Anda di halaman 1dari 84

Edisi September 2015

Halo INTERNIS Edisi September 2015


WELCOME TO KOPAPDI XVI 2015 BANDUNG

SEKAPUR SIRIH
Sejawat nan terhormat,
aktu terus bergulir, tak terasa organisasi yang kita banggakan ini akan kembali
mengadakan Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia (KOPAPDI) XVI. PAPDI Cabang Jawa Barat selaku tuan rumah kongres siap menyukseskan KOPAPDI XVI yang akan diselenggarakan 9 13 September
2015, di Hotel Trans Luxury Bandung. Perhelatan akbar tiga tahunan ini momen yang
ditunggu internis di seluruh Indonesia. Mereka akan tumpah ruah di Kota Bandung.
Karenanya, Majalah Halo Internis pada edisi ini mengangkat tema KOPAPDI XVI sebagai
sorot utama. Sedikit kilas balik bagaimana PAPDI Cabang Jawa Barat berusaha mengerahkan potensinya merebut tuan rumah kongres pada bidding KOPAPDI XV di Medan tiga
tahun silam. Kemudian, persiapan yang telah dilakukan hingga hari pelaksanaan. Tak lupa,
redaksi menurunkan profil Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat DR. Dr. Arto Yuwono Soeroso,
SpPD, K-P, FINASIM, FCCP, sosok penting di balik suksesnya kongres ini.
KOPAPDI XVI menandakan berakhirnya kepengurusan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,
K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCPT Ketua Umum PB PAPDI periode
2012 2015. Sejatinya ketua baru, Prof. Idrus melanjutkan tradisi dari ketua sebelumnya.
Kemudian, bersama Sekretaris Jenderal Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM
FACP dan pengurus lainnya, ia membawa PB PAPDI menjadi organisasi profesi yang lebih
solid dan profesional. Di era Prof. Idrus, PAPDI dihadapi berbagai kendala, diantaranya
mulai di berlakukan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), AFTA 2015, dan beberapa kebijakan yang kurang menguntungkan anggota PAPDI. Seperti apa langkah dan strategi mengatasi kendala tersebut, merupakan hal yang perlu disimak pada edisi ini.
Selain itu, pada edisi ini, kami juga menurunkan kabar terkini persiapan PB PAPDI
selaku tuan rumah WCIM ke 33, yang akan berlangsung di Bali, 22 25 Agustus 2016. Dan
keputusan-keputusan Konferensi Kerja PAPDI 2014 yang
diantaranya calon tuan rumah
KONKER 2017 dan KOPAPDI
2018. Seberapa besar persiapan para kandidat calon
tuan rumah untuk bidding di
Konas Bandung, sejawat dapat menyimak pada edisi ini
Kemudian, ada pula berita
seputar kegiatan-kegiatan lain
yang telah dilakukan PB
PAPDI dan Cabang PAPDI.
Kami berharap edisi ini dapat
menjadi referensi dalam
melengkapi informasi seputar
organisasi yang kita cintai ini.
Demikian sepatah kata dari
redaksi.

BIDANG
HUMAS
PUBLIKASI
DAN
PENGABDIAN
MASYARAKAT

SUSUNAN REDAKSI:
Penanggung Jawab:
Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP

*Pemimpin Redaksi:
Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV,
FINASIM
*Bidang Materi dan Editing:
Dr. Wismandari, SpPD, K-EMD, FINASIM;
Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD,
FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD;
Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD; Amril, S SI
*Koresponden:
Cabang Jakarta, Cabang Jawa Barat,
Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta,
Cabang Sumut, Cabang Semarang,
Cabang Padang, Cabang Manado,
Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar,
Cabang Bali, Cabang Malang,
Cabang Surakarta, Cabang Riau,
Cabang Kaltim, Cabang Kalbar,
Cabang Dista Aceh, Cabang Kalselteng,
Cabang Sulawesi Tengah, Cabang Banten,
Cabang Bogor, Cabang Purwokerto,
Cabang Lampung, Cabang Kupang,
Cabang Jambi, Cabang Kepulauan Riau,
Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon,
Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua,
Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi,
Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok,
Cabang Bengkulu, Cabang Sulawesi Tenggara
*Sekretariat:
sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus,
sdri. Oke Fitia, sdri. Normalita Sari,
sdri. Dilla Fitria, sdr. Supandi
*Alamat:
PB PAPDI, RUMAH PAPDI,
Jl. Salemba I No.22-D, Kel. Kenari,
Kec. Senen, Jakarta Pusat 10430.
Telp: 021-31928025, 31928026, 31928027;
Fax Direct: 021-31928028, 31928027;
SMS 085695785909;
Email: pb_papdi@indo.net.id;
Website: www.pbpapdi.org

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

DAFTAR ISI

3
4
6

..........................................SEKAPUR SIRIH

..................................................DAFTAR ISI

..............................................OM INTERNIZ

21

........................................KABAR PAPDI
Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang:
Tetap Profesional Hingga Akhir Periode

23
26
29

....................Tim Adhoc Gratifikasi PB PAPDI


Sponsorship untuk CME Bukan Gratifikasi

..........................Tim Adhoc SJSN PB PAPDI


Evaluasi JKN pada Layanan Penyakit Dalam

........................Dr. Muhammad Yusuf Hamra


Evaluasi BPJS dalam Pelayanan Penyakit Dalam
di RSU Bahteramas

30
32
34
36
40

..........................Dr. Dindin Hardiono Handim


Pengelolaan BPJS di RS Budi Kemuliaan Bata

SOROT UTAMA:
Satu Periode Kepengurusan Prof. Idrus

10

......................................SOROT UTAMA
Highlight: PB PAPDI Periode 2012 2015

15

............Ketua Umum PB PAPDI 20122015


Pengabdian Tiada Batas

19

..............Tim Adhoc Mapping Need PB PAPDI


Formulasi PAPDI Penuhi Kebutuhan Internis
................Tim Adhoc Dokter Asing PB PAPDI
Perketat Regulasi Dokter Asing

...................Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI


Kesehatan Remaja Bukan Sekadar Batas Yuridis
............................PNPK dan PPK PB PAPDI
Panduan Standar Pelayanan Penyakit Dalam

42
Dr. Sally Aman Nasution:
Dedikasi untuk Eksistensi PAPDI

Halo INTERNIS Edisi September 2015

KONKER XIII PB PAPDI, Yogyakarta:


Tantangan Baru di Era JKN dan Globalisasi

DAFTAR ISI
KABAR PAPDI

44
46
48
52
55
56

.........................................................KPK
Gratifikasi, Kenali dan Hindari

.............................Sidang Organisasi PAPDI


Siap Menyongsong Era JKN dan Globalisasi

58
60
63

........Calon-calon Tuan Rumah KOPAPDI XVII

68
70
73

.......Ragam Wisata KOPAPDI XVI Bandung

........................KOPAPDI dari Masa ke Masa

.................................KONVOKASI FINASIM
Apresiasi Atas Profesionalisme

....Calon-calon Tuan Rumah KONKER PAPDI XIV

..........Malam Keakraban KONKER PAPDI XIII

...............................DR Yusuf Huningkor


Antisipasi Salah Satu Problem BPJS

...............................Dr. IGP Suka Aryana


Jakarta-Bali untuk Suksesnya Akreditasi

...................................BERITA CABANG
Antisipasi Salah Satu Problem BPJS
...............................KOPAPDI XVI Bandung
Perhelatan Akbar di Kota Kembang

65

DR. Arto Yuwono Soeroso


Mencintai Profesi dan Sukses Regenerasi

77
PIN XIII PB PAPDI:
Tingkatkan Kompetensi Demi Layanan Terbaik

80

......................................WCIM 2016 Bali


Menanti Partisipasi Anggota PAPDI

82
OBITUARI: Prof. Guntur Hermawan
Dalam Kenangan Kerabat dan Sahabat
:Edisi September 2015 Halo INTERNIS

Halo INTERNIS Edisi September 2015

DIBUKA KANDIDAT
KETUM PB PAPDI
Periode 2015-2018

OM INTERNIZ

SOROT UTAMA

Satu Periode

Kepengurusan Prof. Idrus


Kiprah Prof. Idrus, begitu biasa disapa, dalam mengembangkan PAPDI tak diragukan lagi. Mantan Ketua PAPDI
Cabang Jakarta Raya ini telah lama terlibat aktif di PAPDI.
Ia paham betul persoalan-persoalan organisasi baik internal maupn eksternal PAPDI. Menurutnya kepengurusan PB
PAPDI mendatang harus lebih profesional. Program kerja
dibuat terukur beserta indikator-indikator keberhasilannya.
umat, dini hari, Ballroom Hotel Aryaduta, Medan masih terdengar riuh.
Tepuk tangan peserta rapat menggelegar membelah malam ketika palu
pimpinan sidang Dr. Bambang Setyohadi,
SpPD, K-R, FINASIM diketuk menandai terpilihnya Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, KKV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP
sebagai Ketua Umum PB PAPDI periode
2012 2015. Hal tersebut adalah salah satu
agenda sidang organisasi yang dihadiri delegasi dari 36 cabang PAPDI dan undangan
dari seluruh Indonesia pada Kongres
Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XV di
Medan, Desember 2012 silam.
Kiprah Prof. Idrus, begitu biasa disapa,
dalam mengembangkan PAPDI tak diragukan lagi. Mantan Ketua PAPDI Cabang Jakarta Raya ini telah lama terlibat aktif di
PAPDI, baik di cabang maupun di pusat. Ia
paham betul persoalan-persoalan organisasi baik internal maupn eksternal PAPDI.
Di pentas nasional, Prof. Idrus cukup dikenal di lingkungan Ikatan Dokter Indonesia,
Konsil Kedokteran Indonesia dan Kementerian Kesehatan RI.
Untuk urusan akademik dan kompetensi,
ia adalah pakarnya. Guru Besar FK UI ini
sangat peduli dengan peningkatan kompetensi seorang internis. Kontribusinya dalam
mengembangkan program continuing

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

SOROT UTAMA
professionalism development (CPD) telah
banyak dirasakan sejawat. Baginya, seorang dokter spesialis penyakit dalam wajib
menambah dan memperbaharui keilmuan
dan ketrampilan medisnya agar dapat
memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan optimal.
Wajar, bila sejawat
memintanya maju menjadi Ketua Umum PB
PAPDI. Mantan Kepala
Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit
Dalam RSCM/FKUI ini
terpilih secara aklamasi
menempati posisi nomor satu di PB PAPDI.
Ia didukung oleh seluruh cabang PAPDI. Teman-teman mendorong
saya menjadi ketua. Ini
amanat yang besar,
tanggung jawabnya berat, harus memimpin
perhimpunan dengan
jumlah anggota yang
banyak dan memiliki
cabang di seluruh Indonesia, kata Prof. Idrus
ketika dijumpai di ruang
kerjanya di Divisi Kardiologi RSCM/ FKUI,
kilas balik tiga tahun silam.
Bak nakhoda sebuah kapal, Prof. Idrus
paham betul kemana PAPDI hendak berlabuh. Namun Kendati demikian, mengawal
organisasi profesi ini bukan perkara sepele.
Apalagi kala itu, PAPDI akan memasuki era
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
2015. Tepatnya, per satu Januari 2014 sistem kesehatan nasional beralih menjadi sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Sejatinya, sistem kesehatan yang baru, dalam pelaksanaannya kerap ditemui berbagai
kendala. PAPDI mendukung SJSN, namun
kami mesti mengawal sistem ini jangan
sampai mengubah tatanan kesehatan menjadi lebih buruk dan merugikan anggota,
ungkapnya.
Kemudian, era globalisasi di sektor jasa
kesehatan yang ditandai masuknya dokter
asing dan investasi asing di bidang kesehatan akan berdampak pada dokter secara
umum. PAPDI mendukung sikap IDI yang
menolak praktik dokter asing di Indonesia.

IDI berpandangan bahwa soal kesehatan


merupakan bagian dari ketahanan nasional
yang mesti dikelola secara mandiri, tidak
dilepas ke pihak asing.Dalam hal ini (dokter
asing-red) sikap PAPDI mengikuti IDI,
katanya.

organisasi. Kemudian, membuat program


kerja sesuai dengan visi dan misi, beserta
target dan tolak ukur keberhasilannya. Kami
lakukan mengikuti kaidah-kaidah managemen seperti layaknya sebuah perusahaan,
kata penerima fellow dari ACP itu
Tak sampai di situ, menurut Prof. Idrus,

Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP; pada KOPAPDI XV Medan.

PAPDI Lebih
Profesional
Terpilih menjadi Ketua Umum PAPDI periode 2012-2015, Prof. Idrus segera menentukan rencana strategis organisasi. Saat itu,
ia berpikir PAPDI adalah organisasi profesi
dengan jumlah anggota yang relatif besar
dan memiliki cabang di seluruh daerah, harus dikelola lebih professional. Kepengurusan PB PAPDI mendatang lebih profesional. Program kerja dibuat terukur beserta
indikator-indikator keberhasilannya, ungkapnya
Sejatinya sebuah organisasi, PAPDI
membuat aturan main mengikuti prinsipprinsip managemen. Di awal kepengurusan,
Prof. Idrus dan Dr. Sally A. Nasution, SpPD,
K-KV, FINASIM, FACP yang ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal beserta jajaran pengurus PB PAPDI mengadakan rencana
strategis (renstra) untuk menyusun program
kerja satu periode kepengurusan. Kami
merumuskan visi dan misi berdasarkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

Halo INTERNIS Edisi September 2015

PB PAPDI harus dikelola layaknya sebuah


perusahaan. Pengurus menentukan nilai-nilai organisasi yang mencerminkan karakter
PAPDI. Ruh PAPDI tersebut tak lepas dari
AD/ART yang dituangkan oleh founding father PAPDI dan kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI).
Tata nilai PAPDI yang ditetapkan adalah Profesional, Amanah, Peduli, Dedikasi,
dan Integritas, katanya
Prof. Idrus menambahkan, PB PAPDI
pada periodenya fokus pada tiga pilar, yaitu
pelayanan, peningkatan kompetensi dan
pengabdian masyarakat. PAPDI berupaya
melayani anggotanya mulai dari pengurusan surat izin praktik (SIP) hingga memberikan bantuan hukum bagi anggota yang terkena kasus hukum dalam menjalani praktik.
PAPDI harus dirasakan manfaatnya oleh
anggota, terutama anggota yang bertugas
di daerah-daerah terpencil.
Peningkatan kompetensi anggota melalui
program continuing professionalism development (CPD). PB PAPDI menyelenggarakan beberapa program CPD yang dikemas

SOROT UTAMA
apik, seperti Pertemuan Ilmiah Nasional yang
digelar setiap tahun, roadshow ilmiah dengan
beragam tema ke cabang-cabang PAPDI di
daerah, dan lain-lain. Hampir setiap akhir pekan pengurus melakukan roadshow keliling
ke cabang-cabang. Para pengurus yang
pakar di bidangnya turun ke daerah-daerah,
bahkan guru besar sekalipun. Kepengurusan PB PAPDI saat ini, paling banyak melakukan roadshow. Pembicaranya dari pengurus PB PAPDI, para pakar hingga guru besar, ujar Prof. Idrus seraya tersenyum.
Para anggota mesti meng up date kompetensinya. Perkembangan kedokteran kian
pesat. Setiap tahun ada hal-hal baru yang
ditemukan. Bahkan guideline dapat berubah
dalam waktu dekat. Internis harus menambah keilmuannya agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang optimal dan terhindar dari kasus medikolegal. Hal tersebut
terkait dengan patient safety, tambahnya.
Pilar terakhir, adalah pengadian masyarakat. Keberadaan PAPDI mesti dapat dirasakan oleh masyarakat. PB PAPDI menyelenggarakan seminar kesehatan untuk masyarakat awam. Dalam menyambut Hari Kesehatan Nasional, Kemenkes RI bersama
PB PAPDI menggelar seminar kesehatan
untuk masyarakat awam. Hal tersebut juga
dilakukan serentak di cabang-cabang PAPDI di Indonesia. PB PAPDI aktif merespon
isu-isu kesehatan yang sedang terjadi mela-

lui konferensi pers. Lewat media masa baik


cetak maupun elektronik informasi tentang
kesehatan dapat diterima oleh masyarakat
luas. Dan PB PAPDI beserta cabangnya
aktif memberi bantuan kesehatan kepada
korban-korban bencana alam.

PB PAPDI Bersifat
Fungsional
Beda pengurus beda pula tantangannya.
Hal serupa dialami PAPDI. Kepengurusan
PB PAPDI dihadapkan berbagai persoalan,
seperti memasuki era SJSN, menyambut
AFTA 2015, gratifikasi, polemik kesehatan
remaja, Surat Keputusan Konsil Kedokteran
Indonesia yang meniadakan jenjang subspesialis, timpangnya distribusi dokter penyakit dalam di Indonesia dan lain-lain. Tantangan tersebut memberi pengaruh yang
besar terhadap tatanan sistem kesehatan
dan pendidikan kedokteran di Indonesia.
Tentu, perubahan tersebut harus lebih
baik dari sudah ada dan tidak merugikan internis. Dengan demikian, PB PAPDI membentuk tim adhoc untuk mengkaji, memberi
masukan serta mengevaluasi setiap persoalan yang timbul dari kebijakan tersebut.
Pada periode ini, PB PAPDI membentuk lima tim adhoc, yaitu tim adhoc SJSN, mapping need, Dokter Asing, Adolescent dan
Gratifikasi. Kepengurusan ini paling banyak

membentuk tim adhoc. Alhamdulillah, pada


periode ini beberapa persoalan dapat diselesaikan sesuai harapan, ujar suami DR.
Dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K) ini.

PAPDI Go
International
Eksistensi PAPDI di tingkat Internasional
terus menggeliat. Di tingkat regional, PAPDI
berperan aktif menghidupkan kembali
ASEAN Federation of Internal Medicine
(AFIM) dan membentuk American College
of Physicians (ACP) Chapter ASEAN. Sementara ini, kedua organisasi tersebut menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan continuing professionalism development (CPD).
Sedangkan di tingkat international, PB
PAPDI akan menjadi tuan rumah World
Congress of Internal Medicine (WCIM) pada
2016. Perhelatan akbar internis sedunia itu
akan digelar di Hotel Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), 22 25 Agustus
2016. Kurang dari setahun, Ketua Panitia
DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,
FINASIM, FACP bersama panitia yang berasal dari pengurus pusat dan cabang-cabang PAPDI terus bersinergi menyukseskan
acara tersebut. Dr. Aru berharap dukungan
penuh dari seluruh anggota PAPDI untuk
dapat berpartisipasi pada WCIM 2016 di
Bali mendatang. (HI)

KOPAPDI XV, di Medan 2012.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

SOROT UTAMA

Highlight

PB PAPDI Periode 2012-2015

Mengadakan Rapat Rencana strategis (renstra),


16 Februari 2013, Hotel JW Marriot, Jakarta
Pengurus PB PAPDI bersama Pengurus KIPD rapat bersama
sosialisasi rencana strategis dan sususan pengurus dari masing-masing lembaga. Kedua lembaga saling memperkenalkan
pengurus masing-masing. Rapat ini baru pertama kali diselenggarakan dimana PB PAPDI dan KIPD bersama-sama menyusun
program kerja. Rapat ini dihadiri seluruh staf pengurus PB
PAPDI dan KIPD.

SJSN dan AFTA 2015 dengan menghadirkan pembicara Dr.


Untung Sutardjo, MKes Kepala BADAN PPDSM Kemenkes RI,
Prof. DR. Dr. Agus Purwadianto, SpF, SH Staf Ahli Kemenkes
RI dan Prof. DR. Dr. Herkutanto, SpF yang memaparkan seputar white paper.

Pelantikan Pengurus PB PAPDI dan BPH KIPD,


17 Februari 2013, di Hotel JW Marriot Jakarta
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCPT dan Ketua
KIPD Prof. DR. Dr. Siti Setiati, SpPD, K-Ger, FINASIM bersama
jajarannya dilantik oleh Ketua Umum PB IDI Dr. Zainal Abidin,
MH. Pelantikan berlangsung khidmat yang ditetapkan dalam
SK IDI yang dibacakan Ketua Bidang Organisasi PB IDI Dr.
Adib Khumaedi, SpOT. Acara diakhiri dengan penyematan PIN
PAPDI oleh Ketua Umum IDI kepada Ketua Umum PB PAPDI
dan jajarannya.

Konvokasi FACP, San Fransisco, April 2013


Ketua Umum PB PAPDI Kepengurusan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi,
SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCPT
dan Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally A. Nasution, SpPD,
K-KV, FINASIM, FACP
menerima gelar fellow
dari American College of
Physicians (ACP).
Eksistensi PAPDI
semakin diakui di dunia
international.

Rakernas PB PAPDI dan semua PAPDI Cabang,


6 - 7 April 2013 di Hotel Haris, Jakarta
Ini adalah Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang yang pertama kali pada kepengurusan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,
K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCPT.
Rakernas ini sosialisasi program kerja PB PAPDI dan KIPD
periode 2012 2015. Pada acara tersebut hadir pengurus PB
PAPDI, delegasi dari 36 Cabang PAPDI dari seluruh Indonesia,
pengurus KIPD, dan delegasi prodi IPD dari Fakultas Kedokteran di Indonesia. Pada acara ini juga membahas seputar

10

Halo INTERNIS Edisi September 2015

Kongres AFIM I, 5 8 Mei 2013, Manila, Filipina


PAPDI terlibat aktif menghidupkan kembali ASEAN Federation
of Internal Medicine (AFIM) setelah beberapa tahun mati suri.
Prof. Idrus, dan Dr. Sally serta beberapa pengurus menghadiri
Kongres pertama AFIM di Filipina. Kongres tersebut bersamaan
dengan Philipine College of Physicians (PCP). Kongres itu

SOROT UTAMA
membicarakan tentang organisasi AFIM. Indonesia akan menjadi tuan rumah kongres AFIM pada 2016, bersamaan dengan
tuan rumah WCIM 2016, di Bali.

Publikasi dan Pengabdian Masyarakat PB PAPDI Dr. Ika


Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM, dengan moderator Dr.
Eka Ginanjar, SpPD, FINASIM. Pada kesempatan itu juga diumumkan Jurnalis Award PAPDI tentang hipertensi bagi awak
media. Hal tersebut merupakan bagian dari misi PB PAPDI
sebagai pengabdian kepada masyarakat.

PIN XI PAPDI 2013, 28 30 Juni 2013,


Hotel Pangeran, Pekan Baru, Riau

Pembentukan South East Asia Chapter of ACP


PAPDI berperan aktif menggagas pembentukan South East
Asia Chapter of ACP. Menurut Sekretaris Jenderal PB PAPDI
Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP, pembentukan South East Asia Chapter of ACP memiliki arti penting
bagi perkembangan ilmu penyakit dalam di negara-negara Asia
Tenggara. Awalnya ide pembentukan organisasi ini, lahir dari
PB PAPDI ketika KOPAPDI XV 2012 di Medan. Kemudian
gagasan ini disambut baik oleh lima organisasi internis dari
Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Proposal pembentukan diterima ACP, kemudian delegasi organisasi internis dari
lima negara tersebut di undang ke San Fransisco untuk menghadiri ACP awal April 2013 lalu. ACP Chapter of ASEAN
diresmikan pada 1 Juli 2013.

PAPDI Cabang Riau menjadi tuan rumah Pertemuan Ilmiah


Nasioanal XI PB PAPDI. Acara ilmiah tahunan ini dalam rangka
continuing professionalisme Development (CPD) untuk selalu
meningkatkan dan meng update kompetensi anggota agar
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Event
itu dibuka oleh Wali Kota Pekan Baru Drs. H. Firdaus MT.
Sayangnya, acara ini terkendala oleh asap yang menyelimuti
Pekan Baru, namun secara keseluruhan , kata Ketua
Pelaksana DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM,
MMB, FACP, acara berjalan sukses, niat peserta tidak surut
meski dihadang asap.

Hari Kesehatan Dunia 2013


Hari Kesehatan Dunia 2013 mengangkat tema Waspadai
Bahaya Hipertensi. PB PAPDI bekerjasama Kemenkes RI
menyelenggarakan seminar Umum bertema Waspadai
Hipertensi, Kendalikan Tekanan Darah di Balai Kartini, 10 April
2013. Hadir sebagai pembicara Dr. Tri juli Edi Tarigan, SpPD,
K-EMD, FINASIM, Dr. Aida Lydia, PhD, SpPD, K-GH, FINASIM,
dan Dr. Dono Antono, SpPD, K-KV, FINASIM dan sebagai moderator Dr. Dharmeizar, SpPD, K-GH. Hari Kesehatan Dunia
2013 juga diselenggarakan serentak di cabang- cabang PAPDI.
PB PAPDI juga menyelenggarakan Konferensi Pers buat insan
media yang mengulas pentingnya mencegah hipertensi dengan
mengontrol tekanan darah dengan narasumber Ketua Umum
PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM,
FACC, FESC, FAPSIC, FACP dan Ketua Bidang Humas

Penyusunan White Paper, Oktober 2013, Hotel JS


Luwansa, Jakarta
Tim Adhoc White Paper PB PAPDI menyusun White Paper Ilmu
Penyakit Dalam yang akan digunakan menjadi panduan bagi
internis ketika membuat white paper di rumah sakit tempat
mereka bekerja. Ketua Tim Adhoc Dr. Bambang Setyohadi,
SpPD, K-R, FINASIM mengatakan tim ini dibantu Prof. DR. Dr.
Herkutanto, SpF merevisi white paper yang telah dibuat oelh
tim adhoc ini. Banyak yang belum paham tentang White paper ,
karena ini merupakan kebijakan baru yang digulirkan
Kemenkes pada tahun 2011.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

11

SOROT UTAMA
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang di seluruh Indonesia,
dari tahun 2013 2015
Ketua Umum PB PAPDI bersama pengurus telah melantik 30
Cabang PAPDI pada kurun waktu 2013 2015. Sementara 6
Cabang PAPDI tidak dilantik oleh Pengurus PB PAPDI periode
2012 2015.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

NAMA CABANG
DEPOK
JAKARTA RAYA
GORONTALO
CIREBON
SUMATERA SELATAN
SEMARANG
BENGKULU
JAWA BARAT
BANTEN
SULAWESI TENGAH
BEKASI
MAKASSAR
SUMATERA UTARA
PURWOKERTO
SURABAYA
BALI
KALIMANTAN TIMUR
PROPINSI ACEH
YOGYAKARTA
TANAH PAPUA
KUPANG
JAMBI
KALSEL TENGAH
SUMATERA BARAT
MALANG
RIAU
KEPULAUAN RIAU
LAMPUNG
MALUKU UTARA
SULAWESI UTARA

TANGGAL PELANTIKAN
23 MARET 2013
18 MEI 2013
22 JUNI 2013
24 AGUSTUS 2013
31 AGUSTUS 2013
1 SEPTEMBER 2013
14 SEPTEMBER 2013
5 OKTOBER 2013
3 NOPEMBER 2013
9 NOPEMBER 2013
17 NOPEMBER 2013
24 NOPEMBER 2013
1 DESEMBER 2013
21 DESEMBER 2013
11 JANUARI 2014
19 JANUARI 2014
15 FEBRUARI 2014
7 MARET 2014
15 MARET 2014
26 APRIL 2014
24 MEI 2014
31 MEI 2014
7 JUNI 2014
15 JUNI 2014
24 AGUSTUS 2014
30 AGUSTUS 2014
13 SEPTEMBER 2014
4 OKTOBER 2014
9 NOPEMBER 2014
31 JANUARI 2015

CABANG PAPDI
YANG BELUM/TIDAK DILANTIK PERIODE 2012 2015
NAMA CABANG
31 BOGOR
32 KALIMANTAN BARAT
33 SULAWESI TENGGARA
34 NUSA TENGGARA BARAT
35 MALUKU
36 SURAKARTA

12

KETERANGAN
TERAKHIR DILANTIK
PERIODE 2009-2012
TERAKHIR DILANTIK
PERIODE 2009-2012
TERAKHIR DILANTIK
PERIODE 2009-2012
TERAKHIR DILANTIK
PERIODE 2009-2012
TERAKHIR DILANTIK
PERIODE 2009-2012
BELUM PERNAH DILANTIK
SEJAK AWAL PENDIRIAN

Halo INTERNIS Edisi September 2015

Roadshow ilmiah ke Cabang Cabang PAPDI


selama 2013 2015
Roadshow ilmiah ini berupa seminar yang acara diselenggrakan
bersamaan dengan pelantikan pengurus cabang. Baik Ketua
Umum , Sekjen serta pengurus lainnya turun ke cabang-cabang menjadi pembicara pada seminar tersebut. Bahkan seorang Guru Besar pun turut menjadi pembicara dalam roadshow
tersebut. Hampir seluruh cabang gtelah disambangi oleh
pengurus PB PAPDI.

PAPDI Tolak Kriminalisasi Dokter


PB PAPDI dukung gelombang protes atas putusan Mahkamah
Agung yang mempidanakan tiga dokter spesialis obstetrik dan
ginekologi di Menado berlangsung diberbagai daerah di
Indonesia. Serentak ribuan dokter diberbagai daerah menggelar
aksi solidaritas demo nasional pada 27 November 2013. Di
Jakarta, ribuan dokter long march dari tugu Proklamasi menuju
Mahkamah Agung. Para dokter menuntut bebas Dr. Dewa Ayu
Sasiary Prawani, SpOG, Dr. Hendry Simanjuntak, SpOG, dan
Dr. Hendy Siagian, SpOG dan menolak kriminalisasi dokter.

SOROT UTAMA
Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI
2014, 1 2 Maret 2014, Hotel Harris, Jakarta
Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang 2014 adalah rakernas kedua kepengurusan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCPT. Rakernas ini
banyak menyoroti tentang SJSN dengan mengundang Direktur
Utama BPJS DR. Dr. Fachmi Idris , MKes, Pusat Pembiayaan
dan Jaminan Keseahtan Kemenkes RI Drg. Armansyah, MPPM,
Wakil Ketua NCC Kemenkes RI Dr. Kalsum Komariyah,
MPPM, dan Kepala Seksi tarif BLU Ditjen Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU Kemkeu RI Dwi edhi Laksono MA.
Pada acara tersebut hadir pengurus PB PAPDI, delegasi dari
36 Cabang PAPDI dari seluruh Indonesia, dan pengurus KIPD.

KONKER XIII PB PAPDI, pada 27 30 November


2014, Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta.
PAPDI Cabang Yogyakarta menjadi tuan rumah Konferensi
Kerja (KONKER) XIII PB PAPDI. Acara ini terdiri dua kegiatan
yaitu sidang organisasi dan simposium ilmiah. Keputusan pada
sidang organisasi akan dibahas pada KOPAPDI XVI 2015 di
Bandung, 9 12 September 2015

Rumah PAPDI
Sejak berdiri 1957, PAPDI baru memiliki gedung sendiri pada
2014. Mengingat jumlah anggota yang terus bertambah dan
padatnya agenda kerja PB PAPDI, sudah selayaknya PB
PAPDI memiliki gedung sendiri yang diberi nama
RumahPAPDI.

Presentasi Persiapan WCIM 2016, Bali Indonesia,


26 Oktober 2014 WCIM 2014, Seoul, Korsel
Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally A. Nasution, SpPD, KKV, FINASIM, FACP, memaparkan kesiapan WCIM 2016, di
Bali Indonesia dihadapan executive committee ISIM. WCIM
2016 akan di selenggarakan pada 22 24 Agustus 2016 di
Hotel Bali Nusa Dua Convention Center. Panitia menghimbau
agar anggota PAPDI dapat berpartisipasi pada perhelatan akbar
tingkat dunia itu.

PIN XII PAPDI 2014, 5 7 September 2014, Hotel


Shangri-La, Surabaya
PAPDI Cabang Surabaya menjadi tuan rumah Pertemuan
Ilmiah Nasioanal XII PB PAPDI. Acara ilmiah tahunan ini dalam
rangka continuing professionalisme Development (CPD) untuk
selalu meningkatkan dan meng update kompetensi anggota,
agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
Event itu dibuka oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Drs.
Saifullah Yusuf.

Internis asal Indonesia menjabat President Elect ISIM, pada


WCIM 2014, Seoul Korsel.
DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP terpilih menjabat President Elect ISIM periode
2014 2016 pada WCIM 2014, di
Seoul Korsel, Oktober 2014 lalu.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

13

SOROT UTAMA
Pertemuan PB PAPDI dengan Dirjen BUK Kemenkes RI
PB PAPDI bertatap muka dengan Dirjen BUK Kemenkes Prof.
Dr. Akmal Taher SpU dan Direktur Bina upaya Kesehatan
Rujukan Kemenkes RI Dr. Chairul radjab nasution, SpPD, KGEH, FINASIM, M.Kes FACP. Dari pertemuan itu, dihasilkan
keputusan untuk membentuk Tim Nasional Kardiovaskular
yang terdiri dari tiga perhimpunan spesialis, yaitu PAPDI, IDAI
dan PERKI. Dan, membuiat Pedoman Nasional Pelayanan
Jantung di Indonesia.

PB PAPDI mengadvokasi tentang gratifikasi, distribusi dokter


spesialis penyakit dalam di Indonesia, melaporkan WCIM 2016
di Bali, revisi tarif BPJS, dan menyampaikan sikap PAPDI terhadap dokter asing.

Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI


2015, 2122 Februari 2015, Hotel Harris, Jakarta
Kembali PB PAPDI melakukan Rakernas PB PAPDI dan
Semua Cabang 2015 di Hotel Harris Jakarta. Rakernas ini
banyak menyoroti tentang SJSN dan isu gratifikasi yang menghadirkan narasumber Direktur Utama BPJS DR. Dr. Fachmi
Idris , MKes, wakil Ketua Tim Tarif NCC kemenkes RI Dr.
Ahmad Soebagyo, MARS, Dr. Djoko Widyarto, JS DHM,
MH.Kes Anggota Tim kajian Gratifikasi IDI, Sekretaris
Inspektorat Jenderal Kemenkes RI Drg. S.R Mustikowati, MKes.
Pada acara tersebut hadir pengurus PB PAPDI, delegasi dari
36 Cabang PAPDI dari seluruh Indonesia, dan pengurus KIPD.

PB PAPDI audiensi dengan KKI, 6 Januari 2014


PB PAPDI melakukan audiensi dengan Ketua KKI Prof. Dr.
Bambang S. SpA. Pada pertemuan itu, PB PAPDI mengusulkan
agar Perkonsil tahun 2012 dicabut atau diubah pasal-pasal
yang merugikan PAPDI. Penulisan sebuatan Konsultan pada
STR, seperti yang dilakukan sebelumnya. Dan, advokasi tentang dokter asing dan pendidikan subspesialis.

PIN XIII PAPDI 2015, 12 14 Juni 2015, Hotel


Novotel Palembang
PAPDI Cabang Sumatera Selatan menjadi tuan rumah
Pertemuan Ilmiah Nasioanal XIII PB PAPDI. Acara ilmiah tahunan ini dalam rangka continuing professionalisme Development
(CPD) untuk selalu meningkatkan dan meng update kompetensi
anggota agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
optimal. Event ini dibuka oleh Gubernur Sumatera Selatan Drs.
Alex Noerdin.

PB PAPDI audiensi dengan Menteri Kemenkes RI,


30 Januari 2015.
PB PAPDI melakukan audiensi dengan Menteri Kemenkes RI
Prof. Dr. Nila Anfasa Moeloek, SpM. Pada pertemuan tersebut

14

Halo INTERNIS Edisi September 2015

SOROT UTAMA

Ketua Umum PB PAPDI periode 2012 2015

Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM,


FACC, FESC, FAPSIC, FRCPT

Pengabdian
Tiada Batas

Pengabdian menjadi bagian penting tak terpisahkan bagi profesi dokter. Bukan hanya mengobati mereka yang sakit,
mengurus organisasi
juga menjadi bagian dari
pengabdian.

aktu berjalan dengan cepat, tak


pernah bisa dilupakan ketika
PAPDI (Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia) menggelar Kongres Nasional XV
PAPDI (KOPAPDI) di Hotel Aryaduta,
Medan, Sumatera Utara pada Desember
2012 silam. Kala itu peserta kongres memberikan mandat kepada Prof. DR . Dr. Idrus
Alwi, SpPD, K-KV, FINASI, FACC, FESC,
FAPSIC, FRCPT untuk menjadi Ketua
Umum PB PAPDI periode 2012 - 2015,
pemilihan dilakukan tanpa proses yang panjang, Prof. Idrus, begitu biasa disapa, dipilih
secara aklamasi. Menerima tugas itu, merupakan amanah bagi dokter kelahiran
Palembang, 22 Maret 1962 ini.
Dan tugas yang mulai diembannya pada
Desember 2012 akan berakhir pada tahun
2015 ini. Saya menyadari, ketika terpilih

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

15

SOROT UTAMA
tugas berat harus saya emban sebagai
Ketua Umum PB PAPDI, sebuah amanah
yang harus saya jalani dengan sungguhsungguh agar organisasi ini bisa menjadi
rumah yang sesungguhnya bagi anggota
yang jumlahnya ketika itu sekitar 2.900
orang dan kini terus berkembang menjadi
lebih dari 3.107 anggota dari 36 cabang
yang tersebar dari Aceh hingga Papua,
ujarnya mengawali perbincangan.
Langkah strategis pun disusun, PAPDI
sebagai organisasi profesional tentu harus
dikelola dan dijalankan secara profesional,
begitu tekad Prof. Idrus. Bersama pengurus
PAPDI yang lain, ia menyusun program
kerja sesuai dengan visi dan misi PAPDI
dan kaidah-kaidah yang berlaku di PAPDI.
Kemudian kita juga membuat key performance indicator, tolok ukurnya serta target yang ingin dicapai. Masing-masing bidang yang ada di PAPDI membuat program
kerja berdasarkan panduan yang sudah disusun. Tentu semua harus seiring sejalan
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PAPDI. Dengan begitu, apa yang diinginkan oleh founding
father organisasi ini benar-benar bisa kita
jalankan, semua dituangkan dalam visi, misi, program kerja yang kemudian kita rangkum dan kita buat Tata Nilai PAPDI yaitu
Profesional, Amanah, Peduli, Dedikasi dan
Integritas. Tak berhenti sampai di situ, semua yang telah kita susun bersama kita
selaraskan dengan Kode Etik Kedokteran.
Setelah semua sudah selaras baru kita
jalan, urai Prof. Idrus.
Prof. Idrus mengingatkan, semua yang

sudah tersusun dan terencana dengan baik,


semuanya tak bisa dilepaskan dari tiga pilar
PAPDI yang menompang organisasi.
Pertama, PAPDI bertugas melayani, kedua
PAPDI harus meningkatkan kompetensi
anggotanya dan yang ketiga keberadaan
PAPDI harus dirasakan oleh masyarakat.
PAPDI bertugas untuk melayani, di
mana pelayanan itu dimulai dari yang sederhana. Mulai dari mengurus keanggotaan
sampai dengan urusan yang terkait dengan
kolega jika ada anggota kita yang bermasalah dengan hukum. Secara etik itu menjadi tanggung jawab kita. PAPDI memberikan
advokasi walaupun kita bukan pengacara.
Kemudian meningkatkan kompetensi anggota harus terus menerus dilakukan dalam
bentuk continuing professionalism development. Saya kira, pada era ini kegiatan seperti itu yang paling banyak dilakukan. Dan
kami semua, seluruh pengurus PAPDI turun
langsung, baik saya sebagai Ketua Umum,
lalu Sekjen, Wakil Ketua hingga Ketua
Bidang. Tak hanya itu, kita juga melibatkan
pakar lain, seperti Prof. Daldiyono ikut
bicara di Gorontalo. Anggota di daerah bisa
up date informasi. Seorang dokter jika tidak
mengikuti perkembangan pengetahuan dan
informasi dia akan tertinggal. Terapi lima
tahun yang lalu dengan terapi yang diterapkan saat ini sudah berbeda. Akan ada
perkembangan seiring berjalannya waktu,
kata Prof Idrus panjang lebar.
Dia melanjutkan, Bisa kita bayangkan,
seorang dokter tidak mengikuti perkembangan. Maka dia tidak bisa memberikan
terapi yang optimal pada pasiennya. Terapi

Prof. Idrus Alwi, SpPD, dengan Menkumham saat peringatan HKI 2015.

16

Halo INTERNIS Edisi September 2015

yang diberikan tidak sesuai standar dengan


perkembangan. Semua tentu akan berujung
pada pelayanan ke masyarakat. Peningkatan kompetensi juga terkait dengan upaya
PAPDI agar para dokter bisa menghindari
aspek medikolega. Jadi yang diberikan sesuai dengan yang up to date. Lalu pilar yang
ketiga di mana keberadaan PAPDI harus
dirasakan masyarakat, maka pengurus
PAPDI baik di pusat hingga cabang di daerah secara rutin menggelar ceramah dan
berbagai kegiatan yang bisa mengedukasi
masyarakat.
Di event tertentu, seperti Hari Kesehatan
Nasional, PAPDI turut berkontribusi memberikan informasi kepada masyarakat. Tak
sebatas itu, PAPDI juga aktif di berbagai kegiatan sosial dan berada di tengah masyarakat ketika masyarakat membutuhkan. Kegiatan PAPDI Peduli Bencana, PAPDI Peduli Banjir sudah berulangkali dilangsungkan dengan menjalin kerjasama dengan
PAPDI Medical Relief, organisasi PAPDI
yang bergerak di unit tanggap bencana,
sambung Prof. Idrus.
Harus diakui, bukan pekerjaan mudah
untuk menjalankan roda organisasi dengan
ribuan anggota dan cabang yang tersebar di
seluruh Indonesia. Prof Idrus sebagai Ketua
Umum harus terus menjalin komunikasi dan
berkordinasi dengan seluruh cabang yang
ada. Mengadakan rapat organisasi, mulai
dari rapat pengurus besar, lalu juga rapat
pleno, rapat regular hingga rapat kerja dengan seluruh cabang tiap tahun dilakukan.
Rapat-rapat tersebut bertujuan untuk menyatukan langkah, sergahnya.
PAPDI juga membahas isu yang tengah
hangat seperti distribusi dokter. Terkait persoalan ini, Prof. Idrus secara khusus dipanggil oleh Menteri Kesehatan dan Dirjen
BUK untuk membahas distribusi dokter spesialis yang merata. Ternyata data yang ada
di Kemenkes jauh berbeda dengan data
yang PAPDI miliki. Saya jelaskan kepada
bu Menteri bahwa PAPDI sudah sejak lama
membuat mapping. Kita sudah meminta
data dari seluruh wilayah, di daerah mana
saja yang kekurangan internis, dan di
wilayah mana yang masih kosong. Rasio
penempatan internis berdasarkan rasio
rumah sakit bukan berdasarkan rasio jumlah penduduk, jelasnya.
Kembali ke soal koordinasi, komunikasi
dengan cabang di seluruh penjuru tanah air

SOROT UTAMA
selalu terjalin, baik langsung maupun tidak
langsung. Komunikasi dengan teknologi
sudah pasti dilakukan, namun sebagai
pemimpin Prof. Idrus lebih memilih untuk
datang langsung ke cabang. Rasanya sudah hampir 90 persen cabang di daerah
saya datangi. Saya datang di berbagai acara yang digelar oleh cabang yang biasanya
berdampingan dengan pelantikan pengurus
Cabang PAPDI. Ketika datang, kita bisa
mendengar langsung masukan-masukan
dari cabang termasuk melihat langsung
problem-problem yang dialami oleh cabang.
Tiap cabang tentu memiliki problem yang
berbeda-beda, sehingga kita tidak bisa
memberikan jalan keluar yang sama untuk
seluruh daerah, aku Prof Idrus. Itulah pentingnya datang langsung ke daerah. Jika
dirinya berhalangan, maka Prof. Idrus akan
mendelegasikan kepada pengurus besar
PAPDI untuk datang ke daerah.
Tentu banyak cerita berkesan yang dialaminya, dan semua tersimpan manis sebagai kenangan yang tidak terlupakan. Namun ada peristiwa yang selalu membuat
Prof. Idrus terkenang. Ketika itu, saya dan
beberapa pengurus besar PAPDI akan ke
Maluku Utara untuk melantik pengurus
cabang di sana. Untuk efisiensi, saya dan
rekan-rekan memilih direct flight menuju kota itu. Semua berjalan normal, kami boarding dan menunggu pesawat take off dari
Bandara Soekarno Hatta. Seperti biasa, penerbangan ke daerah Indonesia Timur dilakukan hampir tengah malam. Hampir semua penumpang memilih tidur ketika menunggu proses take off. Tetapi saya yang
masih membaca merasakan hal yang aneh,
ketika mesin dinyalakan tiba-tiba seluruh
lampu mati, termasuk pendingin dan disusul
dengan mesinnya. Kemudian mesin dicoba
dinyalakan kembali, berhasil namun kemudian mati lagi. Saya panggil pramugari dan
bertanya apa yang terjadi, sang pramugari
menjelaskan mesin mati dan sedang dalam
upaya perbaikan. Saya pikir, wah kalau nanti mati mesin ketika berada di atas bagaimana? Setor nyawa ini namanya. Saya
langsung membangunkan pengurus lain
yang sudah tertidur dan memilih untuk
membatalkan pemberangkatan. Beberapa
penumpang yang melihat apa yang kami
lakukan juga mengikuti dan akhirnya penerbangan benar-benar dibatalkan. Saya menunggu di Bandara sampai pagi dan ter-

bang dengan penerbangan pertama lewat Manado baru ke Maluku


Utara. Memang ada waktu yang
terbuang tetapi yang penting
kami semua selamat, Prof Idrus
tertawa mengenang peristiwa itu.

Meniru Jejak Ayah


Anak
Sulung
dari
12
bersaudara yang terlahir dari
pasangan almarhum Alwi Idrus
Shahab dan Nafisah ini sudah
bercita-cita menjadi dokter ketika
masih duduk di bangku Sekolah
Dasar. Biologi adalah pelajaran
yang paling disukai Idrus cilik.
Menghapal kata-kata latin yang
banyak di pelajaran biologi saya
suka sekali, selain itu saya juga
suka pelajaran matematika dan
juga kimia, ujar Prof. Idrus yang
berlangganan mengantungi nilai
9 dan 10 untuk pelajaran-pelajaran tersebut.
Masa pendidikan dasar hingga ke Sekolah Menengah Atas
dijalani di kota empek-empek
Palembang. Masa remaja dilalui
dengan suka cita, bermain alat musik gitar
menjadi salah satu kesukaannya. Saya
sempat belajar gitar klasik, Tetapi salah satu
teman saya yang jago main gitar mengajari
saya aneka macam lagu, mulai lagu pop
sampai dengan lagu klasik.
Ketika akan menempuh pendidikan tinggi, Prof. Idrus memantapkan hati untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi. ITB (Institut Teknologi Bandung) dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menjadi pilihannya. Kalau mau mendalami bidang teknik ITB yang terbaik, tetapi kalau
mau jadi dokter, FKUI yang terbaik, begitu
pandangannya
Idrus belia menyempatkan diri untuk melihat langsung dua perguruan tinggi papan
atas di tanah air itu. Setelah melihat langsung, ia semakin mantap memilih FKUI sebagai kawah candradimuka baginya untuk
mewujudkan cita-citanya sejak kecil. Persiapan dia lakukan, belajar dengan bukubuku seadanya dilakoninya. Dia bersyukur
karena dirinya diterima sebagai mahasiswa
FKUI. Tahun 1980 lembaran baru kehidupannya pun dimulai. Jika sejak kecil selalu

Bersama istri di lembah Anai.

tinggal bersama orangtua dan saudara-saudaranya, Idrus yang masih berusia belasan
harus menjadi orang perantauan.
Idrus muda belajar dengan sungguhsungguh, tak ada kata bermain dan bersantai seperti mahasiswa kebanyakan. Bisa
masuk Fakultas Kedokteran di perguruan
tinggi negeri itu berkah yang luar biasa, karena masuknya sangat sulit. Tempat terbatas sementara peminatnya luar biasa. Karena itu, ketika saya diterima saya harus
bisa mempertahankan dan melakukan yang
terbaik. Karena ancaman DO (drop out) di
depan mata bagi mahasiswa yang tak
mampu mengikuti perkuliahan, ujarnya.
Tak hanya itu, Idrus muda menyadari
perjuangan orangtuanya untuk bisa menyekolahkan di Jakarta. Ayahnya memiliki sebuah toko yang menghidupi Idrus dan adikadiknya. Ayah saya dulu kuliah di Fakultas
Ekonomi, tetapi karena ayahnya meninggal,
ayah memilih berhenti dan menjadi tulang
punggung keluarga. Banyak nasihat ayah
yang mengajari kami anak-anaknya untuk
sekolah negeri dan perguruan tinggi negeri.
Saya sadar, tentu tak mudah membiayai

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

17

SOROT UTAMA
anak yang kuliah di perantauan sementara
adik-adik saya juga banyak. Jadi hidup prihatin bukan hal baru buat saya. Kalau uang
saku sudah menipis, warung Padang langganan saya sudah hapal kalau saya hanya
makan dengan gulai telur saja. Kalau mau
nambah cukup tambah kuah saja, makan
dengan ayam cukup sesekali saja hahaha
, Prof Idrus tertawa mengenang masa
mudanya.
Sosok ayah bagi Prof. Idrus adalah panutan yang selalu dia ingat dan jalankan nasihat-nasihatnya. Ketika sang ayah wafat,
Idrus pun bertekad untuk bisa mengikuti jejak sang ayah, mengambil alih tanggungjawab keluarga. Sang ibu meneruskan mengelola toko peninggalan suaminya. Prof.
Idrus menjadi pengganti ayah bagi sebelas
adik-adiknya. Tentu karena campur tangan
Tuhan Yang Maha Pengasih, Nafisah yang
sudah kehilangan suami namun mampu
mengantar 12 anaknya menyelesaikan pendidikan tinggi, bahkan sepuluh di antaranya
menjadi dokter.
Prof. Idrus sebagai anak tertua memberi
contoh. Menyandang gelar dokter tak membuatnya berhenti belajar, dirinya pun mengambil pendidikan spesialis. Saya memilih
penyakit dalam karena ilmunya sangat luas,
dengan keahlian saya di bidang penyakit
dalam saya bisa membantu orang lebih banyak. Profesi dokter adalah profesi pengabdian, jangan menjadikan uang sebagai tujuan utama. Melayani dan mengabdi itu
yang saya tanamkan pada diri saya sehingga dengan begitu bekerja dimanapun dengan siapapun dan menolong siapa saja
akan memberikan kepuasan yang luar biasa, tuturnya.
Bicara tentang pengabdian, ketika Idrus
telah diangkat sumpahnya sebagai dokter,
dia ditempatkan di kawasan terpencil di pelosok Sumatera Selatan, kabupaten OKU.
Fasilitasnya sangat terbatas, listrik disel
jalan tanah dan rusak. Mengabdi di daerah
terpencil adalah pengabdian yang sesungguhnya. Program Posyandu di perkotaan
berbeda dengan Posyandu di daerah, utamanya daerah terpencil. Posyandu bukan
sekedar menimbang dan memberi imunisasi
bayi, tetapi di daerah Posyandu menjadi
ujung tombak berbagai program kesehatan.
Safari Posyandu, menyambangi satu kampung ke kampung lainnya sambil mensosialisasikan berbagai program sekaligus

18

Prof. Idrus Bersama anak istri.

mengobati masyarakat yang sakit namun


tak memungkinkan untuk memperoleh akses kesehatan.
Di daerah itu, Idrus tak hanya berperan
sebagai dokter tetapi juga tokoh masyarakat
setempat. Kalau ada hajatan, kita diberi
tempat istimewa bersama tokoh-tokoh masyarakat lainnya, Prof Idrus tersenyum. Tak
jarang, dirinya di dapuk menjadi khatib sholat Jumat, bahkan khotib sholat Idul Adha di
Masjid Raya di kecamatan Belitang.
Ada pertemuan, selalu ada perpisahan.
Idrus yang telah akrab dan memiliki pasien
yang banyak mesti berpisah, massa PTT
nya sudah berakhir. Kepala Dinas Kesehatan, kata Idrus, sempat menahannya agar
menetap di sana. Sementara, Idrus ingin
melanjutkan ke jenjang spesialis. Sang istri,
DR. Dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K) yang
juga teman satu kuliah, sumbang saran
agar memilih melanjutkan studi.
Saya senang menjalani itu semua, tetapi istri mengingatkan dengan keahlian
yang kami miliki, kami bisa berbuat lebih banyak untuk membantu masyarakat. Kata istri, di tempat itu kami hanya mengobati
orang pilek dan batuk, tetapi kalau melanjutkan pendidikan maka banyak orang de-

Halo INTERNIS Edisi September 2015

ngan penyakit serius yang bisa diobati


sesuai dengan kemampuan saya, ungkap
Prof. Idrus yang pernah mendapat penghargaan dokter teladan ini.
Semua dijalani dengan sukacita, ganjarannya dia diberi kemudahan oleh Allah untuk menjalani pendidikan spesialis. Saya
banyak ditawarin oleh beberapa profesor
untuk mengikuti spesialisasi yang menjadi
keahlian mereka, bahkan ada yang menawari saya untuk menjadi asistennya. Tetapi
saya memilih untuk menjadi spesialis penyakit dalam dan bersaing dengan dokterdokter lainnya.
Prof Idrus meyakini ladang pengabdian
bisa di mana saja dan dilakukan oleh profesi apa saja. Karena saya dokter, maka
pengabdian saya adalah mengobati orang
yang membutuhkan. Tetapi tentu kita tak boleh merasa cukup dan berpuas diri, kita
harus bisa mengabdi dengan optimal. Berkiprah di organisasi PAPDI juga menjadi bagian dari pengabdian. Karena saya meyakini sesuai dengan tuntunan agama, sebaikbaik manusia, adalah manusia yang bermanfaat bagi orang banyak. Dan saya berusaha untuk menjadi manusia yang bermanfaat, pungkasnya. (HI)

SOROT UTAMA

Dr. Sally Aman Nasution, Sp.PD, K-KV, FINASIM, FACP

Dedikasi untuk
Eksistensi PAPDI
Kesibukan sebagai staf pengajar dan
praktek setiap harinya, tak membuat
Dr. Sally Aman Nasution, Sp.PD, KKV, FINASIM, FACP mengabaikan tugasnya di PB PAPDI. Bersama pengurus PB lainnya, beliau berjibaku mengawal perjalanan organisasi dengan
segala dinamikanya.

amanya sudah tidak asing lagi bagi


kalangan dokter penyakit dalam di
tanah air. Kiprahnya di organisasi
para internis ini dimulai dari nol. Di
PAPDI Jaya, tugas pertamanya mengawal
bidang Ilmiah. Setelah itu, pindah ke bidang
Humas dan Publikasi, lalu menjadi Sekretaris
Papdi Jaya hingga menjadi Wakil Ketua
PAPDI Jaya yang bersamaan dengan kiprahnya di Pengurus Besar PAPDI sebagai Wakil
Sekjen pada periode sebelumnya (20092012). Dan pada periode kepengurusan PB
PAPDI 2012-2015 menjabat sebagai Sekretaris Jenderal.
Sejak lulus internis tahun 2003 lalu, saya
sudah bergabung di kepengurusan PAPDI dimulai dari PAPDI Jaya, ujar dokter kelahiran
Medan, 8 Agustus 1967 ini seraya menerawang. Dunia organisasi bukan hal baru bagi
dokter yang menamatkan kedokteran umumnya di FKUI tahun 1992 silam. Sejak duduk di
bangku sekolah dirinya aktif di kepengurusan
OSIS, begitu pula saat mahasiswa, Senat
Mahasiswa menjadi wadahnya berkiprah.
Karakternya yang mandiri tak lepas dari
bimbingan keluarga. Sebagai sulung dari tiga
bersaudara, Dr. Sally merasa memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibanding kedua

adiknya. Di sinilah
jiwanya yang hobi
bersosialisasi
tersalurkan dengan
aktif di organisasi
pada setiap jenjang pendidikan
yang dijalaninya.
Dokter yang menyelesaikan pendidikan
sebagai seorang Spesialis Penyakit Dalam
dan Konsultan Kardiovaskular dari FKUI ini
mengaku, tidak memiliki pendidikan formal
untuk bisa terjun sebagai seorang organisatoris. Dalam hal manajerial, saya banyak belajar dari para senior, seperti Dr. Chairul yang
mengajarkan saya banyak hal, ujarnya.
Salah satu kontribusi Dr. Sally adalah program roadshow ilmiah antara komisariat yang
digagasnya bersama Ketua Papdi Jaya kala
itu. Setelah dievaluasi, program tersebut hasilnya cukup baik, buat anggota dan buat
PAPDI sendiri. Akhirnya diadopsi jadi program
PB hingga sekarang. Kegiatan ini dianggap
dalam beberapa hal tertentu lebih efektif dan
efisien karena lebih mengutamakan diskusi
interaktif dengan para anggota dan dapat
mencapai Cabang PAPDI yang jauh-jauh.
Karena perannya di PAPDI Jaya, Dr. Sally

dilirik para senior untuk bergabung di PB


PAPDI. Di sinilah, Dr. Sally merasa tertantang
dan menerima tawaran tersebut, mengingat
memiliki visi yang sama untuk memajukan
organisasi ini. Saya suka hal-hal yang baru
dan kebetulan memiliki visi yang sama dengan para senior. Saya banyak berdiskusi
dengan para senior tentang masa depan
organisasi, sangat seru dan mengasyikkan,
ujar dokter pecinta kopi ini.
Segala kesibukan ini, apa yang dicari, Dr.
Sally? Saya tidak mencari apa-apa, jawabnya ringan seraya tersenyum. Keseimbangan itu diperlukan, baik di kedokteran maupun
di organisasi. Sebab saya tidak suka hal yang
monoton, harus ada sesuatu yang baru dan
menyenangkan untuk dijalani.
Rahasia untuk tetap energik dan sehat di
tengah kesibukan yang padat, dengan ringan
beliau memberi bocoran, Resepnya, menikmati dan mensyukuri apa yang sudah ada,

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

19

SOROT UTAMA

Dr. Sally (duduk) bersama sejawat lain di Pelayanan Jantung Terpadu RSCM.

menjalani peran dan tanggung jawab yang


diberikan. Dan tentu saja menjaga kesehatan.
Mungkin, kopi adalah dopping-nya ya,
ujarnya terkekeh.

Strategi untuk
Pertahankan Eksistensi
Awal kiprahnya di PAPDI Jaya tahun
2003-2004 disambut dengan problem besar
yang mengguncang penyakit dalam, yaitu digoyangnya eksistensi kardiologi.
Saya komit dengan keputusan memilih
kardiologi, walaupun saat itu merupakan masa-masa sulit ketika eksistensinya mulai digoyang. Namun, di sinilah perjuangan dibutuhkan untuk terjun menyelesaikan masalah,
mau tidak mau harus berada di dalam dan
bekerja, tidak bisa hanya komentar, mengeluh apalagi protes tanpa solusi. Harus terlibat
langsung di organisasi, dengan begitu kita punya ruang dan kesempatan untuk berbicara
menyampaikan apa yang menjadi aspirasi
bersama, paparnya.
Beruntung pada masa kepemimpinan Dr.
Aru, semua jajaran PB sepakat bahwa kardiologi dan pulmonologi harus dipertahankan
sebagai kompetensi seorang spesialis penyakit dalam, sama seperti 10 subspesialisasi
lainnya. Beberapa cara telah ditempuh terutama kegiatan-kegiatan ilmiah yang menunjukkan cara berfikir dan bertindak komprehensif
dari seorang dokter spesialis penyakit dalam.
Keberhasilan tersebut tak lepas dari peran
personil PB yang solid. Kami memiliki visi
dan semangat yang sama. Cara kerja dan gaya boleh berbeda-beda, asal visi, misi dan tu-

20

juannya sama, akan menemukan solusi yang


baik. Kalau ada orang yang berbeda pendapat dan beda gaya tidak masalah, justru akan
memperkaya organisasi dan menjadi mozaik
yang akan saling melengkapi, tukasnya.
Dunia organisasi dan kardiologi merupakan passionnya. Baginya bukan hanya ilmunya yang menarik, tapi juga tantangan yang
ada di dalamnya sangat menggelitik untuk dihadapi.
Saat itu, eksistensi kardiologi IPD kurang
kondusif. Ada pihak tertentu, yang ingin meniadakan profesi ini. Tentu hal ini keliru dan tidak berdasar, sergahnya. Seorang dokter
yang memiliki kompetensi di bidang kardiologi, tapi dilarang atau dibatasi mengerjakan
hal-hal yang sesuai kemampuannya oleh pihak lain. Apalagi pihak tersebut bukan pihak
berwenang.
Lebih jauh Dr. Sally memaparkan, Prinsipnya eksistensi PAPDI ini harus utuh, tidak
ada yang terlepas lagi, pertahankan dengan
kerja nyata. Salah satu caranya ya turun ke
daerah.
Selain itu, penerapan prinisp-prinsip bagaimana mengontrol keuangan dan manajerial secara umum. Organisasi harus dikelola
secara profesional, konsolidasi internal dilakukan, kami menyadari pembenahan harus
mulai dari dalam.

Aktif di Forum Dunia


Kiprah Dr. Sally sebagai salah satu duta
PB PAPDI tidak hanya di dalam negeri. Di
antaranya mengaktifkan kembali peran
PAPDI di sebagai anggota dari PAPDI dunia

Halo INTERNIS Edisi September 2015

yaitu International Society of Internal Medicine (ISIM).


Diawali dengan kehadiran delegasi dari
PB PAPDI di World Congress of Internal Medicine di Taipei, Taiwan tahun 2006. Dan
setelah itu kami selalu mengirimkan delegasi
untuk menghadiri kongres tersebut. Sampai
mengajukan diri untuk ikut merebut kesempatan sebagai tuan rumah dari kongres
dunia tersebut. Pada WCIM tahun 2010 di
Melbourne kita berhasil mendapatkan
kesempatan tersebut. Dan Insya Allah tahun
2016 yang akan datang, World Congress of
Internal Medicine akan diadakan di Bali,
Indonesia. PAPDI sebagai tuan rumahnya.
Dan ini akan menjadi kerja besar dari semua
cabang PAPDI, tidak hanya oleh pengurus
pusat saja.
Kami hanya meneruskan upaya yang telah dirintis oleh para pioneer PB sebelumnya.
Bangga bahwa Indonesia bisa terpilih sebagai tuan rumah karena ketat sekali pemilihannya dan sangat objektif penilaiannya. Mulai
dari kesiapan, fasilitasnya, berapa jumlah
anggota, kondisi pendidikannya bagaimana,
acara-acara ilmiah kita seperti apa, akses,
hingga faktor keamanan, papar Dr. Sally
yang mengaku selalu deg-degan ketika harus
tampil menyampaikan laporan di forum internasional yang bergengsi ini.
Upaya yang sama dilakukan pula di kawasan regional seperti ASEAN. Kami semangat untuk bangkitkan kembali di forum regional yang juga sempat vakum dengan terlibat aktif mensinergikan konsep, model penelitian, benchmark yang ada di lima negara inti.
Kami mengaktifkan kembali organisasi AFIM
(Asean Federation of Internal Medicine) dan
bersama-sama Sejawat Internis dari negaranegara Asean tersebut, kami membentuk
salah satu chapter internasional dari American College of Physician (ACP).
Sejauh ini Dr. Sally menilai PAPDI dalam
beberapa aspek sudah cukup ideal sebagai
sebuah organisasi profesi. Secara organisasi track-nya sudah dibuat tinggal disempurnakan. Salah satu yang masih menjadi
PR adalah kemandirian terutama dalam hal
finansial seperti juga yang dialami organisasi lain, ada bebarapa hal yang bisa dikembangkan agar PAPDI lebih mandiri dan
profesional tidak tergantung pada pihak lain,
apalagi kebijakan sekarang sudah sangat
ketat, pungkasnya menutup pembicaraan.
(HI)

KABAR PAPDI

Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI 2015:

Tetap Profesional Hingga

Akhir Periode

Rakernas terakhir
untuk kepengurusan
periode 2012 2015.
Bersama menjalankan
renstra untuk menggapai visi PAPDI 2015.

asca Konferensi Kerja XIII November 2014 silam, PB PAPDI kembali menggelar Rapat Kerja Nasional
PB PAPDI Dengan Semua Cabang
PAPDI 2015 yang diselenggarakan di Hotel
Harris, Jakarta, 21-22 Februari 2015 lalu.
Rapat kerja tahunan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia (PB PAPDI) ini dihadiri oleh pengurus PB PAPDI, delegasi dari 36 cabang
PAPDI dan Departemen ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran di seluruh Indonesia. Mereka hadir dari berbagai daerah di
Indonesia untuk konsolidasi dan sosialisasi
program kerja PAPDI yang akan sampaikan
ke anggota PAPDI di daerah masing-masing.
Rapat kali ini merupakan rakernas terakhir kepengurusan PB PAPDI periode
2012-2015. Program kerja yang telah ditetapkan dalam renstra dievaluasi serta dibenahi hingga kepengurusan periode ini selesai. Selain merampungkan program-program yang tersisa, rakernas ini juga mengagendakan beberapa isu-isu nasional, seperti gratifikasi dan evaluasi BPJS. Rakernas
kali ini merupakan rapat kerja tahunan PB
PAPDI bersama cabang-cabang PAPDI di
seluruh Indonesia yang terakhir untuk kepe-

Prof. Idrus, memberi sambutan pembukaan Rakernas.

Dr. Sally A. Nasution saat Rakernas PAPDI.

ngurusan PB PAPDI 2012-2015. Di samping


membahas program kerja yang telah ditetapkan dalam renstra, pada kesempatan ini
dipaparkan hasil kerja Tim Adhoc Gratifikasi
PB PAPDI, kata Ketua Umum PB PAPDI
Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP

pada sambutan pembukaan Rakernas PB


PAPDI.
Persoalan gratifikasi menyita perhatiaan
peserta rakernas. Sesi pertama yang mengangkat tema Berbagai Aspek terkait Gratifikasi dalam Layanan Profesi Dokter dihujani
berbagai pertanyaan dari peserta rakernas.

Suasana Rakernas PAPDI.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

21

KABAR PAPDI

Sementara para pembicara dari Sekretaris


Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI Drg. SR Mustikowati, M.Kes dan
Tim Kajian Gratifikasi di Bidang Kedokteran
PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Djoko
Widyarto, JS, DHM, MH.Kes, mesti ekstra
sabar menanggapi banyaknya interupsi dari
perwakilan anggota PAPDI dari berbagai
daerah di Indonesia. Suasana kian hangat
dengan celetukan DR. Dr. Ari Fahrial
Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB,
FACP selaku moderator yang mengawal jalannya sesi tersebut.
Selain soal gratifikasi, isu seputar Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) masih menarik perhatian peserta rakernas. Program
JKN yang telah berlangsung lebih dari satu
tahun, dalam pelaksanaanya masih banyak
ditemui kejanggalan, diantaranya, kurangnya ketersediaan obat, sistem rujukan yang
tidak berjalan, jasa tarif yang dinilai kurang
proporsional hingga remunerasi yang tidak
berkeadilan. Selain berpengaruh pada pendapatan dokter, hal tersebut mengganggu
dokter dalam memberi pelayanan kesehatan. Di samping itu, pelaksanaan program
JKN ada yang memberikan keuntungan
bagi rumah sakit, namun tak sedikit yang
rumah sakit yang kecewa.
Persoalan tersebut mengundang pertanyaan bagi internis yang hadir pada rakernas itu. Pada sesi yang mengangkat tema
Evaluasi Pelaksanaan BPJS dalam
Pelayanan Penyakit Dalam ini menghadirkan narasumber Direktur Utama BPJS
DR. Dr. Fachmi Idris, MKes, dan Wakil
Ketua Tim Tarif NCC, Kemenkes Dr.
Achmad Soebagyo, MARS. Kedua pembicara memaparkan hasil evaluasi pelaksanaan JKN terkait pelayanan penyakit

22

dalam sesuai dengan tempat institusi mereka bekerja.


Selain dua pembicara di atas, sesi yang
dimoderatori Sekretaris jenderal PB PAPDI
Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP ini juga mengundang Direktur
Rumah Sakit Budi kemuliaan, Batam Dr.
Dindin Hardiono Hadim, SpPD, FINASIM
dan Wakil Direktur Pelayanan RSU Bahteramas, Kendari Dr. M. Yusuf Hamra, SpPD,
MSc. Kedua pembicara yang juga anggota
PAPDI, berbagai pengalaman dalam mengelola JKN di tempatnya masing-masing.
Usai mendapat asupan gratifikasi dan
BPJS, rakernas dilanjutkan dengan pemaparan laporan dari setiap bidang. Sebelumnya, acaranya didahului dengan mendengarkan arahan dari Ketua Umum PB
PAPDI, Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP
mengenai pencapaian yang telah diperoleh
pengurus periode 2012-2015. Acara dilanjutkan dengan laporan persiapan Pertemuan
Ilmiah Nasioanal XIII PB PAPDI di Palembang oleh Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, KKV, FINASIM, laporan persiapan KOPAPDI
XVI di Bandung oleh DR. Dr Arto Yuwono
Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM dan laporan
persiapan WCIM 2016 oleh DR. Dr. Aru W.
Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP.
Kemudian acara dilanjutkan laporan tiaptiap bidang. Bidang Organisasi mendapat
kesempatan pertama untuk menyampaikan
laporannya dipresentasikan oleh Dr. Edy
Rizal Wahyudi, SpPD, K-Ger, FINASIM.
Lalu dilanjutkan Bidang Advokasi oleh Dr.
Prasetyo Widhi Buwono, SpPD, FINASIM,
Bidang Kemitraan dan Kerjasama oleh Dr.
Tunggul D. Situmorang, SpPD, K-GH,
FINASIM, Bidang Pengembangan Profesi

Halo INTERNIS Edisi September 2015

oleh DR. Dr. Mardi santoso, SpPD, K-EMD,


FINASIM, FACE, Bidang Humas, Publikasi
dan Pengabdian Masyarakat oleh Dr. Ika
Prasetya Wijaya, SpPD, FINASIM, dan
Bidang Etik oleh Dr. Bambang Subagyo,
SpPD, FINASIM, SE,MM dan terakhir laporan Bidang Medikolegal oleh DR. Dr. Lucky
Aziza Bawazier, SH, SpPD, K-GH,
FINASIM, FACP. Kemudian ada pula penjelasan P2KB oleh Dr. Ida Ayu Made Kshanti,
SpPD, K-EMD, FINASIM dan laporan penjelasan PNPK, PPK, serta Clinical Pathway
oleh Dr. Muhadi, SpPD, FINASIM.Sesi ini
ditutup dengan diskusi yang dimoderatori
oleh Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI,
FINASIM.
Pada sesi terakhir, peserta mendengarkan laporan dari tim adhoc PB PAPDI,
yaitu Tim Adhoc Gratifikasi oleh Dr. Tunggul
D. Situmorang, SpPD, K-GH, FINASIM, Tim
Adhoc Adolescent oleh DR. Dr Arto Yuwono
Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, Tim Adhoc
SJSN oleh Dr. Prasetyo Widhi Buwono,
SpPD, FINASIM, Tim Adhoc Mapping need
oleh Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD, K-Ger,
FINASIM dan laporan Tim Adhoc Dokter
Asing oleh DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD,
K-GEH, FINASIM, MMB, FACP.
Pertemuan ini diakhiri oleh pemaparan
kesimpulan hasil rakernas oleh Dr. Sally A.
Nasution SpPD, K-KV, FINASIM, FACP.
Dari rakernas ini diharapkan hasil-hasil
yang telah diputuskan dapat dilaksanakan
dan disosialisasikan ke anggota-anggota
PAPDI di daerah sehingga PAPDI sebagai
organisasi dapat lebih meningkatkan professionalisme dan dokter-dokter ahli penyakit
dalam dapat meningkatkan kompetensinya
agar dapat memberi pelayanan kesehatan
terbaik. (HI)

KABAR PAPDI

Tim Adhoc Gratifikasi PB PAPDI:

Sponsorship untuk CME

Bukan Gratifikasi
Sponsor kepada tenaga medis dalam event CPD
atau P2KB tidak melanggar etika profesi dan
etika bisnis baik nasional maupun international.
Hingga kini Negara belum mampu menfasilitasi
atau membiayai CME, PAPDI akan terus memperjuangkan sponsorship dalam rangka koridor
ilmiah bukan termasuk gratifikasi suap.

ersoalan gratifikasi menarik perhatiaan peserta Rakernas PB PAPDI


dan Semua Cabang PAPDI 2015.
Pengurus PB PAPDI beserta per-

wakilan cabang PAPDI dari seluruh daerah


di Indonesia antusias menanggapi isu gratifikasi yang dipaparkan oleh narasumber
dari Sekretaris Inspektorat Jenderal Kemen-

terian Kesehatan RI Drg. SR Mustikowati,


M.Kes dan Tim Kajian Gratifikasi di Bidang
Kedokteran PB Ikatan Dokter Indonesia
(IDI) Dr. Djoko Widyarto, JS, DHM, MH.Kes.
Mereka silih berganti mengajukan berbagai
pertanyaan tentang bentuk pemberian dari
pihak ketiga yang berpotensi gratifikasi.
Suasana kian hangat dengan celetukan
DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH,
FINASIM, MMB, FACP selaku moderator
yang mengawal jalannya sesi tersebut.
Isu gratifikasi yang marak diberitakan di
beberapa media cetak mengusik dokter, termasuk dokter penyakit dalam. Berbagai
bentuk gratifikasi yang diterima segelintir
dokter dari perusahaan farmasi dapat merusak citra profesi dokter yang mulia ini.
Kongkalikong oknum dokter dengan per-

Dr. Tunggul D. Situmorang, SpPD, K-GH, FINASIM saat Rakernas PAPDI.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

23

KABAR PAPDI

Dr. Djoko Widyarto, JS, DHM, MH.Kes saat Rakernas PAPDI.

usahaan farmasi dalam pemasaran obat dapat mencederai kode etik kedokteran. Menanggapi hal ini, PB PAPDI pada Konferensi
Kerja XIII PB PAPDI di Yogyakarta November 2014 lalu merespon cepat dengan
membentuk Tim Adhoc Gratifikasi. Tim
Adhoc Gratifikasi merupakan amanat Konker XIII PB PAPDI di Yogyakarta, kata
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus
Alwi, SpPD,K-KV, FINASIM, FACC, FESP,
FAPSIC, FACP pada sambutan pembukaan
rakernas itu.
Pembentukan tim ini, kata Prof. Idrus,
untuk mengkaji hal-hal yang dapat terkait
gratifikasi. Pasalnya, hingga kini persepsi
gratifikasi antar dokter atau institusi cukup
beragam. Mana yang termasuk gratifikasi,
mana yang bukan, masih terbilang samarsamar. Batas-batas gratifikasi masih berbeda-beda pendapat. Untuk itu, PB PAPDI
membentuk Tim Adhoc Gratifikasi yang telah ditetapkan 6 Januari 2015 dengan diketuai Dr. Tunggul D. Situmorang, SpPD, KGH, FINASIM.

Pengendalian Gratifikasi
di Lingkungan
Kemenkes
Gratifikasi telah diatur dalam UndangUndang dan berbagai peraturan. Namun,
menurut Drg. Mustikowati, dokter seringkali
tidak mengetahui pemberian dari pihak ketiga termasuk kategori gratifikasi. Padahal,
Kemenkes telah menerbitkan Permenkes

24

No. 14 tahun 2014 tentang Pengendalian


Gratifikasl di Lingkungan Kementerian Kesehatan RI yang menjadikan Kemenkes kementerian pertama yang mengeluarkan peraturan gratifikasi dan mendapat apresiasi
dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Larangan gratifikasi di lingkungan Kemenkes telah diatur dalam Permenkses tersebut, katanya.
Drg. Mustikowati mengatakan penerbitan
Permenkes No. 14 bukan untuk mempersulit pegawai Kemenkes, namun sebaliknya.
Permenkes ini sebagai wujud peduli terhadap pegawai Kemenkes terkait pemberian
dari pihak ketiga yang terindikasi gratifikasi.
Peraturan ini sebagai peringatan agar tidak
terperangkap korupsi. Prinsipnya, agar dokter mengetahui apa yang dilakuan termasuk
ada unsur gratifikasi atau tidak. Jangan
sampai hal-hal yang dianggap biasa, kemudian temen-temen profesi terkena gratifikasi. ujarnya.
Dalam Permenkes tersebut dijelaskan
secara rinci gratifikasi di lingkungan Kementerian Kesehatan. Gratifikasi adalah pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau
tanpa sarana elektronik yang berhubungan
dengan jabatan atau kewenangan.
Drg. Mustikowati mengatakan gratifikasi

Halo INTERNIS Edisi September 2015

meliputi 2 kategori. Yaitu, gratifikasi yang


dianggap suap dan gratifikasi yang tidak dianggap suap. Gratifikasi yang dianggap
suap adalah penerimaan yang tidak terbatas pada: a) marketing fee atau imbalan
yang bersifat transaksional dan terkait dengan pemasaran suatu produk; b) cashback
yang diterima instansi digunakan untuk kepentingan pribadi; c) gratifikasi yang terkait
pelayanan barang dan jasa, pelayanan publik dan lainnya; d) sponsorship yang terkait
pemasaran dan penelitian suatu produk.
Sedangkan, gratifikasi yang tidak dianggap suap meliputi 2 kategoti. Kategori pertama, gratifikasi yang tidak dianggap suap terkait kedinasan, misalnya seperti pemberian
berupa cindera mata dalam kegiatan resmi
kedinasan seperti rapat, seminar, workshop,
konferensi dan kegiatan lain sejenis, dan
sponsorship yang diberikan kepada organisasi terkait pengembangan institusi yang dimanfaatkan secara transparan dan akuntabel pelatihan atau kegiatan lain sejenis. Dan
kedua, gratifikasi yang tidak dianggap suap
tidak terkait kedinasan, misalnya pemberian
dari orang lain yang terkait dengan acara
pernikahan, keagamaan, upacara adat, kelahiran, aqiqah dan lain-lain sepanjang tidak
memiliki konflik kepentingan dan dilaporkan
kepada Komisi Pemberantasan Korupsi dan
setelah diverifikasi dan klarifikasi dinyatakan
tidak dianggap suap.
Dalam hal ini, penerima gratifikasi adalah pegawai negeri sipil, penyelenggara negara, pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja dan pegawai lain yang bekerja di
lingkungan Kementerian kesehatan. Bila
ada yang menerima gratifikasi maka harus
melaporkan ke Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG) Kemenkes yang selanjutnya
akan diteruskan ke KPK, katanya.

Sponsorship yang
Berkaitan dengan P2KB,
Gratifikasi?
Profesi dokter dituntut selalu menjaga
dan meningkatkan kompetensi. Lalu apakah
sponsorship yang dalam rangka continuing
professionalism development (CPD) termasuk gratifikasi dengan kategori suap? Dr.
Djoko Widyarto, JS, DHM, MH.Kes, dari PB
IDI menjelaskan profesi dokter memiliki kode etik yang menyataan bahwa seorang
dokter tidak dalam melakukan pekerjaannya

KABAR PAPDI
tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
dapat menghilangkan kebebasan dan kemandirian profesi. Setiap dokter dilarang
membuat ikatan atau menerima imbalan
dari pihak manapun yang akan menghilangkan kepercayaan publik dan menurunkan
martabat dokter, tegas anggota Tim Gratifikasi PB IDI ini ketika mempresentasikan
makalahnya.
Lebih lanjut Dr. Djoko mengatakan terkait dengan mengikuti pertemuan ilmiah,
dokter dilarang mengikatkan diri untuk
mempromosikan atau meresepkan obat.
Pemberian sponsor ke dokter hendaknya dibatasi pada kewajaran dan dijelaskan tujuan, waktu, tempat dan nama kegiatan ilmiahnya. Pemberian tersebut dilaporkan ke
pimpinan organisasi setempat dan diteruskan ke pimpinan nasional IDI. Dalam hal ini,
tambah Dr. Djoko, sponsor kepada tenaga
medis dalam event CPD atau P2KB tidak
melanggar etika profesi dan etika bisnis baik
nasional maupun international.
Hal senada disampaikan Prof. Idrus. Ia
mengatakan kerjasama dokter dengan berbagai mitranya dalam koridor continuing
medical education (CME) hendaknya tidak
termasuk gratifikasi. Pasalnya, dokter untuk
menjaga dan meningkatkan kompetensinya
seperti diamanatkan dalam UUPK memerlukan biaya yang tidak sedikit, sementara
negara hingga saat ini belum mampu memfasilitasi atau membiayai dokter untuk meng
up date keilmuan dan ketrampilan medis-

Drg. SR Mustikowati, M.Kes saat Rakernas PAPDI.

nya. Kegiatan dalam koridor ilmiah tidak bisa menafikkan sponsorship dari mitra farmasi dan alkes. Selama negara belum
mampu memfasilitasi CME, PAPDI akan terus memperjuangkan sponsorship bukan
gratifkasi, ujar Prof. Idrus.
Lewat Tim Adhoc Gratifikasi, PAPDI berupaya mendorong agar sponsorship pada
kegiatan CME bukan gratifikasi. Ketua Tim
Gratifikasi PB PAPDI Dr. Tunggul mengatakan, tim ini telah melakukan audiensi ke Kemenkes dan instansi lain yang terkait. Sebelumnya, tim ini telah bekerja mengkaji
hal-hal seputar gratifikasi dengan mengha-

dirkan narasumber dari IDI, pengacara hingga KPK. Kami mendukung segala upaya
yang dilakukan PB IDI yang terkait masalah
etik kedoktetan, kata Dr. Tunggul.
Untuk menghindari gratifikasi, Drg. Mustikowati mengatakan semua pemberian dari
pihak ketiga yang bertujuan penelitian, CME
baik mengikuti seminar ke dalam atau luar
negeri hendaknya ditujukan kepada pimpinan institusi. Dari pimpinan nanti didistribusikan kepada para dokter secara transparan. Silahkkan didiskusi oleh pimpinan, mekanisme seperti apa. Yang penting pemberian bukan ke individu, katanya. (HI)

Prof Idrus bersama pembicara dan moderator.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

25

KABAR PAPDI

Tim Adhoc SJSN PB PAPDI:

Evaluasi JKN pada

Layanan Penyakit Dalam

elain isu gratifikasi, rakernas PB


PAPDI kali ini masih membahas seputar Badan Penyelenggara jaminan
Sosial (BPJS). Meski Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJS
telah berjalan satu tahun namun dalam
pelaksanaannya kerap ditemui berbagai
kendala. Direktur Utama BPJS DR. Dr.
Fachmi Idris, MKes yang hadir sebagai
pembicara memaparkan tema Evaluasi
Pelaksanaan BPJS dalam Pelayanan Penyakit Dalam. Ia mengatakan lembaga
yang dipimpinnya dalam kurun waktu satu
tahun ini telah melakukan program JKN dengan beberapa pencapaian yang melebihi
target. Faktanya, hasil survey nasional tingkat kepuasan peserta yang dilakukan pada
15 September 24 Oktober 2014 menunjukan tingkat kepuasan masyarakat mencapai 81 %, dan tingkat kepuasan fasilitas kesehatan 75%. Presiden RI Joko Widodo
memberi rapor hijau atas pencapaian BPJS
pada tahun 2014, katanya.
Namun hasil yang telah dicapai, kata Dr.
Fachmi, tidak selaras dengan kondisi keuangan BPJS. Ia menjelaskan selama satu
tahun pelaksanaan JKN, BPJS mesti merogoh kocek melebihi dari yang direncanakan.
Ada kekurangan dana sekitar 3 trilyun dari
dana yang ditetapkan BPJS. Dimana dana
pengeluaran melebihi dana pemasukan.
Bukan mengalami kerugian seperti yang
marak dikabarkan diberbagai media. Tapi
yang terjadi adalah mismatch antara pemasukan dan pengeluaran. Bukan kerugian tapi mismatch. Ini berbeda artinya, katanya.
Untuk menutupi klaim ini, tambahnya,
BPJS mengeluarkan dana cadangan sekitar
3 trilyun. Dana cadangan ini memang telah
ditetapkan untuk mengantipasi biaya-biaya
tak terduga dalam pelaksanaan JKN. Tahun

26

Penyakit dalam memberi keuntungan rumah


sakit terbesar dibanding spesialis lain, namun
minim apresiasi. PAPDI terus menyusulkan
revisi tarif INA CBGs.
2015 diprediksi pengeluaran BPJS akan
meningkat seiiring bertambahnya peserta
dan pengguna JKN. BPJS telah mengusulkan ke pemerintah agar iuran peserta dinaikkan. Dana cadangan tidak boleh selalu
dipakai, karena akan mengancam keberlangsungan JKN, oleh karena itu kami me-

Halo INTERNIS Edisi September 2015

minta agar iuran peserta dinaikan, ujar


mantan Ketua Umum PB IDI ini.
Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua Tim Tarif NCC, Kemenkes Dr. Achmad
Soebagyo, MARS. Ia mengatakan, kekuatan dana merupakan salah satu faktor keberlangsungan program JKN. Menurutnya kon-

DR. Dr. Fachmi Idris, MKes saat Rakernas PAPDI.

KABAR PAPDI

Dr. Prasetyo Widhi B, SpPD, FINASIM saat Rakernas PAPDI.

disi keuangan BPJS yang minus 3 triliun


mengancam kelanjutan program ini. Ia menyarankan agar BPJS dapat mengoptimalkan dana dari kepesertaan JKN. Di antaranya adalah dengan memperbanyak kepesertaan JKN dan menaikan iurannya. Dan
pengeluaran seperti tarif medis akan proporsional sesuai kondisi keuangan. Nantinya diupayakan iuran peserta naik, dan tarif
medis proporsional, kata Kepala Pusat Perencananaan dan Pemberdayaan SDM Kemenkes ini.

SJSN PB PAPDI, Dr. Prasetyo Widhi B,


SpPD, FINASIM sangat mendukung revisi
tarif tersebut. Pasalnya, dengan bertambahnya peserta dan pengguna JKN maka kebutuhan fasilitas kesehatan akan meningkat.
Dengan tarif saat ini rumah sakit swasta
kurang berminat bergabung dalam program
JKN karena tarifnya rendah. Rumah sakit
swasta enggan bergabung karena tarifnya
kecil, sehingga pelayanan kesehatan akan

dibebankan di RSUD. Kelebihan pasien


akan mengurangi kualitas pelayanan,
katanya.
Selain itu, lanjut Dr. Prasetyo, rumah
sakit swasta yang bergabung akan dikategorikan rumah sakit type C atau D. sementara dalam JKN terjadi perbedaan tarif berdasarkan tipe rumah sakit. Hal ini akan
menggangu sistem rujukan dan berpotensi
untuk melakukan fraud.
Dr. Prasetyo sependapat bila revisi tarif
seiring dengan kenaikan premi. Hitungan
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), premi peserta
JKN Penerima Bantuan Iuran (PBI) setidaknya Rp 27.500. Saat ini premi PBI masih Rp
19.225 dengan jumlah peserta PBI 84 juta
jiwa. Angka premi di Indonesia, jauh kecil
dibanding dengan negara-negara Asean
diangka di atas Rp 30.000. Iuran PBI hendaknya disesuaikan dengan nilai keekonomian, agar mendapatkan pelayanan yang
lebih baik, tambahnya.
Di samping soal revisi tarif, pembagian
jasa medis saat ini dinilai kurang transfaran
dan berkeadilan. Permenkes 28 mengatur
bahwa jasa pelayanan porsinya 30-50 %
dari total klaim. Namun permenkes tersebut
tidak mengatur besaran jasa medis. Saat ini
jasa medis yang berlaku di tiap rumah sakit
berbeda-beda, tergantung managemen ru-

PAPDI Dorong Revisi


Tarif INACBGs
Menurut Dr. Achmad Soebagyo, MARS
saat ini tren penyakit berubah dari penyakit
menular ke penyakit tidak menular. Sebagian besar penyakit tidak menular ini merupakan ranahnya Departemen Ilmu Penyakit
Dalam. Oleh karena itu penyakit peran
PAPDI sangat besar dalam menyukseskan
JKN, ujar Dr. Achmad Soebagyo.
Pendanaan JKN yang utama, tambah Dr.
Achmad adalah berasal dari premi peserta.
Untuk revisi tarif pelayanan medis, lanjutnya, yaitu mengoptimalkan iuran peserta
dan menaikan preminya. Dana cadangan
BPJS tidak boleh digunakan terus menerus
karena hal ini akan mengancam keberlangsungan JKN.Kemenkes setuju dengan
kenaikan iuran peserta,akuinya.
Revisi tarif INA CBGs seyogyanya menjadi perhatian serius. Ketua Tim Adhoc

Dr. Achmad Soebagyo, MARS saat Rakernas PAPDI.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

27

KABAR PAPDI
mah sakit. Jasa medis yang ditentukan rumah sakit lebih rendah dibanding tarif INA
CBGs. Selisihnya 30-40 persen. Hal ini rawan sengketa antara managemen dengan
dokter, kata Dr. Prasetyo.
PAPDI sendiri telah mengeluarkan panduan tarif jasa medis. Dr. Prasetyo menegaskan tarif jasa medis PAPDI lebih realistis
dan berkeadilan. Di beberapa rumah sakit
yang pengelolaan JKNnya baik dan transparan, pendapat internis telah sesuai dengan perhitungan jasa medis PAPDI. Bila
jasa medis baik, pendapatan dokter akan
naik, dan kinerja rumah sakit juga membaik.
Tarif jasa medis PAPDI menghitung jasa
medis spesialis lain, jadi bisa diterapkan di
rumah sakit, kata Onkolog RSCM/FKUI ini.
Sementara jasa medis dokter penyakit
dalam lebih rendah dibanding bedah dan
obgyn. Padahal, di era JKN ini dokter penyakit dalam memberikan keuntungan paling besar kepada rumah sakit ketimbang spesialis
lain. Alasannya, meski pasiennya lebih sedikit namun dokter bedah memiliki risiko yang
besar. Alasan ini tidak dapat diterima karena
dokter penyakit dalam dengan jumlah pasien
yang jauh lebih banyak, juga menanggung
risiko yang lebih besar, ungkap Ketua
Bidang Advokasi PB PAPDI ini.
Sistem remunerasi tidak berpihak kepada dokter senior di rumah sakit vertikal atau
rumah sakit pendidikan. Kemenkes hanya
menilai kinerja dokter yang memberi pelayanan kesehatan, sementara kinerja pendidikan tidak dinilai. Dokter senior yang banyak di pendidikan, remunerasi lebih kecil.

28

Workshop BPJS PB PAPDI saat Konker XIII Yogyakarta,

Remunerasi hendaknya mempertimbangkan jasa medis sebelum remunerasi,


katanya
Evaluasi lain, adalah ketersediaan obat
di e-catalog. Keluhan ini sangat dirasakan
oleh dokter. Obat-obat yang diperlukan kerap tidak tersedia dan terbatas jenisnya.
Ketersediaan obat JKN kurang baik dibanding ketika Askes, katanya.
Peran otonomi daerah dalam mengembangkan fasilitas kesehatan. Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) yang non BLUD didorong statusnya menjadi BLUD. Dengan
demikian managemen leluasa mengembangkan RSUD sehingga pelayanan kesehatan dapat diperoleh lebih baik.
Selain itu, Dr. Prasetyo mengingatkan

Halo INTERNIS Edisi September 2015

agar internis memahami etik kedokteran


dalam pelaksanaan JKN. Rumah sakit cenderung kuatir merugi ketika bergabung JKN.
Potensi fraud cukup besar. Untuk menghindari fraud, internis perlu memahami coding
dan costing INA CBGs. Ada tidaknya fraud
dibuktikan oleh audit medik yang dilakukan
profesi bukan BPJS. tuturnya.
PAPDI terus mengusulkan revisi tarif.
Rapat Badan Anggaran DPR, Kemenkes,
Kemenkeu pada tanggal 21 Januari 2015
lalu menyetujui kenaikan anggaran kesehatan 5 % pada APBN 2016. Anggaran kesehatan saat ini 2,6 % atau 59 trilyun. Ada
kenaikan yang signifikan. Kita mesti siapkan
dengan mengusulkan revisi tarif, dan obatobat yang ada di fornas, katanya. (HI)

KABAR PAPDI

Dr. Muhammad Yusuf Hamra, SpPD, FINASIM, MSc:

Evaluasi BPJS dalam Pelayanan


Penyakit Dalam di RSU Bahteramas
Sebagai direksi dan
praktik penyakit dalam.
Komplain dari sejawat
sama banyaknya dengan
komplain pasien. Kerjaan saya selalu terima
Komplain dari sana-sini.

etelah berjalan kurang dari dua tahun


program Jaminan Kesehatan Nasional menemui beragam kendala yang
mendapat perhatian serius dari pihak
rumah sakit. Diantaranya adalah Dr. Muhammad Yusuf Hamra, SpPD, MSc, Wakil Direktur Pelayanan RSU Bahteramas, Sulawesi
Tenggara kerap mendapat protes dari dokter
dan pasien BPJS dalam mengelola JKN.
Rumah Sakit Umum Bahteramas tempat
Dr. Yusuf Hamra bekerja merupakan rumah
sakit tipe B pendidikan. Rumah sakit terbesar
di Sulawesi Tenggara ini dilengkapi 320 tempat tidur dan memperkerjakan 850 karyawan
. Sejak diselenggarakan JKN, per 1 Januari
2014, aktivitas keseharian Dr. Yusuf Hamra
kian padat. Melakukan adaptasi dan sosialisasi aturan main BPJS di rumah sakit serta
antisipasi mbludak nya pasien yang mayoritas peserta BPJS.
Dr. Yusuf Hamra yang juga Sekretaris
PAPDI Cabang Sulawesi Tenggara kerap
ketiban pulung. Selain melakoni direksi
rumah sakit, ia pun masih menangani pasien
penyakit dalam. Posisinya sebagai Direksi, ia
kerap dikomplain oleh sesama sejawat dokter perihal kelemahan sistem BPJS. Sementara komplain dari pasien ketika praktik internis tak kalah banyaknya. Karena internis terbatas, selain direksi saya juga menangani
pasien. Saya dapat Komplain dari dokter
karena posisi direksi dan komplain dari pasien sebagai dokter. Kerjaan saya menerima

gakomodasi seluruh pasien.


Diantara SMF tersebut, pasien
penyakit dalam yang mengalami
lonjakan pasien terbesar.
Pasien penyakit dalam jumlahnya paling banyak, ini menjadi tulang punggung rumah
sakit, kata dokter lulusan FK
UGM ini.
Ketiga, aturan BPJS yang
kerapkali berubah-ubah. Kemenkes dan BPJS selaku regulator kadangkala tidak sinkron
dalam mengelurkan kebijakan.
Misalnya dalam hal aktivasi,
aturan Kemenkes aktivasi keanggotaan BPJS 3 kali 24 jam,
sementara Keputusan Direktur
BPJS No 211 tahun 2014 adalah 7 kali 24 jam. Hal ini akan
kerap menimbulkan masalah
bagi pasien BPJS yang paham
hukum. Hendaknya aturan di Dr. Muhammad Yusuf Hamra, SpPD, MSc.
sinkronkan sehingga tidak terjadi benturan di lapangan. Perubahan yang
komplain, ujarnya sambil terkeukeuh.
Menurutnya ada beberapa kelemahan begitu cepat, buat kami direksi mesti kerja
dalam pelaksanaan JKN pada saat itu yang ekstra. Mestinya regulator kalau mengeluardirasakan direksi rumah sakit. Pertama, ke- kan peraturan ditelaah dengan baik terlebih
tersediaan dan keberadaan obat dalam for- dahulu.katanya
Kemudian, mekanisme rujuk dan proses
mularium nasional (fornas) masih sangat kurang. Keluhan dari dokter dipelayanan se- klaim. Pada pelayanan kesehatan tingkat
kunder seringkali obat tertentu, seperti antibi- pertama dibatasi hanya 10 persen yang daotik, tidak tersedia. Atau pasien yang sebe- pat dirujuk ke pelayanan sekunder. Untuk itu,
lumnya memperoleh obat tertentu, tapi obat dokter umum kerap melampaui kompetentersebut tidak masuk dalam e catalog. Kom- sinya dalam menangani pasien. Padahal
plain obat paling banyak dikeluhkan. Bukan diagnosis dokter umum kadang kala belum
hanya pasien, dokter pun mengeluh karena tepat, katanya.
BPJS tak sedikit menolak klaim. Verifiobatnya tidak tersedia. Kita terus mengevaluasi ketersediaan obat. Akhirnya, setelah kator yang kebanyakan bukan dokter tidak
rumah sakit menanggung semua obat, kom- mengerti apa yang dilakukan dokter. Bagi
pasien yang penyakitnya kerap kambuh,
plain pun jauh berkurang,sergahnya.
Kedua, kebanjiran pasien. Dibanding klaim episode kambuh ditolak oleh verifikator.
tahun sebelumnya, sejak dimulai BPJS Padahal pihak rumah sakit mesti menangani
rumah sakit mengalami peningkatan jumlah pasien tersebut. Untuk itu kami mengharappasien hampir di seluruh SMF. Rumah sakit kan penolakan klaim satu episode dapat
menambah fasilitas kesehatan untuk men- dikaji kembali, ungkapnya (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

29

KABAR PAPDI

Dr. Dindin Hardiono Handim, SpPD, FINASIM:

Pengelolaan BPJS di RS
Budi Kemuliaan Batam

elaksanaan BPJS masih jauh dari


sempurna. Meski sudah berjalan
satu tahun lebih, beragam kendala
kerap kali terjadi di lapangan. Hal ini
menjadi perhatian banyak pihak, tak terkecuali para petinggi sejumlah rumah sakit di
daerah, seperti Dr. Dindin Hardiono
Handim, SpPD, FINASIM, Direktur Utama
RS Budi Kemuliaan, Batam.
RS Budi Kemuliaan memang punya
pengalaman melaksanakan pelayanan
kesehatan di era Jamkesmas dan saat ini
era BPJS. Hanya saja saat Jamkesmas,
jumlah pasien memang tidak sebanyak
sekarang, karena masih banyak pasien
asuransi nonjamkesmas. Ketika BPJS
diberlakukan per 1 Januari tahun 2014,
semua bertransformasi menjadi BPJS,
otomatis RS Budi Kemuliaan ditunjuk sebagai RS swasta pertama yang melayani
BPJS di Batam, papar Ketua PAPDI
Cabang Kepulauan Riau ini.
BPJS sebagai sistem baru, maka rumah
sakit perlu membuat simulasi. Dr. Dindin
beserta tim mempelajari dan memahami
dasar hukum dan aturan main BPJS. Empat
bulan masa peralihan dari Askes ke BPJS,
Dr. Dindin membentuk empat tim. Tugas
pokok tim ini yaitu tanggung jawab kelengakapan syarat administrasi, rekap data
layanan yang akurat, coding yang benar
sehingga klaim optimal., kesiapan data TXT
tepat waktu klaim tiap 7- 10 hari, laporan
estimasi pendapatan dengan akurasi 99 %,
formula pembagian Jasa Medis (JM), kerjasama dengan bpjs, koodinasi dengan
bpjs, jelas dokter kelahiran Bandung22
September 1961 ini.
Tim Pertama: penyusun tarif modifikasi.
Tim ini menyusun tarif modifikasi dari tarif
fee for service, yang mengacu tarif JKN
sesuai PMK No. 69 Tahun 2013 dan PMK
59 tahun 2014 tentang tarif INA CBGs.
Kemudian melakukan pembagian porsi

30

Pelajari regulasi dan aturan main BPJS. Simulasi


untuk memperoleh klaim optimal tanpa fraud.
Pelayanan penyakit dalam member kontribusi terbesar dibanding SMF lain. Dan pendapatan internis
meningkat dibanding dokter lain.

Dr. Dindin Hardiono Handim, SpPD, FINASIM.

rumah sakit, jasa medis, bahan habis pakai


dan lain-lain, serta mempelajari biaya rawat
inap dan jalan. Tarif modifikasi ini yang
kami gunakan dalam simulasi BPJS.
Tim kedua: kendali biaya meliputi dokter
praktik tunggal dan praktik bersama. Tim ini
menghitung berapa besar bahan habis
pakai (BHP) dan kebutuhan farmasi sesuai
e-catalog dengan merujuk clinical pathway.
Dan, tim ini menyempurnakan standard
operating procedure (SOP) agar pemakaian
BHP dan pemeriksaan penunjang lebih
efisien. Dal hal ini kita ingin mengingatkan
seluruh dokter dan staf pentingnya sadar

Halo INTERNIS Edisi September 2015

biaya, sergah dokter lulusan Unpad,


Bandung ini
Sebelum melanjutkan ke langkah berikutnya, Dr. Dindin melakukan simulasi kendali biaya untuk semua tindakan di rumah
sakit berdasarkan fee for service konversi.
Dari sini dapat diketahui besarnya biaya
tindakan dan termasuk besarnya selisih
yang diperoleh, tambahnya
Selanjutnya, tim ketiga: optimalisasi sistem informasi rumah sakit (SIMRS). Tim ini
melakukan sinkronisasi SIMRS dengan sistem INA CBGs dan SEP. Lalu, memasukan
database tarif modifikasi yang telah diben-

KABAR PAPDI
tuk tim pertama ke SIMRS.
Kemudian tim ke empat, verifikator internal yang handal. Tim verifikator dipilih
yang berpengalaman dan mampu membaca
rekam medis dengan baik dan melakukan
pengkodean dengan valid. Data hasil verifikasi dengan oleh sesuai dengan grouping
INA CBGs. Dengan begitu diharapkan
diperoleh klaim yang optimal tanpa fraud,
ungkapnya.
Setelah keempat tim ini terbentuk,
langkah selanjutnya memsinkronisasi proses pelayanan pasien BPJS yang menggunakan tarif fee for service konversi rumah
sakit dengan verifikasi klaim tarif paket INA
CBGs. Kami dapat mengestimasi surplus
dengan membandingkan billing rumah sakit
terhadap klaim BPJS. Tarif fee for service
konversi lebih besar pendapatannya
dibanding tarif INA CBGs. Sebagian besar
mengalami surplus, SMF penyakit dalam
memperoleh surplus terbesar, katanya.
Langkah selanjutnya, tim ini kemudian
menetapkan pembagian besaran jasa
medis. membentuk tim pengendali JKN
BPJS ini, terdiri atas dokter umum yang
memiliki pengalaman atau pernah bekerja di
ASKES, dipadu dengan petugas rekam
medik sebagai coder, juga tim verifikator
dari keuangan. Dokter penyakit dalam
memperoleh persentase lebih kecil dari profesi medis lain. Namun take home pay yang
diperoleh internis lebih besar, ujarnya.

Setelah seluruh instrumen rampung,


pihak rumah sakit melakukan sosialisasi
program JKN. Seluruh prosedur JKN,
seperti pembagian jasa medis, pencatatan,
coding dan lain-lain, diharapkan telah dipahami oleh dokter dan staf rumah sakit. Lalu
sosialisasikan bagaimana hukum atau aturan mainannya kepada para dokter, supaya
para dokter sadar dengan sistem ini, tambahnya.
Pada praktiknya, pelayanan medis
pasien BPJS secara umum sama dengan
non BPJS. Namun pada bagian pendaftaan
dan layanan farmasi, pihak rumah sakit
membedakan karena alasan jumlah pasien
yang banyak. Rumah sakit tidak membatasi
kuota pasien BPJS.
Selama satu tahun ini dengan tarif yang
berlaku saat ini, dengan pengawasan yang
ketat, dibantu para dokter, Alhamdulilah
klaim kita surplus, artinya klaim BPJS selalu
lebih tinggi dibanding dengan RS, dengan
kata lain untunglah, ujarnya.
Dr. Dindin mencatat ada dua problem
besar dalam BPJS ini. Yang pertama dari
sisi rumah sakitnya, banyak dokter dan perawat belum siap melakukan praktek
berdasarkan clinical parthway. Para dokternya masih gaya bebas, suka-sukanya dia
saja. Banyak tenaga medis belum siap menerapkan clinical parthway dengan cara
benar, banyak yang belum siap menggunakan barang habis pakai dengan efisien-

si, katanya
Yang kedua, dari segi BPJS nya, Dr.
Dindin melihat ada beberapa kejanggalan.
Diantaranya, pihak BPJS dalam membaca
pasal seperti menggunakan kacamata
kuda, BPJS sering menolak klaim karena
ada kesalahan, verifikasi klinis dan administrasi dijawab oleh seseorang yang
notabene bukan dokter, kekosongan dan
ketidaktersediaan obat di Fornas dan lainlain.
Kendati demikian, Dr. Dindin menaruh
harapan besar pada BPJS untuk memperbaiki segala kekuragan yang ada. Program
BPJS itu baik karena pemerintah memberikan kemudahan askes kesehatan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Meskipun
namanya jaminan tapi kita bayar sendiri.
Kalau di negara aslinya tidak begitu,
namanya jaminan artinya semua kepesertaan BPJS dibayar oleh negara, yang kaya
dan miskin dibayarin negara, mau dipakai
silakan, tidak juga tidak apa-apa, paparnya.
Kemudian, sistem pelayanan ini jangan
hanya pro rakyat tapi juga harus pro dokter
dan RS. Artinya selain mengutamakan
pelayanan kesehatan pada masyarakat
terutama yang tidak mampu, tapi dokter dan
RS jangan dikorbankan, apalagi di
Indonesia penghasilan dokter masih ditentukan oleh jumlah pasien yang dilayani.
Sementara di negara lain tenaga kesehatan
juga disubsidi, tutupnya. (HI)

Dr. Dindin Hardiono Handim, SpPD, FINASIM, pada saat Rakernas PB PAPDI.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

31

KABAR PAPDI

Tim Adhoc Mapping Need PB PAPDI:

Formulasi PAPDI

Penuhi Kebutuhan Internis


PAPDI sudah memiliki formulasi berdasarkan
jumlah rumah sakit bukan jumlah penduduk.
Kita tidak perlu mencetak internis dengan jumlah besar. Mau ditaruh di rumah sakit mana?

erbandingan jumlah dokter terhadap


populasi penduduk di Indonesia jauh
dari ideal. Masih banyak daerah-daerah yang belum terjamah oleh dokter.
Bahkan ada rumah sakit yang tidak memiliki
dokter spesialis. Sementara, dokter banyak
terkonsentrasi di rumah sakit di kota-kota
besar atau ibukota. Ketimpangan ini tentu
menimbulkan masalah kesehatan di negeri
ini. Lantas apa upaya pemerintah?

Pemerintah terkesan tidak melakukan


apa-apa. Berbagai upaya pemerataan tenaga
kesehatan sepertinya jalan ditempat. Pemerintah tidak mampu menciptakan iklim
yang kondusif bagi tenaga kesehatan untuk
berkontribusi di daerah-daerah. Alasan sumber daya alam, letak geografis dan jaminan
hidup layak menjadi momok dokter untuk
bepraktik di daerah-daerah terpencil. Alih-alih
membenahi penyebaran dokter, pemerintah

Dr. Edy Rizal Wahyudi, saat Rakernas PAPDI.

32

Halo INTERNIS Edisi September 2015

malah berencana menerima dokter asing dan


menambah dokter spesialis penyakit dalam
melalui sistem hospital base.
Kedua isu itu menjadi pembicaraan hangat dalam KOPAPDI XV di Medan 2012 lalu.
Kongres PAPDI itu memutuskan dibentuk Tim
Adhoc Mapping Need PB PAPDI, yang bertugas mempelajari seberapa besar kebutuhan
serta distribusi dokter spesialis penyakit
dalam dan menjalin kerjasama dengan
pemerintah dalam hal penyebarannya. Tim
adhoc Mapping Need merupakan amanat
KOPAPDI XV Medan, kata salah satu
anggota Tim Adhoc Mapping Need Dr. Edy
Rizal Wahyudi, SpPD, K-GER, FINASIM.
Langkah awal, kata Dr. Edy, menentukan
formasi yang tepat jumlah dokter penyakit
dalam di Indonesia dengan mempertimbangkan beberapa hal, seperti letak geografis dan

KABAR PAPDI

Dr. Edy Rizal Wahyudi, SpPD, K-GER, FINASIM.

institusi pendidikan. Kemenkes RI telah membuat rencana pengembangan tenaga kesehatan tahun 2011 hingga 2015. Kepmenkes
81 tahun 2004 menunjukan bahwa ketersediaan dokter spesialis pada tahun 2014 adalah
12 per 100.000 penduduk, pada tahun 2019
adalah 19 per 100.000 penduduk dan 28 per
100.000 penduduk pada tahun 2025.
Kepmenkes ini hanya menyebutkan spesialis
saja, tidak merujuk ke suatu spesialis tertentu. Tim Adhoc berasumsi spesialis yang
dimaksud adalah dokter spesialis penyakit
dalam. Lemahnya Kepmenkes ini hanya
mengatakan spesialis. Untuk itu kita menetapkan itu adalah spesialis penyakit dalam.
Pada tahun 2014 diperlukan 12 internis per
100.000 penduduk, kata ahli geriatri ini.
Dengan begitu, lanjut Dr. Edy, rasio jumlah
internis terhadap 100.000 penduduk saat ini
masih belum tercapai. Data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada 2012 menunjukan
rasio internis terhadap 100.000 penduduk
jauh di bawah yang ditetapkan Kemenkes. Di
Jakarta saja rasionya 4-5, apalagi di daerahdaerah, katanya. (lihat grafik)
Hitung-hitungan Dr. Edy dan kawan-kawan, jumlah internis yang di ambil dari data
PAPDI dibandingkan dengan populasi penduduk dari data BPS tahun 2010 menunjukan
bahwa diperlukan 28.516 internis atau sembilan kali lebih besar jumlah internis saat ini.
Bila jumlah penduduk dipilah berdasarkan
umur dewasa 14 65 tahun ke atas, dibutuhkan 20.817 internis atau tujuh kali jumlah
internis saat ini. Kebutuhan dokter spesialis
penyakit dalam masih sangat kurang bila dihitung per 100.000 penduduk, ujarnya.
Kondisi tersebut, tambah Dr. Edy, dapat
dipahami bila Kemenkes berencana mencetak internis dalam jumlah besar dan me-

nerima dokter asing. Namun Dr. Edy mempertanyakan rasio yang digunakan Kemenkes kebutuhan internis dibandingkan terhadap 100.000 penduduk? Dr. Edy meragukan
formulasi tersebut.
Ia mempunyai formulasi lain. Berdasarkan
Permenkes 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit mengatakan bahwa rumah
sakit harus memiliki pelayanan medis spesialis dasar. Artinya, dokter spesialis bekerja
di rumah sakit sehingga kebutuhan dokter
spesialis harus dibandingkan dengan jumlah
rumah sakit yang tersedia.
Data Ditjen BUK Kemenkes saat ini jumlah
total rumah sakit dengan semua tipe adalah
2380 rumah sakit. Sedangkan jumlah internis
saat ini 2991 dokter. Artinya, kebutuhan internis terhadap jumlah rumah sakit dapat terpenuhi. Bahkan bila merujuk UUPK tahun
2004 mengatakan bahwa izin praktik dokter
diberikan maksimal tiga tempat. Hal ini menunjukan jumlah internis saat ini dapat melayani 3000 sampai 8973 rumah sakit. PAPDI
sudah memiliki formulasi berdasarkan jumlah
rumah sakit bukan jumlah penduduk. Dirikan
dulu rumah sakit kemudian cetak tenaga medisnya. Kita tidak perlu mencetak internis dengan jumlah besar. Mau ditaruh di rumah
sakit mana? ujar Dr. Edy mempertanyakan
rencana Kemenkes.
Dr. Edy yang juga Ketua Bidang organisasi PB PAPDI menegaskan bahwa persoalan yang penting adalah distribusi dokter
yang tidak merata. Dari data PB PAPDI menunjukan bahwa sebaran internis tidak merata. Bahkan masih banyak rumah sakit yang

tidak ada internisnya. Kepengurusan PB


PAPDI periode ini menaruh perhatian serius
tentang hal ini. Kami memasukan isu ini dalam renstra dengan target terwujudnya jangkauan pelayanan PAPDI yang menyeluruh
kepada masyarakat. Dengan KPI rasio internis terhadap jumlah rumah sakit dan membuat standar deviasi jumlah anggota setiap
cabang. Dengan program peningkatan jumlah
internis dan pemerataan distribusi, Katanya
Rencana selanjutnya, tambah Dr. Edy, tim
adhoc ini akan menyampaikan hasil kajiannya
kepada Kemenkes. Bersamaan dengan itu,
juga akan diusulkan kebijakan regulasi lulusan penyakit dalam dan penguatan kebijakan
pemerintah tentang distribusi sesuai dengan
program organisasi PAPDI. Draftnya masih
dalam proses pembuatan, katanya
Pemenuhan internis di daerah merupakan
tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Tim adhoc ini berupaya agar pemerintah
dapat melibatkan PAPDI sebagai profesi dalam distribusi dan memenuhi kebutuhan internis di daerah-daerah. Untuk itu PAPDI harus
melakukan update informasi profesi, merekrut
tenaga kesehatan sesuai lokasi dan kebutuhan, membuat sistem pembinaan dan pengawasan yang bersifat mengikat pada organisasi, merumuskan sistem distribusi yang dikaitkan dengan pendidikan, evalusi pendidikan khususnya masa studi penyakit dalam mengenai waktu pendidikan yang optimal bukan
yang singkat dan membuat rumusan perhitungan insentif dengan mempertimbangkan geografis, tunjangan keterpencilan, tidak praktik di
kota, pendidikan anak dan lain-lain. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

33

KABAR PAPDI

Tim Adhoc Dokter Asing PB PAPDI:

Perketat Regulasi
Dokter Asing
Masalah kesehatan merupakan masalah strategis ketahanan nasional, seyogya dilakukan oleh
bangsa sendiri secara mandiri. Akses kesehatan tidak bisa dibuka seluas-luasnya kepada
pihak asing

asyarakat Ekonomi ASEAN 2015


telah berlangsung, namun hingga
kini belum ada dokter asing yang
menyelenggarakan
praktik
kedokteran di Indonesia. Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI) belum pernah mengeluarkan surat izin praktik bagi dokter asing
untuk menjalani praktik kedokteran di negeri
ini. Sampai saat ini, belum ada praktik dok-

ter asing yang diberi izin. Bila ada dokter


asing yang menyelenggarakan praktik
kedokteran, itu ilegal, kata anggota Tim
Adhoc Dokter Asing PB PAPDI DR. Dr, Ari
Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB,
FINASIM, FACP. Yang ada adalah dokter
asing dalam kerangka alih pengetahuan
dan teknologi.
PB PAPDI menaruh perhatian serius

soal dokter asing. Perhimpunan yang


menaungi internis ini memiliki sikap
tersendiri terhadap liberalisasi tenaga kesehatan. Lewat Tim Adhoc Dokter Asing yang
diketuai DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, KHOM, FINASIM, FACP, PAPDI melakukan
advokasi ke institusi pembuat regulasi tenaga kesehatan di Indonesia. PAPDI, menurut
Dr. Ari, memberi rambu-rambu kepada dokter asing yang ingin praktik di Indonesia,
yaitu mengikuti persyaratan yang telah ditetapkan Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia (PB IDI), lulus ujian bahasa
Indonesia yang diakui lembaga bahasa
yang terakreditasi dan PAPDI, dan mengikuti program akreditasi yang telah ditetapkan
oleh Kolegium Ilmu Penyakit Dalam (KIPD).
PAPDI mengusulkan dokter asing yang
ingin praktik di Indonesia harus mengikuti
adaptasi pendidikan ilmu penyakit dalam,

DR. Dr, Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB, FINASIM, FACP..

34

Halo INTERNIS Edisi September 2015

KABAR PAPDI

Dr. Aru W. Sudoyo Ketua Tim Adhoc Dokter Asing PB PAPDI.

seperti yang dilakukan dokter Indonesia


yang sekolah di luar negeri, ketika ingin
praktik di Indonesia harus mengikuti adaptasi dahulu. Persyaratan dokter asing tersebut sudah kita sampaikan ke KKI dan
Kemenkes RI, kata Dr. Ari yang juga Ketua
PAPDI Cabang Jakarta raya.
Sikap PAPDI, tambah Dr. Ari, juga
sejalan dengan PB IDI. Induk organisasi
kedokteran ini menolak kehadiran dokter
asing yang menyelenggarakan praktik
kedokteran di Indonesia. Menurut Ketua
Umum PB IDI Dr. Zainal Abidin M.Kes dokter asing boleh masuk ke Indonesia untuk
alih teknologi atas undangan pemerintah
atau organisasi kedokteran, bukan praktik
mandiri. Ia menambahkan IDI sanggup
memberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Dokter Indonesia memiliki skill
dan kompetensi yang tak kalah dari dokter
asing, hanya saja dokter Indonesia tidak
didukung dana yang cukup.
Menurut Dr. Zainal, tidak semua sektor di
negeri ini dapat dipegang asing. Sektor kesehatan salah satunya. IDI sepakat bahwa
kesehatan mesti dikelola mandiri karena
terkait dengan ketahanan negara.Bidang
kesehatan seharusnya tidak diliberalisasi
karena ini sektor vital terkait ketahanan
negara, kata Ketua Umum PB IDI ini
Kendati demikian, bidang kesehatan tak
bisa lepas dari AFTA. Keluar masuk dokter
asing di negara-negara Asia Tenggara tak
dapat dielakkan. Namun kapan hal tersebut

dapat direalisasikan? Tentu ini masih menjadi tanda tanya. Sebab, pasar bebas di
bidang kesehatan ini terbentur regulasi
yang berlaku di tiap -tiap negara ASEAN.
Mereka membentengi masuknya dokter
asing dengan berbagai peraturan. Thailand
mensyaratkan dokter asing yang akan praktik disana harus fasih menulis dan berbahasa Thai. Sedangkan di Filipina, UndangUndang Dasar Negaranya melarang praktik
dokter asing. Begitu pula dengan Malaysia,
soal kesehatan harus dikelola oleh dokter
Malaysia. Regulasi tenaga kesehatan di
Singapura mematok standar yang tinggi
untuk bisa melakukan praktik di negeri
tersebut. Kamboja, Vietnam dan Laos
belum memiliki regulasi. Masing-masing
negara ASEAN masih tidak legowo keberadaan dokter asing, kata Dr. Ari
Sementara Indonesia dianggap regulasi domestiknya lebih longgar. Untuk itu,
PAPDI melakukan audiensi ke KKI dan
Kemenkes RI selaku regulator domestik.
PAPDI mendukung sikap IDI dan bagi dokter asing yang bertugas di Indonesia hanya
untuk alih teknologi dengan syarat memperoleh izin IDI, diminta oleh insitusi resmi atau
rumah sakit pemerintah, waktunya maksimal enam bulan dan tidak ditempatkan pada
di bidang dan posisi strategis atau pengambil keputusan.
Dr. Ari menambahkan KKI hendaknya
lebih ketat mengeluarkan Surat Tanda
Registrasi Sementara bagi dokter asing

yang tugas di Indonesia dan Surat tanda


registrasi Bersyarat bagi dokter yang
mengikuti pendidikan di Indonesia.Ini akan
dikunci sehingga ketika lulus tidak bisa
praktik di Indonesia,katanya
Indonesia merupakan pasar yang menggiurkan bagi dokter asing. Jumlah penduduknya yang besar menarik minat dokter
asing praktik. Saat ini, ditengarai dokter
asing dari beberapa negara seperti
Australia, Filipina, Vietnam sudah mengantri
ingin masuk ke Indonesia. Dokter dari
Filipina dan Vietnam sudah ingin sekali ke
Indonesia, kata Dr. Ari
Regulasi domestik masing-masing
negara ASEAN masih menjadi benteng
pasar bebas di bidang kesehatan. Dr. Ari
mengatakan keluar masuk dokter asing tak
perlu tergesa-gesa karena perlu waktu yang
lama untuk mencapai titik temu. Saat ini,
pembahasan AFTA di bidang kesehatan
adalah bagaimana melakukan harmonisasi
sistem pendidikan dan regulasi yang
berlaku di setiap negara. Tiap negara menghargai perbedaan dan memperkuat persamaan. Lambat laun globalisasi di sektor
kesehatan tak terelakkan, dengan demikian
untuk menjawab tantangan global ini seluruh stakeholder baik pemerintah, institusi
kesehatan dan profesi kedokteran mendorong terbentuknya sistem kesehatan
yang baik dan dokter dituntut selalu
meningkatkan kompetensinya agar dapat
menjadi tuan rumah di negeri sendiri. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

35

KABAR PAPDI

Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI:

Kesehatan Remaja,
Bukan Sekadar Batas Yuridis
Tentu ini, tidak bisa diambil garis lurus batasan
usia 18 tahun. Karena disini ada unsur biologis
yang tidak bisa dibatasi oleh sekadar usia.
Batas usia dewaa ada batas usia yuridis dan
batas usia biologis. Karenanya ada intersepsi
antara anak dan dewasa.

36

Halo INTERNIS Edisi September 2015

im Adhoc Adolescent dibentuk sebagai salah satu amanat Kongres


Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI)
2012 lalu di Medan. Sebab, sebelumnya,
dibeberapa daerah ada dokter dari ilmu
kesehatan anak atau pediatik melakukan
upaya ambil alih pasien berusia 14 18
tahun yang biasa dirawat oleh dokter penyakit dalam. praktek. Alasannya, dokter
anak beralibi bahwa upaya yang dilakukan
sesuai dengan aturan hukum yang berlaku

KABAR PAPDI
di negeri ini. Sebagian besar UndangUndang mematok batas usia anak dan
dewasa adalah umur 18 tahun. Menurut
sejawat pediatrik tersebut, pasien berusia di
bawah 18 tahun menjadi domainnya dokter
kesehatan anak. Namun pada praktek
seharihari, pasien berusia 14 18 tahun
lebih banyak ditangani oleh dokter penyakit
dalam. Gesekan antar sejawat pun tak terelakkan.
KOPAPDI 2012 memutuskan dibentuk
tim adhoc untuk mengantisipasi upaya dari
beberapa pediatrick merambah ke pasien
berusia 18 tahun, yang selama ini dirawat
oleh internis. Di beberapa daerah hal ini
sampai menimbulkan gesekan sesama dokter, kata anggota Tim Adhoc Adolescent PB
PAPDI DR.Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD,
K-P, FINASIM, FCCP pada Rakernas PB
PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI,
Februari 2015 lalu.
Menurut Dr. Arto, sikap sejawat pediatrik
ini semata-mata didasari oleh aturan hukum
yang berlaku, tanpa mempertimbangkan
faktor faktor lain seperti biologis, pskologis
dan lain-lain. Padahal, tambahnya, secara
tradisional yang berlaku di rumah sakit selama ini batas usia pasien anak-anak 14
tahun. Managemen rumah sakit pun keberatan bila batas usia anak-anak menjadi 18
tahun, karena pihak rumah sakit mesti mengubah infrastruktur layanan kesehatan anak
yang memerlukan tambahan biaya yang tak
sedikit. Misalnya soal ranjang, bila pasien
usia 17 tahun diambil pediatrik maka ranjang di bagian rawat inap pediatrik mesti
diubah,katanya

Antara Yuridisi dan


Biologis
Dokter biasa berkutat dengan guideline,
tapi tidak dengan Tim Adhoc Adolescent.
Tim yang diketuai DR. Dr. Aru W. Sudoyo,
SpPD,K-HOM, FINASIM, FACP ini harus
membedah hukum-hukum formal yang
mengatur usia anak dan dewasa. Mulai dari
undang-undang peninggalan Belanda,
hukum Islam, produk hukum yang berlaku
saat ini hingga aturan WHO dan beberapa
negara maju ditelaah satu per satu untuk
mendapatkan benang merah batas usia
anak dan dewasa.
Hasilnya, lanjut Dr. Arto, sedikitnya ada
14 undang-undang yang mengelompokan

Dr. Aru W. Sudoyo Ketua Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI.

usia anak dan dewasa. Batasan usia


dipakai cukup beragam, diangka 17, 18 dan
21 tahun. Sedangkan dalam hukum Islam,
batasan usianya 15 tahun atau telah akil
baliq. Bahkan ada yang menggunakan
batas anak dan dewasa dari status nikah.
Tim membuka aturan main tentang usia,
banyak undang-undang yang memakai
batasan usia, tutur Dr. Arto yang juga Ketua
PAPDI Cabang Jawa Barat.
Ahli Pulmonogi Rumah Sakit Hasan
Sadikin ini mengatakan produk hukum yang
ada di Indonesia mulai tahun 1948 hingga
2012 umumnya mematok angka 18 tahun
sebagai batas usia anak-dewasa. Namun ia

menegaskan, masa peralihan dari anakanak ke dewasa tidak bisa dilihat dari faktor
usia. Ada faktor biologis yang juga mempengaruhi seseorang tumbuh dewasa. Batas
usia dewasa, ada batas yuridis dan biologis.
Jadi, dari anak ke dewasa tentu tidak bisa
diambil garis lurus berdasarkan usia 18
tahun, katanya.

Kesehatan Remaja
Hak Siapa?
Menurut Dr. Arto, antara usia anak dan
dewasa, ada intersepsi yang biasa disebut
remaja. Kementerian Kesehatan RI tahun

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

37

KABAR PAPDI

DR.Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP.

2006 menyatakan batas usia remaja 12 19


tahun. Sedangkan Badan Kesehatan Dunia
(WHO) memberi batasan usia remaja
antara 10 19 tahun. Meski secara de jure
pasien remaja masuk ranahnya ilmu kesehatan anak, namun secara de facto di

rumah sakit pasien remaja berusia di atas


14 tahun selama ini ditangani oleh internis,.
Lantas pasien remaja wewenang siapa?
Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI mengirim surat ke Dirjen Bina Upaya Kesehatan
(BUK) dan Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan

Ibu dan Anak (GIKIA) mengenai adolescent


medicine. Selanjutnya, tim ini memfasilitasi
pertemuan PB PAPDI dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Spesialis Anak Indonesia
(PB IDAI). Hasilnya, disetujui upaya bersama membentuk tim dalam mengelola ado-

Kronologis Upaya Yang Dilakukan


Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI
1. PB PAPDI telah berkirim surat pada 16 Juni 2014 mengenani adolescent medicine yang ditembuskan ke Dirjen Bina Upaya
Kesehatan (BUK) Kemenkes dan Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (GIKIA) Kemenkes RI
2. Pada 8 agustus 2014 dilakukan pertemuan PB PAPDI dengan PB IDAI. Hasilnya, disetujui upaya bersama untuk membentuk tim
dalam mengelola usia adolesecent
3. Merespon surat PB PAPDI, pada 29 September 2014 Kemenkes mengundang PB PAPDI, PB IDAI, Satgas Ketua Himpunan
Psikologi Indonesia wilayah DKI Jakarta Raya untuk membahas pelayanan kesehatan remaja. Hasilnya antara lain :, Kemenkes
menyetujui untuk membentuk POKJA Bersama Kesehatan Remaja dan Dirjen BUK Kemenkes menjanjikan akan mengeluarkan
Permenkes tentang Kesehatan Remaja yang akan dikelola bersama terdiri dari PAPDI, IDAI, POGI dan Psikiatrik (PDSKJI).
4. Pada 19 November 2014 diiselenggarakan pertemuan untuk menyusun Permenkes Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di
Hotel The Park lane Jakarta. Hasilnya antara lain:
Tidak lagi mempermasalahkan batasan umur 18 tahun sebagai batas anak dan dewasa
menitikberatkan usia remaja 10 18 tahun harus ditatalaksana secara terpadu
akan diatur bahwa disetiap fasyankes harus dibentuk tim terpadu tatalaksana remaja yang terdiri dari minimal pelayanan kesehatan anak, penyakit dalam, kesehatan jiwa/psikologis dan obgyn.
Di tiap fasyankes harus dibentuk Klinik Terpadu Remaja yang ditatalaksana secara terpadu
Untuk remaja dini yaitu 10 -14 tahun ditatalaksana oleh ilmu kesehatan anak. Sedangkan usia remaja tengah dan lanjut (di
atas 14 tahun) harus ditatalaksana secara terpadu oleh tim tatalaksana remaja terpadu tersebut

38

Halo INTERNIS Edisi September 2015

KABAR PAPDI
lescent medicine. Di sini diketahui, PB IDAI
sendiri belum menetapkan batasan usia
anak dan dewasa adalah 18 tahun.
Kementerian Kesehatan RI pun turun tangan. Melalui Dirjen BUK Kemenkes, pada
29 September 2014 diadakan pertemuan
antara PB PAPDI, PB IDAI, Satgas Ketua
Himpunan Psokologi Indonesia wilayah DKI
Jakarta Raya yang membahas kesehatan
remaja. Hasilnya, Kemenkes menyetujui dibentuk Pokja Bersama mengenai kesehatan remaja, dan Dirjen BUK menjanjikan
akan menerbitkan Permenkes tentang
kesehatan remaja yang akan dikelola
bersama oleh PAPDI, IDAI, POGI dan
PDSKJI. Kesehatan remaja cukup kompleks, bukan melulu masalah usia, tapi juga
masalah biologis, psikologi remaja dan lainlain, kata Dr. Arto.
Dirjen BUK Kemenkes menepati janji
soal Permenkes Kesehatan Remaja. Pada
19 November 2014 kembali diadakan pertemuan untuk menyusun Permenkes Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Hotel
The Park lane Jakarta. Pertemuan memutuskan, tidak lagi mempermasalahkan batasan umur 18 tahun sebagai batas anak
dan dewasa, menitikberatkan rentang usia
remaja yaitu 10 18 tahun dan harus ditatalaksana kesehatan remaja dikelola bersama-sama secara terpadu, akan diatur bahwa di setiap fasyankes harus dibentuk tim
terpadu tatalaksana remaja yang terdiri dari
minimal pelayanan kesehatan anak, penyakit dalam, kesehatan jiwa/psikologis dan
obgyn. Tidak terjadi perubahan usia anak
dewasa. Pasien usia 14 tahun tetap bisa dipegang oleh internis tapi dengan aturan tertentu, katanya.
Kerja Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI
tak berhenti sampai disini. Tugas selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan kompetensi adolescent health para internis. Bersama PAPDI dan Kolegium IPD merancang
kurikulum kesehatan remaja dengan melibatkan semua disiplin ilmu penyakit dalam
dan bagaimana menyampaikan kurikulum
tersebut terhadap internis baru dan senior.
Kemudian, mesti ditentukan apakah ilmu
kesehatan remaja ini akan disisipkan ke dalam salah satu divisi yang telah ada atau dibuat divisi sendiri, seperti divisi tumbuh
kembang pada departemen Ilmu Kesehatan
Anak. (HI)

Undang-Undang Berkaitan dengan


Batasan Umur Anak dan dewasa
1. Burgelijk Wetboek (BW): genap 21 tahun atau sudah menikah;
2. Hukum Islam: umur 15 tahun atau sudah mimpi basah bagi laki-laki
dan menstruasi bagi perempuan (Al-Hadits/mazhab Syafii dan
Hambali);
3. UU nomor 27 tahun 1948 tentang DPR: 18 tahun;
4. UU nomor 7 tahun 1953 tentang Pemilihan Anggota Konstituante dan
Angota DPR: 18 tahun/sudah kawin;
5. UU nomor 29 tahun 1954 tentang Pertahanan Negara RI: 18 tahun;
6. UU nomor 19 tahun 1955 tentang Pemilihan Anggota DPRD: 18
tahun/sudah kawin;
7. UU nomor 66 tahun 1956 tentang Wajib Militer: 18 tahun/sudah kawin;
8. UU nomor 9 tahun 1964 tentang Gerakan Sukarelawan Indonesia: 18
tahun;
9. UU nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan: 18 tahun;
10. UU nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia: 18 tahun;
11. UU nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak:18 tahun;
12. UU nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan: > 18 tahun;
13. UU nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris: 18 tahun atau
sudah menikah;
14. UU nomor 21 tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang:
18 tahun;
15. UU nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik: 17 tahun atau
sudah/pernah kawin;
16. UU nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum: 17 tahun atau
sudah/pernah kawin;
17. UU nomor 11 tahun 2012 tentang Sistim Peradilan Pidana Anak: 18
tahun.
18. UU Kesehatan no 36 thn 2009 (pasal 131) : Upaya pemeliharaan
kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan,
dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas)
tahun.
19. UU Kesehatan Anak No 25 tahun 2012 juga diangka 18

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

39

KABAR PAPDI

PNPK dan PPK PB PAPDI:

Panduan Standar

Pelayanan Penyakit Dalam


PPK dan clinical pathway PAPDI sebagai referensi guna membantu pembuatan PPK dan
clinical pathway di rumah sakit masing-masing. Keduanya bersifat hospital specific.
Boleh jadi antar rumah sakit tidak sama.

B PAPDI telah menerbitkan panduan


Standar Pelayanan Kedokteran.
Standar ini merupakan amanat
Undang-Undang No 29 tahun 2014
mengatakan bahwa dokter dalam menyelenggarakan praktik kedokteran harus

mengikuti Standar Pelayanan Kedokteran


(SPK). Seperti apa SPK? Kemenkes RI
melalui Permenkes 1438/2010 mengimplementasikan standar yang dimaksud UUPK
dalam
bentuk
Pedoman
Nasional
Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan Standar

Dr. Muhadi SpPD, FINASIM saat Rakernas PAPDI.

40

Halo INTERNIS Edisi September 2015

Prosedur Operasional (SPO) pelayanan


kedokteran.
PNPK merupakan standar pelayanan
kedokteran skala nasional yang dibuat oleh
organisasi profesi yang kemudian disahkan
oleh Kementerian Kesehatan RI. PNPK ini
akan dikukuhkan dengan Kepmenkes.
Sementara SOP pelayanan kedokteran disusun dalam bentuk Panduan Praktik Klinik
(PPK) oleh staf medis yang dikoordinir oleh
Komiter Medik rumah sakit setempat. PPK
ini ditetapkan oleh Pimpinan Pelayanan
kesehatan (Fasyankes). Dokter mesti
memahami standar pelayanan kedokteran
ini, kata Dr. Muhadi SpPD, FINASIM ketika
memaparkan PNPK dan PPK PB PAPDI
pada Rakernas PB PAPDI dan Seluruh

KABAR PAPDI

Dr. Muhadi SpPD, FINASIM.

Cabang PAPDI, akhir Februari 2015 lalu.


Kemenkes meminta perhimpunan profesi kedokteran, termasuk PAPDI, membuat
PNPK. PB PAPDI, kata Dr. Muhadi, telah
menerbitkan lima PNPK yang kemudian diserahkan kepada Kementerian Kesehatan
RI, yaitu PNPK HIV/AIDS, Tuberkulosis,
Sepsis, Diabetes Melitus, dan Gagal Ginjal
tahap Akhir. PNPK HIV/AIDS dan PNPK
Tuberkulosis diterbitkan pada tahun 2010,
sedangkan PNPK Sepsis, Diabetes Mellitus,
dan Gagal Ginjal Kronik telah diserahkan
ke Kemenkes di tahun 2014. PNPK PAPDI
telah dibagikan ke beberapa sejawat di
cabang. Saat ini panduan itu berada di
Kemenkes menunggu PNPK profesi lain,
kemudian dicetak, ujarnya.
PNPK menjadi acuan membuat
Panduan Praktik Klinis. PNPK diterjemahkan oleh tim medis rumah sakit
setempat sesuai dengan sarana dan fasiltas
yang dimiliki rumah sakit menjadi Panduan
Praktik Klinis. PPK seyogyanya mengandung pengertian, anamnesis, pemeriksaan
fisik, kriteria diagnosis, diagnosis banding,
pemeriksaan penunjang, terapi, edukasi,
progonosis, kepustakaan. Dan PPK dapat
pula dilengkapi dengan clinical pathway,
algoritme, protocol, prosedur dan standing
order yang disesuaikan dengan kondisi
rumah sakit tersebut. PPK dapat dibuat
lengkap, bisa pula tidak, katanya

Meski merujuk dari PNPK yang sama,


PPK yang dipakai di masing-masing rumah
sakit bisa sama bisa pula berbeda.
Pasalnya, Dr. Muhadi menjelaskan PPK di
suatu rumah sakit harus sesuai dengan
sarana dan fasilitas kesehatan rumah sakit
tersebut. Misalnya, PPK untuk DBD
(Demam Berdarah Dengue) tanpa syok,
mungkin bersifat sama, di rumah sakit tipe
A,B,C,dan D. tapi PPK untuk PJB (Penyakit
Jantung Bawaan) bisa jadi berbeda meski
tipe rumah sakitnya sama-sama tipe A.
PPK suatu penyakit di tiap-tiap rumah sakit
memungkinkan berbeda. Hal ini tergantung
dari kondisi rumah sakit setempat. PPK
bersifat hospital specific, tegasnya.

PPK dan Clinical


Pathway Versi PAPDI
Seperti halnya PNPK, PB PAPDI juga
menyusun dan menerbitkan PPK PAPDI
dan clinical pathway (CP). Namun kedua
standar klinis ini bertujuan membantu internis dalam menyusun PPK dan clinical pathway di rumah sakit tempat sejawat praktik.
Sejawat dapat mengambil bagian-bagian
dari PPK PAPDI dan clinical pathway PAPDI
yang kemudian dikembangkan sesuai dengan sumber daya manusia, sarana dan
fasilitas medis yang dimiliki rumah sakit.
Buku PPK dan clinical pathway yang dibu-

at PB PAPDI hanya sebagai panduan.


Sejawat bisa mengambil dan memodifikasi
sesuai kondisi rumah sakit, ujar Dr. Muhadi.
Untuk itu, Dr. Muhadi menegaskan
dalam panduan standar pelayanan kedokteran yang dibuat PB PAPDI dicantumkan
disclaimer yang menyatakan bahwa standar
pelayanan kedokteran yang dibuat PB
PAPDI hanya sebagai panduan atau referensi, guna membantu pembuatan PPK dan
clinical pathway di rumah sakit yang disesuaikan dengan kondisi rumah sakit masing-masing. Panduan ini bukan untuk
menggantikan adjustment klinis sejawat.
Mesti dicantumkan disclaimer ujarnya
PPK boleh dilengkapi dengan clinical
pathway, boleh tidak. Karena tidak semua
penyakit harus dibuat clinical pathway-nya,
sebab clinical pathway akan terasa lebih
efektif dan efisen pada kasus-kasus yang
predictable, seperti kasus-kasus yang ditangani dokter bedah. Sementara pembuatan
clinical pathway akan lebih sulit pada kasuskasus multipatologi seperti yang biasa ditangani dokter penyakit dalam dan dokter anak.
Clinical pathway lebih mudah dibuat untuk
kasus-kasus yang ditangani oleh dokter yang
memegang pisau. Tapi sulit dibuat pada
kasus-kasus yang kompleks, tuturnya.
Sejatinya pembuatan clinical pathway
bertujuan untuk kendali mutu bukan kendali
biaya. Namun clinical pathway dapat digunakan menentukan besarnay tiap-tiap unit
cost. Dengan demikian, belakangan ini, clinical pathway lebih besar perannya sebagai
kendali biaya. Pihak rumah sakit membuat
clinical pathway dengan mempertimbangkan besarnya tarif INA CBGs. Padahal, clinical pathway bersifat patient oriented bukan
mengikuti INA CBGs atau SOP tertentu.
Saat ini tiap rumah sakit mengejar agar
dibuatkan clinical pathway untuk mengetahui besarnya biaya tiap unit. Lalu dibandingkan dengan tarif INA CBGs, apakah kurang atau lebih? ungkap staf Divisi Kardiologi RSCM/FKUI ini.
Clinical pathway dibuat oleh tim medis di
suatu rumah sakit berdasarkan evidence
base. bila ada perbedaan unit cost antara
tarif berdasarkan INA CBGs dengan clinical
pathway maka hal tersebut menjadi masukan kepada pihak berwenang (Kemenkered) agar merevisi tarif INA CBGs tersebut,
ujar Dr. Muhadi menutup presentasi pada
sesi tersebut. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

41

KABAR PAPDI

KONKER XIII PB PAPDI, Yogyakarta:

Tantangan Baru

di Era JKN dan Globalisasi

onferensi Kerja XIII Pengurus Besar


Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KONKER
PB PAPDI) menghasilkan berbagai
kebijakan strategis organisasi. Acara ini diselenggarakan di Hotel Sheraton Mustika
Yogyakarta, 27 30 November 2014 lalu
dengan dua kegiatan besar, yaitu sidang
organisasi dan simposium ilmiah. KONKER
kali ini mengusung tema Peran PAPDI dalam Menghadapi Era Jaminan Kesehatan
Nasional(JKN) 2014 dan Asean Economic
Community (AEC) 2015.
Gubernur DI Yogyakarta, dalam hal ini
diwakili oleh Sulistiono, Asisten Bidang
Pemerintahan DI Yogyakarta berkesempatan membuka dan meresmikan KONKER
XIII ini. Peresmian ditandai dengan pemukulan gong oleh perwakilan Gubernur yang
didampingi Ketua Umum PB PAPDI Prof.
DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM,
FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCPT,
Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally A.
Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP,
Ketua PAPDI Cabang Yogyakarta Dr. Ibnu
Purwanto. SpPD, K-HOM, FINASIM, Ketua
Pelaksana KONKER XIII Dr. Heru Prasanto,
SpPD, K-GH, FINASIM, beserta Ketua IDI
Wilayah Yogyakarta.
Gubernur DI Yogyakarta dalam sambutannya mengatakan pemerintah daerah
sangat mendukung KONKER XIII ini. Ia
mengatakan, acara ini sebagai ajang pertemuan para internis dalam rangka meningkatkan kompetensi keilmuan dokter spesialis penyakit dalam. Dengan begitu para
dokter dapat memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat. Hal ini sejalan dengan program pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang
sehat.
Dokter diharapkan selalu mengupdate

42

Jumlah penduduk negeri ini yang besar, menjadi


pasar yang menggiurkan bagi dokter asing.
Ke depan masyarakat akan menilai dokter dari
kompetensinya. Untuk itu, dokter Indonesia diharapkan selalu meningkatkan kemampuannya agar
dapat bersaing, Gubernur DI Yogyakarta Sri
Sultan Hamengkubowono X.
kompetensinya. Indonesia akan menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),
dimana akan terjadi persaingan yang ketat.
Dokter asing akan leluasa membuka praktik
di Indonesia. Bahkan saat ini, banyak mahasiswa asing yang belajar ilmu kedokteran di
Indonesia. Mereka akan fasih berbahasa
Indonesia, yang pada akhirnya praktik di

Halo INTERNIS Edisi September 2015

Indonesia. Jumlah penduduk negeri ini


yang besar menjadi pasar yang menggiurkan bagi dokter asing. Ke depan
masyarakat akan menilai dokter dari kompetensinya. Untuk itu, dokter Indonesia diharapkan selalu meningkatkan kemampuannya agar dapat bersaing,kata Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubu-

Pemukulan Gong oleh perwakilan Gubernur DIY membuka Konker XIII PB PAPDI.

KABAR PAPDI
wono X dalam paparanya yang dibacakan
Asisten Bidang Pemerintahan Sulistiono.
Hal senada disampaikan Ketua Umum
PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, KKV, FINASIM, FACC. FESC, FAPSIC,
FACP, FRCPT. Ia mengatakan, PB PAPDI
sangat serius soal peningkatan kompetensi
anggotanya. Bahkan PB PAPDI, katanya,
aktif membina dokter umum sebagai lini terdepan layanan kesehatan di masyarakat.
Meningkatkan kemampuan para dokter
melalui kegiatan yang bersifat continuing
professionalism development (CPD ) merupakan salah satu misi PB PAPDI, katanya.
Terkait dokter asing, Prof. Idrus mengatakan, PB PAPDI mengikuti Ikatan Dokter
Indonesia, induk organisasi kedokteran. IDI
menolak dokter asing yang melakukan praktik di Indonesia. Dokter asing boleh masuk,
hanya untuk transfer pengetahuan yang
diundang oleh institusi resmi dengan waktu
yang dibatasi. Dokter asing dalam bekerja
tidak menempati jabatan strategis. telah
menentukan sikap. Selain itu, PB PAPDI
menambahkan, dokter asing yang ingin
praktik harus memenuhi regulasi domestik,
menjalani adaptasi oleh kolegium dan fasih
berbahasa Indonesia yang diakui oleh lembaga bahasa yang kredibel.
PB PAPDI mendukung Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan.
Menurut Prof. Idrus, program ini sesuai dengan konsep PAPDI mengenai layanan kesehatan berjenjang, layanan primer, sekunder

dan tersier. Namun, tambahnya, PB PAPDI


selalu mengawal dan mengevaluasi SJSN,
agar tatanan kesehatan yang baru ini dapat
berlangsung dengan baik dan tidak merugikan internis. Sistem ini berbasis asuransi sosial. Suatu upaya yang baik, agar layanan kesehatan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat, ujarnya.
Pada era SJSN, layanan kesehatan
primer menjadi garda terdepan. Nantinya,
sistem kesehatan berbasis asuransi lebih
banyak mengelola upaya promotif dan preventif, di samping kuratif. Saat ini lebih
banyak upaya kuratif dibanding preventif
dan promotif. Tenaga penyuluhan belum
difasilitasi dengan baik. Di luar negeri,
upaya preventif lebih diperhatikan oleh
provider kesehatan, baik pemerintah maupun asuransi, karena lebih menguntungkan,
cost kesehatan lebih rendah, dan kesehatan
rakyat lebih baik, kata Dr. Heru Prasanto,
SpPD, K-GH, FINASIM.

Berbenah Menghadapi
Era JKN dan Globalisasi
Konker PAPDI merupakan kegiatan
organisasi yang rutin diselenggarakan sekurang-kurangnya tiga tahun sekali. Hampir
200 peserta sidang, meliputi pengurus PB
PAPDI, delegasi 36 Cabang PAPDI, dan
pengurus KIPD, hadir pada KONKER XIII
ini. Mereka membahas berbagai isu baik
internal maupun eksternal organisasi, terkait

Jaminan Kesehatan Nasional, Masyarakat


Ekonomi ASEAN 2015 dan gratifikasi. Peserta sidang akan dibagi lima kelompok
sidang komisi. Setiap komisi diwakili oleh
pengurus cabang dan pengurus PB PAPDI
Konker ini akan menggodok isu-isu
strategis terkait kebijakan pemerintah mengenai kesehatan. Mengevaluasi programprogram yang telah ditetapkan dalam renstra serta pembenahan pada organisasi
PAPDI dalam memasuki era globalisasi.
Kesepakatan yang dihasilkan pada Konker
kali ini akan menjadi acuan serta pegangan
untuk kepengurusan PB PAPDI dan PAPDI
cabang pada periode kepengurusan berikutnya, kata Prof. Idrus Alwi.
PAPDI Cabang Yogyakarta terpilih menjadi tuan rumah pada KOPAPDI XV Medan
2012 lalu. Menurut Dr. Ibnu Purwanto,
SpPD, K-HOM, FINASIM acara ini dihadiri
lebih dari 1000 peserta. Selain sidang
organisasi dan simposium ilmiah, panitia
juga mengadakan lomba poster ilmiah dan
Ladies Program untuk para pendamping
dengan mengunjungi tempat wisata disekitar Yogyakarta. Ini suatu kehormatan bagi
kami dipercaya oleh sejawat untuk menyelenggarakan KONKER ini. Semua berkolaborasi baik pengurus cabang, anggota dan
PPDS ilmu penyakit dalam FK UGM/RS UP
Dr. Sardjito Yogyakarta mensukseskan
KONKER ini, kata Dr. Ibnu Purwanto,
SpPD, K-HOM, FINASIM
(HI)

Suasana Konker XIII PB PAPDI.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

43

KABAR PAPDI

KPK: Gratifikasi,

Kenali dan Hindari


G

Dokter PNS rentan terjebak gratifikasi.


Penting bagi mereka
mengenali bentuk-bentuk gratifikasi

erah! Begitu kata Dr. Ari dengan


geram mengomentari maraknya
pemberitaan gratifikasi di kalangan
dokter. Ia mengatakan pemberitaan
tersebut tendensius memojok profesi dokter
oleh kelompok media tertentu. Pemberitaan
kedekatan perusahaan farmasi dengan dokter tidak didasari oleh fakta-fakta yang kuat.
Kongkolingkong dokter farmasi seolaholah dilakuan oleh semua dokter, padahal
dokter sendiri dalam praktik memiliki kode
etik kedokteran, tidak dipengaruhi perusahaan farmasi. Pemberitaan ini dilakukan

oleh kelompok media tertentu, dan tidak


sesuai fakta, sergah DR. Dr. Ari Fahrial
Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB,
FACP, internis yang juga aktif mengisi kolom
kesehatan di berbagai media.
Hal tersebut disampaikan dr. Ari ketika
menjadi moderator seminar di sela-sela
sidang organisasi Konferensi Kerja XIII
PAPDI di Hotel Sheraton Mustika, Yogyakarta November 2014 lalu. Pada seminar
tersebut, panitia mengundang pembicara
dari Komisi Pemberantasan Korupsi Direktur Gratifikasi Giri Suprapdiono, Kemenkes

Direktur Gratifikasi KPK Giri Suprapdiono saat KONKER XIII PAPDI.

44

Halo INTERNIS Edisi September 2015

KABAR PAPDI

Diskusi peserta KONKER dengan Direktur Gratifikasi KPK Giri Suprapdiono saat KONKER XIII PAPDI.z

RI Dr. Dewi Indah Yuniati staf Tim Teknis


INA CBGs, dan Dr. Tri Nugroho, MQIH, Kepala Bidang Pendayagunaan SDM Kesehatan Luar Negeri Badan PPSDM Kemenkes RI.
Praktik gratifikasi di kalangan dokter
menarik perhatian peserta sidang. Menurut
Giri Suprapdiono, pemberian sesuatu oleh
perusahaan obat atau alat kesehatan kepada dokter dapat dikategorikan gratifikasi.
Pemberian tersebut terkait dengan praktik
pemasaran obat, dimana dokter meresepkan obat dari perusahaan obat yang telah
memberinya. Pemberian fee baik berupa
discount khusus maupun fasilitas lain seperti jalan-jalan ke luar negeri, biaya dan akomodasi seminar merupakan bentuk gratifikasi dan dapat dikategorikan tindakan
korupsi. Pasalnya, gratifikasi perusahaan
farmasi kepada dokter baik secara langsung
maupun tidak langsung akan mempengaruhi keputusan dokter untuk memberikan
resep atau alat kesehatan produksi perusahan yang telah menjalin kerjasama dengan
dokter, kata Giri.
Hal tersebut, lanjut Giri, sudah diatur
dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Korupsi. Berdasarkan
Undang-Undang tersebut, sumbangan bisa
saja masuk kategori gratifikasi. Setiap gratifikasi kepada PNS atau penyelenggara
negara dianggap korupsi, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.

Penerima gratifikasi, kata Giri, sesuai


Pasal 12B UU No. 20/2001, dihukum pidana
seumur hidup, atau pidana paling singkat 4
tahun dan pidana denda paling sedikit dua
ratus juta rupiah dan paling banyak Rp1
Milyar. Kecuali, apabila penerima gratifikasi
melaporkannya ke KPK dalam waktu 30 hari
setelah diterimanya gratifikasi.
Menurut Pasal 16 UU Nomor 30/2002
tentang KPK, PNS yang menerima gratifikasi mesti melaporkan ke KPK. Penerima
gratifikasi wajib melaporkan kepada KPK
paling lambat 30 hari kerja sejak tanggal
penerimaan. Selanjutnya, KPK menganalisis gratifikasi tersebut dengan cara meminta
keterangan yang bersangkutan.
Dalam pasal 17 ayat 1 UU Nomor
30/2002, KPK mempunyai waktu paling
lama 30 hari kerja sejak menerima laporan
untuk menetapkan status kepemilikan gratifikasi disertai pertimbangan. Keputusan
pimpinan KPK itu bisa berupa penetapan
status kepemilikan gratifikasi bagi penerima
atau menjadi milik negara. Setelah penetapan, KPK wajib menyerahkan putusan status kepemilikan gratifikasi tersebut kepada
penerima paling lambat tujuh hari kerja.
Dokter kerap terlibat dalam pemasaran
suatu obat. Bahkan ada dokter dijadikan
ujung tombak pemasaran obat-obatan dari
perusahaan farmasi tertentu. Kerjasama
spesial dokter-perusahaan farmasi mengarahkan dokter untuk memberikan resep
sesuai dengan perusahaan farmasi tertentu.

Dokter pegawai negeri sipil (PNS) rentan


terjebak praktik gratifikasi yang kebanyakan mereka tidak menyadari apa yang
dilakukan tergolong suap. Padahal, Kemenkes telah menerbitkan Permenkes tentang
Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan
Kemenkes RI. Penting mengenali bentukbentuk gratifikasi, dan hindari, ujar memberi tips.
Sementara pembicara lain, Dr. Dewi
Indah Yuniati staf Tim Teknis INA CBGs
mengatakan tarif INA CBGs mengubah
cara pandang perilaku rumah sakit dalam
memberi pelayanan kesehatan pada
pasien. Dengan sistem ini rumah sakit dituntut mampu melakukan efisiensi dan
meningkatkan mutu pelayanan. Ia mengatakan perlu adanya revisi tarif INA CBGs
dengan melibatkan organisasi profesi
seperti PAPDI.
Sedangkan Dr. Tri Nugroho, MQIH,
Kepala Bidang Pendayagunaan SDM
Kesehatan Luar Negeri Badan PPSDM
Kemenkes RI mengatakan sampai saat ini
belum memberi izin dokter asing berpraktik
mandiri di Indonesia. Proses keluar masuk
dokter asing ke suatu negara perlu waktu
yang panjang. Hal tersebut terkait dengan
regulasi domestik masing-masing negara
yang cenderung membentengi masuknya
dokter asing. Para dokter saat ini tenangtenang saja, karena Kemenkes sebagai regulator domestik memperketat syarat dokter
asing, katanya. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

45

KABAR PAPDI

Sidang Organisasi PAPDI:

Siap Menyongsong Era

JKN dan Globalisasi


Isu gratifikasi menjadi pembicaraan hangat
selain, SJSN dan MEA 2015. Dokter kerap
tidak mengenali bentuk gratifikasi. KONKER
kali ini mengamanahkan dibentuknya Tim
Adhoc Gratifikasi.

umat, dini hari, Ballroom Hotel


Sheraton Mustika, Yogyakarta masih
tampak riuh. Rasa kantuk hilang
berganti perdebatan. Diskusi panjang, silang pendapat tak terelakan. Mereka
adalah peserta rapat Konferensi Kerja
PAPDI XIII yang berasal dari delegasi 36
Cabang PAPDI, pengurus PB PAPDI dan
KIPD. Para internis urun rembug untuk satu
tujuan: menghasilkan keputusan terbaik
bagi PAPDI dan KIPD.
Sidang organisasi merupakan agenda
utama KONKER PAPDI. Rapat organisasi

ini membahas berbagai persoalan yang


terkait dengan PAPDI baik internal maupun
eksternal organisasi. Program kerja PB
PAPDI dan KIPD yang telah berjalan di evaluasi dan dibenahi. Isu gratifikasi menarik
perhatian serius peserta sidang, selain
SJSN dan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
KONKER ini menggodok isu-isu strategis terkait kebijakan pemerintah mengenai
kesehatan. Mengevaluasi program-program
yang telah ditetapkan dalam renstra serta
pembenahan pada organisasi PAPDI dalam
memasuki era globalisasi. Kesepakatan

Suasana sidang organisasi saat KONKER XIII PAPDI.

46

Halo INTERNIS Edisi September 2015

yang dihasilkan pada Konker kali ini akan


menjadi acuan serta pegangan untuk kepengurusan PB PAPDI dan PAPDI cabang
pada periode kepengurusan berikutnya,
kata Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,

KABAR PAPDI
Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP;
Komisi 3: Bidang Pengembangan Profesi
(P2KB/CPD, CME online, EIMED, Roadshow, dan FINASIM), dipimpin oleh DR. Dr.
Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM,
MMB, FACP; Komisi 4: Pendidikan Sp1, dipimpin oleh Dr. IGP. Suka Aryana SpPD, KGER, FINASIM dan Komisi 5: Pendidikan
Sp2 dipimpin oleh DR. Dr. Zulkhair Ali, SpPD,
K-GH, FINASIM.
Banyak hal yang menarik dibahas, namun
isu gratifikasi menjadi perbicaraan hangat
pada KONKER XIII. Hal itu dipicu oleh maraknya pemberitaan kerjasama dokter dan
farmasi yang disinyalir suap. Permenkes
No 14 tahun 2014 tentang Pengendalian
Gratifikasi telah mengatur praktik gratifikasi di
lingkungan Kementerian Kesehatan RI, namun kebanyakan dokter tidak mengenali mana gratifikasi, mana bukan. Akhirnya, terkait

Suasana diskusi peserta saat sidang organisasi pada KONKER XIII PAPDI.

FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP,


FRCPT, Ketua Umum PB PAPDI periode
2012 2015.
KONKER XIII Yogyakarta diawali dengan
sidang pleno yang dipimpin oleh Sekretaris
Jenderal PB PAPDI Dr. Sally Aman
Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP dan
Sekretaris KIPD Dr. Irsan Hasan SpPD, KGEH, FINASIM. Sidang pleno pertama
mengagendakan paparan dari Ketua Umum
PB PAPDI, Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,
K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC,
FACP, FRCPT dan Ketua Harian KIPD Prof.
DR. DR. Siti Setiati, SpPD, K-GER,
FINASIM. Pimpinan sidang membacakan

tata tertib sidang organisasi dan mengatur


jalannya sidang pleno.
Selanjutnya, sidang organsisi dilanjutkan
dengan rapat komisi. Peserta sidang dibagi
menjadi lima komisi yang terdiri dari pengurus cabang dan PB PAPDI. Rapat komisi
membahas isu-isu terkait yang telah disepakati yang akan diputuskan dalam sidang pleno selanjutnya. Komisi yang dibentuk yaitu,
Komisi 1: Bidang Organisasi dan Advokasi
yang dipmpin oleh Dr. Tunggul D. Situmorang, SpPD, K-GH, FINASIM; Komisi 2: Kemitraan dan Kerjasama, Humas, Publikasi
dan Pengabdian Masyarakat Serta Etik dan
Medikolegal, dipimpin oleh Dr. Ika Prasetya

gratifikasi, KONKER XIII memutuskan untuk


dibentuk Tim Adhoc Gratifikasi PB PAPDI.
Keputusan lain diantaranya, calon tuan
rumah KOPAPDI dan KONKER mendatang.
Calon tuan rumah KOPAPDI 2018 adalah
PAPDI Cabang Semarang, PAPDI Cabang
Surakarta, PAPDI Cabang Makassar dan
PAPDI Cabang Surabaya. Sedangkan tuan
rumah KONKER 2017 adalah PAPDI Cabang Malang, PAPDI Cabang Cirebon, dan
PAPDI Cabang Tanah Papua. Siapa yang
terpilih menjadi tuan rumah perhelatan
PAPDI mendatang, akan ditentukan pada
KOPAPDI XVI di Bandung, awal September
2015. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

47

KABAR PAPDI

Calon Tuan Rumah KOPAPDI XVII 2018


PAPDI Cabang Makassar:

Siap Menjadi Tuan Rumah


KOPAPDI XVII

APDI Cabang Makassar siap menjadi


tuan rumah KOPAPDI XVII 2018. Hal
tersebut disampaikan Sekretaris
PAPDI Cabang Makassar Dr. Faridin
Pango, SpPD, K-R, FINASIM kepada Halo
Internis melalui pesan elektronik. Pada Konas
PAPDI XVI di Bandung 2015, PAPDI Cabang
Makassar maju sebagai calon tuan rumah
KOPAPDI XVII 2018. Bahkan, kata Dr. Faridin,
PAPDI Cabang Makassar kerap mencalonkan
menjadi tuan rumah kongres sejak KOPAPDI
XIV di Jakarta dan KOPAPDI XV di Medan.
Menurut Dr. Faridin, internis di Makassar
sudah berpengalaman menyelenggarakan
event-event berskala nasional. Hampir setiap
tahun mereka menggelar pertemuan ilmiah
tahunan di bidang Ilmu Penyakit Da-lam.
Bahkan PAPDI Cabang Makassar pernah
menjadi tuan rumah KOPAPDI VII tahun
1987. anggota PAPDI bersama PPDS Ilmu
Penyakit Dalam FK Unhas siap menyuksekan KOPAPDI XVII 2018 di Makassar.
Kota Makassar merupakan center point
of Indonesia, ibukota provinsi terbesar di
wilayah Indonesia Timur. Akses kesana
melalui jalur udara cukup ramai. Hampir
semua maskapai memiliki rute ke pintu ger-

48

Prof. Syamsu Ketua PAPDI Cabang Makassar.

bang Indonesia Timur itu. Berbagai hotel


mulai dari bintang tiga hingga lima menjulang di langit Makassar. KOPAPDI XVII
nanti diselenggarakan di Hotel Clarion, hotel
terbesar yang memiliki dua grand ballroom
yang mampu menampung 3000 orang.
Selain itu, hotel ini dilengkapi 14 ruang pertemuan yang dapat dipakai untuk sidang
organisasi, workshop dan simposium.
Disekitar Hotel Clarion terdapat berbagai

Halo INTERNIS Edisi September 2015

hotel satelit bintang lima yang dapat dihuni


peserta. Akses jalan dari hotel satelit tidak
berjauhan, begitu pula dari airport Sultan
Hasannudin cukup lancar dan singkat.
Selain sidang dan simposium, sejawat
dapat dimanjakan dengan berbagai wisata
disana. Peserta akan disambut hangat dengan tari-tarian budaya Makassar. Wisata
alam bagi penggemar fotografi sangat cocok mengunjungi air terjun Bantimurung,
Malino, dan Tana Toraja yang terkenal dengan kuburan batu. Bagi penggemar makanan, dapat menikmati lezatnya masakan
khas Makassar seperti Coto Makassar, Sop
Konro dan berbagai makanan laut yang segar. Begitu pula yang hendak membeli cinderamata khas Makasaar dapat diperoleh di
wisata belanja di dalam kota.
Secara organisasi, PAPDI Cabang Makassar telah memenuhi kriteria tuan rumah.
Bahkan restu dari pemerintah daerah telah
dikantongi. Komunikasi dengan pemerintah
daerah telah terjalin, mengingat Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesai Selatan
adalah anggota dan pengurus PAPDI Cabang Makassar, sergahnya.
KOPAPDI XVII nanti akan memberi kontribusi besar terhadap perkembangan kesehatan di kawasan Indonesia Timur. Para
dokter dapat meningkatkan kompetensinya
sehingga dapat memberi pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat sesuai dengan program pemerintah di bidang
kesehatan.
Setelah rentang waktu 31 tahun, sudah
saatnya kami diberi kesempatan dan dipercaya kembali menjadi tuan rumah perhelatan akbar dokter spesialis penyakit dalam.
Mohon dukungan dari sejawat semua, ungkap Dr. Faridin berharap. (HI)

KABAR PAPDI

Calon Tuan Rumah KOPAPDI XVII 2018


PAPDI Cabang Surabaya:

Siap Menjadi Tuan Rumah


KOPAPDI XVII

APDI Cabang Surabaya siap menjadi


tuan rumah KOPAPDI XVII 2018. Hal
tersebut disampaikan Ketua PAPDI
Cabang Surabaya Dr. Soebagijo Adi
Soelistio, SpPD, K-EMD, FINASIM kepada
Halo Internis melalui pesan elektronik. Menurut Dr. Soebagijo, PAPDI Cabang Surabaya sudah berpengalaman menyelenggarakan
simposium-simposium berskala nasional.
Contoh yang paling dekat adalah Pertemuan
Ilmiah Nasional (PIN) PAPDI 2014 lalu, dimana PAPDI Cabang Surabaya mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah. Kota Surabaya seringkali menjadi tempat penyelenggaraan kongres nasional baik dari profesi
dokter maupun profesi lain.
Tak dipungkiri Kota Surabaya sebagai
kota kedua terbesar, setelah Jakarta, memiliki
sarana dan fasilitas yang baik. Rencananya,
kata Dr. Soebagijo, penyelenggaraan KOPAPDI XVII akan dipusatkan di Hotel Shangri
La. Hotel bintang lima ini dilengkapi tiga ballroom yang dapat menampung sekitar 1800
orang. Dan 12 function room yang dapat memenuhi seluruh kegiatan berupa sidang organisasi, simposium dan workshop. Hotel ini
hanya memiliki 383 kamar, namun tak jauh
dari Hotel Shangri La, terdapat hotel-hotel
lain, mulai dari bintang tiga hingga lima, dengan jumlah kamar sekitar 3.000 kamar.
Akses menuju Surabaya dari berbagai
daerah di Indonesia,
terbilang mudah. Jadwal penerbangan dari
berbagai maskapai cukup ramai. Tak perlu
waktu lama, dari Bandara Juanda ke Hotel
Shangri La hanya 30
45 menit. Di sekitar

Dr. Subagijo Adi Ketua PAPDI Cabang Surabaya.

venue merupakan daerah bebas macet.


Lokasinya aman dan nyaman, terbebas dari
banjir dan amuk massa. Surabaya yang kami
tawarkkan adalah keamanan, kenyamanan,
dan menyenangkan, tutur ahli Endokrinologi
dan Diabetes RSU Soetomo/FK Unair ini.
Selain simposium, peserta dan keluarga
dimanjakan dengan beragam tujuan wisata.
Ada wisata kuliner yang dapat mencicipi masakan khas Jawa Timur seperti bebek sinjai,
semanggi suroboyo, lontong balab Wonokromo, rujak cingur, tahu tek dan masih banyak
lagi. Berbagai cinderamata dapat dijumpai di
sentra kerajinan perak dan kulit di Sidoarjo,
dan sentra batik di Madura. Atau di Surabaya
Carnival yang buka 24 jam.
Wisata air, bersama keluarga dapat me-

ngunjungi wahana bermain Saigon Water


Park. Atau makan malam di atas kapal Cruise
yang melintas di bawah jembatan Suramadu.
Wisata alam tak kalah menariknya. Gunung
Bromo, Kawah Ijen dan air terjun Madakaripura merupakan destinasi yang tak boleh terlewatkan. Setiap wisatawan selalu ingin mengabadikan keindahan alamnya.
Dukungan lain yang tak kalah pentingnya
adalah dukungan dari pemerintah daerah. Dr.
Soebagijo menegaskan, Pemda sangat mendukung acara seperti ini. Beberapa kongres
yang diselenggarakan di Surabaya, Pemda
antusias hadir. Sebagai contoh, ketika PIN
2014 yang dibuka dan diresmikan oleh Wakil
Gubernur Jawa Timur Drs. Saifullah Yusuf bersama Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur.
Dengan demikian, bila Surabaya menjadi
tuan rumah KOPAPDI XVII akan banyak menarik peserta dan akan menyedot perhatian
khalayak, baik dari pemerintah maupun dari
profesi lain. Gaung dari KOPAPDI akan berdampak ke seluruh nusantara. Hal ini akan
membawa PAPDI lebih berwibawa dan disegani baik dari profesi medis lain maupun
pemerintah
PAPDI Cabang Surabaya berpengalaman
menjadi menyelenggarakan KOPAPDI. Pada
tahun 2018, Dr. Soebagijo berharap dapat
kembali menjadi tuan rumah KOPAPDI untuk
ketiga kalinya, pertama KOPAPDI II , 27 30
September 1973, dan kedua KOPAPDI XI, 7
11 Juli 2000. pengurus cabang akan dibantu anggota dan dan residen Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK Unair/ RSU Soetomo,
siap berpartisipasi menyukseskan KOPAPDI
XVII 2018 nanti. Kami berjanji tim surabaya
solid, well organized dan sudah berpengalamam menyelenggarakan event-event skala
nasional, katanya. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

49

KABAR PAPDI

Calon Tuan Rumah KOPAPDI XVII 2018


PAPDI Cabang Semarang:

Siap Menjadi Tuan Rumah


KOPAPDI XVII

APDI Cabang Semarang siap menjadi tuan rumah KOPAPDI XVII


2018. Hal tersebut disampaikan Ketua PAPDI Cabang Semarang Dr.
Lestariningsih, SpPD, K-GH, FINASIM kepada Halo Internis melalui pesan elektronik. Pada Konas PAPDI XVI di Bandung
2015, PAPDI Cabang Semarang maju sebagai calon tuan rumah KOPAPDI XVII 2018.
Dr. Lestariningsih mengatakan kami berharap Semarang dapat terpilih kembali menjadi tuan rumah KOPAPDI XVII 2018
Semarang pernah menjadi tuan rumah
perhelatan akbar perhimpunan dokter penyakit dalam pada KOPAPDI V, 16 20
Juni 1981 lalu. Ia mengatakan anggota
PAPDI Cabang Semarang beserta PPDS
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK Undip/RSU Kariadi siap menyukseskan KOPAPDI XVII 2018. mereka telah terbiasa menyelenggarakan event-event ilmiah berskala
nasional, diantaranya KONAS PERGEMI
2002, KONAS PERNEFRI 2010, KONAS
PETRI 1999 dan lain-lain.
Kota Semarang memiliki beberapa hotel
besar yang biasa
dipakai
kongres,
seperti
Hotel
Crowne Plaza dan
Hotel Gumay Semarang.
Hotel
Crowne Plaza dilengkapi
dengan
ballroom yang dapat
menampung 3.000
peserta. Kedua hotel
menyediakan ruang
pertemuan yang lebih dari cukup untuk
sidang organisasi,

50

Ketua PAPDI Cabang Semarang Dr. Lestariningsih.

workshop, dan simposium. Untuk akomodasi peserta tinggal memilih hotel yang terdapat disekitar hotel utama, seperti Novotel,
Horison, Citraland, dan Hotel Santika.
Akses ke Semarang sangat mudah. Hampir
semua maskapai memiliki rute ke Semarang. Jalur darat pun sudah nyaman dilalui.

Halo INTERNIS Edisi September 2015

Akomodasi dan sarana transportasi di


Semarang sangat mendukung kongres,
ungkap Dr. Lestariningsih.
Penat bersidang dan simposium, sejawat dapat refreshing dengan menikmati berbagai wisata disana. Wisata alam yang indah dapat dinikmati di Curug Sewu, Benowo, air terjun Kali Pancur dan wisata alam
lainnya. Tempat bersejarah yangg kental
ornamen Tiongkok dapat diselami di Klenteng Sam Poo Kong peninggalan laksamana Cheng Ho, Pagoda Budhaggaya Watugong dan lain-lain. Sejawat dapat membawa pulang beragam cenderamata khas
Semarang yang terdapat di sentra-sentra
kerajinan tangan di Kota Semarang.
Secara organisasi, PAPDI Cabang Semarang telah memenuhi kriteria tuan rumah. Bahkan restu dari Gubernur Jawa Tengah telah didapat. Hal ini sejalan dengan
misi Pemda yaitu Semarang sebagai kota
Meeting Incentive Convention and Exhibition, katanya seraya meminta dukungan
dari sejawat agar Semarang terpilih menjadi
tuan rumah KOPAPDI XVII 2018. (HI)

KABAR PAPDI

Calon Tuan Rumah KOPAPDI XVII 2018


PAPDI Cabang Surakarta:

Siap Menjadi Tuan Rumah


KOPAPDI XVII
yang terdaftar sebanyak
APDI Cabang Sura4000 orang, Kota Solo
karta siap menjadi
terpilih sebagai kota hetuan rumah KOPAritage diantara 50 kota
PDI XVII 2018. Hal
tua di dunia di samping
tersebut disampaikan Ketua
Bali.
PAPDI Cabang Surakarta
Menurut Prof. BamProf. DR. Dr. HM. Bambang
bang, infrastruktur dan
Purwanto, SpPD, K-GH,
sarana di Kota Solo sanFINASIM kepada Halo Ingat mendukung kegiatan
ternis di Jakarta. Prof.
tersebut. Di Solo terdapat
Bambang
mengatakan
empat hotel berbintang
PAPDI Cabang Surakarta
lima, delapan hotel
maju sebagai calon tuan
Prof. Bambang Purwanto, Ketua PAPDI
berbintang empat dan
rumah KOPAPDI untuk keCabang Surakarta.
belasan hotel bintang
dua kalinya, setelah KOPAPDI XV di Medan. Kami berharap ada keadi- tiga, dengan total kamar sebanyak 8000
lan di kongres kali ini, PAPDI Cabang kamar. Panitia akan memakai hotel Best
Surakarta belum pernah terpilih menjadi tem- Western sebagai venue utama. Hotel
pat penyelenggaraan KOPAPDI, ungkap dilengkapi ballroom yang dapat menampung
3500 peserta dengan 10 ruang pertemuaan
Guru Besar FK UNS/RSUD Dr. Moewardi ini.
Surakarta atau populer Solo merupakan yang dapat digunakan untuk sidang organkota yang kental dengan sejarah dan budaya isasi, workshop dan simposium. Hotel Best
Jawa. Namanya lebih dikenal hingga manca- Western dikelilingi oleh hotel-hotel lain yang
negara setelah salah satu putra terbaiknya ter- jaraknya saling berdekatan dan terpadu denpilih menjadi orang nomor satu di negeri ini, gan pusat perbelanjaan modern serta aktivitas
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. bisnis. Akomodasi ini dapat menampung
Perkembangan kota ini cukup pesat bergaya seluruh peserta dan jarak yang berdekatan
etnik Jawa modern. Kota yang dikenal spirit of antar hotel diharapkan dapat mengurangi
Java kerap dipilih sebagai ajang penyeleng- masalah mobilitas peserta, sergahnya.
Selain dukungan akomodasi, sarana transgaraan event-event berskala nasional. Oleh
karens itu, PAPDI Cabang Surakarta terdo- portasi tak kalah penting. Kota Solo mudah
rong menjadi tuan rumah perhelatan akbar dikunjungi baik jalur udara maupun darat.
Hampir semua maskapai nasional memiliki
dokter spesialis penyakit dalam.
Sebagai referensi bahwa Solo dapat diper- rute ke Bandara International Adi Soemarmo.
caya menjadi tuan rumah KOPAPDI XVII 2018 Penerbangan cukup memakan waktu 50 meantara lain tuan rumah: KONKER PAPDI ta- nit dari berbagai bandara di Pulau Jawa. Akhun 2002, PIN PAPDI tahun 2007, KONAS ses udara didukung oleh Bandara Adisucipto
PETRI tahun 2008, PIT Nasional IDAI tahun Yogyakarta, yang dilanjutkan dengan kereta
2013 dengan jumlah peserta 4000 orang, PIT bandara Prameks ke Solo, dengan waktu temNasional POGI tahun 2016 jumlah peserta puh 50 menit. Sedangkan, stasiun kereta api

Solo Balapan disinggahi kereta api dari berbagai daerah di Pulau Jawa.
KOPAPDI di Solo pilihan tepat bagi sejawat dan keluarga. Kota ini menawarkan beragam wisata. Untuk menikmati wisata kota,
sejawat dapat diantar oleh kereta uap atau
bus wisata yang melintas di tengah kota. Bagi
penggemar makanan, wisata kuliner masakan
khas Solo seperti serabi, cabuk rambak, gempol pleret, sate buntel, timlo, nasi liwet, tengkleng dan lain-lain, dapat memanjakan lidah
sejawat. Wisata budaya menyuguhkan keindahan tari-tarian tradisi Solo seperti Bedhaya
Ketawang, sendratari Ramayana, dan Carnival Batik yang telah tersohor di dunia. Kemudian ada wisata alam nan elok, dapat dinikmati di Tawangmangun, Grojan Sewu, Pantai,
Candi sukuh dan Cetho dan lain-lain. Cenderamata buat buah tangan dapat diperoleh di
sentra belanja Pasar Windujenar, Pasar Gedhe, dan Night Market Ngarsopuro.
Pengurus cabang beserta anggota, residen, dan Rumah Sakit Pendidikan RSUD
Moewardi/FK UNS siap berpartisipasi menyukseskan KOPADI 2018. Pemerintah daerah mendukung kegiatan ini, bahkan Pemda
dan pengurus akan berupaya menghadirkan
Presiden Joko Widodo untuk meresmikan
acara. Karena dengan diselenggarakan
KOPAPDI di Solo akan meningkatkan kunjungan wisata dan semakin diakui FK UNS
sebagai center of excellence pendidikan kedokteran. Dengan begitu kami memohon kepada sejawat dari pengurus PAPDI Cabang
memberi kesempatan kepada Cabang Surakarta sebagai tuan rumah KOPAPDI XVII
2018. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

51

KABAR PAPDI

Calon Tuan Rumah KONKER PAPDI XIV 2017


PAPDI Cabang Malang:

Siap Menjadi Tuan Rumah


KONKER PAPDI XIV

APDI Cabang Malang maju mencalonkan sebagai tuan rumah KONKER PAPDI XIV 2017. Ketua PAPDI
Cabang Malang Dr. Atma Gunawan,
SpPD, K-GH, FINASIM mengatakan Malang
siap menjadi tuan rumah Konferensi Kerja
PAPDI XIV pada 2017. Ia menegaskan
PAPDI Cabang Malang dapat memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam
AD/ART bila menjadi penyelenggara konferensi kerja. PAPDI Cabang Malang sangat
senang dan akan memberikan yang terbaik
bagi peserta KONKER , dan bagi pengembangan organisasi, kata Dr. Atma Gunawan, SpPD, K-GH, FINASIM
Kota Malang, kata Dr. Atma Gunawan,
seringkali menjadi tempat penyelenggaran
rapat organisasi atau kegiatan ilmiah skala
nasional. Di lingkungan Ilmu Penyakit Dalam, anggota PAPDI Malang pengalaman
mengelola event-event konas atau konker,
diantaranya Konas/Konker PPHI-PHI-PGI,
Perkeni, Petri, Reumatologi, PIN PAPDI dan
lain-lain. Kota Malang memiliki banyak
pakar di bidang penyakit dalam yang aktif di
tiga Fakultas Kedokteran. PAPDI Malang
memiliki 82 anggota, dengan jumlah
anggota
sebanyak
ini
InsyaAllah tidak sulit menyelenggarakan event nasional seperti
KONKER, sergahnya.
Kota Malang memiliki 73 hotel,
dari melati sampai bintang lima.
Dua tahun terakhir telah menjulang
20 hotel baru, dengan kapasitas
total kamar sekitar 2500 kamar.
Menurut Dr. Atma Gunawan,
KONKER XIV akan diselenggrakan
di Ijen Suites Hotel yang dilengkapi
ballroom yang dapat mengako-

52

Ketua PAPDI Cabang Malang Dr. Atma Gunawan.

modasi 2000 peserta. Juga tersedia sejumlah ruang pertemuaan yang dapat digunakan untuk sidang organisasi, workshop
dan simposium. Sementara kebutuhan kamar yang lebih besar didukung dari hotelhotel satelit yang dekat dengan tempat

Halo INTERNIS Edisi September 2015

utama. Di Kota Batu terdapat 70 hotel dengan kapassitas tootal kamar hampir 3000
kamar. Dan dilengkapi ballroom yang dapat
menampung 3000 5000 orang.
Akses ke Malang tidaklah sulit. Hampir
semua maskapai penerbangan dari berbagai daerah memiliki rute ke Malang. Dengan
adanya tol baru Surabaya Malang, akses
ke Malang lebih mudah, dengan waktu tempuh 1,5 2 jam. Dengan begitu Bandara
Djuanda Surabaya dapat mendukung Malang untuk kebutuhan penerbangan,
katanya.
Selain itu, Malang dikenal memiliki tempat-tempat wisata unggulan. Wisata alam
Gunung Bromo dan Kawah Gunung Ijen
dengan panorama alam nan eksotik sayang
untuk dilewatkan. Wisata bermain terbesar
nasional Batu Night Spectacular, Jatim Park
sangat cocok buat keluarga. Dan beragam
wisata lain seperti agrowisata, Taman Safari
Prigen, Omah Kayu, cagar Alam Pulau
Sempu dan lain-lain siap memanjukan
sejawat beserta keluarga
Restu dari pemerintah daerah mudah didapat mengingat Walikota selalu mendukung
kegiatan yang dapat memakmurkan Kota Malang.
KONKER XIV dapat memperkuat eksistensi PAPDI
dan Kota Malang sebagai
kota pendidikan. Dengan
begitu kami, PAPDI Cabang
Malang mengundang pengurus Cabang PAPDI di
seluruh Indonesia untuk
hadir melakukan sidang
organisasi dan simposium
di tengah-tengah keramahan Kota Malang.

KABAR PAPDI

Calon Tuan Rumah KONKER PAPDI XIV 2017


PAPDI Cabang Tanah Papua:

Siap Menjadi Tuan Rumah


KONKER PAPDI XIV

APDI Cabang Tanah Papua maju


mencalonkan sebagai tuan rumah
Konferensi Kerja PAPDI XIV 2017.
Boleh jadi ini suatu hal baru bagi
PAPDI melakukan sidang organisasi secara
nasional di daerah paling Timur Indonesia.
Kenapa tidak? Tanah Papua kini beda dengan beberapa tahun lalu. Berbagai kegiatan
skala nasional sering kali di gelar tanah
Cenderawasih itu.
Menurut Dr. Samuel Maripadang Baso
Ketua PAPDI Cabang Tanah Papua, dengan
infrastruktur dan sarana yang ada di Papua
saat ini, PAPDI Cabang Tanah Papua siap
menjadi tuan rumah KONKER PAPDI XIV
2017. Rencananya, Konferensi kerja akan
diselenggarakan di Sorong. Di sana telah
terdapat hotel-hotel yang mampu mengakomodasi kegiatan PAPDI, berupa sidang
organisasi, workshop dan simposium.
Sementara, transportasi ke Sorong dapat
dilakukan lewat jalur udara dari berbagai
daerah di tanah air. Penerbangan ke bandara
Dominique Edward Osok Sorong cukup
ramai. Beberapa maskapai seperti Sriwijaya
Air, Express Air, Lion Air dan lain-lain telah
memiliki rute ke bandara Sorong.
Rapat kerja organisasi lalu diving.
Suasana baru ini yang
ditawarkan oleh PAPDI Cabang
Tanah Papua. Setelah penat
rapat organisasi, panorama
alam Tanah Papua menjadi pilihan wisata yang tepat untuk
refreshing. Pesona alam Raja
Ampat yang telah tersohor di
mancanegara negara menjadi
magnet bagi setip orang yang
berkunjung ke Papua, termasuk internis. Sorong meru-

pakan gerbang menuju Raja Ampat.


Sayangnya, di Raja Ampat tidak dapat mengakomodasi kegiatan konferensi kerja
PAPDI.
Hotel di Raja Ampat hanya memiliki 100
kamar. Sementara jarak Sorong ke Raja
Ampat cukup memakan waktu melalui jalur
laut. Ini catatan bagi internis yang tidak
tahan berlama-lama dengan cuaca laut,
tentu akan menjadi kendala. Catatan lain,

Ketua PAPDI Cabang Yanah Papua

Dr. Samuel Maripadang Baso.

biaya yang tak sedikit mesti dirogoh bila


ingin ke Raja Ampat.
Selain anggota cabang, fakultas kedokteran dan rumah sakit siap berpartispasi
menyukseskan KONKER XIV 2017. Melalui
kegiatan ini diharapkan dapat
memperkuat eksistensi PAPDI di
bagian Indonesia Timur dan
mendapat perhatian dari pemerintah daerah dan sejawat perhimpunan lain. Untuk itu, PAPDI
Cabang Papua berharap dukungan dari cabang-cabang PAPDI
untuk memilih PAPDI Cabang
Papua Sebagi tempat penyelenggaraan KONKER XIV 2017
nanti.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

53

KABAR PAPDI

Calon Tuan Rumah KONKER PAPDI XIV 2017


PAPDI Cabang Cirebon:

Siap Menjadi Tuan Rumah


KONKER PAPDI XIV

APDI Cabang Cirebon maju mencalonkan sebagai tuan rumah KONKER PAPDI XIV 2017. Ketua PAPDI
Cabang Cirebon Dr. I Made Astawa,
SpPD, FINASIM mengatakan Cirebon siap
menjadi tuan rumah Konferensi Kerja
PAPDI XIV pada 2017. Ia menegaskan
PAPDI Cabang Cirebon dapat memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam
AD/ART bila menjadi penyelenggara konferensi kerja. Anggota PAPDI Cabang Cirebon mendukung dan siap menyukseskan
KONKER XIV 2017, kata Dr. I Made
Astawa
Dr. I Made Astawa mengatakan Cirebon
mumpuni sebagai tempat penyelenggara
KONKER. Infrastruktur dan sarana yang dimiliki mampu mendukung kegiatan tersebut.
Di Cirebon telah banyak menjulang hotelhotel bintang empat. Dr. I Made Astawa merencanakan akan menggunakan Hotel Aston
tempat berlangsungnya KONKER. Hotel bintang empat ini dilengkapi dengan Grand
Ballroom yang mampu menampung 2000 peserta. Dan, mempunyai delapan ruang pertemuan yang dapat digunakan untuk kegiatan
workshop, simposium dan sidang organisasi.
Hotel Aston dikelilingi dengan hotel-hotel
lain, seperti Hotel Ibis, Hotel Swiss Bel, dan
Hotel Metland , yang letaknya masih dalam
satu area yang sama. Hotel-hotel satelit ini
dapat mengakomodasi 3000 peserta. Sementara akses menuju tempat utama tidak
sulit. Hal ini mengingat letak Kota Cirebon
strategis dipersimpangan antara Jakarta,
Bandung dan Semarang. Internis yang ada
sekitar Cirebon lebih nyaman menempuh
jalur darat baik kendaraan pribadi atau kereta api. Sedangkan jalur udara bisa menggunakan bandara di Jakarta, Bandung atau

54

Ketua PAPDI Cabang Cirebon Dr. I Made Astawa.

Semarang. Tapi kalau bandara International Kertajati telah selesai dibangun, tidak
perlu jauh-jauh keluar kota, sergahnya.
Selain dukungan sarana dan infrastruktur, Cirebon memiliki tempat wisata unggul-

Halo INTERNIS Edisi September 2015

an. Untuk menghilangkan rasa penat, peserta dapat mengunjungi wisata alam seperti wisata Cikahalang, Situ Sedong,
Banyu Panas Palimanan dan lain-lain. Bagi
peserta yang gemar makan, wisata kuliner
khas Cirebon dapat memanjakan lidah
sejawat, diantaranya nasi jamblang, empal
gentong dan lain-lain. Wisata religi dan sejarah dapat mengunjungi Keraton Kasepuhan, Kanoman dan masjid Agung Kasepuhan. Cinderamata dapat diperoleh di sentra kerajinan tangan di kota Cirebon.
Selain dukungan anggota, beberapa fakultas kedokteran, rumah sakit siap berpartisipasi menyukseskan acara ini. PAPDI Cabang Cirebon kerap bekerjasama dengan
sejawat lain menyelenggarakan kegiatankegiatan ilmiah. Penyelenggaraan KONKER
di Cirebon diharapkan dapat mengangkat
eksistensi PAPDI di sekitar Cirebon dan meningkatan kompetensi di bidang ilmmu penyakit dalam. Untuk itu pemerintah daerah
mendukung acara itu. Dan tak kalah pentingnya, mohon dukungan penggurus
PAPDI Cabang dari seluruh Indonesia untuk
memilih Cirebon sebagai tuan rumah
KONKER XIV 2017.

KABAR PAPDI

Malam Keakraban KONKER PAPDI XIII

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

55

KABAR PAPDI

DR. Dr. Yusuf Huningkor, SpPD, FINASIM:

Antisipasi Salah Satu


Problem BPJS
Saat ini memang sedang terjadi euforia, semua
orang mendaftar di BPJS. Saya khawatir, beberapa
tahun ke depan akan timbul masalah, sebagian besar
anggota BPJS tidak lagi tercover asuransi karena
banyaknya tunggakan yang harus dilunasi dahulu

ain wilayah, lain pula drama BPJS


yang terjadi. Seperti yang ada di Maluku. Sejatinya pelayanan BPJS di Indonesia bagian Timur ini cukup bagus, hanya saja ada problem lain yang harus diantisipasi oleh pihak terkait, terutama
oleh pemerintah.
DR. Dr. Yusuf Huningkor, SpPD,
FINASIM Ketua PAPDI Cabang Maluku,
mencatat ada masalah tertentu dari pelayanan BPJS di Maluku, yang jika tidak segera diantisipasi maka mempunyai potensi
menimbulkan gangguan di masyarakat. Di
Maluku, urusan potensi gangguan adalah
hal yang peka, maklumlah. Hal ini tidak le-

pas dari keikutsertaan seluruh masyarakat


dalam program BPJS dan menjadi syarat
utama dalam mengurus sesuatu di kantor
Pemda.
Pada saat ini untuk mengurus sesuatu
izin di kantor Pemda, syaratnya harus masuk
sebagai anggota BPJS. Di lain pihak, banyak
masyarakat Maluku yang pendapatannya
pas-pasan, seperti supir, buruh, yang barangkali belum siap untuk masuk BPJS. Jika
tidak membawa bukti sebagai anggota BPJS
maka tidak akan dilayani, ujar Dr. Yusuf.
Karena sifatnya terpaksa, lanjutnya lagi, ketika sudah terdaftar sebagai anggota,
mereka kemudian tak mampu membayar

DR. Dr. Yusuf Huningkor, SpPD, FINASIM dan istri.

56

Halo INTERNIS Edisi September 2015

premi rutin setiap bulannya. Semisal premi


50 ribu perkepala, kalau dalam satu keluarga ada 2-4 orang, berapa banyak dalam sebulan? Jika tidak mampu membayar premi,
kemudian misalnya setahun atau dua tahun
kemudian mereka sakit, kan harus dilunasi
dulu tunggakan di atas baru bisa dilayani
dengan BPJS. Mereka harus bayar sekian
juta hanya untuk berobat, jelas tidak mungkin terbayarkan, sehingga sudah pasti mereka yang merupakan anggota BPJS akan
mencari pelayanan medis dengan membayar secara biasa lagi.
Menurutnya, saat ini memang sedang terjadi euforia, semua orang mendaftar di BPJS,
tapi belum tentu setiap bulannya semua secara teratur bisa membayar. Karena bukan
orang berada. Saya khawatir, beberapa tahun ke depan akan timbul masalah, sebagian
besar anggota BPJS tidak lagi tercover asuransi karena banyaknya tunggakan yang harus dilunasi dahulu. Di Maluku, keadaan ini
jadi problem tersendiri, memang saat ini belum terasa, tapi 2- 5 tahun ke depan mungkin
kita akan panen masalah.
Segala keterbatasan ini tak lepas dari
kondisi Maluku sebagai salah satu provinsi
di Indonesia yang pendapatan perkapitanya
relatif rendah. Hal ini harus jadi perhatian
semua pihak karena keharusan seperti itu.
Masalah lain yaitu tempat dan cara membayar premi BPJS relatif sulit bagi penduduk
yang tinggal di pelosok dimana kantor BPJS
nya jauh, dan belum terbiasa untuk membayar secara online.
Belum lagi ada isu bahwa preminya kemungkinan akan naik lagi dari harga sekarang. Dengan premi sekarang saja lumayan
cukup berat.
Pertimbangan untuk menjadi anggota
BPJS juga mempunyai resistensi dengan
alasan jika menjadi anggota perusahan asuransi swasta tertentu, maka premi yang diba-

KABAR PAPDI
yarkan mempunyai kemungkinan untuk dikembalikan setelah jangka waktu tertentu misalnya 10 tahun kemudian, disamping juga
mendapat pelayanan gratis pengobatan bila
sakit, sementara di BPJS uangnya hilang total.
Ini wacana saja karena sudah berjalan
semuanya, tapi mungkin perlu ada keringanan-keringanan tertentu khususnya di
Maluku ini, ujarnya.

Ibarat Rumah, Baru


Sampai Ruang Tamu
Januari 2015 lalu resmi sudah dokter
kelahiran Saumlaki, Maluku Tenggara Barat
ini menyandang gelar doktor dengan predikat sangat memuaskan setelah menamatkan pendidikan S3 di Universitas Hasanuddin, Makassar. Tak hanya gelar akademik yang diperolehnya, juga penghargaan PAPDI atas penelitiannya tentang pengaruh sagu terhadap faktor risiko penyakit jantung koroner di Maluku, dengan menominasinya sebagai pemenang pada PAPDI
NOVELL SCIENTIFIC GRANTS II.
Di Maluku penderita PJK relatif kurang
jumlahnya dibanding tempat lain, malah tidak
masuk 10 besar. Saya teliti ada apa gerangan, apakah terkait dengan makanan khas
Maluku yaitu sagu, jika ada kaitannya,
mengapa demikian, dan bagaimana cara
kerjanya, ungkapnya.
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa
makanan sagu dapat menurunkan faktor risiko PJK melalui penurunan lemak tubuh
khususnya lingkar perut, yang pada gilirannya akan meningkatkan kadar adiponectin
tubuh yang berfungsi sebagai protektor.
Desertasi saya pada S3, dan juga sebagai pemenang PAPDINovell SCIENTIFIC
GRANTS II, harus saya harus akui adalah
berkat bantuan banyak pihak, termasuk
sejumlah pembimbing dan penguji saya di
S3, diantaranya Prof. DR. Dr. Suryani Asad;
Prof. Dr. Peter Kabo; DR. Dr. Gatot Lawrence; Prof. DR. Dr. Idrus Alwi; Prof. DR. Dr.
P.A. Taslim; Prof. DR. Dr. A. Fachruddin; DR.
Dr. B. Bahar; dan Dr. A. Bukhari, Ph.D.
Sebagai PNS, saya staf fungsional pada
RSUD Dr. M. Haulussy Ambon, dan juga dosen pada FK Universitas Pattimura (UNPATTI). FK ini didirikan karena kebutuhan tenaga
dokter Maluku selalu tidak memadai. Akhir
tahun ini kemungkinan sudah ada wisudawan
dokter angkatan pertama. Dahulu jarang ada

dokter yang mau menetap di Ambon, sebagian besar dokter umum asalnya dari luar Maluku. Para dokter tersebut menetap di sini
hingga berkeluarga, punya anak, lantas ingin
sekolah yang lumayan bagus untuk anaknya,
maka akhirnya pulang lagi ke asalnya.
Kebutuhan SDM FK UNPATTI, terutama
dokter spesialis masih kurang, maka dilakukan MoU kerja sama dengan Universitas Airlangga dan Universitas Hasanuddin untuk
memenuhi kebutuhan staf pengajar.
PAPDI Cabang Maluku termasuk yang paling aktif dibandingkan semua bagian lain,
kendati jumlah anggotanya tak banyak. Jumlah kami hanya 6 orang. Tugas overlapping,
yah.. dia lagi, dia lagi.
Walaupun kedua orangtua tidak berpendidikan, namun mereka sangat ingin anakanaknya maju, terutama untuk sekolah. Makanya saya dan istri juga ingin begitu. Anak
saya sepasang, Yulian dan Leonie Avica. Sekarang keduanya lagi kuliah di FK UKI Jakarta. ujar anak kedua dari enam bersaudara ini.
Menamatkan pendidikan kedokteran
umum tahun 1986 dari Fakultas Kedokteran
UKI, Jakarta, kemudian dirinya ditugaskan ke
Pular Seram sebagai dokter puskesmas.
Tahun 1999 menyelesaikan pendidikan spesialis di Universitas Hasanuddin. Ketika terjadi kerusuhan besar yang melanda Ambon,
sebagian besar dokter kembali ke daerah
masing-masing, dia malah kembali ke Ambon untuk bertugas di sana. Hanya ada segelintir dokter spesialis yang bertahan di Ambon saat itu, sementara pasien banyak se-

kali. Saya dari Maluku, keluarga saya semua


di sana jadi kemana lagi saya harus pergi?
tukas suami dari Drg. Liliane Aitonam ini.
Ayah dua anak ini masih ingin melanjutkan pendidikan. Di bagian penyakit dalam,
kalau cuma internal umum saja, ibarat rumah, rasanya masih di ruang tamu dan belum masuk ke dalam kamar, yaitu sebagai
konsultan/subspesialis. Selama ini saya merasa masih tidur di ruang tamu bukan di dalam kamar, rasanya saya ingin tidur di kamar, ujarnya beranalogi.
Dirinya berkeinginan menjadi konsultan,
Mungkin aspek pemuasan diri, belum puas
rasanya kalau belum tuntas. Bagi saya 2-3
tahun masa pendidikan rasanya masih bisa
ditempuh, sepanjang kita masih bisa diperbolehkan bolak balik ke Ambon. Jika sudah
punya posisi tertentu baik di Rumah Sakit
maupun di Universitas, sudah banyak pasien, sudah punya keluarga besar, tentulah
sulit untuk meninggalkan tugas dalam waktu
yang lama. Ibarat pohon, mudah saja dipindahkan saat pohonnya masih muda dan kecil. Tapi kalau pohonnya sudah tua dan besar, tentu sulit sekali memindahkan dan kemudian menanam ulang lagi, karena pohonnya akan mati, pungkasnya.
Jadinya, kami dari daerah mengusulkan
kepada PB PAPDI untuk mengupayakan
pendidikan konsultan dilakukan secara sandwich pada center-center Pendidikan, khusus
bagi para senior di daerah yang masih ingin
menempuh pendidikan lanjutan lagi, paparnya. (HI)

DR. Dr. Yusuf Huningkor, SpPD, FINASIM bersama keluarga.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

57

KOLEGIUM

Dr. IGP Suka Aryana, SpPD, K-GER, FINASIM

Jakarta-Bali untuk
Suksesnya Akreditasi
Terobsesi membenahi
prodi. Sebagai assesor
punya kewajiban membina, bukan mencari-cari
kesalahan. Akreditasi A
dalam genggaman.

olak balik Jakarta-Bali kini jadi rutintas


Dr. IGP Suka Aryana, SpPD, K-GER,
FINASIM. Staf Pengajar Divisi Geriatri, Bagian/SMF Ilmu Peyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Bali ini terpaksa meninggalkan pasien dan juga keluarga, untuk tugas
lain di luar kewajibannya sebagai dosen dan
dokter. Konsultan di bidang geriatrik ini tengah sibuk menekuni tugas yang diembannya sebagai assessor Akreditasi Program studi (Prodi) Spesialis Ilmu Penyakit Dalam di
Fakultas Kedokteran di seluruh Indonesia.
Sering kali pasien di reschedule. Begitu
juga dengan waktu weekend bersama keluarga yang sedikit berkurang. Itu tak masalah.
Cuma memang lebih capek, ya dinikmati saja, ujar Dr. Suka, begitu ia biasa disapa ketika ditemui di Hotel Cikini Jakarta.
Dr. Suka mengaku terpanggil untuk berkontribusi dalam menata prodi Ilmu Penyakit
Dalam. Pada tahun 2008-2009, saat menjadi
Sekretaris Prgram Studi Ilmu Penyakit Dalam
di FK Unud, ia berkesempatan ikut pelatihan
Clinical Teacher Pendidikan Dokter Spesialis.
Ia sangat terobsesi dapat membenahi prodi.
Saya berpikir ada yang salah dalam pendidikan kita dan harus diubah. Bundel yang tebal
waktu training itu masih saya simpan, ungkapnya
Gayung pun bersambut, belakangan ini
prodi berbagai spesialis, termasuk Ilmu Penyakit Dalam, sedang berbenah mensukseskan akreditasi prodi. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) menggandeng

58

kolegium semua prodi spesialis yang kemudian membentuk Lembaga Akreditasi Mandiri
Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes).
Saya merupakan salah satu dari tujuh
assessor dari Ilmu Penyakit Dalam yang tergabung dalam LAM-PTKes. Sekarang kami
sebagai orang LAM-PTKes, bukan kolegium.
Kami membuat borang akreditasi dan kami
juga yang melakukan akreditasi Prodi Ilmu
Penyakit Dalam, ujarnya.
Akreditasi ini, lanjut Dr. Suka, bertujuan
supaya Prodi menata kembali proses pendidikan dan melakukan standarisasi pendidikan profesi dokter spesialis di fakultas kedokteran di seluruh Indonesia. Dengan begitu
wajah pendidik spesialis lebih professional, tidak ada lagi kesan kalau pendi-dikan itu yang
penting baik-baik sama dosen atau pasien
merasa seperti kelinci percobaan. Rumah Sakit Pendidikan terbaik adalah Rumah Sakit
dengan pelayanan terbaik dan bermutu.
Ini adalah sesuatu yang menantang. Saya mengikuti perkembangan ini sejak awal di
kolegium. Menyusun borang dan melakukan
sosialisasi pada sejawat. Bolak balik Jakarta
Bali untuk rapat, saya nikmati saja, akunya.
Ia mengakui kesulitan menyamakan persepsi materi akreditasi sesama prodi. Ada 14

prodi di Indonesia, anggotanya sekitar 88


orang. Di antara prodi kerap timbul perdebatan dalam hal mengartikan borang. Ada pula
prodi yang anteng-anteng saja. Karena kesibukan sejawat, saya buatkan group
WhatsApp (WA) agar komunikasi di antara
prodi lebih efektif. Komunikasi tentang akreditasi setiap hari karena memang tidak mungkin menghafalkannya. Saya sering mengingatkan sejawat sudah sejauh mana persiapan akreditasi, ujarnya

Akreditasi Dalam
Genggaman
Motto kolegium IPD untuk mensukseskan
akreditasi adalah Akreditasi Ada dalam
Genggaman. Maksudnya, kata Dr. Suka, dalam genggaman di handphone, tidak per-lu
buka buku, kapan saja di mana saja bisa dilihat dan saling mengingatkan. Oleh Prof. DR.
Dr. Siti Setiati, SpPD, K-Ger, FINASIM Ketua
KIPD motto tersebut ditambah menjadi Akreditasi A dalam Genggaman. Semua Prodi
harus dapat A, ujarnya.
Kolegium membuat strategi membantu
prodi untuk memperoleh nilai A. Ia menghimbau semua pihak baik assesor maupun prodi
punya persepsi yang sama, untuk dapat akreditasi A. Kolegium membuat simulasi. Bagi
prodi yang sudah siap, maka diminta mengumpulkan borangnya. Kemudian, assesor
menilai, kurangnya apa, kita sepakati bersama, kalau perlu langsung nilai. Setelah itu, kami berikan rekomendasi ke prodi tersebut, aspek mana saja yang masih kurang dan diminta lengkapi.
Dengan strategi simulasi ini, pasti semua
bisa A. Kalau yang belum siap, jangan daftar
dulu, sehingga bisa dapat A. Targetnya tahun
2015 ini seluruh prodi penyakit dalam sudah
diakreditasi, tuturnya optimis.

Semangat Pembinaan
Dr. IGP Suka Aryana, SpPD, K-GER, FINASIM.

Halo INTERNIS Edisi September 2015

Dulu semua pihak seolah phobia akreditasi. Bila orang BAN PT datang, apa yang
diminta sering kali tidak jelas. Namun saat ini

KOLEGIUM
tidak lagi, lembaga akreditasi itu konsepnya
pembinaan. Itu prinsip. Sebagai assesor punya kewajiban membina, bukan mencari-cari
kesalahan. Assessor punya kewajiban membina prodi untuk memperbaiki diri, sesuai dengan standar yang diminta. Akreditasi A harus
menjadi tanggung jawab kita. Bukannya yang
membina justru yang seolah menghukum. Logikanya harus diubah, tegasnya.
Menurut Dr. Suka, kendala yang ada
umumnya soal SDM dan penelitian. Dalam
hal ini jumlah konsultan dan profesor. Tidak
banyak penelitian yang didaftarkan ke publikasi internasional, padahal nilainya besar,
ada penemuan hebat tapi tidak dimintakan
hak patennya. Tapi itu diminta di borang, itu
yang menurut saya paling sulit. Sementara
untuk kurikulum dan lain-lain, bisa cepat diubah. Hal ini menyangkut budaya meneliti,
kalau sudah terbiasa melayani pasien tidak
terpikir ke sana, pungkasnya.

Dr. Suka Tipe Family Man


Di luar kesibukannya yang padat, dokter
kelahiran Bali, 29 Maret 1971 ini, merupakan
tipe family man. Bersama istri dan kedua buah
hatinya, mereka selalu menghabiskan waktu
bersama, bahkan untuk urusan rumah tangga,
mereka kerjakan sendiri. Mulai dari beberes
rumah hingga mencuci, mulai dari masak
hingga antar jemput anak sekolah.
Kami tak punya asisten rumah tangga,
saya biasa mengerjakan pekerjaan rumah
tangga bersama istri. Di sana tidak semacet
Jakarta, hari-hari masih sempat antar jemput
anak-anak dan istri. Masih banyak waktu di
rumah, visitor RS pagi, jam 6.30 morning report. Jadi semua kegiatan masih bisa dijalankan, imbuhnya lagi.
Itulah sebabnya kalau akhir pekan mesti
ke luar kota, yang terbengkalai ya pekerjaan
rumah tangga. Untungnya tidak punya asisten, kami saling tergantung, tidak sibuk sendiri

dengan urusan di luar rumah. Memang yang


kalah adalah kegiatan bersosialisasi dengan
teman, yang sudah jarang diikuti, ujar mantan
vokalis dan gitaris Rigth Brain Band di Prodi
Ilmu Penyakit Dalam FK Unud ini.
Tangan dingin penyuka makanan Bali ini,
sangat ampuh dalam menekuni hobi berkebunnya. Tak hanya ada taman kecil di rumahnya, tapi juga area jalan hingga tembok pembatas kompleks bahkan pos kamling pun tak
luput dari sentuhan tangannya. Aneka jenis
tanaman hias khususnya yang merambat dan
berbunga indah memenuhi taman-taman kecil
yang dirawat dengan baik oleh Dr. Suka. Dirinya bisa menghabiskan waktu dua jam untuk
berkebun, biasanya di hari Minggu bila tak ada
kegiatan lain. Saking lamanya, sebelumnya
Dr. Suka harus bilang ke istri dan anak-anak,
agar tidak bentrok dengan jadwal lain.

Tak Bercita-cita
Jadi Dokter
Lahir dan besar dari keluarga sederhana,
Suka kecil tak pernah terpikir untuk bisa jadi
seperti saat ini. Untuk membiayai hidup ketiga
anaknya, kedua orangtuanya harus bekerja
sehingga waktu untuk anaknya berkurang.
Ayahnya pegawai hotel, ibu membuka warung
di Tabanan.
Saya bukan tergolong orang pintar, kelas
1-3 SD belum bisa baca, hanya mendengar
lalu dihafalkan. Saat itu termotivasi oleh seorang teman yang pintar tapi sombong sekali.
Naik kelas empat sudah bisa baca lancar, saya giat belajar, di kelas lima dapat rangking 2
bisa menyaingi dia, bangganya saya waktu
itu, kisahnya.
Dari SD udik tapi cita-citanya tinggi masuk
SMP 1 yang favorit. Bapak dan ibu marah karena sekolahnya jauh dari rumah. Tetap nekat
dan diterima, saat masuk dirinya bengong karena tidak ada teman, semua anak pejabat,
tapi lama-lama bisa adaptasi. Karena senang

matematika dan nilainya cukup menonjol, ia


digemari banyak teman.
Lanjut ke SMA 1, favorit juga. Mulai nakal
khas remaja, sering bolos, main band, ikut pecinta alam keliling pantai dari Tanah Lot ke
Pantai Kuta jalan kaki, di Taman Bali Barat susuri sungai kering. Sampai kelas 3, semester
akhir mulai berfikir soal masa depan.
Semangatnya mau ke ITS atau ITB, tapi
orangtua melarang, memintanya masuk kedokteran Udayana, ini pilihan ketiga setelah
ITS dan ITB tapi justru diterima. Stres saya,
sulit adaptasi semester 1-5 masih terseokseok, bingung dengan semua mata kuliah
yang dipelajari tentang anatomi.
Semester 5 mulai senang belajar penyakit,
apalagi masa coas, mulai praktek di rumah sakit, bertemu pasien, melakukan tindakan, belajar sendiri meresap terus. Ternyata benar kalau senang ilmunya, akan cepat masuk. Akhirnya tamat, tidak mikir spesialis, bisa tamat jadi
dokter saja sudah senang.
Satu hari dirinya bertemu Prof. Suwitra,
yang menganjurkan sekolah spesialis di Udayana. Saya bilang tak punya uang Prof. Tapi
beliau fasilitasi, tahun 2001, saya sekolah tanpa biaya hanya diminta menyumbang komputer bersama empat orang teman. Sekitar 300
ribu per orang. Tahun 2005 tamat spesialis.
Berkat kebaikan Bapak Rektor Universitas
Udayana, Prof. DR. Dr. Ketut Suastika, SpPD
K-EMD, FINASIM yang saat itu menjabat sebagai Kepala Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam mengajak saya bergabung mengabdi sebagai Staf Pengajar di Penyakit Dalam. Saya
pernah dikirim oleh beliau ke Kobe Jepang
Visiting Reaseach Fellow selama 3 bulan. Lalu
budi baik DR. Dr. Tuty Kuswardhani, SpPD
KGER, MARS, FINASIM akhirnya saya masuk Divisi Geriatri Bagian/SMF Ilmu Penyakit
Dalam FK UNUD/RSUP Sanglah dan mengembangkan karrier hingga saat ini, pungkasnya menutup pembicaraan. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

59

BERITA CABANG

PAPDI Jaya Peduli Bencana

encana banjir yang melanda Jakarta sudah menjadi


fenomena tahun. PAPDI Cabang Jakarta Raya (Jaya)
untuk kesekian kali pula turut aktif memberi bantuan
berupa pengobatan gratis kepada korban banjir. Pada tahun
ini, PAPDI Jaya mengadakan bakti sosial di daerah Kelurahan
Kebon Bawang XVI, Jakarta Utara. Kawasan padat penduduk
di Jakarta Utara ini merupakan salah satu daerah yang parah
terkena banjir. Pada aksi itu, langsung dipimpin Ketua PAPDI
Jaya, DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM,
MMB, FACP , Dr. Indra marki, SpPD, K-GEH, FINASIM serta
pengurus PAPDI Jaya Komisariat Jakarta Utara.
Aksi ini merupakan wujud kepedulian PAPDI kepada
masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan misi PB PAPDI,
dimana keberadaan PAPDI mesti dirasakan oleh masyarakat
dimanapun dan sesuai dengan tata nilai organisasi.

60

Halo INTERNIS Edisi September 2015

BERITA CABANG

PAPDI Cabang Malang: Pengabdian di Desa Ngadas

APDI Cabang Malang melakukan kegiatan pengadian masyarakat


di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Secara geografis, Ngadas berada diketinggian 2150 meter di atas
permukaan laut, di ujung Timur Malang, berbatasan langsung dengan Kabupaten Lumajang. Merupakan daerah
tertinggi di Pulau Jawa. Untuk menuju Desa Ngadas dari
Malang menempuh jarak 30 km dengan melewati jalan
yang sempit, menanjak dan berliku-liku.
Besa Ngadas berada di pegunungan dengan suhu 0
20 0C. Berpenghuni sekitar 1500 jiwa tau 440 kepala
keluarga, sebagian besar penduduk bekerja sebagai
petani sayur dan holtikultura. Sayangnya, masyarakat di
sana belum menikmati fasilitas kesehatan dengan layak, karena jauhnya pusat kesehatan masyarakat yang harus ditempuh dua jam menuju Kecamanatan Poncokusumo. Pelayanan kesehatan ditangani seorang bidan yang tidak tinggal menetap di Desa Ngadas.
Tingkat pendidikan masyarakatnya terbilang rendah. Mereka bertani
dengan ilmu ala kadarnya. Insektisida atau bahan kimia lain yang biasa
dipakai bertani tidak dikelola dengan baik. Resikonya, tak sedikit penduduk di sana yang mengalami gangguan kesehatan yang disebabkan
efek samping penggunaan insektisida tersebut
Hal tersebut mengguggah PAPDI Cabang Malang. Mereka menggelar bakti sosial pada 14 Maret 2015, berupa pengobatan massal secara gratis, penyuluhan bertani dan mengelola insektisida dengan baik,
membagikan masker yang dapat digunakan ketika member insektisida,

dan menyebarkan leaflet mengenai bahaya efek samping insektisida.


Kegiatan tersebut langsung dibuka Ketua PAPDI Cabang Malang Dr.
Atma Gunawan, SpPD, K-GH, FINASIM dan diikuti pengurus serta
PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK Unibraw/RSU
Saiful Anwar.
Pengurus berharap aksi ini dapat meningkatkan kesehatan masyarakat Desa Ngadas
dan menjadi jalan terbukanya fasilitas kesehatan yang dekat dengan masyarakat Ngadas.
Tentu, hal ini sejalan dengan misi dan visi
PAPDI peduli dan dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat. (HI)

Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang Sulut Periode 2012-2015

engurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam


Indonesia (PB PAPDI) telah melantik dan mengukuhkan kepengurusan PAPDI Cabang Sulawesi Utara (PAPDI Cabang
Sulut), periode 2012 - 2015, Sabtu 31 Januari 2015, di Hotel Swiss
Bell Manado, Sulawesi Utara.
Ketua terpilih PAPDI Cabang Sulawesi Utara, Dr. Harlinda Kumaat Haroen, SpPD, K-HOM, FINASIM dan pengurus PAPDI Cabang Sulut periode 2015 2018 dilantik oleh Ketua Umum PB
PAPDI, yang pada kesempatan ini diwakili oleh Sekretaris Jenderal
PB PAPDI, Dr. Sally Aman Nasution, SpPD, K-KKV, FINASIM,
FACP. Pelantikan dan pengukuhan pengurus PAPDI Cabang Sulut
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan PB PAPDI, yang dibacakan oleh Wakil Sekretaris Jenderal PB PAPDI, Dr. Sukamto Koes-

noe, SpPD, K-AI, FINASIM. Acara pelantikan disaksikan Ketua IDI


Wilayah Sulawesi Utara yang juga merupakan anggota dan pengurus PAPDI Sulawesi Utara, yaitu Dr. B. J. Waleleng, SpPD, K-GEH,
FINASIM.
Prosesi pelantikan berlangsung khidmat. Saat ini PAPDI Cabang Sulawesi Utara sesuai telah memiliki anggota 48 Internis,
dengan 14 orang Internis telah memiliki gelar FINASIM, Konsultan
Penyakit Dalam sebanyak 17 Internis Konsultan. Setelah melantik,
pengurus cabang dengan PB PAPDI melakukan rapat koordinasi
yang membahas berbagai persoalan baik internal maupun eksternal organisasi. Lawatan pengurus pusat ke PAPDI Cabang Sulut
berlangsung akrab dan penuh kekeluargaan.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

61

BERITA CABANG

Halal Bi Halal PAPDI Cabang Jakarta Raya

62

Halo INTERNIS Edisi September 2015

KABAR PAPDI

KOPAPDI XVI Bandung:

Perhelatan Akbar
di Kota Kembang
Mengusung layanan
spesialistik komprehensif, pemerintah hendaknya menilai seorang
internis itu jauh lebih
menguntungkan dibandingkan beberapa
spesialis lain.

acara. Selain itu, Bandung saat ini lagi ramai dikunjungi wisatawan. Saat ini Bandung lagi jadi magnet dengan sejumlah terobosan memperbaiki dan memoles kota
yang dilakukan oleh pemerintah kota Bandung. Banyak orang ingin datang ke sini
melihat langsung area-area tertentu yang
direvitalisasi dan dijadikan cagar budaya
dan dipercantik. Saat kampanye kami tawarkan sejumlah kelebihan Bandung dibanding kota lainnya, kami percaya diri sebab
sekarang memang waktunya Bandung,
imbuhnya lagi.

diusung pada KOPAPDI XVI ini yaitu;


Optimalisasi Peran Spesialis Penyakit Dalam sebagai Garda Terdepan Layanan Spesialistik Komprehensif Guna Mewujudkan
Pelayanan Kesehatan Yang Berkualitas dan
Berdaya Saing Tinggi Dalam Menyongsong
AFTA 2015.
Bukan tanpa alasan panitia merencanakan hal ini. Menurut Dr. Arto, dengan mengedepankan layanan spesialistik komprehensif, kami berkeinginan bahwa dengan
program kesehatan pemerintah saat ini, nilai seorang internis itu jauh lebih mengun-

ongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XVI diselenggarakan di Hotel Trans Luxury Bandung
pada 9 -13 September 2015. PAPDI Cabang
Jawa Barat sesuai amanat KOPAPDI XV di
Medan, terpilih menjadi tuan rumah KOPAPDI XVI, setelah berhasil mengungguli dua
kandidat lain, PAPDI Cabang Makassar dan
Surakarta. Bandung menjadi tuan rumah
KOPAPDI untuk ke dua kalinya, yang pertama KOPAPDI III pada 27 30 Agustus 1975.
Kedua kandidat lain tidak kalah hebatnya,
cuma saya yakin Bandung bisa menang,
kata Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat DR.
Dr. Arto Yuwono Soeroso, SpPD, K-P,
FINASIM sembari melempar tawa.
Kala itu, Dr. Arto, begitu biasa disapa,
bersama pengurus cabang, optimis terpilih
menjadi tuan rumah KOPAPDI XVI. Menurutnya, Bandung telah memiliki tempat yang
dapat menampung peserta KOPAPDI dalam
jumlah besar. Hotel Trans Luxury ini dilengkapi ballroom yang besar dan hall yang letaknya berdekatan. Sarana dan infrastruktur
tersebut terpadu dalam satu area. Hal ini sangat mendukung kelancaran dan suksesnya

Pengurus PAPDI Cabang Jawa Barat saat KOPAPDI XV Medan.

KOPAPDI memiliki peran strategis bagi


layanan ilmu penyakut dalam. Sesuai rencana, panitia akan mengundang Menteri
Kesehatan, Prof. Nila Moeloek, untuk membuka acara dan menyampaikan pidatonya
pada plenary sesuai dengan tema yang

tungkan dibandingkan beberapa spesialis


lain. Kami berharap pemerintah menyadari
hal ini, bahwa adanya internis di satu daerah nilainya sangat tinggi dibandingkan dengan beberapa spesialis tertentu yang sifat
pelayanannya tidak komprehensif. Seka-

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

63

KABAR PAPDI
rang kan era BPJS, orientasinya efisiensi
pelayanan dan ekonomi, di sinilah tempatnya penyakit dalam, dengan layanan yang
sifatnya komprehensif satu orang bisa menyelesaikan banyak problem kesehatan di
satu daerah, secara ekonomis nilainya sangat menguntungkan sekali, imbuhnya lagi.

Satu Area untuk


Semua Acara
Event ini terdiri dari dua kegiatan besar,
yaitu sidang organisasi dan sesi ilmiah. Pada acara tersebut akan ditentukan kebijakan-kebijakan organisasi yang berkaitan dengan peningkatan professional organisasi
dan merespon persoalan-persoalan eksternal yang terkait eksistensi PAPDI. Sidang
organisasi yang berlangsung dua hari, 9 10 September, akan memutuskan beberapa
agenda yang telah dirumuskan pada Konferensi Kerja XIII PB PAPDI, di Yogyakarta
November 2014 lalu. Dan puncak kegiatan
organisasi adalah pemilihan Ketua Umum
PB PAPDI dan Ketua Kolegium Ilmu Penyakit Dalam (KIPD) untuk periode 20152018.
Sesi ilmiah pun tak kalah menarik perhatian peserta. Panitia meramu tema-tema terbaik dan up to date dari semua Divisi Ilmu
Penyakit Dalam yang kemudian disajikan
dalam bentuk simposium dan workshop.
Beberapa workshop, akan berlangsung di
Rumah Sakit Hasan Sadikin/FK Unpad.
Materi ilmiah yang up to date dan aplikatif
akan menarik peserta, ujar Konsultan Pulmonologi itu.

64

Gubernur Jawa Barat akan bersama peserta kongres pada malam keakraban. Dan
yang memberi orasi memorial lecture pada
konvokasi adalah B.J. Habibie yang juga
mantan wakil Presiden RI. Di samping undangan dari institusi pemerintah dan tokoh
nasional, nuasa kongres lebih terasa
mendunia dengan diundangnya delegasi
International Society of Internal Medicine
(ISIM), dan Asean Federation of Internal
Medicine (AFIM).
Rangkaian acara tersebut terkonsentrasi
di satu area, Hotel Trans Luxury Bandung.
Selain memiliki kapasitas kamar yang besar, di hotel ini juga tersedia ballroom yang
luas, ruang kongres, seminar dan workshop, hingga mall dan Trans Studio. Sejumlah hotel di area terdekat pun sudah disiapkan. Guna memenuhi kebutuhan 2.500
kamar untuk seluruh peserta kongres.
Untuk kenyamanan dan efisiensi, dibutuhkan tempat dan area yang memadai. Semua pemain kunci seperti speaker, moderator, delegasi, dan pengurus pusat, ditempatkan di Trans Hotel. Dengan harapan, kelancaran sidang organisasi dan acara ilmiah
terjamin.
Tak hanya menempatkan acara di satu
hotel, panitia juga menyediakan fasilitas penunjang yang tak kalah pentingnya seperti
shuttle bus dari hotel ke hotel lain. Biasanya
di kota lain kebutuhan hotel dengan ballroom
yang luas dan banyak, sulit didapat membuat panitia harus menyewa beberapa hotel
berbeda untuk acara yang padat dan pararel
sehingga menyulitkan pembicara yang mau

Halo INTERNIS Edisi September 2015

pindah venue. Belum lagi kalau jalanan


macet. Di Bandung nanti, hal ini diharapkan
tidak terjadi sebab semua rangkaian acara
dilakukan di hotel yang sama, tegasnya.
Lazimnya acara kongres besar, tak melulu diisi dengan acara serius yang menguras energi dan waktu para peserta. Di sela
padatnya acara ilmiah, panitia juga menyelipkan aneka lomba sebagai ajang refreshing para peserta kongres. Mulai dari Lomba
Karya Tulis Ilmiah KOPAPDI XVI 2015,
kompetisi olahraga seperti futsal, bola, dan
tenis, hingga PAPDI Photo Competition.
Juga ada Bandung City Tour.
Dr. Arto berharap dari gelaran KOPAPDI
yang merupakan acara terbesar di lingkungan PAPDI ini, dalam tiga tahun terakhir tentu
terjadi banyak perubahan baik secara ilmiah
maupun organisasi, diharapkan acara ilmiahnya bisa ditampilkan perkembangan
semua aspek-aspek keilmuan yang ada di
penyakit dalam, dengan begitu semua akan
terakomodasi. Semua perkembangan terbaru selama tiga tahun terakhir bisa disampaikan. Begitu juga dari sisi organisasi selama rentang waktu ini banyak hal yang terjadi, kami berharap semua bisa terputuskan
dengan baik. Karena itu partisipasi aktif dari
semua anggota PAPDI dari seluruh Indonesia baik anggota biasa maupun anggota
muda seperti PPDS bisa turut hadir. Di samping tentunya, dari awal kita sudah jualan
bahwa saat ini Bandung lagi bagus-bagusnya, kapan lagi mau ke Bandung kalau bukan sekarang? tukas Dr. Arto berpromosi.
(HI)

KABAR PAPDI

DR. Dr. Arto Yuwono Soeroso, SpPD, K-P, FINASIM:

Mencintai Profesi dan


Sukses Regenerasi
Meski semua keluarga
menjadi dokter, namun
ketika berkumpul sebisa
mungkin tidak membicarakan hal medis.
Kesibukannya luar biasa,
tapi setiap saat selalu
ada di samping istri.

emamparan PAPDI Cabang Jawa Barat sukses memukau peserta sidang pleno KOPAPDI
XV, Medan, tiga tahun silam.
Presentasi yang elegan dan menarik dengan menunjukkan sarana-sarana unggulan yang dimiliki Kota Bandung semakin
memantapkan pilihan tuan
rumah kongres PAPDI. Hotel Arya Duta Medan, dini
hari, pimpinan sidang akhirnya mengetuk palu menetapkan Bandung sebagai tuan rumah Kongres Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XVI 2015.
Adalah Ketua PAPDI Cabang Jawa
Barat DR. Dr. Arto Yuwono Soeroso,
SpPD, K-P, FINASIM, FCCP, mampu
menarik hati para undangan dan delegasi PAPDI Cabang dari seluruh Indonesia. PAPDI Cabang Jawa Barat berhasil mengungguli PAPDI Cabang Sulawesi Selatan dan PAPDI Cabang Surakarta pada saat bidding tuan rumah
KOPAPDI XVI. Kandidat tuan rumah

lain tidak kalah hebatnya, cuma saya yakin,


Bandung bisa menang, kata Dr. Arto, begitu ia biasa disapa, ketika ditemui di Hotel
Shangri-La Jakarta beberapa waktu silam,
dengan nada yakin.
Dr. Arto tidak sesumbar. Ia mengatur
strategi. Pada paparannya ia mengekspose
wajah Kota Bandung yang kian cantik dan
rencana lokasi tempat KOPAPDI XVI berlangsung dilengkapi sarana serta infrastruktur terpadu, tentunya sangat mendukung diselenggarakannya event akbar
tiga tahunan PAPDI ini. Optimis terpilih menjadi tuan
rumah pun juga tampak
dari pengurus PAPDI
Cabang Jawa Barat.
Mereka melobby para
pemilik suara dengan
beragam cara. Ada
yang membagikan
booklet, gimmick,
lobby-lobby dan
lain-lain.
Faktor yang
tak kalah penting adalah saat
ini Bandung sedang
menjadi
magnet dengan
sejumlah terobosan dalam memperbaiki dan memoles kota
oleh pemerintah Kota. Banyak orang ingin datang ke sana
melihat langsung area-area tertentu
yang direvitalisasi dan dijadikan
cagar budaya, serta dipercantik.
Saat kampanye kami tawarkan sejumlah kelebihan Bandung dibanding
kota lainnya, kami percaya diri sebab
sekarang memang waktunya Ban-

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

65

KABAR PAPDI

DR. Arto bersama keluarga.

dung. Selain itu, di kalangan sejawat seolah-olah ada tradisi Jawa dan non Jawa.
Kalau KOPAPDI 2012 di Medan, maka
KOPAPDI 2015 di tanah Jawa, imbuhnya
sambil tertawa renyah.
Persiapan perhelatan akbar PAPDI telah
dimulai tiga tahun silam. Di tengah kesibukannya, Dr. Arto yang juga Ketua Pelaksana
KOPAPDI XVI ini mengakui, tidak memakai
jasa event organizer (EO) pada acara tersebut. Ia bersama pengurus cabang, rekan
SMF/ Departeman Ilmu Penyakit Dalam FK
Unpad//RS Hasan Sadikin Bandung dan dibantu PPDS, bersama-sama mempersiapkan hajatan yang akan diselenggarakan
September 2015 ini. Namun, kata konsultan
pulmonologi ini, dalam pekerjaan yang sifatnya sangat teknis dan sangat menyita waktu
seperti pengurusan reservasi hotel dan akomodasi, kami serahkan ke mitra kerja.
Kami tidak menggunakan jasa event organizer secara full, tetapi hal yang menyangkut urusan hotel, tiket, dan transportasi, kami bermitra dengan pihak yang memang bekerja dan ahli dibidang tersebut.
Karena hal tersebut sifatnya sangat teknis
dan memakan waktu. Kami tidak profesion-

66

al dalam hal ini, ada pihak lain yang lebih


mengerti. Kami, panitia fokus mengurus
konten ilmiah, organisasi, publikasi, dan
rangkaian acara secara keseluruhan. Namun semua hal yang kami serahkan kepengurusannya ke mitra kerja tadi sudah barang tentu sepenuhnya tetap dalam kendali
kami papar Dr. Arto.
Khusus untuk registrasi dilakukan secara online, kami pun dibantu mitra yang sudah professional di bidang ini, tetapi kami
tetap tidak memperkenankan pihak mitra
kerja masuk ke area Panitia. Kerja sama ini
bersifat simbiosis mutualisme, kami tidak
memberikan apa-apa ke mereka, mereka
dapat ikut berpartisipasi dan membantu
dalam penyelenggaraan acara. Kami
khawatir apabila registrasi dikelola mandiri,
antrian bisa panjang dan kami ingin menghindari adanya kesalahan dalam masalah
administrasi registrasi. Harapannya dengan
sistem kerja seperti ini, segala sesuatunya
akan berjalan lebih lancar dengan risiko
yang minimal, ujar Dr. Arto penuh harap.
Tentunya, lanjut Dr. Arto, panitia berharap acara berjalan dengan sukses. Panitia
menghimbau Para Sejawat Spesialis Pe-

Halo INTERNIS Edisi September 2015

nyakit Dalam untuk hadir pada KOPAPDI


XVI Bandung, bahkan berkenan mengajak
Para Sejawat Dokter lainnya. Selain suguhan sesi ilmiah dengan tema-tema menarik
dan update, Sejawat pun akan mendapat
informasi organisasi, termasuk penyelenggaraan pemilihan Ketua Umum PB PAPDI.
Siapapun Ketua Umum PB PAPDI yang terpilih, kami dari cabang mendukung penuh
agar organisasi ini makin baik dan professional. Hal tersebut mengingat tantangan
PAPDI ke depan lebih besar baik secara
internal maupun eksternal organisasi.
Dan tak lupa, panitia telah menyiapkan
program wisata bagi keluarga. Bandung telah
lama dikenal tempat tujuan wisata. Beragam
destinasi tersuguh di Kota Kembang ini.
Kurang lengkap bila Sejawat yang menghadiri
KOPAPDI XVI bersama keluarganya tidak
menikmati wisata Kota Bandung.

Perintis Dokter
di Keluarga Besar
Kariernya di bidang kedokteran terbilang
moncer. Lelaki kelahiran Bandung pada 11
April 1963 ini sejak kecil memang sudah

KABAR PAPDI
bercita-cita ingin jadi dokter. Arto besar di
Cirebon yang bukan berasal dari keluarga
dokter. Saat itu, keluarga besarnya tidak
ada yang berprofesi dokter. Soal pilihannya
itu, ketika masih kecil ia berpikir jika menjadi dokter bisa menolong orang dan merupakan profesi yang sangat terhormat. Berjalannya waktu, alasannya bertambah lagi,
dokter bisa bekerja secara independen, bisa
berkarya di mana pun berada, tidak bergantung dan terikat pada siapa pun, jadi banyak
sekali alasan yang semakin menguatkan
tekadnya untuk menjadi dokter. Apapun
yang kita lakukan, tujuannya untuk mendapatkan kebahagiaan. Harus berusaha memperlakukan orang, siapa pun dia, seperti
ingin kita diperlakukan. Kalau kita ingin
diperlakukan oleh baik oleh orang sehingga
kita merasa nyaman, maka kita harus
berperilaku ke orang lain dengan dengan
baik pula agar orang tersebut merasa nyaman dengan keberadaan kita, ujar suami
Dr. Anggraini Alam, Sp.A(K) ini.
Sebagai orang pertama di keluarga besar
yang jadi dokter, sosok sulung dari empat
bersaudara ini, jadi inspirasi di keluarga. Adik
dan kedua anaknya mengikuti jejaknya. Istrinya pun seorang dokter. Tak heran bila darah
medis mengalir deras pada kedua
putranya. Saya dan istri perintis
profesi ini di keluarga masingmasing. Kami bangga dan sangat menghormati profesi ini,

sehingga sangat senang ketika anak-anak


mengikuti jejak kami, sebab kami tahu profesi ini seperti apa, ujarnya.
Ketika ditanya apakah profesi ini juga tekankan kedua putranya? Ya sedikit banyak
ada peran orangtua, ini faktor genetik ha
ha ha. Yang pasti kami tidak memaksakan,
hanya memberi contoh apa alasan kedua
orangtuanya memilih menjadi dokter. Membuka wawasan mereka mengenai berbagai
hal positif dari profesi ini, sehingga akhirnya
mereka memilih dokter jadi profesinya, mengikuti jejak kami, kedua orangtuanya.
Alhamdulillah kalau regenerasi ini dianggap
berhasil, aku ayah dari Adhitama dan
Adhirahman ini.
Kendati empat orang anggota keluarga
ini berprofesi sama, di rumah tak pernah
membahas urusan pekerjaan, tema medis
sebisa mungkin dihindari agar tidak jenuh.
Namun, Dr. Arto punya strategi khusus untuk bisa selalu bersama sang istri tercinta.
Dari keluar sampai balik lagi ke rumah
bareng istri, karena tempat kerja di Rumah
Sakit Hasan Sadikin Bandung dan praktek
swastanya sama, jadi bareng terus, berangkat sama-sama satu mobil, visit dan praktek
bareng. Bahkan
sering
kali
teman-

teman dan relasi telepon ke kami hanya


untuk berbicara dengan salah satu dari
kami, ujarnya seraya terkekeh.
Pencapaian yang telah diperolehnya merupakan anugrah Yang Maha Kuasa.
Menggeluti ilmu penyakit dalam, terutama di
bidang pulmonologi, hingga menjadi konsultan dan menggondol gelar Doktor, baginya
suatu nikmat yang selalu disyukuri. Pasalnya, sukses kariernya di bidang pulmo,
tak lepas dari jasa almarhum Prof. Dr. Eddie
Soeriasoemantri, Sp.PD, K-P dan Prof. DR.
Dr. Zul Dahlan, Sp.PD, K-P yang memintanya menjadi staf pengajar di Divisi
Pulmunologi Departemen/SMF Ilmu Penyakit dalam FK Universitas Padjajaran/RSHS
Bandung pada tahun 1997, kemudian ia
resmi bergabung di Divisi Pulmonologi pada
tahun 1999 setelah menyelesaikan wajib
kerja sarjana spesialis di Sintang, Kalimantan Barat.
Gelar akademik tertinggi, yaitu Guru Besar, tinggal selangkah lagi. Sebagai seorang
pegawai negeri sipil Kementrian Kesehatan,
hal ini tidaklah mudah. Namun, kerja dengan maksimal dan fokus adalah hal utama
dalam hidupnya. Kalau sudah dianggap
pantas dan layak menjadi Guru Besar,
alhamdulillah. Saat ini fokus bekerja semaksimal mungkin, mengenai hasilnya,
Lillahitaala, tukas Dr. Arto merendah.
Hal yang serupa ia terapkan di berbagai
kegiatan, tak terkecuali di organisasi. Baginya, menjadi Ketua PAPDI Cabang Jawa
Barat merupakan amanat yang mesti diemban sebaik-baiknya. Apalagi di tengah-tengah persoalan kesehatan saat ini, seperti
BPJS, gratifikasi, dokter asing dan lainlain, memerlukan perhatian ekstra dari
sang ketua. Tak jarang, ia mesti bolak
balik Jakarta Bandung berkoordinasi
dengan pengurus pusat di Jakarta.
Wajar, sosok low profile dan ramah
ini terpilih dua periode menjadi ketua.
Bagi ayah dua anak ini merupakan suatu
kehormatan dipercaya memimpin PAPDI
Cabang Jawa Barat selama dua periode. Ini amanah dari teman-teman,
senang bisa berinteraksi dan bekerja
sama selama ini. Setelah KOPAPDI
ini, selesai sudah tanggung jawab
saya sebagai Ketua Cabang, dua
periode sudahlah cukup, ujarnya
seraya melempar tawa menutup
pembicaraan. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

67

KABAR PAPDI

Ragam Wisata
KOPAPDI XVI Bandung

membawa anda mencicipi aneka kuliner


khas Bandung di Floating Market Lembang, melihat keindahan taman dengan
hamparan bunga Begonia dan mengunjungi Dusun Bambu yang menawarkan
suasana perkampungan Sunda jaman
dulu.
Harga Tour per orang: Rp.465.000,(Min 10 orang); Lama perjalanan: 7 jam;
Keberangkatan: Setiap hari pukul 10.00
WIB. Termasuk: Transportasi, Makan siang,
Tiket masuk objek wisata, Local Guide,
Parkir.

Bandung City Tour


Bandung terkenal dengan kerajinan-kerajinan unik yang sangat didukung oleh
pemerintah. Pada kesempatan kali ini kami
akan mengantarkan anda untuk mengunjungi berbagai industri kerajinan. Rumah
Batik Komar adalah industri kerajinan yang
pertama kita kunjungi, di sini kita akan
melihat cara pembuatan batik dan bisa
langsung membuatnya di atas media yang
telah disiapkan. Perjalanan dilanjutkan
menuju Pabrik Brokat di Gani Arta yang
menjual aneka brokat, tirai tipis dan gorden

Bandung Crater Tour


Pagi hari peserta berkumpul di lobby
hotel The Trans Luxury Bandung untuk bersama-sama berangkat menuju kawasan
Bandung Utara. Mengunjungi Gunung
Tangkuban Perahu yang merupakan
gunung berapi aktif di Jawa Barat, anda
bisa merasakannya dengan bau belerang
di sekitar lokasi. Kemudian perjalanan
dilanjutkan menuju Sari Ater Hot Spring
Resort dimana anda bisa merasakan
mandi dengan air hangat aliran sungai
yang mengandung belerang di kolam dan
kamar rendam yang disediakan. Setelah
makan siang melanjutkan perjalanan
menuju kawasan factory outlet Jalan Riau.
Harga Tour per orang: Rp.495.000,(Min 10 orang); Lama perjalanan: 7 jam;
Keberangkatan: Setiap hari pukul 08.00
WIB. Termasuk: Transportasi, Makan siang,
Tiket masuk objek wisata, Local Guide,
Parkir

Panoramic of South
Bandung
Berkumpul di lobby hotel, peserta tour
akan menuju kawasan selatan dari
Bandung tepatnya di kawasan Ciwidey.
Kunjungan pertama di objek wisata Kawah
Putih yang unik dengan warna air yang
bisa berubah-ubah. Setelah makan siang,
melewati kawasan perkebunan teh dan
menikmati suasana santai di Danau Situ
Patenggang. Dalam perjalanan pulang
mampir membeli oleh-oleh minuman khas
Jawa Barat yang menghangatkan tubuh
Bandrek Abah.
Harga Tour per orang: Rp.465.000,(Min 10 orang); Lama perjalanan: 7 jam;
Keberangkatan: Setiap hari pukul 08.00
WIB. Termasuk: Transportasi, Makan
siang, Tiket masuk objek wisata, Local
Guide, Parkir, Refreshment.

Wisata Kuliner
Bandung sangat terkenal dengan aneka
kuliner yang menggugah selera. Kami akan

68

Halo INTERNIS Edisi September 2015

yang sangat cantik. Saung Angklung Udjo


menjadi kunjungan terakhir, di sini anda
bisa membeli aneka oleh-oleh khas Jawa
Barat dan menyaksikan pertunjukkan musik
Angklung bahkan bisa sambil belajar
memainkan angklung.

KABAR PAPDI

PAPDI Photo Competition:

KOPAPDI XVI Bandung in Lens

esona Kota Bandung menjadi magnet bagi


penggemar fotografi. Kota Kembang ini telah
lama dikenal memiliki tempat-tempat wisata yang
menarik bagi peminat foto. Bangunan-bangunan
tempo dulu dengan arsitektur yang khas kerap diabadikan oleh para pemburu gambar. Wisata alam nan
asri seolah-olah berbicara betapa indahnya panorama
Bandung. Beragam tradisi budaya etnik Jawa Barat
menjadi objek foto yang menggambarkan betapa
kayanya budaya setempat.
Panitia KOPAPDI XVI Bandung menyelenggarakan
PAPDI Photo Competition. Para peserta KOPAPDI dapat
menyalurkan hobbynya pada acara tersebut. Panitia menetapkan empat tema, yaitu Historica landmark, Candid
Shoot, Everlasting Beauty dan KOPAPDI in Lens.
Peserta mengirimkan empat buah karya foto untuk tiap
tiap tema. Pemenang akan diumumkan pada acara
Cultural Night.
Tanggal
Waktu
Biaya

: 11 Sep 2015
: 16.00 Selesai
: Rp. 500.000/orang (min 10 orang)

Syarat dan Ketentuan


1. Peserta terdaftar dalam acara Kopapdi XVI Bandung
2. Peserta terlebih dahulu mendapatkan bimbingan dari fotographer professional yang disediakan oleh panitia
3. Walking tour dengan pemandu pada saat pengambilan foto disiapkan oleh panitia
4. Membawa perlengkapan dan kamera masing-masing
5. Foto karya sendiri dan maksimal mengirimkan 4 foto untuk masing-masing tema
6. Foto dibuat pada tanggal 11 Sep 2015 sesuai dengan waktu
yang ditentukan panitia
7. Khusus tema 4 foto dibuat pada saat acara Kopapdi XVI
berlangsung
8. Olah digital diperkenankan sewajarnya (level, saturasi, cropping
dll) dan bukan penggabungan satu atau lebih file foto
9. Hak cipta foto pada fotographer dan panitia diijinkan menggunakan foto pemenang lomba untuk kepentingan publikasi dan
pameran
10. Foto diserahkan dalam bentuk file kepada panitia paling lambat
tanggal 12 September pukul 10.00 WIB
11. Keputusan juri mutlak tidak bisa diganggu gugat
12. Pemenang lomba diumumkan pada acara Cultural Night

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

69

KABAR PAPDI

KOPAPDI Dari

Masa Ke Masa
KOPAPDI III di Bandung,
27-30 Agustus 1975

Titik Nol

16 November 1957, didirikan suatu Perkumpulan Ahli Penyakit


Dalam Indonesia (PAPDI)
Program malam klinik pertama dilaksanakan pada hari Rabu,
29 Januari 1958, jam 20.00 Wib dengan pembicara Dr. Djoa
Liang Ham.

KOPAPDI I di Jakarta, 22-26 September 1971

Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, K-EMD terpilih sebagai Ketua


Umum

Dr. H. Achmad Dachlan dipilih


sebagai Ketua Umum untuk periode 1975-1978
Diikuti oleh 522 peserta terdiri
atas 108 dokter ahli dan 414
dokter umum.
Ditetapkan 2 (dua) jenis pusat
pendidikan, yaitu: Pusat Pendidikan Pendahuluan Ahli Penyakit Dalam dan Pusat Pendidikan
Penuh Ahli Penyakit Dalam. Keduanya harus seragam di seluruh Indonesia. Dasar kurikulum mencakup sub/super spesialisasi 7 bidang.
Ditentukan, cabang dapat didirikan, bila kota/daerah bersangkutan sekurang-kurangnya terdapat 4 (empat) orang anggota
biasa
Ketua Umum hanya dapat dipilih untuk masa jabatan 2x berturut-turut.
Konferensi Kerja akan diadakan sekurang-kurangnya 1,5 tahun
sekali.

KOPAPDI II di Surabaya, 27-30 September 1973

Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, K-EMD ditunjuk sebagai Ketua


Umum PB PAPDI Baru untuk periode 1973-1975
Peserta anggota dan bukan anggota berjumlah sekitar 400
orang, dihadiri 5 cabang PAPDI: Medan, Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya.
Mengesahkan cabang-cabang
baru: Yogyakarta, Padang,
Manado.
Perlu dibentuk suatu dewan
yang bertugas menentukan
kebutuhan pendidikan, fasilitas,
dan cara mengevaluasi pendidikan seorang internis. Dewan
itu sekaligus merupakan Dewan
Penilaian Keahlian Dokter Ahli
Penyakit Dalam.

70

Halo INTERNIS Edisi September 2015

PB membentuk panitia khusus untuk menentukan lambang


PAPDI yang diketuai Bandung, dengan anggota: Jakarta, Yogyakarta, Surabaya. Sayembara diadakan untuk menentukan
lambang tersebut dan PB PAPDI menyediakan hadiah.
Medan diakui sebagai Pusat Pendidikan Penuh

KABAR PAPDI
KOPAPDI IV di Medan, 27-30 Juni 1978

Dr. H.Achmad Dachlan terpilih kembali menjadi Ketua Umum


PB PAPDI periode 1978 - 1981
Membentuk suatu panitia ad hoc yang beranggotakan Surabaya,
Semarang, dan Yogyakarta dengan tugas menyusun buku Pedoman Pendidikan Ahli Penyakit Dalam berdasarkan sistem kredit.
Ditentukan batas umur penderita penyakit dalam adalah 12 tahun keatas.
Pembentukan Board of Examination tetap merupakan tujuan
akhir dari penilaian pendidikan ahli penyakit dalam.

KOPAPDI VIII di Yogyakarta, 24-30 Juni 1990

KOPAPDI V di Semarang, 16-20 Juni 1981

Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, K-EMD terpilih menjadi Ketua


Umum PB PAPDI periode 1981 1984
Pendidikan Internist diambil alih oleh pemerintahan cq CMS dan
kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang disusun
PAPDI. Pusat-pusat pendidikan penuh (sentra kategori I) dihimbau untuk tetap menerima/membuka kesempatan pada sentra
kategori III (CMS) sebagai fasilitas pendidikan dari sentra kategori I dan tenaga-tenaga pendidikannya dipakai sebagai tenaga
pendidik penuh.
Sementara pemerintah belum menanggulangi Pendidikan Dokter Subspesialis, maka PB PAPDI melaksanakan subspsialisasi.
Board of Study menetapkan sentrum-sentrum tambahan untuk
pendidikan internist lengkap yaitu Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Universitas Andalas, Universitas Hasanudin, Universitas Gajah
Mada, dan akan dikembangkan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Universitas Sriwijaya.
Sidang menyetujui Mars PAPDI yang sudah dikumandangkan
pada pembukaan KOPAPDI V dan agar dinyanyikan pada setiap KOPAPDI.
PB PAPDI mengusulkan kepada pemerintah agar ditetapkan
suatu hari atau minggu yang dipersembahkan kepada orangorang usia lanjut.

KOPAPDI IX di Denpasar, 27 Juni1 Juli 1993

KOPAPDI VI di Jakarta, 24-26 Juli 1984

Prof. Dr. Utojo Sukaton, SpPD, K-EMD terpilih kembali sebagai


Ketua Umum PB PAPDI periode 1984 1987
Kongres mengakui adanya eksistensi subpesialis Alergi Imunologi dan subspesialis Reumatologi selain dari subspesialisasi
yang telah ada.
Kongres mengakui adanya eksistensi sentra pendidikan yang
sudah ada sesuai dengan SK Mentri Pendidikan dan Kebudayaan.

Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, MD, SpPD, K-GEH terpilih sebagai


Ketua Umum PB PAPDI untuk periode 1987-1990
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya ditetapkan sebagai
salah satu pusat pendidikan Dokter Ahli Penyakit Dalam

Prof. Dr. Slamet Suyono, SpPD,


K-EMD terpilih menjadi Ketua
Umum PB PAPDI periode
19931996
Menyetujui perubahan nama
cabang: Cabang Medan menjadi
Cabang Sumatera Utara, dan
Cabang Bandung menjadi cabang Jawa Barat.
PAPDI sepakat untuk membuka
kesempatan pendidikan subspesialis di kemudian hari bagi
Spesialis Penyakit Dalam yang
bekerja di luar Pusat-pusat
Pendidikan dengan prioritas
tetap spesialis penyakit dalam yang bekerja di Pusat-pusat Pendidikan.

KOPAPDI X di Padang, 23-27 Juni 1996

KOPAPDI VII di Ujung Pandang, 22-27 Agustus 1987

Prof. Dr. Sjaifoellah Noer, MD,


SpPD, K-GEH terpilih kembali
sebagai Ketua Umum PB PAPDI
untuk periode 19901993
Integritas Ilmu Penyakit Dalam,
yang berarti pelaksanaan Ilmu
Penyakit Dalam secara holistik,
harus tetap dipelihara
Mengupayakan pelaksanaan
yang seragam dari adaptasi spesialisasi penyakit dalam lulusan
luar negeri di berbagai pusat
pendidikan. Agar Departemen
Kesehatan menyamakan penempatan lulusan internis luar negeri
dengan lulusan dalam negeri.
PAPDI menolak dokter dari luar negeri bekerja di Indonesia
Anggota PAPDI lanjut usia dibebaskan dari iuran

Prof. Dr. Slamet Suyono, SpPD, K-EMD terpilih kembali menjadi


Ketua Umum PB PAPDI periode 1996 1999
Akan diadakan National Board Examination bagi para peserta
pendidikan dokter spesialis penyakit dalam
Menyepakati perlunya subbagian geriatrik dalam pendidikan
spesialis penyakit dalam

KOPAPDI XI di Surabaya, 7-11 Juli 2000

Prof. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, K-AI terpilih menjadi Ketua


Umum PB PAPDI periode 2000-2003
Di bidang pendidikan, hanya ada istilah internist (SpPD) dan
konsulen. Tidak ada internist plus.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

71

KABAR PAPDI

Dikembangkan konsep General


Internist dan dokter keluarga
serta peningkatan kemampuan
anggota dengan program
khusus.
Penerimaan subspesialisasi perlu
melibatkan organisasi seminat.
Terjemahan PAPDI dalam
bahasa Inggris hanya satu, The
Indonesian Society of Internal
Medicine
Intensivis (Medical Care
Medicine) tetap merupakan
bagian integral dari pelayanan
penyakit dalam.

KOPAPDI XIII di Palembang, 5-9 Juli 2006

KOPAPDI XII di Manado, 6-9 Agustus 2003

Prof. DR. A. Aziz Rani, SpPD, K-GEH terpilih menjadi Ketua


Umum PB PAPDI periode 2003-2006
Public Relation memiliki tugas
untuk mensosialisasikan visi dan
misi PAPDI kepada masyarakat
maupun dokter. Hal yang mesti
disosialisasikan di antaranya
bahwa anggota PAPDI berpran
aktif dalam penanggulangan imunisasi dewasa, malaria, TBC,
HIV/AIDS, hepatitis, dan osteoporosis.
PAPDI mempunyai sikap dalam
menghadapi friksi antara disiplin
ilmu penyakit dalam dengan disiplin ilmu lainnya.
Pendidikan Spesialis Dalam
tetap dilakukan sertifikasi oleh
Universitas, dan penetapan kurikulum oleh kolegium.
Materi psikosomatik tetap menjadi bagian pendidikan dokter
spesialis penyakit dalam tak perlu sebagai subbagian.
Konsultan Endokrin (KE) menjadi Konsultan Endokrinologi
Metabolisme dan Diabetes (KEMD).

KOPAPDI XIV di Jakarta, 11-14 Nopember 2009

Halo INTERNIS Edisi September 2015

DR.Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM, FINASIM, FACP terpilih


kembali sebagai sebagai Ketua Umum PB PAPDI 2009 2012
Membuka beberapa cabang PAPDI di daerah-daerah
Aktif menghidupkan kembali AFIM
Terpilih menjadi tuan rumah WCIM, 2016
Roadshow ke cabang-cabang PAPDI
Peluncuran Buku EIMED PAPDI

KOPAPDI XV di Medan, 12-15 Desember 2012

72

DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD,


K-HOM, terpilih menjadi Ketua
Umum PB PAPDI periode 20062009
Menyetujui pemberian Fellow
Indonsian College of Physician
(FICP) pada setiap internist, dengan peraturan dan ketentuan
yang dibuat kolegium.
Membuat website dan mailing list
PAPDI
Perlu dibentuk Medical Law
Advisor
Peningkatan aktivitas Continuing
Professional Development (CPD)

Prof.DR.Dr.Idrus Alwi, SpPD, KKV, FINASIM, FACC, FESC,


FAPSIC, FACP terpilih sebagai
Ketua Umum PB PAPDI 2012
2015
Pembentukan Tim Adhoc BPJS
Pembentukan Tim Adhoc Dokter
Asing
Pembentukan Tim Adhoc
Adolescent
Pembentukan Tim Adhoc
Mapping Need
Pembentukan Tim Adhoc
Gratifikasi
Menetapkan Tata Nilai PAPDI
Aktif pembentukan ACP Chapter Asean
Memiliki gedung Rumah PAPDI
Menerbitkan buku PNPK, PPK, Clinical Pathway

KABAR PAPDI

Konvokasi FINASIM:
Apresiasi Atas Profesionalisme

Konvokasi FINASIM KOPAPDI XV Medan.

engurus Besar Perhimpunan Dokter


Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
(PB PAPDI) kembali menggelar Konvokasi FINASIM pada Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XVI
Bandung. Acara penganugrahan gelar
FINASIM (Fellow of The Indonesian Society
of Internal Medicine) kali ini akan diikuti 425
internis yang telah dinyatakan lulus seleksi
pada periode 2013 2015. Pengumuman
lulus seleksi dilakukan setiap tahunnya bersamaan dengan Pertemuan Ilmiah Nasional
PAPDI. Pada PIN 2013 di Pekan Baru
Steering Committee FINASIM telah meluluskan 176 internis, pada PIN 2014 Surabaya 123 internis dan PIN 2015 di Palembang
126 internis. Konvokasi kali ini addalah konvokasi ketiga setelah, KOPAPDI 2009 di Jakarta 2009, dan KOPAPDI 2012 di Medan.
Konvokasi merupakan prosesi pemberian gelar FINASIM kepada internis yang telah dinyatakan lulus seleksi oleh dewan penilai. FINASIM adalah gelar kehormatan

yang disematkan PB PAPDI kepada anggotanya yang telah memperoleh pengakuan


dari sesamanya (peers) atas integritas pribadi, kompetensi yang superior dalam ilmu
penyakit dalam, dan bukti atas prestasi pribadi serta akademik.
Gelar fellow ini sebagai pengakuan atas
kontribusi seorang anggota yang dianggap
profesi lebih dari biasa dan tidak hanya
mencakup kegiatan maupun pencapaian
akademis saja. Seorang akademis yang
jauh dari laboratorium maupun pusat pendidikan namun dianggap berhasil dalam
mengangkat nama organisasi profesi penyakit dalam di masyarakat atau di daerah
terpencil pun dapat dipertimbangkan.
Menurut DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD,
K-HOM, FACP, ada beberapa penilaian
yang menjadikan internis berhak menyandang gelar fellow. Diantaranya, menjunjung
tinggi dan mempraktikkan standar klinis dan
idealisme etika, menunjukkan kepemimpinan di masyarakatnya secara regional atau
nasional aktif dalam hal-hal yang menyang-

kut peningkatan dalam bidang kesehatan,


komunitas, dan sosial. Seorang fellow diseleksi oleh dewan penilai, bukan karena jenjang karir, gelar profesor atau doktor, ataupun kedudukan, ujarnya
Setelah prosesi ini, seorang internis berhak menyematkan gelar FINASIM. Gelar ini
juga dapat dipergunakan ketika melakukan
praktik. Interis yang telah lulus seleksi FINASIM akan mendapat discount khusus
saat mengikuti kegiatan PAPDI. Pada konvokasi kali ini mendapat kehormatan dengan hadirnya Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH
yang memberikan orasi pada Utojo Sukaton
Lecture.
Pada kesempatan ini, Ketua Umum PB
PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FASIC, FACP mengucapkan selamat kepada para internis
yang menerima FINASIM. Dan Tentu saja,
PAPDI masih menantikan fellow selanjutnya, yang berarti juga semakin banyak internis yang memenuhi unsur achievement, dedication, dan commitment. Selamat! (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

73

KABAR PAPDI

Nama-nama yang lulus seleksi FINASIM


PAPDI Cabang Jakarta Raya
1. Teguh Wijayadi
2. I Made Mardika
3. Hari Hendarto
4. Ronald Irwanto Natadidjaja
5. Puteri Wahyuni
6. Tedhy Djaja Ateng
7. Hendarto Natadidjaja
8. Susie Setyowati
9. Wahjudi
10. R.P. Djoko Koentjoro
11. Sjaiful Ichwansjah Biran
12. Simon Salim
13. Rachmat Hamonangan
14. Yoga Iwanoff Kasjmir
15. Rudy Hidayat
16. Aru Ariadno
17. Faisal Syarifuddin
18. Djati Sagoro
19. Syarifuddin Laingki
20. Arief Wibowo
21. Joyce Bratanata
22. Albertus Djaja
23. Lies Luthariana
24. Epistel P. Simatupang
25. Robert Noldy Ngantung
26. Kustedi Rafli

74

27. Afifah Is
28. Dody Ranuhardy
29. Rebekka M.H. Napitupulu
30. Nur Alim Fitradjaja
31. Joko Budiman Jong
32. Surahman Muin
33. Femiko M.N. Sitohang
34. Pringgodigdo Nugroho
35. Ikhwan Rinaldi
36. Fias
37. Kaka Renaldi
38. Nenfiati
39. Sayid Ridho
40. Noto Dwimartutie
41. Lusiani
42. Martha Iskandar
43. Suryantini Singgih
44. Rithza S. Harun
45. RR. Dyah Purnamasari S.
46. Purwita Wijaya Laksmi
47. Giri Aji
48. R. Roro Rahayu
49. Didi Kurniadhi
50. Annela Manurung
51. Marina Epriliawati
52. Santi S.R. Parhusip
53. Eva Sian Li

Halo INTERNIS Edisi September 2015

PAPDI Cabang Jawa Barat


1. Agustian Lukas K.
2. Yusra Dewita
3. Katharina Setyawati S.
4. Cecep Sulaiman Iskandar
5. Iskandar
6. Abdul Wahid Usman
7. Amaylia Oehadian
8. Fifi Akwarini
9. Rachmat Permana
10. Nieke Dewi Riani Kriswandi
11. Anggraini Widjajakusuma
12. Jefry Tahari Argatio

PAPDI Cabang Surabaya


Ari Sutjahjo
Agus Harijono
Fuad Hamdun
Agus Dahana
Purwati Armand Noeryoto
Wahyu Nugroho Loka
Ishak Suryaputradinata
Mohammad Mujib
M. Iza Indramanto
Zainudin Zuhri
Sudarwanto
Sugianto

Rudyanto
Ratri Paringsih
Rijanto
Priyo Widodo
Suprayitno
Suhartono Notosuwarno
Sony Sujatno
Sahid Suparasa
Johannes Vincentius Lusida
Jojok Santoso
Hadiq Firdausi
Faried Sanusi
Emilia Retno I.
Eddy Prijambodo
Dian Samudra
Dita Taurini
Djoko Tamtomo
Batari Retno Minanti
Endang Sulistyorini
Atik Yuniani
Andy Purnomo
Yuli Hermansyah
Widyaningsih
Wahyu Hendradi
Wiwiek Indriyani M.
Tulus Lumaksono
Trini Windarwati
Asna Rosida
Munir Raidi
Jongky Hendro Prayitno
Johanes Intandri Tjundawan
I Wayan Mertha
I Putu Suharta Putra
Hermina Novida
Gendon Djonhar Suroso
Rina Melinda
Eko Budisantoso
Fajar Admayana
Abdur Rohman
Mantik Wibisono
Bahrodin
Teguh Prartono Hario Utoro
Imam Soewono
Gusti Rizaniansyah Rusli
Dany Irawan
Danang Kusuma Adi
Nailul Haq
I Dewa Made Widi Hersana
Darmojo Kandinata
Mohammad Mahfudz
Suharto

KABAR PAPDI

Kysdarmanto
Fahmi Adi Priyantoro
Badrul Munir
Adi Mulyono
Andry Sultana
Denny Vianto
Husin Thamrin
Mochamad Arwin Achijar
Een Hendarsih
Heru Wijono
Bayu Dharma Shanti
Wiwid Samsulhadi

PAPDI Cabang Yogyakarta


Johan Kurnianda
Putut Bayupurnama
Sutanto Maduseno
Kartika Widayati
Eko Budiono
Deddy Nur Wachid A.
Anna Anggraini
Fahmi Indrarti
Hariadi Hariawan
Hemi Sinorita
Suharnadi
Ayu Paramaiswari
R. Bowo Pramono
Susanna Hilda Hutajulu
Nyoman Kertia
Sumardi
Heru Prasanto
Catharina Triwikatmani
Doni Priambodo Wijisaksono
Yanri Wijayanti Subronto
Bambang Djarwoto
Iri Kuswadi
Neneng Ratnasari
Luthfan Budi Purnomo
Ika Trisnawati

Habib Wicaksono
Endang Widiastuti
V. Noegroho Isti Donodjati
Yuli Astuti
Dessy Nurwahyuningtyas P.
Rizka Humardewayanti A.
Liliani Mustika Dewi
Achmad Thabrani
Arlyn Yuanita
Warih Tjahjono
Purwoadi Sujatno
Lisa Kurnia Sari
Waisul Choroni
Barkah Djaka Purwanto
Nedya Safitri
Agus Yuha Ahmadu
Ali Baswedan
M. Agung Monalipa
M. Robikhul Ikhsan
Diana Rinawati
Heni Retno Wulan
RM. Tedjo Megantoro
Mulyo Hartana
Eko Aribowo
Mohamad Wibowo
Cornelia Wahyu Danawati

PAPDI Cabang Semarang


Lestarinigsih
Banteng Hanang Wibisono
Jacobus Albertus AY
Taufik Kresno Dwiyanto
Didik Wiharyadi
Tri Susanti
Tekky Tjendani
Bambang Winarto
Rachmat Riadi
Mudzakkir Djalal
Nur Anna Chalimah Sadyah
Nurul Aisyiah
M. Saugi Abduh
Magy Julia Rachmawati
Tjoe Ivone Wulansari
Muhamad Subandrio
Bambang Adi Setyoko
Muchamad Nur Aziz
B. Neni Mulyanti
Hudiarso
Tri Wahyu Sukarnowati
I Gusti Nyoman Agung P.
Ira Widyastuti

PAPDI Cabang Malang


Bagus Putu Putra Suryana
Nur Samsu

Gadis Nurlaila M.M.


Djanggan Sargowo
Atma Gunawan
Syifa Mustika
Wendy Budiawan

PAPDI Cabang Surakarta


Sumaryadi Waskito
Ardyasih
Agus Supriyanta
Vivin Hudiyanti
Didit Novianto
Grendi Faneri Yonarko
Agus Joko Susanto
Arief Nurudhin
Agung Susanto
Harnowo Wilujeng
Irene Vera Boestaman
Suharto
Yulyani Werdiningsih
Listyowati

PAPDI Cabang Purwokerto


Supardi

PAPDI Cabang Bali


I Nyoman Sutarka
Gede Kambayana
I Gede Ketut Sajinadiyasa
I Gede Pande Sastrawan
Ni Made Renny Anggreni Rena
I Made Duwi Sumohadi
I Made Bagiada
Tjokorda Gde Dharmayuda
I Wayan Losen Adnyana
I Ketut Suryana
I Ketut Mariadi
Ida Bagus Putu Putrawan
I Wayan Darya
Benny Arthawibawa
I Nyoman Astika
Ida Bagus Nyoman Mahendra

PAPDI Cabang
Sumatera Utara
Sabar Petrus Sembiring
Jannus Sitorus
Mustafa Kamil Adam
Eric Nelson
Sahala Sinaga
Rosihan Sipayung
Ilham d
Anita Rosari
Sofyan Sembiring
Wika Hanida

Daud Ginting
Corry C. Silaen
Rismauli Doloksaribu
Suara Ginting
Rudi Mahruzar
Shahrul Rahman
Ida Nensi Gultom
Meutia Sayuti
Mulia Ginting
Imelda Ray
David Sitepu
Marulak Samosir
Christina J.R.E. Lumbantobing
Taufik Sungkar
Syafrizal Nasution
Zainal Safri
A.M. Setia Putra
Budianto Sigalingging
Rudy Dwi Laksono
Riri Andri Muzasti
Yunita Veronica Tampubolon
Suhartono
Ameliana Safitri Purba
Lenni Evalena Sihotang
Edyan Pinem
Restuti Hidayani Saragih

PAPDI Cabang
Sumatera Barat
Elfizon Amir
Fauzar
Drajad Priyono
Saptino Miro
Najirman
Raveinal
Herwin Hasan
Harnavi Harun
Festi Eliza
Roza Kurniati
Rasmelia Nur
Roza Mulyana

PAPDI Cabang
Sumatera Selatan
Agus Patmono
Endang Mardiningsih
Muhammad Nur Zain
Wardhana
Pontjo Yunarko
Suprapti
Ratna Maila Dewi A.
M. Ali Apriansyah
Yuniza
Ria Anggoro
Surya Darma

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

75

KABAR PAPDI
Nur Riviati
Indriyani Hermiyana
Edi Saputra
KGS. M. Rosyidi
Leni Susanti
Firda Aryanti
Ida Kusrini

PAPDI Cabang Riau


Wisman Tanjung
Mahmoud Fauzy
Izwar
Donna Alfina
Arles
Poerniati Koes Andrijani
Edwar Darmawan
Asrizal
Irianto
Dasril Efendi
Nova Ridha
Seson
Saiful Anam
Arjunaidi
Halomoan Budi Susanto

Toni Prasetia

PAPDI Cabang Makassar


Djunaidi Ruray
Ratni Rahim
Happy Lauwrenz
Sudirman Katu
M. Harun Iskandar
Margaretha Kendenan
Susanto Hendra Kusuma
Zakaria Mustari
Satriawan Abadi
Erwin Arief

PAPDI Cabang
Kalimantan Timur
Martina Yulianti
Melani Prihartini
Widy Helen

Irwan Haris
Zulfan
Tjatur Winarsanto
Mohamad Luthfi
I Made Astawa

PAPDI Cabang Bogor

PAPDI Cabang Kupang

PAPDI Cabang Jambi

Stefany Adi Wahyuningrum


Cristina Tarigan
Adjunias Maifa
Heri Sutrisno
Ida Bagus Ngurah Wisesa

PAPDI Cabang Bengkulu

Titin Kristina
Gusrizal
Mulyadi Joyo Santoso
Sefnirita
Elvidawati
Hendra
Andi Kurniawan

Yandi Kurniawan S.H.


Farid Amansyah
Achmad Boediono

PAPDI Cabang
Sulawesi Utara

PAPDI Cabang
Kepulauan Riau

Tahi Hatigoran Simanjuntak


Eddie Jonas Joseph
Lucky Lukas Timbuleng Siwy

PAPDI Cabang Kalimantan


Selatan Tengah

Danang Legowo

Apriyanto Aries Kuncoro


Abd. Halim

PAPDI Cabang Tanah Papua

PAPDI Cabang Aceh

PAPDI Cabang Banten

PAPDI Cabang NTB

Lindawati
Sawdahanum
Faisal
Misriani
Abdul Gani Puteh
Abdullah
Hendra Zufry
Gunardi
Mahriani Sylvawani
Libya
Magda Lusiana
M. Darma Muda Setia

Jasirwan Rahmad
Tolhas Banjarnahor
Edison Yantje Parulian Saragih
Ahmad Mekah

I Gusti Putu Winangun


Wikan Tyasning
Mokhamad Farid Wajdi
Firdaos Joko Pangarso
Muhamad Ali
Karsito
I Wayan Agus Jaya Santika

PAPDI Cabang Cirebon


Afdi Muchlis Syams
Syofyan Zein

PAPDI Cabang Lampung


Haryono
Hedi Suprihadi
Ghufran Hamzah
Munirulanam
Lukman Pura
Awal Bachtera Barus
Hasmi Maha
Hotmen Sijabat
Ibramsjah
I Gede Putu Arinanda
Martin Bachtiar
Firhat Esfandiari
Marina Fauzia Azwir
Ridhuan Irawan
Sri Widodo

76

Halo INTERNIS Edisi September 2015

Zulfan
Winy Katarina
Yulia Marina
Nurman Sidiq

PAPDI Cabang Bekasi


Andreas Widjaja

Indra Sihar M. Manullang


Raden Iwantoro

PAPDI Cabang
Maluku Utara
Muhamad Taha Albar

PAPDI Cabang Depok


Muslich Ayub
M. Artisto Adi Yussac
Devy Juniarti Iskandar
Desi Fitriani

KABAR PAPDI

PIN XIII PB PAPDI 2015:

Tingkatkan Kompetensi
Demi Layanan Terbaik
Kegiatan ilmiah ini memiliki daya tarik sendiri.
Tema-tema yang menarik
dan up to date disguhkan
dalam bentuk workshop
memudahkan peserta
berinteraksi dengan para
pakar dengan leluasa.

karena RSMH saat ini sudah kewalahan,


ujar Alex Noerdin yang disambut tepuk tangan peserta simposium.
Menurut Alex Noerdin, kesehatan dan
pendidikan merupakan dua mata pisau
yang penting bagi pembangunan peradaban manusia. Sehingga dua program tersebut menjadi program yang dikedepankan.
Untuk apa pintar jika kurang sehat dan sehat tapi bodoh oleh karena itu dua-duanya
kita harus dorong, sergahnya.

Sementara Ketua Umum PB PAPDI Prof.


Idrus alwi mengatakan bahwa PIN merupakan agenda tahunan yang rutin dilakukan
PB PAPDI dalam rangka continuing professionalisme development (CPD). PB PAPDI
sesuai dengan misinya menjunjung tinggi
sikap professional dengan selalu meningkatkan kemampuan klinis dan diagnostik
anggotanya agar dapat memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada masyarakat. Hal tersebut terkait dengan seiringnya

ertemuan Ilmiah Nasional (PIN) PB


PAPDI XIII resmi dibuka oleh
Gubernur Sumatera Selatan H. Alex
Noerdin di Grand Ballroom Hotel
Novotel Palembang, 12 14 Juni 2015.
Peresmian ditandai dengan pemukulan
gong oleh Gubernur yang didampingi oleh
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus
Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC,
FAPSIC, FACP, FRCPT, Ketua Pelaksana
PIN XIII Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, KKV, FINASIM, Penasehat PB PAPDI DR.
Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,
FINASIM, FACP, dan Prof. DR. Dr. Ali
Ghanie, SpPD, K-KV, FINASIM.
Pada orasinya, Alex Noerdin memaparkan pembangunan di Sumatera Selatan,
khususnya di bidang kesehatan dan pendidikan. Dalam waktu dekat, katanya,
Sumatera Selatan akan membangun rumah
sakit bertaraf international. Hal ini dikarenakan kebutuhan masyarakat Sumsel
mengingat RSMH mengalami lonjakan
pasien. Kami tidak main-main untuk program kesehatan maupun pendidikan. Dalam
waktu dekat kita akan bangun RS Umum
Provinsi Sumsel berkelas internasional

Pengguntingan pita oleh Gubernur Sumatera Selatan H. Alex Noerdin.

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

77

KABAR PAPDI
perkembangan ilmu penyakit dalam, baik
ilmu dasar maupun klinis maka PB PAPDI
dalam program kerjanya mengedepankan
CPD, seperti PIN, roadshow ke daerah
daerah yang jauh dari pusat pendidikan
kedokteran, CME online dan lain-lain. Dengan meng update kompetensi kita dapat
memberi layanan kesehatan yang optimal
dan terhindar dari kasus medikolegal, prinsipnya patient safety, katanya
PIN PB PAPDI memiliki daya tarik
sendiri. Menurut Ketua Panitia Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM tema
yang disuguhkan merupakan tema-tema
yang aktual dan up to date yang seringkali
ditemui ketika praktik. Dengan model workshop, peserta dapat leluasa berdialog dengan para pakar membahas berbagai kasus
yang sering dihadapi. PIN PB PAPDI lebih
banyak sesi workshop dibandung simposium atau kuliah umum. Dengan model
begitu, peserta dapat berinteraksi dengan
para pembicara dengan leluasa. Sebagian
peserta menjadikan acara ini agenda wajib
tahunan, katanya.
PIN kali ini bekerjasama dengan PAPDI
Cabang Sumatera Selatan. Ketua PAPDI

78

Cabang Sumsel DR. Dr. Zulkhair Ali, SpPD,


K-GH, FINASIM mengatakan peserta dapat
menggunakan pengetahuan yang diperoleh
ditempat praktik sejawat di daeah masingmasing. Selain meningkatkan kompetensi,
peserta dapat menikmati berbagai wisata
yang terdapat di kota pempek ini.

Seleksi FINASIM
Bagi sebagian internis, PIN merupakan
agenda yang tak boleh terlewatkan. Selain
up date pengetahuan, pada acara itu diumumkan kelulusan seleksi gelar FINASIM.
Pada PIN 2015 ini, DR. Dr. Andhika
Rachman, SpPD, K-HOM, FINASIM membacakan 126 internis dari seluruh Cabang
PAPDI yang dinyatakan lulus hasil uji verifikasi dan berhak mendapat gelar FINASIM.
Internis yang lulus seleksi pada 2015 akan
mendapat sertifikat FINASIM dan sudah
boleh menambahkan gelar tersebut di belakang namanya. Sedangkan Konvokasi akan
dilaksanakan pada Kongres Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
(KOPAPDI) XVI 2015 di Bandung.

Halo INTERNIS Edisi September 2015

PIN PAPDI Award


PIN XIII Palembang mengumumkan pemenang PIN PAPDI Award 2015. Pada tahun
ini, tim juri telah menetapkan dua pemenang,
yaitu Dr. Erni Juwita Nelwan SpPD, K-PTI,
FINASIM dengan tema penelitian Akurasi
Penggunaan Skor Nelwan dalam Penegakkan Diagnosis Demam Tifoid Dewasa: Perbandingan dengan Kultur Salmonella typhi,
dan Dr. Fauzi Yusuf, SpPD, K-GEH dengan
tema penelitian Analisis Struktur Mikrobiota,
Ekspresi Heat Shock Protein 70 dan Caspase
3 pada Penderita Kanker Kolorektal. Kedua
pemenang berhak atas dana bantuan penelitian masing-masing 40 juta. Ajang bagi para
peneliti ini dilakukan PB PAPDI untuk kedua
kalinya yang bekerjasama dengan PT Kalbe
Farma. PIN PAPDI Award merupakan apresiasi yang diberikan PB PAPDI kepada penulis
atau peneliti yang aktif berkontribusi di The
Indonesian Journal of Internal Medicine.
Acta Medica Indonesiana, The Indone-sian Journal of Internal Medicine merupakan
jurnal kedokteran di bidang ilmu penyakit dalam yang telah terakreditasi internastional.
(HI)

KABAR PAPDI

Dr. Fauzi Yusuf, SpPD, K-GEH, FINASIM:

Raih Penelitian Terbaik


PIN Award 2015

enelitian Dr. Fauzi Yusuf, SpPD, KGEH, FINASIM terpilih sebagai salah satu penelitian terbaik pada PIN
Award 2015. Penelitian Dr. Fauzi
yang bertema Analisis Struktur Mikrobiota,
Ekspressi HSP70 dan Caspase 3 pada
Penderita Kanker Kolorektal dapat menyingkirkan puluhan artikel lain yang dimuat
dalam Acta Medica Indonesiana atau The
Indonesian Journal of Internal Medicine
(IJIM). Dengan begitu, Dr. Fauzi Yusuf mendapat dana bantuan penelitian senilai 40
juta hasil kerjasama PAPDI dan PT Kalbe
Farma.
Pemenang PIN PAPDI Award 2015 diumumkan pada Pertemuan Ilmiah Nasional
(PIN) PAPDI XIII di Hotel Novotel Palembang, 12 -14 Juni 2015 lalu. PIN PAPDI
Award suatu apresiasi yang diberikan oleh
PAPDI kepada penulis dan peneliti yang aktif mengisi karya-karyanya di IJIM, jurnal kedokteran Indonesia yang telah memperoleh
akreditasi international.
Pada penelitian ini, Dr. Fauzi Yusuf mencari hubungan antara komposisi mikrobiota
dengan kejadian kanker kolerektal. Mikrobiota saluran cerna merupakan hal penting
dalam proses karsinogenesis pada pejamu.
Beberapa penelitian menunjukkan mikrobiota
yang menyebabkan keganasan pada saluran
cerna seperti Helicobacter pylori. Komposisi
mikrobiota usus juga dilaporkan sebagai penanda pada pasien dengan kanker kolorektal
dengan adanya ketidakseimbangan mikrobiota, seperti peningkatan Clostridium spp,
Bacteroides dan Bifidorium spp.
Beberapa penelitian invitro memperlihatkan bahwa butyrate menginduksi ekspressi
heat shock protein 70 yang berperan pada
awal apoptosis. Caspase yang merupakan
aspartate-specific cysteine proteases yang
berperan penting pada apoptosis dan infla-

masi dan mempunyai kontribusi yang penting pada keseimbangan saluran cerna,
pada percobaan tikus ditemukan hubungan
caspase 3 dan komposisi mikrobiota.
Sehubungan dengan penelitian lanjutan
mengenai hubungan komposisi mikrobiota
dengan kejadian kanker kolorektal masih
terbatas pada penelitian in vitro, maka
peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan komposisi mikrobiota terhadap ekspres-

kit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas


Syiah Kuala (FK Unsyiah)/RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, Instalasi Patologi
Anatomi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh dan Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh. Untuk pemeriksaan
PCR dan DDGE penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Biosains (Institut Biosains)
Universitas Brawijaya Malang.

Dr. Fauzi Yusuf, SpPD, K-GEH

si heat shock protein 70 dan caspase 3


pada manusia
Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain case control study.
Penelitian mengamati dua kelompok yakni
kelompok penderita kanker kolorektal dan
kelompok orang sehat, hal yang diteliti
adalah komposisi mikrobiota, gambaran
HSP70 dan Caspase3.
Penelitian dilaksanakan di Divisi Gastroenterohepatologi, Departemen Ilmu Penya-

Penelitian ini, kata Dr. Fauzi Yusuf, diharapkan menjadi informasi untuk program
pencegahan kanker kolorektal melalui penjagaan keseimbangan mikrobiota saluran
cerna, dan menjadi dasar penggunaan prebiotik dan probiotik dalam menjaga keseimbangan mikrobiota saluran cerna. Menjadi
informasi bagi masyarakat langkah pencegahan kanker kolorektal melalui gaya hidup
dan pola makan yang sehat,kata Ketua
PAPDI Cabang Aceh ini. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

79

KABAR PAPDI

WCIM 2016, Bali, Indonesia:

Menanti Partisipasi
Anggota PAPDI

Anggota PAPDI agar


turut berpartisipasi pada
WCIM 2016. Selain
hadir, sejawat dapat aktif
mengikuti berbagai
kegiatan. Dokter lokal
diharapkan membanjiri
Hotel Bali Nusa Dua
Convention Center.

urang dari satu tahun Indonesia


menjadi tuan rumah World Congress
of Intenal Medicine (WCIM) 2016.
Persiapan terus dilakukan Pengurus
Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indoonesia (PB PAPDI) selaku

panitian perhelatan akbar dokter-dokter penyakit dalam seluruh dunia yang tergabung
dalam International Society of Internal Medicine (ISIM). Panitia WCIM 2016 melibatkan pengurus pusat dan cabang yang selalu
sinergi untuk menyukseskan event international itu.
Koordinasi panitia dengan ISIM terjalin
baik. Panitia melaporkan perkembangan demi perkembangan hingga hari pelaksanaan.
Terakhir, panitia telah mempresentasikan
persiapan WCIM 2016 di depan executive
committee ISIM pada WCIM 2014 di Seoul,
Korea Selatan, akhir Oktober 2014 lalu.
Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally
Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM,
FACP mewakili panitia, melaporkan perkembangan persiapan WCIM 2016. Dengan
didampingi panitia lain, Dr. Sally memaparkan hal-hal terkait denga persiapan WCIM
2016 dihadapan executive committee ISIM.

Delegasi PAPDI pada WCIM 2014 di Seoul, Korsel.

80

Halo INTERNIS Edisi September 2015

Mereka (executive committee-red) tidak tanya apa-apa, hanya katakan bila ada kendala sponsor, beritahukan kami, kata Dr.
Sally setengah deg-deg-an. Alhamdulilllah,
mereka menerima dan cukup paham soal
kendala sponsor. Ketika presentasi, kami
lebih menitikberattkan kepada tema-tema
ilmiah. Karena kami tahu mereka sangat
ketat soal konten acara, tambahnya
WCIM 2016 akan diselenggarakan di
Hotel Bali Nusa Dua Convention Center
(BNDCC). Panitia menargetkan 10,000
peserta akan hadir pada acara tersebut.
Jumlah ini lebih banyak dibanding WCIM di
Seoul yang 7.000 peserta. Akomodasi
cukup untuk sejumlah itu, ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Umum
PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, KKV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC,
FACP, FRCPT. Prof. Idrus mengatakan terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah pada
bidding WCIM 2010 di
Melbourne, Australia lalu
merupakan suatu kesempatan untuk PAPDI menunjukkan bahwa pendidikan dan pelayanan di
bidang ilmu penyakit dalam di Indonesia cukup
berkembang. Untuk itu,
kami akan siapkan WCIM
Bali ini semaksimal mungkin, ujarnya.
Prof. Idrus melanjutkan, panitia telah audiensi
ke Kementerian Kesehatan RI. Menteri Kesehatan
mendukung pertemuan
tingkat dunia itu dan meminta agar membahas
materi-materi terkait penyakit yang umum terjadi

KABAR PAPDI
di Indonesia.
Sementara Ketua Panitia WCIM 2016 .
DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,
FINASIM, FACP menghimbau anggota
PAPDI agar turut berpartisipasi pada WCIM
2016. Selain hadir pada acara itu, sejawat
dapat aktif mengikuti beberapa kegiatan
seperti lomba penelitian, lomba poster dan
lain-lain. Dari WCIM sebelumnya, peserta
terbanyak adalah dari dokter lokal. Seperti
WCIM 2014 kemarin, dari 7.000 peserta,
ada sekitar 6.000 perserta merupakan tenaga kesehatan dari Korea Selatan. Sisanya,
dokter asing. Untuk itu kami menghimbau
internis untuk hadir, selain menambah
pengetahuan juga berbagi pengalaman
dengan dokter-dokter asing,ujar Penasehat
PB PAPDI itu.
Dr. Aru menambahkan, melalui Asean
Federation of Internal Medicine (AFIM),
panitia juga mengundang internis di kawasan Asean untuk berpartisipasi pada WCIM
2016. Dan sebagai South East Asia of
Chapter American College of Physicians
(ACP), panitia meminta dukungan dari ACP

Merebut Kemenangan
di Melbourne
WCIM 2010 di Melbourne menjadi
momentum penting bagi PAPDI. Setelah
pernah kalah dari negara lain, padda WCIM
2010 delegasi Indonesia berhasil menjadi
tuan rumah penyelenggaraan World Congress of Internal Medicine (WCIM) 2016.
Keberhasilan merebut tuan rumah bukan
hal mudah. Empat negara memperebutkan
posisi ini. Rusia, Meksiko, dan Afrika Selatan merupakan pesaing Indonesia. Hati
saya kecut karena para pesaing itu, ujar Dr.
Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACP salah satu delegasi Indonesia yang berangkat ke Melbourne.
Rusia, merupakan negara besar. Meksiko, tercatat pernah menjadi tuan rumah
WCIM. Lalu Afrika Selatan, merupakan
pesaing terberat. Para dokter yang pernah
ke Afrika Selatan tidak memungkiri bahwa
negara ini memiliki keindahan yang mengagumkan. Tidak sedikit anggota executive committee yang terpesona dengan
keindahan alam Afrika Selatan. Terlebih
lagi Afrika Selatan pernah terpilih sebagai
tempat penyelenggaraan piala dunia 2010,
ujar Dr. Sally.

Delegasi PAPDI pada WCIM 2014 di Seoul, Korea Selatan.

Meski memiliki rival yang berat, langkah


pantang diundurkan. Delegasi Indonesia,
tetap bersemangat melakukan presentasi di
hadapan executive committee ISIM bergantian dengan delegasi pesaing. Bidding telah
dimulai, negara calon kandidat dipanggil
satu persatu untuk masuk ke ruangan dan
mempresentasikan apa-apa yang dapat
ditawarkan pada executive committee.
Dari Indonesia yang mempresentasikan
adalah DR. Dr. C. Heriawan Soejono,
SpPD, K-Ger, FINASIM, saat ini menjabat
sebagai Direktur Utama RSCM. Dengan
segala percaya diri, bahasa Inggris yang
baik sekali dan bahan presentasi yang
sudah dipersiapkan jauh-jauh hari, dengan
beberapa kali revisi atas masukan kami
semua, tapi kami tetap kuatir, aku Dr. Sally.
DR. Dr. Aru Sudoyo,SpPD, K-HOM,
FINASIM, FACP yang duduk sebagai salah
satu anggota komite tak tinggal diam. Dr.
Aru memutar otak menyusun siasat di
dalam ruang sidang komite. Sidang berjalan
sangat alot. Ada yang mengatakan bahwa
ISIM belum pernah menggandeng negara
Afrika, maka Afsel memiliki nilai lebih jika
ditunjuk sebagai tempat kongres ahli
penyakit dalam.
Dr. Aru berfikir keras. Sebagai seorang
internis Indonesia yang duduk sebagai
anggota komite, tentu saja ia menginginkan
Indonesia mendapat kehormatan tersebut.
Di luar ruangan sidang, delegasi Indonesia
lain berdebar menantikan hasil keputusan
rapat tertutup General Assembly. Dr. Aru
sempat berkirim sms membocorkan situasi

sidang. Akhirnya, ia mengangkat isu penting


terkait Indonesia agar dapat melenggang
merebut posisi tuan rumah.
Penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah WCIM 2016 tidak hanya penting untuk
negeri saya, namun bagi seluruh wilayah
ASEAN, karena internis umum masih amat
vital bagi kelangsungan pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif bagi negara-negara seperti Malaysia, Laos, Kambodia,
Thailand dan Filipina, dan Brunei. Dan untuk
itu, Indonesia sebagai negara berpenduduk
terbesar keempat di dunia patut menjadi
forum pertemuan, kata Dr. Aru.
Dengan isu yang diperjuangkan tersebut, akhirnya pemenang jatuh pada Indonesia. Sejumlah alasan lain memuluskan
jalan Indonesia. Rusia, ternyata tidak didukung oleh pemerintahnya karena sedang dilanda konflik internal. Berbeda dengan Indonesia, yang mendapat restu dari Menteri
Kesehatan, Konsulat Jendral di Australia,
dan Gubernur Bali yang terkait dengan lokasi kongres. Meksiko, langkahnya terjegal
karena pernah menjadi tuan rumah kongres
yang sama dan sedang mengalami gangguan keamanan yang serius dengan adanya
perang antara alat negara dan geng-geng
narkotika. Sementara Afrika Selatan, yang
memiliki peluang paling besar, ternyata
organisasi ahli penyakit dalam negara ini
belum lama tercatat bergabung dengan
ISIM. Akhirnya, setelah diskusi yang berjalan dengan hangat Indonesia cukup berbangga menerima kehormatan untuk menjadi tuan rumah WCIM 2016. (HI)

Edisi September 2015 Halo INTERNIS

81

OBITUARI

Prof. DR. Dr. A. Guntur Hermawan, Sp.PD, K-PTI, FINASIM:

Dalam Kenangan
Kerabat dan Sahabat

umat, 2 Januari 2015, Prof. DR. dr. A.


Guntur Hermawan, Sp.PD, K-PTI,
FINASIM berpulang dalam usia 66
tahun. Almarhum meninggalkan seorang istri, tiga anak dan menantu, serta tujuh
orang cucu. Kenangan mendalam dirasakan
oleh Dr. Eva. Niamuzisilawati, SpPD, MKes,
staf Divisi Endokrin Metabolik IPD FK
UNS/RSUD Dr Moewardi Surakarta, menantu
almarhum.
Saya berada di samping beliau saat
menutup mata dan menghembuskan nafas
terakhir, dengan kalimat thayyibah La Illaha
Illalloh dengan tenang dan in shaa Alloh khusnul Khotimah, ujar Dr. Eva.
Di mata sang menantu, Guru Besar kelahiran Surakarta, 6 Mei 1949 ini merupakan guru,
orangtua dan pemimpin yang low profile, bijak
dan dermawan dalam berbagi ilmu dan berbagi materi yang dimiliki.
Salah satu impiannya adalah mengembangkan profesi pendidikan dokter secara
umum maupun khusus yang semakin berkualitas, tidak hanya pengikut dalam dunia
internasional tetapi menjadi pemain yang
tangguh dan punya evidance base sendiri di
negara kita, ujarnya.

Prioritaskan Keluarga
Selama hidupnya kendati sangat sibuk, beliau sering mengajarkan dan memberi contoh
untuk selalu makan di rumah bersama keluarga terutama dengan istri. Hampir tidak pernah
almarhum makan atau bepergian baik luar
kota atau luar negeri tanpa istri. Beliau sering
bilang, kalau pergi tanpa istri akan malas dan
tidak bisa menikmati. Inilah contoh konsep
untuk kesetiaan dan keutuhan keluarga.
Tak hanya itu, mendiang Prof Guntur
punya tradisi kumpul keluarga saat weekend.
Jika karena kesibukan tertentu kami tidak
bisa datang, terkadang tiba-tiba beliau datang
ke rumah kami untuk diskusi atau bercengkerama santai atau makan bersama di luar.
Keributan dan ramainya cucu-cucu sangat
dinantikan, almarhum selalu terlihat bangga

82

dan bahagia ketika suatu ketika mengajak


bepergian cucu-cucunya, kenang Dr. Eva.

Dedikasi Tinggi
untuk Profesi
Tak hanya bagi keluarga, dedikasi yang
sangat tinggi diberikan untuk profesi dan pendidikan, serta organisasi profesi. Juga selalu
sabar mendidik dan membimbing mahasiswa
baik di kantor atau di rumah.
Saya ingat betul 2 minggu sebelum wafat,
dalam kondisi yang sudah menurun, almarhum tetap bersemangat datang ke kantor menuju lantai 4 dengan kursi roda untuk menguji
tesis salah satu residen PPDS I IPD, melihat
Alm tetap senyum tapi terlihat sangat lelah,
kami langsung menahannya, tapi beliau bersikeras melaksanakan tugasnya hari itu dan
bersedia bersedia dilakukan perawatan meskipun akhirnya setelah merasa membaik minta kembali pulang ke rumah.
Banyak penelitian yang sudah publish
tingkat nasional dan internasional terutama
bidang Tropik Infeksi serta Alergi Imunologi
yang sudah almarhum lakukan. Dedikasi
pada profesi dan pendidikan serta besarnya
semangat beliau dalam berbuat baik, terkadang membuat kami yang muda merasa
malu, sergah Dr. Eva.
Mendiang Prof Guntur sering menghabiskan waktunya dengan membaca. Semangat menggali ilmu yang kuat sampai akhir
hayat, bahkan dalam satu tahun terakhir sebelum wafat, almarhum mendalami ilmu agama
dengan mengundang guru ke rumah.
Sebagai orangtua selalu memberi teladan
yang baik dan kebesaran jiwa untuk keluarga.
Sebagai warga masyarakat, beliau dikenang
dermawan dan tempat meminta pertimbangan
masalah meskipun di luar profesi, seperti kebijakan politik. Duka kami sekeluarga atas
kepergian almarhum, tapi kami ikhlas. Pesan,
kenangan indah, dan hikmah yang almarhum
berikan, jadi panduan untuk melanjutkan citacita yang belum terwujud nyata, pungkasnya.

Halo INTERNIS Edisi September 2015

Perginya Sosok
Pemimpin yang Amanah
Duka mendalam juga disampaikan oleh
sahabat almarhum, Prof. Dr. Zainal Arifin
Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, Bagi saya
dan IPD FK UNS, kepergian Prof Guntur
adalah sebuah kehilangan yang sangat
dalam, beliau adalah sosok yang disegani,
panutan dalam mengembangkan dan mendermakan ilmu, sangat menghargai pertemanan dengan siapapun, menjaga persaudaraan dan kekompakan.
Sebagai pimpinan, beliau berhasil memajukan departemen penyakit dalam, mampu
merangkul semua anggota, baik senior
maupun junior. Bahkan dalam kondisi sakit
pun, tidak pernah menampakkan kesakitannya, tidak ingin dikasihani. Selalu bersemangat datang dalam forum ilmiah baik lokal
maupun nasional untuk berbagi ilmu, selalu
meluangkan waktu untuk mendidik PPDS IPD
FK UNS, ungkap Guru Besar FK UNS ini.
Bahkan dalam keadaan sakit masih saja
memikirkan tanggung jawabnya. Inilah bukti
bahwa beliau adalah sosok pimpinan dan panutan yang amanah dan bertanggung jawab.
Tidak hanya memikirkan sejawat, beliau
juga memikirkan seluruh karyawan yang ada
di penyakit dalam. Selalu menjaga hubungan
baik, tidak segan ngobrol dan sharing dengan
seluruh karyawan. Cita-cita almarhum masih
banyak terutama untuk membawa nama
penyakit dalam FK UNS semakin maju, tapi
Allah SWT lebih mencintai beliau. Kami harus
ikhlas dengan kepergian sosok yang sangat
baik. Semoga kami mampu mewujudkan citacita almarhum dalam mengemban estafet
amanah ini demi kemajuan penyakit dalam FK
UNS, pungkasnya. (HI)

Edisi September 2015


Halo INTERNIS Edisi September 2015
WELCOME TO KOPAPDI XVI 2015 BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai