua juga cukup menyulitkan: Tidak mendukung pemerintah dan
akan dikucilkan di tatanan regional. Statement ini menaruh IDI pada posisi berhadapan diametrikal dengan kebijakan pemerintah
dan tatanan global. Sulit kita membangun
dialog yang jernih bila diawali dengan perbedaan pemahaman yang tajam. Benar,
masyarakat amat mudah terjebak pada
anggapan bahwa seakan orientasi kebijakan IDI selalu berpihak pada kepentingan
(profesi) dokter Indonesia. Sebuah pertanyaan miris: Benarkah pikiran dan perasaan dokter (sebagai satu profesi mulia) berhenti hanya sebatas kepentingan kerja profesinya saja? Tidak ada tersisakah tempat di
lubuk hati kita untuk merasakan persoalan
besar bangsanya?
Bangsa kita sendirilah yang akan membangun bangsa ini menjadi kuat dan makmur, bukan bangsa lain. Begitu kata Lee
Kuan Yew di buku Hard Truths we have no
neighbors who want to help us prosper.
Bisakah menyebut pemahaman Lee Kuan
Yew itu sebagai xenophobia atau nasionalisme sempit? Lantas, mengapa kita tidak

18

Halo INTERNIS Edisi November 2014

boleh berpemahaman sama? Semua ini


adalah hal paling essential yang harus kita
pahami sebelum memulai membahas telaah
dibawah ini
Benar, dipasal 6d, AD-ART IDI tertera:
IDI memperjuangkan kepentingan dan kedudukan dokter di Indonesia sesuai harkat
dan martabatnya. Tetapi bila kita mencermati AD-ART IDI secara menyeluruh, jelas
sejatinya IDI dilahirkan untuk hal yang lebih
besar, membangun bangsanya. IDI adalah
wadah dokter berbangsa Indonesia untuk
melaksanakan kewajiban luhurnya terhadap
bangsanya. Jelas tertera dipasal 5: berkewajiban IDI meningkatkan derajat kesehatan rakyat menuju masyarakat sehat sejahtera. Semangat ini sejalan dengan amanat
UUD 45 pasal 28 H: kesehatan adalah hak
rakyat yang dilindungi Negara.
Dalam pelayanan kesehatan, begitu
banyak pemangku kepentingan yang hadir,
ikut bermain. Jelas mereka membawa kepentingan masing-masing, akibatnya arah
layanan kesehatan sangat rentan untuk diselewengkan. Di sini fungsi pemerintah harus jelas, sebagai regulator (pemegang komando) yang mengawal arah layanan kesehatan agar berjalan sesuai dengan cita-cita
bangsa. Yaitu membawa rakyat bangsa ini
kuat dan negeri yang makmur. Untuk itu, IDI
bermitra menjalankan program pemerintah
(sesuai dengan pasal 9e). Namun apa yang
terjadi selama ini?
Pembangunan kesehatan selama 69 tahun kemerdekaan negeri ini jauh dari harapan dan tertinggal jauh dibandingkan
negeri jiran:
Human Development Index (HDI) Indonesia selalu berada di level bawah. Jauh
dibawah negara-negara ASEAN lain.
Sistem kesehatan belum juga tertata dengan baik. Kuantitas dan kualitas la-

SOROT UTAMA

yanan kesehatan belum merata, mayoritas mash jauh dibawah standard. Daya
beli dan aksesibilitas rakyat ke sarana
kesehatan tidak memadai. Sektor preventif belum pernah digarap dengan
benar.
Pemerintah belum menaruh pembangunan kesehatan sebagai prioritas kegiatan berbangsa. Ini tercermin dari alokasi
biaya yang begitu rendah dan kesungguhan pemerintah dalam menata sistem
kesehatan
Jarak ketertinggalan teknologi kedokteran Indonesia dibandingkan Negara tetangga amat jauh dan kian jauh saja dari
waktu kewaktu.

Sir Michael Marcot (WHO) memberi perumpamaan yang tepat: Sistem kesehatan
adalah vehicle (kendaraan) bagi setiap
bangsa menuju ke masa depan. Artinya
kendaraan (milik) kita harus sehat dan sepenuhnya dapat dikendalikan oleh Negara
agar seluruh rakyat dapat sampai ke tujuan.
Kendaraan adalah: sistem dan sub sistem
kesehatan yang bekerja intergrated, dengan
mengemban visi-misi: demi kepentingan
masa depan rakyat Indonesia. Jelas, kendaraan ini adalah tumpuan harapan seluruh
rakyat negeri ini untuk survive dan mendapat tempat terhormat di mata dunia. Tidak
mungkin rakyat Indonesia akan sampai pada tujuan berbangsa dengan menggunakan
kendaraan asing yang bukan miliknya dan
tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh
negara.
Membaca 4 poin di atas, jelas bahwa
ada masalah serius di kendaraan kita. Diperlukan langkah yang cepat dan tepat
untuk memperbaiki vehicle kita agar bangsa
kita segera bangkit dan dapat menatap ke
depan sebagai bangsa yang unggul. Tapi,
dalam situasi seperti ini, disaat vehicle
(hard, soft and brain ware sistem kesehatan) kita amat rapuh penuh dengan
masalah, kita justru tidak serius memperbaiki. Tetapi sebaliknya mengundang masuknya vehicle (investasi dan pekerja medik)
asing ke negeri ini. IDI melihat kebijakan ini
jelas salah arah dan menyimpang jauh dari
tujuan bernegara. Coba kita bertanya,
bisakah kita berharap vehicle asing akan
membangun seluruh manusia Indonesia
dan membawa kemakmuran di negeri ini?
Jawaban Lee Kuan Yew benar, we have no

neighbors who want to help us prosper.


Kehadiran MEA, akan merubah banyak
hal secara fundamental. Profit motive yang
hadir di dunia kesehatan akan membawa
masalah serius. Pembangunan kesehatan
bangsa akan berjalan semu, gap terus melebar, bagian terbesar dari bangsa ini akan
tersingkir dan bahaya chaos menunggu. Kekuatan yang tidak imbang di bidang teknologi medik akan membuat tersingkirnya pekerja medik lokal dinegeri ini. Ujungnya, kedaulatan bangsa di bidang kesehatan akan
hilang. Ketergantungan teknologi medik
bangsa ini pada penyedia asing sungguh
akan melemahkan ketahanan nasional Indonesia.
Sesuai dengan Mukadimah AD-ART, IDI
wajib memberi advocacy demi kepentingan
bangsa Indonesia. Untuk itu, IDI memberi
pandangan:
Posisi pemerintah sebagai regulator harus powerful dalam memimpin pembangunan kesehatan bangsanya.
Empat (4) bidang strategis: Keamanan,
Hukum, Kesehatan dan Pendidikan adalah hal yang langsung menyangkut kedaulatan dan masa depan Negara. Oleh
karena itu keempat bidang tersebut tidak
boleh dikendalikan oleh asing.
Pembangunan keempat bidang itu harus
mendapat prioritas utama dan harus sepenuhnya dilakukan oleh bangsa sendiri.
Menyerahkan pembangunan kesehatan
bangsa pada mekanisme pasar (profit
motive) adalah kebijakan yang sangat
keliru dan bertentangan dengan undangundang.
Kemandirian teknologi (Medik) adalah

bentuk kedaulatan Negara di bidang medik. Saat ini jelas, ketertinggalan Teknologi Medik di Indonesia merupakan situasi yang amat serius. Untuk itu pemerintah harus segera melakukan upaya
Short Cut Program untuk meningkatkan teknologi medik (membangun hard,
soft dan brain ware teknologi medik) dan
melakukan pemerataan teknologi di
Indonesia.
JKN adalah wadah yang tepat untuk memulai pembangunan manusia Indonesia.
Namun harus dikerjakan dengan sungguh sungguh, melibatkan semua elemen
dan dengan spirit membangun manusia
seutuhnya-. Integrated, komprehensif
dan membawa manfaat bagi semua
pemangku kepentingan. Bukan sekedar
reaktif dan populis saja tanpa disain
yang baik dan persiapan yang matang.
IDI akan sungguh-sungguh menjaga
anggotanya agar menjadi pejuang kesehatan bangsanya.

IDI bukan pengambil kebijakan Negara.


Advocacy hanya sebatas saran yang diberikan semata-mata demi masa depan bangsa
Indonesia. Anggota IDI selalu menjadi yang
terdepan dalam persoalan kesehatan bangsanya. Pemikiran ini ditulis berdasarkan pengalaman lapangan, kapasitas intelektual
dokter dan sepenuhnya berpihak pada kepentingan bangsanya.
* Penulis:
Dr Ario Djatmiko
Staf Pengajar FK UNAIR
Ketua Bidang Penataan Praktek Global PB IDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

19

KABAR PAPDI

Jelang WCIM 2016,

di Bali
Indonesia

Executive committee
ISIM tak tanya apa-apa,
sejauh ini aman. Mereka
juga memahami kendala
sponsorship. Suatu
kesempatan untuk PAPDI
menunjukan bahwa pendidikan dan pelayanan di
bidang ilmu penyakit
dalam di Indonesia cukup
berkembang.
20

orld Congress of Intenal Medicine (WCIM) 2016 di Bali,


Indonesia kurang dari dua tahun. Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indoonesia (PB PAPDI) sebagai tuan rumah terus berbenah menyiapkan perhelatan akbar dokter-dokter penyakit dalam
seluruh dunia yang tergabung dalam
International Society of Internal Medicine
(ISIM). Panitia WCIM 2016 baik dari PB
PAPDI dan cabang cabang yang terlibat
berupaya sinergi mensukseskan event
besar itu.
Lalu seberapa jauh persiapan WCIM
2016? Panitia diminta untuk melakukan
progress report tiap acara WCIM. Pada
WCIM 2014 di Seoul, Korea Selatan,
akhir Oktober 2014 lalu, Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution,
SpPD, K-KV, FINASIM, FACP mewakili

Halo INTERNIS Edisi November 2014

panitia, mempresentasikan kesiapan


WCIM 2016. Didampingi panitia lain, Dr.
Sally memaparkan hal-hal terkait denga
persiapan WCIM 2016 dihadapan executive committee ISIM. Mereka (executive
committee-red) tidak tanya apa-apa, hanya katakan bila ada kendala sponsor,
beritahukan kami, kata Dr. Sally setengah deg-deg-an. Alhamdulilllah, mereka
menerima dan cukup paham soal kendala
sponsor. Ketika presentasi, kami lebih
menitikberattkan kepada tema-tema ilmiah. Karena kami tahu mereka sangat
ketat soal konten acara, tambahnya
WCIM 2016 di Bali akan diselenggarakan di Hotel Bali Nusa Dua Convention
Center (BNDCC). Panitia menargetkan
10.000 peserta akan hadir pada acara tersebut. Jumlah ini lebih banyak dibanding
WCIM di Seoul yang 6.000 peserta. Akomodasi cukup untuk sejumlah itu, ujar

KABAR PAPDI

Dr. Sally mempresentasikan kesiapan WCIM 2016 di hadapan Executive Committee ISIM.

kardiolog itu.
Hal senada disampaikan Ketua Umum
PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,
K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC,
FACP. Prof. Idrus mengatakan terpilihnya
Indonesia sebagai tuan rumah pada bidding WCIM 2010 di Melbourne, Australia
lalu merupakan suatu kesempatan untuk
PAPDI menunjukan bahwa pendidikan
dan pelayanan di bidang ilmu penyakit dalam di Indonesia cukup berkembang. Untuk itu, kami akan siapkan WCIM Bali ini

semaksimal mungkin, ujarnya.


Prof. Idrus melanjutkan, panitia telah
audiensi ke Kementerian Kesehatan RI.
Menteri Kesehatan mendukung pertemuan tingkat dunia itu dan meminta agar
membahas materi-materi terkait penyakit
yang umum terjadi di Indonesia.
Sementara Ketua Panitia WCIM 2016 .
DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,
FINASIM, FACP menghimbau anggota
PAPDI agar turut berpartisipasi pada
WCIM 2016. Selain hadir pada acara itu,

sejawat dapat aktif mengikuti beberapa


kegiatan seperti lomba penelitian, lomba
poster dan lain-lain.
Dari WCIM sebelumnya, peserta terbanyak adalah dari dokter lokal. Seperti
WCIM 2014 kemarin, dari 7.000 peserta,
ada sekitar 6.000 perserta merupakan tenaga kesehatan dari Korea Selatan. Sisanya, dokter asing. Untuk itu kami menghimbau internis untuk hadir, selain menambah pengetahuan juga berbagi pengalaman dengan dokter-dokter asing,ujar
Penaehat PB PAPDI itu.
Dr. Aru menambahkan, melalui Asean
Federation of Internal Medicine (AFIM),
panitia juga mengundang internis di kawasan Asean untuk berpartisipasi pada
WCIM 2016. Dan sebagai South East
Asia of Chapter American College of Physicians (ACP), panitia meminta dukungan
dari ACP. Rencananya, pada WCIM di
Bali juga akan diadakan AFIM meeting,
katanya.

Selamat untuk
Dr. Aru
Selain sukses meyakinkan 10 orang
executive committee, ada kabar baik dari
WCIM ke 32 di Seoul. DR. Dr. Aru W.
Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP

Delegasi PAPDI pada WCIM 2014 di Seoul,Korea Selatan.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

21

KABAR PAPDI
terpilih menjadi President
Elect ISIM periode 20142016. Nantinya, Dr. Aru
akan serah terima menjadi
President ISIM dari Dr.
Yasuo Ikeda pada WCIM ke
33 di Bali 22-25 Agustus
2016.
Dr. Aru mengatakan sebelum WCIM 2014 ia mendapat email dari executive
committee ISIM. Isinya, ia
dicalonkan menjadi salah
kandidat President elect
Prosesi serah terima tuan rumah WICIM 2016 dari President ISIM Rudolfo
ISIM 2014 2016. Dr. Aru Bado
kepada Dr. Aru.
pun setuju. Hasilnya, Dr. Aru
terpilih dan dikukuh menjadi President butuh subspesialis yang mendalami bielect ISIM periode 2014-2016 pada WCIM dang tertentu sebagai pendidik, pembi2014 di Seoul, Korea Selatan.
cara, dilayanan tersier dan peneliti. NaTerpilihnya internis dari Indonesia, me- mun Indonesia masih membutuhkan genurut Dr. Aru, didasari beberapa penilaian neralist atau internis umum. Sebab, penoleh executive committee. Mereka meni- dekatan holistik dan terpadu yang diberilai PAPDI termasuk perhimpunan dokter kan internis umum lebih ekonomis, dan lepenyakit dalam di dunia yang berhasil bih patient safety. Apalagi saat ini Indomembina anggotanya dan mencegah ter- nesia telah memasuk sistem layanan rujadi fragmentasi tubuh ilmu penyakit da- jukan dengan pembiayaan berbasis asurlam. Seperti diketahui, ancaman fragmen- ansi atau Jaminan Kesehatan Nasional,
tasi di dunia cukup serius. Ilmu kedokter- kata Dr. Aru menjelaskan.
an terkotak-kotak menjadi bagian yang
Selanjutnya, selama dua tahun Dr. Aru
lebih kecil. Memang, dunia kedokteran akan bersama Prof. Yasuo Ikeda mem-

Delegasi PAPDI pada WCIM 2014 di depan stand PB PAPDI.

22

Halo INTERNIS Edisi November 2014

bidani ISIM. Ia akan aktif dalam kegiatankegiatan ISIM seperti menghadiri undangan acara ilmiah yang diselenggarakan
perhimpunan penyakit dalam di seluruh
dunia. Dan roadshow ke berbagai negara
yang kebanyakan negara-negara berkembang mempromosikan dan membantu memperkuat perhimpunan penyakit
dalam di negara tersebut. Saya sudah
mengambil keputusan, dan saya komitmen dengan ini meski akan kehilangan 50
persen waktu praktik, ungkapnya.

Merebut WCIM
2016 di Melbourne
Maret 2010, dari Melbourne, kabar
gembira itu datang. Indonesia berhasil
menjadi tuan rumah penyelenggaraan
World Congress of Internal Medicine
(WCIM) 2016. Keberhasilan merebut tampuk tuan rumah tidak turun begitu saja.
Empat negara memperebutkan posisi ini.
Rusia, Meksiko, dan Afrika Selatan merupakan pesaing Indonesia. Hati saya kecut karena para pesaing itu, ujar Dr. Sally
Aman Nasution, SpPD, FINASIM, salah
satu delegasi Indonesia yang berangkat
ke Melbourne.

KABAR PAPDI
Rusia, merupakan negara besar. Meksiko, tercatat pernah menjadi tuan rumah
WCIM. Lalu Afrika Selatan, merupakan
pesaing terberat. Para dokter yang pernah ke Afrika Selatan tidak memungkiri
bahwa negara ini memiliki keindahan
yang mengagumkan. Tidak sedikit anggota executive committee yang terpesona
dengan keindahan alam Afrika Selatan.
Terlebih lagi, Afrika Selatan pernah terpilih sebagai tempat penyelenggaraan
piala dunia 2010, ujar Dr. Sally.
Meski memiliki rival yang tidak sepele,
langkah pantang diundurkan. Delegasi Indonesia, tetap bersemangat melakukan
presentasi di hadapan Komite Eksekutif
International Society of Internal Medicine
(ISIM) bergantian dengan delegasi pesaing. Bidding telah dimulai, negara calon
kandidat dipanggil satu persatu untuk masuk ke ruangan dan mempresentasikan
apa-apa yang dapat ditawarkan pada juri.
Dari Indonesia yang mempresentasikan
adalah DR. Dr. C. Heriawan Soejono,
SpPD, K-Ger, FINASIM, saat ini menjabat
sebagai Direktur Utama RSCM. Dengan
segala percaya diri, bahasa Inggris yang
baik sekali dan bahan presentasi yang
sudah dipersiapkan jauh-jauh hari, dengan beberapa kali revisi atas masukan
kami semua, tapi kami tetap kuatir, aku
Dr. Sally.
DR. Dr. Aru Sudoyo,SpPD, K-HOM,
FINASIM, FACP yang duduk sebagai salah satu anggota komite tak tinggal diam.
Dr. Aru memutar otak menyusun siasat di
dalam ruang sidang komite. Sidang ber-

jalan sangat alot. Ada yang mengatakan


bahwa ISIM belum pernah menggandeng
negara Afrika, maka Afsel memiliki nilai
lebih jika ditunjuk sebagai tempat kongres
ahli penyakit dalam.
Dr. Aru berfikir keras. Sebagai seorang
internis Indonesia yang duduk sebagai
anggota komite, tentu saja ia menginginkan Indonesia mendapat kehormatan tersebut. Di luar ruangan sidang, delegasi
Indonesia lain berdebar menantikan hasil
keputusan rapat tertutup General Assembly. Dr. Aru sempat berkirim sms membocorkan situasi sidang. Akhirnya, ia
mengangkat isu penting terkait Indonesia
agar dapat melenggang merebut posisi
tuan rumah.
Penunjukan Indonesia sebagai tuan
rumah WCIM 2016 tidak hanya penting
untuk negeri saya, namun bagi seluruh
wilayah ASEAN, karena internis umum
masih amat vital bagi kelangsungan pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif bagi negara-negara seperti Malaysia,
Laos, Kambodia, Thailand dan Filipina,
dan Brunei. Dan untuk itu, Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia patut menjadi forum pertemuan, kata Dr. Aru.
Dengan isu yang diperjuangkan tersebut, akhirnya pemenang jatuh pada Indonesia. Sejumlah alasan lain memuluskan jalan Indonesia. Rusia, ternyata tidak
didukung oleh pemerintahnya karena sedang dilanda konflik internal. Berbeda dengan Indonesia, yang mendapat restu
dari Menteri Kesehatan, Konsulat Jendral

di Australia, dan Gubernur Bali yang


terkait dengan lokasi kongres. Meksiko,
langkahnya terjegal karena pernah
menjadi tuan rumah kongres yang sama
dan sedang mengalami gangguan keamanan yang serius dengan adanya perang antara alat negara dan geng-geng
narkotika. Sementara Afrika Selatan,
yang memiliki peluang paling besar, ternyata organisasi ahli penyakit dalam negara ini belum lama tercatat bergabung
dengan ISIM. Akhirnya, setelah diskusi
yang berjalan dengan hangat Indonesia
cukup berbangga menerima kehormatan
untuk menjadi tuan rumah WCIM 2016.
Dr. Aru yang berada di dalam sidang
menarik nafas lega. Misi tercapai, dengan
dukungan segenap internis Indonesia dari
berbagai cabang yang hadir di Melbourne
maupun yang berada di tanah air. Untuk
informasi, Indonesia memiliki kontingen
terbanyak pada kongres 2010 lalu, dengan jumlah kontingen sekitar 100 orang.
Ini merupakan prestasi bagi organisasi
kita, dengan peran serta, dukungan, dan
harapan dari semua cabang, ujar Dr. Aru
mengungkapkan rasa gembira dan terima
kasihnya.
Namun semua baru merupakan langkah awal menuju 2016. Sejumlah tanggung jawab yang membawa wajah Indonesia ke peta dunia menanti. Kongres di
Bali nanti, merupakan kongres dunia perhimpunan pertama yang diselenggarakan
di Indonesia. Kerja keras akan diminta dari seluruh anggota untuk membawa citra
internis Indonesia di mata dunia. (HI)

Delegasi PAPDI pada WCIM 2014 bersama Executive Commmittee ISIM.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

23

KABAR PAPDI

Selamat
atas terpilihnya
DR. Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP

sebagai President Elect ISIM 2014 2016

24

Halo INTERNIS Edisi November 2014

KABAR PAPDI

Dr. R. Bramantono, SpPD, K-PTI, FINASIM:

Raih Best Poster Award


di Ajang WCIM 2014 Seoul,
Korea Selatan

Dr. FR. Bramantono, SpPD, K-PTI, FINASIM.

orld Congress of Internal Medicine 2014 di Seoul, Korea Selatan akhir Oktober lalu menjadi
moment penting bagi Dr. R. Bramantono, SpPD, K-PTI, FINASIM. Pasalnya, pada perhelatan akbar dokter spesialis penyakit dalam sedunia ke 32 ini
Dr. Bramantono meraih The Best Poster Award. Staf Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
Unair/RS Dr. Soetomo, Surabaya ini
terpilih menjadi salah satu pemenang
dari 20 pemenang lain dari berbagai
negara.
Saya terpilih menjadi salah satu pemenang Best Poster Award WCIM
2014. Surabaya menjadi salah satu
wakil dari Indonesia, ungkapnya melalui surat elektronik.

INFORMASI PERSONAL :
Nama
: Dr. Bramantono, Sp.PD, KPTI, FINASIM
Tempat/tanggal lahir
: Surabaya, 13 Mei 1965
Alamat kantor
: RSUD Dr. Soetomo FK UNAIR
RIWAYAT PENDIDIKAN (mulai dari dokter umum)
Dokter umum
1983 1989 Universitas Airlangga
Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1997 2005 Universitas Airlangga
Dokter Spesialis Konsultan
2005 2013
RIWAYAT PEKERJAAN
2007 sekarang Divisi Penyakit Tropik Infeksi; Depart. SMF Ilmu Penyakit
Dalam; RSUD Dr. Soetomo (Staf)
2007 sekarang Institute Tropical Diseases; Universitas Airlangga (Peneliti)
2007 - 2014
Ruang Rawat Inap Rosella 1 (Supervisor)
2011 2014
Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo (Supervisor)
2014 Instalasi Rawat Darurat RSUD Dr. Soetomo (Koordinator)

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

25

KABAR PAPDI

Dr. FR. Bramantono, SpPD, K-PTI, FINASIM bersama Ketum dan Sekjen PB PAPDI.

Penelitian yang dilakukan Dr. Bramantono bersama koleganya, DR. Dr.


Agung Dwi Wahyu, Prof. Dr. Eddy Bagus Wasito, SpMK, memikat Organizing
Committee (OC) Best Poster Award
WCIM 2014. Pada event itu, Dr. Bra-

mantono membawakan penelitian bertajuk Prevalence of Multi-Drugs Resistant (MDR) Gram Negative Bacteria
Caused Bacteremia from Internal Ward,
Dr Soetomo Hospital, Surabaya Indonesia.

Dr. FR. Bramantono, SpPD, K-PTI, FINASIM beserta peserta WCIM 2014..

26

Halo INTERNIS Edisi November 2014

Penelitian tersebut dilakukan RS Dr.


Soetomo Surabaya dalam kurun waktu
sejak 2010 sampai 2014. Hasilnya, prevalensi MDR gram negatif berubah tiap
tahunnya dengan dominasi Acinobacter
baumanii dan peka terhadap antibiotika
golongan karbapenem. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui data-data
kuman kebal antibiotika serta hasil kepekaan antibiotika yang nantinya berguna bagi RS Dr. Soetomo Surabaya
dalam membuat kebijakan pedoman terapi khususnya penderitas sepsis gram
negatif.
WCIM merupakan kongres perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam
sedunia (ISIM) yang diselenggarakan
setiap dua tahun. Pada WCIM 2014
mengusung tema Internal Medicine &
Beyond: Toward a Healthier World dan
dihadiri hampir 7000 peserta dari seluruh dunia. WCIM 2016 akan diselenggarakan di Bali, Indonesia!
Selamat Dr. Bramantono.

KABAR PAPDI

Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP


Sekretaris Jenderal PB PAPDI

AFIM : Kolaborasi

di Bidang CPD

eran PAPDI kian menggeliat baik di


kancah regional maupun international. Di kawasan Asia Tenggara,
PAPDI terlibat aktif bersama perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam dari
negara-negara ASEAN membidani ASEAN
of Federation of Internal Medicine (AFIM),
Sejak dilontarkan gagasan menghidupkan
kembali AFIM pada WCIM 2008 di Buenos
Aires, Argentina, pertemuan demi pertemuan telah diselenggarakan di negaranegara ASEAN.
Pada tahun 2014 ini, pertemuan AFIM
kembali diselenggarakan di Pattaya, Thailand, April 2014 lalu. Pertemuan yang bersamaan dengan The Royal College of Physicians of Thailand ini membahas agenda
internal organisasi AFIM. Awalnya, pertemuan AFIM tahun ini direncanakan akan diselenggarakan di Malaysia dan Singapura.
Namun, Malaysia belum siap sebagai tuan
rumah pertemuan AFIM. Sementara Singapura masih terganjal oleh masalah internal
mereka. Semestinya tahun ini di Malaysia
dan Singapura. Tapi Malaysia tidak perform.
Sedangkan Singapura masih ada kendala
konsolidasi internal, kata Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution,
SpPD, K-KV, FINASIM, FACP salah satu
delegasi PAPDI yang aktif pada AFIM.
Dr. Sally melanjutkan pada pertemuan
AFIM di Pattaya, dibicarakan soal legalitas
organisasi. Mengingat ketua dan pengurus
AFIM yang berganti-gantian, maka timbul
kendala di negera mana legalitasnya akan
ditetapkan. AFIM ingin memiliki by laws,
mau didaftarkan dimana? Kita kesulitan
ingin dilegalkan di negara mana. Sementara
ini by laws sedang dicoba diajukan di bawah
Kementerian Hukum Filipina. Legalitasnya
belum disahkan. Kami sedang menunggu
hasil assesment, kami mau lihat agar tak
ada pihak yang dirugikan, ujar Dr. Sally

Berbagai perbedaan mewarnai pertemuan AFIM


tersebut. Para delegasi bertemu pada satu titik,
yaitu harmonisasi. Perbedaan yang menyelimuti
tiap-tiap anggota AFIM menjadi warna sendiri dan
saling memahami dan menghargai.

Dr. Sally beserta anggota AFIM pada AFIM Meeting di Pattaya, Thailand, April 2014.

AFIM merupakan organisasi profesi non


profit. Menurut Dr. Sally perangkat yang
terkait organisasi dan kepengurusannya
sudah dibahas. Loga AFIM pun sudah disepakati yang mewakili bendera negara-negara anggota. Kita surat menyurat melalui
surat elektronik telah menggunakan logo
AFIM, tapi untuk urusan eksternal, kita be-

lum bisa menggunakan logo tersebut, katanya.


Selain mengagendakan legalitas organisasi, pertemuan AFIM juga membahas bagaimana sistem pendidikan penyakit dalam
dan kegiatan-kegiatan perhimpunan profesi
penyakit dalam di masing-masing negara
anggota AFIM. Berbagai perbedaan mewar-

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

27

KABAR PAPDI

Masing-masing negara anggota


AFIM bertahan dengan pendapatnya, termasuk Indonesia. dengan
demikian kita mencari kesamaankesamaan yang dapat disatukan.
Prinsipnya, bagaimana mempermudah anggota AFIM tanpa mengorbankan kepentingan dokter
di negara masing-masing.

nai pertemuan AFIM tersebut. Bahkan


perbedaan yang paling mendasar seperti
sistem pendidikan menjadi perdebatan yang
panjang. Masing-masing negara ASEAN
berbeda dalam sistem pendidikan ilmu
penyakit dalam. Misalnya, Indonesia berbeda dengan Filipina. Sistem pendidikan ilmu
penyakit dalam di Indonesia berdasarkan
university based, sedangkan Filipina menerapkan hospital based. Mesti kompetensi
ilmu penyakit dalamnya sama, namun sistem pendidikannya berbeda. Berbagai hal
dipertanyaan dalam pertemuan AFIM, seperti kenapa internis dari Filipina mesti melakukan adaptasi pendidikan penyakit dalam dulu ketika ingin praktek di Indonesia.
Sulit untuk disatukan, kata Dr. Sally.
Pengurus AFIM memutar otak untuk
mencari celah yang dapat menjembatani
perbedaan tersebut. Pada akhirnya, lanjut
Dr. Sally, para delegasi bertemu pada satu
titik, yaitu harmonisasi. Perbedaan yang
menyelimuti tiap-tiap anggota AFIM menjadi
warna sendiri dan saling memahami dan
menghargai. Namun kesamaan yang terbentang disatukan untuk bersama-sama
menjalankan roda kepengurusan AFIM.
Masing-masing negara anggota AFIM bertahan dengan pendapatnya, termasuk Indonesia. dengan demikian kita mencari kesamaan-kesamaan yang dapat disatukan.

28

Prinsipnya, bagaimana mempermudah anggota AFIM tanpa mengorbankan kepentingan dokter di negara masing-masing, kata
Dr. Sally mengulang kata-kata Ketua AFIM
Oscar Cabahug MD, FACP dari Filipina.
Ke depan, AFIM lebih menitikberatkan
pada kegiatan Continuing Professionalism
Development (CPD). Bersama-sama internis dari negara ASEAN akan melakukan
kegiatan-kegiatan ilmiah seperti training,
workshop dan lain-lain. Kegiatan yang
sudah berlangsung menjadi pembicara di
pertemuan ilmiah di negara anggota. Pertemuan ilmiah yang diselenggarakan negara
anggota akan melibatkan internis dari negara lain sebagai pembicara. Rencananya,
pertemuaan AFIM 2015 akan diadakan di
Bangkok bersamaan dengan Royal College
Physician, April 2015. Dan pertemuaan
selanjutnya di Indonesia bersamaan dengan World Congress of Internal Medicine
(WCIM) 2016, kata Dr. Sally.

Sekilas Perjalanan
AFIM
Perwakilan organisasi profesi ilmu penyakit dalam dari beberapa Negara ASEAN
telah melakukan beberapa kali pertemuan
untuk membahas terkait AFTA 2015. Wa-

Halo INTERNIS Edisi November 2014

cana ini pertama kali disampaikan pada


WCIM 2008 di Buenos Aires, Argentina.
Kemudian dilanjutkan pada Annual Meeting
Philippine College Physician (PCP) di Manila. Pada pertemuan pertama organisasi
profesi ilmu penyakit dalam Negara-negara
ASEAN di Filipina, dari Indonesia di wakili
Ketua Umum PB PAPDI, DR. Dr. Aru W.
Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP,
Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Chairul
R. Nasution SpPD, K-GEH, FINASIM,
MKes, FACP dan Czeresna Heriawan
Soejono, SpPD, K-Ger, FINASIM, MEpid,
FACP. Mereka menghidupkan kembali
AFIM, yang telah beberapa tahun mati
suri. Lewat AFIM mereka bertemu membahas amanat harmonisasi ASEAN ini.
Filipina merupakan negara yang aktif
menghidupkan kembali AFIM. Pada pertemuan selanjutnya juga di Filipina, saat itu,
Dr. Sally, wakil dari Indonesia, memaparkan
kondisi ilmu penyakit dalam yang berjalan di
Indonesia. Begitu pula dari negara ASEAN
lain. Masing-masing perwakilan mengelaborasi sistem yang dimiliki. Satu sama lainnya sangat berbeda. Singapura dan Malaysia agak relaktan. Ternyata tak mudah menyatukannya ujar Kardiolog ini.
Pada pertemuan itu, diakui Dr. Sally, Indonesia ditunjuk sebagai first congress of
AFIM dalam waktu dekat ini. Namun Dr.
Sally keberatan untuk diadakannya kongres
di Indonesia.Karena pada tahun 2012 kita
sudah ada Kopapdi, our national congress,
di Medan. Acara ini merupakan internal
PAPDI, jadi tidak mungkin diubah menjadi
kongres AFIM, katanya. Disepakati hanya
pertemuan AFIM di Indonesia, yang bersamaan dengan KOPAPDI 2012 di Medan.
Kongres AFIM pertama bersamaan dengan kongres Philipine College of Physicians (PCP) yang diselenggarakan di Filipina, 5-8 Mei 2013. selanjut pertemuan
AFIM pada tahunn 2013 di Pattaya, Thailand yang juga bersamaan dengan Annual
Meeting The Royal College of Physicians of
Thailand, April 2013. Indonesia kembali
menjadi tuan rumah pertemuan AFIM pada
2016 bertepatan denngan WCIM di Bali.
PAPDI turut aktif dalam upaya mewujudkan
komunitas regional ini. Perkembangan dari
pertemuan AFIM perlu disosialisasikan kepada anggota PAPDI agar lebih siap menghadapi liberalisasi di kawasan ASEAN ini,
ujar Dr. Sally. (HI)

PROFIL

Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM, FACP, M.Kes


Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan RI

Menjadi dokter adalah pekerjaan mulia, namun tugas manajerial dalam jabatan birokrasi tak kalah penting. Lewat tugas
manajerial, dapat dibuat sistem yang memudahkan tugas
para dokter. Semua harus seiring sejalan.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

29

PROFIL

ak ada yang menyadari, sebuah titel


dokter tersemat di tanda tangan milik
Dr. Chairul Radjab Nasution. Padahal
ketika itu usianya masih belasan dan
baru duduk di bangku SMP. Itulah keteguhan Dr. Chairul dalam mewujudkan citacitanya menjadi dokter. Lahir dan tumbuh
besar di Sumatera Utara, dari pasangan
suami istri dari keluarga sederhana. Ibunya
seorang guru di Sekolah Kepandaian Putri
dan ayahnya pegawai di Bea Cukai, Departemen Keuangan. Ayahnya meninggal dunia
ketika Dr. Chairul berusia 10 tahun, sang ibu
seorang diri membesarkan Dr. Chairul dan
tiga orang adiknya.
Setiap kali berkunjung ke dokter ketika
sakit, Dr. Chairul selalu kagum melihat sosok dokter. Dengan jas putih, penuh kesabaran dan selalu siap menjawab pertanyaan
dan menjelaskan penyakit maupun obat pada pasien. Bahkan ketika itu saya menilai
dokter adalah wakil Tuhan, mereka sangat
helpful. Itulah yang membuat saya bercitacita menjadi dokter, Dr. Chairul berkisah.
Tak seperti kebanyakan orang yang kerap mengubah cita-citanya saat kecil, Dr.
Chairul selalu konsisten. Ketika lulus dari
bangku SMA, Dr. Chairul memilih Fakultas
Kedokteran di Universitas Sumatera Utara
dan Universitas Indonesia sebagai tempat
untuk melanjutkan pendidikan dan mewujudkan cita-citanya. Alhamdulillah, saya di
terima di dua tempat itu. Tetapi saya menjatuhkan pilihan untuk kuliah di FKUI, karena ketika itu FK USU masa pendidikannya
jauh lebih lama dibandingkan dengan UI,
ujar Dr. Chairul.
Dr. Chairul pun menjadi anak rantau,
tinggal seorang diri di Jakarta untuk menjalani pendidikan. Tahun 1977 Chairul tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran UI dan pada Desember 1982 Chairul
resmi menyandang gelar dokter. Goresan
titel dokter di tandatangannya benar-benar
dibuktikan oleh Dr. Chairul bukan sekedar
goresan.
Dr. Chairul muda penuh dengan idealisme. Jika kebanyakan dokter memilih untuk
menghindar dari tempat terpencil, Dr. Chairul justru meminta pada Departemen Kesehatan agar ditugaskan di wilayah terpencil di
tanah kelahirannya. Jadilah Dr. Chairul sebagai dokter Inpres di salah satu Puskesmas di Pulau Nias.
Profesionalisme dan rasa kemanusiaan

30

Dr. Chairul teruji di tempat yang memiliki


pantai indah namun minim fasilitas ketika
itu. Waktu tugas yang seharusnya hanya
satu tahun dijalani lebih dari satu setengah
tahun karena dokter pengganti tak kunjung
tiba. Namun Dr. Chairul menjalani tugas
dengan penuh rasa syukur dan bertanggungjawab. Tak heran, jika Kepala Dinas
kesehatan meminta pada Dr. Chairul untuk
bersekolah Management Public Health di
Bangkok lewat program beasiswa. Nanti
kalau kamu balik ke sini kamu menggantikan saya sebagai kepala
dinas, Dr. Chairul mengikuti
perkataan Dr. ST Goeltom yang
ketika itu menjabat sebagai
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kepulauan Nias.
Batin Dr. Chairul bergolak,
antara ingin menerima tawaran atau
tetap berpraktek sebagai dokter. Jika Dr.
Chairul memilih untuk bersekolah, ini berarti dia harus fokus pada tugas manajerial
yang juga disukai olehnya. Maklum saja,
organisasi bukan hal yang baru bagi ayah
tiga orang anak ini. Semasa sekolah, Dr.
Chairul selalu didapuk sebagai ketua kelas
dan aktif sebagai pengurus organisasi
kesiswaan di sekolah. Tetapi di sudut hati
kecil saya bersuara, saya inikan dokter,
sebagai dokter saya harus mengobati orang
sakit dan menolong sesama, karena itulah
sumpah yang saya ucapkan sebagai dokter.
Akhirnya lewat pergulatan yang tak mudah,
saya putuskan untuk menolak tawaran beasiswa tersebut,
Perjalanan penting kembali ditoreh oleh
Dr. Chairul ketika pada 1985 dia memutuskan untuk mendaftar dan kembali belajar
untuk mendalami penyakit dalam. Bukan
tanpa alasan Dr. Chairul memilih penyakit
dalam sebagai spesialisasinya. Saya ingin
menguasai ilmu kedokteran, menurut pandangan saya jika kita ingin menguasai ilmu
kedokteran maka kuasailah ilmu penyakit
dalam. Ilmu penyakit dalam itu sangat luas,
jadi kalau ingin menguasai ilmu kedokteran
ya harus menguasai ilmu penyakit dalam.
Tanpa mengecilkan ilmu-ilmu yang lain.
Dr. Chairul harus bersaing dengan
puluhan dokter yang mendaftar. Dibandingkan yang lain, Dr. Chairul bukan saja
berusia paling muda, tetapi juga Dr. Chairul
dibandingkan dengan dokter lainnya hanya
memiliki pengalaman bertugas di daerah

Halo INTERNIS Edisi November 2014

PROFIL

yang paling sebentar. Kebanyakan sudah


di atas lima tahun, sedangkan saya baru
satu setengah tahun, katanya.
Ada pertanyaan yang menggelitik ketika
Dr. Chairul menjalani credensial, Anda ini
masih sangat muda, lalu bagaimana kalau
anda tidak kami terima karena banyak dokter yang lebih senior.
Dr. Chairul menjawab, Kalaulah saya tidak diterima di bagian penyakit dalam, saya
akan tetap mencari dan berusaha menjadi
bagian penyakit dalam, centre atau di universitas lain. Tapi, UI adalah almamater saya, tentunya saya sangat berharap bisa diterima di almamater saya. Dan saya bisa
berbuat yang lebih baik jika saya diterima di
almamater saya. Alhamdullillah, 1 April 1985
saya mendapat surat untuk memulai pendidikan. Yang mendaftar ada sekitar 20
orang dan yang terpilih hanya 7 orang. Dan
dari 7 orang itu, usia saya yang paling
muda.
Dr. Chairul mengikuti pendidikan pada

umumnya dan bisa menyelesaikan di tahun


1991. Ketika itu pendidikan penyakit ditempuh dalam waktu 5 sampai dengan 6 tahun
lamanya. Itu sudah termasuk cepat, karena
putarannya banyak sekali. Beda dengan
sekarang, sudah banyak pengurangan-pengurangan, urai Dr. Chairul.
Sejak menjadi dokter spesialis, Dr.
Chairul selalu aktif. Dia pernah menjadi
sekretaris IDI Jakarta Selatan pada 1995,
dan mulai aktif di PAPDI, ketika PAPDI dipimpin oleh DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD,
K-HOM, FINASIM, FACP, sebagai Ketua
Umum, sedangkan Dr. Chairul menjabat
sebagai Sekjen PB PAPDI.
Di PAPDI Dr. Chairul bersama Dr. Aru,
Dr. Sally serta pengurus lain aktif membangun sistem organisasi yang lebih profesional. Membangun sistem manajemen
yang kuat, bagaimana membangun sistem
keuangan, rekruitmen, yang menyangkut
persyaratan, termasuk juga staf sekretariat
di kantor yang mengurus operasional. Saya

katakan ke Dr. Aru, yang tak kalah penting


dari itu semua kita harus mandiri dan pindah
dari RSCM yang selama ini menjadi sekretariat. Saya ingin menghapus anggapan
bahwa PAPDI hanyalah milik dokter-dokter
di RSCM. Apapun caranya harus keluar, dengan tertatih-tatih kita pindah ke Cikini. Itu
adalah terobosan yang luar biasa, meski
harus diakui itu sangat berat.
Pada masa itu Dr. Aru dan Dr. Chairul
bak dwi tunggal yang penuh kerjakeras
membangun dan membesarkan PAPDI. Mereka juga sudah mulai menerapkan komunikasi dengan PAPDI di seluruh Indonesia.
Mulai Jumat, Sabtu, Minggu mereka dedikasikan untuk PAPDI.
Saya katakan ke Dr. Aru, memang ada
konsekuensinya, praktek harus kita tinggalkan. Kita harus fokus. Karena ketika kita
diberi kepercayaan dan amanah untuk memimpin organisasi sehingga harus menjalankan amanah dengan baik. Dan ketika itulah terjalin komunikasi dengan baik, karena

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

31

PROFIL
pada weekend kami berada di daerah.
Mendengarkan masukan, aspirasi dan seterusnya dari daerah-daerah sehingga kami
tahu persis apa yang menjadi kebutuhan
daerah. Dengan langkah itu juga menjadikan PAPDI sebagai organisasi profesi menjadi milik bersama. Itulah yang terus kita bangun, dan satu hal lagi itu akan berdampak
pada seluruh anggota PAPDI yaitu keper-

ngan menunjukkan prosionalisme di organisasi, ini sangat luar biasa, mereka merasa
bangga dan merasa perlu ikut masuk dalam
PAPDI, lanjut Dr. Chairul.
Tak berhenti sampai disitu, PAPDI juga
mengeluarkan fellow of Indonesian society
inter medicine yang diberikan kepada anggota PAPDI yang memang mempunyai nilai
tambah dalam menjalani tugas profesinya

Banyak kenangan yang tak terlupakan. Namun


pengalaman berharga yang terus Chairul kenang
adalah ketika menjadi tim kesehatan di Tanah
Suci. Di sana saya bukan hanya menjadi dokter
tetapi juga mengurus manajerial, bagaimana
memanage tenaga kesehatan yang jumlahnya
900 orang. Bagaimana mengendalikan yang di
Jeddah lalu Madinah, itu menjadi modal dan
pegangan saya saat ini yang akhirnya
menjadi birokrat murni. Itu suatu pengalaman yang sangat berharga.
cayaan (trust) pada organisasi yang diikuti.
Bagaimana kita tahu persis masalah-masalah di lapangan, masalah hukum, dan yang
lainnya, yang kita bisa bantu advokasi untuk
anggota-anggota. Ini sangat luar biasa, kata Dr. Chairul panjang lebar.
PAPDI ketika itu juga melakukan education untuk anggota. Yang paling membahagiakan PAPDI sekarang sudah memiliki cabang sebanyak 34. Inilah situasi yang kita
kerjakan sehingga PAPDI ini benar-benar
menjadi organisasi profesi yang baik dan
profesional sehingga nantinya siap menerima peran-peran dari pemerintah dalam
rangka penataan pembinaan para dokter
ahli, katanya.
Dengan pembinaan organisasi yang profesional, maka setiap dokter penyakit dalam
merasa perlu untuk bergabung. Kalau memang orang itu tidak melihat profesionalisme di organisasi, di daerah, cabang dan seterusnya tentu orang akan berpikir kalau
harus ikut masuk ke organisasi. Tetapi de-

32

secara profesionalisme.
Kaderisasi juga sangat
baik, PAPDI semakin tertata lagi.
Tanpa bermaksud
membanggakan diri,
Dr. Chairul menilai
di masa kepemimpinan Dr. Aru
sebagai Ketua
dan Dr. Chairul sebagai Sekjen PAPDI mengalami perubahan yang luar biasa. Di masa
itulah PAPDI tercatat menjadi wajib pajak.
Suatu terobosan yang luar biasa, dan untuk
menyampaikan gagasan itu kepada seluruh
anggota bukan hal mudah. Melalui pendekatan kepada mereka agar mau menjadi
wajib pajak. Karena sejak dulu PAPDI
hanya dianggap sebagai komunitas, padahal kami adalah organisasi.
Dan Dr. Chairul yang kebetulan berada
di pemerintahan berharap bisa bersinergi
dengan PAPDI. Saya sebagai Direktur Bina

Halo INTERNIS Edisi November 2014

Upaya Kesehatan Rujukan Kementrian Kesehatan RI sangat berharap PAPDI dan organisasi dokter lainnya dapat menjadi partner terkait distribusi dokter di Indonesia, lalu
bagaimana tindakan-tindakan pendidikan,
sampai hal-hal di dalam kualifikasi dan seterusnya. Ini yang penting. Saya melihat
PAPDI adalah partner, karena PAPDI memiliki data berapa jumlah dokter dan di mana
keberadaannya.
Sebagai dokter sekaligus sebagai birokrat bagaikan mata uang, memiliki dua sisi
yang berbeda namun berada dalam satu
kesatuan. Tak banyak orang yang seperti
Dr. Chairul. Tercatat sebagai seorang dokter
spesialis dan juga sebagai manajer di birokrasi. Biasanya orang akan memilih menjadi birokrat murni atau menjadi profesional.
Saya bisa membuktikan bahwa dua kubu
itu bisa saya jalani seiring sejalan. Meskipun
menjadi berat karena harus kerjakeras dari
pagi sampai sore, bagaimana menjalankan
tugas sebagai direktur lalu setelah itu berprofesi sebagai dokter spesialis, kata Dr.
Chairul.
Kerap terjadi ketika Dr. Chairul sedang
memimpin rapat dan harus berbicara tentang manajerial, tiba-tiba ada telepon dari
ICU bertanya langkah yang harus
dilakukan untuk pasien. Saya harus dengan segera mengubah apa yang ada di
otak. Dan itu saya lakukan selama
bertahun-tahun.
Asam manis pengalaman sudah pernah
dilalui
oleh
Dr.
Chairul. Banyak kenangan yang tak
terlupakan. Namun
pengalaman berharga yang terus
Dr. Chairul kenang
adalah ketika menjadi tim kesehatan di
Tanah Suci. Di sana saya bukan hanya
menjadi dokter tetapi juga mengurus manajerial, bagaimana memanage tenaga kesehatan yang jumlahnya 900 orang. Bagaimana mengendalikan yang di Jeddah
lalu Madinah, itu menjadi modal dan
pegangan saya saat ini yang akhirnya menjadi birokrat murni. Itu suatu pengalaman
yang sangat berharga. Bagi saya menjalani
kehidupan itu, asal niat siap dan terus bekerja keras, semua akan bisa berjalan,
pungkasnya. (HI)

KABAR PAPDI

KONKER XIII PB PAPDI:

Mengawal JKN dan

Menyongsong AEC 2015


KONKER ini akan menggodok isu-isu strategis
terkait kebijakan pemerintah mengenai kesehatan.
Mengevaluasi program-program yang telah ditetapkan dalam renstra serta pembenahan pada
organisasi PAPDI dalam memasuki era globalisasi.

APDI cabang Yogyakarta berhasil


mencuri hati peserta sidang pleno
Kongres Nasional Perhimpunan
Dokter Spesialis Dokter Penyakit
Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV, di Medan,
akhir Desember 2012 silam. Saat pemilihan
tuan rumah konferensi kerja (KONKER)

PAPDI XIII, PAPDI cabang Yogyakarta bak


kuda hitam mengungguli kandidat-kandidat
lainnya. Padahal, dari empat cabang yang
maju menjadi kandidat tuan rumah, ketika
bidding, cabang Yogyakarta terbilang paling
sederhana dan kalem.
Berbeda dengan kandidat lain. Setiap

Dr. Ibnu Purwanto saat bidding tuan rumah Konker di KOPAPDI XV Medan.

wakil mempresentasikan kelebihan-kelebihan rumah mereka dengan gaya dan karakter masing-masing. Ada yang menampilkan presentasi melalui video atraktif, seperti yang dilakukan oleh perwakilan PAPDI cabang Bogor. Beberapa cabang bahkan cukup provokatif dalam menawarkan serangkaian kelebihan daerahnya, mulai dari penawaran hotel terbaik, tempat wisata terbaik, akses transportasi termudah, pun penawaran diskon pada tempat wisata dan belanja. Namun ketika voting, hasilnya, PAPDI
cabang Yogyakarta berhasil mengantongi
15 suara. Sedangkan diposisi kedua adalah
PAPDI cabang Bogor dengan 9 suara. Selanjutnya diikuti PAPDI cabang Sumatera
Selatan dengan 5 suara, terakhir PAPDI cabang Malang memperoleh 4 suara.
Ini suatu kehormatan bagi kami dipercaya oleh sejawat untuk menyelenggarakan
KONKER PAPDI 2014. Kami yang terpilih
saat itu lebih karena hubungan baik dengan
cabang-cabang lain, disamping fasilitas dan
sarana yang sangat menunjang, serta wisata budaya, alam, dan kuliner yang menarik
dan tersohor, kata Ketua PAPDI cabang
Yogyakarta Dr. Ibnu Purwanto, SpPD, KHOM, FINASIM.
Konferensi Kerja (KONKER) PAPDI XIII
terbagi dua agenda besar, yaitu sidang organisasi dan simposium ilmiah. Kegiatan ini
akan berlangsung dari 27-30 November
2014 di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta.
Acara dimulai dengan sidang organisasi pada dua hari pertama dan dua hari terakhir
diisi dengan kegiatan continuing professionalism development (CPD). Selain itu panitia juga mengadakan lomba poster ilmiah
yang pemenangnya akan diumumkan di penutup KONKER XIII. Semua berkolaborasi
baik pengurus cabang, anggota dan PPDS
ilmu penyakit dalam FK UGM/RS UP Dr.
Sardjito
Yogyakarta
mensukseskan

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

33

KABAR PAPDI

KONKER ini, kata Dr. Ibnu Purwanto yang


juga Ketua Panitia KONKER XIII.
KONKER PAPDI merupakan kegiatan
organisasi yang rutin diselenggarakan sekurang-kurangnya tiga tahun sekali. Agenda
utama KONKER adalah sidang organisasi
yang dihadiri oleh seluruh delegasi PAPDI
cabang di Indonesia. Sidang organisasi
membahas program-program PAPDI yang
telah dilaksanakan, isu-isu terkini di bidang
kedokteran, masalah-masalah internal organisasi. Peserta sidang akan dibagi lima
kelompok sidang komisi. Setiap komisi diwakili oleh pengurus cabang dan pengurus
PB PAPDI.
KONKER ini akan menggodok isu-isu
strategis terkait kebijakan pemerintah mengenai kesehatan. Mengevaluasi programprogram yang telah ditetapkan dalam renstra serta pembenahan pada organisasi
PAPDI dalam memasuki era globalisasi.
Kesepakatan yang dihasilkan pada
KONKER kali ini akan menjadi acuan serta
pegangan untuk kepengurusan PB PAPDI
dan PAPDI cabang pada periode kepengurusan berikutnya, kata Ketua Umum PB
PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP.

Dr. Ibnu Purwanto.

KONKER kali ini mengusung tema Peran PAPDI dalam Menghadapi Era Jaminan
Kesehatan Nasional(JKN) 2014 dan Asean
Economic Community (AEC) 2015. Tema
ini menarik dan akan menjadi perdebatan
dalam sidang-sidang organisasi. Pasalnya,
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang

Sidang Komisi KONKER XIII PAPDI, Yogyakarta,


Komisi 1 : Organisasi dan Advokasi
Komisi 2 : Humas, Publikasi dan Media serta Kemitraan
Komisi 3 : Pengembangan Profesi, CPD/P2KB, FELLOW dan EIMED
Komisi 4 : Bidang Sp 1 (KIPD)
Komisi 5 : Bidang Sp 2 (KIPD)

34

Halo INTERNIS Edisi November 2014

baru berlaku sejak Januari 2014 mengubah


tatanan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Pelayanan kesehatan di era JKN
ini menerapkan sistem rujukan dengan
pembiayaan berbasis asuransi. PAPDI
mendukung program pemerintah JKN.
PAPDI berupaya memegang kendali mutu
dengan menghimbau anggotanya selalu
memberikan pelayanan kesehatan terbaik
kepada masyarakat dan aktif mengikuti program CPD untuk meng up date kemampuannya dalam rangka menghadapi era globalisasi, ujar Prof. Idrus.
Hal senada juga disampaikan Dr. Ibnu
Purwanto. Ketua cabang Yogyakarta itu menegaskan PAPDI berperan aktif dalam mengawal JKN dan mengantisipasi AFTA 2015
dengan meningkatkan kompetensi anggotanya agar tidak kalah dengan dokter-dokter
asing.
KONKER ini, tambah Dr. Ibnu Purwanto,
selain sidang organisasi juga diselenggarakan pertemuan ilmiah. Acara ini akan diadakan dua hari terakhir dengan topik-topik
yang up to date. Disamping itu, panitia juga
telah menyiapkan Ladies Program untuk para pendamping pada Jumat pagi mengunjungi Kali Urang, dilanjutkan belanja tas
merek Gendis dan ke sentra batik alusan.
Kemudian makan siang di Jejamuran dan
berakhir di sentra kerajinan Kasongan,
Bantul.. Panitia mengundang para internis
untuk menghadiri acara ini dan berharap
acara ini dapat berjalan dengan baik dengan menghasilkan keputusan-keputusan
strategis guna menyongsong era globalisasi. (HI)

KABAR PAPDI

PIN PB PAPDI XII Surabaya:

Perkuat Kompetensi
Hadapi Globalisasi
Di Jatim setiap tahun diperkirakan sekitar 2 trilyun dana mengalir untuk berobat ke negaranegara tetangga. Populasi penduduk yang besar
menjadi daya tarik tenaga kesehatan asing praktik di Indonesia. Mereka bekerja mencari uang
disini, boleh jadi bila ada musibah atau huru
hara mereka akan kembali ke negaranya.

ari Remo meriahkan pembukaan PIN


PB PAPDI XII Surabaya. Sekitar 20
mahasiswa PPDS Ilmu Penyakit
Dalam FK Unair dengan berpakaian

tradisional Jawa Timur bergerak dinamis


seiring irama musik seruling dan gambang.
Dengan posisi kuda-kuda, penari memperagakan gerakan indah penuh semangat.
Mereka melakukan gerakan simbolis sebagai tanda penghormatan sekaligus menyambut Wakil Gubernur Jawa Timur Drs.
Saifullah Yusuf, Kepala Dinas Kesehatan,
Ketua IDI Wilayah, Ketua PB PAPDI dan lebih dari seribu peserta PIN PAPDI XII yang
diiselenggarakan di Hotel Shangri-La, Surabaya, 5 7 September 2014 lalu.
Prosesi pembukaan berlangsung khidmat. Peserta dan tamu bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars
PAPDI. Puncak acara berupa peresmian
PIN XII Surabaya yang ditandai dengan pemukulan gong oleh Wakil Gubernur Jawa

Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. Saefullah Yusuf membuka Pameran Farmasi dan Alkes pada PIN XII Surabaya.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

35

KABAR PAPDI

Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. Saefullah Yusuf membuka PIN XII Surabaya.

Timur Drs. Saifullah Yusuf yang diiiringi Ketua Umum PB PAPDI, Ketua IDI Wilayah
Jawa Timur dan Ketua PAPDI cabang Jawa
Timur.
Pada kesempatan itu, Gus Ipul, begitu
Drs. Saifullah Yusuf biasa disapa, ia memberi apresiasi yang tinggi kepada PB PAPDI

yang telah memilih Surabaya sebagai tempat penyelenggaraan PIN PAPDI XII. Kami
bersyukur Surabaya menjadi tempat
berlangsungnya pertemuan ilmiah nasional
dokter spesialis penyakit dalam, semoga
kegiatan ini menjadi suatu hal berharga
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan

Suasana pembukaan PIN XII Surabaya.

36

Halo INTERNIS Edisi November 2014

di Surabaya, katanya berharap.


Dalam sambutannya, mantan Menteri
Perumahan Rakyat ini menggambarkan
anatomi terkini kesehatan di Jawa Timur.
Persoalan kesehatan di Jatim saat ini, yaitu
membenahi Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dan liberalisasi tenaga kesehatan, di
sampinng persoalan masiih tingginya kasus
infeksi dan HIV/AIDS. Sejak diberlakukannya SJSN awal Januari 2014 lalu, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya mengalami peningkatan
jumlah pasien. Perbandingan jumlah pasien
dan fasitas kesehatan rumah sakit tidak
seimbang. Pasien BPJS lebih banyak langsung menyambangi RSUD Dr. Soetomo
dibanding ke fasilitas kesehatan layanan
primer. Ini menyebabkan RS Dr. Soetomo
kebanjiran pasien, sehingga pelayanan
kesehatan tidak berjalan baik. Kami berkoordinasi dengan instansi terkait seperti IDI
membenahi persoalan ini, katanya
Selain itu, AFTA 2015 sudah di depan
mata. Liberalisasi tenaga kesehatan dan
investasi asing di bidang kesehatan tak
dapat dipungkiri. Tenaga kesehatan seperti
dokter dan perawat dari negara-negara
tetanggga tertarik bekerja di Indonesia.
Populasi penduduk yang besar menjadi
daya tarik tenaga kesehatan asing praktik di
Indonesia. Mereka bekerja mencari uang
disini, boleh jadi bila ada musibah atau huru

KABAR PAPDI

Dr. Ari Fahrial Syam, Ketua Panitia PIN XII Surabaya.

hara mereka akan kembali ke negaranya,


tegas Gus Ipul.
Di Jatim, masyarakat yang berobat keluar negeri selalu meningkat. Setiap tahun
diperkirakan sekitar 2 trilyun dana mengalir
untuk berobat ke negara-negara tetangga

Prof. Idrus Alwi, Ketua Umum PB PAPDI.

terutama Singapura dan Malaysia. Sedangkan uang yang mengalir secara nasional, ke
luar negeri untuk berobat dipastikan jauh
lebih besar. Hal ini harus dimanfaatkan para stakeholder di bidang kesehatan agar
uang masyarakat Jatim untuk kesehatan

tetap mengalir di Jatim atau di daerah lain di


Indonesia, ujarnya.
Upaya menekan liberalisasi tenaga kesehatan, kata Gus Ipul, ialah dengan memperketat regulasi tenaga kesehatan asing
masuk ke Indonesia. Ia mencontohkan apa

Plenary Lecture oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. Saefullah Yusuf.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

37

KABAR PAPDI
yang dilakukan oleh banyak negara yaitu
dengan menambah syarat yang memberatkan bagi tenaga kesehatan asing untuk
dapat praktik di Indonesia. bersamaan dengan itu, dokter-dokter lokal terus meningkatkan kemampuannya untuk memberikan
pelayanan kesehatan terbaik. Kita bersyukur ahli penyakit dalam selalu mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya, ini menjadi modal dalam menghadap
liberalisasi di bidang kesehatan, ungkap
pria berkumis ini.
Hal senada disampaikan Ketua Umum
PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,
K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC,
FACP. Prof. Idrus mengatakan PB PAPDI
selalu menjunjung tinggi sikap professionalitas dengan selalu meningkatkan kemampuan klinis dan diagnostik para internis agar
dapat memberikan pelayanan kesehatan
terbaik kepada masyarakat. Seiring kian
berkembangnya ilmu penyakit dalam, baik
ilmu dasar maupun klinis, maka PB PAPDI
dalam program kerjanya mengedepankan
pendidikan kedokteran berkelanjutan
(CPD). Beragam program CPD diseleng-

38

garakan PB PAPDI, diantaranya PIN, roadshow ke daerah-daerah yang jauh dari


pusat pendidikan kedokteran, CME online
yang dapat meningkatkan kompetensi lewat
dunia maya sambil berdiskusi interaktif
bersama para pakar dan lain-lain.anggota
PAPDI hendaknya terus mengupdate pengetahuan dan kemampuannnya agar dapat memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada masyarakat, ujarnya.
PIN XII kali ini merupakan pertemuan ilmiah nasional dengan jumlah peserta terbesar. Peserta yang kebanyakan internis dan
dokter umum tumpah ruah di Hotel Shangrila. Panitia mengagendakan 62 workshop,
14 simposium dan satu sesi kuliah tamu.
Simposium diawali dengan kuliah tamu yang
mengangkat tema Peningkatan Kualitas
Pelayanan Kesehatan Sekunder dan Tersier
di Era BPJS dan Globalisasi oleh Mohammad Edison dari Badan Pelaksana Jaminan
Sosial (BPJS). Kemudian, acara dilanjutkan
dengan workshop yang dilakukan secara
paralel dengan tema sesuai dengan disiplin
ilmu penyakit dalam. PIN XII merupakan PIN
dengan jumlah peserta terbesar selama ini,

Halo INTERNIS Edisi November 2014

ujar Ketua Pelaksana PIN XII Surabaya DR.


Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB,
FINASIM, FACP.
Pertemuan ilmiah tahunan PAPDI ini memiliki daya tarik sendiri bagi sejawat. Tematema yang diangkat cukup aktual kerap dijumpai dalam praktik. Apalagi dikemas dalam bentuk workshop, peserta dapat dengan aktif berdiskusi dengan para pakar.
Selain di Hotel Shangri-la, workshop juga
dilakukan di RS Dr. Soetomo dan RS
Darmo. Tak heran, bila setiap tahun acara
ini terus meningkat pesertanya. Bahkan
sebagian peserta menjadikan PIN PAPDI
agenda wajib setiap tahunnya.
Dr. Ari Fahrial Syam menegaskan lewat
event ilmiah ini diharapkan dokter spesialis
penyakit dalam mendapat pengetahuan dan
ketrampilan tambahan yang berguna dalam
memberi pelayanan kesehatan yang holistik
kepada masyarakat. Dengan begitu, internis
di seluruh Indonesia selalu menjadi terdepan dalam pelayanan kesehatan di tengah
era liberalisasi tenaga kesehatan yang telah
di depan mata dan menjadi tuan rumah di
negeri sendiri. (HI)

KABAR PAPDI

Selamat Kepada Pemenang

PIN PAPDI Award

emenang PIN PAPDI Award diumumkan pada saat pembukaan


Pertemuan Ilmiah Nasional PB
PAPDI XII di Surabaya. Ketua
Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi,
SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP berkesempatan memberikan
penghargaan ini kepada enam penulis terbaik yang telah dimuat dalam Acta Medica
Indonesiana atau The Indonesian Journal of
Internal Medicine (IJIM). PIN PAPDI Award
ini dibagi dua kategori yaitu review article
dan case report.
PIN PAPDI Award merupakan hal yang
baru di PAPDI. Apresiasi ini diberikan oleh
PAPDI sebagai wujud penghargaan kepada
penulis dan peneliti yang aktif mengisi
karya-karyanya di IJIM. Tentunya
PAPDI perlu berbangga karena jurnal ilmu penyakit dalam ini merupakan satu-satunya jurnal kedokteran
di Indonesia yang telah terakreditasi
international sejak beberapa tahun lalu
dan mampu mempertahankan predikat
tersebut hingga kini dengan menjaga
mutu ilmiah setiap artikel yang dimuat.
PIN PAPDI Award ini merupakan kerjasama PAPDI dengan PT Kalbe Farma.
Berikut nama-nama ke enam pemenang
peneliti dan penulis PIN PAPDI Award

acromegaly: giant invasive adenoma;


volume 43 edisi 2 April 2011)
Pemenang KETIGA
Dr. dr. Wardhana, Prof. Dr. dr. EA. Datau
(Judul: A patient with allergic bronchopulmonary mycosis caused by aspergillus fumigates and candida albicans;
volume 44 edisi 4 Oktober 2012)
2. KATEGORI REVIEW ARTICLE
Pemenang PERTAMA
Dr. dr. Noorwati Sutandyo
(Judul: Nutritional carcinogenesis; volume 42 edisi 1 Januari 2010)

Pemenang KEDUA
Dr. dr. Agus Rizal AH. Hamid, dr.
Rainy Umbas, dr. Chaidir A. Mochtar
(Judul: Recent role of inflammation in
prostate diseases: chemoprevention
development opportunity; volume 43
edisi 1 Januari 2011)
Pemenang KETIGA
Prof. Dr. dr. Jeanne A. Pawitan
(Judul: Dengue virus infection: Predictors for severe dengue; volume 43 edisi
2 April 2011).

1. KATEGORI CASE REPORT


Pemenang PERTAMA
Dr. dr. Budi Yuli Setianto, dr. Pudya L.
Arshant
(Judul: Transcatheter coil embolization
in coronary artery fistulae; volume 45
edisi 1 - Januari 2013)
Pemenang KEDUA
Dr. Rahmat Cahyanur, dr. Wawan
Setyawan, dr. Dedy G. Sudrajat, dr.
Susie Setyowati, dr. Dyah
Purnamasari, Prof. Dr. dr. Pradana
Soewondo
(Judul: Diagnosis and management of

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

39

KABAR PAPDI

Malam Keakraban

PIN PB PAPDI XII


Surabaya

elama tiga hari mengikuti kegiatan


ilmiah tidak membuat peserta jenuh.
Di samping tema-tema yang menarik, panitia juga mengadakan malam
keakraban pada Sabtu, malam. Acara ini
dapat mengendurkan kejenuhan peserta
selama PIN ini. Peserta yang berasal dari
berbagai daerah di Indonesia bersama-sama menikmati suasana keakraban tersebut
untuk saling bersilaturahmi satu dengan
yang lainnya sebelum mereka kembali ke
daerah masing-masing. Beberapa sejawat
menjadikan acara ini ajang temu kangen
satu almamater.
Diiringi musik yang dimainkan mahasiswa PPDS IPD FK Unair/RS Dr. Soetomo
peserta larut dalam suka cita. Para sejawat
selebritis PAPDI silih berganti unjuk
kebolehannya melantunkan tembang-tembang yang kebanyakan bergenre lawas.

40

Halo INTERNIS Edisi November 2014

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

41

KABAR PAPDI

Pengumuman Seleksi
FINASIM 2014

Dr. Mardi Santoso mengumumkan anggota PAPDI yang

lulus FINASIM.

elakangan ini, ada tradisi baru


dalam penyelenggaraan Pertemuan
Iimiah Nasional (PIN) PB PAPDI.
Yaiitu diumumkannya para anggota
PAPDI yang telah lulus uji verifikasi memperoleh gelar FINASIM. Pada pembukaan
PIN PB PAPDI XII Surabaya, DR.Dr. Mardi
Santoso, SpPD, K-EMD, FINASIM, FACE
membaca nama-nama internis yang berhak
memperoleh gelar Fellow FINASIM. Hasil
tim uji verifikasi FINASIM tahun ini telah
memutuskan ada 123 anggota PAPDI dari
seluruh cabang PAPDI yang lulus dan
berhak mendapatkan gelar FINASIM.
Berikut nama-nama yang lulus seleksi
tahun 2014
PAPDI Cabang Jakarta Raya
Yoga Iwanoff Kasjmir
Rudy Hidayat
Aru Ariadno
Faisal Syarifuddin
Djati Sagoro
Syarifuddin Laingki
Arief Wibowo
Joyce Bratanata
Albertus Djaja
Lies Luthariana
Epistel P. Simatupang
Robert Noldy Ngantung
Kustedi Rafli
Afifah Is
Dody Ranuhardy

42

Konfokasi FINASIM pada KOPAPDI XV Medan.

Rebekka M.H. Napitupulu


Nur Alim Fitradjaja
Joko Budiman Jong
Surahman Muin
Femiko M.N. Sitohang
Pringgodigdo Nugroho
Ikhwan Rinaldi
PAPDI Cabang Jawa Barat
Fifi Akwarini
Rachmat Permana
Nieke Dewi Riani Kriswandi
Anggraini Widjajakusuma
Jefry Tahari Argatio
PAPDI Cabang Surabaya
Asna Rosida
Munir Raidi
Jongky Hendro Prayitno
Johanes Intandri Tjundawan
I Wayan Mertha
I Putu Suharta Putra
Hermina Novida
Gendon Djonhar Suroso
Rina Melinda
Eko Budisantoso
Fajar Admayana
Abdur Rohman
Mantik Wibisono
Bahrodin
Teguh Prartono Hario Utoro
Imam Soewono
Gusti Rizaniansyah Rusli

Halo INTERNIS Edisi November 2014

Dany Irawan
Danang Kusuma Adi
Nailul Haq
I Dewa Made Widi Hersana
Darmojo Kandinata
Mohammad Mahfudz
Suharto
Kysdarmanto
Fahmi Adi Priyantoro
Badrul Munir
Adi Mulyono
Andry Sultana
Denny Vianto
Husin Thamrin
PAPDI Cabang Sumatera Utara
Mulia Ginting
Imelda Ray
David Sitepu
Marulak Samosir
Christina J.R.E. Lumbantobing
Taufik Sungkar
Syafrizal Nasution
Zainal Safri
PAPDI Cabang Semarang
Muchamad Nur Aziz
B. Neni Mulyanti
Hudiarso
Tri Wahyu Sukarnowati
I Gusti Nyoman Agung P.
Ira Widyastuti

KABAR PAPDI

PAPDI Cabang Sumatera Barat


Herwin Hasan
Harnavi Harun
Festi Eliza
Roza Kurniati
PAPDI Cabang Sumatera Selatan
Suprapti
PAPDI Cabang Makassar
Happy Lauwrenz
Sudirman Katu
PAPDI Cabang Bali
I Nyoman Sutarka
Gede Kambayana
I Gede Ketut Sajinadiyasa
I Gede Pande Sastrawan
Ni Made Renny Anggreni Rena
I Made Duwi Sumohadi
I Made Bagiada
Tjokorda Gde Dharmayuda
I Wayan Losen Adnyana
I Ketut Suryana
I Ketut Mariadi
PAPDI Cabang Malang
Djanggan Sargowo
PAPDI Cabang Surakarta
Agus Supriyanta

Vivin Hudiyanti
Didit Novianto
Grendi Faneri Yonarko
Agus Joko Susanto
Arief Nurudhin
Agung Susanto
PAPDI Cabang Riau
Irianto
Dasril Efendi
Nova Ridha
Seson
PAPDI Cabang Provinsi Aceh
Faisal
Misriani
PAPDI Cabang Banten
Edison Parulian Saragih
PAPDI Cabang Bogor
Zulfan
Winy Katarina
PAPDI Cabang Lampung
Munirulanam
Lukman Pura
PAPDI Cabang Kupang
Adjunias Maifa
Heri Sutrisno

PAPDI Cabang Jambi


Titin Kristina
Gusrizal
Mulyadi Joyo Santoso
Sefnirita
Elvidawati
PAPDI Cabang Cirebon
Mohamad Luthfi
PAPDI Cabang Bekasi
Indra Sihar M. Manullang
PAPDI Cabang NTB
Karsito
PAPDI Cabang Depok
Muslich Ayub
M. Artisto Adi Yussac
Devy Juniarti Iskandar
Desi Fitriani
Pendaftaran seleksi FINASIM 2015 akan
dibuka pada 1 Januari 2015 dan akan diumumkan pada saat PIN PB PAPDI XIII di
Palembang, 12-14 Juni 2015. Sedangkan
bagi internis yang telah lulus pada seleksi
tahun 2013, 2014 dan 2015, Konvokasi
akan dilaksanakan pada KOPAPDI XVI, 913 September 2015 di Bandung.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

43

KABAR PAPDI

PIN PAPDI

Menjadi Agenda Wajib Tahunan Internis

Foto-foto workshop pada PIN XII Surabaya.

ertemuan Ilmiah Nasional (PIN) PAPDI memiliki daya tarik


tersendiri bagi internis maupun dokter umum. Materi yang
komprehensip dan aplikatif terhadap kasusu-kasus yang
kerap ditemui ruang praktik dibahas tuntas oleh pakarnya.
Ditambah lagi dengan model workshop membuat peserta lebih leluasa berinteraksi dengan para pembicara sehingga setiap kasus
dengan detail diulas. Tak heran, peserta PIN selalu meningkat setiap tahunnya. PIN tahun ini, merupakan PIN dengan peserta terbanyak dengan persentase tingkat kehadiran yang tinggi. Setiap
sesi selama tiga hari selalu dipenuhi peserta. Beberapa sejawat
menjadikan PIN PAPDI agenda wajib tahunan kata Ketua
Pelaksana PIN XII Surabaya DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, MMB, FINASIM, FACP.

44

Halo INTERNIS Edisi November 2014

KABAR PAPDI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

45

KABAR PAPDI

PPDS IPD FK Unair:

Lakoni Tari Remo


S

atu per satu para penari memasuki panggung PIN PAPDI XII
Surabaya. Mereka berdiri tegap
dengan formasi kuda-kuda berbaris memberi salam kepada Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. Saifullah Yusuf ,
tamu dan peserta PIN. Seirama dengan
musik tradisional saron, bonang, seruling
dan gambang para penari bergerak dinamis dan atraktif menampilkan tari
Remo, kesenian tari budaya Surabaya.
Tari Remo atau tari pembukaan biasa
dimainkan untuk menyambut tamu-tamu
penting dalam pemerintahan.
Konon tari Remo mengisahkan perjuangan seorang pangeran di medan
pertempuran. Lakon yang memainkan
tarian ini memiliki karakter yang kuat dan
semangat. Tarian yang awalnya dimainkan pada pembukaan tarian ludruk ini
mengandalkann gerakan kaki yang rancak dan menghentak dinamis. Tari Remo
biasa dilakoni para penari dari sanggar
kesenian atau yang sudah terlatih.
Namun, pada pembukaan PIN PAPDI
XII, tari Remo dilakoni oleh mahasiwa
program pendidikan dokter spesialis
(PPDS) Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/
RS Dr. Soetomo Surabaya. Ada 20 mahasiswa yang ikut memainkan tari Remo.
Di tengah kesibukannya, mereka meluangkan waktu untuk berlatih tari ini. Dr. Ni
Putu Merlynda Pusvita Dewi, salah satu
PPDS, koordinator tim penari Remo mengatakan ia diminta Ketua PAPDI cabang
Jawa Timur untuk mengisi tari Remo pada saat pembukaan PIN PAPDI XII. Dr.
Merlynda sendiri mengaku hobby dengan
kesenian Jawa Timur. Ia sudah belajar
tari Remo sejak duduk di sekolah dasar.
Dr. Merlynda melatih rekan-rekannya
dibantu instruktur tari Bapak Agus. Kami
berlatih hampir satu bulan, kerjasaama
temen-temen PPDS dalam membawakan
tari Remo sungguh luar biasa, kata Dr.
Merlynda. (HI)

46

Halo INTERNIS Edisi November 2014

KABAR PAPDI

www.medinasim.com, click!
sim yang bisa diakses dengan alamat
www.medinasim.com, CME PAPDI kini hadir dengan lebih menarik, lebih lengkap, dan
lebih interaktif. Untuk memudahkan akses,
Medinasim menyediakan navigasi yang lebih mudah, tampilan yang lebih segar serta
adanya tampilan mobile sehingga setiap
anggota dapat lebih mudah mengakses Medinasim, tidak terkecuali dari gadget. Tidak
hanya fitur E-learning yang terakreditasi
SKP PAPDI dan IDI. Dibandingkan dengan
CME PAPDI sebelumnya, Medinasim juga
menyediakan fitur baru seperti berita aktual,
referensi, serta halaman untuk mengunduh
guideline-guideline terbaru. Untuk lebih menarik minat anggota dalam mengasah keil-

embaharuan keilmuan dan kemampuan klinis merupakan sebuah kebutuhan sekaligus keharusan bagi setiap dokter. CME PAPDI merupakan
fasilitas pendidikan kedokteran berkelanjutan yang disediakan untuk semua anggota
PAPDI. Fasilitas ini bertujuan untuk memudahkan akses bagi setiap anggota PAPDI
dari sabang sampai merauke dalam melakukan pembaharuan keilmuan dan kemampuan klinis serta berbagi pengalaman dalam
praktek sehari-hari. Dengan adanya fasilitas
ini, diharapkan setiap anggota PAPDI dapat
senantiasa terus menerus melakukan pembaharuan ilmu dimana saja dan kapan saja.
Terlahir kembali dengan nama Medina-

Launching Website www.mwdinasim.com pada PIN PAPDI XII Surabaya.

muan dan kemampuan klinis, fitur e-learning yang disediakan medinasim juga hadir
dalam wajah yang lebih interaktif. Tidak hanya bacaan jurnal, bentuk e-learning juga
terdiri dari studi kasus dan video webinar.
Modul referensi yang berisi pedoman tatalaksana resmi dari PAPDI juga dilengkapi
fasiltas forum yang memudahkan para anggota untuk berinteraksi langsung dengan
ahli dalam topik tersebut.
Mengusung semangat dari PAPDI, oleh
PAPDI dan untuk PAPDI, Medinasim akan
terus dikembangkan untuk kemajuan PAPDI
dan seluruh anggota PAPDI. Oleh karena
itu, partisipasi aktif dan masukan dari anggota PAPDI, akan sangat bermanfaat untuk
kemajuan portal Medinasim. (HI)

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

47

KABAR PAPDI

World TB Day 2014

Internis Dituntut Mampu


Menangani Kasus

Advance

ari Tuberkulosis Sedunia (TB Day)


yang jatuh setiap 24 Maret diperingati oleh berbagai lembaga kesehatan di dunia. Di Indonesia,
World TB Day 2014 diselenggarakan Kementerian Kesehatan RI yang bekerjasama dengan Divisi Respirologi dan Penyakit
Kritis, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RSCM. Peringatan hari tuberkulosis
tahun ini Divisi Respirologi dan Penyakit
Kritis, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RSCM mendapat kepercayaan menjadi penyelenggara simposium nasional tuberkulosis, kata DR. Dr. Imam Subekti,
SpPD, K-EMD, FINASIM Kepala Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM dalam
sambutannya pada acara Simposium Nasional World TB Day 2014, di Gedung Menara 165, Jakarta, pada 29 Maret 2014
lalu.

World TB Day merupakan momentum peringatan akan bahayanya penyakit tuberkulosis. Saat ini, TB masih
menjadi epidemi di sebagian besar dunia, terutama negara berkembang, yang menyebabkan kematian jutaan
orang
setiap
tahunnya.
Dirjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kemenkes RI Prof. Dr. Tjandra
Yoga Aditama, Sp.P, MARS pada peresmian simposiun nasional tersebut mengatakan mengingat besarnya permasalahan yang diakibatkan TB, maka TB tercakup sebagai salah satu indikator keberhasilan program MDGS. Indikator
MDGs untuk TB yang harus dicapai Indo-

Peringatan World TB Day 2014 di Gedung Menara 165 Jakarta.

48

Pengendalian TB di Indonesia
antara sedih dan gembira. Gembira
karena dapat menekan prevalensi.
Sedih karena dihadapkan persoalan
pelik, yaitu TB-MDR dan TB-XDR
yang belum ada solusinya. Internis
turut berkontribusi menangani
kasus-kasus advance.

Halo INTERNIS Edisi November 2014

nesia yaitu menurunnya angka kesakitan


dan kematian akibat TB menjadi setengahnya pada tahun 2015, dibandingkan dengan kondisi tahun 1990.
Lebih lanjut Prof. Tjandra mengatakan,
hampir semua target MDGS untuk TB di
Indonesia sudah tercapai. Pencapaian target MDGs untuk TB yaitu kejadian TB semua kasus per 100.000 penduduk yaitu
206 pada tahun 1990 menjadi 185 pada

KABAR PAPDI
tahun 2012. Prevalensi TB
semua kasus per 100.000
penduduk yaitu 443 pada tahun 1990 menjadi 297 pada
tahun 2012. Angka kematian TB per 100.000 penduduk yaitu 92 pada tahun
1990 menjadi 27 pada tahun
201. Angka penemuan
kasus TB (CDR) yaitu
19,7% pada tahun 2000
menjadi 83% pada tahun
2012 dan angka keberhasilan pengobatan TB
(SR) yaitu 87% pada tahun
2000 menjadi 90% pada
tahun 2012. Walaupun sudah ada kemajuan, namun beban permasalahan TB di
Indonesia masih cukup besar, yaitu angka
kematian 67.000 per tahun dan angka insiden 460.000 per tahun. Saat ini jumlah
penderita TB di Indonesia menempati peringkat empat terbanyak di seluruh dunia.
Indonesia peringkat empat terbanyak
untuk penderita TB setelah China, India,
dan Afrika Selatan. Tapi, itu karena sesuai
dengan jumlah penduduknya yang juga
banyak, kata Prof. Tjandra.
Meski berhasil menekan prevalensi TB,
namun pengendalian TB di Indonesia justru mengkhawatirkan. Menurut DR. Dr.
Zulkifli Amin, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP
pengendalian TB saat ini mendapat tantangan serius. Yaitu meningkatnya prevalensi kasus TB-MDR, bahkan sudah ditemukan beberapa kasus XDR di Rumah
Sakit Paru Persahabatan. Sudah ada laporan ditemukannya pasien TB-XDR di
center paru, ujar Dr. Zulkifli Amin.
Dr. Ana Uyainah Nazir, SpPD, K-P,
FINASIM menegaskan timbul kasus TBMDR dan TB-XDR ini akibat kesalahan
semua pihak. Pasien TB tidak cukup sabar
dan disiplin selama masa pengobatan. Sementara para medis, baik dokter maupun
perawat tidak sungguh-sungguh dalam
memberi pelayanan. Ada sebagian dokter
tidak adekuat dalam melalukan pengobatan. Perawat pun tidak memberi penjelasan yang cukup mengenai hal-hal yang
terkait dengan pengobatan. Begitu pula
dengan penyelenggara kesehatan yang
kurang optimal. Tak sedikit ditemukan
obat-obat anti TB yang tidak tersedia di
layanan-layanan kesehatan. Ataupun dis-

tribusi obat yang tidak sampai ke daerahdaerah yang membutuhkan. Kondisi ini
semua karena ulah manusia, ungkap Dr.
Anna menyesali.
Saat ini, lanjut Dr. Anna, untuk menjamin ketersediaan obat anti TB, pihak rumah sakit bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Selama ini, obat-obat TB diberikan gratis didukung oleh pemerintah dan global fund.
Sedang dibuat MoU dengan BPJS mengenai pembiayaan pasien TB. Karena tidak mungkin selamanya bergantung kepada global fund, ujarnya

World TB Day - IJCCCIM


Peringatan World TB Day 2014 bersamaan dengan The 2nd International Jakarta
Chest and Critical Care Internal Medicine
(IJCCCIM) 2014. Menurut Ketua Panitia
IJCCCIM Dr. Ceva W Pitoyo, SpPD,K-P,KIC, FINASIM event ini adalah tahun kedua
Divisi Respirologi dan Penyakit Kritis,
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/
RSCM menyelenggarakan event international yang menghadirkan lima pembicara
international dari Belanda, Malaysia dan
Thailand. Pada workshop kali ini, peserta
dapat langsung secara interaktif melakukan hands-on dengan alat-alat canggih.
Peserta kegiatan ini mendapatkan workshop basic and advance bronchoscopy,
trans torachal biopsy and trans thoracal
needle aspiration, cryobiopsy, cryotherapy,
cryoextraction and argon plasma coagulation, rigid bronchoscopy airway stenting,
inhaled therapy, endobronchial ultrasound,
dan terapi terkini untuk asma berat dengan

menggunakan bronchial
thermoplasty.
Dari acara ini diharapkan para internis yang
tersebar di seluruh Indonesia dapat meningkatkan kemampuan dalam
mengobati TB dan penyakit paru lain. Karena
internis dituntut untuk dapat menangani kasus-kasus advance, seperti
MDR dan XDR, terutama
yang di daerah, tuturnya
berharap dari event ini.
Pada workshop ini untuk pertama kalinya diperkenalkan di Indonesia tentang bronchial thermoplasty. Dr.
Eric Daniel Tenda, SpPD mengatakan alat
yang diusung Boston Scientific ini merupakan terapi mutakhir bagi penderita asma
berat atau persistenyang tidak lagi bisa
dikontrol dengan obat seperti inhalasi kortikosteroid maupun long acting beta 2 agonist (LABA). Dengan terapi bronchial thermoplasty, penggunaan kortikosteroid dan
LABA oleh pasien asma dapat diturunkan
dengan sangat signifikan. Terapi ini juga
terbukti, menurunkann total kunjungan
pasien ke dokter dan ruang emergensi
yang memberikan dampak cukup besar
dalam mengurangi beban pembiayaan
kesehatan. Ini merupakan terapi baru.
Dalam kurun waktu empat tahun setelah di
launching di Amerika, alat ini sudah dapat
digunakan di Indonesia. Peserta workshop
tampak sangat antusias, kata Dr. Eric pada
launching bronchial thermoplasty 30 Maret
2014 lalu di Menara 165, Jakarta menggunakan alat ini.
Pada acara yang sama, juga diluncurkan
website www.respirology.com oleh Divisi
Respirologi dan Penyakit Kritis, Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM dan Journal of Chest and Critical Emergency Medicine oleh PERPARI. Melalui situs ini diharap
terjalan komunikasi yang lebih intensif, baik
sesama sejawat maupun masyarakat luas.
Pasien dapat mengakses website untuk mengetahui jenis berbagai layanan unggulan.
Selain itu Indonesian Society of Respirology
and Critical Care Internal Medicine (PERPARI) juga sukses menerbit jurnal ilmiah nasional pertama yang memuat perkembangan terkini di bidang pulmonologi. (HI)

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

49

KABAR PAPDI

SEKILAS
DIVISI RESPIROLOGI DAN
PERAWATAN PENYAKIT KRITIS
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM
RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

eiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, salah satu


cabang ilmu kedokteran yang saat
ini dan masa yang akan datang di
dunia kesehatan makin menantang terkait
dengan problem kesehatan dan persaingan
di bidang industri kesehatan, tak terkecuali
bagi Divisi Respirologi dan Perawatan
Penyakit Kritis Departemen Imu Penyakit
Dalam. Oleh karena itu Divisi Respirologi
dan Perawatan Penyakit Kritis tetap berusaha melakukan yang terbaik dalam meyiapkan dan mengembangkan layanan.

Kegiatan
Kongres Internasional
Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap
tahun adalah dengan membawa hasil pe-

50

nelitian untuk dipresentasikan pada Kongres bertaraf Internasional pada November


2013, sebanyak 15 hasil penelitian dipresentasikan oleh Staf dan PPDS-I pada
acara 18th Congress of The Asian Pasific Society of Respirology di antaranya
berjudul :
1. Survival of surperior vena cava syndrome patients without radiation theraphy in Cipto Mangunkusumo Hospital
and Dharmais Cancer Hospital.
2. Validation of rapid emergency medicine
score as a prognotic scoring system for
adult nonsurgical emergency patients in
Indonesia.
3. The profile and survival of superior vena
cava syndrome patients in Cipto
Mangunkusumo Hospital and Dharmais
Cancer Hospital.

Halo INTERNIS Edisi November 2014

KABAR PAPDI
4. Characteristics and 90 days survival of
superior vena cava syndrome patients in
Cipto Mangunkusumo and Dharmais
Cancer Hospital.
5. Predictors of mortality for adult medical
emergency patients with pneumonia in
Indonesia.

JICCCIM
(Jakarta International Chest and Critical
Internal Medicine)
Kegiatan ini adalah simposium dan workshop bagi para internis dan sejawat dokter
lainnya untuk mendapatkan ilmu dan meningkatkan pengetahuan dan keahlian dalam menangani pasien kritis serta sekaligus
meningkatkan kompetensi dokter-dokter
Indonesia yang selalu rutin dilaksanakan
setiap bulan Maret. Kegiatan ini dihadiri
oleh para konsultan, dokter spesialis ternama baik Internasional maupun Nasional
diantaranya Prof. Tom Sutedja, MD, PhD
(Netherlands), Prof. David Feller-Kopman,
MD (USA), Prof. Parameswaran Nair (Canada), Richard Sue, MD (USA), Jamalul
Azizi Abdul Rahman, MD, MMED (Malaysia), Prof. Jamsak Tscheikuna, MD (Thailand), Prof. Lee Pyng, MD, MBBS, MRCP,
MMED (Singapore), Dr. dr. Zulkifli Amin,
SpPD, KP, FCCP, FINASIM (Jakarta), Dr. dr.
C. Martin R, SpPD, KP, FCCP, FINASIM
(Jakarta), dr. Anna Uyainah, SpPD, KP,
MARS, FINASIM (Jakarta), dr. Ceva
Wicaksono P, SpPD, KP, KIC, FINASIM
(Jakarta).
Dengan berbagai judul Simposium dan
Workshop yang sangat menarik, diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan para
sejawat dokter dalam menghadapi kasuskasus di bidang Respirologi dan Penyakit

Kritis diantaranya Bronkoskopi, EBUS,


Kateter Vena Sentral, Cryotherapy dan
Argon Plasma Coagulation, Ventilasi
Mekanik, dan Sten Saluran Napas.

National TB Day
Permasalahan TB seakan tidak ada
habisnya sejak ditemukan di abad 20.
Meskipun kasus TB paling sering bermanifestasi di paru. TB merupakan penyakit
yang dapat menyerang berbagai organ di
tubuh manusia. Seringkali diagnosis TB
menjadi sulit karena gejala yang tidak spesifik. Berbagai permasalahan yang ditemui
dalam penanggulangan TB baik dari segi
klinis maupun program menyebabkan perlunya penyebaran informasi di kalangan
medis dan paramedis melalui kegiatan
Simposium Nasional Peringatan TB
Sedunia. Nasional TB Day diselenggarakan
pada tanggal 24 Maret, bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan, Subdit TB
P2PL, PERPARI, PAPDI, dan FKUI yang
juga sekaligus merupakan Peringatan Hari
TB Sedunia. Kegiatan ini dihadiri oleh para
dokter-dokter tidak hanya di Jakarta tapi
juga di seluruh Indonesia. Kegiatan ini juga
merupakan suatu bentuk monitoring dan
evaluasi di masa yang akan datang.

INDONESIAN JOURNAL
OF CHEST, Critical and
Emergency Medicine
Sejak Maret 2014 PERPARI (Perhimpunan Subspesialis Respirologi dan Perawatan Penyakit Kritis Indonesia / Indonesian
Society of Respirologi and Critical Care)
mulai menerbitkan Jurnal Ilmiah tentang

problem dibidang CHEST, Critical dan


Emergency Medicine. Dalam satu tahun
Buku Jurnal Imiah ini sudah terbit 2 Jilid dan
akan menerbitkan Jilid ke 3. Penerbitan tiap
triwulan ini merupakan wadah bagi para
dokter (dokter umum, spesialis, dan subspesialis) untuk publikasi hasil hasil penelitian, tinjauan pustaka, hal-hal baru (update),
pengetahuan dan keterampilan di bidang
Respirologi dan Perawatan Penyakit Kritis.

Roadshow ISTC
Penyakit Tuberkulosis (TB) masih merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan salah satu
penyebab kematian sehingga perlu dilaksanakan Program Pengendalian TB (P2TB)
secara berkesinambungan. Dalam rangka
meningkatkan keberhasilan pengendalian
TB di Indonesia salah satu strategi yang tercantum dalam 7 strategi utama pengendalian TB adalah ekspansi layanan TB
DOTS ke seluruh Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Pelatihan ini merupakan suatu
bagian dari sistem pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) sehingga dapat meningkatkan kinerja secara perorangan, tim
maupun institusi dengan peran dan fungsi
sebagai Pelatih Workshop ISTC & DOTS TB
TB bagi anggota PAPDI di Pusat dan Provinsi. Pelatihan ini dilaksanakan dengan
menggunakan prinsip pembelajaran orang
dewasa (andragogi) yang merupakan kegiatan interaktif yang diikuti oleh setiap peserta latih dengan difasilitasi oleh Pelatih.
(HI)

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

51

KABAR PAPDI

Tasyakuran dan Peresmian

Rumah PAPDI

Pengguntingan pita dan penandatanganan Prasasti Rumah PAPDI. oleh Prof Idrus.

agi itu, rasa syukur teramat sangat


terpancar dari wajah pengurus PB
PAPDI. Para pengurus, senior dan
mantan Ketua Umum PB PAPDI
tampak hadir pada peresmian kantor PAPDI
yang diberi nama Rumah PAPDI. Acara
persemian yang di pandu Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman Nasution,
SpPD, K-KV, FINASIM, FACP berlangsung
penuh keakraban dan kekeluargaan.
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr.
Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC,
FESC, FAPSIC, FACP dalam sambutannya
mengatakan PAPDI sudah seyogyanya me-

52

Halo INTERNIS Edisi November 2014

miliki gedung sendiri. Hal tersebut mengingat PAPDI yang sudah berdiri sejak 1957
dan jumlah anggotanya hampir 3000 internis yang terus akan bertambah. Dan ini
sesuai dengan renstra PB PAPDI yang akan
meningkatkan pelayanan lebih professional
kepada anggotanya. Di samping itu, program kerja PB PAPDI yang padat dan tantangan ke depan yang lebih kompleks. Pada
kesempatan itu, Prof. Idrus menetapkan
nama Rumah PAPDI mengingat fungsi
sebagai tempat bernaung anggota PAPDI.
Acara dilanjutkan dengan pemotongan
tumpeng oleh Prof. Idrus yang diberikan

KABAR PAPDI
penguatan organisasi agar dapat menaungi
anggotanya lebih professional.
DR. Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, KP, FINASIM, FCCP Ketua PAPDI Cabang
Bandung mengatakan ini adalah pencapaian yang luar biasa untuk menjalankan
roda organisasi yang lebih professional. ia
berharap ini dapat diikuti oleh cabang-cabang PAPDI.
Pada hari yang sama, ada pengurus PB
PAPDI yang sedang berbahagia yaitu Dr.
Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM
dan DR.Dr. Lugyanti Sukrisman, SpPD, KHOM, FINASIM yang sedang merayakan
hari ulang tahunnya. Pengurus pun merayakan dan memberikan ucapan selamat
ulang tahun. Selamat ultah dok.

kepada mantan Ketua Umum PB PAPDI


Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI,
FINASIM, FACP. Prof. Samsuridjal merasa
bersukur PAPDI telah memiliki tempat sendiri, semoga dapat member manfaat yang
lebih buat masyarakat, terutama pada anggotanya.
Dr. Pranawa, SpPD, K-GH, FINASIM

dari Surabaya mengatakan sudah semestinya PAPDI memiliki tempat sendiri mengingat PAPDI sebagai organisasi professional
dan besarnya tantangan ke depan yang
mesti diantisipasi.
Hal senada disampaikan Dr. Chairul Radjab Nasution, SpPD, K-GEH, FINASIM,
MKes. Ia mengatakan ini merupakan langkah

RUMAH PAPDI (Kantor PB PAPDI)


d/a.
Jl. Salemba I No.22-D
Kel. Kenari, Kec. Senen
Jakarta Pusat 10430
Telp : 021-31928025, 31928026, 31928027
Fax Direct : 021-31928028, 31928027
SMS PB PAPDI : 0856 95785909
Email : pb_papdi@indo.net.id
Website : www.pbpapdi.org

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

53

KABAR PAPDI

PAPDI Forum: Wabah Virus MERS-CoV,

Seberapa Bahaya?

Pengiriman tenaga kerja


memberikan penjelasan
pada jamaah atau TKI
tentang pencegahan dan
gejala penyakit ini.
PAPDI siap membantu
memberikan masukan
dan bantuan untuk
sosialisasi hal ini
Dr. Sally memberi sambutan dan sekaligus membuka PAPDI Forum.

ari Semenanjung Arab, ancaman


MERS-CoV mengentai Indonesia.
Kementerian Kesehatan telah memeriksa lebih dari 79 sampel warga
Indonesia yang diduga tertular MERS-CoV.
Hasilnya, dari semua yang diperiksa tersebut belum ada satupun yang positif. Akan
tetapi karena tingginya lalu lintas manusia

antara Indonesia dan Timur Tengah, kewaspadaan terhadap penularan virus ini perlu
mendapat perhatian serius. Lantas seberapa bahayakah Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV)?
Pengurus Besar Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB
PAPDI) berpartisipasi berbagi informasi me-

Para pembicara PAPDI Forum.

54

Halo INTERNIS Edisi November 2014

ngenai bahaya MERS-CoV terhadap kesehatan dengan menyelenggarakan simposium awam PAPDI Forum dengan tema
Wabah Virus MERS-CoV: Seberapa Bahaya?, di Aula Fakultas Kedekteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta pada
20 Mei 2014 lalu.
Acara tersebut menghadirkan para pembicara yang pakar dibidangnya. Mereka
adalah Dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD, KPTI, FINASIM dengan tema presentasi
Pola Infeksi Virus MERS dan Upaya Pencegahannya, kemudian Dr. Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC dengan tema presentasi Penatalaksanaan
Virus MERS dan Dr. Fera Ibrahim, MSc,
PhD, SpMK (K) dengan tema presentasi
Aspek Virologi Virus MERS. Dan acara
berlangsung dengan moderator DR. Dr. Ari
Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM,
MMB, FACP.
Kasus infeksi virus ini ke manusia terbilang baru. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mengumumkan hingga Mei 2014 lalu telah
ada 401 orang dari 12 negara di seluruh dunia yang telah didiagnosis menderita penyakit ini. Seluruh kasus tersebut diperkirakan
berasal dari 6 negara yang terletak di Timur
Tengah. Angka kematiannya saat ini mencapai 50%. Manifestasi infeksi virus ini cukup

KABAR PAPDI

lebar, mulai dari tidak bergejala hingga memiliki keluhan gangguan pernapasan yang
cukup berat seperti demam tinggi, batuk
dan sesak nafas. Telah dilaporkan 93 orang
meninggal. Hingga saat ini belum ditemukan suatu vaksin untuk pencegahan penyakit ini maupun terapi yang spesifik untuk
mengobatinya.
Sementara para pakar masih mempelajari bagaimana sesungguhnya cara penyebaran virus ini. PAPDI menganjurkan kepada warga yang berada di Semenanjung
Arab atau pulang dari daerah itu, termasuk
para TKI dan jamaah haji dan umroh, untuk
berusaha melindungi diri mereka sendiri terhadap gangguan pernapasan tersebut melalui memakai masker, sering mencuci ta-

ngan, hindari kontak erat dengan orangorang yang sedang sakit, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut mereka dengan
tangan yang belum dicuci, dan sering-sering
membersihkan permukaan tubuh yang sering disentuh. Perhatian lebih lagi pada kegiatan ziarah ke tempat-tempat seperti peternakan dan perkebunan karena virus ini
telah diidentifikasi dan diduga kuat sebagai
sumber di hewan kelelawar dan unta.
Diharapkan para penyelenggara haji
dan umroh serta penyelenggara pengiriman
tenaga kerja ke Semenanjung Arab dapat
membantu memberikan penjelasan pada jamaah atau TKI yang dikirimnya tentang pencegahan dan gejala penyakit ini. PAPDI siap
membantu memberikan masukan dan ban-

tuan untuk sosialisasi hal ini, kata Dr. Ari


Fahrial Syam.
Seminar setengah hari ini dibuka oleh
Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally
Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM,
FACP. Pada kesempatan itu, Dr. Sally mengatakan PAPDI Forum merupakan salah
satu program rutin PB PAPDI yang bertujuan memberi edukasi dan pemahaman
yang benar mengenai kesehatan atau berbagai penyakit yang terkait dengan ilmu penyakit dalam kepada masyarakat dan sejawat di layanan primer. PAPDI berupaya
memberikan informasi up to date tentang
kesehatan kepada masyarakat luas, kata
Dr. Sally menjelaskan peran PAPDI di masyarakat. (HI)

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

55

SOSOK

Prof. DR. Dr. Nasronudin, SpPD, K-PTI, FINASIM

Kiprah Internis
MEMIMPIN LEMBAGA
RISET
Prof. DR. Dr. Nasronudin,
Sp.PD, K-PTI, FINASIM,
merupakan guru besar di
bidang Ilmu Penyakit Dalam
yang dipercaya oleh rektor
universitas Airlangga untuk
memimpin ITD sebagai lembaga riset. Pada awal dilantiknya Januari 2008,
Nasronudin mendapat perintah membawa ITD bukan
saja bangun tidur, bukan
hanya berjalan cepat, tapi
diminta untuk membawa
terbang dan lari lembaga
tersebut sehingga bisa berkontribusi pada kebutuhan
global, pemerintah Republik
Indonesia dan menghadirkan
manfaat bagi masyarakat.

56

Halo INTERNIS Edisi November 2014

SOSOK

ebijakan pemerintah Indonesia melalui Sinas (sistem inovasi nasional)


membuka peluang seluas-luasnya
bagi setiap insan untuk berinovasi.
Inovasi penting untuk memformulasikan ide
sehingga membuahkan luaran guna mendongkrak harkat dan martabat bangsa Indonesia, serta mempercepat tercapainya kesejahteraan rakyat Indonesia. Di bidang
ekonomi, Indonesia berusaha keras untuk
mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi melalui Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Bidang riset, terutama riset dengan produk
bioproduk memiliki peluang mengambil peran ini melalui sinergi dan sinkronisasi
Academic-Business-Government (ABG).
Sebagai bangsa Indonesia, setiap insan
perlu bersyukur dan berbesar hati karena
Indonesia merupakan salah satu tumpuan
harapan dunia. Indonesia Negara besar terdiri dari 17.503 pulau, 1.128 etnik, 746 bahasa yang masuk dalam unity in diversity.
Indonesia memiliki karakter, sebagai negara
demokrasi ketiga terbesar; berpenduduk
muslim terbesar; terkaya biodiversity; negara tropis terbesar termasuk kaya penyakit
tropis. Indonesia kaya sumber daya alam

Penyerahan alat riset Nuclear Magnetic Resonance (NMR) pada tanggal 23 Oktober 2012

di Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga.

(SDA), termasuk kaya mikroorganisme dan


kaya tanaman obat. Sumberdaya alam yang
luar biasa ini harus bisa dikelola dengan
baik, dimanfaatkan, dikembangkan, diaplikasikan oleh para internist. Pengelolaan
SDA secara baik dan benar berpotensi
membuahkan hasil optimal guna merespons

tantangan dan kebutuhan global, nasional,


serta kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Bidang riset dengan inovasi bioproduk diharapkan dapat memiliki andil dalam mengantarkan Indonesia menjadi 5 besar kekuatan
ekonomi dunia yang terus bergerak dinamis, termasuk pendapatan/kapita USD

Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

57

SOSOK
3.000 (2010), USD 14.250- 15.500 (2025),
USD 44.500-49.000 (2045). (MP3EI, BPPT,
2013).
Institute of Tropical Disease (ITD)
Universitas Airlangga merupakan salah satu
lembaga riset yang menjadi aset bangsa
Indonesia. Lembaga ini membuka peluang
bagi para peneliti untuk melakukan inovasi
riset dan mensukseskan program MP3EI
melalui ABG. Bioproduk riset penting diupayakan guna memenuhi tuntutan global
dan keperluan nasional agar target Indonesia menduduki 5 besar ekonomi raksasa
dunia tahun 2025- 2030 terealisasi.
Prof. DR. Dr. Nasronudin, Sp.PD, K-PTI,
FINASIM, merupakan guru besar di bidang
Ilmu Penyakit Dalam yang dipercaya oleh
rektor universitas Airlangga untuk memimpin ITD sebagai lembaga riset. Pada awal
dilantiknya Januari 2008, Nasronudin mendapat perintah membawa ITD bukan saja
bangun tidur, bukan hanya berjalan cepat,
tapi diminta untuk membawa terbang dan
lari lembaga tersebut sehingga bisa berkontribusi pada kebutuhan global, pemerintah Republik Indonesia dan menghadirkan
manfaat bagi masyarakat. ITD merupakan
lembaga riset, dilengkapi dengan peralatan

Pada awalnya, sang internist kesulitan mengenali


berbagai peralatan laboratorium modern tersebut.
Di samping itu dihadapkan pada benteng kokoh yang
dibangun para guru besar seniornya. Di ITD terdapat berbagai kelompok studi yang rerata dipimpin
oleh para seniornya. Namun, Prof. Nasronudin
berdasarkan pengalamannya 8 tahun melalang
buana di berbagai daerah Indonesia berusaha
melakukan berbagai pendekatan dan inovasi.
Manejemen dikelola secara sentral, transparan,
akuntabel. Selain pembenahan internal juga eksternal, termasuk mengembangkan sayap dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pusat riset dan
perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri.

laboratorium molekuler canggih.


Pada awalnya, sang internist kesulitan
mengenali berbagai peralatan laboratorium
modern tersebut. Di samping itu dihadapkan
pada benteng kokoh yang dibangun para

Alat research Nuclear Magnetic Resonance (NMR) untuk Analisis Senyawa.

58

Halo INTERNIS Edisi November 2014

guru besar seniornya. Di ITD terdapat berbagai kelompok studi yang rerata dipimpin
oleh para seniornya. Namun, Prof. Nasronudin berdasarkan pengalamannya melalang buana 8 tahun di Propinsi Riau (Pekan-

SOSOK

Kegiatan riset di Bio Safety Level-3, (BSL-3) ITD-UA.

baru, Tanjung Pinang, Kepulauan Natuna,


Kepulauan Dabo Singkep) dan 2 tahun di
Amuntai, Hulu Sungai Utara, Kalimantan
Selatan berusaha melakukan berbagai pendekatan dan inovasi. Manejemen dikelola
secara sentral, transparan, akuntabel.
Selain pembenahan internal juga eksternal,
termasuk mengembangkan sayap dengan
menjalin kerjasama dengan berbagai pusat
riset dan perguruan tinggi dalam negeri
maupun luar negeri.
Berbagai pusat riset dan perguruan tinggi luar negeri yang berhasil membangun
kerjasama dengan ITD antara lain: Kobe
University, Mahidol University, NIH Thailand,
OITA University, Osaka University, Nagasaki
University, JICA-JST/Satreps, Neumedix
Australia, KNAW (Erasmus Univ.), University Putra Bangsa Malaysia, INiTha (ITD UA
- Osaka University - Kobe University - Mahidol University - Thailand NIH), National
Institute of Cholera and Enteric Disease
(NICED) India, Tokyo University, Sydney

University, LEEDS University, Kumamoto


University, Shanghai University, Newcastle
University, dan masih banyak lagi.
Selain menjalin kerjasama dengan luar
negeri, ITD tidak melupakan kerjasama dengan institusi dalam negeri, yaitu beberapa
lembaga riset/Perguruan tinggi dan beberapa Industri termasuk BUMN seperti Biofarma, Kimia Farma, Indofarma, PT. Riset Perkebunan Nusantara (RPN), Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Konsorsium Riset Ruminansia Besar NTB-NTT, PT
Star speciality Chemicals Indonesia, PT. Pupuk Kaltim, Pusat penelitian Kopi dan Kakao
Jember, Konsorsium Pusat Pengembangan
dan Pemanfaatan Rumput Laut Sulawesi
Selatan, Ma Chung Research Center for
Photosynthetic Pigments Universitas Ma
Chung Malang, Pusat Kesehatan TNIAD
dan unitnya RSPAD Gatot Soebroto, RS.
Pusat Soelianti Saroso dan lain-lain.
Prof. Nasronudin, berharap agar Indonesia menjadi barometer penanggulangan

penyakit infeksi dunia. Riset di ITD difokuskan pada Medical and Health Biotechnology agar dapat membuahkan produk akademik; produk Kebijakan; dan Bioproduk
melalui pengembangan riset bidang pencegahan, diagnosis dan terapi. Bidang pencegahan melalui pengembangan berbagai
vaksin. Inovasi diagnotik, terutama mengubah penyakit yang underdiagnosis menjadi
terdiagnosis (misal diagnosis West Nile
Virus, Legionella, dll); diagnosis lambat diubah menjadi cepat, serta mengembangkan
berbagai kit diagnostik agar Indonesia
mampu berdikari dalam prevensi dan penanggulangan penyakit infeksinya sendiri.
Inovasi bidang terapi, dikembangkan terapi
penyakit berbasis herbal lokal Indonesia
yang selain menghasilkan produk juga
membantu para petani agar semakin sejahtera. Disamping itu juga dikembangkan
terapi berbasis proteomik dan berbasis
stem cell. Beliau berharap bahwa Indonesia
betul-betul mampu memformulasikan riset
maju (advanced research) dan menjadi
pusat research excellence yang memadukan pendekatan health science, life science,
dan social science sehingga mampu menggapai inovasi penanggulangan penyakit
melalui pendekatan holistik.
Kerja keras ITD selama 5 tahun yang
dinahkodai seorang internist dan disokong
oleh berbagai komponen peneliti yang handal ternyata mampu membuahkan hasil dan
respon positif dari berbagai pihak dalam dan
luar negeri. Tidak ketinggalan respon positif
dari pemerintah Republik Indonesia melalui
Kemenristek RI. Menristek RI berketetapan
memilih dan menetapkan ITD-UA sebagai
PUSAT UNGGULAN IPTEK di bidang Kesehatan, Obat, dan Biologi molekuler terkait
Penyakit Tropik Infeksi. Tidak berhenti disitu, pada perjalanan lanjut ITD juga mendapat kepercayaan terakreditasi dari Komite
Nasional Akreditasi Pranata Penelitian &
Pengembangan (KNAPP). Puncaknya ITDUA memperoleh anugerah PRAYOGASALA
dari Menristek RI di penghujung Agustus
2013, karena dinilai berhasil mengembangkan kelembagaan riset serta memperluas jejaring riset dalam maupun luar negeri.
PR selanjutnya adalah apakah ITD mampu
mempertahankan predikat tersebut. Tentu
semua tergantung sinergitas seluruh komponen ITD dan izin Allah SWT.
(Widiyanti/Anis/HI)

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

59

INFO MEDIS
Dr Bambang Subagyo, SpPD,FINASIM
Dewan Etik dan Pembelaan Anggota PB PAPDI

Mediasi Pada Penyelesaian


Sengketa Medis

Mediasi dan
Penyelesaian Sengketa
Alternatif

ediasi adalah salah satu bentuk penyelesaian sengketa (alternative


dispute resolution/ADR) yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersengketa,
dengan menggunakan jasa pihak ketiga
(yang netral) sebagai mediator, dengan tujuan menghasilkan kesepakatan, atau keputusan bersama guna menyelesaikan sengketa tersebut tanpa harus melalui proses
pengadilan
Pada saat ini ADR melalui mediasi, menjadi salah satu alternatif penyelesaian sengketa hukum yang populer diberbagai nega-

60

ra. Selain Indonesia, mediasi telah digunakan untuk menyelesaian sengketa di luar
peradilan, di negara Amerika Serikat, Jepang, Korea, Hongkong, Australia, Sri Langka, Rusia,Thailand, Singapura dan lain-lain.
Dengan diberlakukan Undang Undang
RI Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbiterase
dan Alternatif Dalam Penyelesaian Perkara,
semakin kuat landasan penggunaan mediasi dalam penyelesaian sengketa hukum
di Indonesia. Selain itu prosedur mediasi di
Indonesia juga diperjelas, oleh Peraturan
Mahkamah Agung R.I (PERMA) tahun
2001. Maka seharusnya saat ini hanya
sengketa perdata yang gagal diselesaikan
dengan ADR, yang dilanjutkan ke proses
persidangan di pengadilan.
Sebagai dasar hukum penggunakan mediasi pada penyelesaian sengketa di bidang
medis, adalah pasal 29 UU No 36 Tahun
1999, Tentang Kesehatan, dimana dalam
UU Kesehatan tersebut, untuk sengketa hukum akibat kesalahan atau kelalaian tenaga kesehatan, diwajibkan diselesaikan lebih
dahulu dengan cara mediasi, sebelum memilih penyelesaian lewat jalur hukum

Mediasi di Pengadilan
dan Mediasi Non
Litigasi
Berdasarkan tempat untuk menyelesaikan sengketa, ada dua macam cara mediasi
yang dapat ditempuh, Pertama mediasi
yang dilakukan sepenuhnya di luar proses
pengadilan. Kedua adalah mediasi yang dilakukan pada perkara yang sedang dalam

Halo INTERNIS Edisi November 2014

proses peradilan tetapi belum ada putusan


hukum yang berkekuatan tetap.

A. Mediasi Dalam
Proses Peradilan
Mediasi yang terjadi di pengadilan adalah mediasi yang terjadi pada sengketa hukum yang gugatannya telah didaftarkan sebagai gugatan perdata di pengadilan negeri.
Cara ini dapat ditempuh karena berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)
No 1. Tahun 2008, pada semua proses peradilan perdata, sebelumnya harus telah dilakukan mediasi. Hakim bahkan dapat menunda proses peradilan, guna memberi kesempatan pada mereka yang bersengketa
untuk melakukan mediasi. Bahkan suatu
putusan peradilan yang ternyata tidak melalui proses mediasi terlebih dahulu, dapat
dinyatakan batal demi hukum
Mediasi dalam proses peradilan dapat
dilakukan sepanjang waktu, selama perkara
tadi belum diputus. Jadi, mediasi dapat dilakukan sejak dari saat perkara masih di tingkat Pengadilan Negeri ketika perkara dalam
proses banding di Pengadilan Tinggi, Ataupun waktu perkara berada pada proses kasasi di Mahkamah Agung. Bahkan mediasi
juga bisa dilakukan pada suatu perkara
yang sedang dalam proses peninjauan
kembali
Mediator untuk perkara yang sudah sampai di pengadilan, sering disebut sebagai
mediator hukum. Adapun mereka yang
dapat menjadi mediator dipengadilan atau
mediator hukum adalah hakim, akademisi
hukum, profesi bukan hukum yang diang-

INFO MEDIS
gap menguasai dan berpengalaman dalam
masalah itu, atau gabungan dari profesiprofesi tersebut (Pasal 8, PERMA tentang
Prosedur Mediasi Disidang Pengadilan).

jadi suatu kesepakatan yang telah berkekuatan hukum karena bersifat final dan mengikat. Sehingga akta tersebut akan berlaku
layaknya suatu putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van
gewijsde) sehingga bila terjadi pelanggaran
terhadap hal hal yang telah disepakati oleh
para pihak, dan telah tercantum dalam akta
perdamaian tersebut, maka pelanggaran
tersebut akan menjadi suatu pelanggaran
hukum, yang sanksi hukumnya telah diatur
oleh pasal-pasal dalam KUH Perdata, khususnya tentang ingkar janji.
Apabila wanprestasi (ingkar janji) tersebut, menyebabkan kerugian pada salah satu pihak, dapat digugat ganti rugi oleh pihak
yang dirugikan. Bahkan juga dimungkinkan
oleh hukum, pihak yang melakukan wanprestasi, harus memberi bunga (interest), di
samping pembayaran ganti rugi pada pihak
yang mengalami kerugian itu.

Mediator Dan Hasil


Mediasinya

Ada dua macam mediator dalam penanganan


sengketa hukum melalui jalur non litB. Mediasi Diluar
igasi, termasuk untuk sengketa medik ini,
Proses Peradilan
ialah mediator tanpa sertifikat dan mediator
Mediasi di luar pengadilan (mediasi non
bersertifikat. Adapun yang disebut sebagai
litigasi) adalah mediasi yang dilakukan oleh
mediator bersertifikat, adalah mereka yang
mediator yang dipilih oleh pihak-pihak yang
telah mengikuti pendidikan mediator yang
bersengketa, dengan harapan sengketanya
diselenggarakan oleh suatu lembaga pendapat diselesakan, tanpa harus melalui prodidikan mediator, yang telah diakreditasi
ses persidangan di pengadilan.
oleh Mahkamah Agung RI (pasal 5.
Walaupun hasil kesepakatan yang diperPERMA. No 1 tahun 2008) Sedangkan
oleh mediasi ini terjadi diluar pengadilan,
mediator tidak bersertifikat adalah mediator
namun kesepakatan yang diperoleh dapat
yang belum mengikuti pendidikan mediator,
dibawa ke pengadilan untuk dikukuhkan
yang diselenggarakan oleh lembaga penmenjadi suatu akta perdamaian. Adapun
didikan mediator yang terakreditasi oleh
suatu akta perdamaian yang sudah dikuMahkamah Agung
kuhkan oleh pengadilan negeri, akan menProses mediasi dan cara yang digunakan untuk mencapai kesepakatan
bersama, tidak berbeda pada kedua macam mediator tersebut.
Hasil kesepakatannya juga tidak
Selama ini sudah terbukti bahwa berperkara lewat pengadilan (litigasi), mempunyai banyak keleberbeda namun terdapat perbemahan, di antara kerugian itu adalah:
daan besar dalam tindak lanjut dan
1. Prosesnya bisa memakan waktu, karena memerlukan sidang pengadilan berkali-kali. Juga bila
status hukum dari kesepakatan
ada pihak yang tidak puas dengan keputusan hakim bisa berlanjut dengan peradilan banding,
yang telah dicapai oleh kedua mapengajuan kasasi dan sebagainya sehingga prosesnya akan semakin lama.
cam mediator tersebut.
2. Sering memerlukan biaya besar, akibat proses yang bisa berlangsung lama.
Pada mediator bersertifikat, ha3. Para pihak saling mengadu bukti dan argumen, untuk pembenaran diri.
sil
kesepakatan
yang telah ditanda
4. Keputusan akhirnya ditetapkan oleh hakim, sehingga sangat formal. Namun tidak selalu
tangani
oleh
pihak-pihak
yang berdirasakan sebagai putusan yang win-win bagi yang bersengketa, bahkan bisa dirasa sebasepakat
dan
mediatornya.
Dapat
gai sesuatu yang win-loss
langsung didaftarkan ke pengadilan negeri guna dikukuhkan
Semua alasan kelemahan dari proses litigasi tersebut diharapkan tidak akan terjadi pada proses
menjadi Akta Perdamaian sepenyelesaian sengketa dengan mediasi non litigasi. Karena mediasi non litigasi mempunyai kelehingga status hukum dari kesepabihan kelebihan, berupa :
katan perdamaian tadi menjadi
a. Prosesnya lebih informal dan flexibel, karena difasilitasi mediator yang dipilih bersama, serta
kuat. Karena suatu akta perdamaimenguasai obyek yang disengketakan sehingga lebih sesuai dengan semangat musyawarah
an yang telah dikukuhkan pengauntuk mufakat.
dilan negeri, mempunyai kekuatan
b. Penyelesaiannya tidak perlu waktu lama, karena agendanya diatur sendiri.
hukum tetap yang mengikat, sec. Kerahasiaan dapat dijamin, karena penyelesaian dengan cara ini bisa dilakukan dengan diamhingga akta ini tidak mudah didiam, hanya diketahui oleh pihak yang terlibat saja sehingga rahasia dokter, pasien dan rumah
ganggu gugat dan ditafsirkan sesakit akan tetap terjaga.
maunya.
d. Pada pembahasannya tidak terjadi pembenaran diri, melainkan berusaha mencari titik temu
Sebaliknya kesepakatan yang
sebagai landasan dari suatu solusi bersama.
diperoleh dengan perantaraan mee. Terdapat banyak kemungkinan keputusan yang win win solution.
diator tidak bersertifikat, tidak dapat didaftarkan ke pengadilan unAdapun kekurangan yang ditemukan dalam proses mediasi tersebut, adalah.
tuk dikukuhkan sebagai akta pera. merupakan hal yang baru, sehingga masih belum banyak dikenal.
damaian. Kesepakatan tersebut
b. masih sulit mencari mediator yang handal dan menguasai masalahnya.
hanya dapat ditandatangani di dec. masih ada pendapat litigasi adalah satu satunya cara penyelesaian terbaik
pan notaris, atau dibuatkan akta
otentiknya oleh notaris sehingga

Keuntungan Dan Kerugian Mediasi Non Litigasi

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

61

INFO MEDIS
kesepakatan tersebut hanya akan menjadi
akta di bawah tangan, yang kekuatan hukumnya tidak sekuat suatu akta perdamaian
yang disahkan oleh pengadilan. Sehingga
dikemudian hari, jika salah satu pihak yang
telah bersepakat tadi, merasa tidak puas
dengan perjanjian didepan notaris tersebut
atau ada keberatan yang lain terhadap
kesepakatan tersebut pihak yang tidak puas
dapat menggugat masalah itu dan meminta
untuk diselesaikan melalui jalur litigasi
sehingga otomatis masalah itu akan menjadi sengketa hukum, yang akan diselesaikan
lewat proses peradilan (litigasi). Kejadian
seperti ini tidak akan terjadi, apabila kesepakatan damai tersebut telah menjadi suatu
akta perdamaian yang dikukuhkan oleh
pengadilan.

Namun dalam praktik, ternyata banyak


sengketa yang cukup rumit dan pelik, karena sangat teknis sehingga memerlukan mediator yang selain bertindak sebagai fasilitator untuk mediasi, juga harus menguasai
masalahnya. Hal ini sering menyulitkan bagi
mediator yang akan menangani sengketa
yang menyangkut profesi medis, karena
perlu pemahaman khusus suatu sengketa
medis yang tampak sederhana ternyata rumit, sebab menyangkut masalah etika profesi, teknis medis atau ilmu kedokteran yang
sangat spesialistik. Akibatnya mediator
sengketa medis, yang tidak menguasai masalah dan logika ilmu kedokteran akan
mengalami kesulitan.

Fasilitator Profesional
Dan Imbal Jasanya
Semula mediator dianggap hanya akan
berperan apabila kedua pihak yang bersengketa, tanpa bantuan pihak ketiga tidak
dapat mencapai titik temu dalam menyelesaikan masalah yang disengketakan. Dahulu tugas mediator dianggap hanya terbatas
untuk memfasilitasi proses perundingan,
mengidentifikasi inti permasalahan dan
mendorong agar dapat tercapai kesepakatan pada pihak pihak yang bersengketa.
Dahulu tugas seorang mediator hanya
dianggap cukup membantu para pihak
yang bersengketa, agar terjadi :
1. Komunikasi yang efektif dan efisien,
serta mengurangi rasa permusuhan.
2. Menetapkan prioritas pokok penyelesaian masalah dan negosiasinya sehingga dicapai kesepakatan yang
win-win pada pihak yang bersengketa.
3. Memperkecil kesenjangan pemahaman para pihak, terutama terkait dengan istilah medis dan terminologi hukum sehingga yang bersengketa
mampu melihat masalah yang disengketakan dengan obyektif.
4. Menjelaskan posisi masing masing pihak, dan membantu para pihak agar
realistis terhadap keinginan atau gugatannya.

62

Apakah bagi mediator harus disediakan


uang jasa, atas waktu dan pengorbanan
yang diberikan? Dan bagaimana cara menentukan besar jasa tersebut? Kalau jasa
mediasi itu dilakukan oleh mediator profesional, atau bagian dari suatu biro hukum swasta, tentu pada mediator tersebut akan ada
biaya pembayaran jasa, yang harus dikeluarkan oleh pihak yang bersengketa. Tetapi bisa
saja suatu mediasi dilakukan oleh seorang
mediator atau lembaga yang tidak menuntut
biaya untuk hal itu.
Namun yang jelas kalau harus ada biaya
untuk jasa mediasi tersebut, besar biaya
dari jasa mediasi tersebut, harus ditentukan
di depan atau sebelum proses mediasi
dilakukan. Seorang mediator tidak dibenarkan menentukan biaya mediasi didasarkan

Halo INTERNIS Edisi November 2014

pada prosentase atau dikaitkan dengan nilai


materiil hasil akhir atau kesepakatan yang
akan dihasilkan oleh mediasi tersebut.

Dokter Sebagai
Mediator
Dari uraian di depan ada kesan tidak mudah bagi semua orang, untuk berperan menjadi mediator dari suatu sengketa medis, khususnya untuk mereka yang tidak faham tentang kedokteran dan profesi medis. Karena
itu tidak ada salahnya jika dari kalangan profesi medis sendiri, ada yang tertarik dan bersedia menjadi mediator bagi sengketa medik
bahkan salah satu keuntungan dari dokter
yang menjadi mediator akan lebih mudah
memahami masalahnya, serta mempunyai
akses informasi yang
lebih luas jika dibandingkan dengan mediator yang tidak berasal dari kalangan
medis.
Dokter yang ingin
menjadi mediator dari
suatu sengketa medis,
tidak harus seorang
dokter senior atau
dokter yang telah mengikuti pendidikan hukum secara formal.
Bagi para dokter muda
yang berminat, juga terbuka luas kesempatan untuk ini. Yang penting para pihak
yang bersengketa menyetujui. Tentunya saat
menjadi mediator harus bersedia berlaku
profesional, obyektif, netral dan jujur, baik terhadap sesama dokter yang sedang yang
bermasalah maupun pada pihak-pihak yang
bukan dokter dalam masalah itu.
Hambatan dan kesulitan dalam mediasi
pasti ada, namun itu adalah romantika dan
tantangan yang menarik pada mereka yang
telah memilih peran menjadi mediator. Juga
harus disadari oleh para mediator, bahwa sekalipun sudah dimediasi sangat sulit untuk
memberikan kepuasan yang persis sama pada para pihak yang bersengketa tersebut.
Nah, bagaimana menurut anda? Apakah anda berminat mernggeluti bidang ini?

SOSOK PAPDI

Pameran Fotografi

Di Pertemuan Ilmiah
Tahunan Penyakit Dalam

endengar nama PIT IPD,


yang terbayang adalah
simposium ilmiah, workshop, poster penelitian,
serta pameran alkes dan farmasi.
Namun gambaran tersebut sedikit
berbeda pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam (PIT
IPD) FKUI/RSCM 2013 lalu. Pada
event tersebut, beberapa internis
menggelar pameran fotografi.
Boleh jadi ini kali pertama pada
PIT IPD FKUI/RSCM diselingi dengan pameran fotografi. Pameran
bertema Sights and People: a
Photographic Journey ini diselenggarakan atas prakarsa para ahli
hematologi onkologi medik, Prof. Dr.
Zubairi Djoerban, SpPD, K-HOM,
FINASIM, DR. Dr. Aru W. Sudoyo,
SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP dan
DR. Dr. Lugyanti Sukrisman, SpPD,
K-HOM, FINASIM. Mereka ditambah
beberapa konsultan dan residen memamerkan koleksi-koleksinya di
Lantai Dasar Hotel Ritz Carlton Jakarta.
Fotografi merupakan kegemaran
yang membutuhkan passion yang
besar. Tak banyak klinisi yang
menekuni fotografi. Namun, bagi
beberapa konsultan penyakit dalam
FKUI/RSCM, fotografi merupakan sebuah hobi. Tak jarang mereka mengorbankan waktunya untuk mencari
objek bagus untuk menghasilkan
karya fotografi yang indah. Selain tiga
konsultan hematologi onkologi medik
tersebut, masih terdapat sederet
nama pencinta fotografi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Sebutlah nama-nama seperti
Dr. Budi Setiawan, SpPD, K-PTI, Dr.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

63

SOSOK PAPDI
Khie Chen Lie, SpPD, K-PTI, dan Dr. Dante
Saksono Harbuwono, PhD, SpPD, K-EMD.
Pameran foto ini sangat spesial karena
direncanakan dalam jangka waktu yang cukup panjang, sekitar 6 bulan sebelum pameran berlangsung. Acara ini diselenggarakan di
Hotel Ritz Carlton, Jakarta bertepatan dengan event PIT, tepatnya tanggal 26-27 Oktober 2013. Event yang dibantu oleh PPDS
ini sebenarnya sudah ada dalam benak para
penggagas sejak beberapa tahun lalu, namun baru sempat terlaksana saat itu. Selain
ketiga penggagas, pameran ini diikuti juga
oleh para konsultan lain yang memiliki passion tinggi terhadap fotografi, Dr. Budi Setiawan, SpPD, K-PTI, Dr. Khie Chen Lie, SpPD,
K-PTI, serta PPDS ilmu penyakit dalam.
Menurut Dr. Lugy yang merupakan orang
yang dengan telaten mempersiapkan pameran ini, pameran fotografi ini diharapkan
menjadi langkah awal bagi event lain untuk
menghimpun para pencinta fotografi di departemen maupun PAPDI. Konsultan hematologi yang menggeluti fotografi karena ketularan suaminya yang merupakan konsultan obstetri dan ginekologi ini merenca-

Foto-foto Pameran Fotografi di PIT IPD 2013.

64

Halo INTERNIS Edisi November 2014

SOSOK PAPDI

nakan sebuah kegiatan hunting foto bersama dengan rekan-rekan sejawat atau
acara pertemuan dan diskusi dengan para
tokoh fotografer profesional. Saat ini, ia
telah mengoleksi puluhan foto hasil jepretannya sendiri dari tak kurang 10 negara.
Beberapa koleksinya menampilkan keindahan alam Afrika Selatan yang ia tampilkan

dalam pameran kali ini. Beberapa foto yang


dipajang merupakan favoritnya. Biasanya
saya hunting foto saat bepergian ke luar
negeri untuk kongres kedokteran atau menemani suami yang kongres kedokteran,
papar dokter yang juga mahir dalam tenis,
basket, dan banyak aktivitas seni dan
olahraga lainnya ini.

Berbeda dengan Dr. Lugy yang menyenangi fotografi landscape, Dr. Aru banyak
menyumbangkan foto-foto human interest
hasil jepretannya di beberapa negara. Fotofoto karya Ketua Umum PB PAPDI periode
2006-2012 ini juga diambil dari berbagai
negara. Detailnya sangat bagus. Menurut
Dr. Aru, ia memang sudah lama mencitacitakan sebuah pameran fotografi di departemennya, namun tertunda karena padatnya kesibukannya sebagai Ketua Umum PB
PAPDI saat itu. Ia mengaku gembira dan
bersyukur dengan pelaksanaan pameran
fotografi ini.
Pameran fotografi ini dibuka secara resmi oleh Ketua Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI/RSCM, DR. Dr. Imam Subekti,
SpPD, K-EMD, FINASIM dan Ketua Panitia
PIT IPD, DR. Dr. Iris Rengganis, SpPD, KAI, FINASIM. Pameran yang berlangsung
selama 2 hari penuh ini menjadi daya tarik
sendiri di acara PIT tahun ini. Semoga di
tahun-tahun mendatang kegiatan ini dapat
menjadi agenda rutin departemen dan semakin banyak anggota PAPDI yang juga
mencintai aktivitas fotografi. (HI)

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

65

SOSOK PAPDI

Mata Lain

Prof. Zubairi Djoerban

Look Into My Eyes, You Will See The World.


Lihatlah ke dalam mataku, maka ada banyak cerita di situ.
Dengan mata sekarang ini, saya bisa memotret berbagai
belahan dunia.
Maupun berbagai daerah di Indonesia.
Look Into My Eyes, You Will See The World.
Tolong dilihat mataku yang sebelah kanan.
Yang biasa dipergunakan untuk melihat ruang intip pada
kamera,
suatu saat pernah buta total, gelap gulita.
Mengapa saya memotret dan memotret?
Kebutaan mata kanan secara total, Ablasio Retina yang
lepas secara alami beberapa tahun lalu.
Gelap, hitam total. Dunia seakan runtuh, nyaris putus asa
ketika itu.
Saya amat bersyukur kepada Allah SWT yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang,

66

Halo INTERNIS Edisi November 2014

Yang telah memberi ujian dan takdir sehingga saya bisa


bertemu dengan dokter mata yang baik,
Dr. Cahyono dan Dr. Soedarman Syamsoe, serta tim JEC.
Yang paling penting adalah saya beruntung punya sahabat
dokter spesialis mata yang amat canggih dan empati. Saya
mendapat tindakan dengan cepat. Operasi retina dilakukan.
Setelah beberapa minggu, mata saya divonis pulih.
Kesabaran yang teramat sangat dibutuhkan pada saat itu.
Tidak pernah tahu rencana Tuhan atas ujian ini.
Mata yang pernah buta total itu, kini dapat melihat kembali.
Mensyukuri nikmat Allah Taala yang demikian besar itu.
Maha Kasih yang telah memulihkan pandangan saya untuk
dapat berbagi teman orang lain melalui fotografi. Ablasio
Retina, akhirnya menjadi motivator untuk saya.
Saya juga bersyukur karena sebagai dokter, seringkali bepergian dalam rangka tugas, mukernas, kongres dan lain-lain.
Sehingga memiliki kesempatan memotret disetiap tempat.

SOSOK PAPDI

Launching Buku dan Pameran Fotografi, 10 Nopember 2014


di Lorong RS Kramat 128, Jakarta

Selain itu,
rupanya dengan fotografi, komunikasi dokter dengan pasien jauh lebih baik.
Manusia kecenderungan senang difoto.

BIODATA :

Saya memang bukan fotografer,


namun saya hanya berkeinginan untuk
berbagi ketika saya mengunjungi
berbagai tempat.
Keindahan ciptaan Ilahi yang saya lihat
dan rasakan melalui mata dan hati.
Kalaupun bisa disebut karya foto, itu
sebetulnya, sekali lagi, itu hasil dari
teknologi, keberanian untuk mencetak,
keberanian untuk membukukan apa yang
telah saya kerjakan untuk menyajikan
ciptaan Tuhan. (Zubairi Djoerban)

Riwayat Pendidikan:

Nama
Lahir
Nama istri
Nama anak

: Prof. Dr. Zubairi Djoerban, SpPD,


K-HOM, FINASIM
: Yogyakarta, 11-02-1947
: Sri Wahyuningsih
: Dini, Dono, Diana

FK UI - 1971, Spesialis Penyakit Dalam FK UI - 1978,


Khom FK UI - 1986, Post Gradueate Training, ICIG
Perancis - 1983, Cancer Exchange Programme At
MD Anderson Cancer Center, Houston

Riwayat Jabatan:
Ketua Senat FKUI - 20082013, Kepala Divisi
Hematologi-Onkologi IPD FKUI/RSCM, Ketua Program Studi IPD FKUI/RSCM - 19952002, Ketua
Kolegium IPD - 20062009, Ketua Pemeriksa
Kesehatan Capres/Cawapres RI 2009 dan 2014,
Ketua MPPK IDI - 20062012, Ketua Dewan Penasehat PB IDI - sekarang, Ketua Indonesia Aids
Society - sekarang, dan lain-Lain.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

67

OBITUARI

Prof. Dr. dr. RRJ. Sri Djoko Moeljanto, SpPD, K-EMD:

Mengenang Jasa

Bapak Tiroid Nasional


Dikenal sebagai pakar tiroid yang mumpuni di negeri ini, tak membuat
dirinya tinggi hati. Beliau justru rajin keluar masuk lereng Gunung Merapi
mendampingi langsung warga yang terkena penyakit tiroid atau gondokan.

ehilangan besar dirasakan oleh segenap civitas akademika Fakultas


Kedokteran Universitas Diponegoro,
khususnya Departemen Ilmu Penyakit Dalam atas kepergian salah satu pakar
terbaik yang pernah ada yaitu Prof. Dr. dr.
RRJ. Sri Djokomoeljanto, SpPD, K-EMD.
Dan tentu saja dunia endokrinologi ikut berduka atas kepergian Guru Besar yang diangkat sebagai Bapak Tiroid Nasional ini.
Berita duka itu disampaikan langsung
oleh pihak keluarga, yang mengabarkan
bahwa pada Jumat, 13 Desember 2013 pukul 04.40 WIB, Prof Djoko menghembuskan
nafas terakhirnya di RS Elizabeth Semarang. Dosen dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
ini, meninggal dunia dalam usia 76 tahun.
Setelah disemayamkan di rumah duka dan
disemayamkan pula di Undip untuk memberikan kesempatan pada segenap civitas
Undip memberikan penghormatan terakhir
pada salah satu pelopor berdirinya FK
Undip ini. Selanjutnya almarhum Prof Djoko
dimakamkan di pemakaman umum Trunojoyo Banyumanik, Semarang.
Guru Besar kelahiran Boyolali, 23 Februari 1937 ini meninggalkan seorang istri
yaitu Maria Antonia Sartini, tujuh anak (5
putra, 2 putri), dan 15 orang cucu. Kepergian Ketua Dewan Pengarah PB PERKENI
ini mengingatkan kita akan jasa-jasa dan
kontribusi nyata almarhum pada dunia
kedokteran di Indonesia. Kecintaannya pada profesi dibuktikan dengan totalitas dalam
bekerja. Meniti karier sebagai dosen Undip
sejak tahun 1962 dan sempat memegang
beberapa jabatan penting seperti Ketua De-

68

partemen
Ilmu Penyakit
Dalam dan Dekan
Undip pada tahun 1980.

Prestasi dan kontribusi


Beberapa penghargaan seperti Doktor
Teladan Bidang Ilmiah dari PB IDI menerima Piala Widya Film Ilmuah Populer The
Iodine Deficiency 1985. Oleh Pengurus
Besar Perhimpunan Endrokrinologi Indo-

Halo INTERNIS Edisi November 2014

nesia (PB Perkeni) diberikan gelar


kehormatan sebagai Bapak Tiroid
Indonesia pada Mei 2013 lalu,
dan pada saat yang sama
dinobatkan sebagai Bapak
GAKI (Gangguan Akibat
Kurang Yodium) Nasional oleh Kementrian
Kesehatan.
Bagi Undip, Prof.
Djoko adalah bagian penting dalam
perjalanan salah
satu universitas
ternama di Indonesia ini. Tak hanya menjadi tenaga pengajar yang
melahirkan banyak
dokter, doktor dan
guru besar, kontribusi
almarhum sebagai pejabat struktural di lingkungan kampus melahirkan berbagai kebijakan
strategis. Salah satunya pendirian Pusat Infeksi dan Penyakit
Tropis (Center for Tropical and Infectious Diseases atau Centrid) FK Undip pada tahun 2005 adalah atas prakarsa
almarhum Prof Djoko yang kala itu menjadi
ketua Kelompok Studi Penyakit Tropik sejak
pendiriannya tahun 1989.
Dikenal sebagai pakar tiroid yang mumpuni di negeri ini, tak membuat dirinya tinggi hati. Beliau justru rajin keluar masuk lereng Gunung Merapi mendampingi langsung warga yang terkena penyakit tiroid

OBITUARI
atau gondokan di kawasan Kabupaten
Magelang. Tak hanya menerapkan metode
pengobatan yang dikuasai almarhum, dirinya pun sangat berjasa dalam menyumbangkan data-data penting penyakit tiroid di
Indonesia. Selain itu sangat gigih dan disiplin dalam melakukan penelitian bidang ilmu
tiroidologi di segala jenjang strata pendidikan di Indonesia. Karenanya tak heran bila
nama Prof Djoko juga dikenal di kalangan
pakar tiroid tingkat nasional maupun internasional. Atas jasa-jasa besar itulah, sangat
pantas rasanya bila PB Perkeni mengangkat beliau sebagai Bapak Tiroid Indonesia.
Tanyakan pada masyarakat di lereng Merapi, bagaimana gigihnya seorang Prof Djoko
mengentaskan masalah gondokan yang
dianggap bukanlah penyakit oleh mereka.
Kontribusi alharhum dalam hal ini tak hanya
berhasil mengobati secara medis tetapi juga
sukses mengubah paradigma masyarakat
setempat yang menganggap gondokan adalah hal biasa, mereka menganggap umpluk
sebutan masyarakat setempat bukan
suatu penyakit, jadi pembesaran di bagian
depan leher itu tak perlu ditakuti, apalagi
mesti diobati. Lagi pula umpluk tidak menjadi
hambatan penderita melakukan aktivitas.
Anggapan itu muncul, karena mereka tak tahu bahwa gondok itu merupakan penyakit
endemik. Di sinilah Prof. Djoko gigih meluruskan pendapat tersebut. Kondisi ini tentu
saja mengusik dirinya sebagai seorang pakar
endokrinologi. Beliau makin prihatin ketika
mengetahui belum adanya penanganan
yang serius terhadap masalah ini.
Gangguan ini harus menjadi masalah
nasional karena berkaitan dengan penurunan kualitas sumber daya manusia, kata
Prof. Djoko suatu ketika.

Tak henti belajar, tak


lelah mengabdi
Perhatiannya yang besar pada masalah
gondok ini, semakin memotivasinya untuk
memperdalam ilmu Iodine Deficiency Disorder. Gayung bersambut, ketika akhirnya
niat tersebut mengantarnya memperoleh
kesempatan memperdalam ilmu dengan
mengikuti International Course of Nutrition ,
National Institute of Nutrition, Hyderabad,
India, pada 1969. Di negeri Sungai Gangga
ini, Prof. Djoko menemukan kasus gondok
yang serupa dengan Indonesia. Beliau

mengingat benar bagaimana cara penanganan masalah ini di sana. Setibanya ke tanah air, beliau langsung menerapkan ilmu
yang diperolehnya dari negara Taj Mahal itu.
Tanpa menunggu lebih banyak waktu,
beliau langsung mulai melakukan penelitian
gondok endemik di lereng Gunung Merapi.
Mengumpulkan data yang terserak, mengais fakta-fakta yang tercecer dan meramunya di balik uji laboratorium. Kerja keras
penelitian itu tak hanya menjadi catatan
penting di atas kertas tetapi juga didokumentasikan dalam media rekaman berupa
video yang selanjutnya dikemas dalam konsep film dokumenter. Inilah film yang kemudian berhasil menyabet piala Widya pada
Festival Film Indonesia, di Bandung pada
1980 dengan judul Kelabu di lereng bukit.
Empat tahun kemudian, kesempatan
baik kembalil menghampirinya. Kerja kerasnya di lereng Merapi mengantarnya mendapatkan tiket bea siswa belajar endokrinologi dan metabolik klinik di University Hospital,
Leiden, Belanda, pada 1973. Setahun kemudian beliau berhasil meraih gelar doktor
di Universitas Diponegoro Semarang, yang
sebenarnya oleh promotornya dari Belanda
diharapkan diajukan di Leiden, Belanda.
Perlu dicatat bahwa alhmarhum adalah
doktor pertama yang dihasilkan oleh Universitas Diponegoro, berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul The Effect of
Severe Iodine Deficiency: A Study on Population in Central Java Indonesia dengan
promotor Prof. DR. A. Querido dari University Leiden dan Prof. Dr. R Boedhi Darmojo

dari Universitas Diponegoro, Semarang.


Perjalanan karier yang begitu gemilang,
torehan prestasi yang membanggakan dan
tentu saja perhatian tulus terhadap kondisi
masyarakat di sekitarnya, membuat almarhum mendapat tempat terhormat sebagai
salah seorang pakar endokrinologi di dunia
kedokteran, juga dunia pendidikan khususnya bagi Universitas Diponegoro yang menjadi tempatnya belajar, mengabdi dan mendidik, melahirkan generasi penerus cita-cita
beliau.
Anak pertama dari delapan bersaudara
pasangan Dirjosoebroto dan Soemijati ini
selalu menjadi pelopor kemajuan FK Undip.
Saya lebih menyukai penelitian atau seminar buat orang awam, tuturnya suatu kali.
Sosok ayah teladan ini memberi kebebasan pada ketujuh anaknya untuk memilih
jalan hidup dan profesinya sendiri. Kendati
tak ada satupun anak yang mengikuti jejaknya, beliau tetap bahagia. Baginya itulah
esensi dari kebebasan yang diterapkannya.
Keluarga adalah prioritas, itu sebabnya beliau membatasi praktek hingga maksimal
pukul delapan malam, agar bisa berkumpul
dengan keluarga setiap hari. Pada satu kesempatan beliau mengaku segala keberhasilannya merupakan berkah dari Sang Maha
Kuasa. Dalam bekerja dirinya selalu mengutamakan pelayanan pada pasien, baginya
eksistensi seorang dokter karena adanya
pasien. Prinsip inilah yang semakin meneguhkan integritas dan kapabilitas beliau.
Selamat jalan Prof Djoko. Terima kasih atas
segala jasa baikmu selama ini. (HI)

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

69

KABAR PAPDI

Jurnalis Award PAPDI


P

engurus Besar Perhimmpunan Dokter Spesialis Penyakit


Dalam (PB PAPDI) mengumumkan pemenang Jurnalis Award
PAPDI dalam rangka Hari Kesehatan Sedunia (HKS) 2013
yang setiap 7 April. Dari 15 artikel yang masuk dan dimuat di media
cetak dan elektronik selama April 2013, tim juri memilih tiga peserta yang memenangkan Jurnalis Award PAPDI. Nama tiga orang jurnalis tersebut dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr.
Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM bersamaan pada konferensi Pers Efek Debu Vulkani terhadap Kesehatan di Kantor PB

Dr. Sally memberi sambutan pada Konferensi Pers PAPDI.

70

Halo INTERNIS Edisi November 2014

PAPDI, 18 Februari 2014 lalu.


Ketiga pemenang tersebut adalah:
Juara I : Wita Lestari dengan tema Meredam Aksi Si Hipertensi
dari media Jurnal Nasional.
Juara II : Lilis A dengan tema Waspada Hipertensi Mengintai dari
media Warta Kota.
Juara III : Ari Utari dengan tema Hindari Asin Berlebih Cegah
Terkena Hipertensi dari media Harian Terbit.
Selamat kepada ketiga pemenang!

BERITA CABANG

Aksi PAPDI Peduli

Bencana Alam
B

encana alam secara beruntun melanda di beberapa belahan


bumi Indonesia. Belum surut banjir yang melanda beberapa
daerah, termasuk Ibukota Jakarta dan belum terobati duka
gunung Sinabung di Sumatera Utara, serta banjir bandang
yang memporakporandakan daerah Paldua di Menado, gunung
berapi Kelud di Jawa Timur pun meletus memuntahkan jutaan partikel.
Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia (PB PAPDI) melalui cabang-cabangnya berperan aktif
dalam aksi PAPDI Peduli Bencana Alam membantu saudara-saudara
kita yang terkena musibah.
Di Jakarta, PAPDI cabang Jakarta Raya menggelar aksi bakti
sosial mengadakan pengobatan gratis di dua titik yang langsung
terkena dampak banjir, yaitu condet dan kampung Pulo Jatinegara,
Jakarta Timur. Beberapa internis yang dikoordinir oleh Dr. Asep
Saeful Rohmat, SpPD, K-GEH, FINASIM dan Dr. RR. Rahayu, SpPD
Ketua Komisariat PAPDI Jaya Wilayah Timur serta dibantu PAPDI
Medical Relief turun ke lokasi memberikan pengobatan kepada
masyarakat yang terkena banjir. Banjir di Jakarta terjadi hampir tiap
tahun, ke depan PAPDI Jaya akan membuat tim khusus yang
menangani banjir, kata Dr. Asep yang juga Ketua Bidang Organisasi
PAPDI Jaya.
Sementara, di Manado, Ketua PAPDI cabang Menado Dr. B.J
Waleleng, SpPD, K-GEH bersama sejawat internis lain melakukan
aksi PAPDI Peduli Bencana Alam dengan memberi sumbangan
kepada korban banjir Bandang di dua tempat yang porakporanda,
yaitu Pikala dan Paldua. Menurut Dr. Walelang di kedua tempat
tersebut banyak rumah yang hanyut terbawa banjir. Kondisi sangat
memprihatinkan. Kami bekerjasama dengan camat setempat meng-

Aksi PAPDI Peduli Bencana di Manado.

Bakti Sosial PAPDI Jaya, pengobatan gratis untuk korban banjir.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

71

BERITA CABANG
inventaris kebutuhan yang mendesak korban banjir.
Pada saat itu, kami memberi pakaian, selimut, kasur
busa untuk tidur dan lain-lain sesuai yang dibutuhkan. Kami mendapat bantuan dana dari PB PAPDI,
PAPDI Jaya, sumbangan anggota PAPDI cabang
Menado dan sejawat lain. Selain itu, pasca banjir,
PAPDI cabang Menado bersama IDI Wilayah, RS
Prof. Kandau, Dinas Kesehatan Manado melakukan
pengobatan gratis bagi korban banjir bandanng. Dua
daerah ini kami prioritaskan karena memang paling
parah, sekitar 180 kepala keluarga yangg rumah
hanyut. Derah ini tepat di pinggir sungai, katanya.
Hal serupa juga dilakukan PAPDI cabang Sumatera Utara. Masyarakat yang terkena musibah meletusnya Gunung Sinabung mendapat bantuan dari
PAPDI cabang Sumatera Utara. Ketua PAPDI cabang Sumatera Utara Prof. DR. Dr. Harun Alrasyid,
SpPD, SpGK, FINASIM menggalang dana dari sejawat lain. Kami memberi bantuan berupa barang
yang dibutuhkan dan menurunkan internis ke lokasi
untuk memberikan pengobatan kepada masyarakat,
kata Prof. Harun.
Tak cukup sampai bencana di Sinabung, bumi
pertiwi kembali terguncang dengan meletusnya gunung berapi Kelud, Jawa Timur. Ketua PAPDI cabang
Malang Dr. Atma Gunawan, SpPD, K-GH, FINASIM
bersama sejawat lain turun ke lokasi bencana Dusun
Kedawun Desa Pandasari, Malang memberi bantuan
berupa makanan dan peralatan sekolah bagi anakanak korban bencana alam serta satu unit komputer
untuk Sekolah Dasar Negeri 03 Pandasari.
Dampak letusan gunung Kelud bukan hanya
dirasakan oleh masyarakat sekitar gunung. Letusan
gunung Kelud memuntahkan juta ton kubik partikel
ke angkasa. Debu vulkanik tersebar luas hingga
menjangkau Jawa Barat. Banyak fasiliitas umum di
pulau Jawa seperti bandara tertutup debu vulkanik
yang memaksa pengelola bandara menghentikan
aktifitas penerbangan. Masyarakat yang terpapar
debu vulkanik terancam terkena gangguan kese-

Bakti Sosial PAPDI Jaya, pengobatan gratis untuk korban banjir.

72

Halo INTERNIS Edisi November 2014

hatan seperti gangguan kesehatan mata, kulit dan pernafasan.


PB PAPDI pun tak tinggal diam. PB PAPDI melalui konferensi pers menghimbau
masyarakat untuk mengantisipasi resiko akibat terpapar debu vulkanik. Temu media
dilakukan di kantor PB PAPDI dengan tema Efek Letusan dan Debu Gunung
Berapi Terhadap Kesehatan Tubuh dengan narasumber; Dr. Ceva Wicaksono
Pitoyo, SpPD, K-P, FINASIM, KIC dan DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH,
FINASIM, MMB, FACP dengan moderator Dr. Trijuli Edi Tarigan, SpPD, FINASIM.
Acara yang dibuka Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman, SpPD, K-KV,
FINASIM ini dihadiri puluhan warrtawan dari perwakilan media baik cetak maupun
elektronik. (HI)

Bakti sosial PAPDI Cabang Malang untuk korban erupsi Gunung Kelud.

Suasana pengungsi korban banjir di Jakarta.

BERITA CABANG

JIM DACE 2014

PAPDI Perkuat Dokter

Layanan Primer
Saya berharap kemitran
PAPDI dengan dokter
di layanan primer dapat
ditingkatkan. Dengan
demikian pemerintah
daerah berharap dimana
155 diagnosa penyakit
tidak lagi dirujuk
ke layanan sekunder

Kepala Dinkes DKI Jakarta memberi sambutan sekaligus sebagai pembicara pad JIM DACE 2014.

IM DACE 2014 mendapat apresiasi


dari Kepala Dinas Kesehatan DKI
Jakarta, Dr. Dien Emawati, M.Kes.
Kegiatan ilmiah Jakarta Internal
Medicine in Daily Practice (JIM DACE) 2014
yang diselenggarakan di Hotel Harris
Jakarta, pada 1-2 November 2014 lalu dinilai Dr. Dien sangat sinergis dengan program-program Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Pada orasinya dalam plenary lecture
acara tersebut, Dr. Dien mengatakan
PAPDI Jaya telah melakukan program yang
baik dalam rangka meningkatkan kemampuan dokter-dokter yang berada di layanan
primer, terutama dibidang ilmu penyakit
dalam. Dr. Dien meminta agar kegiatan ilmiah ini frekuensinya ditambah, minimal dua
kali setahun. Dengan begitu, dokter-dokter
di layanan primer terus dapat ditingkatkan
kompetensinya.
Saya ucapkan terimakasih kepada
PAPDI Jaya, acara ini begitu penting bagi
saya karena akan meningkattkan kemampuan dokter-dokter layanan primer baik di
puskesmas maupun rumah sakit swasta. Ini

dapat membantu masalah-masalah kesehatan di era Jaminan Kesehatan Nasional


(JKN) saat ini, ungkap Dr. Dien yang sekaligus didaulat membuka acara JIM DACE
2014.
Dr. Dien menambahkan, di era JKN ini
pelayanan kesehatan di strata primer mesti
diperkuat. Kemampuan skill dan diagnosa
dokter di layanan primer senantiasa di up
date. Mereka mesti handal mengambil
keputusan-keputusan medis. Dan mereka
juga paham kasus mana yang dapat ditangani dan kapan saatnya pasien dirujuk ke
layanan sekunder. Saat ini di Jakarta tren
penyakit lebih banyak didominasi kasus-kasus di bidang penyakit dalam. JIM DACE
ini sangat tepat bagi dokter di layanan primer, tegasnya.
Peran dokter di layanan primer saat ini,
kata Dr. Dien, belum seperti yang diharapkan. Sistem rujukan yang telah ditetapkan
dalam JKN tidak berlangsung optimal. Kasus-kasus yang seyogyanya menjadi kompetensi dokter umum kerap tidak selesai di
layanan primer. Kebanyakan kasus tersebut

berakhir di layanan sekunder. Tak heran,


bila rumah sakit layanan sekunder dan tersier kebanjiran pasiennya.
Saya berharap kemitran PAPDI dengan
dokter di layanan primer dapat ditingkatkan.
Dengan demikian pemerintah daerah berharap dimana 155 diagnosa penyakit tidak
lagi dirujuk ke layanan sekunder. Akhirnya,
sistem rujukan ini berjalan dengan sebaikbaiknya, sehingga rumah sakit layanan sekunder dan tersier pasiennya tidak mbludak, ujarnya
Harapan Kepala Dinas Kesehatan DKI
Jakarta sejalan dengan visi PB PAPDI. Wakil Sekretaris PB PAPDI Dr Soekamto
Koenoe, SpPD, K-AI, FINASIM mengatakan
PB PAPDI selalu mendorong anggotanya
untuk meningkatkan kompetensi dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan dokter-dokter di layanan primer. PB PAPDI
sangat mendukung kegiatan-kegiatan ilmiah
dan program pemerintah yang bertujuan
menyehatkan masyarakat Indonesia, ujar
Dr. Soekamto.
Dr. Dien menambahkan Pemda DKI

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

73

BERITA CABANG
dalam waktu dekat akan menambah dan
meningkatkan fasilitas kesehatan. Pemda
berencana akan membangun satu rumah
sakit, meningkatkan kapasitas RS Koja dan
RS Budi Asih, dan puskesmas yang dapat
pelayanan rawat inap ditingkatkan menjadi
ruumah sakit tipe d. Kita butuh banyak
internis untuk mengisi fasilitas tersebut,
ujarnya.
Saat ini, kata Dr. Dien, kerjasama Dnkes
DKI dengan PPDS Ilmu Penyakit Dalam
dapat menurunkan anngka rujukan. Kehadiran PPDS IPD di Puskesmas Cilincing,
Koja, Tambora, dan Tanah Abang terbukti
dapat menurunkan angka rujukan 80 persen
kasus-kasus penyakit dalam. Banyak kasus yang selesai di poli PPDS IPD. Penurunan angka rujukan cukup signifikan,
katanya.
Sayangnya, pelayanan kesehatan lebih
menitikberatkan kepada aspek kuratif.
Dengan kurang memperhatikan aspek promotif dan preventif. Menurut Dr. Agasjtya
Wisjnu Wardhana, SpPD, sejawat dilayanan
primer hendaknnya melakukan layanan
kesehatan yang bersifat promoti dan preventif. Karena berapa pun sarana dan fasilitas kesehatan yang dibangun akan selalu
kurang bila hanya menekankan aspek
kuratif, kata Dr. Wisjnu.

JIM DACE Untuk


Dokter Layanan
Primer
JIM Dace 2014 ini didisain untuk dokter
umum. Menurut Dr. Fitri Nurcahyani, salah

Pembukaan JIM DACE oleh Kepala Dinkes DKI Jakarta.

74

satu peserta yang berpraktik dokter umum


di RS Hermina Bekasi mengatakan materimateri yang disampaikan selama dua hari
sudah bagus, sesuai dengan kebutuhan
dokter yang berpraktik di layanan primer.
Kasus-kasus yang dipaparkan kerap
dijumpai ketika praktik dan dibahas tuntas
oleh para pembicara. Acara ini secara
keseluruhan baik, saya dapat merasakan
manfaatnya,ungkapnya.
Hal tersebut diakui oleh Ketua PAPDI
Cabang Jakarta DR.Dr. Ari Fahrial Syam,
SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP.
Menurut Dr. Ari Fahrial, panitia telah merancang materi-materi yang memang menjadi
permasalahan kesehatan di masyarakat
umumnya, khususnya di Jakarta. Materi
tersebut lebih menekankan pada deteksi
dinni, penanganan pertama dan peran dokter umum dalam merujuk pasien.
Pendapat yang serupa juga disampaikan
Ketua Pelaksana JIM Dace 2014 Dr. Edy
Rizal Wahyudi, SpPD,
K-Ger, FINASIM. Menurut Dr. Edy acara ini
bertujuan untuk membantu sejawat di layanan primer untuk
meningkatkan
kemampuan di bidang
ilmu penyakit dalam.
Dalam menentukan
materi, panittia sebelumnya melakukan
audiensi dengan dinas kesehatan DKI
Jakarta. Kami banyak menerima ma-

Halo INTERNIS Edisi November 2014

sukan kasus-kasus yang terjadi di Jakarta.


Hal inni semata-mata niat murni PAPDI
Jaya berperan mebantu sejawat dilayanan
primer, kata dr. Edy.
Acara ini sebelumnya didahului workshop yang dilakukan di lima tempat komisariat PAPDI Jaya. Komisariat Selatan
menyelenggarakan workshop Comprehensive Management of Type 2 Diabetes
Mellitus and its Complication di RS Pondok Indah. Komisariat Barat menyelenggarakan workshop Primery Care of Osteoporosis and Osteoarthritis in Geriatric Patients di RS Grha Kedoya. Komisariiat
Pusat menyelenggarakan workshop CAPD
pada Penyakit Ginjal Kronik di RS MRCCC
Siloam Hospital. Komisariat Timur menyelenggarakan workshop Holistic Management of Cardiac Arrhythmias di RS haji
Pondok Gede, dan Komisariat Utara menyelenggarakan workshop Demam Pada
Praktek Sehari-hari di RS Gading Pluit.
Puncak acara berupa simposium selama
dua hari dengan tema Guidelines in Internal Medicine Care for Primary Physicians
Toward Universal health Coverage di Hotel
Harris. JIM DACE kali ini diikuti oleh 774
peserta yang teridiri dari 235 peserta workshop dan 539 peserta simposium dari berbagai daerah mulai dari Aceh hingga Papua
Untuk memperbaiki kualitas JIM DACE
selanjutnya, Dr. Edy mengatakan panitia
terbuka menerima berbagai saran agar
materi-materi yang disampaikan dapat menambah pengetahuan sejawat dan bermanfaat untuk menghadirkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di tempat praktik sejawat masing-masing. (HI)

BERITA CABANG

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Sumatera


Barat Periode 2012 2015

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Kalselteng


Periode 2012 2015

Ketua Umum PB PAPDI yang diwakili Wakil Ketua PB PAPDI, DR. Dr.
Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP melantik dan
mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Sumatera Barat periode 2012
2015 Dr. Syaiful Azmi, SpPD, K-GH, FINASIM beserta pengurus pada,
15 Juni 2014 di Hotel Mercure Padang, Sumatera Barat. Pelantikan
dan susunan pengurus PAPDI Cabang Sumbar ditetapkan dalam
Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Ketua Bidang Humas
Publikasi dan Pengabdian Masyarakat, Dr. Ika Prasetya Wijaya,
SpPD, K-KV, FINASIM. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah
Sumatera Barat, Prof. DR. Dr. Menkher Manjas, Sp.B, Sp.OT dan
dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Sumatera Barat.

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Kalimantan Selatan Tengah (Kalselteng) periode
2012 2015 DR. Dr. Muh. Darwin Prenggono, SpPD, K-HOM, FINASIM
beserta pengurus pada 7 Juni 2014 di Hotel Golden Tulip, Banjarmasin
- Kalimantan Selatan. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang
Kalselteng ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD,
K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah
Kalimantan Selatan, Dr. Mohammad Rudiansyah, SpPD, FINASIM,
M.Kes dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Kalimantan
Selatan Tengah.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Jambi


Periode 2012 2015

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Kupang


Periode 2012 - 2015

Ketua Umum PB PAPDI yang diwakili Wakil Ketua PB PAPDI, DR. Dr.
Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP melantik dan
mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Jambi periode 2012 2015 Dr.
M. Jufri Makmur, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 1 Juni 2014
di Hotel Novita Jambi. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI
Cabang Sumbar ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang
dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution,
SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI
Wilayah Jambi, Dr. H. Deri Mulyadi, SH, MH.Kes, M.Kes, Sp.OT. dan
dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Jambi.

Ketua Umum PB PAPDI yang diwakili Sekretaris Jenderal PB PAPDI,


Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP melantik dan
mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Kupang periode 2012 2015 Dr.
Prijander L.B Funay, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 17 Mei
2014 di Swiss-Bell Hotel, Kupang, NTT. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Kupang ditetapkan dalam Surat Keputusan PB
PAPDI yang dibacakan Ketua Bidang Humas Publikasi dan
Pengabdian Masyarakat, Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV,
FINASIM. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah NTT Dr. Rita
Enny Setianingdiah, M.Kes. dan dihadiri pengurus serta anggota
PAPDI Cabang Kupang.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

75

BERITA CABANG

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Tanah Papua


Periode 2012 2015

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Yogyakarta


Periode 2012 2015

Ketua Umum PB PAPDI yang diwakili Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr.


Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI Cabang Tanah Papua periode 2012 2015 Dr.
Samuel Baso, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 26 April 2014 di
Swiss-bell Hotel, Jayapura, Papua. Pelantikan dan susunan pengurus
PAPDI Cabang Kupang ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI
yang dibacakan Ketua Bidang Humas Publikasi dan Pengabdian Masyarakat, Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM. Pelantikan itu disaksikan Sekretaris IDI Wilayah Provinsi Papua, Dr. Wendy Lewelissa,
Penasehat PB PAPDI, DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM,
FACP, Asisten Bidang Umum SEKDA Provinsi Papua Rosina Upessy
dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Tanah Papua.

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Yogyakarta Periode 2012 2015 , Dr. Ibnu
Purwanto, SpPD, K-HOM, FINASIM beserta pengurus pada 15 Maret
2014 di Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta. Pelantikan dan susunan
pengurus PAPDI Cabang Yogyakarta ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr.
Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu
disaksikan Ketua IDI Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Dr. Bambang Suryono, Sp.An, KIC, M.Kes, KNA, Penasehat PB PAPDI, DR.
Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Yogyakarta.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Aceh


Periode 2012 - 2015
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Provinsi Aceh Periode 2012 2015 Dr. Fauzi
Yusuf, SpPD, K-GEH, FINASIM beserta pengurus pada 7 Maret 2014
di Hotel Hermes Palace, Aceh. Pelantikan dan susunan pengurus
PAPDI Cabang Aceh ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI
yang dibacakan Wakil Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sukamto
Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI
Wilayah Aceh, Dr. Fachrul Jamal, Sp.An, KIC. dan dihadiri pengurus
serta anggota PAPDI Cabang Provinsi Aceh.

76

Halo INTERNIS Edisi November 2014

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Kalimantan


Timur Periode 2012 2015
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Kalimantan Timur periode 2012 2015 Dr.
Carta Agrawanto Gunawan, SpPD, K-PTI, FINASIM beserta pengurus
pada 15 Februari 2014 di Hotel Gran Senyiur, Balikpapan, Kalimantan
Timur. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Kalimantan
Timur ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan
Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah
Kalimantan Timur, Dr. Arie Ibrahim, SpBS (K), dan dihadiri pengurus
serta anggota PAPDI Cabang Kalimantan Timur.

BERITA CABANG

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Bali


Periode 2012 2015

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Surabaya


Periode 2012 - 2015

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM,
FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan Ketua PAPDI
Cabang Bali periode 2012 2015 DR. Dr. Ketut Suega, SpPD, K-HOM,
FINASIM beserta pengurus pada 19 Januari 2014 di Hotel Nusa Dua
Beach, Denpasar, Bali. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI
Cabang Bali ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD,
K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Bali,
Dr. I Made Kompiang Gautama, SpA, DR. Dr. Aru W Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP, Dr. Bambang Setiyohadi, SpPD, K-R, FINASIM,
DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, FACP dan dihadiri
pengurus serta anggota PAPDI Cabang Bali.

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Bali periode 2012 2015 Dr. Soebagijo Adi
Soelistijo, SpPD, K-EMD, FINASIM beserta pengurus pada 11 Januari
2014 di Hotel Shangri La, Surabaya. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Surabaya ditetapkan dalam Surat Keputusan PB
PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman
Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan
Ketua IDI Wilayah Jawa Timur, Dr. Poernomo Boedi Setiawan, SpPD,
K-GEH, FINASIM dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang
Surabaya.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Purwokerto


Periode 2012 - 2015

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Sumatera


Utara Periode 2012 2015

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Purwokerto periode 2012 2015 , Dr. Pugud
Samodro, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 21 Desember 2013
di Hotel Horison, Purwokerto. Pelantikan dan susunan pengurus
PAPDI Cabang Purwokerto ditetapkan dalam Surat Keputusan PB
PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman
Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan
Wakil Ketua IDI Cabang Banyumas, Dr. Rahmat Basuki, MH dan
dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Purwokerto.

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Sumatera Utara periode 2012 2015 Prof. DR.
Dr. Harun Alrasyid Damanik, SpPD, SpGK, FINASIM beserta pengurus pada 1 Desember 2013 di Emerald Garden International Hotel,
Medan, Sumatera Utara. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI
Cabang Surabaya ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang
dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution,
SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI
Wilayah Sumatera Utara, Dr. Suhelmi, SpB dan dihadiri pengurus
serta anggota PAPDI Cabang Sumatera Utara.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

77

BERITA CABANG

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Malang


Periode 2012 - 2015

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Riau Periode


2012 - 2015

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Malang periode 2012 2015. Dr. Atma Gunawan,
SpPD, K-GH beserta pengurus cabang pada 23 Agustus 2014 bertempat di Hotel Atria Malang, Jawa Timue. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Malang ditetapkan dalam Surat Keputusan PB
PAPDI yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally
Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan
Ketua IDI Wilayah Malang Dr. Enny Sekar Rengganingati,MM yang
diwakili Dr. Cesarius Singgih Wahono, SpPD,K-R. dan dihadiri pengurus
serta anggota PAPDI Cabang Malang.

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Riau periode 2012 2015 Dr. Wisman Tanjung,
SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 30 Agustus 2014 bertempat
di Hotel Pangeran Pekan Baru, Riau. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Riau ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI
yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman
Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan
Ketua IDI Wilayah Riau Dr. Nuzelly Husnedy, MARS dan dihadiri
pengurus serta anggota PAPDI Cabang Riau.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Lampung


Periode 2012 - 2015

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Maluku


Utara Periode 2012 - 2015

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Lampung periode 2012 2015 Dr. Tehar KaroKaro, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 12 Oktober 2014
bertempat di Hotel Novotel, Lampung. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Lampung ditetapkan dalam Surat Keputusan PB
PAPDI yang dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally
Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Lampung Dr. Hernowo Anggoro Wasono,
M.Kes dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Lampung.

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Maluku Utara periode 2012 2015 Dr. Eko
Sudarmo Dahad Prihanto, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada
8 November 2014 bertempat di Hotel Bella Innternational, Ternate,
Maluku Utara. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang
Maluku Utara ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang
dibacakan oleh Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman
Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan
Ketua IDI Wilayah Maluku Utara Dr. Marhaeni Hasan, SpA dan
dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Cabang Maluku Utara.

78

Halo INTERNIS Edisi November 2014

BERITA CABANG

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Makassar


Periode 2012 2015

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Bekasi


Periode 2012 2015

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Makassar periode 2012 2015 Prof. DR. Dr.
Syamsu, SpPD, K-AI, FINASIM beserta pengurus pada 24 November
2013 di Hotel Grand Clarion, Makassar. Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Makassar ditetapkan dalam Surat Keputusan
PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally
Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Makassar, Prof. dr. Abdul Kadir, PhD,
Sp.THT-KL(K), MARS dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI
Cabang Makassar.

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Bekasi periode 2012 2015 Dr. Ahmar Abyadh
Umar, SpPD, K-GEH, FINASIM, M.Kes beserta pengurus pada 17
November 2013 di Ruang Burangrang Hotel Horison, Bekasi.
Pelantikan dan susunan pengurus PAPDI Cabang Bekasi ditetapkan
dalam Surat Keputusan PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris
Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM,
FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Cabang Kota Bekasi, Dr.
Anthony D. Tulak, SpP, FCCP dan dihadiri pengurus serta anggota
PAPDI Cabang Bekasi.

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Sulawesi


Tengah Periode 2012 2015

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Jawa Barat


Periode 2012 - 2015

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Sulteng periode 2012 2015 Dr. I Komang Adi
Sujendra, SpPD, FINASIM beserta pengurus pada 9 November 2013
di Ruang Ballroom Rubi, Hotel Santika, Palu. Pelantikan dan susunan
pengurus PAPDI Cabang Sulteng ditetapkan dalam Surat Keputusan
PB PAPDI yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally
Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan Ketua IDI Wilayah Sulawesi Tengah, Dr. Andi Mukramin Amran,
SpRad dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Sulteng.

Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP melantik dan mengukuhkan
Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat periode 2012 2015 DR. Dr. Arto
Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP beserta pengurus pada
5 Oktober 2013 bertempat di Ballroom Mason di Hotel Mason Pine Padalarang, Bandung - Jawa Barat. Pelantikan dan susunan pengurus
PAPDI Cabang Jabar ditetapkan dalam Surat Keputusan PB PAPDI
yang dibacakan Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sally Aman
Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP. Pelantikan itu disaksikan
Ketua IDI Wilayah Jawa Barat, Dr. Rullyanto, MPH, DFM, SH, MH.Kes
dan dihadiri pengurus serta anggota PAPDI Jabar.

Edisi November 2014 Halo INTERNIS

79

Anda mungkin juga menyukai