SEKAPUR SIRIH
Sejawat nan terhormat,
aktu terus bergulir, tak terasa organisasi yang kita banggakan ini akan kembali
mengadakan Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia (KOPAPDI) XVI. PAPDI Cabang Jawa Barat selaku tuan rumah kongres siap menyukseskan KOPAPDI XVI yang akan diselenggarakan 9 13 September
2015, di Hotel Trans Luxury Bandung. Perhelatan akbar tiga tahunan ini momen yang
ditunggu internis di seluruh Indonesia. Mereka akan tumpah ruah di Kota Bandung.
Karenanya, Majalah Halo Internis pada edisi ini mengangkat tema KOPAPDI XVI sebagai
sorot utama. Sedikit kilas balik bagaimana PAPDI Cabang Jawa Barat berusaha mengerahkan potensinya merebut tuan rumah kongres pada bidding KOPAPDI XV di Medan tiga
tahun silam. Kemudian, persiapan yang telah dilakukan hingga hari pelaksanaan. Tak lupa,
redaksi menurunkan profil Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat DR. Dr. Arto Yuwono Soeroso,
SpPD, K-P, FINASIM, FCCP, sosok penting di balik suksesnya kongres ini.
KOPAPDI XVI menandakan berakhirnya kepengurusan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD,
K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCPT Ketua Umum PB PAPDI periode
2012 2015. Sejatinya ketua baru, Prof. Idrus melanjutkan tradisi dari ketua sebelumnya.
Kemudian, bersama Sekretaris Jenderal Dr. Sally A. Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM
FACP dan pengurus lainnya, ia membawa PB PAPDI menjadi organisasi profesi yang lebih
solid dan profesional. Di era Prof. Idrus, PAPDI dihadapi berbagai kendala, diantaranya
mulai di berlakukan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), AFTA 2015, dan beberapa kebijakan yang kurang menguntungkan anggota PAPDI. Seperti apa langkah dan strategi mengatasi kendala tersebut, merupakan hal yang perlu disimak pada edisi ini.
Selain itu, pada edisi ini, kami juga menurunkan kabar terkini persiapan PB PAPDI
selaku tuan rumah WCIM ke 33, yang akan berlangsung di Bali, 22 25 Agustus 2016. Dan
keputusan-keputusan Konferensi Kerja PAPDI 2014 yang
diantaranya calon tuan rumah
KONKER 2017 dan KOPAPDI
2018. Seberapa besar persiapan para kandidat calon
tuan rumah untuk bidding di
Konas Bandung, sejawat dapat menyimak pada edisi ini
Kemudian, ada pula berita
seputar kegiatan-kegiatan lain
yang telah dilakukan PB
PAPDI dan Cabang PAPDI.
Kami berharap edisi ini dapat
menjadi referensi dalam
melengkapi informasi seputar
organisasi yang kita cintai ini.
Demikian sepatah kata dari
redaksi.
BIDANG
HUMAS
PUBLIKASI
DAN
PENGABDIAN
MASYARAKAT
SUSUNAN REDAKSI:
Penanggung Jawab:
Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP
*Pemimpin Redaksi:
Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV,
FINASIM
*Bidang Materi dan Editing:
Dr. Wismandari, SpPD, K-EMD, FINASIM;
Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD,
FINASIM; Dr. Alvin Tagor Harahap, SpPD;
Dr. Nadia A. Mulansari, SpPD; Amril, S SI
*Koresponden:
Cabang Jakarta, Cabang Jawa Barat,
Cabang Surabaya, Cabang Yogyakarta,
Cabang Sumut, Cabang Semarang,
Cabang Padang, Cabang Manado,
Cabang Sumbagsel, Cabang Makassar,
Cabang Bali, Cabang Malang,
Cabang Surakarta, Cabang Riau,
Cabang Kaltim, Cabang Kalbar,
Cabang Dista Aceh, Cabang Kalselteng,
Cabang Sulawesi Tengah, Cabang Banten,
Cabang Bogor, Cabang Purwokerto,
Cabang Lampung, Cabang Kupang,
Cabang Jambi, Cabang Kepulauan Riau,
Cabang Gorontalo, Cabang Cirebon,
Cabang Maluku, Cabang Tanah Papua,
Cabang Maluku Utara, Cabang Bekasi,
Cabang Nusa Tenggara Barat, Cabang Depok,
Cabang Bengkulu, Cabang Sulawesi Tenggara
*Sekretariat:
sdr. M. Muchtar, sdr. Husni, sdr. M. Yunus,
sdri. Oke Fitia, sdri. Normalita Sari,
sdri. Dilla Fitria, sdr. Supandi
*Alamat:
PB PAPDI, RUMAH PAPDI,
Jl. Salemba I No.22-D, Kel. Kenari,
Kec. Senen, Jakarta Pusat 10430.
Telp: 021-31928025, 31928026, 31928027;
Fax Direct: 021-31928028, 31928027;
SMS 085695785909;
Email: pb_papdi@indo.net.id;
Website: www.pbpapdi.org
DAFTAR ISI
3
4
6
..........................................SEKAPUR SIRIH
..................................................DAFTAR ISI
..............................................OM INTERNIZ
21
........................................KABAR PAPDI
Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang:
Tetap Profesional Hingga Akhir Periode
23
26
29
30
32
34
36
40
SOROT UTAMA:
Satu Periode Kepengurusan Prof. Idrus
10
......................................SOROT UTAMA
Highlight: PB PAPDI Periode 2012 2015
15
19
42
Dr. Sally Aman Nasution:
Dedikasi untuk Eksistensi PAPDI
DAFTAR ISI
KABAR PAPDI
44
46
48
52
55
56
.........................................................KPK
Gratifikasi, Kenali dan Hindari
58
60
63
68
70
73
.................................KONVOKASI FINASIM
Apresiasi Atas Profesionalisme
...................................BERITA CABANG
Antisipasi Salah Satu Problem BPJS
...............................KOPAPDI XVI Bandung
Perhelatan Akbar di Kota Kembang
65
77
PIN XIII PB PAPDI:
Tingkatkan Kompetensi Demi Layanan Terbaik
80
82
OBITUARI: Prof. Guntur Hermawan
Dalam Kenangan Kerabat dan Sahabat
:Edisi September 2015 Halo INTERNIS
DIBUKA KANDIDAT
KETUM PB PAPDI
Periode 2015-2018
OM INTERNIZ
SOROT UTAMA
Satu Periode
SOROT UTAMA
professionalism development (CPD) telah
banyak dirasakan sejawat. Baginya, seorang dokter spesialis penyakit dalam wajib
menambah dan memperbaharui keilmuan
dan ketrampilan medisnya agar dapat
memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan optimal.
Wajar, bila sejawat
memintanya maju menjadi Ketua Umum PB
PAPDI. Mantan Kepala
Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit
Dalam RSCM/FKUI ini
terpilih secara aklamasi
menempati posisi nomor satu di PB PAPDI.
Ia didukung oleh seluruh cabang PAPDI. Teman-teman mendorong
saya menjadi ketua. Ini
amanat yang besar,
tanggung jawabnya berat, harus memimpin
perhimpunan dengan
jumlah anggota yang
banyak dan memiliki
cabang di seluruh Indonesia, kata Prof. Idrus
ketika dijumpai di ruang
kerjanya di Divisi Kardiologi RSCM/ FKUI,
kilas balik tiga tahun silam.
Bak nakhoda sebuah kapal, Prof. Idrus
paham betul kemana PAPDI hendak berlabuh. Namun Kendati demikian, mengawal
organisasi profesi ini bukan perkara sepele.
Apalagi kala itu, PAPDI akan memasuki era
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
2015. Tepatnya, per satu Januari 2014 sistem kesehatan nasional beralih menjadi sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Sejatinya, sistem kesehatan yang baru, dalam pelaksanaannya kerap ditemui berbagai
kendala. PAPDI mendukung SJSN, namun
kami mesti mengawal sistem ini jangan
sampai mengubah tatanan kesehatan menjadi lebih buruk dan merugikan anggota,
ungkapnya.
Kemudian, era globalisasi di sektor jasa
kesehatan yang ditandai masuknya dokter
asing dan investasi asing di bidang kesehatan akan berdampak pada dokter secara
umum. PAPDI mendukung sikap IDI yang
menolak praktik dokter asing di Indonesia.
Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP; pada KOPAPDI XV Medan.
PAPDI Lebih
Profesional
Terpilih menjadi Ketua Umum PAPDI periode 2012-2015, Prof. Idrus segera menentukan rencana strategis organisasi. Saat itu,
ia berpikir PAPDI adalah organisasi profesi
dengan jumlah anggota yang relatif besar
dan memiliki cabang di seluruh daerah, harus dikelola lebih professional. Kepengurusan PB PAPDI mendatang lebih profesional. Program kerja dibuat terukur beserta
indikator-indikator keberhasilannya, ungkapnya
Sejatinya sebuah organisasi, PAPDI
membuat aturan main mengikuti prinsipprinsip managemen. Di awal kepengurusan,
Prof. Idrus dan Dr. Sally A. Nasution, SpPD,
K-KV, FINASIM, FACP yang ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal beserta jajaran pengurus PB PAPDI mengadakan rencana
strategis (renstra) untuk menyusun program
kerja satu periode kepengurusan. Kami
merumuskan visi dan misi berdasarkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
SOROT UTAMA
apik, seperti Pertemuan Ilmiah Nasional yang
digelar setiap tahun, roadshow ilmiah dengan
beragam tema ke cabang-cabang PAPDI di
daerah, dan lain-lain. Hampir setiap akhir pekan pengurus melakukan roadshow keliling
ke cabang-cabang. Para pengurus yang
pakar di bidangnya turun ke daerah-daerah,
bahkan guru besar sekalipun. Kepengurusan PB PAPDI saat ini, paling banyak melakukan roadshow. Pembicaranya dari pengurus PB PAPDI, para pakar hingga guru besar, ujar Prof. Idrus seraya tersenyum.
Para anggota mesti meng up date kompetensinya. Perkembangan kedokteran kian
pesat. Setiap tahun ada hal-hal baru yang
ditemukan. Bahkan guideline dapat berubah
dalam waktu dekat. Internis harus menambah keilmuannya agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang optimal dan terhindar dari kasus medikolegal. Hal tersebut
terkait dengan patient safety, tambahnya.
Pilar terakhir, adalah pengadian masyarakat. Keberadaan PAPDI mesti dapat dirasakan oleh masyarakat. PB PAPDI menyelenggarakan seminar kesehatan untuk masyarakat awam. Dalam menyambut Hari Kesehatan Nasional, Kemenkes RI bersama
PB PAPDI menggelar seminar kesehatan
untuk masyarakat awam. Hal tersebut juga
dilakukan serentak di cabang-cabang PAPDI di Indonesia. PB PAPDI aktif merespon
isu-isu kesehatan yang sedang terjadi mela-
PB PAPDI Bersifat
Fungsional
Beda pengurus beda pula tantangannya.
Hal serupa dialami PAPDI. Kepengurusan
PB PAPDI dihadapkan berbagai persoalan,
seperti memasuki era SJSN, menyambut
AFTA 2015, gratifikasi, polemik kesehatan
remaja, Surat Keputusan Konsil Kedokteran
Indonesia yang meniadakan jenjang subspesialis, timpangnya distribusi dokter penyakit dalam di Indonesia dan lain-lain. Tantangan tersebut memberi pengaruh yang
besar terhadap tatanan sistem kesehatan
dan pendidikan kedokteran di Indonesia.
Tentu, perubahan tersebut harus lebih
baik dari sudah ada dan tidak merugikan internis. Dengan demikian, PB PAPDI membentuk tim adhoc untuk mengkaji, memberi
masukan serta mengevaluasi setiap persoalan yang timbul dari kebijakan tersebut.
Pada periode ini, PB PAPDI membentuk lima tim adhoc, yaitu tim adhoc SJSN, mapping need, Dokter Asing, Adolescent dan
Gratifikasi. Kepengurusan ini paling banyak
PAPDI Go
International
Eksistensi PAPDI di tingkat Internasional
terus menggeliat. Di tingkat regional, PAPDI
berperan aktif menghidupkan kembali
ASEAN Federation of Internal Medicine
(AFIM) dan membentuk American College
of Physicians (ACP) Chapter ASEAN. Sementara ini, kedua organisasi tersebut menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan continuing professionalism development (CPD).
Sedangkan di tingkat international, PB
PAPDI akan menjadi tuan rumah World
Congress of Internal Medicine (WCIM) pada
2016. Perhelatan akbar internis sedunia itu
akan digelar di Hotel Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), 22 25 Agustus
2016. Kurang dari setahun, Ketua Panitia
DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,
FINASIM, FACP bersama panitia yang berasal dari pengurus pusat dan cabang-cabang PAPDI terus bersinergi menyukseskan
acara tersebut. Dr. Aru berharap dukungan
penuh dari seluruh anggota PAPDI untuk
dapat berpartisipasi pada WCIM 2016 di
Bali mendatang. (HI)
SOROT UTAMA
Highlight
10
SOROT UTAMA
membicarakan tentang organisasi AFIM. Indonesia akan menjadi tuan rumah kongres AFIM pada 2016, bersamaan dengan
tuan rumah WCIM 2016, di Bali.
11
SOROT UTAMA
Pelantikan Pengurus PAPDI Cabang di seluruh Indonesia,
dari tahun 2013 2015
Ketua Umum PB PAPDI bersama pengurus telah melantik 30
Cabang PAPDI pada kurun waktu 2013 2015. Sementara 6
Cabang PAPDI tidak dilantik oleh Pengurus PB PAPDI periode
2012 2015.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
NAMA CABANG
DEPOK
JAKARTA RAYA
GORONTALO
CIREBON
SUMATERA SELATAN
SEMARANG
BENGKULU
JAWA BARAT
BANTEN
SULAWESI TENGAH
BEKASI
MAKASSAR
SUMATERA UTARA
PURWOKERTO
SURABAYA
BALI
KALIMANTAN TIMUR
PROPINSI ACEH
YOGYAKARTA
TANAH PAPUA
KUPANG
JAMBI
KALSEL TENGAH
SUMATERA BARAT
MALANG
RIAU
KEPULAUAN RIAU
LAMPUNG
MALUKU UTARA
SULAWESI UTARA
TANGGAL PELANTIKAN
23 MARET 2013
18 MEI 2013
22 JUNI 2013
24 AGUSTUS 2013
31 AGUSTUS 2013
1 SEPTEMBER 2013
14 SEPTEMBER 2013
5 OKTOBER 2013
3 NOPEMBER 2013
9 NOPEMBER 2013
17 NOPEMBER 2013
24 NOPEMBER 2013
1 DESEMBER 2013
21 DESEMBER 2013
11 JANUARI 2014
19 JANUARI 2014
15 FEBRUARI 2014
7 MARET 2014
15 MARET 2014
26 APRIL 2014
24 MEI 2014
31 MEI 2014
7 JUNI 2014
15 JUNI 2014
24 AGUSTUS 2014
30 AGUSTUS 2014
13 SEPTEMBER 2014
4 OKTOBER 2014
9 NOPEMBER 2014
31 JANUARI 2015
CABANG PAPDI
YANG BELUM/TIDAK DILANTIK PERIODE 2012 2015
NAMA CABANG
31 BOGOR
32 KALIMANTAN BARAT
33 SULAWESI TENGGARA
34 NUSA TENGGARA BARAT
35 MALUKU
36 SURAKARTA
12
KETERANGAN
TERAKHIR DILANTIK
PERIODE 2009-2012
TERAKHIR DILANTIK
PERIODE 2009-2012
TERAKHIR DILANTIK
PERIODE 2009-2012
TERAKHIR DILANTIK
PERIODE 2009-2012
TERAKHIR DILANTIK
PERIODE 2009-2012
BELUM PERNAH DILANTIK
SEJAK AWAL PENDIRIAN
SOROT UTAMA
Rakernas PB PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI
2014, 1 2 Maret 2014, Hotel Harris, Jakarta
Rakernas PB PAPDI dan Semua Cabang 2014 adalah rakernas kedua kepengurusan Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC, FACP, FRCPT. Rakernas ini
banyak menyoroti tentang SJSN dengan mengundang Direktur
Utama BPJS DR. Dr. Fachmi Idris , MKes, Pusat Pembiayaan
dan Jaminan Keseahtan Kemenkes RI Drg. Armansyah, MPPM,
Wakil Ketua NCC Kemenkes RI Dr. Kalsum Komariyah,
MPPM, dan Kepala Seksi tarif BLU Ditjen Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU Kemkeu RI Dwi edhi Laksono MA.
Pada acara tersebut hadir pengurus PB PAPDI, delegasi dari
36 Cabang PAPDI dari seluruh Indonesia, dan pengurus KIPD.
Rumah PAPDI
Sejak berdiri 1957, PAPDI baru memiliki gedung sendiri pada
2014. Mengingat jumlah anggota yang terus bertambah dan
padatnya agenda kerja PB PAPDI, sudah selayaknya PB
PAPDI memiliki gedung sendiri yang diberi nama
RumahPAPDI.
13
SOROT UTAMA
Pertemuan PB PAPDI dengan Dirjen BUK Kemenkes RI
PB PAPDI bertatap muka dengan Dirjen BUK Kemenkes Prof.
Dr. Akmal Taher SpU dan Direktur Bina upaya Kesehatan
Rujukan Kemenkes RI Dr. Chairul radjab nasution, SpPD, KGEH, FINASIM, M.Kes FACP. Dari pertemuan itu, dihasilkan
keputusan untuk membentuk Tim Nasional Kardiovaskular
yang terdiri dari tiga perhimpunan spesialis, yaitu PAPDI, IDAI
dan PERKI. Dan, membuiat Pedoman Nasional Pelayanan
Jantung di Indonesia.
14
SOROT UTAMA
Pengabdian
Tiada Batas
Pengabdian menjadi bagian penting tak terpisahkan bagi profesi dokter. Bukan hanya mengobati mereka yang sakit,
mengurus organisasi
juga menjadi bagian dari
pengabdian.
15
SOROT UTAMA
tugas berat harus saya emban sebagai
Ketua Umum PB PAPDI, sebuah amanah
yang harus saya jalani dengan sungguhsungguh agar organisasi ini bisa menjadi
rumah yang sesungguhnya bagi anggota
yang jumlahnya ketika itu sekitar 2.900
orang dan kini terus berkembang menjadi
lebih dari 3.107 anggota dari 36 cabang
yang tersebar dari Aceh hingga Papua,
ujarnya mengawali perbincangan.
Langkah strategis pun disusun, PAPDI
sebagai organisasi profesional tentu harus
dikelola dan dijalankan secara profesional,
begitu tekad Prof. Idrus. Bersama pengurus
PAPDI yang lain, ia menyusun program
kerja sesuai dengan visi dan misi PAPDI
dan kaidah-kaidah yang berlaku di PAPDI.
Kemudian kita juga membuat key performance indicator, tolok ukurnya serta target yang ingin dicapai. Masing-masing bidang yang ada di PAPDI membuat program
kerja berdasarkan panduan yang sudah disusun. Tentu semua harus seiring sejalan
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PAPDI. Dengan begitu, apa yang diinginkan oleh founding
father organisasi ini benar-benar bisa kita
jalankan, semua dituangkan dalam visi, misi, program kerja yang kemudian kita rangkum dan kita buat Tata Nilai PAPDI yaitu
Profesional, Amanah, Peduli, Dedikasi dan
Integritas. Tak berhenti sampai di situ, semua yang telah kita susun bersama kita
selaraskan dengan Kode Etik Kedokteran.
Setelah semua sudah selaras baru kita
jalan, urai Prof. Idrus.
Prof. Idrus mengingatkan, semua yang
Prof. Idrus Alwi, SpPD, dengan Menkumham saat peringatan HKI 2015.
16
SOROT UTAMA
selalu terjalin, baik langsung maupun tidak
langsung. Komunikasi dengan teknologi
sudah pasti dilakukan, namun sebagai
pemimpin Prof. Idrus lebih memilih untuk
datang langsung ke cabang. Rasanya sudah hampir 90 persen cabang di daerah
saya datangi. Saya datang di berbagai acara yang digelar oleh cabang yang biasanya
berdampingan dengan pelantikan pengurus
Cabang PAPDI. Ketika datang, kita bisa
mendengar langsung masukan-masukan
dari cabang termasuk melihat langsung
problem-problem yang dialami oleh cabang.
Tiap cabang tentu memiliki problem yang
berbeda-beda, sehingga kita tidak bisa
memberikan jalan keluar yang sama untuk
seluruh daerah, aku Prof Idrus. Itulah pentingnya datang langsung ke daerah. Jika
dirinya berhalangan, maka Prof. Idrus akan
mendelegasikan kepada pengurus besar
PAPDI untuk datang ke daerah.
Tentu banyak cerita berkesan yang dialaminya, dan semua tersimpan manis sebagai kenangan yang tidak terlupakan. Namun ada peristiwa yang selalu membuat
Prof. Idrus terkenang. Ketika itu, saya dan
beberapa pengurus besar PAPDI akan ke
Maluku Utara untuk melantik pengurus
cabang di sana. Untuk efisiensi, saya dan
rekan-rekan memilih direct flight menuju kota itu. Semua berjalan normal, kami boarding dan menunggu pesawat take off dari
Bandara Soekarno Hatta. Seperti biasa, penerbangan ke daerah Indonesia Timur dilakukan hampir tengah malam. Hampir semua penumpang memilih tidur ketika menunggu proses take off. Tetapi saya yang
masih membaca merasakan hal yang aneh,
ketika mesin dinyalakan tiba-tiba seluruh
lampu mati, termasuk pendingin dan disusul
dengan mesinnya. Kemudian mesin dicoba
dinyalakan kembali, berhasil namun kemudian mati lagi. Saya panggil pramugari dan
bertanya apa yang terjadi, sang pramugari
menjelaskan mesin mati dan sedang dalam
upaya perbaikan. Saya pikir, wah kalau nanti mati mesin ketika berada di atas bagaimana? Setor nyawa ini namanya. Saya
langsung membangunkan pengurus lain
yang sudah tertidur dan memilih untuk
membatalkan pemberangkatan. Beberapa
penumpang yang melihat apa yang kami
lakukan juga mengikuti dan akhirnya penerbangan benar-benar dibatalkan. Saya menunggu di Bandara sampai pagi dan ter-
tinggal bersama orangtua dan saudara-saudaranya, Idrus yang masih berusia belasan
harus menjadi orang perantauan.
Idrus muda belajar dengan sungguhsungguh, tak ada kata bermain dan bersantai seperti mahasiswa kebanyakan. Bisa
masuk Fakultas Kedokteran di perguruan
tinggi negeri itu berkah yang luar biasa, karena masuknya sangat sulit. Tempat terbatas sementara peminatnya luar biasa. Karena itu, ketika saya diterima saya harus
bisa mempertahankan dan melakukan yang
terbaik. Karena ancaman DO (drop out) di
depan mata bagi mahasiswa yang tak
mampu mengikuti perkuliahan, ujarnya.
Tak hanya itu, Idrus muda menyadari
perjuangan orangtuanya untuk bisa menyekolahkan di Jakarta. Ayahnya memiliki sebuah toko yang menghidupi Idrus dan adikadiknya. Ayah saya dulu kuliah di Fakultas
Ekonomi, tetapi karena ayahnya meninggal,
ayah memilih berhenti dan menjadi tulang
punggung keluarga. Banyak nasihat ayah
yang mengajari kami anak-anaknya untuk
sekolah negeri dan perguruan tinggi negeri.
Saya sadar, tentu tak mudah membiayai
17
SOROT UTAMA
anak yang kuliah di perantauan sementara
adik-adik saya juga banyak. Jadi hidup prihatin bukan hal baru buat saya. Kalau uang
saku sudah menipis, warung Padang langganan saya sudah hapal kalau saya hanya
makan dengan gulai telur saja. Kalau mau
nambah cukup tambah kuah saja, makan
dengan ayam cukup sesekali saja hahaha
, Prof Idrus tertawa mengenang masa
mudanya.
Sosok ayah bagi Prof. Idrus adalah panutan yang selalu dia ingat dan jalankan nasihat-nasihatnya. Ketika sang ayah wafat,
Idrus pun bertekad untuk bisa mengikuti jejak sang ayah, mengambil alih tanggungjawab keluarga. Sang ibu meneruskan mengelola toko peninggalan suaminya. Prof.
Idrus menjadi pengganti ayah bagi sebelas
adik-adiknya. Tentu karena campur tangan
Tuhan Yang Maha Pengasih, Nafisah yang
sudah kehilangan suami namun mampu
mengantar 12 anaknya menyelesaikan pendidikan tinggi, bahkan sepuluh di antaranya
menjadi dokter.
Prof. Idrus sebagai anak tertua memberi
contoh. Menyandang gelar dokter tak membuatnya berhenti belajar, dirinya pun mengambil pendidikan spesialis. Saya memilih
penyakit dalam karena ilmunya sangat luas,
dengan keahlian saya di bidang penyakit
dalam saya bisa membantu orang lebih banyak. Profesi dokter adalah profesi pengabdian, jangan menjadikan uang sebagai tujuan utama. Melayani dan mengabdi itu
yang saya tanamkan pada diri saya sehingga dengan begitu bekerja dimanapun dengan siapapun dan menolong siapa saja
akan memberikan kepuasan yang luar biasa, tuturnya.
Bicara tentang pengabdian, ketika Idrus
telah diangkat sumpahnya sebagai dokter,
dia ditempatkan di kawasan terpencil di pelosok Sumatera Selatan, kabupaten OKU.
Fasilitasnya sangat terbatas, listrik disel
jalan tanah dan rusak. Mengabdi di daerah
terpencil adalah pengabdian yang sesungguhnya. Program Posyandu di perkotaan
berbeda dengan Posyandu di daerah, utamanya daerah terpencil. Posyandu bukan
sekedar menimbang dan memberi imunisasi
bayi, tetapi di daerah Posyandu menjadi
ujung tombak berbagai program kesehatan.
Safari Posyandu, menyambangi satu kampung ke kampung lainnya sambil mensosialisasikan berbagai program sekaligus
18
SOROT UTAMA
Dedikasi untuk
Eksistensi PAPDI
Kesibukan sebagai staf pengajar dan
praktek setiap harinya, tak membuat
Dr. Sally Aman Nasution, Sp.PD, KKV, FINASIM, FACP mengabaikan tugasnya di PB PAPDI. Bersama pengurus PB lainnya, beliau berjibaku mengawal perjalanan organisasi dengan
segala dinamikanya.
adiknya. Di sinilah
jiwanya yang hobi
bersosialisasi
tersalurkan dengan
aktif di organisasi
pada setiap jenjang pendidikan
yang dijalaninya.
Dokter yang menyelesaikan pendidikan
sebagai seorang Spesialis Penyakit Dalam
dan Konsultan Kardiovaskular dari FKUI ini
mengaku, tidak memiliki pendidikan formal
untuk bisa terjun sebagai seorang organisatoris. Dalam hal manajerial, saya banyak belajar dari para senior, seperti Dr. Chairul yang
mengajarkan saya banyak hal, ujarnya.
Salah satu kontribusi Dr. Sally adalah program roadshow ilmiah antara komisariat yang
digagasnya bersama Ketua Papdi Jaya kala
itu. Setelah dievaluasi, program tersebut hasilnya cukup baik, buat anggota dan buat
PAPDI sendiri. Akhirnya diadopsi jadi program
PB hingga sekarang. Kegiatan ini dianggap
dalam beberapa hal tertentu lebih efektif dan
efisien karena lebih mengutamakan diskusi
interaktif dengan para anggota dan dapat
mencapai Cabang PAPDI yang jauh-jauh.
Karena perannya di PAPDI Jaya, Dr. Sally
19
SOROT UTAMA
Dr. Sally (duduk) bersama sejawat lain di Pelayanan Jantung Terpadu RSCM.
Strategi untuk
Pertahankan Eksistensi
Awal kiprahnya di PAPDI Jaya tahun
2003-2004 disambut dengan problem besar
yang mengguncang penyakit dalam, yaitu digoyangnya eksistensi kardiologi.
Saya komit dengan keputusan memilih
kardiologi, walaupun saat itu merupakan masa-masa sulit ketika eksistensinya mulai digoyang. Namun, di sinilah perjuangan dibutuhkan untuk terjun menyelesaikan masalah,
mau tidak mau harus berada di dalam dan
bekerja, tidak bisa hanya komentar, mengeluh apalagi protes tanpa solusi. Harus terlibat
langsung di organisasi, dengan begitu kita punya ruang dan kesempatan untuk berbicara
menyampaikan apa yang menjadi aspirasi
bersama, paparnya.
Beruntung pada masa kepemimpinan Dr.
Aru, semua jajaran PB sepakat bahwa kardiologi dan pulmonologi harus dipertahankan
sebagai kompetensi seorang spesialis penyakit dalam, sama seperti 10 subspesialisasi
lainnya. Beberapa cara telah ditempuh terutama kegiatan-kegiatan ilmiah yang menunjukkan cara berfikir dan bertindak komprehensif
dari seorang dokter spesialis penyakit dalam.
Keberhasilan tersebut tak lepas dari peran
personil PB yang solid. Kami memiliki visi
dan semangat yang sama. Cara kerja dan gaya boleh berbeda-beda, asal visi, misi dan tu-
20
KABAR PAPDI
Akhir Periode
Rakernas terakhir
untuk kepengurusan
periode 2012 2015.
Bersama menjalankan
renstra untuk menggapai visi PAPDI 2015.
asca Konferensi Kerja XIII November 2014 silam, PB PAPDI kembali menggelar Rapat Kerja Nasional
PB PAPDI Dengan Semua Cabang
PAPDI 2015 yang diselenggarakan di Hotel
Harris, Jakarta, 21-22 Februari 2015 lalu.
Rapat kerja tahunan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia (PB PAPDI) ini dihadiri oleh pengurus PB PAPDI, delegasi dari 36 cabang
PAPDI dan Departemen ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran di seluruh Indonesia. Mereka hadir dari berbagai daerah di
Indonesia untuk konsolidasi dan sosialisasi
program kerja PAPDI yang akan sampaikan
ke anggota PAPDI di daerah masing-masing.
Rapat kali ini merupakan rakernas terakhir kepengurusan PB PAPDI periode
2012-2015. Program kerja yang telah ditetapkan dalam renstra dievaluasi serta dibenahi hingga kepengurusan periode ini selesai. Selain merampungkan program-program yang tersisa, rakernas ini juga mengagendakan beberapa isu-isu nasional, seperti gratifikasi dan evaluasi BPJS. Rakernas
kali ini merupakan rapat kerja tahunan PB
PAPDI bersama cabang-cabang PAPDI di
seluruh Indonesia yang terakhir untuk kepe-
21
KABAR PAPDI
22
KABAR PAPDI
Bukan Gratifikasi
Sponsor kepada tenaga medis dalam event CPD
atau P2KB tidak melanggar etika profesi dan
etika bisnis baik nasional maupun international.
Hingga kini Negara belum mampu menfasilitasi
atau membiayai CME, PAPDI akan terus memperjuangkan sponsorship dalam rangka koridor
ilmiah bukan termasuk gratifikasi suap.
23
KABAR PAPDI
usahaan farmasi dalam pemasaran obat dapat mencederai kode etik kedokteran. Menanggapi hal ini, PB PAPDI pada Konferensi
Kerja XIII PB PAPDI di Yogyakarta November 2014 lalu merespon cepat dengan
membentuk Tim Adhoc Gratifikasi. Tim
Adhoc Gratifikasi merupakan amanat Konker XIII PB PAPDI di Yogyakarta, kata
Ketua Umum PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus
Alwi, SpPD,K-KV, FINASIM, FACC, FESP,
FAPSIC, FACP pada sambutan pembukaan
rakernas itu.
Pembentukan tim ini, kata Prof. Idrus,
untuk mengkaji hal-hal yang dapat terkait
gratifikasi. Pasalnya, hingga kini persepsi
gratifikasi antar dokter atau institusi cukup
beragam. Mana yang termasuk gratifikasi,
mana yang bukan, masih terbilang samarsamar. Batas-batas gratifikasi masih berbeda-beda pendapat. Untuk itu, PB PAPDI
membentuk Tim Adhoc Gratifikasi yang telah ditetapkan 6 Januari 2015 dengan diketuai Dr. Tunggul D. Situmorang, SpPD, KGH, FINASIM.
Pengendalian Gratifikasi
di Lingkungan
Kemenkes
Gratifikasi telah diatur dalam UndangUndang dan berbagai peraturan. Namun,
menurut Drg. Mustikowati, dokter seringkali
tidak mengetahui pemberian dari pihak ketiga termasuk kategori gratifikasi. Padahal,
Kemenkes telah menerbitkan Permenkes
24
Sponsorship yang
Berkaitan dengan P2KB,
Gratifikasi?
Profesi dokter dituntut selalu menjaga
dan meningkatkan kompetensi. Lalu apakah
sponsorship yang dalam rangka continuing
professionalism development (CPD) termasuk gratifikasi dengan kategori suap? Dr.
Djoko Widyarto, JS, DHM, MH.Kes, dari PB
IDI menjelaskan profesi dokter memiliki kode etik yang menyataan bahwa seorang
dokter tidak dalam melakukan pekerjaannya
KABAR PAPDI
tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
dapat menghilangkan kebebasan dan kemandirian profesi. Setiap dokter dilarang
membuat ikatan atau menerima imbalan
dari pihak manapun yang akan menghilangkan kepercayaan publik dan menurunkan
martabat dokter, tegas anggota Tim Gratifikasi PB IDI ini ketika mempresentasikan
makalahnya.
Lebih lanjut Dr. Djoko mengatakan terkait dengan mengikuti pertemuan ilmiah,
dokter dilarang mengikatkan diri untuk
mempromosikan atau meresepkan obat.
Pemberian sponsor ke dokter hendaknya dibatasi pada kewajaran dan dijelaskan tujuan, waktu, tempat dan nama kegiatan ilmiahnya. Pemberian tersebut dilaporkan ke
pimpinan organisasi setempat dan diteruskan ke pimpinan nasional IDI. Dalam hal ini,
tambah Dr. Djoko, sponsor kepada tenaga
medis dalam event CPD atau P2KB tidak
melanggar etika profesi dan etika bisnis baik
nasional maupun international.
Hal senada disampaikan Prof. Idrus. Ia
mengatakan kerjasama dokter dengan berbagai mitranya dalam koridor continuing
medical education (CME) hendaknya tidak
termasuk gratifikasi. Pasalnya, dokter untuk
menjaga dan meningkatkan kompetensinya
seperti diamanatkan dalam UUPK memerlukan biaya yang tidak sedikit, sementara
negara hingga saat ini belum mampu memfasilitasi atau membiayai dokter untuk meng
up date keilmuan dan ketrampilan medis-
nya. Kegiatan dalam koridor ilmiah tidak bisa menafikkan sponsorship dari mitra farmasi dan alkes. Selama negara belum
mampu memfasilitasi CME, PAPDI akan terus memperjuangkan sponsorship bukan
gratifkasi, ujar Prof. Idrus.
Lewat Tim Adhoc Gratifikasi, PAPDI berupaya mendorong agar sponsorship pada
kegiatan CME bukan gratifikasi. Ketua Tim
Gratifikasi PB PAPDI Dr. Tunggul mengatakan, tim ini telah melakukan audiensi ke Kemenkes dan instansi lain yang terkait. Sebelumnya, tim ini telah bekerja mengkaji
hal-hal seputar gratifikasi dengan mengha-
dirkan narasumber dari IDI, pengacara hingga KPK. Kami mendukung segala upaya
yang dilakukan PB IDI yang terkait masalah
etik kedoktetan, kata Dr. Tunggul.
Untuk menghindari gratifikasi, Drg. Mustikowati mengatakan semua pemberian dari
pihak ketiga yang bertujuan penelitian, CME
baik mengikuti seminar ke dalam atau luar
negeri hendaknya ditujukan kepada pimpinan institusi. Dari pimpinan nanti didistribusikan kepada para dokter secara transparan. Silahkkan didiskusi oleh pimpinan, mekanisme seperti apa. Yang penting pemberian bukan ke individu, katanya. (HI)
25
KABAR PAPDI
26
KABAR PAPDI
27
KABAR PAPDI
mah sakit. Jasa medis yang ditentukan rumah sakit lebih rendah dibanding tarif INA
CBGs. Selisihnya 30-40 persen. Hal ini rawan sengketa antara managemen dengan
dokter, kata Dr. Prasetyo.
PAPDI sendiri telah mengeluarkan panduan tarif jasa medis. Dr. Prasetyo menegaskan tarif jasa medis PAPDI lebih realistis
dan berkeadilan. Di beberapa rumah sakit
yang pengelolaan JKNnya baik dan transparan, pendapat internis telah sesuai dengan perhitungan jasa medis PAPDI. Bila
jasa medis baik, pendapatan dokter akan
naik, dan kinerja rumah sakit juga membaik.
Tarif jasa medis PAPDI menghitung jasa
medis spesialis lain, jadi bisa diterapkan di
rumah sakit, kata Onkolog RSCM/FKUI ini.
Sementara jasa medis dokter penyakit
dalam lebih rendah dibanding bedah dan
obgyn. Padahal, di era JKN ini dokter penyakit dalam memberikan keuntungan paling besar kepada rumah sakit ketimbang spesialis
lain. Alasannya, meski pasiennya lebih sedikit namun dokter bedah memiliki risiko yang
besar. Alasan ini tidak dapat diterima karena
dokter penyakit dalam dengan jumlah pasien
yang jauh lebih banyak, juga menanggung
risiko yang lebih besar, ungkap Ketua
Bidang Advokasi PB PAPDI ini.
Sistem remunerasi tidak berpihak kepada dokter senior di rumah sakit vertikal atau
rumah sakit pendidikan. Kemenkes hanya
menilai kinerja dokter yang memberi pelayanan kesehatan, sementara kinerja pendidikan tidak dinilai. Dokter senior yang banyak di pendidikan, remunerasi lebih kecil.
28
KABAR PAPDI
29
KABAR PAPDI
Pengelolaan BPJS di RS
Budi Kemuliaan Batam
30
KABAR PAPDI
tuk tim pertama ke SIMRS.
Kemudian tim ke empat, verifikator internal yang handal. Tim verifikator dipilih
yang berpengalaman dan mampu membaca
rekam medis dengan baik dan melakukan
pengkodean dengan valid. Data hasil verifikasi dengan oleh sesuai dengan grouping
INA CBGs. Dengan begitu diharapkan
diperoleh klaim yang optimal tanpa fraud,
ungkapnya.
Setelah keempat tim ini terbentuk,
langkah selanjutnya memsinkronisasi proses pelayanan pasien BPJS yang menggunakan tarif fee for service konversi rumah
sakit dengan verifikasi klaim tarif paket INA
CBGs. Kami dapat mengestimasi surplus
dengan membandingkan billing rumah sakit
terhadap klaim BPJS. Tarif fee for service
konversi lebih besar pendapatannya
dibanding tarif INA CBGs. Sebagian besar
mengalami surplus, SMF penyakit dalam
memperoleh surplus terbesar, katanya.
Langkah selanjutnya, tim ini kemudian
menetapkan pembagian besaran jasa
medis. membentuk tim pengendali JKN
BPJS ini, terdiri atas dokter umum yang
memiliki pengalaman atau pernah bekerja di
ASKES, dipadu dengan petugas rekam
medik sebagai coder, juga tim verifikator
dari keuangan. Dokter penyakit dalam
memperoleh persentase lebih kecil dari profesi medis lain. Namun take home pay yang
diperoleh internis lebih besar, ujarnya.
si, katanya
Yang kedua, dari segi BPJS nya, Dr.
Dindin melihat ada beberapa kejanggalan.
Diantaranya, pihak BPJS dalam membaca
pasal seperti menggunakan kacamata
kuda, BPJS sering menolak klaim karena
ada kesalahan, verifikasi klinis dan administrasi dijawab oleh seseorang yang
notabene bukan dokter, kekosongan dan
ketidaktersediaan obat di Fornas dan lainlain.
Kendati demikian, Dr. Dindin menaruh
harapan besar pada BPJS untuk memperbaiki segala kekuragan yang ada. Program
BPJS itu baik karena pemerintah memberikan kemudahan askes kesehatan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Meskipun
namanya jaminan tapi kita bayar sendiri.
Kalau di negara aslinya tidak begitu,
namanya jaminan artinya semua kepesertaan BPJS dibayar oleh negara, yang kaya
dan miskin dibayarin negara, mau dipakai
silakan, tidak juga tidak apa-apa, paparnya.
Kemudian, sistem pelayanan ini jangan
hanya pro rakyat tapi juga harus pro dokter
dan RS. Artinya selain mengutamakan
pelayanan kesehatan pada masyarakat
terutama yang tidak mampu, tapi dokter dan
RS jangan dikorbankan, apalagi di
Indonesia penghasilan dokter masih ditentukan oleh jumlah pasien yang dilayani.
Sementara di negara lain tenaga kesehatan
juga disubsidi, tutupnya. (HI)
Dr. Dindin Hardiono Handim, SpPD, FINASIM, pada saat Rakernas PB PAPDI.
31
KABAR PAPDI
Formulasi PAPDI
32
KABAR PAPDI
institusi pendidikan. Kemenkes RI telah membuat rencana pengembangan tenaga kesehatan tahun 2011 hingga 2015. Kepmenkes
81 tahun 2004 menunjukan bahwa ketersediaan dokter spesialis pada tahun 2014 adalah
12 per 100.000 penduduk, pada tahun 2019
adalah 19 per 100.000 penduduk dan 28 per
100.000 penduduk pada tahun 2025.
Kepmenkes ini hanya menyebutkan spesialis
saja, tidak merujuk ke suatu spesialis tertentu. Tim Adhoc berasumsi spesialis yang
dimaksud adalah dokter spesialis penyakit
dalam. Lemahnya Kepmenkes ini hanya
mengatakan spesialis. Untuk itu kita menetapkan itu adalah spesialis penyakit dalam.
Pada tahun 2014 diperlukan 12 internis per
100.000 penduduk, kata ahli geriatri ini.
Dengan begitu, lanjut Dr. Edy, rasio jumlah
internis terhadap 100.000 penduduk saat ini
masih belum tercapai. Data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada 2012 menunjukan
rasio internis terhadap 100.000 penduduk
jauh di bawah yang ditetapkan Kemenkes. Di
Jakarta saja rasionya 4-5, apalagi di daerahdaerah, katanya. (lihat grafik)
Hitung-hitungan Dr. Edy dan kawan-kawan, jumlah internis yang di ambil dari data
PAPDI dibandingkan dengan populasi penduduk dari data BPS tahun 2010 menunjukan
bahwa diperlukan 28.516 internis atau sembilan kali lebih besar jumlah internis saat ini.
Bila jumlah penduduk dipilah berdasarkan
umur dewasa 14 65 tahun ke atas, dibutuhkan 20.817 internis atau tujuh kali jumlah
internis saat ini. Kebutuhan dokter spesialis
penyakit dalam masih sangat kurang bila dihitung per 100.000 penduduk, ujarnya.
Kondisi tersebut, tambah Dr. Edy, dapat
dipahami bila Kemenkes berencana mencetak internis dalam jumlah besar dan me-
nerima dokter asing. Namun Dr. Edy mempertanyakan rasio yang digunakan Kemenkes kebutuhan internis dibandingkan terhadap 100.000 penduduk? Dr. Edy meragukan
formulasi tersebut.
Ia mempunyai formulasi lain. Berdasarkan
Permenkes 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit mengatakan bahwa rumah
sakit harus memiliki pelayanan medis spesialis dasar. Artinya, dokter spesialis bekerja
di rumah sakit sehingga kebutuhan dokter
spesialis harus dibandingkan dengan jumlah
rumah sakit yang tersedia.
Data Ditjen BUK Kemenkes saat ini jumlah
total rumah sakit dengan semua tipe adalah
2380 rumah sakit. Sedangkan jumlah internis
saat ini 2991 dokter. Artinya, kebutuhan internis terhadap jumlah rumah sakit dapat terpenuhi. Bahkan bila merujuk UUPK tahun
2004 mengatakan bahwa izin praktik dokter
diberikan maksimal tiga tempat. Hal ini menunjukan jumlah internis saat ini dapat melayani 3000 sampai 8973 rumah sakit. PAPDI
sudah memiliki formulasi berdasarkan jumlah
rumah sakit bukan jumlah penduduk. Dirikan
dulu rumah sakit kemudian cetak tenaga medisnya. Kita tidak perlu mencetak internis dengan jumlah besar. Mau ditaruh di rumah
sakit mana? ujar Dr. Edy mempertanyakan
rencana Kemenkes.
Dr. Edy yang juga Ketua Bidang organisasi PB PAPDI menegaskan bahwa persoalan yang penting adalah distribusi dokter
yang tidak merata. Dari data PB PAPDI menunjukan bahwa sebaran internis tidak merata. Bahkan masih banyak rumah sakit yang
33
KABAR PAPDI
Perketat Regulasi
Dokter Asing
Masalah kesehatan merupakan masalah strategis ketahanan nasional, seyogya dilakukan oleh
bangsa sendiri secara mandiri. Akses kesehatan tidak bisa dibuka seluas-luasnya kepada
pihak asing
DR. Dr, Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB, FINASIM, FACP..
34
KABAR PAPDI
dapat direalisasikan? Tentu ini masih menjadi tanda tanya. Sebab, pasar bebas di
bidang kesehatan ini terbentur regulasi
yang berlaku di tiap -tiap negara ASEAN.
Mereka membentengi masuknya dokter
asing dengan berbagai peraturan. Thailand
mensyaratkan dokter asing yang akan praktik disana harus fasih menulis dan berbahasa Thai. Sedangkan di Filipina, UndangUndang Dasar Negaranya melarang praktik
dokter asing. Begitu pula dengan Malaysia,
soal kesehatan harus dikelola oleh dokter
Malaysia. Regulasi tenaga kesehatan di
Singapura mematok standar yang tinggi
untuk bisa melakukan praktik di negeri
tersebut. Kamboja, Vietnam dan Laos
belum memiliki regulasi. Masing-masing
negara ASEAN masih tidak legowo keberadaan dokter asing, kata Dr. Ari
Sementara Indonesia dianggap regulasi domestiknya lebih longgar. Untuk itu,
PAPDI melakukan audiensi ke KKI dan
Kemenkes RI selaku regulator domestik.
PAPDI mendukung sikap IDI dan bagi dokter asing yang bertugas di Indonesia hanya
untuk alih teknologi dengan syarat memperoleh izin IDI, diminta oleh insitusi resmi atau
rumah sakit pemerintah, waktunya maksimal enam bulan dan tidak ditempatkan pada
di bidang dan posisi strategis atau pengambil keputusan.
Dr. Ari menambahkan KKI hendaknya
lebih ketat mengeluarkan Surat Tanda
Registrasi Sementara bagi dokter asing
35
KABAR PAPDI
Kesehatan Remaja,
Bukan Sekadar Batas Yuridis
Tentu ini, tidak bisa diambil garis lurus batasan
usia 18 tahun. Karena disini ada unsur biologis
yang tidak bisa dibatasi oleh sekadar usia.
Batas usia dewaa ada batas usia yuridis dan
batas usia biologis. Karenanya ada intersepsi
antara anak dan dewasa.
36
KABAR PAPDI
di negeri ini. Sebagian besar UndangUndang mematok batas usia anak dan
dewasa adalah umur 18 tahun. Menurut
sejawat pediatrik tersebut, pasien berusia di
bawah 18 tahun menjadi domainnya dokter
kesehatan anak. Namun pada praktek
seharihari, pasien berusia 14 18 tahun
lebih banyak ditangani oleh dokter penyakit
dalam. Gesekan antar sejawat pun tak terelakkan.
KOPAPDI 2012 memutuskan dibentuk
tim adhoc untuk mengantisipasi upaya dari
beberapa pediatrick merambah ke pasien
berusia 18 tahun, yang selama ini dirawat
oleh internis. Di beberapa daerah hal ini
sampai menimbulkan gesekan sesama dokter, kata anggota Tim Adhoc Adolescent PB
PAPDI DR.Dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD,
K-P, FINASIM, FCCP pada Rakernas PB
PAPDI dengan Semua Cabang PAPDI,
Februari 2015 lalu.
Menurut Dr. Arto, sikap sejawat pediatrik
ini semata-mata didasari oleh aturan hukum
yang berlaku, tanpa mempertimbangkan
faktor faktor lain seperti biologis, pskologis
dan lain-lain. Padahal, tambahnya, secara
tradisional yang berlaku di rumah sakit selama ini batas usia pasien anak-anak 14
tahun. Managemen rumah sakit pun keberatan bila batas usia anak-anak menjadi 18
tahun, karena pihak rumah sakit mesti mengubah infrastruktur layanan kesehatan anak
yang memerlukan tambahan biaya yang tak
sedikit. Misalnya soal ranjang, bila pasien
usia 17 tahun diambil pediatrik maka ranjang di bagian rawat inap pediatrik mesti
diubah,katanya
menegaskan, masa peralihan dari anakanak ke dewasa tidak bisa dilihat dari faktor
usia. Ada faktor biologis yang juga mempengaruhi seseorang tumbuh dewasa. Batas
usia dewasa, ada batas yuridis dan biologis.
Jadi, dari anak ke dewasa tentu tidak bisa
diambil garis lurus berdasarkan usia 18
tahun, katanya.
Kesehatan Remaja
Hak Siapa?
Menurut Dr. Arto, antara usia anak dan
dewasa, ada intersepsi yang biasa disebut
remaja. Kementerian Kesehatan RI tahun
37
KABAR PAPDI
38
KABAR PAPDI
lescent medicine. Di sini diketahui, PB IDAI
sendiri belum menetapkan batasan usia
anak dan dewasa adalah 18 tahun.
Kementerian Kesehatan RI pun turun tangan. Melalui Dirjen BUK Kemenkes, pada
29 September 2014 diadakan pertemuan
antara PB PAPDI, PB IDAI, Satgas Ketua
Himpunan Psokologi Indonesia wilayah DKI
Jakarta Raya yang membahas kesehatan
remaja. Hasilnya, Kemenkes menyetujui dibentuk Pokja Bersama mengenai kesehatan remaja, dan Dirjen BUK menjanjikan
akan menerbitkan Permenkes tentang
kesehatan remaja yang akan dikelola
bersama oleh PAPDI, IDAI, POGI dan
PDSKJI. Kesehatan remaja cukup kompleks, bukan melulu masalah usia, tapi juga
masalah biologis, psikologi remaja dan lainlain, kata Dr. Arto.
Dirjen BUK Kemenkes menepati janji
soal Permenkes Kesehatan Remaja. Pada
19 November 2014 kembali diadakan pertemuan untuk menyusun Permenkes Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Hotel
The Park lane Jakarta. Pertemuan memutuskan, tidak lagi mempermasalahkan batasan umur 18 tahun sebagai batas anak
dan dewasa, menitikberatkan rentang usia
remaja yaitu 10 18 tahun dan harus ditatalaksana kesehatan remaja dikelola bersama-sama secara terpadu, akan diatur bahwa di setiap fasyankes harus dibentuk tim
terpadu tatalaksana remaja yang terdiri dari
minimal pelayanan kesehatan anak, penyakit dalam, kesehatan jiwa/psikologis dan
obgyn. Tidak terjadi perubahan usia anak
dewasa. Pasien usia 14 tahun tetap bisa dipegang oleh internis tapi dengan aturan tertentu, katanya.
Kerja Tim Adhoc Adolescent PB PAPDI
tak berhenti sampai disini. Tugas selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan kompetensi adolescent health para internis. Bersama PAPDI dan Kolegium IPD merancang
kurikulum kesehatan remaja dengan melibatkan semua disiplin ilmu penyakit dalam
dan bagaimana menyampaikan kurikulum
tersebut terhadap internis baru dan senior.
Kemudian, mesti ditentukan apakah ilmu
kesehatan remaja ini akan disisipkan ke dalam salah satu divisi yang telah ada atau dibuat divisi sendiri, seperti divisi tumbuh
kembang pada departemen Ilmu Kesehatan
Anak. (HI)
39
KABAR PAPDI
Panduan Standar
40
KABAR PAPDI
41
KABAR PAPDI
Tantangan Baru
42
Pemukulan Gong oleh perwakilan Gubernur DIY membuka Konker XIII PB PAPDI.
KABAR PAPDI
wono X dalam paparanya yang dibacakan
Asisten Bidang Pemerintahan Sulistiono.
Hal senada disampaikan Ketua Umum
PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, KKV, FINASIM, FACC. FESC, FAPSIC,
FACP, FRCPT. Ia mengatakan, PB PAPDI
sangat serius soal peningkatan kompetensi
anggotanya. Bahkan PB PAPDI, katanya,
aktif membina dokter umum sebagai lini terdepan layanan kesehatan di masyarakat.
Meningkatkan kemampuan para dokter
melalui kegiatan yang bersifat continuing
professionalism development (CPD ) merupakan salah satu misi PB PAPDI, katanya.
Terkait dokter asing, Prof. Idrus mengatakan, PB PAPDI mengikuti Ikatan Dokter
Indonesia, induk organisasi kedokteran. IDI
menolak dokter asing yang melakukan praktik di Indonesia. Dokter asing boleh masuk,
hanya untuk transfer pengetahuan yang
diundang oleh institusi resmi dengan waktu
yang dibatasi. Dokter asing dalam bekerja
tidak menempati jabatan strategis. telah
menentukan sikap. Selain itu, PB PAPDI
menambahkan, dokter asing yang ingin
praktik harus memenuhi regulasi domestik,
menjalani adaptasi oleh kolegium dan fasih
berbahasa Indonesia yang diakui oleh lembaga bahasa yang kredibel.
PB PAPDI mendukung Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan.
Menurut Prof. Idrus, program ini sesuai dengan konsep PAPDI mengenai layanan kesehatan berjenjang, layanan primer, sekunder
Berbenah Menghadapi
Era JKN dan Globalisasi
Konker PAPDI merupakan kegiatan
organisasi yang rutin diselenggarakan sekurang-kurangnya tiga tahun sekali. Hampir
200 peserta sidang, meliputi pengurus PB
PAPDI, delegasi 36 Cabang PAPDI, dan
pengurus KIPD, hadir pada KONKER XIII
ini. Mereka membahas berbagai isu baik
internal maupun eksternal organisasi, terkait
43
KABAR PAPDI
KPK: Gratifikasi,
44
KABAR PAPDI
Diskusi peserta KONKER dengan Direktur Gratifikasi KPK Giri Suprapdiono saat KONKER XIII PAPDI.z
45
KABAR PAPDI
46
KABAR PAPDI
Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP;
Komisi 3: Bidang Pengembangan Profesi
(P2KB/CPD, CME online, EIMED, Roadshow, dan FINASIM), dipimpin oleh DR. Dr.
Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM,
MMB, FACP; Komisi 4: Pendidikan Sp1, dipimpin oleh Dr. IGP. Suka Aryana SpPD, KGER, FINASIM dan Komisi 5: Pendidikan
Sp2 dipimpin oleh DR. Dr. Zulkhair Ali, SpPD,
K-GH, FINASIM.
Banyak hal yang menarik dibahas, namun
isu gratifikasi menjadi perbicaraan hangat
pada KONKER XIII. Hal itu dipicu oleh maraknya pemberitaan kerjasama dokter dan
farmasi yang disinyalir suap. Permenkes
No 14 tahun 2014 tentang Pengendalian
Gratifikasi telah mengatur praktik gratifikasi di
lingkungan Kementerian Kesehatan RI, namun kebanyakan dokter tidak mengenali mana gratifikasi, mana bukan. Akhirnya, terkait
Suasana diskusi peserta saat sidang organisasi pada KONKER XIII PAPDI.
47
KABAR PAPDI
48
KABAR PAPDI
49
KABAR PAPDI
50
workshop, dan simposium. Untuk akomodasi peserta tinggal memilih hotel yang terdapat disekitar hotel utama, seperti Novotel,
Horison, Citraland, dan Hotel Santika.
Akses ke Semarang sangat mudah. Hampir
semua maskapai memiliki rute ke Semarang. Jalur darat pun sudah nyaman dilalui.
KABAR PAPDI
Solo Balapan disinggahi kereta api dari berbagai daerah di Pulau Jawa.
KOPAPDI di Solo pilihan tepat bagi sejawat dan keluarga. Kota ini menawarkan beragam wisata. Untuk menikmati wisata kota,
sejawat dapat diantar oleh kereta uap atau
bus wisata yang melintas di tengah kota. Bagi
penggemar makanan, wisata kuliner masakan
khas Solo seperti serabi, cabuk rambak, gempol pleret, sate buntel, timlo, nasi liwet, tengkleng dan lain-lain, dapat memanjakan lidah
sejawat. Wisata budaya menyuguhkan keindahan tari-tarian tradisi Solo seperti Bedhaya
Ketawang, sendratari Ramayana, dan Carnival Batik yang telah tersohor di dunia. Kemudian ada wisata alam nan elok, dapat dinikmati di Tawangmangun, Grojan Sewu, Pantai,
Candi sukuh dan Cetho dan lain-lain. Cenderamata buat buah tangan dapat diperoleh di
sentra belanja Pasar Windujenar, Pasar Gedhe, dan Night Market Ngarsopuro.
Pengurus cabang beserta anggota, residen, dan Rumah Sakit Pendidikan RSUD
Moewardi/FK UNS siap berpartisipasi menyukseskan KOPADI 2018. Pemerintah daerah mendukung kegiatan ini, bahkan Pemda
dan pengurus akan berupaya menghadirkan
Presiden Joko Widodo untuk meresmikan
acara. Karena dengan diselenggarakan
KOPAPDI di Solo akan meningkatkan kunjungan wisata dan semakin diakui FK UNS
sebagai center of excellence pendidikan kedokteran. Dengan begitu kami memohon kepada sejawat dari pengurus PAPDI Cabang
memberi kesempatan kepada Cabang Surakarta sebagai tuan rumah KOPAPDI XVII
2018. (HI)
51
KABAR PAPDI
APDI Cabang Malang maju mencalonkan sebagai tuan rumah KONKER PAPDI XIV 2017. Ketua PAPDI
Cabang Malang Dr. Atma Gunawan,
SpPD, K-GH, FINASIM mengatakan Malang
siap menjadi tuan rumah Konferensi Kerja
PAPDI XIV pada 2017. Ia menegaskan
PAPDI Cabang Malang dapat memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam
AD/ART bila menjadi penyelenggara konferensi kerja. PAPDI Cabang Malang sangat
senang dan akan memberikan yang terbaik
bagi peserta KONKER , dan bagi pengembangan organisasi, kata Dr. Atma Gunawan, SpPD, K-GH, FINASIM
Kota Malang, kata Dr. Atma Gunawan,
seringkali menjadi tempat penyelenggaran
rapat organisasi atau kegiatan ilmiah skala
nasional. Di lingkungan Ilmu Penyakit Dalam, anggota PAPDI Malang pengalaman
mengelola event-event konas atau konker,
diantaranya Konas/Konker PPHI-PHI-PGI,
Perkeni, Petri, Reumatologi, PIN PAPDI dan
lain-lain. Kota Malang memiliki banyak
pakar di bidang penyakit dalam yang aktif di
tiga Fakultas Kedokteran. PAPDI Malang
memiliki 82 anggota, dengan jumlah
anggota
sebanyak
ini
InsyaAllah tidak sulit menyelenggarakan event nasional seperti
KONKER, sergahnya.
Kota Malang memiliki 73 hotel,
dari melati sampai bintang lima.
Dua tahun terakhir telah menjulang
20 hotel baru, dengan kapasitas
total kamar sekitar 2500 kamar.
Menurut Dr. Atma Gunawan,
KONKER XIV akan diselenggrakan
di Ijen Suites Hotel yang dilengkapi
ballroom yang dapat mengako-
52
modasi 2000 peserta. Juga tersedia sejumlah ruang pertemuaan yang dapat digunakan untuk sidang organisasi, workshop
dan simposium. Sementara kebutuhan kamar yang lebih besar didukung dari hotelhotel satelit yang dekat dengan tempat
utama. Di Kota Batu terdapat 70 hotel dengan kapassitas tootal kamar hampir 3000
kamar. Dan dilengkapi ballroom yang dapat
menampung 3000 5000 orang.
Akses ke Malang tidaklah sulit. Hampir
semua maskapai penerbangan dari berbagai daerah memiliki rute ke Malang. Dengan
adanya tol baru Surabaya Malang, akses
ke Malang lebih mudah, dengan waktu tempuh 1,5 2 jam. Dengan begitu Bandara
Djuanda Surabaya dapat mendukung Malang untuk kebutuhan penerbangan,
katanya.
Selain itu, Malang dikenal memiliki tempat-tempat wisata unggulan. Wisata alam
Gunung Bromo dan Kawah Gunung Ijen
dengan panorama alam nan eksotik sayang
untuk dilewatkan. Wisata bermain terbesar
nasional Batu Night Spectacular, Jatim Park
sangat cocok buat keluarga. Dan beragam
wisata lain seperti agrowisata, Taman Safari
Prigen, Omah Kayu, cagar Alam Pulau
Sempu dan lain-lain siap memanjukan
sejawat beserta keluarga
Restu dari pemerintah daerah mudah didapat mengingat Walikota selalu mendukung
kegiatan yang dapat memakmurkan Kota Malang.
KONKER XIV dapat memperkuat eksistensi PAPDI
dan Kota Malang sebagai
kota pendidikan. Dengan
begitu kami, PAPDI Cabang
Malang mengundang pengurus Cabang PAPDI di
seluruh Indonesia untuk
hadir melakukan sidang
organisasi dan simposium
di tengah-tengah keramahan Kota Malang.
KABAR PAPDI
53
KABAR PAPDI
APDI Cabang Cirebon maju mencalonkan sebagai tuan rumah KONKER PAPDI XIV 2017. Ketua PAPDI
Cabang Cirebon Dr. I Made Astawa,
SpPD, FINASIM mengatakan Cirebon siap
menjadi tuan rumah Konferensi Kerja
PAPDI XIV pada 2017. Ia menegaskan
PAPDI Cabang Cirebon dapat memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam
AD/ART bila menjadi penyelenggara konferensi kerja. Anggota PAPDI Cabang Cirebon mendukung dan siap menyukseskan
KONKER XIV 2017, kata Dr. I Made
Astawa
Dr. I Made Astawa mengatakan Cirebon
mumpuni sebagai tempat penyelenggara
KONKER. Infrastruktur dan sarana yang dimiliki mampu mendukung kegiatan tersebut.
Di Cirebon telah banyak menjulang hotelhotel bintang empat. Dr. I Made Astawa merencanakan akan menggunakan Hotel Aston
tempat berlangsungnya KONKER. Hotel bintang empat ini dilengkapi dengan Grand
Ballroom yang mampu menampung 2000 peserta. Dan, mempunyai delapan ruang pertemuan yang dapat digunakan untuk kegiatan
workshop, simposium dan sidang organisasi.
Hotel Aston dikelilingi dengan hotel-hotel
lain, seperti Hotel Ibis, Hotel Swiss Bel, dan
Hotel Metland , yang letaknya masih dalam
satu area yang sama. Hotel-hotel satelit ini
dapat mengakomodasi 3000 peserta. Sementara akses menuju tempat utama tidak
sulit. Hal ini mengingat letak Kota Cirebon
strategis dipersimpangan antara Jakarta,
Bandung dan Semarang. Internis yang ada
sekitar Cirebon lebih nyaman menempuh
jalur darat baik kendaraan pribadi atau kereta api. Sedangkan jalur udara bisa menggunakan bandara di Jakarta, Bandung atau
54
Semarang. Tapi kalau bandara International Kertajati telah selesai dibangun, tidak
perlu jauh-jauh keluar kota, sergahnya.
Selain dukungan sarana dan infrastruktur, Cirebon memiliki tempat wisata unggul-
an. Untuk menghilangkan rasa penat, peserta dapat mengunjungi wisata alam seperti wisata Cikahalang, Situ Sedong,
Banyu Panas Palimanan dan lain-lain. Bagi
peserta yang gemar makan, wisata kuliner
khas Cirebon dapat memanjakan lidah
sejawat, diantaranya nasi jamblang, empal
gentong dan lain-lain. Wisata religi dan sejarah dapat mengunjungi Keraton Kasepuhan, Kanoman dan masjid Agung Kasepuhan. Cinderamata dapat diperoleh di sentra kerajinan tangan di kota Cirebon.
Selain dukungan anggota, beberapa fakultas kedokteran, rumah sakit siap berpartisipasi menyukseskan acara ini. PAPDI Cabang Cirebon kerap bekerjasama dengan
sejawat lain menyelenggarakan kegiatankegiatan ilmiah. Penyelenggaraan KONKER
di Cirebon diharapkan dapat mengangkat
eksistensi PAPDI di sekitar Cirebon dan meningkatan kompetensi di bidang ilmmu penyakit dalam. Untuk itu pemerintah daerah
mendukung acara itu. Dan tak kalah pentingnya, mohon dukungan penggurus
PAPDI Cabang dari seluruh Indonesia untuk
memilih Cirebon sebagai tuan rumah
KONKER XIV 2017.
KABAR PAPDI
55
KABAR PAPDI
56
KABAR PAPDI
yarkan mempunyai kemungkinan untuk dikembalikan setelah jangka waktu tertentu misalnya 10 tahun kemudian, disamping juga
mendapat pelayanan gratis pengobatan bila
sakit, sementara di BPJS uangnya hilang total.
Ini wacana saja karena sudah berjalan
semuanya, tapi mungkin perlu ada keringanan-keringanan tertentu khususnya di
Maluku ini, ujarnya.
dokter yang mau menetap di Ambon, sebagian besar dokter umum asalnya dari luar Maluku. Para dokter tersebut menetap di sini
hingga berkeluarga, punya anak, lantas ingin
sekolah yang lumayan bagus untuk anaknya,
maka akhirnya pulang lagi ke asalnya.
Kebutuhan SDM FK UNPATTI, terutama
dokter spesialis masih kurang, maka dilakukan MoU kerja sama dengan Universitas Airlangga dan Universitas Hasanuddin untuk
memenuhi kebutuhan staf pengajar.
PAPDI Cabang Maluku termasuk yang paling aktif dibandingkan semua bagian lain,
kendati jumlah anggotanya tak banyak. Jumlah kami hanya 6 orang. Tugas overlapping,
yah.. dia lagi, dia lagi.
Walaupun kedua orangtua tidak berpendidikan, namun mereka sangat ingin anakanaknya maju, terutama untuk sekolah. Makanya saya dan istri juga ingin begitu. Anak
saya sepasang, Yulian dan Leonie Avica. Sekarang keduanya lagi kuliah di FK UKI Jakarta. ujar anak kedua dari enam bersaudara ini.
Menamatkan pendidikan kedokteran
umum tahun 1986 dari Fakultas Kedokteran
UKI, Jakarta, kemudian dirinya ditugaskan ke
Pular Seram sebagai dokter puskesmas.
Tahun 1999 menyelesaikan pendidikan spesialis di Universitas Hasanuddin. Ketika terjadi kerusuhan besar yang melanda Ambon,
sebagian besar dokter kembali ke daerah
masing-masing, dia malah kembali ke Ambon untuk bertugas di sana. Hanya ada segelintir dokter spesialis yang bertahan di Ambon saat itu, sementara pasien banyak se-
57
KOLEGIUM
Jakarta-Bali untuk
Suksesnya Akreditasi
Terobsesi membenahi
prodi. Sebagai assesor
punya kewajiban membina, bukan mencari-cari
kesalahan. Akreditasi A
dalam genggaman.
58
kolegium semua prodi spesialis yang kemudian membentuk Lembaga Akreditasi Mandiri
Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes).
Saya merupakan salah satu dari tujuh
assessor dari Ilmu Penyakit Dalam yang tergabung dalam LAM-PTKes. Sekarang kami
sebagai orang LAM-PTKes, bukan kolegium.
Kami membuat borang akreditasi dan kami
juga yang melakukan akreditasi Prodi Ilmu
Penyakit Dalam, ujarnya.
Akreditasi ini, lanjut Dr. Suka, bertujuan
supaya Prodi menata kembali proses pendidikan dan melakukan standarisasi pendidikan profesi dokter spesialis di fakultas kedokteran di seluruh Indonesia. Dengan begitu
wajah pendidik spesialis lebih professional, tidak ada lagi kesan kalau pendi-dikan itu yang
penting baik-baik sama dosen atau pasien
merasa seperti kelinci percobaan. Rumah Sakit Pendidikan terbaik adalah Rumah Sakit
dengan pelayanan terbaik dan bermutu.
Ini adalah sesuatu yang menantang. Saya mengikuti perkembangan ini sejak awal di
kolegium. Menyusun borang dan melakukan
sosialisasi pada sejawat. Bolak balik Jakarta
Bali untuk rapat, saya nikmati saja, akunya.
Ia mengakui kesulitan menyamakan persepsi materi akreditasi sesama prodi. Ada 14
Akreditasi Dalam
Genggaman
Motto kolegium IPD untuk mensukseskan
akreditasi adalah Akreditasi Ada dalam
Genggaman. Maksudnya, kata Dr. Suka, dalam genggaman di handphone, tidak per-lu
buka buku, kapan saja di mana saja bisa dilihat dan saling mengingatkan. Oleh Prof. DR.
Dr. Siti Setiati, SpPD, K-Ger, FINASIM Ketua
KIPD motto tersebut ditambah menjadi Akreditasi A dalam Genggaman. Semua Prodi
harus dapat A, ujarnya.
Kolegium membuat strategi membantu
prodi untuk memperoleh nilai A. Ia menghimbau semua pihak baik assesor maupun prodi
punya persepsi yang sama, untuk dapat akreditasi A. Kolegium membuat simulasi. Bagi
prodi yang sudah siap, maka diminta mengumpulkan borangnya. Kemudian, assesor
menilai, kurangnya apa, kita sepakati bersama, kalau perlu langsung nilai. Setelah itu, kami berikan rekomendasi ke prodi tersebut, aspek mana saja yang masih kurang dan diminta lengkapi.
Dengan strategi simulasi ini, pasti semua
bisa A. Kalau yang belum siap, jangan daftar
dulu, sehingga bisa dapat A. Targetnya tahun
2015 ini seluruh prodi penyakit dalam sudah
diakreditasi, tuturnya optimis.
Semangat Pembinaan
Dr. IGP Suka Aryana, SpPD, K-GER, FINASIM.
Dulu semua pihak seolah phobia akreditasi. Bila orang BAN PT datang, apa yang
diminta sering kali tidak jelas. Namun saat ini
KOLEGIUM
tidak lagi, lembaga akreditasi itu konsepnya
pembinaan. Itu prinsip. Sebagai assesor punya kewajiban membina, bukan mencari-cari
kesalahan. Assessor punya kewajiban membina prodi untuk memperbaiki diri, sesuai dengan standar yang diminta. Akreditasi A harus
menjadi tanggung jawab kita. Bukannya yang
membina justru yang seolah menghukum. Logikanya harus diubah, tegasnya.
Menurut Dr. Suka, kendala yang ada
umumnya soal SDM dan penelitian. Dalam
hal ini jumlah konsultan dan profesor. Tidak
banyak penelitian yang didaftarkan ke publikasi internasional, padahal nilainya besar,
ada penemuan hebat tapi tidak dimintakan
hak patennya. Tapi itu diminta di borang, itu
yang menurut saya paling sulit. Sementara
untuk kurikulum dan lain-lain, bisa cepat diubah. Hal ini menyangkut budaya meneliti,
kalau sudah terbiasa melayani pasien tidak
terpikir ke sana, pungkasnya.
Tak Bercita-cita
Jadi Dokter
Lahir dan besar dari keluarga sederhana,
Suka kecil tak pernah terpikir untuk bisa jadi
seperti saat ini. Untuk membiayai hidup ketiga
anaknya, kedua orangtuanya harus bekerja
sehingga waktu untuk anaknya berkurang.
Ayahnya pegawai hotel, ibu membuka warung
di Tabanan.
Saya bukan tergolong orang pintar, kelas
1-3 SD belum bisa baca, hanya mendengar
lalu dihafalkan. Saat itu termotivasi oleh seorang teman yang pintar tapi sombong sekali.
Naik kelas empat sudah bisa baca lancar, saya giat belajar, di kelas lima dapat rangking 2
bisa menyaingi dia, bangganya saya waktu
itu, kisahnya.
Dari SD udik tapi cita-citanya tinggi masuk
SMP 1 yang favorit. Bapak dan ibu marah karena sekolahnya jauh dari rumah. Tetap nekat
dan diterima, saat masuk dirinya bengong karena tidak ada teman, semua anak pejabat,
tapi lama-lama bisa adaptasi. Karena senang
59
BERITA CABANG
60
BERITA CABANG
61
BERITA CABANG
62
KABAR PAPDI
Perhelatan Akbar
di Kota Kembang
Mengusung layanan
spesialistik komprehensif, pemerintah hendaknya menilai seorang
internis itu jauh lebih
menguntungkan dibandingkan beberapa
spesialis lain.
acara. Selain itu, Bandung saat ini lagi ramai dikunjungi wisatawan. Saat ini Bandung lagi jadi magnet dengan sejumlah terobosan memperbaiki dan memoles kota
yang dilakukan oleh pemerintah kota Bandung. Banyak orang ingin datang ke sini
melihat langsung area-area tertentu yang
direvitalisasi dan dijadikan cagar budaya
dan dipercantik. Saat kampanye kami tawarkan sejumlah kelebihan Bandung dibanding kota lainnya, kami percaya diri sebab
sekarang memang waktunya Bandung,
imbuhnya lagi.
ongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XVI diselenggarakan di Hotel Trans Luxury Bandung
pada 9 -13 September 2015. PAPDI Cabang
Jawa Barat sesuai amanat KOPAPDI XV di
Medan, terpilih menjadi tuan rumah KOPAPDI XVI, setelah berhasil mengungguli dua
kandidat lain, PAPDI Cabang Makassar dan
Surakarta. Bandung menjadi tuan rumah
KOPAPDI untuk ke dua kalinya, yang pertama KOPAPDI III pada 27 30 Agustus 1975.
Kedua kandidat lain tidak kalah hebatnya,
cuma saya yakin Bandung bisa menang,
kata Ketua PAPDI Cabang Jawa Barat DR.
Dr. Arto Yuwono Soeroso, SpPD, K-P,
FINASIM sembari melempar tawa.
Kala itu, Dr. Arto, begitu biasa disapa,
bersama pengurus cabang, optimis terpilih
menjadi tuan rumah KOPAPDI XVI. Menurutnya, Bandung telah memiliki tempat yang
dapat menampung peserta KOPAPDI dalam
jumlah besar. Hotel Trans Luxury ini dilengkapi ballroom yang besar dan hall yang letaknya berdekatan. Sarana dan infrastruktur
tersebut terpadu dalam satu area. Hal ini sangat mendukung kelancaran dan suksesnya
63
KABAR PAPDI
rang kan era BPJS, orientasinya efisiensi
pelayanan dan ekonomi, di sinilah tempatnya penyakit dalam, dengan layanan yang
sifatnya komprehensif satu orang bisa menyelesaikan banyak problem kesehatan di
satu daerah, secara ekonomis nilainya sangat menguntungkan sekali, imbuhnya lagi.
64
Gubernur Jawa Barat akan bersama peserta kongres pada malam keakraban. Dan
yang memberi orasi memorial lecture pada
konvokasi adalah B.J. Habibie yang juga
mantan wakil Presiden RI. Di samping undangan dari institusi pemerintah dan tokoh
nasional, nuasa kongres lebih terasa
mendunia dengan diundangnya delegasi
International Society of Internal Medicine
(ISIM), dan Asean Federation of Internal
Medicine (AFIM).
Rangkaian acara tersebut terkonsentrasi
di satu area, Hotel Trans Luxury Bandung.
Selain memiliki kapasitas kamar yang besar, di hotel ini juga tersedia ballroom yang
luas, ruang kongres, seminar dan workshop, hingga mall dan Trans Studio. Sejumlah hotel di area terdekat pun sudah disiapkan. Guna memenuhi kebutuhan 2.500
kamar untuk seluruh peserta kongres.
Untuk kenyamanan dan efisiensi, dibutuhkan tempat dan area yang memadai. Semua pemain kunci seperti speaker, moderator, delegasi, dan pengurus pusat, ditempatkan di Trans Hotel. Dengan harapan, kelancaran sidang organisasi dan acara ilmiah
terjamin.
Tak hanya menempatkan acara di satu
hotel, panitia juga menyediakan fasilitas penunjang yang tak kalah pentingnya seperti
shuttle bus dari hotel ke hotel lain. Biasanya
di kota lain kebutuhan hotel dengan ballroom
yang luas dan banyak, sulit didapat membuat panitia harus menyewa beberapa hotel
berbeda untuk acara yang padat dan pararel
sehingga menyulitkan pembicara yang mau
KABAR PAPDI
emamparan PAPDI Cabang Jawa Barat sukses memukau peserta sidang pleno KOPAPDI
XV, Medan, tiga tahun silam.
Presentasi yang elegan dan menarik dengan menunjukkan sarana-sarana unggulan yang dimiliki Kota Bandung semakin
memantapkan pilihan tuan
rumah kongres PAPDI. Hotel Arya Duta Medan, dini
hari, pimpinan sidang akhirnya mengetuk palu menetapkan Bandung sebagai tuan rumah Kongres Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) XVI 2015.
Adalah Ketua PAPDI Cabang Jawa
Barat DR. Dr. Arto Yuwono Soeroso,
SpPD, K-P, FINASIM, FCCP, mampu
menarik hati para undangan dan delegasi PAPDI Cabang dari seluruh Indonesia. PAPDI Cabang Jawa Barat berhasil mengungguli PAPDI Cabang Sulawesi Selatan dan PAPDI Cabang Surakarta pada saat bidding tuan rumah
KOPAPDI XVI. Kandidat tuan rumah
65
KABAR PAPDI
dung. Selain itu, di kalangan sejawat seolah-olah ada tradisi Jawa dan non Jawa.
Kalau KOPAPDI 2012 di Medan, maka
KOPAPDI 2015 di tanah Jawa, imbuhnya
sambil tertawa renyah.
Persiapan perhelatan akbar PAPDI telah
dimulai tiga tahun silam. Di tengah kesibukannya, Dr. Arto yang juga Ketua Pelaksana
KOPAPDI XVI ini mengakui, tidak memakai
jasa event organizer (EO) pada acara tersebut. Ia bersama pengurus cabang, rekan
SMF/ Departeman Ilmu Penyakit Dalam FK
Unpad//RS Hasan Sadikin Bandung dan dibantu PPDS, bersama-sama mempersiapkan hajatan yang akan diselenggarakan
September 2015 ini. Namun, kata konsultan
pulmonologi ini, dalam pekerjaan yang sifatnya sangat teknis dan sangat menyita waktu
seperti pengurusan reservasi hotel dan akomodasi, kami serahkan ke mitra kerja.
Kami tidak menggunakan jasa event organizer secara full, tetapi hal yang menyangkut urusan hotel, tiket, dan transportasi, kami bermitra dengan pihak yang memang bekerja dan ahli dibidang tersebut.
Karena hal tersebut sifatnya sangat teknis
dan memakan waktu. Kami tidak profesion-
66
Perintis Dokter
di Keluarga Besar
Kariernya di bidang kedokteran terbilang
moncer. Lelaki kelahiran Bandung pada 11
April 1963 ini sejak kecil memang sudah
KABAR PAPDI
bercita-cita ingin jadi dokter. Arto besar di
Cirebon yang bukan berasal dari keluarga
dokter. Saat itu, keluarga besarnya tidak
ada yang berprofesi dokter. Soal pilihannya
itu, ketika masih kecil ia berpikir jika menjadi dokter bisa menolong orang dan merupakan profesi yang sangat terhormat. Berjalannya waktu, alasannya bertambah lagi,
dokter bisa bekerja secara independen, bisa
berkarya di mana pun berada, tidak bergantung dan terikat pada siapa pun, jadi banyak
sekali alasan yang semakin menguatkan
tekadnya untuk menjadi dokter. Apapun
yang kita lakukan, tujuannya untuk mendapatkan kebahagiaan. Harus berusaha memperlakukan orang, siapa pun dia, seperti
ingin kita diperlakukan. Kalau kita ingin
diperlakukan oleh baik oleh orang sehingga
kita merasa nyaman, maka kita harus
berperilaku ke orang lain dengan dengan
baik pula agar orang tersebut merasa nyaman dengan keberadaan kita, ujar suami
Dr. Anggraini Alam, Sp.A(K) ini.
Sebagai orang pertama di keluarga besar
yang jadi dokter, sosok sulung dari empat
bersaudara ini, jadi inspirasi di keluarga. Adik
dan kedua anaknya mengikuti jejaknya. Istrinya pun seorang dokter. Tak heran bila darah
medis mengalir deras pada kedua
putranya. Saya dan istri perintis
profesi ini di keluarga masingmasing. Kami bangga dan sangat menghormati profesi ini,
67
KABAR PAPDI
Ragam Wisata
KOPAPDI XVI Bandung
Panoramic of South
Bandung
Berkumpul di lobby hotel, peserta tour
akan menuju kawasan selatan dari
Bandung tepatnya di kawasan Ciwidey.
Kunjungan pertama di objek wisata Kawah
Putih yang unik dengan warna air yang
bisa berubah-ubah. Setelah makan siang,
melewati kawasan perkebunan teh dan
menikmati suasana santai di Danau Situ
Patenggang. Dalam perjalanan pulang
mampir membeli oleh-oleh minuman khas
Jawa Barat yang menghangatkan tubuh
Bandrek Abah.
Harga Tour per orang: Rp.465.000,(Min 10 orang); Lama perjalanan: 7 jam;
Keberangkatan: Setiap hari pukul 08.00
WIB. Termasuk: Transportasi, Makan
siang, Tiket masuk objek wisata, Local
Guide, Parkir, Refreshment.
Wisata Kuliner
Bandung sangat terkenal dengan aneka
kuliner yang menggugah selera. Kami akan
68
KABAR PAPDI
: 11 Sep 2015
: 16.00 Selesai
: Rp. 500.000/orang (min 10 orang)
69
KABAR PAPDI
KOPAPDI Dari
Masa Ke Masa
KOPAPDI III di Bandung,
27-30 Agustus 1975
Titik Nol
70
KABAR PAPDI
KOPAPDI IV di Medan, 27-30 Juni 1978
71
KABAR PAPDI
72
KABAR PAPDI
Konvokasi FINASIM:
Apresiasi Atas Profesionalisme
73
KABAR PAPDI
74
27. Afifah Is
28. Dody Ranuhardy
29. Rebekka M.H. Napitupulu
30. Nur Alim Fitradjaja
31. Joko Budiman Jong
32. Surahman Muin
33. Femiko M.N. Sitohang
34. Pringgodigdo Nugroho
35. Ikhwan Rinaldi
36. Fias
37. Kaka Renaldi
38. Nenfiati
39. Sayid Ridho
40. Noto Dwimartutie
41. Lusiani
42. Martha Iskandar
43. Suryantini Singgih
44. Rithza S. Harun
45. RR. Dyah Purnamasari S.
46. Purwita Wijaya Laksmi
47. Giri Aji
48. R. Roro Rahayu
49. Didi Kurniadhi
50. Annela Manurung
51. Marina Epriliawati
52. Santi S.R. Parhusip
53. Eva Sian Li
Rudyanto
Ratri Paringsih
Rijanto
Priyo Widodo
Suprayitno
Suhartono Notosuwarno
Sony Sujatno
Sahid Suparasa
Johannes Vincentius Lusida
Jojok Santoso
Hadiq Firdausi
Faried Sanusi
Emilia Retno I.
Eddy Prijambodo
Dian Samudra
Dita Taurini
Djoko Tamtomo
Batari Retno Minanti
Endang Sulistyorini
Atik Yuniani
Andy Purnomo
Yuli Hermansyah
Widyaningsih
Wahyu Hendradi
Wiwiek Indriyani M.
Tulus Lumaksono
Trini Windarwati
Asna Rosida
Munir Raidi
Jongky Hendro Prayitno
Johanes Intandri Tjundawan
I Wayan Mertha
I Putu Suharta Putra
Hermina Novida
Gendon Djonhar Suroso
Rina Melinda
Eko Budisantoso
Fajar Admayana
Abdur Rohman
Mantik Wibisono
Bahrodin
Teguh Prartono Hario Utoro
Imam Soewono
Gusti Rizaniansyah Rusli
Dany Irawan
Danang Kusuma Adi
Nailul Haq
I Dewa Made Widi Hersana
Darmojo Kandinata
Mohammad Mahfudz
Suharto
KABAR PAPDI
Kysdarmanto
Fahmi Adi Priyantoro
Badrul Munir
Adi Mulyono
Andry Sultana
Denny Vianto
Husin Thamrin
Mochamad Arwin Achijar
Een Hendarsih
Heru Wijono
Bayu Dharma Shanti
Wiwid Samsulhadi
Habib Wicaksono
Endang Widiastuti
V. Noegroho Isti Donodjati
Yuli Astuti
Dessy Nurwahyuningtyas P.
Rizka Humardewayanti A.
Liliani Mustika Dewi
Achmad Thabrani
Arlyn Yuanita
Warih Tjahjono
Purwoadi Sujatno
Lisa Kurnia Sari
Waisul Choroni
Barkah Djaka Purwanto
Nedya Safitri
Agus Yuha Ahmadu
Ali Baswedan
M. Agung Monalipa
M. Robikhul Ikhsan
Diana Rinawati
Heni Retno Wulan
RM. Tedjo Megantoro
Mulyo Hartana
Eko Aribowo
Mohamad Wibowo
Cornelia Wahyu Danawati
PAPDI Cabang
Sumatera Utara
Sabar Petrus Sembiring
Jannus Sitorus
Mustafa Kamil Adam
Eric Nelson
Sahala Sinaga
Rosihan Sipayung
Ilham d
Anita Rosari
Sofyan Sembiring
Wika Hanida
Daud Ginting
Corry C. Silaen
Rismauli Doloksaribu
Suara Ginting
Rudi Mahruzar
Shahrul Rahman
Ida Nensi Gultom
Meutia Sayuti
Mulia Ginting
Imelda Ray
David Sitepu
Marulak Samosir
Christina J.R.E. Lumbantobing
Taufik Sungkar
Syafrizal Nasution
Zainal Safri
A.M. Setia Putra
Budianto Sigalingging
Rudy Dwi Laksono
Riri Andri Muzasti
Yunita Veronica Tampubolon
Suhartono
Ameliana Safitri Purba
Lenni Evalena Sihotang
Edyan Pinem
Restuti Hidayani Saragih
PAPDI Cabang
Sumatera Barat
Elfizon Amir
Fauzar
Drajad Priyono
Saptino Miro
Najirman
Raveinal
Herwin Hasan
Harnavi Harun
Festi Eliza
Roza Kurniati
Rasmelia Nur
Roza Mulyana
PAPDI Cabang
Sumatera Selatan
Agus Patmono
Endang Mardiningsih
Muhammad Nur Zain
Wardhana
Pontjo Yunarko
Suprapti
Ratna Maila Dewi A.
M. Ali Apriansyah
Yuniza
Ria Anggoro
Surya Darma
75
KABAR PAPDI
Nur Riviati
Indriyani Hermiyana
Edi Saputra
KGS. M. Rosyidi
Leni Susanti
Firda Aryanti
Ida Kusrini
Toni Prasetia
PAPDI Cabang
Kalimantan Timur
Martina Yulianti
Melani Prihartini
Widy Helen
Irwan Haris
Zulfan
Tjatur Winarsanto
Mohamad Luthfi
I Made Astawa
Titin Kristina
Gusrizal
Mulyadi Joyo Santoso
Sefnirita
Elvidawati
Hendra
Andi Kurniawan
PAPDI Cabang
Sulawesi Utara
PAPDI Cabang
Kepulauan Riau
Danang Legowo
Lindawati
Sawdahanum
Faisal
Misriani
Abdul Gani Puteh
Abdullah
Hendra Zufry
Gunardi
Mahriani Sylvawani
Libya
Magda Lusiana
M. Darma Muda Setia
Jasirwan Rahmad
Tolhas Banjarnahor
Edison Yantje Parulian Saragih
Ahmad Mekah
76
Zulfan
Winy Katarina
Yulia Marina
Nurman Sidiq
PAPDI Cabang
Maluku Utara
Muhamad Taha Albar
KABAR PAPDI
Tingkatkan Kompetensi
Demi Layanan Terbaik
Kegiatan ilmiah ini memiliki daya tarik sendiri.
Tema-tema yang menarik
dan up to date disguhkan
dalam bentuk workshop
memudahkan peserta
berinteraksi dengan para
pakar dengan leluasa.
77
KABAR PAPDI
perkembangan ilmu penyakit dalam, baik
ilmu dasar maupun klinis maka PB PAPDI
dalam program kerjanya mengedepankan
CPD, seperti PIN, roadshow ke daerah
daerah yang jauh dari pusat pendidikan
kedokteran, CME online dan lain-lain. Dengan meng update kompetensi kita dapat
memberi layanan kesehatan yang optimal
dan terhindar dari kasus medikolegal, prinsipnya patient safety, katanya
PIN PB PAPDI memiliki daya tarik
sendiri. Menurut Ketua Panitia Dr. Ika Prasetya Wijaya, SpPD, K-KV, FINASIM tema
yang disuguhkan merupakan tema-tema
yang aktual dan up to date yang seringkali
ditemui ketika praktik. Dengan model workshop, peserta dapat leluasa berdialog dengan para pakar membahas berbagai kasus
yang sering dihadapi. PIN PB PAPDI lebih
banyak sesi workshop dibandung simposium atau kuliah umum. Dengan model
begitu, peserta dapat berinteraksi dengan
para pembicara dengan leluasa. Sebagian
peserta menjadikan acara ini agenda wajib
tahunan, katanya.
PIN kali ini bekerjasama dengan PAPDI
Cabang Sumatera Selatan. Ketua PAPDI
78
Seleksi FINASIM
Bagi sebagian internis, PIN merupakan
agenda yang tak boleh terlewatkan. Selain
up date pengetahuan, pada acara itu diumumkan kelulusan seleksi gelar FINASIM.
Pada PIN 2015 ini, DR. Dr. Andhika
Rachman, SpPD, K-HOM, FINASIM membacakan 126 internis dari seluruh Cabang
PAPDI yang dinyatakan lulus hasil uji verifikasi dan berhak mendapat gelar FINASIM.
Internis yang lulus seleksi pada 2015 akan
mendapat sertifikat FINASIM dan sudah
boleh menambahkan gelar tersebut di belakang namanya. Sedangkan Konvokasi akan
dilaksanakan pada Kongres Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
(KOPAPDI) XVI 2015 di Bandung.
KABAR PAPDI
enelitian Dr. Fauzi Yusuf, SpPD, KGEH, FINASIM terpilih sebagai salah satu penelitian terbaik pada PIN
Award 2015. Penelitian Dr. Fauzi
yang bertema Analisis Struktur Mikrobiota,
Ekspressi HSP70 dan Caspase 3 pada
Penderita Kanker Kolorektal dapat menyingkirkan puluhan artikel lain yang dimuat
dalam Acta Medica Indonesiana atau The
Indonesian Journal of Internal Medicine
(IJIM). Dengan begitu, Dr. Fauzi Yusuf mendapat dana bantuan penelitian senilai 40
juta hasil kerjasama PAPDI dan PT Kalbe
Farma.
Pemenang PIN PAPDI Award 2015 diumumkan pada Pertemuan Ilmiah Nasional
(PIN) PAPDI XIII di Hotel Novotel Palembang, 12 -14 Juni 2015 lalu. PIN PAPDI
Award suatu apresiasi yang diberikan oleh
PAPDI kepada penulis dan peneliti yang aktif mengisi karya-karyanya di IJIM, jurnal kedokteran Indonesia yang telah memperoleh
akreditasi international.
Pada penelitian ini, Dr. Fauzi Yusuf mencari hubungan antara komposisi mikrobiota
dengan kejadian kanker kolerektal. Mikrobiota saluran cerna merupakan hal penting
dalam proses karsinogenesis pada pejamu.
Beberapa penelitian menunjukkan mikrobiota
yang menyebabkan keganasan pada saluran
cerna seperti Helicobacter pylori. Komposisi
mikrobiota usus juga dilaporkan sebagai penanda pada pasien dengan kanker kolorektal
dengan adanya ketidakseimbangan mikrobiota, seperti peningkatan Clostridium spp,
Bacteroides dan Bifidorium spp.
Beberapa penelitian invitro memperlihatkan bahwa butyrate menginduksi ekspressi
heat shock protein 70 yang berperan pada
awal apoptosis. Caspase yang merupakan
aspartate-specific cysteine proteases yang
berperan penting pada apoptosis dan infla-
masi dan mempunyai kontribusi yang penting pada keseimbangan saluran cerna,
pada percobaan tikus ditemukan hubungan
caspase 3 dan komposisi mikrobiota.
Sehubungan dengan penelitian lanjutan
mengenai hubungan komposisi mikrobiota
dengan kejadian kanker kolorektal masih
terbatas pada penelitian in vitro, maka
peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan komposisi mikrobiota terhadap ekspres-
Penelitian ini, kata Dr. Fauzi Yusuf, diharapkan menjadi informasi untuk program
pencegahan kanker kolorektal melalui penjagaan keseimbangan mikrobiota saluran
cerna, dan menjadi dasar penggunaan prebiotik dan probiotik dalam menjaga keseimbangan mikrobiota saluran cerna. Menjadi
informasi bagi masyarakat langkah pencegahan kanker kolorektal melalui gaya hidup
dan pola makan yang sehat,kata Ketua
PAPDI Cabang Aceh ini. (HI)
79
KABAR PAPDI
Menanti Partisipasi
Anggota PAPDI
panitian perhelatan akbar dokter-dokter penyakit dalam seluruh dunia yang tergabung
dalam International Society of Internal Medicine (ISIM). Panitia WCIM 2016 melibatkan pengurus pusat dan cabang yang selalu
sinergi untuk menyukseskan event international itu.
Koordinasi panitia dengan ISIM terjalin
baik. Panitia melaporkan perkembangan demi perkembangan hingga hari pelaksanaan.
Terakhir, panitia telah mempresentasikan
persiapan WCIM 2016 di depan executive
committee ISIM pada WCIM 2014 di Seoul,
Korea Selatan, akhir Oktober 2014 lalu.
Sekretaris Jenderal PB PAPDI Dr. Sally
Aman Nasution, SpPD, K-KV, FINASIM,
FACP mewakili panitia, melaporkan perkembangan persiapan WCIM 2016. Dengan
didampingi panitia lain, Dr. Sally memaparkan hal-hal terkait denga persiapan WCIM
2016 dihadapan executive committee ISIM.
80
Mereka (executive committee-red) tidak tanya apa-apa, hanya katakan bila ada kendala sponsor, beritahukan kami, kata Dr.
Sally setengah deg-deg-an. Alhamdulilllah,
mereka menerima dan cukup paham soal
kendala sponsor. Ketika presentasi, kami
lebih menitikberattkan kepada tema-tema
ilmiah. Karena kami tahu mereka sangat
ketat soal konten acara, tambahnya
WCIM 2016 akan diselenggarakan di
Hotel Bali Nusa Dua Convention Center
(BNDCC). Panitia menargetkan 10,000
peserta akan hadir pada acara tersebut.
Jumlah ini lebih banyak dibanding WCIM di
Seoul yang 7.000 peserta. Akomodasi
cukup untuk sejumlah itu, ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Umum
PB PAPDI Prof. DR. Dr. Idrus Alwi, SpPD, KKV, FINASIM, FACC, FESC, FAPSIC,
FACP, FRCPT. Prof. Idrus mengatakan terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah pada
bidding WCIM 2010 di
Melbourne, Australia lalu
merupakan suatu kesempatan untuk PAPDI menunjukkan bahwa pendidikan dan pelayanan di
bidang ilmu penyakit dalam di Indonesia cukup
berkembang. Untuk itu,
kami akan siapkan WCIM
Bali ini semaksimal mungkin, ujarnya.
Prof. Idrus melanjutkan, panitia telah audiensi
ke Kementerian Kesehatan RI. Menteri Kesehatan
mendukung pertemuan
tingkat dunia itu dan meminta agar membahas
materi-materi terkait penyakit yang umum terjadi
KABAR PAPDI
di Indonesia.
Sementara Ketua Panitia WCIM 2016 .
DR. Dr. Aru W. Sudoyo, SpPD, K-HOM,
FINASIM, FACP menghimbau anggota
PAPDI agar turut berpartisipasi pada WCIM
2016. Selain hadir pada acara itu, sejawat
dapat aktif mengikuti beberapa kegiatan
seperti lomba penelitian, lomba poster dan
lain-lain. Dari WCIM sebelumnya, peserta
terbanyak adalah dari dokter lokal. Seperti
WCIM 2014 kemarin, dari 7.000 peserta,
ada sekitar 6.000 perserta merupakan tenaga kesehatan dari Korea Selatan. Sisanya,
dokter asing. Untuk itu kami menghimbau
internis untuk hadir, selain menambah
pengetahuan juga berbagi pengalaman
dengan dokter-dokter asing,ujar Penasehat
PB PAPDI itu.
Dr. Aru menambahkan, melalui Asean
Federation of Internal Medicine (AFIM),
panitia juga mengundang internis di kawasan Asean untuk berpartisipasi pada WCIM
2016. Dan sebagai South East Asia of
Chapter American College of Physicians
(ACP), panitia meminta dukungan dari ACP
Merebut Kemenangan
di Melbourne
WCIM 2010 di Melbourne menjadi
momentum penting bagi PAPDI. Setelah
pernah kalah dari negara lain, padda WCIM
2010 delegasi Indonesia berhasil menjadi
tuan rumah penyelenggaraan World Congress of Internal Medicine (WCIM) 2016.
Keberhasilan merebut tuan rumah bukan
hal mudah. Empat negara memperebutkan
posisi ini. Rusia, Meksiko, dan Afrika Selatan merupakan pesaing Indonesia. Hati
saya kecut karena para pesaing itu, ujar Dr.
Sally Aman Nasution, SpPD, K-KV,
FINASIM, FACP salah satu delegasi Indonesia yang berangkat ke Melbourne.
Rusia, merupakan negara besar. Meksiko, tercatat pernah menjadi tuan rumah
WCIM. Lalu Afrika Selatan, merupakan
pesaing terberat. Para dokter yang pernah
ke Afrika Selatan tidak memungkiri bahwa
negara ini memiliki keindahan yang mengagumkan. Tidak sedikit anggota executive committee yang terpesona dengan
keindahan alam Afrika Selatan. Terlebih
lagi Afrika Selatan pernah terpilih sebagai
tempat penyelenggaraan piala dunia 2010,
ujar Dr. Sally.
81
OBITUARI
Dalam Kenangan
Kerabat dan Sahabat
Prioritaskan Keluarga
Selama hidupnya kendati sangat sibuk, beliau sering mengajarkan dan memberi contoh
untuk selalu makan di rumah bersama keluarga terutama dengan istri. Hampir tidak pernah
almarhum makan atau bepergian baik luar
kota atau luar negeri tanpa istri. Beliau sering
bilang, kalau pergi tanpa istri akan malas dan
tidak bisa menikmati. Inilah contoh konsep
untuk kesetiaan dan keutuhan keluarga.
Tak hanya itu, mendiang Prof Guntur
punya tradisi kumpul keluarga saat weekend.
Jika karena kesibukan tertentu kami tidak
bisa datang, terkadang tiba-tiba beliau datang
ke rumah kami untuk diskusi atau bercengkerama santai atau makan bersama di luar.
Keributan dan ramainya cucu-cucu sangat
dinantikan, almarhum selalu terlihat bangga
82
Dedikasi Tinggi
untuk Profesi
Tak hanya bagi keluarga, dedikasi yang
sangat tinggi diberikan untuk profesi dan pendidikan, serta organisasi profesi. Juga selalu
sabar mendidik dan membimbing mahasiswa
baik di kantor atau di rumah.
Saya ingat betul 2 minggu sebelum wafat,
dalam kondisi yang sudah menurun, almarhum tetap bersemangat datang ke kantor menuju lantai 4 dengan kursi roda untuk menguji
tesis salah satu residen PPDS I IPD, melihat
Alm tetap senyum tapi terlihat sangat lelah,
kami langsung menahannya, tapi beliau bersikeras melaksanakan tugasnya hari itu dan
bersedia bersedia dilakukan perawatan meskipun akhirnya setelah merasa membaik minta kembali pulang ke rumah.
Banyak penelitian yang sudah publish
tingkat nasional dan internasional terutama
bidang Tropik Infeksi serta Alergi Imunologi
yang sudah almarhum lakukan. Dedikasi
pada profesi dan pendidikan serta besarnya
semangat beliau dalam berbuat baik, terkadang membuat kami yang muda merasa
malu, sergah Dr. Eva.
Mendiang Prof Guntur sering menghabiskan waktunya dengan membaca. Semangat menggali ilmu yang kuat sampai akhir
hayat, bahkan dalam satu tahun terakhir sebelum wafat, almarhum mendalami ilmu agama
dengan mengundang guru ke rumah.
Sebagai orangtua selalu memberi teladan
yang baik dan kebesaran jiwa untuk keluarga.
Sebagai warga masyarakat, beliau dikenang
dermawan dan tempat meminta pertimbangan
masalah meskipun di luar profesi, seperti kebijakan politik. Duka kami sekeluarga atas
kepergian almarhum, tapi kami ikhlas. Pesan,
kenangan indah, dan hikmah yang almarhum
berikan, jadi panduan untuk melanjutkan citacita yang belum terwujud nyata, pungkasnya.
Perginya Sosok
Pemimpin yang Amanah
Duka mendalam juga disampaikan oleh
sahabat almarhum, Prof. Dr. Zainal Arifin
Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, Bagi saya
dan IPD FK UNS, kepergian Prof Guntur
adalah sebuah kehilangan yang sangat
dalam, beliau adalah sosok yang disegani,
panutan dalam mengembangkan dan mendermakan ilmu, sangat menghargai pertemanan dengan siapapun, menjaga persaudaraan dan kekompakan.
Sebagai pimpinan, beliau berhasil memajukan departemen penyakit dalam, mampu
merangkul semua anggota, baik senior
maupun junior. Bahkan dalam kondisi sakit
pun, tidak pernah menampakkan kesakitannya, tidak ingin dikasihani. Selalu bersemangat datang dalam forum ilmiah baik lokal
maupun nasional untuk berbagi ilmu, selalu
meluangkan waktu untuk mendidik PPDS IPD
FK UNS, ungkap Guru Besar FK UNS ini.
Bahkan dalam keadaan sakit masih saja
memikirkan tanggung jawabnya. Inilah bukti
bahwa beliau adalah sosok pimpinan dan panutan yang amanah dan bertanggung jawab.
Tidak hanya memikirkan sejawat, beliau
juga memikirkan seluruh karyawan yang ada
di penyakit dalam. Selalu menjaga hubungan
baik, tidak segan ngobrol dan sharing dengan
seluruh karyawan. Cita-cita almarhum masih
banyak terutama untuk membawa nama
penyakit dalam FK UNS semakin maju, tapi
Allah SWT lebih mencintai beliau. Kami harus
ikhlas dengan kepergian sosok yang sangat
baik. Semoga kami mampu mewujudkan citacita almarhum dalam mengemban estafet
amanah ini demi kemajuan penyakit dalam FK
UNS, pungkasnya. (HI)